Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Critical Book Review atau CBR adalah salah satu tugas yang diberikan
kepada mahasiswa, CBR dibuat dengan adanya maksud yaitu: bahwa jika
pembaca ataupun penulis ingin memahami suatu buku mengenai ataupun bahan
ajar itu menggunakan waktu yang cukup lama. Tetapi dengan adanya CBR ini
mahasiswa jadi mendapat banyak pengetahuan mengenai membandingkan dan
mereview suatu buku atau beberapa buku.
Pada dasarnya critical book review merupakan kegiatan menulis isi buku
dengan menitikberatkan pada evaluasi ( penjelasan, interpretasi, dan analisis )
mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut,
bagaimana isi buku tersebut bias mempengaruhi cara berpikir dan menambah
pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu. Mahasiswa dapat menguji
pikiran pengarang atau penulis lewat sudut pandangnya dengan berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Melalui kegiatan critical book review mahasiswa diajak untuk berfikir kritis
mengenai suatu permasalahan, menilai dan menganalisis suatu kajian secara
objektif serta mampu memandang suatu permasalahan dari sudut pandang yang
berbeda.

1.2 TUJUAN PENULISAN CRITICAL BOOK REVIEW


1. Penyelesaian tugas mata kuliah Ekonomi Kreatif program studi Pendidikan
Ekonomi,

2. Menambah pemahaman mahasiswa mengenai materi atau isi buku yang


dibahas,

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menyampaikan pendapat

4. Mendorong mahasiswa untuk berfikir kritis terhadap suatu permasalahan.


1.3 MANFAAT CRITICAL BOOK REVIEW

a. Manfaat bagi penulis

Kritik yang disampaikan dapat menjadi referensi dan pertimbangan dalam


menulis karya – karya yang lain.

b. Manfaat bagi mahasiswa atau masyarakat umum

Buku menjadi sarana menambah wawasan berfikir dan pembelajaran


untuk mengemukakan pendapat secara ilmiah.

c. Manfaat bagi dosen atau pendidik

Kegiatan critical book review dapat menjadi bahan penilaian sejauh mana
pemahaman peserta didik terhadap materi suatu bahan bacaan.

1.4 IDENTITAS BUKU

A. Buku Utama

Judul : Ekonomi Kreatif - Ekonomi Baru : Mengubah Ide


dan Menciptakan Peluang

Penulis : Suryana

Tahun Terbit : 2013

Kota Terbit : Jakarta Selatan

Penerbit : Salemba Empat

Jumlah Halaman : xiv, 228 halaman.


B. Buku Pembanding

Judul :Sustainable Competitive Advantage Ekonomi Kreatif


Indonesia dalam Dinamika Perdagangan Internasional

Penulis : Afni Regita Cahyani Muis

Tahun Terbit : Cetakan ke – I ( 2019)

Kota Terbit : Yogyakarta

Penerbit : DEEPUBLISH

Jumlah Halaman : xi + 94 Halaman


BAB II

RINGKASAN BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

2.1 Defenisi Ekonomi Kreatif

Menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah barang ekonomi yang
sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-
model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide
besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat
ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang membuat kita
mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih
bernilai. Romer juga berpendapat bahwa suatu negara miskin karena
masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan dalam
perindustrian nasional untuk menghasilkan nilai ekonomi.

Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era


ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan
mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur
perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA)
sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi.

Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang


peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah
gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga
adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang
keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada
ide dan gagasan kreatif.

Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak


negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
perekonomian. Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat
pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam
menghadapi pasar global. Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang
bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian
membentuk tim Indonesia Design Power 2006-2010 yang bertujuan untuk
menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat diterima di pasar
internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Setelah menyadari akan
besarnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap negara maka pemerintah selanjutnya
melakukan studi yang lebih intensif dan meluncurkan cetak biru pengembangan
ekonomi kreatif.

2.2 Alasan Indonesia Mengembangkan Ekonomi Kreatif

Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif adalah adanya dampak
positif yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan
ekonomi, dan juga berdampak pada citra suatu kawasan tersebut. Dalam konteks
pengembangan ekonomi kreatif pada kota-kota di Indonesia, industri kreatif lebih
berpotensi untuk berkembang pada kota-kota besar atau kota-kota yang telah
“dikenal”. Hal ini terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia yang handal
dan juga tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota
kecil. Namun demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di
Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kreatif.

Secara umum, sejarah perkembangan peradaban ekonomi dapat dibedakan


menjadi empat jaman: (1) Zaman Pertanian; (2) Zaman Industri; (3) Zaman
Informasi; (4) Zaman Konseptual. Kita telah melewati zaman pertanian, zaman
industri dan zaman informasi. Peradaban ekonomi sekarang ini masuk pada zaman
konseptual dimana pada zaman ini yang dibutuhkan adalah para kreator dan
empathizer. Kemampuan untuk mewujudkan kreativitas yang diramu dengan
sense atau nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya menjadi modal dasar
untuk menghadapi persaingan ekonomi, sehingga muncullah ekonomi kreatif
sebagai alternatif pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

2.3 Manfaat Dari Ekonomi Kreatif

Tempat-tempat, dan kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk


baru yang inovatif dan kreatif tercepat akan menjadi pemenang di era-ekonomi
kreatif ini.  Ramalan Richard Florida (2004) ini kian hari terlihat semakin nyata,
termasuk di Indonesia. Kita dapat melihat bagaimana perkembangan kota Solo
dengan Wisata Kuliner, Pasar Seni/Barang Antik dan pertunjukan Seni berbasis
Budaya, kota Bandung dengan distro atau factory outletnya, kota Jember
dengan Jember Fashion Festivalnya    atau  bagaimana kota Bangkok mengemas
potensi wisata “Chao Praya River” yang sesungguhnya, dari yang “biasa-biasa
saja” menjadi  sesuatu yang“luar biasa”, dimana  pada setiap pemberhentian
jalur sungai, diberi sentuhan kreatifitas dan inovasi,  menjelma menjadi destinasi
wisata  yang berperan sentral dalam menggerakkan ekonomi masyarakat lokal
Thailand,   dengan  beragam produk kerajinan, pertunjukan seni,  dan event-event
lainnya.  
Mengingat  peran ekonomi kreatif yang semakin meningkat bagi
perekonomian suatu wilayah, terutama terhadap pengembangan ekonomi berbasis
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) , maka tidaklah heran jika  semakin
banyak kota yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai ujung tombak  dan
katalisator pengembangan ekonomi daerahnya. Untuk menjadi pemenang di
tengah persaingan yang semakin ketat ini, menurut Florida (The Rise of Creative
Class), kota-kota, daerah, dan provinsi harus lebih menumbuhkan "iklim orang-
orang" yang dimotori oleh kaum muda, dengan  semangat inovasi dan kreatifitas,
mampu berperan layaknya sebuah Midas Touch, yakni memoles sesuatu dari
yang “biasa-biasa saja”  menjadi “sesuatu yang luar biasa”.  
Dalam konteks globalisasi, daya saing merupakan kunci utama untuk bisa
sukses dan bertahan. Daya saing ini muncul tidak hanya dalam bentuk produk
dalam jumah banyak namun juga berkualitas. Kualitas produk tersebut dapat
diperoleh melalui pencitraan ataupun menciptakan produk-produk inovatif yang
berbeda dari wilayah lainnya. Diperlukan kreativitas yang tinggi untuk dapat
menciptakan produk-produk inovatif. Berangkat dari poin inilah, ekonomi kreatif
menemukan eksistensinya dan berkembang (Salman, 2010).

Ekonomi kreatif sangat potensial dan penting untuk dikembangkan di


Indonesia. Dr. Mari Elka Pangestu dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi
Kreatif 2009-2015 menyebutkan beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu
dikembangkan di Indonesia, antara lain :

1. Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan.


2. Menciptakan iklim bisnis yang positif.
3. Membangun citra dan identitas bangsa.
4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan.
5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan
kompetitif suatu bangsa.
6. Memberikan dampak sosial yang positif.
2.4 Ruang Lingkup Ekonomi Kreatif

Ruang lingkup ekonomi kreatif di Indonesia berdasarkan Inpres Nomor 6


Tahun 2009 berbeda dengan di negara seperti Inggris, hal mana bidang penelitian
dan pengembangan dimasukkan sebagai bagian dari ekonomi kreatif. Di Inggris,
bidang penelitian dan pengembangan tidak dimasukkan sebagai ruang lingkup
Industri Kreatif, tetapi bidang konsultasi sudah dimasukkan sebagai bagian dari
industri kreatif. Lebih rinci bidang-bidang apa saja yang termasuk dalam ruang
lingkup ekonomi kreatif di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Periklanan (advertising): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa


periklanan, yakni komunikasi satu arah dengan menggunakan medium
tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari periklanan
yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan,
media periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan
kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan periklanan di media cetak
(surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan
berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur
dan media reklame sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising
materials or samples, serta penyewaan kolom untuk iklan;

2) Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara


menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban design,
landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya
arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi,
konservasi bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi,
perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti
bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal;

3) Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan


barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni dan
sejarah yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan
internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile,
dan film;

4) Kerajinan (craft): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi


dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin
yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya.
Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga,
serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,
tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan
kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah
yang relatif kecil (bukan produksi massal);

5) Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan;

6) Fashion : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian,


desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian
mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk berikut distribusi produk
fesyen;
7) Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron, dan eksibisi atau festival film;

8) Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan


kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang
bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor permainan
interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga
sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi;

9) Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi,


pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara;

10) Seni Pertunjukkan (showbiz): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan


usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan. Misalnya,
pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama,
musik tradisional, musik teater, opera, termasuk musik etnik, desain dan
pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan;

11) Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan
foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,
percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
film;

12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): kegiatan kreatif yang
terkait dengan pengembangan teknologi informasi, termasuk layanan jasa
komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan
piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur
piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain
portal termasuk perawatannya;

13) Televisi & Radio (broadcasting): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis,
reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten
acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran
radio dan televisi;

14) Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha
inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil
manfaat terapan dari ilmu dan teknologi tersebut guna perbaikan produk
dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru,
dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang
berkaitan dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa,
sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

2.5 Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan


Ekonomi Kreatif

Salah satu permasalahan terkait kebijakan ekonomi kreatif di Indonesia


adalah bahwa sektor ini diletakkan pada lingkup kegiatan ekonomi, bukan pada
lingkup kegiatan industri. Akibatnya menjadi bermakna lain.

Sebagaimana diketahui, industri berbeda dengan ekonomi. Ekonomi


bermakna luas, sedangkan industri lebih spesifik. Industri memiliki karakter
antara lain, kegiatan produksi yang memiliki nilai tambah, hasil produksi dapat
dilakukan secara massal dengan cepat dan akurat, proses produksi melibatkan
mesin dan ilmu pengetahuan, memiliki sasaran pelanggan yang terukur, dan dapat
dilakukan inovasi produksi secara terus menerus. Pada intinya, industri terkait
dengan efesiensi, fungsi organisasi produksi mapun pemasaran, ketepatan waktu
produksi maupun delivery, kecepatan, kapasitas produksi, dan efektivitas. Hal ini
berbeda dengan kegiatan ekonomi yang bersifat non industri bersifat tradisional
yang berdasarkan keterampilan tangan. Faktor individu sangat menentukan.
Kembali kepada persoalan, mana lebih tepat ekonomi kreatif atau industri
kreatif, hal itu tergantung pada orientasinya. Jika orientasi kebijakannya hanya
untuk membina potensi atau merawat potensi kreatif penduduk Indonesia
sehingga bernilai ekonomi, maka ekonomi kreatif sebagai nomenklatur dalam
suatu struktur pemerintahan, menjadi relevan.
Akan tetapi, bila orientasinya tidak sekedar menumbuhkan potensi
ekonomi dari kegiatan kreatif penduduk, namun lebih jauh untuk menggenjot
kegiatan kreatif penduduk menjadi suatu industri tersendiri yang kuat dan besar
yang mampu menyumbangkan PDB yang signifikan, maka tentu saja yang tepat
adalah dengan menggunakan nomenklatur industri kreatif. Berbicara tentang
industri, maka unsur-unsur dan karakteristik industri dalam kegiatan produksi,
haruslah dijaga dan dikembangkan sehingga lebih adaptif, inovatif serta efesien
dan efektif.
Peluang daripada melaksanakan ekonomi kreatif yakni:
1. Memberikan lapangan pekerjaan guna meminimalisir pengangguran.
2. Meningkatkan nilai ekpor bangsa Indonesia.
3. Pencitraan dan identitas bangsa.
4. Meningkatkan kualitas hidup.
5. Membuat pasar di Indonesia menjadi pasar yang potensial.
2.6 Wacana Yang Akan Dibuat Pemerintah Dalam Meningkatkan
Kemampuan Indonesia Di Bidang Ekonomi Kreatif
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009‐2015 ini akan memaparkan
pengantar dan arah pengembangan ekonomi kreatif Indonesia, kerangka kerja
pengembangan ekonomi kreatif, dan rencana strategis pengembangan ekonomi
kreatif Indonesia 2009‐2015. Rencana Pengembangan
14 Subsektor Industri Kreatif 2009‐2015 akan memaparkan pemahaman
umum, kontribusi ekonomi, analisis dan pemetaan kondisi, rencana strategis
pengembangan, dan cerita sukses untuk masing‐masing subsector industry kreatif.
Sedangkan Rencana Kerja Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009‐2015
di masing‐masing departemen teknis terkait diharapkan dapat memuat rencana
aksi yang mengacu kepada Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif2009‐2015
serta Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif.
Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
Sasaran pertumbuahan PDB Nasional berdasarkan RPJPN 2005-2025 adalah
mencapai pendapatan perkapita pada 2025 setara dengan negara-negara
berpendapatan menengah melalui pertumbuhan eskonomi yang semakin
berkualitas dan berkesinambungan.
Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif.
Republik Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada
penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas
sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk
bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Oleh karena itu
di buat wacana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025, karena tidak
hanya menekankan tentang pengembangan 14 kelompok industri kreatif nasional,
melainkan juga pada pengembangan berbagai faktor signifikan perannya dalam
ekonomi kreatif, yaitu sumber daya manusia, maupun alam, teknologi, tataan
institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi komponen dalam model
pengembangan.
Misi ekonomi kreatif:
1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan dommestik
Bruto Indonesia.
2. Peningkatan ekspor nasional berbasis kreativitas dan muatan lokal dengan
semangat kontemporer.
3. Peningkatan serapan tenaga kerja sebagai dampak terbukannya lapangan
kerja baru di industri kreatif.
4. Peningkatan jml perusahaan berdaya saing tinggi yang bergarak di industri
kreatif.
5. Penguatan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi dan
generasi mendatang.
6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang
berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara.
7. Pertumbuhkembangkan kawasan kreatif yang potensial di wilayah
Indonesia.
8. Penguatan citra kreatif produk/jasa sebagai upaya ‘Nasional Branding’
atau pencitraan negara Indonesia di mata dunia Internasional.

B. Ringkasan Buku Pembanding


Menurut Howkins, kita semua kreatif dengan cara kita sendiri, dalam cara
kita memandang dan menampilkan diri kita kepada dunia, serta cara kita
memahami dunia. Kreativitas menandakan kepribadian kita dan menjadikan
imajiansi kreatif sebagai inti dari kehidupan kera yang kemudian
dikomersialisasikan guna mencari nafkah dan memperoleh profit.
Kreativitas yang muncul dari manusia bisa berupa seni dan sains yang
sama – sama berupaya membayangkan (visualisasi) dan menggambarkan
(mewakili) sifat dan makna realitas. Keduanya menggunakan “pemikiran dan
menciptakan proses”. Perbedaannya adalah mengapa mereka memilih untuk
melakukan nya, bagaimana mereka mempresentasikan imajinasinya kepada dunia,
dan bagaimana mereka melindungi nilai ekonominya. Kesimpulannya adalah
kreativitasnya sama, namun produk kreatifnya berbeda. Howkins merumuskan
bahwa Ekonomi Kreatif (CE) setara dengan nilai produk kreatif (CP) dikalikan
dengan jumlah Transaksi (T), yaitu CE = CP x T.
Moelyono menambahkan bahwa ekonomi kreatif merupakan aktivitas
perekonomian yang mengandalkan ide atau gagasan kreatif yang diciptakan oleh
sumber daya manusia untuk mengelola material yang bersumber dari lingkungan
di sekitarnya untuk menjadi produk bernilai ekonomis.
Hakikatnya studi mengenai industry kreatif telah dilakukan sejak tahun
1998 yang dipelopori oleh Department of Cultural, Media. And Sport (DCMS)
milik pemerintah inggris. Tipologi studi mengenai industry kreatif dilakukan
dengan berbagai pendekatan studi, yaitu creative industry copyright industries,
content industries, cultural industries dan digital content.
Dari Departemen Perdagangan RI Tahun 2009 dalam Studi Industri
Kreatif, organusasi Internasional mendeskripsikan industry kreatif sebagai
berikut:
1. Kerangka Kerja UNESCO: Statistik Budaya (Cultural Statistics) Pada
tahun 1986, United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) mengembangkan kerja Statistik Budaya.
UNESCO mengidentifikasi 9 kelompok dan 5 fungsi proses produksi
budaya. 9 kategori tersebut yaitu (1) warisan budaya; (2) literature dan
barang cetakan; (3) musik; (4) seni pertunjukkan; (5) media audio; (6)
media audiovisual; (7) aktivitas sosio-kultural; (8) olahraga dan
permainan; (9) alam dan lingkungan. 5 fungsi atau proses produksi
budaya yang salimg berhubungan, yaitu (1) kreasi; (2) produksi; (3)
distribusi, (4) konsumsi; dan (5) perlindungan.
2. Industri Kreatif Menurut UNCTAD
Pada Tahun 2010, United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) melakukan pembaharuan studi mengenai
ekonomi kreatif. Menurut UNCTAD bahwa ekonomi kreatif
merupakan konsep yang berdasarkan asset kreatif, dimana memiliki
potensial menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Klasifikasi ekonomi kreatif UNCTAD adalah desain, seni visual,
media baru, audio visual, penerbitan, seni kerajinan tangan, dan seni
pertunjukkan.
Keberhasilan Negara – Negara maju dalam mengelola industry kreatif nya,
kini diberdayakan oleh banyak Negara berkembang sebagai agenda kebijakan
ekonomi, salah satunya dengan kebijakan perdagangan internasional. Perdagangan
internasional dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di suatu Negara, dimana
salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi di suatu Negara, dimana salah
satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang adalah
berasal dari ekspor.
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 KELEBIHAN BUKU UTAMA

- Ringkasan buku sangat jelas dan membahas tentang materi perkuliahan,


pengetahuan mengeksplorasi teks akademik dalam genre makro,
menjelajahi pustaka, mendesain proposal penelitian dan proposal kegiatan,
melaporkan hasil penelitian dan hasil kegiatan mengaktualisasikan diri
melalui artikel ilmiah.
- Cover buku memiliki warna yang cerah, yang membuat ketertarikan untuk
membacanya.
- Setiap topik yang dibahas selalui disertai dengan contoh – contoh sehingga
pembaca akan lebih jelas dan mudah memahaminya.
- Materi yang dibahas setiap bab nya memiliki keterkaitan dan sangat
berkesinambungan dengan materi selanjutnya, sehingga sangat sistematis
dan beruntut materi yang disajikan pada setiap bab nya. Agar
memudahkan para pembaca memahami inti sari dari bab ini.

III.2 KELEBIHAN BUKU PEMBANDING

- Cover buku cukup menarik


- Bahasan materi pada buku kedua lebih luas, sehingga lebih mudah
dipahami.
- Materi yang ada di buku utama dan buku pembanding memiliki
keterkaitan.
- Terdapat banyak tabel dan gambar yang memberikan kemudahan bagi
pembaca menemukan ringkasan dari setiap bab.
- Terdapat soal – soal yang menyertai setiap bab, soal dengan tingkat
analisis.
III.3 KEKURANGAN BUKU UTAMA

- Jumlah halaman di buku utama menurut saya terlalu sedikit, dibandingkan


dengan jumlah bab yang di buku utama, sehingga penjelasan tiap materi
yang kurang luas.
- Tidak adanya ringkasan atau pun rangkuman disetiap akhir bab.

III.4 KEKURANGAN BUKU KEDUA

- Buku ini memiliki jumlah halaman yang terlalu banyak, karena didalam
buku, terdapat banyak jenis – jenis teks yang menyertai tiap bab.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami berikan setelah membaca buku pertama yang
mana sebagai buku utama dari karangan Intan Ahmad dan pada buku kedua yang
mana sebagai buku pembanding dari karangan Drs. Sanggup Barus, M.Pd, dkk.
Kita diharapkan bagi para pembaca dan terlebih kepada kami sebagai penulis
critical book review ini untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai dengan tempat penggunaan nya.

IV.2 SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan pada critical book review ini adalah
sebaiknya penulis memperbaiki kesalahan dalam penulisan baik itu kata – kata
ataupun kalimat. Dari critical book review ini, diharapkan kepada pembaca agar
dapat mengetahui isi dari buku ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita
sehari – hari dan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai