Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FRENGKI KUMENDONG

NPM : 530071334
PRODI : MAGISTER MANAJEMEN
MK : MANAJEMEN STRATEGI

Strategi fungsional adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan area


fungsional (marketing, keuangan, Riset dan pengembangan, operasional)
untuk mencapai tujuan perusahaan dan unit bisnis dan strategi yang
dilaksanakan dengan memaksimalkan produktivitas sumber daya (Wheelen
dan Hunger, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut, menurut anda:

1. Apakah strategi fungsional saling bergantung satu sama lain atau


mungkinkah strategi tersebut dirumuskan secara terpisah dari fungsi
yang lain?
2. Mengapa strategi penetrasi harga lebih mungkin untuk dilakukan
daripada strategi skema harga (skim price) untuk meningkatkan laba
operasi perusahaan atau unit bisnis dalam jangka panjang?

Jawaban :

Yth Tutor.

Mohon ijin untuk memberikan tanggapan


Apakah strategi fungsional saling bergantung satu sama lain atau
mungkinkah strategi tersebut dirumuskan secara terpisah dari fungsi yang
lain ?

Strategi bisnis menentukan bisnis apa yang harus ada dalam organisasi dan
bagaimana keseluruhan kelompok kegiatan harus disusun dan dikelola. Porter
(dalam Juliansyah Noor, 2020: 17) menjelaskan bahwa rencana diversifikasi
bisnis secara keseluruhan, meskipun bisnis memilih tetap fokus pada hanya satu
produk atau jasa. Hal ini banyak terjadi di perusahaan usaha kecil. Pertama adalah
strategi korporasi (Corporate strategy), yang terdiri atas dewan komisaris dan
dewan direksi berada di puncak hierarki. Mereka bertanggung jawab atas
pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan perusahaan, seperti
mempertahankan citra perusahaan dan memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Sebagian besar sikap pada tingkat korporasi mencerminkan pandangan pemegang
saham dan masyarakat secara luas.
Kedua adalah strategi bisnis (business strategy), atas General manajer bisnis
dan korporasi (Kepala Group). Kepala grup menerjemahkan pernyataan arah dan
maksud yang tia dirumuskan pada tingkat korporasi menjadi tujuan dan strategi
yang nyata bagi setiap grup bisnis individual atau SBU (Strategic Business Unit).

Ketiga adalah strategi fungsional (functional strategy), terdiri atas manajer


produksi, manajer operasi, manajer penelitian dan pengembangan, manajer
keuangan dan akuntansi, manajer pemasaran serta manajer hubungan pelanggan.
Mereka mengembangkan tujuan tahunan serta strategi jangka pendek untuk
bidang-bidang seperti produksi, operasi, penelitian dan pengembangan, keuangan
dan akuntansi, pemasaran serta hubungan masyarakat. Namun, tanggung jawab
utama mereka adalah menerapkan atau melaksanakan rencana strategis
perusahaan. Sementara para manajer di tingkat korporasi atau bisnis memusatkan
perhatiannya pada "melakukan hal yang benar", para manajer di tingkat
fungsional memusatkan perhatian mereka pada "melakukan dengan benar.
Dengan demikian mereka menangani masalah-masalah seperti efisiensi dan
efektivitas sistem pada bagiannya masing-masing dalam meningkatkan pangsa
pasar perusahaan.
Strategi fungsional merupakan strategi yang dirumuskan bersifat lebih
spesifik tergantung pada kegiatan fungsional manajemen. Jika di tingkat
perusahaan telah menetapkan suatu strategi untuk membuat unit kegiatan baru di
tingkat unit bisnis, misalnya unit pembelian, strategi fungsional yang disusun
mengacu pada semua kegiatan pembelian, seperti membuat strategi penetapan
harga standar berdasarkan persentase margin keuntungan tertentu untuk masing-
masing jenis barang yang dibeli. Strategi pengendalian kualitas barang yang
dibeli juga dapat dilakukan atau bahkan diserahkan kepada pemasok yang su dah
diseleksi secara ketat. Strategi fungsional ini lebih bersifat operasional karena
akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang ada di
bawah tanggung jawabnya, seperti fungsi manajemen produksi/operasional,
fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen keuangan, dan fungsi
manajemen sumber daya manusia.
Strategi fungsional adalah pendekatan yang dilakukan bidang fungsional
untuk mencapai tujuan dan strategi unit perusahaan dan bisnis dengan
memaksimalkan produktivitas sumber daya (Wheelen dan Hunger, 2012:298).
Berkaitan dengan pengembangan dan pengembangan kompetensi khusus untuk
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan atau unit bisnis. Sama
seperti perusahaan multidivisional yang memiliki beberapa unit bisnis, masing-
masing dengan strategi bisnisnya sendiri, masing masing unit bisnis memiliki
serangkaian departemen sendiri, masing-masing dengan strategi fungsionalnya
sendiri. Orientasi strategi fungsional ditentukan oleh strategi unit bisnis induknya
(Skaggs dan Huffman, 2003). Sebagai contoh, unit bisnis yang mengikuti strategi
kompetitif diferensiasi melalui kualitas tinggi membutuhkan strategi fungsional
manufaktur yang menekankan proses penjaminan kualitas yang mahal atas
produksi yang bih murah, volume tinggi: strategi fungsional sumber daya
manusia yang menekankan pada perekrutan dan pelatihan tenaga kerja yang
sangat terampil, tetapi mahal; dan strategi fungsional pemasaran yang
menekankan saluran distribusi tarik, menggunakan iklan untuk meningkatkan
permintaan konsumen, lebih dari mendorong. menggunakan tunjangan promosi
kepada pengecer. Namun, jika suatu unit bisnis mengikuti strategi kompetitif
berbiaya rendah, diperlukan serangkaian strategi fungsional yang berbeda untuk
mendukung strategi bisnis (Juliansyah Noor, 2020: 14)
Dari pemaparan di atas, dapat dirangkum bahwa tiga tingkat strategi yang
berbeda, tetapi saling terkait dan saling tergantung: korporat (strategi korporasi
seluruh organisasi), kompetitif (strategi berbeda untuk setiap bisnis, produk atau
jasa dalam organisasi) dan fungsional (implementasi strategi kompetitif).
Sebagian besar organisasi memilih untuk menghasilkan satu atau lebih produk
atau jasa yang terkait atau tidak terkait untuk satu atau lebih segmen pasar.
Strategi korporasi dirumuskan oleh sebuah Komite Eksekutif yang terdiri atas
Dewan Direksi dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan organisasi.

Mengapa strategi penetrasi harga lebih mungkin untuk dilakukan daripada


strategi skema harga (skim price) untuk meningkatkan laba operasi
perusahaan atau unit bisnis dalam jangka panjang?
Sebuah perusahaan memperkenalkan produk ke dalam pasar yang sangat
kompetitif dan terdapat banyak produk serupa yang memperebutkan pangsa pasar,
agar berhasil produk itu harus melakukan penetrasi pasar. Untuk dapat diterima
dengan cepat dan didistribusikan secara luas di pasar, perusahaan harus
memperkenalkan produk dengan harga rendah, Dengan kata lain, harga berada
sedikit di atas biaya untuk mendorong pasar dan segera mencapai volume yang
besar. Margin harga rendah yang dihasilkannya akan menghambat pesaing
memasuki pasar produk sejenis.

Penetrasi harga adalah strategi yang lebih cocok untuk meningkatkan laba
operasi perusahaan atau unit bisnis dalam jangka panjang. Perubahan harga oleh
satu perusahaan akan diimbangi oleh perusahaan lain yang menghasilkan
pertumbuhan pesat dalam volume industri. Pangsa pasar yang dominan biasanya
akan diperoleh oleh produsen berbiaya rendah yang melakukan strategi penetrasi
dibanding menggunakan strategi skema harga (skim price) untuk meningkatkan
laba operasi perusahaan. Menurut Catharina Vista Okta Frida (2020: 17)
skimming pricing adalah strategi penetapan harga dengan cara memasang harga
yang tinggi pada saat awal peluncuran produk baru. Strategi skimming pricing
diterapkan untuk menutup biaya riset dan pengembangan serta untuk
memaksimalkan pendapatan maksimum dari konsumen. Selain itu, skimming
pricing juga bertujuan untuk memperoleh citra sebagai produk berkelas dan
bermutu tinggi. Setidaknya ada beberapa kelemahan dalam strategi skema harga
(skim price) sebagaimana yang disampaikan oleh Syafrida Hafni Sahir, dkk
(2021: 151) :
1. Penerapan harga skimming harus berhati-hati dengan tindakan hukum.
Diskriminasi harga adalah tindakan ilegal di banyak negara.
2. Tingkat perputaran persediaan bisa sangat rendah untuk produk skimming. Ini
dapat menyebabkan masalah bagi rantai distribusi produksi.
3. Skimming mendorong masuknya pesaing baru. Ketika perusahaan lain melihat
margin tinggi yang tersedia, mereka akan segera masuk.
4. Skimming menghasilkan tingkat difusi dan adopsi produk yang lebih lambat.
Hal ini menghasilkan tingkat permintaan yang belum tersentuh yang lebih
tinggi, memberikan waktu kepada pesaing untuk meniru produk atau
melompati dengan inovasi. Jika pesaing melakukan ini, jendela peluang akan
hilang.
5. Margin yang tinggi dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien.
Akan ada sedikit insentif untuk mengendalikan biaya. Praktik-praktik yang
tidak efisien akan tumbuh dan mapan sehingga sulit untuk bersaing dalam nilai
atau harga.

Lalu mengapa strategi penetrasi harga lebih mungkin untuk dilakukan


daripada strategi skema harga (skim price) untuk meningkatkan laba operasi
perusahaan atau unit bisnis dalam jangka panjang. Karena jika dalam
skimming price, perusahaan memulai dengan harga tinggi, maka dalam strategi
market penetration pricing perusahaan memulai dengan harga rendah. Penetration
pricing adalah strategi penetapan harga di mana harga suatu produk pada awalnya
ditetapkan rendah untuk dengan cepat menjangkau sebagian besar pasar dan
memulai dari mulut ke mulut. Strategi tersebut bekerja dengan harapan pelanggan
akan beralih ke merek baru karena harga yang lebih murah. Penetrasi harga paling
sering dikaitkan dengan tujuan pemasaran untuk memperbesar pangsa pasar dan
mengeksploitasi skala ekonomi atau pengalaman. Tujuan dari strategi ini ialah
untuk membangun pijakkan dan presence konsumen yang kuat di pasar. Jika
pelanggan sudah terpengaruh, maka harga produk dapat dinaikan tanpa
diketahui pembeli. Implementasi strategi penetrasi harga akan berhasil, sangat
dipengaruhi oleh faktor kemampuan pemasar dalam perhitungan proyeksi
kerugian diawal. Berikut adalah keuntungan dari harga penetrasi pada perusahaan
menurut Syafrida Hafni Sahir, dkk (2021: 152) :
1. Harga penetrasi dapat mengakibatkan difusi dan adopsi yang cepat, yang dapat
mencapai tingkat penetrasi pasar yang tinggi dengan cepat dan mengejutkan para
pesaing, tanpa memberi mereka waktu untuk bereaksi.
2. Harga penetrasi dapat menciptakan niat baik di antara segmen pengadopsi awal
dan dapat menciptakan lebih banyak perdagangan melalui mulut ke mulut.
3. Harga penetrasi menciptakan pengendalian biaya dan tekanan pengurangan biaya
sejak awal, yang menga pada efisiensi yang lebih besar.
4. Harga penetrasi menghalangi masuknya pesaing. Harga rendah bertindak sebagai
penghalang untuk masuk.
5. Harga penetrasi dapat menciptakan perputaran saham yang tinggi di seluruh
saluran distribusi, yang dapat menciptakan antusiasme dan dukungan yang
sangat penting di saluran tersebut.
6. Harga penetrasi dapat didasarkan pada penetapan harga biaya marjinal, yang
efisien secara ekonomi.
Dalam banyak kasus, strategi penetapan harga penetrasi digunakan untuk
memperkenalkan produk yang harganya relatif rendah ke pasar yang tidak
memiliki segmen elit dan yang hanya memiliki sedikit peluang untuk melakukan
diferensiasi. Tahap perkenalan biasanya disertai dengan penyebaran iklan dan
promosi yang gencar, penjualan khusus, dan potongan harga. Wirausahawan
harus menyadari bahwa penetrasi harga adalah strategi jangka panjang; sebelum
produk perusahaan diterima oleh pelanggan, laba cenderung kecil. Jika strategi
ini berhasil dan produk yang ditawarkan telah mampu mencapai penetrasi pasar
yang massal, volume penjualan akan meningkat dan perusahaan akan
menghasilkan laba yang memadai. Tujuan strategi penetrasi adalah dengan cepat
masuk ke pasar dan segera mencapai volume penjual yang tinggi dan membangun
pangsa pasar. Banyak produk konsumen seperti sabun, sampo, dan bola lampu
diperkenalkan melalui strategi penetapan harga penetrasi.

Sumber :

Frida, Catharina Vista Okta. 2020. Pengantar Bisnis. Jakarta : Penerbit Guepedia.
Hafni Sahir, Syafrida, dkk. 2021. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta : Yayasan
Kita Menulis.
Maulana, Agus. 2020. Manajemen Strategik. Tangerang Selatan : Penerbit
Universitas Terbuka
Noor, Juliansyah. 2020. Manajemen Strategi Konsep dan Model Bisnis. Jakarta:
La Tansa Mashiro Publisher.

Anda mungkin juga menyukai