Anda di halaman 1dari 21

REVIEW BUKU

TRADISI PESANTREN

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Book Review


Mata Kuliah Kajian Kepesantrenan

Oleh:

Sri Wahyuningsih

Dosen Pembimbing

Dr.Ahmad Ihwanul Muttaqin, M.Pd.I


NIY: 19870512146066

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN LUMAJANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan review book ini
yang berjudul “ Tradisi Pesantren”.
Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benerang yakni addinul islam.
Selanjutnya ucapkan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini terutama pada dosen pembimbing kami.
Kami menyadari atas keterbatasan kemampuan dan keilmuan kami. Untuk itu, demi
kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Semoga review buku ini sangat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.

Lumajang, 03 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Sinopsis Singkat...................................................................................................1
B. Identitas Buku......................................................................................................2
C. Prosedur Review..................................................................................................3
D. Teknik Penulisan Buku........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................8
A. Paparan Isi Buku................................................................................................8
B. Analisis Data...................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................................15

ii
iii
A. Pendahuluan
a. Sinopsis Singkat
Buku ini membahas tradisi pesantren dengan pusat kajiannya pada peran kyai
dalam upaya memelihara dan megembangkan faham Ahlusunnah wal-Jamaah di
Indonesia. Faham ini mulai berkembang sejak abad ke-7 dan mencapai bentuk final
formulasinya pada abad ke-13 dan kini Indonesia menjadi tempat ter masyhur
sebagai negri berpenduduk muslm terbesar di dunia dengan jumlah mencapai lebih
dari 214.000.000 jiwa pada tahun 2011 dan kecil sekali dari mereka yang tidak
menganut tradisi Sunni. Indonesia juga terkenal dengan pandangan keislamannya
yang sangat homogen. Para kyai sering mengungkapkan bahwa ajaran Imam
Syafi’i, al-Asy’ari-Maturidi, dan Imam Junaid yang sangat cocok dengan watak
bangsa Indonesia karena mereka mengajarkan Tawassuth (memilih jalan tengah),
Tatsamuh (Toleran), dan Tawazun (menjaga keseimbangan). Buku ini bermaksud
untuk menggambarkan dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
lingkungan pesantren dan Islam yang dianut oleh para kyai di Indonesia yang dalam
masa modern ini tetap menunjukan vitalitasnya sebagai kekuatan sosial.
Buku ini ditulis berdasarkan studi lapangan, terutama atas dua lembaga
pesantren yang dilakukan antara September 1977 dan September 1978. Kedua
pesantren ini adalah pesantren Tegalsari dan pesantren Tebuireng. Perluasan materi,
buku tradisi pesantren ini dimaksudkan agar azas kebersamaan dan kesepakatan
dalam faham Ahusunnah wal-Jamaah dapat diperkuat kembali agar tujuan
kebersamaan dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebudayaan umat Islam dapat lebih mudah dicapai. Penulis berusaha menunjukan
sumbangan pemikiran dan tingkah laku kyai di Indonesa agar pembaca dapat
memahami kreativitas dan kemampuan mereka mengembangkan diri dalam
kehidupan modern. Penulis merasa perlu menjelaskan bahwa kebanyakan karya-
karya tentang pesantren yang pernah ditulis oleh para ahli tentang Islam di
Indonesia dari sudut pendekatan Sosio-Ekonm, Politik, dan Antropologi juga sering
tidak memuaskan. Karya Geertz, dalam beberapa tulisannya tentang pesantren,
tidak tegas dan saling bertentangan satu sama lain.
Dalam buku ini, penulis ingin menggambarkan semangat Islam para kyai
pimpinan pesatren yang dikenal sebagai benteng pertahanan umat Islam dan pusat
1
penyebaran Islam. Buku ini bersifat etnografis, baik metode maupun kedalaman
masalah yang dibahas. Oleh karena itu, buku ini berusaha mengamati sejarah kedua
pesantren yag diteliti, terutama mengenai peranannya dalam pelestarian dan
pengembangan Islam Ahlusunnah wal-Jamaah di Indonesia antara kira-kira 1875
sampai dengan umat Islam Indonesia memasuki periode milenium ke-3.
Buku ini terkandung studi tentang islam tradisional di Jawa yang terdahulu,
menurut penulis dianggap buruk karena:
1) Terlau menekanan aspek-aspek tradisional konservatisme dan meremehkan
pengembangan diri dalam kehidupan modern.
2) Memberi bobot lebih kepada “Islam Modern”
3) Mempelajari Islam tradisional bukan dari kaum tradisional melainkan dari
buku dan majalah yang ditulis oleh kaum Islam modern.

b. Identitas Buku
Tulisan ini berisi hasil review saya terhadap buku “Tradisi Pesantren, 2011,
yang ditulis oleh Zamakhsyari Dhofier”. Tujuan review ini adalah untuk
mengeksplorasi tradisi pesantren seja zaman berjayanya Hindu-Budha hingga saat
ini, mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian dan informasi, memenuhi
tugas dalam mata kuliah Kajian Kepesantrenan. Penerbit buku ini yakni LP3ES,
jakarta, anggota IKAPI yang mana dalam cetakan pertama, dibulan maret 1982,
cetakan kedua yakni di bulan februari 1983, cetakan ketiga yakni dibulan februari
1984, cetakan ke empat yakni di bulan februari 1985, cetakan ke lima yakni di
bulan oktober 1990 serta cetakan yang ke enam di bulan februari 1994. Tebal buku
dengan judul Tradisi Pesantren ini yakni 184 dengan ukuran buku B5. Nomor ISBN
buku ini yakni 9789793330884
Profil penulis yakni lahir di Salatiga tangga 25 juli 1941 adalah staf peneliti
pada Badan Litbang Departemen Agama. Tamat dari perruannggi Publisistik
studinya dalam bidang sosiologi dan Antropologi sosial di Australia National gelar
MA (1976) dan gelar Ph.D (1980). Beberapa karyanya pernah dimuat dalam
majalah Prisma dan majalah Indonesia yang diterbitkan oleh Cornell University.
Tulisannya mengenai pesantren di muat dalam bunghan rampai
Indonesia:Australian Perspective yang diterbitkan oleh Research School of Pacific
Studies (1980).

2
c. Prosedur Review
review buku adalah kegiatan mengupas, mengevaluasi, mempertimbangkan,
mengkritik, membedah substansi sampai memberikan komentar kepada sebuah
buku yang kita baca, dengan tujuan agar pembaca bisa menuliskan dan
menyampaikan apa dan dengan tema aoa atau dengan kata lain tujuannya itu jelas
tidak ambigu. Dengan me review buku juga bisa menceritakan kembali apa yang
menarik dari buku. Sehingga bisa memberikan saran serta perbaikan untu buku
yang telah kita baca. Kemudian yang harus kita perhaikan ketika me review buku
secara baik dan berkualitas yakni
1. Menuliskan identitas buku, biasanya didalamnyha terdapat nama penulis,
tahun penerbit, penerbit, jumlah halaman, harga buku, tahun penerbit,
nomor ISBN dan profil penulis.
2. Baca daftar isi dan sinopsis, dengan membaca sinopsis terlebih dahulu
kita bisa memiliki gambaran yang cukup luas terkait dengan isi tersebut.
3. Membaca dan memahami buku, biasanya ketika membaca buku, kita bisa
dengan menandai poin atau hal yang menurut kita di anggap penting
yang harus kita review di buku.
4. Tuliskan hal yang disukai dan unik
5. Sampaikan teknik penulis dalam menulis buku dengan bahasa dan alur
yang runtun
6. Beri komentar yakni ada kekurangan dan ada kelebihan
7. Yang terakhir yakni membuat kesimpulan dari apa yang kita baca
Akan tetapi untuk tugas review yang sekarang yakni berkualitas dengan
adanya sinopsis singkat, identitas buku, prosedur review, teknik penulisan buku,
paparan isi buku, analisis isi serta dilengkapi dengan kesimpulan.
d. Teknik Penulisan Buku
Buku ini membahas tentang tradisi pesantren dengan fokus utama pada
peranan kyai dalam memelihara dan mengembangkan faham Islam tradisional di
Jawa. Yang dimaksud dengan Islam Tradisional adalah Islam yang terikat kuat
dengan pikiran-fikiran para ulama’ ahli fiqih, hadist, tafsir , tauhid dan tasawuf.
Tetapi ini tidak berarti bahwa Islam tradisional dewasa ini terbeleggu dalam

3
bentuk-bentuk pikiran dan aspirasi yang di buat oleh para ulama’ pada abad
tersebut. Memang benar pendapat yang diutarakan penganut islam modern bahwa
dalam beberapa hal tradisional mengalami stagnasi atau sesuatu yang mengalami
hambatan. Akan tetapi H.A.R Gibb menyatakan tidak ada satupun aliran-aliran
yang dalam berfilsafat dan beragama yang betul-betul maneg selama 6 abad.
Memang betul juga bahwa perumusan resmi dari Islam tradisional sedikit sekali
beubah dari abad 13 samapi abad 19. Namun hal itu dalam kenyataannya struktur
mengalami peubahan yang mendalam yang hampir menelorkan suatu kekuatan
ekspansi yang tersalur dalam berbagai bentuk aktifitas.
Buku ini menggambarkan dan mengamati peubahan yang terjadi dalam
lingkungan pesanren dan Islam tradisional dijawa yang dalam periode Indonesia
modern sekarang ini menunjukkan sebagai kekuatan sosial, kultural dan agama
yang turun membentuk kultur budaya Indonesia yang modern. Buku ini juga
berusaha menyodorkan siatu ungkapan atau laporan yang bersifat historis dan
etnografi tentang Pesanten Tegasbangsri dan tebuireng, dengan fokus utama Kyai
dan fokus kedua pesantren tersebutdalam melestarikan dan menyebarkan Islam
tradisional. Setelah saya amati terlebih dahulu sehumlah karya yang pernah di tulis
tentang Islam di Indonesia, kebanyakan karya-karya tentang pesantren yang ditulis
oleh para ahli tentang Islam di Indonesia tidak memuaskan sama sekali. Karya
Geertz dalam beberapa tulisannya tentang pesantren tidak tegas dan saling
bertentangan satu sama lain. Disatu pihak ia mengatakan bahwa kehidupan
pesantren ditandai oleh suatu tipe etika dan tingkah laku ekonomi yang bersifat
agresif, penuh watak kewiraswstaan dan menganut faham keebasa berusaha.
Dalam buku ini juga menyampaikan tentang semangat islam dari pesantren
yang dikenal sebagai benteng pertahanan umat Islam dan pusat penyebaran Islam.
Dbuku ini juga sebagai studi intensif tentang pesanten sebagai lembaga-lembaga
keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan. Buku ini juga bersifat etnografi baik
metode maupun fokusnya, tetapi juga berusaha menyoroti sejarah kedua yakni
pesantren yang diteliti terutama masalah peranannya dalam tarian dan
pengembangan Islam tradisional di Jawa kira-kira 1875 sampai tahun 1978.
Begitu pula agar bisa memahami keadaan pesantrenn kehidupan
kemasyarakatan, ekonomi dan polik dari kyai pada masa sekarang, maka diperlukan
secara singkat kondisi sebelumnya sejak mask Islam di abad ke 13. Hal ini mutlak

4
perlu sebab pengelompokan yang terjadi antara Islam tradisional dan Islam
Modern.
Buku ini bersifat deskiptif dan analisis. Tetapi analisa saya tidak dimaskudkan
untuk menghasilkan tupoksi-tupoksi yeoritis tentang tradisi pesantn dan faham
tradisional di Jawa. Analisa berikut yakni untuk menunjukkan bahwa data etnografi
yang lebih banyak lagi dan analisa yang lebih imajinatif masih sangat diperlukan
untuk dapat memahami masyarakat dan kebudayaan manusia.
Buku ini diatur dalam bab-bab sebagai berikut bab 1 membahas sfat-sifat
umum darpada sistem dan stuktur pendidikan Islam tradisional dijawa yaitu
pengajian dirumah-rumah kyai, dilanggar, masjid dan pesantren-pesantren. Bab ini
juga dilengkapi dengan survei umum dan pendek tentang sejarah pesantren,
terutama dalam abad ke 19 dan 20. Bab 2 yakni membahas elemen-elemen
pesantren yang paling pokok yaktu, Pondok atau tempat tinggal para santr, masjid,
kitab kitab klasik para santri,dnkyana. Pembahasan ke lima elemen menjadi pokok
pesantren ini akan memberikan gambaran dan pengetahuan daar tentang pola
kesinambungan yang menjadi benang merah dari tradisi dan perubahan-perubahan
yang dialami oleh lembaga pesantren. Bab tiga membahas tentang luasnya jaring-
jaring aliansi perkawinan yang endogamous dan tradisi transmisi inteletual dari
pengetahuan islam antara sesama anggota kerabat kyai. Bab ke empat yakni
membahas dan meneliti pesantren Tebuireng di jombang sebagai studi kasus
tentang sebuah pesantren besar di abad 20. Bab ini menyajikan suatu gambaran
yang mana suatu kehidupan sehari-hari dari murid-murid pesantren, bagaimana
mereka dididik, pelajaran-pelajaran apa yang di yang diberikan, dan jenis-jenis itual
keagamaan yang mereka lakukan setiap hari dan menguraikan Pesantren Teglsari
yang menyajikan suatu kasus yang kontras dengan tebuireng. Kasus pesantren
tegalsari ini juga memberikan contoh bagaimana pesantren kecil yag terltak jauh
dari kehidupan kota memainkan peranan sebagai agent perunahan dan penyebaran
Islam dipelosok pedesaan. Bab lima membahas tentang bentuk tearekat yang
diamalkan oleh para kyai. Bab ini menyajikan gambaran dari organisasi-organisasi
tarekat yang dikembangkan oleh para kyai untuk sarana mengembangkan ajaran-
ajaran Islam dan memberikan kepemimpinan keagamaan bagi orang tua. Perlu saya
tekankan bahwa data saya masih terbatas, baik isi mapupun wilayahnya. Oelh
karena itu kebanyakan asumsi asumsi pada bab lima ini masih bersifat sementara

5
dan masih perlu kita koreksi atas kesalahan-kesalahan serta diperlukan
penyelidikan secara lanjut.
Bab ke enam membahas tentang faham ahlusunnah wal jama’ah. Pembahasan
ini menyajikan kepada kita koreksi atas kesalah pengertian para akademisi selama
ini tentang Islam tradisional di jawa. Disamping ini juga di sajikan pula persamaan
pola dokotomo atau pembagian tetapi jua bertujuan untuk memahami variasi
kekayaan pikiran dan kehidupan spiritual setiap ummat. Hal ini sangat penting
sekali karena dalam kehidupan nyata kedua pola Islam saling bertukar tempat
berpijak dan seringkali bermesra-mesra kembali setelah bertengkar hebat.
Ersamaan dan perbedaan ini silih berganti untuk mewarnai hubungan antara kedua
belah pihak.
Bab ketujuh ini merupakan kesimpulan dari studi tentang pesantren. Yang
mana didalamnya ini secara singkat membahas kedudukan kyai dalam situasi
sekarang dengan tujuan menarik perhatian pembaca guna kenyataan bahwa karir
lembaga-lembaga pesantren di Jawa sedang dalam proses perubahan sebagai bagian
dari kedupuan yangs elanjutnya yang lebih modern lagi.
Dibuku ini penulis juga menggambarkan secara singkat tindakan-tindakan
yang dilancarkan oleh belanda terhadap Islamsemenjak mereka tiba di Jawa kira-
kira sampai pertengahan abad ke 19. Tujuan umanya yakni untuk melatarbelakangi
sejarah yang dimaksudkan untuk lebih memahami perkembangan masyarakat yn
taat kepada agama Islam. Untuk itu penulis membuat garis bebsar dari erapa
proporsi:
1. Islam telah menyebar ke jawa melalui proses yang tidak mudah yakni dengan
penuh tandangan dan rintangan yang mana pada dasarnya tahap tersebut ada 2
gelombang besar, yakni yang pertama pengislaman orang Jawa menjadi
orang islam yang sekadarnya saja yang selesai pada abad 16. Yang kedua
yakni pementapan mereka untuk memastikan menjadi orang Islam yang taat,
yang secara sempurna bisa diterapkan ketaatannya di masyarakat jawa. Hal
yang bisa dikatakan menarik yakni meskipun belanda mengadakan
pemantapan, kenyataannya agama Sila, justru menjadi daya tarik utama
sbagai wadah perjuangan melawan bangsa Belanda selama kurang lebih 3
setengah abad.

6
2. Dengan begitu Ooposisi dan pembatasan-pembatasan yang dilancarkan oleh
Belanda terhadap islam telah membatasi kegiatan Islam , karena Islam tidak
memainkan peranan oenting dalam pencaturan politik di kota Jawa. Akhirnya
pola pikiran dan politik dan para kyai hanya didasarkan kepada kepentingan
yang terbatas, yakni kekuasaan yang ada agama dan kepentingan penyebaran
ajaran yang sebenarnya.
3. Dengan hancurnya bagian-bagian kehidupan dagang orang Jawa sebagai
usaha, Belanda hanya menguasai perdagangan baik di dalam maupun di luar
negri, yang mana proses penyebaran Islam lah mengambil bentuk ang
berbeda dari yang sebelumnya. Peranan tersebut diambil alih oleh penghancur
Islam profesional yang banyak merangkap sebagai petani atau pemilik sawah
pertanian.
4. Karena kurangnya sarana untuk memaksakan kepatuhan ajaran-ajaran Islam
bagi pemeluk-pemeluknya, para kyai lebih menggantungkan pada mengajak
dalam menarik hati pengikutnya, lembaga-lembaga tradisional tidak dibuang,
melainkan justru dipakai sebagai sarana untuk menyebarkan dan
memantapkan kehidupan Islam. Kecenderungan tersebut yang bisa
menjadikan orang jawa untuk mempercayai orang-orang yang memiliki gaib
di beri jalan keluar dalam praktek-praktek dan kepercayaan kepada wali. Pada
intinya apa yang di amalkan oleh para kyai merupakan bagian daripada
ajaran-ajaran islam yang murni.
Dipilihnya kedua Pesantren itu dengan alasan, Pertama: Pesantren
Tebuireng telah memainkan peranan yang dominan dalam pelestarian dan
pengembangan tradisi Pesantren di abad ke-20 dan telah pula menjadi sumber
penyedia (supplier) yang paling penting untuk kepentingan Pesantren di
seluruh Jawa dan Madura. sejak tahun 1910-an. Kedua, Pesantren Tebuireng
telah memainkan peranan yang menentukan dalam pembentukan dan
pengembangan Jami’yyah Nahdlatul `Ulama', yang sejak didirikannya pada tahun
1926, telah turut mengambil bagian yang cukup penting dalam kehidupan
politik di Indonesia. Sedangkan dipilihnya pesantren Tegalsari,tujuannya adalah
untuk memahami bagaimana pesantren-pesantren kecil memainkan peranannya
sebagai agendi tingkat paling lokal bagi penyebaran Islam di tingkat pedesaan
di Jawa. Disamping itu, pesantrenTegalsari didirikan di suatu daerah yang jauh

7
dari kota dan dari pesantren-pesantren lain, dan pada waktu pesantren ini
didirikan penduduk di sekitar Tegalsari juga belum banyak mengenal Islam.

B. Pembahasan
a. Paparan Isi Buku
Zamakhsyari juga menyayangkan pada kebanyakan studi tentang Islam di J
awa yang terpaku oleh pola pendekatan dikotomi tradisionalisme dan
modernismeyang tak dapat dipertemukan, yang kemudian menghasilkan
penyederhanaan dan penyifatan yang kasar sebagai dua kutub yang saling
berlawanan.
Zamakhasyari menggunakan pendekatan sosiologis dalam usaha untuk
memahami Islam di Jawa secara lebih tepat. Pendekatan sosiologi menurutnya,
akan mengurangi kecenderungan menarik kesimpulan yang terlalu
cepat.Dengan pendekatan ini, Zamakhsyari berusaha mengungkap pandangan
hidup kyai yang ada di dua pesantren tersebut kemudian menunjukkannya
bahwa ternyata kyia-kyai pada dua pesantren itu memiliki pandangan hidup
yang maju dan memiliki peran sosial masyarakat yang besar. Misalnya KH.
Wahid Hasyim pengasuh pesantren Tebuireng Jombang selain sebagai salah
satu tim perumus pancasila juga pernah menjadi Menteri Agama pertama di
ndonesia. Sedangkan para pengikut tarekat yang dituduh oleh golongan Islam
modernis hanya membicarakan masalah-masalah akherat, ternyata pada
umumnya mereka adalah golongan lanjut usia (pensiunan) yang sudah tidak
banyak disibukkan dengan urusan duniawi. Selain itu pengikut tarekat rata-rata
adalah golongan orang yang tengah mengalami masalah psikologis karena
kegagalannya dalam masalah ekonomi, politik,dan lain sebagainya.Untuk
memudahkan dalam memahami buku ini, Zamakhsyari membagi menjadi tujuh
bab, dengan perincian sebagai berikut:
Bab I membahas sifat-sifat umum dari sistem dan struktur pendidikan
Islam tradisional Jawayaitu pengajian di rumah-rumah kyai, di
langgar,masjid, dan pesantren-pesantren. Bab II membahas elemen-elemen
pesantren yang paling pokok yaitu: Pondok atau tempat tinggal para santri,
masjid, kitab-kitab Islam klasik, para santri dan kyiainya. Bab III membahas
luasnya jaring-jaring aliansi perkawinanyang endogamousdan tradisi transmisi

8
intelektual dari pengetahuan Islam antara sesama anggota kerabat kyai. Bab
IV membahas dan meneliti pesantren 116 Tebuireng di Jombang sebagai suatu
studi kasus tentang sebuah pesantren besar dalam abad ke-20 dan pesantren
Tegalsari Salatiga yang kontras dengan pesantren Tebuireng, karena pesantren
Tegalsari merupakana pesantren kecil yang terletak jauh dari kota memainkan
peranan sebagai agen penyebaran Islam di pelosok pedesaan.Bab Vmembahas
bentuk tarekat yang diamalkan oleh para kyai.Bab ini menyajikangambarandari
organisasi tarekatyang dikembangkan oleh para kyai sebagai sarana untuk
mengembangkan ajaran-ajaran Islamdan memberikan kepemimpinan keagamaan
bagi orang tua. Bab VI membahas tentang faham ahlussunnah wal jama'ah
dengan menyajikan koreksi atas kesalah-pengertian para akademisi selama ini
tentang Islam tradisional di Jawa. Selain itu disajikan pula perbedaan antara Islam
tradisional dan Islam moderentidak dalam pola dikotomi. Bab VII merupakan
kesimpulan dari studi tentang pesantren ini.
Bab I Ciri-Ciri Umum Pesantren
Terkait dengan pola umum Pendidikan Islam Tradisional yang mana terpusat
di Pesantren di Jawa dan madura lebih dikenal dengan nama pondok. Pesantren
berasal dari kata santri yang dengan awalan pe didfepan dan akhiran an yang berarti
tempat tinggal para santri,
Seorang islam di jawa biasanya diajar mengucapkan 2 kalimah syahadat,
dasar kenyakinn Islam, bahwasanya tidak ada tuhan Tuhan selain Allah dan Anbi
Muhammd Adalah utusannya . hampir setiap orang jawa mengaku Islam pernah
mengucapkan kalimat syahadat palimng tidak sekali dalam hidupnya yaitu pada
waktu menikah.
Sebuah kajian yang sistematis dan integral tentang pesantren. Namun
demikian tidak semua pesantren mengalami perubahan yang sama. Sekarang telah
berkembang bermacam-macam tipe pendidikan pesantren katanya pengarang buku
tradisi pesantren ini. Secara garis besar lembaga-lembgaa bisa dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Ada pesantren salafi yang mana tetap mempertahankan pengajaran kitab-
kitab klasik sebagai inti pendidikan dipesantren. Sistem madrasah
menerapkan begitu untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai
dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan

9
pengajaran yang umum. Pondok pesantren yang masih mengikuti pola ini
yakni Pesantren Lirboyo dan ploso kediri, Pesantren Huda di pati dan
pesantren Tremas di pacitan
2. Pesantren khalafi yang mana telah memasukkan pelajaran-pelajaran
umum dalam madrasah yang di kembangkannya, atau membuka tipe
sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren. Pondok modern
Gontor tidak mengajarkan lagi kitab-kitab Islam klasik. Pesantren-
pesantren besar seperti Tebuireng dan Rejoso di Jombang, telah membuka
Smp , Sma dan universitas. Dan sementara itu tetap mempertahankan
pengajaran Islam kitab-kitab klasik.
Tujuan pendidikan Pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan
kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa
belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. Diantara cita-
cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina
diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.
Para kyai selalu menaruh perhatian dan mengembangkan watak pendidikan
individual. Murid dididik sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dirinya.
Anak anak cerdas dan memiliki kelebihan kemampuan dari pada ang lain diberi
perhatian istimewa dn selalu didorong untuk tersu mengembangkan diri.

Bab II elemen-elemen sebuah Pesantren


Pondok pesantren adalah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para
siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kyai. Asrama untuk para siswa yang berada di kompleks pesantren
dimana kyai bertempat tinggall yang juga menyediakan masjid untuk beribadah,
juga sebagai ruang untuk belajar dan kegiatan keagamaan yang lain.
Ada dua alasan utama dalam hal perubahan dalam sistem pemilikan
pesantren, yang pertama, dulu pesantren itu tidak memerlukan biaya yang besar,
baik karena jumlah santrinya tidak banyak, mapu karena kebutuhan akan jenis dan
jumlah alat-alat bangunan dan lainnya relatif sangat kecil. Kedua, dari segi kyainya
maupun tenaga-tenaga pendidik yang membantunya merupakan bagian dari
kelompok mampu dipedesan. Dengan demkian mereka dapat dapat membiayai

10
sendiri baik kebutuhan kehidupannya maupun kebutuhan penyelenggaraan
kehidupan pesantren.
Begitu pula ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan
asrama bagi santri. Pertama yakni karena kemasyhuran kyai dan kedalaman
ilmunya tentang Islam manarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu
dari kyai tersebut. Kedua yakni karenahampir semua pesantren berada di desa-desa
dimana tidak tersedia akomodasi yang cukup untuk dapat menampung santri,
dengan demikian maka perlulah adanya asrama bagi santri. Yang ketiga yakni
karena ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana santri menganggap
kyainya seorang bapak sendirim, sedangkan kyai menganggap santrinya sebagai
titipan Allah yang harus senantiasa dilindungi.
Masjid merrupakan elemen penting yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk memdidik para
santri, terutama dalam hal ibadah, khutbah dan pengajaran kitab-kitab yang klasik.
Kedudukan masjid pun bisa dikatakan sebgaai manifestasi pusat pendidikan dalam
tradisi pesantren dari sistem pendidikan Islam tradisional.
Pengajaran kitab-kitab klasik. Yakni cita cita para santri ingin menjadi ulama,
yang bisa mengembangkan keahlian dalam bahasa arab melalui sistem sorogan
dalam pengajian sebelum mereka pergi ke pesantren untuk mengikuti sistem
bandongan. Sekarang, meskipun banyak pesantren yang telah memasukkan
pengajaran umum sebagai suatu bagian yang penting dalam pendidikan pesantren,
namun pengajaran kitab klasiklah tetap di beri upaya unuk meneruskan tujuan
utama pesantren yakni mendidik calon-calon ulama yang setia kepada faham Islam
Tradisional.
Menurut tradisi pesantren, ada dua kelompok santri, pertama, santri mukim
yakni murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren. Sebagaimana akan
ditunjukkan nanti Bab III yaki para putrakyai akan memerankan peran yang sangat
penting dalam kelanjutan kemimpinanlembaga pesantren. Kedua, yakni santri
kalong yang mana murid-murid yang berasal dari desa-desa disekeliling pesantren
untuk mengikuti pelajaran di pesantren tersebutm, mereka bolak balik dari
rumahnya sendiri. Pentingnya podnok sebagai asrama para santri terlangsung
kepada jumlah santri yang datang dari daerah-daerah yang jauh. Keadaan kamarpun

11
pondok biasanya sangat sederhana. Mereka tidur tanpa kasur, papan-papan
dipasang pada dinding untuk memnyimpan koper dan barang-barang yang lain.
Para santri yang kayapun harus menerima dan puas dengan fasilitas yang ada. Para
santri tidak boleh tinggal di luar kompleks pesantren, kecuali mereka yang berasal
dari desa-desa di sekeliling pondok. Alasannya ialah agar supaya kyai dapat
mengawasi dan menguasai mereka secara mutlak. Hal ini sangat di butuhkan karena
telah disebutkan tadi.
Kyai adalah elemen yang paling utama atau esensial dari suatu pesantren.
Beliau seringkali merupakan pendiri. Menurut asal usulnya perkataan kyai dalam
bahasa jawa diapakai kyai sebagai tiga pilar yang berbeda yakni
1. Sebagai gelarkehormatan bago barang-barang yang dianggap keramat.
Umapamanya dikenal dengan sebutan “ kyai garuda Kencana” dipakai
sebagai sebutan kereta Emas yang ada di Yogyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua san pada umumnya
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang ahli agama
Islam yang menjadi pimpinan pesantren dan bisa ,engajar kitab-kitab
klasik kepada santrinya.
Para kyai mengatur pesantren besar telah berhasil memperluas pengaruh
mereka diseluruh wilayh negara, dan berbagai hasilnya diterima sebagai bagian dari
elite nasional. Begitu pula, sebagai pesantren teladan pesantren yang ada ini
mendidik murid-murid yang kelak menjadi pemimpin pesantren menengah dan
pesantren kecil yang secara budaya dan intelektual akan tetap bergantung kepada
pesantren teladan dimana mereka pernah belajar. Memiliki banyak santri tidak
hanya meningkatkan pengaruh dan status kepemimpinan seorang kyai, tetapi juga
membantu menambah kekayaannya.

Bab III Hubungan Intelektual kekerabatan sesama Kyai


Kebanyakan orang menyimpulkan bahwa lemg-lembaga pesantren di Jawa
mengidap sebuah kelemahan, yaitu jarang sekali dapat mendidik pemimpin
penerus, hingga pesantren yang semula besar dan terkenal, lama kelamaan akan
pudar. Kesimpulan ini sebenarnya hanya didasarkan pada sebuah pandangan yang
sempit, individual masing-masing pesantren. Cara praktis yang mereka mendidik
calon ulama’ aau kyau yang membangyn kerjasana kepemimpiannn pesnatren

12
yakni:, pertama mengembangkan suatu tradisi bahwa keluarga yang terdekat bisa
membangun calon pengganti kepemimpinan Pesantren. Kedua yakni
mengembangkan suat jaringan alinasi perkawinan dalam anatra kyai dan keluarga.
Yang ketiga yakni mengembangkan adisi tansmisi pengetahuan dan rantai transmisi
intelektual antara sesama kyai dan keluarganya. Dengan begitulah, punahnya
pesantren lama dapat diimbangi dengan munculnya pesantren Baru.

Bab IV profil Pesantren di Abad XX.


Dalam buku ini Zamakhsyai Dhofier membahas pesantren Tebuireng kena
beberapa alasan, yakni pertama, pesatren Tebuireng telah memainkan peranan yang
dominan dalam pelestarian dan pengembangan tradisi pesantren di abad e20 dan
telah menjadi penedia splier yang palin penting untk kepemmpian pesantren di
seluru Jawa dan Madura sejak tahun 1910. Kedua yakni pesantren Tebuireng telah
memainkan peran pula yang bisa menentukan dalam pembentukan dan
pengembangan jam’iyyah Nahdotul Ulama’ yang sejak didirikannya pada tahun
1928.

Bab V Kyai dan Tarekat


Dalam tradisi pesantren ini ada istilah Tasawuf yang dipakai semata-mata
dalam kaitan aspek intelektual dari “jalan menuju syurga”. Sedangkan komponen-
komponen yang bersifat etis dan praktis di istilahkan dengan perkataan “Tarekat”.
Maka dari itu di bab ini di utamakan aspek-aspek praktis dari kehidupan keagamaan
para kyai. Begitu pula dalam tradisi Pesantren ada dua bentuk tarekat, yang
pertama, tarekat yng di aplikasikan menurut cara yang dilakukam oleh
organisasi0organisasi tarekat. Yang kedua tarekat yang di aplikasikan menurut cara
di luar ketentuan organisasi tarekat, maka dari itu hampir semua Kyai menjadi
imam tetap di masjid tertentu. Selain beberapa tarekat yang ada, di bab ini juga
membahas beberapa perkumpulan yang menarik pengikutnya orang-orang yang
menderita penyakit kronis, seperti bekas pecandu minuman keras dan mereka yang
dibebani oleh perasaan dosa atau frustasi karena kegagalan-kegagalan dalam
bidang politik dan perdagangan. Kepada yang seperti ini Kyai Muhtar selalu
pemimpin tarekat Siddiqiyah di Ploso memberikan resep dan saran-saran praktis
agar mereka memperkaya dan memperdalam kehidupan keagamaan.

13
Bab VI Faham Ahlusssunnah Wal Jama’ah
Pengikut Aswaja adalah suatu kellompok terbesar dalam lingkungan umat
Islam di seluruh dunia, yaitu kelompok Sunni yang dibedakan dengan kelompok
Syi’ah. K.H. Bisri Musthofa menjelaskan Arti Aswaja yakni faam yang berpegang
teguh kepada tradisi sebagai berikut:
1. Dalam bidang tasawuf menganut dasar-dasr ajaran Imam Abu Qosim Al
Junaid.
2. Dalam bidang hukum-hukum Islam, menganut ajaran-ajaran dar salah satu
empat madzahab. Dalam praktek, para Kyai adalah penganut kuat dari
para madzhab Syafi’i.
3. Dalam bidang tauhid menganut Imam Abu Hasan Al Asyari dan Imam
Abu Mansur Al Maturidi.
Untuk bisa mengenali cara berfikir Islam secara sungguh-sungguh yakni
dengan cara yang pertama harus difahami bahwa bagi seorang Kyai, agama pada
dasarnya adalah hukum-hukum Tuhan yang mengatur, tidak hanya pokok-pokok
moral tetapi juga memahami masalah-masalah detail tentang bagaimana seseoang
itu harus bersikap dan bertindak.

Bab VII Kyai dalam situasi Indonesia Sekarang


Indonesia adalah salah atu tempat konsentrasi umat Islam yang tersebar di
dunia, yang mempunyai kemampuan bagi penent arah perkembangan Islam di
seluruh Dunia. Peranan Kyai juga harus di kaji secara hati-hati. Pada waktu dulu,
mereka trt menyemarkkankehiupan inelektual din Saudi Arabia. Salah satu di antara
mereka yang mencapai tingakatn ulama’ besar di Hijaz. Mereka juga dianggap
mampu bilamana telah memperoleh pendidikan secukupnya di Mekkah dan
Madinah. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa secara intelektual dan spiritual
mereka agak bergantung pada pt-pusat Pendidikan Islam di Timur Tengah.

b. Analisis Isi
Kelebihan.
Dalam buku ini, pemaparan yang dilakukan cukup efektif untuk membuat
pandangan pembaca lebih universal dalam faham Ahlusunnah wal-Jamaah.

14
Pengenalan apik dalam tradisi pesantren dan kyai juga menjawab hipotesa dari
kalangan masyarakat umum, khususnya masyarakat Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di jawa membuat karya ini berbeda dengan yang
ditulis oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang terfokus pada sistem tradisional
dan modern yang memunculkan istilah ‘Islam Tradisional’ dan ‘Islam Modern’,
untuk tempat penelitiannya juga banyak mengambil di daerah Sumatera.
Padahal, geliat perkembangan umat Islam di Jawa juga sangat menarik untuk di
teliti, bahkan mungkin pesantren di Jawa-lah yang menjadi cikal bakal adanya
pesantren-pesantren lain di Indonesia.

Kekurangan
Kritikan penulis terhadap karya lain belum jelas dari perspektif mana
keambiguan karya lain yang dituturkan penulis. Penggunaan pendekatan untuk
memahami tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup kyai dengan
pendekatan sosiologis. padahal tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup
kyai akan lengkap bila didekati dengan pendekatan sosiologis, juga historis
kritis. Pendekatan historis kritis adalah menganut filsafat ilmu positivistic
kualitatif, mencermati hubungan sebab-akibat. Setidaknya ada tiga teori kritis
yaitu: pertama, historis kritis mencermati fakta sejarah; kedua, teori kritis Marxis
menunutut keadilan peran di masyarakat; ketiga, teori kritis post modern yang
mengkritisi kemampanan sistem, struktur, atau konstruk apapun. Pendekatan
sejarah dari tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup kyai adalah dalam
rangka mencoba memahami tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan umat
Islam tradisional di Indonesia. Apakah benar bahwa alasan-alasan ekonomi,
politik, dan keagamaan sendiri dibalik perubahan Islam tradisional ketika itu?
Seberapa jauh sebenarnya peran kiai dalam transformasi Islam tradisional
kepada Islam modern?

C. Penutup
a. Kesimpulan
Dari buku yang saya baca yang berjudul “ tradisi Pesantren” karya
Zamakhasyari Dhofier mmberikan kesimpulan bahwa arsitek kemasyarakatan
yakni para kyai harus memperhatikan kondisi atau selera yang dibutuhkan

15
masysrakat. Nah muncullah rahasia yang mana mereka mampu untuk
mengembangkan lembaga-lembaga pesantren untuk disesuaikan dengan
kebutuhan pada masa sekarang. Terlepas dari aspek kekurangan, buku ini tetap
merupakan karya yang baik dan memiliki pengaruh yang besar dalam dunia
Islam terutamadunia pendidikan Islam. Salah satu dampak yang muncul
adalah bahwa syarat-syarat pesantren sebagaimana yang ditetapkan oleh
Kementerian Agama RI sekarang ada lima mengacu pada hasil penelitian
Zamakhsyari dalam buku ini, yaitu: Pondok atau tempat tinggal para santri,
masjid, kitab-kitab Islam klasik, para santri dan kyiainya. Aspek-aspek
pesantren tersebut dijadikan standard oleh Kemenag RI untuk menilai apakah
pesantren itu memenuhi syarat ataukah tidak.
Penelitian tentang pesantren belumlah berakhir, pesantren Tebuireng
Jombang dan Tegalsari Salatiga adalah dua dari sekian banyaknya pesantren
di Indonesia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga apa
yang menjadi hasil penelitian Zamakhsyari tersebut bisa tidak benar jika
dilakukan pada pesantren-pesantrenyang lain. Barangkali masih banyak
pesantren yang jauh lebih tradisional dari pada pesantren Tebuireng dan
Tegalsari atau sebaliknya masih banyak pesantren yang lebih moderen
dari pada kedua pesantren tersebut. Misalnya: Pesantren-pesantren yang
memiliki lembaga pendidikan formal hingga perguruan tinggi, cenderung lebih
cepat perubahannya ke arah moderen dari pada pesantren yang tidak
memiliki lembaga pendidikan formal. Begitu pula, dilihat dari tenaga
pengajarnya/ustaz, pesantren-pesantren yang memiliki lembaga pendidikan
formal memiliki tenaga pengajar/ustaz yang memiliki keilmuan yang komplek
yang integratif-interkonektif dibanding dengan Pesantren-pesantren yang tidak
memiliki lembaga pendidikan formal. Oleh karenanya masih dibutuhkan
penelitian lagi terhadap tipe/jenis pesantren. Apalagi akhir-akhir ini
banyak bermunculan pesantren yang memiliki karakteristik khusus, seperti:
Pesantren Anak-anak, pesantren Tahfizal-Qur'an, pesantren tarekat, pesantren
manula, pesantren salaf, pesantren khalaf, pesantren tempat rehabilitasi para
pecandu narkoba, bahkan ada pesantren waria.

16
17

Anda mungkin juga menyukai