TESIS
OLEH :
SITI JULIATIN
NIM : 105041301718
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM DARI
SASTRA LISAN KE SASTRA TULIS DAN RELEVANSINYA TERHADAP
PENDIDIKAN KARAKTER DI KERATON BUTON KOTA BAUBAU
SULAWESI TENGGARA
TESIS
Program Studi
SITI JULIATIN
Nomor Induk Mahasiswa : 105041301718
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
TESIS
SITI JULIATIN
Nomor Induk Mahasiswa
105041301718
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
(Pembimbing I)
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
PERSEMBAHAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
NIM 105041301718
Tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Pembuat pernyataan
Siti Juliatin
NIM : 105041301718
v
vi
ABSTRAK
Kata kunci : nilai moral syair Kabhanti Gambusu, kearifan lokal, karakter,
norma, nilai, sosial
vii
ABSTRACT
SITI JULIATIN. 2021. “ Literature Before and After Entry Islam From Oral
Literature To Written Literature and Relevance Hamp Character Education
In Keraton Buton Baubau City Southeast Sulawesi “ guided by
Muhammad Rapi Tang and Andi Sukri Syamsuri.
The aim of this studi :1). Discribe moral values in double Kabhanti
verse in the Waborobo village Betoambari sub district Baubau city, 2).
Express the value local wisdom on the Kabhanti Buton community as a
foundation of education, 3). Minimize influence negative culture outside
especially western culture brought about by globalization, 4). Examine
function and role literature for the life of the Buton people. .
This research is field research by using a qualitative descriptive
method. This research was conducted in Waborobo village Betoambari
district and Keraton village Murhum district Baubau city. Research subject
are native speaker of double Kabhanti verse and literary works of
Muhammad Idrus Kaimuddin. Data collection techniques were carried out
using recording techniques and double Kabhanti verse note techniques
and observing the literary works of Muhammad Idrus Kaimuddin.
Research result show that :1) Moral values in dual Kabhanti consist
of good attitudes in the form of the importance of human awareness of the
existence of humanity, the principle of harmony in the form of mutual care
for one another, the principle of obedient respect to parents, and divine
principles in the form of belief in divine provision, 2). The value of local
wisdom consists of religious aspect about the relationship between
humans and god, aspect of norms regarding Islamic law as the main
source in people’s lives, social aspects of manners which refer to the
Buton Bhinci-Bhinciki Kuli falsafah. The value of local wisdom in Kabhanti
can be implemented in education because education is the target of the
curriculum it is necessary to collaborate between local wisdom values and
educational materials. Introducing Kabhanti as a regional culture into the
subject will develop a national culture with a national personality and
awareness.
Keywords : moral values, dual Kabhanti verse, local wisdom, character,
norms, values, social
viii
KATA PENGANTAR
kepada kita. Sehingga pada kesempatan kali ini kita masih sempat
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya ibu Masfufah dan bapak
mengatasi kendala yang ada dari awal proses penelitian hingga saat ini.
ix
3. Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum., sebagai Ketua Program Studi
teladan.
yang diberikan.
dan manfaat bagi penulis khususnya dan secara umum bagi pembaca
lainnya. Segala kritikan dan masukan demi penyempurnaan Tesis ini akan
Siti Juliatin
NIM : 105041301718
x
DAFTAR ISI
B. Penelitian Relevan...................................................................... 14
xi
BAB III METODE PENELITIAN
B. Pembahasan ............................................................................. 93
LAMPIRAN............................................................................................. 113
xii
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sudah lama dan sudah banyak diungkapkan oleh para pakar. kandungan
setiap budaya terungkap dalam bahasanya. Tidak ada materi bahasa baik
isi maupun bentuk yang tidak dirasakan sebagai lambang makna yang
1
2
sastra daerah.
dengan bidang ilmu lain. seperti kajian sastra daerah dari sudut pandang
susastra yang diberi imbuhan ke-an. Kata dasar susastra sebenarnya kata
dasar kedua karena dapat diuraikan pula atas su dan sastra. Keduanya
(sastra) ialah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan
yang dapat menimbulkan rasa bagus dan sastra juga sebagai kesimpulan
bahwa kesusastraan itu karya seni yang ditulis dengan bahasa yang
4
indah. Secara singkat sastra adalah suatu kegiatan yang kreatif dari
dkk,1991;2) menjelaskan secara rinci bahwa sastra lisan adalah jenis atau
kelas karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut tersebar
sastra lisan yang sebagian besar tersimpan dalam ingatan orang tua atau
Salah satu informasi yang sangat penting yaitu adanya sastra daerah
generasi berikutnya.
merupakan gambaran dari alam budaya bangsa Indonesia. salah satu dari
beranekaragam jenisnya.
disebut acara pingitan sebagai warisan sejak zaman dahulu hingga saat
ini. Proses upacara adat ini dilaksanakan untuk puluhan anak gadis di
delapan malam ini misalnya, para orang tua melantunkan nyanyian yang
kemudian disebut dengan syair Kabanti Ganda. Syair Kabhanti Ganda ini
Nyanyian rakyat merupakan salah satu alat atau wadah yang ampuh
watak dan kepribadian para pendengarnya. Pesan atau nasehat itu akan
lebih mudah diterima jika dijalin dengan syair atau puisi yang
rakyat adalah sebagai pengokoh nilai-nilai dari sosial budaya yang berlaku
dan moral bisa dipakai sebagai pedoman bagi masyarakat. disamping itu,
keragaman budaya, bahasa, serta adat istiadat. Indonesia yang terdiri dari
tiga puluh empat provinsi yang masing-masing kaya akan budaya, bahasa
dan adat istiadat termasuk sastra lisan dan tulisan. Sastra lisan
merupakan ekspresi dari suatu budaya yang lahir dan berkembang pada
satu aspek yang dapat digunakan untuk mengenal budaya. Pada sisi lain
kabhanti Bula Malino dan Bunga Malati. Kabhanti Bula Malino merupakan
dengan tuhannya, serta sikap yang harus dimiliki sebagai manusia ciptaan
tuhan.
masa kini tidak lagi menjaga keutuhan dan kelestarian yang menjadi ciri
tergusur oleh jenis-jenis karya seni lain. kalau pun kabhanti masih
8
hanya dapat dipahami oleh mereka dan siapapun yang mendengarkan isi
suku Buton yang sudah banyak menerima budaya baru dan meninggalkan
budaya tradisi lama, contohnya adanya pengaruh luar atau seni modern.
masyarakat suku Buton mulai generasi muda sampai orang tua telah lupa
daerah Buton dan mulai menerima unsur budaya modern seperti ragam
musik pop, dangdut, rock, dan lain-lain. selain itu, pengguna bahasa Wolio
mata pelajaran muatan lokal. Hal ini berefek pada kabhanti sebagai karya
telah mewariskan tentang adab dan kearifan hidup yang diajarkan baik
tentang adab pada masa lalu telah ada zaman kerajaan tradisional di
Keraton.
memelihara nilai-nilai Islam yang sufistik, bahkan dua dari enam Sultan
yang berkuasa pada abad ke-19 mewariskan beberapa artikel, karya tulis,
sekolah yang diberi nama Zaawiyah. Hasil dari sekolah ini adalah
Buton bukan hanya mempelajari aqidah dan ajaran Islam tetapi lebih jauh
dari itu. Agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar dan
(aksara Wolio). Aksara ini pada prinsipnya diadopsi dari aksara Arab
bahasa Wolio memiliki sistem aksara yang baku diadopsi dari aksara Arab
dan aksara Jawi (Arab melayu). Hal ini dapat dilihat melalui berbagai
Kabhanti berasal dari bahasa Wolio terdiri dari dua morfem yaitu
Kesusastraan jenis ini telah dikenal oleh masyarakat Buton sejak masa
bebas dari kesusastraan bentuk prosa sejak zaman itu. Kabhanti tidak
tidur.
Kabhanti karya beliau sebagai unsur kebudayaan orang Buton yang hidup
Kabhanti Bula Malino. karya Sultan Muhammad Idrus lainnya yang sudah
menjadi tradisi tertua yang mengandung ajaran Islam dan moral bagi
masyarakat Buton adalah Bunga Malati. Kabhanti ini sarat dengan nasihat
Segala proses dan himbauan yang sarat dengan nilai moral dan agama
dalam karya sastra lama ini digambarkan dengan lugas. Selayaknya syair
dan petuah masa lampau isi dari Kabhanti Bula Malino dan Bunga Malati
14
satu hal yang dapat diperhatikan bahwa pada akhirnya pesan moral dan
B. Penelitian Relevan
kajian pada masalah inventarisasi karya sastra lisan. Seperti apa yang
dilakukan oleh Mattaliti dkk (1985) dan La Djamudi (1993). Ada juga
sastra lisan tersebut seperti yang dilakukan oleh Sande dkk (1998).
Idrus Kaimuddin juga dilakukan oleh Melamba dan Hafsah (2014) dimana
Buton.
Islam yang konsisten. Sebagai Sultan dan juga ulama selain menulis
pernah dilakukan oleh Ilyas dan Sabirin (2014) dimana dalam penelitian
Kaimuddin menjadi pusat pendidikan dan kesenian. Selain itu, pada masa
berikut :
yang jika kita kaji secara ilmiah akan ditemukan sejumlah konsep yang
secara keseluruhan.
C. Rumusan Masalah
berikut :
bangsa ?
pembelajaran sastra ?
17
D. Tujuan Penelitian
masyarakat Buton.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
dianggap relevan.
2. Manfaat Praktis
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
tahun 2010 tentang penetapan hari jadi kota Baubau dan perubahan
penulisan kota Bau bau menjadi Baubau sesuai dengan ejaan yang
18
19
kelurahan Bugi, kelurahan Gonda Baru. Wolio yang terdiri atas beberapa
kelurahan Bukit Wolio Indah. Lealea yang terdiri atas beberapa kelurahan
Keraton Buton, rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh setinggi
naskah negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi
20
dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai negeri (desa) keresian atau
tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga
serta saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Maha Guru. Nama pulau
dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga,
(saat ini berada dalam wilayah kota Baubau) serta membentuk sistem
ke-16 dengan diperintah oleh enam orang Raja diantaranya dua orang
merupakan bukti bahwa sejak masa lalu derajat kaum perempuan sudah
sebagai Sultan Buton ke tiga puluh delapan yang berakhir tahun 1960.
itu.
Kabhanti adalah tradisi lisan dan tulisan yang berupa nyanyian atau
melayu, dan aksara Wolio. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Buton
terutama bagian Keraton pada saat itu telah menampilkan sisi kreativitas
karakter masyarakatnya.
menyayangi.
menjadi Sultan pertama di Buton. Buton tidak saja menjadi agama Islam
pada abad ke-16. Belo artinya hiasan, Baruga artinya balairung. Belo
Baruga adalah pemuda umur sebelum lima belas tahun yang tinggal di
dalam tata cara pemerintahan dan adat istiadat yang ditugaskan dalam
dengan baik. Penguasaan yang baik terhadap bahasa dan aksara Arab
ataupun naskah disebut Buri Wolio. Buri artinya tulisan dan Wolio artinya
vokal bahasa Wolio yang tidak terdapat dalam bahasa Arab. Hasil
Buton yang populer antara lain Sultan La Elangi, Sapati La Singka, Sultan
bernama Wa Ode Samarati. Karya sastra yang dihasilkan antara lain Bula
terang), Bunga Malati (bunga melati), Tula-Tula Koburu (cerita dari kubur),
Pakeana Mia Arifu (pakaian orang arif), Ana-Ana Maelu (anak yatim
yang pergi), dan Ajonga Inda Malusa (pakaian yang tidak luntur), dan lain-
lain. Bahasa dan aksara yang digunakan para penulis yaitu bahasa Arab
ke-19 para penulis telah mengubah sastra lisan Buton menjadi sastra tulis.
yang memiliki kemampuan menulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Wolio
dan sastra tulis Kabhanti merupakan dua karya yang berbeda. Terjadinya
kepopuleran sastra lisan Kabhanti. Karya sastra yang lama diganti dengan
karya sastra baru yang lebih sufistik. Bentuk karya sastra lama diganti
tetapi mempertahankan nama karya sastra lama. Dengan cara seperti itu
agamawan.
jauh dari Keraton. Sastra lisan Kabhanti yang semula sebagai pertunjukan
dilagukan. seni musik dan pertunjukan Macapat sebagai Puisi yang mula-
naskah Kabhanti.
kontradiktif pada nama sastra tulis tersebut. Jika sastra lisan yang
disebabkan oleh dua hal. Sastra lisan Kabhanti bermula dari sastra lisan
Buton yang terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi pada masa
pertama) akan tetap bertahan atau justru berubah pada masa Islamisasi
tahap dua Sultan Dayanu Ikhsanuddin. Begitu pula Islamisasi pada tahap
sastra lisan yang berasal dari Keraton yaitu aksi berbalas pantun dalam
namun umumnya larik sastra lisan Kabhanti terdiri atas sampiran dan isi.
Terjemahaannya
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian.
Terjemahannya
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan
(ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena
mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Terjemahannya :
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri
membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu
bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan.
30
Terjemahannya :
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka
utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan
(perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan
mendustakanku".
kalam Allah ini merupakan kitab atau wahyu yang istimewa dibandingkan
adalah tidak ada satu bacaan pun yang lebih baik sejak peradaban baca
tulis dikenal dalam peradaban manusia, baik yang dibaca oleh orang yang
mengerti artinya maupun oleh orang yang tidak mengerti artinya. Sebagai
sumber ajaran islam yang utama, Al Qur’an diyakini berasal dari Allah dan
Lisan adalah salah satu anggota badan yag terdapat dalam mulut sebagai
alat untuk berbicara dan mengecap. Sehingga orang yang berkata lancar,
jelas, dan mudah dipahami disebut fasih lisannya. Secara jumlah, kata
lisan disebut dalam Al Qur’an dengan surat yang berbeda. Dalam surat Al
ucapan adalah doa. Dalam surat Al Nahl ayat 62 menjelaskan bahwa lisan
Kabhanti sebagai nama naskah (sastra tulis) yang berisi ajaran agama
menggiring dan mengikis tradisi lokal yang kurang Islami ke Tradisi yang
Islami. Sikap penguasa tersebut dilatari oleh semangat ajaran tasawuf dan
bukan dari sudut pandang ideologi lokal tetapi dari sudut pandang agama.
bahasa lisan dan tulisan, adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan
bahkan punah. Maka sangat penting jika hal-hal yang berkaitan dengan
nyanyian rakyat masih dapat kita jumpai walaupun dari sisi kuantitas
sendiri yang terbungkus dalam satu kelompok. Oleh karena itu tidak heran
tidak sama antara satu dengan lainnya. Kebiasaan yang sudah menjadi
tradisi di Indonesia antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
rakyat. Ada hiburan yang dapat menyenangkan hati semua orang, ada
hiburan khusus untuk anak-anak yang dapat mengobati rasa lelah karena
rakyat yang khusus dilakukan oleh wanita yang sudah dipersunting dan
mengatakan bahwa nyanyian rakyat adalah salah satu genre faktor yang
terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara kolektif
nyanyian rakyat, kata-kata, dan lagu merupakan dwi tunggal yang tidak
dapat terpisahkan.
adanya fakta bahwa generasi muda masa kini sudah tidak lagi melihat
Secara etimologis kata moral berasal dari kata Mos dalam bahasa
latin, bentuk jamaknya mores yang artinya adalah tata cara atau adat
terkait dengan nilai-nilai baik buruknya. Moral juga dapat diartikan sebagai
Nilai berarti sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek itu
Istilah kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan yang berarti
setempat. Secara linguistik kata kearifan di bentuk dari kata arif yang
dengan dua hal yaitu karakter atau kepribadian dan kecerdasan atau
lokal masyarakat.
Sementara itu kearifan lokal merupakan suatu hasil adabtasi dari suatu
(Gunawan,2003;6).
36
bersangkutan.
dan budaya yang diekspresikan dalam penerapan tradisi yang dianut oleh
nilai luhur kehidupan. Tradisi dan budaya yang dikaji merupakan bentuk
dalam peneltian ini ditekankan pada tiga hal yaitu aspek religius, aspek
masyarakat.
tentang nilai dan falsafah hidup disampaikan melalui Kabhanti. Yang pada
bentuk prosa. Sejak zaman itu Kabhanti tidak saja berkembang secara
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pantun dan syair. Kabhanti
sampiran dan isi, dan kadang pula hanya berupa isi saja. Syair bentuknya
atas tiga sampai empat perkataan sehingga Kabhanti juga termasuk karya
Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tidak hanya sebagai
masa kini yang disebut dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kabhanti dikenal
oleh masyarakat Buton sejak awal kesultanan pada abad ke-15. Sehingga
karya sastra ini dipandang sebagai bentuk sastra yang paling tua dalam
Terjemahannya :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
(1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2),
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia(3), Yang mengajar
(manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya (5)."
Terjemahnnya :
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab
sebelum (Al-Qur'an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab
dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan
menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.
yang jelas sesuai dengan ciri agama. Keindahan yang diperjuangkan oleh
seni yang timbul dari agama juga bersifat normatif seperti dalam puisi para
untuk menjadi petunjuk, bukan saja bagi anggota masyarakat kitab suci ini
dan maju.
yang perlu dilakukan adalah pengkajian Kabhanti secara ilmiah agar dapat
masyarakat lokal yang tercermin dalam sastra dan budaya lokal dapat
B.Kerangka Pikir
Pendidikan Karakter
42
atau konsep dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Sastra
Buton tidak lepas dari sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan yang
pada acara adat pingitan dan melahirkan. Tuturan lisan inilah yang
moral telah dituturkan melalui Kabhanti. Oleh karena itu masuknya Islam
Arab Wolio melalui tulisan. Sehingga bahasa Arab Wolio saat itu menjadi
budaya yang dikaji merupakan bentuk kearifan lokal yang telah diterapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Data penelitian ini adalah tuturan lisan berupa kata-kata atau kalimat yang
tulisan dalam hal ini adalah menelaah karya sastra Kabhanti Bula Malino
didalamnya.
lapangan.
penelitian ini adalah untuk sastra lisan informan penutur asli syair
43
44
sastra Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina yang ditulis oleh
sebagai sumber data yang ditulis oleh Ummi Salamah dalam aksara Arab
Wolio. Selain itu peneliti juga menggunakan sumber data buku-buku yang
Idrus Kaimuddin.
rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk merekam syair
yaitu penutur asli atau pelantun asli Kabhanti Gambusu. Teknik catat
digunakan dengan cara mencatat data yang dianggap penting diluar data
Idrus Kaimuddin.
analisis data. Sedangkan pada sastra tulis dilakukan melalui tiga langkah.
simpulan (Glasser,1986;102).
tersebut dalam penelitian ini digunakan pula dua teknik triangulasi yaitu
BAB IV
Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam Dari Sastra Lisan Ke Sastra Tulis
a. Uraian tentang nilai moral dalam teks syair Kabhanti Ganda mengacu
46
47
norma adat.
penurunan moral generasi muda yang mulai nampak saat ini dapat di
fungsi dan peranan yang menjadi titik berat perhatian para pemuka
muda.
a. Kelurahan Waborobo
tahapan-tahapan,
49
nilai moral terbagi atas prinsip sikap baik, prinsip keadilan, prinsip
b. Kelurahan Keraton
kebenaran dengan iman yang tak goyah, umur adalah kematian yang
sebagai orang Islam maka wajib kita melakukan yang terbaik dan
menjauhi larangannya.
1. Upaya guru
1. Aspek religius mempercepat
2. Aspek norma pemahaman
3. Aspek sosial 2. mengenal nilai-nilai
luhur
3. Dapat memanfaatkan
kearifan lokal
1. Nilai ketaqwaan
2. Budi pekerti
3. Toleransi
4. Tolong-menolong
5. Kasih sayang
6. Rela berkorban
7. Saling menghargai
52
yaitu yang pertama pemikiran atau ide, kedua bentuk atau struktur, dan
ketiga kesan atau pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu,
Kabhanti sebagai bentuk puisi daerah yang sarat dengan nilai-nilai dan
luhur bangsa.
bentuk puisi yang menyerupai syair. Puisi yang dimiliki oleh masyarakat
yaitu pantun dan syair. Kabhanti yang tergolong kelompok pantun pada
dan isi, dan kadang pula hanya berupa isi saja. Kabhanti yang tergolong
prosa.
secara lisan dengan mulut baik dalam pertunjukan seni maupun diluarnya,
karya seni yang menggunakan bahasa lisan, yang diungkapkan dari mulut
dan diteruskan dari orang ke orang dalam bentuk tidak berubah dengan
55
lisan bukan tulisan, dan merupakan jenis karya yang diturunkan dari
Ciri-ciri sastra lisan adalah 1. Anonim, adalah karya sastra itu tidak
imajinatif, yaitu baik isi maupun bentuknya selalu meniru bentuk yang
setiap hidup yang luhur dari nenek moyang. 3. Fungsi motivasi, agar
Fungsi rekreasi.
tradisional dalam syair Kabhanti Ganda sebagai salah satu bentuk sastra
lisan masyarakat Buton dapat pula menunjukkan fungsi yaitu sebagai alat
folklor lisan dan mempunyai empat fungsi yaitu 1. Sebagai bentuk hiburan,
56
seseorang suatu jalan yang diberikan oleh masyarakat agar dia dapat
saling berkaitan. Sebuah cerita lisan yang ditemukan oleh seorang peneliti
atas tiga yaitu 1. Teks monolog yaitu teks yang dibawakan oleh satu
yaitu teks yang memuat pembicara utama atau pencerita yang dapat
menampilkan pembicara lain, yaitu tokoh. Dalam hal ini teks tokoh
Sastra lisan juga merupakan jenis atau kelas karya sastra tertentu,
yang dituturkan dari mulut ke mulut, tersebar secara lisan, anonim, dan
lisan meliputi 1. Bahan yang bercorak cerita yaitu cerita biasa, mitos,
57
syair. 4. Cerita rakyat, merupakan kiasan antonim yang tidak terikat pada
seperti cerita ikan duyung di tanah Buton. 5. Puisi rakyat (puisi lama),
syair. 6. Nyanyian rakyat, merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang
terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara kolektif
bahwa lagu rakyat adalah nyanyian yang merupakan tradisi lisan dari
rakyat adalah nyanyian yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar
nyanyian lisan dari mulut ke mulut yang secara turun-temurun dari nenek
Kota Baubau.
sementara waktu atau untuk menghibur diri dari kesukaran hidup, dapat
pula menjadi semacam pelipur lara atau untuk melepaskan diri segala
Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan
negatif. Adapun tolak ukur untuk menentukan nilai moral positif dan
ketuhanan.
pada mulanya manusia adalah satu yang diciptakan oleh tuhan dan
mahkluk sosial dan sebagai hamba Allah, Untuk lebih jelasnya Kabhanti
Ngkaasi Ngkitaana
Puuna rapuu-puu
Kulaseno rumambano
Tano rambamo ku / ese
Puuna sepu’u-pu’u
Puuno wasakalambe
Kuleseno iaudia
Alindara kuleseno
Notondu ransano iiwu
Nokopera situmpano
Nolele sambara nggunu
Bhakeno sau mparae
Mantale mie junia
Bhakeno sau lagundi
Labua kalembanguni
Artinya :
Kalembangu bhakeno
60
Labuansum-suru mbungano
Mbunga sembunga-mbungano
Kita sekalian manusia
Mulanya dari satu pohon
(kemudian) akhirnya merambat
Biarpun dimana akarnya
Pohonnya tetap satu
Pohonnya adalah wasakalambe
Akarnya adalah keturunannya
Kutelusuri akarnya
Tenggelam di dasar negeri
Tiba (berkembang) di
Penghujung tertentu
Meleleh sembarang gunung
Buahnya kayu mparae
Tercecer manusia di dunia
Buahnya kayu lagundi
Terus dikunjungi
Dikunjungi buahnya
Terus ditelusuri dan ditelusuri bunganya
Adalah berbunga sama
2) Kabhanti petuah
adalah komunikasi antara janin bayi dengan kakaknya (ari-ari). Pada akhir
Anembuli ntugu
Dhotingkulu dharodua
Dhotingkulu tokombowa
Topombuli toponggaamo
Isabharano wamba
Wa inamo pangulumo
Sawali maka iyau
Dopotingalu ngalumo
Adik, aku duluan lewat
Dipenghujung terang
Yang sakit akan turun
Turun menemui dia
Artinya :
Kalau turun minta izin
Potonglah dengan daun
Kalau pulang tunggulah
Kita turun berdua
Berpegang tangan
Kita turun bersama
Kita pulang berpisahlah
Tapi tinggal kata-kata
Dan sang ibu yang sakit
Padahal saja aku
Hanya desah nafas
ari-ari bayi (sebagai kakak). Dikisahkan dalam Kabhanti ini bahwa sang
adik sudah kesakitan hendak lahir tapi kakaknya belum juga mau lahir.
bahwa ‘saya (kakak) memang sudah begini, nanti saya menyusul’. Untuk
lebih jelasnya Kabhanti Yoisa dapat dilihat pada kutipan berikut ini :
Artinya :
Sang kakak marilah turun
Sang adik sudah gelisah (sakit)
Marilah ! marilah !
Jangan tetap enggan (bersama)
Kalau tetap enggan
Kesedihan telah menunggumu
Aku sudah memang begini
Nanti kususuli
Kututupi ketetapan (tulisan)
Ketetapan dari tuhan
Kesukaran sebelumnya (tanda-tanda sebelumnya)
Kuterjatuh bertahan
Untunglah melawannya
Kutahan dirimu (kamu)
Daun untuk yang gelisah (sakit)
(lelah) hilang sedikit demi sedikit
(tak ada panasnya)
Aku bersusah-susah
Gelisah dan gelisah
(kalau) kawakasalambe
Kasihan aku ini
63
kemanusiaan. Memang syair ini tergolong sastra lama yang lebih bersifat
b. Prinsip kerukunan
berasal dari satu pohon. Setelah itu menyebar ke seluruh penjuru dunia
kepada seluruh umat manusia karena kita berasal dari satu keturunan.
Maka kita harus selalu bersatu, harus rukun antara satu keluarga dengan
keluarga yang lain, antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
untuk kebaikan kita semua. Seperti halnya dengan nilai moral yang
toponggaamo kata
isabharano wamba sabar
wa inamo pangulumo dan sang ibu
sawali maka iyau sakit
dopotingalu padahal saja aku
ngalumo hanya desah nafas
prinsip sikap baik santun kepada sesama. Pada larik pertama syair
merupakan hal yang wajib diucapkan. Kata tabe tidak hanya merujuk
kepada makna permisi, akan tetapi lebih luas dari itu. Kata tabe bermakna
penanda santun saat lewat di depan seseorang atau banyak orang atau di
Buton. Karena hal ini diungkapkan sejak dalam kandungan. Ini dibuktikan
ghaib yaitu di alam kandungan. Nilai moral budaya semacam ini sejak
b. Prinsip kerukunan
Nilai moral dalam bentuk prinsip kerukunan dapat kita temukan dalam
kandungan merupakan hal yang sangat sakral. Antara sang kakak (ari-ari)
mereka. Ketika sang bayi lahir terlebih dahulu dia meminta izin dengan
kata tabe. Dan saat itu sang kakak mengizinkan untuk turun atau lahir.
Dialog mereka sangat rukun yang ditandai dengan pesan sang kakak
kepada sang adik. Sang kakak memberitahu sang adik jika sudah tiba di
sana (dunia) nanti tunggu saya. Sang kakak berharap kalaupun nanti
kakak dengan sang adik tampak dalam sikap saling menasihati dan saling
tangan di saat turun atau lahir. Dan perjanjian mereka untuk kembali
c. Prinsip hormat
Nilai moral dalam bentuk rasa hormat dan patuh kepada ibu tercinta
dapat kita temukan dalam syair Kabhanti Yoai di atas. Dialog antara sang
kakak dengan sang adik tentang bagaimana penderitaan sang ibu ketika
sakitnya ibu di saat kita dalam kandungan. Kesadaran akan nilai moral
tentang rasa hormat kepada ibu sangat penting bagi setiap manusia
sebagai wujud dari rasa hormat kepada jasa ibu saat mengandung dan
melahirkan. Hormat dan patuh kepada ibu merupakan nilai moral yang
sangat penting dalam kehidupan setiap insan. Sikap hormat dan patuh
kepada ibu merupakan tanda sosok anak yang berbakti. Hanya orang
yang hormat dan patuh kepada ibunya yang dapat meraih berkah
kehidupan. Sebaliknya, bagi siapa saja yang tidak menghargai atau tidak
a. Prinsip kerukunan
Dialog antara kakak dengan adik di alam gaib merupakan panutan bagi
Ajakan sang adik kepada kakak agar kita secepatnya lahir karena adik
menyedihkan. Dalam hal ini, jika terlambat lahir jangan sampai ada resiko
dengan kakak tampak dalam komunikasi yang sangat toleran dan saling
masyarakat yang dapat membangun kondisi bangsa yang lebih damai dan
makmur. Hanyalah dengan situasi yang rukun di antara warga yang dapat
b. Prinsip hormat
menghormati antara kakak dan adik dapat terwujud jika sang adik
ke arah ini. Sejak dini orang tua harus menegaskan dalam berbagai wujud
70
sudah agak susah di bentuk watak dan jiwanya. Secara umum, peneliti
c. Prinsip ketuhanan
tuhan dalam bait ketiga syair Kabhanti Yoisa hanya dapat kita maknai jika
akurat kita memaknai eksistensi kata tuhan dalam syair tersebut jika kita
Ketetapan tuhan yang dimaksud dalam teks itu adalah ketetapan tuhan
dan sebagainya yang telah ditentukan oleh tuhan sebelum bayi itu lahir ke
dan juga dianut oleh masyarakat Waborobo. Akan tetapi konsep atau
Buton tergambar pada Kabhanti Bula Malino dan Kabhanti Bunga Malati,
dengan bentuk kearifan lokal yang terdapat pada Kabhanti Bula Malino
dan Bunga Malati. Dalam hasil analisis data disimpulkan bahwa konsepsi
tentang tuhan harus ditelusuri melalui eksistensi diri kita sebagai ciptaan
mendapat gelar Khalifah Alhamsi yaitu memiliki sifat saleh, suci batinnya,
kerjasama yang erat dengan pusat kekuasaan Sultan dan Sarana Wolio
Buton. Hal ini sesuai dengan adat bersendikan sara dan sara bersendikan
masyarakat Buton yang madani yaitu sifat bawaan yang tidak pernah
73
perlu diri asalkan negeri tetap utuh, tidak perlu negeri asalkan hukum
patut dan tidak patut dilakukan oleh anggota masyarakat. dengan kata
lain, norma dapat dimaknai sebagai tolak ukur yang menjadi acuan benar
berlandaskan syariat Islam sebagai sumber utama. Hal ini tergambar pada
pada tiga pilar norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat.
penerapan syariat Islam. Norma sosial yang tampak pada Kabhanti Bula
Malino dan Jaohara Molabina menjadi acuan dalam berperilaku dan tata
istiadat dalam masyarakat Buton. Hal ini dilakukan melalui satu lembaga
kearifan lokal masyarakat pada aspek norma tercakup pada tiga pilar
norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat. Masing-masing
sanksi sosial terhadap pelanggaran susila. Dan aspek norma adat menjadi
arti telah diterapkan pada siapa saja baik pejabat maupun masyarakat
biasa.
besar Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina. Pada Kabhanti ini
tertuang dalam empat prinsip hidup yaitu sesama manusia harus selalu
Islam. Hal ini tercakup dalam falsafah Buton Bhinci-bhinciki Kuli. Yang
biasa dikenal dengan istilah Sara Pataanguna. Hukum yang empat. Sara
keberadaan dirinya. Pada aspek ini tersirat makna bahwa nilai sosial
terbentuk oleh rasa saling membutuhkan dengan didasari oleh hati yang
bersih. Pada konteks ini setiap manusia pada dasarnya mempunyai hati
yang bersih yaitu hati nurani yang perlu dibiasakan. Nilai-nilai kearifan
lokal perlu ditanamkan secara dini. Baik yang diberikan oleh orang tua,
yang hidup kekal di dunia ini. Yang hidup kekal abadi hanyalah tuhan
tuhan agar senantiasa diberi kekuatan iman serta dapat mengikrarkan dua
78
kalimat syahadat dengan teguh. Hal ini sebagaimana sesuai pada kutipan
dibawah ini :
agar senantiasa terjaga dari penyakit hati, lemah iman, dan sebagainya.
dan mahkluk lainnya tidak berbeda asal kejadiannya, yaitu berasal dari
setetes air. Demikian pula kelak akan mati, didalam tanah akan
adalah perbuatan baik apa yang harus dilakukan terhadap sanak keluarga
mata hanya kebesaran dan hiasan dunia. Yang harus diutamakan adalah
hati nurani yang suci. Itulah yang akan kekal sampai pada hari kemudian.
kejelekan orang yang dibuali dan di fitnah diambil orang yang membual
dan memfitnah itu. Selain itu, orang yang membual dan memfitnah pada
dibawah ini :
yang luar biasa, kemampuan manusia yang dikatakan luar biasa adalah
sesuatu
Tabeanamo yisarongi apintara kecuali disebut pintar
Hengga sa’angu dhosana amataua walaupun satu dosanya diketahui
Mincuanapo yisarongi amakida belumlah disebut pandai
Alawua oni yinda’a bhara’akea menjawab kata yang tak sukar
baginya
Tabeanamo yisarongi amakida kecuali disebut pandai
Alawua nangkiru yinda’a kasunu-sunu menjawab nangkir tak tersendat-
sendat
mincuanapo yisarongi metandai belumlah disebut pengingat
nesabutuna yinda mali-malingu kalaulah hanya tak pernah lupa
tabeanamo yisarongi metandai kecuali yang disebut pengingat
sakija mata yinda bhara’aka opuna sekejap mata tidak melupakan
tuhannya
menjaga lisan dari perkataan yang jelek serta mampu menjaga hati
nuraninya dari perbuatan yang buruk. Seperti pada kutipan dibawah ini :
karakter
sehingga penurunan moral generasi muda yang mulai tampak saat ini
yang inovatif dan kreatif sebagai bentuk kearifan lokal mereka. Pendidikan
karakter ditekankan pada sepuluh pilar yaitu cinta kepada Allah, disiplin
dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, kerjasama, kreatif,
pembelajaran sastra
Budaya lahir dan dikembangkan oleh manusia melalui akal dan pikiran,
atau isyarat yang tidak ada paksaan atau hubungan alamiah dengan hal-
karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi seperti
yang sangat penting dalam mempelajari suatu bahasa. Pada tahun 60-an
Bahasa adalah bagian dari budaya dan harus didekati dengan sikap yang
harus sekaligus guru budaya. 3. Bahasa itu sendiri merupakan subjek bagi
kebudayaan.
pada umumnya senang dengan budaya asing. Hal ini harus menjadikan
muda dari budayanya sendiri. Mereka seperti tercabut dari budaya nenek
budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif
Dalam hal ini, perlu dicegah kebudayaan asing yang negatif. Bahasa dan
menyimpang dari etika orang Indonesia. generasi muda justru lupa akan
unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem
sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Dalam hal
tanpa sekat dan batas yang jelas. Era global tersebut telah memberikan
yang baik dan mana yang buruk. Seolah-olah bagi mereka budaya yang
datangnya dari barat itu baik adanya. Padahal tidak semua yang
datangnya dari barat itu baik, justru sebaliknya banyak pula budaya yang
muda. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan lokal dan
kini sudah mulai luntur seiring berkembangnya zaman. Puisi atau syair
diri. Puisi atau syair tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan
berikutnya.
yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai
89
identitas. Maka sungguh tidak masuk akal jika kita yang memiliki banyak
itu daya tahan dan daya tumbuh didalam wilayah dimana komunitas itu
berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu
kohesi sosial. 3. Sebagai unsur budaya yang tumbuh dari bawah, eksis,
eksistensi diri. Dalam era otonomi daerah sudah selayaknya dan memang
Buton dan berperan aktif dalam kegiatan Baubau Expo yang dilaksanakan
oleh walikota Baubau setiap satu tahun sekali pada momen hari ulang
sastrawan Buton dapat dikatakan sebagai ahli ilmu jiwa dan filsafat yang
91
lain. sastra selain sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan
Kabhanti merupakan salah satu puisi dan syair lama sebagai budaya lokal
Hal ini berkaitan dengan salah satu manfaat pembelajaran sastra yaitu
karena karya sastra Buton terkandung nilai-nilai yang positif bagi pembaca
nilai pendidikan kepada pembaca. Pesan moral dalam karya sastra Buton
Kabhanti Ganda (sastra lisan) sejatinya esensi yang harus ditemukan oleh
92
pendengar atau penikmat sastra Buton. Pesan moral dalam karya sastra
hidup dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Misalnya pada Kabhanti
bagaimana seorang gadis harus bersikap hormat pada orang tua, jangan
terkadang sering dilewatkan begitu saja oleh para guru, muatan lokal lebih
Buton dan Baubau expo untuk melibatkan generasi muda atau para siswa
kebangsaan kita diyakini akan tetap terjaga. Agar eksistensi budaya lokal
globalisasi.
daerah Buton tidak terputus mulai dari sastra tradisinya sampai kepada
sastra yang lebih modern. Dengan kata lain, terjadi kesinambungan dan
baik sastra lisan maupun sastra tulis mempunyai fungsi dan peranan yang
tidak sedikit sesuai dengan tuntutan zaman. Sastra Buton yang lahir dan
Buton banyak dijumpai pada untaian kata dan bait-bait sastranya. Selain
yang sangat bermanfaat tidak terikat oleh konstelasi ruang maupun waktu.
Namun patut diakui bahwa kontribusi yang diberikan oleh Islam terhadap
bermanfaat. Mulai dari cerita rakyat seperti dongeng dan legenda, lagu-
sosial.
serta telah menempatkan sastra itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan
masyarakat baik pada masa pra Islam maupun setelah masuknya Islam.
disaat sastra digelar sebagai sarana hiburan. Bila ditelusuri kembali karya-
sastra yang lahir pada fase ini seperti Kabhanti didalamnya selain memuat
dahulu telah mengemban fungsi serta peranan yang cukup luas di tengah-
dalam proses penataan masyarakat Buton selama ini. Hal ini sejalan
warisan leluhur, dan juga karena terdesak oleh unsur-unsur baru yang
lebih skeptis dan modern, Namun bukan berarti bahwa sastra-sastra lama
peranannya bagi masyarakat saat ini telah hilang atau punah. Fungsi dan
peranan itu tetap ada bahkan pesan maupun amanat yang terdapat
B. Pembahasan
dari bahasa Wolio, terdiri dari dua morfem terikat Ka- dan morfem bebas
rasa dalam bentuk yang amat digemari dan mengenai dasar hati bahkan
hati.
Konsep nilai ditentukan dari sesuatu atau hal oleh hasil interaksi
antara subjek yang menilai dan objek yang di nilai atau hasil interaksi dua
atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat
sebagai sumber ajaran moral seperti orang tua dan guru, para pemuka
masyarakat dan agama. ajaran-ajaran itu bersumber pada tradisi dan adat
lampau. Seperti Kabhanti Ganda sebagai suatu karya sastra sangat erat
berpikiran halus dan anggun. Sebuah karya sastra yang baik harus
tidak lepas dari prinsip moral (etika), pandangan hidup manusia (filsafat),
dan rasa keagamaan (religi). Nilai pendidikan dalam sastra adalah suatu
tertentu sebagai cermin tingkat pola berpikir dalam melihat suatu objek
diabaikan. Hal ini berarti bahwa sastra itu lahir untuk kebaktian manusia
logis dari kenyataan bahwa sastra lahir dari pengarang yang merupakan
pelaku atau penikmat. Oleh sebab itu, apa yang terdapat dalam sastra
religius.
tuangkan dalam bentuk puisi sehingga mudah diterima dan dicerna oleh
pembacanya. Karena itu, dengan cepat pula rakyat dapat memahami apa
yang diajarkan. Dalam karya mereka memakai bahasa Wolio, Arab Jawi
(melayu kuno), dan bahasa Arab. Buku-buku yang berbahasa Arab dan
sejarah kebudayaan serta jalur jalan mengenai hidup dunia dan kehidupan
Kabhanti itu dibaca dengan dilagukan dengan nada yang khas. Sejak
oleh orang tua untuk mempelajarinya. Hal ini sangat terbatas menurut
101
tingkat isi buku yang dibacanya sebab ada pula yang tidak bisa dibaca
oleh anak-anak.
dirinya sendiri, orang lain, maupun kepada tuhannya. Oleh karena itu,
aturan, moral, kesusilaan, atau perbuatan baik dan buruk. Nilai etika
Sumber norma etika adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
norma kesusilaan dengan sanksi tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang
beliau sebagai salah satu unsur kebudayaan orang Buton yang hidup di
yang mulia dan luhur itu. Dengan demikian paradigma pendidikan adalah
nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya,
dan hormat kepada orang lain. interaksi seseorang dengan orang lain
atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
104
orang. Karakter juga bisa diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang
BAB V
A. Kesimpulan
Kabhanti Gambusu hingga saat ini agar tidak menghilang dari kebiasaan
berbudi pekerti luhur. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Jadi nilai moral
atau tingkah laku yang berasal dari hati nurani dan harus direalisasikan.
Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan negatif.
landasan kaidah dasar moral terdiri dari prinsip sikap baik, prinsip
ketuhanan.
107
eksistensi diri sebagai hamba Allah, dan selalu mengarah kepada sifat-
104
sifat merendah, selalu bersyukur, dan bertawakal kepada maha pencipta.
Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek norma mencakup tiga
pilar norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat istiadat
susila, dan aspek norma adat istiadat menjadi acuan penerapan sanksi
daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan
pada kalangan masyarakat Buton baik sastra lisan maupun sastra tulis
mempunyai fungsi dan peranan yang tidak sedikit sesuai dengan tuntutan
Buton yang begitu menyatu dan sangat dekat dengan masyarakat maka
peranan kesusastraan itu bagi kehidupan masyarakat baik pada masa pra
Islam maupun setelah masuknya Islam. Fungsi dan peranan yang menjadi
sopan santun, adat istiadat, maupun ajaran agama selalu terbuka dan
dipertegas lagi sehingga sastra yang lahir pada fase ini seperti Kabhanti
selain memuat tata laku hidup juga mengenal hubungan dengan tuhan.
110
B.Saran
di sekolah.
hari.
111
DAFTAR PUSTAKA
Ikram.2001. Asal Mula Tradisi Tulis Buton Schoorl. Jakarta; Dirjen Dikti
Depdiknas
---------------------. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni. Jilid I,II,dan III.
Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Zuhdi.1996. Asal Mula Tradisi Tulis Buton. Jakarta; CV.Devit Prima Karya
RIWAYAT HIDUP
.
DOKUMENTASI KABHANTI GAMBUSU (SASTRA LISAN)
Tradisi Kabhanti Gambusu (tarian) yang diikuti oleh beberapa gadis di kelurahan Waborobo
kecamatan Betoambari kota Baubau
Pemberian ajaran moral bagi para gadis di empat malam kedua sebagai bentuk pendidikan
secara lisan
Mengawali acara Kabhanti Gambusu dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat untuk
perjamuan sekaligus pemukulan gendang
Tetua adat sekaligus penyair Kabhanti Gambusu (pekabhanti) bapak La Nuhuri di kelurahan
Waborobo kecamatan Betoambari kota Baubau
Salah satu tradisi Kabhanti Gambusu (Kabhanti petuah) sebagai bentuk sastra lisan
Salah satu tradisi Kabhanti Gambusu (Kabhanti petuah) sebagai bentuk sastra lisan dalam
memberikan ajaran moral terhadap calon ibu dan bayi yang dikandungnya
DOKUMENTASI SASTRA TULIS KABHANTI BULA MALINO
DAN JAOHARA MOLABINA
Kabhanti Bula Malino karya Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)
Kabhanti Jaohara Molabina karya Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)
Makam penulis atau sastrawan Buton Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)
yang berada di samping masjid Quba Baadia Keraton Buton
Pintu gerbang masuk di benteng Baadia Keraton Buton wilayah kekuasaan Sultan
Muhammad Idrus Kaimuddin
Istana (Kamali) Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29) di Keraton Buton
Bersama Dr.La Ode Abdul Munafi,M.Si. budayawan sastra Buton sekaligus dosen Fakultas
Sastra di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Kota Baubau
Bersama bapak Harlin,S.Pd. tenaga pengajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Keraton
Bersama bapak Yusuf Hilmi Fasihu,S.Pd. tenaga pengajar Muatan Lokal di SMP Negeri 15
kelurahan Waborobo Kota Baubau
Pusat Kebudayaan Wolio yang menyimpan benda-benda bersejarah di zaman kesultanan
dan kerajinan khas daerah Keraton Buton
Makam Sultan Murhum Kaimuddin terletak di Keraton yang berperan aktif dalam sejarah
Buton