SKRIPSI
Oleh
Eliza Voviana
A1A010027
Motto:
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
iii
iiii
8. Ibu Dewi Hartati, S.Pd., selaku pengajar yang menerapkan model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, serta seluruh guru SMP
N 2 Kota Bengkulu.
9. Terima kasih kepada kedua orang tua, kakak-kakakku dan keluarga besarku
yang telah memberikan doa dan kasih sayang, semangat serta motivasinya.
10. Terima kasih untuk Mbak Shinta yang selalu membantu mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam bidang administrasi.
11. Seseorang di sana yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis untuk
tetap berjuang menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan sebagai bahan koreksi bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Eliza Voviana
iv
iv
DAFTAR ISI
C. Hakikat Cerpen............................................................................................... 12
1. Definisi Cerpen.......................................................................................... 12
2. Langkah-langkah Menulis Cerita Pendek ................................................. 14
3. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen .............................................................. 17
4. Aspek Penilaian Menulis Cerpen .............................................................. 18
D. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................................ 23
2. Model Pembelajaran Kooperatif................................................................ 24
3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ................................................. 26
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bantuan Individu dalam
Kelompok ....................................................................................................... 27
1. Pengertian Bantuan Individu dalam Kelompok......................................... 27
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Bantuan Individu dalam Kelompok.......... 29
3. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Bantuan Individu dalam Kelompok........................................................... 31
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Bantuan Individu dalam Kelompok.......................................................... 32
v
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
LAMPIRAN.............................................................................................................. 200
vi
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
Gratik 1 Grafik Nilai Rata-Rata Siswa Siklus I dan Siklus II..................................... 103
Grafik 2 Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Siklus I dan Siklus II........ 104
viii
viiiv
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ix
i
BAB I
PENDAHULUAN
sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terbukti dalam
sastra dengan cara membaca, melihat pertunjukan karya sastra, dan menulis
karya sastra.
terdiri atas keterampilan reseptif maupun produktif. Hal ini sesuai dengan
1
keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar
bahasa, salah satunya menulis cerpen. Dalam kegiatan menulis ini, sang
mengungkapkan fakta-fakta, pesan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan
minat, dan latihan yang memadai untuk menulis. Bahkan banyak siswa yang
8, dan (2) menulis naskah drama, SK Nomor 16. Standar kompetensi nomor
kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca, (2) menulis cerita pendek
2
cerpen tersebut, agar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 75.
diperoleh data keadaan siswa dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen
peneliti melakukan observasi awal terhadap siswa. Dari hasil observasi awal
yang telah tuntas dan memperoleh nilai 75 ke atas, sedangkan 28 siswa lain
ditetapkan 75. Jadi hampir 75% siswa memperoleh nilai rendah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (a) Siswa tidak berbakat menulis
cepen. Hal ini disebabkan, karena keterbatasan ide dan kurangnya wawasan
siswa, sehingga isi karangan cerpen siswa masih dangkal dan temanya
dengan kepaduan antar tema dan bentuk karangan cerpen siswa kurang
jelas, pola pengembangnya tidak jelas dan tidak terstruktur, (c) Siswa
3
pembangun cerpen, (d) Kegiatan menulis cerpen hanya dilakukan siswa,
cerpen juga dipengaruhi oleh guru. Saat mengajar guru masih menggunakan
siswa. Komunikasi yang hanya dua arah ini berpengaruh juga pada
keaktifan belajar siswa. Padahal pada kurikulum KTSP siswa dituntut aktif
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
4
Masalah masih rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas
Kelompok”.
B. Identifikasi Masalah
berikut:
5
C. Perumusan Masalah
diharapkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen akan
meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
F. Tujuan Penelitian
6
Negeri 2 Bengkulu dalam menulis cerpen dengan menerapkan model
G. Manfaat Penelitian
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru, dapat menjadi strategi alternatif bagi guru dalam
7
dengan kecepatan intelektual mereka masing-masing terutama yang
H. Definisi Istilah
1. Peningkatan
2. Kemampuan menulis
Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, usaha. Menulis
3. Cerita pendek
Cerita pendek di sini dapat diartikan sebagai salah satu jenis karya
sastra atau cerita narasi yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) dalam satu kejadian atau satu
8
Model pembelajaran kooperatif dapat diartikan suatu pola
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Menulis
asing bagi kita (Sukino, 2010: 5). Menulis adalah kegiatan melahirkan
pikiran dan perasaan dengan menulis juga dapat diartikan sebagai cara
kepada orang lain secara tertulis. Salah satu jenis menulis kegiatan menulis
adalah menulis kreatif dalam hal ini, menulis cerpen termasuk salah satu
melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya terdapat lima tahap
proses kreatif menulis. Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini
seorang penulis telah menyadari apa yang akan ditulis dan bagaimana ia
akan menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang
10
10
bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur
yang produktif dan ekspresif. Dalam kehidupan yang modern ini jelas
melahirkan pikiran atau perasaan. Hasil yang dilahirkan oleh pikiran atau
perasaan dalam bentuk tulis disebut tulisan atau karya tulis. Karya tulis
sebagai hasil pikiran atau perasaan dapat berupa khayalan dan dapat juga
khayalan dalam dunia ilmiah disebut karya (tulis) Fiksi seperti puisi, cerpen,
B. Kemampuan Menulis
Murray (dalam Tim 10, 1994: 53) mendeskripsikan menulis sebagai proses
19-22) bawah menulis cerpen harus melibatkan hal-hal berikut ini: (1)
Pengembangan cerita, (2) Jalinan konflik yang baik, (3) Gugah cerita
dengan emosi, (4) Gugah cerita dengan surprissed, (5) Salah paham secara
C. Hakikat Cerpen
1. Definisi cerpen
dalam satu latar dan satu situasi yang dramatik (Sukino, 2010: 142).
Suwarna (2012: 19) cerpen adalah salah satu jenis fiksi yang
lainya.
tetapi dapat dapat terjadi di mana dan kapan saja), serta relatif pendek.
Penceritaan atau narasi tersebut harus dilakukan secara hemat dan
dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa, dan hanya ada satu
efek saja bagi pembacanya. Akan tetapi, cerita yang disajikan dalam
lengkap.
peristiwa pokok itu barang tentu tidak selalu sendiri, ada peristiwa lain
sepuluh menit atau setengah jam. Oleh karena itu, cerita pendek pada
adalah salah satu jenis karya sastra atau cerita narasi yang fiktif (tidak
benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja)
relatif terbatas.
Tetapi, cara ini bisa saja dilakukan oleh seorang penulis. Penulis harus
pemahaman terhadap ide cerita, jalan cerita, watak tokoh, dan yang
Ide bisa diperoleh dari baca buku, majalah, koran atau apa saja,
ngobrol sama teman, atau melihat alam sekitar. Namun tidak semua
ide bisa kita tulis karena begutu banyaknya, untuk mengandikan ide-
mana saja kita pergi, ketika muncul ide sebaiknya kita catat, siapa
tahu suatu saat nanti ide-ide kita jadikan cerita atau jenis karangan
lainnya. Ide–ide yang berseliweran itu harus kita catat agar tidak
lupa. Ide-ide itu di kemudian hari satu persatu bisa kita jadikan cerita
yang menarik.
penting cerita pada bagian awal, tengah, dan akhir. seperti setting,
bagi penulis menyusun cerita secara lebh detail dan mau di bawa
kemana cerpennya.
c. Menulis cerita
selesai, yang penting selesaikan dulu, soal kaulitas abaikan dulu. soal
baik atau jelek itu urusan belakakng, yang penting cerita harus
d. Mengoreksi
Setelah sebah cerita selesai ditulis dari awal hingga akhir coba
endapkan dulu beberapa saat atau sehari dua hari, lalu cobalah baca
inspirasi bagi orang lain. Banyak manfaat yang kita dapat dari
dapat juga kita lakukan dengan cara berikut (Thahar, 2009: 36):
pembaca.
segar.
6. Dalam cerpen, perlu ada tokoh. Karakter tokoh dijelaskan
10. Cerpen harus diberi judul yang menarik karena judul merupakan
plot atau alur. Struktur sebuah cerita secara mudah dapat digambarkan
bagian akhir.
kapan, dan munculnya konflik. Lebih cepat, tepat, dan ringkas bagian
lebih baik. Pada bagian kedua adalah bagian tengah cerita, yakni berisi
semua bahan cerita, diiringan menuju klimaks cerita. Hal ini dilakukan
ingin tahunya. Sebab, tiap orang bersifat kurius, ingin tahu. Pada bagian
pemecahannya.
aspek penilaian dalam sebuah cerita pendek dari penelitian ini adalah:
34) mengatakan alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang
yang lain. Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsure yang
terdapat dalam cerita yang baik haruslah masuk akal, adanya kejutan,
rasa ingin tahu dan memiliki bagian awal, tengah, dan akhir sehingga
penyebab itu adalah koflik. Tak ada cerita kalau tak ada konflik. Inilah
kehadirannya.
penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita. Cara ini dapat dilakukan
dengan cara menghadirkan tokoh dalam cerita melalui dialog maupun
monolog.
hadir sebagai pelaku dalam sebuah cerita, yaitu orang atau individu
penggarang terhadap kehidupan itu sendiri, selain itu juga tokoh dalam
c. Pemilihan Latar
20
20
yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam
cerita.
yaitu: pertama, latar yang diceritakan secara detail, ini biasanya terjadi
jika cerpen focus pada persoalan latar. Kedua, latar yang tidak menjadi
(Nugiyantoro, 2009: 227): (a) Latar tempat, yaitu latar yang menyaran
cerita. latar juga sangat diperlukan oleh penulis dalam menggarap tema
21
21
dan alur cerita. Selain itu, latar bisa memperkaya suasana dan atmosfer
cerita. Dengan demikian, cerita yang disusun dengan latar yang kuat
orang memiliki gaya sendiri entah gaya yang baik maupun yang jelek
oleh jenis tulisan yang diciptakan. Tulisan ilmiah dengan fiksi, khusus
lugas, tepat, dan jelas. Berbeda dengan jenis tulisan fiksi, bahasa
22
22
e. Kejelasan Tema
cerpen. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan
tentang cerita seperti apa yang ingin ditulis. tema dalam sebuah cerita
23
23
menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara
tujuan belajar.
makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model
metode atau prosedur yaitu: (1) rasional teoretis logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan
24
24
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mendorong siswa
tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu
15) adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202). Setiap siswa yang ada dalam
25
25
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok
harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemmapuan saling belajar berpikir
peranan diri sendiri maupun teman lain. Slavin (2005: 11) mengungkapkan
26
26
3. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
menjadi delapan ciri, yaitu: (1) belajar bersama dengan teman; (2) selama
proses belajar terjadi tatap muka antar teman; (3) saling mendegarkan
pendapat di antara anggota kelompok; (4) belajar dari teman sendiri dalam
kelompok; (5) belajar dalam kelompok kecil; (6) produktif berbicara atau
Kelompok
dan secara spesifik terhadap hubungan antara peserta didik yang tidak
27
27
Model pembalajaran kooperatif tipe bantuan individu dalam
masalah. Ciri khas dari tipe bantuan individu dalam kelompok ini adalah
mampu memberi semua peserta didik materi yang sesuai dengan tingkat
28
28
yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya,
jawab belajar adalah pada siswa (Sintak BIDAK) menurut Driver (dalam
Ngalimun, 2012: 168) adalah (1) buat kelompok heterogen dan berikan
bahan ajar berupa modul; (2) siswa belajar keolompok dengan dibantu
disipkan guru
kelompok.
29
29
Model pembelajaran kooperatif tipe bantuan individu dalam kelompok
1. Teams yaitu para siswa dalam bantuan individu dalam kelompok ini
satu kelompok dahulu apabila ada materi yang belum dipahami sebelum
30
30
5. Team scores and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil
6. Teaching group yaitu pemberian materi singkat dari guru sebelum guru
memberikan materi kepada siswa. Tujuan dari ssi ini adalah untuk
7. Facts test atau Tes fakta yaitu pelaksanaan tes kecil untuk mengukur
kemampuan siswa setelah diberikan materi, tes ini diberikan pada akhir
pembelajaran
8. Whole class unit yaitu adanya diskusi kelas, kemuadian tiap kelompok
dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini ikuti guru disaat
31
31
akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa yang telah meraka
32
32
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pempelajaran Kooperatif Tipe
ketarmpilannya;
menyelesaikan masalah.
perangkat pembelajaran.
33
33
2. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan
siswanya.
pandai
34
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Jenis Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian refletif, yang dilakukan oleh
1. Tempat Penelitian
35
35
2. Waktu Penelitian
menulis cerpen pada semester genap (II) tahun ajaran 2013/2014 di kelas
Siklus.
D. Subjek Penelitian
terdiri atas 15 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan. Peneliti
E. Prosedur Penelitian
pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX H yaitu ibu Dewi Hartati, S.Pd. sebagai
36
36
pengumpulan data, penganalisis data, dan refleksi data hasil obeservasi dan
diteliti, dan tindakan yang telah dilakukan oleh guru dan dilanjutkan
Susetyo, 2010: 97) bahwa dalam satu siklus proses penelitian tindakan kelas
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan Mc Taggart (Susetyo, 2010: 97)
37
37
Siklus I
1. Perencanaan (planning)
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
tentang suatu objek yang dilihat dan diamati dan dialami dapat
kelompok-kelompok belajar).
belajar).
j. Guru mempersilakan siswa untuk menyampaikan masukan, komentar
belum paham.
dan menilai isi, proses, dan hasil belajara dengan model ini untuk
kegiatan refleksi.
3. Pengamatan (observasing)
40
40
pembelajaran, dan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran
Dalam proses pengamatan ini, data yang didapat harus sesuai dengan
kondisi di kelas. Pada tahap ini, diharapkan dapat dikenali sedini mungkin
dalam proses belajar sesuai dengan diharapkan dan untuk menilai apakah
4. Refleksi
Tahap refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hal-hal yang terjadi pada
hal-hal yang telah dicapai dan belum dicapai dalam usaha meningkatkan
yang telah dihasilkan atau yang belum tuntas pada pelaksanaan tindakan,
pada hasil analisis siklus satu ini akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus
dua.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
41
41
Setelah dilakukan pelaksanaan siklus I, kemudian berdasarkan hasil
2. Pelaksanaan Tindakan
tentang suatu objek yang dilihat dan diamati dan dialami dapat
42
42
dijadikan suatu inspirasi dalam menulis, khususnya menulis cerpen
kelompok-kelompok belajar).
belajar).
43
43
k. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika
belum paham.
dan menilai isi, proses, dan hasil belajara dengan model ini untuk
kegiatan refleksi.
kelas IX SMP Negeri 2 Kota Bengkulu baik dari aspek bahasa maupun
44
44
mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi
4. Refleksi
pernyataan.
45
45
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
1. Tes
menulis cerpen siswa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami, yang
Bengkulu.
salah satu teknik evaluasi non tes yang biasa dilakukan kapan saja. Ada
46
46
awal proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran, kegiatan guru
observasi aktivitas belajar siswa dan guru, dan data hasil tes untuk
47
47
1. Memberikan penilaian kemampuan menulis cerpen siswa dengan
dalam kelompok
Data nilai tes siswa dinyatakan tuntas jika siswa telah mencapai
a. Nilai rata-rata
sebagai berikut:
∑x
x
=
N
Keterangan:
x = rata-rata nilai
∑ = ݔjumlah nilai
N = jumlah siswa (aspek penilaian)
48
48
b. Ketuntasan belajar klasikal
Keterangan:
Ns = Jumlah siswa yang mendapat nilai 75
N = Jumlah siswa
49
49
dari ceritanya tidak jelas, sehingga ceritanya
kurang menarik untuk dibaca.
0-6 Perangkaian alur atau plot tidak masuk akal, Kurang
pada tahapan penceritaan mulai dari
perkenalan, pemunculan konflik, klimaks, dan
penyelesaian tidak jelas, serta tidak adanya
urutan peristiwa yang berhubungan, sehingga
tidak menarik untuk dibaca.
Pelukisan 20-25 Cara Pelukisan tokoh dan penokohan dalam Sangat Baik
Tokoh dan cerita jelas, pelukisan watak tokoh dalam cerita
Penokohan sudah baik, sehingga tokoh mampu membawa
pembaca seolah-olah mengalami kejadian
dalam cerita
14-19 Cara Pelukisan tokoh dan penokohan dalam Baik
cerita jelas, pelukisan watak tokoh dalam cerita
tampak kurang jelas, tetapi tokoh masih
mampu membawa pembaca mengalami
kejadian dalam cerita
7-13 Cara Pelukisan tokoh dan penokohan dalam Cukup
cerita jelas, pelukisan watak tokoh dalam cerita
tampak tidak jelas, tetapi tokoh mampu
membawa pembaca sedikit mengalami
kejadian dalam cerita
0-6 Cara Pelukisan tokoh dan penokohan dalam Kurang
cerita tidak jelas, pelukisan watak tokoh dalam
cerita tampak tidak jelas, sehingga tokoh tidak
mampu membawa pembaca mengalami
kejadian dalam cerita.
13-15 Tema yang terkandung dalam cerita jelas, tema Sangat baik
cerita dikembangkan sesuai isi cerita pendek,
baik dalam penyajian tema dan mengangkat
masalah-masalah kehidupan.
9-12 Tema yang terkandung dalam cerita jelas, tema Baik
cerita tidak dikembangkan sesuai isi cerita
pendek, tetapi baik dalam penyajian tema dan
mengangkat masalah-masalah kehidupan
Kejelasan 5-8 Tema yang terkandung dalam cerita kurang Cukup
Tema jelas, tema cerita dikembangkan sesuai isi
cerita pendek, tetapi kurang baik dalam
penyajian tema dan mengangkat masalah-
masalah kehidupan
0-4 Tema yang terkandung dalam cerita tidak jelas, Kurang
tema cerita tidak dikembangkan sesuai isi
cerita pendek, dan kurang baik dalam
penyajian tema dan mengangkat masalah-
masalah kehidupan
50
Penggunaan 13-15 Penggunaan diksi dan gaya bahasa tepat, Sangat baik
Diksi dan bahasa yang digunakan mengandung unsur
Gaya emotif, variasi, ekspresif, dan tepat dalam
Bahasa memilih ungkapan yang mewakili sesuatu
yang diungkapkan terbukti dengan cerpen yang
enak dibaca
9-12 Penggunaan diksi dan gaya bahasa tepat, Baik
mengandung unsur emotif, tepat dalam
memilih ungkapan yang mewakili sesuatu
yang diungkapkan dalam cerpen, tetapi
bahasanya tidak bervariasi dan tidak ekspresif.
5-8 Penggunaan diksi dan gaya bahasa tepat, Cukup
ekspresif, tetap tidak mengandung unsur
emotif, tidak bervariasi, dan kurang tepat
dalam memilih ungkapan yang mewakili
sesuatu yang diungkapkan dalam cerpen.
0-4 Penggunaan diksi dan gaya bahasa kurang Kurang
tepat, tidak mengandung unsur emotif, tidak
bervariasi, dan tidak tepat dalam memilih
ungkapan yang mewakili sesuatu yang
diungkapkan dalam cerpen tetapi bahasanya
yang digunakan ekspresif.
16-20 Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang Sangat baik
mengukuhkan terjadinya peristiwa dalam
cerita sudah tepat. Sehingga kesan dimana dan
bagaimana situasi tersebut terjadi terlihat jelas.
Latar yang dipilih realistis, dan kurun waktu
dalam cerita singkat
11-15 Pemilihan tempat, dan suasana dalam Baik
membangun cerita sudah sesuai, sehingga
kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut
terjadi terlihat baik, latar yang dipilih realistis,
tetapi kurun waktu dalam cerita panjang atau
Pemilihan
lama.
Latar
6-10 Pemilihan tempat dan suasana dalam Cukup
membangun cerita kurang sesuai, sehingga
kesan dimana dan bagaimana situasi tersebut
terjadi kurang terlihat. Latar yang dipilih tidak
realistis. Tetapi kurun waktu yang ada dalam
cerita terbatas atau waktunya singkat.
0-5 Pemilihan tempat dan suasana dalam Kurang
membangun cerita tidak sesuai, sehingga kesan
dimana dan bagaimana situasi tersebut terjadi
tidak terlihat, dan kurun waktu yang ada dalam
cerita panjang atau lama.
(Modifikasi Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308)
51
Tabel 3 Kualifikasi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa
No. Nilai Kategori
1 86-100 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 60-74 Cukup
4 50-59 Kurang
5 0-49 Sangat kurang
(Modifikasi Nurgiyantoro, 2001: 307)
sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak
berhasil. Siswa yang memperoleh nilai 86-100 adalah siswa yang berhasil
sangat baik, siswa yang memperoleh nialai 75-85 adalah siswa yang berhasil
dengan baik, siswa yang memperoleh nilai 60-74 adalah siswa yang berhasil
cukup baik, siswa yang memperoleh nilai 50-59 adalah kategori siswa yang
kurang berhasil, dan siswa yang memperoleh nilai 0-49 adalah kategori siswa
tidak berhasil.
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini akan dikatakan berhasil apabila siswa telah
lima). Dan secara klasikal siswa mampu mencapai target ketuntasan 85%
dengan nilai rata-rata klasikal 80. Jika, nilai tersebut telah dicapai, maka
52