Anda di halaman 1dari 221

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE


PEER LESSON PADA SISWA KELAS SD NEGERI NGEMPLAK

SKRIPSI

Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Devi Novitasari
NIM 10108244066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JUNI 2014

i
ii
iii
iv
MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya

(Terjemahan QS. Al Baqarah: 286)

I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand.

(Confusius)

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan ibuku tercinta, Bapak Samudi dan Ibu Sumirah yang senantiasa

mengiringi langkahku dengan segala daya dan doa dan selalu memberikan

dorongan dan motivasi.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menjadi tempatku

menuntut ilmu.

3. Nusa, bangsa, dan agama.

vi
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE
PEER LESSON PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI NGEMPLAK

Oleh
Devi Novitasari
NIM 10108244066

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara meningkatkan aktivitas


belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dengan model pembelajaran
active learning tipe peer lesson.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
adalah siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak yang berjumlah 26 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Observasi digunakan
untuk mengetahui aktivitas siswa dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap
upaya peningkatan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak
dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson. Teknik analisis data
yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun indikator
keberhasilan tindakan ditandai dengan minimal 75% dari jumlah siswa pada
kategori baik dan sangat baik (76% dari aktivitas yang diamati). Aktivitas
tersebut meliputi aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar,
metrik, mental, dan emosional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran active
learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA. Aktivitas belajar IPA pada pra tindakan yaitu
seluruh siswa pada kategori sangat kurang. Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan setelah dilakukan tindakan pada siklus I yaitu berupa kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer
lesson. Pada siklus I mengalami peningkatan 65%, dari kondisi awal tidak ada
siswa yang mencapai kategori baik meningkat menjadi 65% siswa pada kategori
baik. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan kembali pada siklus II
setelah dilakukan perbaikan tindakan yaitu dengan meminta seluruh anggota
kelompok untuk mengajarkan topiknya di depan kelas dan guru menghargai setiap
gagasan siswa serta memberikan dukungan dan penghargaan berupa tepuk tangan
pada siswa saat akan presentasi. Aktivitas belajar IPA dengan model pembelajaran
active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak pada
siklus II meningkat 27%, siklus I sebesar 65% meningkat menjadi 92% siswa
pada kategori baik.

Kata kunci: aktivitas belajar IPA, model pembelajaran active learning tipe peer
lesson

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyalesaikan Tugas Akhir

Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA dengan

Model Pembelajaran Active Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa Kelas IV

SD Negeri Ngemplak dengan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan

penyusunan skripsi.

2. Hidayati, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah

Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan rekomendasi

dan bantuan dari awal pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi ini

terselesaikan.

3. Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ikhlasul Ardi

Nugroho, M. Pd. selaku dosem pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna memberikan petunjuk, arahan,

dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

4. Kepala SD Negeri Ngemplak yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian pada kelas IV.

viii
5. Guru kelas IV SD Negeri Ngemplak yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian.

6. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Ngemplak yang telah berpartisipasi dalam

penelitian.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Samudi dan Ibu Sumirah yang selalu mendoakan,

memotivasi, dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil.

8. Kakakku Budi, Anggar, Roni, dan Janu yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat.

9. Edi Sudarto, yang selalu memberikan doa, bantuan, dan motivasi.

10. Sahabat-sahabatku, Atin, Fifi, Ruli, Dayah, Dila, dan Fajrin yang selalu

memberikan bantuan, semangat, dan dukungan.

11. Teman-temanku khususnya kelas D PGSD Kampus 2 angkatan 2010 yang

selalu memberikan semangat.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah

memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, 20 Mei 2014


Penulis,

Devi Novitasari

ix
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI


A. Deskripsi Teori ............................................................................................ 9
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ............................................................ 9
2. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar .............................................. 11
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ......................................................... 16
4. Active Learning........................................................................................ 20
5. Active Learning Tipe Peer Lesson .......................................................... 22

x
6. Aktivitas Belajar ...................................................................................... 24
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 35
C. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 38
B. Subjek Penelitian ......................................................................................... 38
C. Setting Penelitian ......................................................................................... 38
D. Desain Penelitian ......................................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 43
F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 46
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 47
B. Deskripsi Subjek Penelitian......................................................................... 47
C. Deskripsi Data Sebelum Tindakan .............................................................. 48
D. Hasil Penelitian............................................................................................ 50
E. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................................... 86
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................................. 94
B. Saran ............................................................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97

LAMPIRAN .................................................................................................... 99

xi
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ................................. 44
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru .................................. 45
Tabel 3. Kategori Persentase Skor .................................................................. 46
Tabel 4. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Pra Tindakan ........... 49
Tabel 5. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I .................... 62
Tabel 6. Hasil Penelitian dan Upaya Perbaikan Tindakan pada Siklus I ........ 67
Tabel 7. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus II ................... 79
Tabel 8. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Pra Tindakan, Siklus
I, dan Siklus II .................................................................................... 82
Tabel 9. Capaian Aktivitas Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Active
Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Ngemplak ........................................................................................ .. 83

xii
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 1. Model Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 2009: 67) .......... 39
Gambar 2. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa Sebelum
Tindakan ..................................................................................... 49
Gambar 3. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I 62
Gambar 4. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus
II .................................................................................................. 80
Gambar 5. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Pra
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................ 82
Gambar 6. Diagram Capaian Aktivitas Belajar IPA dengan Model
Pembelajaran Active Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Ngemplak .................................................. 84

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................ 100
Lampiran 2. Hasil Kerja Siswa ........................................................................ 143
Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ........................... 160
Lampiran 4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .......................................... 162
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa .............................................. 167
Lampiran 6. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Guru ................................................. 186
Lampiran 7. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ........................................... 188
Lampiran 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ............................................... 190
Lampiran 9. Gambar Pelaksanaan Tindakan ................................................... 194
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 199

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 menyatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam

dan sekitarnya. Kardi dan Nur (Trianto, 2010: 136) menyatakan bahwa IPA

mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

dalam perut bumi, dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera

maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib dipelajari di sekolah dasar. Siswa dapat mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar dengan belajar IPA. IPA juga merupakan salah satu disiplin

ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Trianto (2010: 136) yang mengatakan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah

seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa

ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Usman Samatowa (2006: 3)

1
menambahkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran IPA, khususnya

di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin

tahu siswa secara ilmiah. Hal ini akan membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena

alam berdasarkan bukti dan mengembangkan cara berpikir saintifik (ilmiah).

Fokus program pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya ditujukan

untuk memupuk minat dan pengembangan siswa terhadap dunianya.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar mengutamakan aktivitas siswa

melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam. Dengan berbagai aktivitas

nyata maka siswa akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan

dipelajari, dengan demikian berbagai aktivitas tersebut memungkinkan untuk

terjadinya proses belajar yang aktif (Usman Samatowa, 2006: 5).

Pembelajaran IPA untuk siswa sekolah dasar, konsep-konsep harus sederhana

sesuai dengan peristiwa yang benar-benar terjadi. Siswa mendapatkan

pengetahuan melalui praktik, meneliti secara langsung, dan bereksperimen

terhadap objek-objek yang akan dipelajari sehingga kegiatan pembelajaran

akan lebih bermanfaat, efektif, dan mampu membuat siswa belajar secara

aktif. Siswa belajar secara aktif ketika siswa terlibat secara terus-menerus,

baik mental maupun fisik.

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang penuh semangat,

hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif (Hollingsworth dan Gina

Lewis, 2008). Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, guru

2
dituntut untuk dapat mengembangkan pengetahuan, kreativitas, dan

kemampuannya agar mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu memilh dan

mengoptimalkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru

kelas IV SD Negeri Ngemplak dan hasil observasi yang dilakukan peneliti

pada kegiatan pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Ngemplak pada

tanggal 23 Oktober 2013 diperoleh informasi bahwa pelajaran IPA di kelas

IV SD Negeri Ngemplak, Windusari, Magelang masih menitikberatkan pada

penguasaan konsep saja. Proses pembelajaran di kelas kurang meningkatkan

aktivitas siswa, terutama dalam pembelajaran IPA.

Kegiatan pembelajaran IPA pada kelas IV SD Negeri Ngemplak adalah

(1) guru mengajarkan IPA dengan metode yang kurang bervariasi sehingga

siswa mengalami kejenuhan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, (2)

suasana pembelajaran kurang kondusif, terkesan kaku, dan berpusat pada

guru sehingga menyebabkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA masih

rendah, (3) minimnya penggunaan media pembelajaran yang dapat

mendukung materi yang sedang diajarkan, (4) siswa hanya duduk dan

mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa kurang

aktif mengutarakan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan mengenai materi

yang belum dipahami. Aktivitas belajar IPA yang rendah merupakan suatu

3
permasalahan yang harus segera diatasi. Oleh karena itu diperlukan suatu

solusi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Salah satu yang dapat digunakan adalah model pembelajaran

active learning tipe peer lesson. Menurut Mel Siberman (2009: 173), model

pembelajaran active learning tipe peer lesson atau yang biasa disebut dengan

pembelajaran teman sebaya adalah strategi yang mengembangkan peer

teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggungjawab untuk

mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas. Kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan topiknya pada teman sebaya/

siswa lain. Teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah dasar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat John W.

Santrock (2007: 205) yang menyatakan bahwa teman sebaya memegang

peranan yang unik. Salah satu fungsi terpenting teman sebaya adalah

memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar

keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan mereka

melalui teman sebayanya.

Model pembelajaran active learning tipe peer lesson mampu membawa

siswa dalam suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan karena

siswa belajar IPA dengan mencoba dan menemukan sendiri. Siswa akan lebih

mudah menemukan pengalaman baru dalam belajarnya. Kegiatan

pembelajaran berpusat pada siswa, dengan menerapkan model pembelajaran

4
active learning tipe peer lesson maka pembelajaran IPA yang aktif dan

menyenangkan bagi siswa di sekolah dasar dapat tercapai. Model

pembelajaran active learning tipe peer lesson juga dapat meningkatkan

pemahaman dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Namun, model

pembelajaran active learning tipe peer lesson belum pernah diterapkan di

kelas IV SD Negeri Ngemplak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti bersama guru

kelas IV SD Negeri Ngemplak mencoba menggunakan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson sebagai salah satu upaya untuk meningatkan

aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Upaya tersebut

direalisasikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif dengan

judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA dengan Model

Pembelajaran Active Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa Kelas IV SD

Negeri Ngemplak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah di SD Negeri Ngemplak sebagai berikut:

1) aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah,

2) kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif,

3) siswa mengalami kejenuhan saat kegiatan pembelajaran IPA,

4) minimnya penggunaan media dalam pembelajaran, dan

5) guru mengajar dengan metode yang kurang bervariasi.

5
6) model pembelajaran active learning tipe peer lesson belum pernah

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas IV SD Negeri Ngemplak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

masalah pada upaya meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana meningkatkan aktivitas

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan penelitian

ini adalah mendeskripsikan cara meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan

model pembelajaran active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD

Negeri Ngemplak.

6
F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

berarti sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

mengenai model pembelajaran active learning tipe peer lesson untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk

mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

1) Sebagai bahan informasi seberapa besar peningkatan aktivitas

belajar IPA melalui penggunaan model pembelajaran active

learning tipe peer lesson.

2) Sebagai wahana menerapkan ilmu pengetahuan yang telah

dipelajari di bangku perkuliahan.

b. Bagi guru

1) Sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar yang kaitannya

dengan variasi pembelajaran agar aktivitas belajar siswa

meningkat.

2) Sebagai pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran

yang tepat.

7
3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran penerapan

pembelajaran IPA melalui penggunaan model pembelajaran active

learning tipe peer lesson.

c. Bagi siswa

Meningkatkan aktivitas siswa. Selin itu, juga dapat menambah

wawasan dan pengalaman belajar bagi siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.

d. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha peningkatan kualitas

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya SD Negeri Ngemplak

Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.

8
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah (Trianto, 2010: 137). Pendapat tersebut sama

dengan pendapat Patta Bundu (2006: 11-13) yang menyatakan bahwa

terdapat 3 komponen dalam IPA, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

sebagai produk, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses, dan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) sebagai sikap ilmiah.

a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai Produk

Produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang

dapat memperjelas dan memahami alam dan berbagai fenomena yang

terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu dikatakan pula bahwa IPA

merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk

mengetahui diri dan lingkungannya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk keilmuan

mencakup konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori yang

dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia dan untuk

keperluan praktis manusia. Yang dimaksud dengan fakta, konsep,

prinsip, hukum, dan teori IPA adalah sebagai berikut.

9
1) Fakta IPA

Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang

dibuktikan secara objek. Fakta merupakan bentuk informasi yang

spesifik yang harus diingat oleh siswa. Termasuk di dalamnya waktu

kejadian, nama orang atau peristiwa yang harus diingat. Siswa

diharapkan dapat mengingat kembali bentuk informasi tersebut

dengan benar jika ditanyakan kembali tentang sesuatu yang

berhubungan dengan fakta tersebut.

2) Konsep IPA

Konsep adalah ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA yang saling

berhubungan. Konsep adalah kosa kata khusus yang dipelajari siswa.

3) Prinsip IPA

Prinsip adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-

konsep IPA. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau

menjelaskan saling ketergantungan sejumlah fakta.

4) Hukum IPA

Hukum IPA adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima

kebenarannya yang meskipun sifatnya tentatif tetapi memiliki daya

uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif

lama.

5) Teori IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga teori ilmiah, yaitu

kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan

10
hukum, sehingga merupakan model atau gambaran yang dibuat para

ilmuan untuk menjelaskan gejala alam.

b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai Proses

Pengkajian IPA dari segi proses disebut juga keterampilan proses.

Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena

alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan

pengembangan ilmu selanjutnya. Pada tingkat sekolah dasar proses IPA

yang meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan, mengukur,

mengkomunikasikan, meramalkan, dan menyimpulkan. Hasil belajar

IPA melalui proses IPA menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah

dilupakan, dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai Sikap Ilmiah

Sikap IPA (sikap ilmiah) adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan

dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru. Sikap IPA

(sikap ilmiah) tersebut misalnya obyektif terhadap fakta, hati-hati,

bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan

sebagainya.

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 menyatakan bahwa

Ilmu Pengetahuan Alam dimaksudkan untuk mengembangkan

11
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik

terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. Kardi dan Nur (Trianto,

2010: 136) menyatakan bahwa IPA mempelajari alam semesta, benda-

benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi, dan di luar

angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat

diamati dengan indera.

Trianto (2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah

seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti

rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Usman Samatowa

(2006: 3) menambahkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis.

Pembelajaran IPA, khususnya di sekolah dasar hendaknya

membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara

ilmiah. Hal ini akan membantu siswa untuk mengembangkan

kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam

berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir saintifik (ilmiah).

Fokus program pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya ditujukan

untuk memupuk minat dan pengembangan siswa terhadap dunia

mereka.

12
b. Ruang Lingkup IPA SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut (Sri Sulistyorini, 2007: 40).

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,


tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi; cair, padat, dan
gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.

c. Nilai-nilai IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengandung nilai-nilai atau

sesuatu yang dianggap berharga yang dapat berguna bagi masyarakat.

Trianto (2010: 138) mengatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung

dalam IPA antara lain sebagai berikut.

1) Nilai Praktis

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki nilai praktis, yaitu

sesuatu yang berharga dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh bahwa IPA memiliki nilai praktis adalah

penemuan listrik oleh Faraday yang diterapkan dalam teknologi

hingga melahirkan alat-alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan.

2) Nilai Intelektual

Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak

dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah. Tidak hanya

masalah-masalah ilmiah, tetapi juga masalah-masalah ekonomi,

sosial, dan sebagainya. Keberhasilan memecahkan masalah tersebut

13
telah memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian, IPA telah

memberikan kepuasan intelektual, inilah yang dimaksud dengan nilai

intelektual.

3) Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memilki nilai-nilai sosial-

ekonomi-politik berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa

menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat

dalam percaturan sosial-ekonomi-politik-internasional. Sebagai

contoh adalah Jepang yang memiliki kemajuan di bidang teknologi

produksi merupakan negara yang memiliki stabilitas tinggi dalam

bidang sosial masyarakat maupun ekonomi. Selain itu, Jepang juga

dikenal sebagai negara yang mampu memadukan antara teknologi

dengan budaya lokal (tradisi) sehingga budaya tradisi tersebut dapat

dikenal di seluruh dunia.

4) Nilai Kependidikan

Pelajaran IPA dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis

menurut metode ilmiah.

b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan

mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.

14
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah.

Dengan demikian, terlihat bahwa IPA memiliki nilai

kependidikan. IPA memiliki nilai kependidikan karena dapat

menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

5) Nilai Keagamaan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengandung nilai keagamaan.

Secara empiris, orang yang mendalami dan mempelajari IPA

semakin sadar akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar

akan adanya keterkaitan di dalam alam raya ini dengan Maha

Pengaturnya.

d. Tujuan Pendidikan IPA

Menurut Prihanto Laksmi (Trianto, 2010: 142) sebagai alat

pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka IPA

di sekolah memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup


dan bagaimana bersikap,
2) menanamkan sikap hidup ilmiah,
3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan,
4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja, serta
menghargai para ilmuwan penemunya, dan
5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40) mata pelajaran IPA di SD/ MI

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.

15
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adaya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Megembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
membuat masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget (Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, 2005: 34) berpendapat

bahwa berdasarkan perkembangan intelektual individu, perkembangan

dapat digambarkan melalui empat fase, yaitu:

a. Fase senso-motorik, yang berlangsung dari umur 0;0 sampai 2;0 tahun.
b. Fase pra-operasional, dari umur 2;0 sampai 7;0 tahun.
c. Fase operasional konkret, berlangsung dari umur 7;0 sampai umur 12;0
tahun.
d. Fase operasional formal, berlangsung dari umur 12 tahun ke atas.
Dari fase satu ke fase yang lain tidak hanya terdapat perbedaan yang

sifatnya kuantitatif, tetapi juga terdapat perbedaan kualitatif. Perbedaan

kualitatif merupakan perbedaan yang terpenting, yaitu:

a. Masa usia pra-sekolah, yaitu dari umur 0;0 sampai kira-kira umur 6;0
tahun.
b. Masa usia sekolah dasar, yaitu dari kira-kira umur 6;0 sampai kira-kira
umur 12;0 tahun.
c. Masa usia sekolah menengah, yaitu dari kira-kira umur 12;0 tahun
sampai kira-kira umur 19;0 tahun.
d. Masa usia mahasiswa, yaitu dari kira-kira umur 18;0 tahun sampai kira-
kira umur 25;0 tahun.
Mengingat usia anak Indonesia mulai masuk Sekolah Dasar pada

usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia

siswa Sekolah Dasar bervariasi antara 6-12 tahun. Berarti meliputi tahap

16
akhir praoperasional sampai awal operasional formal. Pada usia atau tahap

tersebut menurut Maslichah Asyari (2006: 38) umumnya anak memiliki

sifat sebagai berikut.

a. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

b. Senang bermain atau senang dengan suasana yang menyenangkan.

c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga anak suka

mencoba-coba.

d. Anak memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, anak tidak suka

mengalami kegagalan.

e. Anak akan belajar efektif apabila sedang merasa senang dengan situasi

yang ada.

f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang anak bisa

pada temannya.

Menurut Usman Samatowa (2006: 7) masa keserasian sekolah dasar

dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar

Masa kelas rendah sekolah dasar dimulai ketika anak berusia 6

tahun sampai dengan usia sekitar 8 tahun. Pada tingkatan kelas di

sekolah dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas 1 sampai dengan

kelas 3. Pada masa-masa kelas rendah, siswa memiliki sifat-sifat

sebagai berikut:

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

17
2) Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-

peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji sendiri.

4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain apabila hal itu

dirasakan menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

6) Pada masa kelas rendah, anak menghendaki nilai (angka rapor)

baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi

nilai baik atau tidak.

7) Kemampuan mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat

dan mengagumkan.

8) Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami daripada yang

abstrak.

9) Kehidupan anak bermain. Bermain bagi anak usia kelas rendah

sekolah dasar adalah sesuai yang dibutuhkan dan dianggap serius,

bahkan anak tidak bisa membedakan secara jelas perbedaan

bermain dan belajar.

b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar

Masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira siswa berusia 9

tahun sampai sekitar usia 12 tahun. Pada tingkatan kelas tinggi di

sekolah dasar, usia tersebut termasuk dalam kelas 4 sampai dengan

kelas 6. Ciri-ciri sifat anak pada kelas tinggi di sekolah dasar yaitu:

18
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa kelas tinggi sekolah dasar ada minat

terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.

4) Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan

memenuhi keinginannya.

5) Pada masa kelas tinggi sekolah dasar, siswa memandang nilai

(angka raport) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

sekolah.

6) Siswa sekolah dasar pada masa kelas tinggi gemar membentuk

kelompok sebaya.

7) Peran manusia idola sangat penting. Oleh karena itu, guru

seringkali dianggap sebagai manusia yang serba tahu.

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 40) menyatakan

bahwa masa keserasian bersekolah di sekolah dasar diakhiri dengan

suatu masa yang biasanya disebut masa pueral. Sifat-sifat khas anak

masa pueral yaitu ditujukan untuk berkuasa. Selain itu, anak pada masa

pueral juga membentuk kelompok sebaya untuk mencari kemenangan

dan memperlihatkan kekuasaan. Pada masa ini, anak memiliki dorongan

besar untuk bersaing dan hal ini disalurkan dalam hubungan dengan

teman sebayanya.

19
4. Active Learning

Active learning berasal dari bahasa Inggris yaitu active yang artinya

aktif dan learning yang artinya belajar. Jadi active learning sama artinya

dengan pembelajaran aktif. Isjoni (2007: 11) berpendapat bahwa

pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk

belajar secara aktif.

Menurut Mel Silberman (2009: xxii) belajar aktif merupakan sebuah

kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang

komprehensif. Belajar aktif meliputi beberapa cara untuk membuat peserta

didik menjadi aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun

kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir

tentang materi pelajaran, juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar

dengan seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat,

mempraktekkan keterampilan-keterampilan, mendorong adanya

pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik saling mengajar

satu sama lain. Belajar aktif diperlukan untuk menambah gairah belajar

tetapi juga untuk menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan

individu dan berbagai macam intelegensia. Penggunaan teknik-teknik

belajar aktif cenderung mengurangi problem manajemen kelas yang

seringkali mengganggu pengajar yang betul-betul merasa berat pada

ceramah dan diskusi kelompok besar (Mel Silberman, 2009: 36).

Hollingsworth dan Gina Lewis (2008) berpendapat bahwa siswa

belajar secara aktif ketika siswa terlibat secara terus-menerus, baik mental

20
maupun fisik. Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang penuh

semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif.

Menurut Isjoni (2007: 55-58) untuk dapat mengetahui kadar

pembelajaran aktif, maka perlu dikenali indikator-indikatornya. Indikator-

indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar yang ditujukan melalui

keberanian memberikan pendapat tanpa diminta, misalnya dalam

diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran dalam menetapkan

tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, ketersediaan mencari alat atau

sumber, dan lain sebagainya.

b. Keterlibatan mental siswa di dalam kegiatan belajar yang sedang

berlangsung yang ditujukan dengan pengikatan diri kepada tugas

kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional.

c. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain

daripada kadar tinggi prakarsa dan tanggung jawab siswa di dalam

kegiatan belajar mengajar.

d. Belajar dengan pengalaman langsung merupakan salah satu indikator

lain dalam pembelajaran aktif. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip

diperkenalkan melalui penghayatan (merasakan, meraba,

mengoperasikan, mengalami sendiri).

e. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan pembelajaran juga

merupakan salah satu indikator dalam pembelajaran aktif. Artinya,

karena tujuan-tujuan yang ingin dicapai bervariasi dan mulai adanya

21
perbedaan individual siswa, maka sebagai akibatnya bentuk

pembelajaranpun juga harus kaya variasi.

f. Kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosioemosional

sehingga meningkatkan peluang pembentukan kepribadian seutuhnya,

terutama yang berkaitan dengan kemauan dan kemampuan bekerjasama

dalam memecahkan masalah.

5. Active Learning Tipe Peer Lesson

Model pembelajaran active learning tipe peer lesson atau yang biasa

disebut dengan pembelajaran teman sebaya adalah strategi yang

mengembangkan peer teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh

tanggungjawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas

(Mel Siberman, 2009: 173). Sebaya memegang peranan yang unik. Salah

satu fungsi terpenting sebaya adalah memberikan sumber informasi dan

perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan

balik tentang kemampuan mereka melalui teman sebayanya (John W.

Santrock , 2007: 205).

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal maka

terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson.

Prosedur tersebut menurut Mel Silberman (2001: 165- 167) adalah sebagai

berikut.

a. Guru membagi kelas ke dalam sub kelompok. Guru membuat sub

kelompok sebanyak topik yang diajarkan.

22
b. Berikan masing-masing kelompok sejumlah informasi, konsep atau

keahlian untuk mengajar siswa yang lain. Topik yang dibagikan pada

setiap kelompok harus saling berhubungan.

c. Guru meminta setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajar

topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar hindari ceramah atau

membaca laporan. Doronglah siswa agar membuat pengalaman belajar

untuk siswa seaktif mungkin.

d. Guru diharapkan mencoba beberapa saran, antara lain:

1) Menyediakan alat visual.

2) Mengembangkan demonstrasi singkat.

3) Menggunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar.

4) Melibatkan siswa dalam diskusi, quiz, menulis tugas, bermain peran,

khayalan mental, atau studi belajar.

5) Siswa diperbolehkan untuk bertanya.

e. Memberikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan

mempersiapkan (dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas), kemudian

mintalah setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Hargai

usaha siswa.

Selain itu, dalam mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson dapat dilakukan dengan

variasi. Prosedur kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson dengan variasi adalah

sebagai berikut.

23
1) Sebagai pengganti mengajar kelompok, guru bisa meminta siswa untuk

mengajar siswa yang lain secara pribadi atau dalam kelompok kecil.

2) Biarkan siswa dalam memulai kelas membaca tugas terlebih dahulu

sebelum mengajar.

6. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Pada Kamus Lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan bahwa

aktivitas merupakan kegiatan kesibukan, keaktifan, kerja atau salah satu

kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam

perusahaan (Budiono, 2005: 27). Tinggi rendahnya kadar aktivitas

siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang

digunakan (Asep Herry Hermawan, 2008: 1.23).

Pengalaman siswa belajar harus dapat mendorong agar siswa

beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas

pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas mental dan

intelektual (Wina Sanjaya, 2010: 107)

Menurut Oemar Hamalik (2001: 173) penggunaan asas aktivitas

besar nilainya bagi pengajaran siswa, oleh karena:

1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

24
5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru.

7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindarkan verbalistis.

8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

b. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran

Sugihartono, dkk. (2007: 85) menyatakan bahwa peran guru

dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak hanya

sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, akan tetapi

guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan

untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Djamarah

(Sugihartono, dkk, 2007: 85) merumuskan peran guru dalam

pembelajaran sebagai berikut:

1) Korektor

Sebagai seorang korektor guru bertugas menilai dan mengoreksi

semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik

di sekolah maupun di luar sekolah sehingga pada akhirnya siswa

menjadi tahu.

25
2) Inspirator

Sebagai seorang inspirator guru berperan memberikan inspirasi

kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.

3) Informator

Sebagai seorang informator guru harus dapat memberikan

informasi yang baik dan efektif mengenai materi pelajaran yang

telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Organisator

Sebagai seorang organisasi guru berperan untuk mengelola

berbagai kegiatan akademik, baik intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler sehingga tercipta efektivitas dan efisiensi belajar

siswa. Diantara kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting

adalah menciptakan kondisi atau situasi sebaik-baiknya sehingga

memungkinkan siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil

guna.

5) Motivator

Sebagai seorang motivator guru dituntut untuk mampu mendorong

siswanya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif dalam

belajar.

6) Inisiator

Sebagai seorang inisiator hendaknya guru dapat menjadi pencetus

ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses

26
pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu dan teknologi.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu menyediakan fasilitas

yang memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal. Fasilitas

yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang

memadai atau media pembelajaran yang lengkap, akan tetapi juga

fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar, interaksi

yang harmonis antara guru dan siswa, maupun adanya dukungan

penuh dari guru sehingga siswa senantiasa memiliki motivasi tinggi

dalam belajar.

8) Pembimbing

Sebagai seorang pembimbing guru hendaknya dapat memberikan

bimbingan kepada siswanya dalam menghadapi tantangan maupun

kesulitan belajar. Melalui bimbingan ini, siswa diharapkan mampu

mencapai kemandirian dalam mencapai tujuan pembelajaran secara

optimal.

9) Demonstrator

Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa

yang diajarkan secara didaktis sehingga siswa dapat memahami

materi yang dijelaskan oleh guru secara optimal.

27
10) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas

dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa

dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas yang baik

diharapkan siswa dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan

pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang optimal.

11) Mediator

Sebagai mediator guru hendaknya dapat berperan sebagai penyedia

media dan penengah dalam proses pembelajaran siswa. Melalui

guru, siswa dapat memperoleh materi pembelajaran dan umpan

balik dari hasil belajarnya.

12) Supervisor

Sebagai seorang supervisor hendaknya guru dapat membantu,

memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang

dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat

optimal.

13) Evaluator

Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai produk

(hasil) pembelajaran serta proses (jalannya) pembelajaran. Dari

proses ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil

pembelajaran untuk optimalisasi hasil pembelajaran.

28
c. Indikator Aktivitas Belajar

Sekolah merupakan area untuk mengembangkan aktivitas.

Banyak macam aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.

Oleh karena itu, para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam

aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Curiculum Guilding Committee of the Winsconsin Cooperative

Education Planning Program (Oemar Hamalik (2003: 20) telah

melakukan klasifikasi tentang kegiatan-kegiatan belajar sebagai

berikut:

1) Kegiatan penyelidikan

Kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan antara lain

membaca, berwawancara, mendengarkan radio, menonton film,

dan alat-alat AVA lainnya.

2) Kegiatan penyajian

Beberapa contoh kegiatan penyajian adalah laporan-laporan,

panel and round table discussion, mempertunjukkan visual aid,

membuat grafik dan chat.

3) Kegiatan latihan mekanis

Kegiatan mekanis digunakan ketika kelompok menemui

kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-

latihan.

29
4) Kegiatan apresiasi

Contoh kegiatan apresiasi seperti mendengarkan musik,

membaca, dan menyaksikan gambar.

5) Kegiatan observasi dan mendengarkan

Wujud kegiatan observasi dan mendengarkan yaitu membentuk

alat-alat dari siswa sebagai alat bantu belajar.

6) Kegiatan ekspresi kreatif

Beberapa contoh kegiatan ekspresi kreatif antara lain pekerjaan

tangan, menggambar, menulis, bercerita, bermain, membuat

sajak, bernyanyi, dan bermain musik.

7) Bekerja dalam kelompok

Kegiatan bekerja dalam kelompok yang dapat dilakukan antara

lain latihan dalam tata kerja demokratis, pembagian kerja antar

kelompok dalam melaksanakan rencana.

8) Percobaan

Contoh kegiatan percobaan yaitu belajar mencoba cara-cara

mengerjakan sesuatu, kerja laboratorium dengan menekankan

perlengkapan-perlengkapan yang dapat dibuat oleh siswa

disamping perlengkapan-perlengkapan yang telah tersedia.

9) Kegiatan mengorganisasi dan menilai

Kegiatan mengorganisasi dan menilai yang dapat dilakukan

antara lain diskriminasi, menyeleksi, mengatur, dan menilai

pekerjaan yang dilakukan oleh siswa sendiri.

30
b. Paul D. Dierich ( Oemar Hamalik, 2001: 172- 173) membagi

kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan visual

Contoh kegiatan visual yang dapat dilakukan yaitu membaca,

melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Kegiatan-kegiatan lisan (oral) dapat berupa mengemukakan

suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, wawancara, dan diskusi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Terdapat beberapa kegiatan mendengarkan dalam pembelajaran,

misalnya mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis

Kegiatan menulis dapat berupa menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes,

dan mengisi angket.

31
5) Kegiatan-kegiatan menggambar

Beberapa contoh kegiatan menggambar dalam pembelajaran

antara lain menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta,

dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik

Kegiatan-kegiatan metrik yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

permainan, menari, dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental

Beberapa kegiatan mental dalam pembelajaran yaitu

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat

keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional

Contoh kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani,

tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini

terdapat dalam semua jenis kegiatan.

c. Getrude M. Whipple ( Oemar Hamalik, 2001: 173- 175) membagi

kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut.

1) Bekerja dengan alat-alat visual

Beberapa contoh kegiatan bekerja dengan alat-alat visual yaitu:

32
a) Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi

lainnya.

b) Mempelajari gambar-gambar, stenograph film,

mendengarkan penjelasan, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan.

c) Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil

mengamati bahan-bahan visual.

d) Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan.

e) Menyusun pameran dan menulis tabel.

2) Ekskursi dan trip

Beberapa contoh kegiatan ekskursi dan trip yaitu:

a) Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang.

b) Mengundang lembaga-lembaga/ jawatan-jawatan yang dapat

memberikan keterangan-keterangan dan bahan-bahan.

c) Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik

sabun, proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran

televisi.

3) Mempelajari masalah-masalah

Beberapa contoh kegiatan mempelajari masalah-masalah yaitu:

a) Mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

penting.

b) Mempelajari ensiklopedi dan referensi.

33
c) Mengirim surat kepada badan-badan bisnis untuk

memperoleh informasi dan bahan-bahan.

d) Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan

laporan.

e) Menafsir peta, menentukan lokasi-lokasi.

f) Melakukan eksperimen.

g) Menilai informasi dari berbagai sumber, menentukan

kebenaran atas pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan.

h) Mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau

laporan lisan.

i) Mempersiapkan dan memberikan laporan-laporan lisan yang

menarik dan bersifat informatif.

j) Membuat rangkuman dan menulis laporan dengan maksud

tertentu.

k) Mempersiapkan bahan bacaan yang digunakan dalam belajar.

4) Mengapresiasi literatur

Beberapa contoh kegiatan mengapresiasi literatur yaitu:

a) Membaca cerita-cerita yang menarik.

b) Mendengarkan bacaan untuk mendapatkan kesenangan dan

informasi.

5) Ilustrasi dan konstruksi

Beberapa contoh kegiatan ilustrasi dan konstruksi yaitu:

a) Membuat chart dan diagram.

34
b) Menggambar dan membuat peta dan relief.

c) Membuat poster.

d) Membuat ilustrasi, peta, dan diagram untuk sebuah buku.

e) Menyusun rencana permainan.

f) Membuat artikel untuk pameran.

6) Bekerja menyajikan informasi

Beberapa contoh kegiatan bekerja menyajikan informasi yaitu:

a) Menyarankan cara-cara menyajikan informasi yang menarik.

b) Menulis dan menyajikan informasi.

7) Cek dan tes

Beberapa contoh kegiatan cek dan tes yaitu:

a) Menyiapkan tes-tes untuk siswa lain.

b) Menyusun grafik perkembangan.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa macam aktivitas

yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan macam-macam aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich

(Oemar Hamalik, 2001: 172-173) yaitu kegiatan-kegiatan visual, lisan,

menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional.

B. Kerangka Pikir

Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,

dan sikap ilmiah. Produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori

yang dapat memperjelas dan memahami alam dan berbagai fenomena yang

35
terjadi di dalamnya. Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk

mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu

dan pengembangan ilmu selanjutnya. Sedangkan sikap IPA (sikap ilmiah)

adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan

pengetahuan baru.

IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran IPA, khususnya di sekolah dasar

hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa

secara ilmiah. Oleh karena itu dalam mengajarkan IPA di sekolah dasar

siswa dituntut untuk dapat melakukan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif

adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif,

aktif dalam aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Aktivitas siswa yang

diamati antara lain aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis,

menggambar, metrik, mental, dan emosional.

Ada banyak pembelajaran aktif yang dapat diterapkan di sekolah dasar.

Salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah

model pembelajaran active learning tipe peer lesson. Menurut Mel Siberman

(2009: 173), model pembelajaran active learning tipe peer lesson adalah

strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang menempatkan

seluruh tanggungjawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota

kelas.

Model pembelajaran active learning tipe peer lesson cocok diterapkan

di sekolah dasar. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran active

36
learning tipe peer lesson sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar,

yaitu siswa sekolah dasar pada masa kelas tinggi gemar membentuk

kelompok sebaya. Oleh karena itu, model pembelajaran active learning tipe

peer lesson efektif untuk meningkatkan aktivitas siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA

siswa kelas IV di SD Negeri Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten

Magelang.

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang akan

dilaksanakan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak Kecamatan

Windusari Kabupaten Magelang. Penelitian tindakan ini termasuk dalam

penelitian tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif. Pada penelitian

kolaborasi, guru bertindak sebagai subjek yang melakukan tindakan

sedangkan peneliti sebagai pengamat (observer).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak

Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang tahun ajaran 2013/2014. Jumlah

siswa 26, terdiri dari 15 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Ngemplak

Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Penelitian ini digunakan dalam

mata pelajaran IPA kelas IV semester II, dengan materi mengenai perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Siklus penelitian ini

terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan

berulang-ulang sampai indikator pencapaian PTK ini dapat tercapai.

38
D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart

yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Taggart (Zainal Aqib,

2006: 22). Penelitian ini dilaksanakan bersiklus dengan setiap siklusnya

terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan dan pengamatan,

dan refleksi. Pada model Kemmis dan Taggart, sesudah siklus selesai

diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti

dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus

tersendiri. Demikian seterusnya atau beberapa kali siklus. Siklus dihentikan

apabila minimal 75% dari jumlah siswa sudah melakukan 76% dari

aktivitas (visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental,

emosi) yang diamati. Gambar model Kemmis dan Taggart adalah sebagai

berikut

Refleksi Perencanaan

Tindakan
dan
Pengamatan
Revisi
Refleksi Pengamatan

Tindakan
dan
Pengamatan

Gambar1. Model Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 2009: 67)

39
Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai

berikut:

1) Peneliti melakukan observasi di sekolah untuk mendapatkan

informasi tentang keadaan sekolah dan proses pembelajaran di

kelas.

2) Peneliti bersama guru kelas merancang pelaksanaan pembelajaran

IPA menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer

lesson.

3) Menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada proses

pembelajaran mata pelajaran IPA semester 2 dan menentukan

Kompetensi Dasar yang terdapat pada pokok bahasan tertentu.

Selanjutnya menentukan indikator-indikator pada Kompetensi

Dasar tersebut.

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang

Kompetensi Dasar yag harus dicapai dengan menggunakan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson. RPP disusun oleh

peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru

yang bersangkutan.

5) Mempersiapkan sumber dan alat peraga atau media pembelajaran

yang akan dipergunakan dalam setiap kali pelaksanaan tindakan,

40
diantaranya adalah buku paket yang relefan dan media yang

dibutuhkan.

6) Menyiapkan beberapa instrumen penelitian seperti lembar

pengamatan dan pedoman wawancara.

b. Tindakan dan Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan

pembelajaran dengan menggunakan RPP sesuai langkah-langkah dalam

model pembelajaran active learning tipe peer lesson. Sedangkan

peneliti mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya. Adapun

pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1) Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan berdoa.

2) Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran yang akan

diberikan.

3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

5) Masing-masing kelompok diberikan topik yang berbeda tetapi

saling berkaitan.

6) Setiap kelompok mendapatkan informasi, konsep, atau keahlian

mengajar dari guru.

7) Setiap kelompok diberikan waktu untuk berdiskusi mengenai topik

masing-masing.

41
8) Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk presentasi.

Presentasi dilakukan oleh perwakilan anggota kelompok dan

anggota kelompok yang lain membantu mempersiapkan media

yang akan digunakan dalam presentasi.

9) Siswa yang belum jelas boleh memberikan pertanyaan.

10) Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan.

11) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Selama proses pembelajaran, seluruh aktivitas guru dan siswa

diamati. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi

agar kegiatan pembelajaran semakin baik dan tujuan pembelajaran

dapat tercapai

c. Refleksi

Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru

kelas yang bersangkutan. Diskusi tersebut bertujuan untuk mengkaji

secara menyeluruh terhadap data dari lembar observasi. Hasil refleksi

ini sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan pada siklus

berikutnya.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan apabila pembelajaran yang dilakukan pada

siklus I belum sesuai dengan indikator ketercapaian yang ditentukan, yaitu

minimal 75% dari jumlah siswa pada kategori baik dan sangat baik.

42
Apabila siklus II belum berhasil maka akan dilanjutkan dengan siklus

berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada guru

kelas IV SD Negeri Ngemplak. Wawancara dilaksanakan untuk

mengetahui tanggapan dari guru terhadap upaya peningkatan aktivitas

belajar IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson

pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak.

2. Observasi

Pada penelitian ini, observasi digunakan untuk mengobservasi

pelaksanaan tindakan berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap segala aktivitas guru dan siswa pada saat berlangsungnya

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active learning

tipe peer lesson melalui lembar pengamatan yang disiapkan.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu

pedoman wawancara dan lembar pengamatan.

43
1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti agar lebih terarah dalam

melakukan wawancara terhadap guru dan siswa. Wawancara dilaksanakan

untuk mengetahui tanggapan dari guru terhadap upaya peningkatan

aktivitas belajar IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer

lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak.

2. Lembar pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengamatan secara langsung

selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir di kelas IV

SD Negeri Ngemplak. Lembar pengamatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar

pengamatan aktivitas guru. Adapun kisi-kisi aktivitas yang akan menjadi

acuan dalam instrumen lembar pegamatan aktivitas siswa yang akan

digunakan yaitu:

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa.

No Aspek Indikator
1 Visual a. Membaca dan mempelajari materi dan LKS
yang diberikan oleh guru.
b. Melihat dan mengamati kelompok lain yang
sedang presentasi di depan kelas.
2 Lisan a. Menyampaikan ide dan gagasan kepada teman
atau guru.
b. Mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
c. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
belum dipahami.
d. Menjawab pertanyaan yang diberikan.
3 Mendengarkan a. Mendengarkan presentasi teman.
b. Mendengarkan pendapat teman.
c. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh
guru.

44
No Aspek Indikator
4 Menulis a.
Menulis hasil diskusi kelompok.
b.
Mengerjakan lembar kerja siswa.
c.
Menulis kesimpulan.
5 Menggambar a.
Menggambar hasil kegiatan yang dilakukan.
6 Metrik a.
Memilih alat untuk melakukan percobaan atau
membuat karya.
b. Melakukan percobaan atau membuat karya.
7 Mental a. Memecahkan masalah.
8 Emosional a. Percaya diri
b. Tegas dalam menyapaikan pertanyaan, ide,
dan pendapatnya.
Kisi-kisi aktivitas yang akan menjadi acuan dalam instrumen lembar

pengamatan guru yang akan digunakan yaitu:

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru.

No Aspek Indikator
1 Prapembelajaran a. Guru bersikap ramah saat masuk kelas.
b. Menyiapkan ruang dan media pembelajaran.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
2 Membuka pelajaran a. Menyampaikan apersepsi.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3 Inti pembelajaran a. Membagi kelas ke dalam sub kelompok. Sub
kelompok dibagi berdasarkan topik yang
diajarkan.
b. Memberikan informasi, konsep atau
keahlian mengajar yang lain.
c. Meminta setiap kelompok membuat cara
presentasi atau mengajar topiknya kepada
sisa kelas.
d. Memberikan waktu yang cukup untuk
merencanakan dan mempersiapkan
presentasi.
e. Menyediakan media pembelajaran.
f. Melibatkan siswa dalam diskusi.
g. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya dan menanggapi dalam kegiatan
presentasi.
h. Menghargai setiap usaha siswa.
4 Penutup a. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
b. Menyimpulkan pelajaran dengan melibatkan
siswa.

45
G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa lembar pengamatan

aktivitas siswa dan kegiatan guru yang diamati selama berlangsungnya

kegiatan pembelajaran. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif yaitu dengan mencari

persentase skor hasil observasi pada setiap aktivitas siswa. Hasil persentase

tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif berupa pemaparan data dalam

bentuk kata-kata. Pengukuran persentase skor hasil observasi menggunakan

rumus sebagai berikut (Trianto, 2010: 241).


% = 100 %

Hasil perhitungan persentase skor hasil observasi tersebut kemudian

ditafsirkan dalam kategori sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 2012: 103).

Tabel 3. Kategori Persentase Skor.

Persentase Kategori
86 % - 100 % Sangat baik
76 % - 85 % Baik
60 % - 75 % Cukup
55 % - 59 % Kurang
0 % - 54% Sangat kurang

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Model pembelajaran active learning tipe peer lesson dikatakan dapat

meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak

apabila minimal 75% dari jumlah siswa pada kategori baik dan sangat baik

(76% dari aktivitas yang diamati). Aktivitas tersebut meliputi aktivitas

visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, emosi.

46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Ngemplak yang

beralamat di Jl. Margonunggal No. 11 Sreyal, Ngemplak, Windusari,

Magelang. SD Negeri Ngemplak terletak di lereng Gunung Sumbing. Suasana

di daerah sekitar SD Negeri Ngemplak masih asri dan jauh dari kebisingan

kendaraan. Dilihat dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah cukup baik.

Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.30-13.00, sedangkan untuk hari

Jumat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan mulai pukul 07.30-11.00.

Sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Ngemplak sudah cukup

memadai dan dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. SD Negeri

Ngemplak memiliki 6 ruang kelas. SD Negeri Ngemplak juga memiliki ruang

lain, seperti ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tamu, kantin, UKS, dan

mushola. Tenaga pengajar yang bertugas sebagai pendidik di SD Negeri

Ngemplak berjumlah 9 orang guru.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak

Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang tahun ajaran 2013/2014. Jumlah

siswa 26 terdiri dari 15 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

47
C. Deskripsi Data Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan tahap pra tindakan berupa observasi terhadap aktivitas belajar

siswa dalam proses pembelajaran IPA. Tahap pra tindakan ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran awal mengenai aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran IPA sebelum dilakukan tindakan.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, siswa

terlihat kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, dan penggunaan media

pembelajaran masih kurang. Saat kegiatan pembelajaran siswa hanya duduk

dan mendengarkan guru, ada kalanya guru memberikan pertanyaan pada

beberapa siswa.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak

ada satupun siswa pada kategori baik. Pada kegiatan pembelajaran yang

dilakukan, seluruh siswa masuk dalam kategori persentase aktivitas yang

sangat kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman

172.

Terlihat bahwa 50% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas visual,

17,5% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas lisan, 67% dari jumlah

siswa telah melakukan aktivitas mendengarkan, 33% dari jumlah siswa telah

melakuakan aktivitas menulis, 0% dari jumlah siswa melakukan aktivitas

menggambar, 0% dari jumlah siswa melakukan aktivitas metrik, 77% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas mental, dan 17% dari jumlah siswa

48
telah melakukan aktivitas emosional. Berikut ini tabel tentang persentase

setiap aspek aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Tabel 4. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Pra Tindakan


No Aktivitas yang diamati Persentase (%)
1 Visual 50
2 Lisan 17,5
3 Mendengarkan 67
4 Menulis 33
5 Menggambar 0
6 Metrik 0
7 Mental 77
8 Emosional 17
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 173.

Berikut ini diagram persentase setiap aspek aktivitas siswa sebelum tindakan.

100%
80%
60%
Persentase setiap
40% aspek aktivitas
siswa sebelum
20%
tindakan
0%

Gambar 2. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa


Sebelum Tindakan

Aktivitas mental siswa pada kegiatan pembelajaran pra tindakan baik,

namun aktivitas siswa yang lain masih kurang, terutama aktivitas

menggambar dan metrik. Aktivitas menggambar dan metrik yang diharapkan

tidak ada dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

49
D. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan

mempersiapkan sumber dan alat peraga atau media pembelajaran yang

akan dipergunakan. Pada tahap ini peneliti dan guru menetapkan

seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas belajar IPA yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson.

Pada tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti dan guru

merancang tindakan yang akan dilaksanakan, meliputi:

1) Peneliti melakukan observasi di sekolah untuk mendapatkan

informasi tentang keadaan sekolah dan proses pembelajaran di kelas.

2) Peneliti bersama guru kelas merancang pelaksanaan pembelajaran

IPA menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer

lesson.

3) Menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada proses

pembelajaran IPA semester 2 dan menentukan kompetensi dasar

yang terdapat pada pokok bahasan tertentu. Selanjutnya menentukan

indikator-indikator pada kompetensi dasar tersebut.

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang

kompetensi dasar yang harus dicapai dengan menggunakan model

50
pembelajaran active learning tipe peer lesson. RPP disusun oleh

peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru yang

bersangkutan.

5) Mempersiapkan sumber dan alat peraga atau media pembelajaran

yang akan dipergunakan dalam setiap kali pelaksanaan tindakan,

diantaranya adalah buku paket yang relefan dan media yang

dibutuhkan.

6) Menyiapkan beberapa instrumen penelitian seperti lembar

pengamatan.

7) Melaksanakan simulasi pembelajaran dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan pada Kompetensi Dasar: Menjelaskan

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor). Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan

pembelajaran pada siklus I sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 15 siswa

perempuan dan 11 siswa laki-laki. Penelitian tindakan kelas pada siklus

I terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

12 Maret 2014 dan hari Kamis tanggal 13 Maret 2014. Berikut uraian

pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan dalam siklus I.

51
1) Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan siklus I pertamuan 1 dilaksanakan pada

hari Rabu tanggal 12 Maret 2014 pukul 07.30-08.40 WIB. Deskripsi

pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan awal

Pada awal pembelajaran guru mengkondisikan siswa agar

siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai siswa dan guru bersama-sama berdoa

terlebih dahulu. Guru mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru

meminta siswa mengeluarkan buku dan alat tulis yang diperlukan.

Guru membagikan kertas yang bertuliskan nomor absen untuk

ditempel di dada masing-masing siswa agar dapat mempermudah

peneliti dalam mengamati aktivitas setiap siswa. Pada kegiatan

awal ini guru memberikan apersepsi pada siswa dengan

menanyakan pada siswa apakah di daerah tempat tinggal kalian

pernah terjadi musibah tanah longsor?. Beberapa siswa

menjawab pernah karena sebagian siswa kelas IV SD Negeri

Ngemlak bertempat tinggal di sekitar sekolah yang berlokasi di

lereng Gunung Sumbing. Guru kemudian menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai. Siswa memperhatikan guru

saat meyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

52
b) Kegiatan inti

Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa menjadi 4

kelompok, kelompok 1 diberi nama kelompok angin, kelompok 2

diberi nama kelompok hujan, kelompok 3 diberi nama kelompok

cahaya matahari, dan kelompok 4 diberi nama kelompok

gelombang laut. Masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 siswa.

Siswa berkumpul dan mengatur tempat duduk sesuai dengan

kelompoknya masing-masing. Siswa duduk membentuk lingkaran

dalam kelompok. Kegiatan ini dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 195.

Masing-masing kelompok diberikan topik yang berbeda

tetapi saling berkaitan, yaitu tentang hal-hal yang mempengaruhi

daratan. Kelompok 1 mendapatkan topik tentang perubahan

lingkungan fisik oleh angin, kelompok 2 mendapatkan topik

tentang perubahan lingkungan fisik oleh hujan, kelompok 3

mendapatkan topik tentang perubahan lingkungan fisik oleh

cahaya matahari, dan kelompok 4 mendapatkan topik tentang

perubahan lingkungan fisik oleh gelombang laut. Setiap

kelompok mendapatkan informasi, konsep, atau keahlian

mengajarkan topiknya masing-masing dari guru. Seluruh siswa

mendengarkan dan memperhatikan guru. Gambar aktivitas ini

dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 195.

53
Setiap kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

dari guru. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk

membuat cara presentasi atau mengajarkan topikya pada

kelompok lain atau sisa kelas dan melakukan kegiatan sesuai

dengan petunjuk dalam LKS.

Tiap-tiap kelompok memilih alat yang akan digunakan

untuk percobaan sesuai dengan LKS masing-masing. Kelompok

1, yaitu kelompok angin memilih alat berupa 2 wadah, tanah

kering, dan kipas. Kelompok 2, yaitu kelompok hujan memilih

alat berupa 2 wadah berbentuk persegi, tanah, dan air. Kelompok

3, yaitu kelompok cahaya matahari memilih alat berupa 2 wadah,

es batu, dan kardus berwarna hitam. Sedangkan kelompok 4 yaitu

kelompok gelombang laut memilih alat berupa tanah berpasir, air,

dan 2 wadah. Gambar kegiatan siswa dalam memilih alat dapat

dilihat pada lampiran 9 halaman 195.

Setelah memilih alat, siswa mulai melakukan kegiatan

sesuai dengan LKS masing-masing kelompok. Kelompok 1

mendapatkan LKS tentang perubahan lingkungan fisik oleh angin.

Siswa meyiapkan 2 wadah berisi pasir. Siswa mengipasi wadah

pasir pertama dengan perlahan-lahan dan wadah pasir ke dua

dengan kencang. Seluruh anggota kelompok yang lain mengamati

percobaan yang dilakukan.

54
Kelompok 2 mendapatkan LKS tentang perubahan

lingkungan fisik oleh hujan. Kelompok meyiapkan 2 wadah yang

diisi pasir. Wadah pertama disiram dengan air 100 ml (sedikit),

sedangkan wadah ke dua diisi dengan air sebanyak 500 ml

(banyak). Seluruh anggota kelompok mengamati percobaan yang

dilakukan..

Kelompok 3 mendapatkan LKS tentang perubahan

lingkungan fisik oleh cahaya matahari. Kelompok menyiapkan 2

wadah yang diisi dengan es batu. Wadah pertama diletakkan di

dalam kardus berwarna hitam, sedangkan wadah ke dua

diletakkan di luar ruangan/ di bawah sinar matahari. Diamkan

beberapa saat, setelah itu seluruh anggota kelompok mengamati

dan membandingkan wadah pertama dan ke dua.

Kelompok 4 mendapatkan LKS tentang perubahan

lingkungan fisik oleh gelombang laut. Kelompok menyiapkan 2

wadah yang diisi gundukan pasir. Wadah pertama diisi air hingga

mengenai setengah bagian gundukan, sedangkan wadah kedua

diisi dengan air hingga mengenai seluruh bagian gundukan pasir.

anggota kelompok mengamati percobaan yang dilakukan. Gambar

kegiatan percobaan yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman195.

Siswa dalam masing-masing kelompok terlihat antusias dan

bersemangat dalam melakukan pengamatan. Beberapa siswa

55
menanyakan pada guru tentang hal-hal yang belum dipahami

dalam mengerjakan LKS. Guru membimbing setiap kelompok

dalam mengerjakan LKS. Gambar aktivitas guru dalam

membimbing setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 195. Setelah melakukan kegiatan sesuai dengan LKS,

siswa mencatat hasil pengamatannya dan menulis kesimpulan

pada LKS. Kegiatan mencatat hasil pengamatan dilakukan oleh

seluruh siswa dalam setiap kelompok. Gambar kegiatan mencatat

hasil pengamatan dan menulis kesimpulan dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman 195. Seluruh siswa menggambarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan. Gambar kegiatan menggambar

hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 196.

Hasil penelitian yang dilakukan digunakan sebagai dasar

untuk melakukan diskusi kelompok berdiskusi guna menjawab

pertanyaan yang terdapat pada LKS dan membuat cara presentasi

atau mengajarkan topiknya kepada sisa kelas/ kelompok lain.

Beberapa siswa dalam masing-masing kelompok menyampaikan

idenya, anggota kelompok yang lain mendengarkan. Siswa saling

menghargai pendapat siswa lain. Gambar kegiatan siswa saat

diskusi dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 196.

Kegiatan diskusi berjalan sesuai dengan harapan guru.

Masing-masing kelompok tampak berusaha memecahkan masalah

yang sedang didiskusikan dan berusaha mengambil keputusan.

56
Tiap-tiap kelompok mengerjakan LKS sesuai dengan hasil diskusi

yang telah disepakati.

c) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bertanya jawab

mengenai materi yang belum dipahami. Siswa dan guru bersama-

sama menarik kesimpulan dari pelajaran yang telah dilakukan.

Setelah itu, guru menginformasikan pada siswa mengenai

kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya, yaitu

mengajarkan hasil percobaan dan diskusi pada kelompok lain atau

sisa kelas. Pada kegiatan akhir guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

2) Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan siklus I pertamuan 2 dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 13 Maret 2014 pukul 09.30-10-40 WIB.

Deskripsi pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan awal

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan

salam. Setelah itu guru meminta siswa mengeluarkan buku dan

alat tulis yang diperlukan. Guru membagikan kertas yang

bertuliskan nomor absen untuk ditempel di dada masing-masing

siswa agar dapat mempermudah peneliti dalam mengamati

aktivitas setiap siswa. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan

agar siswa dapat mengingat kembali pelajaran yang telah

57
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang haus dicapai. Seluruh

siswa memperhatikan guru saat menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

b) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 4

kelompok dengan anggota sama dengan pertemuan sebelumnya,

yaitu kelompok 1 tentang perubahan lingkungan fisik oleh angin,

kelompok 2 tentang perubahan lingkungan fisik oleh hujan,

kelompok 3 tentang perubahan lingkungan fisik oleh cahaya

matahari, dan kelompok 4 tentang perubahan lingkungan fisik

oleh gelombang laut. Masing-masing kelompok diberikan waktu

yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan topik

pembelajaran yang akan diajarkan kepada sisa kelas/ kelompok

lain.

Perwakilan kelompok yaitu 2 siswa mengajarkan topiknya

kepada sisa kelas/ kelompok lain sedangkan anggota kelompok

yang lain membantu mempersiapkan media pembelajaran yang

akan digunakan. Masing-masing kelompok diberikan waktu 10

menit untuk presentasi/ mengajarkan topiknya. Gambar saat

kegiatan presentasi dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 196.

Kelompok lain tampak tertarik dan memperhatikan kelompok

penyaji. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 196.

58
Setelah selesai mengajarkan topiknya, kelompok penyaji

memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya

dan menanggapi mengenai materi yang telah disampaikan oleh

kelompok penyaji. Selanjutnya kelompok penyaji diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

kelompok lain.

c) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, siswa kembali ke tempat duduk

masing-masing, setelah itu siswa dan guru bertanya jawab dan

menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Seluruh

siswa menulis kesimpulan dalam buku tulis. Guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan Siklus I

Sesuai dengan tujuan peneliti, yaitu meningkatkan aktivitas

belajar IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson

pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak, maka pengamatan tindakan

dengan menggunakan instrumen sebagai berikut.

1) Lembar observasi

a) Aktivitas siswa

Pada penelitian tindakan kelas ini, pengamatan dilakukan

dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir kegiatan

pembelajaran. Pegamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan

59
guru selama berlangsungnya tindakan. Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat

bahwa 17 siswa atau 65% dari jumlah siswa pada kategori baik

dan sangat baik. Artinya, tindakan kelas pada siklus I belum

mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan.

Pada siklus I sebanyak 6 siswa atau 23% dari jumlah siswa

termasuk dalam kategori sangat baik, 11 siswa atau 42% dari

jumlah siswa termasuk dalam kategori baik, 9 siswa atau 35%

dari jumlah siswa termasuk dalah kategori cukup. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 178.

Pada penelitian tindakan kelas ini aktivitas siswa yang

diamati terdiri dari 8 aspek, yaitu visual, lisan, mendengarkan,

menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional. Aspek

visual yang diamati terdiri dari membaca dan mempelajari materi

yang diberikan oleh guru dan melihat dan mengamati kelompok

lain yang sedan presentasi di depan kelas. Aspek lisan yang

diamati terdiri dari siswa menyampaikan ide dan gagasan kepada

teman atau guru, mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas,

mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami,

serta menjawab pertanyaan yang diberikan. Aspek mendengarkan

yang diamati antara lain mendengarkan presentasi teman,

mendengarkan pendapat teman, dan mendengarkan penjelasan

60
yang diberikan oleh guru. Aspek menulis yang diamati adalah

siswa menulis hasil diskusi kelompok, mengerjakan lembar kerja

siswa, dan menulis kesimpulan. Aspek menggambar yang diamati

adalah menggambar hasil kegiatan yang dilakukan. Aspek metrik

yang diamati adalah memilih alat untuk percobaan dan melakukan

percobaan atau membuat karya. Aspek mental yang diamati

adalah siswa mampu memecahkan masalah, dan aspek emosional

yang diamati adalah siswa percaya diri dan tegas dalam

menyampaikan pertanyaan, ide, dan pendapatnya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat

bahwa 88,5% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas visual,

34% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas lisan, 100% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas mendengarkan, 99% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas menulis, 100% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas menggambar, 100 % dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas metrik, 88% dari jumlah

siswa telah melakukan aktivitas mental, dan 42,5 % dari jumlah

siswa telah melakukan aktivitas emosional. Berikut ini tabel

tentang persentase setiap aspek aktivitas siswa pada siklus I.

61
Tabel 5. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I

No Aktivitas yang diamati Persentase (%)


1 Visual 88,5
2 Lisan 34
3 Mendengarkan 100
4 Menulis 99
5 Menggambar 100
6 Metrik 100
7 Mental 88
8 Emosional 42,5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman

179. Berikut ini diagram persentase setiap aspek aktivitas siswa

pada siklus I.

100%
80%
60%
40% Persentase
setiap aspek
20% aktivitas siswa
pada siklus I
0%

Gambar 3. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada


Siklus I

Aktivitas siswa yang tergolong masih rendah yaitu terletak

pada aktivitas lisan dan aktivitas emosional. Pada aktivitas lisan,

hasil diskusi hanya dipresentasikan oleh perwakilan kelompok

sehingga anggota kelompok yang lain kurang berperan aktif

dalam kegiatan presentasi. Siswa juga masih terlihat malu-malu

62
dalam menyampaikan pertanyaan, ide, dan gagasannya. Pada

aktivitas emosional, siswa tampak masih belum percaya diri dan

kurang tegas dalam menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat,

maupun saat mempresentasikan/ mengajarkan topiknya di depan

kelas.

b) Aktivitas guru

Pada penelitian tindakan kelas ini, aktivitas guru yang

diamati mulai dari guru memasuki ruang kelas hingga kegiatan

penutup/ kegiatan akhir. Dari hasil pengamatan yang telah

dilakukan, secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson

sudah berjalan dengan lancar. Guru telah mengajar sesuai dengan

langkah-langkah dalam model pembelajaran active learning tipe

peer lesson. Keterlaksanaan pembelajaran: 100%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 192.

2) Wawancara

Pada penelitian tindakan kelas ini, wawancara dilakukan

kepada guru kelas IV SD Negeri Ngemplak. Wawancara dilakukan

untuk mengetahui tanggapan dari guru mengenai upaya

meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak.

63
Pertanyaan yang diberikan peneliti kepada guru kelas IV SD

Negeri Ngemplak berupa pendapat dari guru kelas IV SD Negeri

Ngemplak tentang model pembelajaran active learning tipe peer

lesson yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan, guru berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan sudah baik dan dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan tepat dengan

alokasi waktu yang telah ditentukan. Siswa merasa senang dan

semakin terampil menggunakan media pembelajaran dan melakukan

percobaan. Adanya kegiatan diskusi dapat melatih siswa untuk

bekerjasama, aktif, lebih kreatif, dan dapat memecahkan masalah

dalam pembelajaran secara mandiri. Namun, dalam kegiatan

presentasi siswa kurang percaya diri dan masih butuh banyak

bimbingan dari guru karena siswa jarang berbicara dan

menyampaikan idenya di depan kelas.

Untuk melatih siswa agar lebih percaya diri untuk presentasi di

depan kelas, maka perlu diadakan perbaikan. Seluruh siswa harus

merasakan presentasi di depan kelas.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang aktivitas

belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran active learning

tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang dimunculkan siswa dengan

64
menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer lesson.

Pelaksanaan refleksi dilakukan dengan diskusi antara peneliti dan guru

kelas yang bersangkutan.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa

17 siswa atau 65 % dari jumlah siswa pada ketegori baik dan sangat

baik. Artinya, tindakan kelas pada siklus I belum mencapai kriteria

keberhasilan tindakan yang ditentukan.

Aktivitas siswa yang tergolong masih rendah yaitu terletak pada

aktivitas lisan dan aktivitas emosional. Pada aktivitas lisan, hasil diskusi

hanya dipresentasikan oleh perwakilan kelompok sehingga anggota

kelompok yang lain kurang berperan aktif dalam kegiatan presentasi.

Siswa juga masih terlihat malu-malu dalam menyampaikan pertanyaan,

ide, dan gagasannya. Pada aktivitas emosional, siswa tampak masih

belum percaya diri dan tegas dalam menyampaikan pertanyaan, ide,

pendapat, maupun saat mempresentasikan/ mengajarkan topiknya di

depan kelas.

Berdasarkan hasil observasi, secara keseluruhan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran active learning

tipe peer lesson sudah berjalan dengan lancar. Guru telah mengajar

sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran active

learning tipe peer lesson, namun masih terdapat kendala dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga menghambat munculnya

aktivitas lisan dan aktivitas emosional siswa.

65
Kendala yang menghambat munculnya aktivitas lisan dan

emosional disebabkan oleh beberapa hal. Rendahnya aktivitas lisan

adalah pada saat proses kegiatan presentasi yang hanya dilakuakan oleh

perwakilan kelompok yang menjelaskan di depan kelas sehingga

anggota kelompok yang lain kurang berperan aktif dalam kegiatan

presentasi. Selain itu, siswa juga masih malu untuk bertanya dan

menyampaikan ide dan tanggapannya. Sedangkan rendahnya aktivitas

emosional siswa disebabkan oleh kurangnya pengalaman presentasi dan

diskusi yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa kurang percaya diri

dan tegas dalam menyampaikan pertanyaan, ide , pendapat, maupun

saat mempresentasikan topikya.

Kendala-kendala tersebut harus segera ditangani agar upaya

meningkatkan aktivitas belajar IPA degan model pembelajaran active

learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak

dapat berjalan sesuai dengan rencana. Berdasarkan hasil observasi dan

refleksi yang telah diperoleh, aktivitas siswa yang muncul dirasakan

kurang maksimal karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan

tindakan. Untuk itu, perlu adanya rencana perbaikan yang akan

dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II. Adapun yang akan

dilaksanakan pada rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada

siklus II adalah dengan meminta seluruh anggota kelompok untuk

mengajarkan topiknya di depan kelas sehingga seluruh anggota

kelompok dapat berperan aktif. Guru membimbing dan mengarahkan

66
siswa dalam menjelaskan topiknya. Guru menegaskan pada siswa

bahwa tidak ada ide dan gagasan yang salah serta memberikan

dukungan dan penghargaan berupa tepuk tangan pada siswa saat akan

presentasi sehingga siswa bisa lebih percaya diri, lebih tenang, dan

berani dalam menyampaikan pertanyaan dan idenya. Jika konsep/

materi yang disampaikan kurang tepat, maka guru tidak berkata bahwa

konsep/ materi yang disampaikan salah dan meluruskan jawaban siswa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Penelitian dan Upaya Perbaikan Tindakan pada Siklus I


Hasil penelitian yang kurang Upaya perbaikan tindakan
maksimal
Kegiatan presentasi hanya Meminta seluruh anggota kelompok
dilakuakan oleh perwakilan untuk mengajarkan topiknya di depan
kelompok yang menjelaskan di kelas sehingga seluruh anggota
depan kelas sehingga anggota kelompok dapat berperan aktif.
kelompok yang lain kurang berperan
aktif dalam kegiatan presentasi.
Kurangnya pengalaman presentasi Guru menegaskan pada siswa bahwa
dan diskusi yang dilakukan oleh tidak ada ide dan gagasan yang salah
siswa sehingga siswa kurang percaya serta memberikan dukungan dan
diri dalam mempresentasikan penghargaan berupa tepuk tangan pada
topikya. Selain itu, siswa juga masih siswa saat akan presentasi sehingga
takut dan kurang tegas dalam siswa lebih percaya diri dan lebih
menyampaikan pertanyaan dan ide/ tegas dalam menyampaikan
pendapatnya. pertanyaan dan idenya. Jika konsep/
materi yang disampaikan kurang tepat,
maka guru tidak berkata bahwa
konsep/ materi yang disampaikan
salah dan meluruskan jawaban siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada silkus II hampir sama dengan perencanaan

pada siklus I. Pelaksaan tindakan kelas siklus II dilakukan dengan

memperhatikan hasil refleksi pada penelitian tindakan kelas siklus I.

Kendala-kendala yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus

67
I diupayakan untuk dapat diantisipasi. Berdasarkan refleksi pada siklus

I, peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II

yang meliputi:

1) Peneliti bersama guru kelas merancang pelaksanaan pembelajaran

IPA menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer

lesson.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang

kompetensi dasar yang harus dicapai dengan menggunakan model

pembelajaran active lerning tipe peer lesson. RPP disusun oleh

peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru yang

bersangkutan.

3) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, yaitu

wadah/ bak, tanah, rumput, kerikil, air, dan kipas.

4) Menyusun LKS yang akan digunakan sebagai pedoman siswa dalam

melakukan penyelidikan.

5) Menyiapkan beberapa instrumen penelitian seperti lembar

pengamatan.

6) Pada saat presentasi, guru meminta seluruh anggota kelompok untuk

mempresentasikan topiknya di depan kelas.

7) Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi dan presentasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus II dilaksanakan pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan

cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan

68
longsor). Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada

siklus II sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan

11 siswa laki-laki. Penelitian tindakan kelas pada siklus II terdiri dari

dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Maret

2014 dan hari Kamis tanggal 20 Maret 2014. Berikut uraian

pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan dalam siklus II.

1) Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan siklus II pertamuan 1 dilaksanakan pada

hari Rabu tanggal 19 Maret 2014 pukul 07.30-08.40 WIB. Deskripsi

pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan awal

Pada awal pembelajaran guru mengkondisikan siswa agar

siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru membuka pelajaran

dengan mengucapkan salam dan berdoa. Guru mengecek

kehadiran siswa. Setelah itu guru meminta siswa mengeluarkan

buku dan alat tulis yang diperlukan. Guru membagikan kertas

yang bertuliskan nomor absen untuk ditempel di dada masing-

masing siswa agar dapat mempermudah peneliti dalam

mengamati aktivitas setiap siswa. Pada kegiatan awal ini guru

memberikan apersepsi pada siswa dengan menanyakan pada

siswa apakah di daerah tempat tinggal kalian pernah terjadi

musibah tanah longsor? Apa usaha yang telah dilakukan warga

69
agar tanah longsor tersebut tidak terjadi lagi?. Hampir semua

siswa menjawab pertanyaan dari guru.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa menjadi 4

kelompok, kelompok 1 diberi nama kelompok reboisasi,

kelompok 2 diberi nama kelompok penghijauan, kelompok 3

diberi nama kelompok irigasi, dan kelompok 4 diberi nama

kelompok pemecah ombak. Masing-masing kelompok terdiri dari

6-7 siswa. Siswa berkumpul dan mengatur tempat duduk sesuai

dengan kelompoknya masing-masing. Siswa duduk membentuk

lingkaran dalam kelompok. Gambar kegiatan ini dapat dilihat

pada lampiran 9 halaman 197.

Masing-masing kelompok diberikan topik yang berbeda

tetapi saling berkaitan, yaitu tentang hal-hal yang mempengaruhi

daratan. Kelompok 1 mendapatkan topik tentang cara mencegah

kerusakan lingkungan fisik oleh angin, kelompok 2 mendapatkan

topik tentang cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh

hujan, kelompok 3 mendapatkan topik tentang cara mencegah

kerusakan lingkungan fisik oleh cahaya matahari, dan kelompok 4

mendapatkan topik tentang cara mencegah kerusakan lingkungan

fisik oleh gelombang laut. Setiap kelompok mendapatkan

informasi, konsep, atau keahlian mengajarkan topiknya masing-

masing dari guru. Seluruh siswa mendengarkan dan

70
memperhatikan guru. Gambar aktivitas ini dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman 197.

Seluruh siswa pada masing-masing kelompok mendapatkan

lembar kerja siswa (LKS) dari guru. Masing-masing kelompok

diberikan waktu untuk membuat cara presentasi atau mengajarkan

topikya pada kelompok lain atau sisa kelas dan melakukan

kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam LKS.

Tiap-tiap kelompok memilih alat yang akan digunakan

untuk percobaan sesuai dengan LKS masing-masing. Kelompok

1, yaitu kelompok angin memilih alat berupa 2 wadah, tanah

kering, rumput, dan kipas. Kelompok 2, yaitu kelompok hujan

memilih alat berupa 2 bak berbentuk persegi, tanah, rumput, dan

air. Kelompok 3, yaitu kelompok cahaya matahari memilih alat

berupa 4 wadah, 2 gelas air mineral, dan pasir Sedangkan

kelompok 4, yaitu kelompok gelombang laut memilih alat berupa

tanah berpasir, batu kerikil, air, dan 2 bak pasir. Gambar aktivitas

siswa dalam memilih alat dapat dilihat pada lampiran 9 halaman

197.

Setelah memilih alat, siswa mulai melakukan kegiatan

sesuai dengan LKS masing-masing kelompok. Kelompok 1

mendapatkan LKS tentang cara mencegah kerusakan lingkungan

fisik oleh angin. Percobaan dilakukan dengan membuat tiruan

kegiatan reboisasi/ penghijauan. Seluruh anggota kelompok

71
bekerjasama untuk melakukan percobaan. Siswa menyiapkan 2

wadah yang diisi pasir. Wadah kedua ditanami rumput, sedangkan

wadah pertama tidak. Salah satu siswa mengipasi wadah pertama

dan kedua dengan kencang, anggota kelompok yang lain

mengamati.

Kelompok 2 mendapatkan LKS tentang cara mencegah

kerusakan lingkungan fisik oleh hujan. Percobaan dilakukan

dengan membuat membuat tiruan kegiatan penghijauan. Siswa

menyiapkan 2 wadah berisi pasir. Wadah ke dua di tanami

rumput, sedangkan wadah yang pertama tidak. Siswa meletakkan

kedua wadah pada posisi sedikit miring, setelah itu kedua bak

disiram dengan air. Seluruh anggota kelompok mengamati.

Kelompok 3 mendapatkan LKS tentang cara mencegah

kerusakan lingkungan fisik oleh cahaya matahari. Percobaan

dilakukan dengan membuat tiruan irigasi. Irigasi merupakan salah

satu cara untuk mencegah kekeringan yang disebabkan oleh panas

matahari. Siswa menyiapkan 4 wadah yang diisi pasir, 2 gelas air

mineral (gelas pertama diberi 1 lubang pada bagian samping

bawah, gelas kedua diberi 2 lubang pada bagian yang berlawanan

di samping bawah). Siswa meletakkan gelas air mineral pertama

diantara wadah 1 dan wadah 2, gelas di letakkan dengan posisi

lebih tinggi dari wadah pasir. Siswa meletakkan gelas kedua

72
diantara wadah 3 dan 4 dengan posisi lebih tinggi dari wadah.

seluruh anggota kelompok mengamati.

Kelompok 4 mendapatkan LKS tentang cara mencegah

kerusakan lingkungan fisik oleh gelombang laut. Percobaan

dilakukan dengan membuat tiruan pemecah ombak yang biasa

digunakan di pinggir pantai untuk mengurangi pengikisan tanah.

Anggota kelompok meyiapkan 2 wadah yang diisi dengan

gundukan pasir. Gundukan pasir pada wadah kedua ditutup

dengan batu kerikil sedangkan wadah ke dua tidak. siram kedua

wadah dengan air. Seluruh anggota kelompok mengamati.

Gambar kegiatan percobaan yang dilakukan oleh siswa dapat

dilihat pada lampiran 9 halaman 197.

Siswa dalam masing-masing kelompok terlihat antusias dan

bersemangat dalam melakukan pengamatan. Beberapa siswa

menanyakan pada guru tentang hal-hal yang belum dipahami

dalam mengerjakan LKS. Guru membimbing setiap kelompok

dalam mengerjakan LKS. Gambar aktivitas guru dalam

membimbing setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 197. Setelah melakukan kegiatan sesuai dengan LKS,

siswa mencatat hasil pengamatan dan menulis kesimpulan.

Kegiatan mencatat hasil pengamatan dan menulis kesimpulan

dilakukan oleh seluruh siswa dalam setiap kelompok. Gambar

kegiatan mencatat hasil diskusi dan menulis kesimpulan dapat

73
dilihat pada lampiran 9 halaman 197. Seluruh siswa

menggambarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Gambar

kegiatan menggambar hasil pengamatan dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman 198.

Hasil penelitian yang dilakukan digunakan sebagai dasar

untuk melakukan diskusi kelompok. Siswa berdiskusi guna

menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS dan membuat cara

presentasi atau mengajarkan topiknya kepada sisa kelas/

kelompok lain. Beberapa siswa dalam masing-masing kelompok

menyampaikan idenya, anggota kelompok yang lain

mendengarkan. Seluruh siswa saling menghargai pendapat siswa

lain. Gambar kegiatan siswa saat diskusi dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman 198.

Kegiatan diskusi berjalan sesuai dengan harapan guru.

Masing-masing kelompok tampak berusaha memecahkan masalah

yang sedang didiskusikan dan berusaha mengambil keputusan.

Tiap-tiap kelompok mengerjakan LKS sesuai dengan hasil diskusi

yang telah disepakati.

c) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bertaya jawab

mengenai materi yang belum dipahami. Siswa dan guru bersama-

sama menarik kesimpulan dari pelajaran yang telah dilakukan.

Setelah itu, guru menginformasikan pada siswa mengenai

74
kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya, yaitu

mengajarkan hasil percobaan dan diskusi pada kelompok lain atau

sisa kelas. Pada kegiatan akhir guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

2) Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 20 Maret 2014 pukul 09.30-10.40 WIB.

Deskripsi pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan awal

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan

salam. Setelah itu guru meminta siswa mengeluarkan buku dan

alat tulis yang diperlukan. Guru membagikan kertas yang

bertuliskan nomor absen untuk ditempel di dada masing-masing

siswa agar dapat mempermudah peneliti dalam mengamati

aktivitas setiap siswa. Guru memberikan umpan yang berupa

pertanyaan-pertanyaan agar siswa dapat mengingat kembali

kegiatan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Siswa

menjawab pertanyaan dari guru dengan antusias. Selanjutnya guru

menyampaikan tujuan permbelajaran yang harus dicapai. Seluruh

siswa memperhatikan guru.

b) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 4

kelompok dengan anggota sama dengan pertemuan sebelumnya,

75
yaitu kelompok 1 cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh

angin, kelompok 2 tentang cara mencegah kerusakan lingkungan

fisik oleh hujan, kelompok 3 tentang cara mencegah kerusakan

lingkungan fisik oleh cahaya matahari, dan kelompok 4 tentang

cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh gelombang laut.

Masing-masing kelompok diberikan waktu yang cukup untuk

merencanakan dan mempersiapkan topik pembelajaran yang akan

diajarkan kepada sisa kelas/ kelompok lain.

Seluruh anggota kelompok maju ke depan kelas untuk

mengajarkan masing-masing topiknya kepada sisa kelas/

kelompok lain secara bergantian. Kelompok penyaji terlihat lebih

percaya diri dalam mengajarkan topiknya. Masing-masing

kelompok diberikan waktu 10 menit untuk mengajarkan topiknya.

Gambar kegiatan presentasi dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 198. Kelompok lain tampak tertarik dan memperhatikan

kelompok penyaji. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 9 halaman

198. Setelah selesai mengajarkan topiknya, kelompok penyaji

memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya

dan menanggapi mengenai materi yang telah disampaikan oleh

kelompok penyaji. Selanjutnya kelompok penyaji diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

kelompok lain.

76
c) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, siswa diminta untuk kembali ke tempat

duduk masing-masing. Siswa dan guru bertanya jawab tentang

materi yang telah dipelajari. Setelah itu, siswa bersama guru

menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Guru

mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pangamatan Siklus II

Pengamatan pada siklus II sama seperti pada siklus I, yaitu

menggunakan lembar observasi dan wawancara.

1) Lembar observasi

Observasi yang dilakukan sama dengan siklus I. Observasi

dilakukan untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama kegiatan

pembelajaran.

a) Aktivitas siswa

Pada penelitian tindakan kelas ini, pengamatan dilakukan

dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir kegiatan

pembelajaran. Pegamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan

guru selama berlangsungnya tindakan. Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat

bahwa 24 siswa atau 92 % dari jumlah siswa pada ketegori baik

dan sangat baik. Artinya, tindakan kelas pada siklus II sudah

mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan.

77
Pada siklus II sebanyak 20 siswa atau 77% dari jumlah

siswa termasuk dalam kategori sangat baik, 4 siswa atau 15 %

dari jumlah siswa termasuk dalam kategori baik, 2 siswa atau 8%

dari jumlah siswa termasuk dalah kategori cukup. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 184.

Pada penelitian tindakan kelas ini aktivitas siswa yang

diamati terdiri dari 8 aspek, yaitu visual, lisan, mendengarkan,

menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional. Aspek

visual yang diamati terdiri dari membaca dan mempelajari materi

yang diberikan oleh guru dan melihat dan mengamati kelompok

lain yang sedang presentasi di depan kelas. Aspek lisan yang

diamati terdiri dari siswa menyampaikan ide dan gagasan kepada

teman atau guru, mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas,

mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami,

serta menjawab pertanyaan yang diberikan. Aspek mendengarkan

yang diamati antara lain mendengarkan presentasi teman,

mendengarkan pendapat teman, dan mendengarkan penjelasan

yang diberikan oleh guru. Aspek menulis yang diamati adalah

siswa menulis hasil diskusi kelompok, mengerjakan lembar kerja

siswa, dan menulis kesimpulan. Aspek menggambar yang diamati

adalah menggambar hasil kegiatan yang dilakukan. Aspek metrik

yang diamati adalah memilih alat untuk percobaan dan melakukan

percobaan atau membuat karya. Aspek mental yang diamati

78
adalah siswa mampu memecahkan masalah, dan aspek emosional

yang diamati adalah siswa percaya diri dan tegas dalam

menyampaikan pertanyaan, ide, maupun saat presentasi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat

bahwa 94% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas visual,

75% dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas lisan, 100% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas mendengarkan, 100%

dari jumlah siswa telah melakukan aktivitas menulis, 100% dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas menggambar, 100 % dari

jumlah siswa telah melakukan aktivitas metrik, 92% dari jumlah

siswa telah melakukan aktivitas mental, dan 76,5 % dari jumlah

siswa telah melakukan aktivitas emosional. Berikut ini tabel

tentang persentase setiap aspek aktivitas siswa pada siklus II.

Tabel 7. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus II

No Aktivitas yang diamati Persentase (%)


1 Visual 94
2 Lisan 75
3 Mendengarkan 100
4 Menulis 100
5 Menggambar 100
6 Metrik 100
7 Mental 92
8 Emosional 76,5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman

185. Berikut ini diagram persentase setiap aspek aktivitas siswa

pada siklus II.

79
100%
80%
60%
40%
20%
0% Persentase setiap
aspek aktivitas
siswa pada siklus II

Gambar 4. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada


Siklus II
Aktivitas siswa yang tergolong masih rendah pada siklus I

sudah mulai bermunculan pada siklus II. Aktivitas siswa secara

lisan, khususnya dalam menjelaskan/ mengajarkan topiknya pada

sisa kelas/ kelompok lain sudah banyak bermunculan dan

mengalami peningkatan. Jika pada siklus I hanya perwakilan 2

siswa pada masing-masing kelompok yang maju ke depan kelas

untuk mengajarkan topiknya sehingga anggota kalompok yang

lain menjadi kurang aktif, pada siklus II seluruh anggota pada

masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk

mengajarkan topiknya sehingga seluruh anggota kelompok dapat

berperan aktif.

Pada siklus II, guru membimbing dan mengarahkan siswa

dalam menjelaskan topiknya. Guru menerangkan pada siswa

bahwa tidak ada ide dan gagasan yang salah serta memberikan

80
dukungan dan penghargaan berupa tepuk tangan pada siswa saat

akan presentasi sehingga siswa dapat lebih percaya diri, lebih

tenang, dan berani dalam menyampaikan pertanyaan dan idenya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,

beberapa aspek aktivitas siswa pada pra tindakan meningkat pada

siklus I dan meningkat lagi pada siklus II. Aktivitas visual pada

pra tindakan 50% meningkat 33,5% menjadi 88,5% pada siklus I,

dan meningkat lagi 5,5% menjadi 94% pada siklus II. Aktivitas

lisan pada pra tindakan 17,5% meningkat 16,5% menjadi 34%

pada siklus I, dan meningkat lagi 41% menjadi 75% pada siklus

II. Aktivitas mendengarkan pada pra tindakan 67% meningkat

34% menjadi 100% pada siklus I, dan tetap 100% pada siklus II.

Aktivitas menulis pada pra tindakan 33% meningkat 66% menjadi

99% pada siklus I, dan meningkat lagi 1% menjadi 100% pada

siklus II. Aktivitas menggambar pada pra tindakan 0% meningkat

100% menjadi 100% pada siklus I, dan tetap 100% pada siklus II.

Aktivitas metrik pada pra tindakan 0% meningkat 100% menjadi

100% pada siklus I, dan tetap 100% pada siklus II. Aktivitas

mental pada pra tindakan 77% meningkat 11% menjadi 88% pada

siklus I, dan meningkat lagi 4% menjadi 92% pada siklus II.

Aktivitas emosional pada pra tindakan 17% meningkat 25,5%

menjadi 42,5% pada siklus I, dan meningkat lagi 34% menjadi

81
76,5% pada siklus II. Berikut ini tabel persentase setiap aspek

aktivitas siswa pada pra tindakan, siklus I, dan Siklus II.

Tabel 8. Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Pra


Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Aktivitas yang Pra Siklus I Siklus II (%)
diamati Tindakan (%)
(%)
Visual 50 88,5 94
Lisan 17,5 34 75
Mendengarkan 67 100 100
Menulis 33 99 100
Menggambar 0 100 100
Merik 0 100 100
Mental 77 88 92
Emosional 17 42,5 76,5
Beberapa aspek aktivitas siswa pada pra tindakan

meningkat pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II.

Persentase setiap aspek aktivitas siswa pra tindakan, siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.

100,00%
80,00%
Persentase

60,00%
Pra tindakan
40,00%
Siklus I
20,00%
Siklus II
0,00%

Aspek aktivitas siswa

Gambar 5. Diagram Persentase setiap Aspek Aktivitas


Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II

82
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada pra tindakan,

siklus I, dan siklus II, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan

aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dengan

menerapkan model pembelajaran active learning tipe peer lesson.

Pada siklus I mengalami peningkatan 65%, dari kondisi awal

tidak ada siswa yang mencapai kategori baik meningkat menjadi

65% siswa pada kategori baik dan sangat baik. Pada siklus II

meningkat sebesar 27%, siklus I sebesar 65% meningkat menjadi

92% siswa pada kategori baik dan sangat baik. Berikut ini

penggambaran aktivitas belajar IPA dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak pada pra tindakan, siklus I dan siklus II.

Tabel 9. Capaian Aktivitas Belajar IPA dengan Model


Pembelajaran Active Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Ngemplak
Aktivitas Pra tindakan Siklus I Siklus II
siswa Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
75% 0 0 17 65 24 92
<75% 26 100 7 35 2 8
Hal ini menandakan bahwa penerapan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson di kelas IV SD Negeri Ngemplak

dapat meningkatkan aktivitas IPA. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram di bawah ini.

83
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
pra tindakan
50,00%
40,00% siklus I
30,00% Siklus II
20,00%
10,00%
0,00%
pra siklus I Siklus II
tindakan

Gambar 6. Diagram Capaian Aktivitas Belajar IPA dengan Model


Pembelajaran Active Learning Tipe Peer Lesson pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Ngemplak.

c) Aktivitas guru

Pada penelitian tindakan kelas ini, aktivitas guru yang

diamati mulai dari guru memasuki ruang kelas hingga kegiatan

penutup/ kegiatan akhir. Dari hasil pengamatan yang telah

dilakukan, secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson

sudah berjalan dengan lancar. Guru telah mengajar sesuai dengan

langkah-langkah dalam model pembelajaran active learning tipe

peer lesson. Keterlaksanaan pembelajaran: 100%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 193.

2) Wawancara

Wawancara pada siklus II sama dengan siklus I, wawancara

dilakukan kepada guru kelas IV SD Negeri Ngemplak. Wawancara

84
dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari guru mengenai upaya

meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak dalam siklus II.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, guru merasa

kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sudah baik.

Aktivitas siswa, khususnya kegiatan presentasi sudah meningkat.

Siswa lebih percaya diri saat presentasi di depan kelas.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang

aktivitas belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran active

learning tipe peer lesson pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang dimunculkan siswa

dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer

lesson.

Aktivitas belajar IPA selama proses pembelajaran pada siklus II,

sebanyak 24 siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yang

telah ditentukan. Aktivitas siswa yang tergolong masih rendah pada

siklus I sudah mulai bermunculan pada siklus II.

Aktivitas siswa secara lisan, khususnya dalam menjelaskan/

mengajarkan topiknya pada sisa kelas sudah banyak bermunculan dan

mengalami peningkatan. Jika siklus I hanya perwakilan 2 siswa pada

masing-masing kelompok yang maju ke depan kelas untuk mengajarkan

85
topiknya sehingga anggota kelompok yang lain menjadi kurang aktif,

pada siklus II seluruh anggota pada masing-masing kelompok maju ke

depan kelas untuk mengajarkan topiknya sehingga seluruh anggota

kelompok dapat berperan aktif.

Pada siklus II, guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam

menjelaskan topiknya. Guru menerangkan pada siswa bahwa tidak ada

ide dan gagasan yang salah serta memberikan dukungan dan

penghargaan berupa tepuk tangan pada siswa saat akan presentasi

sehingga siswa bisa lebih percaya diri. Jika konsep/ materi yang

disampaikan kurang tepat, maka guru dan tidak berkata bahwa konsep/

materi yang disampaikan salah dan meluruskan jawaban siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran active

learning tipe peer lesson pada siklus II, aktivitas belajar IPA pada

siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siswa yang

mencapai kriteria keberhasilan tindakan pada siklus II adalah 24 siswa

atau 92 % dari jumlah siswa. Itu artinya, 92% dari jumlah siswa pada

kategori baik dan sangat baik.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Aktivitas siswa diamati dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan aktivitas

guru dan siswa. Aktivitas yang diamati selama proses pembelajaran dibagi

86
menjadi 8 aspek, mulai dari kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis,

menggambar, metrik, mental, dan emosional siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal tidak ada

satupun siswa yang mencapai kategori baik. Pada kegiatan pembelajaran yang

dilakukan, seluruh siswa masuk dalam kategori persentase aktivitas siswa

yang sangat kurang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat

pada guru, siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, dan

penggunaan media pembelajaran masih kurang. Saat kegiatan pembelajaran

siswa hanya duduk dan mendengarkan guru, ada kalanya guru memberikan

pertanyaan pada beberapa siswa.

Melihat hal tersebut, peneliti berusaha meningkatkan aktivitas belajar

IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dengan menggunakan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson. Pada siklus I terjadi

peningkatan sebesar 65% yaitu dari tidak ada siswa yang mencapai kategori

baik pada kondisi awal menjadi 65% dari jumlah siswa pada kategori baik

dan sangat baik pada siklus I. Hal ini membuktikan bahwa tindakan pada

siklus I dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I disebabkan model

pembelajaran active learning tipe peer lesson yang diterapkan guru dapat

mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Model pembelajaran active

learning tipe peer lesson menempatkan tanggung jawab kepada siswa untuk

mengajar teman sebayanya (Mel Silberman, 2009: 173). Hal tersebut sesuai

dengan karakter siswa kelas tinggi sekolah dasar. Usman Sumatowa (2007: 7)

87
menyatakan bahwa siswa sekolah dasar pada masa kelas tinggi gemar

membentuk kelompok sebaya.

Aktivitas siswa yang tergolong masih rendah pada siklus I adalah

aktivitas lisan dan aktivitas emosional. Aktivitas lisan pada siklus I masih

rendah karena pada saat proses presentasi hanya dilakukan oleh perwakilan

kelompok sehingga anggota kelompok yang lain kurang berperan aktif. Selain

itu, beberapa siswa masih malu dalam bertanya dan menyampaikan ide dan

tanggapannya. Sedangkan rendahnya aktivitas emosional siswa disebabkan

oleh kurangnya pengalaman presentasi dan diskusi yang dilakukan oleh siswa

sehingga siswa kurang percaya diri dan tegas dalam menyampaikan

pertanyaan, ide, pendapat, maupun saat mempresentasikan topiknya.

Kendala yang muncul pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Pada

siklus II guru meminta seluruh nggota kelompok untuk mengajarkan topiknya

di depan kelas sehingga seluruh anggota kelompok dapat berperan aktif. Guru

juga menerangkan pada siswa bahwa tidak ada gagasan yang salah serta

memberikan dukungan dan penghargaan pada siswa sehingga siswa dapat

lebih percaya diri dan tegas dalam menyampaikan pertanyaan, ide, tanggapan,

maupun saat presentasi. Dorongan dan motivasi yang diberikan oleh guru

sangat penting bagi siswa. Sesuai dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007:

85) salah satu peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

motivator. Sebagai seorang motivator, guru dituntut untuk mampu

mendorong siswanya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif

dalam belajar.

88
Setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas belajar

IPA pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siswa yang

mencapai kriteria keberhasilan tindakan pada siklus II adalah 24 siswa atau

92 % dari jumlah siswa. Artinya, 92% dari jumlah siswa pada kategori baik

dan sangat baik sedangkan 8% dari jumlah siswa masih pada kategori cukup

baik. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus

II sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan dan dapat

meningkatkan aktivitas siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, juga terlihat

bahwa beberapa aspek aktivitas siswa pada pra tindakan meningkat pada

siklus I dan meningkat lagi pada siklus II. Aktivitas belajar siswa aspek lisan

dan emosional mengalami peningkatan yang tinggi. Aktivitas lisan pada pra

tindakan sebesar 17,5%, meningkat menjadi 34% pada siklus I, dan

meningkat lagi menjadi 75% pada siklus II. Aktivitas emosional pada pra

tindakan 17%, meningkat menjadi 42,5% pada siklus I, dan meningkat kagi

menjadi 76,5% pada siklus II. Pada pra tindakan, aktivitas lisan dan

emosional siswa masih rendah karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan

kurang melatih dan memunculkan aktivitas siswa pada aspek lisan dan

emosional. Pada siklus I aktivitas siswa pada aspek lisan dan emosional juga

masih kurang karena siswa kurang terlatih dan terbiasa melakukan kegiatan

diskusi dengan teman maupun presentasi di depan kelas sehingga siswa masih

kurang percaya diri dan tegas dalam menyampaikan pertanyaan, ide, dan

pendapatnya. Aktivitas lisan mengalami peningkatan pada siklus II setelah

89
dilakukan perbaikan pada siklus II, yaitu dengan meminta seluruh anggota

kelompok mempresentasikan topiknya di depan kelas sehingga seluruh

anggota kelompok dapat berperan aktif dalam kegiatan presentasi. Kegiatan

diskusi dan presentasi baik untuk diterapkan di kelas IV atau kelas tinggi

sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Maslichah Asyari (2006: 38)

yang berpendapat bahwa siswa kelas tinggi sekolah dasar lebih suka belajar

dengan cara bekerja dan mengajarkan yang anak bisa pada temannya.

Aktivitas emosional mengalami peningkatan yang tinggi pada siklus II setelah

dilakukan perbaikan tindakan, yaitu guru menegaskankan pada siswa bahwa

tidak ada gagasan yang salah serta memberikan dukungan dan penghargaan

pada siswa sehingga siswa dapat lebih percaya diri dan tegas dalam

menyampaikan pertanyaan, ide, tanggapan, maupun saat presentasi.

Aktivitas belajar siswa aspek visual, menulis, dan mental mengalami

peningkatan yang tidak terlalu tinggi. Aktivitas visual pada pra tindakan

sebesar 50%, meningkat menjadi 88,5% pada siklus I, dan meningkat lagi

menjadi 94% pada siklus II. Aktivitas menulis pada pra tindakan sebesar

33%, meningkat menjadi 99% pada siklus I, meningkat lagi menjadi 100%

pada siklus II. Aktivitas mental pada pra tindakan sebesar 77%, meningkat

menjadi 88% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 92% pada siklus II.

Pada pra tindakan, siswa memperhatikan penjelasan dari guru yang

menyampaikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada siklus

I, sebagian besar siswa telah melakukan aktivitas visual, siswa merasa tertarik

dengan kegiatan pembelajaran yang diberikan, bagitu pula pada siklus II.

90
Aktivitas menulis pada pra tindakan masih kurang karena kegitan

pembelajaran yang dilakukan kurang membuat siswa aktif dalam aktivitas

menulis. Sedangkan aktivitas menulis pada siklus I dan siklus II sudah tinggi.

Aktivitas mental pada pra tindakan sudah cukup baik, namun terdapat 6 siswa

yang kurang tepat dalam memecahkan masalah. Aktivitas mental pada siklus

I terdapat 3 siswa yang kurang tepat dalam memecahkan masalah. Sedangkan

aktivitas mental pada siklus II terdapat 2 siswa yang kurang tepat dalam

memecahkan masalah.

Aktivitas belajar siswa aspek mendengarkan, menggambar, dan metrik

mengalami peningkatan pada siklus I, namun tidak mengalami peningkatan

pada siklus II karena seluruh siswa atau 100% dari jumlah siswa telah

melakukan ketiga aktivitas tersebut pada siklus I dan siklus II. Aktivitas

mendengarkan pada pra tindakan sebesar 67%, meningkat pada siklus I

menjadi 100%, dan pada siklus II tetap 100%. Aktivitas menggambar pada

pra tindakan sebesar 0%, meningkat pada siklus I menjadi 100%, dan pada

siklus II tetap 100%. Aktivitas metrik pada pra tindakan sebesar 0%,

meningkat pada siklus I menjadi 100%, dan pada siklus II tetap 100%. Pada

pra tindakan, terdapat salah satu indikator aktivitas mendengarkan yang tidak

ada dalam kegiatan pembelajaran, yaitu mendengarkan presentasi teman

sehingga aktivitas mendengarkan siswa masih kurang. Pada siklus I dan

siklus II seluruh siswa mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan dari

guru dan presentasi dari kelompok lain, siswa merasa tertarik dengan

pembelajaran yang diberikan. Pada pra tindakan, aktivitas menggambar tidak

91
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak ada siswa yang

melakukan aktivitas menggambar, sedangkan pada siklus I dan siklus II

aktivitas menggambar dilakukan oleh seluruh siswa karena merupakan salah

satu perintah dalam LKS yang meminta siswa untuk menggambarkan hasil

pengamatannya. Aktivitas metrik yang diamati pada penelitian ini adalah

siswa memilih alat untuk melakukan percobaan/ membuat karya dan siswa

melakukan percobaan atau membuat karya. Pada pra tindakan, aktivitas

metrik yang diharapkan tidak dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

sehingga tidak ada siswa yang melakukan aktivitas metrik. Pada kegiatan

siklus I dan siklus II seluruh siswa melakukan aktivitas metrik. Siswa terlihat

semangat dan seluruh siswa dapat turut aktif. Siswa mampu bekerjasama

dengan kelompok untuk memilih alat yang dibutuhkan dan melakukan

percobaan, serta melakukan pengamatan sesuai dengan LKS masing-masing

kelompok. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan

mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah merupakan salah satu

nilai kependidikan dalam IPA (Trianto, 2010: 138).

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah membuktikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak dengan model pembelajaran

active learning tipe peer lesson, namun peneliti menyadari masih terdapat

keterbatasan pada penelitian ini. Keterbatasan yang ada pada penelitian ini

adalah media pembelajaran yang digunakan kurang maksimal dan kurang

92
konkret bagi siswa sekolah dasar, selain itu pada saat kegiatan presentasi

masih terdapat beberapa siswa yang malu-malu dan kurang percaya diri.

93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aktivitas belajar IPA dari pra tindakan yaitu seluruh siswa pada

kategori sangat kurang atau tidak ada siswa yang mencapai kategori baik.

Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis,

menggambar, metrik, mental, dan emosional.

Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan

tindakan pada siklus I yaitu berupa kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran active learning tipe peer lesson dengan

langkah membagi kelas ke dalam kelompok, memberikan informasi

mengajar, diskusi dan membuat cara presentasi, serta presentasi. Aktivitas

siswa pada siklus I meningkat menjadi 65% dari jumlah siswa pada kategoti

baik dan sangat baik. Artinya, tindakan kelas pada siklus I belum memenuhi

kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan. Aktivitas siswa yang

tergolong masih rendah yaitu terletak pada aktivitas lisan dan emosional.

Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan kembali pada siklus II

setelah dilakukan perbaikan tindakan yaitu dengan meminta seluruh anggota

kelompok untuk mengajarkan topiknya di depan kelas dan guru menghargai

setiap gagasan yang disampaikan siswa serta memberikan dukungan dan

penghargaan berupa tepuk tangan pada siswa saat akan presentasi, aktivitas

belajar IPA dengan model pembelajaran active learning tipe peer lesson pada

siswa kelas IV SD Negeri Ngemplak. Pada siklus II meningkat menjadi 92%

94
dari jumlah siswa pada kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian,

tindakan kelas pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan

yang ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran active learning tipe peer lesson dapat

meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngemplak.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan pelatihan kepada guru tentang

cara menyajikan pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran active

learning tipe peer lesson. Selain itu, sekolah juga dapat menyediakan

buku-buku tentang model pembelajaran sehingga guru dapat memiliki

wawasan dan keterampilan untuk menerapkan model-model tersebut.

2. Bagi guru

a. Sebaiknya guru menyampaikan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif agar potensi yang ada

dalam diri siswa dapat berkembang. Model pembelajaran active

learning tipe peer lesson dapat digunakan sebagai salah satu model

pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

95
b. Sebaiknya guru selalu memberi motivasi, bimbingan dan selalu

menghargai setiap usaha siswa.

3. Bagi siswa

Sebaiknya siswa lebih rajin belajar. Selain itu, siswa hendaknya lebih

berani dalam menyampaikan pertanyaan, ide, dan pendapatnya.

4. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya karena

kondisi yang ditemukan dalam suatu kelas akan berbeda dengan kelas

yang lain.

96
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi & Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Asep Herry Hermawan. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.

Hollingsworth, Pat dan Gina Lewis. (2008). Pembelajaran Aktif. Penerjemah:


Dwi Wulandari. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.

Isjoni. (2007). Pembelajaran Visioner. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

M. Ngalim Purwanto. (2012). Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosda Karya.

Maslichah Asyari. (2006). Penerapan Pendekatan Sains- Teknologi- Masyarakat


dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains di-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Silberman, Mel. (2001). Active Learning. Penerjemah: Mila Rahmawati dan Anna
Kuswanti. Yogyakarta: Yapendis (Yayasan Pengkajian dan Pegembangan
Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam).

Silberman, Mel. (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.


Penerjemah: Sarjuni, dkk. Yogyakarta: Yapendis (Yayasan Pengkajian dan
Pengembangan Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam).

Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan


Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

97
Suwarsih Madya. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action
Research). Bandung: Alfabeta.

Tim Depdiknas. (2003). Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pemdidikan


Nasional) 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wina Sanjaya. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Media Grup.

Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

98
LAMPIRAN

99
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1. RPP PERTEMUAN 1 SIKLUS I


2. RPP PERTEMUAN 2 SIKLUS I
3. RPP PERTEMUAN 1 SIKLUS II
4. RPP PERTEMUAN 2 SIKLUS II

100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I

PERTEMUAN PERTAMA

Nama sekolah : SD Negeri Ngemplak

Mata pelajaran : IPA

Kelas/ semester : IV/ 2

Alokasi/ waktu : 2 x 35 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan.

B. KOMPETENSI DASAR

10.2. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

C. INDIKATOR

10.2.1. Menjelaskan tentang pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan

fisik.

10.2.2. Menjelaskan tentang pengaruh hujan terhadap perubahan lingkungan

fisik.

10.2.3. Menjelaskan tentang pengaruh cahaya matahari terhadap perubahan

lingkungan fisik.

101
10.2.4. Menjelaskan tentang pengaruh gelombang laut terhadap perubahan

lingkungan fisik.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa menjelaskan tentang

pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan fisik dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa menjelaskan tentang

pengaruh hujan terhadap perubahan lingkungan fisik dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa menjelaskan tentang

pengaruh cahaya matahari terhadap perubahan lingkungan fisik dengan

tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa menjelaskan tentang

pengaruh gelombang laut terhadap perubahan lingkungan fisik dengan

tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN

Hal-hal yang mempengaruhi daratan.

F. MODEL PEMBELAJARAN

Active learning tipe peer lesson, diskusi, tanya jawab

102
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan awal (10 menit):

1. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

berdoa.

2. Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran yang akan

diberikan. Apakah di daerah dekat tempat tinggal kaian pernah terjadi

musibah tanah longsor?

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Kegiatan inti (50 menit):

1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok 1 diberi nama kelompok

angin, kelompok 2 diberi nama kelompok hujan, kelompok 3 diberi nama

kelompok cahaya matahari, dan kelompok 4 diberi nama kelompok

gelombang laut.

2. Siswa berkumpul dan mengatur tempat duduk sesuai dengan kelompoknya

masing-masing. Siswa duduk membentuk lingkaran dalam kelompok.

3. Masing-masing kelompok diberikan topik yang berbeda tetapi saling

berkaitan, yaitu tentang hal-hal yang mempengaruhi daratan. Kelompok 1

mendapatkan topik tentang perubahan lingkungan fisik oleh angin,

kelompok 2 mendapatkan topik tentang perubahan lingkungan fisik oleh

hujan, kelompok 3 mendapatkan topik tentang perubahan lingkungan fisik

oleh cahaya matahari, dan kelompok 4 mendapatkan topik tentang

perubahan lingkungan fisik oleh gelombang laut.

103
4. Setiap kelompok mendapatkan informasi, konsep, atau keahlian

mengajarkan topiknya masing-masing dari guru.

5. Masing-masing kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dari

guru.

6. Setiap kelompok diberikan waktu untuk membuat cara presentasi atau

mengajar topiknya kepada sisa kelas dan melakukan kegiatan sesuai

dengan petunjuk dalam LKS.

7. Seluruh siswa pada masing-masing kelompok diberikan waktu untuk

menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

8. Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS.

Kegiatan Akhir (10 menit):

1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.

2. Siswa dan guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

3. Guru menginformasikan pada siswa mengenai kegiatan yang akan

dilakukan pada pertemuan berikutnya.

4. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

H. SUMBER BELAJAR

Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Yanti Herlanti, Tutut M. Lestari, & Donny H.F. 2010. IPA Kelas 4 Sekolah

Dasar. Jakarta: Yudistira.

104
I. PENILAIAN

1. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

meliputi aktivitas belajar siswa sesuai indicator pada lembar pengamatan.

2. Penilaian tertulis meliputi kesimpulan hasil diskusi (diambil dari Lembar

Kerja Siswa (LKS)).

Sleman, Februari 2014


Mengetahui,
Guru Kelas Mahasiswa

Janu Aribowo, S.Pd. Devi Novitasari


NIP. 19860127 201001 1 014 NIM. 10108244066

105
RINGKASAN MATERI

Perubahan Lingkungan Dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan

Faktor Angin

Angin mempunyai manfaat yang banyak untuk manusia. Misalnya

mengeringkan pakaian yang basah, atau membantu penyerbukan pada bunga.

Angin yang berhembus kencang biasanya menyertai cuaca buruk. Angin yang

kencang dapat merugikan manusia, misalnya angin topan. Angin topan dapat

menghancurkan benda-benda yang dilaluinya. Daratan yang terkena angin topan

banyak mengalami kerusakan seperti pohon-pohon yang tercabut atau tumbang

dan banyak bangunan yang runtuh.

Angin yang kencang dapat mengikis daratan yang dilaluinya. Tanah dan

bebatuan dapat terkikis oleh angin. Batuan yang terkikis oleh angin dapat berubah

menjadi batuan yang berlubang-lubang, sehingga batuan berbentuk seperti jamur.

Pengikisan tanah oleh angin dapat dicegah dengan menanami tanah dengan

pepohonan.

Faktor Hujan

Turunnya hujan sangat menyenangkan para petani karena dengan hujan

petani dapat mengairi kebun dan sawahnya. Hujan yang besar dapat menimbulkan

banjir yang sangat merugikan bagi makhluk hidup. Rumah-rumah terendam,

sawah yang tidak bisa dipanen karena terendam banjir, jalanan yang macet dan

106
lain lain.

Selain itu banjir dapat merusak lapisan tanah. Tanah yang gundul tidak

akan mampu menahan aliran air, sehingga terjadilah erosi atau pengikisan tanah.

Tanah yang terkikis terbawa oleh aliran air dan diendapkan pada suatu tempat,

peristiwa itu dinamakan sedimentasi.

Daerah pinggiran sungai yang tidak ditumbuhi tanaman lebih mudah

terkikis oleh arus sungai. Pengikisan oleh air sungai tetap terjadi meskipun

pinggiran sungai ditanami tumbuhan. Hanya pengikisan yang terjadi lebih sedikit.

Faktor cahaya matahari

Matahari yang telah diciptakan Tuhan mempunyai peran yang sangat

penting bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan sinar matahari.

Tumbuhan sangat membutuhkan sinar matahari untuk membuat makanannya

melalui proses fotosintesis. Hewan juga membutuhkan sinar matahari untuk

kehidupannya. Manusia memanfaatkan cahaya matahari untuk keperluan

hidupnya. Mulai dari menjemur pakaian sampai membuat pembangkit listrik

tenaga surya. Namun, cahaya matahari juga dapat membawa dampak yang tidak

diharapkan oleh manusia. Ketika musim kemarau yang panjang, cahaya matahari

dapat menyebabkan keretakan pada tanah dan batuan.

Cahaya matahari pun dapat membakar pepohonan atau rerumputan yang

kering. Sehingga terjadilah kebakaran hutan. Daratan yang tadinya hijau

ditumbuhi pepohonan yang rindang, kemudian berubah menjadi daratan yang

gundul dan tandus.

107
Faktor gelombang laut

Pantai yang landai dapat terjadi akibat batu karang di pantai terus menerus

terhantam ombak air laut. Batu karang hancur menjadi butiran pasir yang halus

terhampar luas. Jika pasir berasal dari batu karang berwarna putih pantai ini

dikenal dengan nama pasir putih. Pantai yang curam dengan batu karang yang

terjal terjadi karena empasan gelombang air laut yang sangat kuat mengikis batu

karang dalam waktu beribu-ribu tahun. Pada pantai ini ada batu karang yang

membentuk gua-gua dan dikenal dengan nama karang bolong.

Gelombang laut kadang-kadang berupa gelombang yang sangat besar.

Gelombang besar dapat mengubah kenampakan daratan. Pengikisan pantai oleh

ombak dan gelombang laut disebut abrasi.

108
LKS 1
PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK OLEH ANGIN

Tujuan:
Menjelaskan pengaruh angin terhadap lingkungan fisik.

Alat dan Bahan:


Tanah kering 2 lidi
Kipas Penggaris
2 wadah

Langkah Kerja :
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 wadah yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan tanah sebanyak 500 ml pada masing-masing wadah.
4. Buatlah 2 gundukan tanah yang sama besar pada masing-masing wadah.
5. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
6. Kipaslah secara perlahan-lahan pada gundukan tanah pertama dari
samping dengan arah horizontal selama 2 menit.
7. Kemudian kipaslah dengan lebih kencang pada gundukan tanah kedua dari
samping dengan arah horizontal selama 2 menit.
8. Berhati-hatilah, jangan sampai matamu terkena tanah!
9. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara wadah
pertama dan ke dua.

109
Hasil Penelitan :
1. Apakah gundukan tanah tersebut terkikis?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Apa yang menyebabkan gundukan tanah tersebut terkikis?

3. Tentukan gundukan tanah yang mengalami pengikisan lebih banyak.


Kemukakan alasanmu!

4. Apakah kuat lemahnya hembusan angin berpengaruh terhadap pengikisan


tanah.

5. Gambarlah hasil percobaanmu!

Kesimpulan :

110
LKS 2
PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK OLEH HUJAN

Tujuan:
Menjelaskan pengaruh hujan terhadap perubahan lingkungan fisik.

Alat dan Bahan:


2 bak berbentuk persegi 2 lidi
Tanah Penggaris
Air Gelas air mineral yang sudah dilubangi kecil-kecil
pada bagian bawah gelas
Langkah Kerja
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 bak berbentuk persegi yang sama besar dan terbuat dari bahan
yang sama.
3. Masukkan tanah sebanyak 500 ml pada masing-masing bak.
4. Buatlah gundukan yang sama besar pada masing-masing wadah.
5. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
6. Peganglah gelas air mineral yang sudah dilubangi diatas puncak gundukan
tanah pada bak pertama.
7. Tuangkan air sebanyak 100 ml pada gelas air mineral yang telah dilubangi,
pastikan jatuhnya air tepat pada gundukan tanah pertama.
8. Peganglah gelas air mineral yang sudah dilubangi diatas puncak gundukan
tanah pada bak ke dua.
9. Tuangkan air sebanyak 500 ml pada gelas air mineral yang telah dilubangi,
pastikan jatuhnya air tepat pada gundukan tanah ke dua.
10. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara bak pertama
dan ke dua.

111
Hasil Penelitan :
1. Apakah tanah pada bak tersebut mengalami pengikisan oleh air?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Apakah yang menyababkan tanah pada bak tersebut terkikis?

3. Tentukan bak yang mengalami pengikisan lebih banyak. Kemukakan


alasanmu!

4. Apakah banyak sedikitnya air berpengaruh terhadap pengikisan tanah?

5. Gambarlah hasil percobaanmu!

Kesimpulan :

112
LKS 3
PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK OLEH CAHAYA MATAHARI

Tujuan:
Menjelaskan pengaruh cahaya matahari terhadap perubahan lingkungan fisik.

Alat dan Bahan:


2 Wadah
Es batu
Kardus (bagian dalam diberi lapisan berwarna hitam)
Gelas ukur

Langkah Kerja :
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 wadah yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan es batu dengan volume sama pada masing-masing wadah.
4. Tutuplah wadah pertama dengan kardus selama 5 menit.
5. Untuk wadah kedua, letakkan di luar ruangan/ di bawah sinar matahari
selama 5 menit.
6. Hitunglah volume es yang mencair pada masing-masing wadah
menggunakan gelas ukur.
7. Amati dan bandingkan perubahan pada es batu pada wadah pertama dan es
batu pada wadah kedua!

113
Hasil Penelitan :
1. Apakah es batu pada masing-masing wadah tersebut mencair?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Volume es Wagah Wadah
yang mencair pertama ke dua
<10 ml
10 ml
20 ml
30 ml
40 ml
50 ml
>50 ml

2. Apakah yang menyebabkan es batu tersebut mencair?

3. Tentukan es batu yang mencair lebih cepat. Temukakan alasanmu!

4. Apakah cahaya matahari berpengaruh terhadap mencairnya es batu?

5. Gambarlah hasil pengamatanmu!

KESIMPULAN:

114
LKS 4
PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK OLEH GELOMBANG LAUT

Tujuan:
Menjelaskan pengaruh gelombang laut terhadap perubahan lingkungan fisik.

Alat dan Bahan:


Tanah berpasir
Air
2 Bak pasir
2 lidi

Langkah Kerja
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 bak pasir yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan tanah berpasir sebanyak 500 ml pada masing-masing bak.
4. Buatlah gundukan tanah pada sudut masing-masing bak dengan tinggi
sama.
5. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
6. Masukkan air ke dalam bak pertama hingga mengenai setengah bagian
gundukan tanah.
7. Masukkan air ke dalam bak kedua hingga mengenai seluruh bagian
gundukan tanah.
8. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara bak pertama
dan ke dua.

115
Hasil Penelitan :
1. Apakah gundukan tanah tersebut terkikis?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Apakah yang menyebabkan undukan tanah tersebut terkikis?

3. Tentukan gundukan tanah yang mengalami pengikisan lebih banyak.


Kemukakan alasanmu!

4. Apakah banyak sedikitnya air berpengaruh terhadap pengikisan tanah?

5. Gambarlah hasil pengamatanmu!

Kesimpulan :

116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
PERTEMUAN KE DUA

Nama sekolah : SD Negeri Ngemplak

Mata pelajaran : IPA

Kelas/ semester : IV/ 2

Alokasi/ waktu : 2 x 35 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan.

B. KOMPETENSI DASAR

10.2. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

C. INDIKATOR

10.2.5. Menjelaskan pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan fisik

kepada sisa kelas/ kelompok lain.

10.2.6. Menjelaskan pengaruh hujan terhadap perubahan lingkungan fisik

kepada sisa kelas/ kelompok lain.

10.2.7. Menjelaskan pengaruh cahaya matahari terhadap perubahan

lingkungan fisik kepada sisa kelas/ kelompok lain.

117
10.2.8. Menjelaskan pengaruh gelombang laut terhadap perubahan

lingkungan fisik kepada sisa kelas/ kelompok lain.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan fisik kepada sisa kelas/

kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

pengaruh hujan terhadap perubahan lingkungan fisik kepada sisa kelas/

kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

pengaruh cahaya matahari terhadap perubahan lingkungan fisik kepada

sisa kelas/ kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

pengaruh gelombang laut terhadap perubahan lingkungan fisik kepada sisa

kelas/ kelompok lain dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN

Hal-hal yang mempengaruhi daratan.

F. MODEL PEMBELAJARAN

Active learning tipe peer lesson, diskusi, tanya jawab

118
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

berdoa.

2. Guru memberikan umpan yang berupa pertanyaan-pertanyaan agar siswa

dapat mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan pada pertemuan

sebelumnya.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Kegiatan Inti (50 menit)

1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan anggota sama dengan

pertemuan sebelumnya, yaitu kelompok 1 tentang perubahan lingkungan

fisik oleh angin, kelompok 2 tentang perubahan lingkungan fisik oleh

hujan, kelompok 3 tentang perubahan lingkunga fisik oleh cahaya

matahari, dan kelompok 4 tentang perubahan lingkungan fisik oleh

gelombang laut.

2. Masing-masing kelompok diberikan waktu yang cukup untuk

merencanakan dan mempersiapkan topik pembelajaran yang akan

diajarkan kepada sisa kelas/ kelompok lain.

3. Perwakilan kelompok (2 siswa) mengajarkan topiknya kepada sisa kelas/

kelompok lain, sedangkan anggota kelompok yang lain membantu

mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Masing-

masing kelompok diberikan waktu maksimal 10 menit untuk mengajarkan

topiknya.

119
4. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya dan menanggapi

mengenai presentasi yang telah disampaikan oleh kelompok penyaji.

5. Kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan

tanggapan yang diberikan oleh kelompok lain.

Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam

pertemuan tersebut.

3. Siswa bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah

dipelajari.

4. Guru menginformasikan pada siswa mengenai kegiatan yang akan

dilakukan pada pertemuan berikutnya.

5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

H. SUMBER BELAJAR

Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Yanti Herlanti, Tutut M. Lestari, & Donny H.F. 2010. IPA Kelas 4 Sekolah

Dasar. Jakarta: Yudistira.

I. PENILAIAN

1. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

meliputi aktivitas belajar siswa sesuai indikator pada lembar pengamatan.

120
2. Penilaian tertulis meliputi kesimpulan hasil diskusi (diambil dari Lembar

Kerja Siswa (LKS)).

Sleman, Februari 2014


Mengetahui,
Guru Kelas Mahasiswa

Janu Aribowo, S.Pd. Devi Novitasari


NIP. 19860127 201001 1 014 . NIM. 10108244066

121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II

PERTEMUAN PERTAMA

Nama sekolah : SD Negeri Ngemplak

Mata pelajaran : IPA

Kelas/ semester : IV/ 2

Alokasi/ waktu : 2 x 35 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan.

B. KOMPETENSI DASAR

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor).

C. INDIKATOR

10.3.1. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh angin.

10.3.2. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh hujan.

10.3.3. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh cahaya matahari.

122
10.3.4. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh gelombang laut.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh angin

dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh hujan

dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh

cahaya matahari dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh

gelombang laut dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN

Hal-hal yang mempengaruhi daratan.

F. MODEL PEMBELAJARAN

Active learning tipe peer lesson, diskusi, tanya jawab

123
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan awal (10 menit):

1. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

berdoa.

2. Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran yang akan

diberikan. Apakah di daerah dekat tempat tinggal kalian pernah terjadi

musibah tanah longsor? Apa uusaha yang telah dilakukan warga agar

tanah longsor tersebut tidak terjadi lagi?

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Kegiatan inti (50 menit):

1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara acak. Masing-masing kelompok

diberi nama kelompok, kelompok 1 diberi nama kelompok reboisasi,

kelompok 2 diberi nama kelompok penghijauan, kelompok 3 diberi nama

kelompok irigasi, dan kelompok 4 diberi nama kelompok pemecah ombak.

2. Siswa berkumpul dan mengatur tempat duduk sesuai dengan kelompoknya

masing-masing. Siswa duduk membentuk lingkaran dalam kelompok.

3. Setiap kelompok diberikan topik yang berbeda tetapi saling berkaitan,

yaitu tentang cara mencegah kerusakan lingkungan. Kelompok 1

mendapatkan topik tentang cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh

angin, kelompok 2 mendapatkan topik tentang cara mencegah lingkungan

fisik oleh hujan, kelompok 3 mendapatkan topik tentang cara mencegah

lingkungan fisik oleh cahaya matahari, dan kelompok 4 mendapatkan topik

tentang cara mencegah lingkungan fisik oleh gelombang laut.

124
4. Setiap kelompok mendapatkan informasi, konsep, atau keahlian

mengajarkan topiknya masing-masing dari guru.

5. Semua siswa mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dari guru sesuai

dengan kelompoknya masing-masing.

6. Setiap kelompok diberikan waktu untuk membuat cara presentasi atau

mengajar topiknya kepada sisa kelas dan melakukan kegiatan sesuai

dengan petunjuk dalam LKS.

7. Seluruh siswa pada masing-masing kelompok diberikan waktu untuk

menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

8. Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS.

Kegiatan Akhir (10 menit):

1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.

2. Siswa dan guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

3. Guru menginformasikan pada siswa mengenai kegiatan yang akan

dilakukan pada pertemuan berikutnya.

4. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

H. SUMBER BELAJAR

Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Yanti Herlanti, Tutut M. Lestari, & Donny H.F. 2010. IPA Kelas 4 Sekolah

Dasar. Jakarta: Yudistira.

125
I. PENILAIAN

1. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

meliputi aktivitas belajar siswa sesuai indicator pada lembar pengamatan.

2. Penilaian tertulis meliputi kesimpulan hasil diskusi (diambil dari Lembar

Kerja Siswa (LKS)).

Sleman, Maret 2014


Mengetahui,
Guru Kelas Mahasiswa

Janu Aribowo, S.Pd. Devi Novitasari


NIP. 19860127 201001 1 014 NIM. 10108244066

126
RINGKASAN MATERI

Cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

Faktor Angin

Angin yang kencang dapat merugikan manusia, misalnya angin topan dan angin

puting beliung. Angin topan dapat menghancurkan benda-benda yang dilaluinya.

Daratan yang terkena angin topan banyak mengalami kerusakan seperti pohon-

pohon yang tercabut atau tumbang dan banyak bangunan yang runtuh. Sedangkan

angin putting beliung adalah angin kencang yang berputar. Angin ini dapat

menyapu segala yang ada di permukaan bumi, rumah-rumah, kendaraan bahkan

pohon-pohon juga dapat terangkat dan rusak. Di Amerika, angin ini terkenal

dengan nama angin Tornado.

Angin yang kencang dapat mengikis daratan yang dilaluinya. Tanah dan

bebatuan dapat terkikis oleh angin. Batuan yang terkikis oleh angin dapat berubah

menjadi batuan yang berlubang-lubang, sehingga batuan berbentuk seperti jamur.

Pengikisan tanah oleh angin dapat dicegah dengan menanami tanah dengan

pepohonan.

Faktor Hujan

Hujan yang besar dapat menimbulkan banjir yang sangat merugikan bagi

makhluk hidup. Rumah-rumah terendam, sawah yang tidak bisa dipanen karena

terendam banjir, jalanan yang macet dan lain lain. Selain itu, banjir dapat merusak

lapisan tanah. Tanah yang gundul tidak akan mampu menahan aliran air, sehingga

127
terjadilah erosi atau pengikisan tanah.

Di bukit-bukit atau pegunungan, erosi dan longsor akibat air hujan dapat

dicegah dengan melakukan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon di

hutan yang gundul. Untuk pencegahan erosi dapat pula bukit-bukit dibuat

bertingkattingkat membentuk sengkedan atau terasering. Sengkedan dapat

digunakan untuk sawah dan tanaman lain yang berguna untuk menahan aliran air.

Faktor cahaya matahari

Pada musim kemarau, panas matahari menyebabkan air yang ada di

permukaan tanah menguap, tanah menjadi kering tumbuhan banyak yang mati

kalau tidak disiram. Kekeringan pada tanah dapat mengakibatkan tanah menjadi

retak-retak. Perubahan yang tampak akibat kekeringan, yaitu di daerah pertanian

yang biasanya hijau oleh pohon-pohon tampak gersang.

Kerusakan karena kekeringan, tanah menjadi kurang subur. Untuk

pencegahan kekeringan di daerah pertanian atau pesawahan dibuat irigasi yaitu

aliran sungai dibendung kemudian aliran air dibagi secara teratur sehingga semua

daerah kebagian air.

Faktor gelombang laut

Pengikisan daratan oleh gelombang air laut menyebabkan perubahan pada

permukaan bumi. Peristiwa ini ini disebut Abrasi. Abrasi yang telah terjadi

menimbulkan pantai-pantai yang sangat indah. Abrasi dapat pula menimbulkan

128
masalah, contohnya air laut sampai ke daratan bahkan sampai ke pemukinan

penduduk bahkan ada pula pulau-pulau kecil yang tenggelam.

Pencegahan abrasi di pantai-pantai yang landai, yaitu dengan pelestarian

hutan bakau di sepanjang pantai. Pohon bakau memiliki akar yang sangat kuat

yang dapat memecah ombak dan gelombang laut yang datang ke pantai. Selain

itu, abrasi juga dapat dicegah dengan membuat pemecah ombak berupa tembok

beton yang dibuat di sepanjang pantai.

129
LKS 1
CARA MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK OLEH ANGIN

Tujuan:
Menjelaskan cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh angin.

Alat dan Bahan:


Tanah gundul 2 lidi
Kipas Tanah berumput
2 wadah Penggaris

Langkah Kerja :
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 wadah yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan tanah gundul pada wadah pertama sebanyak 500 ml.
4. Masukkan tanah berumput pada wadah ke dua dengan volume relatif sama
dengan wadah pertama.
5. Buatlah gundukan yang sama besar pada masing-masing wadah.
6. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
7. Kipaslah tanah pada wadah pertama dari samping dengan arah horizontal
selama 2 menit. Amati yang terjadi!
8. Kipaslah wadah ke dua dari samping dengan arah horizontal selama 2
menit. Usahakan kekuatan saat mengipas sama dengan wadah pertama.
Amati yang terjadi!
9. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara wadah
pertama dan ke dua.

130
Hasil Penelitan :
1. Apakah tanah pada wadah tersebut terkikis?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Tentukan tanah yang mengalami pengikisan lebih banyak, tanah pada


wadah pertama atau ke dua? Kemukakan alasanmu!

3. Apakah rumput/ tanaman yang ditanam dapat mencegah kerusakan


lingkungan fisik oleh angin? Kemukakan alasanmu!

4. Gambarlah hasil kegiatanmu!

Kesimpulan :

131
LKS 2
CARA MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK OLEH HUJAN

Tujuan:
Menjelaskan cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh hujan.

Alat dan Bahan:


2 bak berbentuk persegi 2 lidi
Tanah gundul Penggaris
Air Tanah berumput
Gelas air mineral yang sudah dilubangi kecil-kecil
pada bagian bawah gelas

Langkah Kerja
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 bak berbentuk persegi yang sama besar dan terbuat dari bahan
yang sama.
3. Masukkan tanah gundul pada wadah pertama sebanyak 500 ml.
4. Masukkan tanah berumput pada wadah ke dua dengan volume relatif sama
dengan wadah pertama.
5. Buatlah gundukan yang sama besar pada masing-masing bak.
6. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
7. Peganglah gelas air mineral yang sudah dilubangi diatas puncak gundukan
tanah pada bak pertama.
8. Tuangkan air sebanyak 500 ml pada gelas air mineral yang telah dilubangi,
pastikan jatuhnya air tepat pada gundukan tanah pertama.
9. Peganglah gelas air mineral yang sudah dilubangi diatas puncak gundukan
tanah pada bak ke dua.
10. Tuangkan air sebanyak 500 ml pada gelas air mineral yang telah dilubangi,
pastikan jatuhnya air tepat pada gundukan tanah ke dua.

132
11. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara bak pertama
dan ke dua.

Hasil Penelitan :
1. Apakah tanah pada bak tersebut mengalami pengikisan oleh air?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Tentukan tanah yang mengalami pengikisan lebih banyak, tanah pada bak
pertama atau ke dua? Kemukakan alasanmu!

3. Apakah rumput/ tanaman yang ditanam dapat mencegah kerusakan


lingkungan fisik oleh hujan? Kemukakan alasanmu!

4. Gambarlah hasil kegiatanmu!

Kesimpulan :

133
LKS 3
CARA MENCEGAH KERUSAKAKN LINGKUNGAN FISIK OLEH
CAHAYA MATAHARI

Tujuan:
Menjelaskan cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh cahaya matahari.

Alat dan Bahan:


4 Wadah
Air
Gelas air mineral (diberi lubang 1 pada bagian samping bawah)
Gelas air mineral (diberi lubang 2 pada bagian yang berlawanan di
samping bawah)
Tanah/ pasir

Langkah Kerja :
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 4 wadah yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan tanah/ pasir pada keempat wadah yang telah disiapkan.
4. Letakkan gelas air mineral dengan 1 lubang diantara 2 wadah yang telah
diisi tanah/ pasir. Gelas diletakkan dengan posisi lebih tinggi dari wadah
pasir.
5. Masukkan air sebanyak 150 ml pada gelas air mineral dan pastikan air
yang keluar dapat masuk pada salah satu wadah Amati yang terjadi pada
kedua wadah tersebut
6. Letakkan gelas air mineral dengan 2 lubang diantara 2 wadah lain yang
telah diisi dengan tanah/ pasir. Gelas diletakkan dengan posisi lebih tinggi
dari wadah pasir.
7. Masukkan air sebanyak 150 ml pada gelas air mineral dan pastikan air
yang keluar dapat masuk pada kedua wadah. Amati yang terjadi pada
kedua wadah tersebut.

134
8. Amati dan bandingkan kedua percobaan tersebut!

Hasil Penelitan :
1. Apakah tanah pada kedua wadah pada masing-masing percobaan basah
dan tidak kering lagi?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Percobaan pertama Percobaan ke dua
Tidak Sedikit Banyak Tidak Sedikit Banyak

2. Tentukan percobaan yang dapat mengairi bak lebih banyak, percobaan


pertama atau ke dua? Kemukakan alasanmu!

3. Apakah lubang pada gelas air mineral berpengaruh pada banyaknya bak
yang diairi? Kemukakan alasanmu!

4. Gambarlah hasil kegiatanmu!

Kesimpulan:

135
LKS 4
CARA MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK OLEH
GELOMBANG LAUT

Tujuan:
Menjelaskan cara mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh gelombang laut.

Alat dan Bahan:


Tanah berpasir Kerikil/ batu kecil-kecil
Air 2 lidi
2 bak pasir

Langkah Kerja
1. Lakukan secara berkelompok.
2. Siapkan 2 bak pasir yang sama besar dan terbuat dari bahan yang sama.
3. Masukkan tanah berpasir sebanyak 500 ml pada masing-masing bak.
4. Buatlah satu gundukan tanah pada sudut kedua bak dengan tinggi sama.
5. Berikan kerikil/ batu kecil-kecil pada gundukan tanah di bak ke dua hingga
menutupi seluruh bagian gundukan tanah.
6. Tancapkan lidi yang panjangnya 10 cm pada puncak kedua gundukan
tanah tersebut hingga ujung lidi sampai pada dasar gundukan dan
menyentuh wadah.
7. Masukkan air sebanyak 500 ml pada bak pertama dari arah samping
gundukan hingga mengenai gundukan.
8. Masukkan air sebanyak 500 ml pada bak ke dua dari arah samping
gundukan hingga mengenai gundukan.
9. Ukur panjang lidi yang terlihat di atas permukaan masing-masing
gundukan tanah menggunakan penggaris. Bandingkan antara bak pertama
dan ke dua.

136
Hasil Penelitan :
1. Apakah gundukan tanah pada bak tersebut terkikis?
Berikan tanda pada kolom yang sesuai!
Panjang 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm 6cm 7cm 8cm 9cm 10cm
lidi
Wadah
pertama
Wadah
ke dua

2. Tentukan tanah yang mengalami pengikisan lebih banyak, tanah pada bak
pertama atau ke dua? Kemukakan alasanmu!

3. Apakah kerikil/ batu kecil-kecil yang diletakkan di sekitar gundukan tanah


dapat mencegah kerusakan lingkungan fisik oleh air (gelombang laut)?
Kemukakan alasanmu!

4. Gambarlah hasil kegiatanmu!

Kesimpulan :

137
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II

PERTEMUAN KE DUA

Nama sekolah : SD Negeri Ngemplak

Mata pelajaran : IPA

Kelas/ semester : IV/ 2

Alokasi/ waktu : 2 x 35 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan.

B. KOMPETENSI DASAR

10.3. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

C. INDIKATOR

10.3.5. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh angin kepada sisa kelas/ kelompok lain.

10.3.6. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh hujan kepada sisa kelas/ kelompok lain.

10.3.7. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh cahaya matahari kepada sisa kelas/ kelompok lain.

138
10.3.8. Menjelaskan tentang cara mencegah kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh gelombang laut kepada sisa kelas/ kelompok lain.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan cara

mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh angin kepada sisa

kelas/ kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan cara

mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh hujan kepada sisa

kelas/ kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan cara

mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh cahaya matahari

kepada sisa kelas/ kelompok lain dengan tepat.

Setelah melakukan percobaan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan

pengaruh gelombang laut terhadap perubahan lingkungan fisik kepada sisa

kelas/ kelompok lain dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN

Hal-hal yang mempengaruhi daratan.

F. MODEL PEMBELAJARAN

Active learning tipe peer lesson, diskusi, tanya jawab

139
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

berdoa.

2. Guru memberikan umpan yang berupa pertanyaan-pertanyaan agar siswa

dapat mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan pada pertemuan

sebelumnya.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Kegiatan Inti (50 menit)

1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan anggota sama dengan

pertemuan sebelumnya, yaitu kelompok 1 adalah kelompok reboisasi yang

akan membahas tentang perubahan lingkungan fisik oleh angin, kelompok

2 adalah kelompok penghijauan yang akank membahas tentang perubahan

lingkungan fisik oleh hujan, kelompok 3 adalah kelompok irigasi yang

akan membahas tentang perubahan lingkungan fisik oleh cahaya matahari,

dan kelompok 4 adalah kelompok pemecah ombak yang akan membahas

tentang perubahan lingkungan fisik oleh gelombang laut.

2. Masing-masing kelompok diberikan waktu yang cukup untuk

merencanakan dan mempersiapkan topik pembelajaran yang akan

diajarkan kepada sisa kelas/ kelompok lain.

3. Seluruh anggota pada masing-masing kelompok maju ke depan kelas dan

secara bergilir mengajarkan hasil percobaan dan diskusinya pada kelompo

140
lain/ sisa kelas. Masing-masing kelompok diberikan waktu maksimal 10

menit untuk mengajarkan topiknya.

4. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya dan menanggapi

mengenai presentasi yang telah disampaikan oleh kelompok penyaji.

5. Kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan

tanggapan yang diberikan oleh kelompok lain.

Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam

pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian indikator pencapaian

kompetensi dan kompetensi dasar.

3. Siswa bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah

dipelajari.

4. Guru menginformasikan pada siswa mengenai kegiatan yang akan

dilakukan pada pertemuan berikutnya.

5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

H. SUMBER BELAJAR

Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk

SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Yanti Herlanti, Tutut M. Lestari, & Donny H.F. 2010. IPA Kelas 4 Sekolah

Dasar. Jakarta: Yudistira.

141
I. PENILAIAN

1. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

meliputi aktivitas belajar siswa sesuai indikator pada lembar pengamatan.

2. Penilaian tertulis meliputi kesimpulan hasil diskusi (diambil dari Lembar

Kerja Siswa (LKS)).

Sleman, Maret 2014


Mengetahui,
Guru Kelas Mahasiswa

Janu Aribowo, S.Pd. Devi Novitasari


NIP. 19860127 201001 1 014 NIM. 10108244066

142
LAMPIRAN 2
HASIL KERJA SISWA

143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
LAMPIRAN 3
KISI-KISI LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

160
Kisi-kisi lembar pengamatan aktivitas siswa.

No Aspek Indikator
1 Visual c. Membaca dan mempelajari materi dan LKS
yang diberikan oleh guru.
d. Melihat dan mengamati kelompok lain yang
sedang presentasi di depan kelas.
2 Lisan e. Menyampaikan ide dan gagasan kepada teman
atau guru.
f. Mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
g. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
belum dipahami.
h. Menjawab pertanyaan yang diberikan.
3 Mendengarkan d. Mendengarkan presentasi teman.
e. Mendengarkan pendapat teman.
f. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh
guru.
4 Menulis d. Menulis hasil diskusi kelompok.
e. Mengerjakan lembar kerja siswa.
f. Menulis kesimpulan.
5 Meggambar a. Menggabar hasil kegiatan yang dilakukan.
5 Metrik c. Memilih alat untuk melakukan percobaan atau
membuat karya.
d. Melakukan percobaan atau membuat karya.
6 Mental b. Memecahkan masalah.
7 Emosional c. Percaya diri
d. Tegas saat menyampaikan pertanyaan, ide, dan
pendapat.

161
LAMPIRAN 4
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

162
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
VISUAL
e. Membaca dan
mempelajari
materi yang
diberikan oleh
guru.
f. Melihat dan
mengamati
kelompok lain
yang sedang
presentasi di
depan kelas.
LISAN
i. Menyampaikan
ide dan gagasan
kepada teman
atau guru.
j. Mempresentasi
kan hasil
diskusi di
depan kelas.

163
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
k. Mengajukan
pertanyaan
mengenai
materi yang
belum
dipahami.
l. Menjawab
pertanyaan
yang diberikan.
MENDENGARKAN
g. Mendengarkan
presentasi
teman.
h. Mendengarkan
pendapat
teman.
i. Mendengarkan
penjelasan
yang diberikan
oleh guru.
MENULIS
g. Menulis hasil
diskusi
kelompok.

164
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
h. Mengerjakan
lembar kerja
siswa.
i. Menulis
Kesimpulan
MENGGAMBAR
a. Menggambar
hasil kegiatan
yang dilakukan.
METRIK
e. Memilih alat
untuk
melakukan
percobaan atau
membuat karya.
f. Melakukan
percobaan atau
membuat karya.
MENTAL
c. Memecahkan
masalah.
EMOSIONAL
e. Percaya diri

165
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
f. Tegas dalam
menyapaikan
pertanyaan, ide,
dan
pendapatnya.

% aktivitas tiap-
tiap siswa

Keterangan : Berilah tanda pada setiap aktivitas yang terjadi.

Yogyakarta, Februari 2014

Peneliti,

Devi Novitasari

NIM. 10108244066

166
LAMPIRAN 5
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

167
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA PRA TINDAKAN

Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
VISUAL
a. Membaca dan
mempelajari
materi yang 100
diberikan oleh
guru.
50%
b. Melihat dan
mengamati
kelompok lain 0
yang sedang
presentasi di
depan kelas.
LISAN
a. Menyampaikan
ide dan gagasan
kepada teman 35
atau guru.
17,5%
b. Mempresentasi
kan hasil 0
diskusi di
depan kelas.

168
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
c. Mengajukan
pertanyaan
mengenai
materi yang 0
belum
dipahami.
d. Menjawab
pertanyaan 35
yang diberikan.
MENDENGARKAN
a. Mendengarkan
presentasi 0
teman.
b. Mendengarkan
pendapat 100 67%
teman.
c. Mendengarkan
penjelasan
yang diberikan 100
oleh guru.
MENULIS
a. Menulis hasil
diskusi 100
kelompok.
33%

169
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Mengerjakan
lembar kerja 0
siswa.
c. Menulis
Kesimpulan 0
MENGGAMBAR
a. Menggambar
hasil kegiatan 0 0%
yang dilakukan.
METRIK
a. Memilih alat
untuk
melakukan 0
percobaan atau
membuat karya. 0%
b. Melakukan
percobaan atau 0
membuat karya.
MENTAL
a. Memecahkan
masalah. 77 77%
EMOSIONAL
a. Percaya diri
19
17%

170
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Tegas dalam
menyapaikan
pertanyaan, ide, 15
dan
pendapatnya.

% aktivitas tiap- 24 41 50 29 29 24 24 29 29 53 47 29 24 29 29 53 29 53 29 41 29 24 29 41 41 53
tiap siswa

Keterangan : Berilah tanda pada setiap aktivitas yang terjadi.

Yogyakarta, Februari 2014

Peneliti,

Devi Novitasari

NIM. 10108244066

171
Skor aktivitas siswa pada pra tindakan

Nomor absen Skor yang diperoleh Kategori


1 24% Kurang Sekali
2 41% Kurang Sekali
3 50% Kurang Sekali
4 29% Kurang Sekali
5 29% Kurang Sekali
6 24% Kurang Sekali
7 24% Kurang Sekali
8 29% Kurang Sekali
9 29% Kurang Sekali
10 53% Kurang Sekali
11 47% Kurang Sekali
12 29% Kurang Sekali
13 24% Kurang Sekali
14 29% Kurang Sekali
15 29% Kurang Sekali
16 53% Kurang Sekali
17 29% Kurang Sekali
18 53% Kurang Sekali
19 29% Kurang Sekali
20 41% Kurang Sekali
21 29% Kurang Sekali
22 24% Kurang Sekali
23 29% Kurang Sekali
24 41% Kurang Sekali
25 41% Kurang Sekali
26 53% Kurang Sekali

172
Distribusi frekuansi aktivitas belajar siswa pada pra tindakan

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase Rata-


siswa yang rata
melakukan
1 VISUAL
Membaca dan mempelajari 26 100%
materi yang diberikan oleh
guru. 50%
Melihat dan mengamati 0 0%
kelompok lain yang sedang
presentasi di depan kelas
2 LISAN
Menyampaikan ide dan 9 35%
gagasan kepada teman atau
guru.
Mempresentasikan hasil 0 0%
diskusi di depan kelas.
Mengajukan pertanyaan 0 0% 17,5%
mengenai materi yang belum
dipahami.
Menjawab pertanyaan yang 35 35%
diberikan.
3 MENDENGARKAN
Mendengarkan presentasi 0 0%
teman.
Mendengarkan pendapat 26 100%
teman. 67%
Mendengarkan penjelasan 26 100%
yang diberikan oleh guru.
4 MENULIS
Menulis hasil diskusi 0%
kelompok.
Mengerjakan lembar kerja 26 100% 33%
siswa.
Menulis kesimpulan. 0 0%
5 MENGGAMBAR
Menggambar hasil kegiatan 0 0% 0%
yang dilakukan.
6 METRIK
Memilih alat untuk melakukan 0 0%
percobaan atau membuat alat. 0%
Melakukan percobaan atau 0 0%
membuat alat.
7 MENTAL
Memecahkan masalah. 20 77% 77%
8 EMOSIONAL
Percaya diri saat mengajarkan 5 19%
topiknya.
Tegas dalam menyampaikan 4 15% 17%
pertanyaan, ide, dan
pendapatnya

173
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA SIKLUS I

Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-


rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
VISUAL
a. Membaca dan
mempelajari
materi yang 77
diberikan oleh
guru.
88, 5%
b. Melihat dan
mengamati
kelompok lain
yang sedang 100
presentasi di
depan kelas.
LISAN
a. Menyampaikan
ide dan gagasan 42
kepada teman
atau guru.
b. Mempresentasi 34%
kan hasil
diskusi di 35
depan kelas.

174
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
c. Mengajukan
pertanyaan
mengenai 23
materi yang
belum
dipahami.
d. Menjawab
pertanyaan 35
yang diberikan.
MENDENGARKAN
a. Mendengarkan
presentasi 100
teman.
b. Mendengarkan
pendapat 100 100%
teman.
c. Mendengarkan
penjelasan 100
yang diberikan
oleh guru.
MENULIS
a. Menulis hasil
diskusi 100
kelompok.
99%

175
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Mengerjakan
lembar kerja 100
siswa.
c. Menulis
Kesimpulan 96
MENGGAMBAR
a. Menggambar
hasil kegiatan 100 100%
yang dilakukan
METRIK
a. Memilih alat
untuk 100
melakukan
percobaan atau
membuat karya. 100%
b. Melakukan
percobaan atau 100
membuat karya.
MENTAL
a. Memecahkan
masalah. 88 88%
EMOSIONAL
a. Percaya diri
50

42, 5%

176
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Tegas dalam
menyapaikan
pertanyaan, ide, 35
dan pendapatnya

% aktivitas tiap-
67 78 61 78 72 78 78 83 61 89 78 61 83 83 83 89 89 89 61 61 89 83 72 61 78 89
tiap siswa

Keterangan : Berilah tanda pada setiap aktivitas yang terjadi.

Yogyakarta, Februari 2014

Peneliti,

Devi Novitasari

NIM. 10108244066

177
Skor aktivitas siswa pada siklus I

Nomor absen Skor yang diperoleh Kategori


1 67% Cukup
2 78% Baik
3 61% Cukup
4 78% Baik
5 72% Cukup
6 78% Baik
7 78% Baik
8 83% Baik
9 61% Cukup
10 89% Sangat Baik
11 78% Baik
12 61% Cukup
13 83% Baik
14 83% Baik
15 83% Baik
16 89% Sangat Baik
17 89% Sangat Baik
18 89% Sangat Baik
19 61% Cukup
20 61% Cukup
21 89% Sangat Baik
22 83% Baik
23 72% Cukup
24 61% Cukup
25 78% Baik
26 89% Sangat Baik

178
Distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa pada siklus I

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase Rata-


siswa yang rata
melakukan
1 VISUAL
Membaca dan mempelajari 20 77%
materi yang diberikan oleh
guru. 88,5%
Melihat dan mengamati 26 100%
kelompok lain yang sedang
presentasi di depan kelas
2 LISAN
Menyampaikan ide dan 11 42%
gagasan kepada teman atau
guru.
Mempresentasikan hasil 9 35%
diskusi di depan kelas.
Mengajukan pertanyaan 6 23% 34%
mengenai materi yang belum
dipahami.
Menjawab pertanyaan yang 9 35%
diberikan.
3 MENDENGARKAN
Mendengarkan presentasi 26 100%
teman.
Mendengarkan pendapat 26 100%
teman. 100%
Mendengarkan penjelasan 26 100%
yang diberikan oleh guru.
4 MENULIS
Menulis hasil diskusi 26 100%
kelompok.
Mengerjakan lembar kerja 26 100% 99%
siswa.
Menulis kesimpulan. 25 96%
5 MENGGAMBAR
Menggambar hasil kegiatan 26 100% 100%
yang dilakukan.
6 METRIK
Memilih alat untuk melakukan 26 100%
percobaan atau membuat alat. 100%
Melakukan percobaan atau 26 100%
membuat alat.
7 MENTAL
Memecahkan masalah. 23 88% 88%
8 EMOSIONAL
Percaya diri saat mengajarkan 13 50%
topiknya.
Tegas dalam menyampaikan 9 35% 42, 5%
pertanyaan, ide, dan
pendapatnya

179
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA SIKLUS II

Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
VISUAL
a. Membaca dan
mempelajari
materi yang 88
diberikan oleh
guru.
94%
b. Melihat dan
mengamati
kelompok lain
yang sedang 100
presentasi di
depan kelas.
LISAN
a. Menyampaikan
ide dan gagasan 69
kepada teman
atau guru.
b. Mempresentasik 75%
an hasil diskusi
di depan kelas. 100

180
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
c. Mengajukan
pertanyaan
mengenai 62
materi yang
belum
dipahami.
d. Menjawab
pertanyaan yang 69
diberikan.
MENDENGARKAN
a. Mendengarkan
presentasi 100
teman.
b. Mendengarkan
pendapat 100 100%
teman.
c. Mendengarkan
penjelasan yang 100
diberikan oleh
guru.
MENULIS
a. Menulis hasil
diskusi 100
kelompok.
100%

181
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Mengerjakan
lembar kerja 100
siswa.

c. Menulis
Kesimpulan 100
MENGGAMBAR
a. Menggambar
hasil kegiatan 100 100%
yang dilakukan
METRIK
a. Memilih alat
untuk melakukan 100
percobaan atau
membuat karya.
b. Melakukan 100%
percobaan atau 100
membuat karya.
MENTAL
a. Memecahkan
masalah. 92 92%
EMOSIONAL
a. Percaya diri
88 76, 5%

182
Aspek yang dinilai No. Absen % Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 rata
b. Tegas dalam
menyapaikan
pertanyaan, ide, 65
dan pendapatnya

% aktivitas tiap-
89 89 78 94 83 94 94 10 72 10 94 78 89 94 94 10 94 10 72 94 94 94 83 94 94 10
tiap siswa
0 0 0 0 0

Keterangan : Berilah tanda pada setiap aktivitas yang terjadi

Yogyakarta, Februari 2014

Peneliti,

Devi Novitasari

NIM. 10108244066

183
Skor aktivitas siswa pada siklus II

Nomor absen Skor yang diperoleh Kategori


1 89% Sangat Baik
2 89% Sangat Baik
3 78% Baik
4 94% Sangat Baik
5 83% Baik
6 94% Sangat Baik
7 94% Sangat Baik
8 100% Sangat Baik
9 72% Cukup
10 100% Sangat Baik
11 94% Sangat Baik
12 78% Baik
13 89% Sangat Baik
14 94% Sangat Baik
15 94% Sangat Baik
16 100% Sangat Baik
17 94% Sangat Baik
18 100% Sangat Baik
19 72% Cukup
20 94% Sangat Baik
21 94% Sangat Baik
22 94% Sangat Baik
23 83% Baik
24 94% Sangat Baik
25 94% Sangat Baik
26 100% Sangat Baik

184
Distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa pada siklus II

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase Rata-


siswa yang rata
melakukan
1 VISUAL
Membaca dan mempelajari 23 88%
materi yang diberikan oleh
guru. 94%
Melihat dan mengamati 26 100%
kelompok lain yang sedang
presentasi di depan kelas
2 LISAN
Menyampaikan ide dan 18 69%
gagasan kepada teman atau
guru.
Mempresentasikan hasil 26 100%
diskusi di depan kelas.
Mengajukan pertanyaan 16 62% 75%
mengenai materi yang belum
dipahami.
Menjawab pertanyaan yang 18 69%
diberikan.
3 MENDENGARKAN
Mendengarkan presentasi 26 100%
teman.
Mendengarkan pendapat 26 100%
teman. 100%
Mendengarkan penjelasan 26 100%
yang diberikan oleh guru.
4 MENULIS
Menulis hasil diskusi 26 100%
kelompok.
Mengerjakan lembar kerja 26 100^% 100%
siswa.
Menulis kesimpulan. 26 100%
5 MENGGAMBAR
Menggambar hasil kegiatan 26 100% 100%
yang dilakukan.
6 METRIK
Memilih alat untuk melakukan 26 100%
percobaan atau membuat alat. 100%
Melakukan percobaan atau 26 100%
membuat alat.
7 MENTAL
Memecahkan masalah. 24 92% 92%
8 EMOSIONAL
Percaya diri saat mengajarkan 23 88%
topiknya.
Tegas dalam menyampaikan 17 65% 76, 5%
pertanyaan, ide, dan
pendapatnya

185
LAMPIRAN 6
KISI-KISI LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU

186
Kisi-kisi lembar pengamatan guru.

No Aspek Indikator
1 Prapembelajaran d. Guru bersikap ramah saat masuk kelas.
e. Menyiapkan ruang dan media
pembelajaran.
f. Memeriksa kesiapan siswa.
2 Membuka pelajaran c. Menyampaikan apersepsi.
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3 Inti pembelajaran i. Membagi kelas ke dalam sub kelompok.
Sub kelompok dibagi berdasarkan topik
yang diajarkan.
j. Memberikan informasi, konsep atau
keahlian mengajar yang lain.
k. Meminta setiap kelompok membuat cara
presentasi atau mengajar topiknya
kepada sisa kelas.
l. Memberikan waktu yang cukup untuk
merencanakan dan mempersiapkan
presentasi.
m. Menyediakan media pembelajaran.
n. Melibatkan siswa dalam diskusi.
o. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya dan menanggapi dalam
kegiatan presentasi.
p. Menghargai setiap usaha siswa.
4 Penutup c. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami.
d. Menyimpulkan pelajaran dengan
melibatkan siswa.

187
LAMPIRAN 7

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU

188
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU

Nama guru : Janu Aribowo, S. Pd


NIP :
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : IV/ 2

No Indikator Ya Tidak
1 PRAPEMBELAJARAN
a. Guru bersikap ramah saat
masuk kelas.
b. Menyiapkan ruang dan media
pembelajaran.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
2 KEGIATAN AWAL
a. Menyampaikan apersepsi.
b. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
KEGIAT AN INTI 3 KEGIATAN INTI
a. Membagi kelas ke dalam sub
kelompok. Sub kelompok
dibagi berdasarkan topik yang
diajarkan.
b. Memberikan informasi,
konsep atau keahlian
mengajar yang lain.
c. Meminta setiap kelompok
membuat cara presentasi atau
mengajar topiknya kepada
sisa kelas.
d. Memberikan waktu yang
cukup untuk merencanakan
dan mempersiapkan
presentasi.
e. Menyediakan media
pembelajaran.
f. Melibatkan siswa dalam
diskusi.
g. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya dan
menanggapi dalam kegiatan
presentasi.
h. Menghargai setiap usaha
siswa.
4 KEGITAN AKHIR
a. Menyimpulkan pelajaran
dengan melibatkan siswa.
b. Memberikan tugas pengayaan
tindak lanjut.

189
LAMPIRAN 8

HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS GURU

190
Aktivitas guru pada pra tindakan

Nama guru : Janu Aribowo, S. Pd


NIP : 19860127 201001 1 014
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : IV/ 2

No Indikator Ya Tidak
1 PRAPEMBELAJARAN
a. Guru bersikap ramah saat
masuk kelas.
b. Menyiapkan ruang dan media
pembelajaran.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
2 KEGIATAN AWAL
a. Menyampaikan apersepsi.
b. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
KEGIAT AN INTI 3 KEGIATAN INTI
a. Membagi kelas ke dalam sub
kelompok. Sub kelompok
dibagi berdasarkan topik yang
diajarkan.
b. Memberikan informasi,
konsep atau keahlian
mengajar yang lain.
c. Meminta setiap kelompok
membuat cara presentasi atau
mengajar topiknya kepada
sisa kelas.
d. Memberikan waktu yang
cukup untuk merencanakan
dan mempersiapkan
presentasi.
e. Menyediakan media
pembelajaran.
f. Melibatkan siswa dalam
diskusi.
g. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya dan
menanggapi dalam kegiatan
presentasi.
h. Menghargai setiap usaha
siswa.
4 KEGITAN AKHIR
a. Menyimpulkan pelajaran
dengan melibatkan siswa.
b. Memberikan tugas pengayaan
tindak lanjut.

191
Aktivitas guru pada siklus I

Nama guru : Janu Aribowo, S. Pd


NIP : 19860127 201001 1 014
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : IV/ 2

No Indikator Ya Tidak
1 PRAPEMBELAJARAN
a. Guru bersikap ramah saat
masuk kelas.
b. Menyiapkan ruang dan media
pembelajaran.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
2 KEGIATAN AWAL
a. Menyampaikan apersepsi.
b. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
KEGIAT AN INTI 3 KEGIATAN INTI
a. Membagi kelas ke dalam sub
kelompok. Sub kelompok
dibagi berdasarkan topik yang
diajarkan.
b. Memberikan informasi,
konsep atau keahlian
mengajar yang lain.
c. Meminta setiap kelompok
membuat cara presentasi atau
mengajar topiknya kepada
sisa kelas.
d. Memberikan waktu yang
cukup untuk merencanakan
dan mempersiapkan
presentasi.
e. Menyediakan media
pembelajaran.
f. Melibatkan siswa dalam
diskusi.
g. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya dan
menanggapi dalam kegiatan
presentasi.
h. Menghargai setiap usaha
siswa.
4 KEGITAN AKHIR
a. Menyimpulkan pelajaran
dengan melibatkan siswa.
b. Memberikan tugas pengayaan
tindak lanjut.

192
Aktivitas guru pada siklus II

Nama guru : Janu Aribowo, S. Pd


NIP : 19860127 201001 1 014
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : IV/ 2

No Indikator Ya Tidak
1 PRAPEMBELAJARAN
a. Guru bersikap ramah saat
masuk kelas.
b. Menyiapkan ruang dan media
pembelajaran.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
2 KEGIATAN AWAL
a. Menyampaikan apersepsi.
b. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
KEGIAT AN INTI 3 KEGIATAN INTI
a. Membagi kelas ke dalam sub
kelompok. Sub kelompok
dibagi berdasarkan topik yang
diajarkan.
b. Memberikan informasi,
konsep atau keahlian
mengajar yang lain.
c. Meminta setiap kelompok
membuat cara presentasi atau
mengajar topiknya kepada
sisa kelas.
d. Memberikan waktu yang
cukup untuk merencanakan
dan mempersiapkan
presentasi.
e. Menyediakan media
pembelajaran.
f. Melibatkan siswa dalam
diskusi.
g. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya dan
menanggapi dalam kegiatan
presentasi.
h. Menghargai setiap usaha
siswa.
4 KEGITAN AKHIR
a. Menyimpulkan pelajaran
dengan melibatkan siswa.
b. Memberikan tugas pengayaan
tindak lanjut.

193
LAMPIRAN 9

GAMBAR PELAKSANAAN TINDAKAN

194
GAMBAR PELAKSANAAN SIKLUS I

Siswa dibagi ke dalam kelompok Guru membimbing seetiap kelompok

Siswa mendengarkan dan Siswa melakukan percobaan


memperhatikan guru

Siswa memilih alat untuk percobaan Siswa menulis hasil pengamatan dan
kesimpulan

195
Siswa menggambar hasil pengamatan Siswa memperhatikan kelompok yang
sedang presentasi

Kegiatan siswa saat diskusi

Siswa presentasi di depan kelas

196
GAMBAR PELAKSANAAN SIKLUS II

Siswa di bagi ke dalam kelompok


Guru membimbing seiap kelompok

Siswa mendengarkan penjelasan dari Siswa melakukan percobaan


guru

Siswa memilih alat untuk percobaan Siswa menulis hasil pengamatan dan
kesimpulan

197
Siswa menggambar hasil pengamatan Siswa memperhatikan kelompok lain
yang sedang presentasi

Kegiatan siswa saat diskusi

Siswa presentasi di depan kelas

198
LAMPIRAN 10

SURAT IZIN PENELITIAN

199
200
201
202
203
204
205
206
207

Anda mungkin juga menyukai