Anda di halaman 1dari 109

STRATEGI MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI MELALUI

PENGELOLAAN USAHA TERNAK BURUNG MURAI

(Studi Deskriptif di Ponpes Al-Luthfah Cililin Kab. Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi


Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Fahruroji Urrohmatillah

1184030040

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
ABSTRAK

Fahru Roji’urrohmatillah: Strategi Membentuk Kemandirian Santri Melalui


Usaha Ternak Burung Murai (Studi Deskriptif di Pondok Pesanten Al-Luthfah
Cililin Kab.Bandung Barat).

Penelitian ini didasarkan bahwa pesantren memiliki tanggung jawab


dalam mengembangkan serta memberdayakan santri pada bidang ekonomi.
Karena tak mudah bagi pesantren yang berkonsentrasi pada bidang keagamaan
dibandingkan dengan bidang ekonomi. Hal ini adalah sebuah gebrakan yang
harus dihadapi oleh pesantren, agar dapat mengubah pola dakwah yang
menggaris bawahi cara bil lisan menjadi bil hal dengan dihadapi permasalahan
masyarakat yang semakin kompleks.
Burung murai ini termasuk burung yang sangat cocok bila dipelihara di
rumah. Karena memelihara burung murai merupakan hobi belaka,burung murai
juga usaha yang sangat bagus, namun tak berlaku pada zaman modern ini.
Keuntungan yang didapat dari ternak burung murai dapat mencukupi kebutuhan
yang ada dalam pesantren, mengganti biaya pemeliharaan burung, biaya pakan
serta dapat memperluas peternakannya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Strategi. Teori ini
membahas tentang bagaimana seseorang atau kelompok mampu mecapai apa
yang menjadi tujuannya serta di dukung oleh teori-teori menejemen.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif,dengan metode deskriptif
ini mampu mengungkapkan dan menganalisis fenomena yang terjadi di
lapangan, dengan jenis data yang digunakan adalah kualitatif, serta Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dokumentasi, dan juga studi literatur.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa startegi pesantren dalam
memebenuk kemandirian santri melalui usaha ternak burung murai sangat
membantu baik untuk para santri dan lembaga pesantren dalam bidang
perekonomian. Serta ini menjadi sebuah cara pesantren dalam mengembangkan
kemampuan santri bukan hanya dibidang keilmuannya saja tapi peternakannya
juga.
Kata kunci: Strategi, Pondok Pesantren, Santri, Burung Murai

i
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI MELALUI PENGELOLAAN


USAHA TERNAK BURUNG MURAI

(Studi di Pondok Pesantren Al-luthfah Cililin Kab. Bandung Barat)

Oleh :
Fahru Roji’urrohmatillah
NIM :1184030040

Menyetujui,

Dosen Pembinbing I Dosen Pembimbing II

Dr.H. Aef Kusnawan, M.Ag. Herman, S.Sos.I., M


NIP.1972071011998021001 NIP.19800408200604

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Dr.H. Arif Rahman, S.Ag., M.Ag.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul : “STRATEGI MEMBENTUK KEMANDIRIAN


SANTRI MELALUI PENGELOLAAN USAHA TERNAK BURUNG MURAI
(Studi di Pesantren Al-luthfah Cililin Kabupaten Bandung Barat)”.ini telah
dipertanggungjawabkan pada sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Pada Tanggal
27 Februari 2023 dan telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Manajemen Dakwah.

Bandung, 27 Februari 2023

Sidang Munaqosyah
Majelis

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Dr.H. Arif Rahman, S.Ag., M.Ag. Herman, S.Sos.I., M.Ag.


NIP.197011202006041008 NIP.198004082006041003

Mengetahui,

Penguji I Penguji II

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Fahru Roji’urrohmatillah
Nomor Induk Mahasiswa : 1184030040
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 17 Februari 2000
Jurusan : Manajemen Dakwah
Alamat lengkap : Kp. Babakan, Rt.001/Rw.006, Desa Cijenuk,
Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi Membentuk


Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murrai (Studi
Deskriptif di Pondok Pesantren Al-luthfah Desa Karanganyar Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung Barat) adalah hasil karya tulis ilmiah sendiri dan bukan hasil
menyalin atau plagiasi dari karya tulis ilmiah orang lain. Demikian surat pernyataan
ini dibuat dengan sebagaimana mestinya. Apabila pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima konsekuensinya sesuai peraturan yang berlaku.

Bandung, 27 Februari 2023

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, sebagaimana atas ridho dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Membentuk

Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai (Studi di

Pondok Pesantren Al-luthfah). Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah

limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan

umatnya. Aamiin.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Jurusan

Manajamen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung. Dan secara khusus, penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ade Elan dan Ibu Sri Mulyati selaku kedua orangtua saya yang terkasih

senantiasa memberikan dorongan dan motivasi baik secara moril maupun

materil beserta do’anya yang terus mengalir sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan lancar, Semoga Allah SWT senantiasa membalas

kebaikan dan keikhlasan keluarga berkali-kali lipat. Aamiin.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mahmud, M. Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Sarbini, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

v
4. Bapak Dr.H. Arif Rahman, S.Ag., M.Ag., dan Bapak Herman, S.Sos.I., M.Ag.,

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

5. Bapak Dr.H. Aef Kusnawan, M.Ag., dan Bapak Herman,S.Sos.I., M.Ag., selaku

Pembimbing I dan II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses

penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan para pembimbing

berkali-kali lipat. Aamiin.

6. Seluruh Dosen, Staff, dan Civitas Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi

khususnya Jurusan Manejemen Dakwah yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu karena telah memberikan ilmu dan memfasilitasi saya selama melakukan

proses pendidikan di bangku perkuliahan.

7. Bapak Ustadz Harun selaku Pimpinan Pondok Pesantren Al-luthfah dan seluruh

anggota yang telah mendampingi saya dalam proses penelitian skripsi ini,

semoga kebaikannya dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Aamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak lupa penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Teman-teman MD angkatan 2018, khususnya teman-teman MD A yang telah

membersamai dan memberikan warna dan cerita selama berproses di bangku

perkuliahan serta saling memberikan dukungan satu sama lain.

2. Sahabat/i PMII Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Cabang Kabupaten

Bandung, khususnya sahabat/i Rayon Dakwah dan Komunikasi yang telah

memberikan pengalaman dan membersamai dengan penuh kehangatan selama

berproses menjadi seorang mahasiswa.

vi
3. Teman-teman KKN ,teman-teman PPM di BAZNAS Kab. Bandung Barat yang

telah memberi kesempatan kepada saya untuk berkembang bersama-sama dan

belajar banyak hal, semoga silaturahmi kita semua tetap terjaga. Aamiin.

4. Terakhir dan terkhusus saya ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada diri

sendiri yang telah berhasil melalui proses panjang perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih sudah sabar, tetap bertahan dan selalu kuat

dalam setiap proses.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak

kekurangan dan perlu penyempurnaan, maka penulis berharap adanya kritik dan

saran yang membangun agar penulis kedepannya lebih baik lagi dalam membuat

karya ilmiah. Mungkin demikian, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang keilmuan jurusan

Manajemen Dakwah.

Bandung, 27 Februari 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................................. 3
E. Kajian Penelitain....................................................................................................... 4
F. Langkah-Langkah Penelitian .................................................................................... 6
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 9
H. Teknik Penentuan Keabsahan Data ........................................................................ 11
BAB II............................................................................................................................... 14
TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 14
A. Teori Strategi .......................................................................................................... 14
1. Pengertian Strategi............................................................................................. 14
2. Jenis-Jenis Strategi ............................................................................................ 17
3. Strategi Pesantren .............................................................................................. 21
4. Impelemetasi Strategi Pesantren ........................................................................ 25
5. Keberhasilan Strategi Pesantren ........................................................................ 29
B. Santri....................................................................................................................... 34
2. Peran Santri ....................................................................................................... 36
3. Tujuan Santri ..................................................................................................... 37
4. Kemandirian Santri ............................................................................................ 42
C. Ternak Burung Murai ............................................................................................. 46

viii
1. Ternak ................................................................................................................ 46
2. Burung Murai .................................................................................................... 49
3. Pengelolaan Burung murai ................................................................................ 54
BAB III ............................................................................................................................. 58
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................ 58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................................... 58
1. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 58
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri...................................... 61
3. Kegiatan dan Kurikulum di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri .............. 61
4. Sumber Daya Manusia dan Santri Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri ..... 64
5. Struktur Organisasi Kepengurusan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri 65
6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri ................................ 66
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 67
1. Strategi Membentuk Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha Ternak
Burung Murai Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri............................... 67
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Program Membentuk Kemandirian Santri
Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al
Luthfah Al Musri .............................................................................................. 76
3. Hasil Program Membentuk Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha
Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri .................. 77
BAB IV ............................................................................................................................. 86
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 86
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 86
B. Saran ....................................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 89
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 93

ix
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Daftar kegiatan santri .........................................................................................12

2. Keadaan sarana dan prasarana pondok pesantren Al-Luthfah Al-Musri ...........16

x
RIWAYAT HIDUP

Fahru Roji’urrohmatillah lahir di Bandung Barat pada tanggal

17 Februari tahun 2000. Penulis merupakan mahasiswa UIN

Sunan Gunung Djati Bandung yang berasal dari kabupaten

Baandung Barat Jawa Barat. Penulis merupakan putra ke-2

dari 4 bersaudara,dari pasangan Bapak Ade Elan dengan Ibu

Sri Mulyati. Penulis menyelesaikan masa pendidikan SD di SDN Sindanglaya lulus

pada tahun 2012, lalu pendidikan MTS Al-luthfah lulus pada tahun 2015

Selanjutnya melanjutkan sekolah di MA 2 Al-luthfah lulus pada tahun 2018. Dan

pada akhirnya peneliti mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 di

UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2018 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, jurusan Menejemen Dakwah yang diselesaikan pada tahun 2022

dengan Studi Stara 1 (S1).

xi
MOTO HIDUP

“Don’t Be Sorry, Be Better”

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah bahasa resmi yang digunakan dalam berbagai bentuk.


Pesantrean yang berasal dari kata santri/ sasthra yang diambil dari bahasa Tamil India,
memiliki makna orang yang ahli dalam kitab suci. Kata santri ini lalu diberi tambahan
pe- dan akhiran –an yang menjadikan kata pesantren yang artinya ialah orang yang di
didik dan tinggal di pondok atau asrama (Marlina, 2014:1).

Pesantren awalnya adalah pusat proses dari nilai menyiarkan agama, tetapi
perkembangan pada lembaga ini semakin luas, tidak hanya mengakses mobilitas
vertikal (pembelajaran materi keagamaan), namun juga harus disertai dengan mobilitas
horizontal (kesadaran sosial) (Fathul A, 2014:1).

Hadirnya pesantren pada tengah masyarakat ini tak hanya sebagai lembaga
penyiaran agama Islam, namun sebagai lembaga pendidikan pun harus dapat
mengembangkan sikap kemandirian. Karena kemandirian adalah kemampuan dalam
menciptakan suatu hal yang baru. Pesantren juga identik dengan kepemimpinan kyai
yang kebijakannya bersifat eksklusif karena diputuskan sendiri oleh pengasuh (Fathul
A, 2014:2).

Pesantren teknisnya adalah tempat yang dihuni oleh para santri. Ada makna
penting pada ciri-ciri pesantren karena sebagai lingkungan pendidikan yang
terintegrasi. Sistem pendidikan pada pesantren sendiri tidak jauh dengan sistem
pembelajaran yang digunakan dalam akademi militer contohnya, dicirikan dengan
adanya sebuah bangunan beranda yang seseorang dapat mengambil pengalaman secara
integral (Wahid 2014).

Pesantren memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan serta


memberdayakan santri pada bidang ekonomi. Karena tak mudah bagi pesantren yang
berkonsentrasi pada bidang keagamaan dibandingkan dengan bidang ekonomi. Hal ini
adalah sebuah gebrakan yang harus dihadapi oleh pesantren, agar dapat mengubah pola

1
2

dakwah yang menggaris bawahi cara bil lisan menjadi bil hal dengan dihadapi
permasalahan masyarakat yang semakin kompleks (M. Nadzir 2015).

Keberadaan pesantren adalah salah satu lembaga yang memiliki pengaruh


dalam membangun kemandirian melalui program yang ada pada pesantren dalam
keagamaan maupun pendidikan dengan salah satunya mengolah usaha burung murai.
Karena burung murai mempunyai ciri khas suara yang merdu dengan ekor panjangnya
yang masih diminati banyak penggemarnya.

Burung murai ini termasuk burung yang sangat cocok nila dipelihara di rumah.
Karena memelihara burung murai merupakan hobi belaka, burung murai juga usaha
yang sangat bagus, namun tak berlaku pada zaman modern ini. Keuntungan yang
didapat dari ternak burung murai dapat mecukupi kebutuhan yang ada dalam pesantren,
mengganti biaya pemeliharaan burung, biaya pakan serta dapat memperluas
peternakannya.

Hingga saat ini penelitian mengenai reproduksi pada burung murai ini masih
sangat kurang. Tetapi ada beberapa penelitian melakukan mengenai usaha ternak
burunyang lain dan dapat kita lebih pelajari lagi mengenai bagaimana melakukan usaha
ternak burung murai dan reproduksinya.

Pondok pesantren Al-Luthfah yang bertempat di Kecamatan Cililin, Kabupaten


Bandung Barat, ingin membentuk sebuah kemandirian kepada santri melalui usaha dari
ternak burung murai dan strateginya sebagai sebuah gebrakan baru untuk menjadikan
santrinya sebagai insan yang mempunyai skill tidak hanya dalam bidang agama dalam
bidang ekonominya pun terasah.

Maka dari itu dari permasalahan diatas tersebut maka diharapkan pesatren ini
dapat membentuk santrinya dalam bidang ekonomi melalui usaha ternak burung murai,
serta membentuk kemandirian dari santri tersebut agar dapat dipergunakan kepada
lingkup masyarakat juga. Oleh karenanya peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai
strategi dari mementuk kemandirian santri dalam usaha ternak burung murai ini dengan
judul : “Strategi Membentuk Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha
Ternak Burung Murai”

2
3

B. Fokus Penelitian

Pada hasil dari permasalahan di atas maka peneliti merumuskan fokus dari
penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi membentuk kemandirian santri melalui pengelolaan usaha ternak


burung murai?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam membentuk kemandirian
santri dalam pengelolaan usaha ternak burung murai?
3. Bagaimana hasil dari pengelolaan usaha ternak burung murai?

C. Tujuan Penelitian

Dari pada yang telah difokuskan dalam fokus penelitian diasat maka dapaun
tujuan penelitiannya yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi yang dibentuk kepada santri dalam pengelolaan usaha ternak
burung murai.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam
membentuk kemandirian santri serta pengelolaan usaha ternak burung murai.
3. Untuk mengetahui hasil dari pengelolaan usaha ternak burung murai.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis
a. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi dalam membentuk
kemandirian kepada santri serta pengelolaan usaha ternak khususnya dalam bidang
sumber daya ekonominya.
b. Peneliti pun berharap pada penelitian ini menjadi rujukan untuk penelitian
selanjutnya berkaitan pemerintah dan pandemi.
2. Kegunaan praktis
a. Untuk peneliti sendiri penelitian ini mengharapkan dapat menambah wawasan serta
pengalaman dalam mengkaji penelitian ini. Maka penelitian ini pun menjadikan
syarat dalam meraih gelar sarjana untuk peneliti.
b. Hasil penelitian ini pun diharapkan berperan dalam meningkatkan kemandirian
santri dan mengelola usaha ternak.

3
4

E. Kajian Penelitain

1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan referensi penelitian terdahulu yang
sesuai dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti, sebab sangat relevan sebagai
acuan dalam penelitian ini untuk menjadi pembeda dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu yang dianggap relevan bagi penelitian ini
diantaranya:

Pada skripsi Dede Imam Mughni (2018) dengan judul “Strategi Pengembangan
Kemandirian Ekonomi Santri”. Dalam skripsi Dede menjelaskan bagaimana
mengembangkan santri menjadikannya paham akan kemandirian ekonomi dengan
pendidikan ekonomi dan menganalisa bagaimana permasalahan masyarakat mengenai
perekonomiannya dalam masalah pengangguran dan hasil dari penelitiannya yatiu
dengan memberikan pendidikan formal kepada santri di pesantren El-Bayan dalam
mengembangkan kemandirian ekonomi santri. Sedangkan pada penelitian ini meneliti
mengenai membentuk kemandirian santri di pesantren Al-Luthfah dengan mengelola
usaha ternak burung murai, perbedaan dalam penelitian Dede dan penelitian ini ialah
dalam fokus yang diteliti dan tempat penelitiannya. Persamaan penelitiannya terdapat
pada bagaimana mengembangkan kemandirian kepada santri.

Kemudian pada skripsi Nur Iva Mauludiyah (2020) dengan judul “Pembentukan
Karakter Kemandirian Pada Santri Melalui Program Wirausaha di Pondok Pesantren
Utsmaniyyah Desa Ngroto Kabupaten Grobogan”. Dalam skripsi Nur membentuk
karakter mandiri pada santri agar tidak bergantung kepada orang lain dalam
menyelesaikan tugas dengan diebrikannya semangat dalam berwirausaha, hasil dari
penelitian membentuk program wirausaha dengan terjun langsung melakukan praktik
manajemen wirusaha dan memberikan motivasi kepada santri. Sedangkan pada
penelitian ini meneliti mengenai membentuk kemandirian santri di pesantren Al-
Luthfah dengan mengelola usaha ternak burung murai, perbedaan dalam penelitian ini
ialah fokus masalah yang diteliti serta persamaan penelitianya ialah bagaimana
membentuk sebuah kemandirian dalam membuat usaha kepada santri.

4
5

Selanjutnya pada skripsi Andriansyah (2021) dengan judul “Potensi Usaha


Penangkaran Burung Murai Batu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Menurut Perspektif Ekonomi Syari’ah”. Fokus dalam skripsi andriansyah yaitu
bagaimaa menganalisa potensi usaha penangkaran burung murai batu di perumahan
Griya Mayang Asri yang bertempat di Kelurahan Mayang Mangurai dan hasil dari
penelitiannya ialah melihat perbandingan nilai jual penangkaran pada burung murai
batu dan bagaimana konsep ekonomi menurut perspektif ekonomi islam. Sedangkan
pada penelitian ini meneliti mengenai membentuk kemandirian santri di pesantren Al-
Luthfah dengan mengelola usaha ternak burung murai, perbedaan dalam penelitian ini
ialah fokus yang diteliti dan persamaan pada penelitian ini yaitu terdapat pada
bagaimana cara mengelola usaha burung murai.

2. Landasan Teori

Penelitian ini bertumpu pada teori yang telah dituliskan dalam judul yaitu
pementukan kemandirian. Pembentukan kemandirian diharapkan kepada santri agar
dapat berani dalam mengahadapi masalah kehidupan tanpa merasa tertekan juga
memiliki kemauan serta kemampuan dalam mengembangkan diri suapaya dapat
menjalin hubungan dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya untuk menjadi
manusia yang unggul. Maka dari itu adaya pendidikan yang dapat menciptakan suasana
pembelajaran dan bekal bagi santri denga berbagai kecakapan/ life skill, dengan
mengejar pengetahuan dalam proses pengembangan keterampilan, sikap dan nilai
tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan santri dimasa mendatang.

Selanjutnya penelitian ini berpijak pada teori mengenai pengelolaan usaha


ternak, pengelolaan usaha ternak menurut Marrt Parker Pollet (1997) adalah seni
menyelesaikan seseuatu melalui orang lain. Sedangkan menurut Nickles pengelolaan
adalah sebuah proses yang dilakukan agar dapat mewujdukan tujuan dari organisasi
melalui rangkaian kegaitan berupa usaha ternak dan merupajan sebuah proses yang
khas melalui tindakan tindakan dari perencanaan untuk mencapai sarana yang di
terapkan melalui pemanfaatan manusia sera dari sumber lain (Ahmad, 2020:1).

Kemudian penelitian ini berpijak pada teori strategi, Strategi ialah yang
berkenaan dengan bagaimana caranya memenangkan kompetisi atau sebuah persaingan
(Grant, 2010:1). Seperti yang dikatakan Siagian (2019:54), strategi ialah rangkaian

5
6

keputusan dalam tindaka mendasar yang dilakukan oleh manajemen puncak lalu
diimplementasikan oleh suatu organisasinya dalamrangka mendapatkan tujua
organisasi tersebut. Pada definisi tersbut dapat disimpukan strategi ialah sebuah
keputusan yang telah dibuat oleh para petinggi pada organisasi yang telah
melaksanakan demi tercapainay tujuan organisasi tersebut.

3. Kerangka Konseptual
Dari landasan teori yang telah dijabarkan secara tekstual maka peneliti dapan
merangka konseptualnya sebagai berikut :

Strategi

Kemandirian Santri Pengelolaan Usaha


Ternak Burung Murai

Gambar 1.1 Proses Stragi Membentuk Kemandirian Santri dalam Pengelolaan Usaha
Ternak Burung Murai

Dari kerangka konseptual yang telah dibuat dapat disimpulkan dala strategi
membentuk kemandirian santri ini bagaimana cara untuk dapat membentuknya
kemandirian yang telah direncakan oleh peneliti dengan cara mengelola usaha ternak
burung murai.

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Ponpes Al-Luthfah Kp. Sindangsari Rt 03 Rw


03 Desa karanganyar Kecamatan Bandung Barat Cililin Kabupaten. Adapun alasan
penelitian dengan memilihnya lokasi tersebut karena dari para santri sendiri yang
memang menarik untuk diteliti dan adanya faktor yang mendukung, selain itu juga para
santri yang memang harus diberikan pembelajaran mengenai kemandirian dengan
mengadakan program pengelolaan usaha ternak memang harus melakukan pengkajian

6
7

dan penelitian maka ponpes Al-Luthfah lokasi yang tepat untuk dijadikan tempat untuk
penelitian.

2. Paradigma Penelitian

Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara deskriptif,


dimana pendeakatan ini bisa menghasilkan ungkapan dari berbagai fenomena yang ada
dalam segi alam dan sosial dalam masyarakat secara spesifik (Sukmadinata, 2017).
Dengan adanya pengumpulan data informasi yang didapat bisa menjadikan jawaban
untuk lokus terhadap penelitian sehingga bisa menggambarkan kondisi serta
fenomenanya secara spesifik. Tujuan pendekatan secara deskriptif ini untuk
mendeskripsikan temuan dari penelitian berdasarkan data yang telah diraup dari
berbagai informasi guna bisa menjelaskan hasil dari penelitian juga memvalidasi benar
dan akuratnya hasil data yang diperoleh.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu memakai


pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptip berupa tulisan maupun ekspresi dan sikap yang bisa
diamati. Penelitian kualitatif pula mempunyai tujuan buat mengungkapkan sebuah
kenyataan secara mendalam menggunakan pengumpulan data (Sugiyono, 2010).

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yg dipergunakan buat


meneliti pada syarat obyek yang alamiah, (menjadi lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti merupakan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (penggabungan), analisis data bersifat induktif, serta
akibat penelitian kualitatif lebih menekankan makna asal di generalisasi (Sugiyono,
2020).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan di


filsafat postpositivisme atau enterpretif, dipergunakan buat meneliti pada syarat obyek
yang alamiah, pada mana peneliti artinya menjadi Instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (adonan observasi, wawarcara,
dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian Rualitati bersifat untuk memahami makna,

7
8

memahami keunikan mengkonstruksi kenyataan, dan menemukan hipotesis (Moleong,


2018).

Peneliti memakai metode penelitian deskriptif sebab penelitian ini memiliki


tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat, tanggapan atau
persepsi seseorang sehingga pembahasannya wajib secara kualitatif atau menggunakan
uraian kata-kata. “Penelitian deskriptif mencoba mencari pelukisan yang sempurna dan
cukup berasal semua kegiatan, objek, proses, dan manusia”.

Penelitian deskriptif mengenal aneka macam bentuk yang bisa mengkategorikan


seperti survei, studi perkara, kajian, kausal-komparatif, kajian korelasi, serta
sebagainya. Setiap bentuk penelitian naratif mempunyai fungsi dan tujuan yang
berbeda, sedangkan penelitian deskriptif ini termasuk pada kategori “studi masalah”.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kualitatif,yaituprosedurpenelitianyangmenghasilkandataDeskriptifberupakata-
katatertulisataudariorang-orangdanperilakuyangdiamati.Sementaraitu,menurut Krik
dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuansosialyangfundamentaltergantungpadapengamatanterhadap manusia
dalamkawasannyasendiridanberhubungandenganorang-orangtersebut
dalambahasanya danperistiwanya,(Moleong,2015).

Penggunaanjenisdatakualitatifinialasannyabahwadatakualitatifbersifat
memahami (understanding) terhadap fenomena atau gejala-gejala
sosial.Sumberdatadalampenelitianiniadalahsubjektempatdatadiperoleh.Sumber
datadapatberupaorang,buku,dokumendansebagainya.Apabilapeneliti
mengumpulkandatanyadisebutresponden,yaituorangyangmeresponataumenjawabpert
anyaan-pertanyaanpeneliti,baikpertanyaantertulismaupunlisan.Apabila teknik
observasi, sumber datanya berupa benda gerak atau proses sesuatu (Kuswana,2011).

5. Sumber Data

Dalam proses penelitian terdapat sumber data yang diperlukan dalam penelitian,
data tersebut antara lain:

8
9

a. Sumber data primer : pengumpul data secara langsung mendapatkan data oleh sumber
data. Sugiyono (2017:104). Observasi dan wawancara merupakan data primer dari
pihak yang terkait membentuk kemandirian santri di ponpes Al-Luthfah Kp.
Sindangsari Desa karanganyar Kecamatan Bandung Barat Cililin Kabupaten.

b. Sumber Data Sekunder : data yang diberikan tidak secara langsung dari sumber data
contohnya lewat pihak ketiga atau dokumentasi. (Sugiyono, 2017: 104). Data
sekunder bersumber dari studi kepustakaan, jurnal, dan internet.

G. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik-teknik dari pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan pengamatan. Dengan


dilakukanya observasi peneliti dapat mengamati objek penelitian dengan lebih cermat
dan detail, contohnya peneliti dapat mengamati kegiatan objek yang diteliti.
Pengamatan itu selanjutnya dapat dituangkan dalam bahasa verbal.

Seperti yang dikatakan Marshall (1995) “Through observation, the researcher


learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Diantara dua yang terpenting adalah proses pengamatan
dan ingatan (Sugiyono, 226:2007).

Teknik observasi dignakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar. Observas
dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsunng (Sutopo, 75:2006).

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin


melakukan studi pendahuluan agar menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
apabila peneliti ingin mengetahui hal apa saja dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 137:2007).

Untuk mengumpulkan informasi dar sumber data ini diperlukannya teknik


wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang

9
10

disebut wawancara yang mendalam. Teknik wawancara ini paling banyak digunakan
dalam penelitian kualitatif, terutama pada penelitian lapangan. Tujuannya agar bisa
menyajikan kontruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai pribadi, perisiwa,
aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk
keterlibatan untuk merekontruksikan beragam hal (Sutopo, 68:2006).

Wawancara secara mendalam bertujuan agar saling menyelami pandangan


mengenai suatu yang menjadi objek penelitian. Peneliti mengadakan kegiatan untuk
mengumpulkan dan mengidentifikasi permasalahan yag menjadi bahan kajiannya. Di
sini adanya interaksi antara peneliti dengan orang yang diteliti. Orang yang diteliti juga
berhak tahu peneliti dengan seluruh jati dirinya, mengetahui untuk apa tujuan
penelitian, mengetahui kegunaan penelitian. Setelah orang yang diteliti mempercayai
peneliti, maka kemungkinan data yang diperoleh peneliti akan semakin lengkap.

Proses wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan


cara tidak terstruktur, karena peneliti tak mengetahui secara tepat mengenai apa yang
sebenarnya tyang akan dituju. Maka dari itu tujua wawancara yang dilakukan untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya yang arahannya kedalam informas dan
dilaksanakan secara formal. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan
pertanyaan yang sifatnya terbuka dan mengarah kepada informasi yang lebih dalam,
serta dilakukannya dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali
pandangan subjek yang diteliti mengenai banyak hal yang sangat bermanfaat untuk
menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh, lengkap serta mendalam
( Sutopo, 69:2006).

c. Dokumentasi

Dokumentasi tertulis arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi
penting dalam penelitian kualitatif, terutama apabila sasaran kajian mengarah pada
latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu yang sangat berkaitan
dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti (Sutopo, 80:2006).

10
11

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen ini bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
bentukannya tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang benukannya gambar contohnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lainnya. Dokumen yang bentukannya karya contohnya seperti karya
seni yang dapat erupa gambar, patung, film, dan lainnya. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 240:2007).

H. Teknik Penentuan Keabsahan Data

Penentuan keabsahan ialah salah satu faktor yang akan menetukan data yang
telah di olah adalah valid atau tidaknya data. Maka dalam penelitian ini, peneliti
memakai beberapa teknik keabsahan data, yaitu :

a. Perpanjangan Pengamatan

Pada perpanjangan pengamatan yang bisa meningkatkan kepercayaan pada data


yang telah diperoleh. Perpanjangan pengamatan bisa diartika peneliti kembali meneliti
ke lapangan dengan melakuakan wawancara dan mengamati dengan sumber data yang
di temukan dengan temuan sumber data yang baru, agar bisa terjalinnya hubungan
peneliti dengan sumber guna informasi yang didapat akan semakin lengkap dan banyak.

b. Meningkatkan Kecermatan dalam Penelitian

Meningkatkan kecermatan ini berkronologis pada data yang urutan


peristiwanya dapat dicatat atau direkam dengan baik. Dan meninjau apakah data yang
diperoleh ini sudah valid atau belum.

c. Trigulasi

Trigulasi ini untuk mengatur data yang dilakukan dengan mengecek data pada
waktu, teknik, dan sumber. Contohnya pada waktu data yang di dapatkan dengan teknik
wawancara pada pagi hari saat narasumber masih dalam keadaan fresh/segar, sehingga
bisa memberikan data dengan lebh valid. Dan pada teknik yang dilakukan dengan
teknik sumber yang ada dan tekniknya berbeda contohnya teknik dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi dan perbedaannya tedapat pada pengdiskusian mana yang
dianggap datanya benar (Sugiyono, 2007:274).
11
12

6. Teknik Analisa Data

Analisa data ialah langkah yang sangat penting bagi penelitian. Data yang telah
didapat pada analisa ini telah ditarik akbitnya dengan termin. Penelitian menggunakan
teknik analisa dari contoh Miles dan Huberman (dari Sugiyono, 2005:91) “menjelaskan
bahwa analisa kualitatif dilakukan agar interaktif secara langsung terus menerus hingga
selesau, maka data simpulanpun dapat jenuh”. Kegiatan yang dilakukan ini mengambil
data redksi yang penyajiannya, data simpulan dapat di verofokasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data ialah rangkuman dari hal-hal yang utama lalu difokuskan dengan
hal yang sangat penting. Reduksi data akan menyampaikan darigambaran dengan lebih
jelas guna mempermudah penulisan dengan pengumpulan data selanjutnya. Jika
diperlukan pada penelitian ini haruslah ada perolehan melali wawancara dan
dirangkum, dan harus ada bukti gambaran bahwa telah melakukan hal tersebut. Serta
memfokuskan pustaka dengan ketenagan membaca.

2. Penyajian Data

Pada penyajian data yang telah direduksi maka harus ada penyajian yang
dilakukan selanjutnya. Pada penelitian kualitatif, penyajian data ini harus dilakukan
dengan bentuk rangkaian singkat dengan bagan anatara hubungan dengan kategoriyang
lain, namun leboh sering digubakan artinya teks yang sifatnya narative
(Moelong,2018).

Data yang disajikan dengan pengelompokan data seseuai dengan bab per
babnya masing-masing. Daya ketika telah menghasilkan dari wawancara sumber
penulisan ini berasal dari pustaka dengan dikemlompokannya, degan ada penyajian
wawancara asal informan yaitu dengan pustaka yang telah dibaca di ruang
perpustakaan.

3. Simpulan atau Verifikasi

Pada tahap penyimpulan verifikasi ini analisa data yang telah disajiakn dengan
adanya penarikan kesimpulan dengan adanya pembuktian. Kesimpulan yang telah
dijabarkan adanya sifat intemind dengan berubahnya dengan bukti yang mendukung

12
13

pada tahapaim pengumpulan data berikutya. Kesiplan padan penelitian ini adanya
ilustrasi dari objek sebelumnya yang buram maka menjadi jelas setelah diteliti

13
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Strategi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau

memimpin pasukan. Strategi secara umum adalah teknik untuk

mendapatkan kemenangan (to achieve a victory) dan pencapaian tujuan (to

achieve goals). Menurut businessdictionary.com, pengertian strategi adalah

metode atau rencanayang dipilih untuk membawa masa depan yang

diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah; pengertian

strategi adalah seni dan ilmu perencanaan dan memanfaatkan sumber daya

untuk penggunaan yang paling efisien dan efektif. Strategi juga secara

umum sering didefinisikan sebagai suatu perencanaan, metode, dari suatu

rangkaian maneuver untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang spesifik –

a plan, method, or series of maneuvers for obtaining a specific goal or result.

Menurut Carl Von Clausewits (Carl Phillip Gottfried) (1780-1831) seorang

ahli strategi dan peperangan, pengertian strategi adalah penggunaan

pertempuran untuk memenangkan peperangan – “the use engagements for

the object of war”. Kemudian ia menambahkan bahwa politik atau policy

merupakan hal yang telah terjadi setelah terjadinya perang – “war is a mere

continuation of politics by other means / Der Krieg ist eine bloβe

Fortsetzung der Politik mit anderen Mittein”. Menurut Henry Mintzberg

14
(1998), seorang ahli bisnis dan manajemen, bahwa pengertian strategi

terbagi atas 5 (lima) definisi, yaitu:

1. Strategi sebagai rencana, adalah sebuah program atau langkah terencana

untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita-cita yang telah ditemukan;

sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.

2. Strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang

konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran

daripada menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang

merupakan pola berbeda dengan berniat atau bermaksud maka strategi

sebagai pola lebih mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja/ secara

spontan (emergent).

3. Strategi sebagai posisi (positions) adalah menentukan merek, produk

ataupun perusahaan dalam pasar berdasarkan kerangka konseptual para

konsumen ataupun para penentu kebijakan; sebuah strategi utamanya

ditentukan oleh faktor-faktor eksternal.

4. Strategi sebagai taktik (ploy), merupakan sebuah maneuver/ pergerakan

spesifik untuk mengelabui atau mengecoh lawan (competitor). dan

terakhir,

5. Strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan

teori yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau

cara berpikir ataupun ideologis.

15
16

Menurut Craig & Grant (1996) strategi adalah penetapan sasaran dan

tujuan jangka panjang sebuah perushaan dan arah tindakan serta alokasi

sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan (achieve

the goal(s) and objective(s)

Kata stratgo berasal pada kata yunani yaitu strategos yang artinya

jendral. maka kata strategi ini secara harfiahnya berarti seni dan jendral. kata

ini acuannya pada perhatian utama dari manajemen puncak organisasi. Jadi

strategi adalah penempatan kata pada sasaran organisasi dengan mengikat

kekuatan dalam eksternal da internalnya demi mencapai tujuan pada sasaran

yang ditargetkan organisasi tertentu (Syafi’i A, 2001:153-157).

Strategi ialah gagasan, perencanaan, diskusi, dan aktivitas tertentu

yang kaitannya dengan pendekatan yang secara keseluruhan. Pada strategi

ini terdapat koordinasi dengan sesama tim yang mempunyai tema dengan

mengidentifikasi faktor yang didukungnya memakai prinsip gagasan yang

rasional. Efektifnya pada pendanaan dan memilih taktik agar dapat

mencapau tujuan dengan efektif (Fandi T, 2000:17).

Strategi juga merupakan rangka pencapaian yang menyeluruh pada

tujuan organisasi. Strategi ini diperlukan agar mendapat proses sosial

dengan material dimana indvidu serta kelompok mendapat apa yang mereka

butuh dengan menciptakan peruntukan produk dengan pihak lain (Setyo S,

1994:17).

Strategi adalah salah satu faktor yang penting demi mencapai

tujuannya sebuah organisasi, keberhasilannya ini tergantung pada

kemampuan sang pemimpun yan dapat menggunakan strategi yang


17

digunakannya. Strategi pada sebuatu kelompok tergantung pada tujuan apa

yang ingin mereka capai, strategi ini tergantung pada keadaan limgkungan

yang ada. Maka startegi ialah upaya keseluruhan dari mencapai tujuan yang

arahnya pada pengembangan rencana yang rinci (Philip K, 1997:8).

2. Jenis-Jenis Strategi

Ada 5 jenis strategi ini menurut Hari Suminto (2002:20), yaitu:

a) Strategi penetrasi pasar

Penetrasi pasar ialah usaha pada peningkatan jumlah nasabah yang

baik secara kuantitas ataupun lualitasnya melalui promosi aktif. Strategi ini

sangat dibutuhkan untuk pasar yang pertumbuhannya lamban.

b) Strategi pengembangan produk

Strategi pengembangan produk ini dapat meninhkatkan jumlah

konsumen pada pengembangan dengan memperkenalkan produk baru.

Kreativitas yang digunakan haruslah menciptakan inovasi baru dengan

menciptakan produk, strategi ini haruslah digunakan karena sebagai

gebrakan baru bagi produk yang ingin di promosikan.

c) Strategi pengembangan pasar

Strategi pengembangan pasar adalah pembawaan produk pada pasar

baru dengan membuka cabang yang baru dengan konsepan strategis serta

menjalin kerja salam dengan pihak yang dirasa mumpuni, konsep ini

tujuannya untuk menarik jumlah konsumen baru. Strategi ini dilakukan


18

apabila pasar telah mengalami peningkatan dengan jumlah yang besar dan

persaingan pun kuat.

d) Strategi integrasi

Strategi integras adalah strategi yang digunakan jika suatu

perusahaantelah kesulitan pada likuditas yang parah, biasanay strategi ini

digunakan menjadi pilihan akhir. Strategi ini dilakuan agar kita dapat

melihat verifikasi yang naik turun pada penggabungan perusahaan dengan

yang lain.

e) Strategi diversifikasi

Strategi diversifikasi ini dbiasanya berpusat pada konglomerat,

strategi ini berfokus pada pasar dengan segmen yang berbeda dan

penawaran yang diberikan dengan produk pada perusahaa lain.

Goldworthy dan Ashley (1996:98) mengusulkan tujuh aturan dasar

dalam merumuskan suatu strategi sebagai berikut :

a) Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak hanya

masa sekarang.

b) Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan sebaliknya.

c) Strategi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata

pada pertimbangan keuangan.

d) Ia harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.

e) Strategi harus mempunyai orientasi eksternal.


19

f) Fleksibilitas adalah sangat esensial.

g) Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang. Suatu strategi

hendaknya mampu memberi informasi kepada pembacanya yang

sekaligus berarti mudah diperbaharui oleh setiap anggota manajemen

puncak dan setiap karyawan organisasi.

Maka oleh Donelly (1996:109) dikemukakan enam informasi yang tidak

boleh dilupakan dalam suatu strategi, yaitu :

a) Apa, apa yang akan dilaksanakan

b) Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang akan dipakai dalam

menentukan apa diatas

c) Siapa yang akan bertanggungjawab untuk atau mengoperasionalkan

strategi

d) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mensukseskan

strategi

e) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk operasional strategi tersebut

f) Hasil apa yang akan diperoleh dari strategi tersebut Untuk menjamin agar

supaya strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan bukan saja

dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten dan

hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa petunjuknya sebagai

berikut :
20

a) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti

arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi

peluang untuk bergerak maju.

b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada

ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat

maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.

Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua strategi senantiasa

diserasikan satu dengan yang lain.

c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua

sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain.

Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi

seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya terpisah dari

unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu

justru merugikan posisi organisasi.

d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.

Selain itu hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan

membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi

kompetitif yang lebih kuat.

e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah

sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak

dapat dilaksanakan.
21

f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

Memang setiap strategi mengandung berhati-hati, sehingga tidak

menjerumuskan organisasike lubang yang lebih besar. Oleh karena itu

strategi hendaknya selalu dapat dikontrol.

g) Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah

dicapai.

h) Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan

adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari

semua pimpinan unit dalam organisasi. Sementara itu menurut Argyris,

Mintzberg, Steiner, dan Miner seperti yang dikutip dalam Rangkuti

(1998:4) menyatakan bahwa strategi merupakan respon secara terus-

menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Bryson (2001:189-190) menjelaskan bahwa strategi dapat dipandang

sebagai pola tujuan, kebijakan, progam tindakan, keputusan atau

alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimna organisasi itu, apa

yang dilakukan dan mengapa organisasi melakukannya.

3. Strategi Pesantren

Sebelum menjelaskan mengenai strategi pesantren pengertian

pesantren harus terlrbih dahulu dijelaskan, Pesantren adalah asrama para

santri yang dibuat untuk tempat tinggal santri dan berasal dari bahasa Arab

funduq yang berarti pondok. Akhirnyapun kata pesantren ini dicangkupkan


22

dengan menyeluruh dengan artian tempat belajar ilmu agama yang disebar

luaskan di Nusantara (Takdir, 2018:24).

Bawani (1993 dalam buku Takdir, 2018:24), menjelaskan pesantren

ini adalah lembaga pendidikan dengan ajaran ilmu agama islam. Pesantren

ini dimuai dari sang kiyai yang mengajarkan ilmu agama kepada santri

dengan landasan pada kitab yang sudah tertulis dalam bahasa Arab dari abad

pertengahan oleh ulama.

Pesantren juga adalah suatu pondok yang mempunyai tiga elemen,

kiyai, santri dan mesjid. Elemen ini menjadikan pendidikan pada

pesantren dengan cara mendidik secara bandongan, sorongan atau wetonan

(Khairi, 2008:53).

Maka dapat disimpulkan pesantren adalah pendidikan dasarnya dari

agama islam yang berisikan kiyai, santri dan pondok sebagai tempat para

santri hal ini di dasari juga pada kitab-kitab yang diajarkan di pesantren

untuk pendidikan para santrinya.

Strategi pesantren diperlukan di dalam pesantren agar santri dapat

mengmbangkan konsep dari apa yang telah pesantren siapkan. Salah satu

pengembangan yang pesantren lakukan dalam mengembankan santrinya

yaitu dari segi teknis, teori, konseptual dan moral para santri. Strategi

pesantren pun dapat dijadikan sebuah penerapan pada rangkaian rencana

serta tindakan dari pesantren kepada santrinya dari sumber daya yang ada

agar mencapai tujuan pada suatu proses dari dedikasi pesantren.


23

Strategi pesantren adalah cara-cara penyampaian dakwah, baik

individu, kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah

tersebut mudah diterima. Oleh karena itu, strategi dakwah merupakan

rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya atau kekuatan. Hal tersebut sesuai apa yang dikemukakan Al-

Bayayuni yang dikutip Moh. Ali Aziz, strategi dakwah adalah ”ketentuan-

ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan

dakwah.”46 Pendapat lain mendefinisikan strategi dakwah adalah metode,

siasat, taktik yang digunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah.47

Dengan demikian dari pengertian di atas dipahami bahwa strategi dakwah

merupakan rencana pelaksanaan dakwah dalam bentuk cara-cara

melaksanakannya, sehingga mencapai tujuan dakwah. Al-Bayunni

membagi strategi da’i dalam dakwah tiga bentuk, yaitu; a. Strategi

sentimentil (al-manhaj al-’athifi), yaitu dakwah yang memfokuskan aspek

hati dan menggerakkan perasaan dan batin penerima dakwah. b. Stragei

rasional (al-manhaj al-’aqli), yaitu dakwah dengan beberapa metode yang

memfokuskan pada aspek pemikiran. c. Strategi Indrawi (al-manhaj al-

hissi), yaitu dakwah dengan metode dakwah yang berorientasi pada panca

indera dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.48 Bagi

seorang da’i penentuan strategi dakwah juga didasarkan pada firman Allah

SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, yang memberikan pesan

tentang strategi seorang da’i dalam menyampaikan dakwah Artinya: ”Ya

Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,

yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan


24

mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al- Hikmah (As-

Sunnah) serta mensucikan mereka. SesungguhnyaEngkaulah yang Maha

Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah: 129)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa ada tiga strategi dakwah,

yaitu strategi tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT), strategi

tazkiyah (menyucikan jiwa), dan strategi ta’lim (mengajarkan Al-Quran

dan al-hikmah). Menurut Larry Poston, ada dua strategi utama dalam

pengembangan dakwah, yaitu strategi internal-personal dan strategi

eksternal-institusional.53 Strategi internal-personal adalah strategi yang

menekankan kepada pembanguan atau peningkatan kualitas kehidupan

individu. Sedangkan strategi eksternalinstitusional adalah strategi yang

menekankan pada pembangunan struktur organisasi masyarakat. Dua

strategi tersebut dalam aplikasinya tidak berjalan secara terpisah,

melainkan berjalan secara beriringan dan saling mengisi.

Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, diperlukan

metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai

suatu tujuan, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk

melaksanakan strategi. Metode dakwah adalah cara-cara sistematis yang

menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan.56 Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan metode agar

metode yang dipilih dan digunakan benar-benar fungsional, yaitu: a.

Tujuan, dengan berbagai jenis fungsinya b. Sasaran dakwah, baik

masyarakat atau individual dengan segala kebijakan/politik pemerintah,

tingkau usia, pendidikan, peradaban (kebudayaan) dan lain sebagainya. c.


25

Situasi dan kondisi yang beranekaragam dengan keadaannya d. Media dan

fasilitas (logistik) yang tersedia, dengan berbagai macam kuantitas dan

kualitasnya e. Kepribadian dan kemampuan seorang da’i atau mubaligh.

4. Impelemetasi Strategi Pesantren

Impelementasi strategi adalah sebuah proses dimana rencana yang

akan dilakukan dibuat menjadi suatu tindakan. Perencanaan ini mengacu

pada sebuah gebrakan baru dalam peningkatan penjualan atau pendapatan

dengan menjelaskan sebuah perangkat lunak pada manajemen untuk

performa yang lebih efisien lagi (asana.com, diakses pada 30 Juli 2022).

Impelentasi strategi ini dibuat di pesantren untuk membuat sebuah

rencana untuk para santrinya supaya santri dapat melakukan tindakan dari

apa yang telah pesantren rencanakan dan berikan. Tindakan ini untuk

membuat santri aktif dalam menjalani pendidikan di pesantren ataupun

membentuk kemandiriannya.

Gambaran umum tentang pendidikan pondok pesantren terfokus

pada dua persoalan pokok, yaitu unsur-unsur fisik yang membentuk

pesantren dan ciri-ciri pendidikannya. Menurut Prof. Dr. A. Mukti Ali,

unsur-unsur fisik pesantren terdiri dari Kyai yang mengajar dan mendidik,

Santri yang belajar dari kyai, Masjid, tempat untuk menyelenggarakan

pendidikan, shalat berjamaah dan sebagainya, dan pondok, tempat untuk

tinggal para santri.

a. Kyai Posisi paling sentral dan esensial dari suatu pondok

pesantren di pegang Kyai. Oleh karena itu Kyai memiliki


26

kewenangan dan tanggung jawab penuh atas pertumbuhan dan

perkembangan pondok pesantrennya. Mengingat peranannya

yang begitu besar ini maka dapat dikatakan bahwa maju atau

mundurnya pondok pesantren tergantung pada kepribadian kyai.

Peranan ustadz/Kyai terhadap santrinya sering berupa peranan

seorang ayah. Selain sebagai guru, kyai juga bertindak sebagai

pemimpin rohaniyah keagamaan serta bertanggung jawab atas

perkembangan kepribadianmaupun kesejatan jasmaniah santri-

santrinya. Dalam kondisinya lebih maju kedudukan seorang

Kyai dalam pondok pesantren sebagai tokoh primer. Kyai

sebagai pemimpin, pemilik dan guru yang utama, kerja sangat

berpengaruh di pesantren tapi juga berpengaruh terhadap

lingkungan masyarakatnya bahkan terdengar keseluruhan

penjuru nusantara.

b. Santri Istilah santri terdapat di pesantren sebagai

pengejawentahan adanya haus akan ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang yang memimpin sebuah pesantren.11

Pesantren yang lebih besar, akibat struktur santri yang antar

regional, memiliki suatu arti nasional. Sedangkan pesantren yang

lebih kecil biasannya pengaruhnya bersifat regional karena

santri-santrinya datang dari lingkungan yang lebih dekat.

Dengan memasuki suatu pesantren, seorang santri muda

menghadapi suatu tatanan sosial yang pengaturannya lebih

longgar, tergantung kepada kemauan masing-masing untuk turut


27

serta dalam kehidupan keagaaman dan pelajaran-pelajaran di

pesantren secara intensif. Sedangkan berdasarkan tempat

kediaman mereka, santri dibedakan menjadi dua kelompok : 1)

Santri Mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang

jauh dan menetapkan di dalam kompleks pesantren. 2) Santri

kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren dan biasannya tidak menetap di dalam kompleks

pesantren. Pada awal perkembangan pondok pesantren, tipe ideal

dari kegiatan menurut ilmu tercermin dalam “santri kelana” yang

berpindah-pindah dari satu pesantren kepesantren lainnya guna

memperdalam ilmu keagamaan pada kyai-kyai terkemuka.

Dengan masuknya sistem madrasah kedalam pondok pesantren

dan ketergantungan santri pada ijazah formal, nampaknya

belakangan ini tradisi santri semakin memudar.

c. Masjid. Di dalam tradisi Islam, masjid tidak dapat dipisahkan

dari proses pendidikan, sejak masa Nabi Muhammad Saw

menyebarkan Agama Islam hingga sekarang masjid tetap

menjadi tempat diselenggarakannya pendidikan keagamaan.

Lembaga-lembaga pesantren, khusunya di pulau jawa,

memegang teguh tradisi ini. Ini dapat dilihat dari

penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren dimana kyai

mengajar santri-santrinya di masjid dan menjadikannya pusat

pendidikan bagi pondok pesantren. Seorang kyai yang ingin

membangun sebuah pesantren langkah pertama yang


28

dilakukannya biasanya adalah membangun masjid didekat

tempat tinggalnya. Di dalam masjid inilah kyai tersebut

menanamkan disiplin para santri dalam melaksanakan shalat

lima waktu, memperoleh pengetahuan Agama dan kewajiban

Agama lainya.

d. Pondok Pondok adalah tempat tinggal bersama atau (asrama)

para santri yang merupakan ciri khas pondok pesantren yang

membedakan dari model pendidikan lainya. Fungsi pondok pada

dasarnya adalah untuk menampung santri-santri yang datang dari

daerah yang jauh. Kecuali santri-santri yang berasal dari desa-

desa disekitar pondok pesantren, para santri tidak diperkenankan

bertempat tinggal di luar kompleks pesantren, dengan

pengaturan yang demikian, memungkinkan kyai untuk

mengawasi para santri secara intensif, tradisi dan transmisi

keilmuan di lingkungan pesantren membentu tiga pola sebagai

fungsi pokok pesantren. Sebagaimana telah disebutkan diatas,

tugas dan peranan kyai bukan hanya sebagai guru, melainkan

juga sebagai pengganti ayah bagi para santrinya dan bertanggung

jawab penuh dalam membina mereka. Besar kecilnya pondok

tergantung dari jumlah santri yang datang dari daerah-daerah

yang jauh, dan keadaan pondok pada umumnya mencerminkan

kemerdekaan dan persamaan derajat. Para santri biasanya tidur

di atas lantai tanpa kasur dengan papan-papan yang terpasang di

atas dinding sebagai tempat penyimpanan barang-barang. Tanpa


29

membedakan status sosial ekonomi santri, mereka harus

menerima dan puas dengan keadaan tersebut.

5. Keberhasilan Strategi Pesantren

Keberhasilan strategi adalah kunci utama bagi manajemen sebuah

organisasi atau kelompok, karena dapat memberikan arahan dalam waktu

jangka pajang dalam tujuan, membantu beradaptasinya suatu organisasi

pada perubahan, dan menjadikan suatu organisasi lebih aktif lagi

(hestanto.web.id, diakses pada 30 Juli 2022).

Keberhasilan daripada strategi pesantren ini adalah untuk memberi

pengalaman kepada santri, responsif yang diberikan kepada santri,

membentuk reputasi pesantren menjadi lebih baik lagi, menjadikan santri

komitmen dalam hal apapun, membuat santri merasa bertanggung jawab

akan keberadaannya di pesantren ataupun di masyarakat sosial

(artdeco.co.id, diakses pada 30 Juli 2022).

Di pesantren model kepemimpinan apapun namanya tidak ada

kepastian kriteria, yang penting proses manajemen pendidikan bisa

mengantarkan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, dan kemandirian.

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan di masyarakat menurut

Mukti Ali (Ismail, 2002), memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya

seperti berikut:

(1) adanya hubungan yang akrab antara santri dan kiai;

(2) Tunduknya santri pada kiai;


30

(3) Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan;

(4) Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di

kalangan santri;

(5) Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat

mewarnai pergaulan di pondok pesantren;

(6) Kehidupan berdisiplin sangat ditekankan dalam kehidupan

pesantren;

(7) Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah salah satu

pendidikan yang diperoleh santri di pesantren; dan

8) Kehidupan agama yang baik dapat diperoleh santri di pesantren.

Untuk merealisasikan sikap dan perilaku seperti di atas, membutuhkan

pemimpin yang tidak hanya menguasai konsep maupun teori manajemen,

namun pengamalan norma ajaran secara nyata dalam kehidupan menjadi

lebih diutamakan. Keberhasilan kepemimpinan ditunjukkan oleh perilaku

dan aktivitas pimpinan dalam memberikan kontribusi melalui dua cara.

Pertama, manajemen yang menjalankan tugas kepemimpinan mendukung

strategi dan membangun budaya organisasi dengan keteladanan (uswah

khasanah). Kedua, manajemen selalu membuat keputusan-keputusan

dengan basis atau dasar skill, kepribadian, dan pengalaman (Jatmiko, RD.,

2003). Faktor-faktor ini semua diambil untuk menentukan pendekatan

implementasi strategi kepemimpinan yang akan dijalankan untuk

pembentukan karakter santri. Berbagai konsep yang membicarakan soal

efektivitas kepemimpinan, sesungguhnya berpulang pada keberanian


31

seseorang untuk bersedia mewujudkan pengetahuan tersebut ke dalam

bentuk nyata (actual performance). “Keberanian terbentuk dari

konsekuensi tingkat kesadaran (consciousness) melalui proses memahami

dan mengalami secara mendalam dengan identitas diri yang lebih tinggi,

sebagai prasyarat bagi pengembangan kompetensi dalam memimpin orang

lain” (Antonio, 2007). Diakui oleh Antonio, bahwa untuk membuat sukses

dalam memimpin diperlukan kemampuan memimpin diri sendiri (self

leadership). Kepemimpinan ini telah diperankan oleh seorang Kyai yang

senantiasa menjaga integritas diri melalui ucapan, pikiran dan tindakan

dalam membina santri. Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan

pesantren, diperlukan fungsi penilaian dan pengendalian (Evaluating and

Controlling). Dalam manajemen pendidikan, penilaian (evaluating)

mempunyai kaitan erat dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain.

Sudjana (2004), merinci keterkaitan fungsifungsi manajemen dengan

perencanaan. Menurutnya, perencanaan perlu disusun berdasarkan hasil

penilaian atau sekurang-kurangnya didasarkan atas hasil identifikasi

kebutuhan, permasalahan, dan sumber-sumber yang ada, untuk

mengetahui keunggulan dan kelemahannya dalam mencapai tujuan. Di

pesantren penilaian dan pengendalian dilakukan untuk mengetahui tinggi

rendahnya disiplin dan moral serta untuk mengetahui cara-cara yang tepat

dalam membina sikap dan perilaku santri, partisipasi kegiatan, dan

hubungan kemanusiaan (interaksi sosial). Kriteria keberhasilan itu dilihat

dari seberapa besar santri setelah menjadi alumni memberi manfaat bagi

dirinya dan kehidupan masyarakat. Standar penilaian tersebut berdasar


32

pada sebuah sumber ajaran Islam bahwa, sebaik-baik manusia adalah yang

dapat memberi manfaat bagi kehidupan orang banyak (khoirunnasi

anfa’uhum linnasi). Keterukuran manfaat santri dapat dilihat dari pihak

masyarakat mengakui keberadaan santri, sehingga berkemauan

memanfaatkan ilmunya melalui berbagai macam kegiatan seperti mengisi

pengajian di majlis taklim ataupun ceramah. Secara rinci keberhasilan

pendidikan pesantren menurut Abuddin Nata (2003) dapat dilihat melalui

berbagai indikator seperti berikut:

(1) Secara akademik, lulusan pendidikan dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

(2) Secara moral, lulusan pendidikan dapat menunjukkan tanggung

jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitar;

(3) Secara individual, lulusan pendidikan semakin meningkat

ketakwaannya, dalam arti melaksanakan segala perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya;

(4) Secara sosial, lulusan pendidikan dapat berinteraksi dan

bersosialisasi dengan masyarakat sekitar; dan

(5) Secara kultural, lulusan mampu menginterpretasikan ajaran

agamanya sesuai dengan lingkungannya. Jika diurai menurut ranah

pendidikan seperti disebutkan Abudin Nata (2003), dimensi kognitif-

intelektual, afektifemosional dan psikomotorik-praktis kultural santri

alumni dapat terbina dan berkembang secara seimbang. Kesemuanya itu

menjadi parameter atau ukuran-ukuran yang dapat dijadikan acuan


33

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Proses penilaian

yang sering dipadukan dengan pengendalian, sebenarnya merupakan

proses menentukan apakah kegiatan pendidikan pesantren sesuai dengan

apa yang ditetapkan untuk dicapai. Menurut Hunger (2003), proses

penilaian dan pengendalian sesungguhnya membandingkan hasil dengan

yang diinginkan dan memberikan umpan balik bagi pihak manajemen

untuk mengevaluasi hasil-hasil yang diperoleh dan mengambil tindakan

perbaikan bila diperlukan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang

lahir dari, oleh dan kembali untuk masyarakat. Oleh karenanya

keberhasilan pendidikan bukan ditentukan oleh standar nilai atau

kompetensi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional atau

Kementerian Agama, akan tetapi lebih berbentuk pada kompetensi sosial

yang menjadi kebutuhan masyarakat. Keberhasilan secara akademik

sesungguhnya menjadi wujud tanggung jawab pesanteren dalam membina

karakter dan moral santri yang tidak terlepas dari ukuran penilaian hasil

belajar berbentuk prestasi nilai. Hal ini dimaksudkan terbentuknya akhlak

yang baik lebih diutamakan dari pada sekedar mendapat nilai yang tinggi.

Kalaupun seorang santri berhasil menempuh ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, ini merupakan bentuk jawaban bahwa untuk membina akhlak

masyarakat diperlukan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi pula, agar

secara metodologis santri bisa mengembangkan materi lebih variatif dan

applicable sesuai kebutuhan. Kompetensi sosial sesungguhnya merupakan

bentuk akumulasi keberhasilan pendidikan pesantren yang diharapkan bisa

dikembangkan sebagai materi dakwah di masyarakat. Betapapun pintar


34

dan tinggi ilmu yang dimiliki santri, namun tidak dibarengi dengan amal

nyata serta moralitas yang baik, maka masyarakat tidak menghormatinya.

Hal tersebut merujuk pada pendapat Al Ghazali, bahwa tujuan pendidikan

sesungguhnya adalah mengembangkan budi pekerti yang mencakup

penanaman kualitas moral dan etika seperti kepatuhan, kemanusiaan,

kesederhanaan, dan membenci terhadap perbuatan buruk (Abudin Nata,

2003). Moral dan akhlak tidak bersifat natural atau pembawaan, artinya

ada sejak lahir, tetapi perlu diusahakan secara bertahap antara lain melalui

pendidikan dan pembiasaan.

B. Santri

1. Pengertian Santri

Pesantren asal mulanya berasal pada kata santri, dengan memakai

kata awal pe didepan menjadi artian tempat tinggal santri. Seperti kata

Jhon E, kata santri awalnya dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji.

Dalam KBBI santri ini berarti orang yang berusaha mendalami ajaran

agama islam dengan tekun. Arti lain dari santri berasal dari kata cantrik

yang artinya orang yang selalu mengikuti gurunya kemanapun gurunya

bepergian atau diam (Muhammad Nurul Huda, 2015:743).

Menurut N. Madjid kata santri terdapat 2 pendapat. (a) pendapat

pertama menyatakan kata santri ini berasal dari sebuah perkataan dari

bahasa sansakerta yang berarti melek huruf. Pendapat madjid ini didasari

pada seorang santri ialah kelas literaty bagi orang jawa yang usahanya

mendalami agama islam dari kitab yang tulisnnya dari bahasa Arab. (b)
35

pendapat selanjutnya yang dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofier, kata

santi ini asalnya dari bahasa India yang artinya tahu akan buku-buku suci

dari agama Hindu. Atau dapat kita secara umu kita artikan buku-buku suci

atau buku mengenai ilmu pengetahuan.

Seperti yang diungkapkan Takdir (2018:22), santri adalah

sekelompok orang yang mempunyi rasa tekun belajar pada kajian kitab

kuning/ kitab lama yang banyak akan ilmu mengenai agama, contohnya

seperti tafsiran, hadist, tauhid fiqh, tasawuf dan lain-lain. Santri ini dapat

dikatakan sebagai generasi terbaik pada pencapaian ilmu mengenai agama

dan dapat diandalkan demi perubahan kehidupan masyarakat serta

sosialnya.

Menurut Zamakhsyari Dhofier perkataan pesantren berasal dari kata

santri, dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal

para santri. Menurut John E. Kata “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang

berarti guru mengaji.

1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia santri adalah seseorang

yang berusaha mendalami agama islam dengan sungguh-sungguh atau

serius.

2 Kata santri itu berasal dari kata “cantrik” yang berarti seseorang

yang selalu mengikuti guru kemana guru pergi dan menetap.

3 Sedangkan Menurut Nurcholish Madjid, asal-usul kata “santri”,

dapat dilihat dari dua pendapat.


36

4 Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari

perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa sanskerta yang artinya melek

huruf. Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid agaknya di dasarkan atas

kaum santri adalah kelas literasy bagi orang jawa yang berusaha

mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dari bahasa Arab. Di sisi

lain, Zamakhsyari Dhofier berpendapat, kata santri dalam bahasa India

berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana

ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku

suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Dari berbagai pandangan tersebut tampaknya kata santri yang di

pahami pada dewasa ini lebih dekat dengan makna “cantrik”, yang berarti

seseorang yang belajar agama (islam) dan selalu setia mengikuti guru

kemana guru pergi dan menetap. Tanpa keberadaan santri yang mau

menetap dan mengikuti sang guru, tidak mungkin dibangun pondok atau

asrama tempat santri tinggal dan kemudian disebut Pondok Pesantren.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa santri merupakan

seseorang yang sedang belajar memperdalam ilmuilmu pengetahuan

tentang agama islam dengan sungguh-sungguh.

2. Peran Santri

Santri mempunyai peran untuk menyebarkan ajaran agama islam

serta budaya yang ada di Indonesia yang kaya akan moderat dari berbagai

golongan mereka. Maka hal ini dapat mendorong para santri agar
37

regenerasi SDM dapat beradab dan berkahlak dalam bidang apapun

(kumparan.com, diakses pada 22 juli 2022).

Pada era globalisasi ini peran santri mempunyai rintangan yang lebih

agar dapat mengurangi resika pada jaman ini. Hal ini dapat terlihat pada

pesantren saat para santri belajar disana, contohnya meski pesantren kini

sudah lebih modern dengan berbagai metode belajarnya yang variatif, ada

juga pesantren yang hanya terpaku pada ajaran agama saja biasanya

pesantren ini berkegiatan belajar dengan mengaji kitab kuno

(kumparan.com, diakses pada 22 juli 2022).

Santri juga harus dapat mempersatukan bangsa dengan

mengkokohkan budaya toleransi dengan menjaga pancasila tinjauannya

pada ideologi bangsa Indonesia. Menopang bahaya radikalisme yang ada

pada generasi milenial khususnya gen Z pada jaman ini. Hal ini santri

memperlihatkanwajah islamiknya yang ramah dan tidak mengenal

kekerasan (Republika.ci.id, diakses pada 22 Juli 2022).

3. Tujuan Santri

Tujuan santri adalah mereka dituntut untuk belajar dipesantren agar

para santri ini dapat belajar bagaimana hidup dengan mandiri, dapat

menigkatkan sosialisasinya dengan sesama santri, guru mereka bahkan

dengan tuhan.

Ada 9 alasan tujuan daripada santri ini menurut darunnajah.com

(diakses pada 23 juli 2022), yaitu :


38

a. Santri harus menjadi qurrotu a’yunin yang berartikan penyejuk mata hati

dan lilmustaqiina maama yang berartikan imam diantara hamba-hamba

Allah yang bertaqwa

b. Santri menjadi generasi yang rabbani atau penerus perjuangan Rasulillah

(waratsatul anbiya)

c. Menghindarkan santri dari lingkungan yang buruk atau biah hasanah yang

berarti lingkungan baik untuk para santri agar tidak membuat pikiran

mereka terganggu

d. Menjadikan santri lebih dewasa dan mandiri dalam menjalani kehidupannya

e. Cerdas dalam bersosialisasi dengan cara saling mengasihi, memperkuat

ukhuwah, berbelas kasih,dan yang terpentig rendah hati

f. Ketika dalam satu pesantren guru tak mengajarakan ilmu saja tetapi akhlah

juga kepada sesama makhluk

g. Santri juga bertujuan agar di pesantren berdo’a, mendo’akan orang tuanya

dengan keadaan sholeh dan sholeha

Menurut H.M. Arifin (1995: 148) Tujuan umum pesantren adalah

membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam

yang sanggup dengan ilmunya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat

sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Al-Ghazali mengatakan “Dan sungguh engkau mengetahuai bahwa hasil

ilmu pengetahuan adalah mendekatkan diri pada Tuhan pencipta alam,

menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat, demikian itu diakhirat.

Adapun didunia adalah kemuliaan kebesaran, pengaruh pemerintahan bagi


39

pimpinan negara dan penghormatan menurut kebiasaanya.” Tujuan pendidikan

yang di rumuskan Al-Ghazali meliputi:

1. Aspek keilmuan, yang mengantarkan manusia agar senang berfikir,

menggalakan penelitian da mengembangkan ilmu pengetahuan, menjadi

manusia yang cerdas dan terampil.

2. Aspek kerohanian, yang mengantarkan manusia agar berakhlak mulias,

berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang kuat.

3. Aspek ketuhanan, yang mengantarkan manusia beragama agar dapat

mencapai kehidupan di dunia dan akhirat (Zainuddin, 1991: 48).

Tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan peserta didik untuk cakap

melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga terciptanya

kebahagiaan bersama dunia akhirat. Dalam pendidikan harus diajarkan

keimnana, akhlak, ibadah dan Al-Qur‟an yang berhubungan dengan hukum

yang berlaku. M. Djunaedi Dhany yang telah melakukan tinjauan analisis

tentang sasaran tujuan pendidikan yaitu:

1. pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna:

a. pendidikan harus dapa9t membentuk kekuatan dan kesehatan badan dan

pikiran peserta didik.

b. Sebagai individu, maka anak itu harus dapat mengembangkan

kemampuanya semaksimal mungkin.


40

c. Sebagai anggota masyarakat maka anak itu harus dapat mempunyai

tanggung jawab sebagai warga negara yang baik nantinya.

d. Sebagai pekerja maka anak itu harus bersifat efektif, produktif, dan cinta

akan kerja.

2. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa

kepercayaan anak itu pada agama dan Tuhan.

3. Mengembangkan intelegensia anak secraa efektif dan pengertian anak

didik agar mereka dipersiapkan untuk kebahagiaan di masa mendatang

(Zainuddin, 1991: 49).

Menyimak uraian diatas dapat dinyatakan bahwa konsep tujuan pendidikan

menurut Al-Ghazali banyak memiliki persamaan pokok dengan konsep

pendidikan di Indonesia dalam tiga aspek yaitu:

1. Aspek keilmuan

2. Aspek kerohanian

3. Aspek ketuhanan, Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip

tertentu, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan islam. Prinsip itu

adalah: 1. Prinsip universal ialah prinsip yang memandang seluruh aspek agama

(aqidah, ibadah dan akhlak serta muamalah), manusia (jasmani, rohani dan

nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya

hidup
41

2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan prinsip ini adalah

keseimbanagna beberapa aspek pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan

komunitas, serta tuntunan pemeliharaan kebudayaan Islam dengan kebudayaan

masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan

terjadi.

3. Prinsip kejelasan (Tabayyun) prisnsip yang di dalamnya terdapat ajaran

hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (Qolbu, akal dan

hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan,

kurikulum dan metode pendidikan.

4. Prinsip tak bertentangan, prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan

pertentangan anatra berbagai unsur dan cara pelaksanaanya, sehingga antara

satu komponen dengan komponen yang lainnya saling mendukung.

5. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, prinsip yang menyatakan tidak

adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebihan,

serta adanya kaidah yang praktis dan realistis yang sesuai dengan fitrah dan

kondisi sosio ekonomi, sosio politik dan sosio kultural yang ada.

6. Prinsip perubahan yang di ingini, prinsip perubahan struktur diri manusia

yang meliputi jasmani dan ruhaniyah, dan nafsaniah, serta perubahan kondisi

psikologi, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai,

sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan.

7. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip yang

memerhatikan perbedaan peserta didik, berciri2, kebutuhan, kecerdasan,

kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan
42

segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu tidak

sama dengan yang lainya.

8. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang

terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan diman pendidikan itu dilaksanakan

( al-Syaibani, 1979: 78).

4. Kemandirian Santri

Dalam mempersiapkan santri yang mempunyai terampil serta

kemandirian haruslah dikembangkan dengan membangun usaha dan

menanamkan jiwa kewirausahaannya. Seperti yang di jelaskan oleh

Indrato (2012:13), yaitu :

a. Memberikan pembelajaran mengenai kewirausaan salah satunya

pembelajaran menganai pengembangan diri agar santri dapat mempunyai

kepribadian mandiri dalam menjalankan suatu usaha

b. Mengenmabangkan skillnya dalam berusaha agar santri mempunyai jiwa

dan karater berwirausaha yang kuat

c. Memperkenalkan kewirausahaan pada lingkungan pesantren

Kemandirian santri adalah sikap mental yang paling dasar untuk

menjalankan sebuah usaha dan tugas yang dijalankan oleh para santri.

Dapat disimpulkan kemadirian santri adalah prilaku santri yang

tidakbergantung pada orang lain serta bisa bertanggung jawab dalam tugas

yang diberikannya serta menyelesaikan apa yang telah ditugaskan

kepadanya. Komitmen adalah kunci dari sebuah kemandirian bagi para

santri ini karena dapat terwujudnya santri yang mandiri dan tak
43

menghiraukan arahan dari orang lain karena ia telah mempunyai

pendapatnya sendiri untuk menyelesaikan.

Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat

awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk suatu kata keadaan

atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka

pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan

tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers

disebut dengan istilah self , karena diri itu merupakan inti dari

kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan

kemandirian adalah autonomy (Moh.Ali dan Moh. Asrori, 2011:109).

Menurut Chaplin otonomy adalah kebebasan individu manusia untuk

memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan

menentukan dirinya sendiri. Sedangkan Seifert dan Hoffnung

mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “the ability to govern

and regulate one’s own toughts, feeling, of shame and doubt.”

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi

adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan

dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Erikson (dalam monks, dkk),

menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang

tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari

identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang

mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan

kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur


44

tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat

keputusan diri sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada

pengaruh dari orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi di

mana peserta didik secara relativ bebas dari pengaruh penilaian, pendapat

dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik

diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara

singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian :

1.Suatu kondisi di mana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kebaikan dirinya sendiri.

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

3.Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.

4. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Robert Havighurst (1994:54) membedakan kemandirian atas empat

bentuk kemandirian, yaitu :

1. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengintrol emosi sendiri

dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.

2. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi

sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.

3. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi.


45

4. Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain. Sementara

itu, Steinberg membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk,

yaitu :

1) kemandirian emosioonal (emotional autonomy);

2) kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy);

3) kemandirian nilai (value autonomy). Lengkapnya, Steinberg

menulis : The first emotional autonomy-that aspect of independence

related to change in the individual’s close relationships, especially with

parent. The second behavioral autonomy-the capacity to make

independence decisions and follow through with them. The third

characterization involves an aspectof independence reffered to as value

autonomy-wich is more than simply being able to resist pressures to go

along with the demands of outher; it means having a set a principles about

right and wrong, about what is important and what is not. Kutipan diatas

menunjukan karakteristik dari ketiga aspek kemandirian, yaitu :

1. Kemandirian emosional, yaitu aspek kemndirian yang menyatakan

perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti

hubungan emosional peserta didik dengan guru atau dengan orangtuanya.

2. Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya

secara bertanggung jawab.


46

3. Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memaknai seperangkat

prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan apa yang

tidak penting.

C. Ternak Burung Murai

1. Ternak

Ternak hewan peliharaan yang kehidupannya tegantung tempat,

dengan perkembangbiak yang ada dengan campur tangan manusia serta

bisa mengatur menfaat dan dipelihara secara khusus untuk dapat kita

ambil bahan dan jasanya bagi keberlansungan hidup manusia (Putu S,

2018:1).

Artian pada ternak ini pasti tak lepas pada hewan karena hewan juga

bisa dikatakan termasuk pada ternak dan tidak semua hewan dapat

dijadikan sebagai ternak. Maka hewan ini dapat diartikan secara luas

karena belum dapat kita pastikan hewa liar yang ingin dipelihara itu

tentulah ternak (Putu S, 2018:1).

Ternak ini awalnya pada hewan liar yang dipergunakan manusia

untuk kepentingan kehidupannya, maka dari itu manusapun menjinakan

hewan liar untuk dipelihara lalu diternakan dan hewan ini kelak akan

berguna bagi manusia. Manfaat dari usaha ternai inipun tak lain sebagai

sumber gizi, sumber penghasilan, bahan industri, sebagai lapangan kerja,

penelitian ilmu, pariwisata, sosial budaya dan lain-lain (Putu S, 2018:3).


47

Menurut Soeharto Prawiro Kusumo (1990) dalam bukunya Ilmu

Usaha Tani yang dimaksud Ilmu Usaha Tani adalah suatu ilmu terapan

yang membahas dan mempelajari atau membahas tentang bagaimana

membuat atau menggunakan sumberdaya pertanian secara efektif dan

efisien.Dalam ilmu usaha tani menerapkan teori-teori yang universal,

prinsip-prinsip ekonomi pertanian, teori marginal, anggaran dan analisa-

analisa bidang pertanian. Secara umum bidang Pertanian menyangkut :

Budidaya tanaman Pertanian, Budidaya Peternakan, Budidaya

Perikanan, Budidaya Perkebunan, Kehutanan dan lain-lain yang

berorientasi pada makhluk hidup seperti Biologi,

Bioteknologi.Sedangkan Istilah Usaha Peternakan akan lebih jelas tertera

Pada Undang-Undang Pokok kehewanan, Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1967, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan

Kesehatan Hewan, pada Bab I Pasal 1, dikemukakan beberapa Istilah

diantaranya :

a. Ternak adalah Hewan peliharaan yang kehidupannya yakni

mengenai tempat, perkembang biakan serta manfaatnya diatur dan

diawasi oleh manusia dan dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-

bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.

b. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh

peternakan yang mata pencaharian nya sebagian atau seluruhnya

bersumber kepada peternakan.


48

c. Peternakan / Usaha Peternakan adalah pengusahaan

/pembudidayaan/ pemeliharaan ternak dengan segala fasilitas penunjang

bagi kehidupan ternak.

d. Peternakan murni adalah cara peternakan dimana

perkembangbiakan ternakternaknya dilakukan dengan jalan pemacekan

antara ternak/hewan yang termasuk dalam satu rumpun.

e. Perusahaan peternakan adalah usaha peternakan yang dilakukan

pada tempat tertentu serta perkembang biakannya dan manfaatnya diatur

dan diawasi oleh peternak-peternak.

f. Kelas Ternak adalah sekumpulan atau sekelompok bangsa-bangsa

ternak yang dibentuk dan dikembangkan mula-mula disuatu daerah

tertentu.

g. Bangsa Ternak (Breed) adalah Suatu kelompok dari ternak yang

memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sifat-sifat fisiologis

ddan bentuk anatomis yang karakteristik untuk tiap-tiap bangsa dan sifat-

sifat persamaan ini dapat diturunkan pada generasi selanjutnya.

Arti dari istilah tersebut dikemukakan terlebih dahulu untuk

menghindarkan salah pengertian sekaligus untuk membedakan

pengertian “TERNAK” dengan “HEWAN” yang sering salah dalam

penggunaan sehari-hari.Tidak semua hewan tergolong ternak dan

dengan sendirinya tidak semua hewan dapat diusahakan sebagai

ternak.Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat baik yang

dipelihara maupun yang hidup secara liar.Jadi bisa dikatakan bahwa


49

hewan adalah ternak dalam arti luas.Ada Istilah Animal Husbandry dan

Animal Breeding. Dalam Bahasa Indonesia keduanya memiliki arti yang

sama yaitu “ BETERNAK”, namun sebenarnya ada perbedaan makna

diantara keduanya : a. Animal Husbandry adalah Beternak dalam arti luas

meliputi komponen memelihara, merawat, mengatur kehidupan,

mengatur perkawinan, mengatur kelahiran, penjagaan kesehatan serta

mengambil manfaatnya. b. Animal Breeding adalah Beternak dalam arti

sempit yang hanya menitikberatkan pada usaha mengatur

perkembangbiakan seperti mengatur perkawinan, pemilihan bibit,

menjaga kemandulan dan kebuntingan serta kelahiran. c. Cross Breeding

adalah Perkawinan antara hewan/ternak yang berbeda bangsanya (Breed)

dimana masing-masing adalah bangsa murni. d. Grading Up adalah suatu

sistem breeding dimana pejantan murni (biasanya didatangkan dari

tempat lain) dikawinkan dengan betina lokal. Sesudah itu keturunannya

yang betina dikawinkan pula dengan pejantan murni itu. Hasil-hasil

anakan yang jantan terus disingkirkan sampai pada titik tingkat genetik

tertentu, sehingga hasil akhir akan diperoleh betina dan pejantan Unggul.

Nama yang umum dimasyarakat kalau masih dalam taraf grading up

adalah Peranakan. e. Close Breeding / Inbreeding adalah Sistem

perkawinan antar individu yang masih erat hubungan kekeluargaannya.

2. Burung Murai

Burung murai adalah jenis burung yang kicauannya paling terbaik

didunia, burung ini juga termasuk dalam keluarga burung bertipe

turdidae hal ini seperti yang didiskusikan pada Forum Agri pada tahun
50

2012. Seperti yang dikatakan Mu’arif (2012), jenis burung murai ini pada

umumnya mempunyai corak warna yang berbagai ragam dan menarik.

Pada ukuran tubuh burung murai terlihat sedang, burung murai terlihat

berkepala bulat dan kakinya serta runcing pada paruh burung murai pun

ramping terlihat lebar pada sayang jika mengepak.

Jenis burung pada keluarga turdidae ini adalah burung dengan

kicauanya yang meniru dan kicauan burung ini sangat bagus. Banyak

jenis burung pada turdidae contohnya seperti cucak rawa, meninting,

anis, tiung, dan salah satunya burung murai. Burung murai ini dapat kita

jumpai di dataran rendah dan ketinggian yang tingginya dapat lebih dari

1.000 MDPL (Forum Agri, 2012).

Burung murai bisa kita temukan pada hutan di popohonan yang

rimbun dan pohon yang tak terlalu tinggi, biasanya bisa kita temukan

didekat sumber air sungai, sungai ini terdapat banyak serangga dan

burung murai sangat menyuka serangga, sungai juga digunakan burung

murai untuk mandi dan minum. Dihutan dekat sungai juga bisa kita lihat

burung murai mencari pasangan pada musim kawinnya.

Penyebaran burung murai ini dari berbagai macam negara seperti

Andaman, Indonesia, Australia hingga Cina. Di Indonesia sendiri burung

murai dapat kita jumpai di daerah Kalimantan, Sumatra dan bagian

tertentu di daerah Jawa (Doni, 2012).

Murai Batu merupakan salah satu jenis burung istimewa yang

keberadaannya sudah sangat populer di Indonesia.Selain Cucak ijo,


51

Kenari dan Lovebird, burung dengan ekor panjang ini juga sudah

menjadi perbincangan lama para pecinta kicau saat ini. Bagaimana tidak,

selain mempunyai perawakan indah, jenis burung yang juga dikenal

dengan nama Kucica Hutan tersebut juga memiliki kicauan gacor keras

dan gaya bertarung yang sangat indah. Mungkin berawal dari itulah,

mengapa para penggila dari burung yang bernama latin Copsychus

malabaricus ini begitu kagum. Entah itu penggemar murai batu Medan,

Nias, Lampung, Aceh maupun Borneo (Kalimantan). jadi tidak salah jika

burung ini sering di sebut raja kicau. (Sambas Basuni, Jarwadi Budi

Hernowo, Moch Mulyon.2005) Sampai saat ini peminat burung ini

semakin bertambah di karenakan kontes dan lomba kicau burung murai

batu banyak di adakan terutama di kota kota besar seperti Yogyakarta

hampir setiap hari di adakan lomba burung kicau di daerah yang berbeda

beda. Hal ini menjadikan permintaan akan burung Murai Batu sangatlah

tinggi, sementara ketersedeiaan burung ini di hutan semakin sulit dan bila

hal ini tidak segera di atasi makan tidak menutup kemungkinan burung

indah ini lambat taun akan mengalami kepunahan. Tetapi saat ini

penggemar burung murai batu sudah banyak yang membudidayakan

burung ini baid dari sekala kecil maupun dengan sekala besar, walaupun

membudidayakan burung ini bisa di katakan susah susah gampang tetapi

5 6 sudah banyak yang berhasil mencetak anakan burung Murai Batu

yang berkualitas dan tentusaja memiliki harga yang fantastis. Berternak

murai batu bisa menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan,

karena melihat permintaan pasar yang kini terus bertambah, bahkan para
52

penangkar bisa dibilang kuwalahan. Peternak Murai Batu jika ingin

menjadi peternak burung Murai untuk dijadikan sebagai sumber

penghasilan sebenarnya tidaklah terlalu sulit, untuk bisa beternak murai

batu anda harus memiliki kemauan,ketelatenan dan ulet.Untuk berternak

burung murai banyak faktor yang sangat menentukan, baik dari ukuran

kandang dan kebersihan kandang, perlakuan setiap hari terhadap

burungburung tersebut dalam penangkaran diantaranya, pemberian

pakan, lingkungan tempat anda meletakkan burung tersebut juga sangat

berpengaruh dan dalam berternak Murai Batu. Berternak burung murai

batu dimulai dari pemilihan calon indukan atau bibit.dalam memilih bibit

harus memiliki kualitas yang baik dantidak harus pernah menjadi juara

atau tidak juga harus harga mahal berikut cara memilih indukan jantan

dan betinanya.Yang pertama dalam memilih murai batu betina harus

yang berusia sekitar 1 atau 2 tahun karena ini merupakan usia yang ideal

bagi burung murai batu untuk ber-reproduksi cek juga kondisi kesehatan

burung dan pawakan burung tersebut kelihatan bagus.syarat yang harus

lakukan jika anda inginkan bibit yang baik yaitu, burung tersebut harus

jinak dan tidak penakut, sehingga lebih mudah untuk merawatnya serta

tidak mudah stress, jangan memilihan induk betina yang cacat

fisik.Dalam indukan jantan sama seperti memilih induk betina, anda juga

harus 7 memilih induk jantan yang juga tidak takut terhadap manusia dan

tidak terlalu kurus, Indukan jantan sebaiknya berusia 2 tahun dan sudah

cukup matang untuk melakukan perkawinan. Bentuk kandang memang

bervariasi dan tergantung dari tempat yang di miliki, batas minimal untuk
53

pembuatan kandang sebaiknya ditentukan agar burung bisa lebih bebas

untuk batas ukuran minimal sebuah kandang untuk murai batu biasanya

adalah 80 x 80 dan tingginya bisa menyesuaikan, misalnya 100 cm atau

lebih. Burung murai membutuhkan perawatan setiap harinya mulai dari,

menganginkan kurang lebih 30 menit sebelum dimandikan. Setelah itu

burung dijemur selama 1 atau 2 jam secara rutin gantilah air dan berilah

makan dengan por sebagai makanan utama dan, anda juga bisa

memberikannya kroto, jangkrik, telur tawon, belalang dan ulat daun

pisang sebagai makanan tambahan atau makanan ekstra yang memiliki

banyak gizi, tetapi pemberiannya jangan terlalu banyak.Banyak petrnak

yang mengalami kesulitan saat mengembangkan burung murai batu

karena beberapa pasangan sering kali saling berkelahi. Untuk mengatasi

hal tersebut, ada beberapa cara yang dianjurkan di antaranya Anda bisa

menyiapkan dua buah sangkar yang pertama untuk betina dan yang kedua

untuk pejantan. Pertama masukkan betina ke dalam sangkar A dan

biarkan sendirian selama kurang lebih seminggu untuk beradaptasi.

Selanjutnya masukkan pejantan ke sangkar B dan tempatkan tidak jauh

dari sangkar Dengan demikian, kedua burung tersebut akan memiliki

waktu untuk saling mengenal. Selanjutnya, setelah 2 minggu anda bisa

menyatukan kedua burung tersebut di dalam satu sangkar untuk Anakan

burung murai batu yang berusia1minggu sampai 2 minggu bisa diberi

makan dengan campuran por dan kroto yang diencerkan. Pemberian

makan bisa dilakukan 1 jam sekali. Setelah berusia 15 hari, biasanya

mereka sudah mulai bisa makan kroto sendiri.Sebagian peternak ada


54

yang menggunakan pelet lele sebagai makanan untuk murai batu.Dan

makanan tersebut tidak bermasalah bagi burung dan tidak membuat bulu

murai menjadi rontok.

3. Pengelolaan Burung murai

Ketika kita akan memulai proses mengelola burung murai cara yang

paling efektif adalah dengan menangkar burung tersebut. Apa yang disebut

dengan menangkar adalah pembiakan pada satwa diluar habitatnya dan

adanya campur tangganya dengan manusia. Pembiakan ini adalah kegiatan

yang hasilnya pada pemasaran dari hasil pembiakan tadi. Seperti halnya di

Indonesia sendiri pembiakan ini telah disebut komersil da ini tujuannya

untuk pelestarian (Novi, 2013).

Asmari (2016) menjelaskan ada tahapan mengenai pembiakan pada

burung murai sendiri, yaitu :

a. Mempersiapkan mental pada rancangan awal, bagi penggemar atau hobi

burung murai dilestarikan karena mereka suka. Jika ingin

mengmbangbiakan burung murai ini alangkah baiknya diklakukan dengan

hobi terlebih dahulu jang teriming-imingi bisnis terlebih dahulu karena

burung murai adalah makhluk dan bukan mesin.

b. Memilih induk untuk di kembangbiakan, induk burung murai yang

dilestarikan sebaiknya yang sudah mapan pada umurnya karena bagus untuk

berprestasi jika kita lombakan.

c. Memilih dan membuat kandang untuk burung murai, tidak ada hal penting

pada kandang burung murai ini yang terpentingnya adalah burung murai
55

dapat merasa nyaman disarangnya dan sebaiknya kandang juga dibuat

seperti habitat asli dari burung murai, dengan cara memberikan pohon kecil

pada kandangnnya.

d. Yang terakhir yaiut penjodohan pada burung murai ini dilakuan dengan

bertahap, contohnya seperti berkenalan, pendekatan dan satukan induk

burung murai karena hal ini meminimalisir berkelahinya pada dua induk

burung murai dan proses ini harus dilakukan dengan sabar maka akan

tercapai perkembangan pada burung murainya.

e. Pemberian pakan kepada burung murai pun harus dilakukan secara rutin,

sebelum memberi pakan baiknya burung murai dianginkan selama ±25

menit sebelum kita memandikannya, lalu jemur burung murai selama 90

menit. Setelah itu barulah kita memberi pakan pada burug murai, pakan

yang baik untuk burung murai adalah serangga jika kita membeli ditoko

pakan burung biasa kita menjumpai jangkrik.

Menurut Iskandar (2016), kebiasaan memelihara burung sudah lama dikenal

di masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa tujuan memelihara burung yakni

hobi, nilai ekonomi, studi ilmiah dan konservasi (Irawati et al., 2016). Salah

satu burung peliharaan adalah burung murai batu. Burung murai batu

merupakan famili Turidae dikenal memiliki kemampuan bernyanyi yang baik

dengan suara merdu dan bervariasi (Putranto et al., 2018). Dalam International

Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist pada tahun 2019 status

konservasi burung murai batu di dunia tergolong Least Concern (LC) atau

berisiko punah. Penyebab kepunahan spesies burung adalah perburuan,

perdagangan, kebakaran hutan, perubahan iklim, hama penyakit dan penyebab


56

utama terancam punahnya berbagai jenis burung di Indonesia adalah gangguan

maupun tekanan pada habitat (Chrystania, 2014)

Keberadaan burung dinilai penting untuk menjaga keseimbangan

lingkungan di suatu Kawasan (Hadinoto et al., 2012) sehingga perlu strategi

konservasi untuk menyelamatkan burung murai batu (C. malabaricus). Upaya

konservasi salah satunya adalah kegiatan penangkaran yang diharapkan dapat

mempertahankan populasi dan menjaga agar tidak terjadi kepunahan. Salah satu

penangkaran yang berhasil melakukan upaya perawatan dan

pengembangbiakan burung murai batu adalah penangkaran Annafi Bird Farm,

selain dapat menyelamatkan dari kepunahan manfaat lain dari kegiatan

penangkaran yaitu memberikan keuntungan dalam segi finansial karena

menurut Iqbal et al. (2015) murai batu termasuk kedalam 10 spesies yang paling

sering di perdagangkan. Pernyataan tersebut selaras dengan Burivalova et al.

(2017) yang menyatakan burung murai batu adalah salah satu spesies yang

paling dicari dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu burung murai

batu paling populer digunakan dalam kompetisi bernyanyi (Jepson dan Ladle,

2009).

Dalam UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

mendefinisikan kesejahteraan satwa sebagai segala urusan yang berhubungan

dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan

yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan

setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Pengelolaan kesejahteraan burung murai batu perlu diperhatikan dalam

kegiatan penangkaran karena penting untuk menjaga kelestarian satwa di


57

penangkaran. Menurut Mellor (2013), seekor hewan dapat memiliki keadaan

emosi positif atau negatif. Kesejahteraan satwa yang baik akan meminimalisir

keadaan negatif, sebagai contoh hewan merasa tertekan dan diharapkan

menimbulkan pengalaman positif, oleh karena itu penting untuk menjaga dan

memastikan kesejahteraan hewan yang berlandaskan Five Freedom of Animal

Welfare sebagai parameter kesejahteraan satwa. Berdasarkan pemikiran

tersebut penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kesejahteraan burung

murai batu (C. malabaricus) di Annafi Bird Farm, Cirebon, Jawa Barat.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak penangkar

terkait penerapan kesejahteraan hewan yang sesuai.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Profil Pondok Pesantren Al luthfah Al Musri

Pondok Pesantren Al luthfah Al Musri merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang tidak hanya mengajarkan terkait kajian ilmu agama, namun

juga mengembangkan karakter mandiri melalui berwirausaha bagi santri.

Pondok Pesantren Aluthfah Al musri terletak di p.sindang sari rt.03 rw.03

ds.karang anyar kec.cililin kab.bandung barat. Pondok Pesantren Al luthfah Al

Musri didirikan oleh KH. Ahmad Muhiban , diteruskan oleh menantunya yang

sekarang sebagai pimpinan pondok dan didampingi oleh para pengurus

pondok. beliau mendirikan Mts di tahun 2005. Kemudian beliau kembali

mengambangkan pendidikan di pondok pesantren denganmembangun sekolah

MA pada tahun 2008. Waktu itu segi finansial pondok pesantren masih belum

jelas pondok pesantren Aluthfah Al musri masih mengandalkan partisipasi dan

donatur dari orang tua santri dan masyarakat sekitar.

Salahsatu peningkatan yang ada di pondok pesantren aluthfah al musri

adalah sarana dan prasarana, dan yang paling utama adalah peningkatan di

bidang kurikulum. Kurikulum yang di buat oleh pondok pesantren alutfah di

buat dengan semenarik mungkin. Pada tahun 2012 pondok pesantren alutfah

membuat kurikulum yang mengacu pada pondok pesantren Miftahul Huda Al

58
Musdi di Cianjur tepatnya di Ciranjang . Dua sampai tiga tahun dari terbentuk

mya kurikulum, pondok pesantren Al Lutfah sudah menjalankan nya dengan

59
60

baik, mulai dari tingkatan idadiyah , ibtidaiyah satu, ibtidaiyah dua,

Tsanawiyah satu , dan Tsanawiyah dua. Yang mana dari kulikulum tersebut

santri belajar dengan metode terstuktur bahwa bahan ajarnya itu adalah kitab

kuning yang di sesuaikan dengan bahan ajar sekolah lain. Selain memfokuskan

pada ilmu agama, pondok pesantren Aluthfah juga berfokus pada salah satunya

mengembangkan kewiraushaan untuk membentuk kemandirian santri.

KH. Ahmad Muhiban mempunyai komitmen besar dalam pengembangan

kewirausahaan di pesantren dikarenakan untuk memberikan pengetahuan dan

kegiatan usaha kepada santri, sehingga perekonomian pesantren dapat

berkembang serta dapat membentuk kemandirian santri. Pondok Pesantren

Aluthfah Al musri berkembang semakin baik, terbukti dengan inovasi beliau

yang tiada henti, baik pada aspek pembangunan fisik, sarana dan prasarana

pendidikan maupun dari para santri itu sendiri. Seiring berjalannya waktu,

keberadaan Pondok Pesantren Aluthfah Al Musri mendapat dukungan positif

dari masyarakat luas dan pemerintah daerah baik secara moral maupun material

sehingga mengalami kemajuan. Pondok Pesantren Al Luthfah Almusri

membekali para santri dengan mengadakan pelatihan ketrampilan

berwirausaha yang ada di pesantren, hal ini bertujuan untuk mewujudkan

kemandirian dan potensi santri agar nanti ketika lulus dari pondok mereka

memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta mental wirausaha agar

dapat meningkatkan ketrampilan dan keahliannya sebagai bekal hidup di

masyarakat.
61

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

1) Visi Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

a. Mencetak Generasi Berkarya

b. Berilmu, Bertaqwa

c. Berakhlaqul Karimah

2) Misi Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

a. Menyelengarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian

prestasi akademik dan non akademik.

b. Menjadikan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari

teknologi informasi yang tepat guna sesuai sasaran sehingga dapat menjadi

bakat dikemudian hari.

c. Mewujudkan pengetahuan dan keberhasilan tenaga kependidikan, sesuai

dengan perkembangan dunia pendidikan.

d. Menyelengarakan tata kelola Madrasah yang edukatif.

3. Kegiatan dan Kurikulum di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

selama 24 jam wajib menetap di dalam komplek pondok pesantren

terkecuali ada keperluan dan harus dengan izin pengasuh atau pengurus. Semua

santri wajib mengikuti rangkaian disiplin pesantren yang telah ditentukan,

dengan harapan supaya seluruh santri dapat disiplin dan dapat mengatur pola

hidupnya. Hal ini selaras dengan salah satu poin panca jiwa pesantren yaitu

jiwa kemandirian.
62

Aktivitas para santri Pondok Pesantren Utsmaniyyah sebagai berikut.

Tabel 1. Daftar Kegiatan Santri

NO KEGIATAN PUKUL KEGIATAN

1 Persiapan Jama ah 03:30

2 Sholat Shubuh 04:00-05:00

3 Pengajian 05:00-06:00

4 Jama ah Sholat Dhuha 06:15-07:00

5 Sekolah Formal 07:00-SELESAI

6 Jama ah Sholat Dhuhur 11:45-12:30

7 Sekolah Formal 12:30 SELESAI

8 Istirahat 14:00-15:00

9 pengajian 15.30- 17.00

10 Persiapan jamaah magrib 17.00- 18.00

11 jamaah magrib 18.00-18.30

12 Pengajian 18:30-19:00

13 Jama ah Sholat Isya 19:00-19.30

14 Persiapan Pengajian 19:30- 20:00

15 Pengajian 20:00-22:30

16 Sorogan 22:30-23:00

17 istirahat 23:00
63

Tabel tersebut menunjukan bahwasanya santri di Pondok PesantrenAl

Luthfah Al Musri memiliki aktivitas yang sangat padat. Meskipun begitu, santri

di pondok pesantren ini bisa mengikuti keseluruhan aktivitas yang sudah ada

pada peraturan. Seluruh aktivitas yang dilakukan untuk dapat melatih santri

disiplin dan mandiri. Kurikulum di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

memadukan antara Kurikulum Diknas, Depag dan Kurikulum dari Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri sendiri, dapat dirincikan sebagai berikut.

1) Kurikulum Diknas yakni Program Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan

Madrasah Aliyah (MA) Utsmaniyyah terdapat cakupan mata pelajaran

umum, seperti Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan,

Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya.

2) Kurikulum Depag yakni Program Madrasah Diniyah (Madin) Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri, seperti adanya mata pelajaran Agama dan

Bahasa Arab, meliputi Tafsir, Hadist, Aqidah, Fiqih, Nahwu, Shorof dan

lain sebagainya.

3) Kurikulum khusus di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yakni

dialokasikan dalam muatan lokal atau diterapkan melalui kebijakan sendiri

serta terdapat pula adanya pelatihan kewirausahaan, diantaranya sebagai

berikut.

a. Mulok : seperti adanya Madin Ibtida iyyah ( ula, wustha dan ulya),

pengajian kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan kursus Nahwu-shorof.


64

b. Pendidikan pengembangan diri dalam ekstrakurikuler sebagai wadah

apresiasi santri dan pengembangan potensi santri.

Ekstrakurikuler tersebut terbagi menjadi 2 jenis, meliputi:

(1) Wajib, seperti: Grub rebbana, kaligrafi, pidato,kewirausahaan.

(2) Pilihan (Bidang usaha dan Ketrampilan), seperti: adanya koperasi pondok,

peternakan, perikanan, serta pertanian. Program wirausaha yang ada di

Pesantren Al Luthfah Al Musri ini ditujukan kepada santri, supaya santri

dapat menggali dan mengembangkan potensi-potensi pada diri masing-

masing santri. Sehingga kemampuan santri dapat terasah dengan baik dan

nantinya diharapkan dapat berguna bagi kehidupan santri setelah hidup di

masyarakat.

4. Sumber Daya Manusia dan Santri Pondok Pesantren Al Luthfah Al


Musri

1) Pengurus Sumber daya manusia di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

terdiri dari pengasuh, penasehat, kepala devisi dan staf. Para pengurus pondok

pesantren Al Luthfah Al Musri ini saling bekerja sama untuk mengontrol,

mendidik serta memberikan ilmu pengetahuan kepada santri di pondok. Dalam

proses pengembangan Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri juga didukung

dengan sarana dan prasrana yang ada sehingga hasilnya lebih maksimal.

2) Tenaga pendidik (Ustadz) Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri tidak

hanya mengajarkan ilmu agama, akan tetapi juga memiliki sekolah formal yang

terdiri madrasah ibtidaiyyah, madrasah tsanawiyah serta madrasah aliyah,

Sekolah formal ini di kelola oleh tenaga pendidik yang mumpuni, tenaga
65

pendidik di sekolah formal ini berjumlah 19 guru putra dan putri. Latar

belakang pendidikannya cukup bervariasi, ada yang berpendidikan tinggi, ada

yang sekolah menengah dan ada pula yang hanya lulusan pesantren saja. Para

pendidik (ustadz) sebagian ada yang bertempat tinggal di asrama pesantren dan

ada juga yang tinggal di luar pondok pesantren karena sudah berkeluarga.

3) Siswa (Santri) Santri merupakan objek yang menjadi sasaran pelaksanaan

program-program pondok pesantren, hal ini santri juga dituntut untuk bisa

menyesuaikan diri dengan kegiatan pondok. Jumlah keseluruhan santri di

Pondok Pesantren Utsmaniyyah ada 300 santri terdiri dari putra dan putri.

Terdapat latar belakang ekonomi santri yang berasal dari banyak kalangan

mulai dari kalangan bawah dan kalangan menengah atas serta santri di Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri pada dasarnya memiliki latar belakang yang

berbeda-beda, karena mereka berasal dari tempat yang berbeda pula,

kebanyakan santri yang mondok di Pesantren Al Luthfah Al Musri dari

wilayah Bandung barat sendiri dan terdapat juga dari daerah daerah yang

lainnya.

5. Struktur Organisasi Kepengurusan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al


Musri

Kepengurusan dibentuk bertujuan untuk mempermudah dan

meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan proses kegiatan yang terdapat

di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yang dirancang sebagai acuan dalam

pembangian tugas kepada seluruh anggota serta menjadi sumber pengawasan

pimpinan Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri. Struktur organisasi ini


66

menjadi media komunikasi sehingga pelaksanaan aktivitas dan kegiatan yang

diprogramkan pimpinan pondok pesantren dapat berjalan dengan baik.

• Ponpes Al-luthfah : KH.Ahmad muhiban, S.Pd.I

• Pimpinan Ponpes : Ust.Harun Saputra, S.Pd.I M.Pd.

• Kepala MTs. Al-luthfah : Ustd. Mas Ayu Wiwit Rahayu Luthfah,S.Pd.I

M.Pd.

• Kepala MA. Al-luthfah : Hasim,S.Pd.I M.Pd.

• Staf Asatidz : -Ust. Aziz Muslim -Ust. Ahmad Qori Fauzi,S.Pd. -Ust. Soni

Setiawan -Ust. Ali -Ust. Saef Jawahirul Mubarok -Ust. Abdul Rahman

6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam menunjang segala

aktivitas semua elemen pondok pesantren, sehingga dapat terciptanya suasana

belajar santri dan mewujudkan keberlangsungan dalam hal pembelajaran

kegiatan atau pelatihan wirausaha yang telah direncanakan secara efektif.

Sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Utsmaniyyah meliputi:

Tabel 2. Keadaan Sarana Prasarana di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

No sarana jumlah keterangan

1 mesjid 1 Baik

2 Asrama santri 2 Baik

3 Kantor 2 Baik

4 Aula 1 Baik

5 Kamar pengurus 4 Baik


67

6 Dapur 1 Baik

7 Gedung madrasah 1 Baik

8 Perpusatakaan 1 Baik

9 Kantin 1 Baik

10 Kamar mandi 12 Baik

Berdasarkan data tabel diatas, sarana atau fasilitas yang dapat menunjang

pendidikan dapat dikatakan baik. Hal demikian ini dibuktikan dengan adanya

gedung yang baik dan perlengkapan pembelajaran yang lengkap, dengan

adanya sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Al Luthfah Al

Musr ini sangat menunjang keberhasilan dan kesuksesan pendidikan dalam

mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan visi dan misi dari lembaga ini.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Strategi Membentuk Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan


Usaha Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al
Musri

Sebagai langkah untuk mencapai tujuannya mewujudkan visi dan misi di

Pondok Pesantren Al Luthfah al musri yaitu mencetak generasi berkarya serta

menyelengarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi

akademik dan non akademik. Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musr menyusun

strategi dalam menjalankan setiap aktivitas kegiatan melalui program

wirausaha dalam upaya membentuk kemandirian santri. Strategi yang

dilakukan oleh pesantren Al Luthfah Al Musri dalam membentuk karakter

kemandirian santri yaitu dengan pengelolaan usaha ternak burung murai .


68

Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri mengembangkan wirausaha peternakan

sebagai sarana dalam proses belajar untuk bisa melakukan kemandririan.

Pendidikan wirausaha peternakan burung murai yang diajarkan di Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri, membekali santri tidak sekedar untuk

mengetahui, tetapi juga untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu

sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri merupakan suatu wadah belajar yang

menfasilitasi para santri untuk mengaktualisasikan ketrampilan, bakat dan

minat yang dimiliki.

Santri tidak hanya memahami kognitifnya saja akan tetapi bisa

merealisasikan ketrampilan yang dimiliki dan bisa menghasilkan sesuatu yang

bermakna bagi kehidupan dan mempunyai bekal untuk kehidupan di masa yang

datang. Kewirausahaan peternakan yang sudah ada di Pondok Pesantren ini

disesuaikan dengan bakat dan minat yang dimiliki santri. Pengasuh pondok

pesantren lebih banyak memberikan contoh dalam berwirausaha di lapangan

dan melakukan study banding di beberapa tempat wirausaha sehingga santri

mengetahui dengan pasti bagaimana penting dan perlunya menguasai ilmu

kewirausahaan. Santri juga mempraktikkan secara langsung ilmu yang sudah

didapatkan dari hasil belajar yang telah dicontohkan melalui praktik di

lapangan.

Setelah di analisis ternyata program burung murai terbilang simple yang

mana tidak mmemerlukan waltu yang lama untuk bisa memproduksi produk

yang memiliki kualitas, yang dimana produk itu memiliki harga jual yang

tinggi. Awal mula program burung murai sebelum di jalankan , selama satu
69

tahun penggagas belajar dengan otodidak dan secara intens sharing dengan

komunitas. Di tahun 2015 pondok pesantren mecoba satu indukan dan memulai

perkembangan di tahun 2017 menjadi dua indukan. Di tahun 2018 pondok

pesantren alutfah memberikan kejutan di program pemerintah yaitu OPOP (

one pesantren one produk ) yang dimana lolos sebagai juara mewakili

Kabupaten Bandung Barat.

Pemberian praktek langsung kepada santri, dimaksudkan untuk lebih

memudahkan dalam menangkap suatu materi yang diberikan agar santri

mampu menerapkan sesuai dengan apa yang didapatkan dari kegiatan

wirausaha tersebut. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ustadz Harun

Saputra selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yang

mengatakan bahwa:

“ Santri di Pondok diajarkan praktik secara langsung dengan ilmu yang

telah diberikan oleh pihak pesantren . santri dilatih mandiri memproduksi

sendiri kemudian memasarkan hasilnya ke pasar atau di iklankan lewat

komunitas dan perlombaan . Dengan praktik langsung santri disini diajarkan

untuk dapat mandiri dalam usaha yang menjadi sasaran program

kewirausahaan peternakan tersebut. (wawancara pada tanggal, 26 november

2021).

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk karakter kemandirian,

santri terlibat secara langsung dalam setiap usaha yang dimiliki pesantren,

sehingga santri dapat menjadi pribadi yang mandiri dan mendapatkan

pengalaman yang di aplikasan dalam kegiatan berwirausaha peternakan burung


70

murai . Adanya praktek peternakan burung murai ini selain bermanfaat bagi

santri juga bermanfaat bagi Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri sendiri. hal

ini dibuktikan dari hasil pengolahan dan penjualan burung murai yang

dilakukan oleh santri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pondok.

Oleh karena itu dengan melakukan kegiatan wirusaha peternakan di pondok Al

Luthfah Al Musri, santri diajarkan untuk dapat meningkatkan potensi dirinya

dalam mengembangakan kewirausahaan serta melatih kemandiriannya.

Kemampuan untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan

kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sangat diperlukan. Dalam

mengembangkan kewirausahaan peternakan burung murai di Pondok Pesantren

Al Luthfah Al Musridibutuhkan skill yang baik, sehingga dalam perencanaan

usaha dapat mencapai sasaran. Berkaitan dengan upaya menumbuhkembangkan

karakter kemandirian santri, diperlukan adanya usaha dalam pencapaiannya,

meliputi:

(a) Pelatihan Pembentukan karakter kemandirian santri melalui program

wirausaha peternbakan burung murai di Pondok Pesantren Al Luthfah Al

Musri

Program ini dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan tersebut secara

continue, terus-menerus selama santri masih tinggal di pondok. Adanya

pelatihan peternakan burung murai yang dijalankan di pondok, santri diberikan

pemahaman terkait wirausaha dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang

lebih menyeluruh dan actual dalam kemandirian. Seperti diungkapkan oleh


71

Ustadz Harun selaku pengasuh pondok pesantren Al Luthfah Al Musri,

mengatakan bahwa:

“ Dengan adanya pelatihan usaha burung murai ini, santri dituntut untuk

memahami setiap kegiuatan yang telah dilaksanakan terkait kewiraushaan,

kegiatan program wirausaha berlangsung secara terus-menerus selama santri

masih di pondok, sehingga ketika santri pulang kerumah/boyong mereka siap

menjalankan wirausaha di tempat tinggal mereka sehingga dapat mandiri”.

(wawancara pada tanggal, 26 November 2021).

Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri bekerja sama dengan beberapa

pihak luar dengan mengadakan sharing, perlombaan, dan seminar. pengalaman

dengan pelatihan pondok pesantren seperti program OPOP. dengan demikian

diharapkan akan mampu meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai

kewirausahaan. Pelatihan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al Luthfah

Al Musri pada santri bersifat teoritis sekaligus praktis.

Teoritis secara praktis dalam arti bahwa dalam penyampaian materi

pelatihan merupakan pengenalan awal tentang materi pelatihan, kemudian

langsung dipraktekkan bersama-sama oleh santri. Penyelengaraan pelatihan ini

disesuaikan dengan kebutuhan di Pondok Pesantren Al-Luthfah Al-Musri

penyampaian materi pelatihan dilakukan dengan baik oleh kordinator pengurus

peternakan burung murai melalui pertemuanpertemuan rutin para santri.

Pelatihan usaha ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kewirausahaan

peternakan burung murai pada santri, yang nantinya dapat menunjang

perkembangan Pondok Pesantren Al-Luthfah Al-Musri dan memberikan


72

wawasan yang lebih menyeluruh sehingga dapat menumbuhkan kemandirian

terhadap para santri.

b) Kegiatan PelaksanaanProgramStrategi Membentuk Kemandirian Santri

Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al

Luthfah Al Musri.

santri tidak hanya diberikan pelatihan saja, melainkan diberikan

pengarahan dan penyuluhan, sehinggga adanya peran pengasuh dan pengurus

dalam mengontrol kegiatan wirausaha secara teratur dan juga memberikan

bimbingan dalam mengembangkan kemandirian pada santri. Hal ini sejalan

dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ustadz Aldi selaku

pengurus pondok pesantren, mengatakan bahwa:

“Salah satu inti dari permalasahan strategi tentang bburung murai dalam

membentuk kemandirian santri yaitu pertama menanamkan sifat mental karena

apapun yang kita lakukan baik itu dalam Pendidikan atau ekonomi, itu yang

paling utama harus tertanam sifat mental .Kedua menanamkan sifat rasa

kepemilikan , jadi apapun masalahnya harus memiliki sifat kepemilikan misal

kalo kita tidak memiliki rasa memiliki diri kita , mungkin kita tidak akan

memiliki rasa tanggung jawab . Peran pengasuh atau pengurus serta koordinator

yang sangat penting disini karena santri dapat semangat dalam mempelajari ilmu

kewirausahaan, hal ini dikarenakan santri masih memerlukan bimbingan dari

koordinator”.

(wawancarapada tanggal, 26November 2021).


73

disimpulkan bahwa dengan memberikan pendampingan dan bimbingan

yang diberikan oleh pengasuh maupun pengurus di pondok pesantrenAl Luthfah

Al Musri, pesantren tidak hanya memberikan pengetahuan agama tetapi juga

memberikan ketrampilan hidup bagi santri, supaya mereka menjadi pribadi yang

mandiri. Pendampingan pada program wirausaha santri di Pondok Pesantren ini

dilakukan oleh setiap koordinator tiap unit usaha produksi. Pendamping dalam

hal ini adalah koordinator unit usaha tugasnya bukan menggurui tetapi lebih

tepat sebagai fasilitator, komunikator dan pembimbing santri pada saat

melakukan kegiatan kewirausahaan di lapangan.

Selama menjalankan praktek wirausaha ini para santri diberi pembinaan

dan pengarahan oleh tenaga pendamping yang berpengalaman. Para santri diajari

tata cara memelihara burung, mengasih pakan, memahami kultur setiap induk

kandang, memahami alam dan tata cara dalam penjualannya. Dilihat dari inti

program strategi kemandirian, santri harus bisa menguatkan mental mereka

dalam berwirausaha dan memiliki rasa kepemilikan di setiap apa yang mereka

lakukan. sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan keinginan santri

untuk mengembangkan potensi dirinya secara lebih baik.

(c) Evaluasi Kegiatan evaluasi Program Strategi membentuk kemandirian santri

melalui pengelolaan usaha ternak burung murai di pondok pesantren Al Luthfah

Al Musri

Kegiatan evaluaasi dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan maupun

pengelolaan wirausaha yang dilakukan, evaluasi ini dilaksanakan dalam

membentuk karakter kemandirian santri. Pengasuh dan pengurus menilai

bagaimana santri menjalankan program wirausaha yang dijalankan di Pondok


74

PesantrenAl Luthfah Al Musri. Pengasuh bersama santri berdiskusi mengenai

permasalahan dalam menjalankan program kewirausahaan dibidangnya yang

nantinya santri sendiri dapat menemukan solusi dan mampu menyelesaikan

permasalahan dari setiap program wirausaha tersebut.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ustadz Harun Saputra

pengasuh pesantren Al Luthfah Al Musri, mengatakan bahwa:

“ Santri yang mengikuti program wirausaha tidak hanya sekedar mereka

mengikuti saja, tetapi tetap mereka belajar menangani program wirausaha itu

sendiri agar terus bisa berjalan dengan baik. Sebagai pengasuh memiliki hak dan

kewajiban untuk mengevaluasi santri-santri dalam menjalankan program

wirausaha yang dikoordinir masing masing pengurus, mereka dievaluasi terkait

kendala apa dan masalah yang dihadapi selama menjalankan program wirausaha

tersebut agar nantinya setelah dievaluasi santri diminta untuk menemukan solusi

dan menyelesaikan masalah di setiap program wirausaha yang telah dialami oleh

santri”.

(Wawancara pada tanggal, 26 november 2021).

Dapat disimpulkan tujuan adanya kegiatan evaluasi usaha yang dijalankan

di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri merupakan suatu usaha untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan wirausaha

dalam upaya membentuk kemandirian santri, Evaluasi ini difokuskan kepada

kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pengembangan usaha di Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri.


75

Program Wirausaha di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri. Santri

tidak hanya mempelajari ilmu keagamaan saja, tetapi juga diimbangi dengan

kompetensi-kompetensi lain yang berhubungan dengan bidang wirausaha

santri sehingga dapat membangun mental dan sikap kemandirian santri ketika

sudah terjun di masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Harun Saputra

pengasuh pondok mengatakan bahwa:

“ Selain santri diajarkan pada ilmu agama mereka juga dikenalkan pada

keterampilan dalam berwirausaha ada peternakan, perikanan, dan konveksi

yang ada di pondok ini sebagai pengenalan kepada santri agar dapat mandiri

dan kedepan para santri terwadahi dalam kegiatan berwirusaha (wawancara

pada tanggal, 26 November 2021).

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh KH. Ahmad Muhiban

Selaku Pimpinan pondok pesantren dan pengasuh di Pondok Pesantren Al

Luthfah Al Musri,yang mengatakan bahwa:

“Santri-santri di pondok tidak hanya mengusai ilmu agama saja tapi dapat

juga mengusai bidang-bidang keahlian usaha yang mungkin dapat

dikembangkan di masyarakat jika nanti mereka sudah menyelesaikan

pendidikan di pesantren ini”. (wawancara pada tanggal, 26 November 2021).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan,

masuknya program ketrampilan di pondok pada dasarnya sebagai pelengkap,

dan tujuannya bukan mendidik santri menjadi pekerja, tetapi justru sebagai bekal

ketrampilannya kelak sehingga dapat dikembangkan lagi di rumah maka dengan


76

itu akan dapat menumbuhkan sikap kemandirian dan agar tidak bergantung

kepada orang tua, dan orang lain.

2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Program Membentuk


Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai
Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

Ada beberapa faktor pendukung terlaksanya program membentuk

kemandirian santri melalui usaha ternak burung murang,diantaranya :

a. Motivasi Santri

Motivasi berasal dari dalam diri santri yang ingin mengembangkan

ketrampilan dalam diri mereka. Dukungan dan dorongan pengasuh maupun

pengurus menjadi faktor utama, agar santri dapat berpartisipasi aktif sehingga

mereka memiliki semangat dalam menjalankan kegiatan yang diberikan di

pondok.

b. Sarana dan Prasarana yang Memadai

Sebagai penunjang terselengaranya kelancaran kegiatan usaha yang ada di

pondok. Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri bekerja sama dengan

beberapa pihak luar atau donatur untuk menunjang pengembangan kegiatan

program wirausaha pada santri di pondok.

c. Pengalaman Dalam Praktik

mendukung santri dalam memahami materi pada kegiatan berwirausaha

yang dijalankan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yang dilakukan

dengan praktek secara langsung.

Adapun untuk faktor penghambatnya, diantaranya:


77

a. Kurang berminat santri dalam mengikuti program kewirausahaan

dikarenakan adanya ketidaktertarikan santri pada kegiatan wirausaha

tersebut serta kegiatan yang dilakukan masih bersifat kondisional sehingga

membuat mereka kurang peka terhadap wirausaha tersebut,

b. Timbulnya rasa malas, dikarenakan sifat bawaan dari dalam diri santri

sendiri sehingga menjadi faktor penghambat santri kurang antusias dalam

melaksanakan kegiatan wirausaha di pondok Al Luthfah Al Musri.

3. Hasil Program Membentuk Kemandirian Santri Melalui Pengelolaan


Usaha Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al
Musri

a. Proses Implementasi Planning (Perencanaan)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada KH. Ahmad

Muhiban selaku pemimpin pondok pesantren bahwa perencanaan kegiatan strategi

membentuk kemandirian santri melalui pengelolaan uasaha ternak burung murai

adalah proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan yang akan datang

untuk mencapai sasaran atau tujuan membentuk kemandirian santri yang telah

dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.

Adanya pelatihan peternakan burung murai yang dijalankan di pondok Al

Luthfah Al Musri, santri diberikan pemahaman terkait wirausaha dengan tujuan

untuk memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan actual dalam kemandirian.

Seperti diungkapkan oleh Ustadz Aldi selaku pengurus pondok pesantren Al

Luthfah Al Musri, mengatakan bahwa:


78

“ Dengan adanya pelatihan usaha burung murai ini, santri dituntut untuk

memahami setiap kegiuatan yang telah dilaksanakan terkait kewiraushaan, kegiatan

program wirausaha berlangsung secara terus-menerus selama santri masih di

pondok, sehingga ketika santri pulang kerumah/boyong mereka siap menjalankan

wirausaha di tempat tinggal mereka sehingga dapat mandiri”.

Program ini akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan tersebut secara

continue (terus-menerus) selama santri masih tinggal di pondok. Adanya pelatihan

peternakan burung murai yang dijalankan di pondok, santri diberikan pemahaman

terkait wirausaha dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang lebih

menyeluruh dan actual dalam kemandirian.

Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri sudah bekerja sama dengan beberapa

pihak luar dengan mengadakan sharing, perlombaan, dan seminar. Dengan

demikian diharapkan akan mampu meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai

kewirausahaan. Pelatihan yang akan dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al

Luthfah Al Musri pada santri bersifat teoritis sekaligus praktis.

Teoritis secara praktis dalam arti bahwa dalam kegiatan akan ada penyampaian

materi pelatihan. Yang merupakan pengenalan awal tentang materi pelatihan,

kemudian langsung dipraktekkan bersama-sama oleh santri. Penyelengaraan

pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al

Musri.

Penyampaian materi pelatihan akan dilakukan oleh kordinator pengurus

peternakan burung murai melalui pertemuan pertemuan rutin para santri. Agar

pelatihan usaha ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kewirausahaan


79

peternakan burung murai pada santri, yang nantinya dapat menunjang

perkembangan Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri dan memberikan wawasan

yang lebih menyeluruh sehingga dapat menumbuhkan kemandirian terhadap para

santri.

Dapat disimpulkan bahwasannya pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri

merencanakan kegiatan dengan baik, yaitu dengan adanya rencana mempersiapkan

segala penunjang kegiatan seperti materi, pembimbing/coordinator yang

terbimbing yang sudah mengikuti seminar seminar kewirausahaan, perlombaan,

dan komunitas.

Dengan melalui kegiatan pengelolaan burung murai ini santri akan menerima

materi kemudian mengaplikasikannya langsung di pondok pesantren, yang

kemudian santri di harapkan mampu untuk mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu

membentuk kemandirian santri melalui pengelolaan usaha burung murai.

b. Proses implementasi organizing (Pengorganisasian)

Proses implementasi organizing diterapkan pada pesantren, yang dimana

seorang pembimbing mengikuti kepengurusan di pondok pesantren agar melatih

diri untuk tetap terbiasa dengan dunia kerja dan bisa mengemban Amanah dengan

baik menjadi seorang pembimbing.

Disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren Al Luthfah Al Musri yang

mengatakan bahwa: Dalam menumbuhkembangkan kemandirian santri,

kebanyakan santri yang sudah lama (berkhidmah atau mengabdi) di Pondok Al

Luthfah Al Musri mereka bisa mandiri, terbukti dengan mereka diamanahi untuk

membantu mengembangkan wirausaha yang ada di pondok (wawancara).


80

Disimpulkan bahwa, untuk menunjang tercapainya kemandirian santri melalui

wirausaha santri yang mengikuti kegiatan tersebut dikhususkan pada santri yang

sudah lulus dari MA (Madrasah Aliyah), Untuk santri yang masih terkait aktif

dalam kegiatan Sekolah maupun Madin pondok, mereka hanya diperkenalkan

dalam kegiatan wirausaha setelah selesai jam pembelajaran pondok, sehingga tidak

menggangu aktivitas belajar. Pada waktu sore dan malam hari, para santri mengaji,

tetapi di waktu siang mereka menggunakan kesempatan yang baik untuk melakukan

berbagai kegiatan pengembangan ketrampilannya.

Disampaikan oleh Pimpinan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri ,beliau

menyampaikan bahwa: “Manfaat dilaksanakannya kegiatan berwirausaha di

pondok, santri dilatih agar bersungguh-sunguh untuk belajar berwirausaha sehingga

diharapkan dapat menerapkan ketrampilan yang sudah diajarkan di pondok untuk

dikembangkan dirumah dan lingkungan masing masing. (wawancara).

Santri mampu Mengatasi Hambatan dan Masalah Kesuksesan dalam hidup,

banyak ditentukan oleh kemampuan melihat, menganalisis dan memecahkan

masalah. Oleh karena itu, melalui kegiatan berwirausaha santri diberikan

kesempatan untuk mengamati, mempelajari dan berlatih memecahkan berbagai

masalah dalam berbagai situasi, seperti pada macam-macam pengolahan wirausaha

di pondok, Sehingga tanpa disadari santri melalui kegiatan wirausaha tersebut

diharapkan mampu mengembangkan pola pikir, kreativitas, dan kemampuannya

dalam menyelesaikan masalah.


81

Hal ini akan dapat menumbuhkan sikap kemandirian mereka. Hal ini sesuai

keterangan dari pengurus di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yang

menyampaikan bahwa:

“Di pondok santri dituntut dan setiap hari dilatih menjadi seorang yang mandiri,

seperti halnya para santri diharuskan bisa merencanakan waktu dengan baik mulai

dari bangun pagi sampai tidur lagi. Kalau santri keliru dalam perencananya maka

berdampak pada tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal di

pondok (wawancara).

Dapat disimpulkan bahwa seorang pembimbing harus lahir dari pondok .

seorang Pengasuh maupun pengurus harus mengarahkan dan menanamkan

kemampuan tersebut kemudian menyalurkannya. Dimana seorang pembimbing

sudah biasa terlatih oleh keadaan pondok yang menjadikannya sebagai figur oleh

santri yang lain.

c. Proses Implementasi (pelaksanaan)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa

santri tidak hanya diberikan pelatihan, melainkan diberikan pengarahan dan

penyuluhan, sehinggga adanya peran pengasuh dan pengurus dalam mengontrol

kegiatan wirausaha secara teratur dan juga memberikan bimbingan dalam

mengembangkan kemandirian pada santri. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara

yang diungkapkan oleh pengurus pondok pesantren, mengatakan bahwa:

“Salah satu inti dari permalasahan strategi tentang burung murai dalam

membentuk kemandirian santri yaitu pertama menanamkan sifat mental karena

apapun yang kita lakukan baik itu dalam Pendidikan atau ekonomi, itu yang paling
82

utama harus tertanam sifat mental .Kedua menanamkan sifat rasa kepemilikan , jadi

apapun masalahnya harus memiliki sifat kepemilikan misal kalo kita tidak memiliki

rasa memiliki diri kita , mungkin kita tidak akan memiliki rasa tanggung jawab .

Peran pengasuh atau pengurus serta koordinator yang sangat penting disini karena

santri dapat semangat dalam mempelajari ilmu kewirausahaan, hal ini dikarenakan

santri masih memerlukan bimbingan dari koordinator”.

Dapat disimpulkan bahwa didalam kegiatan pelaksanaan pengelolaan burung

murai ini pondok pesantren aluthfah memberikan sarana kepada santri sebagai

objek dalam praktik langsung untuk menggali potensinya masing masing terkhusus

dalam bidang kewirausahaan.

Dimana didalam kegiatan tersebut coordinator atau pembimbing memberikan

materi terkait kewirausahaan yang disesuaikan dengan pengelolaan usaha burung

murai, seperti pemberian materi terkait alam, memelihara burung, mental, tanggung

jawab, sampai penjualannya yang kemudian di praktikan secara langsung oleh

santri. Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan burung murai ini di

damping oleh coordinator sehingga kegiatan berjalan sesuai rencana dan tujuan.

Hasil yang di dapat dari pelaksanaan program pengelolaan burung murai ini

terbilang baik dilihat dari segi pemasaran produk, yang dimana hasil produk

tersebut didapatkan dari kegiatan menajemen yang baik, pelatihan yang baik, dan

pengelolaan yang baik. Hasil Pengelolaan burung murai dinilai berhasil dilihat dari

pendapatan dari tahun ketahun dari tahun 2015 sampai sekarang kurang lebih dalam

sekali panen bisa mengahasilkan RP.450.000.000 yang dimana uang tersebut bisa

memenuhi kebutuhan pondok, kemudian pembimbing dan santri.


83

Tujuan dari strategi membentuk kemandirian santri melalui peternakan burung

murai Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan pondok dan kembali kepada santri

yaitu mendapatkan penghasilan sendiri yang mana tidak menjadi beban terhadap

orang tua mereka.

Manfaat dari jenis usaha yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Luthfah Al

Musri memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada santri cara budidaya

Burung Murai,membentuk jiwa wirausaha santri khususnya dalam bidang usaha

budidaya burung murai sehingga dapat membangkitkan motivasi santri serta dapat

menumbuhkan sikap optimis dengan penuh keyakinan sehingga dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dari program wirausaha yang diberikan di pondok pesntren Al Luthfah Al

Musri, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman

tentang kewirausahaan yang nantinya dapat menunjang perkembangnya Pondok

Pesantren Al Luthfah Al Musri sehingga dapat menumbuhkan sikap kemandirian

santri.

d. Proses Implementasi controlling (Pengawasan)

Proses controlling yakni proses pengawasan dan pemantauan terhadap tugas

yang dilaksanakan sekaligus memberikan penilaian evaluasi dan perbaikian

sehingga pelaksanaan tugas kembali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Terdapat evaluasi program kewirausahaan di Pondok Pesantren Al Luthfah

dilakukan pada setiap 3 bulan sekali terhadap santri pada kewirausahaan.

Setelah itu dilakukan rolling yang tujuannya adalah agar santri tidak hanya bisa

menguasai pada bidang tertentu saja, akan tetapi pada bidang yang lainnya, serta
84

diharapkan dari keikutsertaan santri mengikuti program wirausaha dapat

memberikan bekal berbagai macam life skill kepada santri agar mereka mampu

meningkatkan taraf ekonomi dan lingkungan sosial, sehingga kelak dikemudian

hari santri bisa menjadi entrepreneur yang dapat membuka lapangan kerja untuk

masyarakat di lingkungannya.

Disimpulkan bahwa adanya kegiatan program wirausaha yang dijalankan di

Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri ini berperan besar dalam menumbuhkan

kemandirian, dimana santri diajarkan terkait life skill yang mana mampu melatih

ketrampilannya yang diajarkan di pondok. Oleh karena itu, melalui kegiatan

evaluasi, santri diberikan kesempatan untuk mengamati, mempelajari dan berlatih

memecahkan berbagai masalah dalam berbagai situasi, seperti pada macam-macam

pengolahan wirausaha di pondok, Sehingga tanpa disadari santri melalui kegiatan

wirausaha tersebut diharapkan mampu mengembangkan pola pikir, kreativitas, dan

kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.

Setiap kegiatan pondok selalu mengadakan evaluasi, maka hal ini santri harus

memiliki kemampuan dan kekuatan dalam memecahkan setiap masalah yang ada,

ini dapat melatih untuk menumbuhkan sikap mandiri pada santri. Setiap masalah

dalam kegiatan berwirausaha pasti memiliki kesulitan masing-masing, sehingga

dapat menganggu konsentrasi, dan semangat sehingga membuat santri terkadang

memiliki sikap putus asa, merasa gagal, dan terkadang berhenti mengikuti kegiatan

pada kegiatan ketrampilan wirausaha.

Pengasuh maupun pengurus harus mengarahkan dan menanamkan kemampuan

tersebut sejak dini, hal ini dapat dilatih dan mengajarkannya dengan cara sederhana
85

yaitu dengan evaluasi program. misalnya jika santri menghadapi sebuah masalah

dalam

kegiatan wirausaha maka pengasuh maupun pengurus memberikan bimbingan dan

arahan terhadap mereka.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Pondok

Pesantren Aluthfah Al Musri Terletak Di P.Sindang Sari Rt.03 Rw.03

Ds.Karang Anyar Kec.Cililin Kab.Bandung Barat, dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

Program Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri yaitu sebagai langkah

untuk mencapai tujuan mewujudkan visi dan misi di Pondok Pesantren Al

Luthfah al musri yaitu mencetak generasi berkarya serta menyelengarakan

pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non

akademik. Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musr menyusun strategi dalam

menjalankan setiap aktivitas kegiatan melalui program wirausaha dalam upaya

membentuk kemandirian santri. Strategi yang dilakukan oleh pesantren Al

Luthfah Al Musri dalam membentuk karakter kemandirian santri yaitu dengan

pengelolaan usaha ternak burung murai .

Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri mengembangkan wirausaha

peternakan sebagai sarana dalam proses belajar untuk bisa melakukan

kemandririan. Pendidikan wirausaha peternakan burung murai yang diajarkan

di Pondok Pesantren Al Luthfah Al Musri, membekali santri tidak sekedar

untuk mengetahui, tetapi juga untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu

sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.

86
87

Program wirausaha ini dilaksanakan secara continue (terus-menerus)

selama santri masih tinggal di pondok. Adanya pelatihan peternakan burung

murai yang dijalankan di pondok, santri diberikan pemahaman terkait

wirausaha dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang lebih menyeluruh

dan actual dalam kemandirian.

Dalam pelaksanaan kegiatan, santri tidak hanya diberikan pelatihan saja,

melainkan diberikan pengarahan dan penyuluhan, sehinggga adanya peran

pengasuh dan pengurus dalam mengontrol kegiatan wirausaha secara teratur

dan juga memberikan bimbingan dalam mengembangkan kemandirian pada

santri.

Selama menjalankan praktek wirausaha ini para santri diberi pembinaan

dan pengarahan oleh tenaga pendamping yang berpengalaman. Para santri diajari

tata cara memelihara burung, mengasih pakan, memahami kultur setiap induk

kandang, memahami alam dan tata cara dalam penjualannya. Dilihat dari inti

program strategi kemandirian, santri harus bisa menguatkan mental mereka

dalam berwirausaha dan memiliki rasa kepemilikan di setiap apa yang mereka

lakukan. sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan keinginan santri

untuk mengembangkan potensi dirinya secara lebih baik.

Adapun Hasil Program Membentuk Kemandirian Santri Melalui

Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai Di Pondok Pesantren Al Luthfah Al

Musri di dapat dari pelaksanaan program pengelolaan burung murai ini terbilang

baik dilihat dari segi santri sendiri, dan hasil pengelolaan sampai pemasaran

produk, yang dimana santri menjadi lebih mandiri, yang kemudian


88

menghasilkan produk yang baik. Semua itu didapatkan dari kegiatan menajemen

yang baik, pelatihan yang baik, dan pengelolaan yang baik.

B. Saran

Pada kegiatan ini ditemukan dilapangan bagaimana pengurus terus

berupaya menyusun perencanaan manajemen yang baik dalam menghadapi

banyak sekali macam fenomena, maka peneliti sarankan sebagai berikut:

1. Diharapkan untuk pembimbing agar terus berupaya meningkatkan

kualitas kepengurusan dengan memperbaiki kebijakankebijakan dan kembali

meluncurkan program-program yang inovatif.

2. Diharapkan bagi santri agar lebih semangat dalam mengikuti program

kegiatan kewirausahaan sebagai sarana untuk pengembangan diri dan pondok

pesantren.

3. Diharapkan bagi pemerintah agar lebih responsif terhadap pondok

pesantren yang mampu berkontribusi dalam memajukan kesejahteraan

masyarakat.

4. Diharapkan untuk peneliti berikutnya agar bisa dapat lebih

mengembangkan dan menggali lebih dalam sebuah penelitian, untuk

menambah khazanah keilmuan mengenai Strategi Membentuk Kemandirian

Santri Melalui Pengelolaan Usaha Ternak Burung Murai.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arifin, M dan Barnawi. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan


Karakter. Yogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chatton N. August. 2017. Strategi Membentuk Mental Etrepreneur pada Anak.


Yogyakarta: Laksana.

Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam. 2005. Pedoman Integrasi


Life Skill Terhadap Pembelajaran. Jakarta: Depag.

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathul Aminudin Aziz, Manajemen Pesantren Paradigma Baru Membangun


Pesantren di Tinjau Dari Teori Manajemen, (Purwokerto, STAIN
Press, 2014),

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik)


Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamdani, M. 2014. Entrepreneurship: Kiat Melihat & Memberdayakan Potensi


Bisnis. Jogjakarta: Starbooks.

Hendro. 2005. How to Become a Smart Enterpreneur and to Start a New Business.
Yogyakarta: Andi Offset.

Indratno, Ferry A. 2012. Forum Mangunwijaya V dan VI Membentuk Jiwa


Wirausaha. Jakarta: PT Kompos Media Nusantara.

Kasmir. 2012. Kewirausahaan - Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kemendiknas RI. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.


Jakarta: Kemendiknas.

89
90

Khariri. 2008. Islam & Budaya Masyarakat. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.

Mahbubi. 2012. Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja sebagai Nilai


Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Margono. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marlina, Potensi Pesantren Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah, Jurnal


Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 1, Juni 2014.

Media, 2007.

Mohammad Nadzir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pessantren, Jurnal


economica Volume VI/Edisi 1/Mei 2015

Moleong, L. J. (2018). Metode Penelitian Kualitatf. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologienelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Muhaimin, Suti'ah, dkk. 2009. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Mujahidin, Endin. 2005. Pesantren Kilat: Alternatif Pendidikan Agama di Luar


Sekolah. Jakarta: Pustaka Al-kautsar.

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam


Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogjakarta:
ARRUZZ Media.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti
Media).

Papilaya, Eddy Ch, Wacana Pembangunan Alternative, Jogyakarta: Ar-Ruzz

Rahman, Andi Alamsyah, dkk. 2009. Pesantren, Pendidikan Kewarganegaraan dan


Demokrasi. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI.
91

Rini, Mike. 2006. 120 Solusi Mengolah Keuangan Pribadi. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Samani, Muchlas dkk. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Sarinah. 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deepublish.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualititafi dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suryana, Yuyun dan Kartib Bayu.2010. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik


Wirausahawan Sukses. Jakarta: Prenadamedia Group.

Takdir, Mohammad. 2018. Modernisasi Kurikulum Pesantren Konsep dan Metode


Antroposentris. Yogyakarta: IRCiSoD.

Uno, Hamzah B. 2016. Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno. 2011. Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship.


Jakarta: PT Indeks.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam


Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


92

JURNAL

Achmad Mubarok. 2018. Pendidikan Entrepreneurship dalam Meningkatkan


Kemandirian Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah II Sukorejo Pasuruan.
Pasuruan: Pendidikan Agama Islam; Vol. 4 No. (1). Desember 2018. Hal.1-
22.

Alawiyah, Faridah. 2012. Kebijakan dan Pengembangan Karakter melalui


Pendidikan di Indonesia. Dalam Jurnal DPR RI. Vol.3 No.1.

Wahid dalam Marlina, Potensi Pesantren dalam Pegembangan Ekonomi, Jurnal


Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 1, Juni 2014
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan Penelitian

93
94
95

Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian


96

Pedoman observasi :
1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren al luthfah
2. Kp. Sindangsari rt 03 rw 03 desa karanganyar kecamatan cililin kab.
Bandung barat
3. Visi misi / motto Pondok Pesantren alutfah
4. Struktur pengurus Pondok pesantren allutfah
5. Program strategi kemandirian nya seperti apa? (Note : harus ada) program
.
Pedoman wawancara :
1. Strategi seperti apa yang dilaksanakan dalam membentuk kemandirian santri
melalui program burung murai?
2. Apa tujuan dari strategi membentuk kemandirian santri melalui burung
murai ?
3. Bentuk pengembangan kemandirian seperti apa yang di kembangkan di sini
?
4. Apakah ada hubungan antara burung murai dengan kemandirian santri ?
5. Apa Faktor penghambat dan pendukung dalam strategi membentuk
kemandirian santri melalui pengelolaan usaha ternak burung murai ?
6. Media apa saja yang digunakan dalam strategi membentuk kemandirian
santri melalui pengelolaan usaha ternak burung murai ?
7. Apakah ada pembimbing dalam pelaksanaan strategi membentuk
kemandirian santri melalui pengelolaan usaha ternak burung murai ?
8. Bagaimana hasil dari strategi membentuk kemandirian santri melalui
pengelolaan usaha ternak burung murai yang telah dilakukan oleh ponpes
allutfah ?
9. Bagaimana hasil dari pengelolaan burung murai ?
10. Bagaimana upaya ponpes dalam mengatasi hambatan dalam strategi
membentuk kemandirian santri melalui pengelolaan usaha ternak burung
murai ?

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Anda mungkin juga menyukai