Anda di halaman 1dari 77

MANAJEMEN STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM UPAYA

MEMBEMTUK KUALITAS SANTRI

(Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu Dalam V

119/105, Cijagra, Bandung, Jawa Barat)

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh:

AGUNG DWI NUGRAHA


1164030005

BANDUNG
2022 M/1444 H
ABSTRAK

Agung Dwi Nugraha: Manajemen Strategi Pondok Pesantren Dalam Upaya Membentuk
Kualitas Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu
Dalam V 119/105 Cijagra, Bandung Jawa Barat).

Pondok pesantren adalah pusat penyiaran dan pendidikan islam. Pondok pesantren
sebagai lembaga dakwah bisa saling menunjang, pendidikan dapat dijadikan bekal dalam
mengumandangkan dakwah, sedamgkan dakwah bisa dijadikan sebagai sarana dalam
membangun sistem pendidikan. Penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai
manajemen strategi pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam Buah Batu. Adapun masalah
utama yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah Manajemen Strategi Pondok Pesantren
Dalam Upaya Membentuk Kualitas Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim
Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu Dalam V 119/105 Cijagra, Bandung Jawa Barat), terbagi ke
dalam beberapa rumusan masalah, yaitu 1) bagaimana strategi perencanaan Pondok Pesantren
Yatim Dhuafa Assalam dalam membentuk kualitas santri, 2) bagaimana strategi pelaksanaan
Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam membentuk kualitas santri, 3) bagaimana
strategi pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam membentuk
kualitas santri, 4) bagaimana strategi evaluasi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam
dalam membentuk kualitas santri.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi perencanaan, strategi pelaksanaan,


strategi pengorganisasian, dan strategi evaluasi manajemen Pondok Pesantren Yatim Dhuafa
dalam membentuk kualitas santri,

Penelitian ini berdasarkan teori George R Terry bahwasannya manajemen yaitu


pencapaian tujuan-tujuan yang telah di tetapkan melalui sebuah usaha dengan berbagai
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang telah di tetapkan juga.

Metode yang digunakan metode deskriptif, karena metode ini mampu mengungkapkan dan
menganalisis fenomena empirik yang terjadi dilapangan, dengan pendekatan kualitatif, serta
dengan tiga teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa yang pertama,

Kata kunci : Manajemen ,Strategi, Pesantren


LEMBAR PERSETUJUAN
STRATEGI DAKWAH DALAM PENANGGULANGAN KEHAMILAN TIDAK
DIINGINKAN PADA REMAJA
(Studi Tentang Strategi Dakwah K.H. M. Aliyuddin Abdul Basit di Desa Mulyasari
Kecamatan Cilaku Kabpaten Cianjur)

Oleh:
Agung Dwi Nugraha
NIM 1164030005

Menyetujui ;
Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Asep Muhyiddin, M. Ag. Drs. H. Uwoh Saepuloh, M. Ag.


NIP 195706071984021001 NIP 196804081194021001

Mengetahui ;
Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Dr. H. Arif Rahman, S. Ag, M. Pd.


NIP 197011202006041008
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Manajemen Strategi Pondok Pesantren Dalam Upaya

Membantuk Kualitas Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam Jl. Buah Batu Dalam V 119/105, Cijagra, Bandung, Jawa Barat)”, telah

dipertanggung jawabkan pada Sidang Munaqosyah pada tanggal 26 Oktober 2022 dan telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Manajemen

Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Bandung.

Bandung, 26 Oktober 2022

Sidang Munaqosyah

Majelis

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Dr. H. Arif Rahman S.Ag, M.Pd. Herman S.Sos.I, M.Ag.


NIP 197011202006041008
NIP 198004082006041003

Mengetahui;

Penguji I Penguji II

Dr. H. Yusuf Zaenal Abidin, MM. Indira Sabet Rahmawaty, M. Ag.

NIP 196108161987031003 NIP 198003292009012010


LEMBAR PERNYATAAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirahmanirrahim...
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Agung Dwi Nugraha
Tempat dan Tanggal Lahir: Sukabumi, 27 Maret 1998
Nomor Induk Mahasiswa: 1164030005
Jurusan: Manajemen Dakwah
Alamat: Kp. Sukabakti Desa Gn. Karamat Kec Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Strategi Pondok
Pesantren Dalam Upaya Membentuk Kualitas Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren
Yatim Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu Dalam V 119?105, Cijagra, Bandung, Jawa Barat)”,
merupakan hasil karya tulis ilmiah saya sendiri dan bukan hasil meng-copy atau menyalin
dari karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaaan dari
pihak mana pun. Apabila pernyataan ini tidak benar, saya siap menerima segala
konsekuensinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 06 Oktober 2022

Mengetahui;
Ketua Jurusan Pembuat Pernyataan

Dr. H.Arif Rahman, S. Ag, M. Pd. Agung Dwi Nugraha


NIP 197011202006041008 NIM 1164030005

MOTTO HIDUP
“ KEYAKINAN DIRI DAN KERJA KERAS AKAN SELALU MEMBUAT KITA
SUKSES, 1% AKSI LEBIH BAIK DARIPADA 100% TEORI.”

( AGUNG DWI NUGRAHA )

YANG TERBAIK DIANTARA KAMU ADALAH ORANG YANG TIDAK


MENYAKITI ORANG LAIN DENGAN LIDAH DAN TANGANNYA

( NABI MUHAMMAD SAW )


RIWAYAT HIDUP

Agung Dwi Nugraha ialah penulis skripsi ini. Lahir di Sukabumi

desa Cisolok pada tanggal 27 Maret tahun 1998. penulis merupakan

anak dari ibu Esih Sri Wahyuni dan bapak Sholeh. Ia aktif di

berbagai kegiatan di luar kampus terutama dibidang otomotif. Ia

juga pernah mengikuti kejuaraan slalom tingkat Jawa Barat, dan ia

juga pernag menjuarai Konseptor Best City Car, dan di tahun yang

sama ia juga menjuarai Drag Race tingkat kejurda

PENDIDIKAN FORMAL

2004 - 2010 SDN PAREANG


2011 - 2013 SMPN 01 CISOLOK
2014 - 2016 SMAN 01 CISOLOK
2016 - 2022 UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

PENGALAMAN ORGANISASI

2010 - 2013 Marcsing Band SMPN 01 Cisolok


2013 - 2016 Pramuka Tingkat Laksana SMAN 01 Cisolok
2021 - 2023 Ketua Umum Brio Squad Bandung
2017 - 2018 Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah
2018 - 2019 Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah
2017 - 2018 HBCI
2016 - 2020 Pengurus Maharatu (Mahasiswa Palabuhan Ratu)
2021 - 2022 FK3O ( PIC CHAPTER )
PERSEMBAHAN

Saya ingin mempersembahkan skripsi yang telah saya susun ini kepda Bapa Sholeh dan

Ibu Esih Sri Wahyuni tercinta, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang dan doa

restu yang tiada henti pada anaknya. Terimakasih atas semangat motivasi,

pengorbanan, dan nasihatnya.


KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim.

Assalamualaiku. Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua sehingga kita dapat melakukan tugas kita sebagai makhluk yang

diciptakan untuk selalu berfikir.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga

kelak kita mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Dengan penuh rasa syukur, berkat

rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menulis dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Manajemen Strategi Pondok Pesantren Dalam Upaya Membentuk Kualitas Santri

(Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu Dalam V

119/105, Cijagra, Bandung Jawa Barat)”.

Dengan selesainya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan saya hanya

dapat mengucapkan terimakasih atas berbagai pengorbanan, motivasi, dan pengarahannya

kepada:

1. Kedua orang tua, mamah tersayang Ibu Esih Sri Wahyuni dan Bapak Sholeh serta

keluarga yang memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang dipanjatkan

kepada ALLAH SWT untuk penulis.

2. Prof. Dr. Mahmud, M.Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Bandung

3. Prof. Dr. Ahmad Sarbini, M.Ag. MMC., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

4. Dr. H. Arif Rahman, S.Ag., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.


5. Herman, S. Sos. I, M. Ag., selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung.

6. Prof. Dr. Asep Muhyiddin, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang sudah

berkenan memberikan ilmu dan juga solusi untuk setiap permasalahan atau kesulitan

dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini.

7. Drs. Uwoh Saepudin, M. Ag., selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang sudah bersedia

mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi dan memberikan

tambahan ilmu dan solusi atas permasalahan dan kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

8. Drs. H. Muhammad Yahya Azlani dan Bpk. Arif Zulfikar selaku pimpinan pondok

pesantren Yatim Dhuafa Assalam Bandung

9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang sudah berkenan memberikan

pengetahuan yang sangat-sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

10. Aqillahjd, yang sudah membantu serta memberikan semangat, kebahagiaan serta suka

dan duka kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah balas semua

kebaikannya.

11. Seluruh teman-teman angkatan, terutama untuk kelas Manajemen Dakwah A Angkatan

2016 yang senantiasa mengisi hari-hari penulis menjadi sangat menyenangkan selama

perkuliahan.

12. Segenap staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati

Bandung yang berkenan memberikan bantuan kepada penulis.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan persatu yang sudah membantu penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan dan memberikan rahmat hadayah, dan

perlindungan kepada mereka semua. Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis buat ini
masih jauh dari sempurna hal ini karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan masukan bahkan

kritik membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para

pembaca dan pihak-pihak khususnya dalam bidang Manajemen Dakwah. Aamiin.

Waalaikumsalam Wr. Wb

Bandung, 06 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv

MOTTO HIDUP......................................................................................................v

PERSEMBAHAN...................................................................................................vi

KATA PENGANTAR............................................................................................vii

DAFTAR ISI............................................................................................................x

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian.............................................................................1


B. Fokus Penelitian............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................7
D. Kegunaan Penelitian......................................................................................7
1. Akademik................................................................................................7
2. Praktis......................................................................................................8
E. Landasan Pemikiran.......................................................................................8
1. Hasil Penelitian Sebelumnya...................................................................8
2. Landasan Teoris......................................................................................9
3. Kerangka Konseptual.............................................................................14
F. Langkah-langkah Penelitian..........................................................................16
1. Lokasi penelitian....................................................................................16
2. Paradigma dan Pendekatan.....................................................................16
3. Metode Penelitian...................................................................................17
4. Jenis Data dan Sumber Data (Data Primer Data Sekunder)...................18
5. Informan dan Unit Analisis....................................................................19
6. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................19
7. Teknik Penentuan Keabsahan................................................................20
8. Teknik Analisis Data..............................................................................21
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................22
A. Manajemen...................................................................................................22
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen..........................................22
2. Unsur - unsur Manajemen......................................................................24
3. Fungsi - fungsi Manajemen....................................................................25
B. Strategi..........................................................................................................26
1. Pengertian Strategi.................................................................................26
2. Manajemen Strategi................................................................................28
3. Manfaat Manajemen Strategi.................................................................31
4. Karakteristik Manajemen Strategi..........................................................33
C. Pondok Pesantren.........................................................................................42
1. Pengertian Pondok Pesantren.................................................................42
2. Fungsi Pondok Pesantren.......................................................................44
3. Manajemen Pondok Pesantren...............................................................45
4. Unsur - unsur Manajemen Dakwah
D. Santri............................................................................................................47
1. Pengertian Santri...................................................................................47
2. ...............................................................................................................48
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.............................................................56
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam
2. Profil Bapak Arif Zulfikar
B. Hasil Penelitian.............................................................................................69
1. Strategi Perencanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Dalam
Mebentuk Kualitas Santri
2. Strategi Pelaksanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam
Dalam Membentuk Kualitas Santri
3. Strategi Pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam
Dalam Membentuk Kualitas Santri
4. Strategi Evaluasi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Dalam
Membentuk Kualitas Santri
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................86
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................89
A. Simpulan.......................................................................................................89
B. Saran ............................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................93
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan hal krusial dalam suatu organisasi, karena pada

dasarnya, manajemen selalu berkaitan erat dengan cara dalam mencapai sebuah

tujuan (Hazil, 1991: 89). Salah satu manajemen yang perlu dimiliki oleh setiap

organisasi untuk mencapai tujuannya adalah manajemen strategi.

Layaknya organisasasi, Pondok pesantren yang merupakan suatu lembaga pun

membutuhkan suatu manajemen strategi yang sesuai dan ampuh untuk mencapai

sebuah tujuan. Dari beragamnya tujuan didirikannya pondok pesantren, penulis

menemukan titik temu dalam percabangan tujuan-tujuan tersebut, yakni Dakwah

Islamiyyah. Umumnya, tujuan yang ditemukan di setiap pesantren, selain Dakwah

Islamiyyah adalah pembinaan terhadap para santri agar menjadi warga negara

yang memiliki kepribadian seorang muslim haqiqi sesuai dengan ajaran dari

agama Islam dalam segala lini kehidupan agar dapat menjadi sesosok individu

yang berguna untuk nusa, bangsa, agama dan negara (Mujamil, 2002: 6).

Selaras dengan hal tersebut, usaha yang dilakukan oleh pondok pesantren

dalam peningkatan kualitas santri sangatlah bervariasi, ada tiga aspek yang bisa

dijadikan dasar dalam peningkatan kualitas santri, yakni aqidah, akhlak, dan

ibadah, tiga aspek tersebut merupakan aspek dasar dalam peningkatan kualitas

santri khususnya di pesantren.

Aqidah dapat diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan

dalam agama Islam disebut dengan Iman, yang meliputi: iman kepada Allah, iman

kepada para Malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para
Rasul Allah, iman kepada kepada hari akhir serta iman kepada takdir . Hal ini

disebut juga sebagai rukun iman (Shalih, 2000: 3). Kebijakan yang diberikan

pondok pesantren terhadap santrinya untuk meningkatkan kualitas aqidah mereka

juga sangatlah bervariatif, seperti contohnya meningkatkan kualitas bacaan Al-

qur’an mereka dan menjadikan santri-santrinya sebagai pribadi yang cinta kepada

Al-qur’an yang merupakan salah satu dari enam rukun iman bagi umat muslim.

Akhlak merupakan tingkah laku seseorang baik secara lahiriah maupun

batiniah, sama halnya seperti peningkatan aqidah, upaya yang dilakukan pondok

pesantren dalam meningkatkan kualitas santri-santrinya juga sangatlah bervariatif,

seperti contohnya menjadikan santri santrinya menjadi individu yang sangat

menghormati ustadz yang merupakan pengganti dari orangtua mereka ketika

berada di pesantren.

Ibadah juga merupakan satu aspek yang sangat penting dalam peningkatan

kualitas santri di pondok pesantren, salah satu kebijakan yang dilakukan pondok

pesantren dalam meningkatkan kualitas santri-santrinya adalah membiasakan

mereka untuk shalat berjamaah dan tepat waktu.

Santri merupakan salah satu sumber daya manusia, sumber daya manusia juga

sangat krusial dalam suatu manjemen. Pentingnya sumber daya manusia ini, perlu

disadari oleh semua tingkatan manajemen termasuk juga manajemen lembaga

dakwah Islam. Hal ini dikarenakan manusia memegang kendali penting terhadap

keberhasilan suatu organisasi, meskipun kemajuan teknologi sudah mulai

mengakusisi kerja-kerja manusia dalam segala aspek (Nazar, 2016: 19).

Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam adalah sebuah lembaga dakwah

yang terus mencoba menciptakan generasi-generasi yang berkualitas. Upaya

peningkatan sumber daya manusia sangat berkaitan dengan upaya peningkatan


santri-santri pondok pesantren. Oleh karena itu, pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam mengadakan kegiatan-kegiatan yang melatih diri untuk mengembangkan

potensi-potensi yang terdapat disetiap santri-santrinya, hal ini dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan yaitu terciptanya sumber daya manusia yang dan

berkualitas.

Sejak berdirinya, yaitu pada tahun 1429 H, Pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam belum memiliki asrama sebagai tempat tinggal para santri. Awalnya,

pondok pesantren ini adalah TPA tempat mengaji anak-anak disekitar daerah

Pungkur kota Bandung, namun semakin hari jumlah santri semakin meningkat,

hingga akhirnya dibentuklah pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam. Namun

karena terbatasnya biaya dan hal lain, pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam

belum menyelesaikan pembangunan asramanya, dikarenakan hal tersebut,

akhirnya para santri menimba ilmu di dua lembaga yang berbeda, yaitu belajar

ilmu umum disekolah umum, dan ilmu agama di pondok pesantren.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait

permasalahan ini, yaitu bagaimana manajemen strategi pondok pesantren Yatim

Dhuafa Assalam dalam meningkatkan kualitas para santri-santrinya, penelitian ini

akan terfokuskan kepada tiga aspek pengembangan kualitas santri, yaitu terkait

aqidah, akhlak, dan ibadah.

Dengan demikian, pesantren sebagai suatu lembaga dakwah yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan untuk meningkatkan kualitas santri

di pesantren Yatim Dhuafa Assalam adalah dengan penerapan manajemen yang

baik, baik manajemen strategi, maka upaya untuk mencapai cita-cita untuk

melahirkan santri yang berkualitas kiranya dapat terwujud khususnya pada santri

pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam.


B. Fokus Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana

manajemen strategi Pondok Pesantren Yatim Dhuaffa dalam meningkatkan

kualitas santri. Penelitian ini difokuskan meliputi:

1. Bagaimana strategi perencanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

dalam mmebentuk kualitas santri?

2. Bagaimana strategi pelaksanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

dalam membentuk kualitas santri?

3. Bagaimana strategi pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam membentuk kualitas santri?

4. Bagaimana strategi evaluasi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam

membentuk kualitas santri?

C. Tujuan penelitian

Merujuk pada fokus penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui strategi perencanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam membentuk kualitas santri.

2. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam membentuk kualitas santri.

3. Untuk mengetahui strategi pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam membantuk kualitas santri.

4. Untuk mengetahui strategi evaluasi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

dalam membentuk kualitas santri.


D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran, mengembangkan serta menambah khazanah ilmu pengetahuan dan

pemahaman khususnya untuk mahasiswa jurusan manajemen dakwah fakultas

dakwah dan komunikasi, juga sebagai wawasan pengetahuan baik secara

teoritis ataupun praktis terkait dengan strategi dakwah dalam penanggulangan

kehamilan tidak diinginkan.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan motivasi dan dapat

memberikan pengetahuan kepada penulis tentang manajemen strategi pondok

pesantren dalam meningkatkan kualitas santri, juga dapat digunakan sebagai

masukan dan perbaikan dalam masalah yang berkaitan dengan strategi pondok

pesantren dalam meningkatkan kualitas santri di Pondok Pesantren Yatim

Dhuafa Assalam.

E. Landasan Pemikiran

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari kesamaan pembahasan dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh orang lain, maka penulis menyajikan beberapa

penelitian yang telah dibuat oleh para penulis lain, diantaranya :

Pertama, skripsi Siti Nurmela (2018) yang berjudul “Manajemen

Pondok Pesantren Salafiyah dalam Meningkatkan Kualitas Santri”. Dalam


skripsi ini dijelaskan bahwa manajemen dalam ruang lingkup pondok

pesantren sangat diperlukan.

Kedua, skripsi Aceng Abdul Aziz (2016) yang berjudul “Manajemen

Pondok Pesantren dalam Membentuk Santri yang Berjiwa Enterpreneur”.

Skripsi ini menjelaskan bahwa manajemen pondok pesantren diperlukan sekali

dalam upaya menumbuhkan serta meningkatkan minat dan bakat santri

sebagai enterpreneur.

Ketiga, skripsi Lilih Muplihah R (2005) yang berjudul “Aplikasi

Perencanaan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Santri di Kopontren

Darussalam Subang”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan santri di Pondok Pesantren Darussalam Subang

dibuat sebuah lembaga ekonomi yaitu Koperasi Pesantren yang dalam

pelaksanaanya diawali dengan proses perencanaan agar tujuan yang hendak

dicapai dapat benar-beanr dicapai, dan kerugian atau kegagalan dari produk

yang dijalankan (koperasi pesantren) dapata dihindari. Sehingga kesejahteraan

santri dapat meningkat.

Keempat, skripsi Agung Alfarizi (2021) yang berjudul “Manajemen

Strategi Pondok Pesantren Narussalam Gunter Dalam Meningkatkan

Kualitas Sumber Daya Manusia Di Desa Gunung Terang Kecamatan

Kalianda”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dalam meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia, Pondok Pesantren Nurussalam Gunter melakukan tiga

strategi: 1) Kaderisasi, hal ini merupakan satu dari sekian banyak strategi yang

hingga kini masih berjalan sebagai realisasi dari upaya peningkatan kualitas

sumberdaya manusia di Pondok Pesantren Nurussalam Gunter. 2) Penugasan

dalam kegiatan, penugasan di terapkan oleh pondok pesantren Nurussalam


Gunter guna melatih mental santri, dan mengajarkan santri akan rasa tanggung

jawab, dan melatih santri menjadi seorang pemimpin. 3) Teladan, kiai adalah

sosok figur yang menjadi sentral figure di Nurussalam. Keteladanan yang di

contohkan oleh Kyai Musafa di Pondok Pesantren Nurussalam Gunung

Terang berupa: Keihlasan, Kesederhanaa, Kemadirian dan Ukhuwah

Islamiyyah

Kelima, skripsi Ardiansyah Pasaribu (2018) yang berjudul “Strategi

Penerapan Manajemen Di Pondok Pesantren Dalan Membentuk Da’i (Studi

Kasus Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal)”.

Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Proses pelaksanaan strategi manajemen di

pondok pesantren Musthafawiyah dilakukan dengan serangkaian kegiatan

yang terbagi dalam empat fungsi. Pertama Penerapan Fungsi Perencanaan,

kedua Penerapan Fungsi Pengorganisasian yang terdiri dari keorganisasian di

tingkat Ponpes, organisasi sanri kedaerahan dan organisasi setiap bannjar.

Ketiga Penerapan Fungsi Pelaksanaan dengan cara melaukakan program-

program yang sudah direncanakaan dan keempat Penerapan Fungsi

Pengawasan dan evaluasi.

2. Landasan Teoritis

Karena pondok pesantren merupakan salah satu lembaga dakwah atau

lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat susunan organisasi yang

terdiri dari pengurus/ pengasuh di pondok pesantren, dan para santri. Maka

diperlukan manajemen dalam pelaksanaan program di pondok pesantren dari

mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi agar upaya

meningkatkan kesejahteraan santri dapat terwujud sesuai target.


Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori manajemen

yang dikemukakan oleh ahli yaitu:

Teori manajemen menurut George. R Terry merupakan proses yang

khas tentang tindakan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian yang dilakukan dalam menentukan sasaran daengan

memanfaatkan sumber daya manusia atau sumber daya lainnya , lembaga atau

perusahaan.

Masih menurut George. R Terry, dalam melaksanakan proses

manajemen, yang berperan dalam hal ini adalah manajer. Dengan

menggunakan fungsi-fungsi manajemen, sehingga proses manajemen itu dapat

dilaksanakan dengan baik dan terarah. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:

a. Planning, merupakan proses menentukan tujuan-tujuan yang akan

dicapai setelah menjakankan program yang direncanakan dan akan

dijalankan, serta cara-cara atau tindakan yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Organizing, yakni proses pengelompokkan dan penentuan

program, kegiatan dan pembagian kerja sesuai tingkatan kekuasaan

dan tanggung jawab masing-masing staff atau pengurus dalam

organisasi.

c. Staffing, yaitu proses penentuan kebutuhan-kebutuhan sumber daya

manusia, pengarahan, penyaringan, pelatihan atau pengembangan

ketenaga kerjaan.

d. Motivating, adalah proses mengarahkan dan menyalurkan perilaku

pengurus organisasi agar sesuai tujuan yang telah dtentukan.


e. Controlling, adalah proses mengukur keberhasilan pelaksanaan

program dengan tolak ukur keberhasilan, pencapaian atau tujuan

yang telah direncanakan atau ditargetkan agar diketahui celah

kegagalan pelaksanaan program dan keberhasilan yang baik,

sehingga dapat dibenahi di program selanjutnya.

3. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, permasalahan seputar upaya meningkatkan

kualitas santri di pondok pesantren memerlukan manajemen yang baik dan

dalam pelaksanaannya menggunakan fungsi-fungsi manajemen. Salah satunya

fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R Terry, yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Penerapan manajemen pondok pesantren dalam upaya meningkatkan

kualitas santri diterapkan di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Bandung.

Manajemen
Menurut Melayu S.P Hasibuan
(1996: 2)

Pondok Pesantren Yatin Dhuafa Assalam

Fungsi manajemen menurut George R Terry (1993: 15)


Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan

Meningkatnya kualitas santri


Kerangka pemikiran diatas menunjukkan bahwa manajemen merupakan proses

utama yang menentukan keberhasilan dalam upaya meningkatkan kualitas santri.

Karena dalam manajemen tercakup banyak hal yang dapat menjadikan program

kegaitan atau tujuan dapat tercapai dengan meminimalisir kegagalan dan kerugian

dalam pelaksanaan program di dalam pondok pesantren.

Dalam menjalankan proses manajemen, yang menjadi arahan adalah fungsi-

fungsi dari manajemen itu sendiri, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan. Dengan harapan setelah menjalankan manajemen sesuai dengan

fungsi-fungsinya dapat meningkatkan kesejahteraan santri di Pondok Pesantren Yatim

Dhuafa Assalam Bandung.

F. Langkah-langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam memulai penelitian ini

adalah menentukan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Pondok

Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Bandung yang beralamat di Jl. Buah Batu

Dalam V 119/105, Cijagra, Bandung, Jawa Barat.

Lokasi ini dipilih karena peneliti telah mempertimbangkan beberapa

hal, seperti tempat tinggal penelit yang cukup dekat dari lokasi penelitian

sehingga jarak tempuh dan waktu yang digunakan untuk bisa sampai ke lokasi

penelitian tidak terlalu lama. Secara akademis pun lokasi penelitian ini relevan

dengan kajian keilmuan di jurusan Manajemen Dakwah.


Pertimbangan lainnya memilih lokasi ini pun, karena peneliti merasa

tertarik dengan pondok pesantren ini karena yang menjadi santri di pondok

pesantren ini adalah anak-anak yatim dan dhuafa yang tak hanya pendidikan,

melainkan biaya hidup dan kebutuhan sehari-hari lainnya di danai oleh pihak

pondok pesantren yang mendapatkan sumber dana dari internal pondok

pesantren maupun dari luar seperti pemerintah, pihak swasta maupun dari

donatur-donatur lain. Hal in lah yang menjadikan Pondok Pesantren Yatim

Dhuafa Assalam Bandung menjadi menarik menurut peneliti.

2. Paradigma dan Pendekatan

Paradigma yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

paradigma konstruktivis, merupakan paradigma yang memandang ilmu sosial

sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui

pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan

untuk menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin

mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi

suatu peristiwa, dengan paradigma ini juga peneliti melakukan pengamatan

fakta-fakta tentang kualitas santri di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

secara langsung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif yang nantinya menghasilkan data deskriptif dari tulisan atau

ungkapan dengan tingkah laku yang dapat diobservasi. Dimana peneliti

memulai penelitiannya dengan mengemukakan teori, mengumpulkan data

untuk diuji teori, serta mengadakan pengamatan dan wawancara terkait

strategi manajemen Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam. Sehingga, data-


data yang dibutuhkan mengenai kasus kualitas santri yang dapat dikumpulkan

dan diteliti langsung oleh peneliti.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat

berupa orang, lembaga, masyarakat, dan yang lainnya berdasarkan fakta-fakta.

Menurut Dewi Sadiah, Deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memadu

penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti

secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Dalam proses pengumpulan data nya

lebih menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. (Dewi Sadiah,

2015).

Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan data-

data informasi yang berkaitan dengan manajemen strategi Pondok Pesantren

Yatim Dhuafa Assalam dalam meningkatkan kualitas santri melalui observasi

dan wawancara, sehingga terungkap variabel-variabel yang menjelaskan

masalah-masalah yang akan diteliti.

4. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan

kategorik, karakteristik, atau sesuatu yang dikumpulkan melalui observasi,

wawancara, yang dianalisa menggunakan logika. Data yang dicari sebagai

berikut:
1) Bagaimana strategi perencanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam meningkatkan kualitas santri.

2) Bagaimana strategi pelaksanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam meningkatkan kualitas santri.

3) Bagaimana strategi pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam meningkatkan kualitas santri.

4) Bagaimana strategi evaluasi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

dalam meningkatkan kualitas santri.

b. Sumber Data

1) Data primer, Menurut Sadiah (2015: 87) data primer adalah data yang

diperoleh dari hasil informasi tertentu tentang berbagai data dari

seseorang maupun kelompok yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti. Dan sumber ini berasal dari narasumber yang

merupakan orang pertama atau tangan pertama (first hand) sumber

informasi, pandangan, pemikiran, perilaku, sikap dan lainnya. Dalam

penelitian ini, yang menjadi sumber data primer adalah pimpinan

Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Bandung.

2) Data Sekunder, Sumber data sekunder adalah berbagai fakta atau kasus

meliputi orang, barang, binatang atau hal lainnya yang dapat dijadikan

sumber informasi penunjang (second hand) dalam penelitian yang

sedang dilakukan. (Dewi Sadiah, 2015: 87). Data-data sekunder ini

dapat membantu peneliti dalam menganalisis data penelitian. Data

sekunder yang dipilih dalam penelitian ini merupakan data tertulis

yang dapat dipertanggungkawabkan validasi dan keasliannya. Data-

data tersebut diperoleh dari buku, arsip, struktur organisasi, dan


dokumentasi yang berada di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Bandung.

5. Informan dan Unit Analisis

a. Informan

Peneliti menggunakan istilah informan sebagai narasumber, informan

merupakan seorang yang memiliki informasi mengenai objek penelitian.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu pimpinan pesantren,

ustad, dan santri.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teknik purposive sumpling, menurut Sugiyono teknik purposive sumpling

merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Informan yang dipilih adalah mereka yang memang diasumsikan

dapat memberi informasi sehubungan dengan penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam pelaksanaan observasi ini, peneliti mengadakan pengamatan

langsung terhadap objek yang menjadi pusat penelitian agar mengetahui

secara langsung bagaimana manajemen strategi Pondok Pesantren Yatim

Dhuafa Assalam Bandung dalam meningkatkan kualitas santri.

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk


menemukan masalah yang harus diteliti. Dengan wawancara peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2012: 72).

Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur kepada

informan, penelitian dengan pedoman yang telah dibuat. Teknik

wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang manajemen strategi

Pondok Pesantren Yatim Dhuaffa Assalam Bandung dalam meningkatkan

kualitas santri.

c. Dokumentasi

Peneliti menggunakan teknik ini untuk memperoleh dokumen atau

arsip yang ada di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam sebagai

sumber data yang penting, guna mengetahui keseluruhan data yang ada di

Ponpes Yatim Dhuafa Assalam demi kesempurnaan penelitian.

7. Teknik Penentuan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan

metode. Triangulasi sumber berarti teknik pengumpulan data untuk

menyiapkan data sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama

(Sugiyono, 2012:241). Triangulasi Data, peneliti menggunakan berbagai jenis

sumber data dan bukti dari situasi yang berbeda. Ada 3 sub jenis yaitu orang,

waktu dan ruang. Orang; data-data dikumpulkan dari orang-orang berbeda

yang melakukan aktivitas sama, waktu; data-data dikumpulkan pada waktu

yang berbeda, ruang; data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda.

8. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

data deskriptif kualitatif yaitu mengklasifikasikan data berdasarkan kategori

tertentu, mencari hubungan antara data yang diklasifikasikan dengan teori dan

menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis sehingga menggambarkan

penyelesaian masalah yang diangkat dalam penelitian ini.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen

Secara umum aktivitas manajemen dalam organisasi diarahkan untuk

mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Didalam Kamus

Bahasa Indonesia pengelolaan berarti proses, cara, perbuatan mengelola,

mengurus, mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur

berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Secara etimologi kata

manajemen berasal dari bahasa ingris managemen berarti pelaksanaan, tata

pimpinan, dan pengelolaam. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian

pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk

melakukan serangkaikan kerja dalam mencapai tujuan tertentu

(Departemen Pendidikan, 1990: 534).

Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujutkan tujuan yang

diinginkan. Karena manajemen diartikan mengelola (Meleyu, 2004: 1).

Dalam bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nijam atau

tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu

pada tempatnya. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena

tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan

lebih sulit.

Ada tiga alasan utama mengapa diperlukan manajemen:

a. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi

dan pribadi.
b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-

sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang

berkepentingan dalam organisasi.

c. Untuk mencapai efesiensi dan efektifitas. Efesiensi adalah kemampuan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dengn benar. Efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan untuk pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manejer efektif dapat memilih pekerjaan yang

harus dilakukan atau metode (cara ) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok

serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan, organisasi adalah sebagai

aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan

dalam wadah sebuah organisasi, baik organisasi bisnis, sekolah dan juga

lainnya (Syafaruddin, 2005: 41).

Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang

batasanmanajemen, karena itu tidak mudah memberikan arti universal yang

dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran semua ahli

tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen

merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian

untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti

alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya

manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain (Tim Dosen

Administrasi Pendidikan UI, 2009: 86). Istilah manajemen sudah populer

dalam kehidupan organisasi. Dalam makna yang sederhana “Management”

diartikan sebagai pengelolaan. Suatu proses menata atau mengelola organisasi


dalam mencapai tujuan yang diinginkan dipahami sebagai manajemen

(Syarifuddin dan Nurmawati, 2011: 16).

Tegasnya, kegiatan manajemen selalu saja melibatkan alokasi dan

pengawasan uang, sumberdaya manusia, dan fisik untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan. Sebagai ilmu, manajemen memilikipendekatan sistematik

yang selalu digunakan dalam memecahkan masalah. Pendekatan manajemen

bertujuan untuk menganalisis proses, membangun kerangka konseptual kerja,

mengidentifikasi prinsip-prinsip yang mendasarinya dan membangun teori

manajemen dengan menggunakan pendekatan tersebut. Karena itu, manajemen

adalah proses universal berkenaan dengan adanya jenis lembaga, berbagai

posisi dalam lembaga, atau pengalaman pada lingkungan yang beragam

luasnya antara berbagai persoalan kehidupan. Berdasarkan penegasan di atas,

maka manajemen berisikan unsur: struktur organisasi yang tertata, terarah

kepada tujuan dan sasaran, dilakukan melalui usaha orang-orang, dan

menggunakan sistem dan prosedur. Manajemen adalah suatu proses

pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui

kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti manajemen

merupakan prilaku anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.

Sementara itu George R. Tarry seperti yang dikutip Syafaruddin

menjelaskan bahwa manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan

mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan

sumber daya lainnya (Syarifuddin, 2005: 41).

Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk melaksanakan

kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Secara tegas

tidak ada rumusan yang sama dan berlaku umum untuk fungsi manajemen.
Namun demikian, fungsi manajemen dapat ditelaah dari aktifitas-aktifitas

utama yang dilakukan para manajer yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian. Dilakukannya manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana

secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap

sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien.

Kesimpulannya bahwa untuk mencapai suatu tujuan bersama,

kehadiran manajemen pada suatu organisasi atau lembaga adalah suatu yang

sangat penting, sebab dilakukannya manajemen agar pelaksanaan suatu usaha

terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan

lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas dan efisien.

2. Unsur dan Fungsi Manajemen

a. Unsur-Unsur Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seorang manajer

membutuhkan sarana manajemen yang disebut dengan unsur manajemen.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Manullang sebagaimana dikutip

oleh Mastini tentang unsur manajemen tersebut, terdiri atas manusia, material,

mesin metode, money dan markets, setiap unsur-unsur tersebut memiliki

penjelasan dan peranan bagi suatu memanajemen agar untuk mengetahui

bahwa manajemen memiliki unsur-unsur perlu dimanfaatkan unsur-unsur

manajemen tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dijelaskan unsur-

unsur manajemen seperti di bawah ini.

1) Manusia (Man). sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya.

Berbagai kegaitan-kegiatan yang dapat diperbuat dalam mencapai tujuan seperti yang
dapat ditinjau dari sudut pandang proses, perencanaan, pengorganisasian, staffing,

pengarahan, dan pengawasan atau dapat pula kita tinjau dari sudut bidang, seperti

penjualan, produksi, keuangan dan personalia. Man atau manusia ataupun juga sering

diistilahkan dengan sumber daya manusiadalam dunia manajemen merupakan faktor

yang sangat penting dan menentukan. Manusia yang merancang tujuan, menetapkan

tujuan dan manusia jugalah yang nantinya akan menjalankan proses dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan tersebut.

2) Material (Material). Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan

matrial atau bahan-bahan. Oleh karna itu, material dianggap pula sebagaialat atau

sarana manajemen untuk mencapai tujuan.

3) Mesin (Machine). Dalam kemajuan teknologi, manusia bukan lagi sebagai

pembantu mesin seperti pada masa lalu sebelum Revolusi Industri terjadi. Bahkan,

sebaliknya mesin telah berubah kedudukannya menjadi pembantu manusia.

4) Metode (Method). Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna,

manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara menjalankan pekerjaan

tersebut sehingga cara yang dilakukannya dapat menjadi sarana atau alat manajemen

untuk mencapai tujuan.

5) Uang (Money). Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedimikian rupa

agar tujuan yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau ketidaklancaran proses

manajemen sedikit banyak dipengruhi oleh pengelolaankeuangan.

6) Pasar (Markets). Bagi badan yang bergerak dibidang industri maka sarana

manajemens penting lainnya seperti pasar-pasar atau market. Untuk mengetahui

bahwa pasar bagi hasil produksi.jelas tujuan perusahaan industri tidak mustahil semua

itu dapat diurai sebagian dari masalah utama dalam perusahaan industri adalah

minimal mempertahankan pasar yang sudah ada. Jika mungkin, mencari pasar baru
untuk hasil produksinya. Olehkarena itu. market merupakan salah satu sarana

manajemen penting lainnya. baik bagi perusahaan industri maupun bagi semua badan

yang bertujuan untuk mencari laba.

b. Fungsi-Fungsi Manajemen

Sifat dasar manajemen adalah sangat beragam, karena mencakup

banyak dimensi aktivitas dan lembaga. Manajemen berhubungan dengan semua

aktivitas organisasi dan dilaksanakan pada semua level organisasi. Karena itu

manajemen bukan merupakan sesuatu yang terpisah atau pengurangan fungsi

suatu organisasi tidak hanya memiliki mengelola satu bidang tetapi juga sangat

luas sebagai contoh: bidang produksi, pemasaran, keuangan atau personil.

Dalam hal ini manajemen suatu proses umum terhadap semua fungsi lain yang

dilaksanakan dalam organisasi. Tegasnya manajemen adalah suatu perpaduan

aktivitas (Syarifuddin dan Nurmawati, 2011: 51).

Aktivitas manajemen mencakup spektrum yang sangat luas, sebab

dimulai dari bagaimana menentukan arah organisasi di masa depan, sampai

mengawasi kegiatan untuk mencapai tujuan. Maka dalam rangka mencapai

tujuan organisasi secara efektif dan efisien manajemen harus difungsikan

sepenuhnya pada setiap organisasi.

Kegiatan manajemen tidak terlepas dari fungsi-fungsi mnajemen itu sendiri.

Yang mana yang dimaksud fungsi manajemen dalam hal ini ialah sebagai

berikut (George R Terry, 2005: 5):

a) Planning, menentukan tujuan yang hendak dicapai selama satu

masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat

mencapai tujuan-tujuan itu.


b) Organizing, organizing adalah mengelompokkan dan menentukan

berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk

melaksanakan kegiatankegiatan itu.

c) Staffing, staffing yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber

daya mnausia, pengarahan, penyaringan, pelatihan, dan

penegembangan tenaga kerja.

d) Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia

kearah tujuan-tujuan.

e) Controlling, mengukur pelaksanaan dengan tujuan menentukan

sebab penyimpangan dan pengambilan tindakan-tindakan korelatif.

B. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan

sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik

dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada

tujuan strategi organisasi (Hadarari, 2003: 147). Strategi adalah

pendekatan yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk

memastikan kinerja yang baik dan berhasil (David, 2002: 73).

Menurut Wiliam F. Gglueek-Lawarence R. Jauch, yang

dimaksud dengan strategi adalah “Sebuah rencana yang disatukan, luas

dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan

dengan tatanan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa


tujuan utama perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang

tepat oleh organisasi” (Saladin, 1999: 1).

Sedangkan menurut Hax dan Majluf (1991: 1) rumusan yang

komperhensif tentang strategi sebagai berikut:

a. Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu, dan itegral

b. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian

sasran jangka panjang, program bertindak, dan prioritasalokasi

sumber daya

c. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau digeluti organisasi

d. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan

lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang

dan ancaman dari lingkungan ekternal organisasi, kekuatan, dan

kelemahannya

e. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi

f. Fundamental tempat suatu organisasi akan mampu menyatakan

kontinuitasnya yang vital, sementara pada saat yang bersmaan

ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang

g. selalu berubah. Mengingat definisi Hax dan Majluf di atas

terlalu panjang dengan bertolak belakang dari pemahaman

McNichols, berikut ini ditawarkan definisi yang lebih sederhana

yaitu, “Strategi ialah suatu seni menggunakan kecapakapan dan

sumber daya sebuah organisasi untuk mencapai sasarannya

melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam

kondisi yang paling menguntungkan”


Setiap usaha yang dilakukan selalu mempunyai konsep dasar

sebagai tolak ukur yang direncanakan. Begitu pula dengan sebuah

strategi yang mempunyai asas-asas tertentu. Menurut (Abin Syamsudin

Makmun 1990: 137), mengemukkan bahwa asas-asas strategi terbagi

kepada empat macam, yaitu sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan

kualifikasi hasil (out put), seperti apa harus dicapai menjadi

sasarm (target) usaha itu dengan mempertimbangkan

aspirasi dan selera mesyarakat yang memerlukan.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama

(basic way), manakah yang dipandang paling ampuh

(effective) guna mencapai sasaran tersebut.

c. Mempetimbangkan dan menetapkan langkah-langkah

(step) mana yang akan ditempuh sejak titik awal sampai

kepada titik akhir tercapainya sasaran tersebut.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (creterial)

dan patokan ukuran (standar) yang dipergunakan dalam

mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievment)

usaha tersebut.

2. Manajemen Strategi

Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan

mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan

oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi tersebut (Sondang, 2001: 15).


Prim Masrokan dalam jurnal Episteme menjelaskan bahwa

manajemen strategik pendidikan adalah ssuatu proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang mendasar dalam penataan kelembagaan

pendidikan yang melibatkan sumber daya manusia dan non manusia

dalam menggerakkannya dan memberikan kontrol secara strategis

untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien (Prim,

2008: 154).

Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan

pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh,

disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen

puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu

organisasi untuk mencapai tujuan (Hadari, 2003: 148).

Masih banyak pengertian manajemen strategik menurut para

ahli yang belum penulis kutip dalam tulisan ini, namun dari beberapa

pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik

adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang berulang

dan berkelanjutan yang meliputi kegiatan formulasi, implementasi dan

evaluasi strategik secara menyeluruh ataupun salah satu devisi baik

jangka pendek maupun jangka panjang dalam sebuah organisasi untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen strategik meliputi pengamatan lingkungan

perusahaan, strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen

strategik menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan

ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan

perusahaan. Dapat dikatakan bahwa manajemen strategi merupakan


cara untuk mengelolah semua sumber daya, guna mengembangkan

keunggulan kompetitif jangka panjang (Sagala, 1997:15).

3. Manfaat Manajemen Strategi

Dengan menerapkan manajemen strategi pada suatu lembaga,

baik dalam lembaga pendidikan maupun non pendidikan dapat

memberi manfaat terhadap lembaga tersebut. Adapun manfaat

manajemen strategi antara lain:

a. Kegiatan perumusan (formulasi) strategi memperkuat kemampuan

organisasi atau lembaga mencegah masalah.

b. Keputusan strategik yang didasarkan pada hasil kelompok

merupakan alternatif terbaik.

c. Keterlibatan karyawan dalam perumusan strategi meningkatkan

pemahaman karyawan tentang hubungan produktivitas-imbalan,

sehingga mempertinggi motivasi.

d. Berkurangnya kesenjangan kegiatan diantara karyawan, dan

memperjelas peran masing-masing.

e. Berkurangnya penolakan terhadap perubahan (Sondang, 2003:

16).

4. Karakteristik Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan suatu proses yang dirancang

oleh manajemen punacak yang berupa suatu keputusan dalam

perumusan strategi yang dilakasanakan pada suatu lembaga. Yang


mana pada manajemen strategi di tandai dengan beberapa karakteristik,

yaitu:

a) Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan

berskala besar yang mencakup seluruh kepentingan organisasi.

b) Rencana strategi berorientasi ke masa depan

c) Visi dan misi menjadi acuan dalam penyusunanan

rencanastrategis

d) Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan

rencana strategis

e) Hasil rumusan rencana strategi diimplementasikan melalui

fungsi manajemen

C. Pondok Pesantren

1) Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau dua kata ini

disebut dengan pondok Pesantren. Secara esensial semua makna ini

mengandung makna yang sama kecuali ada sedikit perbedaan. Asrama yang

menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda

antara pondok dan Pesantren. Secara terminologi K.H. Imam Zarkasyi

mengartikan Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam dengan system

asrama atau pondok dimana kyai sebagai figure sentral, masjid sebagai pusat

kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan

kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya (Amir, 1996: 51)

Pondok Pesantren menurut M. Arifin adalah suatu lembaga pendidikan

agama islam yang tumbuh secara diakui masyarakat sekitar, dengan sistem
asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan dari

leadershipseorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat

karismatik serta independen dalam segala hal. Lembaga Research Islam

mendefinisikan Pesantren sebagai suatu tempat pendidikan dan penagajaran

yang menekankan pelajaran agama islam dan disdukung asrama sebagai

temapta tinggal snatri yang bersifat permanen (Mujamil, 2005: 1-2).

Model pendidikan Pesantren merupakan salah satu bentuk pendidikan

yang berbasiskan masyarakat sebab maju berkembang atau mundurnya serta

kepemilikannya diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.Namun seiring

dengan tuntutan zaman, Pesantren kini telah melakukan abanyak perubahan

dan pembaruan.Selain Pesantren mengajarkan pendidikan agama beberapa

Pesantren kini juga telah mengembangkan komponen-komponen pendidikan

lainnya, baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal seperti

keterampilan, kesenian, bahasa asing, dan pendidikan jasmani.

Pesantren dalam perkembangannya jikan dilihat dari sarana fisik yang

dimilikinya dapat dikelompokkan menjadi lima macam tipe, yaitu:

a) Tipe pertama, Pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah

kyai.

b) Tipe kedua, pada tipe ini selain adanya masjid dan rumah kyai

didalamnya telah tersedia pula bangunan berupa pondokan atau

asrama bagi para santri yang datang dari tempat jauh.

c) Tipe ketiga, tipe ini Pesantren telah memiliki masjid, rumah kyai,

serta pondok. Didalamnya diselenggarkan pengajian dengan

metode sorogan, bandongan, dan sejenisnya. Selain itu pada


Pesantren tipe ini, telah tersedia sarana lain berupa madrasah atau

sekolah yang berfungsi sebagai tempat untuk belajar para santri

baik ilmu umum maupun agama.

d) Tipe keempat, Pesantren tipe ini selain telah memiliki pondok,

masjid, ruamah kyai, juga telah dilengkapi dengan tempat

pendidikan untuk pengembangan keterampilan seperti lahan untuk

peternakan dan pertanian, tempat untuk membuat kerajinan,

koperasi dan laboratorium. - Tipe kelima, pada tipe ini Pesantren

telah berkembang sehingga disebut pula sebagai Pesantren

modern. Selain adanya masjid, rumah kyai dan ustadz, pondok,

madrasah, terdapat pula bangunan-bangunan fisik lainnya seperti

perpustakaan, dapur umum, aula, ruang makan, kantor, toko,

wisma (penginapan untuk tamu) , tempat olahraga, bengkel, balai

kesehatan, taylor, market dan lain lain.

Menurut Zamakhsari Dhofier bentuk dan model pondok Pesantren

dapat dikelompokkan menjadi dua: Pertama pondok Pesantren salafi yaitu

pondok pesantren yang inti pendidikannya tetap mempertahankan pengajaran

klasik. Sistem madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang

merupakan bentuk pengajian model lama dengan tidak memperkenalkan

pengajaran umum.

Kedua, pondok Pesantren khalafi, ialah pondok Pesantren yang dalam

pengajarannya telah memasukkan mata pelajaran umum dalam madrasah yang

dikembangkannya atau sekolah umum di lingkungan pondok Pesantren,

seperti pondok Pesantren Gontor yang tidak lagi mengajarkan kitab-kitab

klasik (kuning), tetapi santri tetap diharuskan dapat memahami kandungan


kitab-kitab klasik tersebut dengan menggunakan kaedah-kaedah bahasa Arab

yang telah dipelajari.

Akhirnya terlepas dari pengelompokkan tipe-tipe Pesantren tersebut,

sebuah institusi dapat disebut Pesantren apabila memiliki sekurang-kurangnya

tiga unsur pokok, yaitu: kyai yang memberikan pengajian, santri yang belajar

dan tinggal dipondok dan masjid sebagai tempat ibadah dan tempat ngaji (Ara,

2012: 294-296).

2) Fungsi Pondok Pesantren

Dari waktu ke waktu fungsi Pesantren berjalan secara dinamis, berubah

dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global. Betapa tidak, pada awalnya

lembaga tradisional ini mengembangkan fungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama.

Sementara Azyumardi Azra menawarkan adanya tiga fungsi Pesantren, yaitu (Matsuki, 2005:

90-91):

a) Transmisi dan transformasi ilmu-ilmu Islam

b) Pemeliharaan tradisi Islam

c) Regenerasi Agama

Dalam perjalanannya hingga saat ini, sebagai lembaga sosial,

Pesantren telah menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah

umum maupun sekolah agama (madrasah,sekolah umum, dan perguruan

tinggi). Disamping itu, Pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non

formal berupa madrasah diniyah yang mengajarkan bidang-bidang ilu agama

saja. Pesantren juga telah mengembangkan funsinya sebgai lembaga solidaritas

sosial dengan menampung anak-anak Dari segala lapisan masyarakat muslim


dan memberi pelayanan yang sama kepada mereka, tanpa membedakan tingkat

sosial ekonomi mereka (Matsuki, 2005: 90).

Bahkan melihat kinerja dan charisma kyai, Pesantren cukup efektif

memainkan peran sebagai perekat hubungan dan penagyom masyarakat, baik

pada tingkatan local, regional, dan nasional.Dengan berbagai peran yang

potensial yang dimainkan oleh Pesantren, nampakanya dapat dikemukakan

bahwa Pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat

sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan moral (reference of morality) bagi

kehidupan masyarakat umum (Matsuki, 2005: 91).

3) Manajemen Pondok Pesantren

Sebelum kita membahas manajemen Pesantren kita harus mengetahui

terlebih dahulu arti dari manajemen dan Pesantren itu sendiri. Manajemen dalam kamus besar

bahasa Indonesia memiliki arti proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai

sasaran yang telah ditentukan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 919).

James A.F Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses

perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat dimengerti manajemen dimulai dari sejak

awal berdirinya sebuah lembaga (Sulistyorini, 2009: 7).

Pondok Pesantren menurut M.Arifin berarti “Sesuatu lembaga

pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama

dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah

yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leader-ship seorang atau beberapa orang

kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal”.

Lembaga Islam mendefinisikan Pesantren adalah “suatu tempat yang tersedia untuk para
santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan

tempat tinggalnya” (Mujamil, 2008: 2-3).

4) Unsur-unsur Manajemen Pondok Pesantren

Manajemen yg dimaksud disini adalah kegiatan seseorang dalam

mengatur organisasi lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia maupun non manusia

sehingga tujuan organisasi lembaga atau perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Bertolak dari rumusan ini terdapat beberapa unsur dalam manajemen antara lain:

a) Unsur proses arti seorang manejer dalam menjalankan tugas manajerial harus

mengikuti prinsip graduasi yang berkelanjutan.

b) Unsur penataan arti dalam proses manajemen prinsip utama adalah semangat

mengelola mengatur dan menata.

c) Unsur implementasi arti setelah diatur dan ditata dengan baik perlu dilaksanakan

secara profesional.

d) Unsur kompetensi. Arti sumber-sumber potensial yg dilibatkan baik yg bersifat

manusia maupun non manusia mesti berdasarkan kompetensi profesionalitas dan

kualitasnya.

e) Unsur tujuan. yang harus dicapai yaitu tujuan yang ada harus disepakati oleh

keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai

tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian

tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas

dalam organisasi.

f) Unsur efektifitas dan efisiensi. Arti tujuan yg ditetapkan diusahakan tercapai secara

efektif dan efisien (Sulistyorini, 2009: 11-12).


D. Santri

1) Pengertian Santri

Mengenai asal-usul perkataan “santri” itu ada dua pendapat, yang

dapat dijadikan acuan untuk memahami kata tersebut yaitu:

a. Pendapat yang mengatakan bahwa “santri” itu berasal dari kata

“sastri”, yang berasal dari abahsa sangkerta, yang berarti melek huruf.

Pendapat ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa zaman

dahulu, terutama pada permulaan tumbuhnya kekuasaan politik islam

di Demak. Kaum santri adalah kelas “literary” bagi orang Jawa.

b. Pendapat yang mengatakan bahwa kata santri sesungguhnya berasal

dari bahasa jawa, yakni dari kata “cantrik”, yang artinya seseorang

yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru tersebut pergi

atau menetap (Nurcholis, 1985: 19).

Dalam sebuah pesantren menurut Zamakhyari Dhofier harus memiliki

lima unsur pokok yang harus ada di dalamnya yaitu, masjid, santri, kiai dan

kitab-kitab islam klasik. Untuk lebih jelasnya berikut elemen-elemen tersebut.

a. pondoknya terdapat kiai yang menetap

b. Masjid

c. Santri

Menurut tradisi pondok pesantren terdapat dua istilah santri, yaitu

pertama, santri mukim, adalah murid-murid yang berasal daridaerah yang jauh

dan menetap dalam kelompok pesantren. Kedua, santri kalong, adalah murid-

murid yang berasal dari desa-desa disekeliling pondok pesantren, yang

biasanya tidak menetap dalam pesantren untuk mendapat pengajarannya di

pesantren, dan mereka bolak-balik dari rumahnya (Bahri, 2008: 19).


Santri adalah orang yang menuntut ilmu atau mencari dan

memperdalam ilmu di pesantren. Tentu ilmu yang dipelajari adalah ilmu-ilmu

agama Islam. Tetapi pada perkembangan selanjutnya santri juga memperdalam

ilmu-ilmu umum yang telah diprogramkan oleh pesantren yang telah

mengalami modernisasi. Santri termasuk siswa atau murid yang belajar di

Pondok Pesantren. Seorang ulama bisa disebut kyai kalau memiliki Pesantren

dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu

agama Islam melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi kiai

biasanya juga berkaitan dengan adanya santri di pesantrennya (Syariffuddien,

2013: 34).

Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren dapat disebabkan

oleh beberapa alasan yaitu:

a. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara

lebih mendalam di bawah pimpinan kiai yang memimpin pesantren

tersebut.

b. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam

bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan

pesantren-pesantren yang lebih terkenal.

c. Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukan oleh

kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Disamping itu dengan

tinggal di pondok pesantren yang jauh letaknya dari rumahnya sendiri

ia tidak mudah pulang balik meskipun kadang-kadang ia

menginginkannya (Zamakhyari, 1983: 51).


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Cikal bakal pondok yatim Assalaam sudah digagas oleh Muassis awal

Yayasan Assalaam Al Marhum Al Maghfurlahu KH. Habib Utsman

Al’Aydarus karena hal tersebut merupakan cita-cita almarhum yang tertuang

dalam buku hariannya. Pada saat hidupnya, almarhum terkenal sangat sayang

terhadap anak yatim. Selain perhatian almarhum memberikan santunan kepada

mereka, almarhum mewujudkan kasih sayangnya terhadap anak yatim dengan

mengusap kepala anak yatim setiap hari. Cita – cita almarhum belum terwujud

membentuk lembaga yatim karena beliau telah dipanggil lebih dulu oleh Dzat

Yang Maha Kuasa pada hari kamis, 15 Djumadil Akhir 1405 H / 7 Maret 1985

M.

Pada periode berikutnya yaitu Drs. KH. Habib Syarief Muhammad

Al’Aydrus. Dalam kepemimpinannya beliau melakukan penataan baik

administrasi maupun manajemen juga melanjutkan cita-cita almarhum yaitu

mendirikan lembaga pondok yatim Assalaam pada 1 Rajab 1429 H.

Alhamdulilah saat ini pondok yatim Assalaam berada di tiga lokasi, yaitu ;
 Pondok Yatim Assalaam 1 Jl. Natawijaya No.9 RT.03/03 Kel.Pungkur

Kec.Regol Kota Bandung

 Pondok Yatim Assalaam 2 Jl. Buahbatu Dalam V 119/105 Cijagra

Telp. 022-7300072

 Pondok Yatim Assalaam 3 di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Quran

Assalaam Jatihandap – Mandalajati – Kota Bandung

Islam mengajarkan kedamaian dan mengupayakan kemakmuran, hal ini

mesti diraih dengan usaha yang gigih guna mempersempit jurang pemisah

antara kaum dhu’afa dan orang-orang kaya. Anak yatim dan kaum dhu’afa,

mereka terkesan menjadi beban dalam kehidupan masyarakat. Namun bila kita

melihat kebelakang bahwa Rasullulah saw adalah anak yatim. Imam Syafi’I

dan lainnya banyak yang menjadi orang besar dan terhormat, mereka adalah

anak yatim. Jadi anak yatim merupakan asset yang perlu mendapat perhatian

dari semua kalangan.

Pemerintah dan para aghniya diharapkan mampu memberikan sentuhan

batin dan perhatian terhadap penderitaan, kefakiran dan ketertinggalan anak-

anak yatim dan dhu’afa serta berusaha melepaskan mereka dari kemiskinan

mental spiritual dengan langkah– langkah pemberdayaan potensi SDM guna

meningkatkan harkat dan martabat mereka sebagaimana yang diamanatkan

oleh Rasullulah SAW.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Visi :

Menjadi lembaga professional dalam mengangkat harkat martabat yatim piatu

dan pembinaan kader utama, harapan masa depan Islam.


Misi :

 Membina kader penerus perjuangan para alim utama, pakar ilmu,

cendekiawan, mubaligh, asaatidz Mukhlisiina Lahuddiina.

 Membangun generasi pemimpin berakhlakul karimah yang berprestasi.

 Membentuk insane bertaqwa dan berguna bagi agama, bangsa dan Negara

B. Hasil Penelitian

Penerapan Strategi Manajemen Dalam Membentuk Kualitas Santri di

Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Santri sebagai sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam lembaga

pesantren. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi pesantren dibuat berdasarkan

berbagai visi untuk kepentingan santri dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus

oleh santri pula. Jadi, santri merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan

institusi/organisasi pesantren.

Proses pelaksanaan manajemen di pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam

adalah melakukan serangkaian kegiatan yang terbagi dalam empat fungsi, sesuai

dengan pandangan George R. Terry tentang fungsi-fungsi manajemen yang pokok

/umum yang banyak digunakan kalangan masyarakat.

Adapun yang penulis temukan di lapangan mengenai penerapan manajemen

pada pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam membentuk kualitas santri

adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Fungsi Perencanaan

Setiap kegiatan apapun tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif

dan efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan

terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dalam mempersiapkan


santri yang berkualitas. Kegiatan akan berlangsung dengan efektif dan efisien

bilamana sebelumnya sudah dilakukan tindakan dan persiapan serta

perencanaan yang matang.

Untuk mewujudkan santri yang berkualitas, dalam

mengimplementasikan kegiatan manajemen di lingkuangan pesantren Yatim

Dhuafa Assalam diawali dengan membuat perencanaan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Tujuan

Adanya tujuan dapat mengetahui apakah berhasil dalam pelaksanaan.

Pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam tentunya mempunyai tujuan dan

arah yang jelas seperti yang dikatakan Arif Zulfikar Zamzami selaku pemilik

pesantren, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan pendidikan islami

dengan mempersiapkan para santri/siswa dengan seperangkat ilmu dan

keterampilan yang cukup untuk menyertai perkembangan kehidupan modern

yang kian kompleks dengan menerapkan manajemen pendidikan yang baik

serta hubungan masyarakat yang terjalin harmonis (Arif Zulfikar Zamzami,

2022).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Amir Husein bahwa untuk

melahirkan santri yang berkualitas, pesantren Yatim Dhuafa Assalam

mempunyai rencana yang atang dan sudah dilakukan secara terus menerus

dengan cara konsisten dalam mengembangkan khazanah keilmuan Islam,

sehingga seorang santri yang terlahir dari pesantren Yatim Dhuafa Assalam

akan dapat menyampaikan hukum dan kepetusan yang relevan dengan kondisi

masyarakatnya (Amir Husein, 2022).


Dengan adanya tujuan yang jelas dari pengelola pondok pesantren

Yatim Dhuafa Assalam maka lebih memudahkan dalam pencapaian tujuan

tersebut.

b. Kebijakan

Kebijakan dapat diartikan sebagai sarana pedoman yang dibuat oleh

suatu lembaga/ pimpinan untuk melakukan kegiatan berulang-berulang dan

setiap pengambilan keputusan. Pesantren Yatim Dhuafa Assalam sebagai

lembaga pendidikan Islam tentu mempunyai kebijakan dalam membina dan

mendidik santri agar berkualitas seperti yang disebutkan oleh Arif Zulfikar

Zamzami selaku pembina yaitu (Arif Zulfikar, 2022) :

1) Ketersediaan tenanga pendidik dan kependidikan yang profesional dan

bertaqwa.

2) Selalu menjaga dan meningkatkan keteladan dan kekeluargaan di semua

unit.

3) Memberdayakan santri melalui program dan kegiatan keagaaman lainnya.

4) Semua santri wajib tinggal di pondok pesantren dan wajib mengikuti

kegiatan serta wajin mentaati tata tertib, dan memiliki penguasaan baca kitab

kuning dan hafalan Al-Quraan.

2. Penerapan Fungsi Organisasi

Pengorganisasian merupakan kegiatan administratif untuk menyusun

struktur dan membentuk hubungan-hubungan kerja sama sehingga setiap

tindakan dalam suatu lembaga organisasi tertentu berjalan secara harmonis,

bersamaan, tidak over lapping, semua diarahkan untuk mencapai tujuan

bersama pada lembaga atau organisasi bersangkutan.


Pelaksanaan pengorganisasian pada pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dalam mempersiapkan santri yang berkualitas dengan cara:

 Memberikan kekuasaan kepada para ketua organisasi dan Dewan

pelajar dalam menyusun program pembinaan seperti belajar pidato,

khutbah, hubungan bermasyarakat dan penguasaan kitab kuning yang

diperakekkan dalam kegiatan yang bernama Tabligh yang dilakukan

pada malam Kamis dan Malam Jum’at bagi santri laki-laki (pokir) dan

hari jumat bagi santri perempuan (patayat).

 Memberikan pembinaan kepada santri yang diorganisir berdasarkan

banjar (lingkungan) pondok santri. Pada setiap banjar terdiri dari

pengorganisasian dengan diketua satu orang, kordinator ibadah dan

kordinator muzakarah. Setiap banjar akan melakukan program ibadah

dan program muzakarah untuk membentuk santri yang berkualitas.

Dalam kaitannya dengan penempatan pebuna atau guru, Arif Zufikar selaku

pimpinan pondok pesantren mengungkapkan bahwa \tenaga pengajar atau pembina

yang memiliki prestasi tinggi harus ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuannya, sebaliknya tenaga kerja yang memiliki latar

belakang akademis rata-rata atau di bawah standar harus ditempatkan pada tugas

dan pekerjaan ringan dengan beban wewenang dantanggung jawab yang relatif

rendah. Latar belakang pendidikan harus menjadi pertimbangan dalam

menempatkan tenaga pengajar. Misalnya, sarjana Ilmu al-Qur’an harus ditempatkan

pada wewenang yang berhubungan dengan al-Qur’an. Latar belakang akademis ini

dimaksudkan untuk menempatkan tenaga pengajar yang tepat pada posisi yang tepat

pula agar dalam membentuk santri yang berkualitas dapat tercapai.


3. Penerapan Fungsi Pelaksanaan

Penulis mengartrikan bahwa penggerakan atau pelaksanaan merupakan

aktualisasi dari perencanaan dan penggorganisasian secara kongkrit.

Perencanaan dan pengorganisasian tidak akan mencapai tujuan yang

ditetapkan tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk kegiatan. Perencanaan

bagaikan garis start dan penggerakanan adalah bergeraknya mobil menuju

tujuan yang diinginkan berupa garis finist, garis finist tidak akan dicapai tanpa

adanya gerak mobil. Adapun fungsi pelaksanaan yang diterapkan pada pondok

pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam mempersiapkan sumber daya santri

yang berkualitas yaitu:

a. Pelaksanaan manajemen pendidikan

1) Kurikulum pendidikan pondok pesantren dunia pendidikan

merupakan dunia dimana terdapat kegiatan pembelajaran antara guru

dan murid, kedua komponen ini tidak dapat dihilangkan dalam sebuah

proses pendidikan karena apabila hilang salah satunya, maka tidak

akan pernah mencapai tujuan pembelajaran. Namun, di sisi lain ada

komponen yang juga sangat berperan sebagai penunjang kegiatan

pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Komponen

yang tidak kalah pentingnya adalah kurikulum pendidikan (Matsuki,

2004: 88).

Adapun kurikulum pendidikan yang diterapkan di pondok

pesantren Yatim Dhuafa yang dituturkan oleh pimpinan pondok

pesantren yaitu kurikulum Departemen Agama dan kurikulum pondok

pesantren. Dimana kurikulum Departemen Agama diterapkan


disekolah sedangkan kurikulum pondok pesantren hanya berlaku

dilingkup pondok atau asrama santri (Arda, 2018).

Kedua kurikulum di atas yang oleh pihak pondok pesantren,

dikelola sedemikian rupa dan terdiri dari mata pelajaran yang disusun

secara logis dan terperinci, disamping mata pelajaran tambahan seperti

pengajaran baca tulis al-Qur’an, tajwid, dan pengajian kitab buluqul

maram, fathul qarib dan lain sebagainya.

2) Sistem pengajaran

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa komponen pesantren salah

satunya adalah berupa pondok atau tempat tinggal, sehingga dapat

dipahami bahwa sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem

asrama, di mana santri tinggal satu komplek bersama kyai, dan juga

adanya pengajaran kitab-kitab tertentu, yang berbahasa Arab yang

tentunya dalam memahaminya diperlukan adanya metode-metode

khusus yang menjadi ciri khas dari pondok pesantren.

Sistem pengajaran di pondok pesantren

Musthafawiyahmembagi santri dalam tiga golongan yaitu tingkat

dasar, menengah dan tingkat atas, hal ini dilakukan dengan dasar agar

pembina pondok pesantren mudah dalam mengatur dan memberikan

materi sesuai dengan tingkat kemampuan pemahaman santri.

Pembagian itu dilakukan sekali setahun tepatnya ketika penerimaan

santri baru. Adapun metode pembelajaran santri yang diterapkan di

pondok pesantren Musthafawiyah diantaranya:

a) Metode Hafalan
Metode hafalan adalah metode pengajaran dengan

mengharuskan santri membaca dan menghafalkan teks-teks

kitab yang berbahasa arab dan ayat-ayat al-Qur’an secara

individual. Dan untuk memahami maksud dari kitab itu,

pembina menjelaskan arti kata demi kata kemudian dijelaskan

maksud dari bait-bait dalam kitab . Dan untuk hafalan, biasanya

digunakan istilah setor, yaitu santri menyetor hafalan mereka

kepada pembina atau ustasd.

b) Metode Muzakaroh pagi

Metode ini disebut muzakaroh pagi karna waktunya

dilaksanakan dipagi hari dan penentuan tempat dan kitabnya

atas inisiatif guru sendiri.

Proses metode pengajaran ini adalah santri berbondong-

bondong datang ke tempat yang sudah ditentukan oleh guru,

membaca suatu kitab alam waktu tertentu, dan santri membawa

kitab yang sama sambil mendengarkan dan menyimak bacaan

guru, mencatat terjemahan dan keterangan guru pada kitab itu

yang disebut dengan istilah maknani. Pengajian seperti ini

dilakukan secara bebas, tidak terikat pada absensi, dan lama

belajarnya, hingga tamatnya kitab yang dibaca, tidak ada ujian,

sehingga tidak bisa diketahui apakah santri sudah memahami

atau belum tentang apa yang di baca oleh guru.

c) Metode Muroja’ah

Metode ini, adalah metode pengajaran dengan sistem

individual, prosesnya adalah santri dan biasanya yang sudah


pandai, menyodorkan sebuah kitab kepada guru untuk dibaca di

depan guru, dan kalau ada salahnya, kesalahan itu langsung

dibetulkan oleh guru. Di pondok pesantren, metode ini

dilakukan hanya oleh beberapa santri saja, yang biasanya terdiri

dari keluarga guru atau santri-santri tertentu yang sudah dekat

dengan guru atau yang sudah dianggap pandai oleh guru dan

diharapkan di kemudian hari menjadi orang alim. Dari segi

teori pendidikan, metode ini sebenarnya metode modern,

karena kalau dipahami prosesnya, ada beberapa kelebihan di

antaranya, antara guru santri saling kenal mengenal, guru

memperhatikan perkembangan belajar santri, dan santri juga

berusaha untuk belajar aktif dan selalu mempersiapkan diri. Di

samping guru mengetahui materi dan metode yang sesuai untuk

santrinya. Dalam belajar dengan metode ini tidak ada unsur

paksaan, karena timbul dari kebutuhan santri sendiri.

Penulis menyimpulkan bahwa pesantren biasanya

didirikan oleh perseorangan (guru) sebagai figur sentral yang

berdaulat dalam mengelola dan mengaturnya. Hal ini,

menyebabkan sistem yang digunakan di pondok pesantren,

berbeda antara satu dan yang lainnya. Mulai dari tujuan, kitab-

kitab atau materi yang diajarkan, dan metode pengajarannya

pun berbeda. Namun secara garis besar memiliki kesamaan

dalam hal tujuan yang ingin dicapai.

4. Penerapan Fungsi Pengawasan


Dalam setiap pelaksanaan program dan kegiatan pondok pesantren

Yatim Dhuafa Assalam perlu adanya pengawasan atau pengendalian yang

merupakan elemen atau fungsi keempat dari fungsi manajemen. Pengawasan

atau pengendalian sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu

standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,menilai pelaksanaan

dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan

berjalan sesuai dengan rencana dan standar yang ditetapkan.

Arif Zulfikar mengungkapkan bahwa untuk dapat mengetahui

program-program telah berjalan atau tugas-tugas yang sudah dilaksanakan

oleh para pelaksana bagaimana tugas itu dilaksanakan, sejauh mana

pelaksanaannya, apakah manajemen pendidikan dan hubungan masyarakat

berjalan dengan baik, dan apakah tidak terjadi penyimpangan- penyimpangan

lain. Maka dari itu pimpinan/pengasuh pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam sangat perlu melakukan pengawasan atau pengendalian.

C. Peluang dan Tantangan pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam

membentuk santri yang berkualitas

1. Peluang

a. Pembina yang Berkompeten

Guru atau ustadz merupakan komponen yang sangat penting dan menentukan

dalam proses pendidikan Islam (Arif Zulfikar, 2022). Pembina bukan hanya mampu

mentransfer ilmu, tetapi juga pembentukan watak, karakter dan kepribadian anak didik

atau santri. Salah satu peluang yang dimiliki pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam

dalam mempersiapkan santri yang berkualitas adalah karena pembina yang ada di

pesantren tersebut memiliki pembina yang berkompeten di bidang ilmu yang diajarkan

diantarannya ustad yang sudah khatam 30 juz, ahli tafsir, dan bidang-bidang lainnya.
b. Mengadakan Pendidikan Formal dan Nonformal

Selain memiliki pembina yang berkompeten pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam juga mengadakan pendidikan formal dan nonformal.

1) Mengadakan pendidikan formal

Adapun pendidikan formal pesantren Yatim Dhuafa Assalam yaitu merupakan

lembaga dakwah seklaigus lembaga pendidikan yang ada di Jl. Buah Batu Dalam V

119/105 Cijagra, Bandung Jawa Barat.

Pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam sendiri merupakan salah satu

sekolah keagamaan yang ada di Jl. Buah Batu Dakam V 119/105, Cijagra, Bandung

Jawa Barat, Dalam pendidikan, hal yang terpenting yang harus ditanamkan ialah sifat

berani karena benar, maju untuk membela hak, baik hak pribadi, hak masyarakat

maupun hak negara dan lain-lain, bersikap dermawan untuk kebaikan, sifat sabar

sebagaimana wajarnya dan tidak sampai melampaui batas.

Nampaknya untuk sampai memenuhi harapan di atas adalah tidak berlebihan

jika pendidikan dalam pesantren menjadi salah satu alternatif dalam rangka

pembentukan santri-santri yang berkualitas yang dapat diharapkan dalam masyarakat

untuk memberikan sesuatu yang terbaik berdasarkan ilmu yang didapatkannya selama

dididik dalam pesantren. Pondok Pesantren Yatin Dhuafa Assalam dalam hal

pendidikan memadukan antara pembinaan ilmu agama dengan ilmu umum, tentunya

dapat memberikan harapan yang besar untuk menghasilkan santri yang berkualitas,

punya kapasitas ilmu agama serta dapat memahami persoalan yang bersifat umum.

Sehingga, secara khusus, nantinya santri akan menjadi pelopor yang mampu menjadi

tauladan yang baik dalam masyarakat.

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa salah satu peluang Pondok

Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam mempersiapkan santri yang berkualitas


adalah dengan mengadakan pendidikan formal. Artinya dengan melalui pendidikan

formal, siswa diharapkan memiliki kapasitas ilmu agama disamping ilmu umum.

Dengan begitu, santri-santri yang dihasilkan memiliki dua kemampuan ilmu

sekaligus. Hal ini sangat mendukung terciptanya sumber daya santri yang berkualitas,

karena dengan ilmu yang diperolehnya mereka mampu memahami persoalan

kemasyarakatan, baik yang bernuansa religius maupun nuansa yang bersifat umum.

2) Mengadakan pendidikan non formal

Pendidikan non formal seperti yang penulis ketahui adalah pendidikan yang

dapat dilakukan secara berjenjang tapi tidak bersifat resmi dan materinya bersifat

penguatan dari pendidikan formal seperti pelatihan baca tulis al-Qur’an, muzakaroh

Nahwu dan Shorof dan lain-lain. Dalam sebuah wawancara dengan Munawar Khalil

selaku sekretaris pondok pesantren, mengemukakan bahwa pembinaan dalam rangka

mempersiapkan santri yang berkualitas dilakukan kegiatan yang mendukung

pendidikan non formal antara lain.

Semua kegiatan yang tertuang di atas merupakan kegiatan yang sangat

mendukung bagi pesantren untuk mempersiapkan santri yang berkualitas, salah satu

contoh adalah kultum setiap selesai shalat dhuhur. Sebagaimana diakui Rahman salah

seorang santri bahwa salah satu modal yang sangat besar dalam pembentukan mental

untuk dapat memperoleh kepercayaan diri berdiri di atas mimbar adalah berkat

adanya latihan kultum setelah shalat dhuhur. Lewat kegiatan tersebut, menurutnya

setiap santri dan siswa memperoleh kesempatan bergiliran tanpa terkecuali, jadi setiap

santri baik santri mukim maupun santri kalong harus kena giliran untuk bertugas pada

kegiatan tersebut (Wawancara Santri Rahman, 2022).

Dengan upaya yang dilakukan pada pesantren Yatim Dhuafa Asslam, tentunya

memberikan prospek yang baik dalam mempersiapkan santri yang berkualitas untuk
menyambung estapet pembangunan agama Islam di tengah tengah masyarakat pada

masa sekarang dan yang akan datang khususnya pada masyarakat yang ada di sekitar

pondok pesantren.

2. Tantangan

Seiring dengan berkembangnya zaman maka persoalan-persoalan yang

harus dihadapi dan dijawab pesantren juga semakin kompleks, dan harus kita

sadari mulai sekarang. Persoalan-persoalan yang harus dihadapi ini tercakup dalam

pengertian dibawah kehidupan modern atau modernisasi. Artinya, pesantren

dihadapkan pada tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh kehidupan modern.

Kemampuan pesantren menjawab tantangan tersebut dapat dijadikan tolak ukur

seberapa jauh dia dapat mengikuti arus modernisasi. Jika dia mampu menjawab

tantangan itu, maka akan memperoleh kualifikasi sebagai lembaga yang modern.

Sebaliknya, jika kurang mampu memberikan respon pada kehidupan modern, maka

biasanya kualifikasi yang diberikan adalah hal-hal yang menunjukkan sifat

ketinggalan zaman seperti kolot dan konservatif (Nurcholish Madjid, 1997: 88).

Perjalanan suatu organisasi besar ataupun kecil, baik formal maupun non

formal, seperti pondok pesantren Yatim Dhuafa Assalam Jl. Buah Batu Dalam V

119/105, Cijagra, Bandung Jawa Barat, maka tidak luput dari tantangan-tantangan.

Setelah penulis melakukan penelitian maka adapun yang menjadi tantangan pondok

pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam membentuk santri yang berkualitas

diantaranya:

a. Latar belakang santri

1) Dipaksa

Dipaksa, terpaksa lalu terbiasa. Inilah mungkin kata-kata yang selalu

kita dapat di pesantren. Tidaklah sedikit orang yang masuk pondok pesantren
dengan latar belakang dipaksa. Belum diketahui berapa persentase-nya, karena

tiap pondok pesantren pasti berbeda- beda. Orang-orang yang masuk pondok

pesantren karena dipaksa, biasanya dipaksa oleh orang tua mereka. Alasan

orang tua memaksa anaknya untuk mondok juga beragam. Ada yang karena

orang tuanya dulu juga mondok di pesantren, ada juga yang orang tuanya tidak

pernah mondok tapi mau anaknya mondok dan belajar ilmu agama.

Santri yang dipaksa untuk masuk pondok pesantren biasanya tidak

kerasan (tidak betah). Senada dengan ungkapan Arif Zulfikar selaku pembina

pondok pesantren bahwa mereka yang dipaksa masuk pesantren akan sulit

diarahkan karena hati dan pikiran mereka sulit menyatu dengan lingkungan

sekitarnya (Wawancara Arif Zulfikar, 2022).

Ketika mereka belum juga bisa beradaptasi, mereka condong melakukan

halhal yang melanggar peraturan pondok, seperti kabur dari pondok, malas

dalam belajar, malas dalam mengikuti kegiatan pondok, dan lain-lain. Tapi itu

tidak terjadi di semua santri yang masuk pondoknya karena dipaksa. Bagi

mereka yang masuk karena keinginan sendiri akan lebih mudah untuk di didik

menjadi santri yang berkulitas yaitu pribadi yang lebih baik dan berkarakter

qur’ani.

2) Tidak diterima di sekolah negeri

Alasan kedua kenapa masuk pondok pesantren adalah gengsi, karena

tidak diterima di sekolah negeri favorit. Mungkin ada beberapa orang yang

terlalu membanggakan sekolah negeri favorit, itu adalah wajar bagi mereka

karena tidak mudah masuk sekolah negeri favorit, seleksi super ketat dan

banyak saingan.
Ditambah lagi program pemerintah yang meringankan beban biaya

sekolah kepada para siswanya seperti di kota -kota besar Jakarta, dan

sebagainya.

Oleh karena itu sekolah negeri favorit menjadi gengsi tersendiri bagi

para siswa, baik itu lulusan SD maupun lulusan SMP. Fuad Hasan menuturkan

bahwa: “Biasanya ketika memberikan pengajian, saya bertanya kepada tiap-

tiap santri mengenai latar belakang mengapa mereka mau masuk pesantren

dan ksebagian dari mereka mengatakan, karena mereka tidak lulus atau tidak

diterima di sekolah negeri” (Wawancara Santri Fuad Hasan, 2022).

Karena menjadi gengsi, ada beberapa orang yang malu kalau tidak

sekolah di sekolah negeri favorit. Dengan begitu pondok pesantren adalah

tempat pelampiasannya. Akibatnya mereka yang belum sepenuhnya menerima

kondisinya akan menjadikan tantangan pesantren untuk mempersiapkan santri

yang berkualitas.

3) Yatim Dhuafa

Masuk kepondok pesantren karna memang hampir sebagian anak

adalah anak yatim dhuafa yang sudah tidak memiliki sosok ayah sehingga

mereka tidak berdaya untuk membiayai pendidikan mereka. Maka dari itu

ponpes Yatim Dhuafa sangat membantu dan menampung anak anak yang

sudah menjadi yatim untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan mereka dan

belajar tentang ilmu agama di ponpes Yatim Dhuafa Assalam (Wawancara

Arif Zulfikar, 2022).

4) Ikut-ikutan

Masuk kepondok pesantren karena ikut-ikutan juga kadang terjadi pada

seseorang. Awalnya tidak ada niatan untuk mondok, tapi melihat temannya
mondok jadi ikutan mondok. Seperti yang dikatakan Rahman salah seorang

santri yang pernah ditemui penulis, ia masuk pesantren karena teman baiknya

juga masuk pesantren,sebelumnya mereka memang teman akrab, alasannya

sederhana karena katanya mereka ingin berjuang bersama dan sukses bersama

(Wawancara Santri Rahman, 2022).Bagi santri yang tidak memiliki persiapan

atau modal untuk masuk dalam pesantren akan menjadi tantangan tersendiri

bagi pesantren untuk mempersiapkan sumber daya santri yang berkualitas.

5) Hanya ingin banyak teman

Pondok pesantren biasanya tidak didominasi oleh satu daerah saja.

Banyak santri yang berasal dari berbagai daerah, baik skala provinsi maupun

nasional. Ini juga menjadi ketertarikan sendiri bagi orang-orang yang ingin

memiliki jaringan pertemanan yang luas namun ada juga santri yang tujuannya

bukan untuk mendalami wagama tetapi hanya ingin memperbanyak teman

atau pergaulan. Mereka yang tidak memiliki niat yang ikhlas untuk belajar di

pondok pesantren akan sulit diarahkan.

b. Pengelolaan Keuangan Pesantren

Salah satu bagian terpenting dalam menajemen pesantren adalah berkaitan

dengan pengelolaan keuangan. Suatu lembaga termaksud pesantren dalam pengelolaan

keuangan sering menimbulkan permasalahan yang serius bila pengelolaannya kurang

baik. Di pesantren pengelolaan keuangan sebenarnya tidak begitu rumit, sebab

pesantren merupakan lembaga swadaya yang tidak memerlukan pertanggung jawaban

keuangan yang terlalu pelik kepada penyandang dananya. Namun demikian karena

banyak juga dana yang bersumber dari masyarakat untuk mendanai kegiatan di

pesantren, misalnya dari orang tua santri, walaupun jumlahnya relatif kecil, hal itu

perlu ada laporan atau penjelasan sederhana sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan publik kepada masyarakat agar kredibilitas pesantren di mata masyarakat

cukup tinggi. Disinilah perlunya pengelolaan keuangan dengan baik dan transparan

perlu dibudayakan di lingkungan pesantren (Matsuki dkk, 2004: 186).

Hal inilah yang menjadi tantangan bagi pengelola pondok pesantren Yatim

Dhuafa Assalam dalam membentuk santri yang berkualitas karena tidak adannya

pengelolaan keuangan yang baik sehingga pihak pengelola sering kekurangan dalam

hal pengadaan tenaga pengajar/pembina, sarana prasarana dan lain sebagainya.

Pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila

pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuangan pesantren yang baik sebenarnya

merupakan upaya melindungi personil pengelolaan pesantren (guru, pengasuh, ustadz,

atau pengelola pesantren lainnya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren

(Zamakhsyari, 2011: 79-80).

Selama ini pesantren Yatim Dhuafa Assalam tidak memisahkan antara harta

kekayaan pesantren dengan harta milik individu (pengelola pesantren), walaupun

disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan

individu. Namun jika ingin pelaksanaan manajemen keuangan berjalan lebih baik

sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaan pesantren dengan harta milik

individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan

oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri sehingga pihak pengelola pesantren

dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam mempersiapkan sumber daya santri yang

berkualitas.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Sebagai akhir dari penulisn skripsi ini, diawali dengan pemaparan tentang

jawaban atas pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Strategi perencanaan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam

membentuk santri yang berkualitas dilakukan dengan cara merumuskan

persiapan, tujuan dan kebijakan pimpinan ponpes Yatim Dhuafa Assalam dalam

pembinaan santri sesuai dengan visi misi ponpes Yatim Dhuafa Assalam Buah

Batu.

2. Proses pelaksanaan strategi manajemen di pondok pesantren Yatim Dhuafa

Assalam dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terbagi dalam empat

fungsi. Pertama Penerapan Fungsi Perencanaan, kedua Penerapan Fungsi

Pengorganisasian yang terdiri dari keorganisasian di tingkat Ponpes, organisasi

sanri kedaerahan dan organisasi setiap bannjar. Ketiga Penerapan Fungsi

Pelaksanaan dengan cara melaukakan program-program yang sudah

direncanakaan dan keempat Penerapan Fungsi Pengawasan dan evaluasi.

3. Strategi pengorganisasian Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dalam

membentuk santri dilakukan dengan cara membentuk tiga organsasi yaitu

organisasi ditingkat pesantren, organisasi santri keaderahan, organisasi banjar

dan organisasi dewan pelajar.

4. Strategi evaluasi menejemen Ponpes Yatim Dhuafa Assalam dalam

membenuk santri yang berkualitas dilakukan dengan cara program pengawasan

dan pengendalaian. Program evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui


program-program telah berjalan atau tugas-tugas yang sudah dilaksanakan oleh

para pelaksana dan sejauh mana hasi yang sudah dicapai serta dilakaukan

evaluasi apakah terjadi penympangan-penyimpangan dalam pelaksanaan

menejemen pembentukan santri yang berkualitas.

B. Saran

1. kepada peneliti dan akademisi diharapakan agar senantiasa menggali

khazanah keilmuan Islam kususnya di bidang manajemen dakwah, sehingga

dapat memberikan kontibusi dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.

2. Kepada santri Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam diharapkan agar

lebih sungguh-sungguh dlam mengikuti berbagai kegiatan yang suah

direncanakan disetiap tingkatan pengorganisasian ponpes Yatim Dhuafa

Assalam supaya menjadi santri yang berkualitas dalam menyampaikan pesan-

pesan syariat kepada masyarakat.

3. Kepada pihak pimpinan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam dan para

guru pembina diharapkan untuk lebih sungguh-sungguh dalam melakukan

pelaksanaan strategi menejeman ponpes Yatim Dhuafa Assalam dalam

pembentukan santri yang berkualitas sehingga tujuan dari kegiatan-kegiatan

dapat dicapai dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

SURAT KEPUTUSAN PEMBIMBING SARJANA S1


LAMPIRAN 2

SURAT PERMOHONAN OBSERVASI


LAMPIRAN 3

BALANKO PROSES BIMBINGAN PEMBIMBING 1


BLANKO PROSES BIMBINGAN PEMBIMBING II
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam

Buah Batu Bapak Arif Zulfikar Zamzami

Gambar 2. Wawancara dan silaturahmi dengan para santri di Pondok Pesantren Yatim

Dhuafa Assalam Buah Batu


Gambar 3. Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Buah Batu Dalam V 119/ 105

Cijagra, Bandung Jawa Barat

Nama : Agung Dwi Nugraha

NIM : 1164030005

Jurusan : Manajemen Dakwah

Judul Skripsi : Manajemen Strategi Pondok Pesantren Dalam Upaya Membentuk

Kualitas Santri ( Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Assalam Jl.

Buah Batu Dalam V Cijagra, Bandung Bandung.

Anda mungkin juga menyukai