SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
RINI SETIANI
NIM.106011000156
ABSTRAK
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern Buya Hamka,
Nama : Rini Setiani, NIM. 106011000156, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
M/1432 H, hlm. xi+75.
Pendidikan Islam dewasa ini sangat mengalami kemajuan dan perkembangan
yang signifikan, hal ini terlihat pendidikan saat ini banyak mengalami modifikasi,
transformasi bahkan metamorphosis ke dalam model atau bentuk pendidikan Islam
formal. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang
cerdas dan berakhlak mulia, memerlukan konsep yang matang. Ajaran Islam memiliki
dua aspek yaitu aspek eksoteris (lahiriyah) dan aspek esoteris (batiniyah) yang
seharusnya terintegrasi dalam pendidikan Islam. Hal yang bersifat esoteric dewasa
masih relatif sering diabaikan dalam dunia pendidikan saat ini, oleh karena itu
pembelajaran Islam hendaknya tidak hanya mementingkan aspek jasmaniyah semata,
tetapi harus menyentuh ranah ruhani yang bisa membentuk peserta didik manjadi insan
yang memahami hakikat kehidupan.
Tasawuf sebagai salah satu kajian dalam Islam sangat kaya akan nilai-nilai Islam
yang bisa diaplikasikan dalam khazanah pendidikan Islam, terutama dalam bidang
ruhani dan akhlak. Dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf, pendidikan Islam akan
lebih kaya makna, lebih dari itu peserta didik tidak hanya mengetahui pokok-pokok
pendidikan Islam secara teoritis, tapi mereka juga dapat mengetahui ruh serta makna
pendidikan Islam.
Hamka adalah salah satu tokoh ulama Indonesia yang concern dalam kajian
keislaman salah satunya dalam bidang tasawuf. Dari beberapa karyanya ia menulis
tentang tasawuf, yang salah satu karyanya adalah buku Tasawuf Modern. Pada masanya
buku Tasawuf Modern adalah buku yang fenomenal dan mendapat animo yang luar
biasa dari masyarakat. Dalam buku Tasawuf Modern banyak ditemukan nilai-nilai yang
bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya juga dalam dunia
pendidikan Islam.
Dari buku tersebut setidaknya terdapat tiga pokok pembahasan mengenai nilainilai pendidikan Islam, yaitu pendidikan keimanan, pendidikan akhlak dan pendidikan
spiritual. Memperteguh keimanan dengan cara memahami dan memperbanyak
membaca Al Quran, memahami hadist Nabi, serta bertafakur kepada Allah adalah
contoh nilai pendidikan keimanan yang dibahas dalam buku Tasawuf Modern. Nilai
pendidikan akhlak terlihat dengan penjelasan Hamka tentang macam-macam akhlak
terpuji diantaranya adalah malu, sidiq, qonaah, amanat, iklhlas dan tawakal. Sementara
mencegah penyakit hati dan mengobatinya serta menjadikan iman sebagai terapi untuk
menjaga kesehatan jiwa mendidik kita untuk memperkuat spiritualitas.
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern buya Hamka. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif
analisis dan kajian pustaka. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Proses analisa dilakukan dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, kemudian data tersebut
dianalisis dan dipelajari secara cermat dan dideskripsikan yang selanjutnya memberikan
gambaran dan penjelasan serta diuraikan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia yang tidak terhingga, sehingga penyusunan skripsi dengan
judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Tasawuf Modern Hamka dapat
terselesaikan dengan baik.
Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada nabi akhir zaman,
suri tauladan yang paling baik, dai
vi
7. Terima kasih penulis haturkan kepada kanda Rahmi syauqi Ilahi yang
dengan sabar membimbing dan memberi motivasi kepada penulis.
8. Rekan rekan Mahasiswa PAI angkatan 2006 khususnya kelas D yang telah
menemani penulis belajar di kampus peradaban selama empat tahun, serta
kawan-kawan IMM Cabang Ciputat yang telah banyak memberikan
pembelajaran kepada penulis, terutama Irma Tazkiyya, Tsauroh Arrisalati,
Nursyakinah Nasution dan Mayang Maharani yang tinggal satu atap ,
terima kasih sudah bersedia menjadi tempat sharing dan berbagi cerita.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis memohon perlindungan.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya penulis, dan
umumnya pembaca. Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
Rini Setiani
vii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
BAB II
viii
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................... 71
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Harun
Nasution, Barmawi Umarie dan para ahli ilmu tasawuf lainnya, umumnya
mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata sufi, maknanya orang yang
suci atau diliputi kesucian, tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara seseorang berada sedekat mungkin dengan Allah.1
Al-Junaid menyebutkan bahwa tasawuf ialah keluar dari budi, perangai
yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang terpuji.2Dan seseorang
yang mengamalkan tasawuf disebut sufi, dalam bahasa Arab , kata sufi berasal
dari kata sufah, siffah, sofie dan suffah. Masing-masing kata memiliki makna
yang berbeda, namun secara mendasar berarti kesucian dan keikhlasan
menerima segala ketentuan Allah yang di ekspresikan dengan berbagai cara.3
Dalam perkembanganya tasawuf dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, Departemen Agama (Depag) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) seperti dikutip oleh Muhammad Solikhin dalam
buku Tasawuf Aktual (2004), mengklasifikasikan tasawuf menjadi tiga
Harun Nasution, Falsafat dan mistisisme Dalam Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973), h.
56.
3
macam, yaitu tasawuf akhlaqi, tasawuf amaly dan tasawuf falsafi.4 Tasawuf
akhlaqi adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian
jiwa melalui proses pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku.
Taswauf amaly adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah, yang konotasinya adalah thariqoh. Sedangkan
tasawuf falsafy adalah bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan
visi rasional, baik dalam kerangka teoritis maupun praktis. Meskipun
demikian, dalam prakteknya ketiganya tidak dapat dipisahkan. Hal ini
sebagaimana kasyaf yang dialami oleh sufi falsafy tetap melakukan latihan
rohani dengan mengendalikan kekuatan syahwat serta menggairahkan ruh
dengan jalan melakukan zikir.
Para ilmuwan sejarah umumnya menyimpulkan bahwa tasawuf adalah
sebagai dimensi mistik dalam Islam. Menurut mereka kemunculan tasawuf
berawal pada abad ke-9 masehi, atau sekitar dua ratus tahun sesudah kelahiran
Islam.5 Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman
tentang makna institusi-institusi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabiin,
kecenderungan orang terhadap ajaran Islam secara lebih analitis sudah
muncul, pada saat itu ajaran Islam dipandang dari dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah dan aspek batiniyah. Pengalaman dan pendalaman aspek dalamnya
mulai terlihat sebagai hal yang paling utama, namun tanpa mengabaikan aspek
luarnya yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa.6
Sejarah mencatat adanya konflik tajam antara jenis penghayatan
keagamaan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Di kalangan umat Islam
tidak sedikit yang menyebutkan bahwa tasawuf telah menyimpang dari ajaran
Islam, bahkan ada para pemikir dan peneliti yang menyebutkan bahwa salah
satu yang menjadi sebab mundurnya umat Islam adalah tasawuf. 7 Hal ini
dikarenakan ajaran tasawuf ada yang bercampur dengan mistis budaya lokal
4
49.
7
tertentu,
Hamka
adalah
seorang
intelektual
muslim
Indonesia
terikat pada sesuatu yang bersifat duniawi. Dengan kata lain tidak ada
salahnya bila terlibat terhadap hal-hal yang bersifat duniawi selama masih
bersifat proporsional.9
Hal ini dengan gamblang di dukung oleh firman Allah pada surat al
Qasash ayat 77
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi. Sesungguhnhya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Karunia Allah di
kekuatan dan kesejahteraan. Manusia tidak dilarang untuk memiliki harta akan
tetapi yang tidak boleh adalah terlalu sibuk dan tenggelam mengurus harta
sehingga lupa kewajibannya sebagai makhluk kepada khaliknya. Jadi inti dari
zuhud kuncinya adalah kata proposionalitas.
Dalam memaknai pengertian tasawuf, Hamka sepakat dengan definisi
tasawuf menurut Al Junaid yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan
masuk pada budi pekerti yang terpuji. Menurut Hamka tasawuf yang suci dan
murni bukanlah lari dari gelombang hidup, tasawuf yang sejati adalah paduan
dalam menempuh hidup. Tasawuf yang sejati bukanlah lari ke hutan,
melainkan lebur ke dalam masyarakat, sebab masyarakat perlu akan
bimbingan rohani. Tasawuf yang sejati bukanlah khilafayah dan ikhtilafiyah
(ilmu berselisih).
klasik
memaparkan
bahwa
tasawuf
berperan
besar
dalam
Mohamad Kanal
12
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai kritik Sosial, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006), h.
13
53.
14
B. Penegasan Istilah
Agar mempermudah dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam
memahami penelitian kami yang berjudul: Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
buku Tasawuf Modern Buya Hamka, penulis menyertakan penegasan istilah
dalam judul tersebut.
1. Nilai Pendidikan Islam
Nilai, Inggris (value); Latin (valere) berarti: berguna, mampu akan,
berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek
kepentingan Pendidikan diartikan pengubahan cara berfikir atau tingkah
laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan. Sedangkan Islam
dalam pendidikan Islam menunjukkan hasil pendidikan tertentu yang
sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tasawuf Modern
Buku Tasawuf Modern adalah buku karya Buya Hamka tahun 1939
sebagai karangan bersambung dalam majalah pedoman masyarakat yang
terbit di Medan. Atas permintaan pembaca tasawuf Modern diterbitkan
sebagai sebuah buku pada tahun 1939.
Dari penegasan istilah di atas maksud dari penilitian yang berjudul
nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tasawuf Modern Buya Hamka
yaitu nilai pendidikan Islam adalah kualitas suatu hal yang menjadikan
berguna, untuk mengubah cara berfikir atau tingkah laku dengan cara
pengajaran yang sesuai dengan ajaran Islam.
10
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kepustakaan atau study literature (library research) yaitu
11
penelitian,
Prasetya Irawan, Penelitian kulaitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2007), Cet. 1, h. 10
12
3. Teknik Penulisan
Teknik atau metode penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu
BAB II
TINJAUAN UMUM PENDIDIKAN ISLAM
13
14
Dewey,
mangartikan
pendidikan
sebagai
proses
pembentukan
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, cet.2, (Jakarta:Rineka Cipta, 2001),
h.69.
5
15
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar." (QS. Al- Baqarah: 31).
Muhaimin. et. Al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 36.
9
Muhaimin, Paradigma, h. 36.
16
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen
Lembaga Islam Depag RI, 1992), h. 25.
11
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997), h.
8.
17
khalifah dimuka bumi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan
alam sekitarnya secara harmonis. Bila kata tarbiyah ditarik pada pengertian
interaksi edukatif, pandangan Hamka tentang tarbiyah mengandung makna:
1). Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) peserta didik untuk
mencapai kedewasaan. 2). Mengembangkan seluruh potensi yang dimilkinya,
dengan berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya). 3).
Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju kebaikan
dan kesempurnaan seoptimal mungkin. 4). Kesemua proses tersebut kemudian
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan peserta
didik.12
Hamka
membedakan
pengertian
pendidikan
dan
pengajaran.
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang
berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya
kepribadian muslim.15
Athiyah al-Abrasyi menyatakan bahwa pendidikan Islam ialah untuk
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,
12
18
ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta
taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
16
17
19
18
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), h. 61.
19
Thoha, Kapita Selekta, h. 61.
20
1. Al Quran
Al-Quran adalah kalam Allah (perkataan Allah) yang diturunkan
sebagai wahyu dan merupakan mukjizat agung kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril. Al-Quran ini juga dipandang sebagai
keagungan (majid) dan penjelasan (mubin). Kemudian seringkali di sebut
petunjuk (hidayah) dan buku (kitab).20
Kedudukan Al Quran sebagai sumber dapat dilihat dari kandungan
surat Al Baqarah ayat 2 :
Ialah Kitab (al-Quran) yang tidak ada keraguan di dalamnya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-baqoroh : 2).
Selanjutnya firman Allah SWT dalam surat Asy Syura ayat 17 :
Allah SWT yang telah menurunkan kitab dengan membawa
kebenaran dan menurunkan neraca keadilan (QS. Asy Syura: 17).
Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam sudah barang tentu harus
dijadikan dasar pijakan atau asas bagi pendidikan Islam. Banyak sekali
terma-terma tentang pendidikan yang dapat kita temukan di dalam AlQur`an baik secara eksplisit maupun implisit. Abul Ala al-Maududi
menjelaskan bahwa mendidik dan memelihara merupakan salah satu dari
sekian banyak makna implisit yang terkandung di dalam kata rabb. Allah
adalah rabbul alamin yang universal dan tiada batas. Karena manusia
berkomunikasi dan menitikberatkan pendidikan bagi manusia yang ada di
muka bumi ini, maka akan sangat relevan jika Allah diyakini yang telah
mengajar manusia di muka bumi ini dengan nama-nama dari segala
sesuatu yang ada.21
20
21
Al-Quran
memberikan
pandangan
yang
mengacu
kepada
2. Al-Sunnah
Selain Al-Quran yang berfungsi sebagai dasar pijakan dan prinsip
pendidikan Islam, Al-Sunnah sebagai tuntunan hidup rasulullah Saw
adalah sumber ke dua yang sama-sama memiliki peranan vital dalam
membangun dasar-dasar dan prinsif pendidikan Islam. Secara harfiah
sunnah berarti jalan, metode dan program. Secara istilah sunnah adalah
perkara yang dijelaskan melalui sanad yang shahih baik itu berupa
perkataan, perbuatan atau sifat Nabi Muhammad Saw.
Sebagaimana Al-Quran, al-sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk
kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia
menjadi muslim yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan, al-sunnah
memiliki dua faedah yang sangat besar, yaitu :
1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Quran
atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
22
23
22
Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka
menyembahku (QS. Adz-Dzariyat : 56).27
Al-Gazali sebagaimana dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT
b. Membentuk insan purna yang untuk mendapat kebahagiaan hidup baik
dunia dan akhirat.28
24
23
126.
24
serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di
tengah-tengah komunitas sosialnya.
Armai Arif dalam bukunya Pengantar Ilmu dan metodologi
Pendidikan Islam secara rinci menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan
operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan
sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum.
Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi
manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia mengahabisi sisa
umurnya. Sementara tujuan operasinal adalah tujuan praktis yang akan di capai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.31
Dari beberapa pemaparan dari para ahli tentang tujuan pendidikan
Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam Islam adalah bagian
dari perjalanan hidup dan tujuan diciptakannya manusia yaitu semata-mata
untuk beribadah (menghamba) kepada Allah Swt. Selain itu pendidikan Islam
juga bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia paripurna
(insan kamil), sesuai ajaran dan pribadi rasulullah Saw guna mendekatkan diri
kepada Allah SWT demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 18-19.
BAB III
KAJIAN TERHADAP BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA
25
26
27
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. HAMKA, (Jakarta Pustaka
Panjimas: 1983) h. ix, 34 dan 107.
7
HAMKA, Tasawuf , h. 10.
28
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka
Panjimas 1983), h. 195-196
29
Pada rubrik tersebut Hamka mulai menulis sebuah tulisan berseri sejak
tahun 1937 dengan mengambil judul Bahagia.9 Tulisan Hamka yang berjudul
Bahagia ini menerangkan tentang bentuk-bentuk dan cara-cara menggapai
kebahagiaan menurut ajaran Islam dan diperkaya dengan mengutip dari para
pemikir dan filosof barat dan kontemporer.
Bagi Hamka, tulisannya tersebut selain sebagai kekayaan ilmu
pengetahuan, tapi juga diharapkan dapat membantu setiap pembacanya yang
mengalami kegundahan dan keresahan untuk menemukan ketentraman jiwa.
Bahkan Hamka sendiri mengakui bahwa tulisannya tersebut kerap dibacanya
sendiri guna menasihati dan menentramkan jiwanya. Jadi tulisan Hamka ini
sesungguhnya lebih banyak bersifat tuntunan aplikatif dan mengambil
permasalahan kehidupan sehari-hari sebagai objek kajiannya.
Seiring berjalannya waktu, banyak dari pembaca majalah Pedoman
Masyarakat yang sangat menaruh perhatian apresiatif kepada artikel berseri
tersebut, bahkan setiap majalah Pedoman Masyarakat mengeluarkan edisi
baru, maka hampir semua mata pembaca tertuju pada rubric Tasawuf
modern.
Dengan animo yang cukup tinggi dari para pembaca, maka setelah seri
tulisan Bahagia ini berakhir pada tahun 1938 dengan edisi 43, banyak yang
meminta supaya Hamka membukukan tulisannya tersebut. Berkat dukungan
dari majalah Pedoman Masyarakat dan penerbit As-Syura, kumpulan
tulisan tersebut terbit untuk pertama kalinya pada bulan Agustus 1939 dalam
bentuk buku yang berjudul Tasawuf Modern yang diambil dari nama rubrik
majalah Pedoman Masyarakat yang telah membesarkan dan mempopulerkan
tulisan tersebut.
HAMKA, Tasawuf, h. 1.
30
ahli. Al-Junaid
mengungkapkan
pengertian tasawuf
adalah
Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, ( Bandung: Pustaka Setia, 2006 )
11
h. 9.
12
31
32
17
33
kepercayaan bahwa Tuhan hanya satu. Kita tundukan jiwa hanya kepada Allah
tidak kepada guru atau syekh, tidak kepada benda dan berhala dan tidak kepada
makam-makan keramat. Hendaklah kita isi pribadi kita dengan sifat-sifatNya
yang dapat kita jadikan sifat kita menurut kesanggupan kita.18
Maka maksud Hamka menulis
h. 235
19
34
Ridjalaludin F.N, Mengungkap Rahasia; Tasawuf versi Hamka (Jakarta: Pusat Kajian
Islam FAI UHAMKA, 2008), h.137.
23
HAMKA, Pandangan, h. 53-54.
24
Sobahussurur, Mengenang, h. 180.
35
tasawufnya, atau dengan kata lain bahwa corak pemikiran tasawuf Hamka
adalah tasawuf akhlaki.
Tentang posisi tasawuf dia berkata di akhir bukunya bahwa filsafat
adalah penjelasan hidup, kesusastraan adalah nyanyian hidup, kesenian adalah
perhiasan hidup, dan tasawuf adalah intisari hidup dengan ibadat sebagai
pegangan hidup.25
36
tanpa kecuali. Sukses meraih hidup bahagia menjadi impian dalam gerak hidup
kita setiap hari. Para ilmuan sejak Aristoteles sampai psikologi William James
menyetujuinya. Tidak ada perbedaan mendasar, tujuan hidup kita adalah
bahagia.27
Namun faktanya banyak sekali orang yang sudah berkecukupan secara
material akan tetapi tidak mendapat ketenangan jiwa dan kebahagiaan, bahkan
pada sebagian masyarakat, karena tidak menemukan jalan yang benar untuk
tujuan dan kebahagiaan itu, larilah mereka kepada hal-hal yang dilarang
agama, seperti obat-obatan terlarang, minuman keras dan lain sebagainya. Hal
ini membuktikan jika bahagia tidak hanya cukup materi yang berlimpah, atau
karir terus menanjak, namun dalam hal ini ada hal lain yang bisa membuat
manusia tentram dan bahagia.
Kebahagiaan merupakan sesuatu yang abstrak, karena itu kebahagiaan
bersifat relatif. Setiap orang, masyarakat atau bangsa mempunyai pandangan
tersendiri tentang makna bahagia. Edward Spranger (Jerman) sebagai seorang
ahli psikologi kepribadian, menilai kebahagiaan hidup itu menggunakan
pendekatan yang didasarkan pada pandangan hidup seseorang. Menurut
Edward Spranger ada enam aspek yang mendasari pandangan hidup manusia
yaitu:28
1. Manusia ekonomi adalah mereka yang menilai bahwa kekayaan harta
benda sebagai sumber kebahagiaan.
2. Manusia sosial, adalah mereka yang menilai bahwa bakti dan pengabdian
untuk kepentingan social sebagai puncak kebhaagiaan hidup
3. Manusia estetis adalah mereka kebahagiaan bersumber dari segala yang
dapat memenuhi kepuasan akan rasa indah dan keindahan.
4. Manusia kuasa, adalah mereka yang menilai bahwa kebahagiaan sebagai
kepemilikan terhadap kekuasaan
5. Manusia ilmu, yaitu yang menilai bahwa kebahagiaan dapat dicapai
dengan mengembangkan kemampuan nalar semaksmal mungkin.
27
28
37
bahagia dari beberapa ahli. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa bahagia itu
adalah tunduk dan patuh mengikut garis-garis yang ditentukan Allah dan
perikemanusiaan. Al ghazali berpendapat bahwa bahagia dan kelezatan sejati,
ialah bilamana dapat mengingat Allah. Menurut Al Ghazali kesempurnaan
bahagia itu tergantung pada tiga kekuatan yaitu kekuatan marah, kekuatan
syahwat, dan kekuatan ilmu. Maka sangatlah perlu manusia berjalan ditengahtengah di antara tiga kekuatan itu. Jangan berlebih-lebihan menurutkan
kekuatan marah, yang menyebabkan mempermudah yang sukar dan
membawanya kepada binasa. Jangan pula
30
38
segala keutamaan bahagia itu hanya dirasai oleh diri dan nafsu. Mereka setuju
bahwa barang siapa yang sudah terkumpul sifat yang empat itu maka tidak
perlu lagi mempunyai sifat lain. Karena sifat-sifat yang lain itu hanya sebagai
ranting saja. Sebab ke empat sifat tadi bukan sifat jasmani melainkan sifat
rohani. Golongan ini mengemukakan bahwa bahagia itu akan lebih bersih dan
suci jika jasmani telah berpisah dari rohani. Karena mereka berpendirian
bahwa bahagia itu hanya perasaan jiwa.
Sedangkan menurut Aristoteles bahagia itu tersusun karena badan
sehat, cukup kekayaan, indah sebutan diantara manusia, tercapai apa yang
dicita-citakan,
merupakan salah satu bagian dari diri manusia. Sehingga kebahagiaan jiwa
tidak akan sempurna jika tidak tercapai terlebih dahulu kesempurnaan badan.
Tolstoy Membagi bahagia menjadi dua, yaitu bahagia untuk diri sendiri
dan bahagia yang sejati yakni bahagia yang berguna bagi masyarakat. Bahagia
yang sejati menurut Tolstoy adalah bahwa engkau cinta sesama manusia
sebagaimana cinta terhadap dirimu sendiri. Islam pun menyokong pendapat
filosof ini.32 Allah befirman dalam Al Quran:
Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali agama Allah dan
janganlah berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atasmu, seketika
kamu bermusuh-musuhan, lalu telah dipersatukanya hati kamu semuanya,
sehingga dengan segera kamu telah menjadi bersaudara dengan sebab
NikmatNya.(Ali Imran 103).
Kebahagiaan itu identik dengan kenikmatan, karena tidak mungkin
orang bahagia tanpa merasakan sesuatu yang nikmat. Demikian sebaliknya
penghayatan terhadap suatu kenikmatan, akan melahirkan kebahagiaan.
31
32
39
40
yang diperoleh di sebut syukur, senang dengan keadaan hidup walau sulit
disebut ridha dan ikhlas, merasa cukup disebut qonaah, optimis disebut raja
dan rasa cinta di sebut mahabbah. Dalam buku Tasawuf Modern Hamka juga
memaparkan beberapa sifat terpuji yang membuat hati menjadi tenang dan
bahagia, diantaranya qonaah, ikhlas dan tawakal.
Menurut Hamka
terkandung dalam sifat qonaah yaitu; menerima dengan rela apa adanya,
memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha, menerima
dengan sabar akan ketentuan Tuhan, bertawakal kepada Tuhan dan tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.37
Qonaah bertujuan supaya orang tidak berkeluh kesah kalau rizkinya
kecil dan tidak terdorong berbuat curang atau korupsi. Selain itu qonaah juga
bermanfaat supaya orang merasa tenang dan bahagia dengan apa yang
diperoleh.
Selain Qonaah sifat yang jika dimiliki oleh manusia akan membuat
bahagia adalah tawakal. Tawakal menurut Hamka adalah menyerahkan
keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam.
Beliau menjelaskan bahwa bukanlah tawakal namanya, apabila ular hendak
menggigit, binatang besar hendak menerkam, kala mengejar kaki, kemudian
kita tidak menghindar. Orang yang bertawakal adalah orang yang keluar
terlebih dahulu mengunci pintu
berfirman:
37
38
41
Tawakal kepada Allah, jika kamu orang yang beriman. ( Al Maidah/5:23).
Dr
Aid
Abdullah
al-Qarni
dalam
bukunya
Berbahagialah
Demikianlah penjelasan salah satu sifat terpuji yang bisa membuat manusia
yang memilikinya bisa merasakan kebahagiaan.
Menurut Hamka penyakit jiwa seperti sombong akan memperhambat
bahagia, oleh karena itu penyakit-penyakit jiwa tersebut harus segera diobati,
maka menurut Hamka pendidikan dan pengajaran zaman sekarang harus
memperhatikan bagian dalam (jiwa) dan bagian luar.41 Sebagai manusia kita
juga harus menjaga kesehatan jiwa, Hamka menyatakan untuk menjaga
kesehatan jiwa harus diperhatikan lima perkara yaitu; bergaul dengan orang-
39
42
42
BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM
BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA
Abul Ala Al- Maududi, Menuju Pengertian Islam, Terj. Amirudin Jamil, cet 1
(Bandung: CV. Sulita, 1967), h. 27.
2
Abu Ala Maududi, Iman dan Ketaatan, Cet ke 1 (Darul Ulum Press, 1990), h. 40.
3
Yusuf Qordhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, terj. Jazirotul Islamiyah, cet ke 2
(Yogyakarta: Pustaka pelajar Offset, 2000), h. 27.
43
44
dan keyakinan yang kuat, dia juga mensyaratkan adanya kepatuhan hati serta
kesediaan dan kerelaan menjalankan perintah dan ketentuan Allah Swt.
Dalam dunia pendidikan Islam, pendidikan keimanan termasuk aspek
pendidikan yang patut mendapat perhatian paling utama dan harus mendapat
perhatian khusus dari para pendidik. Allah SWT menggambarkan batapa
pentingnya pendidikan keimanan sebagaimana dikisahkan dalam kisah
Luqman dalam Al-Quran. Firman Allah dalam surat Luqman ayat 13:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar. (QS. Luqman: 13).
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 63.
5
M. Ahmad Qadir Muhammad, Metodologi Pendidikan Agama islam, (Jakarta: Direktur
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama islam, 1985) , h. 16.
6
Hamka, Tasawuf Modern,h. 59
45
Bahwasanya orang yang beriman dengan Allah dan Rasulnya, kemudian
tidak ada ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta benda dan
diri mereka sendiri pada jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar
pengakuanya (QS. Al-Hujurat: 15).
Selanjutnya Hamka menerangkan definisi iman, Islam dan ihsan
dengan mengutip hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Sayidina Umar Bin Khatab ra, bahwa seketika Jibril datang dan bertanya
kepada Nabi Saw:
Jibril: Apakah Islam?
Nabi: Islam ialah engkau ucapkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusanya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
puasa bulan ramadhan, naik haji jika mampu.
Jibril: Apakah iman?
Nabi: iman ialah engkau percaya kepada Allah, percaya adanya malaikatmalakatNYa, Kitab-kitabnya,
46
Hamka juga menjelaskan bahwa iman bisa subur dalam hati jika hati
bersih dari sifat-sifat tercela seperti takabur, hasad, dan mencari kemegahan.
Seperti ungkapanya:
Iman itu bisa subur dalam hati, hendaklah tersingkir hati dari sifat-sifat
takabur, hasad, dan mencari kemegahan.8
Kisah Firaun seorang raja yang takabur, iblis yang mempunyai sifat
hasad kepada Adam, dan Heraclius yang mempunyai sifat gila akan
kemegahan hingga ia tidak beriman, merupakan contoh dari sosok yang
mengingkari Allah (tidak mengimani Allah) karena tertutup oleh sifat-sifat
buruk yang diungkapkan dalam buku Tasawuf Modern.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan yang
menyatakan agar anak selalu mengingat Allah, pada setiap perasaannya,
hendaknya anak selalu mempelajari setiap perasaan yang bersih dan suci.
Jangan sampai ia berbuat hasad, dengki, mengadu domba, dan senang dengan
hal-hal yang kotor dan batil.9
Ada ungkapan menarik tentang iman yang ditulis Hamka di dalam
buku Taswauf Modern yaitu:
Hati itu hanya dapat membuat misalnya seratus benda, tidak dapat
dilebihi dan tidak dapat dikurangi. Muatan yang seratus itu adalah iman
dan ragu. Kalau telah dipenuhi oleh iman 25 % tandanya dipenuhi oleh
ragu 75 %. Dan telah ada iman 50 % tentu ditempati oleh ragu 50%.
Kalau iman cukup menjadi 100%, tentu tidak ada ragu lagi didalamnya.
Oleh sebab itu maka hendaklah iman yang telah tumbuh di dalam hati itu
dipupuk supaya subur dan bertambah, jangan dibiarkan begitu saja, takut
dia menjadi lemah dan tumbang, tumbuh rumput sekelilingnya, rumput ya
menyemakan, atau dikalahkan limau oleh benalu.10
Dari pernyataan Hamka di atas mengisyaratkan bahwa hati sebagai
tempat pertama berlabuhnya iman sangat mudah untuk berpindah-pindah dan
berganti antara iman dan ragu. Maka apabila iman telah tumbuh subur dalam
diri seorang muslim hendaknya dijaga, karena keimanan bersifat fluktuatif
pada setiap orang, kadang ia bertambah dan kadang berkurang.
8
47
Untuk menjaga iman supaya terus bertambah dan meningkat, ada tiga
syarat yang dijelaskan Hamka dalam buku Tasawuf Modern tersebut, yaitu: 1).
Ditasdiqkan (diyakini ol;eh hati), 2). Diikrarkan (diucapkan), dan 3). Diikuti
dengan amalan. Jika ketiga syarat tersebut tidak sempurna maka tidak akan
sempurna pula iman seseorang.
Kalau seseorang mengerjakan suatu amal pebuatan tapi tidak percaya
maka orang tersebut adalah munafiq, jika lidah saja yang berucap, sementara
hati dan perbuatanya tidak maka jatuhlah dia menjadi kafir zuhud. Apabila dia
mengerjakan dan lidahnya pun mengakui, tetapi tidak megakui kaifiyatnya
maka ditakutkan Imanya akan jatuh pada kesalahan.11
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pendidikan keimanan merupakan
pendidikan yang sangat fundamental yang harus ditanamkan kepada setiap
peserta didik sejak dini, karena tanpa iman amal perbuatan manusia akan siasia. Maka seyogyanya selain peserta didik dibekali dengan ilmu keimanan,
peserta didik pun harus dilatih dan mengetahui bagaimana cara menjaga iman
supaya terus bertambah dari waktu ke waktu. Dalam hal ini Hamka
mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk menjaga keimanan adalah
dengan lebih banyak membaca Al-Quran, menelaaah hadits nabi, serta
memperhatikan alam dan seisinya.
Berikut adalah penjelasan Hamka tentang bagaimana menjaga keimanan:
Selain dari kesudian membaca Al-quran, Hadits nabi, kata hikmat dan
budiman, perhatikan pula alam dan seisinya, perhatikan manusia dengan
kejadian badanya yang ajaib, perhatikan matahari yang memberi cahaya
untuk manusia hidup, bulan yang timbul dan tenggelam, takjub atas
kekuasaan pembikinannya. Takjub itu ialah pintu yang pertama dari iman.
Di sana kelak akan aatang suara dari hati kita sendiri.12
Hamka juga menjelaskan bahwa kehidupan ini membuktikan bahwa
Allah itu ada. Karena segala alam ini ada yang menjadikan, kehidupan ini
bukan terjadi dengan tiba-tiba. Di waktu otak manusia jernih dan bersih, tidak
tercampur dengan kesombongan dan tidak hanya percaya kekuatan diri sendiri,
11
12
48
timbulah dalam hatinya perasaan bahwa ada yang mengatur alam ini.
Pengakuan atas adanya yang mengatur alam, adalah pengakuan asli manusia.
Perasaan itu mesti timbul bilamana dia memperhatikan alam seisinya.
Dari penuturan tersebut, Hamka ingin mennjelaskan bahwa ada fitrah
akal yang sangat berpengaruh terhadap proses bertambah kuatnya keimanan
seseorang. Dengan mengoptimalkan potensi akal yang hanif
untuk
dengan bertambah kuatnya iman seseorang atau peserta didik maka segala apa
yang dilakukanya akan mengarah pada dua dimensi yaitu dimensi ketundukan
vertical dan dialektika horizontal.
Iman kepada Allah yang ditegaskan dengan ucapan La ilaha illallah
(tiada Tuhan selain Allah) menimbulkan faham tauhid (montheis), yakni
mengesakan Tuhan.13 Dan tauhid dalam pendidikan Islam berfungsi untuk
mentransformasikan setiap individu anak didik menjadi manusia tauhid yang
lebih ideal, dalam arti memiliki sifat-sifat mulia dan komitmen kepada
penegakan kebenaran dan keadilan. 14
Prof. Dr. Ardani mengemukakan bahwa tauhid bukanlah semata-mata
kepercayaan hampa akan wujud Allah yang maha Esa melainkan juga harus
direalisasikan dalam kehidupan nyata, maka dengan sendirinya ia akan
memberi pengaruh terhadap kehidupan itu sendiri, baik pengaruh yang bersifat
aqliyah, nafsiyah, dan ijtimaiyah.15
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa dalam buku Tasawuf Modern
Hamka menjelaskan tentang masalah keimanan secara cukup terperinci.
Hamka meletakan pembahasan tentang nilai-nilai dan pendidikan keimanan
bagi manusia sebagai hal penting yang menjadi fondasi kehidupan manusia.
Hal tersebut sejalan dengan semangat pendidikan Islam yang meniscayakan
13
49
B. Pendidikan Akhlak
Sebagaimana diketahui bahwa tasawuf Hamka termasuk kepada
tasawuf akhlaki, Hal ini tercermin dalam pemaknaan tasawuf menurut Hamka
yang sependapat dengan definisi tasawuf yang dikemukakan al-Junaid, bahwa
tasawuf adalah membersihkan jiwa dan mempertinggi derajat budi,
menekankan segala kerakusan dan memerangi syahwat.
Tasawuf akhlaki berorientasi pada pembinaan akhlak yang mulia.
Terlebih Hamka menjelaskan bahwa tujuan dari tasawuf adalah untuk
membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi. Hal ini tentu
saja sangat relevan dengan definisi dan tujuan pendidikan akhlak yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik melalaui proses
pengajaran, pembinaan, pelatihan, pengasuhan dan tanggung jawab untuk
diarahkan kepada suatu arah dan kebiasaan yang baik dan mulia, baik aspek
jasmani maupun rohani.
Pada buku yang sama, Hamka juga menjelaskan bahwa keutamaan
budi ialah menghilangkan segala perangai yang buruk-buruk, adat istiadat
yang rendah, yang oleh agama telah dinyatakan mana yang mesti di buang dan
mana yang mesti dipakai. Serta dibiasakan perangai-prangai yang terpuji, yang
mulia, berbekas di dalam pergaulan setiap hari dan merasa nikmat memegang
adat yang mulia itu.16
Menurut Hamka kalau kita menjauhi apa yang dilarang dan
mengerjakan apa yang diperintahkan tetapi karena terpaksa dan bukan karena
ketulusan, maka yang demikian itu tandanya belum naik kepada tingkatan
budi. Oleh sebab itu hendaklah diri berperang dengan diri dan dalam
perjuangan yang hebat itulah kita dapat mencapai tujuan yang mulia. Menurut
Hamka, untuk mencapai keutamaan budi harus ada tiga rukun yang perlu
16
50
dicapai, yaitu: 1). Dengan tabiat, 2). Dengan pengalaman, 3). Dengan
pelajaran.17
Ketiga rukun di atas harus dilaksanakan, apabila hanya salah satu saja
yang dilaksanakan maka akan pincang keutamaannya. Dalam hal ini Hamka
menjelaskan bahwa banyak orang yang dari kecil bergaul dalam kalangan
yang utama, tetapi pengalaman tidak ada atau ilmu tidak ditambah, maka
keutamaan budi tidak akan tercapai.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Sidi Gazalba, bahwa
Kepribadian muslim sebagian besar berasal dari kapasitas atau predisposisi
tertentu yang dikuasai oleh keturunan, sebagian dari keadaan individu yang
diperolehnya selama hidupnya, dan sebagian lagi dari kebiasaan-kebiasaan
yang diberikan kepadanya oleh kebudayaan tertentu.18 Maka ketiga rukun
yang dikemukakan Hamka tersebut sangat baik untuk mendidik akhlak
manusia supaya budi semakin baik dan menjadi yang utama.
Selanjutnya Hamka menyatakan bahwa musuh yang senantiasa
menghalangi manusia mencapai keutamaan ialah hawa nafsu yang
menyebabkan marah, dengki, loba dan kebencian.19 Maka hawa nafsu yang
bisa menyebabkan kerusakan akhlak tersebut harus diperangi dan dihilangkan.
Dalam hal ini Hamka juga menjelaskan tentang hawa dan akal, menurut
Hamka hawa membawa sesat dan tidak berpedoman, dan akal menjadi
pedoman menuju keutamaan.
Untuk membedakan antara mana kehendak akal dan hawa amatlah
sulit, maka untuk dapat membedakannya perlu ilmu hakikat yang dalam. Akan
tetapi, meskipun pedoman itu telah ada, namun manusia masih sangat
berpotensi menjadi sesat, karena semua itu bergantung kepada taufiq dan
hidayat Ilahi, karena itu hendaklah lekas-lekas lari kepada Allah di waktu hati
17
51
20
52
53
25
26
pada
kekuasaanya.Hadapkan
kepadanya
segala
sifat-sifat
54
27
28
55
Tidaklah jasa dan kebaikan itu, bahwa engkau palingkan mukamu ke
timur dan ke barat, tetapi jasa kebaikan ialah beriman kepada Allah dan
hari akhirat, dengan malaikat dan Nabi; dan memberikan harta kepada
yang berhak menerima dari kaum kerabat, anak yatim, orang miskin,
orang yang tak tentu rumah tangganya, budak yang ada harapan akan
dimerdekakan dan mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, dan
orang-orang yang menempati perjanjian bilaman mereka berjanji, dan
orang yang sabar di waktu kesusahan dan kesempitan, serta kesusahan
yang tiba-tiba. Mereka itulah orang-orang yang benar dan (tulus) dalam
pengakuanya, dan mereka itulah orang-orang yang muttaqin. (QS. AlBaqarah ayat 177).
Kelima, qonaah dan tawakal. Dewasa ini banyak sekali manusia yang
saling berebut jabatan dan kekayaan dengan saling menjatuhkan satu sama
lain, tentu saja hal ini
jabatan, budaya korupsi juga kian merajalela dewa ini yang membuat bangsa
ini semakin hancur. Para koruptor bukanlah orang yang tidak memiliki cukup
uang, bahkan kekayaan mereka relatif berlimpah, namun mereka tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang telah mereka miliki, karena mereka
mengedepankan sifat tamak daripada sifat qonaah.
Qonaah dan tawakal merupakan salah satu materi dalam Pendidikan
Islam, Sifat qonaah dan tawakal hendaknya dimiliki oleh peserta didik,
karena Dengan sifat qonaah orang tidak akan tergila-gila untuk menindas
yang lain guna mendapatkan jabatan dan kekayaan, karena mereka yakin
bahwa rizki telah diatur oleh Tuhan, tugas manusia adalah berikhtiar. Maka
56
Dzu Nuun al Mishry mengatakan bahwa orang qonaah selamat dari orangorang semasanya dan berjasa atas semua orang.
Qonaah menurut Abu Abdullah bin khafif adalah
meninggalkan
keinginan terhadap apa yang telah hilang atau yang tidak dimiliki, dan
menghindari ketergantungan kepada apa yang dimiliki. Muhammad bin Ali at
Tirmidzi menegaskan, qonaah adalah kepuasan jiwa terhadap rizki yang
diberikan.29 Rasulullah SAW bersabda:qonaah itu adalah harta yang tidak
akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap
Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern menjelaskan bahwa qonaah
adalah menerima dengan cukup, dan qonaah mengandung lima perkara:
1. Menerima dengan rela apa yang ada
2. Memohonkan kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan
4. Bertawakal kapada Tuhan
5. Tidak tertarik oleh tipu daya manusia30
Qonaah bukan berarti menerima saja apa yang ada, sehingga tidak ada
ikhtiar. Karena sejatinya agama menyuruh untuk qonaah hati bukan qonaah
ikhtiar. Rasulullah bersabda: Qonaah itu adalah harta yang tidak akan
hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap.
Hamka menjelaskan bahwa qonaah maknanya sangatlah luas.
Menyuruh percaya yang betul-betul akan adanya kekuasaan yang melebihi
kekuasaan kita., menyuruh sabar akan ketentuan ilahi jika ketentuan itu tidak
menyenangkan diri, dan bersyukur akan dipinjaminya Nikmat. Maka bekerja,
berusaha, bergiat sehabis tenaga adalah kewajiban manusia.31
Jadi qonaah bukan untuk melemahkan hati, memalaskan fikiran,
mengajak berpangku tangan. Tetapi qonaah adalah modal yang paling teguh
untuk menghadapi penghidupan, menimbulkan kesungguhan hidup.
29
57
32
58
59
nafs adalah istilah yang paling umum dengan istilah pendidikan (al
Tarbiyah), apalagi istilah ini telah disebutkan dalam beberapa ayat alQuran yang menunjukan makna pendidikan, dan istilah ini menunjukan
pada introspeksi jiwa (muhasabah al nafs).
Said
Tazkiyyah secara
Said Hawwa, Mensucikan jiwa konsep tazkiyatun nafs terpadu, Cet. Ke-25 (Jakarta:
Robbani Press, 2000), h. 2.
37
Muhammad Al Ghazali, Nazhariyah al Tarbiyah al-Islamiyah li al Fard wa al
Mujtama, (Makkah al Mukarramah; Jamiah Umm al Qura, 1400 H), h. 1.
38
Mir Valiuddin, Zikir dan Kontemplasi dalam tasawuf, Cet. 2, (Bandung; Pustaka
Hidayah, 1997) h. 45.
39
HAMKA, Tasawuf, h. 145.
40
HAMKA, Tasawuf, h. 146.
60
2.
61
c. Marah
Marah berasal dari bahasa Arab amarah yaitu bersifat
memerintah atau mendorong.
43
tampak ketika salah satu motif dasar atau penting yang harus dipenuhi
terhambat. Menurut Hamka Marah ada yang terpuji dan ada yang
tercela. Marah yang terpuji
Sudirman Tebba, Sehat lahir batin, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 96.
HAMKA, Tasawuf , h. 154.
45
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran Tajwid dan Terjemah, (Jakarta
Khairul Bayan,2005), h. 42.
46
HAMKA, Tasawuf , h. 157.
47
HAMKA, Tasawuf., h. 158
44
62
Dan janganlah kamu memalingkan muka kamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membenggakan diri. (QS. Luqman: 18).
e. Takut
Sebenarnya rasa takut bermanfaat dalam kehidupan manusia. Ia
mendorong manusia untuk menjauhi situasi bahaya dan menghindari
sesuatu
yang
menyakiti
dirinya.
Penelitian
empiric
mutakhir
63
dan
terapi
penyembuhan
terhadap
penyimpangan,
aspek
agama
dalam
kesehatan
jiwa.
Mereka
juga
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk (Q.S Al An am: 82).
49
64
65
66
53
67
masalah tasawuf dengan tema-tema seperti, iman, akhlak, bahagia, jiwa dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan kajian tasawuf.
Dalam bukunya ini, Hamka memotret tentang fenomena banyaknya
ummat Islam yang mengalami kekeringan spiritual dan kebingungan dalam
menghadapi kehidupan dan cara menggapai kebahagiaan, meskipun secara
formal mereka mengaku sebagai penganut Islam. Di sisi lain banyak praktekpraktek spiritual atau tasawuf yang disinyalir berbenturan dengan syariat dan
ubudiah Islam. Maka dengan tulisan Tasawuf Modern yang banyak membahas
kehidupan keseharian mayoritas masyarakat ini Hamka bermaksud meluruskan
dan menyuguhkan Tasawuf yang sesungguhnya yang tidak berbenturan
dengan syariat. Hamka mendefinisikan tasawufnya dengan mengutip definisi
tasawuf dari al-Junaidi, yaitu keluar dari budi, perangai tercela dan kepada
budi, perangai terpuji.54
Sebagaimana penulis telah jelaskan pada bab I tentang perumusan dan
pembatasan masalah, penulis telah membatasi dan merumuskan penyusunan
skripsi ini seputar nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku
Tasawuf Modern karya Hamka.
relevansi yang signifikan antara isi buku Tasawuf Modern dalam konteks nilainilai pendidikan Islam.
Sebagaimana kita ketahui, pendidikan Islam memiliki misi untuk
membentuk peserta didiknya menuju manusia paripurna (insan kamil), ialah
protope pribadi mulia secara lahir dan batin seperti pribadi Muhammad Saw.
Sebagai upaya mewujudkan misi besar tersebut, maka dalam prosesnya
setidaknya pendidikan Islam harus memiliki dua dimensi, yaitu pertama,
dimensi dialektika horizontal
54
68
manusia di sisi Allah.56 Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat AdzDzariyat ayat 56 yang artinya: Dan tidaklah aku menciptakan jin dan
manusia melainkan supayamereka menyembahku.
Dari keterangan di atas, maka menjadi sebuah konsekuensi bahwa
dalam kerangka ideal pendidikan Islam, baik dalam materi, metode ataupun
proses pendidikannya harus memiliki muatan nilai-nilai Islam, sebagai upaya
mewujudkan misi dan tujuan pendidikan Islam. Terlebih Hamka banyak
mengutarakan metode bagaimana caranya memperkuat keimanan, akhlak dan
spiritual dalam bukunya Tasawuf Modern.
Dalam konteks tersebut, buku Tasawuf Modern sebagaimana telah
dibahas secara singkat pada bab sebelumnya mengandung penjelasan dan
pembahasan yang cukup eksplisit terhadap kajian nilai-nilai Islam. seperti
telah diuraikan sebelumnya, penulis mengklasifikasikan pembahasan nilainilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern ke
dalam tiga pokok pembahasan, yaitu penidikan keimanan (aqidah Islamiah),
pendidikan akhlak dan pendidikan spiritual (tazkiyatun nafs).
Penjelasan mengenai bahagia, keimanan, akhlak dan spiritual
sebagaimana telah penulis bahas pada bab ini dan bab sebelumnya adalah
beberapa tema yang merefresentasikan nilai-nilai pendidikan Islam, dan hal
tersebut sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan Islam yaitu untuk
mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk
berakhlak mulia.57
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana telah dibahas oleh penulis pada bab-bab sebelumnya,
dalam buku Tasawuf Modern Hamka menjelaskan beberapa nilai-nilai Islam
yang penting untuk dilaksanakan dan diajarkan, dan hal-hal tersebut secara
prinsip memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam pendidikan Islam.
Adapun nilai-nilai tersebut adalah:
1. Pendidikan Keimanan (aqidah Islamiyah)
Nilai pendidikan keimanan terlihat dalam pemaparan Hamka dalam
bab al-Iman, Hamka menjelaskan pengertian al-Iman dan bagaimana cara
untuk menjaga serta meningkatkan iman kita kepada sang khalik
diantaranya adalah dengan banyak membaca al quran, menelaah hadits
Nabi dan merenungkan penciptaan Allah yaitu alam semesta. Selain itu
Hamka juga memaparkan tentang inayat ilahi yang bisa membangkitkan
keimanan kita kepada Allah SWT.
2. Pendidikan Akhlak
Tasawuf Hamka merupakan tasawuf akhlaki, banyak sekali nilai
pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku ini. Hamka sependapat
dengan imam Al Ghazali bahwa syajaah, iffah, adil dan hikmat adalah
induk budi pekerti, Kemudian hamka menyebutkan bahwa untuk mencapai
keutamaan budi harus memenuhi tiga rukun yaitu dengan tabiat,
69
70
71
B. Saran
Sebagaimana tujuan pendidikan Islam menurut Hamka adalah
mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk
berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak
dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya, penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pendidikan Islam saat ini hendaknya tidak hanya mementingkan aspek
jasmaniyah tetapi juga harus memperhatikan sisi rohaniyah, sehingga
pendidikan yang bervisi spiritual bisa terwujud.
2. Kepada para pendidik diharapkan tidak hanya mengajarkan nilai yang
bersifat teoritis, yang menekankan pada hafalan dan pemahaman saja,
tetapi lebih dari itu pendidik seharusnya mengajarkan nilai yang esensial
tentang makna serta ruh dari pembelajaran pendidikan Islam itu sendiri.
Maka perlu konsep serta perencanaan yang matang dari para pendidik.
3. Standar akhir dari sebuah proses pendidikan sudah selayaknya tidak lagi
diukur dari standar kuantitatif semata, tapi juga harus dilihat dari standar
kualitatif, yang salah satunya dari sejauh mana peserta didik dapat
menginternalisasi nilai-nilai pendidikan Islam ke dalam setiap individunya.
DAFTAR PUSTAKA
72
73
74
75