Oleh:
Enung Nurlaela
(17210822)
Oleh:
Enung Nurlaela
(17210822)
Dosen Pembimbing
Iffaty Zamimah, S. Th,I. M.Ag
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF TAFSIR
INDONESIA” (Kajian Terhadap Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah) oleh
Enung Nurlaela dengan NIM 17210822 telah diujikan pada sidang
Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2021. Skripsi telah diterima sebagai salah satu
Syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).
ii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NIM : 17210822
Enung Nurlaela
NIM. 17210822
iii
MOTTO
ِ ِاِجِهِدِِوِلِاِتِكِسِلِِوِلِاِتِكِنِِغِافِلاِِفِنِدِامِتِِالعِقِبِاِلِمِنِِيِتِكِاسِل
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Mamah, dan
Alm. Bapak, Serta kakak-kakak yang selalu memberi semangat dan doa yang
tiada henti.
v
ٱلرِنَٰمۡح ه ه
ٱَّللِ ه
حي ِم
ِ ٱلر ِمۡسِب
KATA PENGANTAR
vii
yang telah mencurahkan kasih sayang, tenaga, pikiran dan motivasi
yang sangat tinggi pada penyusun untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
9. ucapan terima kasih kepada teman-teman angkatan S1 IIQ Jakarta
2017, khususnya sebagian personil kelas IAT A&B yang telah
menemani selama 4 tahun perkuliahan ini terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakkannya.
Enung Nurlaela
viii
DAFTAR ISI
ix
C. Klasifikasi Euthanasia ................................................................ 30
D. Penyebab Terjadinya Euthanasia ............................................... 33
E. Euthanasia Dalam Al-Qur’an ...................................................... 35
F. Euthanasia Dalam Kajian Islam ................................................. 40
BAB III: BIOGRAFI MUFASIR DAN KITAB TAFSIR
A. Biografi Prof Dr. Haji Abdul Malik Abdul karim Amrullah
(Hamka) dan Tafsir Al-Azhar
1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan .................... 47
2. Tafsir Al-Azhar ...................................................................... 52
B. Biografi M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Misbah
1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan .................... 54
2. Tafsir Al-Misbah .................................................................... 64
BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT EUTHANASIA
DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN AL-MISBAH
A. Penafsiran Hamka Mengenai QS. Al-Maidah Ayat 32, QS. Al-Isra
Ayat 33, dan QS. Yusuf Ayat 87 ................................................. 63
B. Penafsiran M. Quraish Shihab Mengenai QS. Al-Maidah Ayat 32, QS.
Al-Isra Ayat 33, dan QS. Yusuf Ayat 87 .................................... 72
C. Analisis penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam Q.S Al-
Maidah ayat 32, Q.S Al-Isra ayat 33, dan QS. Yusuf ayat 87 .... 81
D. Relevansi penafsiran terhadap pelaksanaan Euthanasia ............ 85
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 87
B. Saran-saran ................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
xi
2. Vocal
Vocal Tunggal Vocal Panjang Vokal Rangkap
Fathah :a آ:â َي.. : ai
Kasrah :i ي:î َو.. : au
Dhammah :u و:û
3. Kata Sandang
ِاْلفئِدة : al-Af’idah
ِ املة النَّا
صب ِة ِ ع : Âmilatun Nâsibah
e. Huruf Kapital
xiii
dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh Al-
Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiv
ABSTRAK
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Akh. Fauzi Aseri, Euthanasia Suatu Tinjauan dari Segi Kedokteran, Hukum Pidana
dan Hukum Islam, dalam Problematika Hukum Kontemporer, Editor oleh Chuzaimah T.
Yanggo dan Hafiz Anshary, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 51
2
Ismail, Tinjauan Islam terhadap Euthanasia, (Jakarta: PBB UIN dan KAS, 2003),
h. 22
1
2
3
Abdul Wahid, “Hadist Nabi dan Problematika masa Kini” (Banda Aceh: Ar Raniry
Press, 2007), h. 46
4
Jusuf Hanafiah, Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4
(Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007), h. 117
3
5
DR. Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, Jakarta: Gema Insani,
1995,hlm.750
4
6
https://www.nu.or.id/post/read/2262/fatwa-mui-larang-euthanasia, di akses pada tanggal
30 Agustus 2021
5
berasal dari Jerman, 31 dari Prancis dan 24 dari Inggris. Karena swiss
merupakan negara yang melegalkan praktik ini7
7
Luthfia Ayu Azanella,
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/02/144500665/apa-itu-euthanasia-dan-negara-
mana-saja-yang-melegalkan-, diakses pada tanggal 23 Agustus 2021
8
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014),
h. 208
9
Ahmad Wardi Muslih, Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif dan Hukum
Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 4
10
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Daar al-Tsakofah al-Islamiyyah, 1998), h. 14
6
11
Eko Setiawan, “Eksistensi Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Islam”, (Al-Ahwal,
1 April, 2015), h. 166
12
Masjfuk Zuhdi, Penderita AIDS Tidak Boleh Dieuthanasia, Dalam Mimbar Hukum
No. 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), h. 28
8
13
Arifin Rada, “Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal (Volume XVIII
No. 2 Tahun 2013 Edisi Mei), h. 113
14
Masjfuk Zuhdi, Penderita AIDS Tidak Boleh Dieuthanasia, Dalam Mimbar Hukum
No. 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), h. 29
9
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
15
Indrie Prihastuti, “Euthanasia Dalam Pandangan Etika Secara Agama Islam, Medis
Dan Aspek Yuridis Di Indonesia,” Jurnal Filsafat Indonesia 1, no. 2 (2018), h. 85–90.
10
2. Pembatasan Masalah
3. Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan akademis dan
tujuan umum. yaitu:
1. Agar mengetahui penafsiran Tafsir Al-Azhar, dan Tafsir Al-
Misbah.
2. Memberi gambaran terkait relevansinya penafsiran tersebut
terhadap pelaksanaan euthanasia di era saat ini.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan pengetahuan dalam studi tafsir.
b. Menambah kajian Islam dan wawasan pengetahuan tentang
Euthanasia dalam Al-Qur’an.
2. Secara Praktis
a. Sebagai sumbangsi penelitian untuk penelitian yang lebih
baik
D. Tinjauan Pustaka
16
Ahmad Zaelani, “Euthanasia Dalam Pandangan Hak Asasi Manusia Dan Hukum
Islam”, Skripsi, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulah Jakarta, 2008.
17
Fajar Nugroho, “Euthanasia Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam”, Skripsi,
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008.
13
cara berfikir induksi yaitu cara berfikir dari doktrin Hak Asasi
Manusia terhadap euthanasia, persamaan dan perbedaan pandangan
doktrin hak asasi manusia dan hukum Islam terhadap euthanasia.
Penelitian yang dilakukan Fajar menjadi salah satu sumber bacaan
dalam menyusun penelitian ini.
18
Hasriasman Rahmat H, “Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam Dan
Supremasi Hak Asasi Manusia”, Skripsi, Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN
Alauddin Makassar, 2012
19
Akhsanul Khalisin, “Euthanasia Dalam perspektif Hukum Pidana Islam”, Skripsi,
Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
14
E. Kerangka Teori
20
Indah Wardatul Maula, “Argumen Qur’ani tentang persoalan euthanasia”, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, 2018.
15
metode maudu’i berasal dari kata bahasa arab وضع yang berarti
21
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka
Amani), h.252
22
H. Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudlu’i pada masa kini, Cet ke 1, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1990), h.83
23
Abd al-Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudlu’I Dirosah, Cet ke 2,
(Jakarta : PT Grafindo Persada, 1996), h. 36
24
H. Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudlu’I pada masa kini, Cet ke 1, (Jakarta: Kalam
16
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Mulia, 1990), h. 98
25
Abd al-Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudlu’I Dirosah, Cet ke 2,
(Jakarta : PT Grafindo Persada, 1996), h. 45
17
euthanasia.
4. Analisis Data
26
Tim Penulis, “Petunjuk Teknis Penulisan dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur’anJakarta
(IIQ) jakarta”, (Jakarta: LPPI IIQ, 2017), h. 11-13
19
A. Definisi Euthanasia
1
Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman, cet ke-2 (Jakarta: Djambatan, 2005), h. 135
2
Lamintang dan Samosir, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru 1983), h. 67
20
21
3
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. V, (Jakarta:
Gramedia, 1978), h. 219.
4
Ali Akbar, Euthanasia Dilihat Dari Hukum Islam (Panji Masyarakat No.453.Th.XXVI,
21 Desember 1984), h. 69.
22
5
K. Berthens, esai-esai tentang masalah aktual, (Jogyakarta, Kanisius:2001) h. 120
6
Imron Halimy, Euthanasia, Cara Mati Terhormat Orang Modern, (Solo: CV
Ramdhani, 1990), h. 24
23
7
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan
Zaman, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2006), h. 181
8
Soenarjo Sstrodinoto, Biologi Umum, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 414
9
Majalah Amanah, No. 27, (16-29 Juni: 1989), h.14
10
Majalah Panji Masyarakat, No. 846, (01-15 Januari: 1996) h. 61
11
Https://www.nu.or.id/post/read/2262/fatwa-mui-larang-euthanasia, diakses pada tanggal
30 Agustus 2021
24
12
Aseri, Akh. Fauzi Aser, Euthanasia Suatu Tinjauan dari Segi Kedokteran, Hukum
Pidana dan Hukum Islam, dalam Problematika Hukum Kontemporer, Editor oleh Chuzaimah
T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 51
13
(Forum Keadilan No. 4, 29 April 2001:45)
25
14
Crisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman, (Jakarta: EGC, 2007), h. 180
15
M. Yusuf Hanafilah & Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (
Jakarta; EGC, 1999), h. 105
26
16
Petrus Yoyo Karyadi, Euthanasia Dalam Perspektif Hak Azasi Manusia, Cet ke 1,
(Yogyakarta: Media Pressindo, 2001) h. 26
27
17
Ahmad Wardi Muslich, Euthunasia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 15-17
29
18
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5dd4f5e2a4f7f/euthanasia-di-indonesia--
masalah-hukum-dari-kisah-kisah-yang-tercatat?page=all, di akses pada tanggal 24 Agustus
2021
19
Jurnal, Tinjauan Yuridis Euthanasia Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana, Ni Gusti
Ayu Agung Febry Dhamayanti, di akses pada tanggal 30 Agustus 2021
30
C. Klasifikasi Euthanasia
20
Sutarno, 2014, “Hukum Kesehatan, Euthanasia, Keadilan Dan Hukum Positif Di
Indonesia”, Setara Press, h.39
21
Chuzaimah T Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Cet. II, (Jakarta:
PT. Pustaka Firdaus, 1995), h. 62
31
22
Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangannya terhadap Bioetika,
Cet. I, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) h. 31
32
23
Crisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman, (Jakarta: EGC, 2007), h. 184-185
33
24
Soerjono Sukanto, Segi-Segi Hukum dan Kewajiban Pasien Dalam Kerangka Hukum
Kesehatan, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 45-47
25
Lutfi As-Syaukani, Politik, HAM, dan Isu-isu Tekhnologi dalam Fiqh Kontemporer,
(Bandung; Pustaka Hidayah, 1998), h. 179
34
26
Crisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman, (Jakarta: EGC, 2007), h. 188
35
ۡ ه ه ۡ ْ ُ ۡ َ
ُ َبَّل َتق ُتلوا ٱنلهف َس ٱوِت َح هر َم ه
َ ٱَّلل إَِّل ب
ََ ۡۡل ِ ِّۚقِ ِ
َ ََُۡ َ َُ هُ ُۡ َُ ُ َ ه
ٞون بَ ِصي ۡحۦ بي ِميتُۗ بٱَّلل بِما تعمل
ِ بٱَّلل ن
“Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian
itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati
mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa
yang kamu kerjakan” (QS. Ali-Imran [3]:156)
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi”. (QS. Al-Maidah [5]:32)
ِعنِأبيِهريرةِعنِالنبيِصلىِاّللِعليهِوسلمِقالِماِيصيبِالمسلمِمن
ِإلاِكفرِاّللِبِهاِمنِخطاياه
ه ه ٰٓ
ِقل ِٰيعبادي ِالذين ِاسرفواِعلىِانفسهم ِلاِتقنطواِمن ِرحمة ِاّلل
ِۗان ِاّلل
ٗ ُّ
ِۗانهِهوِالغفورِالرحيم
ِيغفرِالذنوبِجميعا
Sejauh mana atau dalam hal apa saja nyawa seseorang boleh
dihabisi. Untuk ini Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Isra (17)
: 33, Islam menjelaskan bahwa pembunuhan (mengakhiri hidup)
seseorang bisa dilakukan apabila disebabkan oleh salah satu dari tiga
sebab yaitu :
27
Syekh Muhammad Yusuf Qardawi, Halal dan Haram dalam Islam, (terj.), (Singapura:
Himpunan Belia Islam, 1980), hal, 452-453
41
28
Djazuli, Fiqh Jinayat Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000) h. 123
29
Ahmad Wardi Muslich, Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 76
42
ِ:ِِِِِقالِرسولِاّللِصلىِاّللِعليهِوسلم:ِقال،عِنِِجندبِبنِعبدِاّلل
30
Chuzaimah T Yanggo dan HA Hafiz Anshari AZ, Problematika Hukum Islam
Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995) hal. 61
31
https://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/10/hukum-euthanasia-menurut-islam.html,
diakses tanggal 22 Agustus 2021.
43
ِ،ِفأخذِسكيناِفحزِبهاِيده،ِفجزع،كانِفيمنِكانِقبلكمِرجلِبهِجرح
.ِِعليهِِِالجنة
32
Masjfuk Zuhdi, Penderita AIDS Tidak Boleh Dieuthanasia, Mimbar Hukum No. 6
Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996) h. 157
44
33
Masjfuk Zuhdi, Penderita AIDS Tidak Boleh Dieuthanasia, Dalam Mimbar Hukum
No. 6 Tahun VII, (Jakarta: Ditbanpera Islam, 1996), h. 28
45
34
https://naifu.wordpress.com/2010/08/12/euthanasia-dalam-perspektif-al-
qur%E2%80%99an/, diakses tanggal 22 Agustus 2021.
35
Shahih Al-Bukhari, Juz V (Beirut: Dar Al-Fikri, 1992 ), h.11
46
36
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta,
Gema Insani Press: 2003) h.180
37
https://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/10/hukum-euthanasia-menurut-islam.html,
diakses tanggal 22 Agustus 2021.
BAB III
Pada bab III ini penulis akan mengemukakan mengenai riwayat hidup Hamka
dan Quraish Shihab, Latar belakang pendidikan, karya-karya, riwayat
penulisan tafsir Al-Azhar dan Al-Misbah, metode, corak penafsiran,
sistematika penulisan tafsir dan sumber rujukan. Karena sebelum ke bab
selanjutnya pembaca perlu mengetahui tentang biografi Hamka dan tafsir Al-
Azhar, biografi Quraish dan Tafsir Al-Misbah.
1
HAMKA, Kenang-Kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 9.
2
Nasruddin, “Sejarah Intelektual Islam Indonesia” Jurnal (Studi Kasus Pemikiran
Nurchalish Madjid dan Buya Hamka), h. 2
47
48
Tuanku Kisai) bin Tuanku Abdul Saleh. Haji Rasul merupakan salah
seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor
kebangkitan Kaum Mudo, dan tokoh Muhammadiyah di
Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah binti Haji
Zakaria (w. 1934). Dari genelogis ini dapat diketahui, bahwa ia berasal
dari keturunan yang taat beragama dan memiliki hubungan dengan
generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII dan
awal abad XIX. Ia lahir dalam struktur masyarakat Minangkabau yang
menganut sistem matrilinear. Oleh karena itu, dalam silsilah
Minangkabau ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.3
Menurut Abdul Rouf, nama asli Hamka adalah Abdul Malik. Lalu
diberi gelar buya oleh para penganut faham Muhammadiyah di
Minangkabau, yang menunjukkan bahwa orang itu memiliki
kedalaman ilmu dalam pengetahuan agama. Panggilan tersebut setara
dengan panggilan kyai di Pulau Jawa. Nama Hamka merupakan
singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang juga merujuk
kepada nama ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah.5
3
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA
tentangPendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15-18
4
HAMKA. Ayahku… Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan
Kaum Agama di Sumatera, (Jakarta: UMMINDA, 1982), h. 64
5
Abdul Rouf, Tafsir Al Azhar: Dimensi Tasawuf HAMKA, Cet. I, (Selangor: Piagam
49
8
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, cet 1 (Jakarta: kencana,
2014), h. 236
9
Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. DR. HAMKA, cet. 2, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983), h. 2.
51
10
Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, cet.
1,(Jakarta: YPI Al Azhar, 2008), h. 21.
11
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka Panji
Mas,1989), h. 7
12
Badiatul Razikin (dkk.), 101 Jejak Tokoh Islam, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009) h.
191
52
Di antara karya-karyanya:
13
HAMKA, Tafsir al-Azhar, 43. Hal ini sebagaimana yang dituliskan dalam tafsirnya:
“Langsung saya berikan nama baginya Tafsir al-Azhar, sebab “tafsir” ini timbul di dalam
mesjid agung al-Azhar, yang nama itu diberikan oleh Syaikh Jami’ al-Azhar sendiri.
53
14
HAMKA, Tafsir Al-Azhar, h.46
15
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.58
16
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.6
17
Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, Sebuah Telaah Atas
Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam (Jakarta: Penamadani, 2003), h. 55
54
18
Dewi Murni, “Tafsir Al-Azhar (Suatu Tinjauan Biografis dan Metodologis)”, Jurnal
, (2015), h. 33.
55
keahlian mufassir.19
19
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Mizan, 1993). Hal.
117.
20
M. Quraish Shihab, dkk, Sejarah & Ulum Al-Qur’an, Cet V, (Jakarta:Pustaka
Firdaus, 2015), h. 18
56
21
Hamka, Tafsir al-Azhar, h. 73
22
Muhammad Nurhamdi Prasetya, “Bala’ dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar
Karya Buya Hamka”, Skripsi (Medan: UIN Sumatra Utara,2018), h. 37
23
Abdullah Sani Ritonga dkk, “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Hamka”, Jurnal, h.
530
57
24
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, h. 6
25
Rizki Syahputra, “Prinsip Dan Landasan Ekonomi Islam M. Quraish Shihab”, Jurnal,
(2014), h.70
26
Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan,
1999), h. 5
58
Di antara karya-karyanya:
27
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 14
59
pada tanggal 8 Rajab 1432 H28, Nama lengkap karya ini berjudul: Tafsir
Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Kitab tafsir ini
diberi singkatan tafsir al-Misbah yang artinya lampu, pelita, dan lentera
dengan fungsi memberikan penerangan kepada siapa saja yang masih
berada dalam suasana kekelamaan. Pemberian nama pada kitab ini,
beliau berharap supaya karya tulisnya dijadikan sebagai cahaya untuk
mencari petunjuk dan pedoman di dalam kehidupan29 Kata “Pesan”
terdapat makna Al-Qur’an yakni firman-Nya yang berisikan hudan
kepada setiap makhluknya. Kata “Kesan” bermaknakan kutipan-
kutipan berbagai macam tafsir para ulama. Sedangkan kata
“Keserasian” ialah munasabah dan satu surah ke surah lainnya
(berkaitan)30
28
Fitri Rohani, Akal Sebagai Instrumen Belajar Manusia Dalam Tafsir Al-Misbah,
Skripsi, (UIN Sumatera Utara Medan, 2018)
29
Badru Tamam, . Corak Pemikiran Kalam Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir
Al-Misbah, Tesis, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 37-38
30
Nur, Afrizal, Tafsir Al-Misbah dalam Sorotan (Kritik Terhadap Karya Tafsir Prof. M.
Quraish Shihab), (Pustaka AlKausar, Jakarta: 2018) h.3
60
Ra’yi.31
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 15, 1992: 15).
61
32
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,…., Vol. 14, h. 30.
62
33
Iffaty Zamimah, Al-Wasthiyyah dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Al-Maraghi, Al-
Munir, dan Al-Mishbah), (Ciputat: IIQ Press, 2019), h. 95.
BAB IV
1
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 1704
63
64
Maidah [5]:32)
2
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 1709
65
kita lindungi. Maka kalau orang yang mengejar itu bertanya apakah dia
bersembunyi di sini, kita boleh berdusta mengatakan dia tidak ada di
sini, supaya nyawa orang yang kita sembunyikan itu terpelihara.
Malahan boleh dipastikan lagi, bahwa bukan saja boleh, bahkan dia
wajib berdusta ketika itu. Dapatlah kita fahamkan pada ayat ini
bahwasanya memelihara nyawa sesama manusia menjadi Fardhu'ain,
menjadi tanggungiawab peribadi bagi masing-masing kita, guna
menjaga keamanan hidup bersama. Mengapa di dalam ayat ini hanya
dikhususkan kepada Bani Israil? Padahal dia adalah untuk seluruh
perikemanusiaan?"
“Di atas bumi ini meliwati batas.” (ujung ayat 32). Dengan
menyebut di dalam bumi ini meliwati batas, Tuhan telah memberikan
3
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 1709
66
isyarat bahwa kekuasaan mutlak diantara bumi ini hanya ada di tangan
Tuhan. Manusia hanya menumpang di atas bumi ini, dan itupun hanya
buat sementara saja. Apabila batas-batas yang ditentukan Tuhan itu
diliwatinya, yang akan ragu bukanlah orang lain, melainkan dirinya
sendiri jua. Karena bagaimanapun dia mencoba hendak meliwati batas
yang ditentukan untuk dirinya sebagai manusia, namun pasti dia
terbentur kepada kekuasaan mutlak kepunyaan Tuhan itu.4
ۡ َ َ ٗ ُ ۡ َ َ ُ َ َ َۡ ََ َۡ ُُ ْ هۡ َ ه َ هَ هُ ه
وما فق ۡد َج َعل َنا ٱَّلل إَِّل بِۡۡل ِقِّۗ بم قتِل مظل بَّل تقتلوا ٱنلفس ٱو ِِت حرم
ُ ل َِو ِلهِۦ ُس ۡل َطِ ٗنا فَ ََل ي ُ ۡۡسف ِف ۡٱو َق ۡتل إنه ُهۥ ََك َن َم
ٗ نص
٢٢ ورا ِ ِۖ ِ ِ ِ ِ
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan
barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan”. (QS. Al-Isra [17]:33)
4
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 1709
67
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 4053
68
misalnya setelah orang itu mati dicencang lagi atau dikerati badannya
sebab yang demikian bukan hukum lagi, melainkan balas dendam.
6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6, h. 4052
69
Nabi seperti ayahnya niscaya belum juga mengerti akan hal itu, dan
sebagai anak-anak yang patuh kepada orang tua, niscaya akan
melaksanakan apa yang dikehendaki oleh ayah mereka. Dan beliau
tegaskan lagi "Dan janganlah kamu putus asa dari Rahmat Allah,
sesungguhnya tidaklah putus asa dari Rahmat Allah, kecuali kaum yang
tidak berkepercayaan." (ujung ayat 87). Itulah pegangan beliau, dan
pegangan itu pula yang diberikannya kepada anak-anaknya. Jangan
berputusasa dari Rahmat Allah! Carilah terus!7
7
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 3704
70
tidaklah ada harganya, tetapi bagi kami hanya inilah yang tinggal.
"Lontaran itu isilah sukatan kami dan bersedekahlah kepada komi,
sesungguhnya Allah akan membalasi orang-orang yang bersedekah.”
(ujung ayat 88).
8
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 3706
71
Negeri Mesir saja, dan yang berkata itu sekarang bukan lagi semata-
mata Yusuf yang telah hilang lebih seperempat abad. Yang berkata
sekarang lebih dari keduanya itu, ialah RasulAllah yang yakin akan
pertolongan Allah. Rasul Allah yang empat kali disebut bahwa dia
seorang yang suka berbuat kebaikan (Muhsinin), baik waktu diasuh di
rumah induk semangnya (ayat 27), atau setelah dimasukkan ke dalam
penjara, disaksikan sendiri oleh teman-temannya sepenjara, (ayat 36),
atau setelah dia menjadi Wakil Raja (ayat 56), malahan dirasai
kebaikannya itu oleh saudara-saudaranya itu, sehingga karena itu
memohon mereka agar, demi kebaikannya itu, sudilah melepaskan adik
mereka Bunyamin dan mengambil salah seorang mereka jadi gantinya
(ayat 78).
9
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3, h. 3706
72
ۡ َ ۡ َ َۢ َ ۡ َ َ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ ِ َ َ َ ۡ َ َ َ ِ َ ٓ ۡ ََٰٓ َ َ ه
ي نف ٍس ِ ِم أج ِل ذل ِك كتبنا لَع ب ِِن إِسءِنل أنهۥ م قتل نفسا بِغ
َٓ َ َ َ ََه ٗ اس ََج َ ك َأ هن َما َق َت َل ٱنله
َ َ َۡ َ َ
ِيعا َب َم ۡ أ ۡح َياها فكأن َما أ ۡح َيا ِ أ ۡب ف َسادٖ ِِف ٱۡل
ۡرض ف
ٗ ِ ت ُث هم إ هن َكث ۡ َُ ُ ُ ۡ َُۡٓ َ ۡ َََ ٗ َ َ ه
يا م ِۡن ُهم َب ۡع َد ِ ِ ِ َ ۡۡلَي
ن ِ ِ ٱنلاس َجِيعا ۚ بوقد جاءتهم رسلنا ب
َ ُ ۡ َُ َۡ َ َ
٢٣ ۡسفون ِ مل ِ
ۡرضذِل ِك ِِف ٱۡل
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 513
73
11
M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 80
74
12
M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 81
75
13
M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 253
76
orang yang kita nilai, berdasar ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah Nabi
saw, adalah seorang yang wajar disiksa. Tetapi ternyata dengan hak
prerogatif yang berdasar pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya, yang
bersangkutan tidak jadi disiksa; demikian juga sebaliknya, karena
pada akhirnya kita bukan hanya harus berkata bahwa surga dan
neraka adalah wewenang Allah swt.
Siapa yang masih memiliki kemampuan untuk melakukan
kejahatan, tetapi ia datang menyerah secara sukarela dan menyesali
kesalahannya, maka seluruh sanksi hukum yang disebut oleh ayat ini
gugur baginya. Ketentuan ini merupakan salah satu bukti bahwa
tujuan hukuman dalam tuntunan Al-Qur’an bukan sekedar
pembalasan tetapi bahkan lebih banyak berupa pendidikan.14
َ َ ٗ ُ ۡ َ َ ُ َ َ َۡ َ هَ هُ ه ه ۡ ْ ُ َۡ َ
وما فق ۡد ٱَّلل إَِّل بِۡۡل ِقِّۗ بم قتِل مظل َبَّل تق ُتلوا ٱنلهف َس ٱو ِِت حرم
ُ َج َع ۡل َنا ل َِو ِلهِۦ ُس ۡل َطِ ٗنا فَ ََل ي ُ ۡۡسف ِف ۡٱو َق ۡتل إنه ُهۥ ََك َن َم
ٗ نص
٢٢ ورا ِ ِۖ ِ ِ ِ ِ
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS.
Al-Isra [17]:33)
14
M Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 71
77
15
M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 442
79
sangat kritis keadaannya. Dia belum mati, tetapi tidak juga dapat
dinilai hidup.
Kata ( حتسس
ّ ) terambil dari kata ( حتس
ّ ) yang asalnya dari
kata ( ) حسyang bermakna indera. Yang dimaksud di sini adalah
ّ
upaya sungguh-sungguh untuk mencari sesuatu, baik berita
maupun barang, baik terang-terangan maupun sembunyi-
sembunyi, untuk kebaikan maupun keburukan. Ia berbeda dengan
kata ( جتسس
ّ ) yang digunakan untuk memata-matai sesuatu,
16
M Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 512
80
َ َ ۡ َۡ ه ه ْۡ َ ه
إِن ُهۥ َّل نَاي ُس ِم هر ۡب ِح ٱَّلل ِ إَِّل ٱوق ۡو ُم ٱوِٰفِ ُربن
17
M Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 513
18
M Quraish Shihab, Al-Mishbah, h. 488
81
ِِمنِحلفِبمل ٍةِغير:ِعنِالنبيِصلىِاّللِعليهِوسلمِقال،عنِثابتِبنِالضحاك
ِِولعن،ِِومنِقتلِنفسهِبشي ٍءِعذِبِبهِفيِنارِجهنم،الإسلامِكاذباِفهوِكماِقال
. ِِومنِرمىِمؤمناِبكف ٍرِفهوِكقتله،المؤمنِكقتله
ُّ
ِِإلِا,ِيشهد ِأن ِلاِإله ِإلا ِاّلل ِو ِأ ِن ِمحمداِر ِسول ِاِّلل,لاِيحل ِدمِاِمرئ ِمسل ٍِم
ِ)للجماعةِ(رواهِمتفقِعليه
لَّلاِِأِحِيِيِنِيِمِاِكِانِتِِاِلحِيِاةِِخِيِرِاِعِلِيِِوِتِوِفِنِيِإِذِاِكاِِنِتِِالوِفِاةِِخِيِرِالِي
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Tim Penulis, “Petunjuk Teknis Penulisan dan Skripsi Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta (IIQ) jakarta”, Jakarta: LPPI IIQ, 2017.
93
C. Internet
https://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/10/hukum-euthanasia-
menurut-islam.html, diakses tanggal 22 Agustus 2021.
95
https://naifu.wordpress.com/2010/08/12/euthanasia-dalam-
perspektif-al-qur%E2%80%99an/, diakses tanggal 22 Agustus
2021.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5dd4f5e2a4f7f/euthanas
ia-di-indonesia--masalah-hukum-dari-kisah-kisah-yang-
tercatat?page=all, di akses pada tanggal 24 Agustus 2021
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2235/euthanasi
a, di akses pada tangal 24 Agustus 2021
https://www.nu.or.id/post/read/2262/fatwa-mui-larang-euthanasia, di
akses pada tanggal 30 Agustus 2021.
96
BIODATA PENULIS