Skripsi
Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh
Ahmad Bahauddin
NIM : 108011000164
Oleb:
Skripsi jpg berjudul " Vilai-Nilai Peiididikan Agaiiia lslam Datam Novel
L ashor Prleiigi Kan,'a AndreIt Hirnte' yong disustin Oleh AhmilÚ Buhaufldin,
iN im. I (J30 i 1000‘i f›4. Jurcsuii: Pendi nau . Aggmu fslani (PAl). Fakuitas ilmu
Tarbi; ah duu Kegumon UIN."Syarif‘Hiddyatulià h:Jakà í4a.felah nielniui bimbi8gon
dan ‹lii141.kan sah sebagat karya . llmioli dan :berhak. diujikan pada sidtlng
Munaqosah .sesuai ò eiig n feteritiian yang ò i tetapiià ii ò leh:Fà kii1[as.
D Ò scn ‘PrfiïhiiiiÒ in
Tan
Dr. Abdul !
Bahri8saÏim. MA
N1P: l”9684307 I 9'18Ò 3 ] Ò 02
Penguji II
Mengetahui
Deken Fakultas llmu Tarhiy8h Dan Kegor9an
Denean ini InGÏiyiit kan ballWa skripai yaiig ‘sa bü ai íiériar-biiiar 1‹Jrya ‘gGii‹1iri flan
saya benaeggung jawab secara akademis otns apa yang says tiiÍis..
Per liyat9an ini dibuai cbacui soldh ’:«etu Sy t iiieneir puli I jiaii ,Xfunnq+sali
1iiii.id Bahauddi
:N itn : I 08fl 1 10001fi
ABSTRAK
Tujuan penelitian dari novel Laskar Pelangi ini yaitu untuk menemukan
bentuk pendidikan agama Islam yang ditampilkan dalam novel Laskar Pelangi,
untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel
selanjutnya dan untuk referensi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, yaitu sebagai masukan dalam memahami
suatu karya sastra, membantu dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai
rujukan dalam bidang pendidikan.
Metode dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaanyaitu
suatu penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku,
artikel atau dokumen-dokumen lainnya. Sedangkan teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara pencarian data mengenai
hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan metode analisis isi (Content analysis), yaitu sebuah analisis yang
digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karya sastra, serta
metode deskriptif, yaitu metode yang membahas objek penelitian secara apa
adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh.
Penelitian ini menemukan empat bentuk nilai dari pendidikan agama Islam
dalam novel Laskar Pelangi ini yaitu: tentang nilai Tauhid atau aqidah yang
Mengesakan Allah. Nilai ibadah yang meliputi sholat, larangan berbuat taqlid dan
menuntut ilmu. Kemudian nilai akhlak yang meliputi akhlak terhadap orang tua
dan akhlak terhadap sesama manusia. Terakhir adalah nilai sosial kemasyarakatan
yang meliputi shodaqoh dan musyawarah.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt atas taufik dan hidayah-Nya, akhirnya
penulisan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam
Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini dapat diselesaikan. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga,
sahabat dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
Peneliti menyadari betul bahwa selama proses penulisan skripsi ini dalam
rangka mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Maka dari itu peneliti memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya sekaligus
ucapan terima kasih. Adapun apresiasi dan ucapan terima kasih ini peneliti
khususkan kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, MA dan Marhamah sholeh Lc., MA selaku Ketua
Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam juga seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuannya selama
penulis menempuh pendidikan S1 di UIN.Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing selama
penulisan skripsi ini yang memberikan bimbingan, saran dan kritik selama
penulisan.
4. Tanenji, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di
Jurusan Pendidikan Agama Islam Ilmu Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
6. Kedua orang tua Saya Ayahanda Sofan Zaen dan Ibunda Masruroh yang
selalu memberikan didikan, motivasi, doa dan kasih sayang.
Kakak saya Ummu Aeman serta adik saya Shofwatullaily dan Ahmad Anjaz Maulana yang tidak henti-hen
Kawan-kawan Kost Tarekat yang selalu menemani begadang Saya sampai akhir penyelesaian skripsi ini.
Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat.
Sahabat-sahabat saya dan teman-teman kelas ”E” PAI 2008 yang sudah memberikan banyak bantuan sampa
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ……………………………………… ….. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Nilai ................................................................... 7
2. Macam-macam Nilai ............................................................. 9
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam..........................................10
4. Dasar Pendidikan Agama Islam..................................................11
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam................................................14
6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam...................................15
7. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam..........................................17
B. Deskriptif Novel
1. Pengertian Novel.........................................................................28
2. Karakteristik dan Ciri-ciri Novel.................................................30
3. Jenis-Jenis Novel........................................................................31
iv
4. Unsur-Unsur Novel Jenis-Jenis Novel........................................34
C. Tinjauan Pustaka.........................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.....................................................................37
B. Sumber Data....................................................................................37
C. Teknik Pengumpulan Data..............................................................38
D. Teknik Analisis Data.......................................................................38
E. Instrumen Penelitian........................................................................39
F. Teknik Penulisan.............................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Novel
1. Sinopsis Novel...........................................................................41
2. Unsur Instrinsik Novel..............................................................43
3. Unsur Ekstrinsik Novel (Biografi Pengarang)...........................47
B. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Novel.....................48
C. Pembahasan Hasil Analisis
1. Nilai Tauhid..............................................................................56
2. Nilai Ibadah...............................................................................57
3. Nilai Akhlak..............................................................................60
4. Nilai Sosial................................................................................63
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................67
B. Saran................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.153
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa, masa depan
suatu bangsa bias diketahui dengan sejauh mana komitmen masyarakat bangsa
ataupun Negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional, tidak berlebihan
apabila founding father bangsa ini meletakan cita-cita yang luhur dengan
memperhatikan masalah kesejahteraan dan kecerdasan bangsanya. Cita-cita luhur
itu ditegaskan dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa pembentukan
pemerintah negara Indonesia adalah dalam rangka “… melindungi segenap
bangsa, seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”1karena itu keberhasilan pendidikan,
menjadi salah satu tujuan dari bangsa ini.
Selanjutnya dalam UUD 1945 pasal 3 ayat 1, mengamanatkan kepada
pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu pendidikan
nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam undang-undang system
pendidikan nasional yang berbunyi :
1
Pembukaan UUD 1945 alinea 4
2
UU RI No.20 tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional Bab 2 Pasal 3
1
2
3
OemarHamalik, Proses BelajarMengajar,(Jakarta: BumiAksara, 2003), H.79.
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an danTerjamahnya, (Bandung:
SyaamilCipta Media, 2005), hal.543.
5
BaharuddindanEsaNurWahyuni, TeoriBelajardanpembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2007), hal. 29.
3
6
M. Arifin, (ed.), IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: BumiAksara, 1991), hlm. 23-24.
4
7
Andrea Hirata, LaskarPelangi, (Yogyakarta: PT Bentang,2006).
5
B. Identifikasi Masalah
Agar permasalahan tidak melebar, karena peneliti tidak mungkin
membahas semua novel yang tercantum di latar belakang masalah sebagai
berikut:
1. Banyak masalah yang dihadapi masyarakat Islam dalam hal ekonomi,
sosial, budaya hingga pendidikan.
2. Pengetahuan masyarakat Islam tentang Keislaman, Keimanan,
kepribadian, dan kemasyarakatan yang rendah serta tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam.
3. Manifestasi nilai-nilai pendidikan Islam yang minim dalam kehidupan
sehari-hari
4. Banyak kemerosotan akidah, akhlak, ibadah, dan social
kemasyarakatan diakibatkan arus budaya yang sekuler, baik dari media
cetak seperti Koran, Majalah dan Novel.
C. Pembatasan Masalah
Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitiaan ini, maka
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata meliputi sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Aqidah/Tauhid
2. Nilai Pendidikan Ibadah
3. Nilai Pendidikan Akhlak
4. Nilai Pendidikan Sosial/Kemasyarakatan
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam novel “Laskar Pelangi” karya Adrea Hirata?”.
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel
Laskar Pelangi.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Nilai
Kata Nilai berasal dari bahasa inggris “value” termasuk bidang kajian
filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat
yaitu filsafat nilai (Axiology Theory of Value).1Filsafat juga sering diartikan
sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah dalam bidang filsafat dipakai untuk
menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodness), kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu
dalam menilai atau melakukan penilaian.2
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan
nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia.Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok, (The believed capacity of any object to statisfy a human
desire).Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, bukan objek itu sendiri.Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat
atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.Misalnya, bunga itu indah, perbuatan
itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan
perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan
yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.Ada nilai itu karena
adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.3 Secara umum kata nilai
diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka
sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting dan bermutu atau berguna dalam
kehidupan manusia.Dalam estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan (worth)
dan kebaikan (goodness).Nilai berarti suatu ide yang paling baik, menjunjung
1
Jalaluudin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta:
PT. Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 106.
2
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87.
3
Kaelan, op. cit., h. 87.
7
8
tinggi dan menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku,
keindahan, dan keadilan.4
Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan keinginan
manusia.Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina manusia supaya
menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai dengan martabat human-dignity.Dan
human-dignity ini ialah tujuan itu sendiri, tujuan dan cita manusia.5
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama
luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan
ada yang lebih rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai
berikut :
a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan (die Wertreihe des Angenehmen und
Unangemen), yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.
b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan (Werte des Vitalen Fuhlens), misalnya kesehatan,
kesegaran, jasmani, dan kesejahteraan umum.
c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan (geistige
werte) yang sama sekali tidak terkandung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai rohani: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci
dan tidak suci (Wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen). Nilai-nilai
semacam ini terdiri dari nilai-nilai pribadi.6
Berdasarkan pada pendapat serta pengertian sebagaimana tersebut di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah suatu hal yang bersifat
normatif dan objektif, sebagai ukuran atas suatu tindakan yang menjadi norma
4
Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Universitas Negri
Jakarta, 2008), h. 49-50.
5
Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional,1996), h. 135
6
Kaelan, op. cit., h. 89
9
yang akan membimbing dan membina manusia supaya menjadi luhur, berguna
dan bermartabat dalam kehidupannya.
2. Macam-Macam Nilai
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas,
baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.Dari uraian pengertian nilai di atas,
maka Notonegoro dalam Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga
jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan material ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia.
Nilaikerohaniaan dapat dibedakan menjadi empat macam:
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta
manusia).
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
manusia.
4) Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak.
Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan
manusia.7
Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material
saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial.
Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi
dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relative lebih mudah diukur, yaitu
dengan menggunakan panca indra maupun alat pengukur seperti berat, panjang,
luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit
mengukurnya. Dalam menilai hal-hal tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah
7
Ibid
1
hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan
manusia.8
Dari berbagai uraian macam-macam nilai diatas dapat disimpulkan bahwa
sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berbentuk material
saja, namun sesuatu yang dapat diukur dengan panca indera juga mengandung
nilai.
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah suatu Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang
berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut
dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘Allama. Pendidikan Islam sama
dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata Rabba beserta cabangnya dapat dijumpai di Al-
Quran, misalnya dalam QS. Al-Isra’ (17):24 dan QS. Asy-Syu’ara (26):18, sedang
kata ‘Allama antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2):31 dan QS. An-Naml
(27):16 Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi Saw :addabani
rabbi fa ahsana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku akan
menyempurnakan pendidikannya).9
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah di yakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak.10
Musthafa Al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam ialah
menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya
8
Kaelan, op. cit., h. 90
9
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009) h.14
10
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). h. 86
1
dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi
salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud
keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. 11
Dr.Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam persepektif
Islam, menyebutkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.12
Sedangkan menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamali, Pendidikan Islam
adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang
mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).13
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama
Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik
dalam masa perkembangan agar ia memiliki kepribadian muslim.
Kepribadian muslim yang dimaksud adalah suatu proses hasil dari tingkah
laku yang berpedoman sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadist.
4. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dalam kosakata bahasa Indonesia, kata dasar memiliki banyak arti,
diantaranya tanah yang di bawah air, bagian yang terbawah, bantal, latar, cat yang
menjadi lapis yang di bawah sekali, cita atau kain yang akan dibuat pakaian,
bakat, pembawaan yang di bawa sejak lahir, alas, pedoman, asas, pokok atau
pangkal.14
Secara garis besar dasar dari pendidikan agama islam terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada
Nabi Muhammad SAW.Bagi seluruh umat manusia yang meliputi seluruh aspek
11
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1998). h. 10.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), h. 32.
13
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). h. 18
14
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2010), h.79
1
15
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya
media pratama, 2001) h. 95
16
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali pers, 2012) h. 158
17
Nur Uhbiyati, op. cit., h, 19
18
Samsul Nizar, op. cit., h. 97
19
Deden Makbuloh, op. cit., h. 193
1
pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wajalla, mendekatkan diri
kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran. 20
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah menjungjung
tinggi kepada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan
pengajaran.
c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
1) UUD 1945, pasal 29
Pasal 29 UUD 1945 memberikan jaminan kepada warga Negara
republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan
agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang dapat
menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan
Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan
dijamin oleh Negara.21
2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
Pertama.Pasal 1 ayat 2 disebutkan:“Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan terhadap tuntutan
perubahan zaman .”
Kedua.Pasal 1 ayat 3 disebutkan:“Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”22
Sedangkan dari undang-undang no. 20 tahun 2003 ini dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
23
Zakiah Daradjat, op, cit., h. 29
24
Mohammad Noor Syam, op. cit., h. 144
25
Nur Uhbiyati, op. cit, h. 33.
26
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidkan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002),cet. ke-1, h. 19.
1
27
Armai Arief, op, cit. h. 21
1
28
Arizona.blogspot.com/2012/06.ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam.
29
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Bandung : Trigenda karya,
1993),hal. 127.
30
Muhaimin dkk.Pemikiran Pendidikan Islam…hal. 242
31
Jamaluddin Kafie, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta : Republika, 2003), cet.ke-2, hal.
119.
1
yang ada dalam rukun iman. Dan dilarang menyekutukan Allah terhadap segala
hal, dan hal tersebut disebut syirik.Dosa syirik tidak dapat diampuni, karena
perbuatan syirik adalah termasuk kedalam dosa besar.
Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Watsithiyah” yang di kutip oleh
Muhaimin dkk, menerangkan bahwa makna aqidah dengan suatu perkara yang
harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi
mantap tidak dipengaruhi keraguan dan juga tidak dihantui oleh buruk sangka.
Sebagaimana dikutip dalam bukunya “Al-‘Aqoid” Hasan Al-Banna menyatakan
aqidah sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi
ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan
keraguan. 32
Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri aqidah dalam
Islam adalah sebagai berikut :
a) Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, karena itu aqidah tidak menuntut
yang serba rasional dalam aqidah
b) Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah
dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman.
c) Aqidah Islam diasumsikan sebagai perjanjian dan kokoh, maka dalam
pelaksanaan aqidah harus penuh keyakinan tanpa didasari dengan
keraguan dan kebimbangan.
d) Aqidah Islam tidak sebatas hanya diyakini, lebih lanjut lagi perlu
pengucapan dengan kalimat “Thoyibah” dan diamalkan dengan perbuatan
yang shaleh.
e) Keyakinan dalam aqidah Islam merupakan masalah yang supraempiris,
maka dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya
didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan
wahyu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT.
Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi
pokok yang diemban para Nabi, baik-tidaknya seseorang dapat ditentukan dari
32
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), cet.ke-2,
hal. 259-260.
1
َﺸﺎٓ ۚ ُءRَ َن ٰ َذِﻟ َﻚ ﻟِ َﻤﻦ ﯾR ۡﻐِﻔ ُﺮ َﻣﺎ ُدوRإﻧﱠﭑ ﱠ¾َ ﻻ ﯾَ ۡﻐ ِﻔ ُﺮ َأن ﯾُ ۡﺸ َﺮ َك ﺑِ و َﯾ
¾ِ ۡﺸ ِﺮ ۡك ﺑِﭑ ﱠRَُو َﻣﻦ ﯾ ۦِﮫ
33
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan StudiIslam…hal. 269
34
Al-Qur’an dan terjemahnya.…hal. 86
35
Muhaimin,et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam … hal. 271-273.
2
36
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As- Sulaimani Qor’awi, Cara Mudah Memahami
Tauhid, ( Solo : At-Tibyan, 2000), hal.19
37
Yusuf Al Quradhawi, Ibadah Dalam Islam, ( Jakarta : Akbar, 2005), hal. 26
38
Yusron Razak & Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum,
(Jakarta : UHAMKA Press, 2011), cet-ke 1, hal. 137.
39
Achmad Chodjim, Alfatihah : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka, (Jakarta :
Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet. ke-5, hal. 130.
40
Yusron Razak & Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi …hal. 257 .
2
dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukanya
kepada Dzat yang menguasai jiwa raga manusia. 41
Sedangkan Ja’far Subhani mengartikan ibadah sebagai ketundukan dan
ketaatan yang berbentuk lisan sekaligus praktik yang timbul sebagai dampak
keyakinan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya seseorang tunduk. 42
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil satu kesimpulan utama bahwa
hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan yang sempurna kepada Allah
disertai dengan rasa cinta kepada-Nya. 43
Secara garis besar, Islam membagi ibadah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
ibadah khusus, atau ibadah murni ( ibadahmahdhah) dan ibadah yang bersifat
umum ( ibadah ghoiru mahdhah ).
Ibadah Mahdhah adalah segala bentuk aktifitas ibadah yang cara, waktu
dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya seperti shalat, puasa dan
haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah
dalam al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana dalam hadist. Tatacara
pelaksanaannya pun harus mengikuti sedemikian rupa seperti yang dikerjakan
Nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi.Seperti : shalat, puasa
dan haji.44
Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tatacaranya tidak
ditentukan oleh Allah.Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang
diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Ibadah pada aspek ini
cakupannya sangat luas dan dapat berubah-ubah setiap saat.Seperti : berinfak,
menyantuni anak yatim, membantu orang lain, berbakti kepada orang tua,
menyambung silaturahmi, menepati janji, menyeru kepada kebaikan dan melarang
kepada kemungkaran, dsb. Kesemua aktifitas berdasarkan diniatkan untuk
mencari ridha dari Allah swt.Selama yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan
syariat Allah.45
41
M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut Anda Ketahui, ( Jakarta
: Lentera Hati, 2008), hal. 3.
42
M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman …hal.128.
43
Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, …hal. 139.
44
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1992), hal. 324-325.
45
Yusron, dkk.,Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi … hal. 150
2
46
Muhaimin,Kawasan dan Wawasan Studi Islam,…280
47
Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194.
48
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. ke-
2, hal. 1.
49
Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t., hal.56.
2
٤ َﺣ ۢ ُﺪRَ ًﻮا أRَُوﻟۡﻢ ﯾَ ُﻜﻦ ﱠﻟ ُۥﮫ ﻛﻔ ٣ َﻟ ۡﻢ ﯾَﻠِ ۡﺪ َوَﻟ ۡﻢ ﯾُﻮﻟَ ۡﺪ ٢ ﱠﺼ َﻤ ُﺪ ١ ۡ ُﻗﻞ ھُ َﻮ ٱ ﱠ¾ُ َأ َﺣ ٌﺪ
ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟ
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak
50
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1986), hal. 61.
51
M.M Syarif, ( Ed), The History of Muslim Philosophy, ( New York, Dover Publications,
1967), hal.469.
52
T.J De Boer, Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.ke dalam bahasa arab oleh
Muhammad Abd. Al – Nady Abu Zaidah, ( Kairo, mathba’ah Taklif, 1962), hal. 189.
53
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof &Filsafatnya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), cet.ke-2, hal 477.
2
dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia."
2) Bertawakal, yaitu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah
berusaha semaksimal mungkin . Q.S Al Imran ayat 159 :
ﻈًّﺎ ِﻣۡﻦ ﺣﻮﻟRَ ۡﻮ ُﻛﻨ َﺖ ﻓRَ ۡۖﻢ َوﻟRُﮭRَر ۡﺣ َﻤ ٖﺔ ﱢﻣ َﻦ ٱ ﱠ¾ ﻟِﻨ َﺖ ﻟ ﻓَﺒِ َﻤﺎ
َۖﻚ R ﱡﻀﻮاRﻠ ِﺐ ¾َ َﻧﻔRَۡﻆَ ٱ ۡﻟﻘRَﻏِﻠﯿ
َﻮ ﱠﻛRَﺘRَ َذا َﻋ َﺰ ۡﻣ َﺖ ﻓRِ ۡﻣ ۖ ِﺮ ﻓَﺈRﻷ
َ ۡ ۡﻢ ﻓِﻲ ٱR ۡﻢ َو َﺷﺎ ِو ۡر ُھRُﮭRَ ۡﺮ ﻟRِ ۡﻐﻔRَ ۡﻢ َوٱ ۡﺳﺘRُﻋﻒ َﻋ ۡﻨﮭُ ﻓ َۡﭑ
¾Rِۚ ﻰ ٱ ﱠRَۡﻞ َﻋﻠ
٩٥١ ِإ ﱠن ٱ ﱠ¾َ ﯾُ ِﺤ ﱡﺐ ٱ ۡﻟ ُﻤَﺘَﻮ ﱢﻛ ِﻠﯿ َﻦ
ِﺣRُ ۡﺨ ِﺮ ُﺟﻮ ْا ِﻣ ۡﻨﮫRَ ۡﺴﺘRَﺎ َوﺗRّ ۡﺤ ٗﻤﺎ طَ ِﺮ ٗﯾR َﻟRُﻮْا ِﻣ ۡﻨﮫRُ ۡﺄ ُﻛﻠRَ ۡﺤ َﺮ ﻟِﺘRَ ۡﻟﺒRﺨﺮٱ
َ ﺳ
ِﺬي َ ﱠRُ َﻮٱﻟﱠRوھ
َﺮىRَ ۖﺎ َوﺗR َﮭRَﻧR ُﺴﻮRَﻠﺒRَۡ ٗﺔ ﺗRَۡﻠﯿ
٤١ ۡﺸ ُﻜ ُﺮو َنRَ ُﻜ ۡﻢ ﺗR َﻌﻠﱠRو َﻟ
R ُﻐﻮRَ ۡﺒﺘRَﻣ َﻮا ِﺧ َﺮ ﻓِﯿ ِﮫ َوِﻟﺘ ٱ ۡﻟ ُﻔ ۡﻠ َﻚ
ۡﻀِﻠ ِۦﮫRْا ِﻣﻦ َﻓ
54
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat, ( Bandung : Mizzan, 1996), cet. ke-1, 261
55
Moh. Ardani, Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat
dan Tasawuf “, ( Jakarta : CV. Karya Muli, 2005), hal. 44.
56
Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : Kalam Mulia, 1999), cet. ke-3, hal. 9.
2
وٱ ﱠ¾ُ ﯾَ ۡﺸ َﮭُﺪ ِإ ﱠن Rَ َﻚ ﻟR ُﻢ ِإ ﱠﻧRَ ﯾَ ۡﻌﻠRُ¾ وٱ ﱠR ُﺪ ِإ ﱠﻧRَ ۡﺸﮭRَﻮ ْا ﻧRُﺎﻟRَﻮ َن ﻗRُِﻔﻘRإ َذا ﺟﺎٓ َء َك ٱ ۡﻟ ُﻤ ٰ َﻨ
ﮫRَُﺮ ُﺳﻮﻟ ¾ۗ َﺮ ُﺳﻮ ُل ٱ ﱠRََﻚ ﻟ
١ ٰ َﻜ ِﺬﺑُﻮ َنRَِﻘﯿ َﻦ ﻟRِﻔRٱ ۡﻟ ُﻤ ٰ َﻨ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami
mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.
57
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an,… hal. 319
2
Sedekah asal kata bahasa arab Shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah swt dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian diatas oleh para
fuqoha (ahli fiqih) disebut shadaqoh at-tatawwu’(sedekah spontan dan sukarela ).
Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan kaum
Muslim untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantara ayat yang dimaksudkan
adalah firman Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 114:
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Saw. dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist
itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah Swt. yang mendapat naungan-
Nya dihari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan
kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang
telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. 58
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara
terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran
tangan.Mengenai kreteria yang lebih utama disedekahkan. Para fuqoha
berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas
baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Q.S Al
Imran : 92:
٢٩ ﻢٞ ﻋِﻠﯿ ﻘُﻮ ْا ِﻣﻦRِﻨﻔR ُﺗR ِﺤﱡﺒﻮ ۚ َن َو َﻣﺎRُﻮ ْا ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗRُﻘRِﻨﻔR ٰﻰ ُﺗRﺣ ﱠﺘ ﻟَﻦ َﺗﻨَﺎﻟُﻮ ْا ٱ ۡﻟ ِﺒ ﱠﺮ
ۦِﮫRِ ﺑRَ¾ ﱠن ٱ ﱠRِﺈRََﺷ ۡﻲ ٖء ﻓ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
B. Deskriptif Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan
dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks
(pelajaran dari kurikulum yang diajarkan disekolah), namun bisa berupa karya
sastra seperti cerpen, puisi, novel, Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal
3 jenis teks sastra, yaitu naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog
(drama). Salah satu dari ragam prosa adalah novel.59
Kata sastra menurut A. Teeuw, sebagaimana dikutip oleh Atmazaki,
“berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti
“mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra
58
http://sigitwahyu.net/ensiklopedi/ pengertian-shodaqoh-sedekah.html.
Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung:
59
biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti “alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”. 60
Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan
dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan
penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. 61
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan
prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku”.62
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia.
Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas
pada masyarakat. 63
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel
merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan
dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap
sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan
perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.64
Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk
membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang
dengan cerita, baik yang diperoleh dengan cara membaca maupun mendengarkan.
Melalui sarana cerita ini pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan,
dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja
ditawarkan oleh pengarang.Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau karya sastra pada
60
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, (T.tp.: Angkasa Raya, t.t.), h. 16-17.
61
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2010), Cet. VIII, h..2-3.
62
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2003) Edisi III. h.788
63
Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012, (http://Sobatbaru. Blogspot.com.).
64
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 3.
3
umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat
dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”. 65
Novel adalah syarat utamanya menarik, menghibur dan mendatangkan
rasa puas setelah orang habis membacanya.66 Salah satu novel beredar yang
bertajuk pendidikan serta dapat menginspirasi bagi setiap pembacanya, adalah
novel Laskar Pelangi, Sebuah novel karya anak bangsa yang bercerita tentang
sebuah perjuangan seorang guru dan beberapa murid untuk memperjuangkan
pendidikan walaupun serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana. Namun
dalam kondisi yang sangat kekurangan itu masih ada semangat yang sangat luar
biasa untuk mendapatkan pendidikan, kita yang tak kurang apapun baik sarana
ataupun prasarana seharusnya bisa lebih baik mendapatkan pendidikan daripada
orang terdahulu.
2. Karekteristik dan Ciri-Ciri Novel
Karakteristik novel di Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman,
novel, dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah
berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya
mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realism, dan hidupnya
dapat berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang
tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita,
tetapi lebih berkepentingan pada kesan.67
Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara
lain: (a) ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur dengan deskripsi
untuk menggambarkan suasana; (b) bersifat realistis, artinya tanggapan pengarang
terhadap situasi lingkungannya; (c) bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari
10.000.000 kata; (d) alur ceritanya cukup kompleks. 68
65
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 4.
66
Widjoko dan Endang Hidayat, op. cit., hal. 43.
67
Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012,(http://Sobatbaru. Blogspot.com).
68
Nia Tanjung. Ciri-ciri Novel, 2011, (http:// cikapublishing.blogspot.com.).
3
3. Jenis-Jenis Novel
Sedangkan novelyang digolongkan kedalam beberapa jenisnovel adalah
diantaranya yaitu:
a. Novel Populer, merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan
problematika kehidupan yang berkisar pada cinta, asmara yang
bertujuan untuk menghibur.
b. Novel Picisan, merupakan jenis karya sastra yang menyuguhkan
cerita tentang pencintaan yang terkadang tidak menuju menjurus
pornografi, jenis karya sastra ini bernilai rendah, ceritanya cendrung
cabul, alurnya datar
c. Novel Absurd, merupakan jenis karya sastra yang ceritanya
menyimpang dari logika, irasional, realitas bercampur angan-angan
atau mimpi. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokok” seperti orang mati
bisa hidup kembali, mayat bisa bicara, dsb. Secara nalar logika hal
tersebut tidak akan terjadi. Inilah jenis novel yang dalam cerita
pengarang membungkus dengan hal yang diluar nalar manusia.69
Adapun jenis novel yang digunakan disini adalah jenis novel populer
karena novel ini mengandung problematika kehidupan yang berfungsi untuk
menghibur masyarakat.
4. Unsur-Unsur Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyuluruhan yang
bersifat astistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai unsur-unsur yang
saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun
sebuah novel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.Kedua unsur inilah yang sering digunakan para kritikus dalam mengkaji
dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat
69
Anne Ahira, Berkenalan Dengan Jenis-Jenis Novel, 2012, (http:// anneAhira.com).
3
membaca karya sastra. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat
sebuah novel berwujud.70
b. Tema
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan
dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang
yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat
dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga
cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan
berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema.
Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara ekplisit, tetapi
menjiwai keseluruhan cerita.Adakalanya memang dapat ditemukan sebuah
kalimat, alinea, atau percakapan yang mencerminkan tema secara
keseluruhan.Namun, walaupun demikian, tema harus ditemukan lewat pembacaan
mendalam dan pemahaman yang kritis dari pembaca.
Dengan demikian tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan
dasar umum, sebuah karya novel.Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah
ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk
mengembangkan cerita.71
c. Alur
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah
cerita.Atau lebih jelasnya, alur merupakan peristiwa-peristiwa yang disusun satu
per satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir
cerita.72
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tiap peristiwa tidak berdiri sendiri.
Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa
yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan
seterusnya sampai cerita tersebut berakhir
70
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 23.
71
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 70.
72
Robert Stanton, Teori Fiksi, Terj. dariAn Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan
Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 26.
3
d. Penokohan
Penokohan merupakan unsur penting dalam karya fiksi. Dalam kajian
karya fiksi, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak
dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak
menyaran pada pengertian yang sama, atau paling tidak serupa. Namun dalam
skripsi ini penulis tidak akan terlalu membahas perbedaan tersebut secara fokus,
sebab inti kajian skripsi ini bukan terletak pada masalah tersebut.
Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiaanya daripada
“tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada tekhnik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.73
e. Latar
Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya berhadapan pula
dengan sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni serta
permasalahannya.Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan
berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan
waktu, sebagaimana kehidupan manusia di dunia nyata.
Robert Stanton mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang
melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.74
Latar atau yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa di mana peristiwa-peristiwa itu diceritakan. 75
Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke
dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Latar tempat
adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
73
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 166.
74
Robert Stanton, op.cit., h. 35.
75
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 216.
3
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat
dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam
dunia nyata.76
Sedangkan latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan
atas.77
f. Sudut pandang
Sudut pandang, point of view,merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh
Stanton digolongkan sebagai sarana cerita.Walau demikian, hal itu tidak berarti
bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah
diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan
berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah
karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.78
Menurut Abrams Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara
sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar,
dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca.79
Sedangkan menurut Stevick Sudut pandang mempunyai hubungan
psikologis dengan pembaca.Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang
76
Ibid., h. 227.
77
Ibid, h. 233-234.
78
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 246.
79
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 248.
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan menggunakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara dan yang
biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alih - tulis), tetapi analisis kualitatif tetap
menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. 1
Penelitian sastra, sebagaimana penelitian disiplin lain, bersandar pada
metode yang sistemtis. Hanya saja penelitian bersifat deskriptif, karena itu
metodenya juga digolongkan kedalam metode deskriptif, Dalam hal ini, Nawawi
menjelaskan metode deskriptif sebagai berikut :
“metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.”2
Berdasarkan penjelasan diatas analisis nilai-nilai pendidikan agama islam
yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dilakukan
pembacaan dan ditelaah secara mendalam tentang makna kata-kata yang terdapat
dalam dialog dan narasi novel tersebut.
B. Sumber Data
Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh.
Subjek penelitian sastra adalah teks-teks novel, novella, cerita pendek, drama dan
puisi.
Untuk sumber data primer seperti yang diangkat penulis dalam penulisan
skripsi ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sedang sumber data
sekunder meliputi: jurnal, kumpulan kritik sastra, skripsi, tesis dan lain-lain
1
Matthew B. Miles, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif, ( Jakarta : UI-
pres, 2009). h. 16
2
Siswantoro, metode penelitian sastra, (Yogyakarta :PustakaPelajar, 2010). h. 56
37
3
sumber yang terkait erat dengan data primer, yang berfungsi memperkuat validasi
data primer.3
Sumber data yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah Novel
Laskar Pelang karya Andrea Hirata.
C. Teknik Pengumpulan Data
Setelah tahap pertama dan kedua dilakukan, berikutnya diikuti dengan
pelaksanaan terhadap pengumpulan data (tahap ketiga). Beberapa tekhnik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) tes, (2) angket, (3)
wawancara, (4) observasi, (5) telaah dokumen. 4Dari kelima tekhnik pengumpulan
data tersebut, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut
dengan studi dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat dokumen-
dokumen yang menjadi sumber data penelitian.
Dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam melaksanakan studi dokumentasi ini, peneliti memilih novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sebagai bahan dalam pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama
karena pembuktian rasional melaui pendapat, teori atau hukum-hukum yang
diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut.5
D. Teknik Analisis Data
1. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan
menangkap isi karyasastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesan-
pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analis isi didasarkan
pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu
mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya. 6
Menurut Weber, Content Analysis adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik sebuah kesimpulan yang
3
Siswantoro, op, cit. hal. 72
4
Hamsyir Salam & Jaenal Aripin, Methodologi Penelitian Sosial,… hal. 143-135.
5
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan:Komponen MKDK, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004), cet. ke-4, hal.181.
6
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarya: Med press, 2008),
hal. 160.
3
sahih dari pernyataan atau dokumen. Demikian juga dengan Holsi, yang
mengartikan Content Analysis sebagai teknik apapun yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan
secara obyektif dan sistematis.7
2. MetodeDeskriptif
Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara
apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.8Adapun teknik deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif
akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen
tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut criteria atau pola
tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisisi ini adalah menjelaskan pokok-
pokok penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpukan data. Selama
ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Tetapi
dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.9
Menurut Nasution peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian
2. Peneliti sebagai alat dapat menyusaikan diri terhadap semua aspek
keadaan
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan
4. Situasi-situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh
7
Burhan Bungin, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 172.
8
Lexy J. Moleong, op.cit., hal. 163.
9
Siswantoro, op,cit. hal. 73
4
10
Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009) hal. 308
4
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Novel
1. Sinopsis Novel
Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni SD Muhammadiyah. Saat itu
menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD
Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong,
Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan
ditutup jika murid bersekolah tidak genap menjadi 10 orang. Mereka semua
sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan
anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi
ini berada.
Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan
mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta
menyelamatkan berdirimya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai
cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan
Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian
bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari
rumahnya ke sekolah.
Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang
mengatasnamakan diri mereka Laskar Pelangi. Bu Mus yang merupakan guru
terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk
mereka. Karena Bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah
maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya
kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah
Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.
41
4
Seperti kisah percintaan antara Ikal dan A Ling, awalnya Ikal disuruh oleh
Bu Mus untuk membeli kapur di toko milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada
kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian
ia tahu bahwa pemilik kuku indah itu adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya.
Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk
menemani bibinya yang sendiri.
Kejadian tentang Mahar yang akhirnya menemukan ide untuk perlombaan
semacam karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara
tersebut. Mereka para laskar pelangi menari seperti orang kesetanan, hal tersebut
dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah yang langka dan hanya ada di
belitung, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil mereka
pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua itu
akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenangkan perlombaan tersebut.
Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya
pindahan dari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan
Flo di SD Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-
temannya terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo, sejak kedatangan
anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat Bu Mus
marah dan kecewa.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis.
Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang bernama Lintang
yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannya terhadap pendidikan perlu
diacungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari
rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak perlu mengeluh
meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang
terdapat buaya didalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas.
Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah acara cerdas
cermat. Ikal dapat menantang mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah PN yang
berijazah dan terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan
lomba cerdas cermat.
4
Namun sayang, semua kisah indah tentang laskar pelangi harus diakhiri
perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintang dan kawan-
kawan membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya
dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja
keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah
perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirmya mereka kawan-
kawan Lintang dan juga Bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya,
Lintang tidak dapat melanjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal
dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi
anggota laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka
semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD
Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan
diajarkan oleh Bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan.
Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainya
menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.
2. Unsur Intrinsik Novel
a. Latar
Novel ini mengangkat cerita tentang kehidupan anak-anak yang tinggal di
daerah pesisir Pulau Belitung selama menempuh pendidikan Dasar di
Sekolah Muhammadiyah. Pada bagian awal novel Andrea Hirata mencoba
menggambarkan realita sosial yang terjadi pada masyarakat asli di sana,
terutama komunitas Melayu Belitung yang kontradiktif dengan kekayaan
sumber daya alam yang melimpah. Tampaknya isi novel ini memberikan
kesan yang menyentuh hati, bagaimana sepuluh orang anak yang menjuluki
diri mereka sebagai Laskar Pelangi ini memiliki motivasi yang tinggi
berjuang memperbaiki nasib masyarakat Belitung yang masih jauh tertinggal.
Mereka berjuang dengan cara mereka masing-masing, dan mereka berjuang
dengan penuh semangat serta pantang menyerah.
4
Secara khusus ada beberapa tempat yang dijadikan latar dalam novel
Laskar Pelangi ini, diantaranya: (1) Sekolah SD dan SMP Muhammadiyah,
(2) Sekolah PN (Perusahaan negara) Timah, (3) Toko Sinar Harapan di
Belitung Timur, (4) Pasar Ikan.
Cerita sepuluh anak didalam novel ini dapat memotivasi anak-anak
Indonesia agar dapat belajar lebih giat lagi walaupun banyak kekurangan
disana-sini, karena sepuluh anak dalam novel ini membuktikan bahwa
kekurangan itu bukan sebagai penghalang untuk kita lebih semangat lagi
dalam menggapai cita-cita.
b. Tokoh atau Penokohan
Laskar Pelangi ini adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan 10
anak dari keluarga miskin yang bersekolah di (SD dan SMP) di sebuah
Sekolah Muhammadiyah di pulau Belitung yang penuh dengan keterbatasan,
mereka adalah:
1) Ikal adalah seorang tokoh yang mempunyai impian sangat besar,
walaupun ayahnya hanya seorang pegawai rendahan di PN Timah
yang sudah bekerja selama 25 tahun mencedok tailing, yaitu material
buangan dalam instalasi pencucian timah yang disebut wasserij, tetapi
cita-cita ia sangat tinggi yaitu, belajar sampai ke negeri Perancis.
2) Lintang: Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
Lintang adalah seorang anak yang lahir dari keluarga miskin.
Semangat belajarnya sangat tinggi, dan dia merupakan siswa sekolah
4
c. Tema
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan
dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang
yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat
dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga
cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan
berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema.
Adapun tema yang terdapat dalam Novel Laskar Pelangi adalah
perjuangan menempuh prestasi (pendidikan) yang tak kenal kata menyerah.
3. Unsur Ekstrinsik Novel ( Biografi pengarang )
Pemilik nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun ini lahir di
Belitung pada 24 Oktober 1967. Disebut-sebut sebagai sastrawan yang telah
merevolusi sastra Indonesia. Pria murah senyum ini berasal dari pulau Belitung
provinsi Bangka Belitung. Karya pertamanya keluar dalam bentuk sastra berjudul
Laskar Pelangi pada tahun 2006 dan sangat terkenal di Indonesia. Dalam
perkembangannya, novel Laskar Pelangi di adaptasi dalam bentuk film, lagu dan
drama musikal.
Karya Andrea Hirata :
a. Laskar Pelangi (2005)
b. Sang Pemimpi (2006)
c. Edensor (2007)
d. Maryamah Karpov (2008)
e. Padang Bulan (2009)
f. Cinta di Dalam Gelas (2009)
g. Sebelas Patriot (2010)
h. Laskar Pelangi Song Book (2012)
Uniknya Andrea secara akademi mengambil konsentrasi ekonomi namun
ia juga tertarik pada sains, fisika, kimia, biologi, dan sastra. Ia menyebut dirinya
sebagai seorang akademisi yang sekaligus Backpacker, saat ini ia telah mengejar
mimpinya untuk bisa tinggal di Kye Gompa, sebuah desa di Himalaya. Sepertinya
ia terus menambah catatatan biografinya.
4
No Dialog Keterangan
1 Lalupersisdi bawahmataharitaditerterahuruf- Tauhid/ Aqidah
hurufarabgundul yang nantisetelahkelasdua, setelah (mengesakan
aku pandai membaca huruf arab, aku tau bahwa tulisan Allah)
itu berbunyiamar makruf nahi mungkar artinya
“menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar”. Itulah pedoman utama warga
Muhammadiyah. Kata-kata itumelekatdalamkalbu
kami sampaidewasananti. Kata-kata yang begitu kami
kenalseperti kami mengenalbaualamiibu-ibu kami.
(Hal 19)
2 Tuhan memberkahi belitung dengan timah bukan agar Tauhid / aqidah
kapal yang berlayar kepulau itu tidak menyimpang (mengesakan
kelaut china selatan, tetapi timah dialirkannya kesana Allah)
4
tua. Malay atau Melayu telah dikenal Albert Buffon sejak (menuntut Ilmu)
lampau ketika ia mengidentifikasi ras-ras besar Kaukasia,
Negroid, dan Mongoloid. Meskipun banyak antropolog
berpendapat bahwa ras melayu belitong tidak sama dengan
ras Malay versi Buffon-dengan kata lain kami sebenarnya
bukan orang Melayu-tapi kami tak membesar-besarkan
pendapat itu. Pertama karena orang-orang Belitung tak
paham akan hal itu dan kedua karena kami tak memiliki
semangat primordialisme. Hal. 89
29 Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan Nilai sosial
keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa (musyawarah)
abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli .(Hal 3)
30 Demi mendengarkan kisah Mahar, Syahdan yang Sosial
bertengger persis di belakang pendongeng itu dengan kemasyarakatan
gerakan sangat takzim, tanpa diketahui Mahar, (Shadaqoh)
menyilangkan jari diatas keningnya dan menggesek-
gesekannya beberapa kali. Ia memberikan sebagian
makanannya. Mahar tidak mengerti apa yang sedang
terjadi di belakangnya. Sakit perut kami menahan tawa
melihat kelakuan Syahdan. Baginya Mahar sudah tak
waras. (hal 161)
31 “ kalau ada nasib, lain hari kalian akan bertemu lagi” Nilai Sosial
A Miauw menepuk-nepuk pundaku. (Hal 298) (Musyawarah)
32 Setelah Syahdan, Mahar dan pengikut setianya A- Sosial
Kionglah yang datang menjengukku.(Hal 305) (kemasyarakatan
)
33 Tidur di ruang utama masjid adalah pelanggaran. Kami Sosial
seharusnya tidur di belakang, diruangan beduk dan (musyawarah)
usungan jenazah. (Hal 284)
34 Karnaval itu adalah satu-satunya cara untuk Sosial
menunjukan kepada dunia bahwa sekolah kita ini (Musyawarah )
5
Dialog tersebut dengan jelas menerangkan bahwa hanya kepada Allah lah
kita memohon dan meminta, menghindarkan diri beribadah kepada selain-Nya,
1
Andre Hirata,Laskar pelangi, (Yogyakarta: PT. Belitung, 2006), hal. 37.
5
karena Allah adalah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Dengan jelas Al-
Qur’an menyebutkan tentang hal ini, firman Allah dalam Surat Al-Anbiya :25
2
Al-Qur an dan terjemahnya…. hal. 324
3
Andre Hirata,op.cit., hal.50
5
Dikuatkan oleh dialog yang lain:Sekolah kita adalah sekolah Islam yang
mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita harus bangga dengan hal itu. 5
Diperkuat dengan potongan dialog sebagai berikut: Malam minggu ini
kami menginap di masjid Al-Hikmah karena setelah shalat subuh nanti kami
punya acara seru, yaitu naik gunung. 6
4
Andre Hirata,op.cit., hal.31
5
Andre Hirata,op.cit., hal.222
6
Andre Hirata,op.cit., hal.285
7
Badrul Tamam, Manfa’at dan hikmah Sholat Berjama’ah, (http://voa-islam.com
diakses pada senin 8 Agustus 2012)
8
Andre Hirata,op.cit., hal.32
9
Andre Hirata,op.cit., hal.7
5
dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis…. Semua elemen itu adalah
perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap hari. 10
َﭑ ۡﻓ َﺴ ُﺤﻮR ْا ﻓِﻲ ٱ ۡﻟ َﻤ ٰ َﺠِﻠ ِﺲﻓR ﱠﺴ ُﺤﻮRَﻔR ُﻜ ۡﻢ َﺗRَ ٓﻮ ْا ِإ َذا ﻗِﯿ َﻞ ﻟR ِﺬﯾ ءا َﻣ ُﻨRﺎٱﻟﱠRَﯾﱡﮭRَﺄRَٓﯾ
ُﻜ ۡۖﻢ َوِإ َذا ﻗِﯿ َﻞRَ ﻟRُ¾ ۡﻔ َﺴ ِﺢ ٱ ﱠRْا َﯾ َﻦ
د َر ٰ َﺟ ۚ ٖﺖ ْ َُوٱﻟ ِﺬﯾ َﻦ ُأوﺗِﻣﻨ ُﻜ ۡﻢ ﱠ
ﻮا ۡ ﻟ ِﻌ ُﺰوا ﻓ َﭑﻧ ُﺸ ُﺰو ْا ﯾَ ۡﺮﻓَ ِﻊ ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟﱠ ِﺬﯾ َﻦ
ْ ٱﻧ ُﺸ
َﻤﺎR ِﺑRُ¾َوٱ ﱠ ۡﻠ َﻢ ٱ ْ ءا َﻣ ُﻨ
ﻮا
١١ ﺮٞ ﻮ َن َﺧِﺒﯿRُ ۡﻌ َﻤﻠRَﺗ
10
Andre Hirata,op.cit., hal.84
11
Andre Hirata,op.cit., hal.124
6
Diperkuat oleh potongan dialog yang lain sebagai beerikut: Tapi lebih dari
setengah perjalanan sudah. Tak ada kata bolos dalam kamusku, dan hari ini ada
tarikh islam, mata pelajaran yang menarik.12
Dialog di atas melarang kaum Muslim untuk bertaqlid buta karena hanya
akan menjadi penghambat bagi kaum Muslim sendiri. Justru sebagai Muslim
yang berilmu, dalam beragama jangan hanya sekedar ikut-ikutan saja tapi juga
harus mengerti dan faham terhadap dalilnya. Larangan berbuat taqlid ini terdapat
dalam firman Allah surat al-Maidah:104:
ٔﯿﺎ َوRۡٗ ُﻤﻮ َن َﺷRَ ۡﻢ َﻻ ﯾَ ۡﻌﻠRُٓﺎ ُؤھRَ ۡﻮ َﻛﺎ َن َءاﺑRَ َوﻟRَﺎٓ َءَﻧ ۚ ٓﺎ أRَءاﺑ
٤٠١ ُﺪو َنR ۡﮭ َﺘRَﻻ َﯾ
Sebagai umat Islam, harus berhati-hati dalam hal perbuatan, terlebih lagi
jika mengarah kepada aspek ibadah kepada Allah. Untuk itu umat Islam harus
memiliki kemandirian dan juga prinsip hidup untuk tidak terjebak kepada praktik-
praktik taklid atau hanya ikut-ikutan, sebagaimana pada dialog diatas (“Tapi lebih
dari setengah perjalanan sudah. Tak ada kata bolos dalam kamusku, dan hari ini
ada tarikh islam, mata pelajaran yang menarik.”), memberi kesadaran kepada
umat Islam agar menjadi pribadi yang selalu memiliki dasar hukum pada setiap
perbuatan.
Ketiga, Nilai Akhlak yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi
adalah sebagai berikut:
12
Andre Hirata,op.cit., hal.88
6
Dalam Al-Qur’an surat al-Isra sepanjang zaman dan pada seluruh lapisan
masyarakat. Dalam Al-Qur’an surat al-Isra disebutkan bahwa seorang anak tidak
boleh berkata kasar apalagi menghardik keduanya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat al-Isra ayat 23 :
ۚﺎ ِإ ﱠﻣﺎRً َوِﺑﭑ ۡﻟ ٰ َﻮِﻟ َﺪ ۡﯾ ِﻦ ِإ ۡﺣ ٰ َﺴﻨRُﺎهR ُﺪ ٓو ْا ِإ ﱠﻻ ِإﯾﱠR ۡﻌ ُﺒRَ ﱠﻻ ﺗRَ َﻀ ٰﻰ َرﱡﺑ َﻚ أRَ۞ َوﻗ
َﻼRَ َﻤﺎ ﻓR ۡو ِﻛ َﻼ ُھR َأRٓ َﻤﺎRُ َﺣ ُﺪھRَ َﺮ أRَ َﻐ ﱠﻦ ِﻋﻨ َﺪ َك ٱ ۡﻟ ِﻜﺒRُ ۡﺒﻠRَﯾ
٣ ۡﻮ ٗﻻ َﻛ ِﺮﯾ ٗﻤﺎRَ َﻤﺎ ﻗRُﮭRﻞ ﻟﱠRُ َﻤﺎ َوﻗRُ ۡﺮھRَ ۡﻨﮭRَف َو َﻻ ﺗRّٖ Rُ َﻤٓﺎ أRُﮭRﻞ ﻟﱠRُﻘRَﺗ
٢
Dalam Laskar Pelangi ini pun banyak terdapat dialog yang mengajarkan
umat Islam untuk senantiasa berakhlak baik kepada orang tua, diantaranya
adalah:Ia sangat berabkti kepada kedua orang tuanya. Khususnya ibunya.
sebaliknya, ia juga diperhatikan ibunya layaknya anak emas.15
13
Andre Hirata,op.cit., hal.162
14
Al-Qur an dan terjemahnya…. hal.284.
15
Andre Hirata,op.cit., hal.75
6
16
Andre Hirata,op.cit., hal.75
17
Andre Hirata,op.cit., hal.135
6
ﻮ ْا َﺧRُﻧR ُﻜﻮRَن ﯾRَ ۡﻮ ٍم َﻋ َﺴ ٰ ٓﻰ أRَم ﱢﻣﻦ ﻗٞ ۡﻮRَ ۡﺴ َﺨ ۡﺮ ﻗRﻮْا َﻻ َﯾR ِﺬﯾ َﻦ ءا َﻣ ُﻨRَٓﯾﺄﱡﯾ َﮭﺎٱﻟﱠ
َ
ء ﱢﻣﻦٞ Rُٓ ۡﻢ َو َﻻ ﻧِ َﺴﺎRۡﯿ ٗﺮا ﱢﻣ ۡﻨﮭ
¾ٱﺲ
ِﺑRُﻧﻔRَﻠ ِﻤ ُﺰ ٓو ْا أRَۡﻦ َو َﻻ ﺗR ۖﱠRُ ُﻜ ﱠﻦ َﺧ ۡﯿ ٗﺮا ﱢﻣ ۡﻨﮭRن َﯾRَ ٍء َﻋ َﺴ ٰ ٓﻰ أRٓ َﺴﺎRﱢﻧ
ﺳﻢ
ُ ۡ
َۡﻷﻟ ٰ َﻘ ﺐRۡ ُﺰو ْا ﺑِﭑRﺎ َﺑR َﻨRََﺴ ُﻜ ۡﻢ َو َﻻ ﺗ
ۡﺌ
ُﻢRُِﺌ َﻚ ھRَﻟRٰٓ ْوRُﺄRَ ۡﺐ ﻓRُﺘR ۡﻢ َﯾRَﻌﺪٱ ۡ ِﻹﯾ ٰ َﻤ ۚ ِﻦ و َﻣﻦ ﻟﱠRَۡ ُﺴﻮ ُق ﺑRُٱ ۡﻟﻔ
١١ ِﻠ ُﻤﻮ َنRٱﻟ ٰﻈﱠ
18
Andre Hirata,op.cit., hal.190
19
Andre Hirata,op.cit., hal.148
20
Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana
orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
21
Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti
panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya.
6
6
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan
jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.23
22
Artikel Islami. Shodaqoh dan kesyukuran( http : // wordpress. Com. Diakses pada
tanggal 21 Februari 2012 )
23
Al-Qur an dan terjemahnya…hal.46
24
Andre Hirata,op.cit., hal.32
25
Andre Hirata,op.cit., hal.232
6
Dan dialog sebagai berikut: Sekolah kita adalah sekolah Islam yang
mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita harus bengga dengan hal itu. 29
26
Andre Hirata,op.cit., hal.85
27
Andre Hirata,op.cit., hal.3
28
Andre Hirata,op.cit., hal.5
29
Andre Hirata,op.cit., hal.222
6
“Bagi kami pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa
yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan
guru spiritual. Mereka yang pertama menjelaskan secara gambalng
implikasi amar makruf nahi munkar sebagai pegangan moral kami
sepanjang hayat. Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari
perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara
mengambil wudhu, melengok ke dalam sarung kami ketika kami disunat,
mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan
kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.30
30
Andre Hirata,op.cit., hal.245
6
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil pengkajian dan pembahasan skripsi ini, maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah penelitian, bahwa:
1. Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata terbagi menjadi empat macam nilai yaitu :
a. Nilai Tauhid atau Aqidah. Aqidah berarti Iman, kepercayaan dan
keyakinan. Sehingga yang dimaksud dengan Aqidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau tersimpul dalam hati. Tauhid atau
aqidah merupakan nilai yang harus dimiliki oleh seorang individu.
Adapun nilai akidah atau tauhid yang peneliti temukan dalam Novel
Laskar Pelangi adalah 1) Mengesakan Allah
b. Mengikuti hukum-hukum dan aturan Allah dalam menjalankan
kehidupan yang sesuai dengan perintah-perintah-Nya, dari mulai akil
baligh sampai meninggal dunia. Nilai ibadah yang peneliti temukan
dalam novel Laskar Pelangi adalah : 1) Shalat 2) Larangan berbuat
taqlid, 3) Menuntut Ilmu,
c. Nilai Akhlak. Akhlak berasal dari kata Khalaqa yang kata asalnya
khuluqun yang berarti perangai, tabiat. Jadi, secara etimologi akhlak
itu sebagai perangai,adat, tabiat, perangai, atau sistem perilaku yang
dibuat oleh manusia. Nilai akhlak yang peneliti temukan dalam novel
Laskar Pelangi adalah : 1) Akhlak terhadap orang tua, 2) Akhlak
terhadap sesama manusia
d. Nilai Sosial Kemasyarakatan. Nilai social adalah penanaman nilai-nilai
yang mengandung sosial, dalam dimensi ini terkait dengani ntegrasi
sesame manusia yang mencakup berbagai norma kesusilaan,
kesopanan dan segala macam bentuk produk hukum yang telah
ditetapkan oleh manusia. AdapunNilai Sosial kemasyarakatan yang
peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah : 1) Shadaqoh, 2)
Musyawarah
67
68
B. Saran
1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya novel atau karya sastra
lainnya, mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan Islam yang bias
disumbangkan kepada masyarakat luas dan bukan mempertimbangkan
selera pasar atau trend. Karena beberapa tahun terakhir banyak
bermunculan novel atau karya sastra yang sangat jauh dari unsur
mendidik, sebab bagaimanapun karya sastra terutama novel yang banyak
diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi dari kalangan
remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin bangsa.
2. Bagi masyarakat, hikmah yang dapat diambil dari nilai nilai Pendidikan
Agama Islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi. Novel ini
banyak memberikan kontribusi kepada seluruh lapisan masyarakat,
khususnya umat Islam untuk mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-
nilai pendidikan Agama Islam dalam kehidupan masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya. Kajian tentang nilai-nilai pendidikan agama
Islam dalam novel ini belum dikatakan sempurna, karena keterbatasan
waktu, metode serta pengetahuan dan ketajaman analisis yang peneliti
miliki, untuk itu harapan penulis, akan ada banyak peneliti baru yang
berkenan untuk meneliti lebih luas dan konsferhensif novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata ini.
6
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Moh., Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam
Ibadat dan Tasawuf “, Jakarta : CV. KaryaMuli, 2005.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet.II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1994.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan pembelajaran, Jogjakarta: Ar-
Ruz Media, 2007
B. Miles,Matthew, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif, Jakarta : UI-
pres, 2009.
Bungin, Burhan, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
69
7
Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, Jakarta: Universitas
Negri Jakarta, 2008.
http://sigitwahyu.net/ensiklopedi/ pengertian-shodaqoh-sedekah.html.
72
Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t
M.M Syarif, ( Ed), The History of Muslim Philosophy, New York, Dover
Publications, 1967.
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam :Filosof & Filsafatnya, Cet.II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.