11111 111111-...
Ull I
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh:
Eti Suarni
104011000093 l~ltl.i~
•.' iNHH""'""'"~"".''" ••,. ,. ••, ... '""""·'j'
: J2.1.:.Q.k.:.: ....O:?.\~····· .....
, .O..LO...::.P..3..::::.l.8.2cL
"1•,i'rlkll;I ............................................. ..
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Ull I
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh :
Eti Suarni
104011000093
ET! SUARNI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan keguruan
Untuk memenuhi salah stau syarat memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
ETI SUARNI
104011000093
Di Bawah Bimbi an
Penguji I
Dra. Hj. Eri Rossatria, M.A.
NIP: 150 007 315
Penguji II
Heny Narendrany Hidayati, M.Pd.
NIP: 150 277 688
Mengetahui
ABSTRAK
ET! SUARNI
104011000093
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Masalah pokok dalam skripsi ini adalah peranan orang tua dalam membimbing
bakat anak usia 6-12 tahun. Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Pengembangan bakat anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalan1
membimbingnya. Pada kenyataannya banyak orang tua yang kurang peduli akan
pentingnya pengembangan bakat. Untuk mengembangkan bakat anak, hendaknya
para orang tua dapat menyadarinya sejak dini karena kalau anak setelah menginjak
dewasa sudah terlambat. Maka mulailah ketika anak memasuki Sekolah Dasar karena
belum terlalu jauh tingkat pendidikannya.
Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, maka
digunakan metode penelitian kepustakaan (library reseach) dengan cara mencari,
mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku-buku ilmiah, majalah-majalah,
surat kabar serta bahan dan sumber-sumber lain yang ada relevansinya dengan
masaiah skripsi ini. Setelah terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan cara
menganalisa data-data tersebut secara deskripsi yang pendekatannya melalui
pengumpulan dan pendapat para ahli yang disajikan sesuai dengan datanya,
Kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan kemampuan penulis Sehingga dapat
diambil kesimpulan.
Peranan orang tua sangat besar pengaruhnya dalam membimbing bakat anak.
Peranan orang tua dalam ha! ini memegang kedudukan yang sangat penting dalam
mengembangkan bakat anak. Apabila orang tua salah membimbing maka anakpun
akan terjerumus kepada hal-hal yang dapat membuat bakatnya tidak berkembang.
Maka dengan adanya peranan masing-masing hendaknya orang tua saling melengkapi
sehingga bakat yang ada pada anak dapat berkembang secara optimal.
Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun pertama-tama
yang bisa dilakukan adalah mengetahui dan mengenal bakat anak dengan cara
memperhatikan apa yang dikerjakan anak sehari-hari, membuat angket untuk
menganalisa jawaban anak dan melakukan ters bakat. Kemudian orang tua bisa
menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam rumah dan rnenghindarkan
perbuatan yang negatif yang bisa mengganggu perkembangan potensi anak.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta aiam, berkat rahmat,
taufik dan inayah-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, pejuang agama Islam dan teladan
yang terbaik yaitu Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabatnya dan kepada
seluruh umat Islam di seluruh alam.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan
sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah
diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi
selesainya skripsi ini dan bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca sekalian.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang setinggi-
tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dengan curahan cinta dan kasih
sayangnya, kerja kerasnya serta doa yang selalu dipanjatkan yang telah mengantarkan
penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan SI di UIN Jakarta dan menjadi
Sarjana. Semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah
swt dan semoga Allah selalu menjaga dan memberikan rahmat, hidayah beserta
karuniaNya kepada mereka.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan beserta staf-stafnya
3. Bapak Drs. Faridal Arkam, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian, kesabaran dan
kemudahan dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga
bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama
menjalankan kuliah
5. Bapak Drs. H. Nurdin Idris, M.A. sebagai penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa
6. Kepada perpustakaan utama UIN Jakarta, perpustakaan FITK, perpustakaan
umum Islam Iman Jama dan perpustakaan Kuningan beserta staf-stafnya yang
telah membantu penulis dalam mencari referensi
7. Kepada ayah (Suhana) dan ibu (Apong Suarsih) tercinta beserta seluru.'1
keluarga yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan memberikan
dukungan kepada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan penulis
kekuatan untuk istiqomah dalam berbakti dan membuat mereka bahagia dunia
dan akhirat
!?. Kepada suami tercinta (Bilal Wahyudi) yang telah membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis
9. Kepada segenap teman-teman seperjuangaa PAI angkatan 2004 khususnya
kelas C yang selama ini selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman,
motivasi serta doa dan selalu menghiasi hari-hariku selama masih aktif kuliah
10. Semua pihak yang tidak dapat penuls sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semua yang telah membantu penulisan skripsi ini, penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah swt membalas
kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat
kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempruna, baik dari sistematika, bahasa
maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih
luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga bermanfaat untuk kita
semua. Amin .....
Penulis
DAFTARISI
ABSTRAK ....................................................................................................... .
KAT A PEN GANTAR ...................................................................................... 11
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .. .... ... ..... .......... ...... ..... ... ...... ... ........... ............. ...... .. 87
B. Saran......................................................................................... 88
DAFTARPUSTAKA................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BABI
PENDAHULUAN
pintar dan mempunyai bakat akan bisa mengembangkan dirinya dalam prestasi
belajar. 1
Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, baik di rumah atau keluarga, sebelum
anak masuk sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah, dari
orang tua sarnpai saudaranya serta seluruh anggota keluarganya. Sebab itu,
peranan orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pendidik yang pertama
dan terutama bagi anak-anaknya yang dapat membantu mereka berkembang
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Anak-anak merupakan investasi
bangsa, karena itu mereka benar-benar membutuhkan pendidikan yang tepat, baik
dari segi pendidikan Formal (Sekolah) maupun pendidikan Informal (Keluarga).
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul
gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan
melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyarakat
pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan
kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. 2
Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh
Mortimer J Adler yaitu pendidikan adalah proses dengan mana semua
kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat
dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan
yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun
untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang
ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik. 3
Dalam pendidikan, bakat yang mempunyai sifat khas sangat besar peranannya
dalam proses pendidikan karena merupakan hal yang ideal kalau kita dapat
memberikan pendidikan dan pemilihan lapangan pekerjaan yang benar-benar
sesuai dengan bakat pada masing-masing anak didik, karena seseorang akan lebih
berhasil kalau dia belajar dan bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan
bakatnya. Akan tetapi, tugas ini adalah tugas yang mudah untuk dikatakan, namun
1
M Arifin, lbnu Pendidikan fs!an1; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan lnterdisip/iner, (Jakarta: Pt. Bumi Aksara, 2003). Cet. I, h. I.
2
M Aritin. /ln1u Pendidikan .... h. 1.
3
M Aritin. Fi/safat Pendidikan Islam. (Jakarta; Bina Aksara, 1987), Cet. I. h. 10.
3
tidak mudah untuk dilaksanakan. Maka dari itu, kenalilah bakat-bakat para anak
didik seawal mungkin.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat dilaksanakan dimasa yang akan datang.
Bakat menentukan prestasi seseorang, jadi prestasi merupakan perwujudan dari
bakat. Jadi bakat adalah kemampuan alamia:1 untuk memperoleh pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat
intelektual umum) atau khusus (Baka! akademis khusus). Bakat khusus disebut
juga talent.,
Baka! memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan
atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Keunggulan dalam salah satu bidang
itu, merupakan hasil interaksi dari bakat pembawaan dan faktor lingkungan yang
menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi.
Merupakan kenyataan yang berlaku dimana-mana (universal) bahwa manusia
berbeda satu sama lain dalam berbagai ha!, antara lain dalam intelegensi. bakat,
minat kepribadian, keadaan jasmani dan keadaan sosial. Begitupun dengan Setiap
anak yang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan
rlerajat yang berbeda-beda. Para orang tna henuaknya mempunyai kepekaan
mengamati bakat masing-masing anak agar dapat membantu anak memupuk
bakatnya dengan memberikan kesempatan dan pengaiaman sebaik-baiknya.
Demikian pula, guru di dalam kelas perlu mengenal setiap anak didiknya dan
bakat-bakat khusus yang mereka miliki, agar dapat memberikan pengalaman
pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa untuk dapat
mengembangkan bakat-bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan. Memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan perorangan (individual)
dalam belajar serta dalam diri anak didik antara siswa dalam bakat dan minat.
4
SC Utami Munandar, !vfengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk
Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Pt. Grasindo, 1992), Cet. I, h. 12.
4
Guru rnengarnati adanya siswa yang cepat dan siswa yang larnban dalarn belajar,
dan ada sis\va yang baik dan ada siswa yang ku:·ang bai~~ 1naka dari itu,
rnengusahakan pernenuhan kebutuhan pendidikan setiap siswa adalah tugas rnulia
seorang pendidik. 5
Proses perkernbangan anak tergantung pada orang tua yang mendidiknya di
rumah dan guru di sekolah. Fitrah ini merupakan kemampuan dasar yang
rnengandung kernungkinan atau peluang untuk berkembang, namun mengenai
arah dan kualitas perkembangan anak sangat bergantung pada proses pendidikan
yang ditorimanya. 6
Akan tetapi, ha! ini dapat terwujud karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
. 7
d1antaranya:
I. Faktor Internal (faktor dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar
siswa.
3. faktor pendekatan belajar (approach to learning}, yaitu jenis upaya belajar
siswa yang mdiputi strategi dan rnetode yang digunakan siswa untuk
rnelakukan kegiatan pembelajaran dalam materi-materi pclajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering sating berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bermotif ekstrinsik (faktor
eksternal) biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal),
mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas
hasil peml>eiajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah, muncul
siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers
(berprestasi rendah) atau gaga! sama sekali.
5
Conny Semiavvan, Dkk, Mernupuk Bakat dan Kreativitas Sis\~·a Sekolah Aienengah;
Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Pt. Gramedia, 1990), Cet. 3. h. 2.
6
Syan1su YusuC Psiko!ogi Perkenibangan Anak dan Reniaja, (Bandung: Pt. Re1naja
Rosdakarya, 2000). Cet. I, h. 136.
7
Muhibin Syah, Psikofogi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 1999), Cot. 4, h. 132.
5
Dikutip dari harian Jawa Pos, edisi Nasional dan Jakarta, terbit hari jum'at 3
Maret 2003, tentang bakat anak dikatakan bahwa banyak cara yang bisa dilakukan
untuk menggali bakat anak dengan cara mewajibkan setiap anak memiliki
kegiatan luar akademik sesuai dengan minat dan bakat anak. Dengan cara ini anak
dengan sendirinya akan menemukan kegemaran da'l bakatnya, bila sudah
ditemukan maka anak akan lebih giat untuk mendalami bakatnya itu.
Pada umumnya, tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya
meraih suatu prestasi yang baik dan mampu mengembangkan bakatnya. Pada
dasarnya, tugas menddidik anak adalah sepenuhnya terletr.k pada orang tua, tetapi
karena kemampuan atau kesempatan orang tua untuk melaksanakannya terbatas,
maka mereka memberi mandat kepada lembaga pendidikan yaitu sekolah.
Salah satu kesalahkaprahan dari para orang tua dalam dunia pendidikan
sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Meskipun disadari
bahwa berapa lama waktu yang tersedia dalam setiap harinya bagi anak di
sekolah.
Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung di
dalam keluarga adalah bersifat asasi. Karena itulah orang tua merupakan pendidik
pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna
kepribadian seorang anak. Tindakan dan sikap orang tua seperti ini merupakan
perwujudan dari peran mereka sebagai pendidik.
Padahal orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya
keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seorang siswa
terhadap pelajaran. 8
Orang tua dalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala
keiuarga atau pemimpin rumah tangga. Orang tua sebagai pembentuk pribadi
pertama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
8
Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana Yogya,
1993),Cet.4,h.1!3.
6
"Anak itu dilahirlr.an dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang dapat
merifadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi". (H.R Muslim).
Sekolah harus menyadari kualitas siswa yang tidak hanya bisa dibentuk lewat
sisi akademik. Menurut Garner, seorang ahli pendidikan mengatakan ada delapan
9
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 4, h. 26.
1
°Kartini Kartono, Peranan Keluarga Meniandu Anak, (Jakarta: Rajawali,1992), Cet. 2,
Ed. 1, h. 19.
11
Mantep Miharso, Pendidikan Keluarga Qur'ani, (Yogyakarta: Safira, 2004), h. 123.
7
12
M. Ngalim Punvanto. Psiko/ogi pendidikan, (Bandung: Pt. Re1n~iu Rosdakarya, 2000),
Cet. I. h. 28.
8
A. Acuan Teori
1. Peranan Orang Tua Terhadap Anak
a. Pengerti:m Peranan
Peranan berasal dari kata peran yang mempunyai arti seperangkat tingkat yang
diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sumber
lain mengatakan, kata Peran sebagai karakter yang dimainkan oleh objek. 1 Peran
sangat penting sekali dalam kehidupan manusia khususnya di masa sekarang ini,
karena menurut pengertian diatas peran ini harus dilaksanakan oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat, seperti perlunya peran guru dalam
menanggulangi kebodohan, perlunya peran orang tua dalam •nendidik anak ke
jalan yang benar, perlLiilya peran Negara dalam mengentaskan kemiskinan dan
begitu pula dengan perlunya peran manusia untuk menyayangi sesama manusia.
Dan peran yang baik akan terwujud kehidupan manusia menjadi aman dan
tentram. Berdasarkan definisi peran ini dapat disimpulkan bahwa peran dapat
diwujudkan oleh orang yang lebih tinggi tingkatannya di dalam suatu masyarakat.
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kan1us
Besar B{lhasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 667.
11
Hal tersebut dapat terlaksana jika terdiri dari beberapa manusia, tidak
individualisme.
Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam
1nasyarakat, yaitu berdasarkan norma-nonna yang berlaku di n1asyarakat. Dalam
masyarakat terdapat banyak individu dengan peran yang beraneka ragam.
Beragamnya peran sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa konflik,
ketegangan, kegagalan dan kesenjangan.
Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan te11entu harus
melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. Hal ini terjadi karena
seseorang mempunyai banyak status sosial. Contohnya, seorang polisi yang baik
harus menangkap pelaku kejahatan yang sebenarnya adalah keponakannya sendiri.
Padahal, sebagai seorang paman, dia wajib mdindungi keponakannya itu.
Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan
peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban-
kewajiban yang harus dia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri.
Contohnya, seorang pimpinan kantor yang harus menerapkan disiplin waktu
secara ketat kepada karyawannya yang sebagian besarnya adalah kerabat
dekatnya.
Kegagalan peran te1jadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan
beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling
bertentangan.
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus m~njalankan peran yang
tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak
cocok menjalankan peran tersebut.
Setelah mendapat akhiran "An" kata peran memiliki arti yang berbeda
diantarannya:
1. Peranan adalah konsekuensi atau akibat dari kedudukan atau status
seseorang.-' Tiap orang dalam masyarakat mempunyai berbagai
kedudukan. Misalnya seorang murid mempunyai kedudukan sebagai
pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai kakak terhadap
2
S. Nasution, Sosio/ogi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Cet. I, Ed. 2, h. 73.
12
J David Berry, Pokok-pokok Pikiran Da/0111 Sosiologi, (Jakarta: Pt. Raja GrafinC:o
Persada, 2003), Cet. 4. Ed. t, h. 106.
4
Djumhur dan Moh. Surya. Bilnbingan dan Penyuluhan di Sekolah. (Bandung: Cv.
Pectoman llmu Jaya, 1975), h. 12.
13
5
Soerjono Soekanto, Sosio/ogi Suatu Pengantar, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 212.
6
Slameto, Bimbingan di Sekolah. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 16.
14
yang diharapkan darinya selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-
orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.
Peranan mencakup kewaj iban dan hak yang bertalian dengan kedudukan.
Misalnya dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban mendidik anak
dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu memberinya hukuman.
Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru
dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat bahwa peranan selalu
mempunyai segi timbal balik. Guru hanya dapat menJalankan peranannya antara
lain meyuruh anak belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru
memerintah dibarengi oleh kewajiban murid untuk mematuhinya.
Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban
yakni bersifat timbal balik da!am hubungan antar individu. Hak adalah
kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan
kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak seseorang
dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
keduanya meninggalpun kebaktian tersebut masih tetap dituntut oleh Islam, hal ini
sesuai dengan had its yang diriwayatkan oleh Bukhori, yaitu: 7
:11·. l .._, '·••' ~1~' l ;\.:, G.. :\j~ .,·o'.Xl ·.(.).!')ii• 4.LC. ·•~-
.J.J •• ~ I'"' .J • .) .
L~~I. ~l ·.'I i:.iloU
i" U! .
• G..'.JI
('-?.J . ~1.)
3.J
.\J't li-1
. (.'"' Lo
"Apabi/a manusia te/ah mati, maka terhentilah (hitungan balasan) semua
ama/ baiknya kecuali dari tiga unsur yaitu: shadaqah jariyah (yang masih
bcrfungsi), anak yang sha/eh (karena do 'a-do 'a yang dipanjatkan untuk orang
tuanya) dan ilmu yang bermanfaat (yang membawa kemas/ahatan bagi
manusia seutuhnya). " (H.R. Bukhari)
Sedangkan dalam penggunaan Bahasa Arab, istilah orang tua <likenal dengan
sebutan "Al-Wa/id'', pengertian tersebut dapat <lilihat dalam Al-Qur'an Surat Al-
Lukman ayat 14, yaitu:
"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tarnbah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu."
adapun dalam penggunaan Bahasa lnggris, istilah orang tua dikenal dengan
sebutan "parent".
Menurut Miami Utama, orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji
dihadapan Tuhan dalam perkawinan untuk hidup sebagai suami istri dan siap
sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang
7
Abudin Nata dan Fauzan. ?endidikan Dala111 Perspekt(f liadits, (Jakarta: UIN Press.
2005), Cct. I, h. 233.
16
dilahirkannya. lni berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan
siap sedia untuk menjadi orang tua. 8
Menurut Ny. Singgih D Gunarsa, orang tua adalah dua individu yang berbeda
me1nasuki hidup bersan1a dengan 1ne1nbawa pandangan, pendapat dan kebiasaan
sehari-hari. 9
Dalam buku llmu Pendidikan Islam karangan Hery Noer Aly orang tua adalah
ibu dan ayah don masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dan
bekerjasama dalam pendidikan anak. Hanya saja, terutama dalam lingkungan
keluarga yang menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari
nafkah dan ibu lebih banyak di rumah untuk mengatur urusan rumah, pengaruh
pendidikan yang diberikan ibu lebih besar. Hal ini karena anak dalam proses
tumbuh kembangnya sampai menjadi manusia yang mampu memikul kewajiban
banyak dekat dengan ibunya. itu lah sebab mengapa setiap wanita penting
dipersiapkan untuk menjadi ibu yang diharapkan mampu menjalankan tugas
sebagai pendidik.
Menurut M. Nashir Ali, menjadi orang tua adalah menjadi lain. Maksudnya
fungsinya menjadi lain. Dua orang yang membentuk keluarga, segera bersiap
mengemban (memperkembangkan) fungsinya sebagai "orang tua". Menjadi orang
tua dalam arti menjadi bapak atau ibu dari anak-anaknya, menjadi penanggung
jawab dari lembaga kekeluargaannya sebagai sarn sel anggota keluarga. 10
Secara ilmiah, seorang bapak adalah kepala keluarga, dimana ia
mempertanggung jawabkan segala sesuatu mengenai rumah tangganya. Melihat
ruang lingkup kerumah tanggaan yang harus dipe11anggung jawabkannya. pada
hakekatnya tugas bapak lebih meroha111ah dan tugas si ibu lebih menjasmaniah.
Dengan perkataan lain, bapak mempunyai tugas yang lebih abstrak dan ibu lebih
konkrit. Penghayatan tugas-tugas yang lebih merohaniah itu, dapat juga dikatakan
dengan mengayomi, memimpin dan mengamankan. lnilah praktis yang nampak
dari sifat kebapaan yang norn1al. Dan seorang ibu tentu saja perlu berfungsi
8
Kartini Kartono, Pera nan Ke/uarga .... h. 37.
9
Singgih D Gunarsa. Psiko/ogi untuk Keluargo, (Jakarta: Gunung Mulia. 1976). h. 27.
10
M Nashir Ali, Dosar-<iasar llmu Me"didik, (Jakarla: Mutiara, 1982). Cc!. 2, h. 73-78.
17
sebagai ibu, dalam arti dia menghayati tugasnya sebagai ibu yang berkoordinasi
dengail bapak.
Keluarga dengan pembagian tugas antara bapak dan ibu tidak ada artinya
kalau masing-masing jalan sendiri tan pa koordinasi. Kedua pihak itu akan selalu
bergesekan, tahan menahan dan aksi mereaksi. Jadi jelas prinsip kekompakan itu
perlu dalam mendidik dan tidak ada yang boleh bertindak sendiri-sendiri.
Rusaknya pendidikan banyak sekali disebabkan karena tindakan-tindakan sendin-
sendiri itu.
Maka dari itu, fungsi dan peranan orang tua dalam keluarga adalah: 11
1. Pengalaman pertama Masa Kanak-kanak
Didalam keluargalah anak dididik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus
disadari dan dimengerti oleh setiap kciuarga, bahwa anak dilahirkan didaiam
keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari
ikatan keluarga. Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman
pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.
Suasana pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari
sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu selanjutnya
ditentukan, karena pendidikan keluarga adalah yang pertama dan utama.
2. Menjamin kehidupan Emnsional Anak
Suasana didalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan
simpati yang sewajarnya, suasana yaug aman dan tenteram dan suasana yang
percaya mempercayai. Untuk itulah, melalui pendidikan keluarga ini
kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi
atau dapat berkembang dengan baik, ha! ini dikarenakan adanya hubungan
darah antara pendidik dengan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi
sedikit anak didik dan arena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih
sayang murni.
Kehidupan emosional ini merupakan salah satu faktor yang terpenting
didalam membentuk pribadi seseorang. Berdasarkan penelitian, terbukti
11
Hasbuilah. Dasar-dasar I/mu Pendidikan, (Jakarta: Pt. R~ja Grafindo Persada, 2003).
Cet. 3, Ed. I, h. 39-43.
18
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-
dasar hidup beragama, dalam ha! ini tentu saja terjadi dalam keluarga. Anak-
anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke mesjid bersama-sama untuk
menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah
keagamaan, kegiataan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kepribadian anak. Kenyataan membuktikan, bahwa anak yang semasa
kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal yang berhubungan dengan hidup
keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke mesj id atau tempat
ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan klrntbah atau ceramah-
ceramah keagamaan dan sebagainya, maka setelah dewasa mereka itu pun
tidak ada perhatian terhadap hidup keagamaan.
Fungsi dan peranan orang tua dalam keluarga ini sangat besar peranannya bagi
kehidupan dan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, harus
diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik primer atau kodrat.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 Tahun 1989 pasal I 0
ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa pendidikan keluarga merupakan
bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
yang tugas atau peranannya adalah untuk memberikan atau menanamkan
keyakinan agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan.
Dengan demikian, pendidikan di lingkungan keluarga ini oleh Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam
upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan
keluarga yang terlaksana dengan baik maka pembentukkan kepribadian yang
diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh
lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya
kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan pendidikan keluarga.
Berdasarkan semua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa orang
tua adalah orang dewasa yaitu ayah dan ibu dari setiap anak yang memikul
tanggungjawab sebagai pendidik dan pembimbing dalam hidupnya.
20
Orang tua disebut sebagai pendidik utama karena orang tualah yang
mempunyai kesadaran dan cinta kasih yang mendalam untuk mengasuh atau
mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran. Lagipula
kesempatan untuk mendidik atau memperoleh pendidikan bagi anak lebih banyak
orang tua, mengingat sebagian besar waktu hidup anak banyak dirumah bersama-
sama dengan orang tuanya.
Ada Had its yang dengan jelas menunjukkan kepada kita akan tanggung jawab
kita sebagai umat !slam kaitan posisinya sebaga; orang tua terhadap anak-
anaknya, diantaranya:
12
M Alisuf Sabri, I/mu Pendidikan. (Jakarta: C-•. Pedoman llmu .laya, 1999). Cel. I, h. 8.
21
yang diharapkan. Begitu juga diharapkan untuk melatih sikap mandiri dan rnampu
mengambil keputusan sendiri serta kehidupannya dalam keadaan stabil.
4. Memelihara dan rnernbesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan,
minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. Disamping
itu, ia be1tanggung jawab dalarn ha! melindungi dan menjamin kesehatan
annknya, baik secara jasmaniah rnaupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak
terse but.
5. memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterarnpilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah
dewasa akan mampu mandiri.
Dalam menjalankan tugas mendidik, orang tua membimbing anak. Anak
sebagai rnanusia yang belum sempurna perkembangannya dipengaruhi dan
diarahkan orang tua untuk mencapai kedewasaan. Kedewasaan dalam arti
keseluruhan, yakni dewasa secara biologis (badaniah) dan dewasa secara rohani.
Anak dewasa secara biologis, bila fungsi badannya sudah berkembang dan siap
untuk menyelami hidup sendiri dalam keluarga. Dewasa secara rohani, bila anak
tersebut te!ah menjadi manusia yang mampu berfikir, berkehendak dan berbuat
sendiri bagi masyarakat maupun Tuhan. Dengan kedewasaan rohani dan jasmani
anak tersebut akan dapat menjadi manusia yang mampu mencapai tujuan
hidupnya yakni kebahagiaan di dunia maupun diakhirat nanti.
Menurut Hasbul!ah, 14 Tanggung jawab pendidikan yang peril! disadarkan dan
dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain adalah:
1. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang
dapat membahayakan dirinya
2. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai tujuan hidup
akhir hidup manusia.
14
H°'bulbh, Dasar-dasar .... h. 88.
Pada pendapat Abdullah Ulwan, 15 tanggung jawab utama orang tua dalam
pendidikan anak ialah pendidikan jasmani dalam bentuk pemenuhan nafkah. Yang
dimaksud dengan nafkah ialah penyediaan pangan, Sandang dan papan yang baik
agar jasmani anak tumbuh sehat dan kuat. Tanggung jawab itu disebut utama
karena pahala yang akan diterima dengan memenuhinya adalah besar, dan
sebaliknya dosa yang akan diterima akibat melalaikannnya juga besar.
Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak tidak hanya dalam bentuk
pendidikan jasmani seperti yang ditekankan Ulwan, tetapi juga dalam bentuk
rohani seperti yang dirinci oleh Zakiah darajat. Ulwan sendiri meskipun dari segi
hukum bagi orang tua menekar.kan pendidikan jasmani, tetapi dari segi
kepentingan pendidikan bagi anak tidak mengutamakan satu bentuk pendidikan
atas pendidikan lainnya. Dalam buku yang di tulis oleh Abdullah Ulwan yaitu
judulnya "Tarbiyah Al-Au/id Fial-Islam" (Pendidikan Anak Dalam Islam), ia
merinci bidang-bidang pendidikan anak sebagai berikut:
I. Pendidikan Keimanan, antara lain dengan menanamkan tauhid kepada
Allah, kecintaan kepada Rasullullah saw mengajari hukum-hukum halal dan
haram, membiasakan untuk beribadah sejak usia tujuh tahun dan mendorong
untuk suka membaca Al-Qur'an.
Menanamkan tauhid kepada Allah misalnya ketika lahir diazani telinganya
dan sejak dini dilatih membaca kalimat tauhid. kecintaan kepada Rasullullah
saw yaitu dengan menanal11kan pengetahuan sebat~yak-banyaknya kepada
anak hal-hal yang berkenaan dengan akhlak dan cara hidup Rasullullah
saw.dan juga dapat menanamkan perasaan cinta dan hormat yang sebenar-
benarnya kepada Rasul agar masuk ke dalam hati anak. Semua hal ini
dilakukan karena Allah adalah yang telah menciptakan diri kita, memberi
rizki dan memberi pertolongan serta bimbingan dalam mengarungi hidup dan
16
kehidupan.
15
Hery Noer Aly, I/mu Pendidikan I/mu Islam, (Jakarta: Logos, 1999). Cet. 2, h. 39-92.
16
Maulana Musa Ahmad piga1·, Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua A11-:sliln,
(Yogyakarta: Citra Media, 2006). Cet. l, h. 104.
24
Etika yang harus diterapkan dan ditanamkan pada pihak anak dalam
menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta
menghindarkannya dari sifat-sifat tercela dapat dilakukan dengan
membiasakan anak menggunakan tangan kanan bila memberi, mengambil
1nakan dan minum, n1enulis dan 1neneri1na tamu, mengajarkannya untuk selalu
memulai setiap pekerjaan dengan membaca basmalah serta mengakhiri segala
pekerjaan dengan membaca hamdalah. 17
17
A. Mudjad Mahali, llubungan Ti111ba/ Batik Orang Tua Dan Anak, (Solo: Ramadhani,
1994).Cet.3.h.138.
18
Rainayulis, et all, Pendidikan !s!a1:i dalam Runiah tangga, (Jakarta: Kalam Mulia). h.
60.
2. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka
membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh. Begitu juga dengan
menerangkan kepada mereka prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama dan
melaksanakan upacara-upacara agama dalam waktunya yang tepat dengan
cara yang betul. Juga ia harus menyiapkan peluang dan suasana praktis
untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam kehidupan.
Sebagaimana ia mengawinkan anak-anaknya yang sudah baligh untuk
menjaga kehormatan dan akhlaknya.
3. Orang tua harus memuliakan anak-anaknya berbuat adil dan kebaikan
diantara mereka.
Mengembangkan bakat-bakat, kesanggupan-kesanggupan dan minatnya.
Begitu juga orang tua haruslah membolehkan anak-anaknya mengerjakan
kegiatan-kegiatan yang diingini yang berfaedah bagi pertumbuhannya didalam
dan diluar rumah.
4. Orang tua bekerja sama dengan Jembaga-lembaga dalam masyarakat yang
berusaha menyadarkan dan memelihara kesehatan, akhlak dan sosial
mereka. Juga melindungi mereka dari segala yang mernbahayakan badan
dan akalnya.
Menurut M Thalib,' 9 ada ~O tanggung jawab orang tua terhadap anak,
diantaranya:
1. Memilihkan calcn ibu yang baik
Konsep Islam tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak berwawasan
jauh, hal ini dapat diperhatikan dari diberi petunjuk seorang laki-laki muslim agar
jauh sebelum menanamkan benihnya pada sang istri, ia seharusnya memikirkan
kemampuan calon istrinya dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Karena
ibu yang akhlaknya tidak baik, kemungkinan besar akan memberi pengaruh bmuk
terhadap perkembangan akhlak anak yang berada di bawah asuhannya kelak. Hal
itu dapat kita perhatikan dari hadits riwayat lbnu Majah, Daraquthi dan Al-Hakim
berikut ini:
19
M. Tha\ib, 40 Tanggung Jawab Orang Tlta Terhadap Anak, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam. 1995). Cet. 9, h. 13-57.
26
-<GS)'1 1'_,..,..,....
.:. <~rJ '.1:~1-•.1
~
1'JJ:!-">-l
, --. , .1-. ·.:.. ~1
•~
- · -_)
<,F""' ~
- t.c. UC
"·
Dari 'Aisyah ra: "Pilihlah untuk tempal air mani kamu dan nikahilah orang-
orang yang sepadan ".
Begitulah Islam memerintahkan kita. kalau sebelum kita punya anak, Islam
menyuruh atau memberi petu,,juk cara memilih calon ibu yang akan menjadi
pendidik bagi anak-anak kita, begitu juga dengan perempuan dalam menerima
Iamaran Iaki-laki, apakah kelak ayah anak saya itu orang yang baik. Pada saat
hendak menikah, kita harus memikirkan tanggungjawab terhadap anak yang akan
lahir kelak, bukan sekedar memikirkan kesenangan dan keasyikannya, atau bisa
hidup berkecukupan, bermewah-mewahan dan segala macam yang sifatnya sejauh
kenikmatan duniawi semata. Jadi tanggung jawab orang tua terhadap anak itu
tidak hanya berawal dari anak dalam kandungan akan tetapi mulai dari memilih
calon ibu yang baik.
2. Mencarikan calon ibu yangjauh hubungan darahnya
Seorang calon ayah hendaknya berusaha mencari calon ibu bagi anaknya
seorang wanita yangjauh hubungan darah dengan dirinya. Yang dimaksud dengan
jauh hubungan darah adalah wanita yang secara kekeluargaan menurut hukum
Islam tidak ada ikatan keluarga sama sekali. Dalam ha! ini terdapat riwayat
sebagai berikut:
\'J~
- .. ,':I-J 1·Y.yc_
' ,, I
"Para ibu hendakn)1a n1eny11s11i anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi ibu yang ingin menyempurnakan penyusuan ".
Allah juga memberikan pelajaran kepada para ibu agar tidak boleh merasa
keberatan dalam menyusui bayinya dengan alasan yang tidak semestinya, seperti
menjaga kecantikan, mempertahankan kemontokan tubuh dan mengejar karir
atau kesibukan kerja.
l l. Mengkhitankan
Mengkhitankan adalah membersihkan ala! kemaluan dari kulit yang menutup
kepalanya. khitan merupakan suatu tuntunan Rasullullah yang harus dilakukan
baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Kapan saja anak itu boleh
dikhitankan.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tanggung jawab
orang tua terhadap anaknya, terutama dalam konteks pendidikan. Kesadaran akan
tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus periu
dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak
lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tapi telah disaciar; oleh
teori-kori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam sejarahnya, Rasullullah adalah orang yang sangat sayang terhadap
sesamanya terlebih kepada anak cucunya. Suatu hari Rasullullah memangku
cucunya Hasan, kemudian datang anak kecil yang lain, yaitu Usamah. Kedua anak
kecil tersebut akhirnya dipangku Rasullullah dan Rasullullah berdo'a: "Ya Allah,
kasihanilah keduanya karena aku jug?. mengasihi mereka". Rasullullah lantas
mencium keduanya sementara disekitar Rasullullah ada beberapa sahabat.
Diantara Sahabat tersebut ada yang berkomentar "aku punya I 0 orang anak, tapi
aku tak pernah mencium satupun diantara mereka'', Rasullullah lantas berkata:
"orang yang tidak memiliki kasih sayang, maka tidak akan dikasihi oleh Allah".
29
Tentunya anak kecil yang didekati dengan kasih sayang akan lebih mudah
menerima arahan dan bimbingan atau pendidikan dari orang tuanya. Karenanya
Rasullullah sangat mengasihi anak kecil. Selain anak kecil masih bersih dari niat-
niat buruk atau hati yang jelek, anak kecil dapat lebih diharapkan menjadi orang
yang benar karena lebih mudah diarahkan daripada orang dewasa. Pendidikan
yang diiakukan oleh Rasullullah adalah melalui pendekatan cinta dan kasih
sayang.
Dalam ajaran Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat adalah sesuatu yang
harus atau wajib untuk dipertanggung jawabkan. Jelas sekali bahwa tanggung
jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah tidak kecil. Secara umum
tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah mendewasakannya,
karena orang tua adalah pihak yang paling berkeinginan 1kan keberhasilan
pendidikan seorang anak, berhasil menjadi orang yang baik secara lahir dan batin.
Dari segi perilaku, seorang anak akan menyerap pola prilaku yang umum berlaku
dimana ia berada yang kemudian mengkristal pada tingkah lakunya yang biasanya
menggunakan timbangan akhlak sebagai pijakan dalam melihat segala bentuk
kehidupan. Dari aspek sosial, seorang anak akan terbentuk rasa cintanya karena
Negara dan lingkungannya dimulai dari rasa perlindungannyB kepada keluarga
dan kemudian meluas keseluruh kehidupan, baik yang bersifat pesimis maupun
optimis.
masing-masing, tetapi ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Maka dari itu, tingkah laku tidak lain
merupakan produk interaksi antara id, ego dan superego.
Berikut ini adalah penjelasan dari id, ego, superego yang dikemukakan oleh
Freud, yaitu:
genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner, individu
adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui
belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan
atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara
bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tesebut.
Bagi skinner, studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada penemuan pola yang
khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang
diperkuatnya.
Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian sebagai pendorong
tingkah laku karena ha! semacam itu sebagai sisa dari animisme primitif.
Menurutnya lapangan belajar atau pembelajaran tidak bisa mengandalkan hanya
pada teori-teori yang diformulasikan. Teori-teori tentang tingkah laku manusia
sering memberikan ketentraman yang keliru apabila para ahli psikologi tidak
memahami kaitan antara tingkah laku yang muncul dengan peristiwa yang terjadi
di lingkungannya.
Baka! memerlukan latihan, dengan teori kepribadian behaviorisme ini dapat
diketahui bahwa semua tingkah laku didapatkan dari pengalaman belajar dan
faktor bawaan yang khas dari individu. Maka dari itu latihan bisa dilakukan
dengan belajar.
3. Teori Kepribadian Humanistik
Teori ini dipelopori oleh Abraham Harold Maslow. Para ahli psikologi
humanistik menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya. Pendek kata, psikologi humanistik mengambil
model dasar manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
Konsep penting lainnya dari psikologi humanistik adalah konsep kemenjadian
(becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak perr.ah diam, tetapi selalu dalam
proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Tetapi perubahan itu
hanya terjadi apabila lingkungan memungkinkan. Dengan menempatkan nilai
yang tinggi pada kemenjadian, para ahli psikologi humanistik mengingatkan
bahwa pencapaian kehidupan yang penuh dan memuaskan tidaklah mudah.
32
21
Bemaro Poduska, 4 Teori Kepribadian, (Jakarta: Restu Agung, 2000), Cet. 3, h. 5.
33
melakukan sesuatu yang sesuai dengan bakat kita masing-masing tanpa adanya
paksaan dari orang lain yang menginginkan kita untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan keinginan sendiri.
Dari semua teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli diatas,
maka menurut penulis yang lebih sesuai dengan judul skripsi ini adalah teori
kepribadian Humanistik yang dipelopori oleh Abraham Harold Maslow. Hal ini
karena teori ini sesuai dengan konsep bakat yaitu pembawaan lahir manusia
sebagai potensi yang harus dikembangkan dan individu bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya sesuai keinginannya dengan syarat harus
bertanggung jawab.
b. Pengertian Bakat
Dalam Bahasa Belanda, bakat disebut aanleg artinya yang diletakkan. Dalam
Bahasa Jerman bakat adalah an/age artinya juga sama . Keterangan lain
mengatakan bakat ialah yang dibawa lahir (natives). Dalam Bahasa Inggris
bakat itu sama dengan talent yaitu keistimewaan-keistimewaan seseorang,
kelebihan-kelebihan seseorang yang kadang-kadang begitu menakjubkan,
didalam arti baik serta berfaidah. Didalam pengertian ini kata bakat adalah
untuk pengertian-pengertian baik fisik maupun rohaniah dalam makna
kekhususan-kekhususan. Bakat-bakat fisik itu macam-macam, umpamanya
kemampuan kelihatan, ada yang buta warna dan ada yang eidetis (sangat jelas
gambaran yang dilihat). 22
Bakat sebagai "aptitude" pada umumnya diartikan sebagai kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud. Bakat memerlukan latihan, pendidikan dan pelayanan khusus agar
suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. 23
22
M Nashir Ali, Dasar-dasar, ... , h. 125.
23
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat .. ., h. 17.
24
Conny Semiawan, et.al, Mennipuk Baka/ ... , h. 2.
34
Tingkat 3 adalah bakat yang sudah nyata: talenta dan kinerja tingkat tinggi dan
Juar biasa. 25
Ada beberapa macam definisi bakat yang dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, yaitu:
2
~ SC Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Me1vujudkan Potensi
Kreatif dan Baka/, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. I0 I.
26
Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 63.
35
21
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2002),
Cet. 2, Ed. I, h. 160-165.
"Ayahbunda, Inte/egensi. Baka/ dan Tes IQ, (Jakarta: Pt. Gaya Favorit Press, 1986), Cet.
I, H. 63.
29
G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson, Mencari Baka/ Anak-anak, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), Cet. I, H.12-13.
36
I, Anak berada dalam keadaan selalu tumbuh dan berubah dan bentuk
perubahan sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan,
2, Ciri khas seorang anak adalah mempunyai dorongan yang besar untuk
belajar, Oleh karena itu, tugas utama orang tua pada saat ini adalah
menunjang proses itu dan menyediakan kesempatan agar proses belajar
terjadi dengan memberikan kelonggaran untuk belajar sendiri tanpa terlalu
memaksa,
3, Ada tahap-tahap khusus dalam perkembangan anak dimana anak paling
mudah dapat menerima macam cara belajar tertentu, Pada tahap khusus ini
bakat psikis tertentu paling dimungkinkan berkembang, sedang pada tahap
berikutnya akan hilang, misalnya bakat musik, Oleh karena itu, sering kita
lihat adanya masa-masa tertentu dimana anak-anak sangat tertarik pada
suatu ha! khusus,
Oleh karena adanya ciri-ciri khas pada anak yang sedang tumbuh, hendaknya
para orang tua menggunakan kesempatan tepat tersebut diatas di dalam
mengembangkan bakat anak,
bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan didengar anak, maka makin tertarik
pula anak untuk mengalami bermacam-macam hal. Makin besar variasi
rangsang lingkungan yang dapat dipecahkan atau ditanggulangi maka besar
kemampuannya untuk menanggulangi berbagai-bagai masalah. Hal ini
sangat membantu membangun motivasi belajar anak.
2. Dorong atau rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuan dari satu bakat
ke bakat lainnya. Misalnya, setelah ia mengarang cerita, anjurkan untuk
membuat pula ilustrasi (menggambar). Hal ini memberikan kesempatan
pada anak untuk mencoba berbagai bakatnya.
3. Bersama-sama melakukan suatu kegiatan yang memungkinkan
berkembangnya bakat dan minat anak, sebab tanpa pernah mencoba
bermacam-macam bidang, bakat tersebut tidak akan tampil. Proses belajar
hanya timbul dan mungkin terjadi dalam suasana lingkungan dimana minat
ada dan anak tidak merasa dipaksa.
4. Berilah penghargaan dan pujian untuk usaha anak, walau sekecil apapun
usaha tersebut, karena hal ini merupakan langkah awal menuju
berkembangnya bakat secara maksimal nanti.
5. Sediakanlah sarana yang cukup bagi pengutaraan bakat tersebut, sebab tanpa
adanya sarana atau medium sebagai alat realisasi, bakat tidak akan
berkembang dan tidak akan tampil. Misainya seorang anak yang bakatnya
main biola, tidak akan berkembang bakatnya bila tidak ada sarananya, yaitu
biola.
6. Pilihkan mula-mula bidang yang umum, lalu setingkat demi setingkat
mengkhususkannya. Hal ini mengingat bahwa kelompok-kelompok sifat
yang umum tidak terlalu memerlukan kemampuan yang sangat khusus
dibandingkan dengan kelompok bidang yang khusus, sehingga anak belajar
secara bertahap dan hambatan yang dialami tidak akan mengejutkan. Ini
penting untuk mempertahankan minat dan motivasi serta kepercayaan diri si
anak. 30
30
Ayahbunda, lnte/egensi, Bakat ... , H. 72-76.
38
Peranan ibu dalam pengembangan bakat lebih penting dari siapapun, oleh
karena ibu yang dapat mempunyai kesan yang lebih benar tentang anaknya. Ibu
dapat mengenal anak secara individual, lebih mengenal akan minat anaknya, tahu
hal-hal yang menjadi motivasinya dan saat-saat anak menyukai sesuatu lebih dari
iainnya. !bu mengetahui seberapa besar daya juang anak terhadaµ rintangan-
rintangan, sehingga dengan demikian hanya ibulah yang dapat mengatur suasana
yang sangat khusus dan unik bagi anaknya agar dapat tetap dipertahankan proses
belajar yang bergairah. Karenanya tugas ibu dalam mengembangkan bakat
anaknya tidak dapat diwakilkan kepada siapapun.
4. Orang tua menciptakan lingkungan rumah dimana orang tua berperan serta
dalam kegiatan intelektual atau dalam permainan yang meningkatkan daya
pikir anak, seperti main dam, catur dan sebagainya
5. Orang tua menciptakan lingkungan dimana orang tua mengajak anak untuk
menyanyi, menggambar, melukis, memainkan alat musik. Jadi bukan
kegiatan intelektual semata-mata.
6. Tanpa perlu makan banyak biaya, orang tua dapat menjadikan rumah
sebagai semacam "pusat kreativitas" bagi anak, dimana anak sendiri atau
bersama beberapa teman lainnya dapat bersibuk diri secara kreatif. Untuk
itu dapat disediakan ruang (tidak terlalu besar) dengan persediaan macam-
macam bahan yang merangsang anak untuk berkreasi sambil berekreasi,
seperti bahan kertas berbagai warna, buku-buku, alat-alat yang sederhana,
kardus sisa, botol, plastik, cat, crayon, alat-alat musik dan sebagainya,
semuanya tidak perlu mahai. 31
d. Hubungan Kepribadian dan Bakat
Bakat seseorang itu dipengaruhi oleh konstitusi kepribadiannya, bahkan ada
kalanya bakat itu dibangun oleh kepribadiannya. Bakat itu sendiri sifatnya
hereditas, artinya telah dibawa sejak lahir dan merupakan kecakapan yang khusus
yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman.
Namun demikian, dalam pengertian yang luas, kepribadian itu dapat
memberikan bentuk yang nyata pada potensi-potensi b~kat dan memberikan ruang
gerak yang lebih luas pula. Sebab bakat-bakat itupun berkembangnya memerlukan
perangsang-perangsang. Dengan demikian, kepribadian manusia itu
32
mempengaruhi keaktifan tumbuhnya bakat pribadi.
Ha! ini sesuai dengan teori kepribadian humanistik yang dikemukakan oleh
Abraham Harold Maslow yang menekankan bahwa individu adalah penentu bagi
tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas
31
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat ... , h. 71-72.
32
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 5, Ed. I, h.
18.
40
33
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian ... , h. 18.
41
34
Ayahbunda, Intelegensi, Bakat ... , h. 67.
42
35
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 32.
36
A Budiarjo, et.al, Kamus Psiko/ogi, (Semarang: Dahara Prize, 1991), Cet. 2, h. 77.
37
Sudarsono, Kannis Filsafat dan Psiko/ogi, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), Cet. 1, h.
11.
James P. Chaplin, Ka111us Lengkap Psikologi, (Jakarta: Pt. Raj~ Grafindo Persada,
38
Menurut A Muri Yusuf anak adalah yang sedang bertumbuh dan berkembang
40
ditinjau dari segi fisik maupun dari perkembangan mentalnya. Dengan
demikian, anak adalah manusia yang belum dewasa yang membutuhkan bantuan
bimbingan dan pendidikan dalam perkembangannya menuju kedewasaan baik
fisik maupun mental secara harmonis.
Anak yaitu yang masih berada pada masa kanak-kanak dimulai setelah
melewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun
sampai saat anak matang secara seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14
tahun untuk pria.41
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan
mahkluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi
perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri
yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang
berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak).
Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
b. Perkembangan Pada Anak
1). Pengertian Perkembangan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan pasti mengalami peristiwa
perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh b!!gian
dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkrit
maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya
perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek biologis saja, tetapi juga
aspek biologis.
40
A Muri Yusuf, Pengcntar I/mu Pendidikan, (Jakarta: Balai Aksara, 1989), h. 53.
41
Elizabeth B Hurlock, Pslko/ogl Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Ed. 5, h. 108.
44
Dalam buku karangan Singgih D. Gunarsa yang berjudul "Dasar dan teori
Perkembangan Anak", ada beberapa pendapat yang merumuskan pengertian
perkembangan di antaranya:
42
Muhibin Syah, Psiko/ogi Pendidikan ... , h. 41.
43
Elizabeth B. Hurlock, Psiko/ogi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2.
45
itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam
bentuk akan mengakibatkan perubahan fungsi.
44
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia,
2003), h. 29-3 l.
45
M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkemhangan, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1993), Cet. 1, h. 146.
46
a. Pembagian Aristoteles
Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian
gigi. Peralihan antara ma$a kedua dengan masa ketiga ditandai dengan tumbuhnya
bulu-bulu menjelang masa dewasa.
b. Pembagian Comenius
c. Pembagian Kohnstamm
46
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.
I0, h. 18-20.
47
M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi .. ., h. 149.
48
Yang menjadi pokok pembahasan pada masalah ini adalah masa anak sekolah
yaitu antara umur 6-12 tahun. Menurut saya, pendapat yang sesuai dengan umur
yang ada pada karya ilmiah ini adalah pembagian masa-masa perkembangan anak
yang dikemukan oleh Harvey A. Tilker dan Elizabeth B. Hurlock karena anak usia
6 sampai 12 tahun ini berada pada Tingkat Sekolah Dasar dan berada pada masa
kanak-kanak akhir.
Pada masa ini terjadi perkembangan yang menghebat, banyak dan majemuk
pada seluruh aspek-aspeknya seperti perkembangan kognitif melalui pendidikan
formal di sekolah, perkembangan sosial dan moral, melalui hubungan-hubungan
yang lebih luas dengan lingkungan hidupnya. Masa ketika anak menumbuhkan
dan memperkembangkan keterampilan-keterampilan dasar, memperoleh dan
memperlihatkan sistem nilai dalam kehidupannya. la juga mempelajari dasar-
dasar untuk bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.
Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhannya untuk
mendapat tempat dalam kelompok seumumya. la harus berjuang untuk mencapai
hal ini. Kenyataan bahwa ia sebagai anak kecil dan anak sekolah di mata guru-
gurunya, menumbuhkan padanya perasaan bahwa ia belum sempurna sebagai
manusia, sehingga timbul perasaan rendah diri. 48
Anak usia 6-12 tahun adalah anak yang telah memasuki sekclah dasar.
Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap anak, baik dalam
pendidikan individual maupun sosial. Pengarnh guru-guru, peraturan-peraturan
sekolah dan pergaulan dengan anak sangat besar. Sikap egosentris berubah
menjadi realitis. Ia ingin belajar dengan mendapat keterangan dari hal-hal yang
dialami. Kesanggupan berfikir mulai diletih, apa yang diterima dan diterangkan
oleh guru dianggap benar.
48
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: UGM, 1966), h. 148-153.
49
Pada umur 8 tahun fantasi anak berkembang terus. Dia suka kepada hal-hal
yang bersifat avonturir, yang menggemparkan dan menunjukkan keberanian.
Karena itu anak suka certa-cerita seperti robinson. Bahaya dari masa ini ialah anak
akan meniru secara berlebih-lebihan tokoh-tokoh yang dikaguminya. Masa anak
usia 6-9 tahun mempunyai kecenderungan memuji diri sendiri, kalau anak tidak
dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting dan pada
masa ini anak menghendaki (angka) rapot yang baik tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Pada umur I 0-12 tahun
anak mulai kritis, realistis, ingin tahu dan ingin belajar, dia sanggup mengetahui
kesalahan-kesalahan pada orang lain juga guru mendapatkan kritikan. Sikap ini
ada hubungannya dengan keinginan untuk menyelidiki hubungan benda-benda,
mulailah anak mengadakan pemikiran dan menginjak masa abstraksi dalam
berfikir. Dalam bermain anak mempunyai peraturan tersendiri dan minatnya
tertuju pada kehidupan praktis konkrit sehari-hari. Pada umur 12 tahun anak
mulai memperhatikan dirinya sendiri, akunya mulai diperhatikan. Anak bclajar
mengabaikan keadaan-keadaan luar yang tidak menarik perhatiannya, menjaga
tingkah lakunya dengan kontrol-kontrol dari dalam, membentuk tipe dalam sikap-
sikap, mengembangkan cara-cara yang baru dan lebih efektif dan membedakan
dengan lebih jelas antara khayalan dan kenyataan. Menjelang akhir masa ini anak
telah ada minat kepada mata pelajaran. 49
Pada akhir masa ini anak mulai mengagumi tokoh-tokoh baik dari sejarah
maupun dari cerita fiksi, dari duaia film atau olahraga. Berdasarkan pengalaman
ini ia membentuk konsep "diri ideal"-nya dan munculnya konsepsi tentang
orientasi hidup, pribadi macam apa yang ia cita-citakan bagi dirinya. Mula-mula
ideal ini dibantu menurut pola orang tua, guru dan tokoh-tokoh lain dalam
lingkungan dekatnya. Dengan meningkatnya usia, orang-orang yang tak dikenal
tetapi pemah didengar atau dibaca dapat juga menjadi inti dari diri idealnya. Dari
sumber-sumber yang banyak ini anak membentuk "diri ideal" yang akan menjadi
patokan umum bagi perilakunya.
49
Kartini Kartono, Peranan Keluarga .. ., h. 44.
50
Pada masa sekolah ini anak belum menguasai dirinya sendiri dan
menghendaki kekuasaan orang lain, karena itu ia dapat dipaksa bekerja. Pekerjaan
dapat menimbulkan kenikmatan anak-anak atas inisiatifnya yang dapat
membentuk kemauan. 51
Banyak perkembangan baru terjadi pada masa anak sekolah, perubahan dari
bentuk badan kanak-kanak ke bentuk badan anak sekolah, anak mulai senang
berkelompok dengan teman sebaya dan ini adalah masa penyesuaian diri dan pada
umumnya anak terbuka untuk pengalaman dan senang belajar. Bagi orang tua usia
ini sebagai masa sulit karena pendapat kelompok lebih diikuti daripada pendapat
orang tua, selain itu anak suka berpakaian dan bermain tak rapi serta suka
50
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat ... , h. 12.
51
Kartini Kartono, Peranan Keluarga ... , h. 44.
51
bertengkar. Sedangkan bagi pendidik masa usia tersebut merupakan periode kritis
karena dalam dorongan berprestasi anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Sekali terbentuk kebiasaan maka
kecenderungan akan menerap sampai dewasa. 52
1. Pertumbuhan Fisik
Pada usia ini pertumbuhan badan menjadi agak lambat dibandingkan dengan
usia sebelumnya. Sampai usia 12 tahun anak-anak akan bertambah panjang 5-6
cm setiap tahunnya. Bentuk badan mempengaruhi tinggi dan berat badan. Pda
umur 10 tahun dapat dilihat anak laki-laki sedikit menjadi besar dibansingkan
wanita. Wanita lebih unggul dalam panjang badan. Perkembangan motorik masa
kanak-kanak akhir menjadi lebih halus dan terkoordinasi dari pada masa awal
kanak-kanak. Setiap gerakannya selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada
masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau motorik yang lincah. Pada usia I 0
tahun, kebanyakan anak dapat belajar berrnain, olah raga, berlari, memanjat,
melompat tali dan lain-lain. !tu semua merupakan sebagian dari keterampilan fisik
yang biasanya dimiliki anak-anak pada periode ini. Dan bila ha! ini dikuaai,
keterampilan fisik merupakan suatu kegiatan yang sangat diminati anak dan
menjadi kenikmatan tersendiri baginya dan merupakan suatu upaya pencapaian
prestasi
2. Perkembangan Kognitif
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berfikir operasional. Operasi-operasi
ini berlangsung dengan didukung oleh fungsi-fungsi, regulasi-regulasi dan
identitas menjadi operasi yang lebih lengkap, terdeferensiasi, kuantitatif dan
stabil. Anak mulai mampu menggunakan konsep matematika, mampu
mengklarifikasi, dapat berfikir bolak-balik, menyatakan hubungan antara satu ha!
dengan ha! lain dan mampu melihat hubungan serial berdasarkan fakta.
52
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat .... h. 12.
52
3. Perkembangan Psikososial
Dalam aktivitas di sekolah, anak banyak berorientasi pada keterampilan-
keterampilan khusus maupun umum. Ruang gerak lebih luas dan sudah mampu
mengembangkan kemampuan sosialisasi deng!ln radius yang lebih luas. Dalam
proses perkembangan produktifitas, muncul arah pikiran untuk mencapai tujuan
dan memberikan hasil, artinya mereka lebih memiliki arah dan tujuan tertentu
yakni menghasilkan sesuatu bersdasarkan potensi yang mereka miliki. 53
53
Zahrotun, et.al, Psikologi Perken1bangan; Tirljauan Psikologi Baral dan ls/an1,
(Jakarta: UJN Press, 2006), Cet. I, h.103.
53
54
Heri Jat•hari Mucthar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2005),
Cet. I, h. 68-69.
55
Sumadi Suryabrata, Psiko/ogi Pendidikan ... , h. 166.
54
56
G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson, Mencari Ba/cat ... , h. 28-31.
57
bakat anak, orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai
dengan bidang bakat anak. Orang tua dapat membantu anak memahami dirinya
agar tidak melihat bakatnya sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu anugerah
yang harus dihargai dan dikembangkan. Kemampuan orang tua untuk mengenal
bakat anak ialah agar orang tua dapat membantu sekolah dalam memberikan
inforrnasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka.
Di lain pihak, harus diakui bahwa sering orang tua cenderung mengamati dan
menafsirkan perilaku anaknya sesuai dengan harapan dan keinginan mereka, hal
ini dapat menyebabkan orang tua tidak obyektif dalam pengamatan perilaku
anaknya dan tidak sesuai dengan kenyataan. Mungkin orang tua akan melebih-
lebihkan kemampuan anaknya dan mendorong guru atau sekolah untuk memberi
kesempatan-kesempatan tertentu pada anaknya, meskipun guru mempunyai
pandangan lain tentang kemampuan anak tersebut. Selain itu, orang tua tidak
dapat melihat perilaku dan prestasi anak di sekolah. Sering orang tua menyuruh
anak mengikuti macam-macam pelajaran tambahan, mereka mengharapkan anak
dapat meningkatkan prestasinya. Mendorong anak biasa dengan kemampuan rata-
rata untuk dapat mengikuti program pengayaan bagi mereka yang mempunyai
bakat hanya akan menimbuikan kekecewaan dan rasa tidak berhasil
Orang tua memang perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal,
karena kalau tidak akan berarti suatu penyianyiaan terhadap bakat-bakatnya.
PembinaaTJ dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang
sesuai dengan kemampuannya. 57
Sekolah harus menyadari kualitas siswa yang tidak hanya bisa dibentuk lewat
sisi akademik. Menurut Gamer, seorang ahli pendidikan mengatakan hahwa ada
delapan aspek kecerdasan yang harus dikembangkan, yang dikenal sehagai "Multi
Intelegency" yaitu:
I. Kecerdasan Linguistik
Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya
pendongeng) maupun tertulis (misalnya penulis). Ini meliputi kemampuan
memanipulasi tata atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau
57
Conny Semiawan, et.al, Memupuk Bakat ... , h. 30.
58
,~r-1;,_,f~; 1 .1\,-i.: /\_/>-__ ~-.- 1J;
·'4 ~;?'/\!ti()
sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titik nada
atau melodi dan warna nada atau suara suatu lagu. Orang dapat memiliki
pemahaman musik figural atau "atas-bawah" (global, intuitif), pemahaman formal
atau "bawah-atas" (analitis, teknis) atau keduanya.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemapuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi,
serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah,
suara, gerak-isyarat; kem~mpuan membedakan berbagai macam tanda
interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan
tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk
melakukan tindakan tertentu).
7. Kecerdasan Intra personal
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman
tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat
(kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi,
temperamen dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan
menghargai Jiri.
8. Keccrdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
·lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang
dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup,
seperti mobil, sepatu karet dan sampul kaset CD. 58
b. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif di Rumah Tangga
Rumah tangga ada konsepnya, isteri bukan sekedar perempuan pasangan
tempat tidur dan ibu yang melahirkan anak, suami bukan sekedar lelaki, tetapi ada
konsep aktualisasi diri yang berdimensi horizontal dan vertikal. Kebahagiaan
dalam rumah tangga dapat melahirkan rasa ketenteraman, ketenangan dan
kemantapan psikologis.
58
Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara; Menerapkan Multiple lnte/egences Di Dunia
Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2003), Cet. 2, h. 2-4.
60
59
Achmad Mubarok, Psikologi Ke/uarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. I, h.
13.
61
separuhnya ada di dalam rumah tangga, separuh selebihnya tersebar pada berbagai
aspek kehidupan. 60
Menurut Hasan Basri, dalam upaya mewujudkan keluarga bahagia dan
sejahtera, ada dua faktor penting yang harus diperhatikan yaitu dasar-dasar
pembentukan rumah tangga atau keluarga dan pembinaannya. 61
Membina pendidikan dan memberi pengarahan yang baik dalam rumah tangga
berarti telah ikut memperbaiki sebagian dari masyarakat yang luas secara tidak
langsung. Pembinaaan kehidupan bermasyarakat itu sebenamya merupakan
sambungan dari pembinaan keluarga dan begitulah selanjutnya hingga sampai
kepada Bangsa dan Negara. Karenanya, anak-anak harus diajar dan dididik supaya
mereka pandai bergaul semenjak kecil.
Suatu hal yang harus dihinJari bersama pada masa sekarang ini adalah dimana
orang tua sebagiannya ada yang membatasi pergaulan anak-anaknya dengan
tetangganya, karena mungkin mereka sebagai orang tua tidak sama profesinya
atau satu pihak berada dalam kehidupan yang serta mewah sedangkan yang
lainnya sederhana saja, mereka merasa gengsi jika anak-anaknya bergaul dengan
orang yang tidak setaraf dengannya, ini satu sikap yang tidak baik.
Untuk mewujudkan tercapainya cita-cita kearah keluarga yang bahagia dan
sejahtera itu memerlukan usaha yang gigih. Keluarga yang bahagia dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif di rumah, hai ini sangai penting bagi
perkembangl!n bakat anak. Di antara usaha tersebut ada!ah:
I. Mewujudkan hubungan suami isteri secara harmonis
Agar hubungan antara suami isteri dapat berjalan secara harmonis diperlukan
usaha-usaha antara lain: saling pengertian, saling memaafkan, menyesuaikan diri,
saling berpartisipasi, selalu bermusyawarah untuk mencapai kemajuan bersama
sehingga merupakan faktor yang kondusif (mendukung) bagi terjadinya
kesenjangan antara keluarga, saling mencintai, kasih sayang, saling menghormati,
60
Achmad Mubarak, Psikologi Ke/uarga,, .... h. 13.
61
Hasan Basri, Membina Ke/uarga Bahagia, (Jakarta: Pt. Pustaka Antara, 1996), Cet. 4,
h. 17-23.
62
" Bertakwa/ah kamu semua kepada Allah yang kamu selalu meminta kepada-
Nya, dan peliharalah hubunganfamili (silaturahmi) ".
Membina hubungan baik dengan anggota keluarga bisa dengan mempunyai
perhatian terhadap kerabat lain seperti tetangga. Maka perlu hati-hati dan
tenggang rasa dalam berhubungan dengan mereka, sehingga tidak membuat
tercela di muka umum dan menimbulkan perselisihan. Tetangga adalah orang
yang paling dekat dengan kita setiap saat, apalagi jika terjadi sesuatu yang tidak
diiingini misalnya terjadi kebakaran clan perampokan maka tetanggalah yang
pertama mengetahuinya. Berbuat baik kepada tetangga merupakan ajara.1
keimanan seseorang. Kita tidak diharuskan menyukai keluarga lain, namun
diharapkan agar masing-masing saling menjaga perasaan, kehormatan dan wibawa
lainnya.63
Sedangkan hubungan dengan lingkungan masyarakat merupakan keharusan
dan haruslah secara baik pula. Perlu diketahui bahwa masyarakat, khususnya
tetangga adalah orang-orang yang terdekat dan umumnya para tetangga itu adalah
62
Rafi'udin, Mendambakan Keluarga yang Tenteram (Keluarga Sakinah), (Jakarta:
lntermasa, 2001), Cet. 1, h. 6.
63
Nashir Bin Sulaiman Al-Umar, Kendala-kendala Memlju Keluarga Bahagia, (Solo:
Cv. Pustaka Mantiq, 1995), Cet. 1, h. 69.
64
64
Nabil Ibn Muhammad Mahmud, Prob/ematika R11mah Tangga dan Kunci
Penye/esaiannya, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), Cet. I, h. 210.
65
Imam Al-Ghozali, Perkawinan Sakinah, (Surabaya: Tiga Dua, 1995), Cet. I, h. 71.
65
keluarga yang bahagia dan sejahtera itu dapat dilihat dari hubungan suami istri
yang serasi, selaras dan seimbang. Keluarga yang bahagia kehidupannya selalu
tenang dan tenteram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan yang
mesra dan harmonis di antara semua anggota keluarga dengan per.uh kelembutan
dan kasih sayang. Namun yang lebih penting adalah sarana yang baik untuk
pembinaan perkembangan jiwa anak. lni merupakan kewajiban dan tanggung
jawab para orang tua demi masa depan anak-anak yang merupakan generasi
penerus. Maka dari itulah diperlukan suatu periapan menjelang perkawinan yang
meliputi persiapan di bidang fisik, mental dan sosial.
Pada dasarnya masjid itu menerima anak-anak setelah mereka di besarkan
dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah
keluarga muslim adalah benteng utama t~mpat anak-anak di besarkan melalui
pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang
mendasarkan aktivitasnya pada pembnentukan keluarga yang sesuai dengan
syariat Islam.
Keluarga atau rumah tangga yang sakinah, dapat membuat anak merasa aman
dan tentram, tidak akan terganggu belajarnya, ha! ini sangat bagus bagi
perkembangan bakat anak, karena segala usaha yang dilakukan orang tua
khususnya keadaan rumah sangat mempengaruhi bagi perkembangan bakat anak.
Apabila keadaan rumah baik maka kemungkinan besar bakat dapat berkembang.
Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, dapat dikatakan bahwa tujuan
terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut:
I. Mendirikan syariat Allah daiam segala permasalahan rumah tangga. Artinya,
tujuan berkeluarga adalah mendirikan rumah tangga muslim yang
mendasarkan kehidupannya pada perwujudan penghambaan kepada Allah.
Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh dan dibesarkan di dalam rumah
yang dibangun dengan dasar ketakwaan kepada Allah, ketaatan pada syariat
Allah dan keinginan menegakkan syariat Allah. Dengan sangat mudah anak-
anak akan meniru kebiasaan orang tua dan akhirnya terbiasa untuk hidup
islami dan ketika dia sudah dewasapun, dia akan merasakan kepuasaan pada
akidah yang dianut dirinya dan orang tuanya.
66
63
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rwnah, Seko/ah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Cet.1, h. 139-142.
67
berarti anak belajar menata pikiran sekaligus mengenali masalah dan belajar untuk
menyelesaikannya dengan cara yang benar.
4. Mengajarkan Anak Untuk Menyelesaikan Persoalannya
Memahami ornng lain atau suatu peristiwa merupakan bekal anak untuk
menghadapi dunianya sehingga ia tidak mudah berperilaku buruk dan mampu
mengatasi persoalannya dengan jalan yang baik. Caranya adaiah dengan
menjelaskan segala peristiwa ada penyebabnya dan belajar bertanya dan
memikirkan berbagai alternatif pemecahan dalam menyelesaikan persoalan. Hal
ini bisa dilatih melalui permainan, misalnya, dengan pertanyaan "Bagaimana bila
sekolah tiba-tiba mengeluarkan peraturan tentang kenaikan uang sekolah tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu?". Anak-anak bisa saja menjawab dengan berbagai
kemungkinan. Contohnya, orang tua akan mengadukan ha! itu kepada menteri
pendidikan melalui demostrasi penolakan, anak pindah sekolah atau akan tetap
mengikuti peraturan tersebut. Melaui permainan itu, orang tua akan
membengkitkan perasaan mampu untuk mengatasi masalah dan anak bisa belajar
bahwa masalah sesuatu yang harus dihadapi bukan untuk dihindari.
5. Mengajarkan Anak Untuk Mengendalikan Emosi
Di dalam diri manusia ada empat emosi dasar yaitu marah, takut, sedih dan
gembira Di antara keempat emosi tersebut, hanya gembira yang dianggap sebagai
emosi yang positif, sedangkan yang lain merupakan emcsi negatif. Waiau
demikian ketiga emosi negatif itu merupakan jala'l menuju kegembiraan.
Agar emosi negatif tidak sampai menghancurkan kepribadian anak, ada
beberapa kiat untuk mengendalikannya, yaitu:
a. Tegaskan bahwa menggunakan kekerasa;1 fisik bukan cara untuk
mengungkapkan kemarahan, anak dapat mengekspresikan kemarahan
secara verbal.
b. Perasaan sedih bisa diekspresikan dengan menangis. Dengan menangis,
tubuh akan mengeluarkan zat kimia sejenis endorphin untuk menghambat
kerja reseptor rasa sakit dan menghasilkan zat penenang. Kesedihan bisa
juga diatasi dengan menyendiri, bercerita akan kesedihan dan berusaha
menenangkannya.
70
c. Rasa takut bisa diatasi dengan mencari penyebab inasalah ketakutan yang
mengganggu sehingga takut dapat mengungkapkan dengan sendirinya apa
penyebabnya dan buatlah rencana untuk mengatasi rasa takut agar
membuat anak merasa lebih aman.
6. Memberikan Nutrisi yang Tepat pada Anak
Sejak kecil, kita sudah mendengar peribahasa "Di dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat". Sampai saat ini masih banyak orang yang belum
menyadari pentingnya gizi terhadap kesehatan mental.
Orang tua sebaiknya memberikan makanan yang mempunyai gizi tepat dan
cukup kepada anak-anak, dengan cara gaya hidup yang Jebih sehat. Orang tua
juga bisa melakukan menu seimbang dalam seminggu agar anak cukup makan
makanan yang bergizi.
7. Mendapat Hadiah Saat Meraih Prestasi
Menerima hadiah merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi seorang
anak. Berikanlah hadiah untuk prestasi yang berhasil diraih anak atau setelah
melakukan sesuatu yang orang tua inginkan seperti bila anak berhasil meredam
kemarahannya. Hadiah tidak harus mahal tapi anak dapat melihat bahwa orang tua
tulus menghargai dan menyayanginya sepenuh hati.
8. Menjadi Contoh Bagi Anak dan Mengajarkan Keterampilan
Orang tua adalah figur yang patut ditiru oleh anak. oleh sebab itu, berikan
anak contoh perilaku dan perkataan yang baik dalam hidup sehari-hari. Disamping
itu, agar anak siap memasuki dunia kerja nantinya, lebih baik orang tua
mempersiapkan anak mereka dengan keterampilan sejak dini supaya anak tidak
merasa kesulitan ketika menghadapi dunia kerja. Misalnya dengan mengajarkan
anak menulis, melukis, bermain musik, bercerita, memimpin, memperbaiki
perkakas rumah yang rusak atau mainan dan sepeda. Meskipun tidak
mengajarkannya secara detil, setldaknya anak sudah memiliki dasar keterampilan
untuk terjun dalam dunia kerja selanjutnya. Jni sangat berguna untuk bekal hidup
anak. Kebaikan orang tua yang ditanamkan dalam diri anak tidak akan pernah
hilang dari ingatan mereka.
71
64
Jenny Gichara, Mengatasi Perilaku Buruk Anak, (Jakarta: Pt. Kawan Pustaka, 2006),
Cet. I, h. 54-72.
72
orang tua sendiri dan biasanya strategi ini cukup berhasil mengubah situasi yang
sedang dihadapi.
Contohnya, pimpinan memanfaatkan strategi stimulus ini untuk
65
menggairahkan para pekerja yang bekerja terlalu lamban.
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Artinya, sifat-sifat orang tua umumnya diturunkan pada anak-anaknya, termasuk
perilaku. Padahal tidak semua perilaku bersumber dari orang tua. Lingkungan
dan pergaulanpun sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Ada
perilaku yang dapat diubah dan adapula perilaku yang sudah mendarah daging
sehingga sulit sekali diubah.
Dunia nyata bagi anak sebaiknya mudah diprediksi dan diusahakan stabil.
Gangguan sekecil apapun bisa membuat anak menjadi stress sehingga dapat
memicu perilaku buruk, apalagi setiap anak memiliki sifat yang unik dengan
kebutuhan yang berbeda-beda. Peristiwa yang menekan pada seorang anak belum
tentu menjadi masalah bagi anak lain.
Di sekolah, terdapat juga masalah-masalah tingkah laku yang negatif yang
bisa menjengkelkan bagi para guru seperti gangguan-gangguan yang relatif kecil
dilakukan olah para siswa setiap hari. Tingkah laku yang tidak tepat itu seperti
bermain di dalam kelas meliputi berbicara keras, keluar kelas tanpa izin, tidak
mengikuti aturan-aturan kelas dan tidak perhatian. Memang tingkah laku tidak
terlalu serius, tetapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil mungkin dengan
lingkungan belajar yang cocok yang dapat diciptakan.
Sebaiknya prinsip-prinsip campur tangan guru dilakukan seminim mungkin.
Dalam menghadapi masalah-masalah tingkah laku yang selalu ada di kelas,
prinsip yang paling penting adalah tingkah laku harus dibetulkan dengan
menggunakan campur tangan yang paling sederhana. Tujuan guru dalam
menghadapi tingkah laku yang tidak tepat yang dilakukan terus menerus secara
rutin oleh siswa adalah sesuatu yang efektif dan menghindari gangguan yang
65
Paul W. Robinson, et.al, Tingkah laku Negatif Anak, (Jakarta: Arcan, 1992), Cet. I, h.
111-140.
terjadi di kelas. Jika memungkinkan, pelajaran dapat jalan terus sementara
menghadapi masalah tingkah laku tetap dilaksanakan.
Dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat di kelas, ada suatu
rangkaian strategi dalam mengaturnya dimulai dari yang paling kecil sampai yang
pa1.mg besar ya1"tu: 66
I. Pencegahan, masalah tingkah laku dapat dicegah dengan membuat aturan
dan prosedur secara jelas, memberikan kesibukan kepada anak-anak dengan
memberikan tugas-tugas dan menggunakan teknik-teknik lain yang efektif
untuk mengatur kelas. lsi pelajaran yang bervariasi, menggunakan
pendekatan dan bahan-bahan pelajaran yang bennacam-macam, humor, dan
antusias, semua ini dapat mengurangi masalah tingkah laku yang tidak
tepat.
2. Isyarat non verbal, banyak tingkah laku tidak tepat yang dilakukan sehari-
hari di dalam kelas yang dapat dikurangi tanpa mengganggu momentum
pelajaran, yaitu dengan menggunakan isyarat non verbal seperti membuat
kontak mata, mendekati atau menepuk pundak merupakan isyarat bagi siswa
untuk berhenti bertingkah laku yang tidak tepat.
3. Pujian yang tidak cocok, pujian dapat menjadi motivasi bagi banyak siswa.
Salah satu strategi untuk mengurangi penyimpangan tingkah laku di kelas
ada!ah dengan memuji tingkah laku siswa yang tidak cocok dengan tingkah
laku yang guru inginkan. Artinya, pujilah siswa pada kesempatan ketika dia
melakukan pekerjaan yang baik.
4. Membetulkan tingkah laku dan pujian pada siswa lain, hal ini sering
dilakukan untuk seorang siswa yang bertingkah laku yang tidak guru
inginkan dengan memuji tingkah laku siswa lain. Hal ini tidak baik,
seharusnya guru tetap harus memuji siswa yang b~rtingkah laku yang tidak
baik tanpa menyinggung tingkah laku buruknya itu.
5. Memperingatkan secara lisan, peringatan dengan kata-kata sederhana yang
diberikan segera sesudah siswa bertingkah laku yang tidak tepat mungkin
66
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Pt. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2006), Cet. 3, h. 307-312.
74
67
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psiko/ogi pendidikan, (Jakarta: Pt. Gramcdia
Widiasarana Indonesia, 2006), Cet. 3, h. 307-312.
75
b. Frustasi, yang timbul dari berbagai sumber seperti kemarahan orang tua,
kurang kasih sayang, Iingkungan, fisik, sosial atau karena proses
pendewasaan yang terhambat membuat anak merasa tidak berdaya
c. Terancam, masa krisis yang terjadi bila anak mengalami kejadian traumatik
atau penganiayaan yang serius, baik secara fisik maupun mental.
2. Lingkungan sosial dan keluarga tidak mendukung
a. Merasa diri lain dari yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan fisik sampai
status (anak adopsi). Perbedaan ini bagi seorang anak berarti bernilai buruk
sehingga menimbulkan sikap tidak percaya diri dan akibatnya anak merasa
sensitif terhadap kekurangan tersebut
b. Sibling Rivalry, yaitu sikap bermusuhan dan cemburu di antara saudara
kandung
c. Media massa (tv, tabloid, film), yang berisikan berita-berita kriminalitas,
terorisme, perang, dan berita-berita negatif yang dapat mempengamhi anak
untuk bertindak buruk karena menurut mereka ha! itu sah-sah saja dan
belum mengetahui akibatnya.
d. Pertengkaran orang tua, dapat menimbulkan trauma yang mengerikan dalam
memori anak sehingga menghambat perkembangannya.
3. Penanaman disiplin yang keliru
a. Mudah tersinggung, anak yang mudah tersinggung adalah anak yang sensitif
atau hipersensitif yang bereaksi berlebihan terhadap komentar apapun yang
ia dengar tentang dirinya karena mereka sering salah tanggap terhadap
maksud komentar itu.
b. Malu, rasa yang ada dalam diri anak ini bisa disebabkan oleh perasaan tidak
aman sebagai akibat µola asuh yang keliru dan merasa berbeda dari anak
yang lain (cacat atau sebab lain)
c. Perfeksionis, yaitu kecenderungan untuk tampil sempurna, cirinya adalah
sulit menerima kesalahan orang lain.inti permasalahnnya terletak pada
hambatan merasa puas dan takut berbuat salah secara berlebihan, terlalu
khawatir terhadap penampilan, perasaan tertekan, frustasi, kecewa, sedih,
76
marah, takut, perasaan antara percaya diri dan ragu-ragu serta perasaan
kurang mampu atau tak berdaya.
d. Tingkah laku kekanak-kanakan, yaitu anak yang beringkah laku tidak sesuai
dengan usianya yang disebabkan oleh kurangnya rangsangan atau masalah
dalam perkembangannya dan tertekan
e. lmplusif, anak yang implusif bisa bertindak secara spontan, tiba-tiba dan
tanpa mengindahkan sopan santun dan berfikir yang disebabkan oleh
ketidakmampuannya mengendalikan dorongan dan tidak memilki
perencanaan.
f. Melamun,adalah mengangankan hal-hal yang menyenangkan. Biasanya
terjadi pada anak yang kurang puas dengan keadaan dirinya, merasa berbeda
atau malu.
g. Dependen, yaitu tergantung pada orang lain, selalu mencari bantuan dan
perhatian dari orang lain yang umumnya muncul karena didukung oleh
orang tua dan anak merasa ditolak. Anak yang dependen ingin selalu
berdekatan dengan orang dewasa dan diperhatikan orang tua karena mereka
juga cemas terhadap perpisahan.
h. Antisosial, anak yang anti sosial biasanya berpaling dari pergaulan
masyarakat dan m~ncari sendiri tempat yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
1. Bully, merupakan ancaman baik secara fisik maupun verbal dari lawan main
anak.
4. Tekanan dari sekolah dan kompetensi
Pengharapan orang tua yang terlalu besar pada anak untuk menjadi orang
berprestasi, mampu mengatasi berbagai masalah dan menguasai keterampilan
yang dibutuhkan dalam dunia kerja membuat anak tertekan sehingga dapat
menimbulkan perilaku buruk seperti memberontak karena merasa dipaksa dan
tidak dihargai.
5. Tidak cukup gizi
Gizi sangat penting terhadap kesehatan mental, akan tetapi sampai saat ini
masih banyak orang yang belum menyadari akan pentingnya gizi. Menurut
77
68
Jenny Gichara, Mengatasi Peri/aku .. ., h. 21-33.
78
dewasa, kecuali jika orang tua memerintahkan kepada anak untuk berbuat maksiat
seperti meninggalkan shalat maka janganlah didengar dan ditatati. Hal ini
bukanlah termasuk durhaka kepada orang tua melainkan merupakan cerminan taat
kepada Allah SWT.
I 0. Kurang peduli dalam berbakti
Modernitas zaman diasumsikan sebagai sebab timbulnya berbagai bentuk
perbuatan negatif seperti mengklaim kafir kepada kedua orang tua dan
memandang mereka dengan pandangan remeh dan hina karena tidak sejalan
dengan keinginan anak, yang diakibatkan oleh diri yang tidak dibekali dengan
ilmu-ilmu agama dan kode etik keimanan. Hendaklah sebagai anak kita berusaha
memperbanyak mendoakan kedua orang tua dan sayangilah mereka.
11. Mengabaikan perintah Allah SWT
Janganlah menjerumuskan diri ke dalam siksa neraka dengan menyia-nyiakan
amanat dan mengabaikan pendidikan iman bagi anak-anak kita. Karena dengan
ilmu, kita bisa meraih semua perbuatan baik, menunaikan risalah agama dan
menyampaikan amanat Allah dengan sempurna. Khianat merupakan perbuatan
buruk yang bersumber dari diri sendiri serta akibat dari dosa-dosa yang kita
lakukan, maka mintalah ampun kepada Allah SWT. Hendaklah orang tua
memperhatikan makna-makna yang berkaitan dengan kemaslahatan anak sehingga
perintah orang tua berlandaskan hujjah yang nyata. 69
69
Sa'id Abdul Azhim, Mengapa Anak Menjadi Durhaka?, (Jakarta: Pustak2 Azzam,
2004),Cet.1,h.111-113.
79
perkembangan anak didikk, karena segala kesulitan dan kekurangan yang dialami
anak dalam proses pendidikan di sekolah dapat segera diatasi bersama oleh pihak
72
guru yang bekerja sama dengan pihak orang tua.
72
M. Alisuf Sabri, I/mu Pendidikan ... , h. 24.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
l. Fokus Penelitian
Pada penelitian jenis kepustakaan (Library Rescearch) ini peneliti memfokuskan diri
:epada masalah peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun.
82
>imana Peranan Orang Tua disini meliputi upaya atau usaha orang tua baik ayah
iaupun ibu dalam mengembangkan bakat anak dan memberikan kesempatan dan
ebebasan akan keinginannya agar bakat yang ada pada anak dapat berkembang secara
ptimal. Anak usia 6-12 tahun disini, yang dimaksud adalah Anak yang ada pada masa
;ko!ah dan berada pada tingkat satuan pendidikan formal sekolah dasar (SD).
:. Prosedur
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan prosedur yang sistematis dalarn
paya memecahkan masalah yang dihadapi dengan melalui beberapa cara untuk
iemperoleh data-data yang meyakinkan, diantaranya:
I. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan denga cara membaca buku-buku ilmiah, majalah-
1ajalah, surat kabar serta bahan dan sumber-sumber data lain yang ada hubungannya
engan penelitian ini
2. Analisa data
etelah data terkumpul, kemudian data tersebut diolah dengan cara menganalisa data-data
:rsebut secara content analysis yaitu catatan yang diambil dari bahan bacaan pustaka
engan memakai jenis deskripsi yaitu pendekatan melalui pengumpulan dan pendapat
ara ahli yang disajikan sesuai dengan datanya kemudian dianalisa sehingga dapat
iambi! kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
perlukan adanya hubungan yang baik antara orang tua, sekolah dan lingkungan
asyarakat agar bakat dari seorang anak dapat semakin terasah.
Kreativitas orang tua sangat diperlukan dalam mendidik anak. Semakin banyak
ngsangan yang diberikan sejak dini, maka anak akan terpacu untuk mengeksplor
iapun yang mereka lihat. Orang tua harus dapat memberi kebutuhan akan keingintahuan
iak terhadap hal-hal baru. yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah latihan yang
lakukan sejak dini dan kontinyu agar bakat yang ada pada anak dapat muncul yang
:lama ini tersembunyi.
Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak sangat besar sekali, sebab orang
a adalah penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bakat anak bisa
~rkembang ditangan orang tua. Segala ha! yang dilakukan orang tua sangat berpengaruh
1gi anak. Oleh sebab itu, orang tua haruslah selalu berbuat yang baik dan menyediakan
:gala kebutuhan yang diperlukan bagi pengutaraan bakat dan orang tua sendirilah yang
1rus memhimbingnya secara lansung tidak memberikan tanggung jawab ini kepada
·ang lain.
Tetapi, pada kenyataanya di lapangan banyak terdapat orang tua yang memberikan
,gas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak memberikannya kepada guru di
:kolah atau pengasuh. Alasan mereka adalah sibuk dengan pekerjaan atau kurang
.ampu untuk mendidiknya apabila sendiri dan tidak mendapatkan bantuan dari orang
in. Hal ini akan menimbulkan dampak negatif bagi anak, misalnya anak merasa kurang
.endapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya yang lama kelamaan akan
.empengaruhi prestasin;a.
Fase anak-anak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan pendidikan. Masa
mak-kanak ini cukup lama, dimana seorang pendidik khususnya orang tua bisa
.emanfaatkan waktu yang cukup untuk menanarnkan dalam jiwa anak apa yang dia
:hendaki. Jika masa ini dibangun dengan penjagaan, bimbingan dan arahan yag baik
:aka kelak anak akan tumbuh menjadi kokoh. Seorang pendidik hendaknya
:emanfaatkan masa ini sebaik-baiknya karena masa ini adalah masa emas bagi
:rtumbuhan.
85
1. Pengertian peranan yang saya setujui ada!ah peranan merupakan konsekuensi dari
status seseorang. Pengertian ini hampir sama maksudnya dengan pengertian
peranan yang merupakan aspek dinamis status. Kedua pengertian ini maksudnya
apabila seseorang mempunyai kedudukan di dalam masyarakat, maka ia akan
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka dapat
dikatakan bahwa ia menjalankan suatu peranan
2. Pengertian orang tua adalah ibu dan ayah yang masing-masing mempunyai
tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak. Pengertian orang tua ini
merupakan salah satu pendapat para ahli yang pada intinya sama dengan pengertian
orang tua yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang iainnya
3. Bakat pada dasarnya adalah kemampuan dasar sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujnd. Pengertian bakat ini telah disetujui
oleh para ahli karena pada dasarnya bakat itu adalah kemampuan bawaan yang
dibawa sejak anak lahir
4. Para ahli pendidikan mengatakan bahws anak ada!ah manusia yang masih kecil dan
belum dewasa yang sedang dalam masa pertumbnhan dan perkembangan. Dengan
demikian, anak membutuhkan bantuan bimbingan dan pendidikan dari orang tua
dan pendidiknya baik fisik maupun mental secara harmonis. Pengertian ini sesuai
dengan kebanyakan pendapat para ahli
5. Perkembangan berarti perubahan atan pertumbuhan ke arah yang lebih maju dan
sempurna. Pertumbuhan ini bersifat secara bertahap sedikit demi sedikit tetapi
mempunyai arti.
Orang tua apabila ingin bakat anaknya berkembang, maka haruslah mengacu kepada
eori-teori yang ada dalam pendidikan sehingga arah dan tujuan yang akan dicapai terarah
86
m terorganisir. Apabila ha! ini dilakukan, maka kemungkinan besar bakat anak dapat
:rkembang secara optimal.
. In terp retasi
Orang tua yang bisa membimbing bakat anak secara optimal dengan mengacu kepada
ori-teori pendidikan maka akan lebih besar kemungkinannya untuk mengembangkan
ikat anak dibandingkan dengan orang tua yang tidak bisa dengan sepenuhnya
.embimbing bakat anak maka bakatnya akan kurang berkembang dikarenakan kurang
rpenuhinya segala kebutuhan yang ia perlukan.
Orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak.
'ipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih
~sar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai J?inat anak. Peran pola
mh keluarga khususnya orang tua yang dilandasi kasih sayang dan disertai pemberian
mulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan bakat anak-
1ak.
I. Pembahasan
Dari semua teori-teori yang telah dipaparkan oleh para ahli pendidikan dan
1embandingkan antara yang satu dengan yang lainnya, maka pada dasamya semua teori
ang dikemukakan oleh para ahli pendidikan itu secara tidak lansung satu sama lain
iling berkaitan dan melengkapi.
Teori-teori pendidikan ini sangat penting bagi orang tua dalam membantu dan
iembimbing bakat anak. Hal ini mempermudah orang tua dalan1 menggunakan cara-cara
an usaha yang tepat dalam memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan bagi
engutaraan bakat. Apabila orang tua melakukan ha! ini, maka akan lebih besar
emungkinannya dalam mengembangkan bakat anak dibandingkan dengan orang tua
ang tidak memakai teori-teori pendidikan dalam membimbing bakat anak.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak sangat besar sekali karena
di tangan orang tualah anak dapat mengembangkan bakatnya. Orang tua (ayah dan
ibu) mempunyai peranan sebaga1 pengasuh, pendidik serta pembimbing bagi
perkembangan bakat anak karena orang tua adalah orang pertama dan utama yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak. Ada beberapa ha!
yang dapat dilakukan orang tua dalam peranannya untuk membimbing bakat anak
khususnya pada usia 6-12 tahun. Pertama-tama mulailah dengan mengetahui dan
mengenal bakat anak, kemudian ciptakanlah lingkungan yang kondusif di dalam
rumah serta menghindarkan anak dari perbuatan negatif yang bisa mengganggu
perkembangan potensi yang ada pada diri anak dan jangan lupa untuk bekerja
sama dengan guru.
Dalam mengembangkan bakat anak, orang tua harus melaksanakannya dengan
baik, penuh keterampilan dan strategi serta memahami kemampuan anak itu
sendiri. Orang tua dapat melakukan upaya atau hal-hal yang dapat membantu
untuk membimbing bakat anak agar dapat tersalur diantaranya:
88
B. Saran-Saran
Dari semua isi skripsi ini, penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Orang tua hendaknya lebih menyadari akan tugas dan peranannya sebagai
orang yang paling berpengaruh di dalam keluarga. Orang tua juga harus
bisa membimbing akan bakat anaknya, agar bakat anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal
2. Orang tua Jiarus mampu memberikan pengarahan kepada anak-anaknya,
terutama kepada anak yang ada pada masa anak-anak usia sekolah antara
umur 6-12 tahun. Dalam mengembangkan bakat anak orang tua dapat
melakukan hal-hal yang dapat membantu untuk membimbing bakat anak
agar dapat tersalur diantaranya dengan memperkaya anak berbagai macam
pengalaman, merangsangnya untuk meluaskan kemampuannya ke bidang
bakat lain dan sediakanlah sarana yang cukup bagi pengutarnan bakatnya.
DAFTAR PUST AKA
Abror, Abdul Rachman, Psiko/ogi Pendidikan, Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana Yogya,
Cet. 4, 1993.
Aly, Hery Noer, I/mu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Cet. 2, 1999.
Ayahbunda, Intelegensi, Bakat dan Tes IQ, Jakarta: Pt. Gaya Favorit Press, Cet. 1,
1986.
Azhim, Sa'id Abdul, Mengapa Anak Menjadi Durhaka?, Jakarta: Pustaka Azzam,
Cet.l, 2004.
Basri, Hasan, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pt. Pustaka Antara, Cet. 4, 1996.
Berry, David, Pokak-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, Cet. 4, 2003.
Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet.
9, 2004.
Darajat, Zakiah, I/mu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 4, 1996.
_ _ , Kesehatan Mental, Jakarta: Pt. Toko Gunung Agung, 2001.
Djumhur dan Smya, Moh, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Cv.
Pedoman Ilmu Jaya, 1975.
Gichara, Jenny, Mengatasi Perilaku Buruk Anak, Jakarta: Pt. Kawan Pustaka, Cet. 1,
2006.
Hasbullah, Dasar-dasar !!mu Pendidikan, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. 3,
2003.
Horton, Paul B dan Hunt, Chester L, Sosiologi, Jilid. 1, Jakarta: Erlangga, 1984.
Kuder, G. Frederic dan Paulson, Blance B, Mencari Bakat Anak-anak, Jakarta: Bulan
Bintang, Cet. 1, 1982.
Mahali, A. Mudjad, Hubungan Timbal Balik Orang Tua Dan Anak, Solo: Ramadhani,
Cet. 3, 1994.
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Jakarta: Bina Rena Pariwara, Cet. 1, 2005.
91
Mucthar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, Cet. 1,
2005.
Nata, Abudin dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press,
Cet. 1, 2005.
Olgar, Maulana Musa Ahmad, Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua Muslim,
Yogyakarta: Citra Media, Cet. 1, 2006.
Ramayulis, et al!, Pendidikan Islam dalam Rumah tangga, Jakarta: Kalarn Mulia.
Robinson, Paul W, et.al, Tingkah Laku NegatifAnak, Jakarta: Arcan, Cet. 1, 1992.
Semiawan, Conny, et.al, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Seka/ah Menengah;
Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, Jakarta: Pt. Grarnedia, Cet. 3, 1990.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,
2006.
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Pt. Rineka Cipta, Cet. 1, 1993.
Sujanto, Agus, et.al, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 7, 1997.
Thalib, M, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Bandung: Irsyad Baitus
Salam, Cet. 9, 1995.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, Cet. 1, 2000.
Demikianlah surat pengajuan ini saya buat, dengan harapan semoga dapat
diterima. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Eti Suami
NIM. 104011000093
\(cpuda Yth.
l)r,. l'J\rid:tl J\rkam. M.l'd
Pcn1bin1bing Skripsi
1:akultas lln1u l"arbiyah dan t...:.cguruan
\JIN Syarirllidayalu\\ah
.l~1karta .