SOEKARNO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag.)
Oleh:
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, sebagai
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh :
Abdul Karim Habibullah
NIM : 1113033100077
Pembimbing
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
kepada hambanya, berupa nikmat iman dan kesehatan. Sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas akhir studi. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya.
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jakarta.
saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr.
4. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filasfat Islam,
Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan
iii
Filsafat Islam dan juga jajarannya yang telah membantu penulis dalam
tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu yang telah
guru yang telah membantu penulis dalam mencari data demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini. Tak lupa, ibu tercinta Sufiyati, S.E. yang selalu
S1 hingga lulus.
Inayatur Radhiyah, Nur Laili, Badri Ridho, selaku kakak serta adik yang
10. Teman-teman MAN 11 Jakarta, Feri Hidayat, Fikri Ramdan Saputra, Adi
dengan baik.
iv
11. Teman-teman Akar Seni Ushuluddin (ASUS) baik para pengurus ataupun
menyelesaikan skripsinya.
12. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2013, yang tidak bisa
disebutkan namanya satu per satu. Terima kasih sudah memberi dukungan,
motivasinya kepada semua pihak, dan mohon maaf apabila ada pihak yang belum
disebutkan satu per satu. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan menjadi
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
ت T ع ‘
ث Ts غ Gh
ج J ف F
ح ẖ ق Q
خ Kh ك K
د D ل L
ذ Dz م M
ر R ن N
ز Z و W
س S ه H
ش Sy ء ,
ص S ئ Y
ض ḏ ة H
VOKAL PANJANG
Arab Indonesia
ﭐ Â
اى Î
او Û
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
A. Pengantar ............................................................................................ 34
B. BPUPKI .............................................................................................. 35
vii
BAB IV NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA ...................................... 55
A. Pengantar ............................................................................................ 55
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran-Saran ......................................................................................... 71
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai suku, ras,
kepulauan, adat istiadat, budaya, bahasa, kepercayaan begitu juga kaya akan
kekayaan alamnya,1 sehingga banyak sekali negara lain yang ingin bergabung dan
menguasai Indonesia. Dan bukan menjadi hal yang rahasia lagi jika Indonesia
pernah dijajah selama 3 setengah abad oleh bangsa lain yaitu Belanda dan Jepang. 2
juang untuk merdeka, salah satunya yaitu Soekarno yang dikenal sebagai “bapak
bangsa”/ “sang tokoh proklamator”3 dan juga dikenal sebagai Pencetus4 serta
Irwan Gesmi dan Yun Hendri menyebutkan dalam bukunya “Buku Ajar
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. 6 Dan R. Saddam
al-Jihad pun menyatakan bahwa Pancasila merupakan basis nilai perekat sosial
1
Nasruddin Anshory, Strategi Kebudayaan; Titik Balik Kebangkitan Nasional, Cet. 1
(Malang: UB Press, 2013), h. 46.
2
Yonky Karman, Runtuhnya Kepedulian Kita; Fenomena Bangsa Yang Terjebak
Formalisme Agama (Jakarta: Buku Kompas, 2010), h. 107; dan lihat Komaruddin Hidayat, Memakai
Jejak-Jekak Kehidupan (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 43.
3
Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, Cet. 2 (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h. 9; dan lihat Taufik Adi Susilo, Soekarno Biografi 1901-1970, Cet. 5
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 13.
4
Ahmad Syafii Maarif, Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan; Sebuah
Refleksi Sejarah, Cet. 1 (Bandung: Mizan, 2009), h. 137.
5
Peter Kasenda, Bung Karno Panglima Revolusi, Cet. 1 (Yogyakarta: Galang Pustaka,
2014), h. 42.
6
Irwan Gesmi, Yun Hendri, Pendidikan Pancasila, Cet. 1 (T.t.: Uwais Inspirasi Indoneasi,
2018), h. 1.
1
2
sehingga Pancasila adalah sintesis dari kapitalisme7 dan sosialisme 8 yang terbukti
Ketika disebut Pancasila, maka ada hubungan erat dengan dasar negara.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga
apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang
telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga, baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. 10
mengenai Pancasila yang dijadikan sebagai Dasar dan Ideologi11 Negara.12 Semua
ide Soekarno yang mengusulkan adanya persatuan dan kesatuan tersebut telah
terakomodir dalam Pancasila yang menjadi Dasar Negara dan mendapatkan tempat
7
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu memiliki
kebebasan sebagai anugerah Tuhan untuk memiliki kekayaan dan melakukan bisnis sesuai dengan
pilihan masing-masing. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu
dikorbankan demi pencarian uang secara tak tanggung jawab, sehingga saling pengertian dan saling
hormat diganti dengan aliensi, ketamakan, dan egoisme. Rafael Raga Maran, Pengantar Logika
(Jakarta: Gramedia, t.thn.), h, 41.
8
Sosialisme adalah ajaran, dan gerakan yang menganutnya, bahwa keadilan sosial tercapai
melalui penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Franz Magnis-Suseno, Pemikiran
Karl Marx; Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Gremidia, 2005), h. 270.
9
R. Saddam al-Jihad, Pancasila Ideologi Dunia; Sintesis Kapitalisme, Sosilisme, dan
Islam, Cet. 1 (Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2018), h. xi.
10
Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, Cet. 1 (Jakarta: Balai Pustaka,
2012), h. 40-41.
11
Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, buah pikiran, dan logos yang berarti ilmu. Makna secara harfiah ideologi
berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Lihat Noor Aminudin, Filsafat Pendidikan Islam; Konteks
Kajian Kekinian, Cet. 1 (Gresik: Caremedia Communication, 2018), h. 193.
12
Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarganegaraan Membutuhknan Nasionalisme
dan Patriotisme, Cet. 1 (Bandung: Setia Purna Inves, 2007), h. 3.
3
yang utama sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Fakta historis yang terjadi
pada 1 Juni 1945 yang tertuang dalam pidatonya pada sidang BPUPKI disebutkan
sebagai hari lahirnya Pancasila. 13 Dengan lahirnya Pancasila itu, Soekarno sangat
menekankan urgensi membangun jiwa dan karakter bangsa. Dan Jiwa dan karakter
bangsa yang ingin dibangun sudah pasti jiwa dan karakter bangsa yang sejati.
terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan
ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Impres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
Indonesia.
Sebelum penetapan Pancasila, ada hal terpenting tak lain adalah mengenai
isi Pancasila dan para tokoh perumusnya, itu semua bisa diketahui melalui
Pancasila itu ialah Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
13
M. Fuad Nasar, Islam dan Muslim di Negara Pancasila (Yogyakarta: Gre Publishing,
t.thn.), h. 129; dan lihat Asvi Warman Adam, Membongkar manipulasi Sejarah; Kontroversi Pelaku
dan Peristiwa (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 189.
4
diri. Ketiga, sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang
positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai serta norma yang
bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme 14 dan segala
bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan
dan beragama.
oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan, karena bangsa Indonesia yang
sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakni bahwa Pancasila itu benar dan tidak
sebagaimana yang telah disebutkan, akan lebih tepat dan efektif mengkaji dan
14
Atheisme adalah paham yang mengingkari atau kurang percaya adanya Tuhan. Lihat A.
Fatih Syuhud, Ahlussunnah Wal Jamaah; Islam Wasathiyah Tasamuh Cinta Damai, Cet. 1 (Malang:
Alkhoirot, 2017), h. 306.
15
Diktatorisme atau kezaliman. Lihat Emha Ainun Nadjib, Mencari Buah Simalakama,
Cet. 1 (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2017), h. 8.
16
Muhammad Aziz Hakim, “Respositioning Pancasila Dalam Pergulatan Ideologi-Ideologi
Gerakan di Indonesia Pasca-Reformasi”, Kotemplasi 4, no. 1, (Agustus 2016), h. 132.
5
Agar penelitian ini dapat lebih fokus dan mendalam, maka penulis
menurut Soekarno.
tentang tema yang diangkat, dapat diambil rumusan masalahnya yaitu sebagai
penelitian, pasti memiliki tujuan di dalamnya. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa
melakukan kegiatan penelitian tanpa keluar dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya agar kualitas dari penelitian ini baik dan pembaca juga dapat
1. Tujuan Penelitian
Negara.
2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini sebagaimana tersebut
di atas, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat. Manfaat yang
memahami Pancasila.
Fakultas Ushuluddin.
D. Tinjauan Pustaka
penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan,
seperti:
1. Sudarto, jurnal dengan judul “Refleksi Metafisik atas Pancasila” (2000), dalam
Pancasila dilihat dari teori Plotinus adalah wujud emanasi Tuhan secara
bertahap “Yang Satu” atau Tuhan yang tersimbolkan pada sila pertama
7
kemudian lebih lanjut proses emanasi menuju pada dataran yang paling rendah
yakni keadilan yang berkaitan dengan pembagian secara adil pada materi atau
benda.
hal ini berbeda dengan yang akan peneliti lakukan yaitu melihat Pancasila
2. Skripsi Nurul Hidayatul Wahidah, dengan judul “Nilai-Nilai Moral dalam Teks
dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa nilai moral yang terkandung dalam
dalam tiga induk akhlak yakni akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama
materi pendidikan akhlak Madrasah Aliyah kelas X. Hal ini berbeda dengan apa
yang akan penulis lakukan yaitu melihat Pancasila dalam kehidupan berbangsa
8
ajaran Islam.
komponen materi, dan komponen strategi, (3) Aktualisasi nilai sila Pancasila di
melalui kegiatan keagamaan dan sosial siswa yang terangkum dalam buku saku
siswa 2016 dan pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran PAI SMP
Negeri 9 Yogyakarta.
berbeda dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu mengetahui nilai-nilai
nilai pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam setiap program
kamar dibedakan santri putra dan putri, 3) Adanya pemberian hukuman bagi
santri yang melanggar dan pemberian hadiah pada santri yang taat/berprestasi,
Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan santri di
Kabupaten Kudus. Hal ini berbeda dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu
dengan sistem ekonomi Pancasila. namun di Kolaka Utara tidak ada peraturan
terhadap tiga aspek ekonomi lokal sangan signifikan dan negatif hanya sektor
peternakan yang tidak memiliki dampak signifikan dari kebijakan izin usaha
pertambangan.
kerakyatan di Kolaka Utara. Hal ini berbeda dengan apa yang akan penulis
6. Skripsi Helmi Ali Rakhbini, dengan judul “Integrasi Nilai Pancasila Dalam
yang mengajarkan etika personal dan nilai-nilai moral yang baik, melalui
karakter para siswa sebagai individu yang berkepribadian baik seperti siswa
SMP PGRI menyapa guru ketika bertemu baik di jalan maupun di sekolah. 2.)
sesuai dengan kebutuhan riil di masyarakat yaitu: (a) Ketaatan kepada Tuhan
YME; (b) Menghargai harkat dan martabat manusia; (c) Hidup rukun dalam
11
kebhinekaan; (d) Musyawarah dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur;
dan (e) Kerja keras dan mandiri. Penjabaran dari nilai - nilai ini diwujudkan
dalam kurikulum dan buku ajar. Dengan demikian pancasila merupakan acuan
langsung oleh peserta didik. 3.) Pendidikan karakter memberi pengaruh positif
Pancasila dalam pendidikan karakter di SMP PGRI Dlingo. Hal ini berbeda
dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu berfokus untuk mengetahui nilai-
yang akan diteliti penulis ini, sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi
penelitian-penelitian sebelumnya.
E. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
optimal dan mendapatkan data yang akurat, maka harus didukung dengan pemilihan
metode yang tepat. Metode ini yang akan menjadi kacamata yang akan meneropong
setiap persoalan yang sedang dibahas. Penelitian ini berjudul “Pancasila Menurut
mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral, seperti proses atau suatu
peristiwa.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data untuk
(kondisi yang alamiah), dan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka metode
dengan fokus pembahasan. Data dari penelitian ini menggunakan data kepustakaan,
yakni dengan mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai tulisan baik dari buku-
a. Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh dari buku-buku serta bahan bacaan lain yang
relevan dengan pembahasan. Data primer mengenai Pancasila dari penelitian ini
mengacu pada buku “Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno” (2017) penyunting
(2017) penyunting Floriberta Aning. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari
berbagai sumber baik berupa buku-buku, jurnal, artikel, internet, maupun bahan-
bahan bacaan lain yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.
Analisis data merupakan suatu proses penyusunan data agar data tersebut
dapat dimengerti dan dipahami. Analisis data kualitatif adalah upaya yang
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
muncul dari data, dengan demikian deskripsi baru yang perlu diperhatikan dapat
Pancasila dalam kaitannya dengan ajaran Islam. Data-data yang ada dianalisis
F. Sistematika Penulisan
lima bab yang mana antara bab satu dengan bab berikutnya merupakan suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan mengingat satu sama lainnya bersifat
keseluruhan dan bagaimana hubungan antara bab pertama dengan bab selanjutnya,
pada bab-bab berikutnya. Bab ini merupakan gambaran umum secara global dengan
memuat: Latar belakang, Batasan dan Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat
bab pertama ini tampak penggambaran isi skripsi secara keseluruhan namun dalam
satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman untuk bab-bab
selanjutnya.
Bab kedua, pada bab ini akan dibahas mengenai biografi Soekarno meliputi
teori dalam bab ini digunakan untuk mengetahui faktor utama tentang lahirnya
Bab ketiga, pada bab ini akan membahas mengenai Perjuangan Menuju
Bab keempat, dalam bab ini dikupas dan dianalisis dari data-data yang
terdapat dalam bab III dengan menggunakan kacamata dalam bab II, sehingga
15
hasilnya akan mencerminkan dan sesuai dengan tema yang diangkat. Maka pada
bab ini, pertama akan menjelaskan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara.
Bab kelima, merupakan bab penutup, sebagai bab terakhir dari keseluruhan
pembahasan sekaligus merupakan akhir dari proses penulisan skripsi. Bab ini berisi
tentang kesimpulan guna menjawab persoalan dari rumusan masalah, dan saran-
saran berupa masukan secara umum yang diajukan kepada pembaca terkait
selanjutnya.
BAB II
BIOGRAFI SOEKARNO
Soekarno lahir di Lawan Seketeng Surabaya Jawa Timur pada tanggal 6 Juni
1901-21 Juni 1970.1 Semula nama Soekarno adalah Kusno Sosrodiharjo.2 Karena
Soekarno.3 Hal itu terlihat bahwa dulu ia sering terserang penyakit disentri dan
malaria. Oleh karenanya ayahnya berpikir untuk mengganti nama Kusno menjadi
Karno. Alasan ayahnya mengubah menjadi Karno di samping agar tidak sakit–
sakitan, adalah ayahnya sangat mengagumi sosok Karno, salah satu tokoh
dalam cerita klasik Hindu tersebut. Karno juga tokoh yang setia kawan, memilki
Harjodikromo yang berasal dari Tulung Agung Kediri Jawa Timur. Raden Sukemi
orang Jawa dan bekerja sebagai mantri guru di Sekolah Rakyat di Singaraja, Bali.
dihormati oleh masyarakat setempat karena kebaikan hatinya yang selalu menolong
sesama manusia. Raden Sukemi dilahirkan pada tahun 1869, beliau menerima
1
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, Cet. 5 (Yoyakarta: Garasi,
2016), h. 13.
2
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14.
3
Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda (Yogyakarta: Delokomotif, 2010), h. 1; dan lihat
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14.
4
Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda, h. 4.
16
17
bertemu dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Raden Sukemi mengalami kesulitan untuk
melamar Ida Ayu Nyoman Rai, dikarenakan Raden Sukemi beragama Islam,
sehingga wajar bila pihak perempuan tidak menyetujui hubungan mereka berdua.
Untuk menikah secara Islam, Ida Ayu Nyoman Rai harus terlebih dahulu
menganut agama Islam, dengan jalan melarikan diri dan akhirnya mereka berdua
menikah secara Islam, 5 setelah menikah Sukemi dan istrinya tetap tingal di
Singaraja Bali untuk sementara waktu sampai melahirkan seorang putri kakak
Sukemi merasa tidak disukai oleh orang Bali disebabkan adanya perbedaan agama
dan tradisi yang dianut orang Bali, akhirnya permohonan Raden Sukemi untuk
pindah dari Bali ke Jawa dikabulkan, kemudian Raden Sukemi dikirim ke Surabaya,
bangsawan di Singaraja, Bali (berasal dari Kasta Brahma) asal Buleleng, Bali.
Darah biru mengalir di tubuh Soekarno, ayahnya keturunan sultan Kediri sedangkan
ibunya keponakan raja terakhir dari Singaraja. 7 Kakeknya adalah seorang pejuang
yang gagah dan gugur dalam Perang Puputan, perang yang terjadi di daerah Puputan
di Pantai Utara Bali tempat Kerajaaan Singaraja melawan penjajah pada tahun 1596
5
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, terj Abdul Barsalim
(Jakarta: PT. Gunung Agung 1966), Cet. 1, h. 27-29
6
Jhon D. Legge. Sukarno Sebuah Biografi Politik. Terjemah tim PSH. (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. 1996). Cet ke-3, h. 28
7
Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda, h. 1; dan lihat Taufik Adi Susilo, Soekarno:
Biografi Singkat 1901-1970, h. 14.
18
(Portugis) yang mengakibatkan timbul rasa benci yang mendalam dari keluarga ibu
khusus. Kata Soekarno, ibunya pernah mengatakan: “Kelak engkau akan menjadi
orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena Ibu
melahirkanmu jam setengah 6 pagi di saat Fajar mulai menyingsing. Kita orang
Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari
terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebi dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-
kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra dari sang Fajar.”9
mengatakan: “Hari lahirku ditandai oleh angka serba 6, Tanggal 6, bulan 6.”
Pertanda lainnya adalah meletusnya gunung Kelud ketika dia lahir. Mengenai hal
ini, dia menyatakan: “Orang yang percaya kepada tahayyul, meramalkan, ‘ini
adalah penyambutan terhadap bayi Soekarno.” Selain itu, penggantian nama Kusna
menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri Soekarno kecil tentang
Soekarno juga mengatakan bahwa ia lahir menjelang fajar pada 05.30 pagi,
dan inilah mengapa ia disebut “Putra Sang Fajar”. “Bersamaan dengan kelahiranku,
menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru dan menyingsing pulalah fajar dari
beliau dikenal sebagai jagoan muda, dalam setiap permainan beliau selalu ingin jadi
8
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 26.
9
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14.
10
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14-15.
11
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 52.
19
pemimpin yang mengatur kegiatan bersama, selalu menjadi pusat perhatian teman-
temannya dan Soekarno digambarkan sebagai seorang anak yang tidak mau
mengaku kalah baik dalam permainan maupun dalam adu argumentasi, ini sudah
kemudian hari. 12
beliau lebih tertarik kaepada rakyat jelata dan ini diakuinya dalam bukunya Jhon
D. Legge, Sebuah Biografi Politik, dalam buku ini digambarkan bahwa beliau
sebulan yang berarti 10 dolar AS, hal ini diucapkan pada sebuah pidato pada saat
beliau mengunjungi Amerika Serikat pada tahun 1956, disini memang ada sedikit
umumnya.14
Jika dibuat perbandingan, beliau tidaklah miskin, sebagai mantri guru yang
berarti kepala sekolah di Mojokerto, Sukemi tidak terlalu kekurangan oleh karena
itu, Soekarno bukanlah anak orang miskin dalam arti sebenarnya dan sejak lahir
12
Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30.
13
Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30.
14
Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30.
15
Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h. 29-30.
20
Mojokerto.16
saekolah Bumi Putra, dimana semua muridnya orang pribumi. Ketika Soekarno
hanya sampai kelas lima. Untuk itu Sokarno harus disekolahkan ke sekolah
Belanda. Akan tetapi, Soekarno kecil menolak, bukan karena ia tidak mau sekolah,
tetapi karena pengalaman buruk yang pernah diterimanya dari anak-anak Belanda.17
Karena tidak ada pilihan, maka Soekarno akhirnya masuk ke sebuah sekolah
yang lebih rendah. Sebenarnya Soekarno adalah anak yang cerdas. Hanya karena
sebenarnya merasa malu atas keputusan yang diberlalkukan oleh sekolah ELS ini,
kerena pada saat itu usianya sudah 14 tahun. Nanti dikira orang bahwa dirinya
bodoh sehingga tinggal kelas. Untuk menyiasati ini, maka ayahnya menyarankan
sekeolah rendah Belanda lebih dahulu. Di sekolah ELS pada tahun 1915 ia berhasil
16
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 46.
17
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 47.
18
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 48.
21
hak untuk memulai karier sebagai amtenar pemerintahan pribumi tingkat yang
paling rendah. Soekarno pun lulus ujian dan diterima di sekolah HBS (Hogere
Burger School) yang pada masa itu hanya memiliki siswa berkebangsaan Belanda
dan Indo-Eropa serta putra-putra dari lingkungan ningrat atas Jawa dan putra-putra
sekolah ke jenjang yang berikutnya, yaitu HBS. Soekarno dititipkan kos dirumah
“Di sini Soekarno bisa belajar dari pengaruh Tjokroaminoto, baik bidang
politik maupun agama Islam. Dalam banyak literatur, Bung Karno selalu menyebut
ini pula Soekarno ada kesempatan bisa bertemu dengan tokoh-tokoh Marxis
Indonesia seperti Musso, Alimin, Semaun, dan para tokoh radikal sosial, seperti
guru bahasa Jerman-nya di HBS, yaitu Coos Hartogh, Hen Sneevliet, dan Assers
Baars, semua anggota dari perkumpulan kecil yang sangat militan, yaitu
ini yang mendesak Tjokroaminoto agar melepaskan arahnya yang moderet dan
Maka, atas desakan Asser Baars pada 1917, ia memilih cara pendekatan sosial
lama. Pada awal 1919, Soekarno membaca tulisan “San Min Chui” dari Sun Yat-
19
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 49.
22
“Di Surabaya, Soekarno aktif dalam kegiatan Tri Koro Dharmo, sebuah
nama organisasi ini berganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Selain itu,
Soekarno juga aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang dipimpin oleh
Tjokroaminoto.”21
Technische Hooge School (THS). Ia mengambil jurusan Teknik Sipil Pada minggu
terakhir juni 1921, Soekarno tiba di kota Bandung. Bandung sejak dahulu terkenal
Dari sinilah Soekarno meraih gelar Insiyur (Ir), yang selalu dicantumkan di depan
namanya.”23
“Soekarno dinyatakan lulus ujian Insinyur pada 25 Mei 1926. Dalam Dies
Natalis ke-6 Technische Hooge School pada 3 juli 1926, ia diwisuda bersama 18
Insinyur (Ir) lainnya. Pada waktu itu Profesor Jacob Clay selaku ketua fakultas
menyatakan, “Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya tiga
20
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 51-52.
21
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 52.
22
Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57.
23
Jonar T .H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57.
23
orang Insinyur orang Jawa.” Ketiga orang itu adalah Soekarno, Anwari, dan
seorang wanita yang sudah menjadi isteri orang lain. Wanita itu adalah ibu kosnya
sendiri, yang tidak lain adalah isteri dari bapak kostnya, yaitu Haji Sanusi, yang
“Soekarno jatuh hati pada Inggit Garnasih, yang adalah isteri Haji Sanusi.
Haji Sanusi mengetahui serta mengerti dan memahami hubungan khusus antara
mereka. Pada akhirnya Haji Sanusi memilih cerai dengan Inggit Garnasih,
kemudian Soekarno menikahi Inggit tahun 1923, usia mereka terpaut jauh, 15 tahun
lebih tua dari Soekarno. Pernikahan ini berlangsung sampai 1943. Sejak itulah
pengorbanan Inggit pada kehidupan Soekarno luar biasa. Lebih dari seorang isteri,
hanya Inggit Garnasihlah yang merupakan tiga dalam satu diri: Ibu, kekasih, dan
kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit hanyalah karena ia tak
Soekarno adalah sosok yang kreatif dan aktif. Sejak tinggal bersama di
sinilah dirinya diasah dalam bidang organisasi dan politik. Ia pun mulai aktif
24
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57-58.
25
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57-58.
26
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 62-64.
24
Himpunan yang dikenal dari tulisannya adalah Di bawah Bendera Revolusi, dan
membentuk organisasi pemuda, yang dikenal dengan Jong Java (Pemuda Jawa).
Perkumpulan ini dipelopori oleh para sahabatnya yang bersama-sama tinggal (kos)
di rumah Tjokroaminoto, yaitu Alimin, Musso, Darsono, Agus Salim, dan Abdul
Muis, dan ciri khasnya kumpulan Jong Java adalah dalam berpakaian, yaitu
penampilan ini dianggap kampungan dan kalangan masyarakat yang lebih rendah. 27
organisasi lainnya. “Gerakan nasionalis yang pertama di negeri ini adalah Boedi
Oetomo yang lahir pada 20 Mei 1908. Pergerakan ini dipimpin oleh Dokter
Soetomo di Jakarta. Lalu pada tahun 1912 lahirlah Sarekat Islam di Surabaya yang
dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Serikat
“Di Kota Bandung Soekarno bekerja sama dengan beberapa tokoh. Pada
tahun 1912, lahir pula gerakan politik yang sangat penting yaitu Indische Partij,
Pendiri Indische Partij, dibawah pimpinan Douwes Dekker (Dr. Setia Budi), R.M.
27
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 64-65.
28
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60.
29
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60.
30
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66
25
Partij, partai politik pribumi pertama yang menjunjung slogan, “Indonesia untuk
bangsa Indonesia.” Partai ini hanya hidup satu tahun dan pada tahun 1913 dilarang,
mahasiswa. Tujuan dari gagasan para tokoh ini adalah memberantas kebodohan dari
Surabaya bersama seorang dokter Sutomo yang telah pulang dari studi di negeri
Belanda pada Juli tahun 1924. Soekarno terlibat sebagai Sekretaris 1, serta
Bandung. Menjadi Gerakan politik dan terbit artikelnya yang terkenal dengan
Muda.(diterbitkan ulang oleh penerbit Kreasi Wacana, Bantul, tahun 2012 dengan
Bandung pada 4 Juli 1927. Para pemimpin PNI pada waktu itu adalah Dr.
diterbitkan ulang oleh penerbit Kreasi Wacana, Bantul, tahun 2012 dengan judul
31
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66-67.
32
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66-67.
33
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 67
34
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 61.
26
paham jadi Islamis atau Marxis. Bukannya maksud kita menyuruh Marxis dan
Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan,
“Pada tahun 1914, sebuah organisasi berpaham kiri, yaitu Indische Sociaal
Semaun. Pada 23 Mei 1920, ISDV berubah menjadi Partai Komunis Indonesia
pada tahun 1926, dan di Sumatera Barat pada tahun 1927. Setelah pemberontakan
itu ditumpas oleh pemerintahan kolonial Belanda, maka ribuan pimpinan dan
dikenal sebagai pemikir yang andal dan suka belajar dan belajar dalam memajukan
bangsa dan perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.
berobsesi akan mengganggu seluruh kerja besar Soekarno. Situasi itu bermuara
kekuasaan Soekarno.”37
35
Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 67.
36
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60.
37
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 59.
27
yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah Jendral Soeharto untuk
memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan
Indonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion Utama
menjadi Jayapura, dan Puncak Soekarno diubah namanya menjadi Puncak Jaya.
Istana Batu Tulis, Bogor tidak dipenuhi oleh Pemerintah. Sebaliknya, Soekarno
dikebumikan di Blitar, tempat tinggal kedua orang tua beserta kakaknya, Ibu
Wardojo.
Soekarno menyatakan pula bahwa: “Dan .... entah ini dimengerti orang atau
tidak .... saya mencintai sosialisme, oleh karena saya berTuhan dan menyembah
Tuhan. Saya mencintai sosialisme, oleh karena cinta kepada Islam. Saya mencintai
sosialisme dan berjuang untuk sosialisme itu, malahan sebagai salah satu ibadah
sukmaku aku ini sama sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali
dikenal sebagai seorang tokoh Islam, sedangkan di Indonesia dia dikenal dengan
sangat esensial yang menjadi dasar filosofi bangsa Indonesia, yang menjadi jati diri
38
Redaksi Great Publisher, Buku Pintar Politik: Sejarah, Pemerintahan, dan
Ketatanegaraan, Cet. 1 (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2009), h. 118.
28
bangsa Indonesia. Nilai-nilai inilah yang diperjoangkan agar menjelma dalam diri
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Bahkan Pancasila itu sendiri karena keluhuran
Ideologi bangsa Indonesia kepada dunia, “Untuk itu dia menjalankan strategi global
dan tata dunia baru sehingga dia menjadikan dirinya sebagai anak zaman dan ikut
kemunculan di berbagai gerakan nasional dalam melawan para penjajah yang ada
dan tindakan itulah yang kemudian dalam pidato tanggal 17 Agustus 1965
39
Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 59.
29
Marxisme (1926).
2. Pancasila (1945).
3. Manipol/USDEK (1959).
bangsa, sosialisme perdamaian dunia yang adil dan beradab. Itulah yang
istiadat, agama, budaya dan bahasa. Dari kesemuanya ini, penduduk yang terbesar
beragama Islam baik di dalam maupun di luar negeri. Sistem demokrasi dan
ekspresi umat Islam Indonesia hingga memiliki karakter yang berbeda-beda. Di saat
masing tempat membentuk karakter baru sesuai dengan sistem tata nilai daerah
40
Taufik Adi Susilo, Soekarno Biografi Singkat 1901-1970, h. 61-62.
30
radikal41.
1. Doktrin agama yang sangat kaku dengan kembali ke masa klasik yakni Islam
secara kaffah. Sikap liberal yang memahami teks bersesuaian sama dengan
adalah Islam.
diinterprestasikan oleh ormas, bahkan oleh partai Islam yang ada di Indonesia,
karena pemahaman mereka yang salah terhadap pancasila. Dan Soekarno sendiri
41
Radikal berarti sama sekali, besar-besaran dan menyeluruh, keras, kokoh, maju, dan tajam
(dalam berfikir). Sedangkan radikalisme adalah faham politik kenegaraan yang menghendaki
adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mecapai taraf kemajuan. Berdasarkan
kamus ilmiah tersebut dapat diketahui bahwa makna radikal memiliki konotasi yang positif yaitu
menyeluruh, kokoh, maju, dan tajam dalam berfikir, dan memiliki makna yang negatif yaitu keras.
Terlepas dari aneka ragam makna radikal tersebut, makna islam radikal ini memiliki konotasi yang
negatif yaitu sebagai islam keras atau ekstrim tidak menerima Pancasila. Lihat Windy Novia, Kamus
Ilmiah Populer, Cet. 1 (T.tp.: Wipress, 2009), h. 400.
31
ciptaan yang sempurna itu, dan meratap pelan-pelan. Bung Karno menyampaikan
kepada Tuhan: ”Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah
dalam hidupku. Dan aku memerlukan bantuan-Mu. Aku tahu, pemikiran yang akan
Hanya Engkaulah yang Maha Pencipta. Engkaulah yang selalu memberi petunjuk
pada setiap nafas hidupku. Ya Allah, berikan kembali petunjuk serta ilham-Mu
kepadaku.”42
itu Penulis lebih banyak mengamati serta menilai dari aspek manusiawi (human
interest) seorang pejuang nasional yang tidak saja membebaskan bangsanya dari
Meskipun terdapat juga narasi yang disampaikan dengan penuh empati dan
ada pula yang sinis atau menyindir. Keragaman ini menunjukkan bahwa pandangan
dengan makna dan bernuasa politik, walaupun seluruh daya dan upaya dicurahkan
42
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 519.
32
cengkraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi jasad sebagai sang
C. Karya-Karya Soekarno
antara lain:
2. Kepada Bangsaku
8. Lahirnya Pancasila
Kolonial
mereka mengenai Dasar Negara yang sangat penting secara fundamental serta
A. Pengantar
menuangkan inspirasi serta pemikiran secara lahir dan batin demi sebuah bangsa
tahapan perjuangan sejarah yang sangat panjang. Selain perjuangan fisik, bangsa
dilakukan oleh para tokoh-tokoh bangsa dengan wadah BPUPKI (Badan Penyelidik
B. BPUPKI
pada 1 maret 19451, yang pada awal mulanya dibentuk oleh Pemerintahan Jepang
resmi berdirinya BPUPKI (dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai 3)
1
Bahara R. Hutagalung, Serangan Umum I Maret 1949: Dalam Kodeidoskop Sejarah
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Cet. 1 (Yogyakarta: LKiS, 2010), h. 57.
2
Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia; Penelitian Pancasila dengan Pendekatan
Historis, Filosofis dan Sosio-Yuridis Kenegaraan, Cet. 9 (Yogyakarta: Kanisius, 2009), . 43.
3
Sugiharsono, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 141.
34
35
1. Abdoel Kaffar
4. AR. Baswedan
pertama dibuka pada tanggal 29 Mei dan 31 Mei serta 1 Juni 1945, di gedung Cou
yang pertama ini terdapat 32 orang anggota BPUPKI yang berbicara, yaitu 11 orang
pada tanggal 29 Mei, 10 orang pada tanggal 30 Mei dan 6 orang pada tanggal 31
Pada tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima oleh BPUPKI sebagai
4
Saafroedin Bahar, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kebebasan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kebebasan Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945 – 19 Agustus
1945, Edisi II, Cetakan 4 (Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1993), h. 327.
Ketua adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Wakil-wakil ketua, yakni Icibangase yang
sekaligus sebagai ketua Badan Perundingan dan R.P. Suroso yang sekaligus sebagai kepala
sekretariat.Sebagai kepala sekretariat, R.P. Suroso dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. AG.
Pringgodigdo. Lihat Suparman, Pancasila, Cet. 1 (Jakarta: Persero, 2012), h. 23; dan lihat
Sugiharsono, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial, h. 141.
5
Dalam sidang BPUPKI I, para pemimpin yang hadir menyumbangkan buah pikirannya,
baik lisan maupun tertulis, seperti Ir. Soekarno (1 Juni 1945), Drs. Mohammad Hatta, Mr. Supomo
(31 Mei 1945), dan Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945). Lihat M. Junaidi Al-Anshori, Sejarah Nasional
Indonesia: Masa Prasejarah Masa Proklamasi Kemerdekaan, Cet. 3 (Jakarta: Mitra Askara
Panaitan, 2010), h. 125-126.
6
Adam Muhshi, Teologi Konstitusi: Hukum Hak Asasi Manusia atas Kebebasan
Beragama, Cet. 1 (Yogyakarta: Pelangi Askara, 2015), h. 68.
39
ditunjuklah Ir. Soekarno sebagai ketua dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta.7 Pada
awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra,
2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1
orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa), dan selanjutnya ada anggota
7. Dr. M. Amir
7
Dalam sidang baik BPUPKI maupun PPKI tidak terlepas dari perbedaan pendapat para
anggotanya. Berikut ini adalah bagian-bagian perbedaan yang muncul pada dalam sidang-sidang
BPUPKI dan PPKI. (1) Rumusan Dasar Negara, (2) Mukadimah dan batang tubuh UUD 1945, (3)
Bentuk Negara, (4) Wilayah Negara, (5) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, (6) Kementrian
serta masalah pembagian daerah. Lihat Parwoto, Seri IPS Sejarah 2, Cet. 1 (T.t.; Yudhistira, 2007),
h. 90. Dan lihat St. Sularto dan D. Rini Yunarti, Konflik Di Balik Proklamasi; BPUPKI, PPKI dan
Kemerdekaan (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h .xviii.
40
Kembali ke sidang BPUPKI yang pertama, berikut para tokoh atau anggota
BPUPKI pada sidang pertama dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 yang hadir untuk
1. Muhammad Yamin;
2. Soepomo;
3. Mohammad Hatta;
5. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin berpidato, dan ditulis secara
sistematis dengan judul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia,
1959: 89-90).
93-94).
peradabannya itu mempunyai Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikia, dia
Asyura ayat 38 dari al-Qur’an; (b) perwakilan yang menjadi dasar desa,
negeri, dusun, marga, dll. Di seluruh Indonesia; dan (c) kebijaksanaan yang
Indonesia ialah rasionalisme yan sehat, karena telah melepaskan diri dari
103)
itu satu persatu secara rinci dan panjang lebar. Lagipula tidak ada catatan
31 Mei 1945. Soal yang dibicarakan ialah syarat-syarat mutlak dari suatu negara
negara dipandang dari sudut hukum dari sudut formeel (jurisprudence), yaitu harus
ada daerah (territory), rakyat, dan harus ada pemerintah yang daulat (souverein)
8
Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, h. 50-51.
9
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, Cet. 1 (Yogyakarta: Media Pressindo,
2006), h. 50.
43
menurut hukum internasional. Akan tetapi, syarat-syarat mutlak ini tidak mengenai
dasar kemerdekaan dari negara dalam arti sosiologi dan arti politik. Juga suatu
syarat mutlak yang telah dibicarakan dalam sidang ini ialah tentang pembelaan
tanah air.
Soepomo lalu menyebut pembelaan tanah air jadi syarat mutlak sebuah
negara merdeka. Syarat Mutlak yang Pertama, tentang daerah. “Pada dasarnya
misalnya daerah Indonesia yang lain, umpamanya negeri Malaka, Borneo Utara
hendak ingin juga masuk lingkungan Indonesia, hal itu kami tidak keberatan.
Sudah tentu itu bukan kita saja yang akan menentukan, akan tetapi juga pihak
Syarat mutlak yang kedua, Hal rakyat sebagai warga negara. Pada dasarnya
sendirinya bangsa Indonesia asli. Bangsa peranakan, Tionghoa, India, Arab, yang
kita harus menjaga supaya tidak ada “dubbele onderdaanschap” dan menjaga
jangan ada “staatloosheid”. Hal yang sebagian tergantung juga dari sistem
indonesia ialah ius sangguinis (prinsip keturunan) dan ius soli (prinsip teritorial).11
10
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 51.
11
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 52.
44
a. Ada suatu aliran pikiran yang menyatakan bahwa negara itu terdiri atas dasar
Hobbes dan John Locke (Abad ke-17), Jean Jacques Rousseau (Abad ke-18),
Herbert Spencer (Abad ke-19), H.J. Laski (Abad ke-20). Menurut aliran ini
negara ialah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara
seluruh seseorang dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Aliran ini terdapat di
b. Aliran tentang Negara ialah teori (golongan). Dari negara kelas teori (class
theory) sebagai yang diajarkan oleh Marx, Engels, dan Lenin. Maksudnya
Negara dianggap sebagai alat dari suatu golongan atau (suatu classe) untuk
menindas classe lain (negara yan kuat ekonominya menindas negara yang
12
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 52.
13
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 53.
14
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54.
15
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 56.
16
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54.
45
c. Aliran pikiran negara yang berteori intergralistik yang diajarkan oleh Spinoza,
Adam Muller, Hegel dan lain-lain (Abad ke 18 dan 19). Maksudnya, negara
persatuan (yang terpenting dalam negara yan berdasar aliran pikiran integral
negara yang integralistik. Jika kita hendak mendirikan negara Indonesia yang sesuai
dengan keistimewaan sifat corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus
berdasar atas (aliran pikiran staatsidee dan negara yang integralistik), negara yang
teratur, persatuan dengan seluruh rakyatnya yang tersusun, yang mengatasi seluruh
staat and individu, tidak ada pertentangan antara susunan staat dan susunan hukum
individu, tidak akan ada dualisme staat and staatsfreie gesellschaft, tidak akan
a. Persatuan
berdasar atas aliran pikiran negara totaliter, das Ganze der politischen Einheit des
17
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54-55.
18
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 56.
19
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 61.
46
totaler fiihrerstaat) dan sebagai prinsip yang dipakainya juga ialah persamaan
darah dan persamaan daerah (blut and boden theorie) antara pimpinan dan rakyat.
Dari aliran pikiran nasional sosialis ialah prinsip persatuan antara pimpinan dan
rakyat dan prinsip persatuan dalam negara seluruhnya cocok dengan aliran pikiran
ketimuran.20
Soepomo meninjau Negara Asia adalah Negara Dai Nippon. Negara Dai
Nippon berdasar atas persatuan lahir dan batin yang kekal antara Yang Maha Mulia
Tennoo Heika, negara dan rakyat Nippon seluruhnya. Tenno adalah pusat rohani
dan seluruh rakyat. Negara atas dasar kekeluargaan. Keluarga Tennoo yang
b. Kekeluargaan
kekeluargaan antara rakyat dan pemimpin. 22 Oleh karena itu, dasar ini sangat cocok
Menurut Soepomo, struktur sosial yang asli tidak lain ialah ciptaan
kebudayaan Indonesia, ialah buat aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa
20
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 57-58.
21
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 58.
22
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 60.
47
bersifat dan bercita-cita persatuan hidup, persatuan kawulo gusti, yaitu persatuan
antara dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara
keseimbangan lahir dan batin. Inilah ide totaliter, ide intregalistik dari bangsa
Indonesia yang berwujud juga dalam susunan tata negaranya yang asli. 23
d. Musyawarah
(gestaltung) kepada rasa keadilan dan cita-cita rakyat. Oleh karena itu, kepala
e. Keadilan rakyat
Soepomo berkata, atas dasar totaliter dari negara kebangsaan yang bersatu
dan atas dasar pengertian negara sebagai persatuan bangsa Indonesia yang tersusun
atas sistem hukum yang bersifat integralistik tadi, di mana negara akan berwujud
kita akan dapat melaksanakan negara Indonesia yang bersatu dan adil, seperti sudah
termuat dalam panca darma, pasal dua, yang berbunyi, “Kita mendirikan negara
Indonesia, yang (makmur, bersatu, berdaulat) adil.” Maka, negara hanya bisa adil,
jikalau negara itu menyelenggarakan rasa keadilan rakyat dan menuntun rakyat
23
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 58-59.
24
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 59-60.
48
kepada cita-cita yang luhur, menurut aliran zaman. 25 Oleh karena itu, prinsip
Dari hasil pidato Soepomo saat itu tiada satupun hadirin yang hadir
menginterupsi, begitu juga dalam risalah sidang BPUPKI, tiada tertulis adanya
ada 2 faham, ialah faham dari angota-anggota ahli agama yang menganjurkan
supaya Indonesia didirikan sebagai Negara Islam, dan faham dari negara persatuan
nasional yang memisahkan urusan negara dan Islam; dengan lain kata: bukan
negara Islam. Apa sebabnya di Indonesia bukan negara Islam?. Perkataan “negara
Islam”, lain artinya daripada perkataan “negara berdasar atas cita-cita luhur dari
agama Islam”. berbeda halnya dengan negara yang tersusun sebagai “negara
Islam”. Negara tidak bisa dipisahkan dari agama. Negara dan agama ialah satu,
bersatu padu.26
Indonesia bukanlah negara Islam karena negara Islam itu sebuah negara yang tidak
yang semuanya harus bersumber dan bersandar pada hukum al-Qur’an dan hadis
sebagai pusat dan sumber hukum kehidupan manusia khususnya yang beragama
25
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 74.
26
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 64.
49
Islam. Jadi, negara dan agama bersatu padu, negara yang tidak bisa dipisahkan
dengan syari’at Islam (karena hukum syari’at Islam dianggap sebagai perintah
Tuhan) untuk dijadikan landasan dasar bernegara, misalnya Negara Mesir dan lain-
lainnya. Sedangkan menurut Moh. Abduh hukum syari’at bisa diubah asalkan
dengan acara ijma’, yaitu permusyawaratan, asal saja tidak bertentangan dengan al-
tentang bagaimana bentuk yang seharusnya bentuk hukum negara sesuai dengan
aliran zaman modern yang meminta perhatian dari negara-negara yang turut
Islam, maka tentu akan timbul soal-soal “minderheden” soal golongan agama yang
Jadi, Moh. Hatta menganjurkan dan mufakat dengan pendirian yang hendak
mendirikan Negara Nasional yang bersatu dalam arti totaliter, yaitu Negara yang
tidak akan mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar, akan tetapi yang
keistimewaan dari segala golongan. Dengan demikian, urusan agama akan terpisah
dari urusan negara. Dan dengan sendirinya, dalam negara Nasional yang bersatu itu
urusan agama akan diserahkan pada golongan agama yang bersangkutan. Dalam
bernegara, seseorang akan merdeka memeluk agama yang disukainya, dan semua
golongan agama merasa bersatu dengan negara (dalam bahasa asing “zal zich thuis
27
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 66.
28
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 67.
50
voelen” dalam negaranya). 29 Usulan Mohammad Hatta tentang dasar negara di atas
notulensi pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo itu tidak pernah dimuat dalam dokumen
“Tuan-tuan dan sidang yang terhormat! Dalam negara kita, niscaya tuan-
tuan menginginkan berdirinya satu pemerintahan yang adil dan bijaksana,
berdasarkan budi pekerti yang luhur, bersendi permusyawaratan dan putusan rapat,
serta luas berlebar dada tidak memaksa tentang agama. Kalau benar demikian,
dirikanlah pemerintahan itu atas agama Islam, karena ajaran Islam mengandung
kesampaiannya sifat-sifat itu.”30
Setelah mengutip ayat suci Al-Qur’an dalam surah An-Nahl ayat 90, surah
An-Nisa ayat 5, surah Ali Imron ayat 158, surah Asy-Syura ayat 38 serta surah Al
“Oleh karena itu tuan-tuan, saya sebagai seorang bangsa Indonesia tulen,
bapak dan ibu saya bangsa Indonesia, nenek moyang saya pun bangsa Indonesia
juga yang asli dan murni belum ada campurannya; dan sebagai seorang Muslim
29
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 68.
30
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
28 Mei 1945-22 Agusttus 1945 (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998), h 41.
31
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 42.
51
yang mempunyai cita-cita Indonesia Raya dan Merdeka, maka supaya negara
Indonesia merdeka itu dapat berdiri tegak dan teguh, kuat dan kokoh, saya
mengharapkan akan berdirinya negara Indonesia itu berdasarkan agama Islam.
Sebab, itulah yang sesuai dengan keadaan jiwa rakyat yang terbanyak, sebagaimana
yang sudah saya terangkan tadi. Janganlah hendaknya jiwa yang 90 persen dari
rakyat itu diabaikan saja tidak dipedulikan. Saya khawatir apabila negara Indonesia
tidak berdiri di atas agama Islam, kalau-kalau umat Islam yang terbanyak itu nanti
bersifat pasif atau dingin tidak bersemangat: sebagaimana yang dikuwatirkan juga
oleh tuan Kiai Sanusi tadi. Tetapi saya mengharapkan jangan sampai kejadian
demikian. Tuan-tuan, sudah banyak pembicara yang berkata, bahwa agama Islam
itu memang tinggi dan suci. Sekarang bagaimana kalau orang yang tidak mau diikat
oleh agama yang sudah diakui tinggi suci, apakah kiranya akan mau diikat oleh
pikiran yang rendah dan tidak suci? Kalau jiwa manusia tidak mau bertunduk
kepada agama perintah Allah, apakah kiranya akan suka bertunduk kepada perintah
pikiran yang timbul dari hawa nafsu yang buruk? Pikirkan dan camkanlah tuan-
tuan.”32
mendasar. Tokoh-tokoh Islam yang ada dalam anggota BPUPKI sangatlah berperan
dalam pembahasan pembentukan dasar negara Islam yang selama ini tidak pernah
mereka dikenal oleh masyarakat muslim sebagai orator dan singa podium. Dasar
tidak terungkapnya itu bertujuan agar pemikiran, ide serta peranan para founding
fathers Indonesia dari kalangan ulama dan tokoh-tokoh Islam tidak muncul,
sehingga seolah-olah kaum muslimin tidak berperan sama sekali dalam penyusunan
Dalam buku yang disusun oleh Prof. Moh. Yamin “Naskah Persiapan UUD
hendak menolak Islam menjadi dasar negara Indonesia. Buku itu tampaknya
32
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor). Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 48.
33
Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah 2 (Bandung: Salamadani, 2010), h. 128.
52
Dalam sidang BPUPKI ini terjadi perdebatan yang sangat sengit dan tajam
antara kubu Islam, dengan 35 anggota yang menghendaki dasar negara Indonesia
berdasarkan Islam dan kubu seluler dan non-muslim yang tidak menghendaki
agama Islam berperan dalam negara. Kedua golongan ini berlangsung hingga
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato selama 1 jam yang penuh
dengan janji kepada para tokoh BPUPKI dari kubu Islam agar mau berkorban dan
bersama. Pidato panjang yang sangat memukai itu dikenal dengan judul “Lahirnya
Soekarno pun mencoba meyakinkan mereka, bahwa dirinya pun sejatinya adalah
“Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama.
Kita, saya pun, adalah orang Islam –maaf beribu maaf, keislaman saya jauh belum
sempurna—tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat
34
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 92-
93.
53
saya punya hati, Tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati
Islam Bung Karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam
permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal juga keselamatan
agama, yaitu dengan jalan pembicaraan dan permusyawaratan di dalam Badan
Perwakilan Rakyat.”35
Khalifah atau Amirul Mu’minin, sebutan untuk kepala negara dalam pandangan
Islam:
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Soekarno justru mengingatkan kewajiban
kaum muslimin untuk melaksanakan syari’at Islam ketika mengaku sebagai seorang
muslim, dan ber-Tuhan menurut ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan lugas ia
mengatakan:
35
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 98.
36
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 101.
37
Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 101.
54
beragama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan perintah etika atau akhlak yang
bersifat mengikat atas segala aspek kegiatan yang bertalian dengan prinsip-prinsip
A. Pengantar
Negara melalui salah satu persiapan-persiapan yang dilakukan oleh para tokoh-
yang artinya lima, dan syila yang artinya batu sendi, alas atau dasar. Oleh karena
itu, Pancasila sering diartikan sebagai lima dasar, sedangkan syila yang artinya
tingkah laku yang baik yang kemudian sering diartikan susila. 2 Dan mulai dikenal
di Indonesia sejak abad XIV pada zaman Kerajaan Majapahit. Ketika Majapahit di
bawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada yang untuk
pertama kalinya istilah Pancasila itu ditulis dalam kitab Negarakertagama karangan
Empu Prapanca dan kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Di dalam kitab
Sutasoma itu, istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang
lima” (dari bahasa Sansekerta) juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang
1
Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai.
2
Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, Cet. 2 (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h. 425.
55
56
Pertama-tama yang harus kita akui bahwa Ir. Soekarno adalah penggali dan
penemu serta penggagas dari Pancasila dan sebagai falsafahnya yang dikenal
ajaran-ajarannya secara mendalam dan universal. Tak hanya itu, pemahaman dan
ajaran Islam menjadi maju dengan cara bersinergi dengan alam pikiran modern
yang berkembang sehingga dengan kata lain, mempertemukan antara ajaran Islam
berupa ritual keagamaan dengan keilmuan modern. Kedua hal ini akan membangun
Asvi Warman Adam (2009: 7-11) mencoba menjelaskan akan perjalanan sejarah
1. Gelombang pertama adalah saat penciptaan (pada 1 Juni 1945). Pada 1 Juni
Juni 1945 tim Sembilan yang diketuai Soekarno mencantumkan tujuh buah
3
Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 425-426.
57
tokoh Islam, yang akhirnya dalam UUD 1945 yang disahkan pada tanggal
Yang Maha Esa” yang menjadi sila pertama dalam Pancasila. Urutan yang
dasar. Ketika itu Pancasila diperdebatkan apakah sebagai dasar negara atau
ideologi lain.
masyarakat. Hal ini pada awalnya ditentang oleh organisasi, namun pada
Sebenarnya, Pancasila itu berasal dari kristalisasi nilai-nilai yang sudah ada
di Indonesia sejak zaman dahulu kala yang tercermin di dalam adat istiadat, agama
dan kepercayaan serta kebudayaan. Nilai-nilai itu kemudian diambil intinya yang
Pancasila.
hal ini sesuai dengan respon Jonar dalam buku Bung Karno: Biografi Putra Sang
Fajar, “Etika Pancasila adalah filsafat moral atau filsafat kesusilaan yang
Indonesia. Etika Pancasila adalah etika yang berdasarkan atau berpedoman pada
perumusan dasar-dasar Negara, seperti yang telah disebutkan Soekarno pada salah
4
Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 426-429.
5
Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 439.
59
dengan corak masyarakat Indonesia, akan tetapi Negara yang bersifat persatuan itu
telah menjadi cita-cita pergerakan politik Indonesia pada zaman dahulu sampai
sekarang.7
beberapa hal. Salah satu di antaranya adalah dasar ideologi dari bangsa tersebut.
Jika dasarnya belum dibangun, maka bangsa itu terlihat rapuh. Oleh karena itulah,
dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan agar Dasar Negara
disampaikan dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 pada sidang BPUPKI, dengan
Perikemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5)
Selain itu, pada 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional dan juga tokoh-tokoh
membahas pidato serta usul-usul mengenai asas dasar negara yang telah
rumusan dasar dari Pancasila yang dikenal dengan nama “Piagam Jakarta” 8. Dari
6
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media
Pressindo, 2017), h. 63.
7
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media
Pressindo, 2017), h. 63.
8
Isi dari “Piagam Jakarta” yaitu: (1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya. (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Persatuan Indonesia.
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. (5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
60
sinilah dua pilar negara (Pancasila dan Piagam Jakarta) yang menyebabkan
merupakan (1) pernyataan kebersamaan atau titik temu di mana Indonesia berdiri
atas kepentingan dan ideologi yang sama dari berbagai perbedaan. (2) kesepakatan
berdasarkan agama. Oleh karena itu, setiap butir dalam Pancasila menambah
merupakan hari bersejarah, di mana nilai-nilai peradaban pada zaman dahulu kala
digali kembali. Hal itulah yang dilakukan oleh Soekarno sebagai penggali akan
yaitu pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno adalah pertama kalinya melahirkan dan
mengusulkan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang merdeka dan
9
Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 425-432.
61
“Akan hasil atau tidaknja kita mendjalankan kewadjiban jang seberat dan
semulia itu, bukanlah kita jang menetukan. Akan tetapi, kita tidak boleh putus-putus
berdaja-upaja, tidak boleh habis-habis ichtiar mendjalankan kewadjiban ikut
mempersatukan gelombang-gelombang tahadi itu! Sebab kita jakin, bahwa
persatuanlah jang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terkabulnja impian
kita: Indonesia-Merdeka. Entah bagaimana tertjapainja persatuan itu, entah pula
bagaimana rupanja persatuan itu; akan tetapi tetaplah bahwa kapal jang membawa
kita ke Indonesia-Merdeka itu, ialah Kapal-Persatuan adanja!”.14
suatu konsepsi politis, akan tetapi buah hasil perenungan jiwa yang dalam, buah
hasil penyelidikan cipta yang teratur dan seksama di atas basis pengetahuan dan
10
Philosofische grondslag (bahasa Belanda) adalah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi, keberadaannya, rumusannya, penyebutannya, fungsi, dan
kedudukannya dalam sistem kenegaraan Indonesia tetap sesuai yang diamanahkan founding fathers
sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Lihat Wawan Tunggul Alam, Demi
Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Bung Hatta (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 177.
11
Weltanschauung adalah nilai-nilai falsafah yang sudah ada sejak lama tertanam kuat
dalam kebudayaan masyarakat Nusantara sebagai sistem kebenaran dan sistem keyakinan yang
dipegang dan dianut oleh masyarakatnya yang bertebaran di seluruh bumi Nusantara. Sistem
kebenaran dan keyakinan itu telah diperjuangkan oleh masyarakat Nusantara, sehingga telah
menyemangati dn memotivasi mereka bertahun-tahun, karena itu harus segera dibulatkan di dalam
hati dan pikiran sebagai sebuah Weltanschauung atau pandangan hidup (way of life) yang utuh dan
resmi bagi Indonesia merdeka. Lihat Tim Pusat Studi Pancasila UGM dan Tim Universitas Pattimura
Ambon, Prosiding Kongres Pancasila VI: Penguat, Sinkronisasi, Harmonisasi, Integrasi
Pelembgan dn Pembudyaan Pancasil dalam Rangka Memperkokoh Kedaulatan Bangsa
(Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, 2014), h. 50.
12
Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Cet. 2 (Jakarta: Media Presindo,
2017), h. 14.
13
Ir.Soekarno, Filsafat Pancasila menurut Bung Karno, Cet 2. (Yogyakarta: Media
Presindo, 2017), h. 14-15.
14
Iwan Siswo, Panca Azimat Revolusi; Tulisan, Risalah, Pembelaan, & Pidato Sukarno
1926-1966, Jilid I (Jakarta: Gramedia, 2014), h. 4.
62
bangsa yang berarti bahwa Pancasila itu juga merupakan dasar dari pendidikan dan
C. Nilai Kebangsaan
Dasar filosofis yang pertama rumusan Pancasila pada pidatonya saat sidang
diingatkan Soekarno bukan satu kebangsaan dalam arti yang sempit, melainkan
yang ia kehendaki satu ”nationale staat”. Bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu
golongan orang yang hidup dengan ”kehendak akan bersatu” di atas daerah yang
kecil seperti Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau Bugis yang lainnya, tetapi bangsa
ditentukan oleh Allah SWT, tinggal di kesatuannya semua pulau Indonesia dari
seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sri Wijaya dan Majapahit dan yang kini
ada yang setinggi Jermania, yang katanya bangsa minulyo (mulya – red) berambut
jagung, dan bermata biru,”bangsa Aria”, yang dianggapnya tertinggi ndi atas dunia,
sedangkan bangsa-bangsa lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas
15
Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, h. 17-18.
16
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Penerjemah: Syamsu
Hadi (Yogyakarta: Yayasan Bung Karno & Media Pressindo, 2007), h. 240.
63
termulia, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia,
persaudaran dunia”. 17
bahwa, “jangan mengira, bahwa setiap negara merdeka adalah satu nationale
staat!”. Kita hanya dua kali mengalami nationale staat, yaitu di Zaman Sriwijaya
dan di jaman Majapahit. Karena itu, jika tuan-tuan terima baik, marilah kita
sama menjadi dasar atau ”nationale staat”. Memang prinsip kebangsaan ini ada
chauvisme19, sehingga berfaham ”Indonesia Uber Alles” 20. Inilah bahayanya kata
Soekarno:
“Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita
harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Kita cinta tanah air yang
satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air
kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Kita harus menuju
pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa”. 21
17
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media
Pressindo, 2017), h. 134.
18
Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 22-23.
19
Chauvisme adalah paham yang membanggakan ras atau bangsanya sendiri secara
berlebihan sehingga menganggap yang lain tidak bagus. Dan inilah yang menyebabkan
Chauvinisme bertentangan dengan sila ketiga dari Pancasila.
20
Konsep Über Alles ini mengambil kata Über Alles dari semboyan bangsa Jerman ketika
era Nazi berkuasa yang secara harfiah diartikan “di atas segalanya”. Latar belakang Jerman saat itu
adalah mereka bercita-cita untuk menyatukan dunia dibawah satu panji kepemimipinan yaitu bangsa
Jerman. Selanjutnya Über Alles mengakibatkan sikap chauvinisme bagi sebagian bangsa Jerman
yang mencoba memahami definisinya namun tidak menggunakan nalar logisnya.
21
Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 23-24.
64
meliputi berbagai macam agama namun tetap bersatu yang paling utama dalam
falsafah hidup berbangsa yaitu dengan meyakini Ketuhanan yang Maha Esa sebagai
berdasarkan pada kebangsaan, karena “orang dan tempat itu tidak dapat
dipisahkan!. Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah
kakinya”. 22
Soekarno pun menanggapi masalah ini bahwa inti sosial di Indonesia itu
Soekarno bicara tentang seluruh dunia bahwa masyarakat yang adil dan makmur
D. Nilai Kemanusiaan
Dasar atau Prinsip filosofis yang nomor dua yang diusulkan oleh Soekarno
kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada
22
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 240.
23
Soekarno, Membangun Dunia Baru: To Build the World Anew (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2000), h. 60-61.
24
Kosmopolitisme merupakan sebuah paham yang menyatakan bahwa semua suku bangsa
manusia merupakan satu komunitas tunggal yang memiliki moralitas yang sama.
25
Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 25-29
65
Internasionalisme yang sejati adalah pernyataan dari nasionalisme yang sejati, yaitu
setiap bangsa menghargai dan menjaga hak-hak semua bangsa, baik yang besar
maupun yang kecil, yang lama maupun yang baru. Internasionalisme yang sejati
adalah tanda, bahwa suatu bangsa telah menjadi dewasa dan bertanggung jawab,
Dalam hal ini, Internasionalisme tidak dapat tumbuh kalau tidak berakar di
dalam buminya nasionalisme. Dan Nasionalisme tidak dapat tumbuh kalau tidak
hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi dua hal ini memiliki hubungan
Berikut Dasar atau Prinsip filosofis ketiga ialah dasar mufakat, dasar
26
Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 62-63.
27
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 135.
28
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 140-141.
66
berkata:
“Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia
ialah permusyawaratan, perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjoangan
sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di
dalam badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah
Candradimuka, kalau tidak ada perjoangan faham di dalamnya.”29
“Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat,
melainkan demokrasi merupakan keadaan asli dari manusia, meskipun diubah
untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial yang khusus.”30
mufakat. Ini adalah perundingan demokratis model Asia. Sebagai seorang yang
berkata, “Kita tidak akan menjadi negara untuk satu golongan” tetapi ”Semua buat
semua, satu buat semua, semua untuk satu”, jadi Soekarno menjelaskan bahwa
diterima dan menghasilkan suatu hasil yang dapat digunakan oleh orang banyak.31
Soekarno, yaitu:
29
Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I (Jakarta: Panitya, 1964), h. 25.
30
Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 63.
31
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 241.
67
kesejahteraan sosial yang sangat diperlukan bagi berbangsa sehingga ini layak
G. Nilai Ketuhanan
Dasar atau prinsip filosofis kelima adalah ketuhanan yang maha Esa,
32
Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media
Pressindo, 2017), h. 138.
33
Dr. Sun Yat Sen, San Min Chu I, Penerjemah Frank W. Price (Shanghai: The Commercial
Press Limited, 1928).
34
Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I, h. 27-28.
68
Kesejahteraan sosial. Dan prinsip yang kelima ini hendaknya menyusun Indonesia
Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip ketuhanan,
bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya ber-Tuhan Tuhannya sendiri. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan
secara kebudayaan, yakni dengan tiada ”egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara
Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama,
dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-
menghormati satu dengan lain. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita
susun ini sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari pada negara
kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur,
Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raja,
jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berazaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa.35
Soekarno menegaskan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam
agama, namun tetap bersatu, kami menempat Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
yang paling utama dalam falsafah hidup kita. Kepercayaan kepada Tuhan Yang
Dari sinilah kita belajar dari Soekarno bagaimana membangun impian lewat
ide-ide besar yang dipikirkannya untuk bangsa Indonesia. Konstribusi dari kelima
falsafah di atas sejatinya harus terus dijaga dan diinternalisasikan untuk kemajuan
dengan memasukkan ideologi-ideologi yang lain yang lahir dari sentimen sebuah
sehingga bangsa Indonesia bersatu yang telah diwarisi oleh para tokoh-tokoh
pejuang serta para ulama yang telah mempertahankan NKRI melalui ideologi dan
dasar Pancasila.
kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup
dalam damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan
cita-cita umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena
fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau,
sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan diri terhadap masa depan. 37
luas karena menurutnya Islam di Dunia dan Nusantara merupakan satu paket
memiliki cara berfikir yang menyimpang, radikal, dan intoleran, adalah sebuah
kemunduran total, yang secara yuridis formal akan membawa kembali negara
Indonesia sebelum merdeka. Soekarno pun menegaskan bahwa tiga perempat dari
permukaan bumi ini, telah dijelajahi, bahkan telah diziarahi oleh berbagai negara
merasa bangga bahwa dasar negara Pancasila itu adalah satu dasar negara yang
dikagumi oleh hampir semua bangsa yang telah dikunjungi, terutama sekali oleh
umat Islam. 38
37
Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 65-94.
38
Soekarno, Bung Karno dan Islam: Kumpulan Pidato tentang Islam 1953-1966 (Jakarta :
Penerbit cv. Haji Masagung, 1990), h. 57.
39
Dwi Siswoyo, “Pandangan Bung Karno Tentang Pancasila dan Pendidikan”, Cakrawala
Pendidikan XXXII, no. 1 (Februari, 2013), h. 109.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPKI— itu fleksibel bagi bangsa dan negara Indonesia. Artinya setiap isi dalam
butir Pancasila sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia dari berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara baik segi adat istiadat, agama dan kepercayaan,
sosial, serta kebudayaan. Selain itu, Pancasila juga memiliki nilai-nilai moral yang
luhur. Jelasnya setiap butir dalam Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan
Indonesia.
karakteristik bangsa dan negara dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut:
golongan orang yang hidup dengan “kehendak akan bersatu” di atas daerah
yang kecil seperti Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau Bugis yang lainnya,
70
71
semua bangsa, baik yang besar maupun yang kecil, yang lama maupun yang
baru.
Indonesia Merdeka.
B. Saran-Saran
beberapa saran yang peneliti akan disampaikan yang bersangkutan dengan skripsi,
yaitu:
2. Saran untuk masyarakat, supaya lebih cermat dan cerdas antara berita fakta
dan fiktif agar terhindar dari sifat subyektif dan kesalahpahaman terhadap
Adams, Cindy. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. terj Abdul
Barsalim. Cet. 1. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1966.
Alam, Wawan Tunggul. Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Bung Hatta.
Jakarta: Gramedia, 2003.
Bahar, Saafroedin dan Nannie Hudawati (Editor). Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI); 28 Mei 1945-22 Agustus 1945.
Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia, 1998.
Gesmi, Irwan. Yun Hendri. Pendidikan Pancasila. Cet. 1. T.t.: Uwais Inspirasi
Indoneasi, 2018.
73
74
Legge, Jhon D. Sukarno Sebuah Biografi Politik. Terj tim PSH. Et. 3. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Muhshi, Adam. Teologi Konstitusi: Hukum Hak Asasi Manusia atas Kebebasan
Beragama. Cet. 1. Yogyakarta: Pelangi Askara, 2015.
Pasha, Mustafa Kemal. dkk. Pancasila dalam Tinjauan Historis. Yuridis. dan
Filosofis. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.
Ronto. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Cet. 1. Jakarta: Balai
Pustaka, 2012.
Siswo, Iwan. Panca Azimat Revolusi; Tulisan. Risalah. Pembelaan. & Pidato
Sukarno 1926-1966. Jilid I. Jakarta: Gramedia, 2014.
Situmorang, Jonar T.H. Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar. Cet. 2.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Sen, Sun Yat. San Min Chu I. Penerjemah Frank W. Price. Shanghai: The
Commercial Press Limited, 1928.
Sularto, St. dan D. Rini Yunarti. Konflik Di Balik Proklamasi; BPUPKI. PPKI dan
Kemerdekaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.
Team Pusat Studi UGM. Prosiding FGD Pakar: Kajian Ilmiah Masalah Perbedaan
Pendapat 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta: PSP
UGM, 2013.
76
Tim Pusat Studi Pancasila UGM dan Tim Universitas Pattimura Ambon. Prosiding
Kongres Pancasila VI: Penguat. Sinkronisasi. Harmonisasi. Integrasi
Pelembgan dn Pembudyaan Pancasil dalam Rangka Memperkokoh
Kedaulatan Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, 2014