Anda di halaman 1dari 41

LAFAZ “YÂ BUNAYYA” DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-MUNÎR

KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILÎ

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:
Siti Unsiatun Na’imah
NIM. 15210704

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU ALQUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2019 M
LAFAZ “YÂ BUNAYYA” DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-MUNÎR
KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILÎ

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:
Siti Unsiatun Na’imah
NIM. 15210704

Pembimbing:
Mutmainah, S.Th.I, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU ALQUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2019 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skirpsi dengan judul “Lafaz “Yâ Bunayya” dalam Prespektif Tafsir al-Munîr
Karya Wahbah az-Zuhailî” yang disusun oleh Siti Unsiatun Na‟imah dengan
Nomor Induk Mahasiswa 15210704 telah diperiksa melalui proses
bimbingan dengan baik dan dinilai telah memenuhi syarat ilmiah untuk
diajukan di sidang munaqasyah.

Jakarta, 16 Agustus 2019


Pembimbing

Mutmainnah, S.Th.I, MA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Lafaz “Yâ Bunayya” dalam Prespektif Tafsir al-
Munîr Karya Wahbah az-Zuhailî” oleh Siti Unsiatun Na‟imah dengan NIM
16210704 telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 17 Agustus
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 17 Agustus 2019
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta

Dr. H. M. Ulinnuha, MA

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Hj. Romlah Widayati, M. Ag Mamlu’atun Nafisah, S.Th.I, MA


Penguji I, Penguji II,

Istiqomah, S. Th.I, MA Ali Mursyid, M.Ag


Pembimbing

Mutmainah, S.Th.I, MA

ii
PERNYATAAN PENULIS

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Unsiatun Na‟imah

NIM : 15210704

Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 01 Februari 1997

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Lafaz “Yâ Bunayya”


dalam Prespektif Tafsir al-Munîr Karya Wahbah az-Zuhailî” adalah benar-
benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.
Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya.

Jakarta, 16 Agustus 2019

Siti Unsiatun Na’imah


NIM 15210704

iii
MOTTO:

Hidup ini hanya sekali, maka gunakanlah dengan yang berarti

iv
KATA PENGANTAR

ِ ‫ٱلرِح‬
‫يم‬ َّ ‫بِسِۡم ٱللَّ ِو‬
َّ ‫ٱلرحۡ ََٰم ِن‬

Segala puji hanya milik Allah swt., dzat yang maha pengasih dan tiada
pilih kasih serta maha penyayang yang kasih sayangnya tiada terbilang. Dzat
yang telah menurunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk dan penerang jalan
hidup umat manusia serta yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Lafaz “Yâ
Bunayya” dalam Prespektif Tafsir al-Munîr Karya Wahbah al-Zuhailî”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas akhir dalam rangka
memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana Agama di Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan
dan masukkan maupun kritik dan saran dari berbagai pihak dalam
menyelesaikan penulisan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan
yang telah diberikan oleh ibu Muthmainnah S. Th MA selaku dosen
pembimbing skripsi yang selama ini sangat sabar dalam membimbing,
mengarahkan dan selalu memberikan semangat dan do‟a. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tiada hentinya kepada beliau
sehingga skripsi ini dapat tersusun dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah. T. Yanggo, MA., selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Wakil Rektor I Dr. H.
Nadjematul Faizah, SH., M.Hum.,Wakil Rektor II Dr. H. M.
Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA., serta Wakil Rektor III
Dr. Hj. Romlah Widayati, MA., yang telah memberikan

v
kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di perguruan
tinggi ini.
2. Dr. H. M. Ulinnuha, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
Pendidikan pada program Strata 1 di Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta.
3. Bapak Haris Hakam, S.H, MA., selaku Kaprodi Fakultas
Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta Ibu
Mamluatun Nafisah M.Ag., selaku Sekretaris Kaprodi yang
telah membimbing penulis selama menimba ilmu di kampus
ini.
4. Dosen Pembimbing Ibu Mutmainah, S.Th.I, MA, yang telah
banyak memberikan arahan-arahan, petunjuk, serta motivasi
kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan pada
watunya dengan sebaik-baiknya dan senantiasa berkenan
meluangkan waktunya ditengah aktivitasnya yang padat.
5. Instruktur Tahfidz Ibu Hj. Istiqomah, MA., yang penuh
kesabaran dalam membimbing penulis ketika menghafal Al-
Qur‟an walaupun dengan segala kekurangan penulis serta
bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukan.
6. Segenap Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang
sudah membimbing penulis dengan keikhlasan dan
mengamalkan ilmunya kepada kami.
7. Bapak KH. Ahmad Fathoni, Lc. MA., Ibu Hj. Muthmainnah,
M.Ag, serta seluruh Instruktur Tahfidz yang telah sabar dalam
membimbing dan membantu penulis untuk menyelesaikan
hafalan Al-Qur‟an.

vi
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta yang
telah membagikan ilmunya sehingga penulis mendapatkan dan
memahami ilmu yang belum pernah didapatkan sebelumya
khususnya tentang ilmu-ilmu Al-Qur‟an.

9. Seluruh Staf Fakultas yang telah membantu mahasiswa


khususnya Ibu Kokoy dan Ibu Suci terimakasih atas segala bentuk
perhatian yang diberikan kepada kami.
10. Staf Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama‟ dan
Pusat Studi Al-Qur‟an (PSQ) yang telah membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi dalam memenuhi referensi dan
bahan- bahan penelitian lainnya.
11. Terima kasih kepada kedua Orang tua saya tercinta bapak Ues
Nawawi dan ibu Rohmaniah serta kakak-kakakku Rof‟at
Hasan, Usriatun Nafi‟ah dan adikku Robhah Hasan dengan
kasih sayang dan dukungan yang tiada henti dalam memberikan
do‟a dan motivasi yang telah diberikan selama ini.
12. Terima kasih kepada Jordan bin Amrullah yang bersedia
meluangkan waktunya dalam memberi masukkan dan arahan
dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Terima kasih kepada sahabat kecilku Mutia Fani Farhani, yang
senantiasa bersedia menemani makan dan tidur dan tak lupa
selalu mengingatkan dalam beribadah juga belajar.
14. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku sesunda Sita Sulastri,
Resti Nurfauziah, Ulfah Qoharyani, Siti Nur Zahidatul
Mardiah, Nida Raudhatul Hikmah atas waktu dan keluh kesah
nya. Semoga kita bisa mewujudkan semua impian kita dan tetap
bisa berjumpa lagi dilain waktu. amiin.

vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan. Akhir kata dengan
segala ketulusan dan kerendahan diri, penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kelemahan dalam skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2019
Penulis

Siti Unsiatun Na‟imah


NIM: 15210704

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Translietarsi merupakan penyalinan dengan penggantian huruf dari


abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi ini transliterasi
arab-latin, mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan Tunggal

Arab Latin Arab Latin

‫ا‬ A ‫ض‬ Dh

‫ب‬ B ‫ط‬ Th

‫ث‬ T ‫ظ‬ Zh

‫ث‬ Ts ‫ع‬ „a

‫ج‬ J ‫غ‬ Gh

‫ح‬ ẖ ‫ف‬ F

‫خ‬ Kh ‫ق‬ Q

‫د‬ D ‫ك‬ K

‫ذ‬ Dz ‫ل‬ L

‫ر‬ R ‫م‬ M

‫ز‬ Z ‫ن‬ N

‫س‬ S ‫و‬ W

ix
‫ش‬ Sy ‫ه‬ H

‫ص‬ Sh ‫ي‬ Y

2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah :a ‫ا‬: a ‫ي‬...: ai

Kasrah :i ‫ي‬: i ‫و‬...: au

Dhammah :u ‫و‬: u

3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫)ال‬ al-qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.
Contoh: ‫انبقرة‬ al-Baqarah ‫انمدينت‬ al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬as-syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya.
Contoh: ‫انرجم‬ ar-Rajul ‫ انشمس‬asy-Syams
4. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ّ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini berlaku
secara umum, baik tasydid yang berada di tengahkata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyah.
Contoh: ‫ امنا باهلل‬Âmanna billâhi ‫–امه انسفهاء‬Âmana as-Sufahâ`u
x
5. Ta‟ Marbuthah (‫)ة‬
Apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na`at), maka
huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh: ‫االئفددة‬ al-Af`idah
Sedangkan ta` Marbûthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan (di-washal)
dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”.
Contoh: ‫–االيت انكبرى‬al-Âyat al-Kubrâ
6. Hamzah
Hamzah ditrasliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal
kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam bahasa Arab berupa alif.
Contoh: ‫–شيء‬Syai`un ‫امرث‬ Umirtu
7. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan
yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
untuk nama diri dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital
adalah awal nama diri, bukan kata sandang. Contoh: `Ali Hasan al-Âridh,
al-Asqallânî, al-Farmawî, dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata
Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya.

xi
DAFTAR ISI

LAFAZ “YÂ BUNAYYA” DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-MUNÎR


KARYA WAHBAH AL-ZUHAILÎ

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ii

PERNYATAAN PENULIS ........................................................................iii

KATA PENGANTAR ................................................................................vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................ix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................1


B. Identifikasi Masalah ........................................................................6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................7
E. Manfaat penelitian ..........................................................................8
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................8
G. Metodelogi Penelitian .....................................................................14
H. Teknik dan Sistematika Penulisan ..................................................16

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG LAFAZ YÂ BUNAYYA

A. Arti Lafaz Yâ Bunayya ....................................................................18


B. Kosa Kata Yâ Bunayya dalam Al-Qur`an ......................................21

xii
C. Kedudukan Anak ............................................................................24
D. Fungsi Panggilan Anak ....................................................................29
E. Peran Ayah dalam Keluarga ...........................................................32
F. Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak ..................................36
G. Urgensi Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak ............................... 46

BAB III: PROFIL WAHBAH AL-ZUHAILÎ DAN KITAB


TAFSIRNYA

A. Biografi Wahbab al-Zuḥailī


1. Riwayat Hidup ........................................................................51
2. Guru dan Murid ......................................................................52
3. Karya-Karya ...........................................................................53
B. Profil Kitab Tafsir al-Munîr
1. Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsir al-Munîr ...................55
2. Metode Penafsiran ..................................................................56
3. Sumber Penafsiran ..................................................................58
4. Referensi Penafsiran ............................................................... 59
5. Corak Penafsiran ....................................................................61
6. Pendapat Ulama Tentang Tafsir al-Munîr............................... 62

BAB IV: PENAFSIRAN WAHBAH AL-ZUHAILÎ MENGENAI


LAFAZ ”YÂ BUNAYYA” DALAM AL-QUR`AN

A. Penafsiran Wahbab al-Zuhailî terhadap Lafaz Yâ Bunayya


1. QS. Lȗqman Surat ke-31 Ayat 13-17 ....................................65
2. QS. Ash-Shâffât Surat ke-37 Ayat 102 ..................................69
3. QS. QS. Yȗsuf Surat ke-12 Ayat 4-6 .....................................72
4. QS. Hȗd Surat ke-11 Ayat 42 ................................................77

xiii
B. Analisis Penafsiran Wahbab al-Zuhailî terhadap Lafaz Yâ Bunayya
..........................................................................................................79
C. Relevansi Penafsiran Wahbab az-Zuhailî Tentang Pendidikan Ayah
terhadap Anak .................................................................................89

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................95
B. Saran ............................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

xiv
ABSTRAK

Siti Unsiatun Na‟imah, (15210704). Lafaz “Yâ Bunayya” dalam Prespektif


Tafsir al-Munîr Karya Wahbah Al-Zuhailî. Skripsi: Jurusan Ilmu Al-
Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta 2019.
Skripsi mengkaji dan meneliti bagaimana Wahbah al-Zuhailî
Menafsirkan lafaz “yâ bunayya” dalam Al-Qur`an. Dalam hal ini lafaz “yâ
bunayya” Al-Qur`an memiliki pesan yang tersirat yaitu tentang seorang ayah
memberikan terhadap anaknya. Seorang ayah sejatinya adalah pemimpin
bagi keluarga, ia bertanggung jawab penuh akan segala persoalan yang ada
di dalam keluarga, namun dewasa ini banyak ayah yang hanya memfokuskan
kewajibanya untuk persoalan perekonomian saja tanpa melihat persoalan
pendidikan anak. Suatu kenyataan yang berbanding terbalik dengan apa yang
diajarkan dalam Al-Qur`an, dimana persoalan Pendidikan anak adalah salah
satu tanggung jawab seorang ayah. Skripsi ini memfokuskan kajiannya
mengenai bagaimana penafsiran Wahbah al-Zuhailî dalam tafsir al-Munîr
mengenai peran ayah didalam memberikan pendidikan terhadap anak dan
metode apa saja yang diperlukan bagi seorang ayah dalam mendidik anak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) dengan
menggunakan data primer tafsir al-Munîr karya Wahbah al-Zuhailî.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan maudhu‟i atau
tematik. Adapun langkah pokok analisis data dalam penelitian ini diawali
dengan inventarisasi teks berupa ayat, mengkaji teks, melihat historis ayat
dan melihat hadits. Selanjutnya diinterpretasikan secara objektif dan
dituangkan secara deskriptif kemudian ditarik beberapa kesimpulan secara
deduktif.
Hasil penelitian ini Lafaz “yâ bunayya” adalah satuan kata dari
munada yang didahulukan dengan huruf nida‟ . munada kata tersebut

xv
yaitu bunayya dan yâ sebagai huruf nida‟. Dalam hal ini bunayya adalah
bentuk tasghîr dari kata ibnî, bentuk kata ini digunakan untuk
mengambarkan kasih sayang, dan biasanya kasih sayang dicurahkan
kepada anak. kata ibn yang seakar kata dengan banâ (membangun)
meniscayakan bagi orang tua untuk membangun karakter anak. Lafaz “yâ
bunayya” terdapat 6 tempat dalam 4 surat yaitu: Luqmân [31] ayat13-17,
As-Shâffât [37] ayat 102, Yȗsuf [12] ayat 4-6, Hȗd [11] ayat 42. Lafaz
“yâ bunayya” adalah satuan kata dari munada yang didahulukan dengan
huruf nida‟ . munada kata tersebut yaitu bunayya dan yâ sebagai huruf
nida‟. Dalam hal ini bunayya adalah bentuk tasghîr dari kata ibnî, bentuk
kata ini digunakan untuk mengambarkan kasih sayang, dan biasanya kasih
sayang dicurahkan kepada anak. kata ibn yang seakar kata dengan banâ
(membangun) meniscayakan bagi orang tua untuk membangun karakter
anak. Lafaz “yâ bunayya” terdapat 6 tempat dalam 4 surat yaitu: Luqmân
[31] ayat13-17, As-Shâffât [37] ayat 102, Yȗsuf [12] ayat 4-6, Hȗd [11]
ayat 42. Menurut Wahbah az-Zuhailî lafaz yâ bunayya dapat diartikan:
pertama, panggilan yang menunjukkan kasih sayang terhadap anak,
terdapat pada QS. Luqmân pad [31] ayat 13-17 mengandung nasihat
dalam menanamkan nilai akidah terhadap anak. Kedua, panggilan kepada
seorang anak yang telah memiliki usia produktif, hal ini ada yang
mengakatan ketika usia 7 tahun dan ada yang mengatakan usia 13 tahun,
hal ini terdapat dalam kisah Nabi Isma‟îl As-Shâffât [37] ayat 102.
Ketiga, panggilan kepada seorang anak yang memiliki akhlak mulia dan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan ayahnya, sebagaimana dalam
QS. Yȗsuf [12] ayat 4-6. Keempat, panggilan kepada seorang anak atas
kecintaan ayahnya, meskipun dalam hal ini anak tersebut durhaka
terhadap ayahnya, sebagaimana dalam QS. Hȗd [11] ayat 42.

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga Islam terbentuk dalam keterpaduan antara ketentraman,
penuh rasa cinta dan kasih sayang. Ia mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, baik di tengah masyarakat Islam maupun masyarakat non-
Islam. Keluarga merupakan tempat pertama untuk pertumbuhan anak,
dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa
yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun
pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah).1
Dalam hal ini seorang ibu dan ayah harus memiliki sikap jujur dan
bertanggung jawab kepada keluarga dalam mengasihi dan mengayomi
anak-anaknya. Dalam literatur Al-Qur`an, keluarga diistilahkan dengan al-
ahlu yang berarti keluarga, kerabat.2 Sebagaimana firman Allah dalam
surah Thâhâ[20]: 132 sebagai berikut:

             

 
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki
kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu.dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thâhâ [20]: 132)

Pendidikan anak oleh sang ayah merupakan salah satu kajian yang
mendapatkan perhatian lebih dalam Al-Qur`an. Hal ini bisa dicermati
dengan adanya beberapa percakapan bisa berupa ajakan atau dengan

1
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ayah Ideal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h. 5
2
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Tanggung Jawab Sosial, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2011), Cet. ke-1, h. 66

1
2

nasihat seorang ayah kepada anaknya. Bagaimana dengan peran


ibu?Apakah tidak dibahas dalam Al-Qur`an? Detailnya penulis belum
mengetahuinya, tetapi ada dua hal yang akan disampaikan; Pertama, dari
bagian sapaan “yâ bunayya” kebanyakan dilontarkan oleh sang ayah. Bisa
jadi hal ini merupakan kritikan Al-Qur`an untuk para ayah yang dewasa
ini dianggap lalai terhadap anak-anaknya. Kedua, kebanyakan seorang ibu
mempunyai naluri yang sangat kuat terhadap anaknya. Oleh karenanya Al-
Qur`an tidak perlu membahas hal tersebut.3
Sosok ayah adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam
membangun keluarga yang berkualitas dan menjadikan anak-anaknya
menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta‟âla.
Namun, melihat dari sudut pandang pada masa sekarang, peran ayah
sangat sedikit bahkan tidak ada dalam memberikan pendidikan terhadap
anaknya. Peran yangseharusnya menjadi tanggung jawab penuh seorang
ayah telah tergantikan oleh sang ibu. Sehingga ayah yang seharusnya
dapat menjadi tauladan bagi anaknya tidak dapat dicontoh anak, karena
ketidak ikut sertaannya di dalam proses pendidikan anak.4
Ungkapan Yâ Bunayya (‫ن‬
‫ )يَابُ َي‬merupakan panggilan seorang ayah
kepada anaknya. Dalam hal ini merupakan bentuk tashghîr atau perkecilan
ِ ). Secara lafaz panggilan ini untuk anak laki-laki, tapi tidak
dari ibni (‫ابن‬

jarang juga bersifat umum, artinya bisa juga dipakai untuk anak
perempuan. Tujuan dari pentashghîran ini adalah menggambarkan kasih
sayang, bisa juga menjadi suatu yang menggambarkan kemesraan. 5 Bisa

3
Abdullah Nashih „Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jawa Tengah: Penerbit Insan
Kamil Solo, 2018), Cet. ke-10, h. 7
4
Abdullah Nashih „Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam,Cet. ke-10, h. 116
5
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbâh, (Jakarta:Lentera Hati, 2002) vol. 5, h. 634 lihat
juga vol. 6, h. 16
3

jadi juga term yâ bunayya ini dipakai karena menyesuaikan kondisi psikis
anak waktu itu. lafaz yâ bunayya adalah panggilan dari seorang ayah untuk
seorang anak, yang di dalam Al-Qur`an dijelaskan bahwa posisi ayah
berkedudukan tunggal dan posisi anak pun tunggal. Hal ini memberikan
arti bahwasanya titik fokus pembicaraan tersebut terpaku pada satu objek
atau satu lawan bicara, dan ini memberikan efek yang berbeda
dibandingkan dengan pembicaraan kepada berbagai objek. Ayat-ayat yang
akan dibahas terkait lafaz yâ bunayya akan menjelaskan seberapa dekat
antara seorang ayah dengan anaknya, dan bagaimana pengaruh dari pada
dialog atau panggilan tersebut.
Pada bagian ini ditemukan berada pada empat surat makkiyyah, salah
satunya yakni QS. Luqmân[31] ayat 15-16:

             

             

            

               

 

“(Luqmân berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu


perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS. Luqman
[31]: 15-16)
4

Wahbah az-Zuhailî menjelaskan bahwa seorang dari Quraisy datang


kepada Rasulullah yang meminta agar dijelaskan kepadanya berkaitan
dengan kisah Luqmân al-Hakîm dan anaknya. Rasulullah pun
membacakan surah Luqmân. Sedangkan pokok-pokok ajaran yang
terkandung dalam surah tersebut terkait keimanan, kemudian kisah
Luqmân merupakan potret orang tua dalam mendidik anaknya dengan
ajaran keimanan. Dengan pendidikan persuasif, Luqmân dianggap sebagai
profil pendidik bijaksana, sehingga Allah mengabadikannya dalam Al-
Qur`an dengan tujuan menjadi ibrah atau pelajaran bagi para pembacanya.
Kemudian Allah menjelaskan tipe manusia pembangkang terhadap
perintah-Nya, hingga pada akhirnya mereka tidak mau mendengarkan Al-
Qur`an.6
Hal ini jelas merupakan ajaran atau pengingat yang terbentuk
pendidikan seorang ayah kepada anaknya. Ayat ini diturunkan di Makkah,
biasanya berisikan tentang suatu ketauhidan, kepercayaan atas suatu
keniscayaan hari akhir, serta pelaksanaan prinsip-prinsip agama.7
Dewasa ini, materi yang menyesatkan bersama arus-arus utama yang
desdruktif mengancam aspek-aspek spiritualitas, teladan dan nilai-nilai
yang telah menjadi pegangan masyarakat, bahkan nilai-nilai materialistis
saat ini telah sampai ke dalam bangunan keluarga. Hal itu telah
memperlemah hubungan antar anggota keluarga yang semula memiliki
hubungan erat. Hal ini menjadikan kebanyakan orang tua tidak lagi dapat
melihat anaknya kecuali di kala mereka tidur. Bahkan terkadang mereka

6
Nurwadjah Ahmad, Roni Nugraha, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung, Penerbit
Marja, 2018), Cet. ke-4, h. 155
7
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 10, hal. 274
5

sama sekali tidak dapat memandang anak-anak mereka untuk beberapa


hari, bahkan berminggu-minggu.8
Jika demikian kondisinya, maka satu pertanyaan yang perlu diajukan
adalah dimana peran ayah dalam keluarga?. Jika demikian, maka fungsi
ayah hanyalah sebatas memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak-
anaknya, obat-obatan beserta pemenuh biaya pendidikan dan sebagainya
untuk anak-anak.9
Dalam sebuah riset di dunia barat, Urie Bronfenbrenner menuliskan
hasilnya dalam sebuah artikel yang berjudul The Origin of Alienation,
dikatakan bahwa rata-rata seorang ayah dalam pengakuannya bertatap
muka dengan anaknya dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah
seorang balita yang masih setahun hanya 15-20 menit saja dalam sehari.
Dengan durasi interaksi tercatat hanya 15 hingga 20 detik saja. Bayangkan
saja jika hal ini terjadi di Indonesia.10
Struktur pendidikan dalam tema ini, yakni antara seorang ayah dan
anak, dengan objek materi tentang ketauhidan, prinsip-prinsip agama yang
harus dilaksanakan dan sikap antara keduanya.Peran ayah di sini sangatlah
penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Dalam sebuah penelitian
disebutkan bahwa absennya seorang ayah akan berdampak pada psikologis
anak di masa dewasanya nanti. Seperti kemurungan, ketakutan yang tidak
teratasi, gampang depresi, kegagalan dalam segala hal.11 Tentu hal ini
tidak ingin terjadi pada anak-anak kita nanti.
Oleh karena itu, sangat penting sekali peran ayah dengan objek materi
diatas. Hal ini menjadi pertanyaan ketika ayat dalam Al-Qur`an yang lebih

8
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ayah Ideal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h. 95
9
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ayah Ideal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h. 96
10
Heman Elia, Peran Ayah dalam Mendidik Anak, Jurnal Veritas; Jurnal Teknologi dan
Pelayanan 1/1, edisi April 2000, h. 106
11
Heman Elia, Peran Ayah dalam Mendidik Anak,h. 110
6

banyak mengkisahkan dan menjelaskan pendidikan ayah kepada anaknya


dan juga dapat menjelaskan lebih rinci tentang lafaz yâ bunayya dalam Al-
Qur`an ditunjukkan kepada siapa saja dan dalam kondisi apa saja.

Dalam hal ini penulis akan memaparkan lafaz “Yâ Bunayya” dengan
menggunakan tafsir al-Munîr karya Wahbah al-Zuhailî dengan alasan
bahwasanya tafsir tersebut merupakan karya monumental yang
menguraikan berbagai aspek, yaitu aqidah, akhlak, metode dan cara
bertingkah laku dan faedah yang bisa dipetik dari ayat-ayat Al-Qur`an,
baik dalam bentuk indikasi atau isyarat, baik itu menyangkut bangunan
sosial setiap masyarakat yang maju atau menyangkut kehidupan pribadi
setiap muslim. Melihat dari penafsiran beliau yang meliputi berbagai
aspek, penulis rasa hal ini sangat berkaitan dengan pembahasan mengenai
lafaz “Yâ Bunayya”, dalam hal ini berkaitan erat dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan.
Untuk itu, penulis beranggapan bahwa tafsir tersebut akan sejalan
dengan tema yang akan dibawakan yaitu mengenai lafaz “Yâ Bunayya”,
berikut dengan dilengkapi bagaimana peran ayah terhadap pendidikan
anaknya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Lafaz “Yâ Bunayya” dalam
Prespektif Tafsir Al-Munîr Karya Wahbah az-Zuhailî (Studi Analisis
Tafsiral-Munîr karya Wahbah al-Zuhailî)”
7

B. Identifikasi Masalah

Melihat pemaparan di atas, munculah beberapa masalah yang perlu


dibahas. Di antara bahasan-bahasan yang dapat diidentifikasi oleh penulis
adalah:

1. Perbedaan lafaz yâ bunayya dan yâ baniyya dalam Al-Qur`an.


2. Fungsi panggilan ayah terhadap anak
3. Penggunaan Al-Qur`an terhadap lafaz yâ bunayya
4. Interaksi antara ayah dan anak dalam prespektif ayat-ayat Al-
Qur`an.
5. Dampak globalisasi pendidikan ayah terhadap anak.
6. Faktor utama penyebab berkurangnya pendidikan ayah terhadap
anak.
7. Penafsiran Wahbah az-Zuhailî dalam tafsir al-Munîr terhadap
lafaz yâ bunayya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Untuk menghindari penulisan masalah yang melebar kepada materi-
materi yang tidak berkaitan dengan judul skripsi, maka pembatasan dan
perumusan masalah perlu penulis sampaikan. Dalam melakukan penelitian
ini, penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut: lafaz yâ bunayya
dalam Al-Qur‟an menurut Wahbah az-Zuhailî dalam tafsir al-Munîr.
Sebagaimana uraian di atas, penulis akan menyusun suatu rumusan
pokok masalah agar pembahasan dalam skripsi ini menjadi lebih jelas dan
terarah. Pokok masalahnya adalah bagaimana penafsiran Wahbah az-
Zuhailî dalam kitab Tafsir al-Munîr terhadap lafazyâ bunayya dalam Al-
Qur`an?
8

D. Tujuan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian atau kajian, tentunya penulis memiliki
tujuan untuk mendasari penulisan tersebut. Dengan demikian,
berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui penafsiran Wahbah az-Zuhailî dalam kitab Tafsir al-
Munîr terhadap lafaz yâ bunayya dalam Al-Qur`an.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk
memperkaya khazanah keilmuan dalam studi Al-Qur`an terutama
yang berkaitan dengan studi tafsir tematik.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapakan bisa menjadi contoh untuk
peneliti selanjutnya dan dikembangkan kepada topik yang
lainnya.
b. Penelitian menerangkan bagaimana pendidikan seorang
ayah kepada anaknya pada zaman sekarang disamping
pendidikan seorang ibu.

F. Tinjauan Pustaka
Menurut pengamatan penulis, penelitian pendidikan seorang ayah
kepada anaknya menjadi obyek kajian bukanlah sesuatu yang baru dalam
dunia akademik. Mengingat pendidikan itu merupakan hal yang sangat
penting bagi seorang anak, terutama pendidikan yang diajarkan langsung
oleh orang tuanya. Belum lagi ayat-ayat tentang pendidikan seorang anak
ini menjadi pertanyaan yang cukup besar untuk dikaji, karena pada
9

lumrahnya bahwa pendidikan seorang anak itu oleh ibunya. Namun, karya
yang memfokuskan tentang ayat-ayat pendidikan seorang ayah dalam Al-
Qur`an belum banyak dilahirkan. Di antara karya-karya tulis terkait
dengan penelitian penulis adalah:
1. Tesis yang disusun oleh Ilham Senjari dengan judul “Tanggung
Jawab Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Dalam Perspektif
Hadist”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar Master Pendidikan Islam pada Fakultas
TarbiyahInstitut Agama Islam Negeri Surakarta pada tahun 2017.
Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana pendidikan orang tua
terhadap anaknya dilihat berdasarkan surat Luqmân. Dalam hal ini
penulis menjelaskan apa saja yang menjadi tanggung jawab kedua
orang tua dalam mendidik anaknya.
2. Skripsi Saudara Muhammad yang berjudul “Materi Ajar Untuk
Anak Dalam Keluarga Menurut Al-Qur‟an (Kajian Tafsir Tahlili
QS. Luqmân ayat 12-19)” Menerangkan bahwa materi ajar yang
terkandung dalam Al-Qur`an Surah Luqmân ayat 12-19 terdiri
dari materi keagamaan, sosial, humaniora dan kealaman. Materi
keagamaan terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek aqidah, syariat dan
akhlaq. Aspek aqidah adalah ajaran tentang tauhid; aspek syariat
adalah tentang mendirikan shalat dan amar ma‟ruf nahi munkar;
dan aspek akhlaq terdiri dari: syukur, sabar, berbakti kepada
kedua orang tua, dan sikap tawadu‟. Sedang materi sosial dan
humaniora yakni sejarah. Dan materi kealaman terdiri dari ilmu
geografi, biologi, astronomi, dan kedokteran.
10

3. Tesis karya Robitoh Widi Astuti yang berjudul Komunikasi Orang


Tua dan Anak Perspektif Kisah dalam Al-Qur‟an.12 Dalam tesis
ini, memuat hasil penelitan bahwa ternyata komunikasi orang tua
dan anak perspektif kisah Al-Qur`an memiliki pola dan model
Stimulus-Respons (S-R), mode ABX, serta Model Interaksional.
Komunikasi yang terjadi bisa dipetakan menjadi komunikasi
langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung
bisa berupa komunikasi verbal, non verbal ataupun interpersonal.
Sedangkan komunikasi tidak langsung terjadi ketika komunikator
dan komunikan dihubungkan oleh pihak ketiga. Dalam penelitian
ini juga disebut pesan dari komunikasi orang tua dan anak bahwa
Al-Qur`an telah mendeklarasikan pentingnya komunikasi dalam
sebuah keluarga sebagai pembentuk kepribadian anak. Selain itu,
penulis juga menemukan karya-karya yang mengkaji mengenai
Imam al-Qushayrî. Di antaranya adalah karya Moh.Toha Mahsun
yang berjudul Kisah Musa dan Khidir dalam Surat al-Kahfi (Studi
Penafsiran Al-Qusyairî dalam Kitab Latâif al-Isyarat).13
Penelitian ini menggambarkan bagaimana Imam al-Qushayrî
menafsirkan kisah Nabi Mȗsa dan Nabi Khidir dalam QS. Al-
Kahfi [18]: 60-80. Dalam penelitian ini didapati bahwa
terkandung makna tersurat bahwa diperintahkan untuk belajar dan
memperoleh ilmu agar dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Penelitian ini juga menyebut bahwa makna batin atau makna
tersirat yang terkandung dalam kisah Nabi Mȗsa dan Khidir

12
Robitoh Widi Astuti, “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif Kisah dalam Al-
Qur`an” (Tesis: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), h. 14
13
Moh. Toha Muhsun, “Kisah Musan dan Khidir dalam Surat al-Kahfi (Studi Penafsiran
Al-Qusyairî dalam Kitab Latâif al-Isyarat)” (Skripsi: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga,2009).
11

adalah berupa penguat dari adanya kewajiban mencari ilmu yaitu:


kesabaran, baik sangka dan niat hanya karena Allah.
4. M. Ilmi, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Raden Intan Lampung, dalam skripsinya “Peranan Orang Tua
dalam Pendidikan Akhlak Anak Pada Keluarga”. Menjelaskan
tentang peranan orang tuadalam membenahi pendidikan akhlak
anak dilingkungan keluargaterlaksana dengan baik. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan keluarga dalam pendidikan
akhlak anak meliputi: membiasakan anak hidup disiplin,
memberikan teladan yang baik, membiasakan dalam keluarga
untuk hidup hemat, membina kerukunan antar
sesama,memberikan hadiah atau pujian, memberikan nasehat, dan
memberikan sanksi atau hukuman.
5. Abdurrahman, Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir UIN RadenIntan Lampung dengan judul skripsi “Peran
Ayah dalam Pendidikan Anak Kajian Tafsir al-Azhar” (analisis
QS.Luqmân ayat 13-19) menerangkan tentang bagaimana cara
pendidikan anak dengan dengan lingkup QS. Luqmân ayat 13
sampai 19. Skripsi ini memfokuskan kajiannya mengenai
bagaimana pandangan Buya Hamka mengenai peran ayah didalam
memberikan pendidikan terhadap anak dan menguak aspek-aspek
dan metode yang diperlukan bagi seorang ayah dalam mendidik
anak yang terdapat didalam tafsir al-Azhar.
6. Dian Syilfiah, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin Makasar, dalam skripsinya tentang “Peran Ayah
Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi Kasus 7
Orang Ayah Di Kelurahan Turikale Kabupaten Maros)”.
12

Menjelaskan bahwa seorang ayah tunggal yang sangat


berpengaruh dalam menciptakan keluarga sakinah.
7. Husnul Khatimah, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Antasari Banjarmasin, dalam skripsinya “Peranan
Orang Tua Dalam Pendidikan Pendidikan Agama Di Rumah
Tangga Di Desa Paramasan Bawah Kecamatan Paramasan
Kabupaten Banjar”. Menekankan akan kewajiban-kewajiban
orang tua dalam mendidik anak-anaknya, di karenakan dalam
skripsi ini dijelaskan bahwa pendidikan agama terhadap anak
dikalangan masyarakat Desa Paramasan Bawah Kecamatan
Paramasan Banjar cukup baik.
8. Akmal Janan Abror yang berjudul “Pola Asuh Orangtua Karir
dalam Mendidik Anak (Studi Kasus Keluarga Sunaryadi,
Komplek TNI AU Blok K No. 12 Lanud Adisutjipto
Yogyakarta)”.13 Dalam skripsi ini Akmal Janan Abror
memaparkan tentang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
karir di keluarga Sunaryadi adalah pola asuh demokratis. Pola
asuh ini ditinjau dari cara memberi peraturan, penghargaan,
hukuman, otoritas dan perhatian kepada anak. (a) peraturan yang
diterapkan bertujuan untuk kepentingan anak dan tidak kaku.
Peraturan ini adalah peraturan belajar, mengikuti kursus privat,
tidur, bermain, beribadah, menonton televisi, dan uang saku. (b)
penghargaan diberikan sebagai sikap menghargai terhadap apa
yang dilakukan oleh anak. penghargaan itu berupa pujian dan
hadiah. (c) hukuman hanya diberikan ketika secara sadar menolak
melakukan apa yang diharapkan. Hukuman yang diberikan berupa
hukuman psikis yaitu dengan memarahinya, melarangnya pergi ke
13

Jember dan mendiamkannya. (d) orangtua banyak memberikan


perhatian kepada anak. perhatian yang diberikan berupa
pemberian sandang, pangan dan papan, mengajak berdialog dan
berpartisipasi, mengajak bercerita, pembiasaan positif dan
pemberian keteladanan. faktor pendukung pola asuh orangtua
karir dalam mendidik anak adalah keadaan ekonomi orangtua,
pengalaman, pendidikan, keadaan anak, bantuan dari pihak lain
dan lingkungan yang representatif. Adapun faktor yang
menghambatnya adalah pekerjaan yang menyebabkan
keterbatasan waktu dan kelelahan, serta keterbatasan pemahaman
agama. Hasil yang dicapai adalah anak pertamanya mendapatkan
prestasi akademik, memiliki kemandirian, pengalaman agama dan
perilaku sosial yang baik. Adapun anak keduanya dapat menjadi
balita yang terbiasa dengan ketidakhadiran orangtua di sisinya
namun tetap mengenalinya, dapat tumbuh secara normal dan
selalu terawat.
9. Warsih Rohayani yang berjudul “Strategi Mendidik Anak Usia
Dini Menggunakan Hypno-Parenting (Studi Kasus Orang Tua
Berprofesi Guru di Desa Karangsewu Galur Kulon Progo)”.
Dalam skripsi ini Warsih Rohayani memaparkan tentang pertama:
Strategi orangtua (profesi guru) dalam mendidik anak usia dini
menggunakan hypno-parenting di Desa Karangsewu, Galur,
Kulon Progo yang meliputi menumbuhkan sifat persaingan,
menghindari sikap ambivalensi, menekankan hubungan
kausalitas, menghindari melakukan intervensi terlalu banyak, dan
berkomunikasi dengan sehat pada anak. kedua: faktor penghambat
yaitu lingkungan yang kurang kondusif untuk pendidikan,
14

kurangnya bimbingan dari orangtua ketika anak sedang menonton


televisi, anak tidak selalu mau menuruti nasihat orangtua,
perbedaan karakter ayah dan ibu dalam mendidik anak,
keterbatasan waktu orangtua dalam mendidik anak karena bekerja.
Sedangkan faktor pendukung yaitu orangtua yang memiliki
kesadaran dalam menghadapi anak, kekompakan antara kedua
orangtua, kebebasan bereksplorasi yang diberikan kepada anak
namun tetap dalam pengawasan orangtua.

Adapun letak perbedaan antara kelima penelitian di atas dengan


penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah pada penekanan
pentingnya peran seorang ayah dalam memberikan pendidikan
terhadap anak dalam tafsir al-Munîr karya Wahbah az-Zuhailî dengan
lingkup lafaz yâ bunayya yang terdapat dalam 6 tempat dalam Al-
Qur`an yaitu QS. Luqmân ayat 13-17, QS. As-Shâffât ayat 102, QS.
Yȗsuf ayat 4-6, QS. Hȗd ayat 42.

G. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan aspek yang tidak bisa
dipisahkan dari sebuah penelitian. Bahkan keberadaan metode
tersebut akan membentuk karakter keilmiahan dari sebuah
penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
(Library Research)14, yaitu penelitian yang berusaha mendapatkan

14
Abdul Hay al-Farmawi, Al-Bidayah Fi At-Tafsir Maudhu‟i, Dirasah Manhajiyyah
Maudhuiyyah, terj. Rosihon Anwar, Metode Tafsir Maudhu‟I (Bandung: CV Putaka Setia,
2002), Cet, ke-1, h. 51-52
15

dan mengolah data-data kepustakaan untuk mendapatkan jawaban


dari masalah pokok yang diajukan.15
2. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan melakukan
penelitian dengan menggunakan bahan kepustakaan (library
research), Maka tehnik yang digunakan adalah pengumpulan data
secara literatur, yaitu penggalian bahan pustaka yang sesuai dan
berhubungan dengan objek pembahasan. Oleh karena itu sumber
data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian:
a. Data Primer16, bersumber dari kitab pokok kajian
penelitian ini, yakni kitab Tafsir al-Munîr karya Wahbah
al-Zuhailî.

b. Data Sekunder17, bersumber dari kitab-kitab lainnya yang


mendukung seperti tafsir Al-Qur`an, artikel, jurnal, tulisan
ilmiah, dan lain sebagainya yang dapat melengkapi data-
data primer di atas.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan metode yang digunakan yaitu Library
Research, maka teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
teknik dokumentatif yakni dengan mengumpulkan data dari hasil
membaca, menelaah buku dan literature yang berhubungan
dengan judul skripsi yang kemudian akan dilakukan analisis data
sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

15
Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 132
16
Data primer dikumpulkan melalui eksperimen maupun survey, (Sumadi Suryabrata,
Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 93
17
Data sekunder dikumpulkan dari data yang dipublikasikan atau pun tidak
dipublikasikan, (Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, Cet Ke-4, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2015), h. 433
16

4. Metode Analisis Data


Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu pertama, dilakukan proses pengumpulan
data mengenai topik pembahasan lafaz “Yâ Bunayya” berikut
definisi dan berbagai aspek yang terkandung di dalam Al-Qur`an,
biografi Wahbah az-Zuhailî serta tafsir al-Munîr, kemudian
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Kemudian selanjutnya
dilakukan penyajian, penulis menelaah ayat-ayat yang berkaitan
dengan tema tersebut dengan melakukan penulusuran melalui
hadis-hadis jika ada, serta pendapat-pendapat para mufassir
sebagai sumber pendukung.

H. Teknik dan Sistematika Penulisan


Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di
Institut Ilmu al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Dan sistematika
penulisan bertujuan untuk memberikan arah yang tepat dan tidak
memperluas obyek penelitian agar memperoleh suatu hasil yang utuh,
maka dalam penyusunan ini peneliti menggunakan sistematika bab perbab
yang dibagi menjadi lima bab, dengan gambaran sebagai berikut:
Bab Pertama, berisi pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, serta teknik dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, berisi tentang tinjauan umum mengenai definisi lafaz“yâ
bunayya” yang terdapat di dalam Al-Qur`an. Fungsi panggilan terhadap
anak, juga membahas bentuk-bentuk interaksi seorang ayah terhadap
17

anaknya, kemudian berserta pengaruh globalisasi terhadap pendidikan


anak.
Bab ketiga, berisi biografi Wahbah az-Zuhailî dalam kitab tafsir al-
Munîr dan profil kitab tafsirnya, serta kekurangan dan kelebihan
penafsirannya.
Bab keempat, berisi penafsiran Wahbah az-Zuhailî terhadap lafaz “yâ
bunayya” dalam Al-Qur`an dan analisa terhadap ayat-ayat tersebut
sehingga diharapkan dapat menemukan solusi sesuai dengan apa yang
penulis permasalahkan.
Bab Kelima, merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dan
saran-saran. Ini adalah langkah akhir penulis dalam melakukan penelitian,
dimana dalam bab ini penulis berharap mampu memberikan kontribusi
yang berarti berupa kesimpulan terhadap penelitian serta saran-saran yang
memberikan dorongan dan inspirasi bagi peneliti berikutnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lafaz “yâ bunayya” adalah satuan kata dari munada yang
didahulukan dengan huruf nida‟ . munada kata tersebut yaitu bunayya dan
yâ sebagai huruf nida‟. Dalam hal ini bunayya adalah bentuk tasghîr dari
kata ibnî, bentuk kata ini digunakan untuk mengambarkan kasih sayang,
dan biasanya kasih sayang dicurahkan kepada anak. kata ibn yang seakar
kata dengan banâ (membangun) meniscayakan bagi orang tua untuk
membangun karakter anak. Lafaz “yâ bunayya” terdapat 6 tempat dalam 4
surat yaitu: Luqmân [31] ayat13-17, As-Shâffât [37] ayat 102, Yȗsuf [12]
ayat 4-6, Hȗd [11] ayat 42.
Menurut Wahbah az-Zuhailî lafaz yâ bunayya dapat diartikan sebagai
berikut:
1. Panggilan yang menunjukkan kasih sayang terhadap anak, hal ini
ditunjukkan dalam kisah yang terdapat pada QS. Luqmân pad [31] ayat
13-17 yang mengandung nasihat dalam menanamkan nilai akidah
terhadap anak.
2. Panggilan kepada seorang anak yang telah memiliki usia produktif, hal
ini ada yang mengakatan ketika usia 7 tahun dan ada yang mengatakan
usia 13 tahun, hal ini terdapat dalam kisah Nabi Isma‟îl As-Shâffât [37]
ayat 102 yang pada saat itu genap usia 13 tahun ketika mendapat
perintah dari Allah untuk disembelih oleh ayahnya yaitu Nabi Ibrahim.
3. Panggilan kepada seorang anak yang memiliki akhlak mulia dan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan ayahnya, hal ini terdapat
dalam kisah Nabi Yûsuf dalam QS. Yȗsuf [12] ayat 4-6 yang
menceritakan ketika Nabi Ya‟qub memanggil Nabi Yûsuf dengan lafaz

97
98

yâ bunayya sedangkan kepada anak-anak Ya‟qub, beliau menggunakan


panggilan yâ baniyya.
4. Panggilan kepada seorang anak atas kecintaan ayahnya, meskipun
dalam hal ini anak tersebut durhaka terhadap ayahnya. Kisah ini
terdapat dalam QS. Hȗd [11] ayat 42 yang menunjukkan begitu
tulusnya kecintaan seorang ayah sehingga ketika anaknya durhaka
kepadanya, ia tetap menunjukkan rasa sayangnya dengan panggilan yâ
bunayya.

B. Saran
Dalam rangka melengkapi penelitian ini penulis menganggap perlu
merekomendasikan untuk dijadikan bahan penelitian lanjut penelitian studi
Al-Qur`an dengan model pendekatan living Qur`an dan diharapkan bagi
peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan tema ini dengan lebih
baik lagi karena ini masih kurang membahas, dan pembahasan mengenai
relevansi ayat-ayat yâ bunayya terhadap realita zaman sekarang.
Kemudian dengan menggunakan penafsiran-penafsiran kontemporer
lainnya dengan dipadukan dengan berita-berita aktual lainnya yang
berkenaan dengan hal tersebut, yang akan menjadikan satu kesatuan yang
serupa antara ayat Al-Qur`an dengan realita kehidupan masa kini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Adil Fathi, Menjadi Ayah Ideal, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Ahmad, Nurwadjah dan Nugraha, Roni, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,
Bandung: Penerbit Marja, 2018
Asifudin, Ahmad Janan, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: SUKA-
Press UIN Sunan Kalijaga, 2010
Astuti, Robitoh Widi, “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif Kisah
dalam Al-Qur`an” Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2011, h. 14. Tidak diterbitkan
Baharits, Adnan Hasan Shalih, Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-
Laki, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Al-Barik, Haya binti Mubârak, Ensiklopedi wanita Muslimah, terj. Amir
Hamzah Fachrudin, Jakarta: Darul Falah, 1998
Al-Bukhârî, Abȗ Abdullâh Muhammad Isma‟îl, Ensiklopedia Hadits, Shahih
al-Bukhârî, terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta: Almahira,
2011
_______, Shahih al-Bukhârî, Jilid I, Kairo: Dâr al-Hadits, 1425 H
Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung
Agung, 1973
Al-Farmawi, Abdul Hay, Al-Bidayah fî At-Tafsir Maudhu‟i, Dirasah
Manhajiyyah Maudhuiyyah, terj. Rosihon Anwar, Metode Tafsir
Maudhu‟I, Bandung: CV Putaka Setia, 2002
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2006.
Hanbal, Ahmad bin, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Kairo: Muwaqi‟
al-Islami, 1420 H

99
100

Harjaningrum, Agnes Tri, Peran Orang Tua dan Praktisi dalam Membantu
Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren
Pendidikan, Jakarta: Prenada, 2007
Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997
Al-Khalidi, Shalah Abdul Fattah, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil
Qur`an Sayid Qutub, Solo: Era Intermedia, 2001
Khoiruddin, Muhammad, Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer, Bandung:
Pustaka Ilmu, 2003
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Tanggung Jawab Sosial, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2011
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995
Manzhîru, Al-„Alâti ibn, Lisânu al-„Arabi, Kairo: Dâr al-Hadits, 1427 H

Mursi, Muhammad Sa‟id, Seni Mendidik Anak, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2006.
Nadlifah, dkk., Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Cv. Istana Agency,
2019.
An-Naisâbȗrî, Abî al-Husain Muslim bin a-Hajjaj al-Qusyairî, Shahîh
Muslim, Kairo: Dâr al-Hadits, 1431 H
An-Naisâbȗrî, Abî al-Husain Muslim binal-Hajjaj al-Qusyairî, Ensiklopedia
Hadits 4; Shahîh Muslim 2, Jakarta: Almahira, 2012
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2010.
Al-Qattân, Mannâ‟ Khalîl, Studi Ilmu-Ilmu Qur`an, terj. Mudzakir Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2010
101

Rachmawati, Yeni dan Kurniati, Euis, Strategi Pengembangan Kreativitas


pada Anak Usia Taman Kanak-Kana, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Rakhmat, D, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1996.
Rosidin, Metodologi Tafsir Tarbawi, Jakarta: AMZAH, 2015.
Sani, Ridwan Abdullah dan Kadri, Muhammad, Pendidikan Karakter,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016.
Setiono, K, Psikologi Keluarga, Bandung: PT. Alumni, 2013.
As-Shâbunî, Shafwah at-Tafâsîr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1996.
As-Shabuni, Muhammad Alî, Shafwah al-Tafâsir; Tafsir-Tafsir Pilihan, terj.
KH. Yasin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011
Shihab, M. Quraish, Tafsîr al-Mishbâh, Jakarta:Lentera Hati, 2002.
Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2015.
Surachman, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1982.
Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawal,. 1987.
Suryana, Dadan, Stimulasi dan Aspek Pendidikan Anak, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018.
Sya‟rawi, Muhammad Mutawalli, Tafsir Sya‟rawi, terj. Safir al-Azhar,
Medan: Duta Azhar, 2011.
Syibromalisi, Faizah Ali Syibromalisi dan Azizy, Jauhar, Membahas Kitab
Tafsir Klasik-Modern, Jakarta: Lembaga Penelitian Syarif Hidayatullah,
2011.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2001.
102

Quthb, Sayyid, Fî Zhilal al-Qur`an, terj. As‟ad Yasin, dkk., Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
„Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jawa Tengah:
Penerbit Insan Kamil Solo, 2018.
Az-Zuhailî, Wahbah, Ulama Karismatik Kontemporer – sebuah Biografi,
terj. Ardiansyah, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010
________, al-Tafsîr al-Munîr fî al- „Aqîdah wa al-Sharî‟ah wa al-Manhaj,
Damaskus: Dâr al-Fikr, 1998
________, Tafsir al-Munir, Aqidah, Syari‟ah dan Manhaj, terj. Abdul Hayyie
al-Kattani, dkk., Jakarta: Gema Insani, 2015
Jurnal Ilmiah Kajian Gender, Vol. 5 No. 2 Tahun 2015.
Jurnal Penelitian Kependidikan, Vol. 18 No. 1 April 2008.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 1, Januari-Juni 2017.
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis,Vol. 1 No. 2 Desember 2011.
Jurnal Teknologi dan Pelayanan 1/1, edisi April 2000.
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis,Vol. 1 No. 2 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai