Diterbitkan oleh:
Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK) Universitas Islam Bandung
Anggota IKAPI Nomor: 219/JBA/2012
ISBN: 978-602-71823-7-0
I. Buku Ajar – Bahasa Indonesia 1 Judul
II. Seri.
(1) : Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) : Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i
Tim Penyusun
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Anggota:
Wakil Rektor I (Ex Officio)
Wakil Rektor II (Ex Officio)
Wakil Rektor III (Ex Officio)
Penulis:
Koordinator Merangkap Penyunting:
Hj. Anita Puspawati, Dra., M.Hum
Anggota:
Ririn Sri Kuntorini, Dra., M.Hum.
Andalusia Neneng Permatasari, S.S., M.Hum.
Dheka Dwi Agustiningsih, S.S.,M.Hum.
Yulianti, S.Sos., M.Si.
Parihat, Dra., M.Si.
Sekretariat:
Ayip Saiful Bahri, S.Kom.I.
Hendriyana Jatnika, S.ST
ii
KATA PENGANTAR
iii
Sesuai dengan tujuan Unisba, untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah sebagai
mujahid, mujtahid, dan mujadid, maka dibutuhkan tuntunan agama Islam
untuk membentuk keahlian berbahasa Indonesia Islami yang terintegrasi
dalam buku ajar Bahasa Indonesia. Selain itu keunikan buku ajar Bahasa
Indonesia yang disusun oleh UNISBA memasukkan nilai-nilai Islami yang
tergambar dalam bab Etika Bahasa dalam Al-Qur’an. Hal itu sebagai
wujud dari hakikat seorang manusia beriman yang berfungsi sebagai
khalifah di muka bumi dengan tugas menyampaikan ajaran Islam yang
rahmatan lil ‘alamin. Buku ajar bahasa Indonesia ini merupakan buku
wajib bagi mahasiswa Unisba yang mengambil mata kuliah Bahasa
Indonesia, sehingga semua mahasiswa Unisba mampu menulis dan
berbicara dalam bahasa Indonesia laras ilmiah dengan baik serta Islami.
iv
DAFTAR ISI
v
2.5 Ringkasan Materi ............................................... 18
Disempurnakan ....................................................... 23
vi
4.3 Pengertian ......................................................... 39
ter- ........................................................................... 44
vii
5.3 Pengertian Kalimat ............................................ 53
Pembentuknya ......................................................... 60
viii
6.5 Ringkasan Materi ............................................... 79
ix
8.7 Perlatihan .......................................................... 99
9.5 Daftar Pustaka Gaya MLA, APA, dan Harvard .... 105
x
BAB XI RINGKASAN DAN ABSTRAK .................................... 121
xi
BAB I
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI
BAHASA INDONESIA
1
persatoean, bahasa Indonesia‖, dinyatakan bahwa kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
Dalam UUD 1945 Bab XV, Pasal 36, telah ditetapkan bahasa negara
adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa
negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan. Bahasa
Indonesia sebagai pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia
sebagai penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. Bahasa
Indonesia sebagai pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan
teknologi.
2
a. Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
d. Awalan 'di-' dan kata depan 'di' keduanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah,
disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli,
dimakan.
Ejaan ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan
Yang Disempurnakan pada masa Menteri Mashuri Saleh. Pada masa
jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei
1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan
dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai
menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama
jalan yang melintas di depan kantornya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi
Jl. Cilacap.
3
bersinggungan antarruang dan waktu. Hal ini mempengaruhi penggunaan
bahasa. Sejarah tersebut dapat dilihat dari asal-usul bahasa yang
merupakan awal komunikasi antarorang yang menggunakan bahasa
isyarat ke kata-kata yang semakin komunikatif.
4
k. Bahasa itu bersifat dinamis.
Ada beberapa aspek dalam bahasa yaitu aspek fisik dan aspek
sosial. Aspek fisik bahasa, yaitu bahasa merupakan alat komunikasi
manusia berupa lambang bunyi melalui alat ucap dan setiap suara yang
dikeluarkannya memiliki arti. Aspek fisik bahasa pada dasarnya mencakup
tiga aspek, yaitu: bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi);
bagaimana ciri bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis); dan
bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui indra pendengaran (aspek
persepsi bunyi bahasa). Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar
diperlukan alat bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ
alat bicara dalam melakukan artikulasi, serta kemampuan mengatur
pernapasan. Perubahan proses produksi bunyi menghasilkan perubahan
kualitas bunyi (aspek produksi). Sebagai akibat proses artikulasi yang
berbeda pada bahasa-bahasa di dunia ini.
5
Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran-ujaran baku dan beku
sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.
Menurut Hasan Alwi, dkk. (2000: 14), ada empat fungsi bahasa,
yaitu: 1. fungsi pemersatu; 2. fungsi pemberi kekhasan; 3. fungsi
pembawa wibawa; dan 4. fungsi sebagai kerangka acuan.
6
2. Bahasa sebagai alat komunikasi.
7
(dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi.
Setiap simbol bunyi memiliki ciri khas. Suatu simbol bisa terdengar sama
di telinga kita, tetapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya
kata ‘gedang‘ dalam bahasa Jawa artinya pisang, sedangkan dalam
bahasa Sunda artinya pepaya.
8
bahasa sebagai alat kontrol sosial. Salah satu fungsi bahasa sebagai alat
kontrol sosial adalah sebagai alat peredam rasa marah. Contohnya, untuk
meredam rasa amarah, menulis merupakan salah satu cara yang sangat
efektif.
1.4 Perlatihan
9
1.5 Ringkasan Materi
Buku:
Kamus:
10
BAB II
RAGAM DAN LARAS BAHASA
Bab ini berisi pemaparan materi ragam dan laras bahasa yang
dapat digunakan sebagai arahan untuk menentukan pemakaian bahasa
menurut golongan penutur bahasa, corak bahasa, variasi bahasa, dan
lain-lain. Ragam bahasa dalam berkomunikasi perlu memperhatikan
aspek situasi yang dihadapi, permasalahan yang hendak disampaikan,
latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan medium atau
sarana bahasa yang digunakan. Laras bahasa adalah ragam bahasa yang
digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu. Laras
dan ragam bahasa merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan sehari-
hari.
11
ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1)
situasi yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak disampaikan, (3)
latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium
atau sarana bahasa yang digunakan.
Contoh :
a. Ragam baku
12
bahasa agar dapat dipakai dan dimengerti oleh setiap orang yang
memakainya. Ragam baku terdiri atas:
ii. Ragam baku lisan merupakan ragam bahasa baku dalam situasi
lisan. Hal yang menentukan baik tidaknya ragam baku lisan
seseorang adalah banyak sedikitnya pengaruh dialek atau logat
bahasa daerah pembicara. Jika bahasa yang digunakan atau logat
yang digunakan masih sangat menunjukkan bahasa atau logat
bahasa daerah, dapat dikatakan bahasa baku lisan pembicara
tersebut masih kurang baik.
1. Bahasa Sunda (Nami abdi teh Rosa, abdi teu boga imah).
13
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku,
tetapi lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan
istilah dengan benar.
5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang
baku pada ragam bahasa lisan.
14
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang ditulis atau dicetak
dengan memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragam bahasa tulis dapat bersifat formal, semiformal, dan nonformal.
Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi, penulis harus
menggunakan ragam bahasa formal, sedangkan ragam bahasa
semiformal digunakan dalam perkuliahan, dan ragam bahasa nonformal
digunakan keseharian secara informal.
15
derajat keformalannya, yaitu (1) beku (frozen), (2) resmi (formal), (3)
konsultatif (consultative), (4) santai (casual), dan (5) akrab (intimate).
Ragam beku digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan,
dan upacara pernikahan. Ragam resmi digunakan dalam komunikasi
resmi, seperti pada pidato resmi, rapat resmi, dan jurnal ilmiah. Ragam
konsultatif digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi
atau pertukaran informasi, seperti dalam percakapan di sekolah dan di
pasar. Ragam santai digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
Ragam akrab digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang
sangat akrab dan intim.
16
ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa
Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih
melekat pada penuturnya.
17
c. Wacana surat kabar.
d. Wacana bergaya
2.4 Perlatihan
Buku:
18
___________dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Joos, M. 1961. The Five Clocks, New York: Harcourt, Brace and World.
Kamus:
19
20
BAB III
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
21
3.3 Pengertian
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh
van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini
adalah sebagai berikut:
c. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
22
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-
kata tak, pak, maklum, rakjat.
3. penulisan kata
23
3.3.2.1 Huruf Kapital
Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini
biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan
untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda
dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun
secara fonemis sebunyi. Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan
a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan maka penampilan grafisnya
berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama
orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak
menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada
penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital
meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat.
Contoh :
Contoh :
3. Dipakai untuk kata ganti kerabat bila diikuti nama, kata ganti, dan
sapaan.
Contoh :
24
Catatan : kamu, kami, kita memakai huruf kecil apabila bukan di awal
kalimat karena merupakan kata ganti sejati.
Contoh :
Contoh :
Pulau Bidadari
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk
membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata,
kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah
penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai
penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan
(koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin
tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah.
Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat.
1. Judul buku
25
2. Alamat artikel
3. Kata asing
1. Tidak boleh ada satu huruf (fonem) yang terpencil pada awal atau
akhir baris.
…………………………i-
kan……………………..a-
sin……….dibungkus-
i………………………..
26
2. Bila pada suatu kata terdapat dua konsonan atau lebih yang
berurutan, pemenggalannya setelah konsonan yang pertama.
ak-rab vk-kvk
in-stan-si vk-kkvk-kv
Contoh : tu-lis-an
peng-ha-pus-an
eks-po-nen
eks-pan-si
trans-mi-gra-si
di mana
dirumahkan
per bank
27
7. kata majemuk + (awalan dan akhiran) penulisannya disatukan
Contoh : diserahterimakan
bertanggung jawab
11. Rp 1.000.000,00
Rp 1.365.250,00
12. diindonesiakan
kebelanda-belandaan
28
Catatan : Apabila letaknya di tengah, boleh dengan angka. Apabila
terdiri dari tiga kata atau lebih, boleh ditulis dengan angka. Akan
tetapi, bila bilangan tersebut terdiri atas dua kata atau kurang, harus
ditulis dengan huruf.
Contoh : kupu-kupu
rumah-rumah
29
7. hewan sistematis 37. anarki
8. akhlak sistematika 38. karisma
makhluk 20. analisis kromosom
akhir menganalisis 39. materialistis
khusus penganalisisan idealistis
9. hadir 21. hipotesis 40. realita
10. pikir 22.hipotesis realistis
pihak 23. pasien 41. metode
pasal 24. protein katode
paham 25. aero 42. psikologi
11. saat aerobik psikolog
doa 26. hemoglobin 43. psikiatri
Jumat 27. objek psikiater
12. izin subjek 44. jadwal
13. ijazah 28. struktural 45. fungsi
jenazah formal fitnah
14. nikmat 29. aktif faedah
maklum aktivitas formalitas
makmur 30. produktif formalistis
15. kualitas produktivitas 46. primer
kuantitas 31. magnet sekunder
kuadrat planet tersier
32. apotek
30
yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami
sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah
paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari
kesalahpahaman tersebut.
3.4 Perlatihan
3. Pantai santolo adalah salah satu destinasi wisata jawa barat yang
cantik
31
10. Sinar Matahari sangat baik untuk pertumbuhan tulang jika belum
sampai pukul 10 pagi
32
7. 8. 9.
a) pukul 11.30.09 a) d/a a) Rp 20.000,-
b) pukul 11:30 b) d.a. b) Rp 20.000,00
c) di semua propinsi c) hlm. c) A.L. Maharani
d) non Indonesia d) hal. d) Sdr./i.
e) nonpendatang e) h. e) Afrah.Lintang.M.
10. 11. 12.
a) Ia menangis, lalu a) 80 orang dosen a) seperempat
tertawa melakukan b) sepertiga puluh
b) Ia sedang pengabdian. c) dua per tiga
membuka buka b) Delapan puluh d) dua-puluh-sembilan
buku orang dosen perenam
c) sekalipun melakukan e) dua-puluh dua-
d) sekali pun pengabdian. perenam
e) diendorse c) 11 orang
mendapat
penghargaan
dari Ridwan
Kamil.
d) Sebelas orang
mendapat
penghargaan
dari Ridwan
Kamil.
e) Unisba
memperoleh
subsidi Jabar
sebesar 690 juta.
33
13. 14. 15.
a) kutulisi a) menghancur- a) pendayaan guna
b) dia kirim leburkan b) pendayagunaan
c) kosponsor b) ketidak-pekaan c) pendayaan guna
d) kesini c) selarik d) pemberiampunan
e) per kapita d) rata-rata e) pemberi ampunan
e) rerata
34
13. 14. 15.
a) personil a) syarat a) praktek
b) metodologi b) sarat b) praktik
c) sistem c) sah c) apotek
d) sistimatis d) syah d) apotik
16. 17. 18.
a) kurikuler a) kartun a) dialektik
b) koordinasi b) karton b) dialektika
c) kaidah c) materil c) hipotesa
d) kaedah d) material d) hipotesis
19. 20. 21.
a) fisik a) propinsi a) pul
b) fisika b) provinsi b) pool
c) donlot c) konferensi c) pruf
d) unggah d) konperensi d) proof
22. 23. 24.
a) asasi a) hidraulik a) sekira
b) azazi b) hidrolik b) kiranya
c) fase c) haemoglobin c) terdiri atas
d) pase d) hemoglobin d) terdiri dari
25.
a) akhirat
b) akherat
c) makhluk
d) khalik
35
3. Jika bahasa Indonesia adalah bahasa ―SOP‖, maka "Adi lantai
menyapu" akan menjadi kalimat yang umum, alih-alih "Adi menyapu
lantai".
8. "Flyover lagi testing aja, nanti dibuka permanen hari Sabtu. Hari ini
cuma ngetes saja buka resmi hari Sabtu, ucap Emil, sapaan akrabnya.
Tadi pagi, kata Emil, Dinas Perhubungan bersama aparat kepolisian
telah melakukan uji coba perdana untuk mengecek pola lalu lintas di
jembatan sepanjang 400 meter itu.‖
36
3.6 Daftar Pustaka
Dari internet
37
38
BAB IV
TATA KATA
4.3 Pengertian
39
komunikasi (Kuntorini dan Pradana, 2014: 228). Tata kata menjadi
perangkat untuk memfungsikan nahasa sebagai alat komunikasi.
Tata kata ialah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik. Yang dimaksud dengan kata adalah satuan
gramatikal bebas yang terkecil (Kushartanti, 2007:151). Kata disusun oleh
satu atau beberapa morfem. Morfem merupakan satuan hasil abstraksi
wujud lahiriah atau bentuk(-bentuk) fonologisnya (Kushartanti, 2007:
146). Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis, sedangkan kata
bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Dalam kalimat Amin
sedang mempelajari soal itu, misalnya, terdapat empat kata
monomorfemis, yaitu Amin, sedang, soal, dan itu, dan satu kata
polimorfemis, yaitu mempelajari. Penggolongan kata menjadi
monomorfemis dan polimorfemis adalah penggolongan berdasarkan
jumlah morfem yang menyusun kata.
40
4. Gabungan imbuhan : ber-kan, ber-an, per–an, pe–an, per-i, me-kan,
memper-, memper–kan, memper–i (Depdikbud, 1988: 70).
Awalan berpraktik
menganalisis
penerbit
sebanding
terukur
Sisipan gerigi
gemuruh
gelosok
Akhiran tindaki
tindakan
pagukan
Gabungan penyatuan
persatuan
kesatuan
anak-anak, gunung-gunung
sekali-sekali, seorang-seorang
41
sekali-kali, berturut-turut
kehijau-hijauan, berkejar-kejaran
tetamu, lelaki
tali-temali, gilang-gemilang
sayur-mayur, gerak-gerik
Proses morfologis yang membentuk satu kata dari dua (atau lebih dari
dua) morfem dasar disebut pemajemukan atau komposisi. Jika kata
barangkali, hulubalang, jajaran genjang, kaki lima, peribahasa, rajawali
masing-masing dianggap sebagai satu kata, semuanya merupakan hasil
pemajemukan.
Proses morfologis ada yang produktif dan ada yang tidak produktif.
Proses morfologis disebut produktif jika proses itu dapat dijalankan dalam
pembentukan kata-kata baru. Afiksasi dalam bahasa Indonesia pada
umumnya bersifat produktif. Contoh kata: mengorbit, menyandera,
pengelolaan, kesinambungan, dan pemerian memperlihatkan
keproduktifan me-, pe-an, ke-an. Proses morfologis yang tidak produktif
tidak dipakai lagi untuk membentuk kata baru.
Dalam tata kata dikenal adanya Hukum Van der Took yang
mengatakan bahwa apabila kata-kata dasar diawali oleh huruf-huruf k, p,
t, dan s mendapat prefiks me- dan pe-, akan mengalami peluluhan.
Peluluhan yang dihasilkan:
/k/ ―› /ng/ /ŋ /
/p/ ―› /m/
/t/ ―› /n/
/s/ ―› /ny/ /ñ /
42
1. me- + kapur = mengapur
kuning = menguning
kecil = mengecil
putar = memutar
pendam = memendam
tukas = menukas
tembak = menembak
suap = menyuap
samping = menyamping
standardisasi = menstandardisasikan
protes = memprotes
transfer = pentransfer
43
4.3.4 Perbedaan Penggunaan Awalan ber- dan ter-
Awalan ber- dan ter- jika mengimbuhi kata dasar yang memiliki
huruf –er-, akan berbeda dengan kata dasar yang memiliki huruf –ar- dan
–or-.
argumen = berargumen
organisasi = berorganisasi
-ar- = ber-
-or- = ber-
Contoh:
44
Contoh:
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang
berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan
makna baru. Kata majemuk mempunyai ciri-ciri:
45
4.3.7.3 Kata Majemuk dan Frasa
46
kompleks. Misalnya, membaca menjadi membaca-baca, mengemas
menjadi mengemas-ngemasi, minum menjadi minum-minuman, perlahan
menjadi perlahan-lahan, mencari menjadi mencari-cari. Namun, ada juga
bentuk dasar pengulangan berupa bentuk tunggal. Misalnya, laki menjadi
lelaki, tamu menjadi tetamu, berapa menjadi beberapa, pertama menjadi
pertama-tama, serta segala menjadi segala-gala. Kata pertama dan
segala merupakan bentuk tunggal karena dalam deretan morfologik tidak
ada satuan terkecil dari kedua kata tersebut.
Dalam jenis ini, kata ulang yang pengulangannya termasuk jenis ini
sebenarnya sangat sedikit. Di samping kata bolak-balik, terdapat kata
kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. Dari perbandingan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar
47
balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, yaitu dari /a/
menjadi /o/, dan /i/ menjadi /a/.
4.4 Perlatihan
1. seruan/menyerukan/memperserukan/penyeru/diserukan/penyeruan
2. dicalonkan/mencalonkan/pekerjaan/pengerjaan/pengkerjaan/
pencalonan
3. persamaan/penyamaan/mempersamakan/bersama/menyamakan
4. wartawan/pewarta/ilmuawan/fisikawan/agamawan/sastrawan
5. menukar/menukarkan/pertukaran/penukaran/penukar/ditukar
6. berdebat/memperdebatkan/pemerdebat/perdebatan/pedebat/
pengdebat
7. pengeluaran/mengeluarkan/luaran/luarkan
8. perajin/pengrajin/pelepasan/penglepasan/perusak/pengrusak
9. andal/handal/anutan/panutan/paguyuban/pagelaran/pergelaran
10. beserta/bercermin/terperdaya/terpercaya/tepercik
11. mengkloni/mengklonikan/mencatkan/mengecatkan/pemboran/
pengeboran
12. memodernisasikan/dimodernisir/pemodernan
13. pertanggunganjawab/pertanggungjawaban/menterjemahkan/
menerjemahkan
14. pemrogram/memrogaman/pemrakarsa/penyetabilan/penstabilan
15. menyejajarkan/menyejahterakan/mengeyampingkan/
menyampingkan
48
B. Gunakanlah bentukan kata berikut dalam kalimat dengan tepat!
C. Pilihlah bentukan kata yang tepat untuk mengisi bagian yang kosong
pada kalimat berikut!
2. Dalam acara yang dihadiri lebih dari 3.000 orang marketer, 500
perusahaan dan 50 pembicara tersebut ………….. sebagai ajang temu
marketer terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara tersebut.
49
4. Namun, pembenahan perundangan ……….. tidak dengan motivasi
pidana sebab pascareformasi, lahir 600 jenis delik pidana baru.
5. Dinamika hukum yang terjadi dalam rentangan tahun 2016 ini akan
disorot pada dunia peradilan. ……. hukum termasuk lembaga
pemasyarakatan, persoalan peraturan perundang-undangan serta
budaya hukum di masyarakat Indonesia.
9. Rematik adalah penyakit yang menimbulkan rasa sakit akibat otot atau
………….. yang mengalami peradangan dan pembengkakan.
50
10. Batubara -bahan bakar fosil- adalah sumber energi terpenting untuk
………… listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk
produksi baja dan semen.
Alwi, H. et.al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
__________. 1993. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: PT.
Gramedia.
Depdikbud RI. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
51
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2007. Pesona
Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik . Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Glosarium: 1.250 Entri, Kajian Sastra, Seni,
dan Sosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dari internet
52
BAB V
TATA KALIMAT
53
utamanya pendidikan tinggi. Kini, ruang kuliah bukan lagi satu-
satunya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Mengapa
bisa begitu? Pasalnya, kehadiran internet membuat siapa saja,
termasuk mahasiswa, dapat mengakses informasi dari berbagai
sumber (Venus, 2002).
Contoh (1) terdiri atas empat kalimat. Jika diuraikan, wacana di atas
terdiri atas kalimat-kalimat sebagai berikut.
(2)
Tiga kalimat diakhiri tanda titik, yaitu kalimat pertama, kedua, dan
keempat. Kalimat yang diakhiri dengan tanda titik biasa disebut kalimat
berita atau kalimat deklaratif. Satu kalimat diakhiri tanda tanya, yaitu
kalimat ketiga. Kalimat yang diakhiri oleh tanda tanya disebut kalimat
interogatif.
54
Predikat pada kalimat (2a) berupa verba. Pengisi predikat sering
kali ditemukan adalah verba (kata kerja). Namun, tak hanya verba (kata
kerja), nomina (kata benda) atau ajektiva (kata sifat) pun dapat mengisi
predikat.
Seperti contoh (2a) yang terdiri atas unsur subjek, predikat, dan
keterangan. Unsur keterangan pada contoh (2a), yaitu ‗dalam dunia
pendidikan, utamanya pendidikan tinggi‘ dapat dihilangkan tanpa
mengganggu bagian yang tersisa dalam kalimat tersebut. Perhatikan
penjelasan di bawah ini.
(3)
55
subjek, walaupun berterima tetapi gagasan dari kedua kalimat tersebut
tidak tersampaikan dengan sempurna.
1. Subjek
2. Predikat
56
3. Objek
Unsur objek hanya muncul pada kalimat yang berbentuk transitif. Kalimat
transitif adalah kalimat yang memerlukan kehadiran objek untuk
menyampaikan gagasannya. Contohnya adalah kalimat ‗setiap kalimat
yang dituliskan hendaknya memiliki satu makna‘. Satu makna adalah
pengisi unsur objek. Kehadiran objek dapat dikatakan penting karena
apabila dihilangkan gagasan kalimat tidak sepenuhnya tersampaikan.
Misalnya, jika dihilangkan unsur objek, yaitu satu makna, kalimat hanya
berupa ‗setiap kalimat yang dituliskan hendaknya memiliki‘. Apa yang
harus dimiliki pun menjadi tidak jelas. Unsur objek pun dapat ditemukan
dengan cara mengubahnya menjadi bentuk kalimat pasif. Apabila
dipasifkan unsur objek akan berubah menjadi pengisi unsur subjek,
contohnya:
4. Pelengkap
57
tidak dapat diubah menjadi subjek apabila kalimat tersebut diubah ke
dalam bentuk pasif.
5. Keterangan
58
5.5.1.1 Kalimat Deklaratif
59
5.5.1.4 Kalimat Eksklamatif
Kalimat tunggal adalah suatu jenis kalimat yang terdiri atas satu
pola dasar (Sugihastuti dan Saudah, 2016). Pola dasar tersebut dapat
dimiliki oleh kalimat yang panjang ataupun yang pendek. Pola dasar itu
seperti SP, SPO, SPOK, SPPel, atau SPOPel.
Contoh:
S P Ket
S P O Ket.
60
Dari kedua contoh di atas, terlihat satu kalimat terdiri atas satu
pola. Itulah yang disebut kalimat tunggal.
Contoh:
Contoh:
61
apabila dibandingkan dengan rekan mereka yang proaktif terhadap
segala sumber informasi.
1. Kelogisan.
2. Keparalelan.
3. Ketegasan.
4. Kehematan.
5. Kesepadanan.
6. Kecermatan.
7. Kesejajaran.
62
5.7 Perlatihan
Alwi, H. et.al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
__________. 1993. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: PT.
Gramedia.
63
Depdikbud RI. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Glosarium: 1.250 Entri, Kajian Sastra, Seni,
dan Sosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihastuti dan Siti Saudah. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
64
Dari internet
65
66
BAB VI
WACANA
Bab ini berisi pemaparan materi wacana yang terdiri atas konteks
wacana, kohesi dan koherensi dalam kepaduan wacana, dan jenis-jenis
wacana. Pengetahuan wacana berguna agar mahasiswa paham bahwa
karya tulis ilmiah adalah salah satu bentuk dari wacana. Sebagaimana
halnya wacana, sebuah karya tulis ilmiah pun tak bisa lepas dari konteks
dan dituntut untuk memiliki kepaduan. Oleh karena itu, dengan dibekali
pengetahuan wacana, mahasiswa diharapkan mampu menuangkan
gagasannya dengan padu, utuh, dan dapat dipahami.
6.3 Wacana
67
Wacana dalam kajian linguistik (kebahasaan) adalah kesatuan
makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa (Yuwono,
2007: 92). Wacana adalah sebuah bangun bahasa yang utuh. Frasa
kesatuan makna menunjukkan berbagai unsur makna bahasa yang
dimiliki sebuah kata bersatu secara padu dan utuh sehingga membentuk
sebuah wacana.
1. Kohesi
68
secara mesra (Kushartanti, Yuwono, dan Lauder 2007). Kohesi pada
wacana diciptakan oleh alat bahasa yang disebut pemarkah kohesi
(cohesive marker), antara lain kata ganti (pronomina), kata tunjuk
(demonstrativa), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang.
a. Kohesi gramatikal
(4) Putra berasal dari Bengkulu. Hanum pun berasal dari daerah yang
sama dengan Putra.
Pada contoh nomor (2) terdapat kata saya yang mengacu pada
sesuatu di luar kalimat. Kata saya mengacu pada diri penutur/penulis.
Pada contoh nomor (3), kata sana mengacu pada frasa perpustakaan
kampus pada kalimat sebelumnya. Adapun contoh nomor (4), kata
sama mengacu pada kata Bengkulu yang merupakan asal daerah
subjek Putra dan Hanum. Pemarkah kohesi yang digunakan pada
contoh nomor (2), (3), dan (4) adalah referensi. Referensi adalah
hubungan kata dengan acuan dari kata tersebut.
69
menghubungkan suatu kata dengan kata lain yang menggantikannya.
Dalam kalimat substitusi biasanya menggunakan kata-kata
demonstrativa, seperti ini, itu, begitu, demikian, di bawah ini, di atas,
dan berikut. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini!
(5) Rakyat mulai yakin bahwa kemajuan ekonomi dapat dicapai dan
ini sangat menguntungkan (Wardhani, 2002).
(7) Dalam sejarah, cikal bakal fotografi sudah ada sejak zaman
Aristoteles. Pada masa itu, telah diketahui bahwa sinar yang
melewati sebuah lubang kecil dapat membuat bayangan atau
image (Darmawan, 2002).
Pada contoh nomor (5) terdapat kata ini yang menjadi substitusi
untuk menggantikan klausa kemajuan ekonomi. Inilah yang disebut
substitusi klausal. Pada kalimat nomor (6) terdapat kata tersebut yang
menggantikan frasa model tetesan ke bawah. Pada kalimat nomor (7)
terdapat kata itu yang menggantikan frasa zaman Aristoteles.
Substitusi yang digunakan pada contoh (6) dan (7) adalah substitusi
nominal.
70
(8) Kecerdasan emosional merupakan hasil kerja kerja dari otak
kanan, sedangkan kecerdasan intelektual merupakan hasil kerja
keras dari otak kiri (Surana, 2002).
b. Kohesi Leksikal
71
Selain sinonimi ada juga repetisi. Repetisi adalah pengulangan kata
yang sama (Kushartanti, Yuwono, dan Lauder 2007). Perhatikan
contoh penggunaan repetisi pada wacana.
2. Koherensi
72
didengar atau dibaca oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan
mengenai bab niat, tentu saja tidak akan terjadi kesepahaman. Inilah
yang dimaksud koherensi.
73
(a) Wacana ekspresif adalah wacana yang bersumber pada gagasan
penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, contohnya adalah
pidato.
(b) Wacana fatis adalah wacana yang bersumber pada saluran untuk
memperlancar komunikasi, contohnya ungkapan ―hai, apa kabar?‖
atau ―selamat pagi‖, dan lain-lain.
(a) Wacana naratif dicirikan oleh adanya alur, peristiwa, dan tokoh.
74
(g) Wacana prosedural dicirikan oleh menonjolnya proses, langkah,
atau tahap.
75
Gutenberg pada tahun 1456, sekalipun teknologi percetakan di
Cina sudah dikenal sejak tahun 1000. Sebelum zaman Gutenberg,
seorang penulis buku yang terampil hanya mampu
menggandakan buku sebanyak 2 buah dalam satu tahun. Dengan
mesin cetak yang baru ditemukan Gutenberg, orang mampu
memproduksi satu buku dalam satu hari. Begitu pentingnya
temuan mesin cetak ini sehingga tahap ini dianggap sebagai awal
dari terjadinya renaissance (Ratnasari, 2004).
76
tersebut membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga
dari bawah untuk minat baca (Dwi Puji, 2013).
(Inten, Permatasari, dan Mulyani, 2016)
77
untuk mendapat berbagai respons afektif melalui berbagai pesan
―motivator kognitif‖ atau perancangan berbagai atribut pesan
yang dirancang dan menyentuh ― perceived risk‖ atau berbagai
persepsi susceptibility, severity, dan efficacy.
78
6.4 Perlatihan
79
Khotimah, Emma. 2002. ―Bezoek Politik dalam Perspektif Dramaturgis‖.
Jurnal MediaTor, (3)2.
80
BAB VII
SILOGISME
Mahasiswa dapat menyusun simpulan yang benar dari dua premis yang
memenuhi syarat silogisme.
7.3 Silogisme
81
semua anggota kelas tertentu. Misalnya: ‗semua buruh adalah
manusia pekerja‘ disebut sebagai premis mayor karena ia
mengandung istilah mayor yang nantinya akan muncul sebagai
predikat dalam konklusi. Sebaliknya dari segi isinya proposisi ini
disebut premis mayor karena ‗manusia pekerja‘ dianggap benar bagi
seluruh anggota ‗buruh‘.
1) Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu berlaku
umum (biasanya menggunakan kata semua).
2) Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu positif.
Contoh:
(1) Semua manusia normal tahu tentang baik dan buruk. (umum,
positif)
82
(2) Pada umumnya manusia normal tidak menyukai kecurangan.
(sebagian, negatif)
(1) Semua orang yang berakhlak luhur tidak suka minuman keras.
(umum, negatif)
(2) Semua orang yang suka minuman keras tidak baik menjadi guru.
(umum, negatif)
2) simpulan harus negatif jika salah satu dari pernyataan itu negatif;
Contoh:
7.6 Perlatihan
2) Semua calon mahasiswa yang berusia di atas tiga puluh tahun tidak
mengikuti perpeloncoan. Nina adalah calon mahasiswa yang berusia
31 tahun.
83
3) Semua calon mahasiswa yang berusia di bawah tiga puluh tahun
harus mengikuti perpeloncoan. Nina adalah calon mahasiswa yang
tidak berusia di bawah 30 tahun.
4) Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal. Hujan tidak turun.
84
BAB VIII
TOPIK, PROPOSAL, DAN KARYA TULIS ILMIAH
Bab ini berisi pemaparan materi topik dan karya tulis ilmiah yang
dapat digunakan sebagai arahan bagi penulis menyusun karya tulis ilmiah
terutama pada langkah-langkah awal. Langkah awal yang ditempuh
sebelum penelitian dilakukan adalah menentukan topik dan membuat
kerangka. Dalam praktik menulis karya ilmiah berbagai permasalahan
dapat diangkat menjadi topik. Topik akan berhubungan dengan
pembuatan judul karya yang berfungsi mengomunikasikan inti
permasalahan yang akan dibahas. Judul akan berhubungan dengan
langkah selanjutnya yaitu menyusun kerangka isi karya tulis ilmiah yang
mengacu pada konvensi atau kerangka organisasi karya tulis ilmiah.
Perencanaan ini tidak terlepas dari metode penelitian yang harus dimuat
dalam karya tulis ilmiah. Sementara itu, metode penelitian merupakan
bidang ilmu tersendiri. Penggunaan metode penelitian disesuaikan
dengan topik dan bidang ilmu yang dikaji.
8.3 Topik
Subbab ini berisi arahan bagi mahasiswa dalam menentukan topik dan
membuat judul yang merupakan langkah awal dari menulis karya ilmiah.
85
8.3.1 Pengertian Topik
Setelah ada topik maka hal lain yang dapat disusun adalah tema.
Tema berfungsi menjadi jembatan antara topik dan judul. Sifat topik yang
luas dan judul yang sempit ditengahi oleh tema. Tema merupakan topik
yang mengandung tujuan. Dengan menambahkan beberapa kata yang
86
menandakan tujuan pada topik maka tema pun dapat disusun dan
berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan penulisan (Pengajar Tata
Tulis Karya Ilmiah, 2015: 79). Jika contoh topik di atas dijadikan tema,
akan menjadi pengembangan industri hijab, penggunaan bahan halal ,
perancangan sistem informasi akuntansi penjualan.
Namun, bisa jadi judul yang telah disusun itu bersifat sementara.
Pada akhir kegiatan ada kalanya judul tersebut dianggap kurang tepat
dan beberapa katanya perlu diubah untuk lebih menepatkan dan
memantapkannya. Ketepatan ini harus didasarkan kepada beberapa hal
yang bersangkutan dengan arti dan fungsi judul tersebut secara hakiki.
87
Namun, judul hendaknya juga jangan terlalu panjang, misalnya
―Pengaruh Kebiasaaan Menunaikan Salat di Awal Waktu pada Mahasiswa
Mahasiswi di Kampus-kampus di Kota Bandung terhadap Konsentrasi
Mahasiswa, Nilai Mata Kuliah, dan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa‖.
Judul ini bisa diperpendek menjadi: ―Pengaruh Salat di Awal Waktu
terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Bandung‖.
1) Pengaruh X terhadap Y
2) Efek X terhadap Y
3) Respons X terhadap Y
4) Dampak X terhadap Y
6) Peranan X dalam Y
7) Partisipasi X dalam Y
8) Integrasi X dalam Y
9) Fungsi X dalam Y
88
Selain itu, ada pula kata kunci yang digunakan untuk penelitian
yang langsung menunjuk kepada proses kerja atau metode penelitiannya
(Tanjung dan Ardial, 2005: 22). Kata kunci tersebut adalah sebagai
berikut.
3) Deskripsi tentang X di Y
Apabila topik, tema, dan judul sudah ditentukan, hal lain yang dapat
dilakukan adalah menyusun kerangka karangan. Kerangka karangan
adalah rencana karangan secara garis besar yang memuat pokok-pokok
bahasan. Kerangka karangan berfungsi menyusun karangan secara
teratur, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda,
menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, dan
memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu (Keraf, 1997: 133-
134). Dalam konteks ini, kerangka karangan adalah pedoman dalam
menyusun karya tulis ilmiah mulai dari mengumpulkan data hingga
membuat simpulan dan saran.
89
karangan juga berisi aspek-aspek yang diteliti, metode, dan teknik
penelitian.
90
2) Menemukan metode yang tepat digunakan agar
produksi dan konsumsi hijab di kota Bandung
mencapai titik optimal.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah metode dan teknik
penelitian. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2015: 18).
Berdasarkan definisi tersebut, cara meneliti harus berdasarkan pada ciri-
ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sitematis. Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara yang
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
berarti proses yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Metode penelitian tersebut
bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data dengan baik dari literatur
maupun lapangan kemudian dianalisis, sehingga sering disebut deskriptif
analitis.
91
Contoh kerangka karangan:
92
8.5 Proposal Penelitian
Sistematika Proposal
BAB 1 PENDAHULUAN
93
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a) Bagian Pendahuluan
94
b) Latar Belakang Masalah Penelitian
c) Rumusan Masalah
95
kembali permasalahan yang ditulis pada pengantar, tetapi lebih lebih
mendetail pemaparannya. Menurut Permatasari, ddk (2016) bagian ini
memuat rumusan masalah penelitian berupa identifikasi spesifik
mengenai persoalan yang akan diteliti dalam bentuk pertanyaan. Jumlah
rumusan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas penelitian
yang dilakukan. Urutan rumusan disesuaikan dengan mempertimbangkan
alur penelitian.
d) Tujuan Penelitian
e) Manfaat Penelitian
96
1. Kepustakaan
Selain itu, hal lain yang perlu dipikirkan adalah bahan dan cara
penelitian. Bahan yang diperlukan dalam penelitian harus dirinci dan
diperhatikan. Demikian pula dengan cara atau teknik penelitian. Cara
penelitian yang dipilih dan akan dilakukan tentu akan memengaruhi
proses dan hasil penelitian. Hal lain yang harus disebutkan adalah sumber
dari mana bahan penelitian itu didapat dan dari karakteristik khususnya,
seperti umur, seks, status genetika, dan fisiologi (Day, 1979).
97
seleksi dan apakah perlu persetujuan lisan/tertulis ( consent) dari subjek
penelitian. Bila perlu persetujuan subjek, harus dijelaskan apakah hal tu
sudah dilakukan.
4) Apakah ada sesuatu yang aneh atau tidak biasa dalam temuan
penelitian yang perlu disebutkan dan mengapa?
98
yang perlu diperhatikan dalam pembahasan temuan penelitian, yaitu
sebagai berikut ini.
8.7 Perlatihan
4. Jelaskan apa saja yang harus terdapat dalam kerangka karya tulis
ilmiah!
6. Jelaskan pasal atau pokok apa saja yang ada pada bab pendahuluan!
99
8.8 Ringkasan Materi
100
Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Islam Bandung.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis): dan Mempersiapkan diri menjadi
penulis artikel ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
101
102
BAB IX
SISTEM RUJUKAN DAN KUTIPAN
Salah satu ciri khas dari karya tulis ilmiah adalah adanya daftar
pustaka. Daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang memiliki
pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian tulisan yang sedang
digarap.
103
plagiarisme. Dengan menuliskan aneka sumber pustaka yang digunakan
dalam sebuah tulisan, itu berarti telah mengakui bahwa sumber-sumber
itulah yang menjadi acuan dalam tulisan, bahwa ada beberapa gagasan
atau pemikiran orang lain yang dipinjam dalam tulisan yang sedang
digarap.
104
1. Nama pengarang, ditulis secara lengkap dan dibalikkan penulisannya.
3. Harvard
1. APA style: Adam, R.J., Weiss, T.D., and Coatie, J.J. (2010). The World
Health Organization, Its History and Impact. London: Perseus.
105
2. Harvard style: Adam, R.J., Weiss, T.D., and Coatie, J.J, 2010. The
World Health Organization, Its History and Impact. London: Perseus.
3. MLA style: Adam, R.J., Weiss, T.D., and Coatie, J.J. 2010. The World
Health Organization, Its History and Impact. London: Perseus.
Buku Terjemahan
1. APA Style: Stokes, Jane, 2009. How to Do Media and Cultural Studies.
Cetakan ke-2. Diterjemahkan oleh Santi Indra Astuti. Yogyakarta:
Bentang.
3. MLA Style: Stokes, Jane. 2009. How to Do Media and Cultural Studies.
Cetakan ke-2. Penerjemah: Santi Indra Astuti. Yogyakarta: Bentang
1. APA Style: CIFOR. (2011). Realising REDD National Strategy and Policy
Options. Bogor: CIFOR Indonesia.
3. MLA style: CIFOR. 2011. Realising REDD National Strategy and Policy
Options. Bogor: CIFOR Indonesia.
106
Jurnal Cetak
Artikel Koran
1. Harvard style: Aslan, Reza, 2012. No God But God. [e-book] London:
Penguin. Tersedia di http://www.bookdepository.com [diakses 19
Januari 2016].
107
Untuk penulisan sumber yang berasal dari buku elektronik, gaya
MLA dan APA menyamakan dengan penulisan daftar pustaka yang berasal
dari buku seperti biasa. Konvensi penulisan daftar pustaka yang
bersumber dari buku elektronik baru diatur oleh Harvard.
1. APA style: Aslan, Reza. (2012). No God But God. London: Penguin.
2. MLA style: Aslan, Reza. 2012. No God But God. London: Penguin.
Google Books
1. Harvard Style: Sagan, Carl, 2004. The Pale Blue Dot. [ebook]
Cambridge: Cambridge University Press. Tersedia di Google Books
http://www.googlebooks.com [diakses 29 Januari 2016].
Untuk penulisan sumber yang berasal dari Google Books, gaya MLA
dan APA menyamakan dengan penulisan daftar pustaka yang berasal dari
buku seperti biasa. Konvensi penulisan daftar pustaka yang bersumber
dari Google Books baru diatur oleh Harvard.
1. APA style: Sagan, Carl. (2004). The Pale Blue Dot. Cambridge:
Cambridge University Press.
2. MLA style: Sagan, Carl. 2004. The Pale Blue Dot. Cambridge:
Cambridge University Press.
108
9.6 Pengutipan
109
Information Perguruan tinggi memiliki fungsi Penyebab utama
9.7 Perlatihan
110
9.8 Ringkasan Materi
111
112
BAB X
SISTEMATIKA KARYA TULIS ILMIAH
Bab ini berisi pemaparan sistematika karya tulis ilmiah yang dapat
digunakan sebagai arahan bagi penulis menyusun karya tulis ilmiah
terutama pada pelaporan. Dalam menulis karya ilmiah ada beberapa
sistematika yang lazim digunakan. Hal ini disesuaikan dengan pedoman
dan konvensi yang disepakati atau ditentukan oleh suatu instansi atau
organisasi.
113
4. Kata Pengantar (bila perlu)
7. Daftar Isi
8. Daftar Tabel
9. Daftar Gambar
2. Landasan Teori
5. Penutup
2. Lampiran
3. Indeks
Pada komponen utama susunan bab dapat terdiri atas empat, lima, atau
enam bab. Hal tersebut disesuaikan dari penyusunan bab.
114
Komponen Utama
5. Pembahasan
6. Penutup
Sistematika A
2.3 dst.
115
Sistematika B
C. dst.
Halaman Judul
116
memberikan kontribusi terhadap penyelesaian karya ilmiah, dan
keterbukaan dalam menerima saran.
Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat bukan oleh penulis, tetapi oleh pihak lain
yang memiliki otoritas di bidang keilmuan tertentu maupun di
kelembagaan. Kata pengantar berisi rekomendasai dan nilai dan manfaat
dari tulisan. Biasanya kata pengantar ditulis untuk sebuah buku.
Sari
Daftar Isi
Daftar Tabel
117
tabel pada daftar tabel ditulis dengan dua angka, dicantumkan secara
berurutan yang masing-masing menyatakan nomor urut bab dan nomor
urut tabel di dalam karya tulis ilmiah. Contoh: tabel 2.5., artinya tabel
nomor 5 pada bab 2.
Daftar Gambar
Daftar Grafik
Daftar Lampiran
118
Indeks
10.6 Perlatihan
1. Komponen apa saja yang harus terdapat dalam sebuah karya tulis
ilmiah?
4. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam komponen awal karya tulis
ilmiah!
5. Ikhwal apa saja yang harus dimuat dalam sari atau abstrak?
6. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam komponen akhir karya tulis
ilmiah!
119
landasan teori, metode dan teknik penelitian, hasil dan pembahasan,
serta simpulan.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis): dan Mempersiapkan diri menjadi
penulis artikel ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
120
BAB XI
RINGKASAN DAN ABSTRAK
Bab ini berisi pemaparan materi ringkasan dan abstrak. Materi ini
dapat digunakan untuk menyusun salah satu bagian dari karya tulis
ilmiah yaitu abstrak dan dapat juga digunakan untuk menyusun ringkasan
dari bahan bacaan lainnya termasuk karya ilmiah. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan saat menyusun ringkasan dan abstrak sehingga
dapat menampilkan esensi dari sebuah karya ilmiah.
121
11.4 Tujuan menyusun ringkasan
122
yang bersifat paralel. Bila masih ada kalimat majemuk telitilah kembali
apakah mungkin dijadikan kalimat tunggal.
123
11.7 Struktur dan Cara Menulis Abstrak
Abstrak dan kata kunci harus selalu ada dalam setiap artikel yang
ditulis untuk dimuat dalam jurnal. Menurut Tanjung dan ardial (2005:
151) kata kunci ditulis dan ditempatkan setelah kata abstrak (sebelum
uraian isi abstrak). Namun, ada beberapa jurnal yang memandu
penulisnya untuk menulis dan menempatkan kata kunci setelah uraian isi
abstrak. Penulis dapat mencari keterangan pada hasil penelitian yang
serupa dalam bidang yang sama untuk mendapatkan kata kunci
tambahan yang dapat digunakan selain yang terdapat dalam judul. Ide
untuk memilih kata kunci yang digunakan dengan layanan indexing yang
relevan. Pada tahap ini, penulis hendaknya mempertimbangkan kembali
tentang siapa pembaca tulisannya dan apa minat mereka dan kemudian
mencoba untuk memprediksi kata kunci yang tepat yang akan digunakan.
Kata kunci terdiri atas beberapa kata, Bahdin Nur Tanjung dan
Ardial (2005: 52-53) menjelaskan bahwa dalam jumlah kata kunci dalam
abstrak berkisar antara tiga sampai lima kata. Pemilihan kata dianggap
kunci didasarkan atas keperluannya untuk komputerisasi sistem informasi
ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul skripsi dan tesis
abstraknya dengan mudah. Kata kunci berisikan istilah-istilah yang
mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang terkait dengan ranah
permasalahan yang dibahas dalam artikel penelitian.
124
Penulisan abstrak sesungguhnya dilakukan setelah seluruh tahapan
penelitian diselesaikan. Oleh karena itu abstrak kemudian menjadi
ringkasan dari keseluruhan isi penelitian. Terkait format penulisannya,
abstrak dibuat dalam satu paragraf dengan jumlah kata antara 200 – 250
kata, diketik dengan satu spasi, dengan jenis huruf Times New Roman
ukuran 11. Bagian margin kiri dan kanan dibuat menjorok ke dalam.
Bahasa yang digunakan untuk penulisan abstrak adalah yakni bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
Contoh abstrak:
Abstrak
11.8 Perlatihan
Contoh teks:
125
Bahasa Indonesia dipelajari di tingkat sekolah selama 12 tahun
dengan porsi jam pelajaran yang besar. Di tingkat perguruan tinggi
khususnya bagi program sarjana dan diploma, Bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata kuliah umum yang wajib ada dalam
kurikulum sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, Pasal 35 ayat (3). Adapun dalam kurikulum
baru tahun 2006 sesuai SK Dirjen Dikti Depdiknas RI No.
43/DIKTI/Kep/2006, Bahasa Indonesia termasuk dalam Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK). Dengan demikian, pencantuman mata
kuliah Bahasa Indonesia dalam kurikulum Perguruan Tinggi itu
dimaksudkan sebagai: (1) media pembelajaran kemampuan berbahasa
Indonesia para mahasiswa, dan (2) salah satu sarana pengembangan
kepribadian para mahasiswa.
126
menjadi wahana mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas.
Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk menciptakan suatu yang
baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada (Munandar, 2004) Melalui karya tulis ilmiah, ide, ilmu,
rasa ingin tahu, kreativitas, dan energi dapat bermuara.
127
11.9 Ringkasan Materi
128
Paltridge, B., Starfield, S. 2007. Thesis and Disertation Writing in A
Second Language: A Handbook for Suvervisors. London: Routledge
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis): dan Mempersiapkan diri menjadi
penulis artikel ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
129
130
BAB XII
131
12.3 RAGAM ETIKA BERBAHASA AL-QUR’AN
12.3.1 Pendahuluan
132
Menurut Prof. Ahmad Sadali, Pada tahun 1976 saya sempat
mengapungkan gagasan ETI (Education Through the Teaching of Islam),
yaitu pendidikan melalui Ajaran Islam, dalam Confrensi MSA (Muslim
Student Association) Amerika dan Kanada, di Bloomington Amerika
Serikat. Gagasan ini berpangkal pada kesadaran, bahwa Islam adalah
‗an all-embracing mode of live‖ dan penganutnya mesti kaffah atau
menyeluruh di dalam segala sektor kehidupannya. Juga disadari bahwa
ilmu berasal dari Allah Swt dengan dua kategori: yang diwahyukan dan
yang diperoleh dari universum manusia (al-kaun) (Fushshilat: 53).
Komponen yang satu harus ada pertalian dengan yang lain, khususnya
karena Al-Quran (wahyu) adalah Petunjuk bagi kehidupan (Al-Baqarah:
2). Penemuan-penemuan pakar mutakhir sering menunjukkan pada
indikasi kemukjizatan Al-Quran. Lima belas abad yang lalu, tentang
kebenaran saintifik, yang memporak-porandakan cemoohan dunia
sekuler, bahwa Al-Quran buatan Muhammad. Sebab tidak mungkin
ungkapakan canggih, prediktif dan profetis, yang tersebar dalam Kitab
Suci orang Islam itu, terungkap dalam masa perkembangan ilmu abad ke
enam Masehi.
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar
133
12.4 2 RAGAM ETIKA BERBAHASA AL-QUR’AN
…
...hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
134
persoalan yang sedang dihadapi masyarakatnya. Perhatikan firman
Allah Swt, dalam QS Al-Nisâ`(4): 63:
4. Qaulan karîman, artinya tutur bahasa yang mulia dan sopan santun
budi bahasanya. Pilihan kata yang indah, menentramkan, menciptakan
perdamaian adalah tutur kata yang mulia, tinggi budi bahasanya.
Perhatikan firman Allah Swt, QS Al-Isrâ` (17): 23:
135
…
136
1. Inventio, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi yang
mencangkup: menemukan, mengumpulkan, menganalisa, memilih
materi yang cocok untuk mengajak.
12.5 Perlatihan
2. Paparkan kalimat dengan Qaulan sadîdan, kata yang benar dan tepat!
137
5. Ketengahkan kalimat Qaulan Maisûran, perkataan yang pantas,
sederhana, dan mudah dicerna maknanya!
6. Berikan Contoh Qaulan layyinan, budi bahasa yang lembut dan halus!
12.6 Ringkasan
138
LSIPK Universitas Islam Bandung
Buku Ajar
Bahasa Indonesia
Oleh:
Tim Dosen Bahasa Indonesia
Universitas Islam Bandung