MUSLIM”
Oleh :
Zulkarnain
NIM : 104034001188
Skripsi
Diajukan kepada fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ushuluddin (S.ud)
Oleh :
Zulkarnain
NIM : 104034001188
Di bawah Bimbingan
i
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
sah Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2011. Skripsi ini telah di
Sidang Munaqasah
Ketua merangkap anggota sekretaris merangkap anggota
Anggota
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﯾﻢ
Puja dan puji syukur patut diucapkan kepada Allah Swt. Pemiliki segala
pujian, "tempat" untuk mengadu dan "tempat" untuk meminta pertolongan, karena
merampungkan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga tertuju kepada
utusan pemegang cahaya dan pembawa rahmat yakni, Nabi Muhammad Saw.
ada berbagai pihak yang berperan dan telah banyak membantu, karenanya dengan
2. Seluruh dosen di Jurusan Tafsir Hadis, terima kasih karena telah mau
berbagi ilmu dan ide kepada penulis, semoga semuanya tetap tersimpan di
kepada pak Imam Prasojo, ibu Gita, ibu Fuji dan Yayasan Nurani Dunia,
iii
hukum dan hadis. Tak lupa juga kepada para staf pengajar yang telah
5. guruku dan orang tuaku KH. Maman Abdurrahman selaku Mudîr Ma`had
al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar yang telah
Ramli, Syamsul Bahri, Yazid Saghof (maaf kalau gelar kiyainya tidak
penulis tulis) Arrozi Hasyim, Lia Rosmala, Faiqatul Mala, Azizah Ghafur,
Fuad, Syarif Hidayatullah. Juga tak lupa Ade Purnama, enchun alias
Asmi, Asep Komar, serta temanku yang terjauh yang suka ngomel-ngomel
Nanik Susiani dan teman-temanku yang lain, mohon maaf karena tidak
iv
ABSTRAK
Sejak abad pertama hijriyah, para ulama salaf ahli hadis telah konsen
dalam mencari jalur periwayatan atau sanad dari hadis-hadis yang mereka dengar
dengan bertanya langsung kepada orang yang menerimanya. Tujuannya adalah
agar kevalidan data benar-benar akurat dan dapat dijadikan referensi dalam
permasalahan agama. Penelusuran serta pencarian jalur periwayatan pun berlanjut,
walau mereka harus keluar dari kampung halaman, lalu berpindah-pindah dari
tempat satu ke tempat yang lain, yang di sana terdapat orang atau kelompok yang
mereka bisa mendengar dan menyaksikan langsung hadis-hadis dibacakan dan
dicatat.
Pencatatan tentu dilakukan oleh mereka dalam bentuk tulisan dan kekuatan
hafalan, agar ratusan periwayat yang telah ikut andil dalam penyebaran hadis
tidak bercampur dalam rantai periwayatan. Dalam pengumpulan rantai
periwayatan hadis, tidak jarang dari mereka mendapati adanya titik temu dari
siapa suatu hadis yang sudah tersebar itu bermuara, sebelum sampai kapada Nabi
sebagai pemilik hadis. Di antara mereka yang paling jeli dalam melihat titik temu
itu adalah imam Muslim. Ia kemudian berinisiatif untuk menggabungkannya. Hal
ini terlihat jelas dari karyanya al-Musnad al-Sahîh atau Sahih Muslim. Di
dalamnya banyak hadis-hadis yang dirangkum jalur periwayatannya agar tidak
terjadi pengulangan penyebutan matan hadis, seperti dilakukan sering oleh amîr
al-mukminîn fi al-hadîts yang lain.
Demi menjaga agar tidak terjadi “percampuran” periwayatan hadis, maka
imam muslim menggunakan simbol “h” yang telah populer dikalangan ahli hadis,
sebagai pengganti dari kata al-tahwîl, sekaligus sebuah bukti bahwa di dalam jalur
periwayatan tersebut terdapat perpindahan dari periwayatan satu ke periwayatan
yang lain atau dari sanad satu ke sanad yang lain. Berangkat dari al-tahwîl inilah,
rasa keingintahuan penulis muncul, bukan yang erat kaitannya dengan arti letiral
dan devinitif baku kata al-tah wîl, melainkan fungsi apa yang berada di baliknya,
sehingga lahirlah tulisan sederhana ini.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ﺍ Tidak dilambangkan
ﺏ B Be
ﺕ T Te
ﺙ Ts Te dan es
ﺝ J Je
ﺡ H H dengan garis dibawah
ﺥ Kh Ka dan ha
ﺩ D De
ﺫ Dz Ka dan ha
ﺭ R Er
ﺯ Z Zet
ﺱ S Es
ﺵ Sy Es dan ye
ﺹ S Es dengan garis di bawah
ﺽ D De dengan garis di bawah
ﻁ T Te dengan garis di bawah
ﻅ Z Zet dengan garis di bawah
ﻉ ‘ Koma terbalik di atas hadapan kanan
ﻍ Gh Ge dan ha
ﻑ F Ef
ﻕ Q Ki
ﻙ K Ka
ل L El
ﻡ M Em
ﻥ N En
ﻭ W We
ﻩ H Ha
ﺀ ` Apostrof
ﻱ Y Ye
B. Huruf Vokal
1. vokal tunggal
Tanda vocal Arab Tanda vocal latin Keterangan
َــ A Fathah
ِــ I Kasrah
ُــ U Dammah
2. Vokal Rangkap
Tanda vocal arab Tanda vocal latin Keterangan
َــ ﻱ Ai A dan i
َــ ﻭ Au Ada dan u
3. Vokal Panjang
Tanda vocal arab Tanda vocal latin Keterangan
ـَـﺎ Â A dengan topi di atas
ﻲ ِـ Î I dengan topi di atas
ﻭ ُـ Û U dengan topi di atas
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING.........................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Batasan Masalah dan Rumusan.......................................................4
C. Tinjauan Pustaka.............................................................................5
D. Tujuan Penelitian.............................................................................6
E. Metode Penelitian............................................................................6
F. Sistematika Penulisan......................................................................7
BAB II IMAM MUSLIM DAN SAHIHNYA....................................................10
A. Biografi imam Muslim...................................................................10
B. Riwayat Pendidikan Imam Muslim...............................................13
C. komentar para Ulama Terhadap Imam Muslim.............................20
BAB III MENGENAL KITAB SAHIH MUSLIM...........................................23
A. Metodologi Penyusunan Hadis........................................................23
B. Pandangan para ulama Mengenai Hadis-Hadis yang Terdapat
dalam Kitab Sahih Muslim...............................................................38
BAB IV METODE PENYUSUNAN SANAD DALAM SAHIH MUSLIM 44
A. at-Tah wîl dan fungsinya.................................................................44
B. Variasi Jumlah At-tah wîl dalam Sahîh Muslim............................49
C. Mutâbi‘dan fungsinya....................................................................53
D. Perbedaan dan kesamaan antara At-tah wîl dan Mutâbi‘...............56
BAB V PENUTUP...........................................................................................64
A. Kesimpulan.....................................................................................64
vii
B. Saran-saran64
DAFTAR PUSTAKA66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw apapun itu, baik berupa
ucapan, perbuatan dan lain-lain2 yang di mata umat Islam mendapat porsi
istimewa dalam daftar urutan referensi utama sumber kedua hukum Islam setelah
al-Qur`an. Dan secara umum hadis tersusun atas dua unsur pokok yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yaitu sanad3 dan matan.4
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa hadis-hadis yang sampai kepada kita
tidak semata-mata datang dengan sendirinya atau dengan kata lain, adanya hadis
hanya berdasarkan ucapan orang-orang sekarang, bahwa nabi telah melakukan ini
dan itu. Akan tetapi, hadis yang dibaca oleh umat Islam sekarang ini telah
melewati proses panjang dari waktu ke waktu dengan melalui beberapa generasi
1
Hadis juga dapat bermakna; yang baru, ucapan atau perkataan, khabar,cerita dan
wawancara atau interview. (Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor,Kamus kontemporer Arab-
Indonesia, (Multi Karya Grafika Pondok Pesantren Krapyak: Yogyakarta,) cet 8, h. 747)
2
Muhammad `Ajâj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), cet
3, h. 2
3
Sanad secara bahasa dapat berarti penopang , penyangga, wewenang dan sumber yang
dapat diandalkan (Atabik Ali Ahmad Zhuhdi Muhdlar Kamus kontemporer Arab-Indonesia, , h.
1093), sedangkan secara istilah adalah al-ikhbâr `an t orîqil matan, artinya: berita-berita yang
berasal dari matan (al-SuyûtîTadrîb al-Râwi editor; abd al-wahab Abd al-lat if, (Qâhirah:
maktabah dâr al-turats,2005 ) cet. 5 h.36. Mengenai pengertian sanad, penjelasan yang sangat baik
menurut penulis, adalah sebagaimana apa yang dikatakan oleh syeikh utsamin yaitu al-rijâlu
alladzîna ja` al matn min torîqihim, artinya: orang-orang yang mendatangkan (ja`) matan melalui
jalur mereka. lihat Muhammad Salih al-Utsaimin, syarh nuzhatun nazar fi taudihi nukhbatil fikr,
(Qâhirah, maktabah sunnah, 2002), cet 1, h. 39
4
Adapun matan secara bahasa artinya teks atau yang tertulis lihat Kamus kontemporer
Arab-Indonesia, Atabik Ali Ahmad Zhuhdi Muhdlar, h. 1617. Sedangkan menurut istilah yaitu;
huwa ma yantahî ilahi ghâyatu al-sanad minal kalam artinya: ucapan yang disandarkan kepada
orang kepada sanad yang terakhir, oleh lihat al-Suyûtî tadrîb al-rawi. H 36. Atau sebagaimana
yang dikatakakan oleh al-`Utsimin " al-fazul hadîts allatî tataqawwamu bihâ al-ma‘ânî", artinya:
lafaz-lafaz hadis yang dengannya menjadi kuatlah makna-makna, lihat Muhammad Salih al-
`Utsaimin, syarh nuzhatun nazar fi taudihi nukhbatil fikr, h. 36
1
2
lagi, kemudian murid selanjutnya dan seterusnya. Rantai perjalanan hadis ini
dikenal dengan sebutan jalur periwayatan atau yang lebih dikenal dengan istilah
sanad.
diketahui bahwa hadis yang disampaikan orang adalah berasal dari Nabi saw
kemurniannya.
awal pernah disinggung oleh Ibn Mubarak. Ia mengatakan. “Isnad bagian dari
agama tanpa Isnad maka orang akan mengatakan apa yang dia kehendaki”6
kebenaran sebuah informasi dari si pembawa berita dalam hal ini adalah seorang
periwayat sudah ada semenjak pada masa Nabi7, begitu juga pernah terjadi pada
masa Abu Bakar r.a8 dan puncaknya terjadi setelah adanya fitnah atau peristiwa
5
Yang penulis maksudkan adalah, bahwa seorang guru terkadang menerima hadis bukan
dari gurunya lagi sebagaimana lumrahnya, melainkan sebaliknya dari muridnya sendiri. Ibn al-
Salâh Dalam kitabnya Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts menulis sebuah judul ma`rifatu
akâbir al-rruwah min al-asâghir. Pada bab itu ia mencontohkan; Ibnu al-qâsim `Ubaidillah ibnu
Ahmad al-Azhary dalam beberapa riwayatnya menerima hadis dari muridnya yaitu al-Khatîb al-
Baghdady. lihat Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts ( Bairut: Dâr al-kutub al-
`lmiyyah, 2006), cet 2, h. 312
6
Redaksi selangkapnya sebagai berikut,
(ﺷﺎﺀ ﺎ َ ﻣ ﻦ ﹶﻟﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻣ ﺎﺩ ﺳﻨ ِﺪ ﺒﻋ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻧﻪ ِﻙ ﺃﹶ ﺎﺭ ِﻦ ﺍﳌﹸﺒ ﺍ ِﷲ ﺑ ﻻﹶﻦ :ﻋ ) ﹶﻟﻮ،ِﻦliﻳhِﺪa ﻟt ﻦ ﺍIb ﻣnِﺎﺩ ﻨ ِﺍﻹﺳ
َﺷﺎﺀ ﺍ ِﻹ
al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts, h. 271
7
kritik akan kebenaran sebuah berita dengan menanyakan langsung kepada sumber berita
pernah dilakukan oleh Umar r.a ketika ia mendengar kabar tentang Rasulullah yang telah
menceraikan istri-istri beliau dari tetangganya sendiri, Umayyah ibn Zaid. Lihat Muslim, sah îh
Muslim, (Darul Fikr, 2002), cet 1, h. 692
8
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2004) cet 4, h. 2
3
terbunuhnya Usman r.a, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ibn Sirin “pada
fitnah, apabila mendengar hadis mereka selalu menanyakan dari siapa hadis itu
diperoleh. Apabila diperoleh dari ahl al-sunnah hadis itu diterima sebagai dalil
dalam agama, dan apabila diperoleh dari orang-orang penyebar bid`ah, hadis itu
ditolak”9
Ahmad ibn Hanbal, Bukhari, Muslim, S âhib al-Sunan dan lain-lain, ketika
tentang semua tindak-tanduk Nabi saw adalah benar adanya. Akan tetapi, sanad-
sanad yang bersambung sampai kepada Nabi saw masing-masing memiliki tingkat
kualitas yang berbeda-beda, dari tingkat yang paling sahîh11 yang dalam 'ulûm al-
9
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis,. H. 2, mengutip dari buku, karya Nur al-Din Itr.
Manhaj al-Naqd fi ‘ulum al-H adîts, (Damascus: Darul Fikr 1981), h. 55 dan Mustafâ Mu’min.,
Qasamat al-‘Alam al-Islami al-Mu‘ashir, (Darul Fath, 1974), h. 12-13
10
Julukan ini diberikan kepada orang yang menjadi tokoh pada masanya dalam bidang
hafalan dan dirayah hadis, sehingga menjadi tokoh dan imam pada masanya. Lihat: Muhammad
'Ajâj al-Khatib, Usul al-Hadîts, h. 411
11
Hadis sahih sebagaimana yang dikatakan oleh al-Baiqûnî adalah:
ﺃﹶﻭ...
ِ ﺎ ﺍﻟ ﻬ
ﹾﻞ ﻳﻌ ﻭ ﹾﺬ ﹶﺃ ﻞﹾ ) ﺸ ﺼ ﻣﺎ ﺍﺗ ﻮ ﻫ ﺢ ﻭ ﺼﺤﻴ
ﻭ ) ِﻣﺜـِﹾﻠﻪ ﻦ ِﺑﺎﻂﹲ ﻋ ﻝﹲ ﺿ ﺪ ِﻳﻪ ﻋ ِﻭ ﺮ ﻳ ِِﻄﻪ ﺒ ﺿ
Artinya:
ِِﻠﻧﹾﻘ
... ﻪ
Urutan hadis yang pertama yaitu hadis sahih, yang dimaksud dengan hadis sahih adalah,
hadis yang bersambung sanadnya, yang tidak ada syaz ataupun 'illat, serta semua sanadnya bersifat
`âdil dan dâbit (terjaga hafalannya,). Lihat 'Umar ibn Mahammad ibn Fatûh al-Baiqûnî, manzumah
al-Baiqûnî, (markaz al-khidmât wa al-Abhâts al-tsaqâfiyyah, 1987) h. 1
4
lemah (daîf) yaitu maud û' atau hadis palsu 13, sehingga dengan demikian, setiap
hadis yang memiliki jalur sanad belum tentu benar-benar berasal dari Nabi saw.
sittah15. Akan tetapi, imam Muslim dengan kitab Sahîh-nya menunjukkan ciri
khas tersendiri dalam menampilkan jalur periwayatan dari hadis-hadis yang beliau
terima. Di sana akan banyak dijumpai percabangan jalur sanad dari hadis-hadis
Percabangan jalur sanad tersebut lebih dikenal dalam ilmu hadis dengan
istilah al-tah wîl. dan insya Allah pembahasan mengenai al-tah wîl inilah yang
akan penulis jadikan sebagai tema utama dalam penyusunan skripsi ini
12
Artinya rantai emas maksudnya adalah, bahwa sebuah sanad yang memiliki jalur
sanad yang tersahih atau terkuat. Lihat, Ahmad ‘Umar Hasyim, qawâ‘id us ûl al-hadîts, (Beirut:
Ilmu al-Kutub, 1997), cet 2, h. 38
13
Yang dimaksud dengan hadis maudhu` adalah
ﹶﻠُﱠﺍﷲﻠ ﺘ ﺨ ﺍﻟﹾﻜﹶ ِﺬﺏﻭ
Artinya:
ﻴ ﻢ ﻠﺍ
ﻟﹶﺏﻮ ﺍﻟﹶﺼ ﻨﻉ ﹶﻤﳌ ﺍﻮ ﻨ ﺼ ﻖ
ﺭ ﱠﺳﻠ ﻭ ﻋ ِِﻪﺳﷲ ِ
ﺍ ﻰﻝِﺻ ﻮ ﻰ
Yaitu, sebuah hadis palsu yang dibuat-buat (oleh seseorang, lalu kemudian)
disandarkan kepada Rasul saw. Lihat Mahmûd Tahhân, Taisîr Mustalah al-Hadîts (Beirut: Dâr al-
fikr, tth) h. 75
14
Maksudnya: orang yang mengeluarkan (meriwayatkan) Hadits-hadits. A.Qadir Hassan,
Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2002), cet, VII, h. 430
15
Secara etimologi kutub al-sittah artinya enam kitab, dalam ulum hadis istilah kutub al-
sittah selalu dialamatkan kepada enam imam dengan karya-karya mereka yaitu imam al-Bukhari
dengan S ahîh al-Bukhâry, imam Muslim dengan S ahîh Muslim, Abû Dâud dengan sunan Abî
Dâud, Abû 'Isâ al-Tirmidzî dengan Sunan al-Tirmidzi, imam al-Nasâ’i dengan Sunan Al-Nasâ’i
dan imam Ibn Mâjah dengan sunan Ibn Mâjah. pada awalnya hanya ada 5 kitab hadis (kutub al-
Khamsah) yang menjadi rujukkan utama oleh para ulama selain sunan Ibn Majah, kemudian
datang Abû Fadal ibn Tâhir dan memasukkan Sunan Ibnu Majah kedalam referensi utama hadis,
sehingga berjumlah menjadi enam. lihat: Muhammad 'Ali Baidun,, Syurût al-A`immah al-sittah,
5
Dari beberapa literatur buku ‘ulûm al-hadîts yang penulis ketahui, di sana
ketika mambahas tema yang bernama sanad, sangat jarang dijumpai pengarang
menyinggung masalah al-tahwîl. Apabila dibahas atau disinggung juga, itu hanya
sebatas pengertiannya saja atau rumus yang digunakan sebagai tanda adanya
percabangan dan siapa yang pertama kali menggunakan kata al-tah wîl. Serta
perbedaan para ulama dalam penggunaan rumus " h () ﺡ16 apakah rumus tersebut
adalah sebagai simbol dari kata al-tah wîl ataukah dari kata al-h adîts ( )ﺍﳊﺪﻳﺚ.17
Dan mereka manaruh pembahasan tersebut pada bab tertentu dengan bertemakan
permasalahan hanya pada fungsi al-tah wîl yang terdapat pada sanad sebuah
hadis. Sebagaimana diketahui bahwa hadis-hadis al-tah wîl bukan hanya terdapat
dalam satu kitab ata dua kitab hadis saja melainkan tersebar di banyak kitab, oleh
karenanya agar lebih terfokus pada pembahasan fungsi al-tah wîl ini, maka perlu
C. Tinjauan Pustaka
berusaha mencari data-data dari skripsi yang pernah ditulis oleh para mahasiswa
Ibn Katsîr, al-Bâ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, Editor: Ahmad
16
Ushuluddin khususnya jurusan tafsir hadis dalam kolektif judul skripsi pada
Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat dan juga Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah atau pun tesis dan disertasi dengan membaca katalog daftar sikripsi
tetap penulis belum menemukan judul skripsi, tesis dan disertasi yang
pembahasan al-tahwîl yang pernah ditulis oleh ulama-ulama terdahulu seperti Ibn
mereka. Dengan demikian judul dan tema yang penulis angkat adalah judul dan
tema baru yang belum ditulis oleh mahasiswa jurusan tafsir hadis sebelumnya
D. Tujuan Penilitian
Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah dalam meraih gelar
Untuk mengetahui fungsi dari percabangan atau al-tahwîl dari sebuah sanad
yang tentunya dapat mempengaruhi kwalitas hadis melalui sanad tersebut, bukan
hanya hadis-hadis yang terdapat dalam Sahîh Muslim, tetapi juga pada kitab-kitab
Karena pembahasan al-tah wîl sangat jarang dalam kitab-kitab 'ulûm al-
subangsih tersendiri terutama bagi penulis dan orang lain yang membacanya.
E. Metode Penilitian
1. pengumpulan data
mendapatkan data yang valid sesuai dengan tuntutan akademis, maka penulis
diantaranya yaitu: kitab sahih Muslim sendiri, karena ia merupakan objek kajian
penulis. secara keseluruhan skripsi yang penulis angkat berbicara mengenai salah
satu cabang dari ‘ulûm al-h adîts dengan demikian, untuk membahasnya juga,
tentunya penulis menggunakan referensi primer ‘ulûm al-h adîts, dalam hal ini
alah, Tadrîb al-Râwi dan lain-lain. Untuk mendapatkan informsi yang lebih
akurat, penulis juga tidak melupakan referensi sekunder sebagai tambahan data,
kesimpulannya. proses yang penulis ambil lebih dikenal dengan istilah metode
deskriptif analisis.
9
3. Agar tidak terjadi penjilplakan judul oleh penulis, maka penulis mencoba
mencari-cari skripsi, tesis atau disertasi yang sekiranya memiliki objek penelitian
yang sama sesui dengan judul skripsi yang penulis angkat di Perpustakaan
ternyata belum ada yang menulis tema yang sama, sesuai dengan judul skripsi
4. Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman
penulisan Skripsi, Tesis, Desertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta press
F. Sistematika Penulisan
pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan membaginya kedalam lima bab,
yaitu:
judul skripsi ini, kemudian batasan dan rumusan masalah, lalu tinjauan pustaka
yang di dalamnya penulis mencoba mencari karya-karya berupa skripsi, tesis dan
sebagai seorang penulis, maka pada bab kedua ini, penulis membicarakan biografi
imam muslim yang berisikan di mana ia dilahirkan serta pada tahun berapa ia
1
0
dilahirkan. Selain itu juga penulis membicarakan pada dinasti siapa hidup dan di
mana ia dimakamkan. Pada bab ini juga, penulis mencoba melacak kapan imam
Muslim menerima hadis pertama, siapa guru-gurunya yang pernah ia terima hadis
hadisnya, agar dapat diketahui dalam kelompok mana klasifikasi kitab tersebut,
selain itu juga penulis mengutip pandangan para ulama berkaitan dengan hadis-
hadis serta bagaimana komentar para ulama terhadap hadis-hadis tersebut dan
pengertian al-tah wîl dari sisi bahasa dan istilah, beserta contoh dan fungsi-
Setidaknya ada tiga point dasar pada judul skripsi yang penulis angkat, yang
menjadi objek kajian penulis. Pertama, imam Muslim sebagai seorang tokoh
pakar hadis sekaligus pengarang kitab Sahih Muslim. kedua, kitab S ahîh
Muslim- nya sendiri dan ketiga adalah Al-tah wîl. Oleh karena imam Muslim
adalah seorang tokoh, ada baiknya penulis memaparkan lebih dulu biografinya,
kemudian mengetahui latar belakang pendidikan orang tersebut. Hal itu perlu
Dan dikarenakan yang dibahas pada kesempatan ini adalah hadis, maka selain dari
dengan tokoh tersebut. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah dengan
1
Ada lima syarat yang harus dimiliki sebuah hadis, dan itu juga sudah menjadi sebuah
ketentuan baku yang dibuat oleh para ulama untuk menentukan kualitas hadis tersebut, yaitu:
bersambungnya sanad, `adil,dôbit, tidak memiliki syaz dan tidak memiliki `illat. `Abd al-Majîd
Mahmûd Matlûb, Mabâhîts fî 'Ulûm al-Qur`ân wa al-Hadîts, (Qâhirah: Muassasah al-Mukhtâr:
2004), cet 1. h. 283
Dari kelima syarat di atas yang berkaitan khusus dengan sanad hanya ada tiga, yaitu:
bersambungannya sanad, 'âdil dan dôbit. Seseorang dapat disebut kredibel jika dia memiliki dua
kriteria utama yaitu 'âdil dan dâbit.
10
11
Apa yang penulis katakan di atas, tentu sangat berlaku juga terdahap imam
Muslim yang memiliki nama lengkap, Muslim ibn al-Hajjâj ibn Muslim al-
Qusyairî al-Naisabûrî. Dia adalah seorang pakar hadis yang diakui oleh para
ulama pada masanya, bahkan mayoritas umat Islam pada abad ke 3 H dan sampai
sekarang pun masih tetap diakui. Ia lahir pada tahun 204 H atau pada tahun 206 H
menurut persi yang lain. Di salah satu kabilah di Arab yang lebih dikenal dengan
Naisabur.2
Naisabur adalah sebuah kota diantara beberapa kota terpenting yang ada di
pernah berkata "Naisabur adalah kota yang sangat besar, tanahnya memiliki
potensi mengandung hasil bumi yang sangat berharga dan ia adalah kota dimana
banyak dilahirkan para ulama yang belum pernah pernah saya melihatnya sebelum
Di awal abad ketiga Hijriyah, Naisabur merupakan salah satu daerah yang
masih di bawah kekuasaan bani Abbasiyah, yang pada tahun kelahiran imam
Muslim masih dipimpin oleh khalifah al-Ma`mun (198-218 H)6. Ia adalah salah
2
Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah:
Dâr al-Hadîts t.t.h), juz 1 h.أ
3
Syauqi, Atlas Hadits, (Jakarta: al-Muhira, t.t.h) h. 156
4
Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî al-Baghdâdî, Mu‘jam al-
Buldân, (Beirut: Dâr Sâdir, tth) jld 5, h 331
5
Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî al-Baghdâdî, Mu‘jam al-
Buldân, h. 331
6
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam3, (Jakarta: al-Husna Zikra, 2000), cet 3, h.
129
12
pyramid, maka al-Ma`mun-lah adalah orang yang berada pada puncak pyramid
tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Hitti dalam bukunya History af The
Arabs "diktum yang dikutip oleh seorang penulis antologi, al-Tsa`labî, (w1038 M)
bahwa dari para khalifah Abbasiyah "sang pembuka" adalah al-Manshur "sang
mendekati kebenaran".7
Al-Ma`mun dalam sejarah dicatat, sebagai seorang khalifah yang suka akan
intelektual dan ilmu, ini merupakan sebuah karakter yang berbanding terbalik
dengan saudaranya al-Amin yang suka akan hiburan. Oleh kerena kecintaanya
kepada ilmu ia lalu membangun sebuah gedung yang dinamakan Bait al-Hikmah,
imam Muslim lebih dulu wafat, pada bulan Rajab tahun 261 hijriyyah di usianya
7
Philip K.Hitti, History af The Arabs. Penerjemah : R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2006) cet 1. h. 369-370
8
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam3 , h. 137
9
al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, (Maktabah al-Shafa t.t.h), juz 8, h. 307
13
Dari beberapa buku târikh yang penulis sempat buka, seperti kitab Siyar
A‘lam al-Nubalâ , Tahzîb al-Kamâl, Tahzîb al-Tahzîb dan lain-lain, penulis belum
menemukan pada usia berapa imam Muslim mulai mengenal dunia pendidikan di
yang menurutnya, imam Muslim pada tahun 218 H (pada usia 14 tahun) beliau
sudah menerima (simâ)10 hadis dan guru pertama yang ia terima hadis darinya
atau yang semasa dengannya. Sedangkan apa yang dikatakan oleh al-Dzahabî di
atas, menurut asumsi penulis adalah bahwa, bisa jadi pada usia itu ia baru
10
Al-Samâ‘ yang berarti mendengar, dalam istilah hadis dikenal sebagai kegiatan seorang
guru yang membaca hadis baik dari hafalan atau kitabnya sedangkan hadirin mendengarnya baik
majelis itu imla' atau untuk yang lain. Lihat . Muh ammad `Ajâj al-Khatib, Us ûl al-Hadîts,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), cet 3, h. 204
Berkaitan dengan usia ideal untuk mempelajari hadis, M.M Azami di dalam bukunya
Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, mencoba menjelaskannya secara gamblang dengan
mengutip perkataan ulama terdahulu yang ia catat dari berbagai sumber. Seperti perkataan al-
Tsauriy “Umumnya orang-orang beribadah dahulu dua puluh tahun, kemudian baru belajar dan
menulis hadis”. Ia juga mengutip perkataan al-Zubairi “Saya lebih senang apabila umur sebelum
dua puluh tahun itu dipakai untuk menghafal al-Qur`an dan ilmu-ilmu wajib yang lain”. Selain
perkataan kedua tokoh dia atas, Azami juga mencatat ucapan al-Zuhri ketika berbicara dengan
Ibnu ‘Uyaiynah yang pada waktu itu berusia lima belas tahun-,”Saya tidak pernah melihat anak
yang belajar hadis yang lebih muda dari pada kamu”. Sebelum memberikan komentar, Azami
menyisipkan dalam catatannya perkataan Musa ibn Harun, menurutnya, orang-orang Basrah
belajar dan menulis hadis ketika berumur sepuluh tahun, orang-orang Kufah belajar dan menulis
hadis ketika berumur dua puluh tahun, sedangkan orang-orang Syam belajar dan menulis hadis
ketika berumur tiga puluh tahun.
Melihat ucapan-ucapan ulama di atas, Azami memberikan komentar “Tampaknya
ketentuan di atas tidak merupakan patokan umum, hanya saja kecenderungan yang lazim pada saat
itu adalah murid mulai belajar hadis pada umur dua puluh tahun”. Lihat Muhammad Mustafâ
Azami, Hadis Nabawi dan SejarahKodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), cet 4, h. 505-
506
11
al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, juz 8, h. 269
14
mendapat kesempatan untuk men-sima' hadis secara langsung yang dapat beliau
dapat dibuktikan dengan sejarah Abbasiyah, dimana pada masa itu kecintaan akan
ilmu sangat digalakkan oleh pemerintah, khususnya pada masa pemerintahan al-
Ma`mun dari tahun 198 sampai dengan tahun 218 H, tepatnya di akhir kekuasaan
pada periode pertama. Pernyataan penulis tersebut, bersandar pada apa yang
pengetahuan pada masa kelahiran imam Muslim, penulis akan mengutip apa yang
12
Kegiatan menerima dan mendengar hadis, dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah
tahammul al-hadîts, sedangkan kegiatan meriwayatkan atau menyampaikan hadis diistilahkan
dengan kata " ada` " . Mengenai tah ammul al-h adîts mayoritas para ulama cenderung
memperbolehkan anak kecil untuk ikut dalam kegiatan mendengar hadis dan ada pula sebagian
ulama yang tidak memperbolehkan, sedangkan mengenai ada` sendiri, ulama ahli hadis, usul dan
fikih sependapat bahwa, orang yang riwayatnya dapat dijadikan hujjah, adalah apabila ia beragama
Islam, bâligh bersifat `âdil dan d âbit. Lihat Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl l al-Hadîts, h.200-
203
13
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3 , h. 3
15
hanya menimba ilmu dari seorang guru saja atau beberapa orang guru yang ada di
daerah, di mana tempat mereka lahir dan dibesarkan, akan tetapi mereka juga
sering melakukan rih lah ilmiah ke berbagai daerah untuk menambah ilmu
mereka harus melewati beberapa negeri hanya untuk mendapatkan sebuah hadis
yang benar-benar valid dan autentik, yaitu dengan mendengar langsung dari sang
guru.15
ﻞﹸ ﺳ ﺍﳌﹸﺮ ﺎﻝﹸ" ﻭ ﺳ ِﺮ ِﻣﻦ ِﺍﻹﺭ ﺎ ٍﻉ ﻏﹶﻴ ﻤِﺳ
ٍﺔ ﺤﺠ "ِﺑ
Artinnya: ke-irsala-lan (dengan adanya data yang valid bahwa sesorang) tidak mendengar
hadis secara langsung (dari gurunya) atau yang dinamakan dengan hadis mursal, menurut pendapat
kami dan pendapat para pakar dalam bidang hadis adalah sesuatu yang tidak dapat dijadikan
hujjah(tidak dapat dijadikan sebagai dalil). Lihat Muslim ibn al-Hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr
al-Fikr, 1992), h. 21
Dari pernyataan imam Muslim di atas dengan jelas diketahui bahwa, ia sangat berhati-hati
dalam menerima dan menyeleksi hadis, ia tidak akan menerima hadis kecuali hadis tersebut benar-
benar ittis al atau bersabung. tetapi sebelumnya, masih di dalam muqaddimah sahihnya, secara
jelas ia tidak serta-merta menolak hadis mursal atau hadis " 'an 'anah " (hadis yang sanadnya
menggunakan ” 'an " yang berindikasi akan adanya ketidakbersambungan sanad), karena
menurutnya, masih ada kemungkinan hadis tersebut sanadnya bersambung, dengan alasan apabila
ada dua orang yang hidup pada satu masa, maka mereka memiliki kemungkinan untuk bertemu.
Sebagaimana perkataannya di bawah ini:
ﻭﻯ ﺭ ﻦ ﺜﹰﺎ ِﻣِﺜﹾِﻠﻪ ﻋ ِﻳﺪ
Hal serupa pula dilakukan oleh imam Muslim dengan semangat muda
sebagai seorang pemuda yang haus akan ilmu, terutama ilmu hadis, membuat ia
tidak hanya belajar dan mencari hadis dari para guru yang ada di daerahnya saja,
akan tetapi ia juga sering berpergian ke daerah-daerah lain yang di sana terdapat
para ulama hadis dan adapun tempat-tempat yang yang pernah ia singgahi adalah
mempertemukan beliau dengan beberapa orang guru di suatu tempat dengan latar
tidak hanya memiliki satu guru saja. Baik guru dalam bidang ilmu tafsir, hadis,
guru besar baginya, sedangkan di kufah dia berguru kepada Ahmad ibn Yûnus dan
yang lainnya. Menurut catatan al-Mizzî ada sekitar 218 orang yang pernah
menjadi guru imam muslim, di antaranya adalah Ibrâhîm ibn khâlid al-Yasykurî,
Ibrâhîm ibn Dinâr al-Tamâr, Ibrâhîm ibn Ziyâd sabalâni, Ibrâhîm ibn Sa‘îd al-
Jauharî, Ahmad ibn Ja‘far al-Ma‘qarî, Ahmad ibn Janâb al-Missîsî, Ahmad ibn
bertemu dan tidak pernah mendengar satu hadis pun dari orang yang ia sandarkan hadisnya.
Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 21
Ia mencontohkan
"Contohnya hadis yang diriwayatkan kepada kami yang disandarkan kepada Hisyam ibn
`Urwah dari bapaknya(`Urwah) dari 'Âisyah dan sudah menjadi sebuah kepastiaan sebagaimana
yang kami tahu bahwa Hisyâm terbukti mendengar dari bapaknya dan bapaknya terbukti juga
mendengar dari 'Âisyah dan sebagaimana yang kita ketahui bahwa 'Âisyah sudah pasti terbukti
mendengar dari Nabi saw., Maka dengan demikian Hisyâm boleh tidak menyebutkan dalam
riwayat tersebut kalau ia menerima dari bapaknya." Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, h. 22
16
Tsauqî Abû Khalîl, Atlas al-Hadîts al-Nabawî, (Beirut: Dar al-fikr, 2006), cet 3, h. 12
17
Jawwâs al-Hanafî Qutaibah ibn sa‘id, al-Qa‘naî, Ahmad ibn Hanbal, Isma‘îl ibn
Abi Uwais, Yahya ibn Yahya, Abû Bakar, ‘Usman ibn Abû Syaibah, ‘Abdullah
Bukan hanya memiliki banyak guru, sebagai seorang yang telah memiliki
nama di papan teratas dari deretan para pakar hadis, ia juga memiliki banyak
murid dan di antaranya adalah Abu Isa al-Tirmidzî, Ibrâhîm ibn Ishâq al-sairafî,
Ibrâhîm ibn Abu talib, Ibrâhîm ibn Muhammad ibn hamzah, Ibrâhîm ibn
Sejarah telah mencatat bahwa imam Muslim adalah seorang tokoh yang
sangat selektif dalam memilih hadis sekaligus tokoh yang dijadikan referensi
untuk penilaian jarh dan ta‘dil para ulama ahli hadis pada masanya dan ulama
adalah salah seorang tokoh yang kekredibilitasannya sudah tidak diragukan lagi,
masyhur di kalangan ahli hadis, bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh imam
bagaimana rantai emas sanad dari kedua tokoh tersebut akan terjalin antara guru
dan murid. Harapan dari bayangan terjalinnya rantai tersebut, hanya sebatas
logika positif yang tergambar, karena masih dalam catatan sejarah pula, imam al-
tersebut, kecuali hanya satu hadis. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan
sebuah hadis pun yang beliau terima dari imam Muslim kecuali satu hadis saja”.19
dimaksud olehnya dalam sunan al-Tirmîdzî dan penulis menemukan sebuah hadis
yang sanadnya berasal dari imam Muslim, hadis tersebut insya Allah adalah
sebagai berikut :
ﺛﻳﹶ ﺪ ٍﻤﺣﺪ ﺑ ﺔﹶ ﺎِﻳﻭ ﻣﻌ ﺑﻮ ﺃﹶ ﻨﺣ ﹶﺛ ٍﺝ ﺪﻦ ﺣِﻠﻢﺴ ﺎ ﺠ ﺣ ﻦ ﺑ
ﺤﻰﻴ ﻣ ﺤ ﻳﻦ ﻋ ﻰﻴ ﺎ ﺤ ﻨ ﺎ ﻣ ﹶﺛﺎﺪ ﻨ
ﱠﻢﺳﻠ ﻴﹶﻠﻋ ﻭ ُﺍﷲ ﻮﹸﻝ ِﺍﷲ ﺳ ﹶﺔ ﻋ ﹶﺳﻠﻤ :ﻗﹶﺎﻝﹶ،ﺮﹶﺓ ﻳ ﺮ ﺃﹶِﻲﺑ ﻫ ﺃﹶِﻲﺑ ﻋﻤ ﺮ ﺑ ِﻦ
ﱠﺻﻠﻰ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ ﻦ ﻋﻦ ﻭ
ِﻪ
ﺎﻥﹶ ﻀ ﺮﻣ ﺎﻥﹶ ِﻟ ﺒ ﺷﻌ ﻮﺍ ِﻫﻠﹶﺎ ﺼ ﹶﺃﺣ
20
ﹶﻝ
Artinya:
Telah bercerita kepada kami Muslim ibn Hajjâj (ia berkata) telah bercerita
kepada kami Yahyâ ibn Yahyâ (ia mengatakan) telah bercerita kepada kami Abû
Mu‘âwiyah dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abû Salamah dari Abu Hurairah ia
dari satu negeri ke negeri yang lain dengan menggunakan kendaraan seadanya
pada waktu itu, entah itu menggunakan kuda, onta atau lainnya, tentunya dapat
perjalanannya bukanlah merupakan suatu hal yang sia-sia dimata imam Muslim,
19
Muhammad ibn 'Isâ Abû 'Isâ al-Tirmizi, al-Jâmi` al-Sahîh al-Tirmizi, editor, Ahmad
20
Muhammad Syâkir dkk, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-`Arabi, tth) juz, 3, h. 71
20
tentang dirinnya sendiri dengan menciptakan sebuah karya yang berjuta-juta orang
membacanya yakni al-Musnad atau al-musnad al-S ahîh atau pun yang lebih
Menurut Subhi al-Sâlih, "imam Muslim sangat bangga akan kitab Sahîh-
tersebut sangatlah wajar dan dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk imam
mereka menulis hadis selama 200 tahun, maka poros mereka adalah Musnad ini"21
Kitab S ahîh Muslim adalah salah satu kitab hadis tersahih setelah bukhari.
Di dalamnya terdapat 3033 hadis, jumlah tersebut adalah hasil seleksi selama
kurang lebih 15 tahun22, dari tiga ratus ribu hadis yang ia kumpulkan dengan cara
dibandingkan dengan kitab-kitab hadis yang lain membuat banyak para ulama
Sebuah kitab hadis yang belum ada yang dapat menyainginya dari sisi
sini dan dari sisi memudahkan para pembaca hadis dalam melihat jalur
periwayatan sebuah hadis dengan cara merangkum jalur-jalur sanad yang banyak
menjadi satu. Dan akan penulis bicarakan lebih jauh tetang kitab tersebut pada bab
21
al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala`, juz 8, h. 306
20
Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, h. 283
21
Selain karya menomental tersebut, dia juga mengarang beberapa karya yang
tak kalah pentingnya dalam kajian ilmu hadis di antaranya yaitu: Al-Musnad al-
Kabîr ‘Ala al-Rijâl, Kitâb al-Jâmi‘ al-Kabîr ‘Ala al-Abwâb, Kitâb al-Asâmî` wa
al-Kunyâ, Kitâb al-Musnad al-Sahîh, Kitâb al-Tamyîz, Kitâb al-‘Ilal, Kitâb al-
Subjudul yang penulis angkat di atas, adalah sebuah judul yang menurut
sekaliber imam Muslim yang dengan hanya melihat sebuah karyanya saja semua
muhaddits.
kelengkapan biografi beliau dan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu mata
Penulis mulai dengan mengutip apa yang pernah dikatakan oleh para ulama
yang hidup semasa dengannya, sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam
"pada tahun 251 hijriyyah Ishâq ibn Mansûr meng-imla`-kan hadis kepada kami
dan pada waktu itu imam Muslim juga hadir, dia sangat mengagumi Ishâq ibn
21
Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, h. 283
22
Mansûr. dan ketika saya masih meminta agar saya dapat meng-imla`-kan hadis,
Ishâq ibn Mansûr kemudian melihat kepada Muslim lalu berkata " Allah tidak
mengkekalkanmu.24
Dari ucapan Ishaq ibn Amar di atas, penulis menangkap bahwa dia jauh-
jauh hari sudah memprediksikan imam Muslim bakal menjadi orang yang sangat
mulia dengan menciptakan karya-karya yang sangat dibutuhkan orang dan ucapan
itu sudah terbukti dimana kitab sahih Muslim adalah salah satu kitab yang banyak
dicari orang untuk dijadikan referensi utama dalam berbagai tulisan mereka.
Kapasitas imam Muslim sebagai seorang pakar dalam bidang hadis baik
dari segi sanad maupun matan menjadikan ia selalu ditanyai orang seputar hadis.
Seperti dalam soal menjarah dan menta`dil para periwayat, ia pernah didatangi
oleh orang-orang sekelas Abu Zur`ah dan Abu hatim yang dikenal sebagai kritikus
hadis untuk menanyakan kwalitas para periwayat hadis yang hidup sezaman
Dan orang-orang hidup pada zaman sekarang dapat melakukan hal yang
serupa dengan membuka hasil dari karya imam Muslim, dimana kajian-kajian
semua termuat dalam kitab sahih Muslim26. Oleh karena itu adalah wajar jika ada
24
al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 150
25
al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 72
26
al-hafiz Abû Quraisy pernah berkata, suatu ketika kami sedang berada di samping Abû
Zur'ah al-Râzi, kemudian datanglah Muslim ibn al-Hajjaj dan Abu zur`ah langsung mengucapkan
salam kepadanya, setelah Muslim duduk sebentar dan melakukan diskusi kecil dengan Abû Zur'ah
lalu ia pergi dan saya bertanya kepada Abû Zur'ah apakah orang itu telah mengumpulkan empat
23
yang beranggapan bahwa, imam Muslim merupakan salah satu dari empat orang yang menjaga Du
Al-Dzahabî dalam kitab Siyar-nya membarikan gelar kepada imam Muslim dengan berbagai macam
puluh ribu hadis dalam sahihnya? Abû Zur'ah menjawab ; dan dia hampir tidak menyisahkan
sedikitpun, inilah yang saya tidak habis pikir. Lihat al-Dzahabî, Siyar A`lam al-Nubalâ h. 302
27
al-Dzahabî, Siyar A`lam al-Nubalâ, juz 8, h. 300
28
al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, juz 8, h. 296
29
Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Illmyah: 1995), cet
, 2. Juz 2, h.178
BAB III
Di kalimat terakhir pada bab kedua di atas, penulis telah menyingung apa
yang pernah dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Taqrîb al-Tahdzîb, yaitu ia
memberi gelar kepada imam Muslim, sebagai imamnya para penulis. Pernyataan
tersebut bukanlah tanpa alasan, karena bukti dari perkataan Ibnu Hajar dapat
dilihat pada salah satu karya terbesarnya, seperti kitab Sahîh-nya sendiri. Sebuah
karya yang dapat dijadikan inspirasi bagi para penulis setelahnya dalam segi
memberikan tah qîq-kan kepada kitab sahihnya mengatakan ”kitab sahih Muslim
adalah sebuah kitab (Hadis) yang belum ada yang menyainginya dari sisi
sedikitpun dan beliau selalu berhati-hati dalam menjaga kesalahan lafaz dalam
periwayatan hadis baik dari segi matan maupun sanad walaupun hanya sehuruf ” 1
Membuka dan membaca awal kitabal-S ahîh, ternyata memiliki daya tarik
karena sebelum memulai menulis hadis-hadis yang tersusun sesuai dengan judul
bab per-bab, imam Muslim terlebih dahulu menulis abstraksi tentang apa yang
1
Komentar Muhammad Fuad di atas, dapat dilihat pada kata sambutan beliau dalam
kitab sahih Muslim yang beliau tahqîq lihat Muslim ibn al-hajjâj,S ahih Muslim, Editor:
Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, t.t.h), juz 1 h. د
23
24
akan ia tulis. Isi dari abstraksi sebagaimana yang terlihat di awal kitab pada
muqaddimah, bukanlah suatu hal yang akan menggambarkan secara umum isi
memiliki relefansi jika dilihat dalam konteks sejarah pada masanya. Perang
Dalam muqaddimah kitab tersebut, sesuai dengan apa yang penulis ketahui,
bahwa imam Muslim tidak berikan nama terhadap kitab sahihnya itu. Akan tetapi,
di beberapa tempat dari buku sejarah, beliau menyebutkan nama kitab tersebut,
terkadang dengan nama al-Musnad dan terkadang pula dengan nama yang
2
Contohnya seperti dalam muqaddimahnya, ia mengatakan:
Setelah hadis-hadis dari kelompok pertama, maka kami akan mengikutkan hadis-hadis
yang di dalam sanadnya terdapat beberapa (perawi) yang tidak memiliki sifat al-hifz dan al-
itqân
......., seperti; ‘Ata` ibn al-Sâib, Yâzid ibn Abû Ziyâd dll. Lihat Muslim ibn al-Hajjâj,
Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 4
3
Perang antar aliran atau mazhab tertentu,sehingga membuat para pengikutnya menjadi
fanatic terhadap kelompok masing adalah salah satu faktor penyebab timbulnya hadis-hadis
palsu. Hal itu dikarenakan, mereka ingin menyampaikan bahwa kelompok merekalah yang paling
baik dan menyerukan agar orang lain masuk kedalam kelompok mereka, untuk mewujudkan hal
tersebut, mereka lalu membuat hadis-hadis palsu yang disandarkan kepada Nabi saw, berkaitan
keutamaan kelompok mereka. Selain karena fanatanik kelompok, ada factor-faktor lain penyebab
timbulnya hadis palsu, yaitu: membuat hadis-hadis fadâil a'mâl agar umat mau bertaqarrub
kepada Allah, karena kebencian terhadap Islam, ingin mendapat perhatian pemerintah, mencari
kekayaan dan ingin tenar. Lihat Mahmûd Tahan, Taisîr Mustalah al-Hadîts (Beirut: Dâr al-fikr,
t.t.h), h. 76- 77
25
ﺍﳌﹶﺎﺳ:
Musnad al-Sahîh yang saya karang ini terdiri dari tiga ratus ribu hadis yang
ِّﻜﻲ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻋ ﻣﺎﻥ ﺑﻦ ﺍﻤ ﺪﻠﺒِ ﺴ ﻋ ﻣ: ﻝ ﻮﺖ
ﻳ :ﺳ ﺖ ﺮﺿ
ﻌ
5
ﻋﻠﻲ ﺃﹶﻲِﺑ،ﻞﹶﺔﻋ ﱡ ﺯﹸﻜﺭ ﺎ ﻓﹶ ﻣ ﺎﺭ ﺃﹶﺷ ﻲِﻓ
Artinya:
Makkî ibn ‘Abdân berkata bahwa ia telah mendengar Muslim berkata "saya
pernah perlihatkan kitab al-Musnad-ku ini kepada Abu Zur‘ah, maka setiap apa
yang ia isyaratkan kepada saya dalam kitab ini (terdapat hadis-hadis) yang
Walaupun demikian, nama kitab sahih Muslim adalah nama yang lebih
dikenal orang dibandingkan dengan nama kitab al-Musnad al-Sahih. Seperti nama
kitab Sah ih al-Bukahri lebih dikenal orang dibandingkan dengan nama lengkap
kitab tersebut yaitu al-Jâmi‘ al-Musnad al-s ahîh al-Mukhtasar min umûri
4
al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir
dan Husain Ahmad Agha, (Beirut: Dar al-Fikr), juz 18 h. 301
5
al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 301
6
Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, (Riyadh : maktabah al-
Ma`arif, 1991), cet, 2, h. 97
27
hadis sesuai dengan tingkatan para periwayatnya, yang insya Allah akan dibahas
pada bagian selanjutanya dari bab ini, beliau juga menulis enam bab yang secara
global menurut penulis isinya adalah bentuk peringatan kepada para pembaca
Pada bab pertama, imam Muslim menulis dengan judul bab wajib
meriwayatkan hadis yang bersumber dari para periwayat yang telah terkenal
ﻑ ﻴ ِﺢ ِﺤ ﻦ ﺻ ﻴ ﺑ ﻋﻠ ﱢ ﺍ ِﺟﺐ ﺃﹶ ﱠﻥ ﺍﻟﻮ،ﻌﺎﱃ ﺗ ُﺍﷲ ﻓﹶﹶﻘﻚ ﻭ،ﻠﹶﻢ ﺍﻋ ﻭ
ﺮ ﹸﻛﻞ
ﻟﺍ ﹶﻰ ﺃﹶ ٍﺪﺣ ﻋ
ﻤ ﺘ
ﻴِﻴ ﺰ
ﻬﺎ ﻬ ﻦ ِﻟﹶﻨﻣ ﻱﻗِﻴِﻠﻭِ ﺎﺮ ﻳﻨ ﺃِﺛﹶﻘﺎﻥﹾ ِﺕﻻﹶﺍﻟ ﻬﺎ ﻭ ِﻤ ِﺳﻴﻘ ﺎﺕ ﻭ ﻭﺍﻳ ﺍﻟﺮ
ِﻣ
.ﻦﻴﻑِﺮﻤ ِﻬﻋ ﺘ ﺎﻤ ﱠﻦﻻ ﺍﻟﹾﻣ ِ
ﹾﻟﺍﻭﻤ ِ ﺪﻳﻦ ِﻢ ﻬ ِﻫﻞ ﺍﻟﺘ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻬ ﺓ ﻲِﻓ ِﻣﻨ ﺎﺭ ﺘﺴ ِﻘﻲ ﺘ ﻨ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ ﻪ ﻭ ﺎِﻗﹶﻠﻴ ﻧ ﺍﻟ ﺨﺎﺭِِﺟ ﺔﹶ ﻣ ِﺻﺤ
ﻌ ﻦ ﺃﹶ ﻋ ﻣﺎ ﻭ ِﻪ
ﻧ
ِﺪﻉ ِﻫ ِﻞ ﺍﻟﺒ ﹶﺃ ِﻣﻦ.
Artinya:
wajib kepada semua orang (yang belajar hadis) mengetahui perbedaan antara
yang penukilan dan harus menjauhi orang-orang yang muttaham dan orang-orang
7
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6
29
َﺎﺀﻛﹸ ﺟ ﺎ ِﺳﻖ ﺎ ﻳ ﻬ ﺃﹶﻳ ﻳﻦﻨﻮﺍ ﱠﺍ ِﻟﺬ ﻢ ِﺇﻥﹾ ﺁﻣ
ﻦ ﻴ ِﻣﺍﺎﺮﺩﺕِ ) ﻧﺠ6 ( ﻮ ِﺒﺤ ﺼ ﻠﹶﻰ ﻓﹶﺘ ﺎ ﻋ ﻣ ﻢ ﻌﻠﹾﺘ ﻓﹶ
Artinya:
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
Artinya:
Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki
dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai (ridhai) dari
para saksi
ﻭ ﺫٍﻭﹶﻑ ﻭﺍ ِ ﻬﺪ ٍﻑ ﺃﹶﻭ ﻭ ﻌﺮ ﻤ ِﺑ ﻫﻦ ﹶﻓﺎِﺭﻗﹸﻮ ﻬﻦ ﹶﻠﺟ ﻭ ﻌﺮ ﻤِﺑ ﻫﻦ ﻮ ﺃﹶ ﹸﻜ ﻐﻦ ﺑﻠﹶ ِﻓﺎﺫﹶﺍ
ﺃﹶﻱﺷ ِﺴ ﹶﻓﺄﹶﻣ
30
)ﺍﻟﻄﻼﻕ( 2 : ِﻣﻨﻜﹸﻢ ﻋ ﺪ ٍﻝ
31
Artinya:
Apabila mereka (para istri yang ditalak) telah mendekati akhir idahnya,
maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepasanlah mereka dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu.(QS. al-talâq: 2)
ayat yang telah kami sebutkan adalah bahwa berita yang dibawa oleh orang-orang
yang dikenal fasik adalah gugur atau tertolak dan persaksian orang-orang yang
ِﻳﺪ ﺤِﺑ ﻛﹶ ِﺬﺏ ﻪ ﺮﻱ ﺃﹶﻧ ﻳ ﺣﺪ ﻲ ﻨ ﻋﻣﻦ ُﷲ ﻋ ﻠﻢﺳ ﱠ ﻭ ﺭﺳ ﱠﻠﻰ ﺍ ِﺍﷲ ﺻ ﻋﻦ
ٍﺚ ﺙ
ﹶ ِﻪﻴ ﻠﹶ ﻮ ِﻝ
9
ﻦﻴ ﺍﻟﻜﹶﺎ ِﺫِﺑ ﺣﺪ ﺃﹶ ﻮ ﹶﻓﻬ
Artinya:
Dari Rasulullah saw, berliau bersabda " orang berbicara mengatas namakan
saya, yang diyakini ia berdusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta"
bagi orang-orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad, seperti hadis-hadis
dibawah ini:
8
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6
9
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6
32
ﺎﺭ ِﻠِﺞ ﺍﻟﻨ ﻳ ﹶﻠﻲ ﻋ ﻳ ِﹾﻜﺬﺏﻣﻦ ﻪ ِﻧﻓﹶﺈ ﻠﹶﻲ ﻋ ﻮﺍ ﺗ ﹾﻜﺬ
10
ِﺑ ﺳ ﻴ ِﻪ ﻻﹶ ﻭ ﻋﻠﹶ ﱠﻠﻰ ﺍ ﺻ
ﱠﻢﻠ ُﷲ
Artinya:
Ali Ra. Pernah berkhutabah dalam khutbahnya dia berkata: Rasulullah saw
telah bersabda "janganlah kalian berdusta atas namaku karena orang yang
ﻮﻝﹶ ﺃﹶ ﱠﻥ ﺳ ﱠﻰﻠﺻ ِﺍﷲ ﺭ ِﻪ ُﺍﷲ ﻋﹶﻠﻴ ﱠﻢﺳ ﻠ ﻭ
11
ﺎ ِﺭ ِﻣﻦﺍﻟﻨ
Artinya:
Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang dengan sengaja berdusta atas
Sekedar untuk menguatkan apa yang telah dipaparkan pada bab pertama
dan kedua. Pada bab ketiga ini, imam Muslim membawakan hadis marfu`, mauquf
didengar oleh seseorang, tanpa meneliti terlebih dahulu apakah hadis tersebut
10
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
7
11
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
34
12
ِﻤﻊ ﺳ ﺙﹶ ﹸﻜﻞ ﺪ ﺤ ﻳ
ﱢ
ﺑِ ﻣﺎ
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata, Rasulullah saw bersabda "Cukuplah
dengar"
Artinya:
" Umar ra. Berkata Cukuplah seseorang disebut sebagai pembohong jika dia
ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺑﻦ ٍﺐ ِﺍ ﻫ ﻲِﻟ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻭ ﻣﺎِﻟﻚ ﻠﻢ ِﺍ ﹶﻋ ﻪ
13
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
8
14
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
35
Artinya:
12
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8
13
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
8
14
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h.
36
apa yang ia dengar dan dia tidak akan menjadi seorang pemimpin selamanya
ketika dia mesih tetap suka menceritakan setiap apa yang ia dengar"
Selain itu juga imam Muslim mewanti-wanti kepada kepada para pembaca
kitab sahihnya, agar berhati-hati dalam menerima hadis dari orang-orang yang
dianggap lemah. Warning ini ditulisnya pada bab ke empat dalam mukadimahnya
Selanjutnya pada bab kelima imam menulis sebuah judul yang menjelaskan
bahwa sanad adalah bagian dari agama (anna al-Isnad min al-din) dan
periwayatan harus dari para periwayat yang kredibel, dan untuk mengatakan
batas-batas tertentu bukanya hanya boleh hukumnya, bahkan wajib hukumnya dan
perbuatan seperti itu bukanlah dinamakan gibah yang diharamkam, justeru hal
Pernyataan imam Muslim pada bab kelima di atas menurut penulis adalah
mengatakan, bahwa sanad bagian dari agama, seperti Ibnu Sirrin, Tawus, sa`ad
ibn Ibrahim, Ibnu Mubarrak dan lain-lain. Berikut ini adalah kutipan dari
ﺍﹶﺬ ﻫ ﻟﹾ ِﻌﹾﻠﻢ15 ﻗﹶﺎﻝﹶﺪﻤﺤ ﻣ ﺑﻦﻦ ِﺮﻴﻳ ِﺳ: ِﺇ ﱠﻥ
Artinya:
masalah agama, maka telitilah orang-orang yang hadis mereka kalian terima
15
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 36
37
ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻦ ﻳﻦ ِﺍﺑ ِﺮﻴ ِﺳ: ﻮﺍ ﹶﻟـﻢ ﻮﻧ ﻜﹸ ﻥﹶ ﻳ ﻟﹸﻮ
ﺪ ﻓﹶﻼﹶ ﻫ ِ ﺇﻟ ﻭ ﹶﻈﺮ ﻢ ﺜﹸﻬ ِﺪﻳ ﺆ ِﺔ ﻓﹶﻴ ﻨ ﺍﻟﺴ ﺮ ﺇِﹶﻰﻟ ﹶﻈ ﺎﻟﹸﻜﹸﻢ ﺭِﺟ ﺎ ﻮﺍ ﻟﹶﻨﻤﺳ
ِﻨ ﹶﻰ ِﻞ ﺃﹶ ِﻉ ﺍﻟﹾﺒ ﻳ ﺣ ﹸﺬﺧ ﻫ ِﻞ ﻨ ﻴ ﹶﻓ
ﺃﹶ
16
ﺧﹸﺬ ﺆ ﻢ ﻳ ﹸﺜﻬ ِﻳﺪﺣ
Artinya:
Ibn sirin berkata: (pada mulanya) kaum muslimin tidak menanyakan sanad,
Ahlus-sunnah, hadis itu diterima sebagai dalil dalam agama, dan apabila diperoleh
ِﺍﷲ ﺪ ﺒ ﹶﻗﺎﻝ ﻋ ﻨ ﻳﺳ ِﻹ ﻦ ِﻣ ﺍﻦ ِﻙ ﺑ ﺎﺭ ﺒ ﺍﹾﻤﻟ ﻳ ِﻦ ﺪ ﺍﻟ
ﹸﻝ ﻮﺩ ﺎﹸﻘ ﻻﹶ
17
ﺎ ﺎَﺀ ﻣ ﺷ
Artinya:
seandainya tidak ada Isnad maka sudah dipastikan seseorang akan mengatakan
17
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 37
38
Dan pada bab enam dari muqaddimah-nya, imam Muslim menulis judul
16
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 10
17
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 38
39
adalah pernyataan yang disepakati oleh para ahli ilmu periwayatan baik yang
klasik maupun yang kontemporer. Sekaligus pada bab ini, ia mengkritik orang-
Untuk mengetahui secara global isi dari kitab sahih muslim. Penulis
mencoba mengutip setiap tema yang terdapat dalam kitab tersebut, sebagaimana
ب
ِ اﻟ ِﻜﺘَﺎ ِﺳ ُﻢ ا ِْ َﻟﻜﺘَﻗرُﺎﻢب
ْ ِإ ب
ِ ُ اﻟ ِﻜﺘَﺎ ِ ِإ ْﺳ ُﻢ ا ِ ْ َﻟﻜﺘَر
ﻗﺎﻢب
18
Berikut ini adalah terjemahan dari kritikan beliau terhadap orang-oranh yang
berseberangan dengannya.
Sesungguhnya setiap perawi yang tsiqah meriwayatkan sebuah dari seseorang yang
kwalitasnya sama dengan dia dan ada kemungkinan si perawi bertemu dengan orang dan
mendengar langsung dari dia disebabkan mereka berdua hidup sezaman walaupun belum ada
informasi yang pasti bahwa mereka pernah berkumpul dan tidak ada juga informasi yang pasti
bahwa mereka pernah berbicara secara verbal maka dengan demikian periwayatan tersebut sahih
dan berhujah dengan riwayat tersebut adalah harus. Kecuali terdapat petunjuk yang sangat jelas,
yang mengindikasikan si perawi tidak pernah bertemu dengan orang tersebut atau dia tidak
pernah medengar satu hadis pun dari dia dan masalah lain yang masih samara dan memungkinkan
untuk kami bahas (jadi kasus periwayatan seperti ini menurut kami adalah) periwayatan yang
diterima dengan cara mendengarkan langsung, kecuali ada keterangan lain seperti yang telah
dijelaskan diatas. Dan dikatakan kepada orang yang telah membawakan pandangan baru,
kami akan memaparkannya untuk ditolak: "anda telah mengatakan bahwa hadis ahad yang
diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah yang didapat dari orang yang tsiqah juga adalah bisa
dijadikan hujjah dan wajib diamalkan kemudian setelah itu anda mengatakan (periwayatan
tersebut) dapat diterima kecuali dengan syarat kedua orang tersebut pernah ketemu sekali atau
lebih atau rawi tersebut pernah mendengar hadis secara langsung dari dia. Apakah anda
mendapatkan syarat ini yang anda mensyaratkannya dari seseorang yang harus diikuti
ucapannya? Kalau tidak ada lalu mana dalil dari ucapanmu itu.Apabila dia mengaku syarat
yang ia tetapkan adalah merupakan kutipan dari ucapan para ulama terdahulu maka
mentalah buktinya. Dan sudah tentu dia tidak akan mendapatkan jalannya ataupun orang
lain. Selanjutnya jika dia masih tetap mengaku bahwa apa yang ia sangka adalah dalil yang
dapat dijadikan hujjah, maka katakan kepada dia, dalil macam seperti apalagi? Apabila dia
masih berdalih dengan mengatakan "saya mengatakan hal tersebut karena saya telah
menemukan riwayat yang diriwayatkan oleh para perawi dulu maupun sekarang yang belum jelas
jalur periwayatannya dan perawi tersebut juga belum pernah mendengar" lihat Muslim ibn al-
hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 21
40
ِﻛﺘ ﺎﺏ ﺍﻟ ﱠﻄﻬ ﺎﺭ ﺓ ِﻛﺘ ﺎﺏ ﺍﳊﹸﺪ ﻭ ﺩ
2 29
ِﺪ ﺘِﻛﺎﺏ ﺴ ِﻭﻛﺍﳉ ﺘﺍ ﻬ ﺎﺎﻟﺩﺴ ﻴ ﺏ ﺮ
5 32
ﺍﻭﺎ ِﳌﹶﺟ
ِﺋﺢ
42
ِﺮ
ﺍ َﺔﺑﻷ
ﻟﻜﺘِﹸﻛﺎﺴ ﻮﺏ ﻑ ﻟﻭﺍ ِﱢﺍﻛﻠ
37
10
ﺍ
ﺒ ﺘﻟ ﺰﺎ ﻳ ﻨ ﺱﺏ ﺔ
ِﻛﺘﺎ ﻨ ﺏﺍﺰِﹶﳉﺋﺎ ِﻛﺘﺎ ﺩ ﺏ ﺍ َﺍﺏﻷ
11 38
ﻭﺍﻵﺩﺍﺏ
ﱢِﻟﻠﺍﻛ ﺍﻟ ﺘِﹶﻘﻛﺪ ﺎﺭﺏ
19 46
ﹶﻔﺎﺭ ﻭ
ﻟﺍ
ﺘ ﻭ ﻮ ﺑﺍ ِﺳﺔﻹ
ِﺘﻐ
ِﻛﺘ ﺎﺏ ﺍﳌﹶﺴ ﺎﻗﹶﺔ ِﻛﺘ ﺎﺏ ﺍﻟﺘ ﻮ ﺑ ﺔ
22 49
ِﺔﹶﻔِﺔﺻﺎ
ﺏ
46
Jika dilihat dari susunan kitab perkitab (bukan berarti buku) yang terdapat
dalam kitabnya, maka sahih muslim termasuk dalam klasifikasi kitab, yang diberi
lain-lain.19
didalamnya20, dengan kata lain, al-jâmi` tidak hanya memuat hadis-hadis yang
berkaitan dengan salah satu cabang ilmu dalam Islam, seperti Akidah, Hukum,
21
Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h.
97
47
19
Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, (Riyadh : maktabah al-
Ma`arif, 1991) cet, 2, h. 97
20
Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h. 97
21
Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h.
97
48
merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih setelah al-qur`an dan hal ini
tidak terjadi perbedaan pandangan di kalangan mereka. Apabila dilihat dari sisi
mana yang paling sahih di antara keduanya, maka disini terjadi pembagian dua
kelompok, yaitu ; kelompok jumhur yang mengatakan kitab sahih Bukhari lebih
unggul dari sahih Muslim, karena imam al-Bukhari memberikan 2 syarat untuk
Sedangkan imam Muslim tidak menjadikan syarat yang kedua sebagai syarat. 22
yang tersahih. Kelompok ini diwakili oleh ulama-ulama Maghrib dan Abu ‘Ali,
al-Naisâbûrî23. Abu ‘Ali pernah mengatakan “tidak ada satu kitab hadis pun
dari Ibnu Katsîr dan al-Suyûti, akan tetapi Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqi sedikit
“walaupun sahih al-Bukhari adalah yang tersahih dan itu adalah pendapat jumhur
ulama, akan tetapi kitab imam Muslim dari sisi ketelitian yang berkaitan dengan
22
Ibn Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, Editor: Ahmad
Muhammad Syâkir, (Beirut: Darul Fikr, 2005), cet 1, h. 20
23
Ibn Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, h. 20
24
al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, (Maktabah al-Shafa t.t.h), juz 8, h
301
49
sanadnya, dialah yang lebih baik”25. Dan hal-hal yang ada kaitannya sanad dari
kitab sahih Muslim, akan penulis bahas pada bab berikutnya, insya Allah.
dengan apa yang telah dipaparkan oleh imam al-suyûthî dalam kitabnya Tadrîb al-
Matrukûn.
kategori tersebut.
25
Muslim ibn al-hajâj, Sahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, juz 1, h ﺩ
26
al-Suyûti, Tadrîb al-râwi, editor; abd al-wahab Abd al-latif, (Qâhirah: maktabah
dâr al-turats,2005 ) cet. 5, h. 71-72
50
dan al-isytisyhâd. Atau sekiranya belum ada sesuatu yang dimaksud oleh
ketiga"
Ahmad Umar Hasyim dalam bukunya yang berjudul ushûl al-H adîts,
menulis sebuah sub judul "bantahan terhadap terhadap orang yang mengatakan
muslim terdapat para periwayat yang tergolong lemah dan kelompok pertengahan
yang tidak memiliki kreteria sahih, maka jawabanya adalah sebagai berikut"
mereka ada yang mengatakan lemah dan ada pula yang mengatakan tsiqah.
asal sanad yang ia sebutkan. Jadi yang pertama imam Muslim adalah hadis asal
yang sahih, kemudian ia mengikutkan hadis-hadis yang lain dengan sanad yang
51
yang lain.27
3.Bisa jadi ada seorang periwayat yang tiba-tiba menjadi d a'if disebabkan
menerima hadis darinya. Seperti Ahmad ibn Abdurrahman ibn Akhi ibn Abdullah
ibn Wahab yang bercampur hafalannya, pada tahun 150 H, setelah imam Muslim
dengan tujuan, agar hadis-hadis lemah tersebut naik derajat (menjadi hasan li
ghairihi).28
penulis akan memberikan contoh hadis yang dapat dilihat dalam sahihnya,
ﻫِﺮﻱ ﺰ ﺔﹶ ﻨ ﻴ ﻴ ﻋ ﺑﻦ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﺣﺮ ﻗﹶﺎﻻﹶ ﺑﻦ ﺮ ﻴ ﺯﻫ ﻭ ِﺎﻗﺪ ﻭ ﺍﻟﻨ ﻤﺮ ﹶﺛﻲِﻨ ﻋ ﺪ ﺣ
ﺍﻟ ﻋﻦ ﺎﹸﻥ ﻴﺳﹾﻔ ٍﺏ
ِﻪ ﻴﻠﹶ ٍﺀُﷲ ﻋ ﻲ ِﻟﺸ:ِﺫﻥﻗﹶﺍﺎﻝ ُﹶﷲ ﺃﱠﺳﻠﹶﻢ ﻣﺎ ﻠﻰ ﻭﺒـِﻲ ﺻ ﱠ ﻠﹸﻎﹸ ِﺑِﻪ ﺍﻟﻨ ﺒ ﻲ ﻳ ﺔﹶ ﺃﹶِﺑ ﻠﹶﻤ ﹶﺃﻲِﺑ ﺳ ﻋﻦ
ٍﺮﺓ ﻳ ﻫﺮ ﺍ ﻋﻦ
ﺁ ِﻥ ِﺑﺎﻟﹾ ﹸﻘﺮ .ﲎ ﻐ ﻳﺘ ﻲ ِﺒ ﺎ ﹶﺃِﺫ ﹶﻥ ِﻟﻨ ﻣ
Artinya:
Telah bercerita kepada saya ‘Amar al-Nâqid dan Zuhair Ibn Harb, mereka
berdua berkata, telah bercerita kepada kami Sufyan Ibn ‘Uyaiynah dari al-Zuhry
dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata (berdasarkan) apa yang Nabi saw
sampaikan kepadanya yaitu; Hal yang (sangat) dianjurkan oleh Allah swt
27
Ahmad Umar Hasyim, qawâ‘id usûl al-hadîts, (Beirut: Ilmu al-Kutub, 1997), cet 2, h.
48-49
28
Ahmad Umar Hasyim, qawâ‘id usûl al-hadîts, h. 48-49
29
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 351-352
52
(sebagaimana juga) dianjurkan oleh Nabi saw adalah membaguskan suara ketika
membaca al-Qur`an.
ﺮ ﺒﺧ ﻫﻦ ﻭ ﺍ ﺑ ﻰ ﺃﹶ ﻴﺤﻳ ﺑﻦ ﻠﹶﺔﹸ ﻣ ﺮ ﺛﹶﻲِﻨ ﺣ ﺣﺪ ﻭ
ﺛﻮﹶ ﺪ ﻳﺣ ﻲﺡ ﻭ ﺎ ﻧ
ﻧ
ﺒ ٍﺐ ﺃﹶﺧ ﺲ ﻧ ﻮ ﻳ ِﻲﻨﺲ
ﺬﹶﺍ ﺍِﻹ ﻲِﻧﺮ ٍﺏ ِﺑﻬ ﺒ ﺎ ٍﺐ ﺃﹶﺧﺍ ﺑ ِﻦ ِﺷﻬ ﻋﻦﹶﺎﻼﺩِﻛِ ﻨﻤِﺳ ﻭﻫ ﻤﺮ ﻋ ﺧ ﻫ ﻭ ﻦ ﻠﹶﻰ ﺃﹶ ﺍﺑ ِﺍﺒﺪ َﻷ ﻋ ﻋ ﺑﻦ
ﺎ ﻧﺮﺒ
ﲎ ِﺑﺎﻟﹾﻘﹸﺮﺁ ِﻥ. ﻐ ﺘ ﻳ ﻨﻲِﺒ ﺄﹾِﺫﻥﹸ ِﻟ ﻤﺎ ﻳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻛﹶ
Artinya:
Telah bercerita kepada saya Harmalah Ibn Yahya, (ia berkata) telah
kepada kami Yunus (al- Tahwîl) telah bercerita kepada saya Yunus Ibn al- A‘lâ
ﺪ ﻳ ِﺰﻳ ﺎ ﹶﺛﻨ ﺪ ٍﺪ ﺣ ﻤ ﺤ ِﻦ ﻣ ﻳ ِﺰ)ﺑﻌﺩِﺰ ﺍﻟﹾﳍﹶﺎ ﺍﺪ ﺒ ﻋﻦ ﺑ ﺎﻨ ﺍ ﺛﻮﹶ ﺪ ﻭﺣﻫ ﻦ ﺍﳊﹶﻜﹶ ِﻢ ﺑ ﺮ ﺪﺛﹶﻲِﻨ ِﺑﺸ ﺣ
ﻮﻝﹶ ﺭﺳ ﺮﺍٍـﺓ ﺃﹶُﷲﻧﻳﻰ ﱠﻠﺮ ﻫ ﻲﺻ ﺍـﺃـﹶِﺑِﷲ ﻦـ ﺔﹶ ﻋ ﻠﹶﻤ ﺃﹶِﺑﻲ ﺳ ﻋﻦ َ ﻋﻦ (
ﻢ ﺮﺍِﻫﻴ ﺑ ِﻦـِ ﺇ ِﺪ ﺑ ﻤ ﻣﺤ ِﻤﻊ ﺳ ﻪ
ﺮ ﻬ ﺠ ِﺑﺎﻟﹾ ﹸﻘﺮﺁ ِﻥ ﻳ ﻮ ﺍﻟﺼ ﻲ ُﷲ ِﻟﺸ ﻲ ﺣ ﻨِﺒ ﺎ ﺃﹶِﺫﻥﹶ ِﻟ ﻝﹸ ﹶﺃﺫِﻥﹶ ﺍ ﻣ ﻣ ﻳ ﹸﻘﻮ ﻢ ِﻪ ﻋﻠﹶﻴ
ِﻦ ِﺑ ٍﺀ ﺴ ﺎ :ﱠﻠ ﻭﺳ
ﲎ ﺘﻐ ﻪ ِﺕ ﻳ
Artinya:
53
Telah bercerita kepada saya Bisyr Ibn al-Hakam (ia berkata) telah bercerita
kepada kami ‘Abd al-‘Azîz Ibn Muhammad (ia berkata) telah bercerita kepada
kami Yazîd ia adalah anak al-Hâdi dari Ibrâhîm dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah, sunguh ia telah mendengar Nabi saw bersabda “Hal yang (sangat)
dianjurkan oleh Allah swt (sebagaimana juga)aku anjurkan Nabi saw adalah
membaguskan suara ketika membaca al-Qur`an dengan keras
54
ﺮ ﻤ ﻲِﻧ ﻋ ﺮ ﺒ ﻦ ﺧ ٍﺐ ﹶﺃﺑ ﻭﻫ ﺑﻦ ِﺍﷲ ﺪ ﺒ ﻤﻲ ﻋ ﺛﹶﻨﺎﹶ ﻋ ﺣﺪ ٍﺐ ﻫ ﻭ ﺑﻦ ﺍ ﹶِﺃﺧﻲ ﺑﻦ ﺪﺛﹶﻲِﻨ ﺍ ﺣ ﻭ
ﱠﺻﻠﻰ ٌﺍﺀ ﻮ ﻪ ﺳ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ِﷲ ِﹾﻣﺜﻠﹸ ﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇﱠﻥ ﺭ ﺑ ِﻦ ﺍﻟﹾﻬ ﻭ ﻦ ﺍ ﺎِﺩ ﻨ ﺬﹶﺍ ِﺍﻹﺳ ٍﻚ ِﺩ ﻬِﺑ ٍﺢ ﻋ ﻳ ﺮ ﻦ ﺷ ﺑ ﻮﹸﺓ ﻣﺎِﻟ
ﺎ ﻴ ﻭﺣ
ِﻤﺳ ﻊ ﹸﻘﻞﹾ ﻢ ﻳ ﻟﹶ ﻢ ﻭ ﱠﻠ ﺳ ِﻪ ﻭ ﻠﹶﻴ ﺍ ُﷲ ﻋ
Artinya:
Keponakanku yaitu Ibn Wahb Telah bercerita kepada saya (ia berkata)
telah berceita kepada saya pamanku ‘Abdllah Ibn Wahb (ia berkata) telah
bermengabarkan kepada saya ‘Umar Ibn Malik dan Haiwah Ibn Syuraih dari ibn
al-Hâdi dengan sanad hadis ini (yang matannya sesuai dengan hadis yang di atas)
ﻦ ﻋﺪ ِﻋﺳﻰﻲﺣ ﺍ ﺯ ﻮ ﻭ ٍﺮ ﻣﻦﻴِﺑﺜ ﻛﹶ ِﺑﻜﹶﻲﻢ ﺎ ﺍﻟﹾﺤ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ﻭ
ﺛﹶ
ﹶﺃ ﺍﹶ َﻷ ﻦ ﻋﻦ ﺑ ﹶﻘﹸﻰﻞ ﻴ ﻫﺤﻳ ﺎ ﻨ
ﻭﺳ ُﺎ ﹶﺃﺫِﻥﹶ ﺍﷲ ﻴ ِﻪ ﻣ ﻋﻠﹶ ُﺍﷲ ﻮ ﹸﻝ ِﺍﷲ ﹶﻗﺎﻝﹶ ﺭ ﻦ ﻋ،:ﺮٍﺓ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻳ ﺮ ﺔﹶ ﻫ ﹶﻠﻤ ﹶﺃﻲِﺑ ﺳ ﻋﻦ
ﻢ ﱠﻠ ﱠﺻﻠﻰ ﺳ ﺃﹶﻲِﺑ
ﺮ ﺑِﻪ ﻬ ﺠ ِﺑﺎﹾﻟ ﹸﻘﺮﺁ ِﻥ ﻳ ﲎ ﻐ ﻳﺘ ﻲ ﻨِﺒﻪ ِﻟ ٍﺀ ﻛ ﹶﺄ ِﺫﻧﻲ ِﻟﺸ
Artinya:
Telah bercerita kepada kami al-Hakam ibn Mûsâ (ia berkata) telah berceita
kepada kami Haql dari al-Auza‘iy dari Yahya ibn Abu Katsîr dari Abu Salam dari
Abu Hurairah ( ia berkata) Rasulullah saw bersabda Hal yang (sangat) dianjurkan
oleh Allah swt (sebagaimana juga) saya anjurkan juga oleh Nabi saw adalah
membaguskan suara ketika membaca al-Qur`an dengan keras
Muhammad ibn Ibrahim al-Halby dalam bukunya mengatakan " ketahuilah,
bahwa terkadang dimasukkan ke dalam bab mutâba`ah dan isti syhâd riwayat
yang hadisnya tidak dapat dijadikan hujjah atau dalil……. Dan dalam kitab
Bukhari dan Muslim terdapat kelompok al-Du'afâ` yang disebutkan oleh mereka
dengan kitab-kitab hadis yang ditulis oleh para ulama, baik yang terdulu maupun
yang sekarang, secara sekilas memang tidak ada perbedaan yang mendasar dari
cara mereka menyusun hadis. Akan tetapi imam Muslim dengan kitab Sahîh-nya
menampilkan jalur periwayatan dari hadis-hadis yang beliau terima. Di sana akan
dijumpai Percabangan inilah yang lebih dikenal dengan istilah al-tah wîl, yang
a. Pengertian al-Tahwîl
huruf (' )ﺡh'. Di kalangan ulama, masih ada yang bersilang pendapat, tentang
apakah huruf h tersebut adalah singkatan dari kata h âil (pemisah), al-tah wîl
1
Syams al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Rahmân al-Syakhâwî, Fath al-Mugîts Syarh al-
fiyah al-hadîts, (Libanan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1403 H) cet 1, juz 2
2
al-Suyûtî,Tadrîb al-Râwi, editor; abd al-wahab Abd al-lat if, (Qâhirah: maktabah dâr al-
turats,2005 ) cet. 5, h. 372
44
45
memberikan definisi pada hadis sahîh, h asan, mursal maud ú` dan lain-lain.
membahas rumus yang sering digunakan oleh para periwayat dalam kitab-kitab
mereka. Seperti dalam kitab fath al-Mugîts, terdapat sebuah judul al-Isyârah bi al-
menulis hadis atau mengarang sebuah kitab dan mereka menemukan adanya
pertemuan dua buah sanad atau lebih, maka ketika mereka mau berpindah dari
sanad satu ke sanad yang lain, mereka menulis dengan rumus H ()ﺡ.3
maknanya adalah al-tahwîl yakni perpindahan dari sanad satu ke sanad yang lain4
begitulah yang dikatakan Ibn al-salâh dalam Muqqadimah-nya. Hal senada juga
dikatakan oleh al-Nawâwî, menurutnya ”apabila sebuah hadis memiliki satu sanad
atau lebih (biasanya para ahli hadis) menulis pada perpindahan sanad tersebut
diketahui bahwa yang menjadi fokus dari pembahasan mereka dan para ulama
terdahulu adalah rumus 'h' yang sering digunakan oleh para muhaddits, bukan
permasalahan tentang al-Tahwîl itu sendiri dari sisi istilah dan fungsinya.
3
al-Suyûtî,Tadrîb al-Râwi, h. 372
4
Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts, ( Bairut: Dâr al-kutub al-
`lmiyyah, 2006), cet 2, h. 230
5
al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, h. 372
46
Walaupun al-Tah wîl dari sisi istilah belum ada ulama yang
b. Fungsi al-Tahwîl
Contohnya:
ﺎ ﻨﹶﺛ ﺪ ﺎ ﺡ ﺣ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻭ ﺑﻦ ٍﺮ ﺍ ﻴ ﻤ ﻧ ﺒ ﻴﻦ ﺑﺷ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻮ ﺪ ﹶﺃﺪ ﹾِﻜﺮ ﺃﹶﺑ ﺤﻤ
ﺔﺑ ﻣ
ﹶ ﹶِﺛﺑ
ﺎﻲ ﻨ
ﺣ
ﻦﺑ ِﷲﺙ
ِ ﺪﹶ ﺍﳊﺎ ِﺭ ﻰ ﻦﻲﹾﳌﹸﺜﹶﻨِﺑﺃﹶ ﺎ ﺍﺡ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻭ
ﺪ ﻌ ﻭ ﻳﺣ
ﹶﺛ ِﻨﺣ
ﺍﹶﺛﺎ)ﻲﻨ ﺎ ﺪ ﻨ
ﺡ ﺎﻦ ﺧ ﺑ
ﻴ ﺍ ﺍﺪ (ﺒ ﻋ
47
) ﺤﻳﻴ ﻰ ِﲏ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ِ ﺳﻌٍ ﻴﺪ
ﻤﺎﺣ ﺩ ﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ ﹶﻗﺎﻻﹶ ﻛﹶﺎِﻣ ٍﻞ ﻭ ﺃﹶﺑ ﻮ
ﺛﹶِﻲﻨ ﺡ ﺃﹶﻳ ﻮﺏ ﻋﻦ ﺟ ِﻤﻴﻌ ﺎ
ﺣﺡﺪ
ﺛ
ﻨ( ﺎ ﻋ ﺜﹾﻤ ﺎﻥﹶ ﺍ ﺑﻦ ﻳﻌِﻲﻨ
ﺍ ِﺑﻦ ﻋﻦ ﻧﺎﻓِ ٍﻊ ﻫ ﻋﺆ ﻦ ِ ﻻﹶﺀ ﱡ
ﹸﻛﻞ
6
6
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, (Dar al- Fikr, 2002), cet 1, juz 2, h. 188
48
tertentu
Contohnya:
ﺔ ﺣﻔﹾﺼ ﺃﹶ ﻋﻤ ﻋﻦ ﻟﻚ ﻧ ٍ ِﺎ ﻣ ﹾﺃﺕ ﻰﻴ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﹶﻗﺮﺤﻳ ﻦ ﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺎ ﹶﺛ ﻨ ﺣﺪ
ﹰ ﺮ ﱠﻥ ﻋﻦ ﺍ ﺑِﻦ ِﻋﺎﹶٍﻠﻰﻓﻊ
ﺆﱢﺫ ﹸﻥ ِﻣﻦ ﱠﻠﻢ ﺳ ِﻪﻭ ﻴﹶﻠﻋ ﻛﹶﺎﻥﹶ ِﺇﺫﹶ ﺍ ُﻝﹸ ﺍ ِﷲ ﺍﷲ ﻮ ﺳ ﺃﹶﱠﻥ ﺭ ﻪ ﺗﺮﺒ ﺃﹶﺧﻦﻴ ِﺆﻨﻣ ﻡ ﺍﻟﹾﻤ ﹸﺃ
ﺖ ﺍﻟﹾﻤ ﹶﺳﻜ ﱠﺻﻠﻰ
ﻦﻴِﺘﹶﻴﻔِﺧﻔ ﻼﹶﺓﹸ ﺍﻟﺼ ﺗﻘﹶﺎﻡ ﺒﻞﹶ ﺃﹶﻥﹾ ﻗﹶ ِﻦ ﺭ ﻛﹶﻊ ﺭ ﺒ ﺪﺍ ﺍﻟﺼ ﺑ ِﺢ ﻭ ﺒ ﻼﹶِﺓ ﺍﻟﺼ ﺍ َﻷﺫﹶﺍِﻥ ِﻟﺼ
ﻴ ﺘ ﺢ ﹾﻛﻌ
ﺮ ﻴ ﻫ ﺯ ٍﻌﺪﻭ ﺍﻟﱠﻠﻴ ﻋﻦ ﺑ ِﻦ ٍﺢ ﻣ ﺭ ﺑﻦ ﺍ ﺒﺔﹸ ﻭ ﻴ ﻗﹸﺘ ﻰﻴ ﻭﺤﻳ ﻦ ﻰﻴ ﺑﺤﻳ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ﻭ
ﹶﺛﻲﻨِ ﺣﺡﺪ ﺳ ِﺚ
ﺣ ﺣﺪ ٍﺏ ﺡ ﻭ ﺮ ﺣ ﺑﻦ ﺮ ﻰ ﺣ ِﺪﺍﺎﻗﹶ ِﷲﻻﹶ ﺑ ﺪﺍ ﻴ ﺒ ﻋ ﻭﺑﻦ
ﹶﺛ ﻴ ِﷲٍﺪ ﺒ ﻴﻋﻌﺳِ ﻦ ٍﺮﺏ ﻦﻋ
ﺪ ﻨ ﻴ
ﻴ ﻫ ﺯ ﻳﻲﺤ ﻨ
8
ﻣﺎِﻟﻚ ﺎ ﹶﻛﻤ ﻧ ﻋﻦ ﺎِﺩ ﻨ ﻬ ﹶﺬﺍ ِﺍﻹﺳ ِﺑ ﻋﻦ ﻢ ﻛﹸﱡﻠﻬ ﻮﺏ ﻴﻞﹸ ﺃﹶﻳ ِﺎﻋ ﻤ ﺎ ﺇِﺳ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ
ِﺎٍﻓﻊ ﻗﹶﺎﻝﹶ
Pada hadis di atas yang menjadi madar sanad nya adalah Nâfi` sebagaimana
Meminjam istilah yang digunakan oleh Juynboll dalam bukunya teori common link,
7
madar yang berarti poros, maksudnya adalah, bahwa adanya periwayatan sebuah hadis yang
melalui beberapa jalur sanad, akan tetapi kesemuanya hanya disandarkan kepada seorang perawi
saja. Lihat Ali Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis
Nabi, (Yogyakarta, LKiS: 2007) cet I h. xix
Contohnya:
Nabi N N bi
Dari bagan di atas, yang menjadi madarnya adalah Amar ibn Abî Amr. Lihat, Ali
Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak
Al-Syafî’i Al SyafîAkar
i Al Syafî’i
Kesejarahan Hadis Nabi, h. 59
8
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
50
salah satu jalur sanad walaupun berasal dari madar yang sama
Contohnya:
ﻋﻦ ِﻪ ﺃﹶِﺑﻴﻋﻦ ﺎﻡ ﹶﺓ ِﻫﺸ ﻭ ﺮ ﻋ ﺑﻦ ﺎ ﺛﹶﻨﺪ ﺎﻤ ﹶﻥ ﺣ ﺓﹸ ﺑﻦ ﺪ ﺒ ﺎ ﻋ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ِﺎﻗﺪ ﻭ ﺍﻟﻨ ﻤﺮ ﻨﺎ ﻋ ﺛﹶ ﺪ ﺣ
ﻴ ﹶﻠﺳ
ﻲﺘ ﹾﻛﻌ ِﻤﻊ ِﺮ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﺳ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺠ ﻴﹶﻠﻋ ﻠﻲ ﺭﺼ ﱢ ﻳ ﻠﻢﺳ ﱠ ﻭ ُﻮﹸﻝ ِﺍﷲ ﺍﷲ ﺳ ﺭ ﺔﹶ ﻗﹶﺎﻟﹶﺖ ِﺎﺋﺸ ﻋ:
ﱠﺻﻠﻰ ﻛﹶﺎﻥﹶ
ِﻋﻠﻲ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ٍﺮ ﺣ ﺍﺨ ﻳﲏِ ﻌﻭ
ﺠ ﺣ ﱢﺑ
ﻭ ﻬ ﺎﺴﻤﻣ ﻬ ﻦ
ﻳ َﺍﹾﻷﺡﺍﹶﺫ( ﹶﻥ ﺎﻩ ﻨﹶﺛ ﺣﺪ ﻭ ﺑﻦِﻠﻲ ﺛﹶﻨِ ِﻴﻪ ﻋ ﺪ )ٍﺮﺣ
ﻋﻦ ٍﺐ ِﺪ ِﺍﷲ ﺑﻦ ﻳ ﻛﹸﺮ ﻮ ﻭﺃﹶﺑ ٍﺮ ﻴﻤﻧ ﺑﻦ ﺍ ﻭ ﻨﹶﺛ ﺪ ﺣ ﺑﻜِﹾﺮ ﻭ ﻮ ﺃﹶﺑ ﹶﺛﻨ ﺣﺪ ٍﺔ ﺎﻣ ﺃﹸﺳ ﻮ ٍﺐ ﺃﹶﺑ ﻳ ﹸﻛﺮ ﻮ ﹶﺃﺡﺑ
ﺒ ﻋ ﺎﻩ ﺎ
ِﻲﻓﺚ ﻭ ِ ِﺪﻳ ﺣ ﺎِﺩ ﻨ ﻬ ﹶﺬﺍ ﺍﹾ ِﻹﺳ ﻋﻦ ِﻫ ﻬﻢ ﻩ ﺎﻨ ﹶﺛ ﺣﺪ ﻭ ﻊ ِﻴﻛ ﺎ ﻭ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ِﺎﻗﺪ ﺮﻭ ﺍﻟﻨ ﻤ ٍﺮ ﻋ ﻴ ﻤ ﺡﻧ
ٍﺸﺎﻡِﺑ ﹸﱡﻛﻠ
9
ﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺠ ﺔﹶ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﹶﻃﹶﻠﻊ ﺎﻣ ﺃﹶِﻲﺑ ﺃﹸﺳ
Pada hadis ke dua hadis di atas, yang menjadinya madar adalah Hisyâm dan
penambahan yang terdapat pada jalur riwayat Abû Usâmah, yaitu lafaz idzâ tala'a
al-fajru.. Karena hadis asal atau pertamanya dalam Sahih Muslim adalah sebagai
berikut:
ﻋﻦ ﻋﻦ ِﻪ ﺃﹶِﺑﻴ ﻭﹶﺓ ﺮ ﺸ ﻋ ﺣﺪ ﺎﻥﹶ ِﻫ ﻤ ﺳﻠﹶﻴ ﺑﻦ ﺓﹸ ﺒﺪ ﺎ ﻋ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ِﺎﻗﺪ ﻭ ﺍﻟﻨ ﻤﺮ ﺎ ﻋ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ
ﺑﻦ ﺎ ﻡﺎ ﻨﹶﺛ
10
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
51
ﻲﺘ ﹾﻛﻌ ِﻤﻊ ِﺮ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﺳ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺠ ﻴﹶﻠﻋ ﻠﻲ ﺭﺼ ﱢ ﻢ ﻳ ﻠﺳ ﱠ ﻭ ُﺍﷲ ﹸﻝ ِﺍﷲ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻮ ﺳ ﺭ ﺔﹶ ﻗﹶﺎﻟﹶﺖ ِﺎﺋﺸ ﻋ:
ﱠﺻﻠﻰ
10
ﺎﻬﻤ ﹸﱢﻔﺨ ﻳﺍﹾﻷَﺫﹶﺍﻥﹶ َﻭ
4. memberikan efisiensi penyebutan jalur sanad sebuah hadis sekaligus
Contohnya:
ﺎ ﺡ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ﺎﻥﹸ ﻭ ﺒ ﻴ ﺷ ﻦ ﺑ ﺣﺪ ﻭ ﻓﹶﺮ ﻴﺤﻳ ﺑﻦ ﺎﻩ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻭ ﻴﻰـ ﻢ ﻳﺤ
ﺥ ﺎ ﻨﹶﺛ ﻰ ﺎ ﻧ ﺮ ﺒ ﺃﹶﺧ
ﹶﺎﺔ ﻨ ﹶﺛﻤ ﹶﻠﺪﺳ ﺎ ﺡ ﻴﻊ ﺣ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻭ ﻮ ﺑﹾﻜِﺮ ﺃﹶﺑ ﺎﺩ ﻦﺣﻤﺑ
ﹶﺃ
ﹶﺔﻲ ﺒ ﻴ ﺷ
ﻦﻲ ﺑ
ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﺪ ﻭ ﻤ ﺤﻣ ﻰﻨ ﺑﻦ ﺜﹶﺍﹾﻤﻟ
9
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
10
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322
52
ِﻦﻤﺣ ﻋﻦ ﺒ ِﺪﺍﻟﺮ ﺒ ﻋ ﻋ ﻋﻦ ٍﺮ ِﻤﻴﺑ ِﻦ ﻋ ِﻤﻠﻚ ِ ﺪﺍﹾﻟ ﻴ ِﺳﻌ ﺔﹶ ﺍﻧ ﻮ ﻋ ﻮ ﺎ ﺃﹶﺑ ﹶﺛﻨ ﺪ ﻦ ﺣ ﺑ ﺔﹸ ﺒ ﻴ ﻨﺎ ﻗﹸﺘ ﺛﹶ ﺣﺪ
ٍﺪ
ِ ﻗﹶﺎ ﻫﻮ ﺓﹶ ﻭ ﺑﻜﹾﺮ ﺑ ِﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ِ ﺪ ِﺍﷲ
ﻴ ﺒ ﺽﺇِﹶﻰﻟ ﻋ ِﺑﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﺐ ﺮﹶﺓ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻛﹶﺘ ﺑﻜﹾ )ﻭﻛﹶﺘ ﻟﹶﻪ ﺖ ( ﺒ
ﺃﹶِﻲﺑ
ﺍِﻮﺑ ﺳ ﺭ ﺖ ِﻤﻌ
ﺎﻥ ﺒ ﹶﻏﻀ ﺤﹸﻜﻢ ﺗ ﺖ ﺃﹶﻧ ﻭﻦﻴ ﺍﺛﹾﻨ ﻦ ﻴ ﺑ: ﺎﱠﻠﻰﻥﹸﺃُﺍﹾﻥِﹶﷲِﻲﻧﺈ ﺳ ﺘﺻ ِﺴﷲﹶﺠﻝﺴ
ﻻ
ﹶ
ﻭ ِﻢﹸﻪﻜﻴﹶﻠﺤ ﻋ ﻏﹶ ﻮ ﻫ ِﻦﻴ ﻭ ﺍﺛﹾﻝﹸﻨ ﻦﻮ ﹸﻘ ﻳ)ﻳ ﺑ ﻴ ﺎﻻﹶﻥﹲ ﺒ ﻀ
11
.
kutip langsung dari kitab sahih Muslim. Disana akan terlihat dengan jelas variasi12
jumlah percabangan sanad, dari hadis yang hanya memiliki dua jalur sanad
sampai yang memiliki sepuluh jalur sanad sebagaimana yang telihat dibawah ini:
13
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 100
53
ﻴ ﺮ ﻤ ﺑ ِﻦ ﻧ ﺤﻤ ﻣ ﺒ ِﺍﺪ ﻋ ﻦ ﻕ ﺑ ﺍﺑ ﻢ ﻭ ﻴﺮ ِﺍﻫ ﹶﺔ ﺒ ﻴ ﺷ ﺃﹶِﻲﺑ ﺑﻦ ﺎﻥﹸ ﺜﹾﻤ ﺎ ﻋ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ
ﺪ ِﷲ ِﺇﺑ ﻦ ﺤﺎ ﺳ
ِﺇﻭ
ﺣﺪ ﺒ ﺓﹸ ﻋ ﺔﹶ ﺪ ﺒ ﻴ ِﺃﹶﻲﺑ ﺷ ﺑﻦ ﺍ ﻦ ﺑ ﺪ ﺣﺟ ﻭ
ﺎ ﻨﹶﺛ ِﻤ
ﺎ ﻌﺎ ﻨﻴ ﹶ
ﹶﺃ
َﻋﻦﺶ ﺍﻷ ﻤ ﻴﺡﻊﻋِﻭﺮﻛ ﹾﻜ ﺑ ﻦ ﻮ ﻋ ﺑ
ﺎﺃﺑﻲِﹶﻝﻗ
ﺳﻭ ﹶ
ﹶﻠﺍ
ﱠﺻﻠﻰ ﺍ ﺶ ِﷲﻋﻤ َﻷ ﹾﻋﺍ ﻦ ﻋﻊﻦ ﻴِﻛ ﻋ ﻭ ﻭ ﹶﻥﻦ ﻤﺎﻋﻞ ﻴ ﺋ
:ِﺪُﺒﷲﺍﷲ
ﺎ ِﺱ ﺍﻟﻨﻦﻴ ﻀﻰ ﺑ (13ﻣﺎِﺀ ﺪ ِﺔ ِﻲﻓ ﺍﻟ ﺎﻣ ﺍﹾ ِﻟﻘﻴ ﻮﻡ ﻳ ﻳ ﻠﻢﺳ ﱠ ِﻪ ﻭ ﻋﻠﹶﻴ )
ﻣﺎ ﻭ ﹸﻝ ﻘﹾ
ﺃﹶ
Agar lebih jelas lagi jalur sanad dari contoh-contoh hadis yang memiliki variasi jumlah
12
al-Tahwîl, maka penulis telah membuat bagan dari masing-masing jalur sanad tersebut dan dapat
dilihat pada bagian lampiran-lampiran.
13
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 100
54
ﺇِ ﺛﹶﻨ ﺎ ِﺇﺑ ﺮِﺍﻫﻴﻢ ﺃﹶﺧ ﺒ ﺳﺤ ﺎﻕ ﺍ ﺑﻦ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎﻩ ﻋ ﺜﹾﻤ ﺎﻥﹸ ﺑ ﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ ﺣ ﺪ ﹶﺛ ﻨ ﺮ ﻧﺎ ﺎﺟ ﻭ
ِﺮ
ﻳ ﺣﺮ ﺪ ﺡ
ﻋﻤ ﺶ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺳﻔﹾﻴ ﺎﻥﹸ ﹸﱡﻛﻠﻬ ﻢ ﺍ ﺑﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﻨﹶﺛ ﺎ ﺟ ِﻳﺮ ﺮ ﻋﻤ ﻭ ﺑﻦ ﻳﻮ ﻧ ﺲ
ﻋﻦ ﺍ َﻷ ﺎ ﺴﻰ ﺮﺡ ِﻋﻴ
َﻟﹶﻷ ﺴﻰ ﺍ ﺑِﻦ ﻳﻮ ﻧ ﺲ ﻭﻲِﻓ ﺳ ﻨ ﺎﺩِ ﺣﺪ ﻬ ﹶﺬﺍ
ﻧ ﻪ( ِ ﺳ) ﻦ ﻳﻟِﹾﺍﺮﺟٍﺘﹶﻘﺮ ﹶﻞ ﻴِﻭﻋ ـﻢ ﻳ ِﺍﻹِﺚ ِﺑ ﻳ
ﹾﺬﻛﹸﺮ ﺍ 14
ﺃﹶ ﻭﻝﹶ
ﺣ ﺵﺪ ﹶﺛﺑ ﺣ ﻤﺪ ِﺒﺣ ﺎﻥﹸ ﻮ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ
ﻨ ﻦ ﺎ ﺃﹶ ﺣﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ ِﺧﺮﺍ ﺎ
ﺃﹶﺧ ﺒ ﺮ ﻧ ﺎ ِﺇﺑ ﺮِﺍﻫﻴ ﻢ ِﻦﺇﺑ ﺡ ﺳﺤ ﻭ ﺎﺣ ﻕ ﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ ﺑ ﻦ ﻋ ﺒ ﻴ ِﺪ ِﺍﷲ ﺣ ﺪ ﹶﺛ ﺎﻨ ﺯ ﻛﹶﺮ ﻳﺎَﺀ
ﹾﺜ ﻌ ِﻤﻲ ِ ﺍﻤﻟ ﹾﻘ ﺪﺍﻡ ﺑﻦ ﺍﻟﹾﻤ ﺼ ﻌﺐ
ﺑﻦ ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺍﻟ ﹶﻔ ﻤﺣِ ﻀﻞ
ﺎﺩ
ﺍﻟﻨِﻲﺒِ ﻋﺮ ﹶﻓﺠ ﹶﺔ ﻋِﻦ ﹶﻼﻗﺔ
ﻋﻦ
(ﻓﹶﺎﻗﹾ ﺘﻠﹸﻮ ﻩ 15
15
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 200
55
ﻴِﺳﻌﺪ
ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ِﻳﺮﺮ
ﺎ ﺡ ﻭ ِ ﻴﻛ ﻊ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ
ِ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺣﺎِﺗﻢ ﺑﻦ ﻣ ﺤﻤ ﺪ
ﺡ ﺃﹶﻧ ﻴ ﺴ ﺔﹶ ِﺃﹶﻲﺑ ﺑ ِﻦ ﺯ ﻳ ﺪ
ﹸﻛﻞ
ﺳﻠﹶﻤ ﺔ ﻫ ﺆ ﻻﹶِﺀ ﱡ
ﻋﻦ ﹶ
ﺑﻦ ﻤﺣﺎﺩِ ﺇﻻﱠ ﺃﹶﺣ ٍ ﻝﺔﹶﺛﻼﺍﻮ
ﻤ ﺎِﺩ ﺃﹸ ﻧﻴ ﺴ ﺔﹶ ِﺃﹶﻲﺑ ﺑِﻦ ﻭ ﺯ ِ ﻳﺪ
14
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 100
15
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 200
56
ﻳ ﺤ ﻴ ﻰـ ﻢ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎﻩ ﻤﺣﺎﺩ ﺑ ﻦ ﺤﻳﻰﻴ ﻭﺥ ﺑ ﻦﺷ ﻴ ﺒ ﺎﻭ ﻥﹸﺣ ﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ ﺡ ﺣﺪ
ﺛﹶﻨ ﺎ ﹶﻓﺮ ﹶﺃﺧ ﺒ ﺮ ﻧ ﺎ
ﺛﹶ ﻨﺎ ﺷ ﻴ ﺒ ﹶﺔ ﹶﺃ ﹶﻠِﻲﺑﻤﺳﺑﺔﹶ ﹶﺃﻦ
ِﺑ ﹾﻜﻲﺑﺑ ِﺮﻦ ﺃﹶ ﺑﻮ ﻭﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺡ
ﺣﺪﺛﹶﻨﺎ ﺍﻟﹾﻤﺜﹶﻰﻨ ﺑ ﻦ ﻣ ﺤﻤ ﺪ
ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺣ ﺴ ﻦﻴ ﻦ ﻋ ﺯ ِﺍﺋﺪ ﺓﹶ ﻋ ﹸﻛ ﻫﺆ ﻻﹶﺀ ﻛﹸﺮ ﻳ ٍ ﺐ ﹶِﻼﻛ
ﻦ ﱡﻞ ﺑ ﻠِ ﻋ ﺒ ِﺪﺍﹾﻟ ِﻤﻠﻚ ِﻤﻴ ﺮ ﺑ ِﻦ ﻭ ﻫ ﻤ ﺪ ﺎﺣ ﹶﺛ
ﻲ ﻨ ﺎﻦﻋ ﺃ
ﹶﺡ ﻮﺑ
ﻌﺷ
ﺔﺒ
ﹶ
ﻋﻦ
17
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 123
18
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 129
57
17
ﺔﹶ ﺍﻧ ﻮ ِﺚ ﺃﹶِﻲﺑ ﻋ ِﺣﺪﻳ ِﹾﻤِﺑﺜ ِﻞ ﱠﻠﻢﺳ ﻭ
ﺎﻩ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺔﹸ ﺣ ﺒ ﻴ ﻗﹸﺘ ﻴﺪ ﺑﻦﺳِﻌ ﻤﺤ ﻭ
ﺪﻣ ﻦ
ﻮ ﺑﻜﹾﺮ ﺃﹶﺑ ﺔﹶ ﺃﹶِﻲﺑ ﺑﻦ ﺒ ﻴ ﺷ
ﻋﻦ ﻴ ِﺪﺍﷲ ﺒ ﺛﹶﻲِﻨ ﺡ ﻋ ﺣﺪ
ﺮ ﻋﻤ ﺎ ﹶﺛﻨ ﺪ ﺣ ﻭ ﺡﻦ ﺑﺍ ﺣﺪ ﺮﺏ ﻴ ﹸﻞ ِﺇ ﺣ ِﺎﻋﻤﺳ
ﺃﹶِﻲﺑ ﺎ ﻨﹶﺛ
ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻴﺎ ﹸﻥ ﻭ ﺳﻔﹾ ﻋﻦ ﻴﻞ ِﺎﻋ ﻤ
ﺮ ﻤ ﻣﻌ ﻋﺏﻦ ﻳﻮ ﺃﹶ ﺑﻦ ﺍ ﻳﺞ ﻭ ﺮ ﺟ
ﱠﺻﻠﻰ ﱠﻠﻢﺳ ِﻪ ُﺍﷲ ﻠﹶﻴ ﻋ ﻭ
ﻮ
ﺑﻦ 18
ﺚﹶ ٍ ﺍﻟﻠﹶﻴﺳﻌ ﺪ ِ ﻲﻓ ﻓﹶِﺈﱠﻥ
16
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 128
17
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 123
18
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 129
58
ﻤﻧ ﻴ ٍﺮ ﺍﺑ ﻦ ﻭ ﺣﺪ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺡ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ ِﺃﹶﻲﺑ ﺑ ﻦ ﺑ ﹶﺛ ﺎﻨ ﺃﹶﺑ ﻮ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ِﹾﻜﺮ
ﻨﹶﺛ ﺎ
ﻰ ﺍﺑ ﻦ ﻭ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺡ ِﺃﹶﻲﺑ
ِﲏ ) ﺤﻳﻴ ﻰ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ِ ﻴﺳﻌ ﺪ
ﺇِﺳ ﻤ ِ ﻴﺎﻋ ﻞﹸ ﺑﻦ ﺣ ﺮ ٍﺏ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﻛﹶﺎﻣٍﻞ ﻗﹶﺎﻻ ﺣﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﻲﺑﻦﺡ ﺯ ﻫ ﻴﻳ ٍﺮﺪ
ﻭ ﺃﹶﺑ ﻮ ِ
ﻭ ﻭﺣ ﻤ ﺣ ﺎﺪ ﺩ ﹶ
ﻨ
ﻭ ﺣﺪ ﺛﹶِﻲﻨ
ﹶﺃ
ﻳ ﺡﻮ ﻋﺏ ﻦ ﺟ ِ ﻤﻴﻌ ﺎ
ﺣﺡﺪ
ﺛ
ﻨ( ﺎ ﻋ ﺜﹾﻤ ﺎﻥﹶ ﺍ ﺑﻦ ﻳﻌِﻲﻨ
ﺍﻤ ﺑ ﻧﺎِﻓﻊ ﻫ ﻋﺆ ﻦ ﱡﹶﹸﻻِﻞﻛﺀ ﻋﻦ
19
ﺮ ِﻦ
8. Yang memiliki sembilan cabang
ﺭﻣ ﺢ ﺑﻦ ﻭﻣ ﺤ ﻤ ﺪ ﻳ ﺤﻳﺤ ﻴﻰ ﺑﺣ ﻦ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ
ﺔﹸ
ﺣ ﻭ ﺪ ﻫ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺑ ِ ﻫﺸ ﺎﻡ ﺃﻭﹶﺑ ﻮ ﺍﻟﺮ ِﺑﻴ ِﻊ ﻭ ﺑﹶﺃ ﻮ ٍ ِ ﻣﻞ
ﻛﹶﺎ ﻮﺍ ﻨ ﻮ ﺎ)ﺍ ﺑ ﺣﻦ ﻤ( ﺯﺎ ﺩ ﺪﻳ ﺧﹾ ﻦ
ﻗﹶﺎﻟﹸ ﻠ ﻒ
19
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
20
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 208
59
ﻤﺳِ ﺎﻋﻴﻞ ﺡﺣ ﹶﺪﺃ
ﹶﺛﻳ
ﻨ ﺎﻮﺏﺣ ﺮ ﻋﻦ ﺏ ﺑﻦ ﺯﻫﻴﺮ ﻭﺣﺪﺛﹶﻨﺎ
ﻮ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺡ ِﺃﹶﻲﺑ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ
ﺡ ِﻌﻴﺪ ﺪﺍﷲ ﺍﻟﹾـﻤﺜﹶﻰﻨ ﺑ ﻦ ﻭﻋﺒﻴ ِ
ﺠ ﺮ ﺑﻦِ ﻋﻠﻲ ﻭ ﺣ ﺪ ِﺛﹶﻲﻨ
ﺃﹶِﻲﺑ
ﺡ ﹸﺃﻣ ﻴ ﺔﹶ ﺣ ﺪ ِ ﺇ ِ ﺑﻦ ﺳ ﻤ ِﺎﻋﻴﻞ
ِﹶﺛﻲﻨ
ﻋﻘﹾﺒ ﺔ ﻣ ﻮ ﺳﻰ ﺃﹶﺧ ﺮﺒِﻲﻧ
ﺑﻦ
( ﺯ ﻳﺪ ﺍ ﺑﻦ ﻳﻌِﻲﻨ ) ﺃﹸﺳ ﺎﻣ ﺔﹸ
ﺣ ِ ﺪﻳﺚ ِﻲﻓ ﻭ ﺯﺍﺩ ﻧ ِﺎﻓٍﻊ
ﻟـ ﻤﺴ 20
ِﻟﻔﹶﺍﺠ ﺪﺮ ﺱ ِ ﻲﺑ ﹶﻓ ﹶﻄﻔﱠﻒ
19
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
20
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 208
60
ﺳِﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻗﹸﺘ ﻴ ﺒ ﹸﺔﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﻌﺢِﻭﺪﺚﺍﺑ ِﻦﺑﻦ
ﻦﺡﻟﺍ
ﻣ ﻴﺳ
ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﻗﹶﺎﻻﹶ ﺍﻟـﻤ ﺜﹶ ﻰﻨ ﻭ ﺍ ﺑﻦ
ﹶﺔ ِﺃﹶﻲﺑ ﺑﻦ ﺑﻜﹾﺮ ﺃﹶﺑ ﻮ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ
ﻭ ﺃﹶﺑ ﻮ ﻛﹶﺎ ﹶﺃﺳﺡﻦ ﺑ ﻤ( ﺎﻮ ﻋ ﺯ ﻫ ﻴ ﺮ ﺑﻦ ﺣ ﺮﺏ
ِﻣﻞ ﺍ ﻴ ﹶﺮﺔﻟ ِﺑﻞ ﺡ ﺣ ﻤّﺎ ﺩ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ
ﻴ ﻊ ﻭﻳ ﻌﺣ ﺪ ﺎ ﻗﹶﺎﻻﹶ
ِﻨﺣ ﹶﺛ
ﻨ ﺪ
ﻨ)
ﺎ ﺑ
ﺑ ﻦ ﻋ ﺒ ﺪ ِﺍﷲ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶِﻲﻨ ﻮ ﺳﻰ ﺑِ ﻦ ﻭ ﻮِﻟﺍﺏﺴ ﺃﹶﺨ ﻳ ﺘ ﻴ ِﺎﻮﻧﺏﻲ
ﹶﺃ
ﻳ
ﺛﹶﻨﺎ ﻧﻌﻴﻢ ﺃﹶﺑﻮﹶﺃ ﺍﺧ ﺒﻟ ﺪ ﺮ ﺍ
ﻧ
ﺭ ِﻣﻋ
ﻟﺍِﺪﻲﺒ
ﺮ ﺣ ﻤ ِﻦ
ﻭﻣ ﻮ ﻭ ﻋ ﺒﺳ ﺍِﷲﺪﻰﻴ
21
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 106
61
ﺑﻦ ﻋﻘﹾ ﺔﹶ ﺎ ﺡ ﺒ ﺛﹶﻨ
ﺞ ﻳ ﺟﺮ ِﻲﻧﺮﺒ ﻴﻞ ﹶﺃﺧﻤِﺎﻋ ﺇِﺳ
ﺑ ِﻦ ﻴﺳﹾﻔ ﺃﹶِﻲﺑ ِﺤﻲ
ﺎﹶﻥ ﻤ
ﻢ ﹸ ﱡﻛﻠﻬﻋﻦ ِﺎ ٍﻓﻊ ﺑ ِﻦ ﻧ ﺍ
ﻋﻦ
ﻣِﻟﺎ ﻬ ﻀ ﺑﻌ ﹶﻝ ﺮ ﺃﹶﱠﻥ ﻏﹶﻴ
21
ﻚ ﻢ
C. Mutâbi‘ dan Fungsinya
memberikan gambaran mengenai apa itu mutâbi‘, seperti yang telah contohkan
(sebuah hadis yang ia terima) dari Ayyûb dari Muhammad ibn Sîrîn dari Abû
Hurairah dari Nabi saw dan apabila ada periwayat lain yang meriwayatkan dari
Ayyûb selain Hammad atau selain Ayyûb dari Muhammad atau selain
21
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 106
62
Muhammad dari Abû Hurairah atau selain Abû Hurairah dari Nabi saw maka
Hal senada juga dikatakan oleh al-Dahlawî ”apabila ada seorang periwayat
meriwayatkan sebuah hadis dan periwayat lain juga meriwayatkan hadis yang
sama maka hadis yang kedua disebut sebagai hadîts mutâbi‘ ”23
Gambaran yang diberikan oleh Ibn Katsîr tentang mutâbi‘ secara tidak
langsung, ia telah membagi mutâbi‘ kepada dua bagian yaitu: tamm / akmal 24 dan
qasir.25 Agar jelas pengertian dari ke dua pembagian mutâbi‘ tersebut penulis
akan memberikan contohnya, sebagaimana yang penulis kutip dari buku karya A.
Mâlik dari Zuhri, Zuhri dari Urwah, Urwah dari ‘Âîsyah dan
Ringkasnya:
1. Mâlik
2.Zuhri
3‘Urwah
4.‘Âîsyah
5.Nabi saw
22
Ibnu Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadîts, Editor: Ahmad
Muhammad Syâkir, (Beirut: Darul Fikr, 2005), cet 1, h. 44
23
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, editor: salmân al-husain al-Nadawî,
(Beirut: al-basyâir al-Islâmiyah, 1986), cet 2, h. 56
24
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 57
25
A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2002),
cet, VII, h.302
63
Mula-mula kita periksa, apakah ada selain imam Mâlik meriwayatkan dari Zuhri atau tidak? tern
Sanadnya jadi begini:
Nabi saw
Maka Salih itu, dikatakan mutâbi‘ yang tamm (sempurna), karena ia menguatkan periwayat yan
Kalausekiranya tidak adayangmenguatkan imam Malik, hendaklah kita periksa, apakah ada
tidak? ternyata ada, yaitu: `Ubaidullah, umpannya sanadnya jadi
begini:
1. Mâlik
2. `Ubaidullah
3. `Urwah
4. ‘Âîsyah
5. Nabi saw
Jika tidak ada yang membantu Mâlik dan Zuhri, kita periksa pula,
dikatakan mitsluhu ( ) ﻣﺜﻠﻪ, jika kesusuainya hanya terletak pada maknanya bukan
pada lafaznya, maka sering dikatakannah wuhu( ) ﳓﻮﻩ 27
dan adapun fungsi
mutâbi' bisa berderajat sama dengan hadis asal dan bisa juga berasal dari hadis
yang derajatnya dibawah hadis asal. Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada
point berikutnya
Pada bagian terakhir dari pembahasan bab ke empat ini, penulis telah
hadis-hadis yang termasuk dalam kategori mutâbi'. Dan hasilnya adalah bahwa
26
A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h.302-303
27
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56
28
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56
29
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56
30
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56
65
tidak ada perbedaan mendasar antara hadis yang ber-al-tahwîl dan hadis yang
Hanya saja, walaupun dari sisi untuk menguatkan tidak ada perbedaan, akan
tetapi penyebutan matan hadis dengan sanad yang digabungkan lebih mudah,
pengucapan matan atau redaksi dari hadis tersebut. Inilah yang menjadi perbedaan
antara penyebutan sanad yang digabungkan dengan jalur al-tahwîl dan sanad yang
ﺎ ﻨﹶﺛ ﺣﺪ ﻦ ﺚﹸ ﻋ ٍﺢ ﺍﻟﱠﻠﻴ ﺭﻣ ﻣ ﻦ ﺑ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻭ ﺣﺪ ﺔﹸ ﺒ ﻴ ﺎ ﻗﹸﺘ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ٍﺪﺳِﻴﻌ ﺚ ﻦ ﺑ ﺡﺍﻟﻠﹶﻴ
ﺪ ﺤﻤ ﺎ ﻨﹶﺛ
ﻠﱠﻭﺳٍﻉ ﺍﻭ ﺭﻪِ ﻴ ﹶﻠﻢﻋ ﹸﻜ ِﻲﺒﺍﻟﻨ ﻋﻤ ﺮ ﺑ ِﻦﻦ ﺍ ِﺎ ٍﻓﻊ ﻧ:
ﻋ ِﻦ ﻋ
ُ ﱠﺻﻠﻰ ﺍ ﻠﱡ )ﻝﺎﻗﻻﹶ ﹸﻜﻢ ﺃﹶ ﻪ ﻧ
ﹸﻛﷲ
ﺭﺍ ﻭﺍﱠﻟ ﺘِﻪ ِﻴﺭﻋ ﺭٍﺍﻉ ﻦ ﻝﹲ ﻋ ﺌﹸﻮ ﺴ ﻣ ﻮ ﻫ ﻭ ﺱ ِ ﺎ ﺍﻟﻨ ﺮﱠﻟﺬﻱ ِﻴﻣ ِ ﻦ ﺍ ﻮ ﹲﻝ ﻋ ﺌﹸﺴﻣ
ﺮ ﹸﺟﻞ ٍﻉ ﻋﹶﻠﻰ
ﺘِِﻪ ﻓﹶﺎﻟ ِﻋﻴَﻸ ﺭ
ﺑ ِﺖ ﻴ ﻋﹶﻠﻰ ﺑ ﻟﹶﺔﹲ ﺌﹸﻮ ﺴ ﻣ ِﻫﻲ ﹶﻟﺪِﻩ ﻭ ﻭ ﺎ ﻭ ﻌِﻠﻬ ﺃﹶﺓﹸ ﺔﹲ ﺮﻭﺍﹾﻤﻟ ﻢ ﻨﻬ ﻮﹲﻝ ﻋ ﺌﹸ ﺴ ﻮ ﻣ ﻫ ِﺘ ﻭﻴ ﻪ ﻫ ِﻞ ﺑ ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ
ﺭِﻴﺍﻋ
ﺍ ٍﻉ ﻭ ﺭ ﹸﻜﻢ ﻴ ﺳ ﺍ ٍﻉ ﺭ ﺒﺪ ﹾﻟﺍﻭﻌ ﻬﻢ ﻨ ﻋ
ﱡﹸﻛ ِِﺪ
ﻮﹲﻝ ﹶﻓ ﱡﻠﹸﻜ ﺌﹸﺴﻢ ﻣ ﻠ ﹸﻜ ﺎ ِﻝ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﻨ ﻮﹲﻝ ﻋ ﺌﹸ ﺴ ﻮ ﻣ ﻫ ﻩ ﻭ
31
ﺘِِﻪ ِﻋﻴﻦ ﺭ ﻋ (
66
Apabila sanad hadis tersebut dipisahkan, maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
31
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 187
67
ﺭ ﺍ ﻋ ﻦ ﺭ ِﻴﻋِِﺘﻪ ٍﻉ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸﻮ ﻭﺍﱠﻟ ﺭﺍ ﻋﻠﹶ ﺑ ﻴ ﺘِﻪ ﺃﹶ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻬ ﻢ ﻭﻫ ﻮ ﻤﺮ ﺃﹶﺓﹸ
ﻟﹾﺍﻭ ِﻫﻞ ﻝﹲ ﺮ ﹸﺟﻞ ٍﻉ ﻰ
ﺑ ِ ﻴﺖ ﺑ ﻌِﻠﻬ ﺎ ﺔﹲ ِِ ﻩﺪ ﻭِ ﻫ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻲ ﻣ ﺴ ﺭﺍ ٍﻉ ﻟﻌﹾﺍﻭﺒﺪ ﻋﹶ ﻭ ﻫﻮ ﻣِﺎﻝ ﺳ ﻴﺪِﻩ ﺭ ِﺍﻋﻴ
ﻠﻰ ﹸﺌﻮ ﹲﹶﺔﻟ ﻭ ﹶﻟ ﻋﹶﻠﻰ
ﻣﺴ ﹸﺌ ﻮﹲﻝ ﻋﻨ ﻪ ﹶﺃﹶﺎﻟ ﹶﻓ
ﱡﹸﻜ
ﻠ ﹸﻜ ﻢ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭ ﹸ ﱡﻛﻠﻜﹸﻢ ﻣ ﺴﹸﺌﻮ ﻝﹲ ﻋ ﻦ ﺭِ ﻋﻴﺘِﻪ(
2.ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺤﻤ ﺪ ﺑﻦ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺍﻟﱠﻴﻠ ﺚﹸ ﺭﻣ ٍﺢ ﻋ ﻨﻟِﺍِﻲﻦﻋﻦﺑﻦﺒ ﻋﻦ ﻧِ ﺎﻓٍﻊ ﻋ ﺻﻤ
ﻠﱠ ﻣ
ﺮ ﻰ:
ﹾﹶﺄﻣﻴ ﺮ ﺍﱠﻟِﺬﻱ ﻴِﺭﻋ ﻋﻠﹶ ﻭ ﱡﻠﹸﹸﻛﻜ ﻢ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﻝﹲ ﱡﻠﹸﻛ ﹸﻜﻢ ﺭﺍ ٍﻉ ﻋﻦ ﻓﹶﺎﻟ ِ ﺃﹶﻻﹶ)ﺍﷲُ ﻭ ﻴﹶﻠﻋ ﺃﹶﻧ ﻪ ﹶﻗﺎﻝﹶ
ﻰ ِِ ﺘ ﱠﻢﻠﺳ ِﻪ
ﻪ
ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸﻮ ﻝﹲ ﺭ ِ ﻴﻋ ِﻪﺘ ﻋﻦ ﻭﺍﱠﻟ ﻋ ﹶﻠﻰ ﺃﹶ ِ ﻫﻞ ﺑ ﻴ ِﺘﻪ ﻭ ﻫ ﻮ ﺟﹸﻞ ﺭ ٍ ﺍﻉ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻣﺴ ﺌﹸﻮ ﺍﻟ ﻨﺎ
ﹲﻝ ﺮ ٍﻉ ﺭﺍ
ِﺱ
ﻭﺍﹾﻟ ﻤﺮ ﺃﹶﺓﹸ ﺭﺍﻋ ﺑﻌ ِﻠﻬ ﺎ ﻭ ﻭ ﹶ ِﻟﺪﻩ ﻭ ِﻫ ﺔﹲ ﻋ ﹶﻠﻰ ﺑ ﻴ ِ ﺖ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻲ ﻣ ﺴ ﹾﻟﺍﻭﻌ ﺒ ﺪٍ ﻉ ﻋﻠﹶ ﺳ ِ ﻴﺪِﻩ ﻣِﺎﻝ
ﺍﺭ ﻰ ﹸﺌﻮ ﹲﹶﺔﻟ ﻴ
ﻭ ﻫﻮ ﻣﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋﻨ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﹶﻓ
ﱡﹸﻜ
ﻠ ﹸﻜ ﻢ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭ ﹸ ﱡﻛﻠﻜﹸﻢ ﻣﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻦ ﺭِ ﻋﻴﺘِﻪ(
Jika melihat sanad dari kedua hadis tersebut diatas, maka dapat dikatakan
bahwa kedua sanad tersebut dapat digolongkan ke dalam hadis yang memiliki
sanad 'âlî. Adapun yang dimaksud dengan sanad 'âli adalah satu hadis yang
periwayat-periwayat sanadnya sedikit, terbanding dengan sanad lain dari hadis itu
68
juga. Lawan dari sanad 'âlî adalah sanad nâzil, yaitu: satu hadis yang periwayat-
32
periwayat sanadnya banyak terbanding dengan sanad lain dari hadis itu juga.33
kedekatan inilah, sehingga menurut ibn Kasîr, bahwa sanad 'âlî lebih jauh jarak
dihitung dari jumlah para periwayat yang ada pada sanad-sanadnya lebih banyak
32
A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 332
33
A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 332
34
Ibnu Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadîts, h.112
69
yaitu melalui 5 orang periwayat sabelum sampai kepada Nabi saw, jika
ﺎ ﺡ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ٍﺮﻴ ﻤ ﺛﺎﹶ ﻧ ﺪ ﺣ ﻭ ﺑﻦِﺍ ﻦ ﺑ ﺎ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﻮﻭ ِﺮ ﺃﹶﺑ ﹶﺛ ﺪ ﺔﹶ ﺃﹶِﻲﺑ ﺒ ﻴ ﺷ
ﺑﹾﻜ ﺎﻨ
ﻦﺑ ﻭﻳ ِﺙ ﺜﺍﹾﻤﻟ ﻰﻨ ﹶ ﺍ ﻨﺎ ﺛﹶ ﺪ ﺣ ﻭ
ﺪ ﻌﺣ ِﺡ
ﻲ ﺑِﻦ
ﺛِﻨﺣ ﹶ
ﺛﺎﻲ ﺪ ﻨ
)ﻨ ﹶ
ﻋ ﺎﺡﻦ ﺑﺧ ﺎ
ِﻟ
ﹾ ﻴﺪ ﺍ (ﺒ
ﺍﺤﺪ ﻟ
ﺭ
ﻳﻌ ( ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻄﱠﺎﻥﹸ
ﻨ
ﺳﺤ ﻳ )ﺎﻨﹶﺛﻲ ﺣﺪ ِ
ِﻌ
ﻴﺪﻰٍ ﻴ
ﻮ ﺃﹶﺑ ﺎ ﹶﻗﺎﻻﹶ ﻛﹶﺎِﻣ ٍﻞ ﻭ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ
ﺎ ﻴﻌِﻤ ﺟ ﻋﻦ ﻮﺏ ﺛﹶِﻲﻨ ﺡ ﺃﹶﻳ
ِﻲﻨﻳﻌ ﺑﻦ ﺎﻥﹶ ﺍ ﺜﹾﻤ ﺎ ﺡ ( ﻋ
ِﺑﻦ ﺍ35 ﻻِﹶﺀ ﱡ ﻦ ﻋﺆ ﻧﺎﹶﻓِ ٍﻊ ﻫﻋﻦ
ﹸﻛﻞ
70
Hadis diatas disebut sebagai tâbi', dikarenakan dua alasan, pertama: ia
disebutkan kedua setelah hadis yang pertama, yang berstatus `âlî. Kedua pada
menunjukkan bahwa lafaz dan makna matan hadis pertama dengan hadis kedua
adalah sama.
ﹶﺛﺮﻨ (ﺣﹾﺪﻜ ﺑ1 ﻭ ﻦ ﻮ )ﺑ ﺃﹶِﻲﺑ ﺃ ﺤﻤ ﺑﻦ
ﹶﺔ ﺒ ﻴ ﺎ ﺷ ﺛﹶﻨ ﺣﺪ ﺎ ﻣ ﺪ
ﹶﻗﺎﻝﹶﻪ ﻢ ﺃﹶﻧ ﻠﱠﺳ ﻴﹶﻠﻋ ﻭ ُ ﺍﷲ ِﻲﺒ ﺃﹶﻻﹶ) ﺍﻟﻨ ﹸﻜﻢ :ﺑﻦﻦ ﺍﻋ ﺮ ﻋﻤ ﻦ ﻦﺮﻧﺎِﹶﻓﻊﻋ ﻤ ﻋ
ِﻪ ﱠﺻﻠﻰ ﺭٍﺍﻉ ﱡﻠﹸﻛ
ﻋ ﺘِﻪ ِﻋﻴ ﺎ ِﺱ ﺭ ﻠﻋﹶﻰ ﺍﻟﻨ ﻮﹲﻝ ﺌﹸﺴ ﻣ ﻫﻮ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﺍﱠﻟِﺬﻱ ﺭﺮﻴِِﺘﻪ ﻓﹶﺎﻟﹾﹶِﺄﻣ ِﻴﻋ ﺭ ﻦ ﻝﹲ ﻋ ﺌﹸﻮ ﺴ ﻢ ﻣ ﱡﻛﻠﹸ ﹸﻜ ﻭ
ﻦ
ﺭ ِﺍﻋﻴ ﹶﺮﻟﻤ ﻭ ﹾﻟ ﺍﻭ ﺎ ﻬﻢﻠﻬِ ﻌ ﺑِﺖﻋ ﻨ ﺘِﻪ ﻴ ِﻫﻞ ﺑ ﺍ ٍﻉ ﻭﺍﱠﻟﺮ ﺭ
ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ ﻩﹸﺓﹶﺃِﺪ ﺟﻞﹸ
ﻠﹶﻰﺴ ﻣ ﻋ ﹲﻮﺔ ﻭﻫ ِ
ﹸﺌ
ﹲﻝ ﻴﻮ ﺑ
35
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
36
Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56
71
ﺭ ﺍ ٍﻉ ﹶﻓ ﱡﻠﹸﻜﻜﹸﻢ ﺳ ﻴ ﻭِ ﻫﻲ ﻋﻨ ﻬ ﻢ ﻣﺴ ﺭﺍ ٍﻉ ﻟﻌﹾﺍﻭﺒﺪ
ِِﺪ ﺌﹸﻮ ﹲﹶﺔﻟ
ﻩ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﺎ ِﻝ
ﻭﻛﹸ(ﱡﻠ ﹸﻜﻢ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻦ ﺭِ ﻋﻴﺘِِﻪ
ﺮ ِ ﺍﺑ ِﻦ ﻋ ﺒ ﻴ ِﺪ ِﺍﷲﻋ ﻦﺃﹶِﻲﺑ ﺣ ﺪ ﻭ ﺎﹶﺣﺛ ﻧ)ﺪ ﹶﻤﺛ 2ﻨ ﺎﻴ(ﺮ ﺍ ﺑﻦ
ﻋﻦ ﺍﻟﻨِﻲﺒ ﺍﷲُ ﻭ ﺳ ﱠﻠﻢ ﺃﹶﻧ ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﺃﹶﻝﹶﻻ) ﺭ ﺍ ٍﻉ ﱡﻠﻛﹸﻜﹸﻢ ﻭ ﱡﻠﹸﻛﻜﹸﻢ ﻮﻝﹲ ﻋﻦ ﺭ ِﻴﻋ ِﺘﻪ
ﻣﺴ ﺌﹸ ﻴﹶﻠﻋ ِﻪ ﱠﺻﻠﻰ
ﻓﹶﺎﹾﻟ ِﻴﹶﺄﻣ ﺮ ﺍﻟﱠ ِﺬﻱ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﹶﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ِﻋﻴ ِﺘﻪ ﻋﻦ ﻭﺍﱠﻟ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻫِﻞ ﺑﻴﺘِﻪ ﻭ ﻫﻮ ﻋﹶﻠﻰ
ﹶﺃ ﺭ ﺮ ﺟﻞﹸ
ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋﻨ ﻬﻢ ﻤﺮ ﺃﹶﺓﹸ ﺭﺍﻋ ﺑ ِﻌﻠﻬ ﺎ ﻭ ﻭﻟِﹶﺪﻩ ﻭ ِ ﻫﻲ ﺔﹲ ﻋ ﹶﻠﻰ ﺑ ﻴ ﻋ ﻨ ﻬ ﻢ ﻣﺴ ﹸﺌﻮ ﺪ ﺭﺍﻉٍ
ﻟﻌﹾﺍﻭﺒ ﹲﹶﺔﻟ ِﺖ ﻴ ﻟﹾﺍﻭ
ﻋﹶﻠﻰ ﻣﺎ ِﻝ ﺳِ ﻴﺪِﻩ ﻭ ﻫﻮ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋﻨﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﹶﻓ
ﱡﹸﻜ
ﻠ ﹸﻜ ﻢ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭﻛﱡﹸﻠﻜﹸﻢ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻦ ﺭِ ﻋﻴِﺘِﻪ(
) ﺧﺎﻟِﺪ ﺣﺪﺛﹶﻨﺎ ﺍﻟﹾﻤﺜﹶﻰﻨ ﺍ ﺑ ﻦ ﻭﺣ) ﺪ ﹶﺛ 3ﺎﻨ(
ﻢ ﺃﹶﻧ ﻪ ﹶﻗﺎ ﻋﹸﻜﻰﻦﻢ ﺍ ﻧﺭ
ِ ﺍﻓﻉﹶﺎُﷲ ﹶﻝ ﻋ ﻦ ﺭ ِ ﻴﻋِِﺘﻪ ﻓﹶﺎﻟﹾﹶِﺄﻣﺮﻴ ﱠﺍﻟِﺬﻱ ﱠﻠﺳ ﻭ ﱡﻠﹸﻛ ﹸﻜﻢ ﻣ ﺴ ﺌﹸﻮ ﻝﹲ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭ ﻫﻮ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻠﻋﹶﻰ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ ﻋﻦ
ٍ ﻋﻴﹶﻠﻊ ِﺃﹶﻋﻻﻪﹶﻦ) ﻭ ﻨﻟﺍﻋِﺍﻲﺮﺒﻤِﹸﻛﺑﻦ
ﻠﱡﺻ
ﻠ
ﻭ ﻫ ﹲﺔﻮ ﻣ ﻠﹶﺴﻋ ﻰﹸﺌ ﺑﻮ ﻴ ِﻋﻝﹲﺖﻨ ﺑ ﻬ ﺭ ِﺍﻋﻴ ﻪ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﺟﻞﹸ
ِ ﻠﻌ
ﻢ ﻬ ﺎ ﻟﺍﻭ
ﹾ ﻭ ﻤﻭ
ﻩ ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ ﻫ ِﻞ ﺑ ﻴ
ِِﺘ
72
ﻭﺍﱠﻟﺮ
ﹸﻜﻢ ﺭﺍﻉٍ ﹶﻓ ﻭ ِ ﻫﻲ ﻣ ﺴ ﺌﹸﻮ ﻟﹶﺔﹲ ﻋ ﻨ ﻬ ﻢ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻟﻌﹾﺍﻭﺒ ﺪ ﺳ ِ ﻴﺪِﻩ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﺎ ِﻝ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﻭ ﻫ
ﱡﻠﹸﻜ ﻮ
(ﻭ ﹸ ﱡﻛﻠﻜﹸﻢ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻦ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ
ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺑ ﻦﻋ ﺒ ﻴ ﺪﺍﷲ ﻭ ﻴِﺳﻌ ﺣ)ﺪ ﹶﺛ 4ﻨ( ﺎ
ٍﺪ
ﹸﻜﻢ ﺃﹶﻻﹶ) ﺍﻟﻨِﻲﺒ ﺍﷲُ ﻭ ﻴﹶﻠﻋ ﻠﱠﺳ ﻢ ﺃﹶﻧ ﻪ ﹶﻗﺎﻝﹶ ﺍ ﺑ ِﻦ ﻧﹶﺎﻓِﻊ ﻋﻦ ﻋﻦ ﻋﻤ ﺮ
ِﻪ ﱠﺻﻠﻰ ﺭٍﺍﻉ ﱡﻠﹸﻛ
ﱠﻟﺬﻱ ﻋ ِ ﻴﻣﺮ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭ ﻫﻮ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﹶﻠﻰ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ ﻋﻦ ﻭ ﱡﻛﻠﹸﻜﹸﻢ ﻣ ﺴ ﻓﹶﺎ َﻷ ﺭ ِ ﻋﻴ ِﺘِﻪ ﻋﻦ ﺍ ِ
ﻮﹲﻝ
ﺌﹸ
ِﺖﻋ ﻨﺑ ﻌ ِﻢﻠﻬﻬ ﺎ ﺍﻭ ﹾﻟ ﻭ ﹶﺮﻟﻤ ﺭ ِﺍﻋﻴ ﻭﺍﱠﻟﺮ ﺭ ﺍ ٍﻉ ِ ﻫﻞ ﺑ ﻴ ﺘِﻪ
ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ ﻩﹸﺓﹶﺃِﺪ ﺟﻞﹸ
ِ ﻭﻫ ﹲﻮﺔ ﻋ ﻣ ﻠﹶﻰﺴ
ﹸﺌ
ﺑ ﻴﻮ ﹲﻝ
ﺳ ﻴ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻪ ﹶﺃﻟﹶﺎ ﹶﻓ ﹸﱡﻜﻠﻜﹸﻢ ﺴ ﺭﺍ ﻭِ ﻫ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻲ ﻣ ﺴ ﺭﺍ ٍﻉ ﻟﻌﹾﺍﻭﺒﺪ ﻋﹶ
ﹸﺌ ٍﻉ ِﻩﺪ ﻠﻰ ﹸﺌﻮ ﹲﹶﺔﻟ
ِ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﻣِﺎﻝ
(ﻭ ﹸ ﱡﻛﻠﻜﹸﻢ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻦ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ
ﺪﺛﹶﻨﹶﻗﺎ ﻻﹶ ﻛﹶﺎ
ِﻣﻞ
ٍ ﺃﹶﺑﻮ ﻭ ﺍﻟﺮﺑِﻴﻊ ﹶﺃ)ﺑ ﻮ 5ﻭ(ﺣ ﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ
ﺍﻟﻨِﻲﺒ ﺍﷲُ ﻭ ﻴﹶﻠﻋ ﺃﹶﻧ ﻪ ﻗﺃﺎﹶﻝﹶﻻﹶ ) ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﱡﻠﹸﻛ ﹸﻜﻢ ﻣ ﱡﻠﹸﻛﻜﹸﻢ ﻮﹲﻝ ﻋﻦ ﻋﻦ :ﻋﻤ ﺮ
ﺴ ﺌﹸ ﱠﻠﻢﺳ ﱠﺻﻠﻰ
ِﻪ
ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ ﻓﹶﺎ َﻷ ِﻣﻴ ﺮ ﺍﱠﻟِﺬﻱ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﹶﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ ﻋﻦ ﻭﺍﱠﻟ ﺭ ﺍ ٍﻉ ِ ﻫﻞ ﺑ ﻴ ﺘِﻪ
ﻋﹶﻠﻰ ﹶﺃ ﺟﻞﹸ ﺮ
73
ِِﻩﺪ ﻭِ ﻫ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻲ ﻣ ﺴ ﹾﻟﺍﻭﻌ ﺒﺪ ﻭﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻤﺮ ﺃﹶﺓ ﺭِﺍﻋﻴ ﺑ ﻌِﻠﻬ ﺎ ﻭ ﻋﹶﻠﻰ ﺑ ﻴ
ﹸﺌﻮ ﹲﺔﹶﻟ ﻭ ﻟﹶ ِﺖ ﺔﹲ ﹸ ﻟﹾﺍﻭ
ﻮﹲﻝ ﻋ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﺎ ِﻝ ﺳ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ( ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﹶﻓ ﻠﱡﹸﻜ ﹸﻜ ﻢ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﻛﱡﹸﻠﻜﹸﻢ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﺭ ﺍ ٍﻉ
ﻦ ِﻩﻴﺪ
ِ
ﺪﺛﹶﻨﺎ ﺣ ﺮﺏ ﺑﻦ ﺯﻫﻴﺮ ﻭ ﺣ ﺪ)
ﹶﺛ
ﻨ 6ﻲ(
ﺭ ﺍ ﱡﻠﻛﹸﻜﹸﻢ ﻭ ﱡﻠﹸﻛﻜﹸﻢ ٍ ﻉ ﻋ ﻦ ﻣﺴ ﺌﹸﻮ ﹲﻝ ﺍﷲ ﺃﹶﻻﹶ) ﻭ ﺳ ﱠﻠﻢ ﺃﹶﻧ ﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻴﹶﻠﻋِﻪ ﺍ ﻋﺑﻦ:ﻋ ﻤ ﺮ ﺍﻟﻨِﻲﺒ ﺻ ﱠﻠﻰ ُ
ﺭِ ﻋﻴِﺘِﻪ ﻓﹶﺎﻷَ ِﻣﻴ ﺮ ﺍﻟﱠ ِﺬﻱ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ﺭ ﺍ ﻋﹶﻠﻰ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﺭ ِﻴﻋِِﺘﻪ ﻋﻦ ﻭﺍﱠﻟ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻫ ِﻞ ﺑ ﻴ ِﺘﻪ
ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ ﺮ ﺟﻞﹸ ٍﻉ
ﻭ ﻫ ﻮ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻣﺴ ﹸﺌﻮ ﻭﺍﹾﻤﻟﺮ ﺃﹶﺓﹸ ﺭِﻴﺍﻋﺔﹲ ﺑﻌ ِﻠﻬ ﺎ ﻋﹶﻠﻰ ﺑ ﻴ ِِ ﻩﺪ ﻭِ ﻫ ﻋ ﻨ ﻬﻢ ﻲ ﻣ ﺴ ﹾﻟﺍﻭﻌ ﺒﺪ
ﹸﺌﻮ ﹲﺔﹶﻟ ﻭ ﹶﻟ ِﺖ ﹲﻝ
ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻩِﺪ ﻭ ﻫ ﻮ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻨ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﹶﻓ ﻠﱡﹸﻜ ﹸﻜ ﻢ ﺭ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﻛﱡﹸﻠﻜﹸﻢ ﻣ ﺴ ﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﻋ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﺎ ِﻝ ﺳ ﻴ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ(
ﻦ ﹶﺛ
ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺭﺍﻓﹶ ﺑﻦ ﺤﻤ ﺪ ﻭﺣ ﺪ) ِ
ﻣ ﻨ 7ﻲ( ٍﻊ
ﺃﹶﻻﹶ) ﺍﻟﻨِﻲﺒ ﱡﻠﹸﻛ ﹸﻜﻢ ﺍﷲُ ﻭ ﻴﹶﻠﻋ ﻢ ﺃﹶﻧ ﻪ ﺍﺑ ِﻦ ﻋ ﹾﺜﻤ ﺎﻥﹶ ﻋﻦ ﻧﺎِﹶﻓﻊﻋ
ِﻪ ﹶﻗﺎﻝﹶ ﱠﻠﺳ ﱠﺻﻠﻰ ﻦ(
ﻭ ﻋﻦ ﻓﹶﺎ َﻷ ِﻣﺮﻴ ﺍﱠﻟِﺬﻱ ﺭ ﻴِﻋ ﺭﺍ ٍﻉ ﻭ ﻫﻮ ﻣﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ﹶﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨ ﺎ ِﺱ ﺭ ِ ﻋﻴ ﺘِﻪ ﻋﻦ ﺭ ﺍ
ِﻪﺘ ﱡﹸﻛ
ِ ﻠ ﹸﻜﻢ ﻣ ﺴﺌﹸ ﻮﹲﻝ ٍﻉ
ِﺖﻋ ﻨﺑ ﻌ ِﻢﻠﻬﻬ ﺎ ﺍﻭ ﹾﻟ ﻭ ﹶﺮﻟﻤ ﺭ ِﺍﻋﻴ ﻭﺍﱠﻟﺮ ﺭ ﺍ ٍﻉ ِ ﻫﻞ ﺑ ﻴ ﺘِﻪ
ﻋﹶﻠﻰ ﺃﹶ ﻩﹸﺓﹶﺃِﺪ ﺟﻞﹸ
ِ ﻭﻫ ﹲﻮﺔ ﻋ ﻣ ﻠﹶﻰﺴ
ﹸﺌ
ﺑ ﻴﻮ ﹲﻝ
74
ﺍ ٍﻉ ﹶﻓ ﱡﻠﹸﻜﻜﹸﻢ ﺭ ﻴ ﺳ ﻉ
ٍ ﺍﺪ ﺭ ﹸﺌﻮ ﻣﺴ ﻢ ﻬ ﻨ ﻋ ِﻫﻲﻭ
ِِﺪ ﺒﹾﺍﻭﻟﻌ ﹲﹶﺔﻟ
ﺎ ِﻝ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﻨ ﻮﹲﻝ ﻋ ﺌﹸ ﺴ ﻮ ﻣ ﻫ ﻩ ﻭ
ﺘِﻪ ِﻋﻴ ﻦ ﺭ ﻋ ﻮﹲﻝ ﺌﹸ ﺴ ﻣ ﹸ ﱡﻛﻠﻜﹸﻢ (ﻭ
)ﺪ ﺣ ﻭﻦ ٍﺪﹸﻥ ﺑ ﻴ ِﻭﻌ ﺳﺭ ﺎ ﻫ ﻲﻳِﺎ َﺍﻷﻠﹶﺛﻨﺪ ﺣ
ﹶﺛ
8 (ﺎ ﻨ
ﹸﹶﻴﻠﻛﻋ ﻭ ﻋﻦ ﻋ ِﻦ ﺑ ِﻦ ﺮ ﺍ ﻤ ﻋ:
ﺴ ﻢﻠﺳﻣ ﱠ ﻢ ﻭ ِﺒ ﺍﻟﻨ
ﹶﺃﹸﺌ
ﺍُﺍﻉٍﷲ ﻰﺭ ﱠﻢﻠﺻ ﺎﻗﹶﹲﻝ ﺃﹶﻻﹶ) ﱡﻠﹸﻛﻲ ﹸﻜ ﻪ ﻮ ﻧ
ِﻞ ﹶﺃﻫ ﺍ ٍﻉ ﻭﱠﺍﻟ ﺭ ﻋﻦ ﺘِﻪ ِﻋﻴ ﺎ ِﺱ ﺭ ﹶﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨ ﻮﹲﻝ ﺌﹸ ﺴ ﻣ ﻮ ﻫ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﺍﻟﱠِﺬﻱ ﺭ ﺮ ﺘِﻪ ﻓﹶﺎ َﻷ ِﻣﻴ ِﻋﻴ ﺭ ﻋﻦ
ﻋﹶﻠﻰ ﺮ ﺟﻞﹸ
ﺒﺪ ﹾﻟﺍﻭﻌ ﺴ ﻲ ﻣ ﻢ ﻬ ﻨ ﻋ ِﻫﺎ ِِﻩﺪ ﻭ ِﻠﻬ ﺑﻌ ﻴ ﻋﹶﻠﻰ ﺑ ﺌﹸﻮ ﻣﺴ ﻬﻢ ﻨ ﻋ ﻮ ﻫ ِﺍﻪﺘﻋﻴﻭ ﺭﻴ ﺃﹶﺓﹸ ﺑ ﺮﻭﺍﹾﻤﻟ
ﹲﺔﹶﻟ ﹸﺌﻮ ﹶﻟ ﻭ ِﺖ ﺔﹲ ﹲﻝ
(ﺘِﻪ ِﻋﻴ ﺭ ﻴ ﺎ ِﻝ ﺳ ﻋﹶﻠﻰ ﻣ ﻮﹲﻝ ﻋ ﺌﹸ ﺴ ﻣ ﻛﱡﹸﻠﻜﹸﻢ ﺍ ٍﻉ ﻭ ﻢ ﺭ ﻪ ﺃﹶﻻﹶ ﹶﻓ ﻠﱡﹸﻜ ﹸﻜ ﻨ ﻮﹲﻝ ﻋ ﺌﹸ ﺴ ﻮ ﻣ ﻫ ﺍ ٍﻉ ﻩِﺪ ﻭ ﺭ
ﻦ
Sedikit keterangan tambahan, walaupun tidak ada hubungannya dengan
judul skripsi yang menulis anggkat, akan tetapi perlu dibicarakan, karena menurut
penulis memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan ketelitian imam Muslim
periwayatan yang berasal dari satu sumber dengan tidak mengulang penyebutan
Selanjutnya, setelah melihat dan mengetahui mana yang disebut hadis `âlî
dan hadis nâzil dari hadis-hadis yang telah penulis paparkan di atas. Menurut
penulis, dapat dibenarkan apa yang menjadi statemen Muhammad Fuad ‘Abd al-
Bâqi yang mengatakan bahwa, "kitab imam Muslim dari sisi ketelitian yang
berkaitan dengan sanadnya, dia lah yang lebih baik"37 (jika dibandingkan dengan
imam Bukhari). Karena menurut penulis, bisa saja imam Muslim memasukkan
sanad hadis `âlî ke dalam sanad hadis nâzil atau pun sebaliknya, sehingga
serta makna matan hadis yang sama dan juga bersumber dari satu madar yang
sama.
memilah, mana hadis yang berstatus lebih dan mana yang kurang seperti `âlî dan
terendah.
ﻴ ﺒ ٍﺮ ِﺪ ِﺍﷲ ﻋ ﺑﻦِﺸﺑ ﺴﻦ ٍﺮﻴ ﻤ ﻦ ﻧ ﺑ ﺪ ِﺍﷲ ﺍ ﺒ ﺎ ﻋ ﺛﹶﻨ ﺪ ﺣ ﹶﺛ ﺣﺪ ﺍﹾﺤﻟ ﺳ ﻭ ﻮ ِﺇﻗﹶﺎﻝﹶ ﺃﹶﺑ
ﻋﻦ ﺎﻨ ﺤﺎﻕ
38 ِ
ﺎﻓٍﻊ ﻦ ﻧ ﻋ ِﺚ ﻳِﺣﺪ ِﺚ ِﺑﻦ ﺍﱠﻟﻠﻴ ﻋ ِﻦ ﺍ ﹶﺬﺍ ِﺜﻣﹾﻞﹸ ﻬِﺑ ﺮ ﻤ ﺎﻓِ ٍﻊ ﻋﻦ ﻧ ﻋ
75
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
76
37
Muslim ibn al-hajâj,S ahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah:
Dâr al-Hadîts t.t.h), juz 1, h ﺩ
76
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
77
maknawi.
ﻬﻢ ﻴ ٍﺪ ِﺳﻌ ٍﺮ ﺠ ﺣ ﺑﻦ ﺍ ﻭ ﺑﻦ ﺔ ﺒ ﻴ ﻗﹸﺘ ﻭ ﻮﺏ ﺃﹶﻳ ﺑﻦ ﻰﻴﺤﻳ ﻰﻴ ﻭ ﺤ ﻳ ﺑﻦ ﻰﻴﺤﻳ ﻨﺎ ﺛﹶ ﺪ ﻭﺣ
ﹸﱡﻛﻠ
ُﺍﷲ ﻋﻤ ﻮﻝﹸ ﺍ ِﷲ ﺳ ﹶﻗﺎﻝﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ ﺑ ِﻦ ﺑِﻦ ﺍ ﺎٍﺭِﷲ ﻨ ﻋﻦ ِﺩﻳ ﺒ ِﺍﺪ ﻋ ﺎِﻋﻤﺳ ﺑ ِﻦ ﺇِ ﹶﻞ ﻋﻦ
ﱠﺻﻠﻰ ﺮ ﻋ ِﻦ ﻴ ﻌ ﹶﻔ
ٍﺮ
ﺟ
ِﻦﹸﹶﺔﻠﻣ ﺍﺑ ﺮ ﺛﹶِﻲﻨ ﺣ ﺪ ﺣ ﻭ ﺲ ﻧ ﻮ ِﻲﻧ ﻳﺮﺒ ٍﻫﺐ ﺃﹶﺧ ﻭ ﺑﻦ ﻧﹶﺎ ﺍ ﺮ ﺒ ﻰﻴ ﹶﺃﺧﺤﻳ ﺑﻦ ﱠﻠﻢﺳ ﺡ
ﻋﻦ ﹶﻠﻋ
ﻴ
ِﻪ ﻭ
ﻝﹸ ﻳﻘﹸﻮ ﻴﹶﻠﻋ ﻭ ُﺍﷲ ﺳ ِﺍﷲ ﺎﻟِِﻢ ﺑﻦ ﺳ ِﻤﻌ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺳ ﺃﹶِﺑﻴ ﻦ ﺪ ِﺍﷲ ﻋ ﺒ ِﻦ ﻋ ﺏ ﻋ
ٍ ﺎِﺷﻬ
ﱠﻢﻠﺳ ﱠﺻﻠﻰ ﻮﻝﹶ ﺭ
ِﻪ ﺖ
ِﻦ ﺍﺑ ﻋﻦ ِﺚِﻳﺪ ِﺎﻓ ٍﻊ ﺣ ِﻳﺚ ﻧ ِﺪ ﻨﻝﹶﻰِﻲﻓ ﺣ ﺎ ﹶﻗﻌﻤ ِﺮ ِﺑﻱﻫﺍﻟﺰ
ﺘﻪﻋﻴﻦ ﺭ ﻋ ﻣﺎ ٍﻝ ﺃﹶِﺑﻴ ﻮﹲﻝ ﺌﹸ ﺴ ﻣ ﻮ ﻫ ﺟ ﻭ ﺍ ٍﻉِﻲﻓ ﺭ ﺍﻟﺮ
39 ِِ ِ
ِﻪ ﹸﻞ
77
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
78
78
Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di akhir bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari apa yang telah bahas
1. huruf "ﺡh" yang bermakna al-Tah wîl adalah simbol adanya perpindahan
sanad dal sebuah hadis.
2. Ada pun fungsi al-Tah wîl yaitu; Mengumpulkan jalur periwayatan yang
banyak menjadi satu jalus sanad, kedua; Menghindari adanya pengulangan
materi matan dari madar sanad hadis tertentu, ketiga; Dengannya dapat
diketahui adanya adanya penambahan materi matan dari salah satu jalus sanad,
walaupun berasal dari madar yang sama, keempat lebih memberikan efisiensi
penyebutan jalur sanad sebuah hadis sekaligus menunjukkan adanya mutâb’ah
dari hadis tersebut
3. hadis-hadis yang sanadnya memiliki al-Tah wîl yang terdapat dalam Sahîh
tingkat derajat sanad hadis yang sama, sehingga tidak terjadi pengulangan
matan hadis.
B. Saran-Saran
Apa yang telah penulis bahas di dalam skripsi ini, masih sangat jauh dari
kesempurnaan, jika yang memiliki kejelian dalam memandang, tentu di sana akan
terlihat “ruang-ruang” kosong kalimat dan pembahasan yang perlu ditambah atau pun
dikurangi, terutama yang berkaitan dengan al-tah wîl dan sanad yang terdapat dalam
64
65
hadis-hadis sahih muslim dan penulis sadar akan hal itu, ketika membaca ulang
Sebuah harapan dari penulis, akan lebih baik, jika ada yang ingin meneliti lebih
jauh system penulisan hadis dalam sahih muslim, agar tertutup ketidaksempurnaan
penulis akan hal itu, selain untuk menambah dan mengembangkan perbendaharaan
literatur penelitian sanad khususnya al-tah wîl, karena disana masih ada banyak
Wallahu a`lam.
DAFTAR PUSTAKA
Abû Khalîl, Tsauqî, Atlas al-Hadîts al-Nabawî, Beirut: Dar al-fikr, 2006
Al- ‘Asqalânî, Ibn Hajar, Taqrîb al-Tahdzîb, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Illmyah: 1995
Al-Baghdâdî, Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî, Mu‘jam al-
Buldân, Beirut: Dâr Sâdir, tth
Baidhun, Muhammad 'Ali,, Syurût al-A`immah al-sittah, dar al-kutub al-'ilmiyah,
2000
Al-Baiqûnî, 'Umar ibn Mahammad ibn Fatûh, manzumah al-Baiqûnî, (markaz al-
khidmât wa al-Abhâts al-tsaqâfiyyah, 1987
Al-Hanafy, Muhammad ibn Ibrâhîm al-Halby, Qafwu al-Âtsar fî Safwah, Beirut: Dar-
al-fikr, 1970
Hasyim, Ahmad Umar, qawâ‘id usûl al-hadîts, Beirut: Ilmu al-Kutub, 1997
Hitti, Philip K., History af The Arabs. Penerjemah : R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi, 2006
Ibn al-hajjâj, Muslim, Sahîh Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, al-
Qâhirah: Dâr al-Hadîts
Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-S alâh fî'ulûm al-hadîts, Bairut: Dâr al-kutub al-
`lmiyyah, 2006
Ibn Katsîr, al-Bâ‘its al-H atsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-H adîts, Editor: Ahmad
Muhammad Syâkir, Beirut: Darul Fikr, 2005
Al-Khatib, Muhammad `Ajâj, Usûl al-Hadîts, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003
Masrur, Ali, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis
Nabi, Yogyakarta, LKiS: 2007
66
67
Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asma` al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir
dan Husain Ahmad Agha, Beirut: Dar al-Fikr
Nur al-Din,. Manhaj al-Naqd fi ‘ulum al-Hadîts, Damascus: Darul Fikr 1981
Al-Suyûtî Tadrîb al-Râwi editor; abd al-wahab Abd al-lat if, Qâhirah: maktabah dâr
al-turats, 2005
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam3, Jakarta: al-Husna Zikra, 2000
A-Tirmizi Muhammad ibn 'Isâ Abû 'Isâ, al-Jâmi` al-S ahîh al-Tirmizi, Muhaqqiq,
Ahmad Muhammad Syâkir dkk, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-`Arabi, t.t.h
Al- ‘Utsaimin Muhammad Salih, syarh nuzhatun naz ar fi taudihi nukhbatil fikr,
Qâhirah: maktabah sunnah, 2002
ﺍﷲ ﺻ ﱠﻠ ﺍﷲ ﻋ ﻠﹶﻴ ﻪ ﺳ ﻮ ﻝ ﻭﺳ ﱠﻠ ﺷ ﻴ ﺒﺔﹶ ﻭِﺇﺳ ﺤ ﺎﻕ ﺑ ﻦ ِ ﺇﺑﺮ ِﻴﺍﻫ ﻢ ﻭ ﻣ ﺤ ﻤﺪ ﺍﺑ ﻦ ﻋﺜﹾﻤ ﺎﻥ ﺑ ﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ
ﻭ ﺣ ﹶ ﺪﺛ ﻨﺎ ﹶﺃ ﻋﺑ ﺒﻮ ِ ﺍﺪ ﺑ ِﺑﹾﺮﻜﷲ
َِﺍﻦ
ﻷﺡ ﻋ
ﻧ
ﻤ ﻤ ﺮﻴﺶ ﺟ ِﻤﻴ ﻌ ﺎ ﻋﻦ ِ ﻭﻛﻴﻊ ﻋ ﻦ
ﻋﺒ ﺪﺍﷲ ﺍﺑ ﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﻋ ﺒ ﺪﺓﹸ ﺑ ﻦ ﺳﻠﹶﻴ ﻤ ﺎ ﹶﻥ ﻭ ِ ﻭﻛﻴﻊ ﻋ ﻦ ﺷ ﺒﻴ ﹶﺔ ﺣ ﺛ ﻋﻤ ﺶ ﻋ ﻦ ﺃﹶِﻲﺑ
ﹾَﺍﻷ ﻨﹶﺪ ﺎ
:ﻭﺍِﺋﻞ ﻋ ﻦ ﻋﺒ ِ ﺍﺪﺃﹶﷲﻭ ﻝﹸﻗﹶﺎﻣ ﻝﹶﺎ )ﹶﻗﺎﻝﹶ ﺭ ﺳ ﻮ ﹸﻝ ِﺍﷲ ﱠﻢ ﺍﷲُ ﻋﻠﹶ ﻴ ِﻪ ﻭﺳ ﻠ
ﱠﺻﻠﻰ
ﺑ ﻭ ﺍﺋﻞ ﹾﻘﻀ ﺍﻟﻨ ﺎ ﺍﻟﹾﻘ ﺎﻣ ﺔ ﻓ ﺍﻟﺪ ﻣ ﺎ (
ﻭﻛﻴ
ﺤ ﻤ ﺪ ﺍﺑ ﻦ ﻋ ﺒﺪﺍﷲ ﺑ ﻦ ﻤﻧﻴ ﺮ ﺳ ﺤﺎﻕ ﺑ ﻦ ﺇ ﺑﺮ ﺍﻫﻴ ﺑ ﻦ ﺃﹶﺑ ﺑ ﻦ ﺷﻴ ﺒﺳﻠﹶﺜﹾﻤﻴﻤ ﺎﻥﹶ ﺒ ﺪ ﺓﹸ
Lampiran 2
ِ
ﻳﺮﺟﺮ ﺎﻧﺮﺒﺧ ﺃﹶ ﺍ ِﻫﻴﻢﺑﺮﻦِﺇ ﺑﺍ ﺎﻕﺤﺎﺲ ﺡ ِﺇﺳﹶﺛﻨﺪﻧﺣﻮ ﻳﻭﻦﺴﻰ ﺑِ
ﻭﻋﻴ
ﺍﷲ ﺃﹶِﻲﺑ ﻦﻲِﻓ ﺑﺍِﺎﺩ ﻭﺳﻨ ﻬﺬﹶﺍ ِﺍﻹ ﻤﺶ ِﺑ ﻋ ﻦ ﺍ َﻷﻋ ﻢﺎﻥﹸ ﹸﻛﱡﻠﻬﻔﹾﻴﺎ ﺳﺛﹶﻨﺪﻤﺮ ﺣ ﻋ
ﻳٍﺮﺟِﺮ ﺪِﺘﺍﺣ)ﻦِ َﺳﻷ (ﻪﺲ ﻧﻧﻮِ ﻦ ﻳﺴﻰ ﺍﺑِ ﻭﻋﻴ
ﹶِﻳﻞﺚ ﻟﹶﹾﻘ
ﻭﻕ
ﻋﻤَ
ﻤﺮ ﻋ ﹶﺃِﻲﺑ ﻦﺍﺑ ﺎﻕﺤِ ﺍﻫﻴ ﺳﺑﺮِﺇ ﺍﺑ ﺒﺷﻴ ﻦ ﺃﹶِﻲﺑ ﺑ ﺎﻥﹸﺜﹾﻤ
Lampiran 3
ﻴﻢ ِﺍﻫ ﺑﺮ ﺇ ﺑ ﺤﺎﻕ
ﺳ ﺎَ ﺮـﻳ ﺯ ﹶﻛ ﻟﻘﹶﺎِﺳﻢ ﺍﺵ ﻤ ﺑ ﺧ ﺣ
ِﻞ ﻟ ﹶﻔﻀ ﺎﺭِﻡ ﺑ
ﺣ
ﺎﺝ ﺠ
Lampiran 4
ﺭﺳﻮ ﺍﷲ ﻠﻰ ﺍﷲ ﻠﻴ ِ ﻌﻴ ﺪ ﺑﻦ ﻗﹸ ﺘﻴ ﺣ ﺒ ﺔﹸﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ
ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺡ ﻭ ِﻛﻴ ﻊ
ﻦ ﻋ ﺒ ﺪ ِ ﺍﷲ ﺣ ﺪ ﹶﺛ ﻨﺎ
ﻌﺐ ﺍﺑ
ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻲِﻨ ﺡ
ﺑ ِﻦ ﻦ ﻨ ِ ﺍﺬﹶﺎﺩﻛﹸﻬ ﻴ
ﻳ ﺳﻮ ﺍﺑ ﹶﻔﹶﻠﹶﺔﹶ ٍﻞِ ﱠﺈﻥ ﺳ ﻠﹶ ﻤﺔ
) ﺳ ﻠﹶ ﻤﹶـﺔ
ﹶﺔﻤﹶﻠﺳ ﻞ ﻴ ﺑ ﹸﻬ ( ﺑِﻦ
) ﻧ ﻣﺎﻤ ِﻟﻴ ٍ ﺮﻚ ﻭﻲِﻓ ِﻓ(ﻲِﺑ ﻬﺎ ﻓﹶﺎﺳ ﺘ ﻤ ِﺘﻊ ﻴ ٍﻊ ﺭِﻭ ﺍ ِﻳﺔ
ﺑﺍﻦ
ِ ﹶﻛ
ﺎﻥ ﻔﹾﻴ
ِﺴِﺭ
ﻴ ﻭ ﺍ ﻳِِﻞﺔ ﻭﱠﺇﻻ
ِﻴ
ﻭﻛ
( ﺑِ ) ﻴ
ﻣﺴﻠ
Lampiran 5
ﺍﷲ ﺻ ﱠﻠﻰ ﻠﹶ ﻪﻴ ﺳ ﱠﻠ ﺍﻟ ﺑ ﻦ ﺷ ﻴ ﺒ ﺎ ﹸﻥ ﹶﻓﺮ ﻭ ﻭﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺑ ﻦ ﻳ ﺤ ﻰﻴ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎﻩ ﻧﺎ ﻳ ﺤ ﻰﻴ
ُ
ﺥ
ﺷ ﻴ ﺒﺔﹶ ﺣ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ ﺑﻦ ﺃﹶﻲِﺑ ﻭ ِﻛﻴﻊ ﺣ ﻤ ﺎﺩ ﺑ ﻦ ﻭ ﺃﹶﺣ
ِﺑ ﺪﻲﺛﹶﻨ ﺎ ﺃﹶﺳﺡﹶﻠ ﻤﺑﻮ ﹶﺔ ﺑ ﻜﹾ ِﺮ ﺣ ﺪ ﻨﺛﹶ ﺎ
)ﺃﹶﺑﻴ ﺃﺑ ﺑ ﻜﹾﺮ ﺓ( ﺡ ﺳ ﻔﹾ ﻴﺎﻥﹶ ﻋ ﻦ
ﺎ ﻣ ﻌ ﺎٍﺫ ﺑﻦ ﻋ ﺒ ﻴ ﺪ ِ ﺍﷲ
ﻤﺣ ﺒ ِ ﻦ ﺃﹶﻲِﺑ ﺑﻜﹾﺮ ﺓﹶ ﻋ ِﻠﻲ ﺑ ﻦ ﺣ ﺴ ﻴ ﻦ
ﻟﺍﺮِﺪ
ﺓ ﺃﹶﻲِﺑ ﺑ ِ ﻦ ﻋ ﺒ ِ ﺪﺍﻟ ﺮﺣ ﻤ ﻦ
ِ ﻤﻴِ ﺍﻧ ﺣﺪ ﺚ
ِ ﻤﻠ ﺑ ِﻦ
ﺒ ِﺍﻟﹾﺪ
ﺸﻴ
ﺳﻔﹾﻴ ﺎ ﺳﻠﹶﻤ ﺔﹶ ﻤﺎ ﺑ
ﺷ ﻌ ﺒ ﺴ ﻴ ﺑ ﻠﻲ
ﺃﺑ
ﺤﻳﻴ ﻰ ﺑ ﺤﻳﻴ ﻰ
ﻛﻴ ﺷﻴ ﺒ ﺎﻥ ﺑ ﺮ ﻭ ﺥ ﺯﺍﺋﺪ
ﺟﻌ ﻔﹶ ﺑ ﺤﻣﻤ ﺃﺑ ) ﻌﺎﺫ(
ﺪ
ﺑ ﻴﺒ ﺪ ﺍﷲ ﻌﺎ ﺤﻣﻤ ﺪ ﺑ ﺍﻟﹾ ﻤﺜﹶﻨ ﺃﺑ
ﹸ ﺮﻳ ﺐ ﺑﻜﹾﺮ ﺑ ﻲﺑ ﺷﻴ ﺒ
Lampiran 6
ﻣﺴﻠ
Lampiran 7
ﱠﻠ
ﻭﺳ ﻠﹶﻴ ﱠﻠ ﷲ ﻟ ﺤﻤ ﺪ ﺳ ِﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻗﹸﺘ ﻴﺒ ﺔﹸ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎﻩ ﺑﻦ ﻭ ﻣ
ﻭ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ ﹶﻗﺎﻻﹶ
ﺡ ِ
ﻛﹶﺎﻣﻞ ﻋِﻠﻲ ﺎﺩ ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ
ﺑ ﻤ ﹶﻲﺑ ﺍ ﺑ ﻦ ﻭ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎ ﻋ ﻦ
ﻧﺎﻓ ﻣ ﻌﻤ ﺮ ﻋ ﻤ ﺮ ﺍﺑ ﻦ ﺃﹶﻳ ﻮ ﺏ
ﻣ ﺎِﻟﻚ ﺣ ِ ﺪﻳ ِ ﺚ ﺃﱠﹶﻥ ﻏﹶﻴ ﺮ
ﻮ ﺳ ﺇﺳ ﻤ ﺎﻋﻴ ﻞﹶ ﺑ ﺃﻣ ﻴ ﺔﹶ ﻳ
ﺏ ﻮ
ﻟ ﱠﻠﻰ ﺍﷲ ﻠﹶﻴ ِﻪ ﻭ ﺳ ﱠﻠﻢ ﺎ ﺷﻴ ﺒ ﹶﺔ ِﺃﹶﻲﺑ ﺑﻦ ﺑﻜﹾ ِﺮ ﹶﺃ ﺑ ﺣ ﺣﻨﹶ ﻮﺪﺛ ﺎﺍﹾ ﺪﺛﹶﺜ ﹸﳌﻨﺎ ﻰﻨ ﺍ ﺑ ﻦ ﻭ ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺡ ﺃﹶِﻲﺑ ﻧ ﻤ ٍ ﺮﻴﺣ ﺪﺛﹶ ﻨﺎ ﺍ ﺑﻦ ﻭ ﺣﺪ ﻨﹶﺛ ﺎ ﺡ
ﻦ ﻳﻌ ِﻲﻨ ) ﺧِﺎﻟﺪ
ﺑ ﻤ ﺍﻟﺮِﺑﻴ ِﻊ ﺃﹶﺑ ﻮ ﻭ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎ
ﺑ ﻦ ﻣ ﺤ ﻤﺪ ﻭ ﺣ ﺪ ِﺛﹶﻲﻨ
ِ
ﻧﺎﻓ ﺛﹶﻲﻨ ﻭ ﻫ ٍ ﺐ ﺍﺑ ﺣ ﻦ ﺪ ﺛﹶﻨ ﺎ
ﺃﹸﺳ ﺎﻣ ﺔ ﻟﻀ ﺤ ) ﻳﻌ ﻨ ﺍﺑ ﺜﹾﻤ ﺎ ( ِﻤﻴ ﻌ ﺎ ﻳﺃ ﻮ ﺇِﺳ ﻤ ِ ﻴﺎﻋ ﻞ ﺒ ِ ﻴﺪﺍﷲ ﺑ ﻤ
ﺳ ﻤ ِ ﻴﺎﻋ ﹸﻞ ﻤ ﺎﺩ ﻳﺪ ﺤﻳﻴ ﻰ ) ﻌ ﲏ(ﺍﻟﻘﹶ ﱠﻄﺎ ﺍ ﺑ ﺃﻲِﺑ ﺪ ﻳ ِ
ﺧﺎﻟ ) ﻳﻌِﻨ
ﺑ ﻫﺐ
ﺤﻤ ﺑﺸ
ﺑ ﹶﳊﺎِﺭ
ﺑ ﻴ
ﺍ ﺑ ﻧ ﻤ ﻴ ﺑ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ ﺃﺑ ﺑ ﹾ
ﺑ
ﻌ ﻴ ﺪ َﻷ ﻳِﻠﻲ ﺎﺭ ﻭ ﻣ ﺤ ﻤ ﺪ ﺑ ِ ﺍﻓ ﺮ ﻴ ﻟﺮ ِﺑ ِ ﻴﻊ ﻭﺃﹶﺑ ﺑ ِ
ﹶﺎﻣﻞ ﺑ ﻴﺒ ﺪ ﺍﷲ ِ ﻴﺳﻌ ﺑ ﹸﳌﺜﹶﻨ ﻰ
ﺯ ﻫ
ﺴﻠﻢ
Lampiran 9
ﻟﻨِﻲﺒ ﱠﻠﻰ ﷲ ﻠﹶﻴ ﻭﺳ ﱠﻠ ﺑﻦ ﻳ ﺤ ﻴ ﻰ ﻭ ﻣ ﺤ ﻤ ﺪ ﺑ ﻦ ﺭ ﻣ ﺢ ﻭ ﻗﹸﺘ ﻴ ﺒﺔﹸ ﺑﻦ ﺳ ِﻌٍ ﻴﺪ ﻋ ِ ﻦ ﺍﱠﻟﻴﻠ ِ ﺚ ﺑ ِ ﻦ ﺳ ﻌ ٍﺪ ﺡ ﻭ ﺣ ﺪ ﹶﺛﻨ ﺎ ﺧ ﻠﹾﻒ ﺑ ﻦ ِ ﻫﺸ ﺎﻡ ﻭ ﺃﹶﺑ ﻮ ﺍﻟﺮ ِﺑ ِﻴﻊ ﻭﹶﺃﺑ ﻮ ﻛِﹶﺎٍﻣﻞ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮ ﺍ ﺣ ﺪ ﻨﺛﹶ ﺎ ﻳ ﺤ ﻴ ﻰ
ﺮﻮ ﺍ ﺑ) ﻦﺣ ﻭ ﻤ ﺎ ﺣﺩﺪ ﺛﹶ ﻨﺣ ﺎﺪ ﻨﺛﹶ ﺡﻳﺃﹶﺎ ﻮﻋ ﺏﻦ ِ ﺇﺳ ﻤ ﺎ ِﻴﻋ ﻞ ﺣ ﺪ ﺛﹶ ﻨﺎ ﺣ ﺮ ﺏ ﺑ ﻦ ﺯ ﻫ ﻴ ﺮ ﻭ ﺣ ﺪ ﻨﺛﹶ ﺎ
ِ ﻤ ﺡ ﻭ ﺣ ﺪ ﺷ ﻴ ﺒ ﺔﹶ ﹶﺃﻲِﺑ ﺍﺑ ﻦ
ﺛﹶِﻨﻲ ﺮ ﺃﹶﻲِﺑ ﺑ ﻦ ﻋِﻠﻲ
ﺑ
ﻮﺳ ﻰ ﺃﹶﺧ ﺒ ﺮ ِﻧﺟ ﻲﺮ ﻳ ﺢ
ِ
ﻧﺎﻓ ٍﻚ ﺣ ِﻳﺪ ِ ﺚ ﻤِﺑ ﻌ ﻨ ﻰ
ﺃﹸﺳ ﻌ ِﻨﻣﺎ ﻲ ) ﻳ ﺑ ﻣﻮ ﺳ ﻰ ﺑ ﻘﹾﺒ ﺇِﺳ ﻤ ﺎِﻋﻴ ﻞ ﺑ ِ ﺃﻣـ ﻴ ﺒ ِ ﻴﺪﺍﷲ
ﺑ ﻫﺐ ﺮ ﻳ ِﻠ ﻲِﺑ ﺑ ﺠ ﻰ ) ﺑﺃ ﹸﺃﺳ ﺎﻣ ﺃﹶﺑِ ﻳ ﻮ ﺏ
ﺑ ﻲِﺑ ﻤ ﺣ ﻤﺪ ﺑ ﺍﻟﱠﻠﻴﺚ ﺑ ِﻦ ﺳ ﻌ ﺪ
ﻫ ﺤﻳﻴ
ﺑ ِ ﻌﻴ ﺪ ِﻠﻲ ﺎﺭ ﻭ ﺒﺪ ﺍﻟﺮ ﺯ ﺤﻤ
ﻴ ﺒ ﺔﹶ ﺑﺃ ﺑﻜﹾ ﺑﺍ ﺃﺑ ﺑ
ﺪ ﺍﷲ ﺑ ﺳ ﻌ ﺇِﺳ ﻤ ِ ﻴﺎﻋ ﻞ ﻤﺣﺎﺩ ) ﻫ ﺍﺑ ﻳﺪ
ﻳ ﺤ ﻴ ﻰ ﺑ ﺤ ﻤ ﺪ ﺑ ﻣ ﻗﹸ ﺘﻴ ﺒ ﺳ ﻌﻴ ﺪ
ﻣ ﺤﻤ ﺑ ﺍِﻓ
ﻫ ﻴ ﺣ ﺮ
ﺴ
Lampiran
10
ﺒﻴ ﺪﺍﷲ
ﺃﻳ ﻮ ﻤﺎ ﻌ ﻲِﻨ ﺑ ﻠﹶﻴ ﺔﹶ ﺇ ﻤﺳ ﻘﹾﺒ ﺔﹶ ﻴ ﺪ ﷲ ﻮﺳ ﺇﺳ ﻤ ﺎﻋﻴ ﻞﹸ ﺃﻣ ﻴ ﺔﹶ ﻨ ﹶﻈﻠﹶ ﺃﻲﺑ ﺳﻔﹾﻴ ﺎ
ﺑ ﻦ ﻣﺏ ﺮ ﻴ ﻫ ﺍﻓِ ﺤﻤ ﺑ ﺒ ﺪ ﺍﻟﺮ ﻤﺣ ﺍﻟﺪ ﺍِﺭِﻣﻲ ﺒﻋ ﺪ ﺍﷲ
ﻴﺒ ﺘ ﻴ ﺒﺔﹸ ﻌﻴ
ﺑ ﻭﻫ ﺐ ﺑ ﺑﺃ ﺑﻜﹾ ﺍﺑ ﻤﻴ
ﺃﺑ ﺑ
ِ
ﱠﻄﺎﻫ ﺑ ﻮ