Anda di halaman 1dari 200

EVALUASI PROGRAM VISITING TEACHER PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI WILAYAH PERBATASAN

TESIS

Diajukan kepada Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam untuk memenuhi


salah satu syarat mencapai gelar Magister Pendidikan

Oleh :
MIFTAHUL ABSHOR
21180181000007

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021/1442
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Miftahul Abshor, S.Pd.I

Tempat/Tanggal Lahir : Dili, 22 Juli 1993

NIM : 21180181000007

Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Judul Tesis : Evaluasi Program Visiting Teacher PAI


di Wilayah Perbatasan

Mahasiswa tersebut sudah selesai masa bimbingan tesis dan disetujui untuk
pendaftaran ujian tesis

Jakarta, 5 Desember 2020


Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A


NIP 195710051987031003

iii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL TESIS

Tesis dengan judul “Evaluasi Program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam di
Wilayah Perbatasan“ yang ditulis oleh Miftahul Abshor dengan NIM
21180181000007, telah diujikan dalam Seminar Hasil Program Magister Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 10
Desember 2020. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran dari penguji sebagai salah
satu syarat mengikuti Ujian Promosi Tesis.

Jakarta, 30 Desember 2020

Tanggal Tanda Tangan

Penguji I
Dr. Maftuhah, M.A.
NIP. 197211182005012001 30 Desember 2020

Penguji II
Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd.
NIP. 197306022005011002 30 Desember 2020

iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Evaluasi Program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam
di Wilayah Perbatasan“ yang ditulis oleh Miftahul Abshor dengan NIM
21180181000007, telah diujikan dalam Sidang Promosi Tesis oleh Magister Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 7
Januari 2021. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran dari penguji sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program Magister (S2)
Manajemen Pendidikan Islam.
Jakarta, 7 Januari 2021

Tanggal Tanda Tangan

Wadek 1/Ketua Program Studi


Dr. Kadir, M.Pd 10 Januari 2021
NIP. 196708121994021001

Penguji 1
Dr. Maftuhah, M.A. 25 Januari 2021
NIP. 197211182005012001

Penguji 2
Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd. 25 Januarai 2021
NIP. 197306022005011002

Pembimbing
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A 26 Januari 2021
NIP. 19571005197031005

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Sururin, M.Ag


NIP. 197103191998032001

v
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh
Tim CeQDA (Center For Quality Development dan Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan

ARAB NAMA LATIN KETERANGAN


‫ا‬ Alif - Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba’ B Be

‫ت‬ Ta’ T Te

‫ث‬ Tsa’ Ts Te dan es

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa’ Ḥ Ha dengan titik di bawah

‫خ‬ Kha’ Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Dzal Dz De dan zet

‫ر‬ Ra’ R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah

‫ض‬ Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah

‫ط‬ Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah

‫ظ‬ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah

‫ع‬ ‘Ain ‘ Koma terbalik

‫غ‬ Ghain Gh Ge dan ha

‫ف‬ Fa F Fa

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

vi
‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha’ H Ha

‫ء‬ Hamzah ‘ Apstrof

‫ي‬ Ya’ Y Ye

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal, vocal rangkap, dan vocal
panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
‫ا‬ Fatḥaḥ A A
‫ا‬ Kasraḥ I I
‫ا‬ Ḍammaḥ U U
Contoh:

‫ نصر‬: Naṣaara dan ‫ كتب‬: Kataba


2. Vokal rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
‫ىي‬ Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I
‫ىو‬ Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U
Contoh:

‫ ليس‬: Laisa ‫ حول‬: ḥaula


3. Vokal panjang

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan


‫با‬ Fatḥaḥ dan Ba Ā A dengan garis di atas
‫بي‬ Kasrih dan Ba Ī I dengan garis di atas
‫بو‬ Ḍammah dan Ba Ȗ U dengan garis di atas

vii
ABSTRAK
Miftahul Abshor NIM 21180181000007: “Evaluasi Program Visiting Teacher PAI di
Wilayah Perbatasan” Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program visiting teacher PAI di
wilayah perbatasan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI pada beberapa aktifitas
yang belum optimal. Program ini merupakan salah satu kegiatan yang fokus pada upaya
pemerataan peningkatan kompetensi guru agama Islam di daerah 3T. Program tersebut
merupakan program tahunan yang diselenggarakan di berbagai Kabupaten/Kota yang
berbeda untuk pemerataan kompetensi guru.
Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Sumber bahan yang digunakan dalam penelitian ini
melalui pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penyajian data melalui model taksonomi untuk memberikan gambaran hasil analisis
yang komprehensif sehingga penjabaran makna dapat terbentuk. Analisis data terbagi
menjadi empat kategori dengan menggunakan model context, input, process, product
(CIPP) sehingga proses pelaksanaan program dideskripsikan secara detail. Pengecekan
keabsahan data dengan tringulasi sumber dan teknik yaitu jumlah tempat penelitian
program yang berjumlah tiga, pelaksanaan visiting teacher di Kota Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara sebagai tempat penelitian utama, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat dan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai penguat data
temuan.
Hasil temuan penelitian dijabarkan melalui model CIPP. Pada aspek context
adanya kesesuaian antara rumusan tujuan dan kebutuhan lokal di wilayah sasaran.
Kemudian aspek input, program visiting teacher memiliki tenaga pelatih yang
mumpuni, materi pelatihan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, metode pelatihan
sesuai dengan materi ajar, fasilitas kegiatan dan pembiayaan cukup memberikan
dukungan program, serta penggunaan pola pengembangan keprofesian berkelanjutan
sebagai langkah strategi peningkatan kompetensi guru yang tepat. Pada aspek process
menunjukkan bahwa pelaksanaan program visiting teacher PAI mulai dari pra program,
pelaksanaan program hingga pasca program telah berjalan sesuai dengan perencanaan
awal. Pada aspek product, program ini cukup berhasil ditinjau dari respon guru
didaerah sasaran, hasil pelaksanaan program dan identifikasi keunggulan program.
Berdasarkan hasil temuan analisis model CIPP pada evaluasi program visiting
teacher PAI disimpulkan bahwa optimalisasi program visiting teacher PAI dalam
rangka peningkatan kompetensi guru dapat dibentuk melalui aktifitas program yang
terukur, terencana dan berkelanjutan. Temuan tersebut sejalan dengan teori John T.
Seyfarth yakni manajemen sumber daya manusia; Cara Stillings Candal melalui konsep
guru hebat tidak dilahirkan tetapi diciptakan; dan Michael J. Hatton dengan teori
pembelajaran seumur hidup.

Kata Kunci: evaluasi program, visiting teacher PAI, fenomenologi, pengembangan


profesionalisme guru

viii
ABSTRACT

Miftahul Abshor NIM 21180181000007: "Evaluation of Visiting Teacher PAI Program


in Border Areas" Thesis of Master Program in Islamic Education Management (MPI)
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aims to evaluate the visiting teacher program of PAI in border areas
organized by the Directorate of Islamic Religious Education, Directorate General of
Islamic Education, Ministry of Religion the Republic of Indonesia on some sub-optimal
activities. This program is one of the activities that focuses on efforts to increase the
equal distribution of the competence of Islamic religious teachers in the border area.
This program is an annual program held in different districts/cities for equal distribution
of teacher competence.
Based on these objectives, this study is a qualitative study with a
phenomenological approach. The source of the material used in this research is through
data collection using observation, interview and documentation methods. Presentation
of data through a taxonomic model to provide a comprehensive description of the
results of the analysis so that the translation of meaning can be formed. Data analysis is
divided into four categories using the context, input, process, product (CIPP) model so
that the program implementation process is described in detail. Checking the validity of
the data by using triangulation of sources and techniques, namely the number of
program research sites, amounting to three, the implementation of visiting teachers in
Tarakan City, North Kalimantan Province as the main research location,
The research findings are described through the CIPP model. In the context
aspect, there is a match between the formulation of goals and local needs in the target
area. Then in the input aspect, the visiting teacher program has qualified trainers,
training materials are in accordance with established procedures, training methods are
in accordance with teaching materials, activity facilities and funding are sufficient to
provide program support, and the use of sustainable professional development patterns
as a strategic step for increasing teacher competence right. In the process aspect, it
shows that the PAI visiting teacher program, from pre-program, to post-program
implementation, has gone according to the initial planning. In the product aspect, this
program was quite successful in terms of teacher response in the target area, program
implementation results and identification of program excellence.
Based on the results of the analysis of the CIPP model in the evaluation of the
visiting teacher PAI program, it is concluded that the optimization of the PAI visiting
teacher program in order to increase teacher competence can be formed through
measurable, planned and sustainable program activities. These findings are in line with
the theory of John T. Seyfarth namely human resource management; Stillings Candal's
way through the concept of the great teacher was not born but created; and Michael J.
Hatton with lifelong learning theory.

Keywords: program evaluation, PAI visiting teacher, phenomenology, teacher


professional development

ix
‫ملخص البحث‬
‫مفتاح األبصار ‪21180181000007‬‬

‫"تقييم برنامج المعلم الزائر فى العلوم التربية اإلسالمية في المناطق الحدودية"‬

‫رسالة الماجستير في قسم ادارة التربية اإلسالمية بكلية التربية بجامعة شريف هداية الله جاكرتا‬

‫ان الغرض من هذه الدراسة هو تقييم برنامج المعلم الزائر فى العلوم التربية اإلسالمية في المناطق الحدودية التي تنظمها‬
‫مديرية التربية الدينية اإلسالمية بوزارة الشؤن الدينية بجمهورية إندونيسيا في بعض األنشطة دون المستوى األمثل‪ .‬هذا‬
‫البرنامج هو أحد األنشطة التي تركز على الجهود المبذولة لزيادة التوزيع المتساوي لكفاءات المعلم الزائر فى العلوم‬
‫التربية اإلسالمية في المناطق الحدودية وقد انتفذت مديرية التربية الدينية اإلسالمية بوزارة الشؤن الدينية هذا البرنامج‬
‫سنويا يقام في المناطق المختلفة للتوزيع المتساوي لكفاءة المعلمين‪.‬‬

‫تعد هذه الدراسة دراسة نوعية ذات نهج ظاهري‪ .‬المصادر المستخدمة في هذا البحث هو جمع البيانات باستخدام‬
‫طرق المالحظة والمقابلة والتوثيق‪ .‬وعرض البيانات من خالل نموذج تصنيفي لتقديم وصف شامل لنتائج التحليل‬
‫بحيث يمكن تكوين ترجمة المعنى‪ .‬ينقسم تحليل البيانات إلى أربع فئات باستخدام السياق‪ ،‬والمدخالت ‪ ،‬والعملية‬
‫‪ ،‬ونموذج المنتج بحيث يتم وصف عملية تنفيذ البرنامج بالتفصيل‪ .‬استخدم هذه الدراسة من صحة البيانات‬
‫باستخدام تثليث المصادر والتقنيات بثالثة تنفيذ المعلمين الزائرين في مدينة تاراكان مقاطعة كاليمانتان الشمالية‬
‫كموقع بحث رئيسي ‪ ،‬مقاطعة سومطرة الغربية ومدينة كوبانغ ‪ ،‬مقاطعة نوسا تينجارا الشرقية كتعزيز لنتائج البيانات‪.‬‬

‫استنتج هذه الدراسة من خالل نموذج جانب السياق ‪ ،‬بصياغة األهداف واالحتياجات المحلية في المنطقة‬
‫المستهدفة‪ .‬ثم في جانب اإلدخال ‪ ،‬يحتوي برنامج المعلم الزائر على مدربين مؤهلين ‪ ،‬والمواد التدريبية متوافقة مع‬
‫اإلجراءات المعمول بها ‪ ،‬وطرق التدريب متوافقة مع مواد التدريس ‪ ،‬ومرافق األنشطة والتمويل كافيين لتوفير دعم‬
‫البرنامج ‪ .‬استخدام أنماط التنمية المهنية المستدامة كخطوة استراتيجية لتحسين كفاءة المعلم‪ .‬وفي جانب العملية ‪،‬‬
‫يُظهر أن برنامج المعلم الزائر فى العلوم التربية اإلسالمية من مرحلة إلى تنفيذ بعد البرنامج‪ .‬وفي جانب المنتج ‪ ،‬كان‬
‫ناجحا للغاية من حيث استجابة المعلم في المنطقة المستهدفة ونتائج تنفيذ البرنامج وتحديدها‪.‬‬
‫هذا البرنامج ً‬
‫استنتج هذه الدراسة أن تحسين برنامج المعلم الزائر فى العلوم التربية اإلسالمية من أجل زيادة كفاءة المعلم يمكن‬
‫تشكيله من خالل أنشطة برنامج ُمقاسة ومخططة ومستدامة ‪ .‬سيفارث إلدارة الموارد البشرية‪ .‬ما زال طريق كاندل من‬
‫خالل مفهوم المعلم العظيم لم يولد بل تم إنشاؤه ؛ ومايكل ج‪.‬هاتون مع نظرية التعلم مدى الحياة‪.‬‬

‫الكليمة الرائيسية‪ :‬تقييم البرنامج ‪ ،‬المعلم الزائر فى العلوم التربية اإلسالمية ‪ ،‬الظواهر ‪ ،‬التطوير المهني للمعلم‬

‫‪x‬‬
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan judul “Evaluasi Program Visiting Teacher PAI di Wilayah Perbatasan”
guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan
kepada umat manusia dari peradaban jahiliyah menuju peradaban madaniyah.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada, sehingga dalam
menyelesaikan tesis ini tentunya banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi- tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Jejen Musfah, MA selaku Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu memberikan motivasi dan nasehat tanpa lelah kepada
penulis.
4. Dr. Maftuhah, M.A. selaku penguji I dan Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd. selaku
penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti dari hasil riset
yang dilakukan, semoga berdampak baik dari hasil penyusunan tesis ini
sehingga lebih bermanfaat dan bermutu.
5. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis dengan sabar, membuka wawasan penulis
dalam riset, memberikan banyak ilmu pengetahuan, juga memberikan tantangan
luar biasa dalam penyusunan metode penelitian. Penulis sangat bersyukur bisa
mendapatkan kesempatan langsung bimbingan dengan Guru Besar Bidang Ilmu
Pendidikan Agama Islam sehingga proses penyelesaian tesis ini mendapat
wawasan baru dalam penemuan hasil riset.
6. Seluruh Dosen Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu.
7. Ayahanda H. Ahmad Kasmuni dan ibunda Hj. Mufailah yang selalu
memberikan dukungan, do’a, nasihat perhatian dan kasih sayangnya, juga
kepada Abang Huri Eka Prasetya dan Adinda Kaeva Rahmawati yang selalu
memotivasi penulis. I love you.
8. Dr. H. Imam Safe’I, M.Pd dan Hj. Anisatul Widad serta ustadz H. Jauhari, Lc.
dan ustadzah Munakhiroh El Hajar, M.Pd. selaku orangtua kami yang telah

xi
memberikan support, motivasi, nasihat dan memberikan kesempatan bagi
penulis untuk dapat melanjutkan studi pascasarjana.
9. Seluruh guru-guru yang telah mengajari penulis berbagai hal, baik yang ada di
Kota Kefamenanu Nusa Tenggara Timur maupun Kabupaten Bogor Jawa Barat,
hinga penulis bisa sampai pada tahap ini.
10. Keluarga Besar Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang telah mengizinkan pelaksanaan
riset dan juga bagi pejabat-pejabat terkait yang telah meluangkan waktu bagi
penulis selama riset.
11. Keluarga Besar Pondok Pesantren Entrepreneurship Pemuda dan Mahasiswa
(Pondok Pendawa) Parung – Bogor, yang telah mengiringi dan menjadi tempat
menetap bagi penulis selama mengenyam pendidikan di tanah rantau.
12. Keluarga besar mahasiswa kelas Manajemen Pendidikan Islam (MPI) A 2018
yang terus menebar semangat dan saling mengingatkan dengan pertanyaan
sederhana “Kapan Sidang?” sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan tugas
akhir pendidikan magister. Khususnya juga kepada Afif, bunda Ajeng dan
bunda Lasti yang menjadi tempat diskusi selama riset dan juga membantu
langkah-langkah dalam tataran administrasi kampus, juga Armenia yang telah
membantu dalam persiapan bahan pustaka dan administrasi selama riset.
13. Guru-guru Visiting Teacher yang telah membantu penulis dalam meluangkan
waktu dalam proses pengumpulan data.
14. Tujuh sekawan perbatasan, Alanuari, Adha, Habiburohim, Husnul, Sugeng dan
Wendi yang selalu menginspirasi hingga penulis dapat menyelesaikan studi.
15. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat
ditulis satu persatu oleh penulis.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan ketulusan
hati dengan keberkahan dan keridhaan dari Allah SWT. Akhir kata penulis menyadari
bahwa tesis ini masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga tesis
ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca. Aamiin.

Jakarta, 5 Desember 2020


Penulis,

Miftahul Abshor

xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PENGESAHAN HASIL TESIS iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS v
PEDOMAN TRANSLITERASI vi
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah 6
1. Identifikasi Masalah 6
2. Pembatasan Masalah 6
3. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
1. Tujuan Penelitian 7
2. Manfaat Penelitian 7
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Evaluasi Program 11
1. Pengertian Evaluasi Program 11
2. Tujuan Evaluasi Program 12
B. Konsep Pendidikan Agama Islam 14
1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Indonesia 14
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam 15
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam 16
C. Konsep Peningkatan Kompetensi Guru 17
1. Pengembangan Kompetensi Guru 17
2. Pengembangan Profesionalisme Guru 20
3. Pelatihan Guru 25
4. Fungsi Pelatihan 25
5. Karakteristik Pelatihan yang Efektif 26
D. Konsep Visiting Teacher 30
1. Pengertian Visiting Teacher 30
2. Kebijakan Program Visiting Teacher PAI 31
E. Model Evaluasi yang Digunakan 33
1. Evaluasi Model CIPP 33
2. Langkah-Langkah Evaluasi Model CIPP 35
3. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP 37
F. Kriteria Evaluasi 37
1. Urgensi Penyususnan Kriteria 37

xiii
2. Sumber Penyusunan Kriteria 38
3. Jenis Kriteria Kualitatif 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian 41
B. Lokasi Penelitian 41
C. Teknik Pengumpulan Data 42
D. Teknik Analisis Data 47
E. Triangulasi 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN EVALUASI


A. Hasil Penelitian 49
1. Gambaran Umum Program 49
2. Tujuan dan Manfaat Program 51
3. Kriteria Peserta dan Proses Rekrutmen 53
4. Sasaran Program 56
5. Wilayah Sasaran 57
6. Proyeksi Pelaksanaan Program 58
7. Ketersediaan Tenaga Pelatih 59
8. Materi Pelatihan 64
9. Metode Pelatihan 67
10. Fasilitas Kegiatan 69
11. Pembiayaan 69
12. Jadwal Pelaksanaan Program 71
13. Aktifitas Pelaksanaan Program 76
14. Hambatan Pelaksanaan Program 86
15. Produk Program Visiting Teacher PAI 99
B. Analisis Data & Pembahasan 100
1. Analisis Konteks 100
2. Analisis Input 107
3. Analisis Proses 112
4. Analisis Produk 117
5. Hasil Analisis CIPP 125
6. Pembahasan 127
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 135
B. Rekomendasi 136

DAFTAR PUSTAKA 137


LAMPIRAN 142

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Peserta dan Wilayah Sasaran pada


Program Visiting Teacher PAI 5
Tabel 1.2 Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 9
Tabel 2.1 Informasi yang Dikumpulkan dalam Evaluasi Program Secara
Komprehensif 13
Tabel 2.2 Tujuan Individu dan Kelompok Pelatihan Profesional 27
Tabel 2.3 Tujuan Pelatihan dan Metode Pelatihan 28
Tabel 2.4 Jenis, Metode, bentuk Operasional dan Kemampuan yang
Diharapkan 29
Tabel 2.5 Ruang Lingkup Program Visiting Teacher PAI dengan analisis CIPP 32
Tabel 2.6 Model Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas CIPP 33
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pengumpulan Data Dengan Model CIPP 44
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Program Visiting Teacher PAI 46
Tabel 3.3 Pedoman Observasi dan Dokumentasi Program Visiting Teacher PAI 47

Tabel 4.1 Hak dan Kewajiban Peserta Program Visiting Teacher PAI 55
Tabel 4.2 Penetapan Daerah Sasaran Program Visiting Teacher PAI ke Wilayah
Perbatasan 57
Tabel 4.3 Data Narasumber dan Materi Kegiatan Program Visiting Teacher PAI 60
Tabel 4.4 Penetapan Peserta Program Visiting Teacher PAI ke
Wilayah Perbatasan 60
Tabel 4.5 Materi Persiapan Bimbingan Teknis Program Visiting Teacher PAI 64
Tabel 4.6 Materi Kegiatan Evaluasi Program Visiting Teacher PAI 66
Tabel 4.7 Materi Pelatihan Program Visiting Teacher PAI di Kota Tarakan 66
Tabel 4.8 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 71
Tabel 4.9 Jadwal Pelaksanaan Bimbingan Teknis Program Visiting Teacher PAI 71
Tabel 4.10 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI di Kota Tarakan 72
Tabel 4.11 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI di Kabupaten Pesisir
Selatan 73
Tabel 4.12 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI di Kota Kupang 74
xv
Tabel 4.13 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Program Visiting Teacher PAI 75
Tabel 4.14 Kuota Peserta Program Visiting Teacher PAI 76
Tabel 4.15 Penetapan Peserta dan Lokasi Tugas Program Visiting Teacher PAI 76
Tabel 4.16 Materi yang Didapatkan Selama Pelatihan Di Daerah 90
Tabel 4.17 Tingkat Pemahaman Materi Selama Pelatihan Di Daerah 91
Tabel 4.18 Tingkat Pemahaman Guru PAI terkait Implementasi Kurikulum 2013 92
Tabel 4.19 Kebermanfaatan Program PKB pada Visiting Teacher PAI 94
Tabel 4.20 Saran dan Masukan Guru PAI di Daerah Sasaran 95
Tabel 4.21 Hasil Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 97
Tabel 4.22 Jumlah Guru dan Pengawas PAI yang Terlayani Pada
Program Visiting Teacher PAI 99
Tabel 4.23 Dampak Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 99
Tabel 4.24 Kriteria Sumber Evaluasi Program Visiting Teacher PAI 100
Tabel 4.25 Kebutuhan Daerah Sasaran Program Visiting Teacher PAI 103
Tabel 4.26 Tujuan Individu dan Kelompok Pelatihan Profesional 104
Tabel 4.27 Kekuatan dan Kelemahan Program Visiting Teacher PAI 105
Tabel 4.28 Rumusan Kebutuhan dan Tujuan Program Visiting Teacher PAI 106
Tabel 4.29 Rumusan Komponen Input dan Strategi Pelaksanaan
Program Visiting Teacher PAI 111
Tabel 4.30 Skema Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 113
Tabel 4.31 Komponen Proses dan Efisiensi Pelaksanaan Program
Visiting Teacher PAI 116
Tabel 4.32 Materi Pelatihan Guru di Daerah 119
Tabel 4.33 Respon Terkait Saran dan Masukan Program Visiting Teacher PAI 122
Tabel 4.34 Korelasi Tujuan Program dengan Pelaksanaan Hasil Program Visiting
Teacher PAI 123
Tabel 4.35 Komponen Produk dan Pencapaian Pelaksanaan Program
Visiting Teacher PAI 124
Tabel 4.36 Hasil Analisis Model CIPP pada Program Visiting Teacher PAI 125
Tabel 4.37 Hasil Peningkatan Kompetensi Guru melalui Program
Visiting Teacher PAI 129

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil UKG Tahun 2015 3


Gamber 2.1 Diagram Alur Evaluasi CIPP Stufflebeam 35
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber 48
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data 48

Gamber 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama RI 49


Gamber 4.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam 50
Gamber 4.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 101
Gamber 4.4 Taksonomi Peningkatan Kompetensi bagi Guru pada Program
Visiting Teacher PAI 102
Gamber 4.5 Taksonomi Input Program Visiting Teacher PAI 108
Gamber 4.6 Taksonomi Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI 113
Gambar 4.7 Peningkatan Kompetensi Guru PAI pada Program
Visiting Teacher PAI 115
Gambar 4.8 Peningkatan Kompetensi Visitor pada Program
Visiting Teacher PAI 116
Gamber 4.9 Taksonomi Analisis Produk Program Visiting Teacher PAI 118
Gambar 4.10 Besaran Pelaksanaan Materi Pelatihan di Tiga Provinsi Sasaran 120
Gambar 4.11 Tingkat Pemahaman Menteri Secara Umum Bagi Guru PAI
di Tiga Provinsi Sasaran 121
Gambar 4.12 Tingkat Pemahaman Materi Analisis SKL, KI, KD
Bagi Guru PAI di Tiga Provinsi Sasaran 121
Gambar 4.13 Tingkat Kebermanfaatan Program Visiting Teacher PAI 122
Gamber 4.14 Hasil Analisis Model CIPP Program Visiting Teacher PAI 126

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran pemerintah dalam upaya peningkatan pendidikan sudah banyak dilakukan
baik berupa regulasi pendidikan maupun program pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah. Melalui Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 tentang kewajiban
Negara membiayai pendidikan kepada seluruh masyarakat, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2017 tentang guru, dan beberapa regulasi lain terkait pendidikan merupakan
bentuk peningkatan pendidikan yang menjadi acuan pengelolaan bagi pemangku
kebijakan. Dalam hal lain, peningkatan pendidikan melalui program pemerintah
dilakukan melalui pelaksanaan sejumlah kegiatan seperti pelatihan guru, seminar,
pendidikan profesi guru, pengembangan keprofesian guru dan program-program
lainnya.
Guru merupakan bagian dari komponen pendidikan yang memiliki unsur penting
dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Menurut Rosyada (2017, p. 206), guru
adalah profesi yang unik karena mereka harus menguasai beberapa kompetensi untuk
menyiapkan generasi mendatang. Profesi guru menjadi garda terdepan sebagai
pelaksana pendidikan yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus oleh
Pemerintah baik dari kesejahteraan, peningkatan kompetensi dan pemenuhan kualifikasi
pendidikan. Namun perhatian tersebut belum terlaksana secara optimal. Pada aspek
kesejahteraan, masih banyak guru mengalami kesenjangan pendapatan berdasarkan
status pegawai negeri dan honorer (Musfah, 2018, p. 49). Pada sisi kompetensi, belum
semua guru menyandang status profesional. Hal ini ditandai masih terdapat beberapa
guru mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi akademik dan juga terdapat beberapa
guru yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan (Danim, 2011, p. 1).
Tugas seorang pendidik sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2017 tentang guru disebutkan definisi guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam perspektif lain, Rosyada (2013, p.
109). mendefiniskan bahwa tugas guru tidak selesai setelah memenuhi jam wajib masuk
kelas, namun lebih dari itu, mengubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak memiliki
kompetensi menjadi memiliki kompetensi dan sebagainya. Pada realitanya, pendidik
saat ini belum dianggap sebagai Guru yang professional, hal ini dikarenakan
pengelolaan guru melalui Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) tidak
berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan (Musfah, 2018, p. 26).
Tantangan di era digital saat ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang
kian canggih. Kemampuan pendidik untuk berkreasi dan berinovasi menjadi kebutuhan
mendasar dalam aktivitas pembelajaran. Kompetensi guru yang perlu disiapkan

1
diantaranya memiliki educational competence; competence for technological
commercialization; competence in globalization; competence in future strategies dan
counselor competence (Wahyuni, 2018, pp. 13-18). Kompetensi tersebut secara global
dianggap mampu mendidik siswa untuk menghadapi tantangan kedepan. Iwantoro
(2017, p. 149) menjelaskan bahwa guru harus mampu menyiasati dengan meningkatkan
kompetensi profesionalitasnya sehingga mampu mengimbangi perubahan zaman.
Namun pada realitanya, kompetensi tersebut hanya mampu dikembangkan oleh
pendidik yang berada pada lokasi perkotaan yang mana akses untuk mendapatkan
internet dan perkembangan informasi lebih mudah.
Islam memandang profesionalisme merupakan kemampuan seseorang dalam
melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Suriadi (2018, p. 140)
menjelaskan bahwa dalam pandangan Al-Qur’an sebagaimana pendapat para mufassir
memberikan isyarat tentang adanya petunjuk bahwa perbuatan atau pekerjaan, apapun
profesinya, hendaknya dilakukan dengan professional. Pernyataan tersebut berdasar
pada pendapat mufassir terhadap penekanan makna kata ‘ala makanatikum pada salah
satu surat Al-An’am ayat 135:
‫ىام ةاك ةانتك ْمالن ْي ةاعام ٌۚل ةاف ةس ْو ةف ةات ْع ةلم ْو ةَۙن ةام ْن ةاتك ْون ةاد ٗه ةاعاق ةاَبُ ا‬
‫الدَّل ِۗا‬ ‫لاع ٰل ة‬ ْ ‫ق ْل ٰاي ةق ْوم‬
‫الع ةمل ْو ة‬
‫ّٰ ة‬ ‫ة‬
٥٣١‫ا‬-‫ل ان ٗهاَلاي ْفلحالدظلم ْونا‬
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu,
aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan
memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu tidak akan beruntung.” (Q.S Al An’am: 135)
Makna tersebut dalam tafsir al Misbah karangan M. Quraish Shihab dalam
Suriadi (2018, p. 130), yang berarti berbuatlah sepenuh kemampuan kamu apapun yang
kamu kerjakan sesungguhnya akupun berbuat pula sepenuh kemampuanku. Berbuatlah
sekuat kemampuanmu untuk menghalangi da’wahku, akupun akan berbuat sekuat
kemampuanku untuk tetap meningkatkan da’wah dalam menegakkan perintah Allah.
Kesemuanya itu dapat dipahami dalam arti kondisi seseorang mampu melaksanakan
pekerjaan yang dikehendakinya semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang baik.
Dari sinilah yang dapat ditarik pemahaman bahwa Al-Quran memberikan isyarat
pekerjaan itu harus dilakukan secara profesional. Demikian pula dengan profesi guru
harus dilakukan secara profesional.
Menyoal profesionalisme guru, masih ditemukan beberapa penyebab rendahnya
kompetensi guru yang beragam. Wahyuni (2018, pp. 13-18) menilai penyebab
rendahnya kompetensi guru diantaranya adalah adanya ketidak sesuaian (mis-match)
antara bidang ajar dengan latar belakang pendidikan, masih terdapat kualifikasi guru
belum sarjana, program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru masih
rendah, dan rekrutmen guru belum efektif. Beberapa penyebab tersebut, bagi peneliti,
yang menjadi permasalahan mendasar adalah akses pendidikan yang belum merata.
Pemerataan pendidikan secara nasional tidak hanya menjadi tugas pemerintah pusat,
namun perlu mendapat dukungan dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Pada dasarnya, pemerataan akses dan peningkatan kualitas pendidikan

2
merupakan salah satu program pemerintah yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.
Berdasarkan data Neraca Pendidikan Nasional Kemendikbud tahun 2017 terkait
hasil uji kompetensi guru (UKG) tahun 2015, nilai rata-rata hasil UKG secara nasional
adalah 56,69. Dari hasil penyelenggaraan tersebut, terdapat tujuh provinsi yang
memperoleh nilai terbaik berdasarkan standar kompetensi minimum yang ditargetkan
secara nasional sebesar 55, diantaranya: DI Yogyakarta: 62,58, Jawa Tengah: 59,10,
DKI Jakarta: 58,44, Jawa Timur: 56,73, Bali: 56,13, Bangka Belitung: 55,13, dan Jawa
Barat: 55,06 (Kemendikbud, 2016). Namun hasil UKG pada kompetensi bidang
pedagogik memperoleh nilai rata-rata sebesar 48,94, hal ini membuktikan bahwa
kompetensi mengajar guru masih berada dibawah standar minimum yang ditetapkan.
Adapun hasil UKG pada tahun 2015 di semua jenjang sebagaimana gambar berikut.

Gambar 1.1 Hasil UKG tahun 2015


Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud
Dalam ranah guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dilaporkan dari hasil
pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAI tahun 2019 bahwa jumlah guru PAI
yang mendaftar seleksi pretest PPG secara nasional sebanyak 32.336 orang. Dari
jumlah tersebut yang kemudian dihasilkan guru PAI yang layak mengikuti seleksi
pretest sebanyak 19.296 orang dan yang belum lulus sebanyak 13.040 orang. Pasca
pelaksanaan seleksi pretest PPG ditetapkan sebanyak 2.390 orang dengan hasil
sebanyak 1.556 guru PAI berhak mengikuti PPG tahun 2019 dan sebanyak 874 orang
tidak lulus PPG PAI. Jumlah tersebut mengindikasikan masih terdapat sebagian besar
GPAI yang belum layak mengikuti pendidikan profesi guru untuk mendapatkan
peningkatan kompetensi.

Pemerataan akses pendidikan yang belum berjalan optimal berdampak pada


ketimpangan pada masing-masing wilayah. Secara umum permasalahan
penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T antara lain yaitu permasalahan pendidik,
seperti kekurangan jumlah guru, distribusi yang tidak seimbang berada dibawah standar
mutu, kurang kompeten serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dan bidang
ajar. Pada permasalahan lainnya yaitu angka putus sekolah masih tinggi, angka
partisipasi sekolah rendah, sarana prasarana belum memadai serta infrasturktur untuk
kemudahan akses dalam mengikuti pendidikan masih sangat kurang (Hasthoro, 2016,
pp. 57-61). Pada aspek kompetensi guru, Syafii (2018, p. 162) menyebutkan bahwa
ketimpangan kompetensi guru didaerah cukup tinggi. Guru yang mengajar di daerah 3T

3
biasanya mengajar dengan tidak terstruktur dan mengabaikan teori-teori pembelajaran
yang efektif. Kebanyakan guru di daerah 3T belum memiliki kesempatan untuk
mengikuti pelatihan dan peningkatan mutu guru.
Pada aspek distribusi dan pemerataan guru di Indonesia, Muthmainnah (2015, p.
3) dalam risetnya menunjukkan bahwa distribusi guru belum sepenuhnya merata,
akibatnya 34% sekolah di Indonesia masih kekurangan guru terutama 66% sekolah di
daerah terpencil. Namun ditemukan pada beberapa daerah mengalami kelebihan jumlah
guru. Fenomena tersebut menyebabkan munculnya pemusatan pendidikan di suatu
daerah sehingga kualitas pendidikan antar daerah mengalami ketimpangan. Fakta lain
menyebutkan, berdasarkan laporan UNDP tahun 2013 indeks HDI (human development
index) Indonesia berada pada urutas 121 dari 185 negara, meskipun bidang pendidikan
bukan menjadi penentu HDI namun melalui pendidikan merupakan salah satu factor
dominan dalam membentuk sumber daya manusia.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya
pendidikan Islam. Salah satu tujuan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama
Tahun 2015-2019 (Pendis K. , 2019) adalah Peningkatan kualifikasi dan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan dengan distribusi yang merata di seluruh satuan
pendidikan. Dibawah naungan Ditjen Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Agama
Islam (Dit. PAI) mengusung Program Visiting Teacher PAI di wilayah perbatasan yang
menjadi salah satu program unggulannya. Program ini dilaksanakan setiap tahun
dengan tujuan sebagai salah satu akses pemerataan kompetensi guru PAI dalam bidang
implementasi kurikulum PAI, penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dan
metodologi pembelajaran. Kehadiran program visiting teacher PAI dianggap mampu
mewujudkan tujuan Dijten Pendidikan Islam dalam aspek pemerataan akses
pendidikan.
Dalam sejarahnya, program visiting teacher PAI bermula dari program
pertukaran guru yang diselenggarakan pada tahun 2010. Program ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru pada aspek penelitian tindakan
kelas (PTK) di sekolah sasaran. Pertukaran guru ini menggunakan model perbandingan
antara guru PAI yang memiliki pengalaman mengajar di sekolah yang setara, misalnya
guru PAI pada sekolah berstandar Internasional di wilayah Jakarta di tukar dengan guru
PAI yang mengajar di sekolah standar internasional di wilayah lain. Penyelenggaraan
pertukaran guru dilaksanakan selama 2 bulan di sekolah sasaran untuk mendapatkan
hasil penelitian tindakan kelas.
Model pertukaran guru tersebut kemudian berubah nama program menjadi Guru
Visit pada tahun 2013, yang mana fokus semula program tersebut pada peningkatan
PTK kemudian beralih menjadi peningkatan kompetensi guru pada aspek kurikulum
dan pembelajaran. Ruang lingkup peningkatan kompetensi guru yang dimaksud tertuju
pada aspek implementasi kurikulum 13, penggunaan media dan metodologi
pembelajaran. Jangka waktu pengiriman guru ke wilayah sasaran pun berubah, hanya
menjadi 2 minggu. Kemudian pada tahun 2015-2016, Program Guru Visit berubah
nomenklaturnya menjadi Program Visiting Guru PAI dengan model program yang
masih sama namun jangka waktu di daerah menjadi lebih singkat. Pada tahun 2017,

4
nomenklatur Visiting Teacher PAI berubah menjadi Guru Kunjung, perubahan tersebut
juga berdampak pada tujuan program untuk pemerataan kompetensi di wilayah 3T
(terdepan, terluar dan tertinggal). Pada tahun 2018-2019, nama program Guru Kunjung
berubah kembali menjadi program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam ke
Wilayah perbatasan.
Terdapat beberapa aspek yang menjadi perhatian peneliti untuk melakukan kajian
pada program visiting teacher PAI di Kementerian Agama. Dari hasil penelusuran
peneliti, skema perkembangan program visiting dari tahun ke tahun pada lingkup
jumlah kuota peserta mengalami data yang fluktuatif. Jumlah peserta visiting pada
tahun 2015 terdata sebanyak 90 orang, kemudian pada tahun 2016 dan tahun 2017
jumlah kuota peserta berkurang menjadi 60 orang per masing-masing tahun. Pada tahun
2018, kuota peserta visiting sedikit meningkat menjadi 75 orang, dan pada tahun 2019
jumlah kuota peserta menurun drastis menjadi 30 orang. Jumlah guru yang dikirim
tentu akan berdampak pada luas sebaran wilayah yang menjadi sasaran visiting setiap
tahunnya.
Jumlah Kab./Kota Jumlah Provinsi
Tahun Jumlah Visitor
Sasaran Sasaran
2016 60 GPAI 30 Kab./Kota 22 Provinsi
2017 60 GPAI 30 Kab./Kota 22 Provinsi
2018 75 GPAI 37 Kab./Kota 22 Provinsi
2019 30 GPAI 12 Kab./Kota 8 Provinsi
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Peserta dan Wilayah sasaran
pada program Visiting Teacher PAI
Sumber: Dokumen Direktorat PAI Kementerian Agama RI
Pada aspek lain, jumlah wilayah sasaran belum sepenuhnya merata. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2015-
2019 terdapat 122 Kabupaten dari 24 Provinsi yang terkategori sebagai daerah
tertinggal. Selain itu, dalam data Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) terdapat
41 Kabupaten/Kota dari 13 Provinsi yang dikategorikan sebagai wilayah Perbatasan
(Kemendes, 2015). Dari data tersebut, lokasi sasaran khususnya yang terkategori
sebagai daerah perbatasan dan tertinggal pada tahun 2019 menyasar 7 kabupaten dari
total 14 kabupaten sasaran atau sebesar 50%. Jumlah lokasi tersebut yang kemudian
menjadi pijakan peneliti untuk menentukan 3 kabupaten pada provinsi yang berbeda
guna mendalami proses penyelenggaraan visiting teacher PAI.
Penyelenggaraan program visiting teacher PAI setiap tahunnya menekankan pada
pola peningkatan kompetensi guru PAI, namun terdapat salah satu distingsi dalam
penyelenggaraan program visiting teacher PAI tahun 2019 dengan tahun sebelumnya
dimana pelaksanaan program visiting teacher tahun 2019 menggunakan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Berdasarkan hasil telaah dokumen program
visiting, penerapan PKB melalui program visiting teacher PAI merupakan
penyelenggaraan perdana dari beberapa program visiting sebelumnya sehingga perlu
dijabarkan secara komprehensif untuk meninjau optimalisasi program visiting teacher
PAI. Hal tersebut juga menjadi salah satu kebijakan peningkatan kompetensi guru
sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2018

5
tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru yang menjelaskan bahwa
pengembangan kompetensi bagi guru dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan.
Keterlibatan komunitas belajar guru PAI seperti Kelompok Kerja Guru
Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) jenjang SD, Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) jenjang SMP dan SMA/SMK, dan Kelompok
Kerja Pengawas Pendidikan Agama Islam (POKJAWAS PAI) berkontribusi dalam
penyelenggaraan program vitising teacher di daerah sasaran. Komunitas belajar guru
PAI menjadi wadah penghubung informasi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah,
kepada guru PAI di sekolah. Melalui komintas belajar tersebut, guru PAI di daerah akan
mendapatkan informasi terkait pelaksanaan program sehingga mereka dapat mengikuti
program tersebut untuk kesuksesan kegiatan. Keterlibatan komunitas belajar guru
dalam proses pelaksanaan visiting teacher di daerah turut berkontribusi dan menjadi
bagian dari pelaksanaan program.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya evaluasi program secara
menyeluruh guna menjadi gambaran bagi penyelenggara dalam menetapkan kebijakan
program periode berikutnya. Persoalan mendasar dalam penyelenggaraan program
Visiting Teacher PAI adalah bagaimana proses pelaksanaan peningkatan kompetensi
guru pada masing-masing wilayah sasaran yang memiliki kebutuhan yang beragam.
Disamping itu juga, proses penyelenggaraan program visiting teacher PAI dilakukan
melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dalam meningkatkan
kompetensi guru yang kemudian menjadi perhatian peneliti untuk melakukan kajian
lebih mendalam. Atas dasar tersebut peneliti melakukan telaah lebih lanjut dalam tesis
ini dengan judul “Evaluasi Program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam di
Wilayah Perbatasan”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan program visiting teacher PAI diantaranya:
a. Kompetensi guru di daerah 3T rendah;
b. Pemerataan kompetensi guru belum tercapai;
c. Adanya mismatch antara disiplin keilmuan dan bidang ajar guru PAI;
d. Adanya kualifikasi guru yang belum sarjana;
e. Program Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan masih rendah.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi objek kajian
penelitian ini pada pelaksanaan program visiting teacher PAI tahun 2019 yang
belum berjalan optimal. Pendekatan evaluasi program tersebut menggunakan
model context, input, process, product (CIPP) untuk melihat implementasi
program mulai dari rekrutmen, bimbingan teknis, pelaksanaan dan evaluasi
internal secara komprehensif.

6
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah diatas maka peneliti
dapat merumuskan permasalahan penelitian dalam bentuk pertanyaan yaitu:
Bagaimana optimalisasi peningkatan kompetensi guru melalui program visiting
teacher PAI di wilayah perbatasan ditinjau dari pendekatan context, input,
process, product?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum ditujukan untuk menjawab pertanyaan pada
rumusan masalah. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini
terbagi dalam dua aspek yaitu aspek akademik dan terapan. Pada aspek
akademik, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pelaksanaan program
visiting teacher PAI di wilayah perbatasan dan tertinggal dalam upaya
peningkatan kompetensi guru PAI secara komprehensif. Pada aspek terapan,
tujuan penelitian ini mampu menjadi kajian telaah bagi pelaksana program
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Selain itu juga dapat
menjadi referensi bagi praktisi pendidikan untuk dapat mengembangkan program
pemerataan kompetensi guru di wilayah perbatasan dan tertinggal.
2. Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis dari hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam


menambah khazanah keilmuan khususnya pada kajian evaluasi program
pendidikan dan pelatihan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi lembaga pendidikan baik pada tingkat pusat maupun daerah
untuk dapat bersinergi dalam upaya pemerataan pendidikan melalui peningkatan
kompetensi guru di wilayah tertinggal. Bagi akademisi yang akan melakukan
penelitian yang serupa atau lebih mendetail sebagai rujukan untuk penelitian
berikutnya.

Manfaat terapan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi


penyelenggara program, yaitu Kementerian Agama, dalam mengambil keputusan
untuk implementasi program berikutnya. Manfaat lainya kepada daerah sasaran
untuk dapat menjadi acuan dalam membuat kebijakan dan regulasi agar
peningkatan kompetensi guru melalui program visiting teacher tidak hanya
selesai pada guru yang dilatih oleh visitor, namun juga dapat ditindaklanjuti ke
Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga Desa agar pemerataan kompetensi guru
dapat terwujud.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Berdasarkan penelusuran peneliti, terdapat beberapa hasil penelitian yang
menjabarkan tentang visiting teacher dengan lingkup tujuan yang berbeda-beda.
Pelbagai kajian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini pada aspek
pengelolaan program guru kunjung dari segi input, proses dan produk. Pada objek

7
lokasi penelitian, terdapat beberapa hasil kajian yang mendeskripsikan pengelolaan
guru kunjung di wilayah 3T sehingga dapat menjadi kajian untuk penelitian ini. Adapun
penelitian terdahulu yang relevan diantaranya:
Pertama, Jane F. Culbert, (1921, pp. 81-89), The Visiting Teacher. Dalam
karyanya, Culbert mendeskripsikan tentang peran visiting teacher di New York,
Amerika sebagai sebuah asosiasi, disebut dengan National Association of Visiting
Teachers, yang memiliki legalitas untuk membantu mengatasi permasalahan anak di
sekolah. Peran guru kunjung disini adalah menganalisa perilaku anak di sekolah, rumah
dan lingkungan dalam kesehariannya. Pelaksanaannya tidak dibatasi waktu hingga
mendapat sebuah kesimpulan terkait kendala siswa dari aspek psikologis. Hasil temuan
tersebut akan menjadi laporan guru kunjung kepada sekolah dan guru sekolah sehingga
dapat menentukan kebutuhan siswa selama pembelajaran. Peran guru kunjung tersebut
dapat dikatakan sebagai seorang konsultan psikologi anak, karena mereka memiliki
kompetensi akademik dan pengalaman yang kuat.
Kedua, Pamela B. Finney, dkk. (2002, pp. 94-97), The South Carolina/Spain
Visiting Teacher Program, Finney dkk. mendeskripsikan pelaksanaan guru kunjung di
Carolina Selatan, Amerika Serikat khususnya guru pendidikan bahasa Spanyol.
Rekrutmen guru kunjung dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Carolina Selatan
melalui seleksi guru bahasa langsung dari Spanyol, dan kontrak mereka bertugas
selama 1 tahun. Pelaksanaan guru kunjung tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan guru bahasa di wilayah Carolina Selatan. Pada proses pelaksanaan program
tersebut, guru dilibatkan secara langsung dengan lingkungan sekolah dan berkontribusi
penuh pada pengembangan kurikulum dan penilaian sebagaimana guru mata pelajaran
lainnya.
Ketiga, Ahmad Yani (2010, pp. 47-54), Kebijakan Distribusi Guru Melalui
Participatory Management Pada Era Otonomi Daerah. Pada penelitian ini, Yani
mengusulkan konsep manajemen pastisipatori menjadi salah satu alternatif dalam
pengelolaan distribusi guru di daerah-daerah yang mengalami kekurangan guru. Jenis
penyelenggaraan guru kunjung yang telah diterapkan di Kabupaten Sukabumi terbagi
menjadi 4 jenis yaitu: guru kunjung harian, guru kunjung tahunan menetap, guru
kunjung tahunan berkeliling dan guru kunjung tahunan berkeliling multifungsi.
Kebijakan visit teacher ke sekolah-sekolah yang kekurangan guru dapat menolong guru
memenuhi 24 jam tatap muka sekaligus dapat meratakan distribusi guru dan
meningkatkan mutu pendidikan. Hasil yang ditemukan, mencakup tentang pengelolaan
distribusi guru dari daerah yang memenuhi kebutuhan guru ke wilayah kekurangan
guru.
Keempat, Reddy Siram (2013, pp. 225-229), Pelaksanaan Model Guru Kunjung
di Daerah Terpencil. Dalam risetnya, Siram menjabarkan bahwasanya pelaksanaan
model guru kunjung yang dilakukan di Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan
Tengah terdiri dari tiga tahapan yaitu: perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan. Pada
tahap perencanaan, adanya kontribusi dari masyarakat, pemerintah daerah, perusahaan,
kepala SD induk, guru, komite bersama-sama membangun SD kunjung mulai dari
pendataan siswa dan penyiapan proposal. Setelah SD Kunjung telah berdiri, sosialisasi
dilakukan secara berjenjang dari tokoh masyarakat, rapat adat dayak dan masyarakat

8
sekitar melalui lisan dan tulisan. Model pelaksanaan sistem guru kunjung terdiri dari
dua program yaitu: pertama, program A1 dan A2 untuk anak usia sekolah dasar 7-12
tahun yang akhirnya bisa mengikuti UAN SD dan melanjutkan ke SMP. Kedua,
program B1 dan B2 untuk usia diatas SD yang akhirnya dapat mengikuti ujian
persamaan SD (UPER SD) dan dapat melanjutkan ke Paket B. Peran guru disini adalah
sebagai fasilitator dan penyusun modul belajar yang akan diajarkan kepada siswa, baik
belajar dalam kelas maupun belajar mandiri, di daerah terpencil. Jadwal pelajaran
ditentukan oleh kepala sekolah SD Induk secara luwes dengan memperhatikan kondisi
siswa.
Kelima, Sukoco (2014, pp. 145-163), Evaluasi Pelaksanaan Program
SEAMOLEC Di SMK Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini, Sukoco
mendedah evaluasi program SEAMOLEC (Southeast Asian Minister Of Organization
Regional Open Learning Center) yang terdiri dari program kolaborasi e-learning,
pertukaran siswa, pertukaran guru dan pelatihan guru yang ditinjau menggunakan
model evaluasi context, input, proses, product (CIPP). Program tersebut merupakan
program kerjasama internasional antara Indonesia dengan Thailand. Dalam penelitian
tersebut, fokus peningkatan kompetensi guru pada pengembangan profesionalisme.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program SEAMOLEC di SMK DIY dari aspek
CIPP masuk pada kategori sangat baik.
No Peneliti Perbedaan Persamaan
1 Jane F. Culbert Karya Culbert memiliki perbedaan Persamaan beberapa
(1921) pada aspek pelaksanaan program kajian tersebut dengan
yang memfokuskan kajiannya pada penelitian ini terdapat
penanganan persoalan anak pada tujuan secara
disekolah melalui pendekatan umum yaitu upaya
psikologi. Karya Culbert pemerataan pendidikan
memberikan wawasan tambahan dan pelaksanaan
pada penelitian ini sebagai maksud evaluasi program.
penyelenggaraan visiting teacher di Secara khusus beberapa
Amerika. kajian memfokuskan
2 Pamela B. Karya Finney memiliki perbedaan penelitiannya pada
Finney, dkk. pada hasil yang diterapkan, dimana pengelolaan pendidikan
(2002) pelaksanaan visiting teacher di di wilayah perbatasan
Carolina untuk pemenuhan dan tertinggal.
kebutuhan guru di beberapa
sekolah. Kajian Finney
mendeskripsikan secara
komprehensif pelaksanaan program
mulai dari rekrutmen, orientasi,
pelaksanaan dan evaluasi.
3 Ahmad Yani Perbedaan Studi kebijakan oleh
(2010) Ahmad Yani dengan penelitian ini
terdapat pada ruang lingkup
peningkatan kompetensi guru.
Kajian Ahmad Yani membahas
terkait peningkatan kompetensi

9
guru secara personal, sedangkan
program visiting teacher
melakukan peningkatan
kompetensi guru secara kelompok
melalui pelatihan.
4 Reddy Siram Perbedaan hasil kajian Reddy
(2013) Siram dengan penelitian ini
terdapat pada lingkup pembelajaran
kelas. Reddy memusatkan deskripsi
program pada pelaksanaan
manajemen pembelajaran di
wilayah 3T, sedangkan penelitian
ini mendeskripsikan pelaksanaan
manajemen peningkatan
kompetensi guru di wilayah 3T.
5 Sukoco (2014) Perbedaan hasil evaluasi Sukoco
dengan penelitian ini terdapat pada
lingkup peningkatan kompetensi
gurunya. Program SEAMOLEC
meningkatkan kompetensi
profesionalitas sedangkan program
visiting teacher PAI melakukan
peningkatan kompetensi guru pada
aspek implementasi kurikulum
2013.
Tabel 1.2 Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Sumber: Jane F. Culbert (1921), Pamela B. Finney (2002), Ahmad Yani (2010), Reddy
Siram (2013), Sukoco (2014).
Dari hasil penelitian terdahulu diatas, yang menjadi distingsi pada penelitian ini
terdapat pada ruang lingkup dan tujuan program yang diimplementasikan. Fokus
penelitian program visiting teacher PAI ini adalah berkaitan dengan peningkatan
kompetensi guru di daerah perbatasan dan tertinggal pada aspek implementasi
kurikulum 2013, metode dan model pembelajaran, media ICT, pengembangan
keprofesian berkelanjutan dan kemampuan karya tulis ilmiah. Penelitian-penelitian
terdahulu diatas, meskipun mampu memberikan gambaran metodis terkait pengelolaan
pendidikan melalui guru kunjung dan evaluasi program, namun program visiting
teacher PAI memiliki cakupan yang cukup luas dari aspek geografi, desain pelatihan
dan tujuan program.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Evaluasi Program


1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan bagian integral dari evaluasi pendidikan. Evaluasi


program pendidikan memiliki makna yang luas, bukan hanya mencakup proses belajar
mengajar tetapi juga dilakukan pada program yang merupakan hasil keputusan
pemegang kebijakan untuk diprioritaskan pelaksanaannya seperti program yang
dilakukan untuk masyarakat berupa program pembangunan gedung laboratorium,
penelitian berbasis masyarkat, diklat pendidikan dan sebagainya (Sukardi, 2015).
Evaluasi program tersebut merupakan kombinasi antara teori yang digunakan untuk
mengakomodasi pertanggungjawaban pengambil kebijakan dan penilaian didalamnya.

Dalam pengertiannya, definisi kata evaluasi secara bahasa dari bahasa Inggris
yaitu evaluation, dalam bahasa Arab al-Taqdῑr, dan dalam bahasa yang berarti
penilaian. Kata evaluasi berakar dari kata value dan al Qῑmah yang berarti nilai. Jika
dihubungkan dengan kata pendidikan maka evaluasi pendidikan (educational
evaluation/al taqdῑr al tarbawiy) berarti penilaian dalam bidang pendidikan atau
penilaian mengenai sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan (Sudijono, 2005).
Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan secara bahasa adalah
tindakan penilaian pada bidang pendidikan. Pada konteks definisi evaluasi program
yaitu tindakan penilaian pada aspek program pendidikan.

Secara istilah, terdapat beberapa perspektif pengertian evaluasi. Stufflebeam


(Stufflebeam D. L., 1983) mengatakan evaluasi merupakan sebuah proses perbaikan,
dimana sebuah program akan menjadi lebih baik ketika kita tahu kelemahan dan
kekuatannya. Berbeda dengan Ralph Tyler (1950) mengemukakan bahwa evaluasi
sebuah proses guna mengumpulkan data untuk sejauh mana sebuah tujuan pendidikan
telah dicapainya. Jika ditemukan adanya yang belum dicapai, maka akan dapat
diketahui sebabnya (Arikunto, 2013). Scriven (1967) dan Glas (1969) mendefinisikan
evaluasi adalah upaya untuk mengetahui manfaat atau kegunaan suatu program,
kegiatan, dan sebagainya (Sudjana, 2006). Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan
evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan infomasi dengan cara mengamati,
menelaah dan mengukur agar dapat mengambil kesimpulan dan keputusan.

Definisi evaluasi secara bahasa dan istilah telah diuraikan diatas, pada konteks
evaluasi program terdapat beberapa pendapat ahli yang menjelaskan pengertian evaluasi
program. Paulson (1976) mendefinisikan evaluasi program sebagai proses pengujian
terhadap suatu fakta sebagai bahan pengambilan keputusan. Worthen dan Sanders
(1973) memaknai evaluasi program merupakan proses identifikasi dan pengumpulan
informasi untuk membantu para pengambil keputusan dalam memilih berbagai
alternative keputusan. Stufflebeam (1971) mengartikan evaluasi program sebagai proses
mendeskripsikan, mengumpukan dan menyajikan informasi yang berguna untuk
menetapkan alternative keputusan (Sudjana, 2006). Sukardi (2015) mendefinisikan
evaluasi program adalah proses pengumpulan data, menganalisis, dan pengambilan

11
keputusan yang dievaluasi. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
evaluasi program merupakan proses penilaian program secara bertahap untuk
memperoleh data yang berguna dalam pengambilan keputusan.

Konsep evaluasi program perlu dipahami secara utuh untuk menghindari


kesalahpahaman. Terdapat beberapa pemahaman yang dinilai masih keliru terkait
konsep evaluasi program. Sudjana (Sudjana, 2006) menyebutkan bahwa sebagian
kalangan mengartikan evaluasi sebagai kegiatan menguji hasil sebuah program, padahal
konteks menguji hasil merupakan kegiatan uji hasil (product testing). Ada pula yang
mengartikan evaluasi program merupakan kegiatan mengumpulkan data sebagai
pendukung operasional program, seperti sumber dana dan pengelolaan keuangan,
padahal kegiatan tersebut lebih tepatnya sebagai institutional accounting. Sebagian
lainnya mengartikan evaluasi program sebagai kegiatan mengetes kecakapan seseorang
atau kelompok seperti lulusan program pendidikan dan lainnya, padahal kegiatan
tersebut dikenal dengan istilah tes kecakapan bukan evaluasi program.

Pada hakikatnya, evaluasi program bukanlah kegiatan untuk menetapkan baik


buruknya sebuah program karena kegiatan tersebut termasuk pada keputusan. Evaluasi
program juga bukan kegiatan untuk mengukur karakteristik unsur-unsur program
seperti komponen, proses dan hasil program, karena kegiatan tersebut masuk pada
kategori pengukuran. Sudjana (Sudjana, 2006) menegaskan bahwa evaluasi program
bukanlah kegiatan untuk mencari kesalahan orang lain atau lembaga, mengetes dan
mengukur, atau memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan program.

2. Tujuan Evaluasi Program

Berdasarkan pada pengertiannya, esensi evaluasi program terdapat pada


pengambilan keputusan. Sudjana (2006) menyebutkan bahwa tujuan evaluasi berfungsi
sebagai pengaruh dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan
evaluasi program. Bagi Arikunto (1988, p. 7), tujuan evaluasi program adalah untuk
kepentingan pengambilan keputusan, misalnya akan digunakan atau tidaknya suatu
sistem, strategi atau metode. Dalam hal ini, Tujuan evaluasi program perlu
direncanakan oleh evaluator dalam proses pelaksanaan penilaian. Tujuan evaluasi dapat
berupa hasil pengambilan keputusan maupun acuan efektifitas program.
Lebih luas, Sudjana (Sudjana, 2006) menyebutkan tujuan evaluasi program
dalam 6 aspek yaitu: 1) memberi masukan kepada perencana program; 2) memberi
masukan untuk kelanjutan, perluasan dan penghentian program; 3) memberi masukan
untuk modifikasi program; 4) memperoleh informasi tentang factor pendukung dan
penghambat program; 5) memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola
dan pelaksana program; 6) memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi
evaluasi program. Beberapa alternatif tujuan evaluasi program dapat menjadi
pertimbangan bagi evaluator maupun peneliti dalam menetapkan tujuan evaluasi yang
diharapkan.
Menurut Arikunto (1988, p. 8), terdapat empat kemungkinan kebijakan
berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program yaitu diantaranya adalah:

12
a. Dilanjutkan dan disebarkannya sistem program tersebut karena hasil
penilaian program menunjukkan manfaat yang sangat positif dan
diperkirakan akan baik juga diterapkan pada program lain.
b. Dilanjutkan tetapi hanya pada program tersebut karena untuk dapat
disebarkan pada program lainnya menuntut persyaratan khusus.
c. Dilanjutkan hanya pada program yang bersangkutan, itupun memerlukan
perubahan, penambahan atau penyempurnaan seperlunya.
d. Dihentikan karena hasil penilaian terhadap program menunjukkan tidak
adanya manfaat.

Melakukan evaluasi program sama pentingnya dengan merencanakan program.


Menurut Musfah (2011, p. 93) Perencanaan dan proses evaluasi harus dilakukan secara
matang untuk mengetahui titik lemah dan kekuatan program. Rencana evaluasi program
yang komprehensif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Seyfarth (2002) dalam
Musfah, melibatkan penilaian empat outcome pengembangan professional yakni: reaksi
guru, pengetahuan, perubahan perilaku dan pembelajaran siswa. Adapun evaluasi
secara komprehensif dijabarkan pada tabel berikut:
Hasil Unsur-Unsur
Reaksi Guru  Ketepatan waktu dan hari pelatihan
 Ketepatan lokasi
 Kenyamanan ruangan
 Kemampuan penyaji membuat konsep yang jelas dan
menumbuhkan kegairahan
 Pengetahuan penyaji
 Kecocokan materi dengan sekolah atau kelas guru
 Kemungkinan penerapan strategi yang disajikan dalam
pelatihan
 Penilaian kebutuhan untuk umpan balik dan tindak lanjut
Pengetahuan  Penilaian guru tentang pengetahuannya terhadap materi
Guru sebelum dan setelah pelaksanaan pelatihan
 Tes sebelum dan setelah pelatihan untuk mengukur
pengetahuan
 Keinginan untuk mempelajari materi tindak lanjut
Perubahan  Penilaian guru tentang frekuensi penggunaan strategi baru, satu
Perilaku bulan setelah pelatihan
 Data dari pengawas kelas menunjukkan frekuensi penggunaan
 Penilaian guru tentang kesulitan penggunaan (termasuk waktu,
pemahaman dan penerimaan murid)
 Penilaian guru tentang kemungkinan mereka akan
menggunakan strategi
Pembelajaran  Hasil penelitian eksperimental terhadap perolehan siswa
Siswa dikelas dengan guru yang menggunakan teknik baru,
dibandingkan dengan siswa dikelas dengan guru yang
menggunakan teknik lama
 Penilaian siswa tentang jumlah yang mereka pelajari saat guru

13
menggunakan teknik baru versus teknik lama
 Data dari pengawas kelas terhadap perhatian dan pertisipasi
siswa dikelas menggunakan teknik baru versus teknik lama

Tabel 2.1 Informasi yang Dikumpulkan dalam Evaluasi Program Secara Komprehensif
Sumber: Seyfarth dalam Musfah (2011, p. 94)
Gomes (2003) dalam Musfah (2011, p. 96) menjelaskan bahwa program
pelatihan dapat dievaluasi berdasarkan informasi yang diperoleh pada tingkatan berikut:
reaksi, belajar, behavior, hasil dan efektifitas biaya. Reaksi menggambarkan seberapa
baik peserta menyenangi pelatihan? Belajar menjelaskan seberapa jauh peserta
mempelajari fakta, prinsip, dan pendekatan yang terdapat didalam pelatihan? Behavior
mendeskripsikan seberapa jauh perilaku kerja guru berubah karena pelatihan? Hasil
menjawab apakah peningkatan produktivitas atau penurunan biaya telah tercapai.
Efektifitas biaya menjelaskan jika pelatihan efektif, apakah itu metode yang paling
murah untuk menyelesaikan masalah?
Hasil evaluasi merupakan masukan penting bagi penyempurnaan program baik
pada tataran teknis dan substansinya. Perbaikan secara teknis mengarah pada
penyempurnaan penyelenggaraan program sedangkan secara substantif mengarah pada
tujuan pelatihan, bahan pelatihan, metode dan evaluasi (Mujiman, 2007, p. 148).
Namun pada tataran praktis, pelaksanaan evaluasi mengalami beberapa kendala
sebagaimana yang dijabarkan Irianto (2001, p. 25) diantaranya: 1) Diabaikan atau tidak
dilakukan, 2) diperhatikan namun tidak dilakukan secara benar, 3) tidak dipahami
secara komprehensif, 4) mengalami reduksi makna. Pentingnya evaluator memahami
program secara komprehensif baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Konsep Pendidikan Agama Islam
1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Secara historis, kebijakan Pendidikan Agama Islam telah ada sejak zaman
penjajahan. Pada masa penjajahan Belanda, Pendidikan agama sudah berjalan di
masyarakat namun tidak diajarkan pada sekolah umum, dengan alasan bahwa
pemerintah Belanda bersikap netral terhadap pendidikan Agama sehingga belajar
agama menjadi tanggungjawab keluarga (Imam Tolhah, 2016). Pendidikan Agama di
Indonesia saat itu dilakukan secara tradisional dengan tujuan untuk penyebaran agama.
Geertz (Geertz, 2014) mengungkapkan bahwa Islam di Indonesia berkembang secara
gradual, liberal dan akomodatif. Melalui pendekatan akulturasi budaya, Islam dapat
berkembang dan diterima oleh masyarakat. Namun, Pemerintah Belanda melakukan
politisasi pendidikan yang diskriminatif sebagai baagian strategi penjajah. Usulan dari
wakil-wakil rakyat di Volksraad (semacam DPR) agar pendidikan Agama Islam
diajarkan disekolah selalu ditolak oleh pemerintah penjajah (Imam Tolhah, 2016).
Pada masa pemerintahan Jepang, Pendidikan Agama Islam mendapatkan ruang
gerak untuk diajarkan di sekolah umum. Pendidikan sekolah merupakan salah satu
wilayah yang dimanfaatkan pemerintah Jepang sebagai sarana mendoktrin masa
(Kurasawa, 1993). Pemerintahan Jepang meningkatkan posisi agama Islam dan
memberikan kewenangan pada aspek sosial dan politik, hal tersebut dibuktikan dengan
mempercayakan jabatan Kepala Kantor Urusan Agama kepada orang Indonesia.

14
Organisasi Islam Masyumi turut menjadi pegawai Pemerintah, baik administrasi pusat
maupun daerah yang bertanggung jawab dalam masalah-masalah Islam. Pendekatan ini
dilakukan oleh pemerintahan Jepang untuk mencari simpati masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam sehingga diharapkan dapat memperlancar agenda politik
mereka yang lebih besar. Pada periode Jepang inilah awal Pendidikan Agama diajarkan
di sekolah-sekolah pemerintah walaupun baru dipraktikkan di Sumatera, namun di
wilayah lain menerapkan Pendidikan Budi Pekerti (Imam Tolhah, 2016).
Pasca kemerdekaan, Pendidikan Agama berada dibawah naungan Kementerian
Agama. Tugas bagian pendidikan saat Kementerian Agama dibentuk adalah mengatur
pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah serta menyediakan guru yang cukup
pengetahuannya; mengadakan suatu Sekolah Menengah Agama yang perlu menjadi
contoh orang-orang yang ingin mendirikan secara partikelir; mengurus pelajar-pelajar
yang pergi ke negeri-negeri Islam; mencari buku-buku pelajaran agama; mengadakan
suatu Sekolah Penghulu untuk keperluan masjid; dan memperhatikan pesantren (Imam
Tolhah, 2016). Sejarah perkembangan Pendidikan Islam tersebut memberikan
paradigma yang luas tentang corak kebijakan terkait praktik pendidikan agama di
sekolah. Secara garis besar, pendidikan Agama di Indonesia memiliki latar belakang
yang kuat dan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Definisi Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki beberapa perspektif pengertian
dari beberapa kalangan. Menurut Abdul Majid (Majid, 2012), Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam menyiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang ditelah
ditetapkan. Zakiah Darajat (1987) dalam Abdul Majid menjelaskan Pendidikan Agama
Islam merupakan usaha untuk membina peserta didik dalam memahami kandungan
ajaran Islam secara utuh dan dapat mengamalkannya. Didalam Keputusan Menteri
Agama (KMA) Nomor 211 Tahun 2011, disebutkan bahwa definisi Pendidikan Agama
Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam,
yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jenjang
pendidikan.
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan kepada
peserta didik dalam lembaga pendidikan formal mulai jenjang pendidikan dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Hal ini berdasarkan
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
12 Ayat 1 Poin A yang menyebutkan bahwa “Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”. Juga dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Pasal 3 tertulis bahwa “Setiap satuan pendidikan pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama”.
Praktik Pendidikan Agama Islam di sekolah lebih menekankan pada aspek
pengamalan. Muhaimin dalam Susanto (Susanto, 2014) menjelaskan Pendidikan

15
Agama Islam disekolah dapat diajarkan mulai dari tahap kognisi, kemudian menuju
tahap afeksi dan selanjutnya tahap psikomotorik, yaitu pengamalan ajaran Islam oleh
para siswa yang bersangkutan. Pendidikan agama memiliki prinsip pengajaran yang
sifatnya doktrinasi untuk mengikuti ajarannya dan tidak bisa bersifat netral seperti mata
pelajaran lainnya, sehingga para siswa dituntut untuk mengikuti dan mengamalkan yang
telah diketahuinya sebagai bagian dari proses pembelajaran (Nugraha, 2019). Mengacu
pada definisi diatas, pendidikan agama Islam di sekolah tidak hanya diajarkan pada
aspek kognitif saja melainkan juga pada pengamalannya untuk membentuk sikap dan
kepribadian siswa.
3. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Penyusunan tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah ditetapkan oleh
pemerintah penyelenggara pendidikan yang mengurusi bidang agama. Dalam hal ini
Kementerian Agama adalah penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan agama
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Keagamaan. Tujuan tersebut termaktub dalam Keputusan
Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pendidikan Agama
Islam Pada Sekolah, yaitu: berkembangnya kemampuan peserta didik dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Tujuan dalam regulasi
tersebut mengarahkan agar setiap peserta didik memiliki karakter religious dalam
perbuatan dan keilmuan serta dapat menyerasikannya dalam kompetensi siswa masing-
masing. Penetapan tujuan ini menjadi arah pendidikan agama Islam kedepan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pada perspektif lain, terdapat beberapa pendapat yang mengemukakan tentang
tujuan Pendidikan Agama Islam. Majid (Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, 2012) menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di lingkungan sekolah dan madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman para siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa
dan bernegara serta dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Arifin (Arifin, 2012) menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam yang hendak
dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia individual dan
sosial serta hamba Tuhan yang mengabdi diri kepada-Nya. Nugraha (Nugraha, 2019)
mengemukakan bahwa tujuan akhir pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi
pekerti adalah membentuk keimanan dan ketaqwaan yang kokoh bagi siswa setelah
mempelajari materi yang diberikannya sebagai salah satu didalam mencapai kompetensi
sikap spiritual.
Berdasarkan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama
Islam di sekolah adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dan
membentuk kepribadian yang islami dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mewujudkannya, lingkungan dengan frame religius mampu memberikan pengaruh
positif dalam mengendalikan diri peserta didik. Kehidupan dalam lingkungan positif
dapat melatih peserta didik untuk menghindari hal-hal bersifat negatif seperti tawuran,

16
narkoba, pergaulan bebas dan lainnya. Dukungan dari stakeholder dan masyarakat
untuk bersama membangun lingkungan yang positif sangat membantu percepatan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Pendidikan Agama sebagai fungsi juga termaktub dalam KMA Nomor 211
Tahun 2011. Fungsi tersebut yaitu membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Fungsi Pendidikan
Agama Islam di sekolah mencakup: 1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; 2) peningkatan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin,
yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga; 3) penyesuaian mental
peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial; 4) perbaikan kesalahan, kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran Agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari; 5) pencegahan peserta didik dari dampak negatif budaya asing yang
dihadapi sehari-hari; 6) pengajaran tentang ilmu keagamaan baik teori maupun praktik;
7) penyaluran bakat-minat peserta didik di bidang Keislaman; dan 8) penyelarasan
antara potensi dasar (fithrah mukhallaqah) peserta didik dengan agama (fithrah
munazzalah) sebagai acuan hidup agar peserta didik tetap berjalan di atas nilai-nilai
Islam.
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah berdasarkan regulasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam diarahkan pada sikap merawat
keberagaman pada lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Melaui pengajaran
agama yang utuh dan sikap moderat akan memberikan wawasan yang luas bagi peserta
didik untuk menghargai perbedaan. Arraiyyah (Arraiyyah, 2016) mengungkapkan
fungsi pendidikan agama pada perspektif Kementerian Agama melalui Direktorat
Pendidikan Agama Islam yaitu mengusung tema Islam rahmatan lil’alamin sebagai
respon terhadap gejala kekerasan yang ditunjukkan oleh siswa. Tindak kekerasan dalam
be ntuk penganiayaan, tawuran antar kelompok, pelecehan seksual, pemalakan,
pembunuhan dan bullying. Fungsi pendidikan agama tersebut dinilai sudah tepat untuk
mencegah tindakan-tindakan lain yang akan merusak moral siswa dan juga pemahaman
radikal.

C. Konsep Peningkatan Kompetensi Guru


1. Pengembangan Kompetensi Guru

Kompetensi sebagaimana yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor


74 Tahun 2008 tentang Guru, merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional.

b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan

17
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,
2007). Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai
teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik
memiliki karakter, sifat, dan keterkaitan yang berbeda. Menurut Slamet PH
dalam Syaiful Sagala (Sagala, 2013) membagi kompetensi pedagogik menjadi
beberapa sub kompetensi diantaranya:
1) Berkontribusi dalam pengembangan kurikulum yang terkait dengan
mata pelajaran yang diajarkan.
1) Mengembangkan silabus mata pelajaran yang diajarkan.
2) Merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan silabus
yang telah dikembangkan
3) Merancang manajemen pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif dan menyenangkan.
4) Menilai hasil belajar secara orentik
5) Membimbing peserta didik dalam pembelajaran, kepribadian, bakat dan
minat
6) Mengembangkan profesionalisme guru.

b. Kompetensi Kepribadian
Mulayasa (Mulyasa, 2007) menjabarkan definisi kompetens i kepribadian
merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Pendidik
dapat mempengaruhi kearah proses pembelajaran dengan tata nilai yang
dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tutik (Tutik, 2006) menjabarkan
bahwa kompetensi kepribadian guru yang berwibawa dan berakhlak mulia akan
menjadi teladan bagi peserta didiknya. Adapun Sukanti (Sukanti, 2008) membagi
kompetensi kepribadian meliputi:
1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berkarakter, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia sebagai teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Mengevaluasi kinerja individu
4) Mengembangkan diri berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi, bergaul secara efektif kepada peserta didik, sesama
pendidik dan tenaga kependidikan serta masyarakat (Mulyasa, 2007).
Kemampuan ini juga akan memperkuat iklim pembelajaran yang kondusif antara
guru dengan murid dan guru dengan wali murid. Apabila ini terus menerus
terkelola dengan baik berdampak pada kemajuan motivasi belajar bagi peserta
didik. Kompetensi social terbagi atas beberapa sub kompetensi diantaranya
(Tutik, 2006):
1) Berkomunkasi secara efektif dan empatik dengan warga sekolah dan
masyarakat.

18
2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global.
4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik dalam memenuhi standar kompetensi sesuai Standar Nasional
Pendidikan (Mulyasa, 2007). Guru mempunyai tugas mengarahkan kegaiatan
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru
dituntut mampu mengolah desain pembelajaran yang mampu mensinergikan
tujuan pembelajaran, capaiannya dan efektifitas belajar selama dikelas. Sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008, kompetensi professional
merupakan merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.

Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh setiap guru termasuk guru
Pendidikan Agama Islam. Peran guru PAI diharapkan mampu menjadi pelopor
pengembangan kehidupan beragama di sekolah dan lingkungan sosial, maka terdapat
penambahan kompetensi yaitu kompetensi leadership dan kompetensi spiritual pada
setiap jenjang satuan pendidikan sesuai dengan Keputusan Menteri Agama No 211
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengembangan Standar Nasional Pedidikan Agama Islam
Pada Sekolah. Adapun kedua kompetensi tersebut sebagai berikut.

a. Kompetensi spiritual
Kompetensi spiritual adalah kemampuan guru untuk menjaga semangat
bahwa mengajar adalah ibadah. Kemampuan ini merupakan pembeda antara
kompetensi guru agama dengan guru mapel lain. Guru PAI memiliki tanggung
jawab selain untuk mendidik peserta didik pada aspek kognitif juga pada aspek
afektif (sikap dan perilaku). Amaliah keagamaan bukan hanya selesai pada
urusan akademik, namun juga peserta didik mampu mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Disisi lain, menurut Husin (2019, p. 151) Guru PAI
memiliki tantangan untuk mampu menterjemahkan potret keislaman yang
menyejukkan (Islam rahmatan lil’alamin) ditengah warga sekolah. Potret
kehidupan sekolah yang harmonis merupakan satu di antara parameter utama
keberhasilan seorang GPAI dalam mentransformasikan nilai dari wajah Islam
yang cinta damai, mengedepankan semangat persaudaraan dan menghargai

19
perbedaan ke dalam sendi kehidupan komunitas sekolah dalam proses
pembelajaran di kelas maupun dalam proses interaksi di luar kelas. Adapun ruang
lingkup kompetensi spiritual sesuai dengan KMA 211 tahun 2011 diantaranya:
1) Menyadari bahwa mengajar adalah ibadah dan harus dilaksanakan
dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh.
2) Meyakini bahwa mengajar adalah rahmat dan amanah.
3) Meyakini sepenuh hati bahwa mengajar adalah panggilan jiwa dan
pengabdian.
4) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah aktualisasi diri
dan kehormatan.
5) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah pelayanan.
6) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah seni dan
profesi.

b. Kompetensi leadership
Kompetensi leadership adalah kemampuan guru untuk mengorganisasi
seluruh potensi sekolah yang ada dalam mewujudkan budaya Islami (Islamic
religious culture) pada satuan pendidikan. Peran guru PAI sebagai manager
kegiatan keagamaan di sekolah menjadi salah satu faktor utama yang memiliki
peran strategis dalam mewujudkan potret kehidupan warga sekolah yang
harmonis (Imaniyati, 2016, p. 161). Kompetensi tersebut merupakan kompetensi
kepemimpinan yaitu kecakapan dan kemampuan merekayasa, melaksanakan,
menginspirasi dan mengendalikan suatu desain program keagamaan dengan
memberdayakan seluruh sumber daya sekolah yang ada mengacu pada prinsip
kerja tertentu sebagaimana terangkum dalam Peraturan Menteri Agama No 16
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah. Adapun
ruang lingkup kompetensi leadership sesuai dengan KMA 211 tahun 2011
diantaranya:
1) Bertanggung jawab secara penuh dalam pembelajaran PAI di satuan
pendidikan.
2) Mengorganisir lingkungan satuan pendidikan demi terwujudnya budaya
yang Islami.
3) Mengambil inisiatif dalam mengembangkan potensi satuan pendidikan.
4) Berkolaborasi dengan seluruh unsur di lingkungan satuan pendidikan.
5) Berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di lingkungan satuan
pendidikan.
6) Melayani konsultasi keagamaan dan sosial.

2. Pengembangan Profesionalisme Guru

Istilah profesi secara umum digunakan pada beberapa bidang pekerjaan yang
membutuhkan kualifikasi dan kompetensi tertentu. Rosyada (2017, p. 217)
menyebutkan kriteria seorang pekerja profesional, termasuk pekerjaan pendidik baik
guru maupun dosen, setidaknya harus kriteria berikut yaitu memiliki latar belakang
pendidikan sesuai dengan pekerjaannya dan diakui oleh instansi terkait, melakukan
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan tidak beralih profesi lain, memiliki
penghasilan yang memadai dan dihargai oleh profesi lain, serta terlibat dalam

20
organisasi profesi. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan profesional harus
memiliki tiga komponen yaitu kompetensi, sikap dan penghargaan. Komponen
kompetensi yang dimaksud yaitu memiliki kualifikasi pendidikan sesuai dengan
keahliannya, kemudian komponen sikap yaitu memiliki loyalitas terhadap profesinya,
dan komponen penghargaan yaitu memiliki pengasilan yang memadai.

Profesionalitas guru diwujudkan melalui sikap dan tindakan dalam melaksanakan


tugas dan tanggung jawab profesinya. Konsep profesionalitas yang disampaikan Linda
Evans (2008) dalam Rosyada (2017, p. 218) bahwa profesionalitas guru seharusnya
menjadi ideologi, sikap, tindakan, intelektualitas yang berbasis pendirian seorang guru
dalam melaksanakan tugas profesinya. Membangun komitmen terhadap pekerjaan
dalam upaya memajukan profesinya akan menjadi sebuah budaya sehingga upaya
peningkatan profesionalitas menjadi lebih baik. Hal tersebut perlu diimbangi dengan
sikap integritas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Michael Davis (1988) dalam
Rosyada (2017, p. 219) bahwa seseorang harus medahulukan profesinya dari apapun
juga. Ketika seorang pendidik sedang menikmati waktu dengan keluarga, maka harus
siap memberikan pelayanan jika terdapat peserta didik yang membutuhkan waktu untuk
berkonsultasi terkait pelajaran, penelitian, atau tugas lainnya.

Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui Pendidikan


Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pelaksanaan PPG
diharapkan dapat melahirkan calon guru profesional yang tersertifikasi (Musfah, 2018,
p. 26). Dalam pada itu, Rosyada (2017, p. 220) menyebutkan bahwa guru adalah
pekerjaan profesi dan pemerintah telah menunjukkan tanggung jawabnya dengan
menjaga martabat profesi tersebut melalui sertifikasi dan tunjangan profesi. Dengan
demikian, perlu adanya pembinaan dan pelayanan seorang pendidik kepada peserta
didik sebagai klien pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, Rosyada
(2017, p. 221) menambahkan bahwa peran organisasi profesi perlu diperkuat sehingga
dapat mengembangkan karir, menjaga regulasi, menjadi ruang unjuk aspirasi bagi
kelompok profesi, dan dapat memberi advokasi terhadap berbagai kendala yang
dihadapi.

Rosyada (2017, p. 217) menjabarkan kompetensi utama bagi guru untuk menjadi
profesional, yakni menguasai bahan ajar. Dalam implementasinya, penguasaan bahan
ajar mencakup tiga aspek utama yaitu: penguasaan materi ajar yang akan diajarkan
kepada para siswa, kemampuan mengembangkan kurikulum operasional dan
kemampuan mengembangkan bahan ajar melalui aktifitas penelitian. Dikutip dari
Wahyudi (2010) bahwa penguasaan materi ajar oleh guru setidaknya mencakup enam
aspek materi ajar yaitu fakta, konsep, prinsip, keterampilan, pemecahan masalah, dan
proses. Menjabarkan materi sholat tidak hanya dilakukan dengan teoritis tetapi harus
dibarengi dengan praktik sehingga peserta didik akan menyaksikan bagaimana proses
sholat dan dapat memahami materi ajar yang disampaikan. Kemudian kemampuan
mengembangkan kurikulum dipahami sebagai dokumen program pembelajaran dalam
kelas dan juga sebagai sebuah program sekolah yang berdampak pada perubahan sikap
dan tindakan siswa (Rosyada, 2013, p. 26). pada aspek penelitian, guru juga harus
mampu melakukan penelitian, minimal penelitian tindakan kelas, sehingga dapat
mendukung profesionalisme guru.

21
Candal mengenalkan konsep "great teachers are not born, they are made" bahwa
guru yang hebat tidak dilahirkan tapi diciptakan. Profesionalisme guru dibentuk melalui
berbagai tahapan kegiatan yang sistematis mulai dari kualifikasi pendidik hingga
kompetensinya. Membentuk guru profesional, dalam hal ini guru baru, perlu didukung
dengan keterlibatan pihak sekolah dan guru senior. Dalam membina guru baru, perlu
dibuat tahapan dengan target yang terukur seperti tahun pertama terlibat dalam
lingkungan sekolah, tahun kedua terlibat dalam mengajar di kelas hingga guru binaan
dapat mengajar secara mandiri. (Candal, 2015, p. 22) pendampingan guru dalam
pengembangan kompetensi harus dibentuk dan diarahkan sehingga peningkatan
kompetensi guru dapat terwujud
Profesionalisme guru perlu ditingkatkan secara berkelanjutan, untuk itu
diperlukan pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam rangka peningkatan
profesionalitas guru. Menurut Endang Komara (2016, p. 1), pengembangan keprofesian
berkelanjutan merupakan salah satu pengembangan kegiatan yang dirancang sistematis
untuk membentuk karakter guru profesional. Hal ini sesuai dengan Permenegpan dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 bahwa pengembangan keprofesian
berkelanjutan merupakan pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitas. Dalam
hal ini, guru harus mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
pembelajaran mulai dari kurikulum, penerapan metode pembelajaran dan penguasaan
materi pelajaran.

Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti


direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara
objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak hanya melalui bentuk penataran
dalam waktu enam hari, supervisi dalam sekali atau dua kali, dan studi banding
(Ibrahim, 2013, pp. 7-8). Pada aspek pembelajaran, Komara (2016, p. 4) menjelaskan
bahwa tahapan pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan terdiri atas:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengayaan. Tahap perencanaan dimulai dari
persiapan pengajaran, pelaksanaan praktik dan lain-lain. Tahap pelaksanaan terdiri dari
program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap evaluasi dilakukan dengan
menganalisis hasil kegiatan belajar peserta didik. Tahap pengayaan dapat berupa
remedial ataupun konseling.

Pidarta sebagaimana dikutip Priansa Donni (2014, pp. 113-121) menyatakan ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru antara
lain:

a. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses


pembelajaran;
b. Berdiskusi tentang rencana pembelajaran;
c. Berdiskusi tentang substansi materi pembelajaran;
d. Berdiskusi tentang pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk evaluasi
pengajaran;
e. Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas;
f. Mengembangkan kompetensi dan performansi;
g. Mengkaji jurnal dan buku pendidikan;

22
h. Mengikuti studi lanjut dan pengembangan pengetahuan melalui kegiatan
ilmiah;
i. Melakukan penelitian;
j. Menulis artikel;
k. Menyusun laporan penelitian;
l. Menyusun makalah;
m. Menyusun laporan atau review buku.

Disamping itu, Hatton (1997) dalam Musfah (2011, p. 23) juga menjelaskan teori
pembelajaran seumur hidup yang berkaitan dengan pengembangan professional guru
yakni “pembelajaran yang terjadi di dalam atau dihubungkan dengan institusi pelatihan
dan pendidikan formal, termasuk kerja yang terkait dengan latihan di tempat kerja,
seperti juga pembelajaran yang lebih luas dalam masyarakat dan rumah." Guru harus
memahami arti penting pembelajaran seumur hidup, sehingga dirinya merupakan
individu yang melaksanakan belajar seumur hidup dimanapun dirinya berada. Semangat
belajarnya terus tumbuh dalam kondisi apapun dan selalu belajar melalui media apapun.

Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan


pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi:

a. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional dan/
atau kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/ atau keprofesian
guru. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, antara lain: (1) perencanaan pendidikan dan program kerja;
(2) pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan pengembangan bahan ajar;
(3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil
pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses
pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi
tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya
inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11)
peningkatan kompetensi lain terkait pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas
lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pemasaran dan/atau narasumber pada seminar, lokakarya, koloqium,
dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat
sekolah, KKG/MGMP/MGBK, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang
pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian,
makalah tinjuan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran,
tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/ atau pedoman
guru.

23
c. Karya Inovatif

Karya inovatif dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,


penemuan/penciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan
sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.

Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup ketiga unsur


tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan
meningkatkan profesionalismenya, tidak sekedar untuk pemenuhan angka kredit.
Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti
direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara
objektif (Ibrahim, 2013, p. 7) dalam hal ini, konsep pelaksanaan pengembangan
keprofesian berkelanjutan mengarahkan pendidik dalam upaya peningkatan profesional
guru yang mampu menguasai pemahaman pendidikan baik secara teoritik maupun
praktik.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan


Nasional Tahun 2005 sebagaimana dikutip Udin Syaefudin (2013, pp. 103-109)
menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan Profesionalisme Guru,
sebagai berikut:
1) Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru;
2) Program penyetaraan dan sertifikasi;
3) Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi;
4) Program supervisi pendidikan;
5) Program pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran);
6) Simposium guru;
7) Program pelatihan tradisional lainnya;
8) Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah;
9) Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah;
10) Melakukan penelitian (khususnya Penelitian Tindakan Kelas);
11) Magang;
12) Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan;
13) Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi;
14) Menggalang kerjasama dengan teman sejawat.

Castetter sebagaimana dikutip Udin Syaefudin (2013, p. 102) menyampaikan ada


lima model pengembangan untuk guru, yaitu: 1) Individual guided staff development
(pengembangan guru yang dipadu secara individual), 2) Observation/assessment
(observasi atau penilaian), 3) Involvement in adevelopment/improvement process
(keterlibatan dalam suatu proses pengembangan/peningkatan), 4) Training (pelatihan),
5) Inquiry (pemeriksaan). Model tersebut merupakan bagian pengembangan profesi
guru yang berdampak signifikan dalam peningkatan profesionalitasnya.

Dengan demikian, pengembangan profesionalisme guru cukup efektif dilakukan


dengan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berbasis kebutuhan
kompetensi guru, pelaksanaan bertahap dan berkelanjutan. Pola tersebut berfungsi
melakukan pemetaan kompetensi guru yang perlu ditingkatkan sehingga tidak semua

24
guru harus mengikuti proses pelatihan yang sama dan berulang. Hal ini dapat
meminimalisir kecenderungan guru yang sering mendapatkan pelatihan pengingkatan
kompetensi dengan guru lainnya yang jarang mendapatkan pelatihan.

3. Pelatihan Guru

Pelatihan atau istilah lainnnya training merupakan salah satu upaya bentuk
peningkatan kemampuan suatu kelompok atau personal pegawai sebuah organisasi.
Menurut Mu’ah pelatihan adalah proses pembelajaran yang melibatkan perolehan suatu
keahlian, peraturan, konsep ataupun sikap guna meningkatkan kinerja pegawai (Mu'ah,
2017). Dalam dunia pendidikan, pelatihan kepada guru, pengawas dan dosen lazim
dilaksanakan baik dalam peningkatan kompetensi, pemahaman regulasi dan teknis
operasional system pendidikan. Ketentuan tersebut termuat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2017 tentang Guru bahwa peningkatan kompetensi guru secara
berkelanjutan dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semestinya diimbangi


dengan pengetahuan dan keterampilan guru. Pemberdayaan guru melalui peningkatan
kompetensi dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam
kesejahteraannya dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain (Musfah,
2011, p. 59). Kesejahteraan guru pada perbaikan tata kehidupan yang adil dan
demokratis diharapkan dapat terwujud melalui penerapan Standar Kompetensi Guru
secara nyata. Selain itu, pemberdayaan kompetensi guru juga bertujuan untuk
memperbaiki kinerja sekolah dengan harapan dapat mencapai tujuan lembaga secara
optimal (Mulyasa, 2007, p. 23). Kesejahteraan dan perhatian kepada guru menjadi
sebagian aspek persoalan mendasar pada pelaksanaan pendidikan selama ini. Untuk itu,
peningkatan profesionalisme guru dalam kinerjanya perlu dikembangkan baik melalui
pelatihan, pendidikan dan praktik mengajar.

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya


tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Namun kompetensi guru juga
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya
mengajar (Spencer, 1993, p. 7). Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru sangat
penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, pedoman dalam rangka
pembinaan dan pengembangan guru, karena hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kompetensi guru yang mengajar. Kompetensi guru akan menentukan mutu lulusan
suatu pendidikan, jika kompetensi guru rendah maka proses pembelajaran tidak berjalan
efektik dan menyenangkan.

4. Fungsi Pelatihan

Pelatihan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektifitas sebuah


sekolah. Pelatihan memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat mengubah perilakunya. Menurut Finks
dan Willits dalam Musfah (2011, p. 61) menyebutkan bahwa sebagian besar organisasi
maju memiliki program pelatihan dan pengembangan pekerja. Aktifitas pelatihan sesuai
bidang keahlian tersedia pada semua tingkat organisasi. Penyediaan fasilitas pelatihan

25
akan berdampak pada peningkatan kompetensi pegawai sehingga tujuan lembaga akan
tercapai.

Namun perlu diperhatikan juga bahwa pelatihan sering tidak memenuhi hasil
sebagaimana yang diharapkan oleh penyelenggara. Musfah (2011, p. 61) menyebutkan
bahwa penyelenggara pelatihan profesional harus merencanakan dengan matang setiap
pelatihan mulai dari pemilihan materi, waktu, tempat, metode hingga kualitas
instruktur. Pelatihan yang direncanakan juga semestinya menyesuaikan dengan
kebutuhan guru, dimana mereka harus membagi waktu ditengah kesibukan mengajar.
Pelatihan merupakan proses mengubah perilaku pegawai yang berkontribusi pada misi
organisasi dan juga mengembangkan personal dan professional individu yang terlibat.

Fungsi pelatihan adalah untuk membina guru menjadi personal yang memiliki
kemampuan professional. Amstrong (2004, p. 191) menyebutkan bahwa pelatihan bagi
guru bermanfaat untuk pengembangan keterampilan dan kompetensinya. Mulyasa
(Mulyasa, 2007), menambahkan bahwa fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai
merupakan fungsi pengelolaan personal yang perlu dilakukan, untuk memperbaiki,
menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai. Kegiatan pembinaan dan pengembangan
tidak hanya menyangkut aspek kompetensi, tetapi juga dapat berkaitan dengan
peningkatan karir pegawai, misalnya seorang guru dapat diangkat menjadi wali kelas,
wakil kepala sekolah atau kepala sekolah.

Pelatihan professional juga diartikan sebagai aktifitas atau proses yang


diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan, sikap, pemahaman atau perbuatan
dalam tugas saat ini atau masa mendatang. Hal ini sejalan dengan pandangan Kydd
(2004, p. 298) bahwa Pengembangan pegawai melalui pelatihan memiliki dua fungsi
penting, pertama peningkatan kinerja dalam pekerjaan orang yang bersangkutan yang
berdampak pada saat sekarang, dan kedua menyiapkan orang yang berpotensi pada
kinerjanya di masa depan. Fungsi pelatihan tersebut untuk menyiapkan kemungkinan-
kemungkinan yang akan muncul dimasa mendatang sehingga organisasi dapat bertahan
dan beradaptasi dengan pembaruan.

Dalam dekade terakhir, Musfah (2011, p. 66) menyebutkan bahwa dunia


pendidikan banyak mengalami perubahan yang berjalan sangat cepat. Diantara contoh
perubahan tersebut ialah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan berkembang lagi menjadi kurikulum 2013,
belum selesai realisasinya, telah berkembang lagi terkait pembelajaran daring. Kondisi
demikian seharusnya menjadi pertimbangan penyelenggara dalam menyusun pelatihan
bagi guru yang efektif.

5. Karakteristik Pelatihan yang Efektif

Pelaksanaan pelatihan yang efektif perlu mempertimbangkan aspek perencanaan,


desain program, materi dan waktu. Dalam beberapa hasil riset, Musfah (2011, p. 68)
menyebutkan bahwa pelatihan yang efektif adalah menghindari pelatihan ringkas yang
hanya berkaitan dengan kecakapan teknis menuju ke pendekatan lebih intens
berhubungan dengan pengetahuan guru, pengalaman dan kepercayaan. Sebagaimana
dijelaskan Liberman dalam Musfah bahwa pelatihan singkat untuk guru pada topik

26
yang dipilih oleh pengurus daerah bukanlah cara yang efektif untuk menyempurnakan
perubahan dalam praktik pengajaran. Dalam hal ini, perlunya perencanaan yang matang
dan kebutuhan mendasar tiap-tiap guru untuk meningkatkan kompetensi mereka
sehingga efektifitas pelatihan lebih maksimal.

Pelaksanaan pelatihan yang efektif yang menjadi dasar utama adalah kebutuhan
pendidikan. Manullang (2004, p. 203) menjelaskan bahwa pendidikan itu bersifat
teoritis sedangkan pelatihan guru bersifat praktis. Lebih lanjut dijabarkan terkait
pelaksanaan pelatihan seyogyanya meliputi 7 pokok, yaitu:

a. Tujuan pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan.


b. Materi pelatihan harus relevan dengan realisasi tujuan latihan.
c. Jadwal disusun sehingga kondusif bagi pelatih maupun peserta pelatihan.
d. Lokasi pelatihan dipilih yang memberi semangat dalam proses pelatihan.
e. Kuantitas dan kualitas peserta harus tidak mengganggu kepada jalannya
pelaksanaan pelatihan.
f. Pelatihan harus dipilih yang memiliki kualifikasi yang diperlukan.
g. Metode pelatihan harus disesuaikan dengan peserta pelatihan dan materi
yang diberikan.

Desain program pelatihan perlu menjadi pertimbangan oleh penyelenggara terkait


3 faktor yaitu: bentuk, waktu dan partisipasi (Musfah, 2011, p. 81). Bentuk merujuk
pada struktur dan isi pelatihan terkait kategorisasi pelaksanaan pelatihan dan tujuan
pelatihan. Kategorisasi pelaksanaan pelatihan seperti pemetaan guru jenjang dasar dan
menengah yang dipadukan dalam satu pelatihan. Seyfarth (2002) dalam Musfah (2011,
p. 82) menjelaskan bahwa pembelajaran lebih terlaksana saat guru jenjang SD dan
jenjang SMP menerima pelatihan bersama dibanding terpisah, sedangkan tujuan
pelatihan dapat menghasilkan pengembangan profesionalitas guru berupa perubahan
pada pengetahuan, perilaku dan sikap secara individu atau kelompok sebagaimana pada
tabel berikut:

Tujuan Individu
Perilaku  Mengembangkan keterampilan dalam menilai kebutuhan
siswa
 Mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan
pengajaran
Sikap  Meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang guru
 Meningkatkan kepuasan dalam mengajar
 Menguatkan komitmen pada pengajaran
Pengetahuan  Meningkatkan pengetahuan tentang pelajaran
 Mengubah kepercayaan tentang pengajaran
 Meningkatkan pengetahuan tentang tren pendidikan
 Pemahaman yang lebih baik terhadap nilai dan misi sekolah
Tujuan kelompok
Perilaku  Meningkatkan kemauan untuk berbagi dan berpartisipasi
 Ketertarikan yang besar dalam berkolaborasi dengan guru
yang lain untuk mengembangkan kurikulum dan strategi

27
mengajar
Sikap  Meningkatkan saling kepercayaan
 Menumbuhkan semangat kelompok
 Perasaan memiliki
pengetahuan  Mampu mengevaluasi efektifitas kerja tim
 Meningkatkan keterampilan dalam menganalisis fungsi
kelompok
 Menumbuhkan consensus pada nilai-nilai pendidikan

Tabel 2.2 Tujuan Individu dan Kelompok Pelatihan Profesional


Sumber: Seyfarth (2002) dalam Musfah (2011, p. 82)

Setelah tujuan pelatihan ditentukan, keputusan tentang materi program akan


mudah dilakukan. Seyfarth (2002) memberikan pilihan materi untuk pengembangan
pembelajaran diantaranya: situasi sosial sekolah, kurikulum, strategi mengajar,
penggunaan teknologi, pola pembelajaran dan pengajaran siswa berkebutuhan khusus.
Selain itu perlunya pemetaan kebutuhan guru terkait materi pelatihan dengan harapan
pelaksanaan pelatihan berjalan efektif. Semakin banyak unsur sekolah yang dilibatkan
dalam penyusunan materi, maka semakin banyak kebutuhan guru yang terakomodasi
(Musfah, 2011, p. 83).

Pemilihan metode pelatihan ditentukan berdasarkan tujuan materi pelatihan.


Mujiman (2007, p. 71) menegaskan bahwa pemilihan metode berdasarkan tujuan
materi, karakteristik peserta, ketersediaan alat bantu, prioritas kebutuhan, dan
kemampuan peserta. Beberapa unsur tersebut yang kemudian menjadi bahan pemilihan
metode yang tepat sesuai dengan tujuan pelatihan. Penggunaan metode pelatihan pada
kriteria tertentu akan berdampak pada hasil pelatihan yang dilaksanakan. Gomes (2003,
p. 206) menjabarkan keterkaitan antara tujuan dan metode pelatihan pada tabel berikut:

Tujuan Pelatihan Metode Pelatihan


Orientasi Kerja Kuliah, film, surat selebaran
Keterampilan Pekerjaan Demonstrasi
Keterampilan Manusia Diskusi kelompok dan permainan peran
Keterampilan Manajemen Diskusi kelompok dan studi kasus
Pendidikan Umum Kuliah, kerja, buku, studi di rumah

Tabel 2.3 Tujuan Pelatihan dan Metode Pelatihan


Sumber: Gomes (2003)

Tabel diatas memberikan jabaran terkait hubungan antara tujuan pelatihan dan
metode pelatihan yang tepat. Kesinambungan antara jenis metode dan bentuk pelatihan
juga perlu dipersiapkan oleh pelatih agar pelaksanaan pelatihan tepat sasaran.
Penggunaan jenis metode juga perlu diperhatikan terkait pendekatan belajar orang
dewasa karena pelatihan guru menggunakan jenis pendekatan andragogi. Adapun jenis
metode, bentuk dan hasil sebagaimana yang diuraikan Uwes dalam Musfah (2011, p.
87) dalam tabel berikut:

28
Metode Bentuk Kegiatan Kemampuan yang Diharapkan
Ceramah Menjelaskan, Tanya jawab Menjelaskan konsep, prinsip, teori
dan aplikasi
Demonstrasi Keterampilan/proses Melakukan keterampilan
berdasarkan prosedur tertentu
Penampilan Praktik terdidik dengan Melakukan keterampilan
supervise guru
Diskusi Interaksi keilmuan pendidik Menganalisis/memecahkan
masalah terdidik
Studi mandiri Menugaskan, mensupervisi Menjelaskan/menerapkan/
menganalisis/mensistesis/
mengevaluasi/melakukan sesuatu
kegiatan kognitif atau psikomotor
Kegiatan Menyiapkan dan memecahkan Menjelaskan konsep, prinsip, teori
instruksional bahan pada langkah-langkah dan aplikasi
terprogram kecil
Latihan Mempersaudarakan terdidik Melakukan suatu keterampilan
dengan teman senior-junior secara individual
Simulasi Menyiapkan symbol/peralatan Menjelaskan, menerapkan,
pengganti benda sebenarnya menganalisis suatu konsep,
prinsip, teori dan aplikasi

Tabel 2.4 Jenis Metode, Bentuk Operasional dan Kemampuan yang Diharapkan
Sumber: Musfah (2011)

Pelaksanaan pelatihan perlu memperhatikan ketersediaan waktu pelatihan.


Beberapa studi melaporkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas
pengembangan professional dan lamanya sesi pelatihan. Namun, sangat masuk akal
untuk dipercayai terkait pelaksanaan pelatihan membutuhkan waktu lama dengan
mempelajari materi yang tinggi dan kompleks, dibandingkan dengan mempelajari
materi sederhana dengan waktu yang lebih sedikit. Musfah (2011, p. 88) menjelaskan
bahwa penyelenggara pelatihan harus memperhatikan penyediaan waktu pelatihan
sesuai dengan tingkat kesulitan dan keluasan materi. Waktu yang memadai
memungkinkan pelatih dan peserta untuk mempelajari dan mendalami materi secara
tuntas kemudian dilanjutkan pada praktik, penilaian serta evaluasi..

Partisipasi pelatihan dalam konteks ini berkaitan dengan tempat penyelenggaraan


pelatihan dan delegasi peserta. Penentuan tempat menjadi salah satu faktor tingkat
pencapaian dimana proses pelatihan berlangsung didukung dengan kualitas dan
kenyamanan fasilitas fisik serta ketersediaan media ajar. Melalui ketersediaan fasilitas
tersebut, guru dapat melihat materi dan metode baru yang relevan dengan pengalaman
mereka dan membuat keputusan untuk mencoba materi dan metode tersebut (Musfah,
2011, pp. 89-90). Delegasi peserta biasanya berasal dari beberapa lembaga atau wilayah
yang memiliki kondisi lingkungan berbeda. Seyfarth (2002, p. 133) menjelaskan bahwa
partisipasi secara kolektif memiliki kontribusi untuk meningkatkan lingkungan
professional bersama sehingga implementasi strategi baru dapat dilakukan melalui
diskusi konsep dan kendala yang ada.

29
D. Konsep Visiting Teacher
1. Definisi Program Visiting Teacher
Sebelum mendifinisikan makna visiting teacher secara etimologi dan
terminologi, penting untuk mengetahui konsep visiting teacher dari beberapa kajian
literature sebelumnya. Jabaran konsep visiting teacher ini berguna untuk menemukan
makna definitif terkait program visiting teacher PAI sehingga tidak terjadi multimakna
dengan konsep visiting teacher lainnya. Adapun beberapa konsep visiting teacher yang
peneliti temukan diantaranya Jane F. Culbert (1921) dan Pamela B. Finney (2002).
Jane F. Culbert (1921, pp. 81-89) dalam jurnalnya tentang The Visiting Teacher
mendeskripsikan tentang peran visiting teacher di New York, Amerika sebagai sebuah
asosiasi, disebut dengan National Association of Visiting Teachers, yang memiliki
legalitas untuk membantu mengatasi permasalahan anak di sekolah. Peran visiting
teacher disini adalah menganalisa perilaku anak di sekolah, rumah dan lingkungan
dalam kesehariannya. Pelaksanaannya tidak dibatasi waktu hingga mendapat sebuah
kesimpulan terkait kendala siswa dari aspek psikologis. Hasil temuan tersebut akan
menjadi laporan guru visit kepada sekolah dan guru sekolah sehingga dapat menentukan
kebutuhan siswa selama pembelajaran. Peran guru kunjung tersebut dapat dikatakan
sebagai seorang konsultan psikologi anak, karena mereka memiliki kompetensi
akademik dan pengalaman yang kuat.
Pamela B. Finney, dkk. (2002, pp. 94-97), dalam jurnalnya tentang The South
Carolina/Spain Visiting Teacher Program, dideskripsikan terkait pelaksanaan visiting
teacher di Carolina Selatan, Amerika Serikat khususnya guru pendidikan bahasa
Spanyol. Rekrutmen guru kunjung dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Carolina
Selatan melalui seleksi guru bahasa langsung dari Spanyol, dan kontrak mereka
bertugas selama 1 tahun. Pelaksanaan visiting teacher tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan guru bahasa di wilayah Carolina Selatan. Pada proses
pelaksanaan program tersebut, guru dilibatkan secara langsung dengan lingkungan
sekolah dan berkontribusi penuh pada pengembangan kurikulum dan penilaian
sebagaimana guru mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan telaah literature diatas, maka definisi visiting teacher secara bahasa
diartikan sebagai Guru Kunjung. Definisi tersebut memiliki konsep yang berbeda-beda
sesuai dengan tujuan pelaksana program. Model pelaksanaan guru kunjung terbagi atas
tiga model pelaksanaan, pertama sebagai kebutuhan guru khusus, dimana guru kunjung
berperan terhadap perilaku siswa di sekolah yang dianalisis berdasarkan pendekatan
psikologis dan aktifitas sehari-hari siswa. Model ini belum banyak ditemukan
implementasinya di Indonesia. Kedua, sebagai pemenuhan kebutuhan guru, dimana
terdapat beberapa wilayah yang kekurangan guru di sekolah sehingga kehadiran guru
kunjung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketiga, sebagai peningkatan kompetensi
guru, model ini berupa model pengiriman guru yang dapat meningkatkan kompetensi
masing-masing guru baik guru yang dikirim maupun guru di daerah. Model ketiga
inilah yang paling mendekati terkait implementasi program visiting teacher yang
dilaksanakan oleh Kementerian Agama RI.
Model pengiriman guru bertujuan untuk memberikan pelatihan pembelajaran PAI
seperti pelatihan kurikulum 2013, pelatihan ICT dan pengembangan karya ilmiah guru

30
ke daerah sasaran. Guru yang diberi kesempatan untuk melaksanakan sharing
pengetahuan dengan guru lainnya yang berada di daerah sasaran harus memiliki
kualifikasi yang disyaratkan. Disamping itu juga, guru yang dikirim juga berkoordinasi
dengan Kementerian Agama Wilayah dan Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk
pelaksanaan program selama jangka waktu tertentu di daerah sasaran.
2. Kebijakan Program Visiting Teacher PAI
Pelaksanaan program visiting teacher PAI berdasarkan pada Petunjuk Teknis
Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam Nomor 4025 Tahun 2019. Penyelenggaraan
program tersebut berpijak pada peran strategis Pendidikan Agama Islam dalam sistem
pendidikan nasional untuk membangun karakter bangsa yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 40 ayat 2 menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan; memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Atas
dasar tersebut, guru PAI dituntut tidak hanya menjadikan peserta didik dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki, tetapi juga dapat memahami dan menghayati
ajaran agama Islam secara baik dan benar. Selain itu, GPAI harus dapat menanamkan
nilai-nilai luhur ajaran agama Islam sebagai landasan moral, etika, dan akhlak mulia,
dalam kerangka pembentukan sikap dan watak, serta perilaku akhlakul karimah peserta
didik.
Peningkatan mutu PAI di beberapa wilayah masih belum merata. Wilayah 3T
(terdepan, terluar dan tertinggal) menjadi daerah sasaran yang memiliki kompetensi
guru yang rendah, karena akses informasi yang terbatas, sarana prasarana yang kurang
memadai, dan infrasturktur yang kurang mendukung. Disebagian wilayah, Guru PAI
memiliki peran ganda untuk mengajar mapel lain karena kekurangan guru. Selain itu,
kesadaran pendidikan oleh sebagian masyarakat masih rendah. Pendapatan keluarga
yang rendah memutus pentingnya pendidikan anak, sehingga anak didik lebih memilih
bekerja daripada sekolah. Beberapa persoalan tersebut saling berkaitan hingga tidak
dapat menyelesaikan kompleksitas masalah pendidikan dengan mudah. Namun, hal ini
dapat diatasi jika dilakukan upaya yang strategis dalam membangun komitmen dan
kerjasama peningkatan mutu PAI di beberapa wilayah secara berkelanjutan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, pemerintah melalui Kementerian Agama
berperan menyelenggarakan kegiatan Visiting Teacher PAI. Dengan kegiatan ini, guru
PAI dapat berpartisipasi, melatih, dan berbagi pengalaman dan ilmunya untuk
meningkatkan mutu guru PAI. Progam Visiting Teacher PAI bertujuan membantu
percepatan pemerataan kompetensi guru, serta menjembatani peningkatan mutu guru
PAI yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Melalui kegiatan ini juga, terjadi
sharing (berbagi) pengalaman antara guru PAI yang kreatif, inovatif dan inspiratif

31
sebagai peserta visiting dengan guru PAI sasaran atau pihak-pihak lain, terkait dengan
pengembangan mutu PAI.
Ruang lingkup pelaksaan evaluasi program visiting teacher PAI berdasarkan
pendekatan analisis context, input, process dan produk secara umum dijabarkan pada
tabel berikut:
Evaluasi Konteks Input Proses Produk
Program
Visiting Pemilihan Penentuan Pelaksanaan Rumusan panduan
Teacher PAI di tujuan dan strategi program program penghentian
wilayah target visiting teacher visiting program,
perbatasan program skala PAI dan desain teacher PAI kelanjutan
(orientasi prioritas prosedur yang program atau
formatif) spesifik modifikasi
program

Tabel 2.5 Ruang Lingkup Program visiting teacher PAI dengan analisis CIPP
Sumber: Stuflebeam (1986)

Pada tahap evaluasi konteks, peneliti menjabarkan konteks pelaksanaan program


yang dimulai dari perencanaan tujuan dan manfaat, rekrutmen peserta, penentuan target
dan pemilihan lokasi sasaran. Deskripsi evaluasi konteks memberikan gambaran
tentang tujuan pelaksanaan program dan target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
program sehingga proses pemenuhan kebutuhan peserta (trainer) yang dikirim dapat
menunjang ketercapaian tujuan program. Evaluasi konteks pada penelitian ini, peneliti
jabarkan secara komprehensif pada bab III.

Tahap evaluasi input terkait penentuan strategi program pada visiting teacher
PAI, peneliti membagi aspek input program yang terdiri dari ketersediaan SDM, materi
pelatihan, metode pelatihan, fasilitas kegiatan dan pembiayaan. Deskripsi input
program visiting teacher PAI secara menyeluruh akan dapat memberikan gambaran
proses pelaksanaan program sehingga penentuan strategi program dan tugas-tugas dapat
dijabarkan. Analisis evaluasi tersebut peneliti deskripsikan pada bab IV.

Tahap evaluasi proses pelaksanaan program visiting teacher PAI terdapat tiga
proses pelaksanaan, yaitu: pre-departure, pelaksanaan visiting teacher di daerah sasaran
dan post-departure. Deskripsi pelaksanaan program visiting teacher PAI secara
keseluruhan peneliti jabarkan pada bab V guna memberikan gambaran implementasi
program yang terlaksana dan tidaknya program berdasarkan kendala yang ditemui.
Setelah melewati evaluasi proses, kemudian dilanjutkan pada tahap analisis produk
yang dideskripsikan pada bab VI yang menjabarkan beberapa temuan dilapangan dan
respon guru di daerah untuk dianalisa guna melihat kesesuaian hasil pelaksanaan
program visiting teacher PAI.

32
E. Model Evaluasi yang Digunakan
1. Evaluasi Model CIPP

CIPP merupakan singkatan dari kata Context, Input, Process and Product. Model
CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam di Ohio State University. Model CIPP ini
biasa digunakan pada kegiatan mengevaluasi program pendidikan. Peneliti memilih
model evaluasi CIPP ini karena, bersifat objektif dan efektif untuk menilai sebuah
program. Pelaksanaan CIPP bersifat komperhensif untuk mengarahkan terlaksananya
evaluasi terhadap objek program, personalia, produk, dan sistem sehingga model
evaluasi ini sesuai dengan lingkup penelitian yang menitikberatkan pada seluruh
komponen program.
Menurut Stufflebeam (1986, p. 159) model evaluasi CIPP merupakan sebuah
proses menggambarkan, memperoleh dan memberikan informasi deskriptif dan
subyektif tentang nilai dan manfaat dari beberapa objek tujuan, desain, implementasi,
dan dampak untuk mengarahkan pada pengambilan keputusan, menyediakan catatan
yang akuntabel, dan mengembangkan pemahaman terhadap fenomena yang terlibat.
Berdasarkan definisi diatas, terdapat tiga tujuan utama dari pelaksanaan model CIPP,
yaitu mengarahkan pada pengambilan keputusan (decision maker), menyediakan
catatan yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) dan mengembangkan
pemahaman terhadap peristiwa yang terlibat. Hal tersebut menunjukkan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses yang meliputi tiga tahapan: menggambarkan, memperoleh
dan menyediakan informasi.
Pada aspek pengambilan keputusan dan akuntabilitas, Stufflebeam (1986, p. 164)
menjabarkannya pada tabel berikut:
Komponen Konteks Input Proses Produk
Pengambilan Panduan untuk Panduan untuk Panduan Panduan
keputusan memilih tujuan memilih strategi untuk untuk
(orientasi dan tugas program pelaksanaan penghentian,
formatif) skala prioritas kelanjutan,
Masukan untuk modifikasi
desain prosedur dan
yang spesifik pemasangan
Akuntabilitas Catatan tujuan Catatan Merekam Catatan
(orientasi dan dasar pemilihan proses yang pencapaian
sumatif) sesuai dengan strategi dan sebenarnya dan
kebutuhan, desain dan alasan keputusan
peluang dan memilih ulang
masalah alternative lain

Tabel 2.6 Model Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas dengan CIPP


Sumber: Stufflebeam (1986)

Skema tersebut mengarahkan penilai dalam merancang dan melaksanakan


evaluasi serta melaksanakan programnya, terlepas dari seberapa sempit atau luasnya
informasi yang dibutuhkan. Stufflebeam (1986, p. 165) menjelaskan bahwa penggunaan

33
pendekatan CIPP akan menghasilkan informasi yang relevan dengan menjawab hal-hal
berikut:
a. Apa kebutuhan yang ditangani? Seberapa luas dan pentingnya kebutuhan
tersebut? Sejauh mana tujuan program mencerminkan kebutuhan yang
dinilai? (informasi konteks)
b. Apa rencana prosedur program, pegawai dan anggaran yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan? Apa alternatif yang dipertimbangkan? Mengapa hal
tersebut yang dipilih dibandingkan yang lain? Sejauh mana hal tersebut
logis, potensi berhasil tinggi, dan hemat untuk memenuhi kebutuhan yang
dinilai? (informasi input)
c. Sejauh mana rencana program dilaksanakan? Bagaimana dan alasan apa
harus dilakukannya modifikasi? (informasi proses)
d. Apa hasil positif dan negative yang sengaja dan tidak sengaja diamati?
Bagaimana para pemangku kebijakan menilai hasil dan manfaat? Sejauh
mana kebutuhan target sasaran terpenuhi? (informasi produk)
Stufflebeam (1986, pp. 169-177) mendeskripsikan model evaluasi CIPP (context,
input, process dan product) sebagai berikut:
a. Evaluasi context adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
dari beberapa objek seperti lembaga, program, populasi atau personal target
dan mengarahkan pada peningkatan. Tujuan utama dari model ini adalah
untuk menilai keseluruhan objek, mengidentifikasi kekurangan,
mengidentifikasi kekuatan yang digunakan untuk memperbaiki kekurangan,
mendiagnosa masalah dan solusi untuk peningkatan objek yang lebih baik
dan secara umum mencirikan lingkungan program. Evaluasi konteks juga
bertujuan untuk menilai apakah tujuan dan prioritas selaras dengan
kebutuhan objek sasaran. Hasil dari evaluasi konteks harus memberikan
dasar yang kuat untuk menyesuaikan atau menetapkan tujuan dan prioritas
serta mentargetkan perubahan yang dibutuhkan.
b. Evaluasi input memiliki orientasi utama untuk membantu menentukan
program yang akan digunakan dan menghasilkan perubahan yang
diperlukan. Evaluasi input harus mengidentifikasi dan menilai pendekatan
yang relevan dalam merencanakan strategi dan prosedur kerja, serta
menentukan sumber dan mengatur dalam pengambilan keputusan. Hasil dari
evaluasi input adalah membantu mempertimbangkan strategi program dalam
konteks kebutuhan dan keadaan lingkungan serta mengembangkan rencana
yang lebih efisien.
c. Evaluasi process adalah pemeriksaan berkelanjutan berdasarkan
implementasi program yang direncanakan. Salah satu objek evaluasi proses
adalah memberikan feedback kepada manajer atau staff tentang sejauh mana
pelaksanaan program sesuai dengan jadwal, sesuai rencana, dan penggunaan
sumber daya secara efisien. Objek evaluasi lainnya adalah memberikan
panduan untuk perubahan (modifikasi) atau menjelaskan rencana sesuai
dengan kebutuhan. Hasil dari evaluasi proses harus memberikan catatan
yang luas sesuai dengan pelaksanaan program, bagaimana perbandingan dan
pengunaan biaya secara keseluruhan. Evaluasi ini untuk mengetahui

34
seberapa jauh program kegiatan dilaksanakan dan menyediakan informasi
untuk keputusan program.
d. Evaluasi product bertujuan untuk mengukur, menafsirkan dan menilai
pencapaian sebuah program. Tujuan utama dari evaluasi produk adalah
untuk memastikan sejauh mana program telah memenuhi kebutuhan
kelompok yang akan dilayaninya. Evaluasi produk harus melihat secara luas
dampak dari program yang dilaksanakan, termasuk dampak yang disengaja
dan tidak disengaja, serta hasil positif dan negatif. Dampak tersebut akan
menjadi pertimbangan dalam pengambilan tindakan guna memutuskan
program dilanjutkan, direvisi atau diberhentikan.

Lebih lanjut, stufflebeam (1986, p. 167) menggambarkan diagram alur terkait


peran evaluasi CIPP dalam perbaikan sistem suatu program.

Gambar 2.1 Diagram Alur evaluasi CIPP stufflebeam


Sumber: Stufflebeam (1986)

Penggunaan model evaluasi CIPP mampu mengevaluasi hasil beserta seluruh


aspek context, input, process dan product secara menyeluruh sehingga pengambilan
keputusan bagi penyelenggara program dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
program dimasa mendatang.
2. Langkah-Langkah Evaluasi Model CIPP

Suharsimi Arikunto (1988, pp. 38-43), sebagaimana mengutip Stufflebeam


(1971), menjabarkan penilaian dengan model CIPP merupakan tipe penilaian yang
terikat pada pengambilan keputusan. Untuk memberikan arahan bagi evaluator dalam
mengumpulkan dan menganalisis data sebuah program maka masing-masing komponen

35
terkait context, input, process, dan product sepatutnya dapat menjawab beberapa
pertanyaan berikut:
Penilaian konteks setidaknya dapat menjawab 4 (empat) pertanyaan berikut:
a. Kebutuhan program apasaja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program?
b. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan?
c. Tujuan pengembang manakah yang berhubungan dengan kegiatan yang
menyumbang masyarakat?
d. Tujuan manakah yang paling mudah dicapai?
Kemudian pada penilaian input dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut:
a. Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan
pencapaian tujuan?
b. Apakah strategi yang diambil merupakan strategi yang resmi?
c. Strategi manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk
pencapaian tujuan yang lalu?
d. Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan
strategi tersebut?
e. Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang
dilaksanakan didalam program dan apa akibat yang ditimbulkan?
Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penilaian proses yaitu:
a. Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang ditentukan?
b. Perlukah staf pelaksana diberikan orientasi terkait mekanisme kegiatan
program?
c. Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat?
d. Hambatan-hambatan penting apakah yang dijumpai selama pelaksanaan
program berlangsung dan perlu diatasi?
Pada tahap akhir yang berkenaan dengan penilaian hasil (produk) terdapat 4
(empat) pertanyaan sebagai berikut:
a. Tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai?
b. Pernyataan-pernyataan seperti apakah yang dapat dibuat yang menunjukkan
hubungan antara spesifikasi prosedur dengan hasil nyata dari kegiatan
program?
c. Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari
kegiatan program?
d. Hasil jangka panjang apakah yang Nampak sebagai akibat dari kegiatan
program?
Lebih lanjut, Arikunto (1988, p. 44) menjelaskan terdapat tiga dimensi dalam
model CIPP yaitu, tipe evaluasi, manfaat evaluasi dan tahapan evaluasi. Tipe evaluasi
berkaitan dengan konteks, input, proses hasil. Manfaat evaluasi berkaitan dengan
pengambilan keputusan dan bukti pertanggungjawaban. Pada tahap evaluasi dilakukan

36
dengan menggambarkan (delineating), memperoleh (obtaining) dan menyediakan
(providing). Tiga tahapan tersebut merupakan dasar dari penerapan model CIPP.
a. Menggambarkan (delineating) berkaitan dengan pertanyaan seperti apa yang
ajukan
b. memperoleh (obtaining) berkaitan dengan pertanyaan bagaimana cara
memperoleh informasi yang diperlukan?
c. menyediakan (providing) berkaitan dengan pertanyaan bagaimana informasi
yang diperoleh akan dilaporkan?

3. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP

Model evaluasi ini memiliki kelebihan dan kelemahan, diantara kelebihan yang
dimiliki model evaluasi ini adalah bersifat komperhensif atau menyeluruh yang mana
evaluasi tidak hanya untuk hasil tetapi 4 aspek lainnya seperti context, input, process
dan product. Lengkapnya informasi dari model evaluasi ini guna pengambilan
keputusan, kebijakan dan untuk menyusun program-program selanjutnya (Eko, 2015).
Kelengkapan data secara komprehensif dapat memberikan gambaran bagi
penyelenggara program untuk menetapkan keputusan terkait berlangsungnya program.

Sedangkan kelemahan model CIPP diantaranya adalah dibutuhkannya waktu dan


biaya yang lebih karena dalam penerapan model pada program pembelajaran memiliki
tingkat yang rendah jika tanpa adanya kolaborasi (Eko, 2015). Optimalisasi
pengumpulan data program dan proses penilaian diperlukan waktu yang cukup dan
dukungan biaya penelitian sehingga proses evaluasi program tidak dapat dilaksanakan
dalam waktu singkat.

F. Kriteria Evaluasi
1. Urgensi Penyusunan Kriteria

Kriteria dikenal dengan istilah tolok ukur atau standar. Menurut Arikunto dalam
Rafida menjelaskan kriteria adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas
minimal untuk sesuatu yang diukur (Rafida, 2017, p. 18). Dalam konteks tersebut,
kriteria menunjukkan tingkatan yang akan menjadi ukuran sebuah keadaan. Kriteria
evaluasi bertujuan untuk menentukan standar evaluasi yang akan digunakan dalam
pengukuran program sehingga target capaian yang telah ditentukan dapat dinilai.

Penetapan kriteria evaluasi penting dilaksanakan oleh evaluator sehingga


pengukuran program yang hendak dievaluasi memiliki validitas tinggi. Urgensi kriteria
evaluasi program dijabarkan oleh Arikunto dalam Rafida (2017, p. 18) sebagai berikut:
a. Dengan adanya kriteria atau tolok ukur, evaluator dapat lebih mantap dalam
melakukan evaluasi terhadap objek yang akan dinilai karena ada patokan
yang diikuti.
b. Kriteria atau tolok ukur yang sudah dibuat dapat digunakan untuk menjawab
atau mempertanggungjawabkan hasil penilaian yang sudah dilakukan, jika
ada pihak yang ingin menelusuri lebih jauh atau ingin mengkaji ulang.

37
c. Kriteria atau tolok ukur digunakan untuk mengekang masuknya unsur
subjektif yang ada pada diri evaluator. Dengan adanya kriteria maka dalam
melakukan evaluasi, evaluator dituntun oleh kriteria, mengikuti butir demi
butir, tidak mendasarkan diri atas pendapat pribadi yang mungkin sekali
dicemari oleh seleranya.
d. Dengan adanya kriteria atau tolok ukur maka hasil evaluasi akan sama
meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda dan dalam kondisi fisik
evaluator yang berbeda pula. Misalnya evaluator sedang dalam kondisi
badan yang masih segar atau dalam keadaan lelah hasilnya akan sama.
e. Kriteria atau tolok ukur memberikan arahan kepada evaluator apabila
banyaknya evaluator lebih dari satu orang. Kriteria atau tolok ukur yang
baik akan ditafsirkan sama oleh siapa saja yang menggunakannya.

2. Sumber Penyusunan Kriteria

Pelaksanaan evaluasi program perlu memperhatikan sumber yang diperoleh.


Penentuan sumber dalam evaluasi menjadi rujukan utama bagi evaluator dalam
melakukan penilaian program. Arikunto dalam Rafida (2017, pp. 19-20) menjelaskan
sumber kriteria dalam evaluasi program yang perlu menjadi perhatian evaluator,
diantaranya:

a. Sumber pertama.
Apabila yang dievaluasi merupakan suatu implementasi kebijakan maka
yang dijadikan sebagai kriteria atau tolok ukur adalah peraturan atau
ketentuan yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang
bersangkutan. Apabila penentu kebijakan tidak mengeluarkan ketentuan
secara khusus maka penyusun kriteria dapat menggunakan ketentuan yang
pernah berlaku umum yang sudah dikeluarkan pengambil kebijakan
terdahulu dan belum pernah dicabut masa berlakunya.

b. Sumber kedua.
Dalam mengeluarkan kebijakan biasanya disertai dengan buku pedoman
atau petunjuk pelaksanaan. Di dalam petunjuk pelaksanaan tertuang
informasi yang lengkap antara lain dasar pertimbangan dikeluarkannya
kebijakan, prinsip, tujuan, sasaran, dan rambu-rambu pelaksanaannya. Butir-
butir yang tertera di dalamnya terutama dalam tujuan kebijakan,
mencerminkan harapan dari kebijakan. Oleh karena itu, pedoman atau
petunjuk pelaksanaan itulah yang distatuskan sebagai sumber kriteria.

c. Sumber ketiga.
Apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat
digunakan oleh penyusun sebagai sumber kriteria maka penyusun
menggunakan konsep atau teori-teori yang terdapat dalam literature ilmiah.

d. Sumber keempat
Jika tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk pelaksanaan, dan juga
tidak ada teori yang diacu, penyusun disarankan untuk menggunakan hasil

38
penelitian. Dalam hal ini sebaiknya tidak langsung mengacu pada hasil
penelitian yang baru saja diselesaikan seorang peneliti, tetapi disarankan
sekurang-kurangnya hasil penelitian yang sudah dipublikasikan atau
diseminarkan. Jika ada yang sudah disajikan kepada khalayak ramai yaitu
disimpan di perpustakaan.

e. Sumber kelima.
Apabila penyusun tidak menemukan acuan yang tertulis dan mantap, maka
dapat meminta bantuan pertimbangan kepada orang yang dipandang
mempunyai kelebihan dalam bidang yang sedang dievaluasi sehingga terjadi
langkah yang dikenal dengan istilah expert judgment.

f. Sumber keenam.
Apabila sumber acuan tidak ada, sedangkan ahli yang dapat diandalkan
sebagai orang yang lebih memahami masalah dibanding penyusun juga
sukar dicari atau dihubungi maka penyusun dapat menentukan kriteria
secara bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang mempunyai
wawasan tentang program yang akan dievaluasi. Kriteria yang tersusun dari
diskusi ini merupakan hasil kesepakatan bersama.

g. Sumber ketujuh.
Dalam keadaan yang sangat terpaksa karena acuan tidak ada, ahli juga tidak
ada, sedangkan untuk menyelenggarakan diskusi terlalu sulit maka jalan
terakhir adalah melakukan pemikiran sendiri. Dalam keterpaksaan seperti ini
penyusun kriteria hanya mengandalkan pemikiran sendiri yang akan
digunakan untuk mengevaluasi program. Jika ternyata sesudah digunakan
dalam mengevaluasi masih menjumpai kesulitan, penyusun harus meninjau
kembali dan wajib memperbaikinya berkalikali sampai mencapai suatu
rumusan yang sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

3. Jenis Kriteria Kualitatif

Kriteria kualitatif menurut Rafida (2017, pp. 21-22) adalah kriteria yang dibuat
tidak menggunakan angka-angka, dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah indikator
dan yang dikenai kriteria adalah komponen. Kriteria kualitatif dibedakan ada dua jenis
yaitu kriteria kualitatif tanpa pertimbangan dan kriteria kualitatif dengan pertimbangan.

Kriteria kualitatif tanpa pertimbangan, dalam hal ini penyusun kriteria tinggal
menghitung indikator dalam komponen yang dapat memenuhi persyaratan. Dari
penjelasan tersebut dapatlah dimaknai bahwa komponen adalah unsur pembentuk
kriteria program dan indikator adalah unsur pembentuk kriteria komponen.

Kriteria kualitatif dengan pertimbangan. Dalam menyusun kriteria terlebih


dahulu evaluator perlu merundingkan jenis kriteria mana yang akan digunakan, yaitu
memilih kriteria tanpa perimbangan atau dengan pertimbangan. Jika yang dipilih adalah
kriteria dengan pertimbangan maka tentukan indikator mana yang harus diprioritaskan
atau dianggap lebih penting dari yang lain. Kriteria kualitatif dengan pertimbangan

39
disusun melalui dua cara yaitu: (1) dengan mengurutkan indikator, dan (2)
menggunakan pembobotan. Kriteria kualitatif dengan pertimbangan mengurutkan
indikator dilakukan dengan urutan prioritas maka dihasilkan kriteria kualitaitif dengan
pertimbangan sebagai berikut:
 Nilai 5, jika memenuhi semua indikator (4 indikator).
 Nilai 4 jika memenuhi 3 indikator.
 Nilai 3 jika memenuhi 2 indikator.
 Nilai 2 jika memenuhi 1 indikator.
 Nilai 1 jika tidak memenuhi satupun indikator.
Jika yang dikenai kriteria itu bukan indikator, tetapi subindikator maka yang
digunakan untuk mempertimbangkan penentuan kriteria adalah subindikator atau
rincian dari indikator. Dalam hal ini kriteria yang akan digunakan ditentukan atas dasar
subindikator yang sudah diidentifikasi terlebih dahulu. Namun yang perlu diingat
evaluator bahwa tidaklah sebuah indikator itu dapat dirinci lagi ke dalam subindikator,
dalam keadaan seperti ini indikator merupakan satu-satunya dasar pembuatan kriteria.

Kriteria kualitatif dengan pertimbangan pembobotan dalam hal ini jika dalam
menentukan kriteria dengan pertimbangan indikator, nilai dari tiap-tiap indikator
tidaklah sama, kemudian letak, kedudukan dan pemenuhan persyaratannya dibedakan
dengan menentukan urutan, dalam pertimbangan pembobotan indikator-indikator yang
ada diberi nilai dengan bobot berbeda. Penentuan peranan subindikator dalam
mendukung nilai-nilai indikator harus disertai dengan alasan-alasan yang tepat. Jika
sudah ditentukan pembobotan maka evaluator tinggal memilih akan menggunakan skala
dalam menilai objek, dapat skala 1 – 3, skala 1 – 5 atau skala 1 – 100.

40
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi.
Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2011, p. 4) menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif merupakan riset yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang detail sehingga data yang dihasilkan
memberikan makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sebagaimana Rorong
(2020, p. 89) menjelaskan bahwa metode fenomenologi dalam kualitatif adalah
mengidentifikasi makna dalam pengalaman.
Disamping itu, evaluasi kualitatif dapat dilakukan dengan metode fenomenologi
untuk dapat mengkonstruksi makna secara sosial. Patton (2002, p. 105) menjabarkan
bahwa fenomena yang menjadi fokus penyelidikan bisa berupa program, organisasi atau
budaya, hal ini sejalan dengan pendapat Greene (1994, p. 704) bahwa inti penelitian
evaluasi kualitatif adalah makna yang dikonstruksi secara sosial atau kebermaknaan
fenomenologis yang lahir dari pengalaman langsung. Makna tersebut merupakan
interpretasi dan penghayatan manusia terhadap pengalaman mereka didalam konteks
yang ada. Muhammad Farid (2018, p. 6) menyebutkan bahwa riset fenomenologi bukan
hanya sekedar narasi historis tetapi juga memiliki kepentingan untuk menguak realitas
sosial yang terjadi dimasyarakat.
Metode fenomenologi pada penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
dan penjelasan terkait pelaksanaan program visiting teacher PAI di wilayah perbatasan.
Pendeskripsian program tersebut dijelaskan berdasarkan hasil pengumpulan data
melalui wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang terlibat langsung, observasi
dan studi dokumen program. Patton (2002, p. 104) menjelaskan bahwa mengumpulkan
data melalui pendakatan fenomenologi dilakukan dengan wawancara mendalam kepada
orang yang terlibat langsung. Dengan demikian, konstruksi pelaksanaan program
mampu memberikan pemahaman yang komprehensif sebagai pandangan bagi
stakeholder dalam mengambil keputusan.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi pelaksanaan program visiting
teacher PAI tahun 2019 pada tiga provinsi sasaran yaitu Kota Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dan Kota
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun subyek yang akan diteliti pada
evaluasi program ini diantaranya: penanggungjawab program, visitor, dan guru PAI
daerah sasaran.

41
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan bagian dari penelitian ini. Observasi meliputi
pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data dan informasi yang
akurat. Menurut Sugiono (Sugiono, 2012) Observasi dapat dilakukan jika
penelitian berkaitan langsung dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
alam dan responden atau narasumber tidak terlalu besar. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan pengamatan langsung (direct observation) pada
pelaksanaan program visiting teacher PAI tahun 2019 di salah satu daerah
sasaran yaitu, Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.

b. Wawancara
1) Wawancara Langsung
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang
telah memuat topik atau isu yang terkait dengan pelaksanaan program
visiting techer PAI pada aspek rekrutmen, pelaksanaan dan hasil.
Menurut Mulyana (2013), wawancara merupakan komunikasi antar dua
arah dari orang yang ingin mendapatkan informasi dan pemberi
informasi sesuai tujuan pertanyaan yang telah ditentukan. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam kepada
Penanggung jawab program pada instansi Kementerian Agama RI.
2) Wawancara Telepon
Wawancara telepon digunakan pada penelitian kualitatif yang bersifat
dinamis dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus ditangani oleh
peneliti secara proaktif (Miller, 2001). Terdapat tiga tahap melakukan
wawancara telepon, diantaranya: Sebelum Wawancara, Selama
Wawancara dan Setelah Wawancara. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti hendaknya melakukan pra-pengujian protokol wawancara,
berkomunikasi dengan calon peserta, menentukan teknik rekaman
audio, menentukan kebutuhan analisis dan pengumpulan data,
penjadwalan, memperkenalkan diri saat menelpon, menyampaikan
kepada peserta tentang kerahasiaan, mengidentifikasi bentuk pencatatan
yang diperlukan, mengkomunikasikan bagaimana hasil penelitian akan
dibagikan. Kemudian selama pelaksanaan wawancara, peneliti
melakukan identifikasi gaya wawancara yang tepat, membuat peserta
berbicara dengan bebas, membuat jenis pertanyaan yang berbeda,
memberikan umpan balik yang berguna kepada peserta,
mempertimbangkan topik wawancara yang meluas. Diakhir
wawancara, peneliti melakukan tinjauan kembali dari data yang
dikumpulkan, mempersiapkan data untuk dianalisis dan
mengalokasikan waktu untuk menganalisis data (Miller, 2001).
Pelaksanaan wawancara telepon peneliti gunakan karena lokasi peserta
berada jauh dengan peneliti, untuk kebutuhan data evaluasi program.

42
Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara telepon kepada visitor
dan guru PAI di daerah sasaran.

c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan kajian awal peneliti untuk menggali data dan
menganalisa secara umum program visiting teacher. Dokumentasi juga
digunakan untuk menginventarisasi subyek fisik yang berupa data hasil
pelaksanaan program visiting teacher PAI. Bagi sugiyono (2012), dokumen
merupakan kegiatan dalam mencatat peristiwa yang telah berlalu. Apaun
lingkup dokumentasi pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
dokumen program diantaranya: petunjuk teknis program visiting teacher
PAI, laporan individu dan kelompok peserta visiting, laporan kegiatan
bimtek dan evaluasi, dan website instansi.
2. Metode Penyusunan Pedoman
a. Pedoman Wawancara
Instrumen wawancara digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
wawancara dengan jajaran penanggung jawab program, visitor dan guru PAI
di daerah sasaran. Wawancara mengacu pada topik atau isu yang mampu
menggambarkan bagaimana pandangan dan perilaku para subyek saat
terlibat dalam pelaksanaan program visiting teacher. Pada setiap jenis subjek
disediakan pedoman atau instumen wawancara yang berbeda disesuaikan
pada isu dan ruang lingkup tugas yang dilakukan.
b. Panduan Pengamatan
Instrumen pengamatan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan program visiting teacher PAI.
Pengamatan meliputi ketersediaan dan kelengkapan komponen-komponen
visiting teacher yang ideal.

Guna memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, maka peneliti merumuskan


kisi-kisi pengumpulan data dengan model CIPP yang akan digunakan dalam evaluasi
program Visiting Teacher PAI di Wilayah Perbatasan.
Komponen Sub Komponen Indikator
Context Tujuan dan manfaat Profil Program dan Lembaga
penyelenggaraan Mengidentifikasi tujuan yang telah
program ditetapkan
Mengidentifikasi manfaat yang diharapkan
Analisis kebutuhan Menentukan kriteria peserta visiting teacher
peserta visiting Mendeskripsikan proses rekrutmen peserta
teacher
Identifikasi target Memberikan deskripsi sasaran program
program
Identifikasi wilayah Mendeskripsikan prosedur penentuan
sasaran wilayah sasaran
Peluang pelaksanaan Proyeksi rencana pelaksanaan program untuk
program memenuhi kebutuhan guru di daerah

43
Input Ketersediaan tenaga Tersedianya narasumber dari penyelenggara
pelatih program saat pre-departure dan post-
departure
Tersedianya peserta visiting teacher sesuai
kriteria yang ditentukan
Materi pelatihan Materi sesuai dengan kebutuhan peserta
visiting teacher saat pre-departure
Materi sesuai dengan kebutuhan guru di
daerah sasaran
Metode pelatihan Metode pelatihan sesuai dengan peserta
visiting teacher saat pre-departure
Metode pelatihan sesuai dengan peserta
pelatihan guru didaerah
Fasilitas kegiatan Terdapat fasilitas yang layak untuk
menunjang pelatihan baik kepada peserta
visiting teacher maupun guru di daerah
sasaran
Pembiayaan Mengidentifikasi kebutuhan biaya
pelaksanaan program
Mendeskripsikan prosedur pelaporan
penggunaan biaya
Process Aktifitas pelaksanaan Terdapat jadwal rencana pelaksanaan
program program baik pada pra-departure,
pelaksanaan dan post-departure
Aktifitas pelaksanaan program visiting
teacher di daerah menyesuaikan aspek
kebutuhan masing-masing daerah
Kesesuaian Kegiatan berjalan sesuai dengan rencana
pelaksanaan program yang ditentukan
Kendala yang Identifikasi kendala selama pelaksanaan
ditemui dalam program baik pada pra-departure,
pelaksanaan program pelaksanaan dan post-departure
Solusi alternative Identifikasi harapan mengatasi kendala yang
mengatasi kendala ditemui selama pelaksanaan program baik
yang ditemukan pada pra-departure, pelaksanaan dan post-
departure
Product Mendapat respon Terdapat umpan balik dari guru di daerah
guru dari hasil sasaran terhadap pelaksanaan visiting teacher
pelaksanaan program Merangkum respon yang diterima dari
pelaksanaan visiting teacher di daerah
sasaran
Mengidentifikasi Mengidentifikasi pelaksanaan program yang
hasil pelaksanaan terlaksana dan belum terlaksana
program Mengidentifikasi tindak lanjut program
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pengumpulan Data Dengan Model CIPP

44
Berdasarkan kisi-kisi tersebut, peneliti menyusun pedoman wawancara untuk
memperoleh data yang berkenaan dengan program visiting teacher. Adapun susunan
pedoman wawancara peneliti jabarkan dalam tabel berikut:

Informan Kategori Pertanyaan Kode


Penyelenggara Profil Program Bagaimana asal mula pelaksanaan program 01a
Program visiting teacher PAI di wilayah perbatasan?
Apakah program visiting teacher sejak awal 01b
dikonsepkan khusus pada pemerataan
pendidikan di wilayah 3T?
Tujuan Apa saja tujuan utama pelaksanaan program 02a
Program visiting teacher?
Apa manfaat program visiting teacher PAI? 02b
Kompetensi apa saja yang ditingkatkan 02c
kepada guru melalui program visiting
teacher di wilayah perbatasan?
Rekrutmen Berapa jumlah peserta yang dikirim setiap 03a
Peserta angkatan?
Bagaimana teknis pelaksanaan rekrutmen 03b
peserta?
Pembiayaan Pembiayaan apa saja yang digunakan untuk 04a
pelaksanaan program visiting teacher PAI?
Bagaimana pertanggungjawaban 04b
penggunaan anggaran tersebut?
Daerah Bagaimana prosedur penentuan lokasi 05a
Sasaran sasaran?
Apa yang menjadi dasar utama penetapan 05b
lokasi sasaran?
Pelaksanaan Bagaimana prosedur pelaksanaan bimtek 06a
pelatihan bagi peserta?
Apa saja materi yang disampaikan dalam 06b
pelaksanaan bimtek program visiting
teacher PAI?
Apa saja kendala selama bimtek? 06c
Apakah fasilitas ruangan memadai? 06d
Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan 06e
evaluasi program visiting teacher PAI?
Apa saja kendala yang ditemukan saat 06f
pelatihan berlangsung?
Visitor Tujuan Apa yang menjadi motivasi utama 07a
bapak/ibu dalam mengikuti program
visiting teacher PAI?
Rekrutmen Apa saja persyaratan yang dikumpulkan? 08a
Bagaimana prosedur pelaksanaan 08b
rekrutmen bapak/ibu?
Pelaksanaan Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan 09a

45
Program selama mengikuti bimtek program visiting
teacher PAI?
Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan 09b
materi yang disampaikan pada pelaksanaan
bimtek program visiting teacher PAI?
Apa saja yang kekurangan pelaksanaan 09c
bimtek program visiting teacher PAI?
Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk 09d
pelaksanaan bimtek kedepan?
Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan 09e
di daerah?
Apa yang menjadi kebutuhan di daerah 09f
sasaran?
Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan 09g
kepada guru PAI selama bertugas di
daerah?
Metode apa saja yang digunakan dalam 09h
menyampaikan materi?
Materi apa saja yang disampaikan selama 09i
pelaksanaan kegiatan evaluasi program
visiting teacher PAI?
Apa yang menjadi kekurangan dalam 09j
pelaksanaan kegiatan evaluasi program
visiting teacher PAI?
Apa yang menjadi harapan pelaksanaan 09k
kegiatan evaluasi kedepan?
Apa yang menjadi kesan mengikuti 09l
program visiting teacher PAI?
Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu 09m
pasca program visiting kepada guru di
daerah sasaran?
Guru PAI Pelatihan Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan 10a
Daerah Kompetensi selama mengikuti pelatihan program
Guru visiting teacher PAI?
Apakah bapak/ibu memahami materi 10b
penyampaian visitor?
Apakah bapak/ibu memahami analisis SKL, 10c
KI dan KD? Jika tidak, mengapa?
Manfaat Apakah program PKB pada visiting teacher 11a
Program memberikan manfaat bagi bapak/ibu?
Saran Apa saran dan masukan bapak/ibu untuk 12a
pelaksanaan program visiting teacher PAI
kedepan?
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Program Visiting Teacher PAI

46
Dalam proses pengumpulan data penelitian melalui observasi dan dokumentasi,
maka peneliti menyusun panduan pengamatan berdasarkan tabel berikut:

Pengamatan Komponen
Pedoman Observasi Pelaksanaan kegiatan Bimtek program visiting teacher PAI
Tahun 2019
Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI tahun 2019 di
Kota Tarakan Kalimantan Utara
Pelaksanaan real teaching di SDN 05 Kota Tarakan
Pelaksanaan pelatihan pengembangan keprofesian
berkelanjutan di Kantor Kementerian Agama Kota Tarakan
Kalimantan Utara
Pedoman Petunjuk Teknis Program Visiting Teacher Pendidikan Agama
Dokumentasi Islam di wilayah perbatasan Tahun 2019
Laporan individu program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan Kota Tarakan, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kota
Kupang tahun 2019
Laporan kegiatan bimtek dan persiapan program visiting
teacher PAI di wilayah perbatasan tahun 2019
Laporan evaluasi kegiatan program visiting teacher PAI di
wilayah perbatasan tahun 2019
Dokumentasi program visiting teacher PAI tahun 2019
Tabel 3.3 Pedoman Observasi dan Dokumentasi Program Visiting Teacher PAI

D. Teknik Analisis data


Teknik analisis data yang digunakan merujuk pada teori Miles dan Huberman
(Matthew B. Miles, 1984) yang terdiri atas tiga macam teknik, namun peneliti hanya
menggunakan dua teknik analisis tersebut yaitu reduksi data dan verifikasi, pada aspek
penyajian data, peneliti menggunakan teori Spardley dalam Sugiono (2014, p. 347)
yaitu analisis taksonomi untuk penjabaran secara rinci dari data yang didapatkan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan rujukan dalam pemilihan proses, pemfokusan dan


penyederhanaan data mentah yang terjadi di lapangan ditulis dalam catatan.
Reduksi data telah dikumpulkan dipilih oleh peneliti seperti kerangka konseptual,
pertanyaan penelitian dan pendekatan data yang dikumpulkan. Membuat
ringkasan, kode, tema, kelompok, pemisahan dan menulis memo adalah proses
reduksi data.

2. Analisis Taksonomi

Langkah kedua dari analisis data adalah dengan analisis taksonomi yaitu, proses
analisis yang diambil dari fenomena yang ada melalui hasil pengamatan,
wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga terkumpul data yang

47
komprehensif. Analisis taksonomi memusatkan pada domain-domain tertentu
yang sangat berguna untuk menggambarkan fenomena atau masalah pada
lingkup penelitian. Penyajian data dari hasil analisis taksonomi dijabarkan dalam
bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Pada langkah ini, peneliti mulai menjawab rumusan masalah yang ada dalam
penelitian ini. Penarikan kesimpulan dilakukan sejak peneliti melakukan reduksi
data dan penyajian data, kemudian dikaji secara berulang-ulang (verifikasi) agar
diperoleh penarikan kesimpulan yang mantap dan sesuai dengan fokus penelitian.

G. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses pengecekan data dengan mengumpulkan dengan
metode lain atau dari sumber data yang lain. Triangulasi menurut Arikuto (2017) adalah
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Proses triangulasi merupakan
pengujian kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber. Sejalan dengan Denzin dalam Patton (2002, p. 99) bahwa setiap metode
menyatakan aspek yang berbeda atas realitas empiris, metode ganda atas pengamatan
harus digunakan. Hal inilah yang disebut dengan triangulasi. Atas dasar tersebut, maka
peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik untuk kreadibilitas data
penelitian. Adapun triangulasi sumber dan triangulasi teknik dijabarkan sebagai berikut:

Penanggung Jawab Visitor


Program

Guru Sasaran
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

Wawancara Observasi

Dokumen
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber: Denzin dalam Patton (2002, p. 99)

48
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN EVALUASI

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Program
Program Visiting Teacher PAI di wilayah perbatasan merupakan salah satu
program unggulan dari Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang memperhatikan kondisi pendidikan di
wilayah 3T (terluar, terdepan, tertinggal). Berdasarkan telaah dokumen pada Direktorat
Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pelaksanaan program kerjanya Direktorat
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: Program Prioritas, Program Unggulan dan Program
Inovatif. Program prioritas merupakan tugas inti yang harus dijalankan dan dipenuhi
oleh Direktorat PAI berupa layanan dan regulasi. Program Unggulan merupakan
program terobosan PAI yang diselenggarakan setiap tahun dan berdampak luas kepada
wilayah sasaran baik yang berada dalam negeri maupun luar negeri. Program inovatif
merupakan program pembaruan yang melingkupi teknologi digital dan alternatif
program kekinian. Adapun program unggulan pada Direktorat Pendidikan Agama Islam
terdiri dari:
a. Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (PENTAS PAI)
b. Kemah Rohis Nasional
c. Visiting Teacher
d. Program Bina Kawasan
e. Pembinaan PAI di Sekolah Indonesia Luar Negeri
f. Program Guru Master
g. Mainstreaming Islam Rahmatan Lil ’Alamin
h. Program Bulan Bakti
Penyelenggara program visiting teacher berada pada Direktorat Pendidikan
Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
sebagaimana digambarkan dalam struktur organisasi berikut:

Gambar 4.1 Sturktur Organisasi Kementerian Agama RI


Sumber: Kemenag (2020)

49
Susunan organisasi tingkat eselon 1 (Sekretaris Jenderal, Insperktorat Jenderal,
Direktur Jenderal dan Kepala Badan) diatas kemudian dijabarkan turunannya secara
hirarkis kepada tingatan eselon 2 (Sekretaris Direktorat Jenderal dan Direktur),
kemudian eselon 3 (Kepala Sub Direktorat) hingga eselon 4 (Kepala Sub bagian dan
Kepala Seksi). Adapun susunan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Gambar 4.2 Sturktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Sumber: Kemenag (2020)
Secara historis, program visiting teacher PAI bermula dari program pertukaran
guru yang diselenggarakan pada tahun 2010. Program ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensi guru pada aspek penelitian tindakan kelas (PTK) di
sekolah sasaran. Pertukaran guru ini menggunakan model perbandingan antara guru
PAI yang memiliki pengalaman mengajar di sekolah yang setara, misalnya guru PAI
pada sekolah berstandar Internasional di wilayah Jakarta di tukar dengan guru PAI yang
mengajar di sekolah standar internasional di wilayah lain. Penyelenggaraan pertukaran
guru dilaksanakan selama 2 bulan di sekolah sasaran untuk mendapatkan hasil
penelitian tindakan kelas (Farida I. , 2020).
Model pertukaran guru tersebut kemudian berubah nama program menjadi Guru
Visit pada tahun 2013, yang mana fokus semula program tersebut pada peningkatan
PTK kemudian beralih menjadi peningkatan kompetensi guru pada aspek kurikulum
dan pembelajaran. Ruang lingkup peningkatan kompetensi guru yang dimaksud tertuju
pada aspek implementasi kurikulum 13, penggunaan media dan metodologi
pembelajaran. Jangka waktu pengiriman guru ke wilayah sasaran pun berubah, hanya
menjadi 2 minggu. Kemudian pada tahun 2015-2016, Program Guru Visit berubah

50
nomenklaturnya menjadi Program Visiting Guru PAI dengan model program yang
masih sama namun jangka waktu di daerah menjadi lebih singkat. Pada tahun 2017,
nomenklatur Visiting Teacher PAI berubah menjadi Guru Kunjung, perubahan tersebut
juga berdampak pada tujuan program untuk pemerataan kompetensi di wilayah 3T
(terdepan, terluar dan tertinggal). Pada tahun 2018-2019, nama program Guru Kunjung
berubah kembali menjadi program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam ke
Wilayah perbatasan (Farida I. , 2020).
2. Tujuan dan Manfaat Program Visiting Teacher PAI
Tujuan dan manfaat program penting untuk menentukan arah yang akan dicapai.
Penentuan tujuan program visiting teacher PAI telah dirumuskan pada Petunjuk Teknis
program. Rumusan tersebut menjadi acuan pelaksanaan program visiting teacher PAI
mulai dari pra keberangkatan hingga evaluasi. Adapun rumusan tujuan program visiting
teacher PAI terbagi atas dua aspek, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum program visiting teacher PAI sebagai berikut:
a. Membantu percepatan pemerataan kompetensi GPAI.
b. Meningkatkan pemahaman GPAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 PAI dan
Budi Pekerti.
c. Memberikan pengalaman baru bagi GPAI untuk melakukan pendampingan,
menjadi inspirasi dan membangkitkan motivasi bagi GPAI wilayah sasaran, dan
KKG/MGMP PAI.
d. Memberikan kesempatan kepada GPAI untuk membagi ilmu dan keterampilan
kepada GPAI di wilayah sasaran.
Adapun tujuan secara khusus terdiri dari 6 poin yaitu:
a. Memberikan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 PAI dan Budi Pekerti.
b. Membantu GPAI wilayah sasaran dalam penggunaan media pembelajaran
berbasis ICT/TIK.
c. Memberikan pendampingan dalam metodologi pembelajaran kepada guru PAI,
dan wadah organisasi profesi (KKG, dan MGMP PAI) di wilayah sasaran.
d. Mengidentifikasi kendala-kendala yang ada dalam proses pembelajaran,
pengembangan media, dan penerapan metodologi pembelajaran PAI pada
sekolah sasaran.
e. Memperoleh gambaran tentang pemetaan kompetensi GPAI di wilayah sasaran.
f. Membantu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, pengembangan
media, penerapan metodologi pembelajaran PAI, dan mampu memberikan solusi
alternatif.
Rumusan tujuan diatas merupakan hasil perencanaan penyusunan program oleh
penyelenggara. Perlu digaris bawahi terkait pemerataan kompetensi di wilayah 3T yang
menjadi tujuan utama program. Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Nasri
(2020) selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Pendidikan Agama Islam,
menjelaskan “Konsep berfikir diawal bahwa pelatihan guru yang diselenggarakan oleh
Negara sangat terbatas sekali, artinya kesempatan guru-guru mengikuti pelatihan itu
tidak merata, karena jumlah pelatihan yang dibutuhkan oleh guru dengan jumlah guru-
guru yang membutuhkan pelatihan itu tidak cukup, sangat sedikit sekali.” Dalam hal

51
ini, kemampuan penyelenggara program dalam upaya mengadakan program pelatihan
guru PAI terbatas, sehingga pelaksanaan program visiting teach er PAI menjadi
alternatif pemerataan pelatihan guru di daerah 3T.
Lebih lanjut bapak Nasri (2020) menjelaskan tujuan pelaksanaan program
visiting teacher PAI adalah meningkatkan kompetensi guru PAI di daerah 3T oleh
guru-guru yang memiliki potensi dan prestasi. “Jadi visiting teacher itu tujuannya
adalah untuk memberikan peningkatan kompetensi, memberikan pelayanan kepada
guru-guru yang ada di daerah-daerah 3T. Menurut sepengetahuan kita, jarang yang
mendapatkan pelatihan, jarang yang bisa mendapatkan kesempatan mengikuti
pelatihan, makannya selain biaya yang tidak mencukupi juga karena jumlah pelatihan
yang sangat sedikit. Jadi kita berinisiasi menyelenggarakan visiting teacher ini untuk
mengirim guru-guru mendekati target. Jadi guru-guru yang sudah punya potensi bagus,
guru sudah punya prestasi, kemudian guru-guru yang sudah berstatus sebagai
instruktur, kita kirim ke daerah-daerah yang jarang terjangkau dengan pelatihan-
pelatihan. Guru-guru ini kita kirim kesana untuk membuat suatu bimbingan
pendampingan kepada guru-guru disana untuk mengikuti pendampingan supaya
meningkatkan kompetensinya.” Dalam hal ini, peningkatan kompetensi guru PAI di
daerah perbatasan dan tertinggal menjadi tujuan utama pelaksanaan program visiting
teacher PAI.
Pada aspek kemanfaatan, program visiting teacher PAI memiliki 4 manfaat yang
tercantum dalam juknis program kepada peserta, guru PAI di daerah, sekolah sasaran
dan instansi terkait. Bagi peserta yang mengikuti program visiting teacher dapat
memperoleh pengalaman baru dalam melakukan pendampingan dan berbagi
pengalaman dalam mengembangkan pembelajaran PAI di wilayah sasaran. Bagi guru
PAI di sekolah sasaran, bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman Implementasi
Kurikulum 2013 PAI dan Budi Pekerti, menambah khazanah keilmuan dalam
pengembangan pembelajaran PAI yang sesuai dengan kearifan lokal, dan menambah
keterampilan dan wawasan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah
sebagai perwujudan pemahaman siswa terhadap materi PAI yang rahmatan lil'alamin.
Bagi sekolah sasaran dapat memperoleh gambaran tentang pengelolaan pembelajaran
PAI di sekolah. Manfaat bagi Instansi terkait yaitu memperoleh gambaran pemetaan
kompetensi GPAI di wilayah sasaran untuk dijadikan bahan kebijakan peningkatan
mutu lebih lanjut.
Berdasarkan penentuan tujuan dan manfaat program diatas, program visiting
teacher PAI merencanakan program yang memiliki asas tujuan dan asas manfaat secara
menyeluruh. Penetapan tujuan program visiting teacher PAI diarahkan pada
peningkatan kompetensi guru di daerah sasaran yang meliputi implementasi kurikulum
2013, model pembelajaran dan metode pengajaran melalui program pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB). Tujuan tersebut menjadi landasan utama dalam
pelaksanaan program berikutnya mulai dari pra kegiatan hingga evaluasi kegiatan.
Dengan demikian fokus arah program menyesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Secara kebermanfaatan, program tersebut memiliki dampak luas kepada
partisipan yang menjadi target pelaksanaan program.

52
3. Kriteria Peserta dan Proses Rekrutmen
Penetapan kriteria peserta program visiting teacher PAI sesuai dengan petunjuk
teknis yang telah ditetapkan, terdapat kriteria peserta yang dapat mengikuti program
tersebut agar penyelenggaraannya dapat berjalan sesuai tujuan. Adapun kriteria peserta
visiting teacher diantaranya:
a. GPAI pada sekolah yang telah menjadi Instruktur Nasional/ Master Trainer/
Calon Master Trainer/ Instruktur Provinsi/ Pelatih Inti;
b. Memiliki pengalaman diklat kependidikan dan pengalaman lainnya yang
relevan dengan pendidikan (dibuktikan dengan sertifikat yang dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang);
c. Memiliki sertifikat ToT, refreshment, dan Bimtek Implementasi Kurikulum
2013 PAI dan Budi Pekerti minimum tingkat provinsi;
d. Memiliki kemampuan penulisan karya tulis ilmiah/PTK (dibuktikan dengan
karya tulis ilmiah/laporan PTK);
e. Menguasai media pembelajaran berbasis ICT bidang PAI;
f. Menguasai model-model pembelajaran PAI;
g. Sehat jasmani dan rohani (melampirkan surat keterangan dokter);
h. Bagi guru perempuan tidak sedang mengandung/hamil;
i. Berusia maksimal 50 tahun;
Berdasarkan kriteria peserta yang telah ditentukan sebagaimana tertera diatas,
selanjutnya peneliti melihat adanya hubungan antara tujuan program dan kebutuhan
sumber daya manusia yaitu visitor (trainer) yang memiliki kemampuan dan
pengalaman dalam mendampingi proses peningkatan kompetensi guru di daerah. Selain
itu, salah satu kriteria peserta yang menjadi tolok ukur kemampuan visitor adalah status
peserta sebagai Instruktur Nasional/Master Trainer/Calon Master Trainer/Instruktur
Provinsi/Pelatih Inti. Hal tersebut menjadi jaminan kualitas visitor yang mampu
merealisasikan tujuan dan target yang telah ditetapkan oleh penyelenggara program.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh bapak Nasri (2020) dalam wawancara
berikut:
“Teknisnya kita mensyaratkan guru-guru yang mengikuti program visiting itu,
karena mereka akan dijadikan tutor atau pendamping guru-guru di daerah
perbatasan, yang notabene jarang mengikuti pelatihan, jadi guru-guru yang
dikirim itu harusnya memiliki kompetensi yang sudah bagus, kompetensi yang
sudah menguasai, kompetensi dasar sebagai guru professional, kemudian
ditambah lagi dengan guru-guru yang memiliki prestasi, kemudian guru-guru
yang sudah menjadi instruktur itu sudah pasti prioritas, karena mereka disana
aktifitasnya itu untuk melakukan pembinaan. Terkait persyaratan untuk sebagai
pemerataan, bagi guru yang sudah mengikuti program visiting sebelumnya kita
tinggalkan dahulu, kita berikan kesempatan kepada guru lain yang belum pernah
mengikuti program ini tapi memiliki kemampuan dan kita beri kesempatan
mereka untuk mengikutinya. Jadi secara pondasi guru-guru yang dikirim itu
persyaratannya yang memenuhi kriteria guru yang sudah professional, yang
memiliki kompetensi memadai, dan pengalaman instruktur.”

53
Disamping itu, kebijakan program penyelenggaraan visiting teacher PAI
diarahkan dengan pola PKB. Salah satu keunggulan dari pelaksanaan PKB adalah
melakukan pemetaan kompetensi terlebih dahulu sebelum pelaksanaan program
peningkatan kompetensi guru. Sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Nasri (2020)
sebagai berikut:
“PKB itu pola pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan, tujuannya
untuk meningkatkan kompetensi guru, jadi guru-guru yang sudah memiliki
kompetensi itu tidak perlu lagi dilatih. Kita melatih guru yang kompetensinya
masih kurang atau belum memenuhi persyaratan sebagai guru professional.
Program-program yang disampaikan dalam visiting teacher itu otomatis sejalan
dengan PKB, artinya disana dilakukan dengan pola pengembangan kompetensi
guru yang ada di pola PKB. Jadi guru-guru itu yang datang kesana itu harus tahu
bagaimana kompetensi guru-guru di daerah sana, kemudian apa yang dibutuhkan
oleh mereka, jenis pelatihan atau bimbingan apa yang dibutuhkan oleh mereka,
itu adalah pola PKB. Jadi sangat match sekali PKB dan visiting.”
Ibu Farida (2020) dalam hasil wawancara juga menambahkan bahwa “tujuan
pelaksanaan PKB sebagai upaya optimalisasi peningkatan kompetensi guru.” Kebijakan
tersebut berpengaruh terhadap proses rekrutmen kebutuhan peserta program. Salah satu
kriteria peserta yang menjadi tolok ukur kemampuan visitor adalah status peserta
sebagai Instruktur Nasional/ Master Trainer/ Calon Master Trainer/ Instruktur Provinsi/
Pelatih Inti. Hal tersebut menjadi jaminan kualitas visitor yang mampu merealisasikan
tujuan dan target yang telah ditetapkan oleh penyelenggara program.
Dalam proses rekrutmen peserta, disebutkan dalam petunjuk teknis program
bahwa proses seleksi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Kelengkapan syarat-syarat calon peserta visiting teacher PAI sesuai dengan
jumlah kuota.
b. Penilaian portofolio atas dokumen/berkas calon peserta.
c. Calon peserta visiting teacher PAI ke wilayah perbatasan yang dinyatakan layak
ditetapkan dengan SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam.
Proses tersebut menjadi pijakan bagi penyelenggara dalam penetapan peserta
yang akan dikirim ke daerah sasaran. Kebijakan kriteria peserta yang memiliki potensi
dan prestasi terbaik dalam diklat PKB bagi guru PAI dan diklat PKP bagi pengawas
PAI dimaksudkan untuk keberlangsungan tujuan program visiting teacher PAI di
daerah dalam meningkatkan kompetensi guru PAI melalui program PKB. Sebagaimana
hasil wawancara bersama beberapa visitor diantaranya:
Bapak Fathulloh, (2020) penugasan Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara,
menceritakan “Kita ikut diklat yang diselenggarakan oleh Direktorat PAI dengan
Pusdiklat tentang Penguatan Kompetensi Pengawas (PKP), alhamdulillah dalam grup
itu saya mendapatkan terbaik satu.” Kemudian bapak Joko Paripurono (2020)
penugasan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat menjelaskan hal serupa
dalam wawancara berikut “Waktu itu kebetulan ada pelatihan PPKB di Jogja tingkat
Nasional dan waktu itu kebetulan saya menjadi peserta terbaik”. Selain itu juga bapak
Nurhalim (2020) penugasan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur

54
menyampaikan “Waktu itu kan ada program visiting kemudian saya ditunjuk itu
pertimbangannya karena waktu itu ada pelatihan yang pernah saya ikuti, program
PPKB, yang angkatan pertama saya. Kebetulan dapat penghargaan peserta terbaik”.
Setelah proses rekrutmen dilaksanakan, maka setiap visitor yang terpilih akan
menerima hak dan melaksanakan kewajiban mereka sesuai dengan ketentuan yang ada.
Adapun hak dan kewajiban peserta dijabarkan pada tabel berikut:
Hak Peserta Kewajiban Peserta
1 Memperoleh biaya akomodasi dan 1 Melaksanakan visiting sesuai dengan
konsumsi, uang harian dan jadwal yang ditetapkan
transportasi dari daerah tempat asal
ke Jakarta (Pulang-Pergi) pada waktu
pembekalan bagi para peserta sesuai
dengan SBM (Standar Biaya
Masukan)
2 Memperoleh biaya akomodasi dan 2 Melakukan koordinasi dengan pihak-
konsumsi, uang harian dan pihak terkait, antara lain: Kantor
transportasi dari Jakarta ke tempat Kementerian Agama dan Dinas
tujuan serta transportasi lokal selama Pendidikan setempat, pengurus
pelaksanaan visiting guru sesuai KKG/MGMP serta tokoh masyarakat
dengan SBM (Standar Biaya setempat
Masukan)
3 Memperoleh sertifikat penghargaan. 3 Memberikan pelatihan peningkatan
kompetensi GPAI di wilayah sasaran
terutama berkaitan dengan
implementasi Kurikulum 2013 PAI
dan Budi Pekerti, pengembangan
model pembelajaran PAI,
pendayagunaan media pembelajaran
PAI, penulisan karya ilmiah dan PTK,
dan pengelolaan kegiatan keagamaan
di sekolah.
4 Mematuhi ketentuan yang telah
ditetapkan oleh panitia
5 Menandatangani surat perjanjian
6 Menggunakan dana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
7 Setiap peserta wajib membuat jadwal
dan jurnal selama kegiatan harian
8 Bekerja kembali di tempat bertugas
setelah kegiatan selesa
9 Setelah selesai kegiatan visiting,
peserta diwajibkan mengikuti evaluasi
kegiatan visiting
10 Membuat laporan tertulis tentang
pengalaman lapangan (kendala dan

55
solusi)
11 Menyerahkan dokumen dan bukti
perjalanan serta penginapan
12 Membuat laporan pelaksanaan
kegiatan (format laporan/outline
terlampir) dan menyerahkan laporan
tersebut pada saat evaluasi
Tabel 4.1 Hak dan Kewajiban Peserta Program Visiting Teacher PAI
Sumber: Dokumentasi Petunjuk Teknis Program Visiting Teacher PAI
Pemenuhan sumber daya manusia (visitor) melalui proses rekrutmen secara
menyeluruh dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Keterkaitan
antara tujuan program dan kriteria visitor untuk menjalankan program sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan program. Namun dalam proses tersebut yang menjadi kendala
bagi peneliti adalah belum adanya informasi publik dalam bentuk flayer melalui
publikasi media sosial. Jika terdapat kriteria khusus bagi calon visitor dapat ditegaskan
pada petunjuk teknis program dan informasi publik, sehingga informasi program
visiting teacher PAI dapat terekspos dan diketahui oleh masyarakat umum.
4. Sasaran Program
Sasaran program visiting teacher PAI adalah guru PAI yang mengajar di sekolah
pada wilayah perbatasan dan tertinggal. Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan
visiting teacher PAI, hasil yang diharapkan pada kegiatan visiting teacher PAI adalah
meningkatnya wawasan dan keterampilan GPAI pada sekolah di antaranya tentang
Implementasi Kurikulum 2013 PAI dan Budi Pekerti, pengembangan model
pembelajaran PAI, pendayagunaan media pembelajaran PAI, penulisan karya ilmiah
dan PTK, dan pengelolaan kegiatan keagamaan di sekolah.
Sasaran tersebut menunjukkan bahwa fokus peningkatan kompetensi GPAI
terdapat pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi
pedagogik meliputi pengembangan kurikulum/silabus, perencanaan pembelajaran
(RPP) dan pelaksanaan pembelajaran (metode pembelajaran). Kemudian pada
kompetensi professional ditingkatkan melalui penguatan materi karya tulis ilmiah dan
penelitian tindakan kelas (PTK). Kedua kompetensi tersebut menjadi sasaran
pengembangan kompetensi guru di daerah sasaran.
Selain itu, sasaran program visiting teacher PAI tidak hanya kepada guru di
daerah sasaran tetapi juga kepada visitor. Menurut peneliti, visitor mendapat peran inti
dalam pelaksanaan program pelatihan di daerah sehingga berdampak pada peningkatan
kompetensi bagi mereka pada aspek kompetensi kepribadian dan aspek sosial. Visitor
mendapatkan tugas secara utuh untuk melaksanakan peningkatan kompetensi guru di
daerah sasaran mulai dari koordinasi kepada guru, kelompok guru, pengawas, hingga
pejabat kanwil kemenag provinsi. Dalam hal ini, pola komunikasi selama kegiatan dan
sikap kepada masyarakat sekolah menjadi wadah praktik yang tepat bagi visitor untuk
peningkatan kompetensi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, sasaran program visiting teacher PAI peneliti
jabarkan dalam dua aspek yaitu guru PAI di daerah dan visitor. Kedua aspek tersebut

56
terlibat langsung dalam pelaksanaan program dengan tugas dan fungsi yang berbeda.
Guru PAI daerah sebagai objek peningkatan kompetensi di daerah sasaran dan visitor
secara tidak langsung juga meningkat kompetensinya.
5. Wilayah Sasaran
Proses penetapan wilayah sasaran program visiting teacher PAI dilaksanakan
oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui koordinasi kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi terkait kebutuhan guru di daerah. Dari hasil wawancara,
kepada bapak Nasri (2020), beliau menjelaskan proses penetapan wilayah sasaran
program visiting teacher PAI sebagai berikut: “Penetapan lokasi sasaran itu biasanya
kita menyampaikan kriteria, kemudian kita minta kepada seluruh bidang di provinsi,
meminta di daerah mana yang kiranya perlu didatangkan guru kunjung. Jadi ada usulan
semacam permohonan atau usulan daerah-daerah yang akan dijadikan daerah tujuan
program visiting teacher. Dari daerah yang sudah diusulkan tentu saja tidak bisa semua
kita akomodir, kita pilih kita sesuaikan dengan ketersediaan anggaran baru kita
tetapkan, berapa jumlahnya, derah mana saja dan berapa guru-guru yang bisa kita
tempatkan disana. Sejalan dengan itu, Ibu Farida (2020) menambahkan bahwa
“pemilihan lokasi sasaran berdasarkan rekomendasi dari Kanwil Kemenag Provinsi
dengan merujuk kepada pemerataan akses dan daerah yang kualitas guru masih
rendah.”
Adapun hasil penetapan wilayah program visiting teacher pada tahun 2019 sesuai
dengan SK Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Nomor 6636
Tahun 2019 tentang Penetapan Wilayah/Daerah Sasaran Program Visiting Guru PAI ke
Wilayah Perbatasan diantaranya:
No Kabupaten/Kota Provinsi
1 Kota Tarakan Kalimantan Utara
2 Kabupaten Sambas Kalimantan Barat
3 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan
4 Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
5 Kota Kupang Nusa Tenggara Timur
6 Kabupaten Solok Sumatera Barat
7 Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat
8 Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
9 Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat
10 Kabupaten Padang Sidempuan Sumatera Utara
11 Kabupaten Karo Sumatera Utara
12 Kabupaten Indra Giri Hulir Riau
13 Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara
14 Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur

Tabel 4.2 Penetapan Daerah Sasaran Program Visiting Teacher PAI


Sumber: Laporan Kegiatan program visiting teacher PAI

Penetapan 14 Kabupaten pada 9 Provinsi tersebut merupakan hasil koordinasi


dengan Provinsi sasaran. Namun, kendala dari penetapan kabupaten/kota sasaran

57
tersebut, bagi peneliti, masih terdapat beberapa wilayah sasaran yang belum
dikategorikan sebagai wilayah terpencil. Kendala tersebut timbul dari ketersediaan
anggaran yang ada dalam pengelolaan program. Hal tersebut yang kemudian menjadi
pertimbangan untuk penentuan wilayah sasaran dan kebutuhan anggaran, sebagaimana
yang dijelaskan oleh ibu Farida (2020) bahwa “untuk menjangkau daerah 3T diperlukan
anggaran yang lumayan besar, sehingga pelaksanaannya selalu terbentur dengan
keterbatasan anggaran.”
6. Proyeksi Pelaksanaan Program
Proyeksi pelaksanaan program berdasarkan penentuan wilayah sasaran yang
direlasikan dengan kebutuhan guru di wilayah sasaran. Proyeksi tersebut untuk
menyesuaikan tujuan dan sasaran program dengan peluang pelaksanaan program
visiting teacher PAI. Dalam hal ini, peneliti menyajikan data hasil pelaksanaan program
pada salah satu daerah sasaran yang menjadi objek penelitian, yaitu Kota Tarakan
Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan dan kendala yang
dilakukan oleh bapak Ahmad Fathulloh dan ibu Anis Nurlaili di Kota Tarakan
ditemukan data sebagai berikut:
a. Kurangnya alat peraga disekolah.
b. Terdapat guru PAI yang diberi tugas sebagai Kepala Sekolah dan masih
mengajar PAI sehingga pembagian waktu kurang efisien.
c. Sarana dan prasarana belum maksimal.
d. Adanya tugas tambahan yang menyita waktu.
e. Menjabat Kepala Sekolah (harus mengajar 24 Jam).
f. Tidak dapat naik pangkat karena belum membuat PTK.
g. Perbedaan konsep RPP dari supervisor.
h. Minimnya strategi dan model pembelajaran.
i. Materi kelas IX terlalu padat sedangkan Kompetensi Dasar ada yang berulang di
beberapa semester.
j. Penilaian.
k. Anggaran kegiatan MGMP.
l. Penghargaan juara lomba tidak layak/sesuai dengan perjuangannya.
m. Kurang pelatihan/kegiatan MGMP, KKG.
n. Insentif non PNS tidak ada dari kemenag.
Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan dan kendala tersebut menjadi dasar
pelaksanaan program visiting teacher PAI di Kota Tarakan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan yaitu pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan penulisan karya ilmiah. Kesesuaian antara tujuan, target dan sasaran yang
kemudian dapat ditindaklanjuti pada pelaksanaan pelatihan guru di daerah sasaran.
Perlu menjadi catatan bahwasannya pelaksanaan program visiting teacher PAI di
beberapa daerah tentu memiliki kebutuhan berbeda sehingga pelaksanaan program
menyesuaikan dengan kondisi lokal setempat. Sebagaimana yang dilaksanakan di
Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, kebutuhan mendasar dalam
peningkatan kompetensi guru adalah model pembelajaran PAI yang berkaitan dengan
penggunaan media ICT. Dalam hasil wawancara bersama bapak Joko Paripurno (2020)

58
menjelaskan kebutuhan mendasar kompetensi guru di Kabupaten Pesisir Selatan
sebagai berikut:
“Kompetensi yang paling dibutuhkan adalah kompetensi pada bagaimana model–
model pembelajaran yang online, kemudian menggunakan aplikasi online, itu yang
sangat penting bagi mereka. Karena kebetulan yang PNS disana sangat sedikit, jadi
secara karya ilmiah itu mereka tidak tertarik. Karena mereka tidak PNS, artinya mereka
tidak butuh untuk kenaikan pangkat begitu. Sehingga ketika berbicara tentang PTK,
mereka kurang antusias, tetapi ketika berbicara tentang google chrome, bagaimana
membuat soal online, bagaimana mengerjakan soal online dan langsung melihat hasil
misalnya, kemudian kuisis, itu mereka sangat antusias”
Selain itu, pelaksanaan visiting teacher PAI di Kota Kupang Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang menjadi kebutuhan mendasar adalah pengembangan model
pembelajaran PAI. Pengembangan model pembelajaran ini masuk dalam kategori
Pedagogik 2 (dua) dalam materi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang
menjadi pijakan implementasi program visiting teacher PAI. Sebagaimana yang
disampaikan oleh bapak Nurhalim (2020) terkait kebutuhan guru di Kota Kupang
sebagai berikut: “Kalau kemarin yang belum dikuasai itu model pembelajaran. Lebih
ketika kita informasikan banyak yang kurang, istilahnya metodenya masih variatif.”
Berdasarkan beberapa proyeksi program pada tiga provinsi diatas dapat menjadi
acuan bahwa pelaksanaan program visiting berdasarkan kebutuhan daerah sasaran. Hal
penting yang menjadi rujukan kebutuhan daerah adalah berdasarkan tujuan visiting
teacher PAI yang meliputi: Implementasi K13; Pengembangan model dan metode
pembelajaran; Penggunaan media pembelajaran berbasis ICT; dan Penulisan Karya
Ilmiah.
7. Ketersediaan Tenaga Pelatih
Ketersediaan sumber daya manusia dalam hal ini adalah pelatih atau narasumber
pada program visiting teacher PAI. Dalam hal ini, peneliti membagi tenaga pelatih
menjadi dua kategori. Pertama, tenaga pelatih pada pelaksanaan kegiatan bimbingan
teknis dan kegiatan evaluasi disebut dengan istilah Narasumber. Kedua, tenaga pelatih
dalam kegiatan visiting teacher di daerah sasaran, disebut dengan istilah Visitor.
Maksud ketersediaan narasumber disini adalah adanya beberapa orang yang memiliki
kemampuan dan kewenangan untuk memberikan arahan baik secara teknis pelaksanaan
program maupun kebijakan program. Keterlibatan narasumber dalam program visiting
teacher PAI adalah pada kegiatan bimbingan teknis (bimtek) dan kegiatan evaluasi
pasca visiting.
Beberapa narasumber dipilih berdasarkan tugas dan fungsinya sesuai dengan
jabatannya. Hal ini agar pelaksanaan program visiting teacher PAI dapat berjalan sesuai
dengan tujuan program berdasarkan arahan yang disampaikan. Adapun rincian
narasumber dan penyampaian materi pada saat pelaksanaan bimtek dan evaluasi
peneliti jabarkan dalam tabel berikut:

59
Jenis
Narasumber Jabatan
Kegiatan
Dr. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd Direktur PAI
Dr. Imam Safe’I, M.Pd Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam
Ilham, S.Sos, M.Pd Kasubdit PAI pada SD/SDLB
Kegiatan
Kasubdit PAI pada
Bimbingan Drs. Unang Rahmat, M.M
SMA/SMALB/SMK
Teknis
Drs. Nasri, MM Kasubag TU Direktorat PAI
Kasi Kesiswaan pada Subdit PAI
Ida Farida, S.Ag
SMP/SMPLB
Dr. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd Direktur PAI
Kegiatan Drs. Nasri, MM Kasubag TU Direktorat PAI
Evaluasi Kasi Kesiswaan pada Subdit PAI
Ida Farida, S.Ag
SMP/SMPLB

Tabel 4.3 Data Narasumber Kegiatan Program Visiting Teacher PAI


Sumber: Dokumentasi Laporan Jadwal Kegiatan Direktorat PAI
Berdasarkan data narasumber diatas, keseluruhan narasumber berasal dari pejabat
internal Direktorat Pendidikan Agama Islam yang memiliki kewenanangan dalam
penyampaian arahan dan teknis pelaksanaan program di daerah. Bagi peneliti, perlu
menjadi pertimbangan juga terkait kehadiran tenaga pelatih yang berlatarbelakang
tenaga ahli khususnya dalam bidang pendidikan agar penguatan konten pembelajaran
kepada visitor meningkat dan memberikan wawasan tambahan bagi visitor terkait
wacana kekinian.
Kemudian kategori tenaga pelatih yang kedua adalah visitor. Mengacu dari hasil
analisis konteks sebelumnya bahwa ketersediaan tenaga pelatih (visitor) berdasarkan
kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan. Maka berdasarkan hasil penetapan Surat
Keputusan Nomor 6635 Tahun 2019 tentang Penetapan Peserta Program Visiting
Teacher PAI ke Wilayah Perbatasan, ketersediaan tenaga pelatih program visiting
teacher PAI diantaranya:

No Nama Lengkap Tempat Tugas Provinsi


1 Abdul Mufid, MA Pengawas Kemenag Kab. Jawa Barat
Bogor
2 Ahmad Fathulloh, S.Ag. Pengawas Kemenag Kota Banten
M.Pd Serang
3 Anis Nurlaili, S.Ag. MM. Pengawas Kemenag Kab. Jawa Timur
Sampang
4 Aisyah, S.Pd.I. M.Pd Pengawas Kemenag Kota Jawa Barat
Cirebon
5 A Rojadudin, S.Ag SDN 024 Balikpapan Kalimantan Timur
Tengah
6 Umi Latifah, S.Ag SDN Kotalama 5 Kota Jawa Timur
Malang

60
7 Imas Masruroh, S.Ag SDN 1 Sukapura Jawa Barat
Tasikmalaya
8 Suhadaq, S.Pd.I SDN Talunrejo 3 Blubuk Jawa Timur
Kab. Lamongan
9 Nur Halim Sumirat SDN Sedayu Bantul D.I Yogyakarta
10 Miseransyah, S.Pd.I SDN 1 Mahang Sungai Kalimantan Selatan
Hanyar Kab. Hulu Sungai
Tengah
11 Sri Herawati, S.Pd.I SDN 29 Pontianak Kalimantan Barat
12 Islamiyah, S.Ag, M.Pd SDN 37 Pekanbaru Riau
13 Bahtiar, S.Pd.I, M.Pd.I SMPN 1 Nurussalam Aceh
14 Bukhari, M.A SMPN 1 X Koto Singkarak Sumatera Barat
15 Rahmah Fitri Awal, S.Pd.I SMPN 3 Selat Kuala Kalimantan Tengah
Kapuas Kab. Kapuas
16 Hj. Kunti Suraya SMPN 3 Klaten Jawa Tengah
Husriyati, S.Ag. M.Pd.I
17 Joko Paripurno, M.Pd SMPN 1 Bulupesantren Jawa Tengah
Kebumen
18 Ahmad Noor SMPN 6 Balikpapan Kalimantan Timur
Hardiyansyah, S.Pd.i
19 Drs. Siti Hadijah, M.PI SMPN 3 Sampit Kalimantan Tengah
20 Yetti hendra, M.Pd.I SMPN 18 Kota Bengkulu Bengkulu
21 Fadlun Saleh, S.Ag, M.Pd SMAN 1 Marisa Pohuwato Gorontalo
22 Rosnaeni Syahbuddin, SMKN 2 Tidore kepulauan Maluku Utara
S.Pd.i
23 H. Dudi Hermawan, Lc SMA Babussalam, Selayar Sulawesi Selatan
24 Tuti Haryati, S.Ag, M.Si SMKN 1 Kuala Kapuas Kalimantan Tengah
25 Muhammad Ridwan, S.Ag. SMAN 1 Polewali Sulawesi Barat
M.Si
26 Nawir, S.Ag SMKN 3 Palu Sulawesi Tengah
27 Ari Sriyanto, M.Pd SMAN 4 Pangkal Pinang Bangka Belitung
28 Ahmad Arifuddin, M.Pd SMKN Ponjong, Gunung D.I Yogyakarta
Kidul

Tabel 4.4 Penetapan Peserta Program Visiting Teacher PAI ke Wilayah Perbatasan
Sumber: Dokumentasi SK Peserta pada Laporan Kegiatan Direktorat PAI
Kompetensi visitor telah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan sesuai dengan
kriteria peserta visiting. Berdasarkan tinjauan peneliti kepada peserta visiting dari
beberapa profil visitor yang dideskripsikan terkait jenjang karir dan profesi sebagai
berikut:
1) Nama : Ahmad Fathulloh, S.Ag. M.Pd
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 04 November 1974
Riwayat Pendidikan : S1: IAIN SGD Bandung (1997)
S2: PPs UNINUS (2010)

61
Pengalaman mengajar : - Guru SDIT Daarul Hikmah Dago (1997)
- Guru PAI SDN 1 Kramatwatu (2000)
- Guru PAI SMPN 4 Kota Serang (2001)
Jenjang Karir : - Pengawas PAI Kemenag Kab. Serang (2011)
- Fasilitator K-13 Kantor Kemenag Kab. Serang (2014)
- Asesor BAP Provinsi Banten (2013-2019)
Pengalaman Diklat : - Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah Kanwil
Banten & UNPAK Bogor (2013)
- Diklat Asesor (2013)
- DDTK PTK (2014)
- Bimtek K-13 (2014-2018)
- Refresh Akreditasi Sekolah (2017)
- Diklat Penilaian Angka Kredit (2018)
- ToT Bimtek PKB PD-2 (2019)
- Diklat Penguatan Kompetensi Pengawas (2019)

2) Nama : Anis Nurlaili, S.Ag. MM.


Tempat Tanggal Lahir : Sampang, 20 Maret 1976
Riwayat Pendidikan : S1: IAIN Pamekasan (1999)
S2: STIE Mardhika Surabaya (2016)
Pengalaman mengajar : - Guru Bantu SD (2000)
- Guru MTs Darussalam Ketapang Madura (2001)
Jenjang Karir : - PNS Kementerian Agama (2000)
- Kepala MI Raudhatul Mutaalimin (2004)
- Kepala MTs Nurul Huda Banyuates Madura (2008)
- Pengawas Madrasah Kemenag Sampang (2009)
- Pemateri Kurikulum 2013 untuk Guru SD, SMP,
SMA Se-Kabupaten Sampang (2013)
- Tutor PKB bagi GPAI SD, SMP, SMA/SMK (2015)
Prestasi : - Pengawas Prestasi 1 tingkat Kabupaten (2011)
- Pengawas Prestasi 1 tingkat Provinsi (2016)

3) Nama : Nur Halim Sumirat, M.Pd.


Tempat Tanggal Lahir : Lampung Tengah, 20 Maret 1980
Riwayat Pendidikan : S1: IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004)
S2: UII Yogyakarta (2017)
Pengalaman mengajar : - Guru SD Condong Catur (2005)
- Guru Madrasah Muallimin Muhammadiyah
Yogyakarta (2005-2009)
- Guru SD 1 Sedayu Bantul (2009)
Pengalaman Diklat : - Training Center Virtual Coordinator Online Training
Batch (2019)
- Bimtek Supervisi Penjaminan Mutu Pendidikan
LPMP DIY (2019)

62
- Diklat PPKB Ditpais Kemenag RI Ank 1 (2019)

4) Nama : Joko Paripurno, S.Pd.I., M.Pd.I


Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 20 Juni 1977
Riwayat Pendidikan : S1: STAIN Purwokerto (2002)
S2: UNSIQ Wonosobo (2014)
Pengalaman mengajar : - Guru SMK Tamtama Karanganyar, Kebumen
(2005-2008)
- Guru SMP N 2 Mirit, Kebumen (2009-2014)
- Guru SMP N 1 Buluspesantren (2015)
Jenjang Karir : - Wakil Kepala Sekolah SMPN 2 Mirit (2012-2014)
- Sekretaris Tim PKB Guru SMPN 1 Buluspesantren
(2017)
- Tim Pengembang Standar Pelayanan Mutu Internal
(SPMI) (2016)
Pengalaman Diklat : - Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Kualitas Guru
SMP Mapel PAI Ank IV di Lingkungan Kemenag
Provinsi Jateng dan Provinsi DIY (2010)
- Workshop Penyusunan Kisi-Kisi dan Soal Ujian
Sekolah Berstandar PAI (2014)
- Refreshment Implementasi Kurikulum 2013 PAI Ank
III (2015)
- Bimtek Kurikulum 2013 jenjang SMP (2015)
- Workshop Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian
Kurikulum PAI pada Sekolah berbasis ICT bagi GPAI
SMP Ank V (2016)
- Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (2017)
- Bimtek Tim Pengembang Kurikulum 2013
Kabupaten/Kota Tahun 2017 jenjang SMP (2017)
- Workshop PKB GPAI SMP Ank I (2017)
- Workshop Penyusunan Soal USBN PAI Ank II (2017)
- Bimtek Penyegaran Instruktur Kabupaten/Kota
Kurikulum 2013 jenjang SMP (2018)
- Workshop Penyusunan Soal USBN PAI Tahun Ajaran
2018/2019 (2018)
- Program PKB pada SMP Ank II (2019)
Prestasi : - Juara 1 Lomba Kreatifitas Pembelajaran (2015)
- Juara 2 Penulisan Best Practice (2016)
- Juara 1 Penulisan Artikel Hoaks Bidang Pendidikan
(2017)

Keempat profil visitor diatas memberikan gambaran terkait kompetensi dan


pengalaman dalam kependidikan. Hal ini memperkuat bagi penyelenggara kegiatan
untuk optimalisasi program peningkatan kompetensi guru di daerah sasaran. Teknis

63
penempatan visitor di daerah sasaran adalah dengan menempatkan dua orang dalam
satu kabupaten sasaran, sebagaimana Bapak Ahmad dan Ibu Anis yang mendapatkan
tugas penempatan di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Kedua visitor saling
berperan dan berbagi tugas dalam pelaksanaan visiting teacher PAI setelah pemetaan
kebutuhan di daerah sasaran. Kemudian bapak Nurhalim Sumirat mendapatkan tugas
penempatan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur dan bapak Joko Paripurno
bertugas di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

Ketersediaan tenaga pelatih menjadi aspek penting dalam keterlaksanaan


program. Sebagai kesimpulan, peneliti menilai aspek ketersediaan tenaga pelatih
berdasarkan latarbelakang dan pengalaman pelatih dalam bidangnya secara profesional
disesuaikan dengan tujuan program yang telah ditentukan. Dalam hal ini kebutuhan
tenaga pelatih khususnya di daerah sasaran cukup memenuhi kriteria untuk
mewujudkan peningkatan kompetensi guru di daerah. Namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa saran dan masukan dari guru di daerah sasaran yang perlu menjadi
perhatian bagi visitor.

8. Materi Pelatihan
Penentuan materi didasari oleh pertimbangan realitas yang ada sesuai dengan
kebutuhan program. Keberlangsungan program visiting teacher PAI menjadi
perencanaan sebelumnya bagi penyelenggaran untuk materi program bagi visitor
maupun materi program bagi guru PAI di daerah sasaran. Materi pelatihan pada
program visiting teacher PAI peneliti kategorikan dalam dua bagian yaitu: materi
persiapan program dan materi pelatihan kompetensi guru.
Materi persiapan program dilakukan saat pelaksanaan bimtek yang meliputi arah
dan kebijakan program. Berdasarkan hasil dokumentasi program terdapat 5 (lima)
materi persiapan program yaitu:

No Materi JPL
1 Arahan Kebijakan dan Program Direktorat PAI 2
2 Kebijakan Ditjen Pendidikan Islam tentang Program Guru Perbatasan 2
3 Pembekalan Visiting Guru PAI 2
4 Pedoman Pelaksanaan Visiting Guru 2
5 Pelaksanaan Teknis Visiting Guru PAI 2

Tabel 4.5 Materi Persiapan Bimbingan Teknis Program Visiting Teacher PAI
Sumber: Dokumentasi Laporan Kegiatan Program Visiting Teacher PAI

Keseluruhan materi tersebut disampaikan guna memberikan arahan kepada


visitor untuk pembekalan selama bertugas. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Nasri
(2020), selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat PAI, dalam hasil wawancara
berikut: “Materi bimtek biasanya dari pengenalan tempat dan budaya, kemudian dari
kompetensi apa saja nanti program yang dilaksanakan disana, kemudian bagaimana

64
nanti peserta membuat laporan pertanggungjawaban, baik laporan keuangan maupun
laporan akademik.”
Hal yang sama juga diungkapan oleh salah satu panitia program visiting teacher
PAI, dalam hasil wawancara berikut: “Prinsipnya adalah untuk menyiapkan hal-hal
yang harus disiapkan nanti untuk bekal mereka di lokasi. Disitu mencakup beberapa
aspek, pertama aspek kebijakan program visiting teacher itu seperti apa, kedua terkait
konten itu mereka diperdalam terkait metodologi dan pendalaman materi yang harus
disampaikan di daerah salah satunya materi terkait dengan PPKB. Ketiga dijelaskan
juga terkait mekanisme pelaporan, baik laporan keuangan ataupun laporan deskripsi dan
sebagainya” (Nasukha, 2020).
Penyampaian materi pada persiapan program visiting teacher PAI dinilai cukup
memberikan bekal bagi visitor untuk bertugas di daerah sasaran. Respon salah satu
peserta dalam hasil wawancara mengungkapkan bahwa “Semua materi baik dari
attitude maupun pengetahuan itu semua sudah diberikan sama direktorat PAI jadi kita
punya bekal dan tidak kebingungan. Jadi pada dasarnya memang kita sudah
mengetahui, saat bimtek itu sifatnya kita memperdalam dan mengingatkan kembali.”
Disisi lain, terdapat masukan dari visitor bahwa pembekalan materi yang
disampaikan kurang menyeluruh sehingga adanya kesalahpahaman dalam persiapan
teknis di daerah. Bapak Fathulloh (2020) menjelaskan “Kekurangannya itu di
pelaporan, kurang dibahas pelaporannya seperti apa, kaget juga ketika datang kita harus
melaporkan”. Selain aspek materi pembekalan, waktu pelaksanaan pembekalan juga
dinilai kurang maksimal karena terlalu singkat. Bapak Nurhalim (2020) dalam
wawancara nya menjelaskan “untuk yang periode kemarin itu sepertinya waktunya
lebih pendek daripada periode yang sebelumnya”.
Senada dengan pendapat visitor lain, bapak Joko Paripurno (2020) menjelaskan
bahwa pelaksanaan bimtek terkesan singkat sehingga pembekalan khusus di lapangan
belum tersampaikan dengan optimal. “Bimtek yang kemarin kita rasakan itu karena
bimteknya terlalu singkat sekali, hanya satu malam. Sehinga mungkin bukan dari sisi
materinya, tapi bagaimana kita dilapangan itu yang kemarin mungkin tidak
tersampaikan secara detail. Sehingga, yang kami rasakan ketika kita kontak dengan
teman visiting yang lain, itu memang berbeda pola yang digunakan. Sehingga, dengan
kebijakan didaerah masing – masing. Jadi kalau materi bimtek menurut saya bagus,
cuma pembekalan tentang apa yang akan dan harus kita lakukan dilokasi itu yang
kemarin mungkin karena waktunya kurang”.
Kendala pada aspek penyampaian materi dan optimalisasi waktu menjadi
perhatian penting dalam pelaksanaan bimtek sehingga persiapan program secara teknis
dapat dipahami oleh visitor secara tuntas. Penyampaian teknis pelaksanaan program
mulai dari teknik penyusunan materi ajar, jadwal pelatihan, koordinasi lembaga
setempat hingga pelaporan sepatutnya dijabarkan secara komprehensif selama
pelaksanaan bimbingan teknis, dengan demikian teknis di lapangan dapat diselesaikan
dengan singkat tanpa mengurangi jadwal pelatihan. Namun secara umum, beberapa

65
penyampaian arah kebijakan program dapat diterima visitor dan dilaksanakan dalam
tugasnya dengan baik.
Pada konteks pelaksanaan kegiatan evaluasi program, penyampaian materi secara
umum lebih kepada pembinaan visitor pasca program dan laporan hasil program
visiting teacher PAI di wilayah perbatasan. Adapun materi pelaksanaan kegiatan
evaluasi sebagai berikut:

No Materi JPL
1 Evaluasi Program Visiting Guru PAI 2
2 Evaluasi Manajerial Program Visiting Guru PAI 2
3 Pembinaan Peserta Pasca Program Visiting Guru PAI 2
4 Presentasi Hasil Pelaksanaan Visiting Guru PAI 2

Tabel 4.6 Materi Kegiatan Evaluasi Program Visiting Teacher PAI


Sumber: Dokumentasi Laporan Kegiatan Program Visiting Teacher PAI

Materi pelatihan kompetensi guru dilakukan oleh visitor yang bertugas ke daerah
sasaran. Standar materi kompetensi guru didaerah sesuai dengan tujuan khusus yang
telah ditetapkan meliputi: Impelementasi Kurikulum 2013 PAI, Penggunaan Media
ICT/TIK, Pendampingan Metodologi dan Model Pembelajaran serta Karya Tulis
Ilmiah. Standar kriteria tersebut secara umum menjadi tolok ukur peningkatan
kompetensi guru, namun rincian kebutuhan dari masing-masing kabupaten berbeda-
beda. Hal tersebut menjadi tugas tambahan bagi visitor untuk melakukan pemetaan
terlebih dahulu terkait kebutuhan materi pelatihan di masing-masing daerah sasaran.
Dalam hal ini, peneliti mengacu pada materi pelaksanaan visiting teacher di Kota
Tarakan yang menjadi obyek pada penelitian ini. Adapun rincian materi pelatihan
sebagai berikut:

Materi Pelatihan Menit Jenis Materi


Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan:
1. Analisis SKL, KI dan KD 60`
2. Pengembangan IPK dan Tujuan Pembelajaran 90`
3. Pengembangan Materi Pembelajaran 50`
4. Pengembangan praktek model dan metode 90` Materi Teoritis
pembelajaran
5. Teknik, instrument dan rubrik penilaian 90`
6. Penyusunan RPP 90’
7. Membuat proposal PTK 135`
Real Teaching melalui Lesson Study
Materi Praktik dan
1. Real Teaching di SMPN 1 Kota Tarakan 120`
refleksi
2. Real Teaching di SDN 003 Kota Tarakan 120`

Tabel 4.7 Materi Pelatihan Program Visiting Teacher PAI di Kota Tarakan
Sumber: Dokumentasi Laporan Peserta Program Visiting Teacher PAI

66
Pemahaman masing-masing guru didaerah terhadap materi yang disampaikan
beragam. Kebutuhan mendasar terkait materi pelatihan bagi guru di Kota Tarakan
adalah terkait pendalaman RPP dan karya ilmiah. Hal ini dijelaskan oleh salah satu
visitor bahwa “Keluhan utama ada beberapa hal, contoh ada perbedaan pemahaman
tentang pengembangan RPP, mungkin guru-guru sudah punya pandangan tentang RPP
tapi ada perbedaan itu, jadi saat membahas tentang RPP kita luruskan. Kemudian
persoalan kedua ada di pengembangan karya ilmiah. Mungkin pengetahuan sudah ada
tapi saat praktik masih bingung. Kemudian pada saat mengkaji RPP, komponen
pembelajaran masih bingung, jadi ada guru yang tahu praktik tidak paham teori dan ada
yang paham teori tidak bisa praktik.” (Fathulloh, 2020)
Sedangkan pada Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Kupang yang menjadi
kebutuhan materi pelatihan di daerah adalah pengembangan model pembelajaran. Guru
di daerah sasaran seperti Kabupaten Pesisir Selatan lebih besar ketertarikannya terhadap
model pembelajaran berbasis ICT, sebagaimana yang jelaskan oleh bapak Joko
Paripurno (Paripurno, 2020) “kompetensi yang paling dibutuhkan adalah kompetensi
pada bagaimana model – model pembelajaran yang online, kemudian menggunakan
aplikasi online, itu yang sangat penting bagi mereka. Karena kebetulan yang PNS
disana sangat sedikit, jadi secara karya ilmiah itu mereka tidak tertarik. Karena mereka
tidak PNS, artinya mereka tidak butuh untuk kenaikan pangkat begitu. Sehingga ketika
berbicara tentang PTK, mereka kurang antusias, tetapi ketika berbicara tentang google
chrome, bagaimana membuat soal online, bagaimana mengerjakan soal online dan
langsung melihat hasil misalnya, kemudian kuisis, itu mereka sangat antusias”. Model
pembelajaran yang dilaksanakan di kota kupang mengacu pada pedagogik 2 (dua)
terkait pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
Teknis penyampaian materi oleh visitor secara keseluruhan telah disampaikan
kepada guru di daerah sasaran. Berdasarkan hasil instrument penilaian guru, masih
terdapat sebagian kecil jumlah guru peserta pelatihan yang belum memahami materi
yang disampaikan diantaranya terkait rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
analisis standar kompetensi lulusan (SKL). Kendala tersebut disebabkan karena
keterbatasan waktu dan tidak adanya contoh RPP yang diberikan. Disisi lain,
implementasi pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru PAI belum
sepenuhnya merata di seluruh Kabupaten/Kota seperti halnya di Kabupaten Pesisir
Selatan Provinsi Sumatera Barat yang belum mendapatkan pelatihan keprofesian
berkelanjutan sehingga program visiting teacher menjadi wadah pengenalan program
PKB.
9. Metode Pelatihan
Metode pelatihan yang digunakan dalam penyampaian materi pada persiapan
program melalui bimbingan teknis secara umum adalah metode ceramah dan diskusi.
Dalam hal ini, narasumber menyampaikan arahan teknis dan kebijakan program
kemudian dilanjutkan Tanya jawab oleh visitor yang belum mengerti terkait beberapa

67
arahan yang disampaikan. Pola seperti ini digunakan agar pembekalan teknis dapat
tersampaikan.
Sedangkan metode pelatihan yang digunakan oleh visitor adalah metode
demonstrasi dan studi mandiri yang menyesuaikan dengan materi ajar. Model
penyampaian materi dilakukan dengan beragam permainan yang meliputi: bisik
berantai, shortcard dan ice breaking. Beberapa permainan tersebut yang kemudian
dapat diamati oleh guru PAI yang dilatih sehingga dapat diterapkan dalam
pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh visitor di Kota Tarakan.
Dalam pelaksanaannya, visitor memulai penyajian materi dengan bisik berantai
tentang komponen RPP. Para guru di bagi menjadi tiga kelompok untuk menyebutkan
komponen RPP secara benar. Selama permainan berlangsung terdapat satu kelompok
yang hampir benar mengatakan komponen RPP secara berurutan, sedangkan 2
kelompok lainnya masih acak. Visitor memberikan penguatan terhadap komponen RPP
melalui metode resitasi, sehingga hampir semua guru dapat menghafal komponen RPP
secara berurutan. Kemudian visitor menguji hafalan mereka melalui metode shortcard.
Kemudian visitor mengacak kartu-kartu yang berisikan komponen RPP. Setiap
guru mendapatkan 1 (satu) kartu/ 1 (satu) komponen. Mereka diberi tugas mengurutkan
komponen-komponen RPP dari masing-masing kartu yang dipegang. Setelah para guru
berhasil mengelompokkan kartu, beberapa guru yang tidak mendapatkan kelompok
dalam penyusunan komponen RPP diminta untuk menilai komponen RPP yang telah
disusun oleh 2 kelompok. Semua guru melakukan dengan riang seperti bermain, tetapi
sesungguhnya mereka sedang melakukan pembelajaran. Disela-sela pembelajaran juga
dilakukan ice breaking agar proses pembelajaran tidak menjenuhkan. Visitor juga
bermaksud memberikan pelatihan penerapan metode pembelajaran secara praktis.
Selain itu juga terdapat beberapa metode pelatihan yang juga didemonstrasikan
oleh visitor agar guru PAI memahami penggunaan metode ajar dalam pembelajaran.
Hasil wawancara bersama ibu Nurlaili (2020) menceritakan “Berbagai macam metode-
metode yang kami berikan, ada snowball, ada jigsaw. Kami cuma mempraktekkan oh
seperti ini snowball seperti itu. Banyak metodenya, kita praktekkan, kami kasih di LCD
seperti apa jigsaw, langkahnya seperti ini, kemudian kita praktek.”
Metode penyampaian materi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Kupang
menggunakan metode sharing dan discuss learning. Metode pelatihan yang
dilaksanakan oleh bapak Joko Paripurno di Kabupaten Pesisir Selatan lebih
menekankan pada sharing antar guru, sebagaimana yang disampaikan pada sesi
wawancaranya “Teman – teman saya minta curhat, guru – guru bagaimana mengajar
silakan sampaikan, dari beberapa guru sudah menyampaikan yang mereka kerjakan,
beberapa kendala apa yang sudah mereka kemukakan. Nah, disitu baru kita sharing.
Disitupun saya tidak langsung mengatakan harusnya begini – begini itu tidak. Tetapi,
coba kalau begini nanti jadi seperti apa. Akhirnya mereka antusias. Waktu itu
disamping kita menyampaikan point-poin yang ada dibimtek, kita juga tanya jawab.
Mereka saling curhat dan saya memberikan saran” (Paripurno, 2020).

68
Sedangkan metode pelatihan di Kota Kupang menggunakan diskusi interaktif
antara guru. Hal ini disampaikan oleh bapak Nurhalim dari hasil wawancaranya “Lebih
ke diskusi, kita mencoba menerapkan model – model pembelajaran juga. Artinya, ada
discuss learning juga. Bagaimana mengajak peserta untuk menemukan informasi di
kelompoknya” (Nurhalim, 2020).
Pemilihan metode pelatihan menyesuaikan dengan materi ajar yang disampaikan.
Secara teknis metode pelatihan digunakan untuk memberikan pemahaman
komprehensif kepada guru PAI sasaran agar tujuan peningkatan kompetensi guru dapat
terwujud. Selain itu juga guru dapat memahami materi pelatihan yang disampaikan dan
dapat menerapkannya dalam pembelajaran PAI di sekolah.
10. Fasilitas Kegiatan
Fasilitas kegiatan dalam persiapan program dan kegiatan evaluasi dilaksanakan
di salah satu tempat yang dapat mengisi 28 visitor sebelum keberangkatan ke daerah
sasaran. Tempat kegiatan pelaksanaan bimbingan teknis (bimtek) dan kegiatan evaluasi
tidak dilakukan disekitar aula gedung Kementerian Agama atau lembaga Diklat terkait,
namun pelaksanaannya dilakukan di salah satu hotel yang memiliki fasilitas standar
meeting room dan penginapan.
Sedangkan pelaksanaan program di daerah sasaran pada kota Tarakan dan
Kabupaten Pesisir Selatan dilaksanakan di aula Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota yang secara umum memiliki fasilitas yang cukup seperti meja dan
kursi pelatihan, whiteboard¸ AC, LCD, fasilitas MCK, kantin dan penerangan. Untuk
keberlangsungan program visiting teacher, visitor menyiapkan alat dan bahan secara
mandiri yang akan digunakan pada kegiatan pengembangan profesi guru PAI.
Kemudian, tempat pelaksanaan visiting teacher di Kota Kupang yang diselenggarakan
di SMA Muhammadiyah Kota Kupang yang secara fasilitas cukup memadai untuk
keberlangsungan pelatihan.
Fasilitas kegiatan pada pelaksanaan program visiting teacher baik pada tahap
persiapan program, pelaksanaan program hingga kegiatan evaluasi cukup memadai.
Selama pelaksanaan program beberapa fasilitas pelatihan yang tersedia cukup
membantu untuk berlangsungnya program. Namun perlu dipertimbangkan bagi
penyelenggara program terkait ketersediaan alat dan bahan untuk kebutuhan
penyampaian materi di daerah sesuai dengan kebutuhan, karena alat dan bahan
menyesuaikan dengan jumlah peserta pelatihan.
11. Pembiayaan
Pembiayaan program visiting teacher PAI dibebankan pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia Tahun Anggaran 2019. Komponen pembiayaan program
dimulai pada tahap persiapan program hingga pelaksanaan evaluasi. Berdasarkan hasil

69
wawancara dengan bapak Nasri (2020), menjelaskan terkait penggunaan anggaran pada
program visiting teacher PAI sebagai berikut:
“Pertama, bimbingan teknis sebelum guru-guru mengikuti program, sebelum
bimtek ada seleksi kita memberikan peluang kepada semua guru kesempatan
yang sama dengan persyaratan tertentu dan kita sampaikan informasi ini ke
seluruh provinsi, nanti guru-guru yang memiliki minat sesuai dengan kriteria,
kita berikan kesempatan untuk melamar mengajukan permohonan sebagai peserta
visiting teacher. Disana kita melakukan seleksi, kita petakan berapa anggarannya,
berapa kuota daerah tujuan dan guru yang bisa akomodir. Setelah seleksi selesai
kita adakan persiapan bimtek, kita arahkan mereka kemudian kita berangkatkan,
disitu ada komponen-komponen biaya, dari seleksi kemudian bimtek,
pemberangkatan dengan transport ada yang pesawat, kemudian nyambung lagi
ojek nyambung lagi speedboat atau perahu, pokoknya biaya dari keberangkatan
mereka dari tempat tinggal ke acara bimtek sampai keberangkatan mereka ke
tempat tugas daerah visiting, itu semua masuk ke anggaran APBN yang dibiayai
oleh Negara. Kemudian juga disana selama mereka mengikuti program, ada
living cost yang masih dibiayai Negara biasanya untuk transport lokal, untuk
biaya hidup disana, tergantung menyesuaikan dengan kondisi anggaran dengan
ketentuan yang berlaku. Setelah mereka kembali itu ada bimtek untuk
pengarahan bagaimana membuat laporan dan mengembalikan ke tempat tinggal
asal masing-masing, semua itu dibiayai penuh oleh Negara dari APBN.”
Pembiayaan program secara menyeluruh menjadi tanggung jawab pemerintah
dalam hal ini adalah Kementerian Agama. Penggunaan anggaran Negara memiliki
prosedur pertanggung jawaban penggunaannya. Pertanggung jawaban pengguna
anggaran tidak hanya dibebankan oleh panitia penyelenggara, tetapi juga kepada visitor
yang bertugas ke daerah. Hal ini disampaikan oleh bapak Nasri terkait
pertanggungjawaban penggunaan anggaran pemerintah sebagai berikut:
“Pertanggungjawabannya itu kan ada panitia yang menyelenggarakan, panitia
menghimpun seluruh item-item kegiatan, kemudian belanja-belanja yang
dipergunakan sesuai dengan standar biaya dan menggunakan adcost, yaitu berapa
biaya yang dikeluarkan itu yang dibayarkan Negara dengan bukti-bukti tertulis,
ada bukti tiket, bukti pembayaran yang ada kuitansinya, mereka harus
mengumpulkan itu, kalau tidak ada biasanya membuat pertanggungjawaban. Jadi
semua administrasi keuangan itu harus dipertanggungjawabkan, begitu juga bagi
peserta, peserta tidak hanya mengikuti tapi juga melaporkan hasil program yang
telah dilaksanakan di tempat tugasnya dalam bentuk laporan akademik.”
Pelaksanaan program dapat direalisasikan dengan dukungan anggaran yang
memadai. Program visiting teacher PAI memiliki kecukupan biaya mulai dari persiapan
program hingga pelaksanaan evaluasi. Selain itu juga, ketersediaan aggaran yang
direncanakan dapat mewujudkan hak visitor yang meliputi biaya akomodasi dan
konsumsi, uang harian dan transportasi dari daerah tempat asal ke Jakarta (Pulang-

70
Pergi) pada waktu pembekalan bagi visitor sesuai dengan standar biaya masukan. Juga
memperoleh biaya akomodasi dan konsumsi, uang harian dan transportasi dari Jakarta
ke tempat tujuan serta transportasi lokal selama pelaksanaan visiting guru sesuai dengan
standar biaya masukan.

12. Jadwal Pelaksanaan Program


Pelaksanaan program visiting teacher PAI dimulai sejak tanggal 6 November
2019 sampai dengan 6 Desember 2019 yang terdiri atas tiga tahapan yaitu pra program,
pelaksanaan program, dan pasca program. Pada tahap pra program terdiri dari seleksi
peserta, penetapan peserta visiting teacher dan penetapan wilayah sasaran. Pada tahap
pelaksanaan program dimulai dengan bimbingan teknis dan pemberangkatan visitor ke
daerah sasaran. Tahap akhir pasca program yaitu melalui kegiatan evaluasi.
Adapun tahapan jadwal pelaksanaan program mulai dari pra kegiatan,
pelaksanaan dan pasca kegiatan sebagai berikut:

Jenis Program Kegiatan Waktu Pelaksanaan


Pra Program Seleksi peserta visiting teacher PAI 6-15 November 2019
Penetapan peserta visiting teacher PAI 22 November 2019
Penetapan wilayah sasaran 22 November 2019
Pelaksanaan bimbingan teknis 28-29 November 2019
Pelaksanaan
29 November –
Program Pelaksanaan program di daerah sasaran
5 Desember 2019
Pasca Program Evaluasi pelaksanaan program 5-6 Desember 2019

Tabel 4.8 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI


Pelaksanaan pre departure melalui kegiatan bimbingan teknis untuk memberikan
arah kebijakan, prosedur kerja dan teknis pelaksanaan program visiting teacher.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dengan jadwal kegiatan berikut:

Waktu Pelaksanaan Materi Penyampaian Narasumber


Arahan Kebijakan dan Dr. Rohmat Mulyana
Program Direktorat PAI Sapdi, M.Pd
Pelaksanaan Teknis Visiting Drs. Ida Farida, S. Ag.,
Guru PAI MM
28 November 2019 Kebijakan Ditjen Pendidikan Dr. Imam Safe’i, M.Pd
Islam tentang Program Guru
Perbatasan
Ilham, S.Sos, M.Pd
Pembekalan Visiting Guru PAI
Drs. Unang Rahmat, M.M
29 November 2019 Pedoman Pelaksanaan Visiting Drs. Nasri, MM
Guru

Tabel 4.9 Jadwal Pelaksanaan Bimbingan Teknis Program Visiting Teacher PAI

71
Pelaksanaan program visiting teacher dimulai sejak keberangkatan visitor setelah
mengikuti kegiatan bimbingan teknis. Masing-masing daerah sasaran dikirimkan dua
guru (visitor) yang akan melaksanakan pendampingan dan pelatihan. Jadwal kegiatan
dan kebutuhan pada masing-masing wilayah berbeda-beda. Adapun pelaksanaan
visiting teacher PAI di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara dalam tabel berikut:

Waktu Pelaksanaan Program Kerja Kegiatan


29 November 2019 Koordinasi kepada Kantor Melakukaan koordinasi dan
Wilayah Kementerian Agama pemetaan kebutuhan
Provinsi dan organisasi profesi peningkatan kompetensi
guru dan pengawas setempat guru di daerah sasaran.
serta observasi ke beberapa
sekolah di daerah sasaran.
30 November 2019 Melakukan observasi ke SDN Menambah data tentang
003 dan SMPN 1 Kota pelaksanaan pengembangan
Tarakan pembelajaran PAI
1 Desember 2019 Belanja alat dan bahan yang Belanja alat dan bahan di
akan digunakan dalam Toko Gramedia
kegiatan pengembangan
profesi Guru PAI
Membuat media pembelajaran Dilaksanakan di hotel
Menegambangkan LK dan tempat menginap
slide presentasi sebagai materi
acuan
2 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Dilaksanakan di Aula
Pengembangan Keprofesian Kantor kemenag Kota
Berkelanjutan: Tarakan dengan pesrta dari
1. Analisis SKL, KI, dan KD Guru PAI SD, SMP, dan
2. Pengembangan IPK dan SMA/K
Tujuan pembelajaran
3. Pengembangan Materi
Pembelajaran
4. Pengembangan serta
Praktek Model dan metode
pembelajaran
5. Teknik, instrument, dan
rubrik Penilaian,
6. Penyusunan RPP
3 Desember 2019 Pelaksanaan real teaching Peserta dibagi 2 kelompok,
melalui lesson study di : yaitu kelompok guru PAI
a. 07.30-10.30 SD mempersiapkan
a. Guru PAI SMP dan kegiatan di SDN 005 dan
SMA/K melakukan guru PAI SMP, SMA/K
Real Teaching dengan melakukan kegiatan di
model Bp Ibrahim SMPN 1 Kota Tarakan
Guru SMPN 1 Kota
Tarakan dilanjutkan

72
refleksi
b. Guru PAI SD
mengembangkan RPP
sesuai petunjuk
sebelumnya
b. 11.00-14.00
a. Guru PAI SD
melakukan Real
Teaching dengan
model Bp Muchlis
Guru SDN 005 Kota
Tarakan dilanjutkan
refleksi
b. Guru PAI SMP
merevisi dan
mengembangkan RPP
sesuai petunjuk
sebelumnya
4 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan PKB dilaksanakan di aula
Pengembangan Keprofesian Kantr Kemenag Kota
Berkelanjutan: Tarakan
1. Membuat proposal PTK
2. Ice Breaking

Tabel 4.10 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI di Kota Tarakan
Sedangakan jadwal pelaksanaan visiting teacher PAI di Kabupaten Pesisir
Selatan Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan dalam tabel berikut:

Waktu Pelaksanaan Program Kerja Kegiatan


29 November 2019 Koordinasi kepada Kantor Melakukaan koordinasi
Wilayah Kementerian Agama kepada Kanwil Kemenag
Provinsi Sumatera Barat di Provinsi terkait maksud dan
Kota Padang dilanjutkan tujuan pelaksanaan visiting
menuju Kota Painan teacher PAI. dan pemetaan
Kabupaten Pesisir Selatan kebutuhan peningkatan
kompetensi guru di daerah
sasaran.
30 November 2019 Koordinasi dengan Kasi PAIS Melakukan koordinasi dan
dan Ketua MGMP Kabupaten pemetaan kebutuhan
Pesisir Selatan. peningkatan kompetensi
guru di daerah sasaran.
1 Desember 2019 Perjalanan menuju Kecamatan Menuju lokasi sasaran
Lunang dan Kecamatan Bayan

2 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Visitor dibagi menjadi 2


Pengembangan Keprofesian lokasi yaitu pelaksanaan di

73
Berkelanjutan di Kecamatan SMP 3 Kecamatan Lunang
Lunang dan Kecamatan dan SMP 2 Bayang
Bayang terkait pedagogik 1 &
2 yaitu:
1. Perangkat Pembelajaran
(RPP)
2. Model Pembelajaran
3. Simulasi Mengajar

3 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Visitor dibagi menjadi 2


Pengembangan Keprofesian lokasi yaitu pelaksanaan di
Berkelanjutan di Kecamatan SMP 3 Kecamatan Lunang
Lunang dan Kecamatan dan SMP 2 Bayang
Bayang terkait pedagogik 1 &
2 yaitu:
1. Perangkat Pembelajaran
(RPP)
2. Model Pembelajaran
3. Simulasi Mengajar

4 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan di aula Kantor


Pengembangan Keprofesian Kemenag Kabupaten
Berkelanjutan di Kota Painan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan
terkait penilaian online
(Pedagogik 3)

Tabel 4.11 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI


di Kabupaten Pesisir Selatan
Adapun jadwal pelaksanaan visiting teacher PAI di Kota Kupang Provinsi Nusa
Tenggara Timur sesuai tabel berikut:

Waktu Pelaksanaan Program Kerja Kegiatan


29 November 2019 Koordinasi kepada Kantor Melakukaan koordinasi
Wilayah Kementerian Agama kepada Kanwil Kemenag
Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi terkait maksud dan
di Kota Kupang tujuan pelaksanaan visiting
teacher PAI.
30 November 2019 Melakukan kunjungan ke SDN Melakukan koordinasi
1 dan SDN 2 Bonipoi survei pelaksanaan
pembelajaran PAI di
sekolah dan pemetaan
kebutuhan GPAI.
1 Desember 2019 Koordinasi ke Kanwil Berkoordinasi dengan
Kemenag Provinsi dan Kementerian Agama Pusat
Kemenag Pusat terkait dan Kanwil Provinsi perihal

74
penempatan lokasi sasaran belum adanya konfirmasi
yang belum mendapatkan penempatan lokasi sasaran
bantuan KKG di Kota Kupang. yang mendapatkan bantuan
KKG di Kota Kupang.
2 Desember 2019 Koordinasi ke Kantor Survei lokasi pelaksanaan
Kemenag Kota Kupang Bimtek PKB GPAI SD se
bertemu Kasi Pendis dan kota Kupang
pengurus KKG PAI Kota
Kupang.
Survei lokasi pelaksanaan
bimtekk di Aula SMA
Muhammadiyah Kota Kupang

3 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan pelatihan PKB


Pengembangan Keprofesian di aula SMA
Berkelanjutan Guru PAI SD Muhammadiyah Kota
Kota Kupang Kupang
4 Desember 2019 Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan di aula SMA
Pengembangan Keprofesian Muhammadiyah Kota
Berkelanjutan Guru PAI SD Kupang
Kota Kupang

Tabel 4.12 Jadwal Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI di Kota Kupang
Pelaksanaan program visiting teacher pada ketiga daerah sasaran memiliki
aktifitas dan jadwal pelaksanaan yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan
lokal. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor akses transportasi sebagaimana pelaksanaan
di Kabupaten Pesisir Selatan yang membutuhkan perjalan darat yang cukup lama
dibandingkan Kota Tarakan dan Kota Kupang. Namun secara umum, pola pelaksanaan
program memiliki kesamaan mulai dari koordinasi, pemetaan kebutuhan, persiapan dan
pelaksanaan pelatihan.
Kemudian dalam pelaksanaan evaluasi program secara internal, visitor
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan visiting teacher di daerah sasaran. Pelaksanaan
evaluasi ini dilaksanakan selama dua hari dengan jadwal kegiatan berikut:

Waktu Pelaksanaan Materi Penyampaian Narasumber


5 Desember 2019 Presentasi Hasil Pelaksanaan Drs. Ida Farida, S. Ag.,
Visiting Guru PAI MM
Evaluasi Program Visiting Guru Dr. Rohmat Mulyana
PAI Sapdi, M.Pd
Pembinaan Peserta Pasca Drs. Nasri, MM
Program Visiting Guru PAI
6 Desember 2019 Evaluasi Manajerial Program Drs. Nasri, MM
Visiting Guru PAI

Tabel 4.13 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Program Visiting Teacher PAI

75
13. Aktifitas Pelaksanaan Program
a. Pra Kegiatan
Pada tahap pra kegiatan, pelaksanaan program secara bertahap terdiri dari seleksi
peserta, penetapan peserta visiting teacher dan penetapan wilayah sasaran. Pada tahap
seleksi peserta, kuota peserta yang menjadi bakal calon visitor dibatasi sebanyak 30
(tiga puluh) orang dengan skema berikut:
Jenjang Pendidikan Kuota Peserta
Guru PAI PAUD/TK 2 Orang
Guru PAI SD 8 Orang
Guru PAI SMP 8 Orang
Guru PAI SMA/SMK 8 Orang
Pengawas PAI 4 Orang
Jumlah 30 Orang

Tabel 4.14 Kuota Peserta Program Visiting Teacher PAI


Proses rekrutmen peserta dilaksanakan sesuai dengan kriteria peserta yang
dibutuhkan. Pelaksanaan rekrutmen peserta berdasarkan kriteria peserta terbaik dalam
diklat program PKB bagi guru PAI dan diklat PKP bagi pengawas PAI yang telah
dilaksanakan oleh Kementerian Agama. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk
keberlangsungan tujuan program visiting teacher PAI di daerah dalam meningkatkan
kompetensi guru PAI melalui program PKB. Berdasarkan kebijakan tersebut, terdapat
28 orang peserta yang di terima menjadi calon visitor sedangkan dua kuota khusus guru
PAI pada PAUD/TK ditiadakan. Selanjutnya di tetapkan 28 visitor sesuai dengan SK
nomor 6635 tentang Penetapan Peserta Program Visiting Teacher PAI ke Wilayah
Perbatasan.
Proses penetapan wilayah sasaran program visiting teacher PAI dilaksanakan
oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui koordinasi kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi terkait kebutuhan guru di daerah. Berdasarkan jumlah
peserta sebanyak 28 orang maka ditetapkan 14 Kabupaten/Kota sebagai daerah sasaran
program. Adapun penugasan peserta ke masing-masing kabupaten sasaran dijabarkan
dalam Surat Tugas nomor 2188/Dt.I.III/KP.02.1/11/2019 dengan rincian sebagai
berikut:
Penempatan Lokasi
No Nama Lengkap Tempat Tugas Visiting
Kab./Kota Provinsi
1 Abdul Mufid, MA Pengawas Kemenag
Kab. Bogor Kota Kalimantan
2 Ahmad Fathulloh, Pengawas Kemenag Tarakan Utara
S.Ag. M.Pd Kota Serang
3 Anis Nurlaili, S.Ag. Pengawas Kemenag
MM. Kab. Sampang Kabupaten Kalimantan
4 Aisyah, S.Pd.I. M.Pd Pengawas Kemenag Sambas Barat
Kota Cirebon

76
5 A Rojadudin, S.Ag SDN 024 Balikpapan
Kabupaten
Tengah Kalimantan
Hulu Sungai
6 Umi Latifah, S.Ag SDN Kotalama 5 Selatan
Tengah
Kota Malang
7 Imas Masruroh, S.Ag SDN 1 Sukapura
Tasikmalaya
Kabupaten Sulawesi
8 Suhadaq, S.Pd.I SDN Talunrejo 3
Sigi Tengah
Blubuk Kab.
Lamongan
9 Nur Halim Sumirat SDN Sedayu Bantul
Nusa
10 Miseransyah, S.Pd.I SDN 1 Mahang
Kota Kupang Tenggara
Sungai Hanyar Kab.
Timur
Hulu Sungai Tengah
11 Sri Herawati, S.Pd.I SDN 29 Pontianak
Kabupaten Sumatera
12 Islamiyah, S.Ag, SDN 37 Pekanbaru
Solok Barat
M.Pd
13 Bahtiar, S.Pd.I, SMPN 1 Nurussalam
M.Pd.I Kabupaten Kalimantan
14 Bukhari, M.A SMPN 1 X Koto Pontianak Barat
Singkarak
15 Rahmah Fitri Awal, SMPN 3 Selat Kuala
S.Pd.I Kapuas Kab. Kapuas
Kabupaten Sulawesi
16 Hj. Kunti Suraya SMPN 3 Klaten
Bone Selatan
Husriyati, S.Ag.
M.Pd.I
17 Joko Paripurno, SMPN 1
M.Pd Bulupesantren Kabupaten
Sumatera
Kebumen Pesisir
Barat
18 Ahmad Noor SMPN 6 Balikpapan Selatan
Hardiyansyah, S.Pd.i
19 Drs. Siti Hadijah, SMPN 3 Sampit
Kabupaten
M.PI Sumatera
Padang
20 Yetti hendra, M.Pd.I SMPN 18 Kota Utara
Sidempuan
Bengkulu
21 Fadlun Saleh, S.Ag, SMAN 1 Marisa
M.Pd Pohuwato Kabupaten Sumatera
22 Rosnaeni SMKN 2 Tidore Karo Utara
Syahbuddin, S.Pd.i kepulauan
23 H. Dudi Hermawan, SMA Babussalam,
Kabupaten
Lc Selayar
Indra Giri Riau
24 Tuti Haryati, S.Ag, SMKN 1 Kuala
Hulir
M.Si Kapuas
25 Muhammad Ridwan, SMAN 1 Polewali
Kabupaten Kalimantan
S.Ag. M.Si
Nunukan Utara
26 Nawir, S.Ag SMKN 3 Palu
27 Ari Sriyanto, M.Pd SMAN 4 Pangkal Kabupaten Nusa

77
Pinang Ende Tenggara
28 Ahmad Arifuddin, SMKN Ponjong, Timur
M.Pd Gunung Kidul

Tabel 4.15 Penetapan Peserta dan Lokasi Tugas Program Visiting Teacher PAI

Secara umum, pelaksanaan pra kegiatan sesuai dengan perencanaan yang


dilakukan oleh panitia penyelenggara. Mulai dari seleksi peserta hingga penetapan
peserta dan lokasi sasaran. Selain itu, pemetaan anggaran kegiatan juga di alokasikan
sesuai dengan kebutuhan program dan jangkauan sasaran kegiatan sehingga proses
pelaksanaannya dapat berjalan maksimal.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan program visiting teacher PAI terbagi dalam dua aspek yaitu
pelaksanaan bimbingan teknis dan pelaksanaan visiting teacher di daerah sasaran.
Adapun rinciannya peneliti deskripsikan sebagai berikut:

1) Bimbingan Teknis
Setelah ditetapkan visitor dan lokasi sasaran, kemudian dilanjutkan pada
pelaksanaan kegiatan visiting teacher PAI. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari dua
tahapan yaitu pelaksanaan bimbingan teknis (bimtek) dan pelaksanaan visiting
teacher PAI di daerah sasaran. Pelaksanaan bimtek dilaksanakan di Days Hotel
& Suites Jakarta Airport pada tanggal 28-29 November 2019 dengan tujuan
untuk persiapan visitor terkait visi misi program sebelum keberangkatan ke
daerah sasaran, sebagaimana yang disampaikan bapak Nasri (2020):
“Sebelum memberangkatkan peserta kita undang peserta di satu tempat
dengan harapan mereka bisa kita persiapkan supaya visi misi mereka kesana
itu sama sesuai dengan harapan dari program itu. Dan mereka semua wajib
mengikuti itu dengan jadwal dan aturan yang dibuat oleh panitia.”
Pembekalan bimtek yang dilaksanakan selama dua hari dengan jaminan
seluruh biaya akomodasi, konsumsi dan transportasi ditanggung oleh panitia
penyelenggara melalui DIPA Ditjen Pendidikan Islam. Visitor yang mengikuti
bimtek diwajibkan untuk melaporkan diri kepada panitia, mengisi dan
menyerahkan biodata beserta bukti perjalanan dari rumah ke lokasi pelaksanaan
bimtek, menyerahkan surat tugas dan izin dari kepala sekolah. Selain itu, peserta
diwajibkan untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan secara aktif dan
menyusun rencana program sesuai dengan daerah sasaran.
Pada aspek penyampaian materi, secara keseluruhan narasumber pada
pelaksanaan bimtek secara mayoritas berasal dari pejabat internal Direktorat PAI.
Perlu menjadi pertimbangan terkait penguatan konten teknis pembelajaran bagi
guru baik tentang RPP, metode pembelajaran ataupun media ICT untuk
menguatkan kembali bekal bagi visitor. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu
visitor yang menjadi harapannya selama pelaksanaan bimtek: “Kalau materinya
semua tentang PKP itu dikasih, cuman kita tidak mendapatkan seperti bimtek,

78
jadi ada jam penyerapan di RPP, mungkin karena yang ikut program visiting itu
sudah punya bekal, materi sudah dikuasai gitu.” Berdasarkan hal tersebut, perlu
melibatkan praktisi pendidikan untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman
teknis dalam pembinaan guru pada aspek metode dan konten pembelajaran.
Implementasi bimtek program visiting teacher dilaksanakan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan, namun masih terdapat kendala teknis dalam
optimalisasi waktu yang tersedia. Kendala tersebut berkaitan dengan jadwal
penerbangan visitor ke daerah sasaran yang beragam. Terdapat beberapa visitor
yang terlebih dahulu berangkat sebelum kegiatan selesai dikarenakan
penerbangan ke wilayah zona timur hanya tersedia sebelum subuh sehingga
terpaksa berangkat pada tanggal 29 November 2019 dini hari sebelum penutupan.
Hal tersebut perlu menjadi pertimbangan dalam optimalisasi waktu pelaksanaan
bimbingan teknis sehingga penyampaian arahan dan program kerja terlaksana
secara maksimal.
2) Pelaksanaan Visiting Teacher PAI di daerah sasaran
Pelaksanaan visiting teacher PAI dilaksanakan dengan menyelenggarakan
kegiatan pelatihan bagi guru PAI di daerah sasaran. Pelatihan peningkatan
kompetensi guru menggunakan pola pengembangan keprofesian berkelanjutan
yang terdiri dari: pemetaan kebutuhan, pengembangan diri dan publikasi Ilmiah.
b. Pemetaan Kebutuhan
Pra pelaksanaan kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru,
visitor melakukan pemetaan kebutuhan sesuai dengan prosedur
keorganisasian. Pemetaan kebutuhan guru di daerah sasaran dilaksanakan
melalui tahapan koordinasi dengan Kantor Kementerian Agama Provinsi
dan atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota serta kemudian
melakukan pemetaan kebutuhan guru melalui perwakilan dari Kelompok
Kerja Guru (KKG) PAI, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI
dan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) PAI. Koordinasi atau pertemuan
bersama organisasi profesi guru PAI dilaksanakan dengan menyesuaikan
kondisi dan waktu di daerah. Mengingat bahwa tidak semua kabupaten
sasaran berada dekat dengan ibu kota provinsi sehingga membutuhkan
waktu perjalanan yang cukup lama untuk tiba di lokasi sasaran.
Pemetaan kebutuhan dilaksanakan dengan model diskusi interaktif
berdasarkan permasalahan dan kondisi guru PAI di daerah saat ini sehingga
visitor dapat menyusun konsep pelatihan guru yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Di beberapa Kabupaten/Kota, pelaksanaan pemetaan kebutuhan
didampingi oleh pejabat pada Kantor Kementerian Agama
Provinsi/Kabupaten/Kota sehingga permasalahan dapat terangkum secara
komprehensif. Pasca pemetaan kebutuhan di daerah sasaran, visitor
melaksanakan penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan yang kemudian
dikoordinasikan dengan ketua organisasi profesi guru (KKG, MGMP,
Pokjawas) yang mengikuti pelatihan. Lebih lanjut, tim visitor melakukan

79
persiapan pelatihan mulai dari penyediaan alat pelatihan, materi, dan metode
apa yang akan digunakan selama program visiting teacher berlangsung.
c. Pengembangan Diri
Pelaksanaan pelatihan peningkatan kompetensi guru menggunakan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru PAI
sebagaimana yang dijelaskan dalam Permenpan RB Nomor 16 Tahun 2009
dan PMA Nomor 38 Tahun 2018 bahwa pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitasnya. Penggunaan PKB dalam program visiting teacher dinilai
memiliki kesamaan tujuan dalam peningkatan kompetensi guru. Hal ini yang
kemudian dilakukannya pemetaan kebutuhan guru di daerah sasaran agar
nantinya proses pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan optimal dan
mampu menyediakan guru yang profesional.
Pengembangan diri pada program PKB bagi guru PAI meliputi
beberapa materi peningkatan kompetensi guru yang terbagi atas tiga materi
pokok yaitu: pedagogik 1, pedagogik 2 dan pedagogik 3. Materi pedagogik
1 meliputi: karakteristik peserta didik; analisis SKL, KI, KD dan kegiatan
pembelajaran; analisis minggu efektif pembelajaran; program tahunan;
program semester; silabus satuan pendidikan; kriteria ketuntasan minimal;
pengembangan IPK; dan penyusunan RPP. Kemudian pedagogik 2 meliputi:
konsep model pembelajaran; analisis SKL, KI, KD dan model pembelajaran,
sintaks pembelajaran, pembelajaran abad 21, penyusunan LK pembelajaran;
dan praktik model pembelajaran. Materi pada pedagogik 3 meliputi: konsep
penilaian pembelajaran; analisis SKL, KI, KD dan penilaian pembelajaran;
pengembangan penilaian sikap; pengembangan penilaian pengetahuan;
pengembangan penilaian keterampilan; pengembangan IPK HOTS;
penyusunan soal HOTS; analisis butir soal; pengolahan, pelaporan dan
pemanfaatan penilaian; dan analisis hasil penilaian dan tindak lanjut.
Pelbagai materi tersebut dilaksanakan berdasarkan kebutuhan guru PAI
di daerah sasaran. Tidak semua materi disampaikan secara menyeluruh,
terdapat beberapa materi yang disampaikan hanya sebagai penguatan.
Beberapa materi lainnya yang menjadi kebutuhan utama dijabarkan secara
utuh dari aspek teoritis kemudian dilanjutkan dengan praktik atau
demonstrasi. Mayoritas pelaksanaan peningkatan kompetensi guru mengacu
pada analisis SKL, KI, KD, pengembangan IPK dan tujuan pembelajaran,
pengembangan model dan metode pembelajaran, penyusunan RPP, dan
penilaianan. Keterkaitan antara pengembangan keprofesian guru dengan
tujuan pelaksanaan visiting teacher PAI memiliki senergi yang sama dalam
pengembangan kompetensi guru PAI di wilayah perbatasan.
d. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah merupakan bagian dari materi pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Materi ini tidak secara menyeluruh diterapkan di

80
daerah sasaran, sebagaimana pelaksanaan di Kabupaten Pesisir Selatan dan
Kota Kupang yang tidak menyampaikan materi publikasi ilmiah karena
beberapa alasan tertentu. Sedangkan di Kota Tarakan, materi publikasi
ilmiah disampaikan terkait penelitian tindakan kelas yang mana secara
praktik, guru dapat melakukannya selama pembelajaran. Adapun kategori
publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu:
 Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak
sebagai pemasaran dan/atau narasumber pada seminar, lokakarya,
koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada
tingkat sekolah, KKG/MGMP/MGBK, kabupaten/kota, provinsi,
nasional, maupun internasional.
 Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang
pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil
penelitian, makalah tinjuan ilmiah di bidang pendidikan formal
dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan.
 Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/ atau pedoman
guru.
Kategori publikasi ilmiah pada program visiting teacheri mengacu pada
penyusunan penelitian tindakan kelas agar guru PAI dapat mengembangkan
konten pendidikan agam Islam serta dapat meningkatkan profesi
keguruannya melalui penilaian angka kredit.
Pelaksanaan program peningkatan kompetensi guru di Kota Tarakan
dipusatkan pada pengembangan keprofesian berkelanjutan. Secara umum,
pengembangan kompetensi tesebut dalam implementasi kurikulum 2013,
metode pembelajaran dan penelitian tindakan kelas. Model pelatihan
peningkatan kompetensi guru dilakukan dengan pendekatan training, peer
teaching dan real teaching dimana guru diberikan pelatihan oleh visitor
terkait materi peningkatan kompetensi dan kemudian guru juga melakukan
aktifitas mengajar langsung di beberapa sekolah sasaran yang di supervisi
langsung oleh tim visitor dan dihadiri guru lainnya. Pasca real teaching,
visitor menyampaikan masukan sebagai bahan refleksi atas pelaksanaan
mengajar yang telah dilaksanakan.

Pelatihan kompetensi guru juga diarahkan pada penulisan karya ilmiah.


Hal ini penting sebagai kebutuhan peningkatan jenjang karir guru dalam
memenuhi kriteria penilaian angka kredit bagi guru. Selain itu, pelatihan
juga diarahkan sesuai dengan tujuan program yaitu penguasaan model dan
metode pembelajaran. Model dan metode pembelajaran yang dimaksud
adalah dengan menerapkan pola pembelajaran yang mengarah pada student
centered dan pendekatan saintifik sesuai dengan implementasi kurikulum
2013.
Dari hasil pelaksanaan program visiting teacher PAI di kota Tarakan
ditemukan beberapa temuan dilapangan diantaranya:

81
1) Pelaksanaan program visiting teacher PAI nyaris berbarengan dengan
pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS)
2) Pelaksanaan kegiatan visiting untuk akomodasi dan konsumsi peserta
(guru PAI sasaran) di daerah tidak didukung anggaran pemerintah
3) Guru PAI mendapat informaasi format dan konsep RPP yang berbeda
4) Dalam kenyataannya, guru PAI masih kesulitan dalam mengaplikasikan
sistem penilaian Kurikulum 2013. Banyaknya instrumen yang ada,
teruatama dalam instrumen sikap membuat guru PAI merasa keberatan
dan sangat sulit untuk direalisasikan.
5) Implementasi Kurikulum 2013 kurang didukung dengan penggunaan
metode dan media pembelajaran yang sesuai ekspektasi anak/peserta
didik
6) Guru PAI sangat membutuhkan adanya pendampingan dari “guru
senior” (yang menguasai Kurikulum 2013) dalam implementasinya
pada pembelajaran di kelas. Kegiatan lesson study yang dilakukan Tim
dirasa masih ‘asing’, tapi sangat dirasakan manfaatnya
7) Guru PAI masih jarang melakukan tindakan reflektif terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukannya.
Berdasarkan instrument observasi administrasi pembelajaran, penilaian
dan prosesnya yang dilakukan oleh visitor di Kota Tarakan didapati hasil
sampel sebagai berikut:
1) Program penilaian, KKM, dan agenda harian masih kurang
2) Pembuatan kartu soal dan analisis butir soal masih kurang
3) Adapun pelaksanaan pembelajaran dapat digambarkan sesuai hasil
observasi kelas dalam 2 (dua) kategori:
a) Jenjang SMP secara umum cukup baik dengan nilai 73. Hal yang
tidak dilakukan adalah:
 Penyampaian tujuan pembelajaran
 Tahap pertama kegiatan saintifik, yaitu pengamatan
 Pemberian waktu untuk siswa bertanya
 Mengomunikasikan, dan
 penilaian
b) Jenjang SD Secara umum masih kurang dengan nilai 65. Banyak
hal yang perlu dilakukan dan ditingkatkan, seperti:
 setting tempat duduk siswa masih satu arah
 penyampaian tujuan pembelajaran
 kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
 kegiatan yang mencerminkan 4 C
 pemanfaatan sumber belajar
 penggunaan metode pembelajaran
 penilaian
Kegiatan visiting teacher PAI Tahun 2019 di Kota Tarakan berjalan sesuai
dengan jadwal yang disepakati antara tim visitor, Ketua KKG PAI, Ketua
MGMP PAI SMP dan SMA/K, serta Pengawas PAI Kota Tarakan. Kegiatan

82
dimulai dari sejak kedatangan tim di kantor Kemenag Kota Tarakan pada hari
Jumat, 29 November hingga Rabu, 5 Desember 2019. Kedatangan tim langsung
mendapat sambutan yang sangat baik dari pengurus KKG PAI SD, pengurus
MGMP PAI SMP, SMA, dan SMK. Mereka sangat antusias dan penuh harapan
agar kegiatan visiting tidak berhenti di tengah jalan, melainkan berjalan secara
berkesinambungan. Tidak lupa mereka juga menaruh harapan besar agar semua
temuan dari tim visitor untuk bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait.
Adapun pelaksanaan kegiatan visiting teacher PAI di Kabupaten Pesisir
Selatan memiliki pola berbeda dengan penerapan pada Kota Tarakan. Visitor
dikirim ke lokasi sasaran yang benar-benar memiliki kategori tertinggal dan
keterbatasan akses. Visitor ditempatkan pada dua kecamatan yang berbeda yaitu
Kecamatan Lunang dan Kecamatan Bayang Utara. Dua kecamatan tersebut
memiliki kebutuhan yang berbeda. Kecamatan Lunang dapat menerima model
pembelajaran berbasis ICT dikarenakan lokasi tersebut sudah dapat mengakses
internet dan listrik, sedangkan pada Kecamatan Bayang ditemukan kendala
berikut:
 Kecamatan Bayang Utara merupakan daerah yang sulit dijangkau,
karena daerah perbukitan yang terjal, sehingga infrastruktur jalan sulit
dibangun.
 Kecamatan Bayang Utara masih belum terkoneksi internet. Sehingga
menjadi kesulitan tersendiri bagi Guru PAI untuk mengakses informasi.
 Aliran listrik di kecamatan bayang Utara masih sering terputus berhari-
hari. Sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan media infocus,
dan media pembelajaran elektronik lainnya tidak dapat dilakukan
secara maksimal.

Berdasarkan kendala tersebut, proses penerapan model pembelajaran dan


materi ajar dilakukan dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan pemetaan
dan kebutuhan daerah. Namun secara umum, pelaksanaan kegiatan visiting
teacher PAI di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi:

1) Penguatan Kapasitas Guru PAI


Peserta kegiatan menerima materi terkait dengan peningkatan kompetensi
dan kapasitas guru. Beberapa poin yang dapat disampaikan sebagai hasil dari
kegiatan ini adalah:
 Seluruh peserta mendapat pencerahan, pengetahuan dan pemahaman
menyeluruh terkait dengan penguatan kapasitas guru PAI
 Kompetensi yang dibangun di antara guru PAI diharapkan dapat
meningkat. Observasi awal selama kegiatan, kedisiplinan peserta dalam
kegiatan terus meningkat mulai hari pertama kegiatan hingga hari
terakhir.
 Antusiasme perserta selama kegiatan juga terlihat baik dan meningkat.
Ini menjadi bukti bahwa guru PAI di daerah 3T sangat membutuhkan
kegiatan sejenis guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi yang
dimiliki

83
2) Implementasi Kurikulum PAI 2013
Materi umum yang disampaikan pada poin ini antara lain: Penguatan
Pendidikan Karakter, Literasi, sekolah ramah anak, kebijakan kurikulum PAI
2013 serta materi Islam rahmatan lil ‘alamin. Secara rinci hasil dari kegiatan
pada poin ini adalah:
 Antusiasme peserta kegiatan juga meningkat. Semangat yang
ditunjukkan peserta kegiatan terlihat dari kedisiplinan selama kegiatan
berlangsung
 Materi inti dalam implementasi kurikulum PAI 2013, seperti model
pembelajaran, 4C, HOTS, Literasi dan PPK, penilaian dan materi
ISRA, sebagian besar telah dikuasai oleh peserta kegiatan

3) Pembinaan MGMP PAI SMP Kabupaten Pesisir Selatan


Secara umum, hasil pembinaan yang kami lakukan kepada pengurus MGMP
PAI SMP Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut:
 Optimalisasi MGMP PAI SMP Kabupaten Pesisir Selatan, sebagai
wadah bagi Guru PAI untuk meningkatkan komptensi dan kemampuan
yang dimiliki
 Menjadikan MGMP sebagai wadah penyebaran informasi penting yang
harus diterima oleh Guru PAI.

Kegiatan visiting teacher PAI Tahun 2019 di Kabupaten Pesisir Selatan


berjalan sesuai dengan harapan daerah sasaran untuk melibatkan tim visitor
dengan guru-guru PAI di daerah terpencil Provinsi Sumatera Barat. Jadwal
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan susunan yang telah ditetapkan. Tujuan
pelaksanaan program visiting teacher dalam upaya peningkatan kompetensi guru
di wilayah 3T dapat terlaksana dalam bidang implementasi kurikulum 2013,
pengembangan model pembelajaran dan penilaian.

Sedangkan pelaksanaan visiting teacher PAI di Kota Kupang terkendala


pada koordinasi antara Kementerian Agama pusat dan Kementerian Agama
Provinsi terkait lokasi sasaran pelaksanaan visiting teacher sehingga berdampak
pada optimalisasi waktu pelaksanaan pelatihan kompetensi guru di daerah.
Secara umum pelaksanaan program visiting di Kota Kupang kurang maksimal
baik dalam penyampaian materi program dan efisiensi waktu. Penyampaian
materi program di Kota Kupang difokuskan pada pengembangan model
pembelajaran dan sebagian terkait implementasi kurikulum 2013. Berdasarkan
hasil wawancara bapak Nurhalim (2020) disampaikan bahwa penyampaian
materi difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dan pengenalan
program PKB. “Termasuk itu juga kami berikan pak, pedagogik dua. Tapi itu
belum keseluruhan ya. Karena keterbatasan waktu, jadi kita berikan juga
meskipun sebagian. Pedagogik dua kita berikan karenakan saya dapat, waktu
itukan pedagogik dua, jadi punya pengalaman itu, maka itu kita sampaikan.
Kemudian kita sampaikan juga yang terkait penilaian. Kemudian sama juga PKB,
secara konsepnya program PKB itu sendiri, dan tentang wawasan tentang PKB”.

84
Selain itu, penyampaian materi terkait perencanaan pembelajaran atau RPP
belum sepenuhnya maksimal. Pelaksanaan kegiatan sepenuhnya dilaksanakan
pada praktek micro teaching. “RPP hanya sedikit. Karena kemarin lebih ke
praktek micro teaching, ada micro teaching juga, bagaimana cara
mempraktekkan model pembelajaran” (Nurhalim, 2020). Pada aspek penulisan
karya tulis ilmiah juga tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu.
“PTK, kemarin tidak cukup waktu, jadi kita share materi, materi ke teman–teman
tapi tidak bisa secara maksimal apalagi sampai praktek itu kita belum, tidak
cukup waktu sehingga kami hanya sebatas memberikan share materi” (Nurhalim,
2020).

Kegiatan visiting teacher PAI Tahun 2019 di Kota Kupang terdapat kendala
koordinasi antara penyelenggara program dan lokasi sasaran. Hal tersebut juga
menjadi masukan dari visitor untuk pelaksanaan program berikutnya.
“Pengalaman dari kami, mungkin kurang koordinasi dengan yang mau ketemu
itu bisa lebih awal. Mungkin kami kasusnya karena perwakilan dari NTT tidak
hadir juga (bimtek), jadi salah satu kendala juga. Mungkin perlu dipastikan,
kalaupun tidak hadir mungkin bisa komunikasinya bisa lebih inten. Dalam artian,
sehingga sampai sana itu kita bisa lebih lancar kegiatan disana” (Nurhalim,
2020). Disisi lain, pada aspek pelaksanaan pelatihan guru di kota Kupang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan utama program visiting teacher PAI yaitu
peningkatan kompetensi guru di daerah sasaran meliputi implementasi kurikulum
2013 dan pengembangan model pembelajaran.
c. Pasca Kegiatan
Pada tahap akhir program, dilaksanakan kegiaran evaluasi penyelenggaraan
visiting teacher PAI. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 5-6
Desember 2019 di Days Hotel & Suites Jakarta Airport. Pelaksanaan evaluasi program
dimaksudkan untuk melaporkan hasil pelaksanaan dan temuan lapangan pada program
visiting teacher PAI di daerah sasaran. Presentasi yang ditampilkan berupa power point
berisi dokumentasi tentang kondisi lingkungan masyarakat dan keadaan guru PAI di
daerah serta implementasi program yang dilaksanakan.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam dua kategori yaitu evaluasi saat program
berlangsung dan evaluasi pasca program, sebagaimana yang diuraikan bapak Nasri
(2020) “Evaluasi biasanya dilaksanakan diakhir untuk mengukur keberhasilan program.
Jadi sebenarnya evaluasi itu ada dilaksanakan saat program sedang berlangsung yaitu
dengan monitoring dan evaluasi saat kegiatan atau setelah program dilaksanakan.
Biasanya kalau ada alokasi anggaran untuk kunjungan atau untuk monev kesana saat
ada kegiatan, itu dilakukaan saat program berlangsung, tapi jika tidak ada ya kita
lakukan evaluasi dalam bentuk evaluasi di tempat ketika mereka sudah selesai
melaksanakan program.”
Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan dengan penyampaian hasil pelaksanaan
program kepada panitia penyelenggara. Seluruh peserta dijadwalkan sesuai dengan
kesiapan materi hasil pelaksanaan. Pada awal sesi evaluasi dihadiri oleh Direktur
Pendidikan Agama Islam, Rohmat Mulyana, untuk menyimak dan memberikan

85
tanggapan pelaksanaan program. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu
panitia pelaksana dari hasil wawancara berikut:
“Peserta menyampaikan temuan-temuan dan juga apa yang mereka ajarkan di
daerah, dipresentasikan dan waktu itu di sesi-sesi pertama juga Direktur
mengikuti memberikan masukan-masukan. Nah ini ada feedback yang saya kira
menarik, antara satu peserta dengan peserta yang lain saling melihat proses
penyelenggaraan di lokasi, jadi mereka bisa saling melihat. Itu terdokumentasi
dengan baik, sehingga jika ada program ini lagi di tahun mendatang itu bisa
menjadi pijakan, bisa jadi pertimbangan untuk program kedepan.” (Nasukha,
2020)
Selama pelaksanaan evaluasi program visiting teacher PAI berlangsung, Direktur
Pendidikan Agama Islam memberikan respon terkait kebutuhan guru di masing-masing
daerah yang belum terpetakan. Lebih lanjut, hasil wawancara bersama salah satu panitia
penyelenggara menceritakan “Semisal beberapa di daerah Kalimantan di perbatasan, di
pedalaman, itu beberapa pengawas ataupun guru itu memang kurang, nah Direktur
berharap apa yang disampaikan ke mereka itu sesuai dengan kebutuhan, karena jauh-
jauh dari pusat yang disampaikan itu harus sesuatu yang paling dibutuhkan sesuai
dengan masing-masing daerah. Karena mungkin satu daerah dengan daerah lain
kebutuhan terhadap ini nya beda-beda. Ada yang ICT nya kurang, ada yang manajerial
pembelajarannya kurang, ada yang metodenya kurang, nah itu beda-beda. Itu perlu
dipertegas kekhususan tadi sesuai dengan daerahnya.” (Nasukha, 2020)
Pasca kegiatan visiting teacher PAI, peserta membuat dan menyerahkan laporan
hasil visiting kepada panitia dan Direktur Pendidikan Agama Islam. Adapun konten
laporan visiting berupa laporan akademik dan laporan penggunaan dana selama visiting
di daerah sasaran. Penyerahan laporan dibedakan berdasarkan jenjang pendididkan
yang ditandai dengan sampul merah untuk guru PAI jejang SD, sampul biru untuk guru
PAI jejang SMP dan sampul hijau untuk guru PAI jejang SMA/SMK.
Secara umum, pelaksanaan kegiatan evaluasi sesuai dengan perencanaan yang
telah dilakukan sebelumnya. Mulai dari seleksi peserta hingga penetapan peserta dan
lokasi sasaran. Selain itu, pemetaan anggaran kegiatan juga di alokasikan sesuai dengan
kebutuhan program dan jangkauan sasaran kegiatan sehingga proses pelaksanaannya
dapat berjalan maksimal.
14. Hambatan pelaksanaan program
Pelaksanaan program visiting teacher PAI tidak terlepas dari kendala yang
ditemukan selama proses pelaksanaan berlangsung. Peneliti menjabarkan temuan
kendala visiting sebagai berikut:
a. Efisiensi Waktu
Penyelenggaraan program visiting teacher PAI didaerah sasaran terkendala
dengan efisiensi waktu yang tersedia. Kendala tersebut ditemukan pada saat
pelaksanaan bimbingan teknis dan pelaksanaan visiting di daerah sasaran. Dalam
pelaksanaan bimtek selama dua hari belum efisien untuk memberikan arahan dan

86
penguaran materi secara menyeluruh. Penyelarasan kemampuan antara visitor perlu
diperkuat dalam pelaksanaan bimtek, sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu
panitia penyelenggara bahwa “waktu bimteknya masih terbatas, menyelaraskan
kemauan antar peserta masih kurang. Jadi antara satu peserta dengan peserta yang lain
kemampuannya beda-beda, termasuk yang disampaikan itu ada beberapa perbedaan
juga. Lebih bagus lagi dari pembekalan itu diperkuat dari sisi jadwal, agenda didesain
lebih rapi” (Nasukha, 2020).
Hal ini juga disampaikan dari hasil wawancara terhadap visitor, ibu Nurlaili
(2020) menceritakan “Pembekalan hanya di kasih waktu dua hari saja, di pelaksanaan
waktunya juga kurang, mungkin pertimbangannya biaya juga, kalau ditambah waktu di
pembekalan juga ditambah waktu pelaksanaan”. Bapak Nurhalim juga menjelaskan
bahwa pelaksanaan bimtek selama dua hari sangat singkat. “Sebenarnya waktunya itu
lebih pendek dari yang sebelumnya infonya loh, saya tidak tau juga yang sebelum-
sebelumnya, cuman untuk yang periode kemarin itu sepertinya waktunya lebih pendek
daripada periode yang sebelumnya” (Nurhalim, 2020).
Disamping itu juga masih terdapat kekurangan waktu dalam pelaksanaan visiting
di daerah sasaran karena aktifitas guru melakukan pelatihan kompetensi hanya 3 hari
dengan kebutuhan materi guru yang kompleks. Minimnya waktu pelaksanaan visiting di
daerah pada akhirnya berdampak pada efisiensi tugas visitor di daerah. Pelaksanaan
visiting selama didaerah sasaran dengan waktu yang tersedia masih kurang efisien
untuk pelaksanaan program yang maksimal, sebagaimana yang disampaikan ibu
Nurlaili (2020) “pelaksanaan program di daerah selama lima hari masih kurang, kita
yang jadi terforsir, karena guru-guru pengen mengetahui materi sampai mendetail.
Alhamdulillah tersampaikan semua, yang agak terburu-buru tersampaikan itu tentang
karya tulis ilmiah”
Selain itu pelaksanaan visiting di kabupaten lain seperti Kabupaten Pesisir
Selatan Provinsi Sumatera Barat, terdapat keluhan yang sama terkait efisiensi waktu.
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu panitia menceritakan bahwa:
“Ada beberapa keluhan-keluhan dari para guru, salah satunya adalah terkait
waktu, karena terlalu singkat waktunya, kalau bisa lebih lama atau diperpanjang,
paling tidak satu bulan, itu satu bulan juga sebenarnya kurang, karena
didaerahnya kemarin hanya seminggu saja, belum lagi seminggu pada saat
berangkat dari Jakarta ke lokasi itu kalau tidak di hari sabtu, jadi sama sekali
tidak efektif waktunya, seharusnya saat pemberangkatan itu di hari senin pagi,
jadi saat berangkat itu benar-benar sampai, bertemu guru PAI, melakukan
visiting, memberikan mentor kepada guru lainnya. Seharusnya waktunya itu
benar-benar di efisienkan, karena sabtu minggu tidak bisa bertemu guru.” (Hery,
2020)
Persoalan waktu yang terbatas perlu menjadi kajian kembali bagi penyelenggara
program untuk pemetaan jadwal pelaksanaan dan anggaran yang tersedia. Pelaksanaan
program yang bukan pada hari aktif guru dari senin-jum’at di sekolah menjadi

87
hambatan pelaksanaan program. Hal tersebut dibuktikan dengan efisiensi waktu visitor
selama enam hari di daerah sasaran namun waktu efektif hanya 4 hari.
b. Dukungan Program dan Koordinasi Program
Kendala dalam dukungan program adalah bentuk pendanaan bagi
keberlangsungan kegiatan pelatihan di daerah. Di beberapa daerah sasaran program
visiting teacher, pendaanaan kegiatan pelatihan bersumber dari organisasi guru itu
sendiri, seperti di Kota Tarakan dan Kota Kupang. Di Kota Tarakan salah satu kendala
yang menjadi keluhan guru di daerah adalah tidak adanya bantuan dari pemerintah
pusat ataupun pemerintah daerah terkait anggaran pelatihan. Sejalan dengan itu, Kota
Kupang juga mengalami kendala serupa. Berdasarkan hasil wawancara kepada panitia
bahwa kendala pelaksanaan program visiting teacher PAI adalah koordinasi dan
pendanaan.
“Koordinasi antara Kantor Wilayah dengan guru-guru sebagai peserta itu agak
terlambat, ada miss komunikasi terkait dengan pelaksanaan tempat kemudian
terkait pendanaan juga, untungnya antusiasme guru cukup tinggi jadi bisa diatasi.
Perlu diperkuat lagi koordinasinya otomatis dari pusat dan wilayah dengan guru-
guru peserta, harus ada satu frame. Hebatnya para peserta inisiatif sendiri
menggunakan biaya dari organisasi mereka sendiri, tidak diambil dari biaya atau
bantuan lain” (Nasukha, 2020)
Senada dengan hal tersebut, bapak Nurhalim (2020) penugasan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dari hasil wawancara menjelaskan:
“Dari awal kami tidak ada koordinasi dulu dengan pihak yang mau dituju. Kami
kan taunya mau kemana setelah di Jakarta. Sehingga tidak ada komunikasi awal,
hanya pokoknya langsung meluncur kesana ketemu dengan, dan waktu itu yang
dari NTT juga tidak hadir di Jakarta. Perwakilan dari NTT kan tidak ada yang
hadir, kalau beberapa provinsi itukan perwakilannya ada yang hadir, jadi bisa
komunikasi sejak di Jakarta. Kami waktu itu dari NTT tidak ada yang hadir,
langsung kesana ketemu dengan Kanwil. Nah dengan yang di Kota itu yang
kami, kebetulan pejabatnya juga tidak ada, baru ketemunya senin, karena sama
toh ke Bandung juga kalau tidak salah. Jadi sabtu itu baru ditemui pengawas
sama PAIS seperti itu”
Adanya kendala koordinasi pelaksanaan program di daerah perlu menjadi kajian
evaluasi bagi penyelenggara program ke depan. Selain itu juga, dukungan program
berupa anggaran pelaksanaan pelatihan sepatutnya ditanggung oleh penyelenggara agar
tidak membebani guru di daerah sehingga penyelenggaraan program dapat berjalan
maksimal.
c. Tindak Lanjut Program
Sasaran program visiting teacher PAI bagi visitor dan guru PAI di daerah sasaran
belum dijelaskan secara tegas terkait pelaksanaan tidak lanjut program oleh

88
penyelenggara. Pelaksanaan tindak lanjut disini hanya dijalankan oleh beberapa visitor
seperti melakukan pembinaan guru PAI di daerah sasaran via chat dan penerbitan
tulisan hasil visiting berupa publikasi buku. Salah satu visitor menceritakan komunikasi
dengan guru didaerah masih aktif dilaksanakan.
“Masih komunikasi, kemarin ada yang sempat ingin memberikan sertifikat, juga
ada yang minta materi yang kami sampaikan, kemudian ada juga guru-guru yang
aktif chatting menanyakan segala hal berkenaan dengan PKB. Kemudian kemarin
saya luncurkan buku juga banyak yang telfon dari Kapokjawasnya, sempat juga
minta bimbingan gimana caranya dan lainnya.” (Nurlaili, 2020)
Selain itu tindak lanjut program berupa karya tulis belum berjalan maksimal,
padahal karya tulis visitor sangat diharapkan oleh penyelenggara agar dapat
menginspirasi guru PAI dari hasil tulisan selama pelaksanaan program. Hal ini
disampaikan oleh salah satu panitia penyelenggara terkait dengan kendala tindak lanjut
program sebagai berikut: “Dokumentasi saja yang perlu diperkuat di laporan-laporan,
termasuk mungkin harus ada semacam dokumentasi dalam bentuk tulisan yang bisa
dibaca lebih luas, karena program itu sifatnya terbatas, dalam pengertian tidak semua
orang bisa ikut, dari peserta terbatas, lokasi yang dituju juga terbatas. Jika itu
didokumentasikan dalam satu buku itu akan memberikan efek yang lebih luas bagi
guru-guru yang tidak ikut program ataupun tidak mendapatkan dampak dari program
itu.”
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu harapan ibu Nurlaili kepada visitor
lainnya adalah adanya produk karya tulis berdasarkan pengalaman mengikuti program
visiting teacher PAI. “Diharapkan bagi setiap tim itu dibuat tulisan berbentuk buku atau
apa, untuk di abadikan dalam buku ataupun jurnal. Kalau jurnal mungkin sudah
terwakili di laporan itu, kita harus taat aturan, kita diharapkan bisa menulis dalam
bentuk buku untuk bisa diabadikan kegiatan visiting itu” hasil karya tulis visitor dapat
memberikan inspirasi dan gambaran bagi pembaca baik guru PAI maupun masyarakat
umum terkait kondisi pendidikan dan pelaksanaan peningkatan kompetensi guru di
wilayah 3T.
15. Produk Program Visiting Teacher PAI
Evaluasi produk merupakan tahap akhir kajian evaluatif dengan model CIPP.
Stufflebeam (1986, pp. 176-177) menjelaskan bahwa evaluasi product bertujuan untuk
mengukur, menafsirkan dan menilai pencapaian sebuah program. Tujuan utama dari
evaluasi produk adalah untuk memastikan sejauh mana program telah memenuhi
kebutuhan kelompok yang akan dilayaninya. Pada tahap ini, peneliti melakukan
peninjauan keberhasilan dari target program yang direncanakan yaitu pemerataan
kompetensi guru di daerah sasaran berdasarkan hasil pelaksanaan program. Peneliti
membagi evaluasi produk dalam tiga aspek yaitu respon guru di daerah, hasil
pelaksanaan program dan identifikasi keunggulan program.

89
a. Respon Guru di Daerah Sasaran
Respon guru dalam pelaksanaan program visiting teacher PAI untuk memberikan
gambaran hasil program selama di daerah sasaran. Peneliti membagi respon guru dalam
3 aspek yaitu: tingkat pemahaman materi, kebermanfaatan program, saran dan masukan
pelaksanaan program. Ketiga aspek tersebut dapat memberikan gambaran hasil
pelaksanaan program visiting teacher di Kota Tarakan. Disamping itu, peneliti juga
mengkomparasikan dengan temuan pelaksanaan visiting di Kabupaten Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat.
1) Tingkat Pemahaman Materi
Pada aspek tingkat pemahaman materi, terdapat 3 pertanyaan utama yang
disampaikan kepada guru di daerah sasaran diantaranya: 1) Materi apa saja yang
bapak/ibu dapatkan selama mengikuti pelatihan program visiting teacher PAI? 2)
Apakah bapak/ibu memahami materi penyampaian visitor? 3) Apakah bapak/ibu
memahami analisis SKL, KI dan KD? Ketiga pertanyaan tersebut disampaikan kepada
guru di daerah sasaran dan menghasilkan respon berikut:
No Materi yang Didapatkan Selama Pelatihan
Provinsi: Kalimantan Utara
1 SKL
PTK
Kompetensi Abad 21
2 PTK
SKL
Kompetensi Abad 21
3 Metode pembelajaran
Model pembelajaran hanya sepintas
4 Pengembangan yang dilakukan para visitor dalam program visiting guru sangat
membantu untuk proses pembelajaran dan menambah wawasan kami sebagai guru
PAI untuk lebih professional dalam menjalankan tugas dan kewajiban kami.
Konsep yang dikembangkan antara lain: real teaching, PTK dan RPP abad 21.
5 RPP Abad 21
PTK
Pembelajaran yang menyenangkan
Konsep penyusunan soal HOTS
6 Penyempurnaan materi tentang RPP, SKL, KI, KD dan PTK
7 Menjelaskan tentang membuat perangkat/RPP abad 21 dan memberikan metode-
metode pembelajaran
8 Penyempurnaan pemaparan materi RPP K13 berbasis PPK, GLN, HOTS
Penyusunan RPP abad 21
Real teaching dan refleksi
Pemaparan materi PTK
9 Ketercapaian pemerataan kompetensi guru
Sudah jelas meskipun waktunya belum cukup
10 Konsep yang diajarkan sama dengan pelatihan lainnya
Provinsi: Sumatera Barat

90
1 Guru menjadi pendidik professional agar menyenangkan siswa dalam belajar
2 Menjelaskan tentang RPP Abad 21
Menjelaskan 10 tips membuat soal HOTS
3 Menjelaskan tentang RPP Abad 21
Menjelaskan 10 tips membuat soal HOTS
4 Konsep yang dikembangkan oleh visitor dalam visiting guru adalah agar guru
menjadi pendidik yang professional dan menyenangkan suasana dalam
pembelajaran bagi siswa dan menguasai 5 karakter dan pembelajaran agar siswa
tidak jenuh dalam belajar, menyenangkan.
5 Konsepnya yakni pembuatan RPP abad 21, sebuah program bagi guru yang
bersedia diberikan pelatihan mengenai perangkat mengajar yang lebih terbaru
sesuai dengan perkembangan teknologi
6 Pembuatan RPP Abad 21, sebuah program bagi guru yang bersedia diberikan
pelatihan mengenai perangkat mengajar yang lebih terbaru sesuai perkembangan
teknologi
7 RPP Abad 21, membuat soal HOTS
8 Mengajar siswa dengan menyenangkan, menyusun RPP Abad 21
9 Pembuatan RPP Abad 21, menjadi guru professional
10 Menjadi pendidik professional dan suasana menyenangkan dalam belajar
Provinsi: Nusa Tenggara Timur
1 RPP Abad 21, model pembelajaran, penilaian, micro teaching
2 Penyusunan RPP, model pembelajaran, penilaian, micro teaching
3 Materi yang diberikan tentang penyusunan RPP, penilaian, model pembelajaran,
micro teaching
4 RPP Abad 21, model pembelajaran, penilaian, micro teaching
5 Penyusunan RPP, model pembelajaran, micro teaching
6 RPP Abad 21, model pembelajaran, penilaian
7 RPP Abad 21, model pembelajaran, penilaian
8 Materi yang kami dapatkan adalah penyusunan RPP Abad 21, model
pembelajaran, micro teaching, penilaian
9 RPP Abad 21, model pembelajaran, micro teaching
10 RPP Abad 21, penilaian, model pembelajaran, micro teaching

Tabel 4.16 Materi yang Didapatkan Selama Pelatihan Di Daerah

No Tingkat Pemahaman Guru PAI


Provinsi: Kalimantan Utara
1 Memahami, program disampaikan dengan baik
2 Memahami sebagian saja
3 Kami kurang paham
4 Alhamdulillah kami bisa memahami dengan baik yang telah disajikan oleh para
visitor
5 Paham karena diajarkan tentang tatacara pelajaran yang menyenangkan
6 Lebih faham karena dijelaskan secara gambling dan runtut
7 Mengenalkan proses pembelajaran abad 21
8 Iya faham tapi selalu tidak fokus karena tidak menerima materi dalam bentuk file

91
maupun print out sehingga konsentrasi selalu buyar
9 Saya faham, para visitor baik sekali penyampaiannya, terlihat sangat
berpengalaman sekali terutama pak fathullah, hanya saja waktu yang sedikit
sehingga saya rasa masih banyak yang belum tersampaikan
10 Faham, para visitor menyampaikannya dengan jelas dan dengan cara yang
menyenangkan
Provinsi: Sumatera Barat
1 Menyiapkan RPP dalam mengajar serta menguasai RPP serta hal-hal yang
terdapat dalam RPP
2 Ya sangat paham karena sudah disampaikan oleh kedua visiting guru PAI
3 Ya sangat paham karena sudah disampaikan dalam visiting guru PAI
4 Menyiapkan RPP dalam mengajar serta menguasai RPP tersebut serta harus
menguasai peserta didik dalam proses belajar
5 Ya sangat memahami karena disajikan oleh beberapa narasumber
6 Ya sangat memahami karena disajikan oleh beberapa narasumber
7 Sangat memahami dan sangat jelas
8 Ya sangat paham
9 Sangat dipahami karena disampaikan dengan sangat baik
10 Sangat memahami karena disampaikan oleh narasumber
Provinsi: Nusa Tenggara Timur
1 Alhamdulillah, saya memahami materi yang disampaikan
2 Alhamdulillah, saya memahami
3 Saya memahami, tapi waktunya terlalu singkat untuk penjelasan secara
menyeluruh
4 Paham dengan materi yang disampaikan
5 Ya, saya memahami materi yang disampaikan
6 Ya, saya paham dengan penyampaian materi oleh narasumber
7 Ya, saya paham dengan penyampaian materi oleh narasumber
8 Alhamdulillah, saya memahami materinya
9 Ya, saya memahami sebagian
10 Sebagian belum paham karena waktunya singkat

Tabel 4.17 Tingkat Pemahaman Materi Selama Pelatihan Di Daerah

No Tingkat Pemahaman Kurikulum 2013 (Analisis SKL, KI dan KD)


Provinsi: Kalimantan Utara
1 Memahami tetapi belum mendalam
2 Kurang memahami tentang analisis SKL karena penjelasannya terbatas oleh
waktu
3 Tidak, alasannya:
RPP belum diberikan contoh
Ada banyak materi yang belum disampaikan
Kurang waktu dalam penyampaian
4 Iya, kami memahami sebagai acuan dalam proses belajar mengajar, karena tanpa
SKL, KI dan KD proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik
5 Alhamdulillah paham

92
6 Tahu sedikit, namun setelah disampaikan penjelasan lebih lanjut, semakin faham
terutama pada komponen-komponennya
7 Paham
8 Iya saya faham mengenai analisis SKL, KI dan KD
9 Saya baru benar-benar paham meskipun belum sempurna setelah kegiatan visiting
ini, selain karena belum berpengalaman, ini juga merupakan hal yang baru
10 Insha Allah. Alhamdulillah faham jazakallah khoir ilmunya
Provinsi: Sumatera Barat
1 Ya saya memahami SKL, KI, KD
2 Memahami, ya saya memahami analisis SKL, KI dan KD
3 ya saya memahami analisis SKL, KI dan KD
4 ya saya memahami analisis SKL, KI dan KD
5 Ya, saya memahami analisis SKL, KI dan KD
6 ya saya memahami analisis SKL, KI dan KD
7 Saya memahami analisis SKL, KI dan KD
8 Ya saya memahami
9 ya saya memahami analisis SKL, KI dan KD
10 saya memahami analisis SKL, KI dan KD
Provinsi: Nusa Tenggara Timur
1 ya, saya paham
2 Paham sebagian saja karena terbatas waktu
3 Saya paham analisis SKL, KI, KD
4 Paham
5 Saya memahami analisis SKL, KI, KD
6 Paham sebagian saja karena terbatas waktu
7 Paham sebagian saja karena terbatas waktu
8 Saya paham
9 Paham sebagian
10 Belum paham

Tabel 4.18 Tingkat Pemahaman Guru PAI terkait Implementasi Kurikulum 2013
Berdasarkan respon guru diatas, tingkat pemahaman materi ajar yang
disampaikan oleh visitor sangat beragam. Peneliti mengkategorikan tingkat pemahaman
guru sebagai berikut: kategori guru yang memahami materi secara utuh, katergori guru
yang memahami materi sebagian saja dan kategori guru yang belum paham terkait
materi yang disampaikan. Adapun jumlah pemahaman guru yang memahami secara
utuh dan sebagian lebih besar dibandingkan dengan kategori belum paham. Namun
kategori guru yang belum memahami materi perlu dipertimbangkan kembali baik dari
segi metode penyampaian materi maupun cara belajar yang sesuai dengan kategori guru
tersebut.
2) Kebermanfaatan Program
Pada aspek kebermanfaatan program, peneliti mengacu pada pelaksanaan
program visiting teacher PAI melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan guru
PAI. Hal ini menjadi acuan dalam peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan di

93
daerah sasaran. Adapun respon guru dalam kebermanfaatan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan dalam pelaksanaan visiting teacaher PAI sebagai berikut:
No Kebermanfaatan Program PKB pada Visiting Teacher
Provinsi: Kalimantan Utara
1 Sangat bermanfaat
2 Ya, meningkatkan pengetahuan dan wawasan
3 Belum
4 Sangat bermanfaat, karena program PKB dapat menambah wawasan serta
pengelaman menjadi guru yang profesional
5 Iya
6 Bermanfaat sekali karena dapat meningkatkan kompetensi mengajar
7 Memberi manfaat
8 Ya, sangat bermanfaat
9 Tentu saja, dengan program PKB saya mempelajari banyak ilmu baru yang bisa
saya jadikan bahan untuk melaksanakan tugas dengan lebih professional dan
sesuai prosedur
10 Jelas bermanfaat, akan tetapi rasanya belum tuntas semakin ikut pelatihan rasanya
semakin banyak yang belum diketahui
Provinsi: Sumatera Barat
1 -
2 -
3 -
4 -
5 -
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
Provinsi: Nusa Tenggara Timur
1 Ya, sangat memberi manfaat, saya menjadi lebih percaya diri
2 Sangat memberi manfaat untuk peningkatan kompetensi guru
3 Ya sangat memberikan manfaat khususnya guru-guru yang belum pernah
mendapat pelatihan
4 Sangat bermanfaat
5 Ya, memberi manfaat
6 Ya, sangat bermanfaat
7 Ya, sangat bermanfaat
8 Sangat bermanfaat, bagi saya ini merupakan hal baru
9 Sangat bermanfaat
10 Sangat bermanfaat

Tabel 4.19 Kebermanfaatan Program PKB pada Visiting Teacher PAI

94
Respon guru diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan visiting dengan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan memberikan manfaat yang cukup tinggi
kepada guru PAI di daerah. Namun pola penerapan pengembangan keprofesian
berkelanjutan di beberapa daerah sasaran berbeda, seperti hal nya dalam pelaksanaan di
Kabupaten Pesisir Selatan, tidak terdapat respon guru terkait program pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
3) Saran dan Masukan
Berdasarkan hasil pelaksanaan program visiting teacher PAI, terdapat beberapa
respon guru di daerah sasaran terkait saran dan masukan selama pelatihan. Adapun
saran dan masukan tersebut diantaranya:
No Saran dan Masukan
Provinsi: Kalimantan Utara
1 Kegiatan ini paling tidak diadakan sekali per semester
2 Acaranya dimaksimalkan
3 Sebaiknya waktu disesuaikan dengan materi, supaya kami dapat memahami
mendalam materi yang disampaikan oleh visitor dan kami dapat mempraktekkan
disekolah kami masing-masing.
4 Semoga program visiting guru PAI kedepannya lebih lancar dan selalu diadakan
dari tahun ke tahun
5  Semoga kegiatan visiting bisa berlanjut ditahun berikutnya
 Dimohon pemerintah (Kemenag RI) agar pada kegiatan visiting berikutnya,
peserta pelatihan (guru PAI SD, SMP, SMA dan SMK) diberikan anggaran
kegiatan visiting
6 Kami harapkan kegiatan seperti ini ada kelanjutan dan didanai oleh kementerian
agama
7 Memberikan pembelajaran langsung secara mandiri para guru dan jangan banyak
teori (langsung praktek)
8  Berharap kegiatan visiting GPAI ini diselenggarakan oleh Kementerian
Agama Provinsi Kaltara dan anggaran juga didanai oleh Kementerian
 Kegiatan tidak akan sempurna tanpa anggaran
9 Lebih sering lagi supaya bisa menyebarkan ilmu lebih banyak, terutama kepada
orang seperti saya yang masih sedikit ilmunya. Kalau bisa lebih terkonsep lagi
supaya tidak ada materi yang dilewatkan
10  Sebaiknya disesuaikan waktunya (lebih jelas programnya mulai dari
materinya, pesertanya, anggarannya mungkin) kalau memang mandiri jadi
bisa bawa bekal sendiri
 Waktu juga saat ini tidak pas karena siswa sedang menjalani PAS
 Waktu juga terkesan diburu-buru, masih banyak yang ingin diketahui
Provinsi: Sumatera Barat
1 Semoga semua guru-guru PAI dapat mengajar dengan baik dan professional
dalam menyampaikan materi kepada siswanya
2  Dari laporan guru PAI yang mengajar di wilayah perbatasan, guru visiting
sudah melaksanakan proses dengan maksimal
 Kalau bisa visiting guru PAI dilaksanakan setiap tahun dan juga dikunjungi

95
sekolah yang belum pernah didatangi guru visiting, sehingga semua guru PAI
mendapatkan ilmu/saling berbagi
3 -
4 Semoga guru dapat mengajarkan ilmu pendidikan agama yang baik bagi anak
didiknya dan melakukan cara-cara yang telah disampaikan oleh bapak
pengunjung, mengadakan perubahan cara belajar anak yang menyenangkan
5 Diharapkan setiap kegiatan visiting guru PAI dilaksanakan secara rutin
6 Diharapkan setiap kegiatan visiting guru PAI dilaksanakan secara rutin
7 Program ini sangat positif dan harus dilaksanakan rutin setiap tahun
8 Diharapkan agar dilaksanakan di beberapa daerah yang belum pernah dikunjungi
9 Saya terbantu dengan adanya program ini. Dapat bertemu dengan bapak Joko dan
Bapak Ahmad dari Jakarta sehingga saling sharing ilmu. Semoga program ini
dapat berjalan rutin setiap tahun
10 Semoga dilaksanakan secara rutin setiap tahun
Provinsi: Nusa Tenggara Timur
1 Semoga diselenggarakan kembali tahun depan
2 Penyelenggaraan kegiatan dapat dibantu dari pemerintah pusat
3 Kedepan agar kegiatan pelatihan guru dapat dibantu dari kementerian pusat
4 Diharapkan agar program ini rutin dilaksanakan setiap tahun
5 Semoga kegiatan ini diselenggarakan rutin hingga ke kabupaten/kota
6 Program ini bagus, lebih bagus lagi kalau disediakan dana kegiatan dari
pemerintah
7 Semoga diselenggarakan kembali tahun depan
8 Semoga diselenggarakan kembali tahun depan
9 Perlu dukungan bantuan dari pemerintah
10 Sebaiknya dilaksanakan dengan waktu yang banyak atau waktu tidak mepet
karena belum maksimal

Tabel 4.20 Saran dan Masukan Guru PAI di Daerah Sasaran


Respon guru melalui saran dan masukan terhadap pelaksanaan program
memberikan gambaran hasil pelaksanaan dan harapan program visiting teacher PAI.
Beberapa masukan terkait pelaksanaan program mengacu pada efisiensi waktu, materi
ajar, dukungan program dan keberlanjutan program.

b. Hasil Pelaksanaan Program


Pada hasil pelaksanaan program visiting teacher PAI, peneliti mengacu pada
tahapan keberlangsungan program yang ditinjau dari terlaksana dan tidak terlaksananya
program. Untuk memberikan gambaran secara spesifik, peneliti menjabarkan
keterlaksanaan program dalam tabel berikut:
Latar belakang dan pengalaman pelatih dalam bidangnya secara profesional
disesuaikan dengan tujuan program yang telah ditentukan. Dalam hal ini kebutuhan
tenaga pelatih khususnya di daerah sasaran cukup memenuhi kriteria untuk
mewujudkan peningkatan kompetensi guru di daerah.

96
Jenis Tahapan Indikator Terlaksana Indicator Tidak
Program Pelaksanaan Terlaksana
Pra Rekrutmen Penetapan kriteria peserta Belum terdapat
Program Peserta berdasarkan tujuan program informasi publik
melalui media
sosial atau
website
Penetapan Ketersediaan tenaga pelatih
Peserta (visitor) berasal dari guru
profesional
Kriteria visitor sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan program
Penetapan Berdasarkan rekomendasi
Wilayah kabupaten/kota sasaran
Pelaksanaan Pelaksanaan Dilaksanakan sesuai dengan
Progam bimbingan jadwal yang telah ditentukan
teknis Kesesuaian narasumber dalam Materi akhir tidak
menyampaikan kebijakan dan diikuti seluruh
arahan program peserta karena
jadwal
berbenturan
dengan
keberangkatan
visitor ke daerah
sasaran
Pelaksanaan Melakukan pemetaan
program di kompetensi guru PAI sesuai
daerah dengan kebutuhan di daerah
sasaran sasaran
Menyusun jadwal kegiatan
program
Menyampaikan materi ajar
terkait implementasi kurikulum
2013, pengembangan model dan
metode pembelajaran, penerapan
media ICT dan teknik penulisan
karya ilmiah
Melaksanakan real teaching di
sekolah sasaran
Melakukan refleksi kegiatan
bersama guru-guru
Mendapatkan respon guru PAI
di daerah sasaran terkait hasil
pelaksanaan program
Pasca Evaluasi Dilaksanakan sesuai dengan
Program pelaksanaan jadwal yang telah ditentukan

97
program Visitor melakukan presentasi
hasil pelaksanaan program
Visitor menyusun laporan hasil
pelaksanaan program di daerah
sasaran
Tindak lanjut Pemetaan pelayanan dan Akomodir karya
program dampak hasil program tulis sebagai
Pembinaan guru dan karya tulis produk program
melalui inisiatif visitor oleh
penyelenggara

Tabel 4.21 Hasil Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI


Hasil pelaksanaan program viting teacher PAI secara umum telah berjalan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Namun hal tersebut tidak terlepas dari
beberapa kendala di lapangan. Dukungan pelaksanaan program di daerah sasaran masih
belum tersedia, di beberapa daerah sasaran seperti Kota Tarakan dan Kota Kupang,
pelaksanaan pelatihan kompetensi guru PAI menggunakan anggaran MGMP masing-
masing Kabupaten. Pada aspek koordinasi, masih terdapat kendala teknis terkait
koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi seperti yang terjadi di Kota
Kupang. Pada aspek pelaksanaan bimtek juga terkendala dengan keberangkatan peserta
dan jadwal penutupan yang berbenturan sehingga penyampaian materi pada hari
terakhir tidak maksimal.
Kemudian pelaksanaan tindak lanjut program viting teacher PAI belum
terkoordinir secara utuh dari penyelenggara program. Pembinaan guru pasca visiting
dan produk narasi visitor belum belum terdapat tindak lanjut dan kebijakan yang
ditetapkan. Namun hal ini masih dijalankan oleh visitor untuk menjalin komunikasi
kepada guru-guru di daerah sasaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurlaili
terkait tindak lanjut komunikasi kepada guru di daerah sebagai berikut: “Alhamdulillah
semua terealisasi, guru-guru puas dan kita bisa menindaklanjuti ketika visiting itu
selesai. Kita masih bisa komunikasi dengan para guru, walaupun itu tidak harus diminta
sebagai laporan, tapi secara pribadi kita bisa melanjutkan seperti itu, kita bisa menjalin
tali silaturahmi dengan para guru.”
Beberapa aspek kendala teknis yang mengakibatkan tidak berlangsungnya
program bukan faktor kesengajaan, namun karena ada faktor lain yang mengharuskan
pelaksanaannya tidak berjalan optimal. Beberapa aspek tersebut yang kemudian perlu
menjadi pertimbangan kembali bagi penyelenggara dalam penyusunan rencana
pelaksanaan kedepan.
c. Identifikasi Keunggulan Program
Berdasarkan hasil telaah program viting teacher PAI melalui beberapa tahapan
analisis diatas terdapat beberapa faktor kelayakan pelaksanaan program diantaranya:
ketersediaan sumber daya memadai, pelaksanaan program menggunakan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan ketersediaan anggaran operasional yang
cukup. Ketersediaan sumber daya atau visitor merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan program peningkatan kompetensi guru PAI di daerah sasaran. Visitor

98
sebagai figur guru profesional yang dapat menjadi acuan guru PAI di daerah untuk
bertukar pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kemudian pelaksanaan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) merupakan hal baru yang tengah
dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam dalam upaya pemerataan
kompetensi guru di daerah, sehingga pelaksanaan visiting teacher menggunakan pola
pelatihan PKB merupakan penerapan perdana untuk memudahkan pemetaan
kompetensi guru dan penerapannya. Selanjutnya adalah ketersediaan anggaran yang
cukup. Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwasannya ketersediaan anggaran
menjadi dukungan program yang sangat penting karena program viting teacher PAI
menggunakan pendanaan yang cukup besar mulai dari transportasi, konsumsi,
penginapan, hingga honorarium. Namun ketersediaan anggaran juga menjadi faktor
penghambat program jika kebutuhan program tidak sesuai dengan jumlah anggaran
yang tersedia.
Berdasarkan hasil pemetaan pelayanan program viting teacher PAI di 14
Kabupaten 9 Provinsi didapati data sebagai berikut:

JENJANG JUMLAH
Pengawas PAI 20 Orang
GPAI SD 194 Orang
GPAI SMP 241 Orang
GPAI SMA/SMK 135 Orang
Total 590 Orang

Tabel 4.22 Jumlah Guru dan Pengawas PAI yang Terlayani Pada
Program Visiting Teacher PAI
Sumber: Dokumentasi Direktorat Pendidikan Agama Islam

Disamping itu juga, dampak dari pelayanan guru PAI di daerah sasaran akan
berdampak pada sekolah dan siswa sebagai penerapan hasil pelatihan kompetensi guru.
Adapun dampak pelaksanaan program viting teacher PAI pada 14 Kabupaten 9 Provinsi
sebagai berikut:
KISARAN JANGKAUAN
JENJANG JUMLAH SEKOLAH
PESERTA DIDIK
SD 119 1.613 orang
SMP 104 1.809 orang
SMA/SMK 78 1.342 orang
Total 301 4.764 orang

Tabel 4.23 Dampak Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI


Sumber: Dokumentasi Direktorat Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil data diatas, jangkauan pelaksanaan program visiting teacher


PAI memberikan dampak yang cukup signifikan di wilayah perbatasan. Jumlah guru
pada 14 kabupaten diharapkan dapat menjadi pionir bagi guru-guru lain yang belum
mendapatkan pelatihan langsung dari visitor. Kisaran jangkauan kepada peserta didik
sebesar 4.764 pada jenjang sekolah dasar dan menengah memberikan gambaran

99
dampak program yang cukup luas. Sama hal nya dengan jumlah sekolah sebanyak 301
cukup memberikan manfaat untuk pemerataan kompetensi guru PAI di daerah
perbatasan dan tertinggal.

Berdasarkan jabaran hasil evaluasi produk diatas, maka program ini cukup
berhasil ditinjau dari respon guru didaerah sasaran, hasil pelaksanaan program dan
identifikasi keunggulan program. Pertimbangan pertama dalam pelaksanaan program
adalah penyusunan jadwal program, dukungan program di beberapa daerah sasaran dan
tindak lanjut program. Dalam penyusunan jadwal program perlu mempertimbangkan
aspek teknis baik dalam aspek administrasi maupun konten pembelajaran. Perlunya
dukungan program visiting di daerah sasaran agar proses pelaksanaannya berjalan
optimal. Kemudian perlu adanya ketegasan terkait tindak lanjut program berupa
penguatan instruktur pada masing-masing daerah sasaran sebagai upaya pembinaan
guru PAI yang belum meningkat kompetensinya. Secara umum pelaksanaan program
telah berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
B. Analisis Data & Pembahasan
Sebelum menelaah lebih mendalam model evaluasi context, input, process,
product (CIPP), perlunya peneliti menjabarkan kriteria evaluasi yang peneliti gunakan
dalam riset evaluasi yang bersumber dari petunjuk teknis pelaksanaan program visiting
teacher PAI. Adapun kriteria tersebut peneliti jabarkan dalam tabel berikut:

Evaluasi
Konteks Input Proses Produk/Hasil
Program
Petunjuk Memuat tujuan, Memuat kriteria Memuat teknis Memuat teknis
Teknis sasaran, manfaat peserta, dan hak mekanisme penyusunan
program, dan dan kewajiban, kegiatan mulai dari laporan peserta
hasil yang peserta (visitor) penetapan wilayah
diharapkan sasaran,
pelaksanaan
rekrutmen peserta,
pembekalan, dan
teknis pelaksanaan
visiting teacher di
daerah sasaran
Tabel 4.24 Kriteria Sumber Evaluasi Program Visiting Teacher PAI
1. Analisis Konteks
Pelaksanaan evaluasi konteks dilakukan berdasarkan tujuan dan target program
yang menjadi acuan ketercapaian program visiting teacher PAI di wilayah perbatasan.
Peneliti mengelaborasikan temuan dilapangan, konsep, dan rumusan tujuan yang telah
disusun sehingga membentuk kajian evaluatif program visiting teacher. Untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan, peneliti menjabarkan ruang lingkup program dalam 6 bagan utama yaitu,
tujuan, sasaran, output, peserta, wilayah sasaran dan pelaksanaan kegiatan. Enam

100
komponen tersebut menjadi alur program visiting teacher PAI mulai dari perencanaan
tujuan, pemetaan kebutuhan dan pelaksanaan program. Adapun ruang lingkup program
visiting teacher PAI peneliti jabarkan dalam diagram berikut:

Gambar 4.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI


Setelah memperoleh gambaran program secara menyeluruh. Analisis konteks
dalam hal ini meliputi analisis kebutuhan dan tujuan program visiting teacher dalam
upaya peningkatan kompetensi guru PAI di daerah sebagaimana yang dideskripsikan
oleh Stufflebeam (1986, pp. 169-172) bahwa Evaluasi context adalah untuk menilai
keseluruhan objek, mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi kekuatan yang
digunakan untuk memperbaiki kekurangan, mendiagnosa masalah dan solusi untuk
peningkatan objek yang lebih baik dan secara umum mencirikan lingkungan program.
Evaluasi konteks juga bertujuan untuk menilai apakah tujuan dan prioritas selaras
dengan kebutuhan objek sasaran.

Suharsimi Arikunto (1988, p. 39) menguatkan model analisis CIPP pada tahap
analisa konteks yang diartikan sebagai penilaian terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan
kebutuhan dan karakteristik individu yang menangani. Penilaian konteks setidaknya
dapat menjawab 4 (empat) pertanyaan berikut: 1) kebutuhan program apasaja yang
belum terpenuhi oleh kegiatan program? 2) tujuan pengembangan manakah yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan? 3) tujuan pengembang manakah yang
berhubungan dengan kegiatan yang menyumbang masyarakat? 4. Tujuan manakah yang
paling mudah dicapai? Keempat pertanyaan tersebut dapat menjadi acuan analisis
konteks untuk memberikan gambaran sejauh mana kebutuhan program dan tujuan
program tercapai.

Berdasarkan proses analisa konteks, maka peneliti merumuskan konteks program


visiting teacher PAI yang dijabarkan pada analisis taksonomi berikut:

101
Gambar 4.4 Taksonomi Konteks Program Visiting Teacher PAI

Pemetaan tujuan pelaksanaan visiting yang menjadi fokus pada analisa konteks
adalah peningkatan kompetensi guru yang mengacu pada sasaran program. Peneliti
membagi dua objek sasaran tersebut kepada guru PAI di daerah sasaran dan visitor
(peserta visiting). Objek pertama adalah guru PAI di daerah sasaran yang menjadi target
pelatihan peningkatan kompetensi guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, profesional, spiritual dan leadership. Konteks program visiting
teacher bagi guru PAI sasaran adalah kompetensi yang merata dan terpetakannya
kendala dan solusi guru PAI di daerah. Penekanan secara tekstual dalam petunjuk teknis
program visiting teacher mengacu pada peningkatan kompetensi guru PAI yang
terdapat pada poin pertama dan kedua tujuan umum yang berbunyi 1) Membantu
percepatan pemerataan kompetensi GPAI; 2) Meningkatkan pemahaman GPAI dalam
Implementasi Kurikulum 2013 PAI dan Budi Pekerti (PAI BP). Tujuan tersebut
kemudian dijabarkan dalam tujuan khusus yang meliputi:
 Memberikan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 PAI dan Budi Pekerti;
 Membantu GPAI wilayah sasaran dalam penggunaan media pembelajaran
berbasis ICT/TIK;
 Memberikan pendampingan dalam metodologi pembelajaran kepada guru
PAI, dan wadah organisasi profesi (KKG, dan MGMP PAI) di wilayah
sasaran;
 Mengidentifikasi kendala-kendala yang ada dalam proses pembelajaran,
pengembangan media, dan penerapan metodologi pembelajaran PAI pada
sekolah sasaran;
Kemudian, objek kedua yaitu visitor, merupakan guru profesional yang terpilih
dan memiliki kualitas mumpuni dibuktikan dengan pengalaman mengikuti diklat ToT
kurikulum 2013, diklat pengembangan keprofesian guru berkelanjutan (PKB), diklat
Instruktur Nasional dan diklat lainnya. Konteks program visiting teacher bagi visitor
adalah terlaksananya pelatihan kurikulum 2013, media pembelajaran berbasis ICT,
metodologi pembelajaran dan memberikan pendampingan kepada guru PAI dan
102
organisasi profesi guru. Secara tekstual dalam juknis program visiting teacher,
menekankan pada peningkatan kompetensi sebagaimana disebutkan dalam tujuan
umum program visiting teacher PAI poin ketiga dan keempat yang berbunyi: 3)
Memberikan pengalaman baru bagi GPAI untuk melakukan pendampingan, menjadi
inspirasi dan membangkitkan motivasi bagi GPAI wilayah sasaran, dan KKG/MGMP
PAI; 4) Memberikan kesempatan kepada GPAI untuk membagi ilmu dan keterampilan
kepada GPAI di wilayah sasaran. Turunan dari tujuan tersebut tertera dalam tujuan
khusus yang meliputi:
 Memperoleh gambaran tentang pemetaan kompetensi GPAI di wilayah
sasaran;
 Membantu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran,
pengembangan media, penerapan metodologi pembelajaran PAI, dan
mampu memberikan solusi alternatif.
Rosyada (2017, p. 217) menjabarkan kompetensi utama bagi guru untuk menjadi
profesional, yakni menguasai bahan ajar. Dalam implementasinya, penguasaan bahan
ajar mencakup tiga aspek utama yaitu: penguasaan materi ajar yang akan diajarkan
kepada para siswa, kemampuan mengembangkan kurikulum operasional dan
kemampuan mengembangkan bahan ajar melalui aktifitas penelitian. Secara umum,
tujuan peningkatan kompetensi guru PAI di daerah sasaran telah memuat komponen
guru profesional pada aspek implementasi kurikulum, pengembangan model dan
metode pembelajaran serta penulisan karya ilmiah. Beberapa aspek tersebut menjadi
perhatian utama dalam peningkatan kompetensi guru PAI di daerah sehingga kualitas
pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan analisis tujuan program diatas, kemudian peneliti merelasikan antara
tujuan program dengan kebutuhan kompetensi guru pada tiga daerah sasaran visiting
teacher, adapun kendala yang berkaitan dengan kompetensi guru diantaranya:
KABUPATEN/KOTA
NO KEBUTUHAN
SASARAN
1 Kota Tarakan, Provinsi  Tidak dapat naik pangkat karena belum
Kalimantan Utara membuat PTK.
 Perbedaan konsep RPP dari supervisor.
 Minimnya strategi dan model pembelajaran.
 Materi kelas IX terlalu padat sedangkan
Kompetensi Dasar ada yang berulang di
beberapa semester.
 Penilaian.
 Kurang pelatihan/kegiatan MGMP, KKG.
2 Kabupaten Pesisir  Model pembelajaran berbasis ICT belum
Selatan, Provinsi sepenuhnya dikuasi oleh guru
Sumatera Barat  Penguatan Pendidikan Karakter
 Kebutuhan Literasi
 Pengenalan sekolah ramah anak
 Kebijakan kurikulum PAI 2013

103
 Penguatan Islam rahmatan lil ‘alamin.
3 Kota Kupang Provinsi  Pengembangan model dan metode
Nusa Tenggara Timur pembelajaran PAI

Tabel 4.25 Kebutuhan Daerah Sasaran Program Visiting Teacher PAI


Pemetaan kebutuhan di daerah sasaran, peneliti fokuskan pada kebutuhan
peningkatan kompetensi guru PAI. Dalam hal ini, perbandingan antara tujuan dan
kebutuhan didaerah sasaran perlu dianalisa lebih mendalam. Merujuk pada tujuan
pelaksanaan pelatihan professional yang dikemukakan oleh Seyfarth dalam Musfah
(2011, p. 82) bahwa terdapat tujuan pelatihan yang bersifat individu bagi guru sendiri
dan bagi kelompok guru. Dalam hal ini, tujuan peningkatan kompetensi guru dalam
program visiting teacher PAI paling tidak dapat mengacu pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.

Tujuan Individu
Perilaku  Mengembangkan keterampilan dalam menilai kebutuhan
siswa
 Mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan
pengajaran
Sikap  Meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang guru
 Meningkatkan kepuasan dalam mengajar
 Menguatkan komitmen pada pengajaran
Pengetahuan  Meningkatkan pengetahuan tentang pelajaran
 Mengubah kepercayaan tentang pengajaran
 Meningkatkan pengetahuan tentang tren pendidikan
 Pemahaman yang lebih baik terhadap nilai dan misi sekolah
Tujuan kelompok
Perilaku  Meningkatkan kemauan untuk berbagi dan berpartisipasi
 Ketertarikan yang besar dalam berkolaborasi dengan guru
yang lain untuk mengembangkan kurikulum dan strategi
mengajar
Sikap  Meningkatkan saling kepercayaan
 Menumbuhkan semangat kelompok
 Perasaan memiliki
Pengetahuan  Mampu mengevaluasi efektifitas kerja tim
 Meningkatkan keterampilan dalam menganalisis fungsi
kelompok
 Menumbuhkan consensus pada nilai-nilai pendidikan

Tabel 4.26 Tujuan Individu dan Kelompok Pelatihan Profesional


Sumber: Seyfarth (2002) dalam Musfah (2011, p. 82)
Tujuan dan kebutuhan program jika ditelaah secara mendalam berdasarkan tabel
diatas, terdapat beberapa aspek yang telah dikembangkan selama program visiting
teacher. Menurut peneliti tujuan-tujuan tersebut meliputi: mengembangkan kemampuan

104
menyampaikan pengajaran, meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang guru,
menguatkan komitmen pada pengajaran, meningkatkan pengetahuan tentang pelajaran,
meningkatkan pengetahuan tentang trend pendidikan, meningkatkan kemauan untuk
berbagi dan berpartisipasi, ketertarikan untuk berkolaborasi dengan guru lain,
meningkatkan saling kepercayaan, menumbuhkan semangat kelompok, dan lainnya.
Berdasarkan tujuan pelaksanaan program visiting teacher maka dapat
dirumuskan kekuatan dan kelemahan program tersebut pada tabel berikut:

Komponen Kekuatan Kelemahan


Pembelajaran Meningkatkan kompetensi Tidak semua daerah sasaran dapat
guru di daerah dalam menerapkan desain peningkatan
penerapan kurikulum 2013, kompetensi guru sesuai dengan
penggunaan media ICT, ketentuan penyelenggara program,
pengembangan metodologi namun perlu menyesuaikan dengan
pembelajaran dan pelaksanaan kebutuhan lokal dan ketersediaan
pengembangan keprofesian fasilitas yang ada seperti di
berkelanjutan. beberapa wilayah yang tidak
tersedia jaringan internet,
keterbatasan pasokan listrik dan
akses wilayah yang sulit.
Sumber Daya Guru PAI (visitor) memiliki Waktu yang terbatas membuat
Manusia kualitas yang sangat baik dan pelaksanaan pelatihan bagi guru di
mampu memenuhi tujuan daerah kurang maksimal
pelaksanaan program visiting
di daerah sasaran.
Pembiayaan Pelaksanaan program visiting Belum meratanya dukungan
teacher PAI secara program dari pemerintah pusat
keseluruhan dibiayai oleh maupun daerah dalam optimalisasi
Direktorat Pendidikan Agama pelaksanaan program peningkatan
Islam Ditjen Pendidikan Islam kompetensi guru di beberapa
Kementerian Agama RI daerah sasaran.

Tabel 4.27 Kekuatan dan Kelamahan Program Visiting Teacher PAI

Kekuatan dan kelemahan program diatas peneliti rumuskan dalam tiga kompenen
yang terdiri dari aspek pembelajaran, SDM, dan Pembiayaan. Ketiga komponen
tersebut, bagi peneliti, merupakan inti pelaksanaan program visiting teacher PAI di
daerah perbatasan. Salah satu keunggulan program visiting teacher pada aspek
pembelajaran adalah adanya sharing pengetahuan antara visitor dan guru PAI di daerah
sasaran yang berdampak pada peningkatan kompetensi guru, namun titik kelemahan
dalam peningkatan kompetensi tersebut adalah kebutuhan daerah sasaran yang beragam
sehingga tidak semua daerah sasaran dapat menerapkan keseluruhan konsep
pengembangan guru profesional.

Keunggulan program yang kedua adalah sumber daya manusia, dalam hal ini
adalah visitor yang bertugas melaksanakan pelatihan kompetensi guru di daerah

105
sasaran. Namun kelemahan pelaksanaan program pada aspek sumber daya manusia
adalah keterbatasan waktu sehingga pelaksanaan program tidak dapat berjalan
maksimal. Kemudian keunggulan program yang ketiga adalah pembiayaan.
Keseluruhan biaya pelaksanaan program bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) Pemerintah melalui Kementerian Agama sehingga jaminan kebutuhan
program secara menyeluruh baik dalam akomodasi, transportasi dan honorarium dapat
terpenuhi. Kelemahan dari pembiayaan ini adalah belum meratanya dukungan anggaran
bagi daerah sasaran untuk pelaksanaan peningkatan kompetensi guru PAI, sehingga
yang kemudian terjadi adalah beberapa wilayah sasaran melaksanakan pelatihan
kompetensi dengan biaya organisasi profesi guru seperti Kelompok Kerja Guru (KKG)
dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Beberapa kendala diatas yang berkaitan dengan kompetensi guru di daerah


sasaran, dapat disimpulkan bahwa pemetaan tujuan dengan kebutuhan daerah sasaran
telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk melihat relasi tersebut peneliti
deskripsikan pada tabel berikut:
Rumusan tujuan
Rumusan kebutuhan
program visiting
program visiting teacher Pembahasan
teacher PAI di
PAI di wilayah perbatasan
wilayah perbatasan
Kompetensi guru PAI di Perumusan tujuan Perumusan tujuan dalam
daerah masih rendah dalam diarahkan pada upaya peningkatan
bidang-bidang tertentu seperti peningkatan dan kompetensi guru di daerah
penyusunan RPP yang miss pemerataan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
konsepsi, minimnya strategi guru di daerah sasaran fakta di lapangan. Ditemukan
dan model pembelajaran, pada aspek pedagogik, bahwa kompetensi guru PAI
analisis kompetensi dasar profesional, spiritual di daerah sasaran visiting
kurang, praktek karya tulis dan leadership. masih rendah dalam
ilmiah rendah, penerapan beberapa bidang sehingga
penilaian belum dipahami dan perlu dilaksanakan pelatihan
kurangnya pelatihan melalui dan pendampingan bagi guru
organisasi profesi guru. di wilayah sasaran.

Tabel 4.28 Rumusan Kebutuhan dan Tujuan Program Visiting Teacher PAI
Hasil analisis konteks diatas menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara
rumusan tujuan dan kebutuhan real di wilayah sasaran. Ditinjau dari aspek kebutuhan
dan manfaat, program ini merupakan salah satu langkah solutif untuk pemerataan
kompetensi guru di daerah khususnya wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal)
yang secara umum memiliki kendala yang kompleks mulai dari kebutuhan dan
kemampuan SDM, sarana prasarana, akses wilayah sulit, hingga sosialisasi kurikulum
yang belum maksimal.

106
2. Analisis Input
Evaluasi input merupakan bagian dari kajian evaluatif untuk menentukan strategi
pelaksanaan program dan penentuan sumber daya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Stufflebeam (1986, p. 173) bahwa evaluasi input memiliki orientasi utama untuk
membantu menentukan program yang akan digunakan dan menghasilkan perubahan
yang diperlukan. Evaluasi input harus mengidentifikasi dan menilai pendekatan yang
relevan dalam merencanakan strategi dan prosedur kerja, serta menentukan sumber dan
mengatur dalam pengambilan keputusan. Hasil dari evaluasi input adalah membantu
mempertimbangkan strategi program dalam konteks kebutuhan dan keadaan lingkungan
serta mengembangkan rencana yang lebih efisien.
Suharsimi Arikunto (1988, p. 40) mendeskripsikan analisis input meliputi
pertimbangan tentang sumber dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
program. Mengutip dari Stufflebeam, Arikunto menjelaskan bahwa analisis input
dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1) Apakah strategi yang digunakan oleh
program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan? 2) Apakah strategi yang diambil
merupakan strategi yang resmi? 3. Strategi manakah yang sudah ada sebelumnya dan
sudah cocok untuk pencapaian tujuan yang lalu? 4) Prosedur dan jadwal khusus
manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut? 5) Apakah yang dapat
dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan didalam program dan apa
akibat yang ditimbulkan? Pertanyaan tersebut menjadi dasar analisa input untuk
memberikan gambaran tentang sumber daya dan strategi pelaksanaan program.
Untuk memudahkan proses analisis, evaluasi input dibagi menjadi empat poin
yaitu: ketersediaan tenaga pelatih, strategi pelatihan, kurikulum dan pembiayaan.
Dalam analisis input ini, untuk menentukan strategi pelaksanaan program dan peran
masing-masing individu, maka peneliti membagi empat unsur diatas menjadi dua
lingkup pembahasan. Pertama, prosedur pelaksanaan program yang meliputi:
ketersediaan tenaga pelatih, strategi pelatihan dan kurikulum. Tiga unsur tersebut
merupakan pokok program yang ada dalam satu rangkaian kegiatan dan saling
berkesinambungan. Kedua, dukungan program yakni terkait pembiayaan. Unsur
tersebut sangat penting untuk terlaksananya program lebih maksimal. Adapun input
program visiting teacher, peneliti jabarkan dalam analisis taksonomi berikut:

107
Gambar 4.5 Taksonomi Input Program Visiting Teacher PAI
Penyiapan kebutuhan tenaga pelatih, dalam hal ini visitor, dilakukan melalui
tahapan seleksi melalui portofolio dan peserta terbaik dari hasil training of trainer
Diklat PKB. Ketersediaan tenaga pelatih dalam pelaksanaan program telah memenuhi
kebutuhan yang telah ditentukan, namun masih terdapat beberapa perbedaan antara
petunjuk teknis secara ideal dengan proses seleksi visitor. Penetapan tenaga pelatih
mengacu pada peserta terbaik diklat PKB yang secara administratif telah memiliki
kemampuan sesuai dengan persyaratan visitor. Dalam petunjuk teknis, kriteria peserta
(visitor) program visiting teacher belum tercantum prasyarat sebagai peserta terbaik
dalam diklat PKB. Hal ini yang kemudian perlu menjadi perhatian bagi penyelenggara
program untuk mencermati lebih detail dalam petunjuk teknis program.
Kebijakan strategi pelaksanaan pelatihan melalui pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) telah menjadi ketetapan pada penyelenggaraan di tahun 2019.
Secara ideal, program PKB dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan guru. Proses pelaksanaan PKB berdasarkan Permenneg PAN RB
Nomor 16 Tahun 2009 berdasarkan tiga tahapan yakni pengembangan diri, publikasi
ilmiah dan karya inovatif. Penetapan strategi pelatihan berkaitan dengan penetapan
kurikulum (materi) pelatihan di daerah. Penentuan materi pelatihan di daerah sasaran
berdasarkan kebutuhan guru di masing-masing wilayah. Penyesuaian kebutuhan materi
sasaraan masing-masing kabupaten/kota beragam, seperti di Kota Tarakan yang
membutuhkan materi terkait implementasi kurikulum 2013, model dan metode
pembelajaran, penulisan karya ilmiah dan pelaksanaan real teaching melalui lesson
study. Sedangkan kebutuhan materi di Kabupaten Pesisir Selatan mengacu pada model
pembelajaran berbasis ICT, Penguatan Pendidikan Karakter, literasi pembelajaran,
sekolah ramah anak, implementasi kurikulum PAI 2013 dan penguatan Islam rahmatan

108
lil ‘alamin. Kemudian kebutuhan materi di Kota Kupang adalah terkait pengembangan
model dan metode pembelajaran.
Pemilihan metode pengajaran menyesuaikan dengan materi yang disampaikan
selama proses pelatihan kompetensi guru di daerah sasaran. Secara umum, pelatihan
kompetensi guru tidak hanya fokus teoritis terkait implementasi kurikulum dan
pelaksanaan pembelajaran yang ideal, namun juga diimbangi dengan praktik secara
langsung sebagai bentuk penerapan materi yang telah dipelajari. Pendekatan tersebut
memberikan pembelajaran langsung bagi guru sehingga depat memahami materi
pelatihan secara menyeluruh. Adapun penggunaan metode pengajaran di Kota Tarakan
menggunakan metode demonstrasi dan studi mandiri. Kemudian penggunaan metode
pengajaran di Kabupaten Pesisir Selatan menerapkan metode sharing dan discuss
learning. Sedangkan penggunaan metode pelatihan di kota Kupang menerapkan metode
diskusi interaktif.
Pada aspek pembiayaan, pelaksanaan program visiting teacher cukup memadai.
Hal tersebut tercantum dalam anggaran DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI Tahun 2019 yang membiayai pelaksanaan program visiting
teacher PAI. Komponen pembiayaan dalam pelaksanaan program meliputi: transportasi
(pulang-pergi), konsumsi, penginapan dan honorarium. Ketersediaan anggaran telah
direncanakan sebelumnya untuk pelaksanaan kegiatan mulai dari 28 November sampai
dengan 6 Desember 2019 yang terdiri dari tiga pelaksanaan kegiatan yakni pelaksanaan
bimtek, pengiriman guru ke daerah, dan evaluasi kegiatan. Namun yang menjadi
perhatian peneliti adalah dukungan anggaran kegiatan visiting teacher PAI bagi
organisasi profesi guru di daerah sasaran belum direncanakan secara merata. Temuan
dilapangan terkait pemerataan bantuan pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya optimal
sehingga masih terdapat keluhan dari KKG dan MGMP PAI yang belum menerima
bantuan dan harus melaksanakan kegiatan pelatihan secara mandiri.
Persoalan tersebut perlu menjadi perhatian bagi penyelenggara program untuk
merencanakan seluruh kebutuhan kegiatan baik secara operasional kegiatan pusat
hingga operasional kegiatan di daerah. Keterlibatan KKG dan MGMP dalam setiap
program pemerintah perlu dioptimalkan karena organisasi guru merupakan wadah
koordinasi untuk meninjau kondisi guru di daerah. Musfah (2018, p. 13) menyebutkan
bahwa KKG dan MGMP merupakan sumber data tentang kondisi sekolah yang autentik
sehingga bisa dimanfaatkan untuk bahan diskusi, seminar, workshop, penelitian, bahkan
pengambilan kebijakan untuk pengembangan pendidikan.
Disamping itu, terdapat salah satu bagian yang turut menjadi dukungan program
yaitu fasilitas kegiatan. Pada aspek fasilitas kegiatan secara umum cukup memadai
dalam pelaksanaan kegiatan baik selama persiapan program, pelaksanaan program
hingga kegiatan evaluasi. Walaupun dibeberapa daerah, pelaksanaan kegiatan pelatihan
guru PAI dilaksanakan di lingkungan sekolah dengan fasilitas yang ada. Namun hal
tersebut bukan menjadi kendala utama bagi guru PAI di daerah sasaran, yang menjadi
kebutuhan prioritas adalah peningkatan kompetensi masing-masing guru.

109
Secara garis besar, ketersediaan sumber daya dan strategi pelaksanaan program
berupa pelatihan guru telah terselenggara dengan baik. Merujuk pada konsep yang
dijabarkan oleh Manullang (2004, p. 203) bahwa pelatihan yang efektif sepatutnya
mencakup 7 hal pokok sebagai berikut:
a. Tujuan pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan.
b. Materi pelatihan harus relevan dengan realisasi tujuan latihan.
c. Jadwal disusun sehingga kondusif bagi pelatih maupun peserta pelatihan.
d. Lokasi pelatihan dipilih yang memberi semangat dalam proses pelatihan.
e. Kuantitas dan kualitas peserta harus tidak mengganggu kepada jalannya
pelaksanaan pelatihan.
f. Pelatihan harus dipilih yang memiliki kualifikasi yang diperlukan.
g. Metode pelatihan harus disesuaikan dengan peserta pelatihan dan materi
yang diberikan.

Proses pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui


program visiting teacher PAI merupakan salah satu aspek mendasar dalam penelitian
ini untuk optimalisasi program peningkatan kompetensi guru. Dalam penyusunan
konsep pengembangan keprofesian berkelanjutan secara ideal dijabarkan dalam
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 terkait unsur kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya
inovatif. Secara umum, pelaksanaan PKB pada program visiting teacher PAI mengacu
pada pengembangan diri yang meliputi kegiatan: (1) perencanaan pendidikan dan
program kerja; (2) pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan pengembangan
bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil
pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika
dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7)
peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8)
penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain terkait
pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Namun terdapat beberapa daerah sasaran yang menyampaikan
materi terkait penguatan publikasi ilmiah seperti pelaksanaan visiting teacher di Kota
Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan karya inovatif belum diterapkan pada
program visiting teacher PAI.

Penetapan strategi pengembangan profesionalisme guru melalui PKB adalah pola


perdana selama pelaksanaan program visiting teacher PAI berlangsung. Penerapan
program PKB pada aspek pengembangan diri terbagi atas tiga materi pokok yaitu:
pedagogik 1, pedagogik 2 dan pedagogik 3. Materi pedagogik 1 meliputi: karakteristik
peserta didik; analisis SKL, KI, KD dan kegiatan pembelajaran; analisis minggu efektif
pembelajaran; program tahunan; program semester; silabus satuan pendidikan; kriteria
ketuntasan minimal; pengembangan IPK; dan penyusunan RPP. Kemudian pedagogik 2
meliputi: konsep model pembelajaran; analisis SKL, KI, KD dan model pembelajaran,
sintaks pembelajaran, pembelajaran abad 21, penyusunan LK pembelajaran; dan praktik
model pembelajaran. Materi pada pedagogik 3 meliputi: konsep penilaian
pembelajaran; analisis SKL, KI, KD dan penilaian pembelajaran; pengembangan

110
penilaian sikap; pengembangan penilaian pengetahuan; pengembangan penilaian
keterampilan; pengembangan IPK HOTS; penyusunan soal HOTS; analisis butir soal;
pengolahan, pelaporan dan pemanfaatan penilaian; dan analisis hasil penilaian dan
tindak lanjut.
Penggunaan strategi pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) pada
program visiting teacher PAI secara terstruktur dapat menilai kebutuhan kompetensi
daerah berdasarkan materi pelatihan. Selain itu juga, pola PKB dapat menjadi bidang
pemetaan bagi Kemanterian Agama dalam meninjau kebutuhan kompetensi guru agama
pada masing-masing provinsi sasaran. Ibrahim (2013, p. 7) menjelaskan bahwa
peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti
direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara
objektif. Dalam hal ini, konsep pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan
mengarahkan pendidik dalam upaya peningkatan profesional guru yang mampu
menguasai pemahaman pendidikan baik secara teoritik maupun praktik.
Berdasarkan jabaran analisis input diatas, secara umum strategi pelaksanaan
program pada ketersediaan tenaga pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan, fasilitas
kegiatan dan pembiayaan cukup memadai. Untuk melihat relasi tersebut peneliti
deskripsikan pada tabel berikut:

Komponen Input
Strategi pelaksanaan
Program visiting Pembahasan
program
teacher PAI
Ketersediaan Melakukan rekrutmen guru Ketersediaan tenaga pelatih
tenaga pelatih profesional yang memiliki (visitor) dalam pelaksanaan
latar belakang pendidikan dan pelatihan guru PAI di daerah
pengalaman diklat yang sasaran menjadi salah satu
mumpuni sehingga dapat kunci utama pelaksanaan
melaksanakan tugas dalam program visiting teacher
peningkatan kompetensi guru sebagaimana tujuan program
di daerah sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan.
dan tujuan program.
Strategi pelatihan Pelaksanaan program visiting Pelaksanaan pelatihan dalam
menggunakan pola peningkatan kompetensi guru
pengembangan keprofesian PAI menggunakan pola
berkelanjutan yang terdiri atas pengembangan keprofesian
tiga komponen yaitu berkelanjutan
pengembangan diri, publikasi
ilmiah dan karya inovatif..
Kurikulum Penetapan kurikulum atau Penetapan materi pelatihan
materi pelatihan berdasarkan berdasarkan kebutuhan guru
materi pengembangan pada masing-masing wilayah
keprofesian berkelanjutan sasaran yang kemudian
yang terdiri dari pedagogik 1, dilakukan pemetaan kebutuhan
pedagogik 2 dan pedagogik 3. guru, persoalan guru dan

111
penyusunan materi kegiatan
dalam peningkatan kompetensi
guru.
Pembiayaan Pembiayaan program meliputi: Pembiayaan program menjamin
transportasi, konsumsi, terlaksananya program visiting
penginapan dan honorarium teacher PAI. Namun dukungan
program kegiatan di daerah
yang melibatkan organisasi
profesi guru belum sepenuhnya
merata.

Tabel 4.29 Rumusan Komponen Input dan Strategi Pelaksanaan


Program Visiting Teacher PAI
Hasil analisis input menunjukkan bahwa program visiting teacher PAI memiliki
empat komponen utama dalam peningkatan kompetensi guru PAI diantaranya: tenaga
pelatih yang mumpuni, strategi pelatihan yang tepat, kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan guru, serta ketersediaan biaya untuk menunjang program. Keempat
komponen tersebut mendeskripsikan implementasi strategi program visiting teacher
dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Dalam implementasinya, terdapat beberapa
hal yang perlu menjadi perhatian bagi penyelenggara program yaitu optimalisasi
organisasi profesi guru. Dukungan program melalui organisasi profesi guru perlu
menjadi perhatian penyelenggara program agar optimalisasi program dapat terwujud.
3. Analisis Proses
Evaluasi proses merupakan implementasi program yang telah direncanakan.
Sebagaimana Stufflebeam (1986, pp. 174-175) menjelaskan evaluasi process yang
merupakan tindakan pemeriksaan secara berkelanjutan berdasarkan implementasi
program yang direncanakan. Salah satu objek evaluasi proses adalah memberikan
feedback kepada manajer atau staff tentang sejauh mana pelaksanaan program sesuai
dengan jadwal, sesuai rencana, dan penggunaan sumber daya secara efisien. Objek
evaluasi lainnya adalah memberikan panduan untuk perubahan (modifikasi) atau
menjelaskan rencana sesuai dengan kebutuhan. Hasil dari evaluasi proses harus
memberikan catatan yang luas sesuai dengan pelaksanaan program, bagaimana
perbandingan dan pengunaan biaya secara keseluruhan. Evaluasi ini untuk mengetahui
seberapa jauh program kegiatan dilaksanakan dan menyediakan informasi untuk
keputusan program.
Suharsimi Arikunto (1988, pp. 41-42) menjelaskan analisis proses sebagai
penilaian terhadap data perencanaan dengan pelaksanaan di lapangan. Mengutip dari
Stufflebeam, Arikunto mengemukakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
evaluasi proses yaitu: 1) apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang
ditentukan? 2) perlukah staf pelaksana diberikan orientasi terkait mekanisme kegiatan
program? 3) apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat? 4)
hambatan-hambatan penting apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program

112
berlangsung dan perlu diatasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang kemudian menjadi
tolok ukur proses analisa proses pada program visiting teacher PAI.
Tahap evaluasi proses ini, peneliti membagi menjadi tiga poin utama yaitu:
pelaksanaan bimtek, pelaksanaan visiting teacher, dan pasca program. Adapun tahapan
tersebut peneliti jabarkan dalam analisis taksonomi berikut:

Gambar 4.6 Taksonomi Pelaksanaan program visiting teacher PAI


Pada tahap pelaksanaan bimtek terdiri atas dua kegiatan yakni registrasi peserta
dan pembekalan. Materi pembekalan terdiri dari arahan kebijakan program; kebijakan
program guru perbatasan; pembekalan visiting; pedoman pelaksanaan visiting; dan
pelaksanaan teknis visiting. Pelaksanaan bimtek bertujuan untuk memberikan arah
kebijakan, prosedur kerja dan teknis pelaksanaan program visiting teacher.
Pelaksanaan program di daerah sasaran dilaksanakan sesuai dengan arahan yang telah
diberikan dan jadwal yang telah direncanakan masing-masing visitor sesuai dengan
kebutuhan lokal. Pada tahap pasca program dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi
program yaitu visitor melaporkan hasil dan temuan pelaksanaan kegiatan visiting
teacher selama di daerah sasaran.
Pelaksanaan program peningkatan kompetensi guru dipusatkan pada
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang secara umum meliputi Analisis SKL,
KI, dan KD; Pengembangan IPK dan Tujuan pembelajaran; Pengembangan Materi
Pembelajaran; Pengembangan serta Praktek Model dan metode pembelajaran; Teknik,
instrument, dan rubrik Penilaian; Penyusunan RPP; Membuat proposal PTK; dan
melaksanakan real teaching. Beberapa kegiatan tersebut telah disusun dalam jadwal
kegiatan pelaksanaan program visiting teacher selama 5 (lima) hari di daerah sasaran
dengan skema sebagai berikut:

WAKTU AKTIFITAS
Hari Pertama Pemetaan Kebutuhan & Observasi Lapangan

113
Hari Kedua Persiapan
Hari Ketiga Pelaksanaan Pelatihan Guru PAI
Hari Keempat Pelaksanaan Pelatihan Guru PAI
Hari Kelima Pelaksanaan Pelatihan Guru PAI

Tabel 4.30 Skema Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI

Perencanaan jadwal kegiatan secara umum dilaksanakan sesuai dengan skema


diatas. Optimalisasi waktu pelatihan dilakukan pada hari kedua yang bertepatan dengan
hari libur sekolah (hari minggu), sehingga visitor berkesempatan untuk menyiapkan
bahan pelatihan yang dilaksanakan pada hari berikutnya. Berdasarkan skema tersebut,
dapat dilihat bahwa efektifitas pelatihan guru PAI di daerah sasaran berlangsung selama
tiga hari terakhir. Musfah (2011, p. 88) menjelaskan bahwa penyelenggara pelatihan
harus memperhatikan penyediaan waktu pelatihan sesuai dengan tingkat kesulitan dan
keluasan materi. Waktu yang memadai memungkinkan pelatih dan peserta untuk
mempelajari dan mendalami materi secara tuntas kemudian dilanjutkan pada praktik,
penilaian serta evaluasi. Untuk itu, visitor menjadi perencana kegiatan di daerah sasaran
untuk menyesuaikan tingkat kesulitan materi dengan kebutuhan kompetensi guru di
daerah dan merumuskannya menjadi materi pelatihan yang efektif.
Pelaksanaan kegiatan secara garis besar berjalan sesuai dengan penetapan jadwal
yang telah ditentukan. Upaya optimalisasi materi pelatihan dan metode penyampaian
harus dilaksanakan semaksimal mungkin. Hal ini untuk menghindari pelatihan yang
tidak berdampak pada peserta pelatihan. Sebagaimana Musfah (2011, p. 68)
menyebutkan bahwa pelatihan yang efektif adalah menghindari pelatihan ringkas yang
hanya berkaitan dengan kecakapan teknis menuju ke pendekatan lebih intens
berhubungan dengan pengetahuan guru, pengalaman dan kepercayaan. Senada dengan
hal tersebut, Ibrahim (2013, pp. 7-8) menjelaskan bahwa peningkatan profesionalisme
guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti direncanakan secara matang,
dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang
profesional tidak hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari, supervisi
dalam sekali atau dua kali, dan studi banding.
Pelatihan kompetensi guru dengan pola pengembangan keprofesian berkelanjutan
mengupayakan optimalisasi penyampaian materi pelatihan oleh visitor. Namun perlu
juga diperhatikan bahwa guru PAI di daerah sasaran memiliki kompetensi yang
beragam sesuai dengan pengalaman pendidikan. Spencer (1993, p. 7) mengingatkan
bahwa kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru juga
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya
mengajar. Maka pemetaan kebutuhan guru didaerah sasaran menjadi prioritas penting
untuk memilih guru yang benar-benar membutuhkan peningkatan kompetensi mereka.
Disamping itu juga, fasilitas penunjang pelatihan perlu diperhatikan. Musfah
(2011, pp. 89-90) menjelaskan bahwa penentuan tempat menjadi salah satu faktor

114
tingkat pencapaian dimana proses pelatihan berlangsung didukung dengan kualitas dan
kenyamanan fasilitas fisik serta ketersediaan media ajar. Melalui ketersediaan fasilitas
tersebut, guru dapat melihat materi dan metode baru yang relevan dengan pengalaman
mereka dan membuat keputusan untuk mencoba materi dan metode tersebut. Secara
umum, fasilitas penunjang pada pelaksanaan pelatihan guru PAI di daerah sasaran
cukup memadai sehingga proses penyelenggaraan program visiting teacher dapat
berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Berdasarkan pelaksanaan program visiting teacher PAI maka peneliti
menemukan peningkatan kompetensi guru berdasarkan aktifitas selama pelatihan
berlangsung. Adapun komponen peningkatan kompetensi guru dijabarkan dalam
gambar berikut:

Gambar 4.7 Peningkatan Kompetensi Guru PAI pada Program Visiting Teacher PAI
Dalam gambar tersebut, peningkatan kompetensi guru pada program visiting
teacher PAI telah meliputi kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, sosial,
spiritual dan kepemimpinan (leadership). Peningkatan kompetensi tersebut melalui
beberapa aktifitas selama pelatihan seperti penguatan materi terkait implementasi
kurikulum 2013, penggunaan media ICT, pengembangan model dan metode
pembelajaran, penulisan karya tulis ilmiah dan pelaksanaan real teaching melalui
lesson study. Secara umum, ruang lingkup peningkatan enam kompetensi guru PAI
telah terlaksana sesuai dengan tujuan program.
Dalam pada itu, visitor juga merupakan salah satu bagian dari sasaran program
visiting teacher yang tidak terpisahkan. Peningkatan kompetensi guru yakni visitor juga
turut meningkat kompetensinya melalui aktifitas program visiting teacher PAI. Pada
peningkatan kompetensi pedagogik, visitor dalam aktifitasnya melatih pengembangan
kurikulum beserta komponen pembelajaran lainnnya. Kompetensi professional
meningkat melalui penyampaian materi pelatihan dalam bidang pendidikan.
Kompetensi kepribadian meningkat melalui penyampaian motivasi dan menjadi

115
inspirasi bagi guru PAI di daerah. Kompetensi social meningkat melalui pendampingan
guru PAI di daerah. Kompetensi spiritual dan leadership turut meningkat melalui
semangat mengajar sebagai ibadah dan bertanggungjawab terhadap program. Adapun
skema peningkatan kompetensi visitor, peneliti jabarkan dalam gambar berikut:

Gambar 4.8 Peningkatan Kompetensi Visitor pada Program Visiting Teacher PAI

Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan program visiting teacher PAI diatas,


peneliti melakukan evaluasi proses untuk efisiensi program yang ditelaah berdasarkan
jadwal pelaksanaan dan sumber daya yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Adapun evaluasi proses tersebut peneliti jabarkan pada tabel berikut:

Komponen Proses
Efisiensi Pelaksanaan
Pelaksanaan Program Pembahasan
Program
visiting teacher PAI
Jadwal pelaksanaan Penyusunan jadwal Penyusunan jadwal program
program program mulai dari dimaksudkan agar proses
pelaksanaan bimtek, pelaksanaannya dapat terarah
visiting ke daerah dan sesuai dengan target yang
sasaran hingga ditentukan.
pelaksanaan evaluasi
cukup efisien
Pelaksanaan program Pelaksanaan program Pelaksanaan program visiting
mulai dari pra program, teacher masih terkendala pada
pelaksanaan visiting efisiensi waktu yang terkesan
teacher hingga pasca terburu-buru. Salah satu keluhan
program telah berjalan guru PAI di daerah dan visitor
sesuai dengan apa yang dalam pelatihan kompetensi
direncanakan namun guru adalah efisiensi waktu

116
dengan beberapa yang belum optimal. Namun
temuan lapangan kesesuaian antara jadwal
pelaksanaan program dan
implementasinya dijalankan
dengan baik.
Hambatan yang Beberapa kendala Kendala program menjadi
ditemukan dalam pelaksanaan pertimbangan pelaksanaan
program terdiri dari program visiting kedepan
efisiensi waktu, sehingga beberapa kendala
dukungan program dan terkait efisiensi waktu,
tindak lanjut perlu penyediaan anggaran dan tindak
menjadi bahan evaluasi lanjut program dapat terealisasi
untuk program
kedepan.

Tabel 4.31 Komponen Proses dan Efisiensi Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI

Berdasarkan analisis proses diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan


program visiting teacher PAI mulai dari pelaksanaan bimtek, pelaksanaan program
hingga pasca program telah berjalan sesuai dengan perencanaan awal. Komitmen dan
pelaksanaan tugas oleh visitor di daerah sasaran dapat dijalankan dengan baik sesuai
dengan tujuan pelaksanaan program. Hambatan-hambatan yang perlu menjadi perhatian
dalam pelaksanaan visiting teacher terdiri dari efisiensi waktu, dukungan program dan
tindak lanjut sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi penyelenggara untuk
pengambilan kebijakan program kedepan.

4. Analisis Produk

Evaluasi produk merupakan penilaian terhadap pencapaian sebuah program..


Sebagaimana Stufflebeam (1986, pp. 176-177) menjelaskan analisis product bertujuan
untuk mengukur, menafsirkan dan menilai pencapaian sebuah program. Tujuan utama
dari evaluasi produk adalah untuk memastikan sejauh mana program telah memenuhi
kebutuhan kelompok yang akan dilayaninya. Evaluasi produk harus melihat secara luas
dampak dari program yang dilaksanakan, termasuk dampak yang disengaja dan tidak
disengaja, serta hasil positif dan negatif. Dampak tersebut akan menjadi pertimbangan
dalam pengambilan tindakan guna memutuskan program dilanjutkan, direvisi atau
diberhentikan.

Suharsimi Arikunto (1988, p. 42) menjelaskan bahwa analisis produk adalah


menilai hasil pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Mengutip dari stufflebeam,
Arikunto (1988, p. 43) menjabarkan 4 (empat) pertanyaan yang berkenaan dengan
penilaian hasil sebagai berikut: 1) tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai? 2)
pernyataan-pernyataan seperti apakah yang dapat dibuat yang menunjukkan hubungan
antara spesifikasi prosedur dengan hasil nyata dari kegiatan program? 3) kebutuhan
individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari kegiatan program? 4) hasil
jangka panjang apakah yang Nampak sebagai akibat dari kegiatan program? Hasil dari

117
analisis produk ini akan membantu penanggung jawab program dalam pengambilan
keputusan.

Berdasarkan analisa produk tersebut, maka peneliti merumuskan hasil


pelaksanaan dan dampak program visiting teacher PAI yang dijabarkan pada analisis
taksonomi berikut:

Gambar 4.9 Taksonomi Analisis Produk Program Visiting Teacher PAI

Berdasarkan respon guru PAI di 3 Kabupaten/Provinsi sasaran, terdapat tiga


komponen penilaian peneliti yaitu tingkat pemahaman materi, kebermanfaatan program
dan saran. Pada aspek tingkat pemahaman materi, peneliti membagi atas tiga
pertanyaan yaitu, materi yang diperoleh, tingkat pemahaman materi secara umum, dan
tingkat pemahaman terkait analisis SKL, KI, KD. Materi yang didapatkan oleh guru
PAI peserta pelatihan terbagi atas 2 komponen yaitu: pedagogik 2 dan pedagogik 3.
Respon tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru PAI di wilayah
perbatasan mengacu pada materi pedagogik 2 dan pedagogik 3 dalam pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Namun menurut peneliti yang menjadi fokus utama
pelatihan kompetensi guru PAI di daerah difokuskan pada materi pedagogik 2
sedangkan materi pedagogik 3 hanya diambil beberapa materi yang sesuai kebutuhan di
daerah. Idealnya, materi pedagogik 2 terdiri atas: konsep model pembelajaran, analisis
SKL, KI, KD & model pembelajaran, sintaks pembelajaran, pembelajaran abad 21,
penyusunan LK pembelajaran, dan praktik model pembelajaran. Sedangkan materi
pedagogik 3 terdiri atas: konsep penilaian, analisis SKL, KI, KD & penilaian
pembelajaran, penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, IPK
HOTS, analisis butir soal, pengolahan, pelaporan dan pemanfaatan penilaian, dan
analisis hasil penilaian dan tindak lanjut.

Adapun materi yang diperoleh dalam pelatihan berdasarkan respon guru, peneliti
jabarkan dalam tabel berikut:

118
PENGEMBANGAN
PELAKSANAAN DI
KEPROFESIAN KONSEP IDEAL
DAERAH
BERKELANJUTAN
 Karakter Peserta Didik -
 Analisis SKL, KI, KD &
Kegiatan Pembelajaran
 Analisis Minggu Efektif
PEDAGOGIK 1 Pembelajaran
 Program Tahunan
 Program Semester
 Silabus, KTM, IPK
 Penyusunan RPP
 Konsep Model  Konsep Model
Pembelajaran Pembelajaran
 Analisis SKL, KI, KD &  Analisis Standar
Model Pembelajaran Kompetensi Lulusan,
 Sintaks Pembelajaran Kompetensi Inti,
PEDAGOGIK 2  Pembelajaran Abad 21 Kompetensi Dasar &
 Penyusunan LK Model Pembelajaran
Pembelajaran  Pembelajaran Abad 21
 Praktik Model  Lembar kerja
Pembelajaran pembelajaran
 Praktik Model
Pembelajaran
 Konsep Penilaian  Konsep Penilaian
 Analisis SKL, KI, KD &  Indikator Pencapaian
Penilaian Pembelajaran Kompetensi HOTS
 Penilaian Sikap
 Penilaian Pengetahuan
 Penilaian Keterampilan
PEDAGOGIK 3  IPK HOTS
 Analisis Butir Soal
 Pengolahan, Pelaporan
dan Pemanfaatan
Penilaian
 Analisis Hasil penilaian
dan tindak lanjut
 Presentasi pada forum -
ilmiah
 Publikasi ilmiah berupa
hasil penelitian
PUBLIKASI ILMIAH
 Publikasi buku teks
pelajaran, buku
pengayaan, dan/ atau
pedoman guru

119
 Penemuan teknologi tepat -
guna
 Penemuan/penciptaan
atau pengembangan
karya seni
KARYA INOVATIF  Pembuatan/modifikasi
alat pelajaran/peraga/
praktikum, atau
penyusunan standar,
pedoman, soal dan
sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi

Tabel 4.32 Materi Pelatihan Guru Di Daerah

Bedasarkan tabel diatas, maka peneliti jabarkan dalam gambar chart 7.7 yang
menunjukkan besaran materi pedagogik 2 dan materi pedagogik 3 berdasarkan
perbandingan antara materi ideal pengembangan keprofesian berkelanjutan dengan
pelaksanaan di Provinsi Kalimantan Utara, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Materi pedagogik 1, publikasi ilmiah dan karya inovatif belum sepenuhnya
dilaksanakan di daerah sasaran. Adapun gambar materi pelatihan sebagai berikut:

Pedagogik 1
Pedagogik 3 Publikasi Ilmiah
Karya Inovatif

Pedagogik 2

Gambar 4.10 Besaran Pelaksanaan Materi Pelatihan di Tiga Provinsi Sasaran

Pada aspek pemahaman materi secara umum berdasarkan respon guru yang
diperoleh, masih terdapat beragam tingkat pemahaman guru. Peneliti membagi tingkat
pemahaman guru dalam tiga tingkatan yaitu: paham, paham hanya sebagian, dan kurang
paham. Tingkat pemahaman materi sebagian besar dapat dipahami oleh guru PAI
dengan baik. Sebagian guru terkendala dalam memahami materi dan bahkan ada yang
kurang memahami materi karena terkendala beberapa hal diantaranya waktu yang
terbatas bagi sebagian guru dan kurangnya media ajar berupa printout materi sehingga
sebagian guru kurang dapat gambaran secara utuh. Adapun tingkatan pemahaman
materi berdasarkan respon guru peneliti jabarkan dalam gambar berikut.

120
3
2
1 Paham

2 Paham hanya sebagian

3 Kurang paham
1

Gambar 4.11 Tingkat Pemahaman Materi Secara Umum Bagi Guru PAI di Tiga
Provinsi Sasaran pada Program Viting Teacher PAI

Sedangkan pada aspek pemahaman analisis SKL, KI, KD dalam implementasi


kurikulum 2013 berdasarkan respon guru yang diperoleh, masih terdapat beragam
tingkat pemahaman guru. Peneliti membagi tingkat pemahaman guru dalam tiga
tingkatan yaitu: paham, paham hanya sebagian, dan kurang paham. Tingkat pemahaman
guru terkait analisis SKL, KI, KD sebagian besar dapat memahami materi dengan baik,
namun masih ada sebagian guru yang memahami hanya sebagian materi dan bahkan
ada yang kurang memahami. Sebagian guru kurang memahami materi analisis SKL, KI,
KD dikarenakan terkendala oleh keterbatasan waktu dalam penjelasan serta tidak
adanya contoh RPP yang bisa menjadi pembanding. Adapun tingkatan pemahaman
materi analisis SKL, KI, KD berdasarkan respon guru peneliti jabarkan dalam gambar
berikut.

3
1 Paham
2
2 Paham hanya sebagian
1
3 Kurang paham

Gambar 4.12 Tingkat Pemahaman Materi Analisis SKL, KI, KD Bagi Guru PAI di Tiga
Provinsi Sasaran pada Program Viting Teacher PAI

Pada aspek kebermanfaatan program, terdapat respon yang berbeda dari guru
PAI di masing-masing provinsi sasaran. Respon kebermanfaatan program peneliti
membagi dalam tiga komponen yakni: bermanfaat, belum bermanfaat, dan tidak
menjawab. Respon tidak menjawab terkait kebermanfaatan program sebagian besar
ditemukan pada provinsi Sumatera Barat. Hal ini menurut asumsi peneliti bahwa belum
sepenuhnya program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru PAI merata di
daerah, sehingga sebagian besar guru belum memahami proses PKB secara utuh.

121
Adapun hasil respon guru di daerah sasaran terkait kebermanfaatan program, peneliti
jabarkan dalam gambar berikut.

3 1 Bermanfaat

2 Belum Bermanfaat

1 3 Tidak Menjawab
2

Gambar 4.13 Tingkat Kebermanfaatan Program Viting Teacher PAI


Pada aspek saran dan masukan program berdasarkan respon guru di tiga provinsi
daerah sasaran, peneliti membagi respon tersebut dalam dua kategori yaitu masukan
untuk pelaksanaan program dan masukan untuk kebijakan program. Adapun beberapa
masukan tersebut peneliti uraikan dalam tabel berikut:

Respon Guru Terkait Pelaksanaan Respon Guru Terkait Kebijakan


Program Visiting Teacher PAI Tahun 2019 Visiting Teacher PAI Tahun 2019
Pelaksanaan visiting perlu dimaksilkan dalam Di sebagian wilayah sasaran
konsep kegiatan agar penyampaian materi membutuhkan dukungan anggaran
dapat menyeluruh kegiatan pelaksanaan viting teacher
di daerah dari Kementerian Agama
pusat untuk optimalisasi program
Sebagian besar guru mengeluhkan terkait Pelaksanaan viting teacher perlu
efisiensi waktu pelatihan yang terkesan dilaksanakan di beberapa daerah
terburu-buru sehingga materi penyampaian yang belum dikunjungi
tidak optimal
Penyampaian materi setidaknya disertai Pelaksanaan viting teacher perlu
dengan praktik agar materi dapat lebih dilaksanakan secara rutin setiap
dipahami tahun

Tabel 4.33 Respon terkait Saran dan Masukan Program Visiting Teacher PAI

Hasil pelaksanaan program viting teacher PAI secara umum telah berjalan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Namun hal tersebut tidak terlepas dari
beberapa kendala di lapangan. Dukungan pelaksanaan program di daerah sasaran masih
belum tersedia, di beberapa daerah sasaran seperti Kota Tarakan dan Kota Kupang,
pelaksanaan pelatihan kompetensi guru PAI menggunakan anggaran MGMP masing-
masing Kabupaten. Pada aspek koordinasi, masih terdapat kendala teknis terkait
koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi seperti yang terjadi di Kota

122
Kupang. Pada aspek pelaksanaan bimtek juga terkendala dengan keberangkatan peserta
dan jadwal penutupan yang berbenturan sehingga penyampaian materi pada hari
terakhir tidak maksimal.

Kemudian pelaksanaan tindak lanjut program viting teacher PAI belum


terkoordinir secara utuh dari penyelenggara program. Pembinaan guru pasca visiting
dan produk narasi visitor belum terdapat tindak lanjut dan kebijakan yang ditetapkan.
Namun hal ini masih dijalankan oleh visitor untuk menjalin komunikasi kepada guru-
guru di daerah sasaran terkait materi pelatihan dan diskusi pembelajaran PAI.
Disamping itu juga, produk kegiatan program viting teacher PAI berupa buku
rangkuman narasi selama program didaerah belum dikoordinir secara menyeluruh.
Terdapat sebagian visitor yang berinisiatif untuk menerbitkan hasil pelaksanaan
program viting teacher PAI berupa buku secara mandiri.

Korelasi antara tujuan program dengan pelaksanaan dan hasil program viting
teacher PAI peneliti jabarkan dalam tabel berikut:

Hasil Pelaksanaan
No Tujuan Program Pelaksanaan Program
Program
1 Membantu percepatan Visitor menyelenggarakan Respon guru pasca
pemerataan pelatihan peningkatan pelatihan menunjukkan
kompetensi GPAI kompetensi guru PAI melalui bahwa pelaksanaan
pengembangan keprofesian visiting dengan pola
berkelanjutan pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
memberikan manfaat
kepada guru PAI di
daerah.
2 Meningkatkan Visitor menyampaikan materi Berdasarkan respon
pemahaman GPAI pelatihan terkait Analisis guru pasca pelatihan,
dalam Implementasi SKL, KI, dan KD; tingkat pemahaman
Kurikulum 2013 PAI Pengembangan IPK dan materi ajar yang
dan Budi Pekerti Tujuan pembelajaran; disampaikan oleh
Pengembangan Materi visitor beragam.
Pembelajaran;
Pengembangan serta Praktek
Model dan metode
pembelajaran; Teknik,
instrument, dan rubrik
Penilaian; Penyusunan RPP
3 Memberikan Visitor merupakan guru Tersedianya visitor
pengalaman baru bagi professional yang belum yang memiliki latar
GPAI untuk pernah mengikuti program belakang pendidikan
melakukan visiting teacher PAI dan pengalaman diklata
pendampingan, sebelumnya. yang mumpuni.
menjadi inspirasi dan

123
membangkitkan
motivasi bagi GPAI
wilayah sasaran, dan
KKG/MGMP PAI
4 Memberikan Visitor melakukan sharing Visitor mampu
kesempatan kepada dan diskusi bersama guru menyelesaikan program
GPAI untuk membagi PAI di daerah mulai dari sesuai dengan target
ilmu dan keterampilan pemetaan kebutuhan guru, dan tujuan yang telah
kepada GPAI di pelaksanaan pelatihan hingga ditetapkan
wilayah sasaran pelaksanaan real teaching
dan refleksi di sekolah.

Tabel 4.34 Korelasi Tujuan Program dengan Pelaksanaan dan Hasil Program Visiting
Teacher PAI

Berdasarkan hasil telaah program viting teacher PAI melalui beberapa tahapan
analisis diatas terdapat beberapa faktor kelayakan pelaksanaan program diantaranya:
ketersediaan sumber daya memadai, pelaksanaan program menggunakan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan ketersediaan anggaran operasional yang
cukup. Hal tersebut berdampak cukup signifikan di wilayah perbatasan dilihat dari
jumlah guru yang mengikuti pelatihan sebanyak 590 orang dan kisaran jangkauan
kepada peserta didik sebesar 4.764 siswa pada jenjang sekolah dasar dan menengah
serta jangkauan terhadap jumlah sekolah sebanyak 301 sekolah.

Hasil pelaksanaan program visiting teacher PAI tersebut, peneliti menjabarkan


evaluasi produk dalam tiga aspek diantaranya respon guru didaerah sasaran, hasil
pelaksanaan program dan identifikasi keunggulan program sebagaimana pada tabel
berikut:

Komponen Produk
Pencapaian Pelaksanaan
Pelaksanaan Program Pembahasan
Program
visiting teacher PAI
Respon guru PAI di  Tingkat pemahaman Hasil pelaksanaan program
daerah sasaran materi ajar yang visiting teacher PAI
disampaikan oleh memiliki dampak positif
visitor sangat beragam pada aspek peningkatan
 Pelaksanaan visiting kompetensi guru dan
dengan pola kebermanfaatan program.
pengembangan Disisi lain terdapat beberapa
keprofesian aspek yang belum optimal
berkelanjutan diantaranya efisiensi waktu
memberikan manfaat dan dukungan program.
kepada guru PAI di
daerah
 Keberlanjutan
program didukung
oleh guru PAI di

124
daerah
Hasil Pelaksanaan Hasil pelaksanaan Secara umum pelaksanaan
program program viting teacher program viting teacher PAI
PAI secara umum telah telah berjalan sesuai dengan
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan
tujuan dan sasaran yang yakni pemerataan
telah ditentukan, namun kompetensi guru PAI di
masih terdapat beberapa daerah. Pada teknis
catatan pada aspek: pelaksanaan masih terdapat
dukungan program, kendala teknis yang perlu
koordinasi antar wilayah diperhatikan bagi
dan optimalisasi penyelenggara program
bimbingan teknis. sehingga optimalisasi
program dapat terwujud.
Keunggulan Program Ketersediaan sumber daya Ketersediaan sumber daya
memadai, pelaksanaan dan penentuan strategi
program menggunakan peningkatan kompetensi guru
pola pengembangan yang tepat menjadi
keprofesian berkelanjutan, keunggulan program visiting
dan ketersediaan anggaran teacher PAI di wilayah
operasional yang cukup. perbatasan

Tabel 4.35 Komponen Produk dan Pencapaian Pelaksanaan Program


Visiting Teacher PAI

Hasil evaluasi produk diatas menunjukkan bahwa program ini cukup berhasil
ditinjau dari respon guru didaerah sasaran, hasil pelaksanaan program dan identifikasi
keunggulan program. Pertimbangan pertama dalam pelaksanaan program adalah
penyusunan jadwal program, dukungan program di beberapa daerah sasaran dan tindak
lanjut program. Dalam penyusunan jadwal program perlu mempertimbangkan aspek
teknis baik dalam aspek administrasi maupun konten pembelajaran. Perlunya dukungan
program visiting di daerah sasaran agar proses pelaksanaannya berjalan optimal.
Kemudian perlu adanya ketegasan terkait tindak lanjut program berupa penguatan
instruktur pada masing-masing daerah sasaran sebagai upaya pembinaan guru PAI yang
belum meningkat kompetensinya.

5. Hasil Analisis CIPP

Berdasarkan hasil analisis model context, input, process, product (CIPP) terkait
program visiting teacher PAI, peneliti merumuskan hasil tersebut kedalam tabel 7.7
untuk memberikan gambaran program dan menjadi panduan dalam pengambilan
keputusan.

Konteks Input Proses Produk


Rumusan tujuan Memiliki tenaga Pelaksanaan program Program ini cukup
sesuai dengan pelatih yang visiting teacher PAI berhasil ditinjau
kebutuhan lokal mumpuni, strategi mulai dari pelaksanaan dari respon guru

125
di wilayah pelatihan yang bimtek, pelaksanaan didaerah sasaran,
sasaran tepat dengan pola program hingga pasca hasil pelaksanaan
pengembangan program telah berjalan program dan
keprofesian sesuai dengan identifikasi
berkelanjutan, perencanaan awal. keunggulan
kurikulum yang Komitmen dan program
menyesuaikan pelaksanaan tugas oleh
kebutuhan guru, visitor di daerah
dan pembiayaan sasaran dapat
yang cukup dijalankan dengan baik
mendanai program sesuai dengan tujuan
pelaksanaan program

Tabel 4.36 Hasil Analisis Model CIPP pada Program Visiting Teacher PAI

Dari hasil analisis CIPP tersebut, maka optimalisasi program visiting teacher PAI
dalam rangka peningkatan kompetensi guru dapat dibentuk melalui aktifitas program
yang terukur, terencana dan berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan penerapan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui program visiting teacher PAI yang
berdampak cukup signifikan untuk pemerataan kompetensi guru PAI di wilayah
perbatasan. Ketercapaian program visiting teacher sangat dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan sumber daya manusia dan pendanaan program. Kemudian beberapa aspek
ketidak tercapaian program visiting teacher diakibatkan oleh kendala teknis seperti
publikasi, penjadwalan, koordinasi dan tindak lanjut program. Untuk memudahkan
hasil analisa, peneliti jabarkan dalam diagram berikut:

Gambar 4.14 Hasil Analisis Model CIPP Program Visiting Teacher PAI

126
6. Pembahasan
a. Peningkatan Kompetensi Guru
Pemerataan kompetensi guru pada program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Hal
tersebut dapat ditinjau berdasarkan konteks tujuan dan input program yang cukup
memadai dalam upaya pemerataan kompetensi guru. Pada aspek konteks tujuan
kegiatan, program tersebut mungkin menjadi harapan yang cukup dinanti oleh beberapa
guru PAI di daerah perbatasan yang belum pernah mendapatkan pelatihan. Syafi’i
(2018, p. 162) menjelaskan bahwa guru yang mengajar di daerah terpencil biasanya
mengajar dengan tidak terstruktur dan mengabaikan teori-teori pembelajaran yang
efektif karena peningkatan kompetensi guru di daerah terpencil belum menjadi prioritas
dalam pembangunan pendidikan. Konteks pemerataan kompetensi guru yang
diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian agama dalam program ini dinilai
tepat jika sesuai dengan sasaran wilayah yang masih rendah kompetensi gurunya.

Sedangkan pada aspek input program, menurut peneliti ini adalah keunggulan
program visiting teacher PAI. Hal tersebut dapat ditinjau berdasarkan ketersediaan
sumber daya manusia yang mumpuni, strategi program yang sesuai, materi ajar berbasis
kebutuhan, dan pembiayaan. Ketersediaan tenaga pelatih sangat diperlukan untuk
mewujudkan pemerataan kompetensi guru di daerah. Seyfarth (2002) dalam teorinya
menyebutkan bahwa pengembangan professional diartikan sebagai aktivitas atau proses
yang dilaksanakan untuk memelihara atau meningkatkan keterampilan, sikap,
pemahaman atau perbuatan professional dan mendorong individu dalam tugasnya saat
ini maupun di masa mendatang. Dengan demikian, guru profesional sebagai trainer
dalam pelatihan lebih mampu memberikan pemahaman dan penguatan materi dalam
penyiapan kompetensi guru.

Sejalan dengan hal tersebut, Konsep "great teachers are not born, they are
made" yang dipublikasikan oleh Candal (2015, p. 22), bahwa profesionalisme guru
dibentuk melalui berbagai tahapan kegiatan yang sistematis mulai dari kualifikasi
pendidik hingga kompetensinya. Salah satu konsep guru professional yang diciptakan
adalah rekrutmen pendidik yang sangat ketat dan kesesuaian kriteria calon pendidik
dengan arah tujuan lembaga. Secara konseptual, penyamaan persepsi tenaga pelatih
dengan tujuan program sesuai dengan pelaksanaan program visiting teacher. Dalam
pelaksanaanya, perlu mendapatkan perhatian lebih mendalam bagi penyelenggara
program untuk melaksanakan proses rekrutmen secara selektif dan terbuka. Informasi
publik melalui website ataupun media sosial belum terlaksana untuk memberikan
kesempatan bagi seluruh guru PAI yang kompeten.

Selain itu, Penentuan strategi dan kurikulum melalui pengembangan keprofesian


berkelanjutan guru sesuai dengan target peningkatan kompetensi guru berdasarkan
kebutuhan. Hal tersebut merupakan arah kebijakan pemerintah dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan guru, sebagaimana yang termuat dalam Permenpan RB
Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2018. Rosyada
(2017, p. 217) menjabarkan kompetensi utama bagi guru untuk menjadi profesional,

127
yakni menguasai bahan ajar. Dalam implementasinya, penguasaan bahan ajar mencakup
tiga aspek utama yaitu: penguasaan materi ajar yang akan diajarkan kepada para siswa,
kemampuan mengembangkan kurikulum operasional dan kemampuan mengembangkan
bahan ajar melalui aktifitas penelitian. Hal tersebut sejalan dengan konsep
pengembangan keprofesian berkelanjutan guru, khususnya pada tahapan pelatihan yang
terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.

Pelaksanaan program visiting teacher PAI tidak serta merta berjalan sempurna.
Terdapat beberapa catatan temuan penelitian yang menjadi hambatan program sehingga
berdampak pada ekpektasi guru didaerah yang tidak berjalan sesuai dengan harapan.
Kendala pelaksanaan program terdiri atas efisiensi waktu, dukungan program dan
tindak lanjut program. Hambatan pertama adalah efisiensi waktu yang terkesan terburu-
buru dan berakibat pada sebagian guru mengeluhkan materi penyampaian yang tidak
mendalam. Target waktu pelaksanaan pelatihan yang singkat dengan jumlah materi
kurikulum pelatihan yang kompleks tentu tidak akan berjalan dengan optimal.
Kemudian pada akhirnya, pelaksanaan program diselesaikan berdasarkan jumlah materi
penyampaian bukan pada tingkat pemahaman. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Musfah (2011, p. 88) bahwa penyelenggara pelatihan harus memperhatikan penyediaan
waktu pelatihan sesuai dengan tingkat kesulitan dan keluasan materi. Waktu yang
memadai memungkinkan pelatih dan peserta untuk mempelajari dan mendalami materi
secara tuntas kemudian dilanjutkan pada praktik, penilaian serta evaluasi.

Pada aspek dukungan program, keterlibatan organisasi profesi guru dalam


penyelenggaraan program visiting teacher adalah penting untuk mengumpulkan data
dan informasi kebutuhan di daerah. Pada proses pelaksanaan pemetaan kebutuhan,
secara keseluruhan organisasi profesi guru yakni KKG, MGMP dan Pokjawas terlibat
aktif dalam penyelenggaraan program. Namun hal tersebut belum secara utuh terbantu
dalam penyediaan anggaran kegiatan pelatihan di daerah. Konsep pelaksanaan pelatihan
selama tiga hari tentu membutuhkan biaya operasional bagi guru. Aspek tersebut
merupakan keluhan pelaksanaan visiting yang dapat menjadi pertimbangan bagi
penyelenggara program dalam perencanaan biaya operasional program secara
komprehensif.

Keberlanjutan program juga belum tertera secara redaksional dalam petunjuk


teknis program. Peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan pelatihan guru tanpa adanya
pembinaan tindak lanjut belum sepenuhnya dapat membentuk guru professional.
Ibrahim (2013, pp. 7-8) menegaskan bahwa lahirnya seorang profesional tidak hanya
melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari, supervisi dalam sekali atau dua kali,
dan studi banding. Maka perlu adanya tinjauan kembali bagi penyelenggara program
terkait proses tindak lanjut sehingga keterlibatan organisasi profesi guru dapat optimal,
terpetakannya kompetensi guru di masing-masing daerah, dan penyediaan anggaran
dapat lebih efisien.

Peningkatan kompetensi guru PAI yang terdiri dari enam kompetensi yaitu
pedagogic, kepribadian, social, perofesional, spiritual dan leadership telah berjalan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil pelaksanaan program visiting teacher PAI

128
dalam upaya peningkatan kompetensi guru PAI di daerah sasaran melalui beragam
aktifitas pelatihan, peneliti jabarkan dalam tabel berikut:
Sumber Daya Kurikulum Kompetensi
Implementasi Kurikulum
Penggunaan Media ICT Pedagogik dan
Model dan metode Pembelaran Profesional

Karya Tulis Ilmiah


Guru PAI Daerah
Kepribadian
Sosial
Real Teaching
Spiritual
Leadership

Tabel 4.37 Hasil Peningkatan Kompetensi Guru melalui Program Visiting Teacher PAI

b. Profesionalisme Guru
Dalam konteks ini, profesionalisme guru mengacu pada pengertian yang
dijabarkan oleh Rosyada (2017, p. 217) bahwa kriteria seorang pekerja profesional,
termasuk pekerjaan pendidik baik guru maupun dosen, setidaknya harus memiliki
kriteria berikut yaitu memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan pekerjaannya
dan diakui oleh instansi terkait, melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan
tidak beralih profesi lain, memiliki penghasilan yang memadai dan dihargai oleh profesi
lain, serta terlibat dalam organisasi profesi. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa
pekerjaan profesional harus memiliki tiga komponen yaitu kompetensi, sikap dan
penghargaan. Komponen kompetensi yang dimaksud yaitu memiliki kualifikasi
pendidikan sesuai dengan keahliannya, kemudian komponen sikap yaitu memiliki
loyalitas terhadap profesinya, dan komponen penghargaan yaitu memiliki pengasilan
yang memadai.
Program visiting teacher PAI setidaknya telah memenuhi salah satu komponen
professional yaitu terkait peningkatan kompetensi guru. Peningkatan kompetensi guru
dilaksanakan dengan peningkatan wawasan implementasi kurikulum 2013 beserta
komponennya melalui pelatihan, sehingga guru yang dilatih memiliki wawasan dan
pengetahuan tentang kurikulum PAI, model, metode dan media pembelajaran.
Disamping itu, guru yang mendapatkan pelatihan telah terkualifikasi sebagai sarjana
pendidikan agama sesuai dengan profesi yang digelutinya. Hal ini dapat peneliti
temukan dalam daftar peserta pelatihan yang secara menyeluruh mengajar sebagai guru
PAI di masing-masing sekolah. Melalui pelatihan tersebut juga memberikan dampak
secara tidak langsung terhadap sikap loyalitas profesi guru, sehingga secara sadar guru
yang dilatih memiliki komitmen dalam peningkatan profesinya.
Namun, yang menarik dalam praktik profesionalisme guru adalah
pelaksanaannya yang belum optimal. Musfah (2018, p. 7) menyebutkan bahwa secara

129
umum guru masih jauh dari professional. Hal tersebut dibuktikan bahwa kebanyakan
guru merupakan produk LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang tidak
menjalankan pendidikan sesuai standar yang telah ditetapkan. Tidak semua lembaga
penghasil guru memenuhi standar minimal perguruan tinggi. Data Kemendikbud dalam
Musfah (2018, p. 7) menyebutkan bahwa hanya ada 100 dari 415 unit kampus LPTK
yang berkualitas. Data Majalah Dikti Volume 3 Tahun 2013 menyebutkan jumlah
LPTK terdiri dari 46 LPTK Negeri dan 383 LPTK swasta, jumlah mahasiswa mencapai
1.440.770 orang. Padahal, tahun 2010 LPTK berjumlah 300-an. Jadi ada kenaikan 100
buah lebih dalam waktu 3 tahun atau 3 buah setiap bulan, setiap hari muncul 10 LPTK
baru.
Lebih lanjut Musfah (2018, pp. 7-8) menjabarkan bahwa praktik tidak standar
yang terjadi di LPTK yang tidak berkualitas, terdapat dosen yang belum terkualifikasi
S2, dosen mengajar tidak sesuai keahliannya, pembukaan kelas jauh, pertemuan kurang
dari 16 kali, masa studi kurang dari 8-9 semester, tidak adanya lab micro-teaching,
praktik lapangan yang singkat, dan tugas akhir (skripsi) yang buruk. Permasalahan
tersebut merupakan fenomena real yang terjadi dalam praktik pendidikan di sebagian
LPTK. Praktik menyimpang tersebut juga terjadi karena ada kebutuhan guru untuk
mengikuti sertifikasi guru yang syaratnya adalah S1 pendidikan. Guru yang terdesak
usia dan alasan lainnya lebih memilih kuliah singkat di LPTK tidak berkualitas
daripada kuliah regular di LPTK yang reputasinya baik.
Kehadiran program visiting teacher PAI secara konteks tidak bertujuan untuk
pemenuhan kriteria dalam sertifikasi guru, sehingga peningkatan penghasilan bagi guru
adalah hal lain yang belum menjadi ranah program. Pelatihan guru dalam program
visiting menjadi salah satu upaya pemerataan kompetensi guru setempat. Namun,
Musfah (2018, p. 2) mengingatkan bahwasannya keberhasilan pelatihan sangat
ditentukan oleh banyak faktor, dalam konteks ini terkait pelatih dan peserta. Pertama,
pelatih harus menguasai materi dan serius dalam mengikuti pelatihan. Calon pelatih
harus kompeten dan pembelajar, yakni cepat belajar dan bertanya jika tidak paham serta
berlatih dengan sungguh-sungguh. Pelatihan selama lima hari tidak akan cukup untuk
menguasai dengan baik kurikulum 2013 sebaik apapun pelatihnya. Maka calon pelatih
harus belajar mandiri atau kelompok setelah pelatihan berakhir. Proses rekrutmen
pelatih menjadi penting, apakah pelatih memiliki kriteria pembelajar? Berintegritas?
Memiliki bakat pendidik? Kedua, peserta yaitu guru. Tidak semua guru pembelajar
yang baik, sehingga pelatihan akan sia-sia atau tidak membekas. Keberhasilan pelatihan
ditentukan oleh kondisi dan tipe gurunya. Sikap pembelajar dalam diri guru akan terus
meningkatkan kompetensinya walaupun tanpa pelatihan. Sejalan dengan teori
pembelajaran seumur hidup oleh M.J. Hatton (1997) bahwa guru guru harus memahami
arti penting pembelajaran seumur hidup, sehingga dirinya merupakan individu yang
melaksanakan belajar seumur hidup dimanapun dirinya berada.
Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru dalam konteks program visiting
teacher PAI terbatas pada ranah peningkatan wawasan implementasi kurikulum 2013,
model dan metode pembelajaran, media pembelajaran dan real teaching. Sedangkan
menurut Rosyada (2017, p. 217), kriteria profesionalisme terdapat tiga komponen yaitu
kompetensi, sikap dan penghargaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen
penghargaan belum tercantum secara tertulis dalam petunjuk teknis program sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan guru.

130
c. Jumlah Kuota Visitor dan Penetapan Wilayah Sasaran
Menyoal permasalahan program visiting teacher PAI pada aspek kebijakan
program, peneliti sedikit membahas terkait jumlah kuota visitor yang fluktuatif, dan
urgensi penetapan wilayah sasaran. Jumlah kuota pelaksanaan program visiting teacher
PAI terdata mengalami pergerakan yang fluktuatif. Jumlah peserta visiting pada tahun
2015 terdata sebanyak 90 orang, kemudian pada tahun 2016 dan tahun 2017 jumlah
kuota peserta berkurang menjadi 60 orang per masing-masing tahun. Pada tahun 2018,
kuota peserta visiting sedikit meningkat menjadi 75 orang, dan pada tahun 2019 jumlah
kuota peserta menurun drastis menjadi 30 orang. Jumlah guru yang dikirim tentu
berdampak pada luas sebaran wilayah yang menjadi sasaran visiting setiap tahunnya.

Penetapan jumlah kuota peserta merupakan salah satu tahapam perencanaan


program yang juga berkaitan dengan penetapan wilayah sasaran program. Penetapan
wilayah sasaran program visiting teacher PAI tahun 2019 terdiri dari 14 kabupaten 9
Provinsi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal 2015-2019 terdapat 122 Kabupaten dari 24 Provinsi yang terkategori
sebagai daerah tertinggal. Selain itu, dalam data Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP) terdapat 41 Kabupaten/Kota dari 13 Provinsi yang dikategorikan sebagai
wilayah Perbatasan (Kemendes, 2015). Dari data tersebut, lokasi sasaran khususnya
yang terkategori sebagai daerah perbatasan dan tertinggal pada tahun 2019 menyasar 7
kabupaten dari total 14 kabupaten sasaran atau sebesar 50%.

Jumlah wilayah sasaran tersebut yang kemudian menjadi dasar penetapan jumlah
kuota peserta yang tersedia. Dalam penetapan wilayah sasaran, penyelenggara program
menyampaikan kriteria daerah dan direkomendasikan kepada Kantor Wilayah Kemenag
Provinsi untuk mengajukan usulan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Nasri dan
Ibu Farida dalam wawancara terkait penetapan lokasi program.

“Penetapan lokasi sasaran itu biasanya kita menyampaikan kriteria, kemudian


kita minta kepada seluruh bidang di provinsi, meminta di daerah mana yang
kiranya perlu didatangkan guru kunjung. Jadi ada usulan semacam permohonan
atau usulan daerah-daerah yang akan dijadikan daerah tujuan program visiting
teacher. Dari daerah yang sudah diusulkan tentu saja tidak bisa semua kita
akomodir, kita pilih kita sesuaikan dengan ketersediaan anggaran baru kita
tetapkan, berapa jumlahnya, derah mana saja dan berapa guru-guru yang bisa kita
tempatkan disana.” (Nasri, 2020)

“Pemilihan lokasi sasaran berdasarkan rekomendasi dari Kanwil Kemenag


Provinsi dengan merujuk kepada pemerataan akses dan daerah yang kualitas guru
masih rendah.” (Farida I. , 2020)

Namun yang perlu menjadi perhatian adalah jumlah ideal atau target guru PAI
dari berbagai provinsi yang akan ditingkatkan kompetensinya belum tertera dalam
petunjuk teknis program, sehingga target capaian program dapat diketahui berapa lama
program visiting akan berakhir. Urgensi data jumlah kompetensi guru yang masih
rendah disetiap provinsi akan menjadi acuan pengembangan program sehingga
pelaksanaan program dapat terukur dan lebih efisien.

131
d. Teori yang mendukung

Hasil analisa program visiting teacher dengan model CIPP menunjukkan bahwa
peningkatan kompetensi guru PAI dapat dibentuk melalui aktifitas program yang
terukur, terencana dan berkelanjutan. Pemetaan kebutuhan guru PAI didaerah yang
akan ditingkatkan kompetensinya menjadi aspek penting untuk optimalisasi
pelaksanaan pelatihan kompetensi guru sehingga ukuran pelaksanaan program dapat
ditentukan. Perencanaan program berbasis kebutuhan di daerah menjadi tindak lanjut
untuk menetapkan strategi yang tepat sehingga program dapat berjalan efektif.
Pembinaan secara berkelanjutan kepada guru yang ditingkatkan kompetensinya harus
dilaksanakan untuk pendampingan pasca pelatihan guru di daerah sasaran.

Pembahasan hasil analisa program visiting teacher PAI dengan teori


profesionalisme guru peneliti sandingkan untuk melihat beberapa teori yang menjadi
acuan pengembangan profesionalisme guru sehingga dapat menjadi kajian akademik
dalam penelitian ini. Adapun pembahasan teori tersebut peneliti jabarkan sebagai
berikut:

1) John T. Seyfarth
Seyfarth (2002) melalui manajemen sumber daya manusia menyatakan
bahwa “pengembangan professional diartikan sebagai aktivitas atau proses yang
dilaksanakan untuk memelihara atau meningkatkan keterampilan, sikap,
pemahaman atau perbuatan professional dan mendorong individu dalam tugasnya
saat ini maupun di masa mendatang.” Pengelolaan sumber daya manusia pada
lingkungan pendidikan dilakukan dengan memberikan gambaran kedepan praktik
pengelola untuk mengetahui kelemahan cakupan kegiatan sehingga dapat
memulai dan menampilkan pekerjaan terbaik. Musfah (2011, p. 22) menjabarkan
bahwa pengembangan profesionalisme guru secara individual dapat dilakukan
melalui aktifitas seperti pelatihan, seminar, diskusi kelompok, melanjutkan
pendidikan dan studi banding.
Manajemen sumber daya manusia difokuskan oleh Seyfatrh pada: 1)
perencanaan kebutuhan staf; 2) persiapan seleksi; 3) mendapatkan informasi dan
mengevaluasi pelamar; 4) seleksi administrasi dan dukungan personalia; 5)
memotivasi personalia; 6) mengesahkan/pelantikan; 7) pengembangan
professional bagi personil pendidikan; 8) mengevaluasi kinerja pegawai; 9)
kompensasi dan penghargaan; 10) meciptakan lingkungan kerja yang produktif;
11) peraturan-peraturan tentang permasalahan dalam HRD; 12) kesepakatan
bersama; 13) menyelesaikan konflik; 14) mengurangi dan mengakhiri kekerasan.
Pengelola lembaga pendidikan setidaknya mampu merespon seluruh aktifitas
termasuk aspek manajemen sumber daya manusia yang mencakup
pengembangan kompetensi.
Teori Seyfarth ini mendukung hasil analisis pelaksanaan program visiting
teacher bahwa proses pelaksanaan pengembangan profesionalisme guru

132
dilakukan berdasarkan kebutuhan kompetensinya dan pembinaan secara
berkelanjutan. Dalam pengertian bahwa peningkatan kompetensi guru meliputi
tahapan proses yang panjang, tidak hanya dengan pelatihan beberapa hari guru
dianggap professional sebagaimana yang dijelaskan Ibrahim (2013, pp. 7-8)
bahwa peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis,
dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan
dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak hanya melalui
bentuk penataran dalam waktu enam hari, supervisi dalam sekali atau dua kali,
dan studi banding. Dengan demikian, peningkatan kompetensi guru secara
berkelanjutan berdampak luas bagi guru yang dilatih dan juga bagi peserta didik
serta sekolah sasaran.
2) Cara Stillings Candal
Candal mengenalkan konsep "great teachers are not born, they are made"
bahwa guru yang hebat tidak dilahirkan tapi diciptakan. Profesionalisme guru
dibentuk melalui berbagai tahapan kegiatan yang sistematis mulai dari kualifikasi
pendidik hingga kompetensinya. Membentuk guru profesional, dalam hal ini
guru baru, perlu didukung dengan keterlibatan pihak sekolah dan guru senior.
Dalam membina guru baru, perlu dibuat tahapan dengan target yang terukur
seperti tahun pertama terlibat dalam lingkungan sekolah, tahun kedua terlibat
dalam mengajar di kelas hingga guru binaan dapat mengajar secara mandiri.
(Candal, 2015, p. 22)
Salah satu konsep guru professional yang diciptakan adalah rekrutmen
pendidik yang sangat ketat. Proses rekrutmen tersebut ditekankan pada aspek
pemahaman visi misi lembaga atau arah tujuan yang ditetapkan. Kesesuaian
kriteria calon pendidik dengan arah tujuan lembaga akan menimbulkan sikap
profesionalitas dalam menjalankan tugasnya. Salah satu faktor keberhasilan guru
yang menjadi perhatian Candal adalah latar belakang akademis pendidik yang
menguasai bidang pendidikan (Candal, 2015, p. 15). Pendapat ini sejalan dengan
Spencer dan Spencer (1993, p. 7) yang mengungkapkan bahwa kompetensi guru
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Namun kompetensi guru juga
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya
mengajar.
Hasil analisis pada program visiting teacher PAI dengan teori Candal sesuai
dengan pengembangan konteks profesionalisme guru pada kompetensi sikap dan
kepribadian visitor. Temuan teoritis terkait sikap profesionalitas visitor dalam
menjalankan tugas sebagai trainer peningkatan kompetensi guru di daerah
dibentuk melalui beberapa tahapan kegiatan dalam rangka penguatan kompetensi
guru PAI. Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan oleh Rosyada (2017, p.
139) bahwa guru setidaknya memiliki capability dan loyality, yakni kemampuan
dalam bidang ilmu yang diajarkan serta loyal terhadap tugas keguruan. Visitor

133
merupakan guru professional terpilih yang telah menguasai keilmuan bidang
pendidikan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan program.
3) Michael J. Hatton
Hatton (1997) menjelaskan teori pembelajaran seumur hidup yakni
“pembelajaran yang terjadi di dalam atau dihubungkan dengan institusi pelatihan
dan pendidikan formal, termasuk kerja yang terkait dengan latihan di tempat
kerja, seperti juga pembelajaran yang lebih luas dalam masyarakat dan rumah."
Guru sebagai garda terdepan pendidikan sepatutnya memahami nilai-nilai belajar
sepanjang hayat. Musfah menegaskan bahwa guru harus memahami arti penting
pembelajaran seumur hidup, sehingga dirinya merupakan individu yang
melaksanakan belajar seumur hidup dimanapun dirinya berada. Semangat
belajarnya terus tumbuh dalam kondisi apapun dan selalu belajar melalui media
apapun (Musfah, 2011, p. 23).
Guru sepatutnya memiliki jiwa belajar atau belajar mandiri dengan
memanfaatkan sumber belajar yang ada disekelilingnya sehingga berdampak
pada pengembangan kompetensi pribadi. H.A. Malik Fajar dalam Muhaimin
(2003, p. 210) mengungkapkan bahwa dunia pendidikan saat ini masih
kekurangan guru, namun tenaga pengajar banyak. Hal tersebut ditamsilkan
bahwa guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam
mengemban tugas. Seorang dikatakan professional jika dirinya melekat sikap
deedikatif yang tinggi, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, selalu
berusaha memperbaiki dan memperbaharui model kerja yang sesuai dengan
tuntutan zaman yang dilandasi dengan prinsip tugas mendidik adalah tugas
menyiapkan generasi masa depan.
Korelasi teori pembelajaran seumur hidup dengan program visiting teacher
adalah pentingnya sikap untuk terus belajar bagi guru dalam upaya peningkatan
kompetensinya. Pengembangan profesionalisme guru melalui pelatihan hanya
berdampak kecil jika tidak diimbangi dengan kemauan untuk terus
mengembangkan diri hingga menjadi guru profesional. Dalam hal ini, konteks
tindak lanjut program visiting teacher PAI tidak hanya dibebankan kepada visitor
atau penyelenggara program untuk terus melakukan pendampingan dan
pembinaan, namun juga perlu adanya motivasi guru dengan kesadaran dirinya
untuk mengembangkan kompetensinya.

134
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kompetensi guru PAI dapat dibentuk melalui aktifitas program yang
terukur, terencana dan berkelanjutan. Ketercapaian program visiting teacher dalam
peningkatan kompetensi guru di daerah perbatasan dapat terlaksana melalui pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Peningkatan enam kompentesi guru yakni
pedagogik, professional, kepribadian, sosial, spiritual dan leadership cukup optimal
melalui penguatan wawasan implementasi kurikulum 2013, penggunaan media ICT,
model dan metode pembelajaran, karya tulis ilmiah, dan real teaching.
Kemudian aspek ketidaktercapaian program yang perlu menjadi pertimbangan
penyelenggara adalah tindak lanjut program yang secara spesifik tidak dijabarkan baik
dalam petunjuk teknis program maupun kebijakan pimpinan, sehingga hasil yang
diharapkan berupa pemerataan kompetensi guru hanya berhenti pada guru yang
mengikuti pelatihan, tidak adanya tindak lanjut untuk melatih guru-guru lainnya dengan
melibatkan komunitas belajar yakni KKG, MGMP dan Pokjawas di daerah sasaran.
Program visiting teacher menghasilkan produk berupa jurnal laporan pelaksanaan
program visiting teacher di daerah sasaran. Laporan tersebut dapat menjadi tinjauan
hasil pelaksanaan program dan kondisi pendidikan di daerah perbatasan dan tertinggal.
Disamping itu, dampak dan pelayanan program bagi guru PAI, sekolah dan siswa
tersebar dengan jumlah: 509 guru PAI terlayani, dan 301 sekolah serta 4.764 peserta
didik terdampak program visiting teacher PAI.
Adapun tahapan evaluasi program peneliti deskripsikan sebagai berikut:
1. Evaluasi konteks menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara rumusan tujuan
dan kebutuhan real di wilayah sasaran. Ditinjau dari aspek kebutuhan dan
manfaat, program ini merupakan salah satu langkah solutif untuk pemerataan
kompetensi guru di daerah khususnya wilayah 3T (terdepan, terluar dan
tertinggal) yang secara umum memiliki kendala yang kompleks mulai dari
kebutuhan dan kemampuan SDM, sarana prasarana, akses wilayah sulit, hingga
sosialisasi kurikulum yang belum maksimal.
2. Evaluasi input menunjukkan bahwa program visiting teacher PAI memiliki
tenaga pelatih yang mumpuni, materi pelatihan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan, metode pelatihan sesuai dengan materi ajar, fasilitas kegiatan dan
pembiayaan cukup memberikan dukungan program, serta penggunaan pola
pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai langkah strategi peningkatan
kompetensi guru yang tepat. Secara umum, ketersediaan tenaga pelatih, materi
pelatihan, metode pelatihan, fasilitas kegiatan, pembiayaan dan strategi

135
pelaksanaan cukup memadai dalam penyelenggaraan program visiting teacher
PAI.
3. Evaluasi proses menunjukkan bahwa pelaksanaan program visiting teacher PAI
mulai dari pra program, pelaksanaan program hingga pasca program telah
berjalan sesuai dengan perencanaan awal. Komitmen dan pelaksanaan tugas oleh
visitor di daerah sasaran dapat dijalankan dengan baik sesuai dengan tujuan
pelaksanaan program. Hambatan-hambatan yang ada dalam proses kegiatan
dapat diminimalisir dengan berbagai cara alternatif.
4. Evaluasi produk menunjukkan bahwa bahwa program ini cukup berhasil dengan
beberapa pertimbangan ditinjau dari respon guru didaerah sasaran, hasil
pelaksanaan program dan identifikasi keunggulan program. Pertimbangan
pertama dalam pelaksanaan program adalah penyusunan jadwal program,
dukungan program di beberapa daerah sasaran dan tindak lanjut program. Dalam
penyusunan jadwal program perlu mempertimbangkan aspek teknis baik dalam
aspek administrasi maupun konten pembelajaran. Perlunya dukungan program
visiting di daerah sasaran agar proses pelaksanaannya berjalan optimal.
Kemudian perlu adanya ketegasan terkait tindak lanjut program berupa
penguatan instruktur pada masing-masing daerah sasaran sebagai upaya
pembinaan guru PAI yang belum meningkat kompetensinya.

B. Rekomendasi

Program visiting teacher PAI merupakan salah satu dari beberapa program
pemerintah khususnya peningkatan kompetensi guru PAI di daerah perbatasan dan
tertinggal. Program ini memiliki kebermanfaatan yang sangat besar dalam pemerataan
akses pendidikan khususnya bagi guru. Kepedulian ini akan memberikan dampak yang
luas dalam upaya penyiapan sumber daya manusia mendatang. Optimalisasi program
menjadi penting agar seluruh provinsi di Indonesia dapat secara bergiliran mendapat
kesempatan peningkatan kompetensi guru melalui program tersebut. Untuk itu,
keberlanjutan program perlu dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek:

1. Penentuan wilayah sasaran agar pemerataan kompetensi di seluruh wilayah dapat


tercapai.
2. Penentuan jadwal pelaksanaan program perlu mempertimbangkan aktifitas
pembelajaran disekolah agar tidak terjadi benturan aktifitas guru dan aktifitas
program.
3. Pengelolaan anggaran perlu direncanakan secara matang agar efisiensi waktu
dan efektifitas kegiatan mulai dari pra kegiatan hingga tindak lanjut program
dapat terakomodir.
4. Perencanaan tindak lanjut program perlu dilaksanakan agar pembinaan guru PAI
di daerah dapat berjalan secara berkelanjutan.

136
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. (2014). Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif. Jurnal


Etnohistori, Vol 1.
Amstrong, M. (2004). Performance Management (terjemah). (T. Setiawan, Trans.)
Yogyakarta: Tugu Publisher.
Arifin, M. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arraiyyah, H. (2016). Pendidikan Agama Islam Menebar Rahmah Lil'Alamin. In e. H.
Musfah, Pendidikan Islam Memajukan Umat dan Memperkuat Kesadaran Bela
Negara (p. 3). Jakarta: Kencana.
Candal, C. S. (2015, April). Great Teachers are Not Born, They Are Made. Pionner
Institute Public Policy Research, 130.
Culbert, J. F. (1921). The Visiting Teacher. The Annals of The American of Political
and Social Science, 98(Child Welfare). Retrieved from
https://www.jstor.org/stable/1015048
Danim, S. (2011). Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke
Profesional Madani. Jakarta: Kencana.
Donni, J. P. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.
Geertz, C. (2014). Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Budaya Jawa,
Terjemahan Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok: Komunitas Bambu.
Gomes, F. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Kedua ed.). Yogyakarta:
Andi.
Greene, J. C. (1994). Evaluasi Program Kualitatif: Praktik dan Janji, dalam Handbook
of Qualitative Research, Norman K. Denzin dan Yvonna S Lincoln (terj).
London - New Delhi: Sage.
Hasthoro, H. A. (2016). Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T (Terluar,
Terdepan Dan Tertinggal): Tinjauan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
Pusat Data Dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved from
https://docplayer.info/47636017-Analisis-sebaran-guru-dikdasmen-di-wilayah-
3-t-terluar-terdepan-dan-tertinggal-tinjauan-sekolah-menengah-pertama.html
Husin, M. S. (2019, Desember). Korelasi Keberagamaan dan Kompetensi
Kepemimpinan GPAI dalam Menanamkan Nilai Islam Rahmatan Lil'alamin.

137
Syamil Jurnal Pendidikan Agama Islam, 7, 151. Retrieved from
https://core.ac.uk/download/pdf/287357699.pdf
Ibrahim, B. (2013). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar (Dalam
Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Jakarta: Bumi
Aksara.
Imam Tolhah, d. (2016). Pendidikan Agama Islam Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Imaniyati, N. W. (2016, Agustus). Peran Guru Sebagai Manager dalam Meningkatkan
Efektifitas Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
1, 106.
Irianto, J. (2001). Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan; Dari Analisis
Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan. Jawa Timur: Insan Cendikia.
Iwantoro. (2017, November). Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembelajaran Di Era Digital. Journal of Islamic Education, II. Retrieved from
http://ejournal.stitmuhbangil.ac.id/index.php/jie/article/view/61/28
Kemenag. (2020, Januari). Profil. Retrieved from Kemenag RI: https://kemenag.go.id/
Kemendes. (2015). Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu. Pusat Data
dan Informasi Balitbang Diklat Kementerian Desa, Pembangunan Tertinggal
dan Transmigrasi.
Kemendikbud. (2016). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved Desember
16, 2020, from Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/7-provinsi-raih-nilai-terbaik-
uji-kompetensi-guru-2015
Komara, A. M. (2016). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Penelitian
Tindakan Kelas Bagi Guru. Bandung: Refika Aditama.
Kurasawa, A. (1993). Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di
Pedesaan Jawa 1942-1945. Alih Bahasa oleh Hermawan Sulistyo. Jakarta:
Gramedia.
L. Kydd, M. C. (2004). Pengembangan Profesional Untuk Manajemen Pendidikan
(Terjmah). (U. G. B., Trans.) Jakarta: Grasindo.
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Manullang, M. (2004). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

138
Matthew B. Miles, H. A. (1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. London: Sage Publication.
Miller, L. A. (2001, May). Phone Interviewing as a Means of Data Collection: Lessons
Learned and Practical Recommendations. Forum: Qualitative Social Research,
2. Retrieved from https://www.qualitative-
research.net/index.php/fqs/article/view/959/2094&sa=U&ved=0CBkQFjABah
UKEwi8t-eFz-
DHAhXOBY4KHcLBAPo&usg=AFQjCNEZwIS1u2NMTK1XwlWhuWntlX
LAdQ
Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mu'ah, M. &. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Profesional. Sidoarjo:
Zifatama.
Muhaimin. (2003). Wacana Pengembangan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhaimin. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Graffindo
Persada.
Muhammad Farid, d. (2018). Fenomenologi dalam Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mujiman, H. (2007). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri (Cetakan Kedua
ed.). Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik (Pertama ed.). Jakarta: Kencana.
Musfah, J. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan, Mengurai Krisis Karakter Bangsa.
Jakarta: Kencana.
Musfah, J. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan; Pendidikan Nirkreasi. Jakarta:
Prenadamedia.
Muthmainnah, R. J. (2015). Kompetensi Guru: Urgensi dan Kompetensi yang Perlu
Dimiliki dan Dikembangkan Di Era Globalisasi. Call for Paper "Peluang dan
Tantangan Kompetensi Guru Abad 21" (p. 3). OSF Home.
doi:10.17605/OSF.IO/4Y8VG
Nugraha, D. d. (2019). Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Wonosobo: CV Mangku Bumi Media.
Nurjannah. (2017). Implementasi program. Makassar: CV Sah Media.

139
Pamela B. Finney, J. T. (2002, November/Desember). The South Carolina/Spain
Visiting Teacher Program. A Journal of Educational Strategies, 76(Issues and
Ideas).
Patton, M. Q. (2002). Qualitative Research & Evaluation Methods (3 ed.). California:
Sage Publication.
Pendis, K. (2019, Desember). Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI. Retrieved from Ditjen Pendidikan Islam:
http://pendis.kemenag.go.id/index.php
Rafida, R. A. (2017). Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana
Publishing.
Rorong, M. J. (2020). Fenomenologi. Yogyakarta: Deepublish.
Rosyada, D. (2013). Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Perlibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Pranada Media.
Rosyada, D. (2017). Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus Dinamika
Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah. Depok: Kencana.
Sagala, S. (2013). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga kependidikan. Bandung:
Alfabeta.
Seyfarth, J. (2002). Human Resources; Management for Effective Schools (Third ed.).
Boston: Allyn and Bacon.
Siram, R. (2013, Desember). Pelaksanaan Model Guru Kunjung Di Daerah Terpencil.
Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 19, 225-229. Retrieved
from https://www.neliti.com/publications/ 108669/pelaksanaan-model-guru-
kunjung-di-daerah-terpencil
Stufflebeam, A. J. (1986). Systematic Evaluation (A Self-Instructional Guide to Theory
and Practice). Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Stufflebeam, D. L. (1983). The CIPP Model For Program Evaluation. In G. F. Madaus
et al., Evaluation Models (p. 140). Kluwer-Nijhoff Publishing.
Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukanti. (2008). Meningkatkan Kompetensi Guru melalui Pelaksanaan Tindakan Kelas.
Pendidikan Akuntansi Indonesia, VI, 7.
Sukardi. (2015). Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Jakarta: Bumi Aksara.

140
Sukmadinata, N. S. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukoco. (2014, Juni). Evaluasi Pelaksanaan Program SEAMOLEC Di SMK Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi Universitas Negeri
Yogyakarta, 4. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/
view/2542/2099
Suriadi. (2018, Juni). Profesionalisme Guru dalam perspektif Al-Qur'an. Lentera
pendidikan, 21, 123-141.
Susanto, A. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Syafii, A. (2018). Perluasan dan Pemerataan Akses Kependidikan Daerah 3T
(Terdepan, Terluar dan Tertinggal. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Jombang, 2.
Tutik, T. &. (2006). Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik menurut UU Guru
dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Udin, S. S. (2013). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Wahyuni, D. (2018, Desember). Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Era Revolusi
Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, X.
Wirawan. (2012). Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Rajawali Press.
Yani, A. (2010, Juli). Kebijakan Distribusi Guru Melalui Participatory Management
Pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi UPI
Bandung, 9, 47-54. Retrieved from https://ejournal.upi.edu/index.php/
manajerial/article/view/1802/1233
Wawancara
Farida, I. (2020). Interview Penanggung Jawab Program Visiting Teacher PAI. (M.
Abshor, Interviewer)
Fathulloh, A. (2020). Interview visitor. (M. Abshor, Interviewer)
Hery, E. (2020). Interview Panitia Program. (M. Abshor, Interviewer)
Nasri. (2020). Interview Penanggung Jawab Program Visiting Teacher PAI. (M.
Abshor, Interviewer)
Nasukha. (2020). Interview Panitia. (M. Abshor, Interviewer)
Nurhalim. (2020). Interview Visitor. (M. Abshor, Interviewer)
Nurlaili, A. (2020). Interview Visitor. (M. Abshor, Interviewer)
Paripurno, J. (2020). Interview, Visitor. (M. Abshor, Interviewer

141
LAMPIRAN
Lampiran 1

142
143
Lampiran 2

PEDOMAN PENGAMBILAN DATA

A. Pedoman Observasi
1. Pelaksanaan kegiatan Bimtek program visiting teacher PAI Tahun 2019
2. Pelaksanaan Program Visiting Teacher PAI tahun 2019 di Kota Tarakan
Kalimantan Utara.
3. Pelaksanaan real teaching di SDN 05 Kota Tarakan.
4. Pelaksanaan pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan di Kantor
Kementerian Agama Kota Tarakan Kalimantan Utara.

B. Pedoman Dokumentasi
1. Petunjuk Teknis Program Visiting Teacher Pendidikan Agama Islam di wilayah
perbatasan Tahun 2019.
2. Laporan individu program visiting teacher PAI di wilayah perbatasan tahun
2019.
3. Laporan kegiatan bimtek dan persiapan program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan tahun 2019
4. Laporan evaluasi kegiatan program visiting teacher PAI di wilayah perbatasan
tahun 2019
5. Laporan monitoring dan evaluasi program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan tahun 2019
6. Dokumentasi program visiting teacher PAI tahun 2019
7. Buku Pendidikan Agama Islam dalam lintasan sejarah
8. Website Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
9. Website Kementerian Agama RI

C. Pedoman Wawancara
Responden Penanggungjawab Program, Visitor, Guru di Daerah Sasaran

Penanggung Jawab Program/Panitia


Profil Program
1. Bagaimana asal mula pelaksanaan program visiting teacher PAI di wilayah
perbatasan?
2. Apakah program visiting teacher sejak awal dikonsepkan khusus pada
pemerataan pendidikan di wilayah 3T?
Tujuan, Manfaat dan Harapan Program
3. Apa saja tujuan utama pelaksanaan program visiting teacher?
4. Apa manfaat program visiting teacher PAI?
5. Kompetensi apa saja yang ditingkatkan kepada guru melalui program visiting
teacher di wilayah perbatasan?
Peserta
6. Bagaimana teknis pelaksanaan rekrutmen peserta?
Pembiayaan

144
7. Pembiayaan apa saja yang digunakan untuk pelaksanaan program visiting
teacher PAI?
8. Bagaimana pertanggungjawaban penggunaan anggaran tersebut?
Daerah Sasaran
9. Bagaimana prosedur penentuan lokasi sasaran?
10. Apa yang menjadi dasar utama penetapan lokasi sasaran?
Pelatihan
11. Bagaimana prosedur pelaksanaan bimtek bagi peserta?
12. Apa saja materi yang disampaikan dalam pelaksanaan bimtek program visiting
teacher PAI?
13. Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?
14. Apa saja kendala yang ditemukan saat pelatihan berlangsung?

Visitor
Tujuan
1. Apa yang menjadi motivasi utama bapak/ibu dalam mengikuti program visiting
teacher PAI?
Rekrutmen
2. Apa saja persyaratan yang dikumpulkan?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan rekrutmen bapak/ibu?
Pelatihan dan pelaksanaan
4. Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama mengikuti bimtek program
visiting teacher PAI?
5. Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan materi yang disampaikan pada
pelaksanaan bimtek program visiting teacher PAI?
6. Apa saja yang kekurangan pelaksanaan bimtek program visiting teacher PAI?
7. Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk pelaksanaan bimtek kedepan?
8. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan di daerah?
9. Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan kepada guru PAI selama bertugas di
daerah?
10. Materi apa saja yang disampaikan selama pelaksanaan kegiatan evaluasi
program visiting teacher PAI?
11. Apa yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi program
visiting teacher PAI?
12. Apa yang menjadi harapan pelaksanaan kegiatan evaluasi kedepan?
13. Apa yang menjadi kesan mengikuti program visiting teacher PAI?
14. Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu pasca program visiting kepada guru di
daerah sasaran?

Guru PAI di Wilayah Sasaran


Pelatihan Kompetensi Guru
1. Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama mengikuti pelatihan program
visiting teacher PAI?
2. Apakah bapak/ibu memahami materi penyampaian visitor?

145
3. Apakah bapak/ibu memahami analisis SKL, KI dan KD? Jika tidak, mengapa?
4. Apakah bapak/ibu pernah membuat PTK sebelumnya? Jika iya, jelaskan judul
dan kapan dibuatnya!
5. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti penilaian kompetensi (PK) online? Kapan
dan dimana?
Manfaat
6. Apakah program PKB pada visiting teacher memberikan manfaat bagi
bapak/ibu?
7. Apakah bapak/ibu bersedia mengikuti program PKB dengan dana mandiri,
komunitas belajar atau melalui bantuan pemerintah?
Saran
8. Apa saran dan masukan bapak/ibu untuk pelaksanaan program visiting teacher
PAI kedepan?

146
Lampiran 3
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM VISITING TEACHER PAI

Peneliti :P
Informan :I

Informan Drs. Nasri, MM


Jabatan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Pendidikan Agama
Islam
Lokasi Via Telepon
Tanggal 24 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Bagaimana asal mula pelaksanaan program visiting
teacher PAI di wilayah perbatasan?
I Visiting teacher itu kan bahasa inggrisnya, bahasa 01a
indonesianya guru kunjung. Sebenarnya dahulu itu
diawal bukan program guru kunjung, dulu itu
pertukaran guru dari daerah yang satu ditukar ke
daerah yang lain untuk mendapatkan pengalaman,
testimoni di satu daerah dibawa ke daerah yang
lainnya. Kemudian terakhir berkembang visiting
teacher itu menjadi guru kunjung, jadi guru yang
memang sengaja di datangkan ke daerah-daerah
tertentu.
2 P Apakah program visiting teacher sejak awal
dikonsepkan khusus pada pemerataan pendidikan di
wilayah 3T?
I Iya, sebenarnya pemerataan pendidikan bukan berarti 01b
menambah kekurangan guru, bukan itu, tapi
pemerataan dalam bidang mutu guru, jadi
peningkatan mutu guru. Jadi guru-guru yang ada di
wilayah 3T biasanya kompetensi atau mutunya
karena jarang tersentuh dengan pelatihan-pelatihan
itu kompetensinya relative lebih rendah atau kurang
berkembang.
3 P Apa saja tujuan utama pelaksanaan program visiting
teacher?
I Iya untuk peningkatan mutu guru 02a
5 P Apa manfaat program visiting teacher PAI?
I Manfaat visiting teacher sangat bermanfaat sekali, 02b
karena guru-guru yang dikirimkan punya kriteria
tertentu, bukan asal guru atau guru yang masih baru

147
atau guru yang belum punya pengalaman, tapi guru-
guru yang memang sudah punya pengalaman cukup,
punya kemampuan bagus, guru-guru terbaik, dan
bahkan salah satu persyaratannya mereka harus
sudah menjadi instruktur atau memiliki prestasi yang
bagus. Jadi dikirim ke daerah untuk
mendesiminasikan pengetahuannya kepada guru-
guru daerah perbatasan.
6 P Kompetensi apa saja yang ditingkatkan kepada guru
melalui program visiting teacher di wilayah
perbatasan?
I Konsep berfikir diawal bahwa pelatihan guru yang 02c
diselenggarakan oleh Negara sangat terbatas sekali,
artinya kesempatan guru-guru mengikuti pelatihan
itu tidak merata, karena jumlah pelatihan yang
dibutuhkan oleh guru dengan jumlah guru-guru yang
membutuhkan pelatihan itu tidak cukup, sangat
sedikit sekali.
Dan rata-rata guru yang dilatih itu guru-guru yang
mudah dijangkau yang bisa berkomunikasi, yang bisa
dihubungi, yang alamatnya jelas kemudian yang
gampang di kontak, jadi ketika diundang
menyampaikan undangannya gampang, mereka
mudah mencapai undangan.
Jadi visiting teacher itu tujuannya adalah untuk
memberikan peningkatan kompetensi, memberikan
pelayanan kepada guru-guru yang ada di daerah-
daerah 3T. Menurut sepengetahuan kita, jarang yang
mendapatkan pelatihan, jarang yang bisa
mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan,
makannya selain biaya yang tidak mencukupi juga
karena jumlah pelatihan yang sangat sedikit. Jadi kita
berinisiasi menyelenggarakan visiting teacher ini
untuk mengirim guru-guru mendekati target. Jadi
guru-guru yang sudah punya potensi bagus, guru
sudah punya prestasi, kemudian guru-guru yang
sudah berstatus sebagai instruktur, kita kirim ke
daerah-daerah yang jarang terjangkau dengan
pelatihan-pelatihan. Guru-guru ini kita kirim kesana
untuk membuat suatu bimbingan pendampingan
kepada guru-guru disana untuk mengikuti
pendampingan supaya meningkatkan kompetensinya.

PKB itu pola pengembangan kompetensi guru yang


berkelanjutan, tujuannya untuk meningkatkan
kompetensi guru, jadi guru-guru yang sudah

148
memiliki kompetensi itu tidak perlu lagi dilatih. Kita
melatih guru yang kompetensinya masih kurang atau
belum memenuhi persyaratan sebagai guru
professional. Program-program yang disampaikan
dalam visiting teacher itu otomatis sejalan dengan
PKB, artinya disana dilakukan dengan pola
pengembangan kompetensi guru yang ada di pola
PKB. Jadi guru-guru itu yang datang kesana itu harus
tahu bagaimana kompetensi guru-guru di daerah
sana, kemudian apa yang dibutuhkan oleh mereka,
jenis pelatihan atau bimbingan apa yang dibutuhkan
oleh mereka, itu adalah pola PKB. Jadi sangat match
sekali PKB dengan visiting.
8 P Berapa jumlah peserta yang dikirim setiap angkatan?
I Batasan jumlah peserta ini sangat bergantung pada 03a
kondisi keuangan, jadi kalau dari sisi kebutuhan itu
banyak sekali daerah-daerah yang membutuhkan
program ini, karena daerah perbatasan yang sangat
jarang tersentuh dengan pelatihan atau pembinaan
memang banyak sekali, tapi lagi-lagi, ketersediaan
anggaran menjadi batasan seberapa banyak daerah
yang bisa kita jadikan tempat atau target daerah
kunjungan dengan jumlah peserta programnya juga.
10 P Bagaimana teknis pelaksanaan rekrutmen peserta?
I Teknisnya kita mensyaratkan guru-guru yang 03b
mengikuti program visiting itu, karena mereka akan
dijadikan tutor atau pendamping guru-guru di daerah
perbatasan, yang notabene jarang mengikuti
pelatihan, jadi guru-guru yang dikirim itu harusnya
memiliki kompetensi yang sudah bagus, kompetensi
yang sudah menguasai, kompetensi dasar sebagai
guru professional, kemudian ditambah lagi dengan
guru-guru yang memiliki prestasi, kemudian guru-
guru yang sudah menjadi instruktur itu sudah pasti
prioritas, karena mereka disana aktifitasnya itu untuk
melakukan pembinaan. Terkait persyaratan untuk
sebagai pemerataan, bagi guru yang sudah mengikuti
program visiting sebelumnya kita tinggalkan dulu,
kita berikan kesempatan kepada guru lain yang
belum pernah mengikuti program ini tapi memiliki
kemampuan dan kita beri kesempatan mereka untuk
mengikutinya. Jadi secara pondasi guru-guru yang
dikirim itu persyaratannya yang memenuhi kriteria
guru yang sudah professional, yang memiliki
kompetensi memadai, dan pengalaman instruktur.

149
12 P Pembiayaan apa saja yang digunakan untuk
pelaksanaan program visiting teacher PAI?
I Pertama, bimbingan teknis sebelum guru-guru 04a
mengikuti program, sebelum bimtek ada seleksi kita
memberikan peluang kepada semua guru kesempatan
yang sama dengan persyaratan tertentu dan kita
sampaikan informasi ini ke seluruh provinsi, nanti
guru-guru yang memiliki minat sesuai dengan
kriteria, kita berikan kesempatan untuk melamar
mengajukan permohonan sebagai peserta visiting
teacher. Disana kita melakukan seleksi, kita petakan
berapa anggarannya, berapa kuota daerah tujuan dan
guru yang bisa akomodir. Setelah seleksi selesai kita
adakan persiapan bimtek, kita arahkan mereka
kemudian kita berangkatkan, disitu ada komponen-
komponen biaya, dari seleksi kemudian bimtek,
pemberangkatan dengan transport ada yang pesawat,
kemudian nyambung lagi ojek nyambung lagi
speedboat atau perahu, pokoknya biaya dari
keberangkatan mereka dari tempat tinggal ke acara
bimtek sampai keberangkatan mereka ke tempat
tugas daerah visiting, itu semua masuk ke anggaran
APBN yang dibiayai oleh Negara. Kemudian juga
disana selama mereka mengikuti program, ada living
cost yang masih dibiayai Negara biasanya untuk
transport lokal, untuk biaya hidup disana, tergantung
menyesuaikan dengan kondisi anggaran dengan
ketentuan yang berlaku. Setelah mereka kembali itu
ada bimtek untuk pengarahan bagaimana membuat
laporan dan mengembalikan ke tempat tinggal asal
masing-masing, semua itu dibiayai penuh oleh
Negara dari APBN.
14 P Bagaimana pertanggungjawaban penggunaan
anggaran tersebut?
I Pertanggungjawabannya itu kan ada panitia yang 04b
menyelenggarakan, panitia menghimpun seluruh
item-item kegiatan, kemudian belanja-belanja yang
dipergunakan sesuai dengan standar biaya dan
menggunakan adcost, yaitu berapa biaya yang
dikeluarkan itu yang dibayarkan Negara dengan
bukti-bukti tertulis, ada bukti tiket, bukti pembayaran
yang ada kuitansinya, mereka harus mengumpulkan
itu, kalau tidak ada biasanya membuat
pertanggungjawaban. Jadi semua administrasi
keuangan itu harus dipertanggungjawabkan, begitu
juga bagi peserta, peserta tidak hanya mengikuti tapi

150
juga melaporkan hasil program yang telah
dilaksanakan di tempat tugasnya dalam bentuk
laporan akademik.
15 P Bagaimana prosedur penentuan lokasi sasaran?
I Penetapan lokasi sasaran itu biasanya kita 05a
menyampaikan kriteria, kemudian kita minta kepada
seluruh bidang di provinsi, meminta di daerah mana
yang kiranya perlu didatangkan guru kunjung. Jadi
ada usulan semacam permohonan atau usulan
daerah-daerah yang akan dijadikan daerah tujuan
program visiting teacher. Dari daerah yang sudah
diusulkan tentu saja tidak bisa semua kita akomodir,
kita pilih kita sesuaikan dengan ketersediaan
anggaran baru kita tetapkan, berapa jumlahnya, derah
mana saja dan berapa guru-guru yang bisa kita
tempatkan disana.
17 P Apa yang menjadi dasar utama penetapan lokasi
sasaran?
I Tujuan dari visiting teacher ini kan untuk 05b
meningkatkan kompetensi guru. Dasarnya tadi kan
daerah-daerah yang jauh, yang terpencil, masuk
dalam kriteria 3T, itu daerah-daerah rawan yang
jarang mendapatkan bimtek atau binaan,
mendapatkan pencerahan, visiting teacher itu sangat
sesuai dengan 3T. Kalau daerah-daerah yang
terjangkau mereka bisa dilatih dengan pelatihan-
pelatihan regular, mereka diundang kemudian
mengikuti pelatihan yang sering dilakukan direktorat.
Jadi memang targetnya daerah 3T dengan alas an
jarangnya tersentuh pelatihan.
18 P Bagaimana prosedur pelaksanaan bimtek bagi
peserta?
I Sebelum memberangkatkan peserta kita undang 06a
peserta di satu tempat dengan harapan mereka bisa
kita persiapkan supaya visi misi mereka kesana itu
sama sesuai dengan harapan dari program itu. Dan
mereka semua wajib mengikuti itu dengan jadwal
dan aturan yang dibuat oleh panitia.
20 P Apa saja materi yang disampaikan dalam
pelaksanaan bimtek program visiting teacher PAI?
I Materi bimtek biasanya dari pengenalan tempat dan 06b
budaya, kemudian dari kompetensi apa saja nanti
program yang dilaksanakan disana, kemudian
bagaimana nanti peserta membuat laporan
pertanggungjawaban, baik laporan keuangan maupun

151
laporan akademik.
24 P Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan evaluasi
program visiting teacher PAI?
I Evaluasi biasanya dilaksanakan diakhir untuk 06e
mengukur keberhasilan program. Jadi sebenarnya
evaluasi itu ada dilaksanakan saat program sedang
berlangsung yaitu dengan monitoring dan evaluasi
saat kegiatan atau setelah program dilaksanakan.
Biasanya kalau ada alokasi anggaran untuk
kunjungan atau untuk monev kesana saat ada
kegiatan, itu dilakukaan saat program berlangsung,
tapi jika tidak ada ya kita lakukan evaluasi dalam
bentuk evaluasi di tempat ketika mereka sudah
selesai melaksanakan program. Kalau berangkatnya
dengan bimtek persiapan maka evaluasi itu biasanya
setelah mereka pulang dikumpulkan lagi disitu kita
lakukan evaluasi.

Evaluasi bisa dilakukan on the spot, ketika program


sedang berlangsung, kemudian bisa dilakukan
evaluasi itu setelah peserta selesai semua secara
bersamaan kemudian dikumpulkan dalam satu
tempat kemudian di evaluasi. Bisa juga dilakukan
evaluasi sesudah program berjalan kemudian tim
evaluasi itu mengunjungi wilayah dimana
dilaksanakan visiting teacher kemudian disana
diberikan kuesioner terkait penyelenggaraan visiting
teacher. Ada beberapa langkah melakukan evaluasi
program.
27 P Apa saja kendala yang ditemukan saat pelatihan
berlangsung?
I Kalau kendala dari sisi teknis tidak ada karena kita 06f
sudah berlangsung beberapa kali dan ada juknis yang
sudah dibuat, artinya sudah ada pedoman atau
langkah-langkahnya. Ya paling kendalanya itu ketika
ada anggaran yang terganggu dengan pemotongan
atau pengurangan.

152
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM VISITING TEACHER PAI (DATA
PENDUKUNG)

Peneliti :P
Informan :I

Informan Ida Farida, S.Ag


Jabatan Kepala Seksi Bidang Kesiswaan Sub Direktorat PAI pada
SMP/SMPLB
Lokasi Gedung Kementerian Agama RI
Tanggal 24 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Bagaimana asal mula pelaksanaan program visiting
teacher PAI di wilayah perbatasan?
I Awal mula program visiting teacher dari tahun 2013. 01a
Dulu nama programnya guru visit hingga ada
perubahan nomenklaturnya tahun 2015 menjadi
visiting teacher PAI, tahun 2017 berubah lagi
menjadi Guru Kunjung, kemudian tahun 2018
sampai 2019 kembali lagi menjadi visiting teacher.
Hanya berubah secara bahasa, dari bahasa inggris ke
bahasa Indonesia. Esensi tujuannya masih sama.
2 P Apakah program visiting teacher sejak awal
dikonsepkan khusus pada pemerataan pendidikan di
wilayah 3T?
I Betul, kalau kita melihat kondisi di lapangan masih 01b
banyak guru-guru yang kesulitan menerapkan
kurikulum K13 seperti apa, penguasaan model
pembelajaran bagaimana, kebanyakan guru masih
menerapkan model ceramah sehingga penerapan
K13 yang diarahkan pada student center belum
berjalan maksimal. Kemudian penggunaan media
ICT seperti apa, ini lah yang menjadi tugas guru
visiting.
3 P Apa saja tujuan utama pelaksanaan program visiting
teacher?
I Tujuan pelaksanaan tahun 2019 lalu masih sama, 02a
namun ada penekanan pada pelaksanaan program
PKB di daerah.
4 P Apa manfaat program visiting teacher PAI?
I Bagi guru visiting menambah pengalaman baru, 02b
kemudian guru didaerah menambah pemahaman,
keterampilan mereka.

153
5 P Kompetensi apa saja yang ditingkatkan kepada guru
melalui program visiting teacher di wilayah
perbatasan?
I Implementasi K13, model pembelajaran, ICT, karya 02c
tulis ilmiah.
6 P Berapa jumlah peserta yang dikirim setiap angkatan?
I - 03a
7 P Bagaimana teknis pelaksanaan rekrutmen peserta?
I Rekrutmen peserta kita siapkan instrument seleksi 03b
peserta, menyesuaikan dengan kriteria peserta pada
juknis program.

154
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PANITIA PROGRAM VISITING TEACHER PAI

Peneliti :P
Informan :I

Informan Nasukha
Jabatan Staff Pada Direktorat PAI
Lokasi Gedung Kementerian Agama RI
Tanggal 24 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Bagaimana prosedur pelaksanaan bimtek bagi
peserta?
I Jadi bimtek itu bimbingan teknis yang isinya adalah 06a
untuk menyiapkan hal – hal yang harus disiapkan
nanti untuk bekal ketika mereka dilokasi. Nah, disitu
menyangkut bebrapa aspek sebenarnya, yang
pertama aspek kebijakan, program visiting itu seperti
apa. Kedua, terkait dengan konten, yaitu mereka
diperdalam dengan metodelogi terkait dengan
pendalaman materi – materi yang akan disampaikan
didaerah salah satunya adalah materi terkait dengan
PPKB, dan beberapa metodelogi mengajar PAI dan
lain sebagainya. Ketiga, pembekalan terkait mekanis
laporan, baik itu laporan keuangan atau laporan
dalam bentuk skripsi dan lain sebagainya. Kira – kira
seperti itu.
2 P Apa saja kendala selama bimtek?
I Kalau kemarin yang tahun 2019, menurut saya itu 06c
memang untuk bimteknya masih terbatas.
Maksudnya kurang lama, jadi menyalaraskan
kemauan peserta masih kurang. Waktunya masih
kurang, satu peserta dengan peserta yang lain itu
kemampuannya berbeda – beda termasuk yang
disampaikan itu ada perbedaan juga. Mungkin
kekurangannya itu. Lebih bagusnya lagi dari segi
pembekalan itu dijadikan semacam diperkuat dari
sisi jadwalnya, agendanya, itu benar – benar
didesign dengan lebih rapi dan lebih mantap.
3 P Apakah fasilitas ruangan memadai?
I Sudah, cuman untuk link perlu dari sisi konten saja 06d
sih yang perlu diperkuat. Termasuk narasumber,
kualifikasi narasumber, dan materi yang
disampaikan, itu yang perlu diperdalam lagi.

155
4 P Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan evaluasi
program visiting teacher PAI?
I sebenarnya menarik evaluasi karena peserta 06e
menyampaikan temuan – temuan dan juga apa yang
mereka ajarkan didaerah dipresentasikan dan waktu
itu di sesi – sesi pertama director juga mengikuti
termasuk memberikan masukan – masukan, terutama
dari feedback yang saya kira menarik ini. Jadi antara
satu peserta dengan peserta yang lain itu saling
melihat proses penyelenggaraan ketika dilokasi, jadi
mereka saling mengevaluasi. Itu terdokumentasi
dengan baik sehingga jika ada proses – proses
program ini lagi ditahun mendatang itu bisa jadi
pijakan, bisa jadi pertimbangan untuk program –
program ini kedepan.
5 P Apa saja kendala yang ditemukan saat pelatihan
berlangsung?
I yang saya tangkap, dari beberapa hal antara lain, 06f
pertama, koordinasi antara dari kantor wilayahnya
dengan guru – guru yang sebagai peserta itu yang
agak terlambat jadi ada miskomunikasi terkait
dengan pelaksanaan tempat, pelaksanaannya juga.
Untungnya antusias mereka cukup tinggi, jadi itu
bisa diatasi. Jadi, perlu diperkuat lagi koordinasi
otomatis dari pusat dengan antar wilayah kemudian
dengan guru – guru peserta itu.

156
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PANITIA PROGRAM VISITING TEACHER PAI
Peneliti :P
Informan :I

Informan Eriza Herri


Jabatan Jabatan Fungsional Umum pada Direktorat PAI
Lokasi Gedung Kementerian Agama RI
Tanggal 24 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Bagaimana prosedur pelaksanaan bimtek bagi
peserta?
I Kalau untuk bimtek di Jakarta saya sih sebagai 06a
panitia aja, bukan panitia acara. Saya bagian
pencatatan keuangan
2 P Apa saja materi yang disampaikan dalam
pelaksanaan bimtek program visiting teacher PAI?
I Berdasarkan jadwal kegiatan panitia 06b
3 P Bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan evaluasi
program visiting teacher PAI?
I Ya Alhamdulillah sih gak ada kendala karena semua 06e
guru-guru pun juga dari awal sudah dijelaskan
dengan apa namanya seperti apa yang mesti dibawa
dan laporan mereka pun juga rapi. Jadi pas lagi
datang mereka sudah memberikan laporan, mereka
bisa langsung presentasi didepan apa saja sih
kendala-kendala yang mereka terima pada saat
mereka melakukan visiting teacher di sana gitu sih
4 P Apa saja kendala yang ditemukan saat pelatihan
berlangsung?
I Ada beberapa keluhan-keluhan dari para guru salah 06f
satunya itu adalah terkait waktu terutama. Karena
terlalu sempit waktunya hmmm kalau bisa tu lebih
lama atau diperpanjang seenggaknya tuh 1 bulan, itu
1 bulan pun juga sebenarnya kurang.
Belum lagi seminggu pada saat berangkat dari
Jakarta ke tempat apa namanya ke tempat lokasi pun
kalau tidak dihari sabtu dihari jum’at jadi sama
sekali tidak efektif sekali waktunya.
Oh iya sama satu lagi nih, kejadiannya itu para guru
juga merasakan yang namanya tu kesulitan untuk
bertemu guru-guru lain karena medan perjalanannya
yang becek, yang licin dan pada saat itu memang pas
banget lagi musim hujan kan. Jadi pada saat kejadian

157
visiting tersebut memang kondisi alam disana hujan
terus, apa namanya datang nya juga otomatiskan
sedikit terlambat gitukan jadi gak efisien sekali sih
waktunya. Belum lagi Cuma 1 minggu dan
bertemunya itu pas lagi datang nya itu tu dihari sabtu
dan minggu, sabtu dan minggu kan kosong berarti.

158
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
VISITOR
Peneliti :P
Informan :I

Informan Ahmad Fathulloh, S.Ag. M.Pd


Jabatan Pengawas Kemenag Kota Serang
Lokasi Via Telepon
Tanggal 21 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Apa yang menjadi motivasi utama bapak/ibu dalam
mengikuti program visiting teacher PAI?
I Saya dari dewan guru kepengen gitu ada kesempatan 07a
dengan peluang ini, ya saya langsung manfaatkan
peluang itu
2 P Apa saja persyaratan yang dikumpulkan?
I Juknis itu kita udah persiapkan termasuk yang tanda 08a
tangan diatas materai itu saya sudah siapkan.
3 P Bagaimana prosedur pelaksanaan rekrutmen
bapak/ibu?
I Pertama saya dapat kabar gitu ya dari ketua 08b
Pokjawas bahwa pak bagaimana mau ikut visiting
gak,gitu. Nah saya jawab kenapa harus saya gitu
kan. Ini berdasarkan sekarang ini ada kebijakan
bahwa pemilihan peserta itu seleksinya berdasarkan
nilai yang terbaik pada bimtek yang telah
diselenggarakan oleh Kemenag. Nah kebetulan
itukan kita ikut bimtek, bukan bimtek malah diklat
ya. Diklat yang diselenggarakan kerjasama Kemenag
Direktorat PAI yah dengan Pusdiklat tentang PKP
(penguatan kompetensi pengawas). Nah
alhamdulillah digrup itu di satu kelas itu saya dapat
terbaik satu. Mungkin kebijakan itu nyambung kali
ke situ jadi tawarannya ke saya, ditanyakan
bagaimana siap gak gitu. Ya saya nyambut baik
ajalah, kebetulan alhamdulillah nih kata saya gitu.
4 P Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama
mengikuti bimtek program visiting teacher PAI?
I Teknis pelaksanaan di daerah, kemudian 09a
pembekalan juga dari direktur dan kasubdit, modul
PPKB.
5 P Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan materi yang
disampaikan pada pelaksanaan bimtek program
visiting teacher PAI?

159
I Di bimtek karena memang saya orang baru yah, 09b
mungkin kalau teman-teman yang lainkan sudah ada
yang pernah kali gitu yah. Kita kan baru orang yang
pertama kali yang ngikutin itu nah mungkin
kekurangannya itu di ini aja di pelaporan, kurang
dibahas gitu laporannya seperti apa gitu.
6 P Apa saja yang kekurangan pelaksanaan bimtek
program visiting teacher PAI?
I Kekurangannya itu di pelaporan, kurang dibahas 09c
pelaporannya seperti apa, kaget juga ketika datang
kita harus melaporkan.
7 P Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk
pelaksanaan bimtek kedepan?
I Iya kan setelah kita datang itukan langsung 09d
presentasi tu, nah ketika sebelum perginya bimtek
kitakan tidak pernah dikasih tau bahwa nanti
memang ada evaluasi laporan membuat itu, juga
teknisnya seperti apa tidak tau.
8 P Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan di daerah?
I Pertama kita langsung menuju kantor kementerian 09e
agama, Alhamdulillah kita sudah minta kepada
kemenag setempat untuk mengundang para pengurus
KKG dan MGMP dari SD, SMP, SMA dan SMK,
Alhamdulillah kita datang kesana, para pengurus
sudah hadir di aula. Langsung kita sambut, kita
sharing, kita menerima masukan apa, problem apa
yang mereka alami, langsung kita analisis kebutuhan
apa nih yang perlu kita jadwalkan, materi apa,
cuman dari direktorat sudah kita siapkan untuk PKB
itu memang itu modul utamanya, dan persoalan
mereka juga sebetulnya persoalan yang di PKB itu
tidak jauh dari situ. Alhamdulillah, meskipun punya
keluhan tetapi mengerucutnya kesitu.
Keluhan utama ada beberapa hal, contoh ada
perbedaan pemahaman konsep tentang
pengembangan RPP, mungkin guru-guru sudah
punya pandangan tentang RPP tapi ada perbedaan
itu, jadi saat membahas tentang RPP kita luruskan.
Kemudian persoalan kedua ada di pengembangan
karya ilmiah. Mungkin pengetahuan sudah ada tapi
saat praktik masih bingung. Kemudian pada saat
mengkaji RPP, untuk tujuan pembelajaran saja
komponennya masih bingung, jadi ada guru yang
tahu praktik tidak paham teori dan ada yang paham
teori tidak bisa praktik.

160
Jadi di RPP mungkin dia sudah biasa bikin RPP, tapi
teori apa yang sesungguhnya bikin RPP dia blank,
sehingga ada perbedaan pendapat dia bingung,
seharusnya jika konsep awalnya tau, perbedaan
apapun itu dia mengetahui. Karena itu tadi, di RPP
dia sudah terbiasa bikin tapi konsepnya tidak tahu.
Di PTK atau karya ilmiah, penelitian tindakan.
Mereka mungkin konsepnya sudah tahu, tapi ketika
praktik bingung, nah itu mungkin jadi kelemahan
dan kekurangan. Kita kemarin mungkin sedikitlah
karena memang waktu kemarin juga kan, ini kan
sesuatu yang berbeda, kalau mau mateng memang
cukup satu, karena memang keluhannya banyak
memang sedikit-sedikit bisa menjadi ukuran standar
minimalnya.
9 P Apa yang menjadi kebutuhan di daerah sasaran?
I Yang pertama dari RPP mereka kebingungan, 09f
kemudian kita juga mencoba RPP itu di
implementasikan.
10 P Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan kepada
guru PAI selama bertugas di daerah?
I Kemarin kita ada namanya lesson study,dari RPP 09g
yang sudah kita konsepsikan, presentasikan, kita
praktikkan kita buat bareng-bareng, itu kita
contohkan seperti apa sih RPP itu dilaksanakan di
kelas. Ternyata belum ada lesson study serperti itu,
padahal itu kan hal yang sudah lama lesson study itu,
tapi mereka merasa kayak gimana gitu. Kan mereka
kayak bingung ketika kita masuk kedalam kelas. Itu
mereka belum pernah seperti itu, paling supervisi
sama kepala sekolahnya atau pengawasnya. Tapi
ketika bareng-bareng guru masuk kedalam kelas, nah
itu merasa kayak bingung, kok kayak dikeroyok.
11 P Metode apa saja yang digunakan dalam
menyampaikan materi?
I - 09h
12 P Materi apa saja yang disampaikan selama
pelaksanaan kegiatan evaluasi program visiting
teacher PAI?
I Secara umum terkait kurikulum 2013 seperti analisis 09i
SKL, KI, KD, tujuan pembelajaran, penilaian, kami
praktikkan secara langsung agar guru tidak hanya
paham teori tapi bisa praktik
13 P Apa yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan
kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?

161
I kalau gak salah dari sore itu makanya kita kaget , 09j
waduh kok presentasi! kita belum bikin slide nya
karena tadinya itu kita gak dikasih tau dari awal
gitukan makanya ya dadakan bikin slide segala
macam disitu saat itu. Jadi sambil dengar presentasi
orang kita sambil bikin itu power point gitu.
14 P Apa yang menjadi harapan pelaksanaan kegiatan
evaluasi kedepan?
I Ya mungkin bagusnya pake 2 tahap gitu yah 09k
Artinya memang gini kita fokus pada satu masalah,
nanti kalau ada masalah berikutnya itu kita program
berikutnmya lagi gitu.
Kalau kemarinkan kita langsung terima keluhannya
kita konsep malamnya gitukan, paginya kebetulan
itu hari sabtu kagok waktunya memang kemarin itu
kagoknya ditengah-tengah hari minggu bingung
gitukan.
15 P Apa yang menjadi kesan mengikuti program visiting
teacher PAI?
I Yah luar biasa mantap banget itu pengalaman juga 09l
ya buat kita ya , sambil kita mendalami kondisi di
sana seperti apa gitu yah kita berbagi mengenal
pengalaman mereka juga. Ya sangat-sangat baguslah
gitu.
16 P Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu pasca
program visiting kepada guru di daerah sasaran?
I Kami masih berkoordinasi dengan guru-guru via wa. 09m
Sharing materi PKB

162
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
VISITOR
Peneliti :P
Informan :I

Informan Anis Nurlaili, S.Ag. MM.


Jabatan Pengawas Kemenag Kab. Sampang
Lokasi Via Telepon
Tanggal 22 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Apa yang menjadi motivasi utama bapak/ibu dalam
mengikuti program visiting teacher PAI?
I Visiting teacher adalah program bergengsi, tidak 07a
semuanya pengawas ataupun guru yang bisa
mengikuti
2 P Apa saja persyaratan yang dikumpulkan?
I untuk syarat – syarat berkasnya disiapkan juga, 08a
waktu itu dibawa ketika ke Jakarta itu. Surat
keterangan sehat, surat tugas dll.
3 P Bagaimana prosedur pelaksanaan rekrutmen
bapak/ibu?
I Kalau jalur 2019 itu apa yang menjadi titik fokus itu 08b
adalah pengawas maupun guru agama itu yang
berprestasi, jadi mungkin prediksi pusat, agar tidak
banyak membuang waktu dengan tahap – tahapan
test itu mungkin. Istilahnya untuk mempersempit
waktu dan biaya. Nah, kebetulan saya pengawas
prestasi PAI tingkat provinsi juara satu 2017.
Kemudian, yang di PKP itu, saya kebetulan memang
sempat terwawancara juga sama orang – orang di
dirjen PAIS yang menjadi panitia bagaimana kinerja
pengawas, kemudian prestasi – prestasi apa yang
dicapai, nah, seadanya saya ceritakan waktu itu.
Mungkin dari situ yang menjadi pertimbangan –
pertimbangan pusat. Dan akhirnya saya diberikan
surat, awalnya saya juga kaget. Akhirnya saya
dipanggil dengan surat panggilan bahwasannya saya
ikut visiting teacher. Alhamdulillah saya ingin
menambah wawasan dan pengalaman untuk
ditugaskan didaerah – daerah akhirnya saya terima
tawaran itu. Awal mulanya seperti itu.
4 P Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama
mengikuti bimtek program visiting teacher PAI?
I Pembekalan dari bapak kasubdit, kemudian materi 09a

163
tentang PPKB sama teknis pelaksanaan disana nanti
5 P Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan materi yang
disampaikan pada pelaksanaan bimtek program
visiting teacher PAI?
I Alhamdulillah semua pemateri, semua sudah 09b
diberikan sama Dirjen PAIS. Jadi kita benar – benar
punya bekal begitu, tidak kebingungan karena
memang pada dasarnya kita sudah mengetahui,
cuman kemarin di bimtek itu sifatnya memperdalam
dan mengingat kembali.
6 P Apa saja yang kekurangan pelaksanaan bimtek
program visiting teacher PAI?
I Itukan personal gitu, pendapat orang berbeda-beda. 09c
kalau menurut saya, Alhamdulillah semua pemateri,
semua sudah diberikan sama Dirjen PAIS. Jadi kita
benar – benar punya bekal begitu, tidak kebingungan
karena memang pada dasarnya kita sudah
mengetahui, cuman kemarin di bimtek itu sifatnya
memperdalam dan mengingat kembali.
7 P Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk
pelaksanaan bimtek kedepan?
I Harapannya karna bimtek kemarin cukup singkat 09d
mungkin bisa ditambah harinya, jadi 3 hari
8 P Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan di daerah?
I ketika saya ke tarakan waktu itu saya sudah ditunggu 09e
sama ibu Rauda Kanwil Tarakan di Bandara,
kemudian waktu itu saya langsung menuju ke
kemenag Kota Tarakan bersama ibu Rauda. Nah,
disitu mungin ibu Rauda sudah calling guru – guru
PAI, ternyata di sana di aula sudah berkumpul guru –
guru PAI. Guru – guru semua tingkatan itu sudah
ada berkumpul disitu. Baik ketua PPG dan ketua
MGMP juga sudah ada. Dan kami mengkoordinasi
untuk langkah – langkah, jadwal apa saja yang
diinginkan sama guru PAI itu, istilahnya apa yang
benar – benar urgent begitu yang ingin dilaksanakan
terlebih dulu begitu. Jadi, kami juga sempat
menanyakan keluhan – keluhan untuk dievaluasi
bagi kami juga.
9 Apa yang menjadi kebutuhan di daerah sasaran?
kebanyakan itu mereka membutuhkan pendalaman 09f
tentang RPP, karena itukan bagaimana prosesnya
kan. Yang menjadi vital disekolah. Prosesnya seperti
apa, langkah - langkah bagaimana itukan diatur di
RPP begitu. Jadi kemarin bagaimana kita itu

164
menyampaikan pembelajaran, dengan penuh
menyenangkan kepada murid, saya juga disitu
menambahkan dengan metode pembelajaran.
Banyak sekali program – program kami.
10 P Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan kepada
guru PAI selama bertugas di daerah?
I Implementasi K13, model pembelajaran, ice 09g
breaking, PTK, real teaching, apa lagi ya, lebih
lengkapnya ada di laporan
11 P Metode apa saja yang digunakan dalam
menyampaikan materi?
I berbagai macam sih metode – metode yang kami 09h
berikan, kemarin itu ada snowball dll. Kami cuman
mempraktikkan kita kasihkan di LCD, seperti apa
langkahnya, menjelaskan, kemudian kita praktik.
12 P Materi apa saja yang disampaikan selama
pelaksanaan kegiatan evaluasi program visiting
teacher PAI?
I untuk pelaksanaan evaluasi, kita semua sudah 09i
mempresentasikan satu – satu tiap tim sampai tuntas.
Apa yang dilakukan didaerah, temuan – temuan.
Hanya saja itukan bentuknya LCD kemudian disitu
data – data yang kami kumpulkan selama
pelaksanaan didaerah, itu yang kita sajikan selama
presentasi.
13 P Apa yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan
kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?
I nah itu juga, disarankan bagi tiap tim itu atau 09j
personal yang ikut visiting teacher itu berbentuk
buku, diabadikanlah istilah pusat dari pelaksanaan
visiting. Kalau jurnal mungkin sudah terwakili
dengan laporan. Kalau menurut saya evaluasi
kemarin itu cukup dengan presentasi hasil itu.
14 P Apa yang menjadi harapan pelaksanaan kegiatan
visiting kedepan?
I harapan saya untuk program kedepan, pembekalan 09k
saja. Cuman kemarinkan dipembekalan itu hanya
kita dikasih waktu dua hari saja, kemudian
dipelaksanaannya juga waktunya kurang. Mungkin
pertimbangannya biaya. Mungkin seperti itu, kalau
ditambah waktu di pembekalan, dan waktu
dipelaksanaan. Tapi Alhamdulillah, semuanya
terealisasi guru – guru puas, dan kita bisa menindak
lanjutin visiting itu sampai selesai, dan kita masih
bisa komunikasi dengan guru – guru. Walaupun, itu

165
tidak harus diminta sebagai laporan.
15 P Apa yang menjadi kesan mengikuti program visiting
teacher PAI?
I kesannya, saya sangat senang sekali karena saya 09l
merasa itu adalah program bergengsi, tidak
semuanya pengawas ataupun guru yang bisa
mengikuti, Alhamdulillah sejawa barat itu,
pengawasnya Cuma 1 saya saja. Yang GPAI itu
hanya ada 3 orang. Alhamdulillah saya merasa
sangat dihargai yang saya dapatkan istilahnya seperti
itu.
16 P Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu pasca
program visiting kepada guru di daerah sasaran?
I kemarin ada yang sempat ingin memberikan 09m
sertifikat, kemudian minta materi apa yang kami
sampaikan, berkoordinasi sih, tetapi ada juga sih
guru – guru yang terus chating aktif menanyakan
segala hal dengan PPKB itu, banyak juga yang
seperti itu.

166
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
VISITOR
Peneliti :P
Informan :I

Informan Joko Paripurno


Jabatan GPAI
Lokasi Via Telepon
Tanggal 22 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Apa yang menjadi motivasi utama bapak/ibu dalam
mengikuti program visiting teacher PAI?
I Yang pasti banyak, tapi yang paling utama itu 07a
pengen mengenal pendidikan khususnya PAI
didaerah – daerah yang lain terutama kan waktu itu
di perbatasan ya sehingga ada ketertarikan yang luar
biasa. Yang pertama, tahu kondisi teman – teman
guru di perbatasan, tau pendidikannya. Dan kalau
ada yang bisa kita sumbangkan, yah kita sharing
dengan mereka. Jadi, rasa ingin berbagi bersama
mereka itu yang membuat saya tertarik sekali
mengikuti program visiting ini.
2 P Apa saja persyaratan yang dikumpulkan?
I Sesuai dengan persyaratan yang ada di juknis kami 08a
lengkapi
3 P Bagaimana prosedur pelaksanaan rekrutmen
bapak/ibu?
I Waktu itu kebetulan ada pelatihan PPKB di Jogja 08b
tingkat Nasional dan waktu itu kebetulan saya
menjadi peserta terbaik, sehingga saya dikonfirmasi
ada program visiting untuk tahun 2019
4 P Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama
mengikuti bimtek program visiting teacher PAI?
I Waktu itu sekitar 27 atau 28 November kalau tidak 09a
salah yang jelas PPKB lebih kepada pedagogik saya
kira banyak yang sudah tau ya di pedagogik 2. Di
sana ada model – model pembelajaran, kemudian
juga ada tentang karya ilmiah, kemudian para
inovatif. Tapi jujur saya lebih tertarik pada model
pembejaran, karena, kami ingin sharing betul dengan
teman – teman yang dipersisir itu. Karena mereka
mohon maaf, mereka memang tidak selengkap kami
yang di Jawa. Tapi bagaimana model-model mereka
yang kita sharing itu bagi mereka menjadi lebih

167
bermakna. Jadi, saya lebih tertarik kepada
pembekalan model-model pembelajaran.
5 P Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan materi yang
disampaikan pada pelaksanaan bimtek program
visiting teacher PAI?
I Dari sisi materi kita mungkin lebih ya, ada bekal 09b
yang kita peroleh itu lebih.
6 P Apa saja yang kekurangan pelaksanaan bimtek
program visiting teacher PAI?
I Jadi, teman – teman yang ikutkan kayaknya sudah 09c
levelnya provinsi ya, mungkin teman – teman saya
yakin sudah bisa mempelajari dengan lebih baik.
Hanya saja, kemarin sisipan materi khusus untuk apa
yang harus kita lakukan disana dari awal sampai
akhir itu yang kemarin memang belum tersampaikan
detail.
7 P Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk
pelaksanaan bimtek kedepan?
I Kalau dari sisi harapan, terutama angkatan kita ya, 09d
berbeda dengan yang sebelumnya. Bimtek yang
kemarin kita rasakan itu karena bimteknya terlalu
singkat sekali, hanya satu malam. Sehinga mungkin
bukan dari sisi materinya, tapi bagaimana kita
dilapangan itu yang kemarin mungkin tidak
tersampaikan secara detail. Sehingga, yang kami
rasakan ketika kita kontak dengan teman viting yang
lain, itu memang berbeda pola yang digunakan.
Sehingga, dengan kebijakan didaerah masing –
masing. Jadi kalau materi bimtek menurut saya
bagus, cuma pembekalan tentang apa yang akan dan
harus kita lakukan dilokasi itu yang kemarin
mungkin karena waktunya kurang.
8 P Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan di daerah?
I Kita berangkat pagi ya, karena memang tiket 09e
perjalanan kita ke Padang itu kisaran jam 8, sehingga
kita jam 6 sudah persiapan test swab. Sampai
bandara Padang, kita kebetulan belum makan pagi,
jadi kita beli makan di jalan kita makan di bandara.
Setelah itu kita berangkat ke Padang, kita berangkat
4 orang. Yang putri itu tempatnya beda, mereka di
Kabupaten. Sampai di Padang itu kisaran jam 10.
Nah, secara kebetulan dari Padang bandara kita
diberi informasi dari Kanwil Padang, bahwa pada
hari itu ada kunjungan menteri Agama. Pada saat itu
menteri Agama sedang berada di Kanwil Sumatera

168
Barat. Kebetulan kami kurang lebih 1 km dari
Kanwil itu berpapasan dengan rombongan beliau
yang sudah selesai di Kota Padang. Sehingga,
moment kami ketemu dengan pak menteri dan
menyampaikan kami ini peserta visiting dari Kanwil
itu belum bisa kami sampaikan. Sampai disana kami
dijamu oleh pak ketua Kanwil dan pak kabid.
Kemudian kami masing – masing kasih PAIS
Kabupaten yang memang ketempatan, yaitu Solok
dan Pesisir Selatan. Kemudian setelah dhuhur kita
diberangkatkan ke Painan. Dari Padang ibu kota
Provinsi kita menggunakan travel berangkat ke
Painan ibu kotanya pesisir selatan. Sampai Painan
sekitar jam 7 malam. Jadi, hampir 6 jam kami
menyusuri di kali kutai karena kan pesisir selatan
kan pantai disebut Panturanya Jawa. Sampai sana
kami diberikan penginapan yang terbaik di Painan,
penginapan syari’ah. Kami menginap 1 malam,
kemudian paginya baru kami ketemu dengan kasih
PAIS dan ketua MGP di Kabupaten Pesisir Selatan.
Kemudian, setelah itu pagi harinya kita komunikasi
dengan ketua MGMP sekaligus beliau wakil ketua
DPD PAI Pesisir Selatan. Kita sharing, ngobrol
bagaimana dan apa yang harus kami lakukan di
Sumatera Barat terutama di Pesisir Selatan.
Akhirnya disepakati, karena Pesisir Selatan itu
membentang dari Kecamatan Lumnang di yang
paling Selatan agak ke Timur, kemudian teman saya
di tempatkan di Kabupaten Bayang Utara, di
pojoknya Utara. Jadi kami itu terpisah hampir 500
kilo. Jadi hari pertama dan kedua, konsep di Pesisir
Selatan itu kita dipisah. Artinya, kita betul – betul di
tempatkan disatu Kecamatan yang memang disana
butuh sekali sharing dari orang – orang pusat bahasa
mereka begitu. Sehingga saya itu 2 hari di
kecamatan Lunang, yang di Kecamatan ini sangat
Jawa, mungkin karena tau saya orang Jawa, sehingga
saya ditempatkan di Kecamatan yang kebanyakan
memang di tempat itu transmigan dari Jogja, Jawa
tengah. Kepala sekolahnya juga asalnya dari Jawa,
sehingga saya sampai ke Lunang itu merasa seperti
mendapatkan banyak saudara, ngobrol juga nyaman.
Hari pertama setelah 1 malam kita menginap di
Painan, paginya saya langsung ke Lunang sekitar 6
jam. Saya diantar langsung oleh pak kasih PAIS
Pesisir Selatan. Saya berangkat pagi sekitar jam 6

169
sampai Lunang itu sekitar jam 12. Sampai Lunang
kebetulan waktu itu ada pengurus MGMP PAI SMP
Kecematan Lunang dan beliau disana orang
terpandang, sehingga saya awalnya ingin menginap
disuatu tempat yang mungkin memang bisa saya
rileks, ternyata saya disuruh menginap di rumahnya
pengurus MGMP saja. Sehingga saya disitu selama 2
hari 3 malam, saya banyak diskusi dengan beliau
selaku pengurus MGMP PAI di Kecamatan Lunang,
sehingga saya banyak informasi. Kebetulan juga,
istirnya guru SD berprestasi di Kecamatan Lunang
yang kadang ada kegiatan di Jakarta juga. Banyak
yang saya gali juga dari situ. Kemudian saya, malam
sore harinya saya langsung silaturahim ke beberapa
kepala sekolah di Kecamatan Lunang yang
kebanyakan orang Jawa. Saya ngobrol, kemudian
menyampaikan tujuan dan maksud kami dari Jakarta
peserta visiting sambil melihat potensi – potensi apa
yang memang masih bisa kita sharing untuk
bersama. Nah, pagi harinya, hari ke 2 kami di Kota
Pesisir Selatan, kami sudah langsung ke SMPN 03
Lunang. Disitu kebetulan mengumpulkan juga guru
– guru PAI dari 4 kecamatan. Kita banyak sharing
tentang apa yang mereka lakukan selama
pembelajaran. Dan beberapa memang, guru – guru di
Pesisir Selatan itu akses internet itu yang agak
kesulitan. Sehingga, pembelajaran online disana
masih jarang digunakan. Kemudian disitulah kami
coba mengenalkan google chrome, aplikasi ringan
untuk membuat soal online, membuat anak bermain
game juga saya bikinin pembelajaran. Kemudian, di
hari ke 3, kami di minta lagi ke pusat Kota Painan.
Saya dan teman saya akhirnya hari ke 3 kami
kembali ke Kota Kabupatennya di Painan. Disitulah
kami kemudian mengisi bimtek seluruh guru agama
di Kabupaten Pesisir Selatan, sekitar ada 60 orang
yang datang. Ada sekitar 90 guru PAI disana, ada 60
yang bisa hadir. Kemudian disitulah kami
menyampaikan ada beberapa point – point di materi
yang kami dapatkan di bimtek, jadi bagaimana cara
menyusun pembelajara, kebetulan waktu itu sedang
diadakan RPP. RPP waktu itu memasukkan
pembelajar – pembelajaran yang terbaru. Dan
mereka waktu itu sangat antusias. RPP kan tentang
aplikasi pembelajaran online dan penilaian soal –
soal secara online. Sekitar 4 jam kami sampaikan

170
materi itu dan mereka antusias sekali. Dan setelah
itu, kami di hari ke 5, kami ke Kota Padang karena
kami sudah selesai. Waktu itu kami janjian dengan
ketua AGPAI Provinsi Sumatera Barat, tetapi beliau
waktu itu sangat sibuk sehingga kita tidak sempat
bertemu. Kemudian di Padang kami ketemu dengan
2 guru SD yang ditempatkan di Kabupaten Solok
Utara. Nah, disitu kita ngobrol seharian, dan ternyata
hampir mirip – mirp, hanya karena mereka berdua
perempuan, sehingga mereka ditempatkan di dalam
satu rumah dan kegiatan bareng terus. Dan kita yang
laki – laki ditempatkan agak jauh. Harapan mereka
betul – betul kita bersentuhan dengan guru – guru
yang memang ditempat yang memang dari segi
akses internet itu tidak maksimal. Kalau teman saya
yang di bagian 2 malah listrik belum masuk kesana.
Jadi, listrik masih sedikit dan akses internetnya sulit.
Sehingga saya hampir 2 malam, tidak bisa komfir
dengan teman saya. Hari ke 3 ketika beliau turun
gunung baru kita bisa komunikasi. Tapi bagi kami
itu pengalaman yang sangat luar biasa, betul – betul
kami merasakan bagaimana tantangan teman –
teman yang mengajar didaerah pelosok pantai. Akan
tetapi mereka juga antusias ajar ke anak – anaknya.
Kemudian disana musim hujan juga waktu itu, yang
saya lihat anak – anaknya bagus, mereka tetap
berangkat meskipun hujan, gurunya juga seperti itu.
Artinya tidak karena hujan menghalangi aktivitas
meskipun kadang terlambat. Mungkin itu beberapa
gambaran kilas tentang kami di Pesisir Selatan.
9 Apa yang menjadi kebutuhan di daerah sasaran?
Kebetulan mereka curhatnya tentang sertifikasi, tapi 09f
itukan bukan ranah kita kan ya, jadi kita hanya
menjawab itu nantinya ada kebijakan dari
kementerian. Tapi kalau terkait dengan dengan
kompetensi apa, menurut saya memang itu tepat
sekali setahun berikut covid-19 ya. Sehingga
memang yang berkaitan dengan pembelajaran online
itu yang mereka sangat dibutuhkan sekali disana.
Sehingga untuk sekarangpun covid-19 dengan sangat
mendekat sekali ya kami tidak tau persis, sekarang
juga kita kontak dengan beberapa guru disana.
Tetapi menurut saya, kompetensi yang paling
dibutuhkan adalah kompetensi pada bagaimana
model – model pembelajaran yang online, kemudian
menggunakan aplikasi online, itu yang sangat

171
penting bagi mereka. Karena kebetulan yang PNS
disana sangat sedikit, jadi secara karya ilmiah itu
mereka tidak tertarik. Karena mereka tidak PNS,
artinya mereka tidak butuh untuk kenaikan pangkat
begitu. Sehingga ketika berbicara tentang PTK,
mereka kurang antusias, tetapi ketika berbicara
tentang google chrome, bagaimana membuat soal
online, bagaimana mengerjakan soal online dan
langsung melihat hasil misalnya, kemudian kuisis,
itu mereka sangat antusias
10 P Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan kepada
guru PAI selama bertugas di daerah?
I Jadi kita berangkat dari pembelajaran, karena 09g
bagaimanapun, seorang guru itukan yang pertama
merencanakan. Setelah perangkat pembelajarannya
disusun, kita masuk dalam model pembelajaran
bagaimana guru itu mempraktikkan apa yang
disampaikan. Sehingga runtutannya kemarin itu, kita
pertama kepada teman – teman guru itu kita sharing
tentang RPP yang 13 komponen, setelah itu masuk
ke model pembelajaran, kemudian simulasi model –
model pembelajaran dengan mereka, beberapa guru
kita simulasikan. Kemudian itu kita masuk pada
bagaimana cara – cara menulis soal yang baik. Ada
kisi – kisi soal, soalnya, penilaian, perskoran.
Kemudian kita kemarin nyinggung sedikit terkait
dengan aplikasi tentang soal online. Itu mungkin
sedikit materi yang kita sempat bagikan kepada
mereka.
11 P Metode apa saja yang digunakan dalam
menyampaikan materi?
I Kemarin kita, saya terutama kan ada dua tempat ya, 09h
saya kebanyakan sharing curhat. Teman – teman
saya minta curhat, guru – guru bagaimana mengajar
silakan sampaikan, dari beberapa guru sudah
menyampaikan yang mereka kerjakan, beberapa
kendala apa yang sudah mereka kemukakan. Nah,
disitu baru kita sharing. Disitupun saya tidak
langsung mengatakan harusnya begini – begini itu
tidak. Tetapi, coba kalau begini nanti jadi seperti
apa. Akhirnya mereka antusias. Waktu itu disamping
kita menyampaikan point-poin yang ada dibimtek,
kita juga tanya jawab. Mereka saling curhat dan saya
memberikan saran. Setelah itu masuk materi. Jadi
kita kemarin fokus seperti itu.

172
12 P Materi apa saja yang disampaikan selama
pelaksanaan kegiatan evaluasi program visiting
teacher PAI?
I setau saya, yang disampaikan waktu itu, tentang 09i
administrasi, teknik pembuatan laporan akhir,
kemudian presentasi. Yang isi materi khusus
nampaknya dari ibu Ida juga waktu itu hanya
menyampaikan itu. Artinya pasca selesai dari
visiting tugas – tugas yang harus dikerjakan itu
diantara evaluasinya yaitu, laporan diselesaikan,
administrasi.
13 P Apa yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan
kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?
I Yang kami rasakan, tidak. Artinya cukup, bahwa 09j
kita diberi waktu untuk sharing – sharing sudah ada
meskipun kondisinya lelah dimalam hari, tetapi
Alhamdulillah kita bisa. Cuman memang kalau
menurut saya, memang awalnya yang mungkin,
jadikan waktu itu kita bimteknya sore sampai
malam, itulah justru pembekalan yang awal itu kalau
bisa misalnya nanti ada lagi, mungkin bisa 2 hari.
Lebih mateng di awal terutama pada materi yang
awal itu materi tentang apa sih akan dilakukan oleh
masing – masing guru ditempatnya begitu. Sehingga
materi masing – masing memang berbeda.
Jadi waktu itu kita pulangnya sampai di hotel itu
sekitaran dhuhur jam 1, waktu itu sorenya saya
langsung presentasi ya, dari segi materi kita
harusnya masih segar ya dengan apa yang kita
lakukan. Tetapi fisik terlalu capek, kemudian harus
segera presentasi. Tetapi menurut saya memang
waktu presentasi yang agak terbatas, kemudian
banyak hal yang dipresentasikan ke teman – teman,
memang yang kita rasakan presentasi di awal itu
memang kita masih antusias sekali untuk saling
mengerti teman – teman yang di mana – mana
begitu. Tapi kita sudah terlalu lelah, habis isya
waktu itu, kita sudah lelah, sudah ngantuk, ya
sekedar mendengarkan yang presentasi. Tapi banyak
juga yang menarik kok.
14 P Apa yang menjadi harapan pelaksanaan kegiatan
visiting kedepan?
I Menurut saya ini program yang bagus ya, saya tidak 09k
masuk anggaran – anggaran dana, itukan wilayah
kewenangan dari kemenag, tapi bagi saya itu bagus

173
yang memang bagaimana pun teman – teman guru
PAI yang mempunyai potensi yang bagus, itu
memang mereka ya juga harus mengenal teman –
teman yang mempunyai keterbatasan disisi yang
lain. Sehingga ketika mereka ditempatkan di
perbatasan bisa sharing, bisa menggalih apa yang
ada diperbatasan, memberi apa yang bisa diberikan
kepada mereka dan tentunya berkomunikasi agar
yang perbatasan paling tidak pembelajarannya bisa
lebih ditingkatkan meskipun dengan keterbatasan –
keterbatasan akses fasilitas yang ada disana.
15 P Apa yang menjadi kesan mengikuti program visiting
teacher PAI?
I kesan pertama, terlalu pendek. Kedua, bahwa 09l
ternyata meskipun kita jauh, tetapi orang – orang
Padang itu menurut saya bagus – bagus, ramah –
ramah, dan terbuka. Sehingga ketika menyampaikan
sesuatu itu mereka juga bisa menerima dengan baik.
Hanya kesan saya itu ternyata guru – guru di Pesisir
itu meskipun jauh dari pusat keramaian tetapi
mereka kepedulian terhadap pendidikan itu tinggi.
Meskipun masih dengan fasilitas yang terbatas tetapi
semangat mereka tinggi. Apalagi mereka masih PTT
ya belum PNS. Tetapi mereka semangatnya tinggi.
Hanya saja memang banyak yang mengeluh kepada
yang belum disertasi. Karena itu bukan dirana kita
jadi tidak bisa memberikan jawaban
16 P Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu pasca
program visiting kepada guru di daerah sasaran?
I waktu itu kitakan ada grup ya, kadang kala mereka 09m
minta saya share file RPP tentang shalat berjamaah,
tolong kirim file beserta rinciannya pak, misalnya
seperti itu. Sehingga kita hampir dua atau tiga bulan
setelah selesai visiting itu kita masih inten
komunikasi terkait materi – materi yang mungkin
bagi mereka sangat dibutuhkan. Karena waktu itukan
ketika kita mengisi tidak bisa menyampaikan materi
secara utuh. Sehingga mereka banyak minta digrup
ada yang minta japri. Kita layani sambil kita ngobrol
dengan mereka.

174
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
VISITOR
Peneliti :P
Informan :I

Informan Nur Halim Sumirat


Jabatan GPAI
Lokasi Via Telepon
Tanggal 23 September 2020

No Sumber Pertanyaan dan Jawaban Kode


1 P Apa yang menjadi motivasi utama bapak/ibu dalam
mengikuti program visiting teacher PAI?
I Yang pasti saya pribadi merasa, sebelumnya saya 07a
pernah daftar tapi tidak lolos waktu tahun 2018 atau
2017 saya agak lupa ya. Cuman waktu itu saya belum
lolos. Kemudian saya memang tertarik dengan program
itu menurut saya itu kesempatan berharga buat guru
PAI untuk semacam aktualisasi diri untuk berbagi.
Selain kita sendiri mencari pengalaman tentunya,
pengalaman untuk berkunjung ke satu daerah yang
mana belum pernah kita kunjungi. Kemudian kita
silaturahim berkenalan dengan sesama guru PAI begitu
ya. Apalagi daerah perbatasan kira – kira begitu. Nah,
semangat itu menurut motivasi saya untuk berbagi,
untuk silaturahmi dengan sesame guru PAI. Kira – kira
seperti itu pak.
2 P Apa saja persyaratan yang dikumpulkan?
I Karena waktu itu kan diminta untuk segera melengkapi 08a
syarat – syarat yang ditentukan pak ya, setelah
diinformasikan dikirim ke juknisnya apa saja yang
harus dilengkapin, nah itu yang kami lengkapi semua.
Seperti itu.
3 P Bagaimana prosedur pelaksanaan rekrutmen bapak/ibu?
I Waktu itu kan ada program visiting kemudian saya 08b
ditunjuk itu pertimbangannya karena waktu itu ada
pelatihan yang pernah saya ikuti, program PPKB, yang
angkatan pertama saya. Kebetulan dapat penghargaan
peserta terbaik. Jadi, karena itu kami ditunjuk ikut
program visiting begitu pak.
4 P Materi apa saja yang bapak/ibu dapatkan selama
mengikuti bimtek program visiting teacher PAI?
I Waktu itu, pembekalan tentang bagaimana potensi apa 09a
saja yang harus dilakukan, kemudian laporan – laporan
yang harus disiapkan, kemudian juga tugas – tugasnya
disana apa saja. Itu dibekali semua pak. Termasuk

175
dokumen – dokumen yang harus dikumpulkan semua.
5 P Apakah bapak/ibu merasa cukup dengan materi yang
disampaikan pada pelaksanaan bimtek program visiting
teacher PAI?
I Sudah cukup sih pak. Meskipun ya mungkin perlu di, 09b
kan waktu itu, sebenarnya waktunya itu lebih pendek
dari yang sebelumnya infonya loh, saya tidak tau juga
yang sebelum – sebelumnya, cuman untuk yang periode
kemarin itu sepertinya waktunya lebih pendek daripada
periode yang sebelumnya.
6 P Apa saja yang kekurangan pelaksanaan bimtek program
visiting teacher PAI?
I Iya. Karena kemarin cukup marathon sebenarnya pak. 09c
Waktu berangkatnya, bimteknya, dan pelaksanaanya
kan waktunya cukup mepet begitu.
7 P Apa yang menjadi harapan bapak/ibu untuk
pelaksanaan bimtek kedepan?
I Harapannya mungkin lebih maksimal lagi ya pak. Lebih 09d
maksimal lagi pembekalannya dan waktunya mungkin
agak lebih dilonggar gitu lah. Tidak terkesan buru –
buru. Kemarin terus terang rasanya cukup marathon aja
dari persiapan mau berangkat, pembekalannya, cukup
singkat – singkat begitu kan. Terus disananya kebetulan
waktunya itu sampai sananya itu kan weekand pak, jadi
efektifnya disana menjadi lebih sedikit seperti itu.
8 P Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan di daerah?
I Jadi, kami datang kesana kemudian kami langsung 09e
menuju ke Kanwil dipertemukan dengan pejabat PAIS
Kanwil. Kemudian kami di, waktu itu langsung
sebenarnya kami ke Kotanya juga, PAIS Kota dan
waktu itu kami belum ketemu sama pejabat PAIS
Kotanya kalau Kanwilnya ketemu. Kemudian baru bisa
ketemu dengan PAIS Kota besoknya. Itu terus kami
koordinasi dengan Kota laporan terkait rencana
kegiatan kami, kemudian kami rancang. Waktu itu agak
terlambat karena waktu itu ketua KKG pas lagi acara di
POS PESNAS kalau tidak salah. Jadi kami koordinasi
itu sampai dua kali. Jadi dengan PAIS Kota dulu, tapi
kemudian yang hari Seninnya kalau tidak salah. Jadi
kami tiba itu kan Jumat sore, Sabtu pagi itu ketemu
dengan PAIS Kota tapi belum dengan ketua KKG,
karena Ketua masih ada kegiatan di Bandung. Akhirya
kami kemudian menuju langsung ke sekolah. Hari
Sabtu itu kami langsung mencari sekolah yang bisa
kami kunjungi, karena waktu tidak ditunjuk dari pusat
langsung ke mana sekolah, tapi kami diminta disuruh
milih. Jadi, kami konsultasi dengan pihak teman –

176
teman KKG disana SD mana kira – kira apa istilahnya
bisa mewakililah SD yang lain bisa kami kunjungi,
cuman maaf lupa pak nama SD karena jujur sudah
cukup lama. Pastinya SD tidak jauh dari pusat Kota.
Kami berkunjung ke sana, bertemu kepala sekolah,
kebetulan satu lokasi itu ada dua SD, nah kami kunjungi
dua – duanya. Terus ketemu dengan guru PAInya, kami
observasi dan wawancara menggali problem – problem
yang dialami dan sebagainya. Kemudian, hari Seninnya
kami koordinasi dengan PAIS lagi, termasuk dengan
ketua KKG untuk merancanakan kegiatan. Kemudian
selasanya langsung kami kegiatan waktu itu pak. Jadi
cukup mepet waktu itu, karena ya itu tadi kami tiba
sanakan Jumat, jadi lumayan ini lah. Selasa kami
langsung kegiatan mengundang guru – guru PAI sekota
Kupang. Pelaksanaan kami rancang sebenarnya dua
atau tiga hari ya pak waktu itu, karena kami kan Jumat
harus sudah kembali ke Jakarta kan. Nah, waktu itu
selasa, rabu, kamis kalau tidak salah kami adakan
kegiatan itu. Terus peningkatan kompetensi yang pasti
ya ada tentang PKB, tentang K13, tentang penilaian
menggunakan Quisis, google Chrome, kemudian
pemberian KKG juga kami sharing, pengalaman kami
di Yogya, dan pengalaman rekan kami di Kalsel.
Kemudian juga sempat di sela – sela kegiatankan ada
mau live juga dari PAIS waktu itu, kemudian dihari
terakhir kami penutupan. Terus, kami pamitan waktu
itu. Mungkin itu pak secara garis besarnya.
9 Apa yang menjadi kebutuhan di daerah sasaran?
Kalau kemarin yang kita fokuskan penguasaan model 09f
pembelajaran. Ketika kita informasikan banyak yang
kurang, istilahnya metodenya masih variatif.
10 P Materi apa saja yang bapak/ibu sampaikan kepada guru
PAI selama bertugas di daerah?
I Pedagogik dua. Tapi itu belum keseluruhan ya. Karena 09g
keterbatasan waktu, jadi kita berikan juga meskipun
sebagian. Pedagogik dua kita berikan karenakan saya
dapat, waktu itukan pedagogik dua, jadi punya
pengalaman itu, maka itu kita sampaikan. Kemudian
kita sampaikan juga yang terkait penilaian. Kemudian
sama juga PKB, secara konsepnya program PKB itu
sendiri, dan tentang wawasan tentang PKB.
11 P Metode apa saja yang digunakan dalam menyampaikan
materi?
I Lebih ke diskusi, kita mencoba menerapkan model – 09h
model pembelajaran juga. Artinya, ada discuss learning
juga. Bagaimana mengajak peserta untuk menemukan

177
informasi di kelompoknya. Juga pakai program discuss
learning juga kita terapkan. Projek tidak sampai.
Mungkin praktek bisa dikatakan digunakan juga ya,
mereka micro teaching itu juga kan, mereka praktek kan
materinya. Lebih banyak di interaksinya, tidak hanya
ceramah, tidak dimediasi pembicara.
12 P Materi apa saja yang disampaikan selama pelaksanaan
kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?
I Evaluasi, lebih ke laporan ya pak ya. Evaluasi kita 09i
disuruh untuk mengerjakan laporan kemudian kita
presentasi, paparkan hasil visiting, kemudian ada
masukan – masukan atau seleksilah ya hasil masing –
masing tim. Kemudian penutupan.
13 P Apa yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan
kegiatan evaluasi program visiting teacher PAI?
I Mungkin waktunya pak, karena untuk paparan itu. 09j
Karena mungkin juga sudah lelah ya. Dilokasi itu waktu
tibakan, malamnya langsung kita mulai paparan laporan
itu. Kemudian, cuman satu malam waktu itu, dua hari
satu malam kan. Katanya lebih pendek biasa – biasanya,
katanya tiga hari dua malam ya kalau tidak salah.
14 P Apa yang menjadi harapan pelaksanaan kegiatan
visiting kedepan?
I Mungkin untuk, pengalaman itu pak dari kami, 09k
mungkin kurang koordinasi dengan yang mau ketemu
itu bisa lebih awal lah. Mungkin kami kasusnya karena
perwakilan dari NTT tidak hadir juga, jadi salah satu
kendala juga. Mungkin perlu dipastikan, kalaupun tidak
hadir mungkin bisa komunikasinya bisa lebih inten.
Dalam artian sehingga sampai sana itu kita bisa lebih
lancarlah kegiatan disana. Lebih kenallah seperti itu.
15 P Apa yang menjadi kesan mengikuti program visiting
teacher PAI?
I Sangat terkesan sekali pak, karena kita merasa bahagia, 09l
bangga, karena ada kesempatan itu dan juga banyak
pelajaran yang kami dapat. Artinya kami tidak seperti
yang kami bayangkan, kami tidak sekedar berbagi tapi
kami juga mendapatkan. Artinya kami tidak hanya
memberi pengalaman kepada teman – teman, tapi juga
kami sendiri dapat pengalaman untuk hasil yang kami
dapat. Karenakan di NTT itu mayoritas non, artinya
saya melihat komunikasi dengan teman – teman guru
PAI disana itu sangat luar biasa dengan kelompok yang
minoritasnya muslim, mereka berjuang memberikan
ilmu agama, membentengi anak – anak muslim disana
yang dinamikanya luar biasa begitu. Jadi, banyak
pengalaman yang kami dapatkan begitu.

178
16 P Apa peran dan tindak lanjut bapak/ibu pasca program
visiting kepada guru di daerah sasaran?
I Awal – awal dulu masih sering pak, karena kami masih 09m
ada grupnya juga, jadi mungkin agak belakangan tidak
sesering awal dulu ya pak. Karena memang saat ini
belum ada komunikasi lebih lanjut. Kalau yang pasca
pelatihan itu kita masih sering informasi, dan kami
tidak keluar dari, jadi kami ada bikin grup whatsapp
peserta dan juga ada peserta visiting. Nah, disitu kami
sering menyampaikan info – info yang kami dapat
tentang PAI dari pusat maupun daerah kami. Kami
berbagi disitu. Cuman agak kesini, mungkin
intensitasnya menurun begitu pak. Karena mungkin
fokusnya sudah agak berbeda begitu pak.

179
Lampiran 4

FOTO PELAKSANAAN VISITING TEACHER PAI

Pelaksanaan Bimtek Program Visiting Teacher PAI 2019

Pelaksanaan Pelatihan Kompetensi Guru PAI di Kota Tarakan

180
Pelaksanaan Pelatihan Kompetensi Guru PAI di Kota Tarakan

Pelaksanaan Real Teaching GPAI di SDN 03 Kota Tarakan

Pelaksanaan Refleksi Pasca Pelaksanaan Real Teaching

181
Peneliti Bersama Visitor dan GPAI di SDN 03 Kota Tarakan

Peneliti Bersama Bapak Ahmad Fatullah (Visitor)


di SDN 03 Kota Tarakan

Peneliti Bersama Kepala Sekolah SDN 03 Kota Tarakan

182
Presentasi Hasil Pelaksanaan pada Kegiatan Evaluasi Program 2019

Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Program Visiting Teacher PAI 2019

183

Anda mungkin juga menyukai