Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

KINERJA GURU

)Penelitian Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bandung(

PRINCIPAL MANAGEMENT IN IMPROVING TEACHER


PERFORMANCE

)Research at Islamic junior high school 2 Bandung(

‫اإلدارة رئيس المدرسة في ترقية تحقيق المدرس‬

‫))البحث في مدرسة المتوسطة الثانية الحكمية باندونج‬


PROPOSAL TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:
ZULFATUS SUROYYAH
NIM: 2200060033

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Zulfatus Suroyyah


NIM : 2200060033
Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 02 Januari 1995
Alamat : Jl. Jatihandap Desa. Jatihandap Kec. Mandalajati Kab. Bandung
No Tlp/Hp : 085649023825

Dengan ini mengajukan permohonan Seminar Proposal Tesis dengan judul:

MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN


KINERJA GURU

)Penelitian Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bandung(

PRINCIPAL MANAGEMENT IN IMPROVING TEACHER


PERFORMANCE

)Research at Islamic junior high school 2 Bandung(

‫اإلدارة رئيس المدرسة في ترقية تحقيق المدرس‬

‫))البحث في مدرسة المتوسطة الثانية الحكمية باندونج‬

Bandung, 17 Maret 2022

Menyetujui

Ketua Jurusan Pembimbing Akademik

Prof. Dr. H. Jaja Jahari M.Pd Dr. Zulli Umri Siregar M.Ag
NIP. 195603071982031006 NIP. 197207222007101001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipersembahkan ke hadirat Allah SWT, karena atas


kehendak-Nya proposal yang berjudul “Manajemen Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Di Mtsn 2 Kota Bandung” ini dapat diselesaikan.
Adapun penyusunan proposal penelitian ini antara lain untuk mengikuti seminar
proposal sebagai salah satu langkah untuk menyelesaikan perkuliahan di tingkat
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Shalawat
serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga, sahabat dan umatnya.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dalam susunan kata atau dalam pembahasan materi ini. Maka,
penulis sangat mengharapkan pembaca yang budiman bisa memberikan kritikan
ataupun saran yang bersifat membangun, sehingga menjadi wawasan baru bagi
kita semua. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat Dr. Zulli Siregar, M.Pd
selaku dosen pembimbing akademik. Semoga Proposal ini bisa diterima dan dapat
saya lanjutkan menjadi Tesis sebagai syarat kelulusan Pascasarjana di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung ini.
Jazaakumullah Khairon Katsiira. Amin

Bandung, 17 Maret 2022


Penulis,

Zulfatus Suroyyah
NIM: 2200060033

ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22
Januari 1988, sebagai berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba’ B Be
‫ت‬ Ta’ T Te
‫ث‬ Sa’ S Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je
‫ح‬ Ha H Ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Dzal D Zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zal Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy es dan ye
‫ص‬ Sad S es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ Dad D de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ Tha TH te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ Zha ZH zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘Ain ...’... Koma terbalik di atas
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L ‘el

iii
‫م‬ Mim M ‘em
‫ن‬ Nun N ‘en
‫ه‬ Ha H Ha
‫و‬ Waw W We
‫ء‬ Hamzah ..’.. Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap


‫متعقدين‬ Ditulis muta’aqqidin
‫عدة‬ Ditulis ‘iddah
C. Ta’ Marbutah
Apabila dimatikan ditulis h.

‫هبة‬ Ditulis Hibbah

‫جزية‬ Ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali apabila
dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan
kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

‫ كرمة األولياء‬Ditulis Karāmah al auliyā’


Apabila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dhammah ditulis t.

‫زكاة الفطر‬ Ditulis Zakātul-fiṭri

D. Vokal Pendek

ِ Kasrah Ditulis I

ِ fatḥah Ditulis A

ِ ḍammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

iv
Fathah + alif ‫جاهلية‬ Ā
1 Ditulis
Jāhiliyyah

Fathah + ya’ mati ‫يسعى‬ Ā


2 Ditulis
yas’ā

Kasrah + ya’ mati ‫كريم‬ Ī


3 Ditulis
Karīm
Dhammah + wawu mati Ū
4 ‫ فروض‬Ditulis Furūd
F. Vokal Rangkap

Fathah + ya’ mati ‫بينكم‬ ai


1 Ditulis
Bainakum

Fathah + wawu mati au Qaulun


2 Ditulis
‫قول‬

G. Vokal Pendek Yang Berurutan Dalam Satu Kata Dipisahkan Dengan


Apostrof

‫أأنتم‬ Ditulis a’antum

‫أعدت‬ Ditulis u’iddat

la’in
‫لئن شكرتم‬ Ditulis
syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam


Apabila diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “al”

‫القرأن‬ Ditulis al-Qur’ān

‫القياس‬ Ditulis al-Qiyās

v
Apabila diikuti huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf “al” nya.

‫السماء‬ Ditulis as-Samā

‫الشمس‬ Ditulis asy-Syams

I. Penulisan kata- kata dalam rangkaian kalimat


żawī al- furūd atau
‫ذوي الفروض‬ Ditulis żawil furūd
ahl as- Sunnah atau
‫أهل السنة‬ Ditulis ahlussunnah

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………......i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….....ii
PENDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………….iii
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
D. Manfaat Hasil Penelitia.............................................................................8
E. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................8
F. Kerangka Berpikir.....................................................................................11
G. Langkah-Langkah Penelitian....................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30

vii
MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN
KINERJA GURU

)Penelitian Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bandung(

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 1
Pendidikan Islami ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri
pribadi, manusia secara menyeluruh,melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran,
kecerdasaan, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan Islami harus
mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual,
imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual
maupun kelompok serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan.2
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi,
maka lembaga pendidikan Islam dituntut mampu bersaing dengan lembaga
pendidikan umum yang lebih dahulu selangkah lebih maju dalam penguasaan
ilmu-ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi dan keterampilan. Jika lembaga
pendidikan Islam tidak mampu merespon dan berkompetisi dalam hal tersebut,
maka keberadaan lembaga pendidikan Islam akan berada pada level kelas dua
yang selalu keterbelakangan dalam dunia pendidikan. Mengenai lembaga
pendidikan Tim Dosen UPI mengemukakan tentang keberhasilan lembaga
pendidikan adalah sebagai berikut:3
Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan akan sangat
bergantung pada manajemen komponen-komponen pendukung pelaksanaan
kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan
sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam
upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan, artinya bahwa satu komponen

1
Ahmah Tafsir, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan Pertengahan,
(Bandung :Rosdakarya, 2004), 4.
2
(Iskandar Engku Dan Siti Jubaedah, Sejarah Pendidikan Islam, ( Bandung: Rosdakarya,2014), 5.
3
Tim Dosen UPI, Manajmen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), 203.

1
memberi dukungan bagi komonen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan tersebut.
Dalam upaya mempertahankan lembaga pendidikan Islam agar selalu berada
pada level terbaik maka harus dikelola oleh kepala sekolah yang professional
dengan manajamen yang baik. Dalam hal ini kepala sekolah merupakan
komponen yang paling menentukan sukses tidaknya lembaga pendidikan tersebut
dalam mengantarkan pendidik yang kompetitif dan siap bersaing dalam
menghasilkan output secara berkualitas dalam tantangan pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan formal perlu
menerapkan manajemen pendidikan. Manajemen merupakan cara-cara pengelolaa
suatu lembaga agar lembaga tersebut efisien dan efektif.4 Manajemen dalam
lembaga pendidikan merupakan aktifitas pekerjaan guna mencapai sebuah tujuan
dalam mencapai visi dan misi karena pada hakekatnya Manajemen sekolah sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan pada suatu
pendidikan. Menurut pendapat George R. Terry dalam Sutopo yang menyatakan
bahwa fungsi manajemen mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.5
Upaya pencapaian tujuan pendidikan harus direncankan dengan memperhitungkan
sumber daya, situasi dan kondisi yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang
efektif. Semua sumberdaya yang terkait dan pelaksanaan kegiatan tersebut perlu
dikoordinasikan secara terpadu agar tercapai suatu suatu kerjasama yang harmonis
dalam mencapai tujuan tersebut. Keterpaduan kerja organisasi memerlukan
pengarahan, dorongan, koordinasi, dan kepemimpinan efektif. Pelaksanaan semua
kegiatan tersebut harus dikendalikan, dimonitor, dan dievaluasi kefektifan dan
keefisiennya. Hasilnya merupakan feedback yang sangat berguna untuk
menyempurnakan dan meningkatkan perencanaan, pengorganisasian, dan
pelaksanaan kegiatannya.6 Oleh karena itu, pentingnya kepala sekolah untuk

4
H. A. R. Tilar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 10.
5
Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasai, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara,
1999), 14.
6

2
menunjang keberhasilan sekolah dengan menguasai manajemen yang berkaitan
dengan aspek-aspek kepala sekolah.
Kepala sekolah menurut Jamal Ma’ruf Asmani mendefinisikan sebagai
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaannya.7 Kepala sekolah harus
memiliki dasar-dasar dan syarat kepemimpinan. Menurut Ki Hajar Dewantoro
“ing ngarso sung tuladho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, kepala
sekolah bila berada di depan maka ia akan memberi contoh tauladan kepada
bawahannya, jika ia berada di tengah-tengah ia harus dapat membangkitkan,
memberi semangat kepada orang-orang yang ada disekitarnya, dan jika ia berada
dibelakang maka kepala sekolah harus dapat mendorong dan memotivasi agar
orang-orang tersebut lebih maju.
Menurut Robert L. Katz dalam Sudarwan Danim, mengemukakan tiga jenis
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yakni:
1. Technical Skill (keterampilan teknis)
2. Human Relation Skill (ketrampilan hubungan dengan manusia),
3. Conceptual Skill (ketrampilan konseptual
Mulyasa menuliskan tujuh peran kepala sekolah yang harus diamalkan
dalam bentuk tindakan nyata di sekolah yang disingkat dengan “EMASLIM”,
yaitu peran sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader,
Innovator, and Motivator.8
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan kepala
sekolah adalah bukan sekedar leader ataupun manajer saja, tetapi kecakapan
seorang pemimpin di sekolah dalam memimpin, mengatur, merencanakan,
mengawasi, mendidik/membina, mengevaluasi, memupuk semangat guru dan
pegawai demi tercapinya visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan di madrasah
yang dipimpinnya.

7
Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional:
Paduan Quality Control Bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), 92.
8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), 97.

3
Kepala sekolah merupakan pemimpin yang menentukan dalam system
pendidikan secara keseluruhan terlebih dalam peningkatan kinerja guru karena hal
ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan.
Kepala sekolah dalam kasus ini memegang peran utama dalam pembangunan
budaya pendidikan di lembaganya. Tugas kepala sekolah harus mampu
menggerakkan kinerja guru secara produktif sehingga bisa menghasilkan output
yang baik.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran
sebagai factor penentu keberhasilan tujuan organisasi/lembaga pendidikan
formal, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk
memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan output yang
diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus ditingkatkan dan dikembangkan sebagai
upaya control ketat terhadap manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pendidikan.9
Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan, sertifikasi guru, supervise
pendidikan, tugas belajar/studi lanjut, penyediaan fasilitas penunjang, peningkatan
kesejahteraan guru dan revitalisasi organisasi profesi kependidikan, organisasi
kependidikan seperti musyawarah guru mata pelajaran (mgmp), kelompok kerja
guru (kkg), dan kelompok kerja sekolah merupakan wadah yang sangat
bermanfaat bagi peningkatan kinerja guru disekolah.10
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang dicapai
oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta penggunaan
waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang
terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreatifitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan warga

9
Jamen Jon dan Donal Waltesr, Human Resources Management in Education: Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Q Media, 2008), 28.
10
E.Mulyasa, Menjadi Kepala …, 78.

4
sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa kepribadian yang baik, jujur
dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan
berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan kompetensi dan
profesionalisme guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pndidikan dalam
menciptakan insan yang cerdas, komperhensif, dan berdaya saing tinggi. Penilaian
kinerja guru merupakan acuan bagi sekolah untuk menetapkan pengembangan
karir dan promosi guru.11 Bagi guru, penilaian kinerja guru merupakan pedoman
untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan sebagai sarana untuk
mengkaji kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki
kualitasnya. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai
alat evaluasi kepemimpinan bagi kepala sekolah. Hal ini berati bahwa kinerja guru
merupakan rentetan dari kepemimpinan kepala sekolah dalam memanajemen
seluruh komponen sekolah terutama tenaga kependidikannya.
Dari uraian ini manajemen kepala sekolah dengan kinerja guru sangat erat
kaitannya dalam menentukan tujuan pendidikan yang menjadi target utama dalam
pendidikan. Pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan:
a. Menentukan tingkat kompetensi seorang guru
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas knerja guru dan sekolah
c. Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme
penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru
d. Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru
e. Menjamin bahwa guru melaksanakan ntugas dan tanggung jawabnya serta
meprihatinkan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran
peserta didik untuk mencapai prestasinya
f. Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta
bentuk penghargaan lainnya.12

11
Departemen Pendidikan Nasional, Instrumen Penilaian Kinerja Departemen Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Dikdasmen, 2005), 6.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Instrumen Penilaian…, 7

5
Namun sampai saat ini, masih ada saja kepala sekolah dan guru yang belum
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang baik sesuai dengan harapan
yang dibebankan kepadanya karena beberapa factor penghambat baik internal
maupun eksternal yang menghalanginya. Kepiawaian dan kewibawaan kepala
sekolah dan guru saat menentukan kelangsungan proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah maupun efeknya di luar sekolah. Kenyataan ini merupakan
suatu tantangan bagi setiap kepala sekolah dan guru yang ingin pekerjaannya
benar- benar sebagai profesi yang professional.
Disini penulis ingin melakukan penelitian yang memfokuskan pada
“Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTsN 2 Kota
Bandung”, karena penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana manajemen
kepala sekolah dalam mengelola dan menggerakkan para pendidik dilembaga
yang dipimpinnya sekaligus menjelaskan secara gamblang mengenai program
peningkatan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah. Mengingat betapa
pentingnya manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.
Berdasarkan hasil observasi, MTsN 2 Kota Bandung telah banyak
menorehekan prestasi baik prestasi nasional seperti juara sekolah sehat, sekolah
adiwiyata serta prestasi internasional seperti juara III Robotik. Kepala sekolah
MTsN 2 Kota Bandung terus melakukan upaya peningkatan belajar mengajar
terhadap peserta didiknya. Salah satunya upaya yang tengah dilakukan dan
hasilnya mulai dirasakan yaitu membuat kelas unggulan setiap angkatannya.
Peneliti berasumsi bahwa MTsN 2 Kota Bandung merupakan madrasah yang
unggul karena melalui kepemimpinan kepala madrasah sekarang ini telah
megalami banyak perubahan indikasi yang terlihat dari kemajuan fisik madrasah,
sarana prasarananya mulai ditata sedemikian dan berusaha untuk melaksanakan
standar minimal yang telah diamanatkan pemerintah, hal ini ditopang adanya
penataan taman dan mesjid yang membuat kenyamanan dalam belajar. Juga
adanya perubahan dan peningkatan kinerja untuk lebih berkompetensi dan lebih
profesional dalam menjalankan tugasnya. Guru terlihat lebih dinamis dan kreatif
dalam mengembangkan proses belajar mengajar karena saat ini sudah melakukan

6
upaya untuk meningkatkan kembali peran penting MGMP sebagai wahana bagi
para guru Madrasah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pengajarannya.
Berdasarkan pra riset yang dilakukan peneliti serta uraian fakta diatas dan
mengingat pentingnya manajemen kepala sekolah sebagai pemimpin yang
mengatur penyelenggaraan lembaga sekolah tersebut. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian di MTsN 2 Kota Bandung dengan
mengangkat tema “Manajemen Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kinerja Guru di MTsN 2 Kota Bandung ”. Karena penulis tertarik untuk
mengetahui sejauh mana manajemen kepala sekolah dalam melakukan upaya
memajukan lembaganya dengan kompetensi yang di embannya sebagai pimpinan
melalui tindakan yang direncanakan dalam menggerakkan pelaksanaan serta hasil
dari peningkatan kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah.

B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung?
2. Bagaiamana pengorganisasian manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung?
3. Bagaimana pelaksaan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung?
4. Bagaimana pengawasan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung.
2. Untuk mengetahui pengorganisasian manajemen kepala sekolah di MTsN 2
Kota Bandung.

7
3. Untuk mengetahui pelaksaan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung.
4. Untuk mengetahui pengawasan manajemen kepala sekolah di MTsN 2 Kota
Bandung.
D. Manfaat Penelitian
a) Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan khazanah
ilmu pengetahuan, khususnya merupakan sumbangan ilmiah tentang manajemen
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya guna meningkatkan kinerja guru
pada konteks lembaga pendidikan.
b) Manfaat praktis
1. Bagi Lembaga Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru di lembaga pendidikan, sehingga dapat dijadikan
acuan para penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan baik negeri
maupun swasta.
2. Bagi Peneliti, sebagai bahan memperluas wawasan dan pengetahuan sesuai
dengan bidang keahlian yang dikembangkan oleh peneliti yaitu bidang
manajemen pendidikan Islam. Dan penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.
E. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan peneliti di kemukakan
sebagai berikut .
1. Kensiwi,. "Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
di SD Negeri 14 Temmalullu Kota Palopo." Tesis Pascasarjana Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri Palopo.
2021.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Manajemen Kepala Sekolah di SD
Negeri 14 Temmalullu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengorganisasian. Perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut di
dalamnya visi dan misi sekolah, program kerja seperti pembagian tugas guru,
pelaksanaan tata tertib, pengorganisasian terdiri dari kurikulum didalamnya
silabus, dan RPP, dan penilaian/evaluasi terdiri dari penilaian harian,.

8
Pelaksanaan, program yang dilaksanakan kepala sekolah yakni memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan, seminar dan kegiatan yang
berkaitan dengan kompetensi guru dalam meningkatkan kinerja guru, selain itu
kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk melanjutkan studi
pendidikan sesuai dengan jurusan pembelajaran. Pengawasan, merupakan kepala
sekolah selaku memberikan penilaian kepada guru menilai hasil perangkat
pembelajaran guru untuk melihat kemampuan kinerja guru. Hal yang dinilai oleh
kepala sekolah terdiri dari dari 12 poin yakni , poin silabus, program tahunan,
program semester, KKM, RPP, penilaian K13, Agenda harian, kalender
pendidikan, hari efektif, jadwal pelajaran, absensi kelas, dan daftar nilai. 2.
Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Meliputi Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi Pembelajaran. a. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran, b.
kinerja guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran, c. kinerja Guru dalam Evaluasi
Pembelajaran. 3, Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Manajemen
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru meliputi: (1) Sedikitnya guru
honor masih belum bersertifikasi, (2) Manajemen waktu para guru dan staf yang
belum optimal antara tugas-tugas di sekolah dan tugas-tugas lainnya di rumah dan
di masyarakat; (3) Rendahnya kesadaran oknum guru tertentu dalam
meningkatkan kemampuan.
Tesis ini memiliki kesamaan dalam segi Tema dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti. Yaitu sama-sama meneliti mengenai Manajemen
kepala sekolah. Akan tetapi memiliki perbedaan pada rumusan masalah penelitian.

2. Taswir, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2014 Vol. XIV No. 2, 291-
304, Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkatkan Kinerja Guru
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Sinabang Kabupaten
Simeulue.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) kemampuan manajerial kepala sekolah
dalam menyusun program perencanaan dirumuskan oleh kepala sekolah dimulai
pada tahun ajaran baru dengan kegiatan antara lain: melaksanakan supervisi,
penilaian kinerja guru, mengikutsertakan guru untuk mengikuti pelatihan,
pembagian tugas tambahan bagi guru misalnya sebagai wakil kepala sekolah,
ketua jurusan, kepala laboratorium, pembimbing, dan pengelola perpustakaan; (2)
strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan kinerja guru
kemampuan profesional guru telah dilakukan antara lain, membimbing guru
dalam menyusun perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model
pembelajaran, memberikan motivasi, mengikutsertakan guru dalam berbagai

9
kegiatan pelatihan/penataran, dan memberikan kesempatan bagi guru untuk
melanjutkan studi, serta mengaktifkan kegiatan forum MGMP dan KKG di
sekolah; (3) dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan
kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru, akan tampak dari adanya
perubahan sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih baik,
yaitu kemampuan guru dalam merencankan, melaksanakan dan menilai proses
pembelajaran; (4) kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan kemampuan
profesional guru antara lain, menyangkut masalah keterbatasan biaya,
keterbatasan waktu, dan terbatasnya sumber daya manusia sebagai
instrukstur/pelatih pada bidang kejuruan, serta terbatasnya pelatihan/penataran
yang diadakan sehubungan dengan peningkatan kemampuan profesional guru.
Jurnal ini memiliki kesamaan dalam segi Tema dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti. Yaitu sama-sama meneliti mengenai Manajemen
kepala sekolah. Akan tetapi memiliki perbedaan pada pembahasan tentang
manajmen kepala sekolah dan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru. Sedangkan judul peneliti membahas tentang pelaksanaan kepala sekolah,
kinerja guru serta factor yang mempengaruhi kinerja guru.
3. Ita Lutfiani,”Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja
Guru (Studi Multi Situs di SMPN 1 Sutojayan dan SMPN 2 Sutojayan
Blitar)”. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung 2015.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh langkah-langkah yang dilakukan kepala
sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melalui fungsi manajemen yaitu:
perencanaan, proses/pelaksanaan, dan hasilnya yang digunakan untuk
mempersiapkan pendidik dalam upaya menjawab tantangan zaman serta mampu
bersaing dalam menghasilkan output yang baik. Penelitian ini berdasarkan sumber
datanya termasuk kategori penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifatnya
termasuk dalam penelitian kualitatif. Berdasarkan pembahasannya termasuk
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi multi situs. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan
dokumentasi.

10
Tesis ini memiliki kesamaan dalam segi Tema dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti. Yaitu sama-sama meneliti mengenai Manajemen
kepala sekolah. Akan tetapi memiliki perbedaan pada rumusan masalahnya lalu
penelitian ini menggunakan pendekatan studi multi situs. Sedangkan dalam
penelitian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskripstif.
4. Nurfitriyana “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Ipa Di Smp Negeri 3 Palopo)” Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Iain Palopo 2020.
Hasil penelitian dari tesis ini adalah 1) perencanaan yang dilakukan kepala
sekolah meliputi asesment, melibatkan seluruh unsur civitas akademika sekolah,
melakukan rekrutmen GTT baru dan melakukan analisis jabatan pekerjaan,
dilakukan dalam rapat kerja, 2) pengembangan yang dilakukan kepala sekolah
adalah mengikutkan dalam diklat seminar, maupun workshop, studi lanjut
meningkatkan kesejahteraan guru, revitalisasi, MGMP, dan penambahan fasilitas
penunjang, 3) sedangkan pada aspek evaluasi adalah melakukan supervisi
terhadap guru.
Tesis ini memiliki kesamaan dalam segi Tema dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti. Yaitu sama sama meneliti mengenai manajemen
kepala sekolah. Perbedaan dengan tesis ini adalah dari segi rumusan masalah.

F. Kerangka Berpikir
1. Konsep Manajemen
Kata manajemen menurut Muchtar Efendy berasal dari bahasa inggris yakni
dari kata kerja to manage yang bersinonim dengan kata to hand yang berarti
mengurus, to control memeriksa, dan to guide yangberarti memimpin, jadi apabila
dilihat dari etimologi manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin
atau membimbing.13 Malayu S. P. Hasibuan mengartikan manajemen adalah suatu

13
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: PT. Bhatara Karya,
1986), 6.

11
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.14
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang dimiliki manusia dalam upaya
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang dilakukan
secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh anggota secara efektif untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
        
        
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu. (QS. AS-Sajdah : 5)
Dari isi kandungan ayat di atas diketahui swt adalah pengatur alam (Al
Mudabbu/manager) Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah
Swt. telah dijadikan sebagai khalifah di humi, maka dia harus mengatur dan
mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya
ini.
Menurut pendapat George R. Terry dalam Sutopo yang menyatakan bahwa
fungsi manajemen mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.15
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. 16 Berikut ini aktivitas
perencanaan yang dimaksud:
a. Perumusan tujuan yang ingin di capai

14
Malayu. S. P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertisn dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), 2.
15
Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasai, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 1999), 14.
16
Sondang P. Siaginan, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 50.

12
b. Pemilihan program untuk mencapai tujuan itu
c. Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlhanya selalu terbatas17
2. Pengorganisasian (organizing)
Menurut Terry sebagaimana ditulis oleh Ulburt Silalahi, pengorganisasian
adalah pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota
kelompok pekerjaan, penentuan hubungan-hubungan pekerjaan diantara mereka
dan pemberian lingkungan pekerjaan yng sepatutnya. Menurut Robbins, bahwa
kegiatan yang dilakukan dalam pengorganisasian dapat mencakup, menetapkan
tugas yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas itu
dikelompokkan, siapa pelapor ke siapa, dan dimana keputusan itu diambil.18
3. Penggerakan/pelaksanaan (actuating)
Actuating adalah aktvitas untuk memberikan dorongan, pengarahan, dan
pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan
suka rela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan
perencanaan dan pola organisasi.
Penggerakan adalah kegiatan untuk mengarahkan orang lain agar suka dan
dapat bekerja dalam upaya mencapai tujuan. Pada definisi diatas terdapat
penekanan tentang keharusan cara yang tepat digunakan untuk menggerakkan,
yaitu dengan cara memotivasi atau memberi motif-motif bekerja kepada
bawahannya agar mau dan senang melakukan seg segala aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.19
4. Pengawasan/evaluasi (controlling)
Pengawasan dan evaluasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk
mengetahui realisasi pelaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah
tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki,
kemudian apakah perlu tindakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang penyelenggaraan kerja sama antar guru, kepala

17
Lukman hakim & mukhtamar, dasar-dasar manajemen, ( jambi: timur laut aksara, 2018), 25
18
Stephen R. Robbins, Perilaku Organisasi Jilid I, terjemahan Tim Indek, (Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia, 2003), 5.
19
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung:
Refika Aditama, 2008),21.

13
sekolah, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam institusi suatu
pendidikan.
Pada dasarnya ada tiga langkah yang perlu di tempuh dalam melaksananan
pengawasan yaitu: 1) menetapkan alat ukur suatu standar; 2) mengadakan
penilaian dan evaluasi; 3) mengadakan tindakan perbaikan atau koreksi dan tindak
lanjut. Oleh sebab itu, kegiatan pengawasan itu dimaksudkan untuk mencegah
penyimpangan dalam pelaksanakan pekerjaan, menilai proses dan hasil kegiatan
dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan.20
2. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal dari dua kata “kepala” dan “sekolah”, kata kepala
dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam satu organisasi atau sebuah lembaga.
Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin
sekolah atau suatu lembaga dimana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Kepala sekolah yang berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai
organisasi yang kompleks dan unik, dan mampu melaksanakan peranan kepala
sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.21
Menurut Robert L. Katz dalam Sudarwan Danim, mengemukakan tiga jenis
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yakni:
1. Technical Skill (keterampilan teknis), yaitu: keterampilan menerapkan
pengetahuan teoritis ke dalam tindakan praktis, kemampuan memecahkan
masalah dan kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis dan teknik-
teknik dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
2. Human Relation Skill (ketrampilan hubungan dengan manusia), yakni
ketrampilan menjalin komunikasi dengan menciptakan kepuasan dengan
para guru dan pegawai, bersikap terbuka/transparan, ramah tamah
menghargai dan memotivasi para guru, pegawai, siswa dan orang tua untuk
kemajuan sekolah.

20
Ibid., 106.
21
Wasty Sumanto dan Hendayat Soetopo, Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, t.t), 18.

14
a. Conceptual Skill (ketrampilan konseptual), yakni ketrampilan
memformulasikan pikiran, memahami konsep dan teori serta mampu
mengaplikasikannya ke dalam pekerjaan sehari-hari, menyusun planning,
budgeting, organizing, staffing, actuating, coordinating, communicating,
controlling, evaluating and reporting dan mengembangkan sikap
kesejawatan yang akrab dengan seluruh civitas sekolahh.22
Mulyasa menuliskan tujuh peran kepala sekolah yang harus diamalkan
dalam bentuk tindakan nyata di sekolah yang disingkat dengan “EMASLIM”,
yaitu peran sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader,
Innovator, and Motivator.23
Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir dengan mengutip dari Dirawat
yang mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif
peningkatan sumber daya pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu:
a. kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumusan
pendidikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap;
b. kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri
sendiri, guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya;
c. kamampuan untuk membina dan memupuk kerjasama dalam mengajukan
dan melaksanakan program-program supervisi;
d. kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap
staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggungjawab
berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah utuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.24
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan kepala
sekolah adalah bukan sekedar leader ataupun manajer saja, tetapi kecakapan
seorang pemimpin di sekolah dalam memimpin, mengatur, merencanakan,

22
Ibid., 217.
23
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004), 97.
24
Ahmad sudrajat, kemampuan manjerial kepala sekolah, di akses pada tanggal 10 1pril 2015.

15
mengawasi, mendidik/membina, mengevaluasi, memupuk semangat guru dan
pegawai demi tercapinya visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan di madrasah
yang dipimpinnya.
Garis besar catatan penting yang disampaikan oleh Hoy dalam Syafaruddin
terkait dengan daftar sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam penerapan
manajemen mutu terpadu untuk pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah
adalah sebagai berikut:25 Visi, Keterampilan perencanaan, Berpikir kritis,
Ketrampilan kepemimpinan, Keteguhan hati, Ketrampilan mempengaruhi,
Ketrampilan hubungan interpersonal, Percaya diri, Pengembanan, Empati dan
Toleransi terhadap stress
Kepala sekolah adalah kunci kesuksesan pendidikan di sekolah. Sudarwan
Danim, menyebut kepala sekolah sebagai the key person- penanggung jawab
utama atau factor kunci untuk membawa sekolah menjadi center of excellence,
pusat keunggulan dalam mencetak dan mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) sekolah. Apakah sekolah itu menjadi efektif, menjadi sekolah yang sukses,
atau sebaliknya, semua tergantung dengan peran seorang kepala sekolah.26
3. Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaransebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. 27Menurut Nana Sudjana
kinerja guru sebagai pengajar dapat dilihat dari kemampuan atau kompetensinya
melaksanakan tugas tersebut.28 Berdasarkan beberapa pengertian diatas peneliti
mencoba mengambil kesimpulan tentang kinerja guru. Kinerja guru adalan hasil
dan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya
berdasarkan kemampuannya.

25
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo Gramedia, Widia
Sarana Indonesia, 2002), 64-66.
26
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 96.
27
Depdiknas, Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(Jakarta: Depdiknas. 2008) , 21
28
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung :Sinar Baru Algensido Offset,
2004), 19.

16
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Gibson (1993:52)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ada tiga kelompok.
yaitu:
1) Faktor individu, yaitu meliputi: kemampuan dan keterampilan (ability), latar
belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur. etnis, jenis kelamin.
2) Faktor organisasi, yang meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur, desain pekerjaan
3) Faktor psikologis, yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian. belajar,
motivasi.
Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), meliputi: (1) rencana
pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom prosedure),
dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill) (Depdiknas, 2008: 22).
Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan
pembelajaran di kelas, yaitu:
1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan
guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan
yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas. penggunaan media
dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.
3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat
evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi yang meliputi kegiatan
remidial dan kegiatan perbaikan program pembelajaran. Penilaian hasil
belajar mengajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui

17
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang
telah dilakukan.29
Peningkatan kinerja guru adalah upaya membantu pendidik yang belum
matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu
mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi, belum terakreditasi menjadi
terakreditasi.30 Proses peningkatan kinerja guru yang dapat ditempuh oleh kepala
sekolah adalah sebagai berikut: Pendidikan dan pelatihan, Sertifikasi guru,
Supervise pendidika, Tugas belajar/studi lanjut, Penyediaan fasilitas penunjang,
Peningkatan kesejahteraan guru dan Revitalisasi organisasi profesi kependidikan,
organisasi kependidikan seperti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
kelompok kerja guru (KKG), dan kelompok kerja sekolah merupakan wadah yang
sangat bermanfaat bagi peningkatan kinerja guru disekolah.31
Dalam penelitian ini standar atau kriteria yang digunakan adalah standar
penilaian kinerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang tertuang dalam
pedoman Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 yang menjelaskan tetang
instrumen penilaian kinerja sekolah dalam komponen kinerja tenaga pendidik
mencakup dua bidang yaitu, bidang akademik dan non akademik. Bidang
akademik mencakup tiga unsur yaitu:32
a. Unsur pengembangan pribadi yang memiliki tiga aspek yaitu aspek aplikasi
pengajaran, aspek kegiatan ekstra kurikuler dan aspek kualitas pribadi guru.
b. Unsur pembelajaran, memiliki tiga aspek yaitu aspek perencanaan, aspek
pelaksanaan, dan aspek evaluasi.
c. Unsur sumber belajar yang dalam hal ini memiliki dua aspek yaitu, aspek
ketersediaan bahan ajar, dan aspek pemanfaatan sumber belajar.
Sedangkan bidang non akademik memiliki satu unsur yaitu unsur
kepribadian yang memiliki tujuh aspek yaitu, kedisplinan, etos kerja, kerjasama,
inisiatif, tanggung jawab, kejujuran, dan prestasi kerja. 33 Menurut Peraturan
29
Depdiknas, Peraturan Pemerintah…, 22-25
30
Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gung Persada Press,2006), 35.
31
E. Mulyasa, Menjadi Kepala…,78
32
Departemen Pendidikan Nasional, Instrumen Penilaian…,20.
33
E. Mulyasa, Menjadi Kepala…,24.

18
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan terhadap
setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
kepangkatan dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat
dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaaan dan penerapan
kompetensinya. Dalam hal ini adalah kompetensi yang sangat diperlukan bagi
guru sperti yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Penguasaan dan penerapan kompetensi sanngat menentukan tercapainya kualitas
proses pembelajaran, pembimbangan peserta didik, dan pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan sesuai dengan fungsi sekolah. Untuk itu perlu
dikembangkan sistem penilaian kinerja guru.
Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja
berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara
individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang
berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Ini merupakan bentuk
penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Pada dasarnya sistem
penilaian kinerja guru bertujuan:
1. Menentukan tingkat kompetensi seorang guru
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas knerja guru dan sekolah
3. Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme
penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru
4. Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru
5. Menjamin bahwa guru melaksanakan ntugas dan tanggung jawabnya serta
meprihatinkan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran
peserta didik untuk mencapai prestasinya
6. Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta
bentuk penghargaan lainnya.34

34
E. Mulyasa, Menjadi Kepala…,7.

19
Penilaian kinerja guru dilakukan sekali dalam setahun, tetapi prosesnya
dilakukan satu semester terutama dalam memantau unjuk kerja guru dalam
mengimplementasikan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kegiatan
penilaian kinerja guru diawali dengan kegiatan evaluasi diri yang dilaksanakan
pada awal semester. Rentang waktu antara pelaksanaan kegiatan evaluasi diri dan
kegiatan penilaian kinerja guru adalah 2 semester. Di dalam rentang waktu
tersebut guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan untuk memeperoleh pembinaan keprofesiannya sebelum mengikuti
penilaian kinerja guru.35 Agar hasil pelaksanaan dan peniaian kinerja guru dapat
dipertanggung jawabkan, maka penilaian kinerja guru harus memenuhi prinsip-
prinsip dasar sebagai berikut:
a. Berdasarkan ketentuan. Penilaian kinerja guru harus dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Berdasarkan kinerja. Aspek yang dinilai dalam kinerja guru adalah kinerja
yang dapat diamati dan dipantau sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran pembimbingan dan atau tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah.
c. Berlandaskan dokumen. Peneliti, guru yang dinilai, dan unsur lain yang
terlibat dalam proses penelitian kinerja guru yang baru memahami semua
dokumen yang terkait dengan sistem yang terkaiat dengan penilaian kinerja
guru, terutama yang berkaitan dengan pernyataan kompetensi dan indikator
kinerjanya yang utuh, sehingga penilai, guru dan unsur lain yang terlibat
dalam proses penilaian kinerja guru mengatahui dan memahami tentang aspek
yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penelitian.
d. Dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan kinerja guru dilaksanakan secara
teratur setiap tahun yang diawali dengan evaluasi diri, dengan memperhatikan
hal-hal sebaga berikut:
a. Obyektif, penilaian guru dilaksanakan secara obyektif sesuai dengan
kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari

35
Sulistyorini, Hubungan Antara Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja
Guru, (Jurnal Ilmu Pendidikan: 28 No I, 2001), 28.

20
b. Adil, penilaian kinerja guru memerlukan syarat, ketentuan, dan
prosedur standar kepada semua guru yang dinilai.
c. Akuntabel, hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Bermanfaat, penilaian kinerja guru bermanfaat bagi guru dalam
rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara berkelanjutan, dan
sekaligus pengembangan karir profesinya.
e. Transparan, proses penilaian kinerja guru memungkinkan bagi para
penilai, guru yang dinilai dan pihak lain yang berkepentingan, untuk
memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian
tersebut.
f. Berorientasi pada tujuan, penilaian berorientasi pada tujuan yang
telah ditetapkan
g. Berorientasi pada proses, penilaian kinerja guru tidak hanya fokus
pada hasil, tetapi juga memperhatikan proses, yakni bagaimana guru
dapat mencapai hasil tersebut.
h. Berkelanjutan, penilaian kinerja guru dilaksanakan secara periodik,
teratur dan berlangsung sccara teru menerus (on going) selama
seseorang menjadi guru.
i. Rahasia, hasil penilaian kinerja guru hanya boleh diketahui oleh
pihak-pihak terkait yang berkepentingan.36
Metode Pelaksanaan penilaian kinerja guru kelas/mata pelajaran dilakukan
melalui pengamatan dan pemantauan. Pengamatan adalah kegiatan untuk menilai
kinerja guru sebelum, selama dan setelah pelaksanaan proses pembelajaran.
Sedangkan pemantauan adalah kegiatan untuk menilai kinerja guru melalui
pemeriksaan dokumen, wawancara dengan guru yang dinilai dan/atau wawancara
dengan warga sekolah. Pengamatan kegiaatan pembelajaran dapat dilakukan
dikelas dan atau di luar kelas tanpa harus mengganggu proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis bukti-bukti baik yang berbentuk dokumen perencanaan
maupun dokumen tambahan lain serta hasil catatan pengamatan maupun hasil

36
Sulistyorini, Hubungan Antara …, 8.

21
wawancara dengan peserta didik, orang tua dana atau teman guru, penilai
menetapkan apakaah in dikator kinerja tugas utama secara ututuh terukur atau
teramati dengan cara membandingkan hasil analisis dan atau catatan tersebut
dengan rubrik penilaian kinerja guru.37
Untuk menilai atau mengukur kinerja guru dapat dilakuakn melalui metode
berorientasi pada masa lalu. Metode ini mengukur kinerja guru yang telah terjadi
dan untuk beberapa hal mudah dilakukan. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 144
147) menggolongkan penilaian kinerja berorientasi masa lalu menjadi 5 golongan,
yaitu:
1) Skala Penilaian
Penilaian kinerja ini sarat dengan evaluasi subjektif atas kinerja individu
dengan skala dari terendah sampai tertinggi, kemudian dibuat derajat skala,
misalnya dari buruk, cukup, cukup, sampai seumpama yang setiap skala
tersebut diberi skor dari satu sampai lima. Dari perhitungan numerik dapat
diperoleh total skor dan rata ratanya.
2) Metode daftar periksa.
Mensyaratkan penilai untuk menyeleksikan kaa-kata atau pernyataan yang
menggambarkan kinerja dan karakteristik guru dengan memberikan bobot
pada setiap item dengan derajat kepentingan item tersebut.
3) Metode pilihan yang dibuat.
Mensyaratkan penilai untuk memilih pernyataan paling umum dalam tiap
pasangan pernyataan tentang gun yang dinilai Pernyataan tersebut
memngandung unsur positif dan negatif.
4) Metode kejadian kritis
Mensyaratkan penilai untuk mencatat pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan perilaku bagus dan buruk yang terkait dengan kinerja
pekerjaan
5) Metode catatan prestasi

37
Sulistyorini, Hubungan Antara …, 15.

22
Umumnya digunakan oleh kalangan professional. Bentuk catatan berbagai
prestasi meliputi aspek-aspek publikasi, peran pemimpin. dan berbagai
kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan pekerjaan professional.
Adapun kerangka berpikirpada penlitian ini sebagai berikut:

Manajemen
kepala sekolah

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksaan Pengawasan

a. Perumusan tujuan a. menetapkan


a. Menetapkan tugas
yang ingin di capai yang harus alat ukur suatu
b. Pemilihan program dikerjakan standar
Memberi
b. Siapa yang b. mengadakan
untuk mencapai motivasi atau
mengerjakan penilaian dan
memberi motif-
tujuan itu c. Bagaimana tugas evaluasi
motif bekerja
c. Identifikasi dan itu dikelompokkan c. mengadakan
kepada
d. Siapa pelapor ke tindakan
pengerahan sumber bawahannya
siapa perbaikan atau
yang jumlhanya e. Dimana keputusan 23 koreksi dan
selalu terbatas itu diambil. tindak lanjut.
a. Perencanaan Program
Kinerja guru Kegiatan Pembelajaran
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran
c. Evaluasi/Penilaian
Pembelajaran

G. Langkah-Langkah Penilitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MTsN 2 Kota Bandung. Di Jl. Antapani
No.78, Antapani Kidul, Kec. Antapani, Kota Bandung. Alsan pemilihan lokasi
tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian ini karena peneliti menganggap
bahwa sekolah ini memiliki banyak pengetahuan untuk bisa melakukan penelitian
secara mendalam dalam bidang manajemen kepala sekolah. Maka dari itu untuk
bisa mendapatkan data mengenai judul tesis ini peneliti merasa cocok untuk
melakukan kajiannya di MTsN 2 Kota Bandung.

2. Pendekatan Dan Metode Penelitian


a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis
kebutuhan informasi mengenai Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Di MTsN 2 Kota Bandung.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti ialah metode penelitian

24
desktiptif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan fenomenafenomena yang ada baik fenomena alamiah
maupun rekayasa manusia.

3. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data
Data yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah data
kualitatif, yang dikumpulkan melalui hasil jawaban informan atas beberapa
pertanyaan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan pada tujuan yang
telah ditetapkan yang berhubungan dengan manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru di MTsN 2 Kota Bandung.
b. Sumber Data
Menurut Arikunto sumber data dalam penelitian adalah subjek di mana data
diperoleh.38 Data adalah segala fakta atau angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi.39 Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh
Lexy J. Moleong, menyatakan bahwa sumber data yang utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumentasi dan lain-lain.40 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu sumber data pokok dan sumber data primer dan akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Data Primer
Menurut Nasution sumber dari primer adalah “data yang langsung diperoleh
sumbernya”.41 yaitu data–data yang berupa kata–kata dan tindakan orang yang
diamati, diwawancarai, dan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman
video atau pengambilan foto. Adapun sumber data ini akan diperoleh dari kepala
sekolah dan guru-guru di MTsN2 Kota Bandung.
2) Data sekunder

38
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan praktik (Jakarta: Rhineka Cipta,
2009), 75.
39
Ibid. Hlm 161.
40
Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda karya, 2012), 157.
41
Nasution, Metode Research, (Jakarta Bumi Aksara, 2001), 143

25
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
grafis (table, catatan, notulen rapat, dll) foto-foto, film, rekaman video, benda-
benda dan hal-hal lain yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2013).
Data yang diperoleh dapat berupa arsip-arsip, dokumen, struktur keorganisasian,
visi dan misi, serta program yang ada di MTsN2 Kota Bandung.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data. Teknik yang dipakai
dalam pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Teknik observasi merupakan aktivitas peneliti yang langsung turun ke
lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu–individu di lokasi
penelitian.42 Teknik ini juga dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
intensif serta mendengarkan secermat mungkin sampai kepada hal yang sekecil–
kecilnya. Observasi yang penulis lakukan disini yaitu dengan mengumpulkan data
sebanyak–banyaknya tentang kegiatan yang berkenaan dengan fenomena-
fenomena manajemen kepala sekolah dan kinerja guru di MTsN2 Kota Bandung.
seperti kehadiran guru baik mengajar atau pun dalam kegiatan rapat, kedisiplian
dalam kegiatan mengajar didalam kelas dan patuh terhadap peraturan guru yang
ada di MTsN2 Kota Bandung.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapam dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Melalui kegiatan wawancara ini peneliti sebagai pewawancara
menanyakan pihak sekolah atau lembaga terkait kebutuhan penelitian. Data ini di
peroleh dengan metode wawancara, yang pelaksanaanya ditujukan kepada kepala
sekolah dan guru guru di MTsN2 Kota Bandung.

42
Jhon Creswell, Research Design:Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2013).

26
c. Dokumentasi
Dokumen digunakan untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan
manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTsN2 Kota
Bandung. Metode dekumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku-buku, majalah, notulen rabat, agenda
dan sebagainya.43 Metode ini di lakukan dengan tujuan agar mengetahui informasi
serta data yang valid dan tertulis di MTsN2 Kota Bandung.

5. Teknik analisis data


Analisis data “dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain”.44
Setelah melakukan wawancara, penulis menulis hasil wawancara tersebut ke
dalam transkrip. Selanjutnya, peneliti membaca secara cermat kemudian
melakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat
abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat
sesuai dengan konteks penelitian serta mengabaikan kata-kata yang tidak perlu
sehingga didapatkart inti kalimatnya saja.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik Triangulasi yaitu teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Apabila peneliti melakukan
pengumpulan dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. 45

6. Teknik penentuan keabsahan data


Setelah data dan informasi yang diperlukan telah terkumpul, tahap

43
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineke Cipta, 1993),
h. 202
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta CV, 2017),
45
Ibid hal 147

27
selanjutnya adalah menganalisis data dalam rangka menemukan makna sebuah
temuan. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif.
Analisis deskriptif adalah usaha mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
gejala peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.46
Analisis data dimaksudkan untuk menemukan unsur-unsur atau
bagianbagian yang berisikan kategori yang lebih kecil dari data penelitian.
Kegiatannya adalah dengan menyusun atau mengolah data agar dapat ditafsirkan
dengan lebih baik sebagaimana yang dikatakan Miles dan Huberman (1984)
dengan :

a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan
sebagai kuantifikasi data.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data
kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,
jaringan dan bagan.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah memberikan pernyataan akhir sebagai
rangkuman hasil temuan dengan memberikan penilaian atau pendapat.
Dengan kegiatan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
terhadap hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan
memberikan kemudahan bagi para pembaca dalam memahami proses dan hasil
penelitian manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MTsN2
Kota Bandung.
46
Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung:Sinar Baru, 1989), h. 64.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:


Rineke Cipta, 1993)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan praktik (Jakarta:
Rhineka Cipta, 2009)
Creswell, Jon, Jamen dan Donal Waltesr, Human Resources Management in
Education: Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan,
(Yogyakarta: Q Media, 2008)
Danim , Sudarwan, Visi Baru Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)

29
Effendy, Mochtar, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta: PT. Bhatara Karya, 1986)
Hasibuan, Malayu. S. P., Manajemen Dasar, Pengertisn dan Masalah, (Jakarta:
Bumi Aksara,2001)
Iskandar Engku Dan Siti Jubaedah, Sejarah Pendidikan Islam, ( Bandung:
Rosdakarya,2014),
J. Lexy. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
karya, 2012)
Jhon, Research Design:Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013).
Lukman & mukhtamar, dasar-dasar manajemen, ( jambi: timur laut aksara, 2018)
Ma’ruf, Jamal Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional: Paduan Quality Control Bagi Pelaku Lembaga Pendidikan,
(Yogyakarta: Diva Press, 2009)
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2008)
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004
Nasution, Metode Research, (Jakarta Bumi Aksara, 2001)
Pendidikan, Departemen Nasional, Instrumen Penilaian Kinerja Departemen
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dikdasmen, 2005),
Sondang P. Siaginan, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992),
Stephen R. Robbins, Perilaku Organisasi Jilid I, terjemahan Tim Indek, (Jakarta:
PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003)
Sudjana ,Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung :Sinar Baru
Algensido Offset, 2004)
Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung:Sinar Baru,
1989)
Sudrajat, Ahmad, Kemampuan Manjerial Kepala Sekolah, Di Akses Pada Tanggal
10 1pril 2015.

30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta CV, 2017)
Sulistyorini, Hubungan Antara Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi
dengan Kinerja Guru, (Jurnal Ilmu Pendidikan: 28 No I, 2001)
Sumanto, Wasty dan Hendayat Soetopo, Kepemimpinan dalam Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, t.t)
Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasai, (Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 1999)
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo
Gramedia, Widia Sarana Indonesia, 2002)
Tafsir, Ahmah Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan Pertengahan,
(Bandung :Rosdakarya, 2004)
Tilar,H. A. R., Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
Tim Dosen UPI, Manajmen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013)
Yamin, Martinis, Sertifikasi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta: Gung Persada
Press,2006)

31

Anda mungkin juga menyukai