Anda di halaman 1dari 32

METODE TANYA JAWAB NABI MŪSA DAN NABI KHIDIR SERTA

RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM


(TELAAH SURAT AL-KAHFI AYAT 60 – 82)

Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan ( M.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh :
MUSTAQIM
NIM: 219430260

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR’ÃN (IIQ) JAKARTA
TAHUN AKADEMIK : 1443 H / 2021 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul Metode Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir Serta Relevansinya
Terhadap Pendidikan Islam (Telaah Surat Al-Kahfi Ayat 60 – 82) yang disusun oleh
Mustaqim dengan Nomor Induk Mahasiswa 219430260 telah melalui proses bimbingan
dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di
sidang munaqasyah.

Pembimbing I Pembimbing II,

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. Dr. Fachruroji, M. Ud.


Tanggal : 28 November 2021 Tanggal : 26 November 2021
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul Metode Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir Serta Relevansinya
Terhadap Pendidikan Islam (Telaah Surat Al-Kahfi Ayat 60 – 82) yang disusun oleh
Mustaqim dengan Nomor Induk Mahasiswa 219430260 telah diujikan di sidang Munaqasyah
Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’ãn (IIQ) Jakarta pada tanggal 18 Januari 2022,
tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

No. Nama Jabatan dalam Tim Tanda Tangan

1 Dr. H. Azizan Fitriana, MA Ketua

2 Dr. KH. Abdul Halim., MM Sekretaris

3 Dr. KH. Ahmad Dimyati Anggota/Penguji I


Badruzzaman., MA

4 Dr. Ubaidillah Al Ghiffari Selamet Anggota/Penguji II


Lc., M.P.I

5 Dr. KH. Ahmad Munif Anggota/Pembimbing I


Suratmaputra, MA

6 Dr. Pahrurraji, M.Ud. Anggota/PembimbingII

Jakarta, 18 Januari 2022


Mengetahui
Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta

Dr. H. Azizan Fitriana, Lc, MA.


PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Mustaqim
NIM : 219430260
TTL : Dusun Anyar, 16 Juni 1980
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Metode Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir
Serta Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam (Telaah Surat Al-Kahfi Ayat 60 – 82)
adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan
dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.

Jakarta, 28 November 2021


Yang membuat pernyataan,
materai

MUSTAQIM
v

MOTTO

“Jadilah orang yang pandai mengkritik


serta memperbaiki diri sendiri”
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Metode tanya jawab Nabi Mūsa
dan Nabi Khidir serta relevansinya terhadap Pendidikan Islam”. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda Rasulullāh SAW, keluarganya, para sahabat dan orang – orang
yang selalu istiqamah meniti jalan kebaikan.
Tesis ini ditulis dalam rangka penyusunan penelitian ilmiah yang menjadi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Program Pascasarjana Pendidikan
Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur’ãn (IIQ) Jakarta. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tesis ini, oleh sebab itu penulis
mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang membangun untuk dapat memperbaiki
kekurangan dan kelemahan tersebut sehingga mampu menjadi karya tulis yang sistematis dan
bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dengan selesainya tesis ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Al-Maghfurlaha (almh) Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Rektor IIQ
2. Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH., M. Hum, Pjs Rektor IIQ Jakarta
3. Dr. H. Azizan Fitriana, Lc, MA, Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta
4. Dr. KH. Abdul Halim, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
5. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA Dosen Pembimbing I
6. Dr. Fachruroji, M.Ud., Dosen Pembimbing II
7. Dr. KH. Ahmad Dimyati Badruzzaman, MA, Dosen Penguji I
8. Dr. Ubaidillah Al Ghiffari Selamet, Lc, MPI, Dosen Penguji II
9. Para dosen Pascasarjana IIQ Jakarta
10. Staf Perpustakaan dan Karyawan IIQ Jakarta
Dengan senantiasa memohon rahmat Allah SWT semoga apa yang penulis lakukan
semoga bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Jakarta, 28 November 2021

Mustaqim
vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad
yang lain. Dalam penulisan tesis di IIQ, translitersi Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri
Agama RI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987
tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Nama Huruf Latin Nama


Arab

‫ا‬ Alif Tidak Tidak dilambangkan


dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ S� a ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Z� al Ż zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)


viii

‫ط‬ Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

œ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

2. Konsonan Rangkap karena Tasydid ditulis rangkap

‫ُمتَ َع ِّد َدة‬ Ditulis Muta’addidah

‫عِّدَّة‬ Ditulis ‘iddah

3. Ta’ Marbuthah di akhir kata


a. Bila dimatikan, ditulis h:

‫ِّخ ْد َمة‬ Ditulis Khidmah

‫َوْرَدة‬ Ditulis Wardah

Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata- kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat, dan sebagainya kecuali dikehendaki lafal
aslinya.
b. Bila Ta’ Marbūtah diikuti dengan kara sandang “al” serta bacaan kedua itu dipisah,
maka ditulis dengan h.
ix

‫َكَر َامةُ ْاْل َْولِّيَ ِّاء‬ Ditulis Karāmah al-auliyā’

c. Bila Ta’ Marbūtah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah dan dhammah ditulis
dalam bentuk huruf “t”

‫زَكاَةُ الْ ِّفطْ ِّر‬ Ditulis Zakāt al-Fitr

4. Vokal Pendek

ََ Fathah ditulis A

َِّ Kasrah ditulis I

َُ Dhammah ditulis U

5. Vokal Panjang
1 Fathah + alif ditulis Ᾱ

‫اهلِّيَّة‬
ِّ ‫ج‬
َ
ditulis jãhiliyyah

2 Fathah + ya’ mati ditulis

‫تَ ْن َسى‬ ditulis Tansã

3 Kasrah + ya’ mati ditulis

‫َك ِّرْي‬ ditulis Karῑm

4 Dhammah + wawu mati ditulis Ū

‫فُ ُرْوض‬ ditulis Furūd

6. Vokal Rangkap

1 Fathah + ya mati ditulis Ai

‫بَْي نَ ُك ْم‬ ditulis Bainakum

2 Fathah + wawu mati ditulis Au

‫قَ ْول‬ ditulis Qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

‫أَأَنْتُم‬ Ditulis a’antum

‫َّت‬ ِّ
ْ ‫أُعد‬
Ditulis u’iddat

‫لَئِّ ْن َش َك ْرُْت‬ Ditulis La’in syakartum

8. Kata Sanding Alif + Lam


x

a. Bila diikuti huruf Qamariah

‫أَلْ ُق ْرءا ُن‬ Ditulis Al-Qur’ãn

‫اس‬ ِّ
ُ َ‫اَلْقي‬
Ditulis Al-Qiyãs

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah, ditulis dengan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya
serta menghilangkan huruf l (el) -nya

ُ‫َلس َماء‬
َّ ‫أ‬ Ditulis As-samã’

‫س‬
ُ ‫َّم‬ْ ‫اَلش‬
Ditulis Asy-syams

9. Penulisan kata – kata dalam rangkaian ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ِّ ‫ذَ ِّوى الْ ُف ُرْو‬


‫ض‬ Ditulis Zawi al-furūd

‫السن َِّّة‬
ُّ ‫أ َْه ُل‬ Ditulis Ahl as-sunnah
xi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah serta shalawat dan salam kepada kekasih-Nya.
Dengan taufiq dan ridho-Nya, tesis ini dapat diselesaikan dan menjadi kado terindah untuk
hidupku. Dengan ini saya persembahkan tesis ini kepada :
1. Ayah dan Ibuku tercinta yang dengan doa’nya yang tiada henti menjadikan segalanya mudah
dan berkah.
2. Isteriku tercinta Farida Musthofa Hasan, Lc, MA. Atas waktunya dan bantuan pemikiranya
untuk tesisku ini.
3. Anak-anakku yang tersayang: Syifa Al Aufa, Syadi Al Aufa, Syauqi Al Aufa. Penyemangat
Ayah dalam beraktifitas dalam kehidupan.
4. Bapak Heru Sriwidodosari, General Manager PLN Pusertif. Atas motivasinya untuk
penulisan tesis ini.
5. Bapak Ahmad Yusuf, sutradara film yang saya hormati. Atas motivasi beliau kepada saya
untuk terus belajar dan kecintaan beliau kepada Al-Qur’ãn, ditengah kesibukan beliau yang
luar biasa begitu menginspirasi penulisan tesis ini.
6. Pak dhe Joko Setiono. Atas bantuan sistematika penulisan tesis.
7. Siapapun yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan tesis ini
semoga Allah meridhai setiap langkah kalian di jalan kebaikan.
xii

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ......................................................................................... ii


Pengesahan Penguji ................................................................................................. iii
Pernyataan Penulis ................................................................................................... iv
Motto ........................................................................................................................ v
Kata Pengantar .......................................................................................................... vi
Pedoman Transliterasi .............................................................................................. vii
Persembahan ............................................................................................................ xi
Daftar Isi ................................................................................................................... xii
Abstrak ..................................................................................................................... xiv
Al-Mulakhkhas.......................................................................................................... xv
Abstract ..................................................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Permasalahan ……………………………………………………………….. 6
1. Identifikasi masalah .................................................................................... 6
2. Pembatasan masalah ................................................................................... 7
3. Perumusan masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 7
E. Kajian Pustaka ................................................................................................. 8
F. Sistematikan Penulisan .................................................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Metode Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir……………………………11
1. Tanya Jawab dalam Perspektif Ulama……………………………………..11
2. Metode Dialog dan Tanya Jawab dalam Pendidikan………………………18
3. Pengertian Metode Tanya Jawab…………………………………………..18
4. Asas Metode Tanya Jawab…………………………………………………19
5. Sikap Guru Terhadap Pertanyaan Murid…………………………………...20
6. Sikap Guru Terhadap Jawaban Murid………………………………………21
7. Kelebihan dan Keistimewaan Metode Tanya Jawab……………………….22
xiii

8. Kekurangan dari Metode Tanya Jawab……………………………………. 22


B. Metode Tafsir dan Metode Memahami Al-Qur’ãn…………………………….. 45
C. Interaksi Guru dan Murid…………………………………………………….... 62
D. Pendidikan Islam………………………………………………………………. 72
E. Surat Al Kahfi…………………………………………………………………. 82

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Pendekatan penelitian ..................................................................................... 88
B. Jenis Penelitian ……………………………………………………………… 88
C. Pendekatan Penelitian………. ……................................................................ 91
D. Sumber Data ................................................................................................... 91
E. Tehnik pengumpulan data .............................................................................. 92
1. Analisis Data............................................................................................. 92
F. konsep Analisis Data ...................................................................................... 92

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Biographi Nabi Mūsa dan Nabi Khidir……………………………… 93
B. Analisis Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir. ………................95
C. Relevansi Tanya Jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir
Terhadap Pendidikan Islam …………………………………………151
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 165
B. Saran ................................................................................................................ 165
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 166
Curriculum Vitae .................................................................................................. 169
xiv

ABSTRAK

Mustaqim, ( NIM 219430260). Judul Tesis “Metode Tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi
Khidir serta Relevansinya terhadap Pendidikan Islam”. Program Pendidikan Agama Islam.
Program Pascasarjana, Institut Ilmu Al-Qur’an ( IIQ) Jakarta, tahun 2022.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi
Khidir dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 dan untuk menganalisa relevansi metode tanya jawab
antara keduanya dalam surat tersebut terhadap Pendidikan Islam.
Tesis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moh. Sya’roni Hasan dan (2019).
Persamaannya adalah pada surat Al Kahfi dan pada ayat yang sama tentang adab murid kepada
guru dalam pendidikan tasawuf. Sedangkan perbedaannya, terletak pada objek penelitian
dimana penelitian terdahulu meneliti tentang adab murid kepada guru dalam pendidikan
tasawuf, sementara penulis meneliti tentang metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir
serta relevansinya terhadap Pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menganalisa metode
tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir. Adapun sumber penelitian berupa sumber data primer
yang terdiri atau yang didapat dari tafsir-tafsir klasik dan juga tafsir-tafsir kontemporer,
Sementara itu data sekunder berupa buku, jurnal, tesis, undang – undang, data dan artikel yang
diperoleh dari internet, yang memiliki atau berkaitan dengan judul yang penulis teliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Metode tanya jawab Nabi Musa dan Nabi
Khidir dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 adalah Tanya jawab interaktif dan kritis dan dengan
menggunakan bahasa yang paling sopan dan lemah lembut. Nabi Khidir sebagai guru tidak
menjawab langsung terhadap pertanyaan Nabi Musa, karena sesuai kontrak belajar pada
awalnya, dan 2. Relevansi metode Tanya jawab antara keduanya dalam surat tersebut terhadap
pendidikan Islam sekarang adalah ada relevansinya, yaitu terbukanya ruang untuk tanya jawab
dalam proses pembelajaran, dengan demikian pendidikan doktrin dengan sendirinya dapat
diminimalisir dan seorang murid boleh bertanya secara kritis kepada gurunya, namun dengan
syarat-syarat dan adab-adab yang sudah ditentukan oleh agama, yaitu berdasarkan Al-Qur’an,
Sunnah dan penjelasan ulama.
Kata Kunci: Metode, tanya jawab, Nabi Mūsa, Nabi Khidir, Pendidikan Islam.
‫‪xv‬‬

‫َّصُ ُ‬
‫املُلَخ ُ‬

‫ل ُِميَُّ ِةُ‬
‫لّتُبُِيَّ ِةُُاُ ِلُسُ َُ‬
‫لُِمُ َُو َُع َلُُقَُتِ ِهُُُ ُِب َُّ‬ ‫يُ ُمُ ُو َُسىُُ َُواُ ُلُضُ ُِرُُ َُعُلَيُ ُِه َُم َُّ‬
‫اُالس َُ‬ ‫ُاَُل َُمنُ َُه ُجُُِفُُالسُ َُؤ ُِ‬
‫الُُ َُواُ ُلََُو ِ‬
‫ابُُُبَ َُ‬
‫مستقيم ‪٢١٩٤٣٠٢٦۰ :‬‬

‫الس َلِّم َو َعلَقَتُهُ‬ ‫ي ُم ْو َسى َواْلِّ ْ‬


‫ض ِّر َعلَْي ِّه َما َّ‬ ‫الس َؤ ِّال واْ َلو ِّ‬
‫اب بَْ َ‬ ‫ِّ‬
‫ف َع ِّن اْ ْملن َه ِّج ف ُّ َ َ‬ ‫َّعُّر ُ‬ ‫ِّ‬
‫ف م ْن َه َذا الْبَ ْحث ُه َو الت َ‬
‫اَ ْل ْد ُ ِّ‬
‫َ‬
‫ِّ‬ ‫الس َلم م ْكتُوبة ِّف سورةِّ اْل َك ْه ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬
‫لّتبِّيَّة اْ ِّل ْس َلميَّة ‪َ .‬وَهذه اْلق َّ‬
‫ف َوه َي أَيْضا َد ْرس لَنَا‬ ‫ُ َْ‬ ‫ضر َعلَْي ِّه َما َّ ُ َ ْ َ‬ ‫ي ُم ْو َسى َو خ ْ‬
‫صةُ بَْ َ‬ ‫ِّب َّ ْ‬
‫صة م ْشهورة لَ َدى اْلُ ِّ ِّ‬ ‫ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ‬
‫ي‪.‬‬‫مسلم ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ي اْْلُ ْستَاذ َوالت ْلمْيذ‪َ .‬وه َي ق َّ َ ُ ْ َ‬‫ِّف التَّ َع ُام ِّل بَْ َ‬
‫ك ِِّف اْلداب لطلب ف علم‬ ‫ث الَّ ِّذى قَدَّمه حممد شعراين حسن (‪ِّ )٢٠١٩‬‬ ‫ث ِّبلْبح ِّ‬
‫‪,‬وذَل َ‬
‫َ‬ ‫َُ‬ ‫يَتَ َوافَ ُق َه َذا البَ ْح ُ َ ْ‬
‫ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ‬ ‫ِّ‬
‫ث اْلداب عند الطلب جتاه اْلستاذ‬ ‫اس ِّة فهو أَنَّهُ يَْب َح ُ‬
‫التصوف جتاه اْلستاذ أو املعلم‪َ ,‬و َو ْجهُ اِل ْختَلَف لَذه الد َر َ‬
‫ف َع ْن املنهج ف السؤال والواب بي موسى والضر عليهما السلم وعلقته‬ ‫ِّ‬
‫ث الْ ُم َؤل ُ‬‫ف علم التصوف بَْي نَ َما يَْب َح ُ‬
‫بلّتبية السلمية‪.‬‬
‫ص ِّاد ُر‬ ‫ث مْن هجا و ْ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ‬ ‫ِّ‬
‫صفيًّا نَ ْوعيًّا م ْن خلَل التحليل والنقد لذه اْلايت من سورة الكهف‪َ ،‬وَم َ‬ ‫يَ ْستَ ْخد ُم َه َذا البَ ْح ُ َ َ َ‬
‫اثية‪ ،‬وكذلك من الكتب‬ ‫ت اِلََّولِّيَّ ِّة الَِِّّت َتَّ احلصو ُل علَي ها ِّمن ِّخلَِّل الكتب التفاسري الّت ِّ‬ ‫ص ِّاد ُر البَ يَ َ‬
‫اَن ِّ‬ ‫ِّ ِّ‬
‫ُ ُْ َ ْ َ ْ‬ ‫البَ ْحث ه َي َم َ‬
‫ِّ‬ ‫ت الثَانِّيَّةُ فَ ِّهي ِّف َشك ِّ‬
‫اَنت َو َم َقاِلَت‬
‫ي َو بَيَ َ‬‫ْل ُكتُب َو ََمَلَّت َو أَطُْرْو َحات َو قَ َوان ْ َ‬ ‫َ‬ ‫اَن ُ‬‫التفاسري العصرية‪َ ،‬و اََّما البَ يَ َ‬
‫ِّ ِّ ِّ‬ ‫ِّ‬
‫ت واليت لا علقة ف هذا البحث‪.‬‬ ‫ص ْو ُل َعلَْي َها م ْن َشبَ َكة ْاِلنِّْ ّْتن ْ‬ ‫َتَّ احلُ ُ‬
‫ث َمايَلِّى‪ :‬اَوِل أن املنهج ف السؤال والواب بي موسى وخضر هو سؤال حيوي ونقدي‬ ‫َويُثْبِّ ُ‬
‫ت َه َذا الْبَ ْح ُ‬
‫وأبسلوب لطيف ومؤدب‪َ .‬و ََثنِّيا أما اْلستاذ أو الضر ِل جييب مباشرة اْلسئلة من موسى وذلك بسبب العقد‬
‫بينه وبي موسى أبن ِل يسأل حِت يشرح الضر بعد الدرس أو التعليم‪.‬‬
‫أما العلقة بي املنهج ف السؤال والواب بلّتبية السلمية هي أن هذا املنهج ف السؤال والواب يشجع‬
‫الطلب ف محاستهم واهتمامهم ف الدرس مث َثنيا السؤال أحد الوسيلة للحصول على العلم‪ ,‬والسؤال أيضا قد‬
‫يكون نقاش بي الطالب واْلستاذ‪.‬‬
‫سةُُ‪ُُ:‬املنهجُ‪ُُ،‬السؤالُ‪ُ،‬الوابُُ‪ُ،‬موسىُُ‪ُُ،‬الضرُ‪ُ،‬الّتبيةُالسلمية‪ُ.‬‬ ‫ال َكلِماتُ َّ ِ‬
‫الرئي َ‬ ‫َ ُ‬
xvi

ABSTRACT

The method of question and answear of the Musa Prophet to the Khidir Prophet and
relationship to the Islamic Education
Mustaqim, 219430260

This thesis aims to analyze the question and the critic of the Musa Prophet to the Khidir
Prophet and relationship to the Islamic education, which so far to analice that question and the
critic from Musa Prophet to Khidir Prophet and how to relationship between the Islamic
Education. And the story between Prophet Musa and Prophet Khidir very famous in the Holy
Qur’an. Specially this story in the paper of Al Kahfi, verse 60-82.
This thesis similary with the research written by Mohamed Sya’roni Hasan (2019). The
similarity is to analyze the same surat abaout the characteristic of the tasawuf student. While
the difference, the research analyze about the characteristic of the tasawuf student , while this
research analyze question and the critic of Musa Prophet to Khidir Prophet and the relationship
between the Islamic Education.
This study uses a qualitative descriptive approach by analice the question and the critic
Musa Prophet to Khidir Prophet . The research sources in the form of primary data sources
classic tafsir books and modern tafsir books to. Meanwhile secondary data in the form of books,
journals, theses, laws, data and articles obtained from the internet, which have relations with
the tema of this thesis.
This thesis proves that: First, the student must use the most polite word when he speak to
his teacher and for the interaction with his teacher. Second, for the teacher, allowed to student
to ask with critic their teacher, but with the rule and with the adab of Islamic way.
And the relevance between this method and Islamic education is make the student
seriously and make sense of critic from their selve, and from this methode can get the
knowledges.
Keywords :method, question,answear, Musa Prophet, Khidir Prophet, Islamic Education.
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pengajaran atau attadrἷs merupakan kegiatan aktif antara seorang guru
dan murid baik di ruang kelas atau di ruang kuliah atau juga di laboratorium, makna ini
lebih luas dari pembelajaran atau atta’lἷm. Karena pengajaran merupakan kegiatan take
and give atau dialog dan proses interaksi antara murid dan guru. Sedangkan ta’lἷm hanya
guru yang aktif pada saat proses pembelajaran terjadi. 1 Demikian perbedaan antara
attadris dan atta’lim menurut ulama tarbiyah.
Dengan tekhnologi seperti sekarang ini, sangat mungkin murid lebih berilmu
dari gurunya sendiri. Karena ilmu dapat diakses dengan mudah, dan terkadang
kemampuan murid untuk mengakses ilmu dari internet misalnya lebih baik dari gurunya
sendiri. Hal ini membuat pengetahuan murid terkadang lebih baik dari gurunya sendiri.
Dan dalam hal tertentu, bisa jadi murid lebih teliti dan jeli dari gurunya.2 Ini merupakan
hal yang sangat mungkin terjadi.
Dalam pendidikan Islam , metode tanya jawab antara murid dan guru merupakan
salah satu metode yang sering digunakan. Namun tetap dalam praktek tanya jawab
tersebut murid dilarang mengkritik guru. Seorang murid dikatakan kurang beradab jika
berani mengkritik gurunya, dan murid pun takut kualat jika mengkritik gurunya. Bahkan
untuk perkara pilihan politik yang sifatnya ijtihādi pun, seorang murid takut untuk
mengkritik dan berbeda pendapat dengan guru atau kyai nya.3 Dari kenyataan seperti
ini dapat diketahui dalam tanya jawab ada Batasan yang tidak boleh dilakukan oleh
murid kepada gurunya.
Namun menurut Anisah Nandya dalam jurnalnya, jika interaksi murid dan guru
seperti itu dapat membunuh kreativitas murid itu sendiri, dan model pendidikan yang
hanya sami’na waatho’na seperti itu hanya cocok dengan materi tasawuf.4 Dan model
pendidikan seperti ini sudah tidak cocok lagi dengan pendidikan zaman sekarang.

1
Abdussalam Al Jaqnadi dkk, Al Mursyid Fi Thuruqi Al tadris Al amah, (Libya: Kulliyah Dakwah Al
Islamiyah, 2001) , Cet. ke-1, h. 12
2
Senata Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi “Kompetensi kepribadian guru perspektif tafsir al-sha’rawi
dalam QS. Al kahfi ayat 60-82” , dalam jurnal tasyri’, vol 27, no 1, april 2020
3
Ahmad Sodikin “ kontribusi pondok pesantren haji ya’qub lirboyo kediri dalam mengembangkan
Pendidikan politik di Indonesia, dalam jurnal dirasah, vol. 1, nmr 2, agustus 2018, h. 34
4
Anisa Nandya “Etika Murid terhadap guru ( analis kitab ta’lim muta’allim karangan Syaikh Az-Zarnuji”,
dalam jurnal Mudarrisa, vol 2 , no 1 , Juni 2010

1
2

Hal ini diperkuat oleh Nasrul Fauzi dan Ibnu Chuzaifah yang mengatakan
bahwa guru sendiri tidak boleh takut apalagi anti terhadap kritik. Hal ini tergambar
dalam konsep etika pendidik diantaranya menerima kebenaran yang diajukan oleh
peserta didiknya dan menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,
walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.5 Artinya ada ruang bagi murid
untuk mengkritik gurunya, dan guru pun membuka diri terhadap kritikan.
Lebih lanjut, Senata Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi menjelaskan tipologi
yang berkaitan dengan keberhasilan guru. Bahwa seorang guru yang fleksibel senantiasa
berfikir kritis dan terbuka secara psikologis. Dan bersedia menerima kritik secara lapang
dada.6 Keberhasilan dalam pendidikan salah satu faktor pentingnya adalah kemampuan
seorang guru dalam menerima kritik dari murid.
Dalam tradisi keilmuan Islam, dalam tanya jawab antara murid dan guru, kritik
murid kepada guru biasa terjadi. Imam Syafi’i adalah murid dari Imam Malik, beliau
mengormati dan memuliakan gurunya Imam Malik, akan tetapi tidak menghalangi
Imam Syafi’i untuk mengkritik Imam Malik. Imam Syafi’i juga berguru kepada
Muhammad bin Hasan, akan tetapi beliau tidak ragu untuk berdiskusi dalam banyak hal
sekaligus berbeda pendapat dengan guru beliau Muhammad bin Hasan yang merupakan
murid dari Imam Abu Hanifah tersebut.7 Dalam tanya jawab antara murid dan guru,
kritikan hal yang biasa dalam keilmuan dan pendidikan Islam.
Fenomena sebaliknya yang terjadi dalam dunia pendidikan banyak murid yang
kebablasan, murid menghina gurunya, bahkan ada murid yang mengajak berkelahi dan
menganiaya gurunya sendiri. Lebih parah lagi ada orang tua yang tidak terima anaknya
dihukum oleh guru anaknya, kemudian menghukum balik guru tersebut.8 Dan hal ini
sering terjadi di dunia pendidikan kita.
Oleh karenanya perlu ada sebuah penelitian untuk mencari titik temu antara
keduanya agar ketimpangan seperti ini dalam pendidikan kita tidak terjadi lagi. Satu sisi
pendidikan kita menentang keras yang namanya kritikan kepada guru, sementara sisi
lain murid dan orang tua murid kebablasan, berlaku kurang ajar bahkan menganiaya

5
Nasrul Fauzi, Ibnu Chudzaifah “ konsep pendidik dalam kisah nabi musa as dan nabi khidir as ( telaah QS
al kahfi ayat 65-82 dalam tafsir al mishbah), dalam jurnal al fikr, vol 3, no 1, juni 2017
6
Senata Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi “ kompetensi kepribadian guru perspektif tafsir al-sha’rawi
dalam QS Al kahfi ayat 60-82” , dalam jurnal tasyri’, vol 27, no 1, april 2020
7
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi, Dhawabitul Mashalah fi Syari’ah Islamiah, ( Damaskus: Darul
Fikr, 2005 ) , Cet. ke- 4, h. 19
8
Waffa Ruhul Baka “ Etika Murid Kepada Guru dalam surah alkahfi ayat 65-70 dan implementasinya pada
Pendidikan modern”, dalam jurnal raushan fikr , vol 9, no 1 januari-juni 2020
3

gurunya.
Padahal jika antara kewajiban dan hak ini terlaksana dengan baik, maka
manfaatnya akan kembali kepada keduanya. Guru yang tidak terlalu dikultuskan akan
lahir dalam dirinya sikap mawas diri, akan lahir keinginan untuk terus memperbaiki diri,
baik itu menambah keilmuan dan peningkatan diri dan lainnya. Murid pun disamping
tetap menaruh hormat dan sopan santun kepada gurunya, namun juga tetap ada pada
dirinya sikap kritis.
Jika kita membaca siroh Rasulullāh SAW dalam kapasitas beliau sebagai
pendidik para sahabat beliau, Rasulullāh SAW adalah seorang guru yang biasa
berdialog tanya jawab menerima saran dan kritikan para sahabatnya. Pada saat perang
Badar, ketika beliau menempatkan pasukan kaum muslimin beliau ditanya dan diajak
diskusi oleh salah seorang sahabat beliau akan kebijakan penempatan pasukan tersebut,
Sahabat yang Bernama Al Habbab bin Mundzir berkata: “ wahai Rasulullāh
bagaimana dengan tempat ini, apakah tempat yang baginda pilih untuk tempat kita dan
pasukan istirahat dan sebagai markas kita merupakan ijtihad anda sendiri, ataukah
merupakan wahyu? Rasul pun menjawab: “ ini hanya merupakan strategi dan taktik
perang saja.
Al Habbad bin Mundzir pun berkata lagi: “ jika demikian wahai Rasulullāh,
tempat ini bukanlah tempat yang terbaik untuk kita jadikan sebagai markas perang dan
tempat kita beristirahat, ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang terdekat dengan
musuh, kita membuat kubu pertahanan disana dan menggali sumur-sumur
dibelakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh.
Dengan demikian kita akan berperang dalam keadaan mempunyai persediaan air
minum yang cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum. Dan
Rasulullāh SAW menerima usulan sahabat tersebut dengan lapang dada.9 Demikianlah
dialog dan tanya jawab antara Rasulullāh SAW dan sahabatnya ini, beliau menerima
bersedia melakukan tanya jawab dengan sahabatnya, padahal beliau seorang yang
ma’shum.
Dalam perjanjian Hudaibiyah, sahabat beliau Umar bin Khattab tidak sungkan-
sungkan untuk bertanya kepada guru sekaligus pemimpin beliau Nabi Muhammad
SAW. Pada saat perjanjian Hudaibiyah sangat jelas bagaimana Umar bin Khattab
melakukan tanya jawab, bahkan dalam tanya jawab tersebut Umar bin Khattab sedikit

9
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi, Fiqh Sirah, (Damaskus: Darul Fikr, 2003), Cet. ke- 11, h. 157
4

mendebat kebijakan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW kala itu.
Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullāh ,” bukankah engkau merupakan
Nabi Allah? Nabi menjawab: “ benar”, Umar kembali berkata: “ bukankah engkau benar
dan musuh kita berada dalam kebatilan?”. Rasulullāh SAW kembali menjawab: “
benar”, kemudian Umar kembali bertanya,” bukankah setiap orang yang meninggal
sebagai syahid diantara kita tempatnya berada didalam surga Allah, dan yang meninggal
diantara mereka berada dalam neraka? Rasulullāh SAW kembali menjawab: “ benar”.
Umar kembali bertanya : “ jika demikian mengapa kita mengalah untuk agama
kita ?” Rasululllah SAW kembali bersabda: “ saya adalah Rasulullāh dan tidak
bermaksiat kepada Allah dan Allah merupakan penolongku.” Umar pun kembali
bertanya: “ bukankah engkau telah berkata kepada kita bahwa kita akan melakukan
umrah dan melakukan thawaf di sekitar ka’bah? Rasul menjawab: “ benar, bukankah
aku telah memberikan kabar ini kepadamu bahwa engkau akan mendatanginya pada
tahun ini?” Umar menjawab: “ tidak” dan tanya jawab ini terjadi antara Rasulullāh
SAW dengan Umar bin Khattab, setelah itupun Umar bin Khattab mendatangi Abu
Bakar Ash shiddiq dan menanyakan hal yang sama.10
Ketika Umar bin Khattab menjadi presiden, pada saat sedang berpidato
dihadapan rakyatnya beliau ditanya oleh seorang wanita. Setelah terjadi tanya jawab
dan beradu argumen dengan wanita tersebut, beliau menerima dengan senang hati
kritikan ataupun koreksian wanita tersebut. 11 Padahal selain sebagai presiden, beliau
juga merupakan al ‘asyaroh al mubasysaroh biljannah.
Imam Hasan Al-Bashri yang merupakan seorang tabi’in yang menjadi guru
mendapatkan kritik yang keras dari murid beliau yang bernama Washil bin ‘Atho
ketika terjadi tanya jawab antara Hasan Al-Bashri dengan muridnya tersebut. dan ini
juga merupakan awal mula munculnya aliran yang bernama mu’tazilah.
Asy syihristani berkata: suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Hasan Al
Bashri seraya berkata: “ wahai imam dalam agama, telah muncul di zaman kita ini
kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar. Dan dosa tersebut diyakini sebagai
suatu kekafiran yang dapat mengelurkan pelakunya dari agama, mereka adalah kaum
Khawarij. Sedangkan kelompok lainnya sangat toleran terhadap pelaku dosa besar, dan
dosa tersebut tidak berpengaruh kepada keimanan.

10
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi, Fiqh Sirah, ( Damaskus: Darul Fikr, 2003 ), Cet. ke-11, h. 232
11
M. Shabahur Rizqi,” Servant Leaders: Umar bin Khattab”, dalam buletin Al- Turas, no.1, vol. XXII,
januari 2016, h. 134
5

Karena dalam madzhab mereka, suatu amalan bukanlah rukun dari keimanan
dan kemaksiatan tidak berpengaruh terhadap keimanan sebagaimana ketaatan tidak
berpengaruh terhadap kekafiran, mereka adalah Murji’ah umat ini. Bagaimanakah
pendapatmu dalam permasalahan ini agar kami bisa menjadikannya sebagai prinsip
dalam beragama.
Hasan Al Bashri pun berpikir sejenak. Namun sebelum beliau menjawab, murid
beliau dengan lancangnya menjawab pertanyaan yang bukan untuk dirinya tersebut.
Setelah menjawab pertanyaan tersebut washil memisahkan diri dari gurunya. Sehingga
Imam Hasan Al Bashri berkata :” washil telah memisahkan diri dari kita”. 12 inilah salah
satu potret bagaimana interaksi antara murid dan guru, dan potret tanya jawab antara
murid kepada gurunya.
Al-Qur’ãn sebagai pedoman dan petunjuk kaum muslimin memberikan potret
yang jelas bagaimana proses yang terjadi antara Nabi Mūsa dan guru beliau Nabi Khidir.
Dalam proses interaksi tersebut Nabi Mūsa sebagai murid melakukan tanya jawab
kepada guru beliau Nabi Khidir, hal ini terekam dengan jelas dalam surat Al Kahfi. Dan
tanya jawab antara Nabi Mūsa dan Nabi Khidir tersebut shorῑhul ‘ibaroh.
Perintah agar bertanya kepada orang yang ‘alim atau orang yang ahli di bidang
ilmu tertentu terdapat dalam Al-Qur’an yang sangat jelas kalimatnya sebagaimana
firman Allah SWT :
ِّ ‫فَاسأَلُوا أَهل‬
‫الذ ْك ِّر إِّ ْن ُكنْ تُ ْم َِل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َْ ْ ْ
“ Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak
mengetahui.” ( Q. S Al-Anbiya’ ) ( 21): 7
Dalam proses belajar mengajar tersebut, walaupun Nabi Mūsa dalam tanya
jawab tersebut terlihat mengkritik guru beliau Nabi Khidir, namun hubungan beliau
berdua tetap baik. Sebagai murid Nabi Mūsa tetap menghormati guru beliau Nabi
Khidir. Sehingga pada saat Nabi Mūsa selesai belajar kepada gurunya Nabi Khidir,
beliau tetap meminta nasehat kepada gurunya tersebut, dan sang guru pun memberikan
nasehat sebelum melepas muridnya.13 Hal ini tentu saja pelajaran yang sangat berharga
bagi murid dan guru dalam pendidikan Islam saat ini.
Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah
metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir serta relevansinya terhadap Pendidikan

12
Rohidin, “Mu’tazilah, sejarah dan perkembangannya”. dalam Jurnal el-afkar, vol. 7, no II, Juli-Desember
2018, h. 2
13
Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir, (Damaskus:Darul fikr, 2005 ), Cet. ke- 8, h. 343
6

Islam. Dan Al-Qur’ãn surat Al Kahfi menjadi pertimbangan penulis karena Nabi Mūsa
berposisi sebagai murid dan Nabi Khidir berposisi sebagai guru. Maka penulis
memberikan judul Tesis ini “METODE TANYA JAWAB NABI MŪSA DAN NABI
KHIDIR SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM”
(Tela’ah Qur’an Surat Al Kahfi ayat 60-82).

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan tentang metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir serta
relevansinya terhadap pendidikan Islam di atas, jika dilihat dan dikaitkan dengan
pendidikan Islam harus dilihat dan dipahami dengan berbagai sudut pandang,
terutama jika dilihat dengan segala bentuk kegiatan belajar mengajar dan interaksi
antara murid dan guru.
Interaksi antara Nabi Mūsa sebagai murid kepada Nabi Khidir sebagai guru,
bisa dilihat dari perbedaan cara pandang mengenai student centre dan teacher
centre. Dari kedua cara pandang ini akan memberikan dampak yang besar dalam
proses belajar mengajar. Pendidikan yang berpusat pada siswa akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya, namun jika tanpa
dikontrol dengan baik dapat menyebabkan siswa kebablasan dalam bentindak dan
dapat menabrak adab terutama adab kepada guru.
Demikian juga pendidikan yang berpusat kepada guru dinilai tidak humanis
dan kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minat serta
kemampuan murid. Meskipun dalam hal pemenuhan target kurikulum lebih cepat
terpenuhi dibandingkan dengan student centre tersebut. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka penulis membuat identifikasi masalah yang kemungkinan
muncul dalam penelitian :
a. Pada proses pengajaran, ada kegiatan aktif antara guru dan murid.
b. Dengan tekhnologi seperti sekarang murid sangat mungkin lebih berilmu dari
gurunya sendiri.
c. Dalam pendidikan Islam metode tanya jawab antara murid dan guru biasa
dilakukan. Namun tanya jawab seperti ini masih merupakan hal yang tabu,
dianggap kurang beradab, khususnya pada materi tasawuf.
d. Fenomena yang lain, banyak murid yang kurang ajar kepada gurunya, bahkan
ada yang mengajak gurunya berkelahi.
7

e. Rasulullāh SAW merupakan seorang guru yang biasa melakukan tanya jawab
bahkan beliau menerima koreksian dari para murid dan sahabat-sahabat beliau.
f. Dalam Al-Qur’ãn, metode tanya jawab Nabi Mūsa sebagai murid kepada Nabi
Khidir sebagai guru, sangat jelas kalimatnya.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat komplek, Agar penulis dapat
fokus kepada topik yang sudah penulis tentukan, maka penelitian ini difokuskan
pada pada metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir serta relevansinya
terhadap pendidikan Islam (tela’ah surat Al Kahfi ayat 60-82).

3. Perumusan Masalah
Dengan melihat batasan masalah di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir dalam surat Al
Kahfi ayat 60-82?
2. Bagaimana relevansi metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir dalam
surat Al Kahfi ayat 60-82 terhadap pendidikan Islam modern?

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengalisa metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir dalam surat
Al Kahfi ayat 60-82.
2. Untuk mengalisa relevansi metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir
dalam surat Al Kahfi ayat 60-82 terhadap pendidikan Islam modern.

C. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini maka kegunaannya adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini akan memberikan khazanah keilmuan berkaitan dengan
pengajaran keislaman dan menjadi motivasi bagi para guru untuk terus meningkatkan
kualitasnya.
2. Secara praktis penelitian ini menjadi pengetahuan bagi pelajar Islam, tentang etika
murid ketika melakukan tanya jawab kepada guru, dan juga bermanfaat bagi para guru
8

tentang etika menerima pertanyaan dan kritikan dari murid, dalam proses tanya jawab
tersebut.

D. Kajian Pustaka
Salah satu kebutuhan ilmiah yang diperlukan dalam sebuah penelitian adalah kajian
pustaka yang berfungsi sebagai penjelas dan pembatas ruang lingkup permasalahan serta
penguatan teoritis dan praktis guna menghasilkan hasil studi yang aunthentic. Adapun
penelitian terdahulu yang menjadi kajian Pustaka dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Moh. Sya’roni Hasan dalam jurnal Qolamuna yang berjudul “Tafsir surat Al Kahfi ayat
66-78 tentang adab murid kepada guru dalam pendidikan tasawuf”, tahun 2019.14
Penelitian tersebut mengenai tafsir surat Al-Kahfi ayat 66-78 tentang adab murid kepada
guru dalam pendidikan tasawuf bahwa seorang murid yang belajar tasawuf harus
memiliki sifat, bersungguh-sungguh, tawadhu, tidak suuzhon kepada guru, taubat, tidak
memprotes guru, tidak mendikte guru, dan sabar.
Persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah terletak pada topik
pembahasan dalam surat al kahfi ayat 66-72 sebagai bahan penelitian dan metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu library research. Adapun perbedaannya terletak pada
objek penelitian dimana peneliti terdahulu meneliti tentang adab murid kepada guru
dalam pendidikan tasawuf sementara penulis meneliti tentang metode tanya jawab Nabi
Mūsa dan Nabi Khidir serta relevansinya terhadap pendidikan Islam.
2. Reinterpretasi kisah Nabi Mūsa dalam upaya menghadapi dekadensi moral, oleh
Mutaqin Al-Zamzami.15
Kesimpulan dari jurnal ini adalah: murid harus semangat dalam menuntut ilmu
walaupun jarak yang ditempuh jauh, seorang murid harus sopan kepada gurunya,
meminta arahan kepada guru, berbaik sangka kepada guru, tidak mudah tersinggung
kepada perkataan guru, taat kepada perintah guru, bertanya kepada guru setelah
mendapatkan izin, meminta maaf kepada guru bila melakukan kesalahan, dan siap
menerima hukuman.
Adapun metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah library research.

14
Moh. Sya’roni Hasan ,” tafsir surat Al Kahfi ayat 66-78 tentang adab murid kepada guru dalam
pendidikan tasawuf”,dalam jurnal Qolamuna, vol.5 , no. 1 juli 2019
15
Mutaqin Al- Zamzami,” etika menuntut ilmu dalam QS. Al -Kahfi ayat 60-82 reinterpretasi kisah Nabi
Musa dalam upaya menghadapi dekadensi moral pelajar”,dalam jurnal el tarbawi, no 1 , vol XI , tahun 2018
9

Persamaannya dengan penulis adalah sama-sama meneliti surat Al Kahfi. Sementara itu
yang menjadi perbedaan dengan penulis yang akan lakukan adalah penulis ingin
meneliti metode tanya jawab yang dilakukan oleh bagaimana Nabi Mūsa kepada Nabi
Khidir serta bagaimana relevansinya terhadap pendidikan Islam.
3. Studi terdahulu tentang etika murid kepada guru dalam surah Al Kahfi ayat 65-70 dan
implementasinya pada Pendidikan modern, oleh Waffa Ruhul Bakah. 16 Kesimpulan
dari jurnal ini adalah etika Nabi Mūsa kepada Nabi Khidir adalah: sopan santun, ta’at,
bersedia menerima sanksi, dan sabar.
Metode yang digunakan yaitu library research, dan yang menjadi perbedaan
dengan peneliti sebelumnya adalah penulis ingin fokus kepada metode tanya jawab
antara Nabi Mūsa kepada Nabi Khidir. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
meneliti surat Al Kahfi.
4. Studi terdahulu tentang kompetensi kepribadian guru perspektif tafsir al sya’rawi surat
al kahfi ayat 60-82, yang ditulis oleh Senata Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi. 17
Kesimpulan dari jurnal ini adalah kritikan terhadap rendahnya kompetensi guru, dan
dalam jurnal ini menjelaskan tujuh kompetensi kepribadian guru: tawadhu, menjaga
adab, tegas, semangat, bertanggung jawab, menghormati pendapat, dan menjaga
hubungan baik.
Metode yang digunakan adalah library research, Ada kemiripan dengan yang hendak
penulis teliti yaitu dalam jurnal ini peneliti tidak mengharamkan bagi murid untuk
melakukan tanya jawab walaupun dalam tanya jawab antara murid dan guru tersebut,
murid terkesan mengkritik gurunya. Sedangkan perbedaannya adalah dalam hal ini
penulis ingin fokus kepada metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir, serta
relevansinya terhadap pendidikan Islam.
5. Studi terdahulu tentang Implikasi Edukatif kisah Nabi Mūsa dan Nabi khidir dalam QS.
Al Kahfi ayat 60-82”, yang ditulis oleh Anita Fauziah dan Ahmad Syamsu Rizal.18
Kesimpulan dari jurnal ini adalah nilai-nilai yang dapat diimplikasikan terhadap konsep
pendidikan Islam yang meliputi: tujuan pendidikan yaitu pembinaan akhlak. Karakter
pendidik: sabar, bijaksana, ikhlas, mengenal kompetensi murid, berpengetahuan luas,

16
Waffa Ruhul Bakah,” Etika Murid Kepada Guru dalam Surah Al Kahfi ayat 65-70 dan Implementasinya
pada Pendidikan Modern”, dalam jurnal raushan fikr, no. 1, vol 9 , januari-juni 2020
17
Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi, Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Tafsir Al-Sya’rawi
Dalam QS. Al Kahfi 60-82”, dalam jurnal Tasyri’, no. 1 , vol 27, April 2020
18
Anita Fauziah dan Ahmad Syamsu Rizal,” Implikasi Edukatif Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Dalam
QS. Al Kahfi ayat 60-82 (studi literatur terhadap lima tafsir mu’tabarah),dalam jurnal Tarbawi, no 1, vol 6, Mei
2019.
10

menguasai materi dengan baik, pemaaf, dan tegas. Karakter peserta didik: sabar, patuh,
mempunyai tekad yang kuat, sopan dan rendah diri terhadap guru. Materi: akidah dan
akhlak. Metode: uswah hasanah dan tajribi. Media: sikap dan strategi guru.
Metode yang digunakan adalah library research. Perbedaan dengan peneliti lakukan
adalah peneliti terdahulu sama sekali tidak menyinggung bagaimana merode tanya
jawab antara Nabi Mūsa dan Nabi Khidir. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
meneliti surat Al Kahfi.

E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan; identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kajian pustaka, sistematika penulisan.
Bab II : Kajian teori tentang metode tanya jawab, Metode tafsir dan metode memahami
Al-Qur’ãn karena dalam penelitian ini menela’ah kisah Nabi Mūsa dan Nabi
Khidir, Pendidikan Islam, surat Al Kahfi,
Bab III : Metodologi Penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, jenis
penelitian, sumber data, tekhnik pengumpulan data, analisis data.
Bab IV : Pembahasan tentang analisa metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi
Khidir dalam surat Al Kahfi ayat 60-82, Analisa relevansi metode tanya jawab
Nabi Mūsa dan Nabi Khidir dalam surat Al Kahfi serta relevansinya terhadap
pendidikan Islam.
Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
165

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Tesis dengan judul “metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir serta
relevansinya terhadap pendidikan Islam ( tela’ah surat Al Kahfi ayat 60-82) penulis telah
membahasnya dalam pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode tanya jawab yang dilakukan oleh Nabi Musa adalah metode tanya jawab
interaktif dan kritis, dan dengan menggunakan bahasa yang paling sopan dan lemah
lembut.Nabi Khidir sebagai guru tidak menjawab langsung terhadap pertanyaan Nabi
Musa dikarenakan sesuai dengan kesepakatan awal atau kontrak belajar yang disepakati
oleh Nabi Musa sebagai murid dan Nabi Khidir sebagai guru, bahwa Nabi Musa tidak
boleh bertanya sampai beliau Nabi Khidir menjelaskan sendiri.
2. Relevansi metode tanya jawab Nabi Mūsa dan Nabi Khidir dalam surat Al Kahfi ayat
60-82 terhadap pendidikan Islam sekarang adalah ada relevansinya, yaitu terbukanya
ruang untuk tanya jawab dalam proses pembelajaran, dengan demikian pendidikan
doktrin dengan sendirinya dapat diminimalisir dan seorang murid boleh bertanya secara
kritis kepada gurunya, namun dengan syarat-syarat dan adab-adab yang sudah ditentukan
oleh agama, yaitu berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah dan penjelasan para ulama.
B. Saran
Dari berbagai paparan di atas yang penulis kemukakan, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru atau pendidik hendaknya memiliki sikap yang terbuka kepada murid ,
menghidupkan metode tanya jawab sehingga tercipta suasana yang harmonis dalam
kegiatan belajar-mengajar dan lebih menghargai keaktifan murid dan
mengarahkannya agar tetap berapa dalam koridor yang benar.
2. Bagi masyarakat: hal ini dapat berfungsi sebagai tambahan ilmu yang dapat
digunakan sebagai panduan untuk menjadikan budaya saling menghormati dengan
guru dan pendidik, namun tetap membuka ruang tanya jawab antara murid dan
guru.
3. Bagi murid: apa yang penulis bahas ini dapat menjadi panduan bagaimana
berinteraksi dengan guru, terutama cara bagaimana bertanya dengan baik kepada
166

guru, serta jika memang harus bertanya secara kritis dapat menyampaikannya
dengan baik pula.
167

DAFTAR PUSTAKA

Al Jaqnadi, Abdussalam, Al Mursyid Fi Thuruqi al tadris al amah, Libya: Kulliyah Dakwah


Al Islamiyah) ,
Al Buthi, Muhammad Sa’id Ramadhan, Dhawabitul Mashalah Fi syari’al Islamiah, Damaskus:
Darul Fikr ) , 2005.
Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Khawarij dan Syiah dalam timbangan Ahlu sunnah wal jama’ah,
Pustaka Al Kautsar, 2007.
Al Buthi, Muhammad Sa’id Ramadhan, Alla Madzhabiyyah Akhthoru Bida’atin Tuhaddidu
Asyyariah al Islamiyyah , Damaskus: Dar alfarobi, 2005.
Al Buthi, Muhammad Sa’id Ramadhan, fiqh sirah, Damaskus: Darul fikr, 2003.
Al Ukkam, Muhammad Faruq, Tarikh Tasyri’, Universitas Damaskus.
Al- Zamzami, Mutaqin,” etika menuntut ilmu dalam QS. Al -Kahfi ayat 60-82 reinterpretasi
kisah Nabi Mūsa dalam upaya menghadapi dekadensi moral pelajar”, jurnal el tarbawi,
vol. 11 No. 1. tahun 2018
Aminah, konsep ilmu laduni dalam kisah Nabi Mūsa dan Nabi Khidir, jurnal alfath, vol. 14
No.2, Desember 2020
Anwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pelajar Offset , 2001.
Azzarqani, Muhammad Abdul Azim , Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an , Beirut: Darul fikr
Annuhas, Abi Ja’far, tafsir Ma’anil Qur’an, Mesir: Darul hadits , 2004.
Al Baghdadi, Abu fadhl Syihabuddin Assayyid Alusi , Ruhul Ma’ani fi Tafsiril Qur’anil ‘adzim
wa Sab’ul Ma’ani, Kairo: Darul Hadits.
Baka, Waffa Ruhul, “Etika Murid Kepada Guru dalam surah alkahfi ayat 65-70 dan
implementasinya pada Pendidikan modern”, jurnal raushan fikr, vol 9 No 1 Januari-Juni
2020.
Prasetia, Senata Adi dan Fahmi, Muhammad “Kompetensi kepribadian guru perspektif tafsir
al-sha’rawi dalam QS. Al kahfi ayat 60-82” , jurnal tasyri’, vol 27 No. 1 april 2020
Nandya, Anisa “Etika Murid terhadap guru ( analis kitab ta’lim muta’allim karangan Syaikh
Az-Zarnuji”, jurnal Mudarrisa, vol 2 No. 1 Juni 2010.
Fauzi, Nasrul, Chudzaifah, Ibnu, “ konsep pendidik dalam kisah Nabi Mūsa as dan nabi khidir
as ( telaah QS al kahfi ayat 65-82 dalam tafsir al mishbah), jurnal al fikr, Vol. 3 No. 1
juni 2017.
M. Shabahur Rizqi,” Servant Leaders: Umar bin Khattab”, buletin Al- Turas, vol. 22 No. 1
januari 2016.
Rohidin, “ mu’tazilah, sejarah dan perkembangannya”. jurnal el-afkar, vol. 7, no. 2 , juli-
desember 2018.
Sodikin, Ahmad, “kontribusi pondok pesantren haji ya’qub lirboyo kediri dalam
mengembangkan Pendidikan politik di Indonesia, dalam jurnal dirasah, vol. 1, nmr 2,
agustus 2018.
Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir, (Darul fikr- Damaskus), 2005.
168

Moh. Sya’roni Hasan ,” tafsir surat Al Kahfi ayat 66-78 tentang adab murid kepada guru dalam
pendidikan tasawuf”,dalam jurnal Qolamuna, vol.5 , no. 1 juli 2019
Adi Prasetia dan Muhammad Fahmi ,” Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Tafsir Al-
Sya’rawi Dalam QS. Al Kahfi 60-82”, dalam jurnal Tasyri’, no. 1, vol 27, April 2020
Anita Fauziah dan Ahmad Syamsu Rizal,” Implikasi Edukatif Kisah Nabi Mūsa dan Nabi
Khidir Dalam QS. Al Kahfi ayat 60-82 (studi literatur terhadap lima tafsir
mu’tabarah),dalam jurnal Tarbawi, no 1, vol 6, Mei 2019.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, penerbit balai Pustaka, edisi kelima -2017.
Imam al allamah ibn mandzur, lisanul ‘Arob, ( Kairo: Darul hadits),
Ma’zumi, Pendidikan dalam perspektif Al-Qur’ãn dan sunnah: kajian atas istilah tarbiyah,
ta’lim, tadris, ta’dib, dan tazkiyah, dalam jurnal tarbawy , vol 6, no.2, 2019, h. 200
Mulkhan, Abdul Munir, “kritik sebagai metode dan etika ilmuan dalam merekonstruksi
Pendidikan Islam dan pemberdayaan Umat”,dalam JPI Fakultas Tarbiyah UII, 2/1/96.
Setyowati, Agnes, kritik dan bersikap kritis dalam keseharian kita, dalam Kompas.com, 19-02-
2021.
Imam Qurthubi, Al jami’ la ahkamil qur’an, ( Lebanon: Dar fikr) , 2003.
M. Shabahur Rizki, “ servent leaders : Umar bin Khattab “, dalam bulletin Al Turats, no.1 , vol
XXII, januari 2016
Arief Rifkiawan Hamzah, konsep Pendidikan dalam konsep Islam perspektif Ahmad Tafsir,
dalam jurnal al- tajdid 2017.
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Amzah), 2011.
Ibnu Hajar Al Asqolani, Fathul Bari ,
Abdullah nashih ulwan, pendidikan anak dalam islam, ( Jakarta: pustaka amani),1999.
Ahmad Tafsir, ilmu Pendidikan dalam perspektif islam, Remaja Rosdakarya- Bandung, cet-8,
2008.
Ahmad muhakamurrohman, pesantren: santri, kyai dan tradisi, dalam jurnal Ibda’, vol.12, no.2,
2014.
Sa’id Hawwa, mensucikan jiwa, robbani press-jakarta, cet-3, 2000.
Putri Ani Dalimunthe,Peserta didik dalam perspektif Pendidikan Islam, dalam jurnal ihya al
arobiyyah, vol. 2, 2017.
Imam Nawawi, attibyan fi adabi hamalatil qur’an, Al Hidayah -Surabaya.
Muhammad Nur bin Abdul Hafidz Suwaid, manhaj tarbiyyah annabawiyyah li athtifli, Dar ibn
katsir- damaskus cet ke-16, tahun 2017.
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Pustaka Al Husna-Jakarta , 1992.
Toto Suharto, filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta : Ar ruzz 2006, cet-1.
Muhammad ‘Ali Ashshobuni, tafsir ayatul ahkam minal qur’an, darul jil-Mesir, cet-1 2001.
Yayan Ridwan, ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Sedaun, 2011, cet-1.
Ahmad Syaripudin, konsep Pendidikan pada kisah Nabi Khidir as dengan Nabi Mūsa dalam
Al-Qur’ãn dan Implikasinya terhadap konsep Pendidikan Islam, dalam jurnal Tarbawy,
vol.5 , no. 2 ,2018.
169

Imam syafi’i, pondok pesantren: lembaga pembentukan Pendidikan karakter, dalam jurnal al-
tadzkiyyah, vol.8, no.1, 2017.
Mahmud, metode penelitian Pendidikan, cv Pustaka setia, Bandung , tahun cetakan 2011
Malik, Hatta Abdul, naqd al hadits sebagai metode kritik kredibilitas informasi Islam , dalam
journal of Islamic studies and humanities, vol. 1, no.1 , 2016,
Sutrisno Hadi, Metodelogi Reaserch, Andi Offset, Yogyakarta, 2002.
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, metode penelitian kualitatif, cv Pustaka setia Bandung,
cet- ke 2, tahun 2012.
Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, Pustaka pelajar offset, Yogyakarta, cet-3.
Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian,Arruz
media, Jogjakarta, cet-3, 2006.
Sumanto, Teori dan Metode Penelitian, center of academic publishing service, Yogyakarta,
2004
Abu Fida’ Al Hafidz Ibn Katsir, Al bidayah wa nihayah, Darul hadits-Kairo, jilid pertama, 2004
Departemen agama RI , Al-Qur’ãn dan terjemah, 2010.
Imaduddin Abu Fida’ Ibn Katsir, mukhtashor ibn katsir, almaktabah al ‘ashriyyah-Beirut- 2007,
juz 2.
Said hawwa, Al asas fi tafsir , Darussalam-Kairo, cet-6 2003
Imam Nawawi, attibyan fi adabi hamalatil qur’an, Al Hidayah-Surabaya
Mutaqin Al-Zamzami, etika menuntut ilmu dalam q.s Alkahfi ayat 60-82 , dalam jurnal el-
tarbawi 2018
Muhammad Thahir ibn ‘Asyur, tafsir Attahrir wa attanwir, Dar sahnun – Tunisia.
Abi Ja’far Annuhas, tafsir Ma’anil Qur’an, Darul hadits -Mesir, juz 2- 2004.
Imam Abdurrahman bin Nashir Assa’di ,taysir al karim al Rahman fi tafsir kalamil mannan,
Darul hadits- Kairo- 2005.
Al Imam Muhammad Abu Zuhroh, zahrotu al tafasir, jilid ke 9,Dar fikr al ‘arobi Kairo
Muhammad Thahir ibn ‘Asyur, tafsir Attahrir wa attanwir, Dar sahnun -Tunisia
170

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Mustaqim Hajati

TTL : Dusun Anyar, 16 Juni 1980

Alamat : Jl. Warung Silah RT 002 RW 005 Kelurahan Ciganjur Jakarta


Selatan

Istri : Farida Mustofa Hasan, Lc

Anak : Syifa Al Aufa


Syadi Al Aufa
Syauqi Al aufa

Riwayat Pendidikan : SDN 38 Lubuk Linggau, Sumatera Selatan


MTsN Lubuk Linggau, Sumatera Selatan
MAK Raudhatul Ulum , Palembang
STAI Acprilesma Indonesia, Jakarta
Pasca Sarjana IIQ Jakarta

Riwayat Organisasi : Ketua Muhammadiyah cabang istimewa Damaskus-Syria


Departemen Luar Negeri, Asosiasi Muballigh Muballighoh Indonesia

Pengalaman Kerja : Kontributor tidak tetap BBC London edisi bahasa Indonesia, wilayah
Timur Tengah.
Penerjemah Arab- Melayu, Aqsha Syarif, Malaysia.
Dosen Institut Agama Islam Jamiat Kheir, Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai