Anda di halaman 1dari 174

ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM

DALAM PEMBINAAN KARAKTER ISLAMI


SISWA SMA AL HASRA DEPOK

Tesis

Diajukan untuk Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Pendidikan (M. Pd.)
Pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh

Dedi Santosa

(21180181000041)

PROGRAM STUDI

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman pada


buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality Development dan Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan
ARAB NAMA LATIN KETERANGAN
‫ا‬ Alif - Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba‟ B Be

‫ت‬ Ta‟ T Te

‫ث‬ Tsa‟ Ts Te dan es

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah

‫خ‬ Kha‟ Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Dzal Dz De dan zet

‫ر‬ Ra‟ R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah

‫ض‬ Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah

‫ط‬ Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah

‫ظ‬ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah

‫ع‬ „Ain „ Koma terbalik

‫غ‬ Ghain Gh Ge dan ha

‫ف‬ Fa F Fa

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

vi
‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha‟ H Ha

‫ء‬ Hamzah „ Apstrof

‫ي‬ Ya‟ Y Ye

B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal, vocal rangkap, dan
vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
‫َا‬ Fatḥaḥ A A

َ‫ا‬ Kasraḥ I I

َ‫ا‬ Ḍammaḥ U U
Contoh:
َ‫ نصر‬: Naṣaara dan َ‫ كتب‬: Kataba
2. Vokal rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

‫ىي‬ Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I

‫ىو‬ Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U


Contoh:
َ‫ ليس‬: Laisa ‫ حول‬: ḥaula
3. Vokal panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Ā
‫با‬ Fatḥaḥ dan Ba A dengan garis di atas
Ī
‫بي‬ Kasrih dan Ba I dengan garis di atas
Ḍammah dan Ba Ȗ
‫بو‬ U dengan garis di atas

vii
ABSTRAK

Dedi Santosa (NIM : 21180181000041) Analisis Implementasi Manajemen


Kurikulum dalam Pembinaan Karakter Islami Siswa SMA Al Hasra Depok.
Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujan untuk menemukan pola penerapan manajemen
kurikulum dalam membina karakter islami siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan
analisis dokumen. Analisis data menggunakan model alir dengan langkah reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2008 : 90)
Penelitian ini berkesimpulan bahwa SMA Al Hasra Depok telah
melaksanakan proses manajemen kurikulum pembinaan karakter islami mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dengan koordinasi yang baik antara
yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan wali murid sehingga
dapat mencapai visi sekolah yaitu memiliki lulusan yang berkepribadian islami.
kesimpulan ini merupakan pengembangan teori Rusman (2011 : 3) yang
menyatakan bahwa proses manajemen kurikulum sangatlah penting agar
pelaksanaan pendidikan dapat berjalan secara tepat dan dapat mencapai sasaranya.

Kata kunci : Manajemen kurikulum, Pembinaan karakter

viii
ABSTRACT

DediSantosa (NIM: 21180181000041) Analysis of curriculum Management in


Islamic character development Al Hasra Depok High school students. The Magister
of Islamic Education management, Faculty of Tarbiyah and the teaching of UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research was to find a pattern of implementing curriculum management in the


building of students ' Islamic character. This research is a qualitative study using
observation methods, interviews, and document analysis. Data analysis using flow
model with data reduction step, data presentation, and conclusion withdrawal
(Sugiyono, 2008:90)
This research concluded that Al Hasra's SMA Depok has carried out the process of
curriculum management of Islamic character development ranging from planning,
implementation, to evaluation with good coordination between the foundation, the
school principal, vice principal, teachers, and parents so that it can achieve the
school's vision that has an Islamic graduate. This conclusion is the development of
the Theory of Rusman (2011:3) stating that the process of curriculum management
is very important in order to conduct education can run precisely and can reach the
event.

Keywords: curriculum management, character coaching

ix
‫ص‬
‫ُملَخ ٌ‬

‫اه ِج ِف تَن ِميَ ِة‬ ‫ِدي ِدي سان ت وسو (رقم ال َقي ِد ‪َ )32211212111112‬تلِيل تَطبِي ِق إِدارةِ الن ِ‬
‫ََ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ ُ َُ‬
‫َ‬
‫ب مدرس ِة السرى الثانَ ِوي ِة ا ِلس َل ِمي ِة ِدي ب وك‪ .‬قِسم ِدراس ِة م ِ‬
‫اجستِ ِي‬ ‫ُ ََ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬
‫الشخصية الس َلمية ََن َو طُل َ َ َ َ َ‬
‫ِِ ِ ِِ‬
‫إِ َد َارةُ الت ربِي ِة ا ِلس َل ِمي ِة‪ُ ،‬كليةُ الت ربِي ِة ِبَ ِام َع ِة َش ِريف ِه َدايَةُ اللِ ا ِلس َل ِمي ِة الُ ُكوِمي ِة َجا َكرتَا‪.‬‬
‫اه ِج‬ ‫ُيلص ٰه َذا البحث إِ َل َن مدرس ِة السرى الثانَ ِوي ِة ا ِلس َل ِمي ِة ِدي ب وك قَد نَف َذ عملِيةَ إِدارِة الن ِ‬
‫ََ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ََ َ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ُ‬
‫ٍ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ي‬‫الد َراسية لتَ ع ِزي ِز الشخصية ا ِلس َلمية بَدءًا م َن التخطيط َوالت نفيذ َوالت قيِي ِم بِتَ نسي ٍق َجيد بَ َ‬
‫ب َحَّت يَتَ َمكنُوا ِمن َت ِقي ِق ُرؤيَِة الد َر َس ِة‬ ‫ي وَولِي ِاء الطُل ِ‬ ‫س الد َر َس ِة َونُوابِِه َوال َدرِس‬ ‫ات َوَرئِي ِ‬‫الؤسس ِ‬
‫ِ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َُ َ‬
‫اج ُه َو تَطَوٌر نَظَ ِري ل َف ِري ِق تَط ِوي ِر‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ٍ ِ ٍِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوه َي َن يَ ُكو َن َلَا خريُو َن ذَ ِوي َشخصيات إس َلمية‪ٰ .‬ه َذا الستنتَ ُ‬
‫ث ُي ِك ُن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫عُلُوم الت علي ِم (‪َ ) 221 :3112‬وال ِت تَنُص َعلَى َن َع َمليةَ إِ َد َارةِ النَاه ِج ُم ِهمةٌ للغَايَِة ِبَي ُ‬
‫َ‬ ‫ِ‬ ‫تَن ِفي َذ الت علِي ِم بِ َشك ٍل منَ ِ‬
‫ك َن ُيَق َق َ َه َدافَهُ‪.‬‬ ‫ب َوُي ِك ُن َك ٰذل َ‬ ‫اس ٍ‬ ‫ُ‬
‫ال َكلِمةُ الرئِي ِسيةُ ‪ :‬إِدارةُ الن ه ِج‪ ،‬بِنَاء الشخ ِ‬
‫صي ِة‬ ‫ُ‬ ‫ََ ََ‬ ‫َ‬

‫‪x‬‬
KATA PENGANTAR

AlhamdulillahiRabbil Alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Selawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW sebagai panutan kita semua.
Tesis ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S2 Prodi
Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Analisis
Implementasi Manajemen Kurikulum dalam Pembinaan Karakter Islami Siswa
SMA Al Hasra Depok”
Dengan diselesaikannya penyusunan tesis ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta jajarannya;
2. Dr. Hj. Sururin, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan berserta jajarannya.
3. Dr. Jejen Musfah, M.A selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam dan
serta Muslikh Amrullah, M.Pd selaku Sekretaris Program Magister Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis;
4. Dr. Fauzan, M. A selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu di
tengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis;
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terkhusus dosen
Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam yang telah memberikan segenap
dedikasi dan ilmu pengetahuan selama penulis menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kepada kedua orang tua, Bapak Pujiana
dan Ibu Kaswati, yang tiada hentinya memanjatkan doa dan usaha untuk
keberhasilan putranya, kepada kakak tunggal Empi Puji Wati dan suami, serta
Alif Nurohman keponakan teraktif atas dukungan, semangat dan doa;
7. Kawan Seperjuangan Magister MPI, terkhusus MPI B angkatan 2018 yang
telah menjadi kawan berproses sampai tesis ini diselesikan;
8. Sahabat seperjuangan Akbar, Ibnu, Aziz, dan Fathur yang senantiasa memberi
masukan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini;

xi
9. Antik Handayani, S. Pd. selaku kepala sekolah, dan segenap guru dan
karyawan SMA Al Hasra Depok yang telah memberikan kesempatan dan
bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian;
10. Teruntuk adinda Raehani, terimakasih.

Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu, yang telah
membantu hingga terselesaikannya tesis ini. Penulis berdoa dan berharap semoga
seluruh doa dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran serta masukan yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta
dunia pendidikan.
Jakarta, 26 Juli 2020

Dedi Santosa

xii
DAFTAR ISI

COVER
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 8
D. Rumusan Masalah .............................................................. 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 10
F. Maanfaat Penelitian ........................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI


A. Analisis Implementasi ....................................................... 11
B. Manajemen Kurikulum ...................................................... 12
1. Pengertian Manajemen Kurikulum ............................. 12
2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum ..................... 13
C. Pembinaan Karakter ........................................................... 39
1. Pengertian Pembinaan Karakter ................................. 39
2. Tujuan Pembinaan Karakter ....................................... 41
3. Peran Guru dalam Pembinaan Karakter ..................... 46
4. Pilar Pembinaan Karakter ........................................... 47
D. Karakter Islami .................................................................. 49
1. Pengertian Karakter Islami ......................................... 49
2. Karakter Islami Berdasarkan Al Quran ...................... 50
3. Karakter Islami Rasulullah ......................................... 54
4. Metode Pembinaan Karakter Islami di Sekolah ......... 55
5. Peran Sekolah dalam Pembinaan Karakter Islami ...... 57
E. Undang-undang Penguatan Pembinaan Karakter .............. 60
F. Penelitian yang Relevan .................................................... 64
G. Kerangka Konseptual ......................................................... 66

xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian .............................. 68
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 69
C. Sumber Data Penelitian ..................................................... 69
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 70
E. Uji Kredibilitas .................................................................. 72
F. Teknik Analisi Data ........................................................... 72
G. Instrumen Penelitian .......................................................... 73

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Temuan ..................................................................... 77
1. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi
SMA Al Hasra Depok .................................................. 77
2. Kurikulum Pembinaan Karakter Islami
Siswa SMA Al Hasra Depok ....................................... 83
B. Pembahasan ....................................................................... 84
1. Kurikulum di SMA Al Hasra Depok ........................... 84
2. Analisis Kurikulum Pembinaan Karakter SMA Al
Hasra Depok dengan Prmendikbud No. 20 Tahun
2018 tentang Pengembangan Pendidikan
Karakter ...................................................................... 88
3. Proses Manajemen Kurikulum Pembinaan Karakter
Islam SMA Al Hasra Depok ....................................... 92
4. Analisis Implementasi Manajemen Kurikulum
dalam Pembinaan Karakter di SMA Al Hasra Depok 94
5. Faktor Pendukung Manajemen Kurikulum
Pembinaan Karakter Islami
Siswa SMA Al Hasra Depok ....................................... 116
6. Faktor Penghambat Manajemen Kurikulum
Pembinaan Karakter Islami
Siswa SMA Al Hasra Depok ....................................... 119

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................ 120
B. Saran .................................................................................. 121

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 122


LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................ 69


Tabel 3.2 Subjek Penelitian ............................................................... 70
Tabel 3.3 Kategori Informasi Lapangan ............................................ 74
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pengamatan ......................................................... 75
Tabel 3.5 Kisi-kisi wawancara........................................................... 75
Tabel 4.1 Indikator Visi SMA Al Hasra ............................................ 89
Tabel 4.2 Nama-nama pembimbing T-Qurani ................................... 104
Tabel 4.3 Pelaksanaan Program ALHSR Spiritual Camp ............... 105
Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Keputrian ....................................... 106
Tabel 4.5 Jadwal Pengajian Kelas .................................................... 107
Tabel 4.6 Laporan Pelaksanaan Program Keagamaan SMA Al
Hasra ................................................................................. 112

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ..................................... 66


Gambar 4.1 Bagan Proses Pembinaan Karakter Islami Siswa di
SMA Al Hasra ................................................................. 93

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek utama membangun
peradaban. Pendidikan yang bermutu menghasilkan generasi berkualitas.
Melalui pendidikan, sikap dan nilai sumber daya manusia dikembangkan
secara sistematis dan tererencana sehingga setelah melewati berbagai
proses, SDMakan semakin tinggi nilainya, baik dipandang secara ekonomis,
sosial-budaya, kepribadian bangsa; maupun nilai-nilai yang lebih bermakna
bagi pembangunan bangsa. Seperti hasil penelitian Sinthia Dewi (2016:2)
dalam Jurnalnya yang berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawanyang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif dari 1) tingkat pendidikan dan pengembangan
karir terhadap kinerja karyawan, 2) tingkat pendidikan terhadap karirnya, 3)
tingkat pendidikan terhadap kinerja karyawan , 4) pengembangan karir
terhadap kinerja karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat Nur Abadi.
Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa semakin tinggi jenjang
pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan dan
keterampilannya sehingga dapat menyumbangkan produktivitas yang
dimilikinya terhadap kesejahteraan diri dan masyarakat sekitar, tentunya
bagi perusahaan atau organisasi tempat berkarir.
Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan di atas, bahwa
pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas manusia, melalui
berbagai aspek yaitu: aspek pengetahuan (kognitif), kemampuan
mengerjakan sesuatu (psikomotorik), serta pembentukan sifat, karakter,
yang terwujud melalui perilaku (afektif), dimana masing-masing aspek
memiliki karakteristik dan cara yang berbeda dalam
mengimplementasikannya sehingga diperlukan suatu acuan atau patokan
sebagai pedoman proses pembelajaran. Pedoman proses pembelajaran
tersebut lazim disebut dengan kurikulum. Kurikulum dalam suatu system
pendidikan merupakan komponen yang penting. Dikatakan demikian
karena kurikulum merupakan acuan dalam penyelenggaraan proses belajar-
mengajar. Namun pada realitanya, masih banyak sekolah baik tingkat dasar
sampai menengah atas yang belum maksimal dalam mengelola kurikulum
sekolahnya.

1
2

Sebagai arah dan pedoman dalam proses pendidikan kurikulum


haruslah mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Berikut tujuan
pendidikanIndonesia sebagaimana tertulis dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mecerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokatis serta bertanggung jawab.”.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di


sekolah tidak hanya terkait dengan penguasaan bidang akademik oleh
siswa, namun harus diimbangi dengan pembentukan
karakter.Keseimbangan pendidikan akademik dan pembentukan karakter
perlu diperhatikan oleh pendidik di sekolah maupun orang tua di rumah.
Sedangkan pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (2013: 5) yaitu
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi sesuatu dalam
perilaku kehidupan orang itu.
Undang-undang tersebut, menyebutkan bahwa pendidikan harus
mampu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, hal tersebut mengisyaratkan bahwa karakter yang ingin
bentuk haruslah berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
oleh sebab itu banyak sekolah baik tingkat dasar sampai menengah yang
berlomba-lomba mendirikan sekolah berbasis agama, terutama agama
Islam, demi mewujudkan tujuan pendidikan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia yang mayoritas bergama Islam terhadap sekolah bebasis Islam.
Undang-undang tersebut kemudian diperkuat oleh peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Peddidikan Karakter (PPK). Menurut Kemendikbud (2016: 2) menyatakan
bahwa penguatan pendidikan karakter adalah program pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati,
olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan perlibatan publik dan
kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan
bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
3

Menyadari pentingnya pendidikan karakter dalam pendidikan,


pemerintah membuat kurikulum yang berazaskan pembentukan karakter
yaitu kurikulm 2013. Seperti yang disebutkan dalam sebuah artikel pada
laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayan mengatakan bahwa
penguatan pendidikan karakter jadi pintu masuk pembenahan pendidikan
nasional. Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden
Joko Widodo, dalam Nawa Cita disebutkan bahwa pemerintah akan
melakukan revolusi karakter bangsa (Kemendikbud, 2017:1).
Meski pendidikan karakter sudah menjadi fokus pendidikan nasional
Dewasa ini masalah kemerosotan akhlak atau dekadensi karakter peserta
didik masih mengkhawatirkan. Rachman mengidentifikasikan bahwa saat
ini para remaja dalam proses pencarian jati diri dan menuju pribadi yang
mandiri, mereka justru terlibat dalam seks bebas, kekerasan, obat-obatan.
Bahkan remaja modern sekarang punya kecenderungan dan permisif
terhadap hubungan seks pranikah. Pusat data Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (BKKBN) taun 2007 memaparkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti untuk disertasinya pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia menunjukan bahwa dari 100 orang
siswa, 5 diantaranya pernah melakukan hubungan seks pranikah. 119
sekolah di ima daerah di jakarta dan 8941 siswa sekolah menengah atas ikut
ambil bagian dalam penelitan ini.Selanjutnya hasil survey dalam buku
TeenParenting yang ditulis oleh oleh Rachman (2014:84) menjelaskan hasil
penelitian yang dilakukan oleh BKKBN di 33 provinsi di Indonesia pada
tahun 2008 menyebutkan bahwa sekitar 63% dari remaja terlibat dalam
bubungan seks pranikah dan 21% remaja putri melakukan aborsi.
Kemudian berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), KPAI telah menangani 1.885 kasus pada semester pertama 2018,
dari data tahun 2011 sampai 2018 kasus Anak Berhadapan dengan Hukum
(ABH) tertinggi terjadi pada tahun 2018. Dari angka tersebut, ABH dengan
kasus menjadi pelaku narkoba, mencuri, hingga asusila menjadi kasus
paling banyak. Dalam kasus ABH, kebanyakan anak masuk Lembaga
Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) karena mencuri sebanyak 23,9
persen, kasus narkoba 17,8 persen, kasus asusila 13,2 persen (Detik.com,
2018). Hal tersebut menunjukan bahwa hari ini masih banyak anak yang
terjerat kasus hukum.
Berdasarkan data di atas, tercermin bahwa karakter bangsa yang
sebelumnya berpegang pada ajaran-ajaran agama, nilai-nilai luhur bangsa
terus mengalami kemerosotan. Berbagai bentuk penyimpangan menyebar
4

melalui berbagai media komunikasi.Meskipun terkesan sederhana, semua


pelanggaran akhlak mulia dan nilai-nilai luhur tersebut banyak bersumber
dari terjadinya krisis karakter bangsa. Jika dilacak lebih jauh, krisis karakter
bangsa itu terkait banyak dengan semakin tiadanya harmoni dalam keluarga
(International Education Foundation, 2000: 52). Banyak keluarga
mengalami disorientasi bukan hanya karena menghadapi krisis ekonomi,
tetapi juga karena serbuan globalisasi, nilai-nilai dan gaya hidup yang tidak
selalu kompatibel dengan nilai dan norma agama, sosial-budaya nasional
dan lokal Indonesia. Sebagai contoh, gaya hidup hedonistik dan
materialistik; dan permisif sebagaimana banyak ditayangkan dalam drama
dan sinetron pada berbagai saluran TV Indonesia, hanya mempercepat
disorientasi dan dislokasi keluarga dan rumah tangga. Akibatnya, tidak
heran kalau banyak anak-anak yang keluar dari rumah memiliki karakter
yang berbeda. Banyak di antara anak-anak yang alim dan bajik di rumah,
tetapi nakal di sekolah, terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat
terlarang, dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya, seperti perampokan
bis kota dan sebagainya. Inilah anak-anak yang bukan hanya tidak memiliki
kebajikan (righteousness) dan inner beauty dalam karakternya, tetapi malah
mengalami kepribadian terbelah (split personality).
Kasus-kasus tersebut merupakan suatu masalah yang dihadapi
masyarakat hari ini, oleh kerena itu persoalan pendidikan karakter
seyogianya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk
mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk
terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan
moral dikalangan remaja.
Agar terjadi kesinambungan antara harapan dan hasil yang diingikan
pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan
action. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan
seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan
otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat
(Muslich, 2011:21). Sebab pada dasarnya, anak yang berkarakter rendah
adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah sehingga
anak berisiko atau berpotensi besar mengalami kesulitan dalam belajar,
berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri (Sahlan, 2013: 140).
Akibat dari rendahnya karakter anak akan mengalami banyak kesulitan
dalam kehidupannya, oleh karena itu pembentukan karakter harus dilakukan
sejak dini dan berkesinambungan dalam sistem yang baik.
5

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan


karakter remaja, namun sekolah seolah tidak berdaya menghadapi
kenyataan ini. Sekolah selalu menjadi kambing hitam dari merosotnya
watak dan karakter bangsa. Padahal, sekolah sendiri menghadapi berbagai
masalah berat menyangkut kurikulum yang overload, fasilitas yang tidak
memadai, kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan yang rendah.
Menghadapi beragam masalah ini sekolah kehilangan relevansinya dengan
pembentukan karakter. Sekolah, sebagai konsekuensinya, lebih sekadar
tempat bagi transfer of knowledge daripada pengembangan karakter,
sekadar tempat pengajaran daripada pendidikan.
Sejak diberlakukannya kurikulum 2013 sebagai kurikulum
pembinaan krakter, sistem pendidikan saat ini disinyalir masih kurang
memperhatikan pendidikan karakter. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan lebih memfokuskan pada
aspek kognitif (pengetahuan) peserta didik, dan menomor duakan aspek
karakter peserta didik yang dibuktikan dengan kegiatan evaluasi yang
terfokus pada ujian-ujian yang menguji tingkat pengetahuan peserta didik.
Seperti yang dikemukakan oleh Abuddin Nata (2003:5) bahwa pendidikan
kurang mampu menghasilkan lulusan yang diharapkan karena dunia
pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan
serta keterampilan, tanpa diimbangi dengan membina kecerdaan emosional
atau karakter. Pernyataan tersebut mengisyaratkan masih kurangnya
pendidikan karakter di sekolah, padahal sekolah merupakan tempat yang
cukup lama menjadi tempat berinteraksi anak setiap harinya.
Oleh karena itu, pembentukan karakter di lembaga pendidikan
masih diharapkan keberhasilannya oleh masyarakat mengingat proses
pendampingan yang dilakukan oleh para guru sehingga menimbulkan
pembiasaan-pembiasaan positif yang dilakukan di lembaga pendidikan
diharapkan akan berdampak pada pembentukan karakter yang selama ini
digalakkan untuk mengatasi berbagai problematika pendidikan nasioanal.
Melihat begitu pentingnya pendidikan karakter, maka pendidikan
karakter harus diselenggarakan dengan terencana dan sistematis, oleh
karena itu penyelenggaraan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan
dengan manajemen kurikulum. Rusman (2008:1) berpendapat bahwa salah
satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional
adalah aspek kurikulum. Diperkuat dengan pendapat Nurhadi (1999:4)
bahwa manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
berupa proses kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
6

organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah


ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Istilah kurikulum menurut
Suharsimi dalam arti sempit adalah semua pelajaran baik teori maupun
praktek yang diberikan kepada para siswa selama mengikuti proses
pendidikan tertentu. Sedangkan dalam arti luas adalah semua pengalaman
yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik selama
mengikuti pendidikan. Kemudian Sudarsyah dan Nurdin, Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI (2010:191) mengatakan bahwa manajemen
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian kurikulum. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
manajemen kurikulum adalah proses pengelolaan oleh sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan
kurkulum.
Berbagai pendapat di atas menegaskan pentingnya peranan
manajemen kurikulum dalam sebuah organisasi pendidikan dalam
pembinaan karakter peserta didik, namun pada realitanya masih banyak
sekolah yang belum maksimal dalam melaksankan manajemen kurikulum
sekolahnya. Seperti hasil penelitian Amri Yusuf Lubis yang berjudul
Pelaksanaan Manjemen Kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
Kabupaten Aceh Besar mengatakan bahawa masih ada hambatan dalam
pelaksanaan kurikulum sekolah oleh guru dalam hal komitmen dan
kedisiplinan. Hambatan tersebut dikarenakan berbagai macam faktor seperti
kepemimpinan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pemahaman
kurikulum oleh guru, serta sarana dan prasarana sekolah yang tidak
memadai untuk menyelenggarkan kurikulum.
Selanjutnya berdasarkan jurnal penelitian Yudistira Ariany (2018:
313) terdapat beberapa kendala implementasi kurikulum 2013 di SMP
Kecamatan Lima Kaum, antara lain: 1) pemahaman terhadap proses
pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan Abad 21, 2) Penyusunan RPP
Abad 21, 3) Proses pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan kreativitas
peserta didik, 4) pemahaman terhadap model pembelajaran yang
direkomendasikan pada kurikulum 2013, 5) teknik penilaian dalam
mengukur pencapaian aspek pengetahuan, 6) teknik penilaian dalam
mengukur pencapaian aspek keterampilan.
Permasalahan manajemen dan pembinaan karakter juga terjadi di
SMA Al Hasra Depok. Berdasarkan pengamatan awal peneliti SMA Al
Hasra Depok masih terdapat kendala dalam proses manajemen kurikulum
7

mulai dari, perencanaan yaitu proses pembuatan kurikulum kekhasan


sekolah, pembuatan RPP pembelajaran, konsistensi dalam pelaksanaan,
serta bentuk evaluasi pembinaan karakter peserta didik, sehingga proses
tersebut berdampak pada hasil dari pembinaan karakter di SMA Al Hasra.
SMA Al Hasra memiliki moto sebagai “Gerbang kehidupan islami”
dan visi keislaman yaitu menjadikan lulusan SMA Al Hasra memiliki
kepribadian islami. Hal tersebut menjadi daya tarik masyarakat dibuktikan
dengan data PPDB pada tuhn 2018, 2019, 2020 calon peserta didik yang
mendaftar selalu melebihi kelas yang disediakan. Visi keislaman tersebut
dituangkan dalam berbagai program kurikulum ke kahasan sekolah mulai
dari mengaji, salat wajib dan sunaah sampai budaya islami lainnya yang
dilakukan secara terstruktur. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah
sekolah berbasis Islam SMA Al Hasra Depok sudah melakukan manajemen
kurikulum yang baik? sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
berkarakter islami.
Kota depok termasuk daerah penyangga ibu kota Jakarta. Terletak
tidak jauh dari Ibu kota Jakarta membuat sebagian orang tua siswa bekerja
di Jakarta berangkat pagi pulang petang, sehingga sangat sedikit waktu
untuk mendidik bahkan sedakar memantau perkembangan karakter anak
secara intensif, maka dari itu sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam
membina karakter Islami siswa, terkhusus sekolah berbasis Islam di daerah
Depok. Pada kenyataannya saat ini, manajemen kurikulum di sekolah
sekitar Sawangan Bojongsari, Depok masih dijumpai banyak kendala
seperti guru yang mengajar belum linear, tenaga pendidik yang berstatus
honorer, bahkan guru yang selalu berganti setiap semester, muatan mata
pelajaran yang terlalu banyak sehingga terkesan (overload). Hal tersebut
juga mempengaruhi jadwal pelajaran siswa yang selalu berganti
menyesuaikan keadaan dan ketersediaan tenaga pengajar, adapula pelajaran
yang tidak ada jam pelajarannya namun diujikan, kedisiplinan guru dan
karyawan, serta koordinasi antar bagian.
Berbagai masalah tersebut tentunya tidak dapat diselesaikan oleh
satu pihak, melainkan menyangkut banyak pihak mulai dari para pembuat
kebijakan sampai pada seorang guru sebagai pelaksana kurikulum dan
siswa yang menjadi penerima kurikulum itu sendiri. Apalagi tujuan
pendidikan yang tidak hanya membentuk siswa menjadi pandai saja tetapi
bagaimana kurikulum tersebut bertanggung jawab atas pembentukan
karakter bagi peserta didik. Manajemen kurikulum yang baik dalam
pendidikan diharapkan menjadi sumbangan yang berarti bagi kemajuan
8

suatu bangsa pada umumnya. Karena dalam kurikulum tersebut menjadi


sistem pembentuk karakter generasi penerus bangsa.
Berdasarkan pembahasan di atas, melihat pentingnya pendidikan
karakter serta masih banyaknya kendala dalam implementasi manejemen
kurikulum dalam pembinaan karakter peserta didik, penulis akan
melakukan penelitian tentang implementasi manajemen kurikulum dalam
membina karakter islam ini di sekolah berbasis Islam SMA Al Hasra yang
bertepatan di Jalan Raya Ciputat-Parung KM 24 Bojongsari,
DepokBerdasarkan pembahasan di atas, masih terdapat kendala dalam
manajemen kurikulum SMA Al Hasra Depok, maka penulis akan meneliti
tentang Analisis Implementasi Manajemen Kurikulum dalam Membina
Karakter Islami Siswa di SMA Al Hasra Depok.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Terdapat kendala perencanaan (planing) dalam manajemen kurikulum
dalam membina karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok.
2. Terdapat kendala pelaksanaan (actuating) dalam manajemen kurikulum
dalam membina karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok.
3. Terdapat kendala evaluasi (evaluating) dalam manajemen kurikulum
dalam membina karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok.
4. Tingginya tingkat anak berhadapan dengan hukum (ABH).
5. Pendidikan yang lebih fokus menyampaikan pengetahuan dari pada
pendidikan karakter.

C. Batasan Masalah
Manajemen kurkulum merupakan komponen utama dalam kegiatan
belajar mengajar disekolah, demi tercapai visi dan misi sekolah serta tujuan
pendidikan nasional. Agar pembahasan ini lebih terarah, spesifik, dan
sitematis serta menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka
penelitian ini dibatasi pada analisis implementasi manajemen kurikulum
dalam membina karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, elvaluasi serta mencari solusi dari berbagai
kendalanya.
9

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan kurikulum dalam pembinaan karakter islami
siswa SMA Al Hasra Depok ?
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dalam pembinaan karakter islami
siswa SMA Al Hasra Depok ?
3. Bagaimana evaluasi kurikulum dalam pembinaan karakter islami siswa
SMA Al Hasra Depok ?
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat proses
manajemen kurikulum pembinaan karakter siswa SMA Al Hasra?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahuiproses perencanaan kurikulum dalam pembinaan
karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan kurikulum dalam pembinaan
karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok.
3. Untuk Untuk mengetahui proses evaluasi kurikulum dalam pembinaan
karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok.
4. Untuk menenemukan faktor pendukung dan penghambat proses
manajemen kurikulum pembinaan karakter islami siswa SMA Al Hasra
Depok.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat
diantaranya.
1. Manfaat Teoretis
a. Memunculkan konsep dan kajian kontemprer dimensi kompetensi
manajerial, khususnya kompetensi manajemen kurikulum.
b. Sebagai bahan kajian para kepala sekolah dan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dalam mengimplementasikan manajemen
kurikulum dalam membina karakter islami siswa di SMA Al Hasra
Depok.

2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum maupun lembaga pendidikan lain tentang
implementasi manejemen kurikulum yang dilakukan oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum disekolahnya.
10

b. Sebagai bahan informasi yang diperlukan dalam rangka perbaikan


atau peningktan implementasi manajemen kurikulum di sekolah.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain untuk
meneliti lebih lanjut tentang manajemen kurikulum pada kasus
lainnya untuk memperkaya, memperkuat, dan membandingkan
temuannya
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Implementasi
Pengertian Analisis Menurut Spradley (Sugiyono, 2015:335)
mengatakan bahwa analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu
pola selain itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian,
hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis
adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi
bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu
yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang
ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori
dan Komariyah, 2014:200).
Kemudian implementasi dalam KBBI adalah pelaksanaan,
penerapan, atau pengembangan versi kerja sistem dari desain yang
dikerjakan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis implementasi
merupakan penguraian suatu pokok secara sistematis dalam menentukan
bagian, hubungan antar bagian serta hubungannya secara menyeluruh
untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat tentang
pelaksanaan atau pengembangan suatu proses, dalam penelitian ini porses
tersebut adalah manajemen kurikulum dalam pembinaan karakter islami
siswa.

B. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam seluruhaspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan perkembangan kehidupan peserta didik, maka dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dapat menfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama
untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik
beratkan pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Manajemen Kurikulum menekankan pada suatu sistem kurikulum yang

11
12

berorientasi pada produktivitas, dimana kurikulum tersebut beriorientasi


pada peserta didik, kurikulum dibuat agar dapat membuat peserta didik
dapat mencapai tujuan hasil belajar.Kurikulum meupakan upaya untuk
mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang
akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Rusman (2011 : 3) menjelaskan proses manajemen dalam
kurikulum sangatlah penting agar pelaksanaan pendidikan dapat
berjalan dan secara tepat dapat mencapai sasarannya. Manajemen
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
koorperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.Otonomi yang diberikan
pada lembaga pendidikan atau madrasah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian
sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau madrasah tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
Manajemen kurikulum di madrasah meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang bertujuan agar seluruh
kegiatan pembelajaran terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna
dalam dunia pendidikan. (Tim Dosen Manajemen UPI, 2008 : 191).
Kemudian Rohiat (2010:22) menjelaskan bahwa manajemen kurikulum
membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di madrasah
sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien.
Jadi berdasarkan beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa manajemen kurikulum adalah sebuah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang bertujuan untuk mencapai target/tujuan
pendidikan secara efektif dan efisisen.

2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum


Ruang lingkup dari manajemen kurikulumterdiri dari
perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi
kurikulum. Hal ini sesuai dengan pendapat Tim Dosen Manajemen UPI
(2008 : 191) yang menyatakan bahwa, manajemen kurikulum di
madrasah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
yang bertujuan agar seluruh kegiatan pembelajaran terlaksana secara
13

berhasil guna dan berdaya guna dalam dunia pendidikan. Berikut


penjelasan secara rinci terhadap ruang lingkup manajemen kurikulum.

1) Perencanaan Kurikulum
Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses pembelajaran di bawah
bimbingan dan tanggung jawabsekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya. Sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi
dibawah pengawasan sekolah. Menurut Zaenul (2013 : 3)
perencanaan kurikulum merupakan proses yang melibatkan kegiatan
pengumpulan, penyortiran, sintesis dan seleksi informasi relevan
dari berbagai sumber. Informasi ini kemudian digunakan untuk
merancang dan mendesain pengalaman–pengalaman belajar yang
memungkinkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Beane
James dalam Zaenul (2013:4) mendefinisikan perencanaan
kurikulum sebagai suatu proses yang melibatkan berbagai unsur
peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan
belajar, cara mencapai tujuan, situasi belajar – mengajar, serta
penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut.
Sehingga tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai
pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak
mengarah pada tujuan yang diharapkan. Berikut pernyataannya:

“Curriculum planning is a process in which participants


at many levels make decisions about what the purposes
Of learning ought to be, how those purposes might be
carried out throug hteaching-learning situasions, and
whether the purposes and means are both appropriate
and effective”.

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam


perencanaan kurikulum. Hamalik (2006:151) menyebut aspek-
aspek yag menjadi karakteristik perencanaan kurikulum yaitu
berdasar konsep yang jelas, dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif, bersifat reaktif, tujuan berkait minat anak, dan ada
partisipasi kooperatif.
14

Menurut Allan (2004:97) “planning is the determination of a


courseofactionto achieve a desired result”yang intinya adalah
perencanaan adalah penentu arah tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan
itu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (What) siapa
(Who) kapan (When) dimana (Where) mengapa (Why) dan
bagaimana (How) jadi perencanaanya itu fungsi seorang manajer
yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-
kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan
serta program-program yang dilakukan.
Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan
sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan
mengorganisasi kurikulum. Siapa yang bertanggungjawab dan
bagaimana perencanaan kurikulum itu dilaksanakan secara
profesional merupakan dua hal yang perlu diungkapkan dalam
perencanaan kurikulum. Dalam membuat sebuah perencanaan
terhadap kurikulum, banyak hal yang harus dipertimbangkan secara
matang, diantaranya adalah bagaimana kita melakukan manajemen
terhadap perencanaan kurikulum itu sendiri. Manajemen terhadap
perencanaan kurikulum sangat bergantung pada kemampuan
manusia sebagai pengelolanya. Apabila pengelolaan perencanaan
kurikulum ini dilaksanakan oleh seorang professional, akan
dihasilkan sebuah kurikulum yang siap untuk diterapkan pada
sebuah lembaga pendidikan.
Menurut Rusman (2010:21) perencanaan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan
untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah lakuyang
diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan-perubahan telah
terjadi pada diri siswa.Kemudian menurut Sri Minarti (2011:96)
perencanaan kurikulum menyangkut penetapan tujuan dan
memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut.Diperkuat oleh
Oemar Hamalik (2011:171) perencanaan kurikulum adalah suatu
proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan
tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi
mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan
metode tersebut. Jadi berdasarkan beberapa kutipan diatas dapat
disimpulkan bahwa perencanaan kurikulum adalah suatu proses
15

sosial yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat


pembuatan keputusan.

1. Fungsi Perencanaan Kurikulum


Perencanaan kurikulum harus dilakukan dengan cara yang
cermat, teliti dan terinsi serta mempertimbangkan hal-hal yang
terkait dengan penerapan rencana kurikulum tersebut. Menurut
Hamalik (2007:152), perencanaan kurikulum memiliki fungsi,
antara lain:
1) Pedoman atau alat manajemen yang berisi petunjuk tentang
jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media
penyampainya, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,
tenaga, sarana yang diperlukan, systemcontrol dan evaluasi,
peran unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Penggerak roda organisasi dan tata laksana untuk
menciptakan perubaham dalam masyarakat sesuai dengan
tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang, besar
sumbanganya terhadap pembuatan keputusan oleh pimpinan,
dan oleh karenanya perlu memuat informasi kebijakan yang
relevan, disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang
dimilikinya
3) Motivasi untuk melaksanakan system pendidikan sehingga
mencapai hasil optimal.18

2. Landasan Perencanaan Kurikulum


Menurut Dakir (2004:82), perencanaan kurikulum
sebagaimana kegiatan kurikulum lainya jugaharusmemperhatikan
landasan-landasan sebagai berikut:
1) Landasan Filosofis. Dalam perencanaan kurikulum
hendaknya memperhatikan falsafah bangsa dan negara yang
dianut, yang diartikan sebagai pandangan hidup dalam arti
praktis. Landasan ini sangat diperlukan dalam menentukan
tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
2) Landasan Psikologis. Mengandung maksud memperhitungkan
faktor anak dalam prosesperencanaan, yaitu dengan
menimbang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan
kejiwaan anak termasuk tahap-tahap perkembangan anak.
16

3) Landasan Sosiologis. Gejala-gejala sosialbudaya yang berada


pada suatu masyarakat, bangsa dan negara juga perlu
diperhatikan dalam perencanaan kurikulum. Hal ini
meliputikeadaan masyarakat dan kebudayaanya beserta
perkembangan dan perubahanya.
4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu juga diperhatikan
dengan maksud agar kuriklum yang dihasilkan dapat
mengakomodasi, menyesuaikan dan mengikuti perkembangan
IPTEK yang tentunya menjadi harapan semua pihak.

3. PrinsipPerancanaan Kurikulum
Menurut Hamalik (2007:177), ada enam prinsip
perancanaan kurikulum yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Perencanaan kurikulum berkaitan erat dengan pengalaman-
pengalaman para siswa.
2) Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai
keputusan tentang isi dan proses, yang tidak terlepas dari isi,
materi, pokok bahasan, bidang studi serta berkaitan erat
dengan proses dan cara penyampaian atas isi tersebut.
3) Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan
tentang isi dan topik.
4) Perencanaan kurikulum melibatkan banyak pihak antara lain
kelompok guru mata pelajaran, kepala sekolah, pemerhati
pendidikan, orang tua,stakeholder dan pihak-pihak lain yang
terkait.
5) Perencanaan kurikulum dilaksanakan
diberbagaitingkat/jenjang.
6) Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang
berkesinambungan.
Hamalik (2007:172) mengatakan bahwa dalam
merencanakan kurikulum, pengalaman siswa ketika mengikuti
pembelajaran di kelas dan pengalaman siswa dalam kehidupan
sehari-hari harus dipertimbangkan. Pembelajaran akan lebih
berarti dan lebih menyentuh siswa ketika berkenaan dan berkaitan
dengan pengalamanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Isu-isu dan permasalahan yang “up to date” juga harus menjadi
prioritas dalam perencanaan kurikulum, mengingat
17

pengembangan kurikulum diarahkan untuk menjawab berbagai


persoalan dan permasalahan yang sedang di hadapi bangsa
Indonesia saat ini. Dengan demikian kurikulum akan dengan
mudah diterima oleh masyarakat dan akan bertahan sampai
kuriklum tersebut tidak lagi mampu me
njawab permasalahan yang dihadapi masyarakat

4. Tingkatan Perencanaan Kurikulum


Menurut Olivia (2014:85) , terdapat beberapa tingkatan
perencanaan kurikulum, yaitu:
1) Classroom level (Tingkat kelas). Dalam tingkat ini guru
sangat berperan tidak hanya dalam penyusunanya, tetapi lebih
dari itu, yaitu dalam implementasi dan evaluasi kurikulum
tersebut. Apabila guru menemui kesulitan untuk menyusun
program kurikulum, dapat meminta bantuan kepala sekolah,
pengawas atau kepala departemen.
2) The Team, Gradeand Department Level (Tingkat Tim, Kelas
dan Jurusan). Di tingkat ini, guru bekerja sama satu dengan
yang lain untuk menyusun rancangan kurikulum, adakalanya
dengan satu bidang studi atau antar bidang studi pada jenjang
pendidikan tertentu.
3) The School Level (Tingkat Sekolah). Pada tingkat
pembahasan yang lebih luas dan kompleks yang tidakhanya
memuat rencana terhadap seputar program pembelajaran,
tetapi menyangkut komponen pendidikan yang lain
(contoh:pembiyaan) maka sudah menjadi hal yang wajib
dilaksanakan hanya oleh sekolah. Sekolah harus menyiapkan
suatu mekanisme agar suatu kurikulum dapat diterapkan dan
diintegrasikan, dapat dipahami, diterima, disetujui oleh semua
jurusan.
4) The School District Level (Tingkat Wilayah Sekolah).
Rencana program-program yang telah disusun oleh sekolah
sebaiknya dikoordinasikan dengan program pada sekolah-
sekolah yang lain yang berada dalam satu wilayah. Lembaga
yang menangani wilayah seperti dinas tingkat kabupaten
seharusnya mengoordinir program-program sekolah dalam
wilayahnya. Hal ini berdasarkan adanya keasamaankebutuhan
dan keadaan yang ada pada sekolah-sekolah tersebut.
18

5) The State Level (Tingkat Negara/Nasional). Dalam suatu


negara, level ini merupakan level tertinggi dalam proses
perencanaan kurikulum. Negara merupakan kekuatan pokok
dalam pengembangan kurikulum dengan tanggung jawabnya
atas pendidikan nasional. Dalam pelaksanaanyamelibatkan
tiga pihak terkait yang berkompeten yaitu Departemen
Pendidikan Nasional, Organisasi Profesi dan Badan Legislatif
Negara.

5. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Perencanaan Kurikulum


Dinn Wahyudin (2014:85) mengemukakan peran dari
pihak-pihak yang terlibat dalam perancanaan kurikulum, sebagai
berikut:
1) Administrator. Administrator dibawah kepemimpinan kepala
sekolah berperan sebagai penyusun kalender pendidikan.
Dalam penyusunan kurikulum, kepala sekolah ada yang
bersifat aktif dan ada yang pasif. Sering pula administrator
memposisikan diri sebagai pimpinan pembelajaran.
Sementara kepala sekolah berperan sebagai pemegang
tanggung jawab untuk menjalankan semua hal-hal disekolah,
membuat keputusan program dan administrasi sekolah dan
sebagai penasihat dalam hal yang berkaitan dengan
kurikulum.
2) Pelajar/Siswa. Memiliki peran langsung dan tidak langsung.
Di beberapa sekolah, siswa dapat disertakan dalam
penyusunan kurikulum dengan memasukkanyasebagai
anggota penyusun. Namun, hal ini jarang terjadi. Hal ini
dilakukan agar materi dari kurikulum dapat diterima dengan
baik. Sedangkan peran tidak langsung ada pada bagaimana
siswa memberikan umpan balik tentang kurikulum kepada
penyusun sehingga masukan dari siswa tersebut dapat
digunakan sebagai petunjuk penyusunan kurikulum.
3) Warga Masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum pada saat ini semakin meluas,
mereka berperan dengan banyak cara.Diantaranya
membentuk komite untuk memberikan masukan dalam
penyusunan kurikulum.
19

4) Penyusun Kurikulum. Biasanya berbentuk tim, merupakan


pemegang tanggung jawab terbesar yang bekerja sama satu
dengan lain untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum. Kualitas kurikulum ditentukan oleh kinerja
mereka sehinggga mereka yang menjadi penentu kualitas
rancangan kurikulum yang dihasilkan.
5) Guru. Kelompok yang dominan dalam
perancanaankurikulum. Guru merupakan pihak yang ikut
dalam merencanakan, mengimplementasikan, mengevaluasi
dan bahkan menerima umpan balik dari siswa hingga
menemukan ide-ide baru bagi perbaikan program.
Pimpinan Penyusun Kurikulum. Merupakan peran utama
dalam kegiatan kurikulum karena kesuksesan sebuah kurikulum
merupakan tanggung jawab dari pimpinan kurikulum.
Kemampuanya memimpin kegiatan sangat berpengaruh pada
hasil yang dicapaidalam menghasilkan kurikulum. Pimpinan
penyusun kurikulum dapat berasal dari pengawas, konsultan
kurikulum, direktur pembelajaran dan asisten kepala sekolah
yang membidangi kurikulum.

6. Kondisi yang mempengaruhi perencanaan kurikulum


J.G. Owen yang dikutip oleh Hamalik (2010:151),
menjelaskan bahwa perencanaan kurikulum yang profesional
harus menekankan pada masalah bagaimana menganalisis
kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan sebagai faktor yang
berpengaruh dalam perencanaan kurikulum. Terdapat dua
kondisi yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kurikulum,
yaitu:
a) Kondisi sosiokultural, yakni kondisi interaksi sosial yang
terjadi di masyarakat. Hal ini menjadi salah satu kondisi
yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya kegiatan
pendidikan merupakan kegiatan behavioraldimana di
dalamnya terjadi berbagai iteraksi sosial antara guru dengan
murid, murid dengan murid, dan atau guru dengan murid
dengan lingkungannya.
b) Kondisi fasilitas, kondisi ini merupakan salah satu penyebab
terjadinya jarak antara perencanaan kurikulum dengan para
pelaksana kurikulum terutama guru-guru. Fasilitas yang
20

perlu diperhatikan terutama adalah ketersediaan buku-buku


teks, peralatan laboraturium, dan alat-alat praktikum lainnya,
dana, sarana, dan prasarana sebagai pertimbangan.

7. Fungsi perencanaan kurikulum


Menurut Hamalik (2011:152), pimpinan perlu menyusun
perencanaan kurikulum secara cermat, teliti, menyeluruh dan
rinci, karena memiliki multi fungsi bagi keberhasilan
kurikulum, sebagai berikut:
a) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber
yang diperlukan peserta, media penyampaian, tindakan yang
perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang
diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur
ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.
b) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda
organisasi dan tata laksana untuk menciptakan perubahan
dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi.
Perencanaan kurikulum yang baik berpengaruh dalam
membuat keputusan.
c) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil
optimal.

Dalam perencanaan kurikulum setidaknya terdapat


beberapa hal yang menjadi kegiatan pokok, yaitu, perumusan
tujuan, perumusan isi, merancang strategi pembelajaran,
merancanag strategi penilaian. Komponen tujuan berhubungan
dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Dalam skala
makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat
atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Tujuan pendidikan
mempunyai klasifikasi dimulai dari yang umum sampai tujuan
khusus. Hal ini diklasifikasikan menjadi 4 tujuan, yaitu (Tim
Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2008: 194) :
a) Tujuan pendidikan nasional, adalah tujuan yang bersifat
paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus
dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan.
21

b) Tujuan institusional, adalah tujuan yang harus dicapai oleh


setiap lembaga pendidikan atau kualifikasi yang harus
dimiliki siswa setelah menyelesaikan program pada lembaga
tertentu.
c) Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang harus dicapai oleh
setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d) Tujuan pembelajaran, dapat didefenisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi
tertentu dalam sekali pertemuan.

Selanjutnya isi kurikulum adalah keseluruhan materi dan


kegiatan yang tersusun dalam urutan dan ruang lingkup yang
mencakup bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah,
proyek-proyek yang perlu dikerjakan (Hamalik, 2011: 161).Pada
komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam
kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat
semua aspek yang berhubungan dengan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang terdapat pada isi setiap mata pelajaran
yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi
kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai
tujuan dari semua aspek tersebut (Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI, 2008: 195).
Oemar Hamalik (2011: 178) memberikan beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan isi kurikulum,
yaitu:
a) Signifikansi, yaitu seberapa penting isi kurikulum pada suatu
disiplin atau tema studi;
b) Validitas, yang berkaitan dengan keotentikan dan keakuratan
isi kurikulum tersebut;
c) Relevansi sosial, yaitu keterkatian isi kurikulum dengan nilai
moral,cita-cita, permasalahan sosial, isu kontroversi, dan
sebagainya, untuk membantu siswa menjadi anggota efektif
dalam masyarakat;
d) Utility, berkaitan dengan kegunaan isi kurikulum dalam
memepersiapkan siswa menuju kehidupan dewasa;
22

e) Learnability, berkaitan dengan kemampuan siswa dalam


memahami isi kurikulum tersebut;
f) Minat, berkaitan dengan minat siswa terhadap isi kurikulum
tersebut.

Selanjutnya terdapat strategi pembelajaran atau biasa


disebut dengan metode pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan
strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan
(Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2008: 196). Oemar
Hamalik (2011: 162-163) menjelaskan secara operasional
strategi pembelajaran adalah prosedur dan metode yang
ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi
siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran
merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari lima
variabel yakni tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode
dan teknik mengajar siswa, guru, dan unsur penunjang. Strategi
pembalajaran digunakan dalam setiap aktivitas belajar. Aktivitas
belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh
muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang
ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum, dapat
tercapai.
Oemar Hamalik (2012 : 164) melanjutkan penjelasannya
bahawa komponen yang terakhir adalah merancang strategi
penilaian atau evaluasi. Sistem penilaian merupakan bagian
integral dalam suatu kurikulum yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai setelah
pelaksanaan kurikulum. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum
evaluasi dapat berfungsiuntuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2008 :
196)

8. Orgaisasi kurikulum
Kurikulum yang dikembangkan lembaga pendidikan
sebaiknya berisitentang bahan belajar, program pembelajaran, hasil
23

pembelaran yang diharapkan, reproduksi kebudayaan, tugas dan


konsep yang mempunyai karakteristik tersen diri, serta memberikan
bekal untuk kecakapan hidup (lifeskill).
Rusman (2012 : 61) menjelaskan bahwa organisasi
kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Rusman memberikan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam organisasi kurikulum, di antaranya berkaitan dengan ruang
lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran, kontinuitas kurikulum
yang berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa,
kesimbangan bahan pelajaran, dan alokasi waktu yang dibutuhkan.
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan
pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan
suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulumdan
bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran,
urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid. Organisasi
kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (1988 : 111) dalam
penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus
diperhatikan, yakni : (1) Ruang lingkup (Scope); Merupakan
keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari
siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. (2) Urutan bahan (Sequence);
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan
lancar. Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan
pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan
pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi
pelajaran tertentu. (3) Kontinuitas; Berhubungan dengan
kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap
jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata
pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat
kuantitatif dan kualitatif. (4) Keseimbangan; Adalah faktor yang
24

berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat


perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan
diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat
ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang
dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar. (5) Integrasi
atau keterpaduan; Yang berhubungan dengan bagaimana
pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi
bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.
Oemar (2012 : 137) menyebutkan secara akademik,
organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk
organisasi, sebagai berikut:
a) Kurikulum mata pelajaran, yang terdiri dari sejumlah mata
ajaran secara terpisah.
b) Kurikulum bidang studi, yang memfungsikan mata ajaran
sejenis.
c) Kurikulum integrasi, yang menyatukan dan memusatkan
kurikulum pada topik atau masalah tertentu.
d) Corecurriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan
masalah dan kebutuhan siswa.

Pada tahap pengorganisasian dan koordinasi ini merupakan


tahap yang perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh kepala
madrasah. Kepala madrasah berkewajiban untuk mengelola dan
mengatur penyusunan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas
dan kewajiban guru, serta program kegiatan madrasah (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI, 2008 : 197)
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
tahaporganisasian kurikulum adalah tahap yang berisi
penempatan/pembagian rencana kegiatan belajar mengajar kepada
posisi-posisi yang sesuai pada fungsi dan kebutuhan belajar

9. Komponen kurikulum
Secara operasional, Hari Suderajat(2005 : 44) menjelaskan
bahawa manajemen kurikulum adalah fungsi-fungsi manajemen
pada komponen kurikulum, yaitu komponen tujuan, materi, metode
atau proses dan evaluasi.
25

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme


manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu.
Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen
tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Menurut Nana Syaodih (2006 : 102) suatu kurikulum harus
memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal.
Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara
komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan,
proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
1) Tujuan; Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal.
Pertamaperkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi
masyarakat. Kedua,didasari oleh pemikiran-pemikiran dan
terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
negara.
2) Bahan Ajar; siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide.
Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan
tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang
produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
3) Media mengajar; Media mengajar merupakan segala macam
bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk
mendorong siswa belajar.
4) Evaluasi pengajaran; Komponen utama selanjutnya adalah
rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media
mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi
ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara
keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik,
demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan
proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan
untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi
penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan
sekuensbahan ajar, strategi, dan media mengajar.
26

Mulyasa ( 2004 : 40) menegaskan bahawa manajemen


kurikulum merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional
pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level madrasah yang paling
penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
komponen kurikulum terdiri dari tujuan, materi, metode atau proses
dan evaluasi yang pada pelakasanaannya manajemen kurikulum
merupakan kegiatan dari manajemen berbasis sekolah (MBS).

2) Implementasi Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum adalah proses yang memberikan
kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber
daya manusia dan sarana serta prasarana yang diperlukan sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Minarti, 2008 :97).
Nana yang dikutip oleh Rusman, mengemukakan bahwa
untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan,
dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksanaan.
Sebagus apapun desain kurikulum yang dibuat semua tergantung
kepada guru. Guru adalah kunci utama keberhasilan implementasi
kurikulum (Hamalik, 2012: 61)
Oemar Hamalik (2012: 172) berpendapat bahwa,
pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat madrasah dan tingkat kelas. Dalam
tingkat madrasah yang berperan adalah kepala madrasah dan pada
tingkat kelas yang berperan adalah guru. Pada tingkat madrasah,
kepala madrasahmelaksanakan kegiata kurikulum di antaranya
adalah menyusun rencana kegiatan tahunan, menyusun rencana
pelaksanaan program/unit, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan,
mengatur alat perlengkapan pendidikan, melaksanakan kegiatan
bimbingan dan penyuluhan, merencanakan usaha-usaha peningkatan
mutu guru. Pada tingkat kelas guru melaksanakan kurikulum dengan
melakukan proses kegiatan belajar mengajar, mengatur pelaksanaan
pengisian buku laporan pribadi, melaksanakan kegiatan
ektrakulikuler, melaksanakan kegiatan evaluasi tahap akhir.
27

Kemudian Oemar Hamalik (2012: 175) menambahkan


bahwa implementasi kurikulum mencakup tiga tahapan pokok yaitu:
(1) Pengembangan program, mencakup program tahunan, semester
atau catur wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu ada juga
program bimbingan dan konseling atau program remedial. (2)
Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakekatnya, pembelajaran adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. (3) Evaluasi,
proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum
caturwulan atau semester serta penilaian akhir formatif atau sumatif
mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan
evaluasi pelaksanaan kurikulum. Implementasi kurikulum
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) Karakteristik kurikulum,
yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, sifat dan
sebagainya. (2) Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan
dalam implementasi kurikulum seperti diskusi profesi, seminar,
penataran, lokakarya penyediaan buku kurikulum dan berbagai
kegiatan lain yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di
lapangan. (3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap guru terhadap
kurikulum dalam pembelajaran.
Pembelajaran di dalam kelas merupakan tempat untuk
melaksanakan dan menguji kurikulum. Dalam kegiatan
pembelajaran semua konsep, pengetahuan, metode, alat, dan
kemampuan guru di uji dalam bentuk perbuatan, yang akan
mewujudkan bentuk kurikulum yang baik. Implementasi kurikulum
merupakan bagian dari kegiatan inovasi, perubahan dan pengalaman
belajar kepada siswa. Dalam Oxford Advance Learner‟sDictionary
dikemukakan bahwa implementasi adalah Out something in to effect
yaitu penerapan sesuatu yang memberikan efek. Implementasi
kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis
(written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
Miller dan Seller dalam Dinn Wahyudin (2014: 93)
mengemukakan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu
penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam
praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan berubah.
28

Zaenul (2013:39) menyatakan implementasi kurikulum dapat


diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk
pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan suatu proses
penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam
praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.
Implementasi kurikulum juga merupakan proses interaksi antara
fasilitator sebagai pengembang kurikulum dan peserta didik sebagai
subjek belajar.
Implementasi/Pelaksanaan kurikulum adalah proses yang
memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah
memiliki sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang
diperlukan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan
(Minarti, 2008 :97).
Nana yang dikutip oleh Rusman, mengemukakan bahwa
untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan,
dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksanaan.
Sebagus apapun desain kurikulum yang dibuat semua tergantung
kepada guru. Guru adalah kunci utama keberhasilan implementasi
kurikulum (Hamalik, 2012: 61)
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan kurikulum
yang telah direncanakan dan terorganisasi dengan baik.
implementasi kurikulum terbagi menjadi dua, pertama implementasi
kurikulum tingkat sekolah, kedua tingkat kelas. Implementasi
kurikulum sangat bergantung pada guru sebagai pelaksana di
lapangan, dan kepala sekolah sebagai pengawas atas berjalannya
kurikulum.Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah
direncanakan dalam tahap sebelumnya, kemudian di uji cobakan
dengan pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap
situasi dan kodisilapangan dan karakteristik peserta didik baik
perkembangan intelektual, emosional serta fisik.Kurikulum yang
telah tersusun harus diimplementasikan di lapangan. Para peneliti
atau para ahli dalam menyusun program implementasi kurikulum
secara umum bertujuan untuk: 1) mengukur derajat keberhasilan
suatu inovasi kurikulum setelah suatu rencana diterapkan dan 2)
29

mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat


implementasi kurikulum.

1. Model Implementasi Kurikulum


Miller dan Seller (1985:249) dalam Dinn Wahyudin
menggolongkan model implementasi kurikulum menjadi tiga,
yaitu:
1) The Concerns-BasedAdaptation Model (CBAM)
Model CBAM adalah sebuah model deskriptif yang
dikembangkan melalui pengidentifikasian tingkat kepedulian
guru terhadap sebuah inovasi kurikulum. Perubahan dalam
inovasi ini ada dua dimensi, yakni tingkatan-tingkatan
kepedulian terhadap inovasi serta tingkatan-tingkatan
penggunaan inovasi. Perubahan yang terjadi merupakan
suatu proses bukan peristiwa yang sering terjadi ketika
program baru diberikan kepada guru, merupakan
pengalaman pribadi dan individu yang melakukan
perubahan.
2) Model Leithwood
Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang
mendasari model ini adalah: (1) setiap guru mempunyai
kesiapan yang berbeda; (2) implementasi merupakanproses
timbal balik; serta (3) pertumbuhan dan perkembangan
dimungkinkan adanya tahap-tahap individu untuk
identifikasi. Intinya membolehkan para guru dan
pengembang kurikulum mengembangkan profil yang
merupakan hambatan untuk perubahan dan bagaimana para
guru dapat mengatasi hambatan tersebut. Model ini tidak
hanya menggambarkan hambatan dalam implementasi, tetapi
juga menawarkan cara dan strategi para guru dalam
mengatasi hambatan yang dihadapinyatersebut.
3) Model TORI
Model ini dimaksudkan untuk mengunggah
masyarakat dalam mengadakan perubahan. Dengan model
ini diharapkan adanya minat dalam diri guru untuk
memanfaatkam perubahan. Esensi dari model TORI adalah:
(1) Trusting- menumbuhkan kepercayaan diri; (2) Opening-
menumbuhkan dan membuka keingingan; (3) Relizing-
30

mewujudkan; dalam arti setiap orang bebas berbuat dan


mewujudkan keinginanya untuk perbaikan (4) Independing-
saling ketergantungan dengan lingkungan. Inti dari model ini
memfokuskan pada perubahan personal dan perubahan
social. Model ini menyediakan suatu skala yang membantu
guru mengidentifikasi, bagaimana lingkungan akan
menerima ide-ide baru sebagai harapan untuk
mengimplementasikan inovasi dalam praktik serta
menyediakan beberapa petunjuk untuk menyediakan
perubahan.

2. Pedoman implementasi kurikulum


Di samping perencanaan yang merupakan tujuan
pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat
mengeluarkan pedoman-pedoman umum yangharus diikuti oleh
madrasah untuk menyusun perencanaan yang sifatnya
operasional di madrasah. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia
Yuliana (2008 : 130-138) Pedoman-pedoman tersebut antara lain
berupa: struktur program, program penyusunan akademik,
pedoman penyusunan program pelajaran, pedoman penyusunan
program (rencana) mengajar, pedoman penyusunan satuan
pelajaran, pembagian tugas guru, dan pengaturan siswa ke dalam
kelas-kelas yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Struktur Program; struktur program adalah susunan bidang
pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan
kurikulum di suatu jenis dan jenjang madrasah. Berdasarkan
sturuktur program ini madrasah-madrasah dapat menyusun
jadwal pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan kondisi
madrasah.
2) Penyusunan jadwal pelajaran, jadwal pelajaran adalah urut-
urutan mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikuti
dalam pelaksanaan pemberian pelajaran. Jadwal bernanfaat
sebagai pedoman bagi guru, siswa, maupun kepala
madrasah.
3) Penyusunan kalender pendidikan, menyusun rencana kerja
madrasahuntuk kegiatan selama satu tahun merupakan
bagian manajemen kurikulum terpenting yang harus tersusun
sebelum tahun ajaran baru.
31

4) Pembagian tugas guru, prinsip manajemn yang sering


dikehendaki dilaksanakan di Indonesia adalah “bottom up
policy”, yaitu menampung pendapat bawahan sebelum
pimpinan memutuskan suatu kebijaksanaan, atau keputusan
didasarkan atas musyawarah bersama. Oleh karena itu,
dalam mengadakan pembagian tugas guru, kepala madrasah
harus melakukan musyawarah dalam rapat kerja guru
sebelum tahun ajaran dimulai.
5) Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas, pengaturan
siswa menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama
waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut. Hal ini akan
mempermudah siswa baru pada saat hari pertama masuk ke
madrasah.
Suharsimi Arikunto (2008 :133) menjelaskan bahwa
dalam penyusunan rencana mengajar, langkah pertama yang
harus dilakukan oleh guru setelah menerima tugas untuk tahun
ajaran yang akan datang adalah mempersiapkan segala sesuatu
agar apabila sudah sampai saat melaksanakan mengajar tinggal
memusatkan perhatian pada lingkup yang khusus yaitu interaksi
belajar mengajar.

3. Pihak yang Terlibat dalam Implementasi Kurikulum


Dinn Wahyudin (2014:101) mengemukakan pihak-pihak
yang terlibat dengan implementasi kurikulum adalah sebagai
berikut:
1) Pakar Ilmu Pendidikan
Secara umum, peran pakar ilmu pendidikan dalam
pengembang kurikulum adalah sebagai tenaga ahli atau
konsultan kurikulum. Dalam praktik implementasi
kurikulum tentu saja amat penting sering kali berada dalam
posisi sebagai konsultan kurikulum yaitu dengan tugas yang
sesuai dengan kepakaranya
2) Ahli Kurikulum
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam membuat
konsep, model ataupun persiapan pengelolaan kurikulum
yang dijadikan sebagai dokumen terdiri dari: pakar
pendidikan dan pakar kurikulum dan administrator
pendidikan
32

3) Supervisor
Dalam proses implementasi kurikulum haruslah ada
supervisor dalam kerangka tugas sebagai
pemimpinpendidikan, sehingga setiap supervisor
berkewajiban melaksanakan tugasnya mengawasi sebuah
kegiatan untuk mendatang dan membimbing yang di
supervise, yaitu guru kearah pencapaian tujuan pendidikan
sekolah
4) Sekolah
Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab
yang trkait dengan peran dan tanggung jawab pihak lainya
dalam pendidikan didaerah yang bersangkutan.
5) Kepala Sekolah
Tugas dari kepala sekolah dalam implementasi
kurikulum adalah menjamin tersedinya dokumen
kurikulumm, mambantu dan memberikan nasihat kepada
guru, mengatur jadwal pertemuan guru dan menyusun
laporan evaluasi. Adapun kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah adalah menciptakan kondisi bagi pengembangan
kurikulum di sekolanya dan menyusun rencana anggaran
tahunan yang berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan kepemimpinannya, baik
untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
6) Guru
Dalam implementasi kurikulum guru, dapat
dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan implementasi
kurikulum. Mengingat pentingnya keterampilan guru dalam
pembelajaran terhadap keberhasilan implementasi
kurikulum. Wajar apabila pendidikan guru haruslah
diperhatikan dengan pertimbangan berbagai aspek y
ang dibutuhkan atau perlu dikuasai oleh seorang
guru.Rusman (2011:65) menyatakan kemampuan-
kemampuan yang harus dikuasai guru dalam
mengimplementasi kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman esensi dari tujuan–tujuan yang ingin dicapai
dalam kurikulum.
b. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan–tujuan
kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik.
33

c. Kemampuan menerjemahkan tujuan khusus kepada


kegiatan pembelajaran.
7) Siswa
Siswa sampai berperan dalam keberhasilan
implementasi kurikulum karena kegiatan implementasi
kurikulum sangat nyata adalah dalam bentuk pelaksaan
kegiatan belajar mengajar. Minat yang penuh, usaha yang
sungguh-sungguh, penyesuaian tugas serta partisipasi dalam
setiap kegiatan sekolah.
8) Orang Tua Siswa dan Masyarakat
Dalam kaitanya dengan implementasi kurikulum,
peran orang tua siswa adalah melalui kerja sama dilakukan
dengan sekolah. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan
belajar yang dituntut oleh kurikulum dapat dilaksanakan oleh
sekolah sehingga sebagian juga dilakukan dirumah. Secara
berkala orang tua siswa menerima laporan kemajuan
anaknya dari sekolah berupa rapor yang merupakan
komunikasi tentang program atau kegiatan yang dilaksanakn
di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa


implementasi kurikulum harus mengacu pada standar proses
pendidikan yang sudah dirancang oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan berupa konsep, prinsip, isi, metode dan sistem evaluasi
pembelajaran. Kemudian setelah kurikulum tersebut
diimplementasikan diharapkan terdapat perubahan pada subjek
belajar baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap.

3) Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran yang dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI, 2008 : 199)
Evaluasi kurikulum adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kurikulum yang telah dilaksanakan. Suatu evaluasi yang
baik dilakukan secara komprehensif, mencakup semua langkah
34

kegiatan dan komponen kurikulum, mulai dari dokumen kurikulum,


pelaksanaan, hasil yang telah dicapai, fasilitas penganalisaulang
serta para pelaksana kurikulum. Hamid Hasan mengatakan, evaluasi
kurikulum dan evaluasi pendidikan merupakan karakteristik yang
tidak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai definisi
untuk suatu istilah teknis yang sama. Demikian pula dengan
evaluasi yang diartikan oleh berbagai pihak dengan pengertian yang
berbeda
Guba dan Lincoln dalam Hamid Hasan (2008:2)
mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan
(evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.
Zais (1976:378) menjelaskan Evaluasi kurikulum bukan saja
alat penilaian hasil belajar saja, akan tetapi evaluasi kurikulum
merupakan penilaian secara menyeluruh terhadap fenomena
interaksi murid, guru, materi pelajaran dan lingkungan sekolah.
Evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik
tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum
yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable
untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan
atau telah dijalankan. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup
keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum
seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam
kurikulum tersebut.
Oemar hamalik (2012 : 253) menyatakan evaluasi sebagai
suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang
bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu
kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi
merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan
apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai
kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap
tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana
informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan
apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau
kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru.
35

Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka


penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan
teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
Menurut Stufflebeam yang dikutip oleh Rusman (2008 : 97),
tujuan utama evaluasi kurikulum ialah memberi informasi terhadap
pembuat keputusan, atau untuk penggunaannya dalam proses
menggambarkan hasil, dan memberikan informasi yang berguna
untuk membuat pertimbangan berbagai alternatif keputusan.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaiantujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan.Untuk perbaikan program, bersifat
konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi
perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang
sedang dikembangkan. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak,
diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang
kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak
tersebut baik yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum
maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang
telah dikembangkan. Tujuan ini tidak dipandang sebagai suatu
kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu „keharusan‟
dari luar. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan, tindak lanjut
hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua
kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum baru tersebut
akan atau tidak akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada?
kedua, dalam kondisi yg bagaimana dan dengan cara yang
bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke
dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan
evaluasi kurikulum.
Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian
antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang telah dicapai, untuk
melihat sejauh mana perubahan atau keberhasilan pendidikan yang
telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka
penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian
informasi kepada pihak-pihak diluarpendidikan.Berdasarkan teori-
teori di atas, diperoleh pengertian bahwa evaluasi pada hakikatnya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu
objek, sedangkan pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana
36

dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi
pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu proses yang sistematis
dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi data atau informasi
untuk memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti kurikulum
dalam konteks tertentu.

1. Tujuan Evaluasi Kurikulum


Tujuan evaluasi adalah menyempurnakan kurikulum
dengan cara mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum
yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indicator kinerja yang di evaluasi adalahefektifitas, efisiensi,
relevansi dan kelayakan program. Sementara itu menurut
Ibrahim diadakanya evaluasi kurikulum untuk keperluan sebagai
berikut:
1) Perbaikan program
Disini evaluasi kurikulum lebih merupakan kebutuhan yang
datang dari dalam system itu sendiri karena evaluasi itu
dipandang sebagai faktor yang memungkinkan dicapainya
hasil pengembangan yang optimal dari system yang
bersangkutan.
2) Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Setelah pengembangan kurikulum dilakukan, perlu adanya
semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang
kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
Pihak-pihak yang dimaksud mencakup pihak yang
mensponsori atau yang menjadi konsumen pengembangan
kurikulum tersebut. Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut
mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, pelaksana
pendidikan danpihak-pihak lain yang ikut mensponsori
pengembangan kurikulum.
3) Penentuan tindak lanjut pengembangan
Tindak lanjut pengembangan kurikulum dapat berbentuk
jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah
kurikulum baru tersebut akan atau tidak disebarluaskan ke
37

dalam system yang ada? Kedua, dalam kondisi yang


bagaimana dan cara yang bagaimana kurikulum baru
tersebut akan disebarluaskan ke dalam system yang ada.

2. Model Evaluasi Kurikulum


Dinn Wahyudin (2014) mengungkapkan bahwa model
evaluasi kurikulum meliputi: evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif.
1) Model Evaluasi Kuantitatif
Model evaluasi kuantitatif terdiri atas beberapa
model, sebagai berikut:
a) Model Black Box Tyler
Model evaluasi yang dikemukakan Tyler ini
dinamakan Black Box. Menurut model ini, Tyler
menyatakan bahwa evaluasi kurikulum yang sebenarnya
dilandasi oleh dua hal mendasar, yaitu: evaluasi yang
ditunjukan kepada tingkah laku awal dan akhir peserta
didik, sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada
saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum. Tyler
menghendaki evaluator dapat menetukan perubahan
tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar yang
diperoleh dari kurikulum. Tyler menggunakan tes awal
(pre-test) dan tes akhir (post-test) untuk menyimpulkan
informasi tersebut.

b) Model Ekonomi Mikro


Model ini mempunyai fokus utama pada hasil.
Membandingkan dua program atau lebih, baik dalam
pengertian dana yang digunakan untuk masing-masing
program maupun hasil yang diakibatkan oleh setiap
program. Perbandingan hasil dari kedua program tadi
akan memberikan masukan bagi para pembuat keputusan
mengenai program mana yang lebih menguntungkan
dilihat dari hubungan antara dana dan hasil.

2) Model Evaluasi Kualitatif


Model evaluasi kualitatif terdiri atas beberapa
model, sebagai berikut:
38

a) Model Studi Kasus


Sesuai dengan namanya, evaluasi yang menggunakan
model studi kasus memusatkan perhatianya kepada
kegiatan pelaksanaan kurikulum di satuan pendidikan.
Unit tersebut dapat berupa satu sekolah, satu kelas
bahkan hanya terhadap guru atau kepala sekolah.
Intrumen yang digunakan evaluator harus memiliki
kemungkinan terbuka baik dalam isu atau masalah.
Evaluatordapat menggunakan teknik observasi untuk
menangkap suasana yang terjadi secara langsung. Selain
itu kuesioner dapat pula digunakan dalampengumpulan
data. Apabila ingin mengetahui persepsi tentang
kurikulum yang diterapkan, evaluator dapat melakukan
wawancara kepada responden yang diinginkan.

b) Model Iluminasif
Model ini memberikan perhatian terhadap
lingkungan luas bukan hanya kelas dimana suatu
kurkikulum dilaksanakan. Berbagai lingkungan social-
budaya-ekonomi, agama-teknologi menjadi bagian dari
perhatian model iluminasif ketika suatu kurikulum
dilaksanakan. Dalam langakah pelaksanaanya, model
iluminasif memiliki tiga kegiatan, yaitu:
1. Observasi. Dilakukan dengan mengamati langsung
apa yangsedang berlangsung di suatu satuan
pendidikan. Evaluator dapat melakukan studi
dokumentasi, wawancara, menyebarkan kuesioner
untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Dari data yang dikumpulkan,evaluator menemukan
isu pokok, kecenderungan yang sering muncul dan
persoalan-persoalan penting yang terjadi dalam
pelaksanaan kurikulum di suatu satuan pendidikan.
2. Inkuiri lanjutan. Evaluator memantapkan isu,
kecenderungan, persoalan-persoalan yang ada sampai
suatu titik evaluator menarik kesimpulan bahwa
persoalan yang ditemukan sudah memiliki validitas
permasalahan yang sudah tidak diragukan lagi.
39

3. Usaha penjelasan. Berdasarkan data yang terkumpul,


kemudian dalam langkah memberikan penjelasan,
evaluator harus dapat menemukan pola hubungan
sebab akibat untuk menjelaskan mengapa suatu
kegiatan dapat dikatakan berhasil dan mengapa
kegiatan lainya dikatakan gagal.

C. Pembinaan Karakter
1. Pengertian Pembinaan Karakter
Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan kemampuannya
secara terencana, oleh karena itu untuk mendukung dan
mengembangkan karakter anak sangat dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas. Selain mendidik aspek kognitif, sekolah juga berkewajiban
untuk membina karakter siswa agar nilai-nilai keislaman yang sudah
dipelajari dapat terinternalisasi sehingga menjadi dasar berprilaku siswa
baik di sekolah maupun di masyarakat. Menurut Simanjutak (1990:84)
pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun nonformal yang
dilakukan secara sadar, terencana, teratur, dan bertangung jawab dalam
rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang sembang, utuh dan
selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat
kecenderungan/keinginan serta kemampuannya sebagai bekal, untuk
selanjutnya atas prakarsa sendiri untuk menambahn, meningkatkan, dan
mengembangkan dirinya , sesamanya maupun lingkungannya kearah
tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan manusiawi yang otimal
dan pribadi yang mandiri.
Pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasional yang
dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
40

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di


sekolah tidak hanya terkait dengan penguasaan bidang akademik oleh
siswa, namun harus diimbangi dengan pembentukan dan pembinaan
karakter. Keseimbangan pendidikan akademik dan pembentukan
karakter perlu diperhatikan oleh pendidik di sekolah maupun orang tua
di rumah.
Karakter merupakan suatu sikap, perilaku, atau ciri khas yang
dimiliki seseorang dalam bentuk tindakan dan tingkah laku. Gunawan,
(2014: 2) mengemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kata karakter
berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
orang dengan yang lain, atau bermakna bawaan hati, jiwa, perasaan,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.
Oleh karena itu, istilah berkarakter artinya memiliki karakter,
kepribadian, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah suatu kepribadian seseorang yang memiliki watak atau
kepribadin yang khas dalam diri. Seseorang yang berkarakter baik
adalah seseorang yang dapat membuat keputusan dan siap bertanggung
jawab atas keputusan yang diambli.
Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (2013: 5) yaitu
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi sesuatu
dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga
ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam
perilaku. Jadi, definisi tersebut mengarah pada penguatan dan
perkembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu
nilai tertentu.
Sulhan (2011: 6) mengemukakan bahwa pendidikan karakter
adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam
pembiasaan hingga melahirkan kepribadian yang mulia. Nilai-nilai
kelayakan yang dijadikan teladan adalah sifat-sifat mulia Rasulullah
SAW, yaitu shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembinaan karakter merupakan suatu upaya pendidikan formal maupun
nonformal yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur, dan
bertangung jawab untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai
41

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai akan terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Oleh
karena itu, pembinaan erat kaitannya dengan proses pendidikan
karakter.

2. Tujuan Pembinaan Karakter


Karakter berasal dari bahasa inggris yaitu character yang berarti
watak, kareakter atau sifat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan
akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identic dengan akhlak
bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah
bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang
tidak berkarakter adalah bangsa yang kurang berakhlak atau tidak
memiliki standar norma dan perilaku. Megawangi (2004:95)
mengungkapkan pengertian pendidikan karakter yaitu sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkunganya.
Kesuma, dkk (2013:48) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
karakter secara umum adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik.
Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh
dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan cenderung memiliki
tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif ditemukan dalam
lingkungan sekolah yang memungkinkan semua peserta didik
menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat
penting.
Sementara itu menurut Gaffar (2010:1) pendidikan karakter
adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu.Elmubarok (2008:102)
menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses mengukir
atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk unik, menarik
dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuha
huruf dalam alfabeta yang tak pernah sama antara yang satu dengan
yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan
satu dengan yang lainya.
42

Kemudian Ramli dalam buku Asmani (2013: 32)


mengemukakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk kepribadian anak supaya menjadi manusia
yang baik, yaitu warga masyarakat dan negara yang baik. Manusia,
masyarakat, dan warga negara yang baik adalah menganut nilai-nilai
sosial tertentu yang lebih banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat
dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari karakter pendidikan dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, yang bertujuan
membina kepribadian generasi muda.
Asmani (2013: 43) mengemukakan bahwa pendidikan karakter
bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak siswa
yang terintegrasi, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kopetensi lulusan. Siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Kesuma, dkk (2013:48) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
karakter secara umum adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik.
Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh
dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan cenderung memiliki
tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif ditemukan dalam
lingkungan sekolah yang memungkinkan semua peserta didik
menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat
penting.
Sementara itu menurut Kemendiknas dalam Zaenul Agus
(20112:26), tujuan dari pendidikan karakter adalah:
1) Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
berbangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius.
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
43

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia


yang mandiri, kreatif dan berwawasankebangsaan.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.

Kusuma D, Triatna C, dan Permana J mendefinisikan pendidikan


karakter dalam setting sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah
pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang
didasarkan pada suatu niai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi
ini mengandung makna:
1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan
pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang
memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).
Karakter mengimplikasikan sebuah pertimbangan nilai. Karakter
berkaitan dengan tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan.
Pola kebiasaan yang mengontrol tingkah laku seseorang, membuatnya
menjadi selaras dan diterima secara social. Pola tersebut meliputi
perilaku yang overt (terbuka) maupun yang covert (tersembunyi).
Sulistyo (2012:128) menyatakan dalam proses belajar,
pengembangan karakter siswa dapat menggunakan berbagai pendektan.
Di antaranya pendekatan konstektual sebagai konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru dan siswa mengaitkan antara materi
yang diajarkan, dengan situasi dunia nyata. Sehingga siswa mampu
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapanya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, siswa memiliki
hasil yang komprehensif tidak hanyapada tataran kognitif, tetapi pada
tataran afektif dan psikomotor.
Kesuma D, Triatna C, dan Permana J (2013:9) menjelaskan tiga
tujuan pendidikan karakter dalam sekolah yaitu sebagai berikut:
1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan
dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai
44

kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta


didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai
menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian
manusia. Penguatan juga memiliki makna adanya hubungan antara
penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan
pembiasaan dirumah.
2) Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki
makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk
meluruskan berbagai perilaku anak yang negative menjadi positif.
Proses pelurusan dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan
suatu pemaksaan kemudian dibarengi dengan keteladanan
lingkungan sekolah dan rumah.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawabpendidikan
karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses
pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses
pendidikan di keluarga. Penguatan perilaku merupakan suatu hal
yang menyeluruh bukan suatu cuplikan dari rengtangan waktu
yang dimiliki anak. Oleh karenanya dibutuhkan kerja sama yang
baik antara sekolah, keluarga dan masyarakat.

Selanjutnya Kusuma (2013: 9) mengemukakan bahwa tujuan


pendidikan karakter dalam mengatur sekolah yaitu:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu meningkatkan kepedulian /
kepemilikan siswa yang khas dengan nilai-nilai yang
dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah.Membangun koneksi yang
harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah


pendidikan yang mendukung perkembangan social, emosional dan etis
siswa sehingga terbentukkepribadian yang menarik dan berbeda.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian, dan
akhlak mulia siswa agar menjadi manusia yang baik terhadap
masyarakat. Dengan adanya tujuan pendidikan karakter diharapkan
45

siswa dapat menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan,


mengoreksi perilaku, dan membangun koneksi dengan keluarga dan
masyarakat sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang baik dan
dapat memerankan tanggung jawabnya dengan baik.Dalam prosesnya
pendidikan karakter dapat dilakukan oleh guru yang kemudian memberi
pengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter
juga dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tahap Pembinaan Karakter


Pendidikan karakter membutuhkan proses atau tahapan secara
sistematis. Sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik. Sementara itu, Hidayatullah (2011:94) mengklasifikasikan
pendidikan karakter dalam beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap penanaman Adab (umur 5-6 tahun)
Adab atau tata karma bisa dilihat dari tata cara seseorang
dalam bertutur sapa, berinteraksi, bersikap dan bersosialisasi. Saat
inilah, fase paling penting menanamnkan kejujuran, pendidikan
keimanan serta menghormati orang tua, teman sebaya dan orang
yang lebih tua. Pendidikan agaa bisa menjadi parameter dan filter
dalam merespon segala hal yang baru datang.
2) Tahap penanaman tanggung jawab (umur 7-8 tahun)
Tanggung jawab merupakan kata kunci dalam meraih
kesuksesan. Seorang yang memiliki tanggung jawab akan
mengerahkan segala kemampuan terbaiknya untuk memenuhi
tanggung jawab tersebut. Jadi tanggung jawab seseorang itu
merupakan perwujudan dari niat dan tekad untuk melakukan tugas
yang di emban.
3) Tahap penanaman kepedulian (umur 9-10 tahun)
Kepedulian ini sangat penting dalam rangka menumbuhkan
rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta menjauhkan diri dari sifat
sombong dan individual. Kepedulian yang ditanamkan pada masa
kecil akan menjadi pondasi kokoh dalam melahirkankemampuan
kolaborasi dan kooperasi. Disinilahlangkah awal dalam membangun
pendidikan karakter.
46

4) Tahap penanaman kemandirian (umur 11-12 tahun)


Mandiri termasuk sikap yang langka di negeri ini. Sikap
mandiri merupakan pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat
yang tinggi dalam memandang diri sendiri. Beberapa nilai dalam
kemandirian antara lain tidak menggantungkan diri pada oranglain,
percaya kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan merugikan
orang lain. Dalam kemandirian ada nilai kehormatan dan harga diri
yang tidak bisa dinilai dengan sesuatu apapun. Sebab, apabila harga
diri dan kehormatan seseorang tidak ada maka habislah ia.
5) Tahap penanaman pentingnya bermasyarakat ( umur 13 tahun
keatas)
Bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk
bersosialisasi dengan orang lain. Dalam konteks pendidikan
karakter, pola hidup bermasyarakat membutuhkan banyak tips
sukses.Salah satunya, anak harus diajari bergaul dan berteman
dengan anak-anak yang mempunyai karakter baik. Anak dilatih
untuk selektif dalam mencari teman agar tidak terjerumus ke dalam
pergaulan bebas.
Lima tahap pendidikan karakter ini menjadi pondasikokoh
dalam menggali, melahirkan, mengasah serta mengembangkan bakat
dan kemampuan unik peserta didik. Hal ini menjadi penting untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dasyat dan spektakuler
sekarang ini.

4. Peran Guru dalam Pembinaan Karakter


Guru merupakan sosok yang keberadaanya sebagai aktor
penggerak dengan menciptakan peserta didik yang berkualitas, baik dari
sisi akademik, afektif dan psikomotorik. Hartatik (2014:50)
menguraikan beberapa peran utama guru dalam pendidikan karakter
sebagai birikut:
1) Keteladanan
Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki
oleh guru. Dalam pendidikan karakter, keteladanan yang dibutuhkan
oleh guru berupa konsistensi dalam menjalankan perintah agama
dan menjauhi larangan-laranganya, kepedulian terhadap orang lain,
kegigihan meraih prestasi dan lain sebagainya. Dengan keteladanan
yang baik dan juga konsisten akan membuat siswa lebih mudah
mengembangkan karakternya.
47

2) Inspirator
Jika semua guru mampu menjadi sosok inspirator makan
kader-kader bangsa akan muncul sebagai sosok inspirator. Mereka
akan mencurahkan segala daya dan upaya untuk meraih prestasi. Ia
mampu membangkitkan semangat karena sudah pernah jatuh bangun
dalam meraih prestasi dan kesuksesan yang luar biasa.
3) Motivator
Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru dalam
membangkitkan spirit dan potensi luar biasa dalam diri peserta
didik. Setiap anak adalah jenius, yang mempunyai bakat spesifik dan
berbeda dengan orang lain. Maka tugas guru adalah melahirkan
potensi itu ke permukaan dengan banyak berlatih, mengasah
kemampuan dan mengembangkan potensi semaksimal mungkin.
4) Dinamisator
Artinya seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat,
tapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong
ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan dan kearifan yang
tinggi. Selain itu, menjadi guru dinamisator harus mempunyai
kemampan yang sinergis antara intelektual, emosional dan spiritual
sehingga mampu menahan setiap serangan yang menghalangi.
5) Evaluator
Artinya guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran
yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Selain itu juga
harus mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan, sepak
terjang dan perjuangan yang direncanakan.

5. Pilar Pembinaan Karakter


Pilar pembinaan karakter sangat penting dan harus
dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional.
Indonesia Heritage Foundation (Majid, 2012: 42-43) merumuskan
sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu:
a) Cinta kepada Allah dan semesta bersama isinya
b) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
c) Jujur
d) Hormat dan santun
e) Kasih sayang, peduli, dan kerja sama
f) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
g) Keadilan dan kepemimpinan ERT
48

h) Baik dan rendah hati


i) Toleransi, cinta damai, dan persatuan.

berdasarkan uraian di dapat disimpulkan bahwa pembinaan


karakter memiliki sembilan karakter dasar yang harus kita tanamkan
kepada siswa. Dengan sembilan karakter dasar ini diharapkan siswa
dapat melaksanakannya dengan baik.
Character Count di Amerika (Majid, 2012: 43)
mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar yaitu:
1) Dapat dipercaya (trustworthiness), 2) Rasa hormat dan perhatian
(respect), 3) Tanggung jawab (responbility), 4) Jujur (fairness), 5)
Peduli (caring), 6) Kewarganegaraan (citizenship), 7) Ketulusan
(honesty), 8) Berani (courage), 9) Tekun (diligence), 10) Integritas.
Berdasarkan pendapat Majid di atas, dapat disimpulkan bahwa
pilar karakter memiliki nilai yang sangat baik dalam membangun
karakter siswa. Pendidikan sekolah memiliki kewajiban dalam
membangun karakter yang baik untuk siswa. Orang tua juga
memegang peranan yang utama dalam membangun karakter pada
anak. Maka dari itu, keluarga dan pihak sekolah harus ada kerjasama
yang baik dalam pendidikan karakter pada siswa.
Kemendiknas (2010: 8) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter memiliki nilai-nilai yang dikembangkan dan diidentifikasi
dari berberapa sumber, yaitu: 1) Agama, 2) Pancasila, 3) Budaya, dan
4) Tujuan Pendidikan Nasional. Keempat sumber nilai tersebut,
teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai
berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras,
6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10)
Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi,
13) Bersahabat/ Komunikatif, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca,
16) Peduli Lingkungan, 17) Peduli Sosial, 18) Tanggung-jawab.

Berdasarkan uraian di atas, dari 18 nilai karakter tersebut yang


akan diteliti adalah karakter religius. karakter religius adalah nilai
karakter yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan dalam diri
manusia. Nilai ini sangat penting untuk diteliti karena nilai religius
memiliki nilai yang kaitannya dengan Tuhan dan ajaran
agama.kemudian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter di atas
harus ditanamkan dan diterapkan baik di sekolah maupun di
lingkungan sekitar masyarakat. apabila nilai-nilai karakter tersebut
49

ditanamkan secara terus-menerus, maka siswa memiliki nilai-nilai


karakter yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupannya.

D. Karakter Islami
1. Pengertian Karakter Islami
Karakter Islami Karakter dalam pandangan Islam sama dengan
akhlak. Akhlak dalam pandangan Islam adalah kepribadian.
Kepribadian memiliki tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Majid (2012: 9) memutuskan bahwa akhlak berasal dari
bahasa Arab jama 'dari khulugun yang menurut logat diartikan budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh karena itu, akhlak
merupakan suatu sikap, watak, tabiat, dan tingkah laku yang dimiliki
seseorang yang menyatu dalam melakukan suatu perbuatan.
Imam Al-Ghazali dalam kutipan Sani (2016: 44) mengemukakan
tentang akhlak adalah sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam
diri manusia sehingga muncul secara spontan kompilasi yang sedang
berjalan dengan lingkungan. Orang yang berakhlak akan melakukan
kebaikan secara spontan tanpa pamrih apa pun. Demikian juga orang
yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa
memikirkan akibatnya bagi dirinya.
Hamid (2013: 44) mengemukakan beberapa resolusi akhlak
secara subtansial, berikut sebagai berikut:
1) Akhlak adalah perbuatan yang telah memperoleh kekuatan dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Akhlak adalah tindakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
berpikir. Tanpa pertimbangan ini bukan berarti saat melakukan
tindakan, orang yang diminta dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan, tidur, dan gila.
3) Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan
akhlak adalah tindakan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan, dan keputusan yang dimiliki.
4) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan kenyataan, bukan
main-utama atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan
ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang
atau karena ingin mendapatkan pujian seseorang dan membantu
kuat dalam jiwa seseorang. Akhlak juga mewakili suatu sikap dan
tindakan yang telah menyatu di dalam diri seseorang sehingga
muncul secara spontan kompilasi dengan lingkungan.
50

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter


dalam pandangan Islam sama dengan akhlak. Nilai Islami adalah
bentuk watak, tingkah laku, dan kepribadian seseorang yang
berasaskan nilai-nilai Islam. Karakter Islami juga merupakan
sekumpulan nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh wahyu Illahi dalam
menata tingkah laku dan kepribadian seseorang. Jika karakter Islami
ditanamkan pada siswa terus menerus, maka siswa akan memiliki
karakter sesuai dengan tuntunan Islam.

2. Karakter Islami Berdasarkan Al Quran


Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pembinaan dan
karakter. Arti dari pembinaan karakter menurut Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk
kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral,
etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan
pelatihan yang berpedoman pada AlQuran dan sunnah. Pembentuk
kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat, reaksi,
perbuatan, dan perilaku.
Tujuan pendidikan karakter Qurani adalah untuk menghasilkan
anak didik yang berkarakter Qurani. Untuk menjadikan manusia yang
berkarakter maka anak didik mau tidak mau harus diarahkan sejak dini
untuk memahami al-Quran dengan mentadabburinya; membaca,
mengkaji, mengamalkan dan mengajarkannya; hal ini juga berlaku sama
pada hadits. Sehingga dengan mentadabburi AlQuran dan Sunnah maka
diharapkan anak didik menjadi anak yang berkepribadian sebagaimana
pribadi Rasulullah yaitu pribadi Qurani. Pribadi yang menjadi
penyelesai permasalahan bukan penambah masalah. Pribadi yang hidup
dan menghidupkan dalam setiap perjalanan zaman. Pribadi yang mulia
semulia Al Quran. Karakter Qurani adalah usaha untuk menjadikan
anak didik sebagai manusia yang berkarakter Qurani dengan hasil yang
ingin dicapai adalah anak didik yang beradab yang mampu beradaptasi
dan berdialog dengan zaman tanpa harus melepaskan identitas
ketauhidannya. Sebagaimana Sabda Rasul: “Mendidik mereka menjadi
beradab” (HR. Abu Dawud).Pembentukan ini secara relatif menetap
pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni
pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran
51

beragama , dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia


pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum
mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan
berkepribadian Islam.
Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti
jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk
kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai
AlQuran dan al-Sunnah Nabi sebagai identitsa kemuslimannya, dan
mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus
mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian
dalam pendidikankan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri,
keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Al-Quran diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk bagi umat muslim, Manusia menjadikan Al-Quran sebagai
pedoman menjalani hidup di dunia agar selalu berjalan pada poros
yang telah Allah tentukan dengan tujuan mendapatkan kebaikan di
Surga, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala apa yang dilarang-Nya. Karena kehidupan di dunia ini
keseluruhan nya telah diatur oleh Allah dalam kitab sucinya Al-
Quran tidak terkecuali masalah akhlak. Karena manusia hidup
berdampingan dengan manusia lain maka perlu bagi setiap individu
mempelajari tentang akhlak.
Yatimi Abdullah (2007:2) menyatakan bahwa pengertian
“akhlak” secara etimologi, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab,
adalah bentuk jamak dari “khuluq” yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Ber-akar dari kata “khalaqa” yang berarti
menciptakan. Se-akar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang
diciptakan ) dan “khalq” (penciptaan).
Senada dengan Abdullah, Sahilun A.Nasir (1991:14)
menyatakan bahwa akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.
Sedangkan kata khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia,
gambaran ini merupakan bentuk dari lahiriyah manusia, seperti raut
wajah, gerak anggota badan, dan seluruh tubuh. Sedangkan menurut
bahasa Yunani, pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethieos
atau athos, yang artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan
hati untuk melakukan perbuatan baik Ethicos kemudian menjadi etika
Diperkuat oleh Ernita Dewi (2011:258) dalam bukunya
menyatakan bahwa Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah
52

sesuatu yang menggambarkan tentang perilaku seseorang, yang terdapat


dalam jiwa seseorang yang keluar secara mudah dan otomatis tanpa
terpikir sebelumnya. Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan
yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka
ia dinamakan akhlak yang mulia, namun jika sebaliknya maka ia
dinamakan akhlak yang tercela.
Ernita menambhakan akhlak adalah persoalan yang esensial
dalam kehidupan manusia, sebagaimana tercantum dalam 467 ayat yang
tersebar dalam berbagai surat AlQuran. Seperti yang terdapat dalam
Surat An Nahl ayat 125: “Ajaklah (manusia) ke jalan Allah dengan
bijaksana, dan nasehatilah mereka dengan sopan, dan berdiskusilah
dengan cara yang baik”.
Maka dari itu Allah memerintahkan kepada kita untuk
bersikap baik kepada semua hal, Allah berfirman dalam kitab suci
Al Quran yang berbunyi:
‫َو ق ُىن ُىان ِهى َّا ِس ُح ْس ى ًا‬
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (al-
Baqoroh: 83)

Ada beberapa ayat yang senada dengan bunyi ayat di atas baik
secara langsung atau tidak langsung, di antaranya adalah firman
Allah:

َ ‫ي أ َ ْح‬
ُ‫س ه‬ َ ِ‫َو ق ُ ْم نِ ِع ب َا ِد ي ي َق ُىن ُىا ان َّت ِي ه‬

“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah


mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar)” (al-
Isro: 53)

‫َو ال ت َىْه َ ْر ه ُ َم ا َو ق ُمْ نَه ُ َم ا ق َ ْى ال َك ِر ي ًم ا‬

“Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah


kepada mereka Perkataan yang mulia” (al-Isro: 23)

Allah beberapa kali mengulang dan membicarakan tentang


Akhlak, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak sangat penting dan
diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Agama Islam telah
memiliki figur akhlak yang sangat sempurna, beliau adalah Nabi
Muhammad SAW, Allah berfirman di dalam Al Quran;
53

َّ ‫َّللا َ َو انْي َ ْى َو ْاْل ِخ َر َو َذ َك َر‬


َ ‫َّللا‬ َ ‫َّللا ِ أ ُ ْس َى ة ٌ َح‬
َّ ‫س ىَت ٌ ن ِ َم ْه َك انَ يَ ْر ُج ى‬ َّ ‫ن َق َ ْد َك انَ ن َ ُك ْى ف ِي َر سُى ِل‬
‫َك ث ِي ًر ا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (QS. Al-Ahzab 33:21)

Selain itu Rasulullah juga menyatakan bahwa kehadiran


beliau sebagai Nabi dan Rasul di muka bumi untuk
menyempurnakan Akhlak, Rasulullah bersabda;

‫ق‬ َ ‫ت ِأل ُت َ ِّم َى‬


ِ َ ‫ص انِ َح اْأل َ ْخ ال‬ ُ ْ‫إ ِو َّ َم ا ب ُ ِع ث‬

“Sesungguhnya saya ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan


akhlak yang mulia.”( HR.Muslim).

Perintah Allah SWT dalam Al Quran untuk memperbaiki


akhlak, Nabi Muhammad SAW juga memprioritaskan permasalahan
akhlak dalam hadis-hadisnya, salah satu hadis Nabi yang berbicara
tentang pentingnya akhlak mulia bagi manusia adalah, “Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak”. Allah SWT mengutus Nabi Saw
untuk memberi contoh akhlak mulia kepada manusia. Pekerjaan itu
dilakukan oleh Nabi Saw sebaik mungkin sehingga mendapat pujian
dari Allah SWT“ Sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang
agung”. Lebih dari itu beliau menempatkan muslim yang paling tinggi
derajatnya adalah yang paling baik akhlaknya. “Sesempurna-Nya iman
seseorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya” Maka
tidak heran ketika Aisyah mendiskripsikan Nabi Muhammad Saw.
dalam hadisnya sebagai Al-Qur`an berjalan; “Akhlak Nabi Muhammad
SAW. Adalah Al Qur`an“.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahawa


karakter dalam Islam disebut juga akhlak, dan pembinaan karakter
islami adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik
untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan
membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak
mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
54

keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam


kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran,
bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada Al Quran dan sunnah.

3. Karakter Islami Rasulullah


Karakter atau akhlak Rasulullah diambil sebagai teladan yang
baik bagi seorang muslim. Aqib (2012: 3) Mengatakan bahwa karakter
yang dimiliki oleh Rasulullah adalah shiddiq yang artinya benar / jujur,
amanah dapat dipercaya, tabligh yang berarti menyampaikan
kebenaran, dan fathanah artinya cerdas.
Kesuma (2013: 11) menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan
berbagai karakter lain. Shiddiq yang berarti benar, mencerminkan
bahwa Rasulullah yang berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata
dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran.
Amanah yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dapat dipercaya oleh
siapapun baik kaum muslimin maupun nonmuslim. Fathanah yang
cerdas / pandai, arif, wawasan luas, terampil, dan profesional. artinya
Rasulullah dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan
kehandalannya dalam pemecahan masalah. Tabligh yang artinya
komunikatif mencerminkan siapa pun yang menjadi lawan bicara
Rasulullah, maka orang tersebut akan dengan mudah memahami apa
yang dibicarakan/dimaksud oleh Rasulullah.
Sani (2015: 64) berpendapat bahwa selain empat sifat yang
wajib yang dimiliki oleh seorang Rasulullah, Beliau juga memiliki sifat
yang juga harus diambil sebagai teladan oleh seorang muslim,
diantaranya: 1) Sifat Lemah Lembut 2) Sifat Pemaaf 3) Sifat Penyayang
4) Sifat Penyabar 5) Sifat Tawadu 6) Sifat Jujur.
Berkaitan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah
SAW memiliki empat sifat atau karakter wajib, yaitu shiddiq (benar),
amanah (dapat dipercaya), tabligh (kebenaran), dan fathanah (cerdas).
Rasulullah juga memiliki karakter lain selain empat karakter wajib,
yaitu lemah lembut, pemaaf, penyayang, penyabar, tawadu, dan jujur.
Karakter yang dimiliki Rasulullah SAW diharapkan menjadi contoh dan
teladan bagi seorang muslim.
55

4. Metode Pembinaan Karakter Islami di Sekolah


Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa karakter
merupakan pondasi bagi peserta didik mengarungi kehidupan yang
sesungguhnya.Oleh karena itu pendidikan karakter sangat penting untuk
diterapkan di sekolah. Penerapkan pendidikan karakter di sekolah
memerlukan metode untuk mengimplementasikan, sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran
Asmani (2013: 58) Pembelajaran lebih lanjut tentang
pembelajaran umum dengan pertimbangan terpisah dengan hakikat
pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan rencana yang
komprehensif tentang penyajian materi ajar yang lengkap dan
berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Kegiatan pembelajaran
yang bertujuan menjadikan siswa memahami (kompetensi) materi
yang ditargetkan, serta dirancang untuk membuat siswa mengenal,
menyadari atau peduli, dan menginnternalisasi nilai-nilai dalam
bentuk perilaku.
2. Bimbingan
Bimbingan (Majid, 2012: 121) merupakan proses pemberian
bantuan terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan
pengarahan diri sendiri yang diperlukan untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta
masyarakat. Hal ini juga sependapat dengan Muhammad Surya,
bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian dalam pememahami diri, pengarahan diri
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkugannya.
3. Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan menurut Wibowo (2012: 87-88) adalah
kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan
ini biasanya dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan
yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari
siswa, yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru
mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik, maka pada
saat itu juga harus melakukan koreksi sehingga siswa tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baikitu. Misalnya, ketika ada siswa
yang membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak
56

sehingga menggangu piak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak


sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh, maka guru atau tenaga
kependidikan lainnya, harus segera mengkoreksi apa yang dilakukan
siswa tersebut.
Kegiatan spontan ini tidak hanya berlaku untuk perilaku dan
sikap siswa yang tidak baik, tetapi juga tentang perilaku yang harus
direspon secara spontan dengan memberikan pujian, misalnya ketika
siswa memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh
prestasi dalam olahraga olah raga kesenian, dan berani menentang
atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.
4. Keteladanan
Keteladanan menurut Gunawan (2014: 92) mewakili
perilaku dan sikap guru serta tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk
mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain
menghendaki agar siswa berperilaku atau bersikap sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga
kependidikan yang lain adalah orang pertama dan utama
memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-
nilai itu, seperti berpakaian rapi, datang tepat waktu, bekerja keras,
bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur,
menjaga kebersihan.
5. Pembiasaan
Pembiasaan menurut Gunawan (2014: 93) adalah sesuatu
yang sengaja dilakukan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaan. Penerapan pembiasaan berkaitan dengan
pengamalan, karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang
diamalkan dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan ini
menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat
menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat
dan spontan agar kegiatan dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan.
Oleh karena itu, menurut para pakar, pembiasaan sangat efektif
dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian siswa.
57

5. Peran Sekolah dalam Pembinaan Karakter Islami


1) Peran Guru di Sekolah
Dalam konteks pendidikan guru dipandang sebagai sosok yang
bertanggung jawab melaksanakan pendidikan (Fauzan, 2017:23) Guru
memiliki peran penting dalam membina perkembangan siswa untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru sebagai pengajar, pendidik, dan
pembimbing harus mampu memdidik siswa agar memiliki kepribadian
yang baik. Lickona (2013: 112) mengungkapkan guru memiliki
kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada siswa,
setidaknya ada tiga cara, yaitu:
a. Guru dapat menjadi penyayang yang efektif, menyanyangi dan
menghormati siswa, membantu mereka meraih sukses di sekolah,
membangun Kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka
mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka
memperlakukan mereka dengan etika yang baik.
b. Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang beretika
yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawab yang tinggi,
baik di dalam maupun di luar kelas.
c. Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan intruksi,
moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas,
bercerita, memberikan motivasi personal, dan memberikan umpan
balik yang korektifkepada siswa yang menyakiti temannya atau
diri sendiri.

Sebagai pembanding Fauzan (2017 : 27) menyebutkan dari


National Boardfor Profesional Teaching Skill (2002) yang telah
merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang
menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan
rumusan WhatTeachersShouldKnowand Be Ableto Do, di dalamnya
terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:
1) Teachers are CommittedtoStudentsandTheirLearning yang
mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual
siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar
siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secaraadil, dan
(d) misi guru dalam memperluascakrawala berfikir siswa.
2) TeachersKnow
theSubjectsTheyTeachandHowtoTeachThoseSubjectstoStudents
mencakup: (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata
58

pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan


mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan
materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh
pengetahuan dengan berbagai cara (multiplepath).
3) Teachers are
ResponsibleforManagingandMonitoringStudentLearning
mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam
berbagai setting kelompok (groupsetting), kemampuan untuk
memberikan ganjaran (rewarđ) atas keberhasilan siswa, (c)
menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan
tujuan utama pembelajaran.
4) TeachersThinkSystematicallyAboutTheirPracticeandLearnfrom
Experience mencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji
diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru
meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset
tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.
5) Teachers are MembersofLearningCommunities mencakup: (a)
guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah
melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b)
guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat
menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.

Fauzan (2017: 187) menyatakan bahwa seorang guru


sebelum dan sesudah di kelas menuntut sebuah kemampuan yang
tidak hanya sebatas pada proses perencanaan kegiatan belajar dan
evaluasi, tetapi lebih kepada guru untuk melakukan pendekatan
komunikasi intensif dengan siswa, sehingga terjalin satu pola
hubungan yang saling membutuhkan. Dalam hal ini peran guru
tidak hanya sebatas “mendidik” dan “mengajar” dalam pengertian
sempit yakni transfer ofknowledge, tetapi peran sebagai
pembimbing pemberi solusi (problem solving),pengarah, mediator
pembelajaran, dan pemicu semangat belajar siswa.
Kemudian Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasi sedikitnya
19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan,
pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan,
pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor,
emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.
59

Penjelasan tentang peran di dapat disimpulkan bahwa guru


harus bisa memposisikan diri sebagai orang yang serba bias, kreatif
dan inovatif. Peran guru sebagai pembimbing, penasehat,
pembaharuan, dan pengawas harus dapat menanamkan kedisiplinan
di sekolah dengan baik. Selain itu juga guru harus menjadi teladan
dalam penerapan karakter Islami dalam kehidupan yang nyata.

2) Peran Kepala Sekolah


Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sarana sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan
pendidikan karakter di sekolah perlu dipilih kepala sekolah yang
memiliki kemampuan manajemen juga kepemimpinan yang
tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk
meningkatkan mutu sekolah. Gunawan (2014: 178) kepala sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam menyukseskan
implementasi pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam
mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua
sumber daya pendidikan yang tersedia.
Mulyasa (2007: 187) mengemukakan pendapat kepala
sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan
mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antar sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.
Kepala sekolah yang profesional tidak hanya dituntut untuk
melaksanakan berbagai tugasnya di sekolah, tetapi kepala sekolah
juga harus mampu menjalin hubungan kerja sama dengan
masyarakat dalam rangka membina siswa secara optimal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah merupakan orangyang bertanggung jawab dalam
mengelola sekolah dan menggerakkan seluruh potensi sekolah
secara optimal dan efisisen, serta melakukan kerjasma yang baik
dengan seluruh pihak seperti masyarakat dan pemerintah untuk
mencapai tujuan pendidikan. kepala sekolah memiliki tugas serta
tanggung jawab dalam membina karaker Islami guna menciptakan
kepribadian baik siswa dan guru.
60

E. Undang-undang Penguatan Pendidikan Karakter di Indonesia


1. Pengertian penguatan pendidikan karakter
Penguatan pendidikan karakter merupakan program yang saat
ini sedang dilaksanakan pemerintah kepada seluruh sekolah di
Indonesia. Menurut Kemendikbud (2016: 2) “penguatan pendidikan
karakter adalah program pendidikan di sekolah untuk memperkuat
karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga dengan dukungan perlibatan publik dan kerja sama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)”. Menurut Sulistyowati
dalam (Al-Anwari, 2014: 235) menyatakan bahwa “penyelenggaraan
pendidikan pada konteks mikro berfokus kepada implementasi
pendidikan karakter di sekolah”. Pendidikan menjadi garda depan
dalam upaya pembentukkan karakter manusia Indonesia yang
sesungguhnya dan sekolah merupakan sektor utama yang secara
optimal memanfaatkan dan memperdayakan semualingkungan belajar
yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki,menguatkan, dan
menyempurnakan secara terus menerus melalui prosespendidikan
karakter di sekolah.
Sedangkan menurut Sriwilujeng (2017: 4) mengemukakan
bahwa penguatan pendidikan karakter (PPK) merupakan proses
pembentukan, transformasi, dan pengembangan potensi peserta didik
agar memiliki pikiran yang baik, hati yang baik, dan perilaku yang
baik; sesuai dengan falsafah pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia. PPK juga telah menjadi perhatian berbagai Negara dalam
rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas bukan hanya untuk
kepentingan individu, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penguatanpendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
denganpembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran dan
diarahkan padapenguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh
dengan penguatandan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuksekolah/lembaga.
Menurut menurut Sriwilujeng (2017: 7) penguatan pendidikan
karaktermerujuk pada lima nilai utama yang meliputi;
a. Religius (Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa).
61

b. Nasionalis (Menempatkan kepentingan bangsa dan negara


di atas kepentingan diri dan kelompoknya).
c. Mandiri (Tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita).
d. Gotong royong (Mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama).
e. Integritas (Upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan).
Dapat disimpulkan bahwa penguatan pendidikan
karakter adalah kebijakan pemerintah Indonesia dalam
rangka meningkatkan karakter generasi penerus bangsa
melalui program yang terstruktur dan terencana, dengan lima
nilai utama yaitu, religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, integritas.

2. Substansi Undang-Undang No. 20 Tahun 2018 tentang


Penguatan Pendidikan Karakter
Dalam Permendikbud nomor 20 tahun 2018 tentang
penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan
formal atau disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja
sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan Untuk
mengembangkan pendidikan karakter siswa dibutuhkan
penguatan pendidikan karakter ini yang diwacanakan oleh
Peraturan Mentri dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018
terutama pada pasal 1 ayat 5, 6 dan 7, pasal 2 ayat 1 dan
2,pasal 4 ayat 3, pasal 6 ayat 1 dan pasal 11 ayat 1 yang
dijelaskan sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (5):


Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran untuk
pemenuhan beban belajar dalam kurikulum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
62

Pasal 1 ayat (6):


Kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan
untukpenguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan
kegiatan Intrakurikuler.

Pasal 1 ayat (7):


Ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan
karakterdalam rangka perluasan potensi, bakat, minat,
kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian
peserta didik secara optimal.

Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa kokurikuler adalah kegiatan


yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan
kegiatan Intrakurikuler. Dan pasal 1 ayat 7 berbunyi bahwa
ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka
perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama,
dan kemandirian peserta didik secara optimal.

Pasal 2 ayat (1) :


PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi
Komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.
Pasal 2 ayat (2) :
Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan dari 5 (lima) nilai utama yang saling
berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam
kurikulum.

Berdasarkan pasal diatas, dapat dipahami bahwa nilai-nilai


karakter di Indonesia pada dasarnya terurai kedalam delapan belas nilai
yang dikristalisasi menjadi lima nilai utama yang diharapkan dapat
tertanam dalam diri peserta didik sejak dini sehingga implementasi
pendidikan karakter di sekolah dapat terwujud dan sesuai dengan
63

harapan pemerintah terutama pada Sekolah Menengah Atas. Kelima


nilai utama tersebut didasarkan pada Pancasila sehingga sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia dan diyakini mampu memberikan
kontribusi terhadap perbaikan moral generasi muda sehingga peserta
didik mampu menyaring budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.

Pasal 4 ayat (3):


Muatan karakter dalam penyelenggaraan PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diimplementasikan
melalui kurikulum dan pembiasaan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan
pendidikan jenjang pendidikan menengah.
Pasal 6 ayat (1):
Penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi
kemitraan tripusat pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan pendekatan berbasis:
a. kelas; b. budaya sekolah; dan c. masyarakat.
Pasal 11 ayat (1):
Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan
selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1
(satu) minggu.

Melalui pasal diatas diketahui bahwa, pembinaan karakter


pada peserta didik harus melalui pembiasaan yang dilakukan dalam
kesehariannya. Pembiasaan tersebut dapat dilakukan dilingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang
harus terealisasikan secara nyata bagi peserta didik terlebih pada
lingkungan sekolah melalui budaya sekolah yang sesuai dengan
nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat. Perwujudan budaya sekolah
harus didukung dan dilaksanakan oleh seluruh elemen-elemen
sekolah untuk memberikan contoh yang baik. Sehingga, contoh-
contoh tersebut dapat diikuti oleh peserta didik dan menjadi suatu
kebiasaan yang mengarah pada pembentukan karakter yang sesuai
dengan lima nilai utama seperti religiuslitas, nasionalisme, gotong
royong, kemandirian dan integritas yang terintegrasi dalam
kurikulum.
64

F. Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini, sebagai berikut :

1. Penelitian Nur Shabrina Putri, dkk. (universitas Negeri Malang, 2019)


yang berjudul Manajemen Pembinaan Akhlak dalam Penguatan
Pendidikan Karakter Peserta Didik. Penelitian ini sama-sama
membahas tentang bagaimana proses manajemen pembinaan akhlak /
karkater, namun penelitian ini dilakukan pada tingkat sekolah dasar
yaitu SD Negeri Merjosari 4 Malang dan SD Negeri Karang besuki 4
Malang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa proses
manajemen pembinaan akhlak sudah berjalan sesuai dengan 4 standar
proses manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
evaluasi. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
penulis terletak pada subjek penelitian, dimana pada penelitian Nur
Shabrina mengkaji masalah karakter pada tingkat SD sedangkan
penelitian ini menganalisis pendidikan karakter tingkat SMA melalui
proses menajemen kurikulum ke khasan sekolah.

2. Penelitian Nurlaela Sari (UIN Sunan Gunung Djati, 2019)yang berjudul


Manajemen Pembinaan Karakter Peserta Didik Berbasis Masjid
Madrasah MadrasahAliyah Negeri 3 Tasikmalaya.. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa Madrasah Aliyah Negeri 3
Tasikmalaya memaksimalkan proses pembinaan karakter melalui
sarana masjid, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan seperti,
kultum, membaca alquran, salat berjamaah. Kemudian kegiatan
tersebut telah dilakukan sesuai teori manejemen G. R Terry yaitu
planing, organizing, actuating, controling. Penelitian Nurlela memiliki
persamaan dengan penelitian penulis, yaitu sama-sama membahas
tentang manajen pembinaan karakter, namun penelitian Nurlaela fokus
pada pembinaan karakter berbasis masjid Sedangkan penelitian ini
fokus pada manejemen pelaksanaan pembinaan karakter islami
berdasarkan kurikulm khas sekolah SMA Al Hasra Depok.

3. Penelitian Nurul Istiqamah (UIN Sunan Kalijaga, 2018) yang berjudul


Manajemen Pembinaan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al
Luqmaniyyah Yogyakarta.Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan
bahwa Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah Yogyakarta menggunakan 4
65

fungsi manajemen George R Terry dalam melakukan pembinaan


karakter santri. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
yang dilakukan penulis yaitu sama-sama membahas tentang proses
pembinaan karakter, namun penelitian yang dilakuakan penulis fokus
pada proses penerapan manajemen kurikulum khas SMA Al Hasra
dalam pembinaan karakter.

4. Penelitian Ade Surya Saputra (Universitar Negeri Yogyakarta, 2016)


yang berjudulManajemen Program Pembinaan Karakter Berbasis
Agama di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Yogyakarta.
Penelitian ini membahas proses manajemen pembinaan karakter
melalui kurikulum yang disusun berbasis Agama. Hal tersebut menjadi
persamaan dengan penelitian penulis, yaitu sama-sama membahas
proses manajemen pembinanan karakter, namun penelitian penulis
fokus pada pembinaan karakter islami berdasarkan manajem kurikulum
khas sekolah. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa SMA
Negeri 5 Yogyakarta telah melaksanakan pembinaan karakter berbasis
agama sesuai dengan 4 standar manajemen.

5. Penelitian Tri Utami (UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2016) yang
berjudulManajemen Pembinaan Karakter Islami Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Izhar Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru. Penelitian memiliki persamaan pembahasan
dengan penelitian penulis yaitu manajemen pembinaan karakter islami
siswa, namun pada penelitian ini dilakukan pada tingkat SMP, yaitu
SMPIT Al-Izhar Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa proses manajemen pembinaan
karakter telah dilakukan sesuai standar proses manajemen mulai dari
perencanan hingga evaluasi. pembinaan karakter islami di sekolah
tersebut memaksimalkan integrasi dengan mata pelajaran PPKN dan
Agama. Selain itu sekolah juga mendapat dukungan dari seluruh pihak
terkait seperti wali murid, masyarakat sekitar, dan pemerintah sehingga
proses pembinaan karakter islami dapat berjalan dengan baik.
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah subjek
penelitian pada penelitian penulis subjek penelitian adalah tingkat
SMA, kemudian pada pembahasan penelitian penulis fokus pada
analisis pelaksanaan kurikulum khas sekolah dalam membina karakter
siswa.
66

G. Kerangka konseptual
Untuk mempermudah dalam menganalisis, membaca serta
memahami penelitian ini, penulis membuat kerangka konseptual meliputi
latar belakang permasalahan, proses bagaimana implementasi manajemen
kurikulum dalam pembinaan karakter hingga hasil yang diharapakan.
kerangka konseptual pada penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep
dasar, perencanan, kendala, dan solusi implementasi manajemen kurikulum
dalam membia karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok.

Gambar 2.1 kerangka konseptual

Tujuan pendidikan dalam Perencanaan


undang-undang
pendidikan nasional no.
20 pasal 3 tahun 2003
(pendidikan karakter)

Rendahnya karakter Manajemen


kurikulum SMA Pelaksanaan/
islami peserta didik
Al Hasra Depok implementasi
(permasalahan karakter
peserta didik)

Kendala implementasi
manajemen kurikulum
Evaluasi
SMA Al Hasra dalam
membina karakterislami
peserta didik

Manajemen kurikulum SMA Al Hasra yang profesional dan unggul


dalam membina karakter islami peserta didik
67

Berdasarkan latar belakang masalah yaitu Undang-undang No.20


Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa
fokus pendidikan nasional tidak hanya fokus pada kompetensi akademik
namun juga pada kompetensi afektif atau karakter. Kemudian melihat
berbagai macam kasus dan berita diberbagai media tentang degradasi moral
dan karakter remaja saat ini, perlu adanya pendidikan karakter yang lebih
intensif dan berkualitas. Salah satu jalannya adalah dengan melakukan
manajemen pembinaan karakter yang baik pada sebuah lembaga
pendidikan. Namun masih banyak juga didapati sekolah yang menglami
masalah pelaksanaan manajemen kurikulum dalam pembinaan karakter
siswa yang berdampak pula pada hasil pembinaan karakter pesrta didik.
sehingga perlu diadakan penelitian terkait pelaksanaan manajemen
kurikulum pembinaan karakter siswa, sehingga menghasilkan proses
manajemen kurikulum yang profesional dan unggul dalam membina
karakter siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskritif berbentuk kata-kata orang dan perilakunya yang nampak atau
kelihatan. Menurut Sugiyono metode kualitatif sering disebut penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami
(natural setting). Sugiyono (2010:15) berendapat bahwa pendekatan
kualitatif memandang realita sosial sebagai sesuatu yang utuh/holistik,
kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan yang bersifat interaktif
(reciprocal). Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan
Taylor dalam L.J. Maleong (2011:4) sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan
tentang bagaimana sebuah implementasi manajemen kurikulum karakter
dapat diterapkan. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai
masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan studi deskriptif analitis. Sebagaimana menurut Nawawi
dan Martini (1994:4) mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode
yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi
dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta
historis tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di SMA Al Hasra Depok. Alasan dipilih
sekolah ini yaitu karena sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki
kurikulum pendidikan karakter islami yang tertuang dalam setiap program
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

68
69

Tabel 3.1 Waktu Peneltian


No Aktivitas Bulan
N D J F M A M J J A S N D
o e a e a P e u u g e o e
v s n b r R i n l u p v s
1 Proses √
menentukan
judul
penelitian
2 Mengajukan √
judul
3 Proses √ √
bimbingan
4 Sidang √
proposal
tesis
5 Bimbingan √ √ √ √ √ √ √ √
dan revisi
hasil sidang
proposal
tesis
6 Menyusun √ √
instrumen
7 Mengumpul √
kan data
8 Analisis √ √
data
9 Sidang tesis √

C. Sumber Data Penelitian


Menurut Sugiyono (2017: 104) “dalam penelitian kualitatif bila
dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data yang digunakan adalah
sumber dari data primer dan data sekunder” berikut penjelasannya:
a. Data primer
Menurut Sugiyono (2017: 104) sumber data primer adalah “sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.Data
yang diperoleh dari instansi lembaga pendidikan terkait, seperti:(1)
70

kepala sekolah, (2) waka kurikulum, (3) guru (4) waka kesiswaan (5)
siswa.

b. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2017: 104) data sekunder merupakan “sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data
yang di peroleh oleh peneliti adalah data yang dapat diperoleh melalui
berbagai sumber yang telah ada atau data bukan orang yang, seperti
melalui dokumen sekolah dan foto atau gambar yang tersedia di SMA
Al Hasra Depok.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang manajemen
kurikulum dan partisipasimasyarakat. Semua pertanyaan ditujukan kepada
informan dengan efektif dan terarah, artinya dalam waktu yang cepat dapat
diperoleh data yang sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan kepada:
(1) kepala sekolah, (2) waka kurikulum, (3) waka kesiswaan dan (4) guru,
(5) siswa.
Pada awalnya, wawancara dilaksanakan dengan berstruktur karena
masih bersifat umum dan belum terfokus dan hanya terpusat kepada satu
pokok masalah tertentu kemudian wawancara bebas yaitu berisi pertanyaan
yang berpindah-pindah satu masalah ke masalah lain sepanjang masih
terkait dengan penelitian.
Pelaksanaan wawancara pada prinsipnya dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang cukup sehubungan dengan pokok masalah
penelitian yang telah diidentifikasi. Kegiatan wawancara ini penulis
lakukan secara terus menerus dengan responden dalam berbagai situasi.
Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menyediakan pedoman
wawancara sebagaimana terlampir. Meskipun dalam pelaksanaanya tidak
terlalu terikat pada pedoman tersebut.
Tabel 3.2
Subjek Penelitian
Informasi yang akan diperoleh Responden wawancara
Pertumbuhan dan perkembangan KS
SMA Al Hasra Depok
Manajemen kurikulum di SMA Al KS, WKR
Hasra Depok
71

Program-program pembinaan KS, WKS, GR, S


karakter islami siswa SMA Al Hasra
Depok
Kurikulum pendidikan karakter WKR, WKS
islami siswa

Catatan :
KS : Kepala Sekolah
WKR : Wakil kepala sekolah bagian kurikulum
WKS : Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
GR : Guru
S : Siswa

2. Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis
terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal ataupun mental.
Observasi dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek mengenai
implementasi manajemen kurikulum SMA Al Hasra Depok. Observasi
yang telah dilakukan adalah: (1) melihat dan mendengar langsung
tentang obyek yang diamati, yaitubagaimana manajemen kurikulum
yang berlangsung di SMA Al Hasra Depok dan bagaimana penerapan
pendidikan karakter disana (2) mengamati obyek yang diteliti, yaitu
bagaimana keadaan atmosfir sekolah kaitanya dengan praktik penerapan
pendidikan karakter baik oleh guru, siswa maupun pegawai sekolah (3)
mencatat hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu
kaitanya dengan proses manajemen kurikulum dalam membina karkter
islami siswa SMA Al Hasra Depok. Cara ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang cermat, faktual dan sesuai dengan konteksnya.

3. Dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan cara diperoleh
dari seumber manusia (human resources) melakukan observasi dan
wawancara akan tetapi belum cukup lengkap perlu adanya penguatan
atau penambahan data dari sumber lain yaitu dokumentasi. Dokumen-
dokumen yang ada bahkan yang sudah lama digunakandalam penelitian
ini sebagai sumber data. Alasan peneliti menggunakan metode ini
adalah: (1) sebagai bukti untuk suatu pengujian; (2) relatif murah dan
mudah diperoleh; (3) lebih bersifat alamiah; (4) merupakan sumber
72

yang stabil dan kaya akan informasi; dan (5) memperluas pengetahuan
peneliti terhadap situasi yang diteliti.Dokumentasi yang telah diperoleh
peneliti adalah dokumen kurikulum yang digunakan SMA Al Hasra
Depok dan foto-foto kegiatan siswa terkait dengan usaha sekolah dalam
pembinaan pendidikan karakter islami.

E. Uji Kredibilitas
Menurut Sugiyono (2017: 191) “uji kredibilitas pada penelitian ini
bertujuan untuk menguji keautentikan atau keabsahan data agar hasil
penelitian kualitatif yang dilakukan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah”. Terdapat beberapa strategi penelitian kualitatif yang dapat
dilakukan untuk uji kredibilitas, antara lain:
1. Memperpanjang Waktu
Perpanjangan waktu ini digunakan untuk memperoleh trust dari
subjek kepada peneliti mengingat bahwa pada penelitian kualitatif
peneliti harus mampu melebur dalam lingkungan subjek penelitian.
2. Triangulasi
Menggunakan triangulasi (triangulation) dengan jenis
triangulasi teknik yaitu teknik menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Triangulasi sendiri merupakan penggunaan dua atau lebih sumber
untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu
fenomena yang akan diteliti. Sehingga untuk mengetahui keautetikan
data dapat dilihat dari sumber

F. Teknik Analisis data


Dalam penelitian kualitatif proses analisis databerlangsung sebelum
peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan setelah di lapangan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiono (2008) bahwa analisis telah
dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian.
Proses analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model Miles dan Huberman menyatakan bahwa aktivitas
dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas analisis data sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi
tiga unsur sebagai berikut :
73

1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi yaitu (1)
membuat ringkasan, dari hasil wawancara yang dilakukan kepada para
narasumber (2) mengkode, yaitu memberikan kode dari hasil seluruh
tehnik pengumpulan data dengan rumusan masalah yang ada (3)
menelusur tema, yaitu memisahkan hasil penelitian kemudian
menyesuaikandengan masing-masing tema yaitu tentang manajemen
kurikulum dan pendidikan karakter.
2. Penyajian data
Data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian-penyajian yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi
analisis kualitatif yang valid. Dalam penelitian ini, data disajikan pada
Bab IV dengan berbagai jenis ringkasan, penjelasan, grafik, tabel dan
bagan.
3. Penarikan kesimpulan
Sugiyono (2008:90) menyatakan tahap terakhir yang berisikan
proses penganbilankeputusan yang menjurus pada jawaban dari
pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan
“how” dari temuan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, kesimpulan
diberikan pada Bab V sebagai hasil jawaban dari beberapa pertanyaan
yang telah diajukan dalam rumusan masalah.

G. Instrumen Penelitian
Moleong (2001:168) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen
penelitian dapat mengembangkan kreatifitasnya untuk mengumpulkan data
secara lengkap, karena kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatatif
adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir
data dan juga sebagai pelapor hasil penelitian. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kualitatif maka instrument yang utama adalah peneliti
sendiri. Jadi peneliti merupakan instrumen atau alat penelitian, karena
menjadi keseluruhan proses penelitian.
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari instrumen primer dan
instrumen sekunder. Instrumen primer adalah peneliti sendiri yang
melakukan wawancara di lapangan.Instrumen sekunder berupa pertanyaan
74

yang disiapkan dan dijawab oleh responden. Pengumpulan data dilakukan


dengan pengamatan, wawancara, pengumpulan dokumen dan foto-foto
terkait penelitian. Setelah fokus dan perumusan masalah dalam penelitian
sudah menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana yang diharapkna dapat menjaring data dari sumber data yang
mendalam.
Tabel 3.3
Kategori Informasi Lapangan
Teknik /
Instrumen
Kategori Sumber / bahan yang di
No. pengumpulan
Informasi perlukan
data
W O D
Sejarah dan latar
belakang Dokumen resmi sekolah dan
1 √
berdirinya SMA bahan tertulis lain yang relevan
Al Hasra Depok
Struktur organisasi
Dokumen resmi sekolah dan
2 SMA Al Hasra √
bahan tertulis lain yang relevan
Depok
Visi, Misi, dan
Dokumen resmi sekolah dan
3 Tujuan SMA Al √
bahan tertulis lain yang relevan
Hasra Depok
Dokumen resmi sekolah dan
bahan tertulis lain yang relevan

(tujuan, bahan ajar, sumber,
Manajemen evaluasi)
kurikulum Proses-proses interaksi antara
pembinaan seluruh komponen yang
4 √
karakter islami di terlibat dalam kegiatan
SMA Al Hasra kurikulum
Depok Pandangan dan pendapat
seluruh komponen yang

terlibat dalam kegiatan
kurikulum
Penerapan Dokumen resmi sekolah dan
5 pembinaankarakter bahan tertulis lain yang relevan √
islami di SMA Al (program intrakurikuler dan
75

Hasra Depok ekstrakurikuler)

Proses-proses interaksi antara


seluruh komponen yang
terlibat dalam kegiatan √
pembinaan karakter islami
siswa
Pandangan dan pendapat
seluruh komponen yang
terlibat dalam kegiatan √
pembinaan karakter islami
siswa

Tabel 3.4
Kisi-kisi Pengamatan
No. Objek / Peristiwa yang diamati
1 Situasi lingkungan SMA Al Hasra Depok dalam membina karakter
islami
2 Proses perencanaan pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra
Depok (kepala sekolah, waka bidang kurikulum, waka bidang
kesiswaan, guru)
3 Penerapan pembinaan karakter islami tingkat SMA Al Hasra Depok
(seluruh warga sekolah)
4 Penerapan pembinaan karakter islami tingkat kelas SMA Al Hasra
Depok (guru)
5 Proses evaluasi pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra Depok
6 Proses interaksi antar warga sekolah (guru – siswa, staf dan
karyawan – siswa )

Tabel 3.5
Kisi-kisi wawancara
No. Pembahasan Aspek yang ditanyakan
Manajemen Proses perencanaan kurikulum pembinaan
kurikulum karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok
1
pembinaan karakter Proses pengorganisasianpembinaan karakter
islami siswa SMA islami siswa di SMA Al Hasra Depok
76

Al Hasra Depok Proses penerapanpembinaan karakter islami


siswa di SMA Al Hasra Depok
Proses evaluasipembinaan karakter islami
siswa di SMA Al Hasra Depok di SMA Al
Hasra Depok
Proses penyusunan kurikulum pembinaan
karakter islami
Isi kurikulum pendidikan karakter islami SMA
Al Hasra Depok (standar karakter islami
sekolah, program kegiatan tingkat sekolah baik
intra kurikuler maupun ekstrakurikuler, tingkat
Pembinaan kelas oleh guru, dan program pada pelajaran
2
karakter islami terkait dalam pembinaan karakter islami siswa)
Penerapan kurikulum pembinaan karakter
islami SMA Al HasraDepok (Strategi dan
implementasi guru dalam menerapkan dan
mengembangkan isi kurikulum pembinaan
karakter islami baik di dalam maupun diluar
kelas)
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan
Sesuai dengan fokus penelitian dan rumusan masalah penelitian yaitu
bagaimana analisis implementasi manajemen kurikulum dalam membina
karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok, serta berdasarkan hasil
wawancara, observasi dan kajian dokumentasi yang didasarkan pada
pertanyaan penelitian, maka peneliti dapat menyajikan data sebagai berikut:

1. Visi, Misi, Idikator, Tujuan, dan Strategi SMA Al Hasra Depok


1) Visi
Mewujudkan lulusan yang berkepribadian islami, berprestasi, dan
berwawasan global
2) Misi
a. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik di bidang keislaman,
profesional, dan bahasa asing
b. Menerapkan kurikulum nasional dan kurikulum ciri khas sekolah
dengan mengedepankan keislaman, bahasa asing, sains, dan
teknologi
c. Memenuhi sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan
pembelajaran sesuai standar BNSP
d. Membangun network berskala internasional
3) Tujuan
3.1 Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik di bidang keislaman,
profesional, dan bahasa asing bertujuan :
3.1.1 Keislaman
1. Meningkatkan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam membaca Al Qur‟an.
2. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam melaksanakan ibadah wajib dan sunah.
3.1.2 Profesional
1. Meningkatkan kemampuan profesional tenaga
pendidiksesuaidengan mata pelajaran yang diampu berbasis
IT

77
78

3.1.3 Bahasa Asing


1. Meningkatkan kemampuan tenaga pendidik dalam berbahasa
Inggris

3.2 Menerapkan kurikulum nasional dan kurikulum ciri khas sekolah


dengan mengedepankan keislaman, bahasa asing, sains, dan
teknologi, bertujuan :
3.2.1 Kurikulum Nasional
1. Sebagai panduan dalam pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk
mencapai lulusan yang diharapkan
2. Meningkatkan prestasi di bidang akademik

3.2.2 Kurikulum Ciri Khas Sekolah


1. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan sekolah yang
mengarah pada kompetensi di bidang Keislaman, Bahasa
asing, sains, dan teknologi
2. Memfasilitasi kegiatan pembelajaran Keislaman, bahasa
asing, sains, dan teknologi dalam kegiatan ekstrakurikuler

3.3 Memenuhi sarana dan prasarana sekolah yang menunjang


kegiatan pembelajaran sesuai standar BSNP, bertujuan :
1. Memfasilitasi kebutuhan guru dan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan PERMENDIKNAS
No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
2. Menyediakan buku dan sarana belajar lain yang menunjang
kegiatan pembelajaran

3.4 Membangun networking berskala internasional, bertujuan :


1. Mewujudkan SMA Al Hasra menjadi Global Islamic School
79

4) Indikator visi
Tabel 4.1 Indikator Visi SMA Al Hasra Depok
KATA KUNCI INDIKATOR
Ke- Berkepribadian Mewujudkan lulusan yang :
1 Islami 1. memiliki aqidah yang kuat, tidak mudah
terpengaruh oleh ajaran yang bertentangan
dengan al qur‟an dan sunah
2. mampu beribadah baik wajib maupun sunah
sesuai dengan tuntunan syari‟at islam
3. berakhlak mulia baik kepada Allah maupun
makhluk Nya
4. mampu membaca dan menghafal Al-Qur‟an
dengan Tajwid yang benar
5. mampu mengaktualisasikan nilai kepedulian
sosial dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqoh
Ke- Berprestasi 1. Mewujudkan lulusan yang berprestasi di bidang
2 akademik
 Nilai rata-rata USBN meningkat
 Daya serap PTN meningkat
 10 besar dalam lomba eksternal tingkat PTN
atau Kota
2. Mewujudkan lulusan yang berprestasi di bidang
non akademik
 Meraih juara dalam lomba olahraga bidang
bulutangkis, karate, dan pencak silat minimal
tingkat Kota
 Meraih juara Tari Saman dalam lomba
eksternal
 Ikut serta dalam Paskibra Kota Depok
 Ikut serta dalam lomba eksternal baik bidang
seni maupun olahraga
Ke- Berwawasan Mewujudkan lulusan yang berwawasan global
3 Global dengan memiliki kemampuan di bidang bahasa
asing dan teknologi
 menguasai Teknologi Global berbasis Digital,
Multimedia dan Jaringan
80

 memiliki kemampuan berkomunikasi Bahasa


Inggris aktif sebagai penunjang dalam
mengikuti perkembangan global

5) Strategi dan Indikator Pencapaian Sasaran


1. Strategi untuk mencapai tujuan meningkatkankemampuan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan dalam membaca Al Qur‟an
melalui kegiatan-kegiatan :
1.1 Pemetaan Kompetensi baca Al Qur‟an
1.2 Pelatihan Baca Al Qur‟an

2. Strategi untuk mencapai tujuan meningkatkan kompetensi tependik


dalam melaksanakan ibadah wajib dan sunah melalui kegiatan-
kegiatan :
2.1 Program pembinaan Keislaman tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan
2.2 Program zakat, infaq, shodaqoh, serta tabungan Qurban
bekerjasama dengan Islamic Center

3. Strategi untuk mencapai tujuan meningkatkan kemampuan


profesional tenaga pendidik sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu berbasis IT melalui kegiatan- kegiatan :
3.1 Pengajuan Guru Tetap Yayasan
3.2 Uji Kompetensi Guru (UKG)
3.3 Program Sertifikasi Pendidik melalui Pendidikan Profesi Guru
(PPG)
3.4 Supervisi pembelajaran
3.5 MGMP internal maupun eksternal
3.6 Ikut serta dalam olimpiade guru
3.7 Mengikuti kegiatan workshop dalam meningkatkan kompetensi
guru
3.8 Program peningkatan kemampuan teknologi berbasis Digital
dan Multimedia
3.9 Pelatihan guru mata pelajaran matematika dan sains dengan
menghadirkan nara sumber guru profesional di bidang
Matematika / Sains
81

4. Strategi untuk mencapai meningkatkan kemampuan tenaga pendidik


dalam berbahasa Inggris melalui kegiatan-kegiatan :
4.1 Short course untuk guru Bahasa Inggris maupun non Bahasa
Inggris bekerjasama dengan LIA dan International Office
4.2 Melaksanakan English Day pada hari Jum‟at dengan membuka
dan menutup KBM menggunakan bahasa Inggris
4.3 Short course untuk guru sains oleh guru bahasa Inggris

5. Strategi untuk mencapaisebagai panduan dalam pelaksanaan


Kegiatan Pembelajaran berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
(SNP), melalui kegiatan-kegiatan :
5.1 Menyusun KTSP yang meliputi (1) visi, misi, dan tujuan (2)
pengorganisasian muatan kurikuler (3) pengaturan beban belajar
siswa dan beban kerja guru (4) penyusunan kalender pendidikan
(5) penyusunan silabus muatan pelajaran (6) penyusunan RPP
5.2 Mengembangkan kurikulum sesuai dengan prosedur operasional
pengembangan KTSP
5.3 Melaksanakan kurikulum sesuai struktur kurikulum

6. Strategi untuk mencapaimeningkatkan prestasi di bidang akademik


melalui kegiatan-kegiatan :
6.1 Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
sehingga setiap peserta dapat berkembang secara optimal
dengan memiliki nilai minimal ujian sekolah di atas rata-rata
6.2 Mengikutsertakan peserta didik dalam kompetisi akademik
6.3 Meningkatkan jumlah peserta didik yang diterima di perguruan
tinggi negeri

7. Strategi untuk mencapaisebagai pedoman dalam pelaksanaan


kegiatan sekolah yang mengarah pada kompetensi di bidang
Keislaman, Bahasa asing, sains, dan teknologi melalui kegiatan-
kegiatan :
7.1 Penyusunan perangkat pembelajaran Budi Pekerti Islam (BPI),
Speaking Class, bahasa Jepang, dan IT
7.2 Pembelajaran Budi Pekerti Islam (BPI), Speaking Class untuk
kelas X dan XI, Listening untuk kelas XII, bahasa Jepang, , dan
IT sebagai mata pelajaran ciri khas SMA Al Hasra
82

8. Strategi untuk mencapai tujuan 8 ( memfasilitasi pembelajaran


keislaman, bahasa asing, sains, dan teknologi serta pengembangan
bakat dan minat peserta didik), melalui kegiatan-kegiatan :
8.1 Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler Qiro‟ah, Hadroh,
English Club, IT Club, Sains Club, olahraga, seni, dan
ketangkasan
8.2 Menghadirkan guru pembimbing kegiatan ekstrakurikuler yang
professional
8.3 Memberikan bimbingan dalam bidang keislaman, bahasa asing,
sains, dan teknologi sebelum ikut serta dalam lomba eksternal
tingkat perguruan tinggi atau kota

9. Strategi untuk mencapai tujuan 9 (menyediakan sarana dan


prasarana pembelajaran yang memadai)
9.1 Program pengadaan sarana prasarana untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar
9.2 Menyediakan alat dan bahan praktek sains (kimia, fisika,
biologi)
9.3 Menyediakan prasarana berupa laboratorium computer untuk
pembelajaran IT
9.4 Menyediakan prasarana berupa laboratorium bahasa untuk
pembelajaran bahasa asing
9.5 Menyediakan alat dan bahan pembelajaran di dalam kelas,
seperti speaker aktif, model pembelajaran sains

10. Strategi untuk mencapai tujuan 10 (menyediakan buku dan sarana


belajar lain yang menunjang kegiatan pembelajaran)
10.1Menyediakan buku siswa dan buku guru sesuai dengan
kebutuhan
10.2Menyediakan buku penunjang yang diperlukan oleh tenaga
pendidik

11. Strategi untuk mencapai tujuan 10 (mewujudkan SMA Al Hasra


menjadi Global Islamic School)
11.1Program Summer School
11.2Program Sit – In Guru dan Siswa
11.3Program Englsh Short Course
83

2. Kurikulum Pembinaan Karakter Islami SMA Al Hasra


Berdasarkan observasi, wawancara, dan analisis dokumen kurikulum
pembinaan karakter islami siswa SMA Al Hasra ditemukan program
pembinaan karakter islami siswa di SMA Al Hasra dalam kurikulum khas
sekolah yang tertuang dalam program keagamaan SMA Al Hasra sebagai
berikut :

1. Budi Pekerti Islam (BPI)


Mata pelajaran terkait praktik pembinaan karakter islami siswa di
sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.
2. T – Qurani
Kegiatan membaca, mengkaji, dan menghafal Al Quran dengan
bimbingan langsung dari guru pembimbing.
3. Tahfidz Juz 30
Program hafalan wajib juz 30, apabila juz 30 sudah hafal maka akan di
tingkatkan ke tingkat selanjutnya.
4. Budaya Infaq
Budaya beramal pada hari jumat, dan gerakan 500 rupiah atau lebih
setiap hari, yang hasilnya digunakan untuk bersedekah kepada orang-
orang yang membutuhkan di sekitar lingkungan sekolah.
5. Filantrophi Muda
Program yang membina sifat kedermawanan terhadap sesama. Setiap
kelas memiliki keluarga binaan yang akan di berikan bantuan setiap
bulan oleh yayasan Al Hasra yang berasal dari uang infaq amal dan
sodaqoh siswa kelas terebut. Bantuan tersebut bisa berupa sembako dan
uang, disampaikan secara langsung oleh siswa ke rumah keluarga
binaan.
6. Tadarrus Pagi
Program membaca Al Quran selama 15 menit setiap hari.
7. Al Hasra Peduli
Kegiatan bakti sosial yang melibatkan siswa untuk terjun langsung ke
tempat bencana.
8. Al Hasra Muballigh
Kegiatan siswa untuk berdakwah di lingkungan masyarakat sekitar,
didampingi oleh guru pembimbing.
9. Al HasraSpiritual Camp
Kegiatan sehari semalam diisi dengan kegiatan ibadah, yang puncaknya
ada pada ibadah kiyamulail pada malam hari.
84

10. Keputrian
Kegiatan peserta didik putri saat peserta didik putra solat jumat, dapat
berupa bimbingan rohani dari guru maupun praktet soft skill bagi
kehidupan sehari-hari.
11. Jum‟at Taqwa
Kegitan tadarus dan mendengarkan kultum bersama di masjid pada
jumat pagi
12. Pengajian Kelas
Kegiatan pengajian kelas yang diadakan di rumah salah satu siswa
setiap hari jumat, bergilir setiap kelas. Dihadiri oleh siswa kelas
tersebut, dewan guru dan karyawan, semua pengisi acara dari, oleh, dan
untuk siswa. selain sebagai wahana penanaman nilai keislaman, juga
sebagai wadah kretifitas untuk berani tampil mengisi acara. Selain itu
juga menjadi sarana slaturahmi antara sekolah dan keluarga.
13. Parenting Day
Kegiatan kajian mengenai mendidik anak yang diadakan satu bulan
sekali untuk seluruh karyawan, wali murid, dan peserta didik SMA Al
Hasra.
14. Career Day
Kegiatan mendatangkan alumni atau tokoh yang sudah berkarir
profesional di berbagai bidang pekerjaan, bertujuan sebagai motivasi
bagi siswa agar terpacu dan memiliki contoh nyata pekerjaan atau karir
dalam kehidupan setelah sekolah atau kuliah.

B. Pembahasan Penelitian
Setelah mencermati keseluruhan data, maka akan dilakukan
pembahasan pada sub bab ini. Pada bagian ini, dilakukan interpretasi terhadap
hasil penelitianberdasarkan pendekatan sebagaimana yang telahdisampaikan
pada metode penelitian.Pembahasan hasil penelitian ini dapat dirumuskan
dalam dua pokok pembahasan, yang pertama yaitu mekanisme manajemen
kurikulum pembinaan karakter islami siswa di SMA Al Hasra Depok terkait
dengan proses perencanaan, pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi. adalah
apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan karakter islami
siswa.

1. Kurikulum di SMA Al Hasra Depok


Kesuma D, Triatna C, dan Permana J menjelaskan bahwa pendidikan
karakter dapat dikembangkan dalam kurikulum yang kemudian akan
diterapkan kepada peserta didik. Kurikulum yang dimaksud adalah
85

kurikulum Nasional dan kurikulum sehimpunan pengalaman


(transformatif). Dari keduanya terdapat pengalaman-pengalaman penting
yang akan mempengaruhi pembentukan atau perkembangan karakter
peserta didik. SMA Al Hasra secara umum memiliki dua kurikulum yang
dipadukan yaitu kurikulum nasional dan kurikulum khas sekolah, sebagai
berikut :

1. Kurikulum nasional
Kurikulum nasioanlal yaitu Kurikulum 2013 Revisi. Dalam
kurikulum 2013 Revisi, segala sesuatunya dilaksanakan serba terencana
dan terukur. Kurikulum 2013 disebut juga sebagai kurikulum
pendidikan karakter, dimana setiap mata pelajaran terdapat karakter
yang harus diimplementasikan pada siswa.
SMA Al Hasra Depok menyusun kurikulum yang dipadukan
dengan pendidikan karakter didalamnya, terutama karakter islami.
Kurikulum di buat pada awal tahun ajaran baru oleh kepala sekolah,
tim pengembang kurikulum dengan waka kesiswaan dan komite
sekolah.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan,beberapa indikator
yang di masukan ke dalam kurikulum berasal dari indikator karakter
islami yang diatur dalam kurikulum kekhasan sekolah. Kurikulum
kekhasan sekolah turun menjadi sebuah dokumen program keagamaan
sebagai pedoman pembinaan karakter islami siswa.
Kemudian Tim Pengembang Kurikulum dan koordinator
keagamaan dapat menyesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan
peserta didik dan keadaan sarana prasarana yang menunjang berbagai
kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha penumbuhan karakter islami
siswa. Pendidikan karakter islami di masukan ke dalam seluruh
kegiatan belajar, yaitu dengan mengintegrasikanyakedalam silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan harapan guru tidak
hanya dapat menyampaikan ilmu pengetahuan saja tetapi juga
pendidikan karakter islami bagi siswanya.
Para pengajar juga diberikan bekal tambahan seperti di
adakanya berbagai workshop atau seminar tentang pendidikan karakter.
Seluruh kegiatan workshop tersebut selain diselenggarakan oleh pihak
sekolah juga merupakan fasilitas yang diberikan oleh yayasan Al
Hasra, ditambah dengan pembiasaan islami yang diterapkan, maka
pembentukan pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra Depok
menjadi semakin optimal.
86

2. Kurikulum khas sekolah


Berdasarkan wawancara dengan Waka Kurikulum SMA Al
Hasra, kurikulum khas sekolah tertuang pada program pembinaan
karakter islaminya. Dibentuk sebuah divisi keagamaan, yang
bertanggung jawab untuk menyusun kurikulum yang terintegrasi dalam
mata pelajaran BPI (Budi Pekerti Islam) maupun di luar kelas. Seperti
dikatakan sebelumnya, kurikulum kekhasan sekolah SMA Al Hasra
tertuang dalam program keagamaan, yang disusun oleh tim
keagaamaan, terdiri dari seluruh guru agama SMA Al Hasra, dan
diketuai oleh Bapak Zamzam Firdaus, S.Pd. sebagaimana wawacara
dengan waka kurikulum bahwa, kurikulum kehasan sekolah
berwawasan islami yang di pimpin oleh koordinator keagamaan dan
dibawahi langsun oleh bidang kurikulum.
Koordinator keagamaan ini juga berkoordinasi langsung dengan
koordinator keagamaan tingkat yayasan sehingga program pembinaan
karakter islami siswa akan sama pada tiga lembaga di bawahnya,yaitu
SMP, SMK, dan SMA Al Hasra.
Produk dari kurikulum kekhasan sekolah berupa, program
kegiatan baik didalam maupun diluar kelas yang akan dilaksanakan
selama satu tahun pelajaran. Secara umum terdapat tiga program utama
dalam kurikulum khas di SMA Al Hasra Depok yaitu mata pelajaran
BPI (Budi Pekerti Islam), Pembiasaan Adab Islami ( 5 S, Salat
Berjamaah, membaca dan mengkaji Al Quran) dan Kegiatan
pembinaan karakter islami di dalam maupun luar kelas (Peringatan hari
besar Islam, ekstra kurikuler, kiyamulail).
Ketiga program ini tampaknya cukup berhasil dalam
membentuk karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok. Dari ketiga
program tersebut, pembiasaan adab islami dalam kegiatan T Qurani dan
sholat duha, zuhur, ashar berjamaah dianggap yang paling
mempengaruhi karakter siswa. Karena dalam program tersebut, siswa
dan siswi SMA Al Hasra Depok diarahkan untuk mewujudkan karakter
islami dalam diri mereka dan dikontrol penuh oleh setiap guru
pembimbingnya. Seperti yang dikatakan Rahma dan Zikry siswa SMA
Al Hasra bahwa perubahan yang mereka rasakan adalah ketika harus
membiasakan diri salat duha dan salat berjamaah, setelah salat duha
melakukan kegiatan T Qurani, yaitu membaca Al Quran dengan
pembimbing masing-masing sesuai tingkatan. Ada tiga tingkatan Sanni
87

(Iqra), Tahsin (membaca), Tahfiz (menghafal). Setelah membaca quran


terdapat kegiatan lets sharing dimana setiap siswa dibimbing dan
berdiskusi dengan guru yang bertemakan karakter islami siswa. Dengan
tema-tema tertentu.
Selain itu, mata pelajaran Budi Pekerti Islam juga sangat
berpengaruh terahadap pembinaan karakter peserta didik, sebab pada
mata pelajaran tersebut fokus pada ranah praktek mengimplmentasikan
karakter islami baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Mata
pelajaran BPI juga membuat beberapa indikator karakter yang harus
dicapai. Indikator-indikator tersebut berbeda-beda pada setiap tingkatan
kelasnya. Untuk mengukur apakah indikator tersebut sudah tercapai,
para siswa diberikan sebuah buku penilaian yang berisi tentang evaluasi
mereka pada kegiatan Budi Pekerti Islam ini.
Suksesnya pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra tidak
lepas dari peran seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, wali
murid dan pegawai dalam mewujudkan pembinaan karakter islami
sebagai program unggulan SMA Al Hasra Depok. Dengan melakukan
pembiasaan-pembiasaan islami, para siswa diharapkan dapat mencotoh
seluruh kebiasaan yang dilakukan tersebut. Kepala SMA Al Hasra
Depok, Antik Handayani, S.Pd meyakini bahwa dengan melakukan
pembiasaan, pendampingan dan keteladanan secara terus menerus tentu
saja akan mempengaruhi pembentukan karakter islami seluruh siswa
dan siswi SMA Al Hasra Depok.
Kegiatan ekstrakurikuler juga dinilai cukup baik dalam
pembentukan karakter siswa dan siswi SMA Al Hasra Depok. Terdapat
beberapa kegiatan ektrakurikuler antara lain:
1. Ekstrakurikuler Wajib
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler wajib antara lain
Pramuka.
2. Ekstrakurikuler Pilihan
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler pilihan antara lain Futsal,
Basket, Badminton, voli, Karate, Pencak Silat, Pauan Suara,
Band, Tari Ratoe Jaroeh,paskibra, Literasi Club, English
Club, Japanese Club, IT Club, Sains Club.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler baik yang wajib atau yang
pilihan terbukti dapat melatih karakter siswa. Yaitu menjadikan siswa
menjadi lebih disiplin, mandiri, kreatif dan bertanggung jawab. Selain
itu juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, kekuatan fisik serta
88

kekuatan mental siswa.Hal ini semakin mempengaruhi bagaimana


pembentukan karakter siswa. Usaha yang dilakukan SMA Al Hasra
Depok dalam membina karakter islami siswa sudah cukup maksimal.
Hal ini terbukti dengan mengaitkan seluruh kegiatan dengan nilai
keislaman bukan hanya pada kegiatan belar saja, tetapi juga dalam
proses keseharian. Seluruh civitasakademik sekolah terus melakukan
pendampingan, pembiasaan dan keteladanan yang dapat ditiru oleh
siswa. Secara keseluruhan, SMA Al Hasra Depok telah menerapkan
pendidikan karakter dengan baik.

2. Analisis Kurikulum Pembinaan Karakter SMA Al Hasra Depok


dengan Prmendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang Pengembangan
Pendidikan Karakter
Dalam Permendikbud nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan
pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal atau disingkat PPK
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,
olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan Untuk mengembangkan pendidikan
karakter siswa dibutuhkan penguatan pendidikan karakter ini yang
diwacanakan oleh Peraturan Mentri dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2018 terutama pada pasal 1 ayat 5, 6 dan 7, pasal 2 ayat 1 dan 2,pasal 4 ayat
3, pasal 6 ayat 1 dan pasal 11 ayat 1 yang dijelaskan sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (5):


Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran untuk
pemenuhan beban belajar dalam kurikulum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 1 ayat (6):


Kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan
untukpenguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan
kegiatan Intrakurikuler.

Pasal 1 ayat (7):


Ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan
karakterdalam rangka perluasan potensi, bakat, minat,
89

kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian


peserta didik secara optimal.

Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa kokurikuler adalah kegiatan


yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan
kegiatan Intrakurikuler. Dan pasal 1 ayat 7 berbunyi bahwa
ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka
perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama,
dan kemandirian peserta didik secara optimal.
Diketahui bahwa, dalam penguatan pendidikan karakter di SMA
Al Hasra Depok dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi
tiga kegiatan yakni kegiatan intrakurikuler yang dilakukan oleh guru
secara langsung bertatap muka dengan siswa yang didukung oleh
kegiatan kokurikuler yaitu dalam program pembinaan karakter islami,
dan kegiatan ekstrakurikuler untuk menunjang pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan secara kreatif dan terpadu agar diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap implementasi penguatan pendidikan
karakter di sekoah.

Pasal 2 ayat (1) :


PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi
Komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Pasal 2 ayat (2) :


Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan dari 5 (lima) nilai utama yang saling
berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam
kurikulum.

Berdasarkan pasal diatas, dapat dipahami bahwa nilai-nilai


karakter di Indonesia pada dasarnya terurai kedalam delapan belas nilai
90

yang dikristalisasi menjadi lima nilai utama yang diharapkan dapat


tertanam dalam diri peserta didik sejak dini sehingga implementasi
pendidikan karakter di sekolah dapat terwujud dan sesuai dengan
harapan pemerintah terutama pada Sekolah Menengah Atas. Kelima
nilai utama tersebut didasarkan pada Pancasila sehingga sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia dan diyakini mampu memberikan
kontribusi terhadap perbaikan moral generasi muda sehingga peserta
didik mampu menyaring budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
Berdasarkan observasi lingkungan serta wawancara dengan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum terlihat jelas bahwasannya
SMA Al Hasra menunjung tinggi lima nilai tersebut yang tercermin
dalam program pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
Pertama, nilai religius, yaitu nilai yang bersumber pada
ketuhanan. SMA Al Hasra memiliki visi mewujudkan lulusan yang
berkepribadian islami, berprestasi, dan berwawasan global, hal tersebut
menjadi bukti bawasannya SMA Al Hasra sangat menjunjung tinggi
nilai religius yaitu karker islami pada pembinaan karakter peserta
didiknya.
Kedua, nilai nasionalisme, salah satu upaya penanaman nilai
nasionalisme pada pembinaan karakter siswa adalah dengan
mengadakan upacara bendera dan memperingati hari besar nasional
lainnya. Menyanyikan lagu indonesia raya setiap hari senin, serta turut
merayakan HUT Republik Indonesia setiap tahunnya. Selain itu
penanaman nilai nasionalisme juga dilaksanakan pada kegiatan Latihan
dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dengan program yang telah
disusun oleh guru dan panitia pelaksana,biasanya juga mengundang
pemateri dari KOSTRAD atau Kepolisian.
Ketiga, nilai kemandirian. Nilai ini juga terwujud dalam
kegiatan pembinaan karakter di SMA Al Hasra baik melalui proses
pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas. Seperti merapihkan
tempat duduk pribadi, merapihkan loker, menyusun sepatu di rak yang
telah disediakan saat solat.
Keempat, nilai gotong royong. Hal ini juga sangat tercermin
dalam pembinaan karakter di SMA Al Hasra melalui berbagai program
seperti Al Hasra Peduli, Infaq Jumat, Gerakan 500 Rupiah, Keluarga
Binaan, semua kegiatan tersebut siswa yang menjalankan langsung
mulai dari mengumpulkan dana sampai penyaluran.
91

Kelima, integritas, bertanggung jawab dan jujur. Hal tersebut


merupakan nilai yang juga ditanamkan dalam pembinaan karater di
SMA Al Hasra, melalui kegiatan OSIS menjadikan siswa memiliki sifat
integritas, dapat diberikan tanggung jawab. Selain OSIS juga program
Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) bagi seluruh siswa. Bukti
pembinaan karakakter ini sangat baik juga tercermin pada ketua OSIS
SMA Al Hasra yang sudah empat tahun selalu lolos seleksi 100 ketua
OSIS terbaik se-Nusantara.

Pasal 4 ayat (3):


Muatan karakter dalam penyelenggaraan PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diimplementasikan
melalui kurikulum dan pembiasaan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan
pendidikan jenjang pendidikan menengah.

Pasal 6 ayat (1):


Penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi
kemitraan tripusat pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan pendekatan berbasis:
a. kelas; b. budaya sekolah; dan c. masyarakat.

Pasal 11 ayat (1):


Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan
selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1
(satu) minggu.

Melalui pasal diatas diketahui bahwa, pembinaan karakter pada


peserta didik harus melalui pembiasaan yang dilakukan dalam
kesehariannya. Pada pelaksanaannya SMA Al Hasra memiliki kurikulum
khususpembinaan karakter siswanya dalam program keagamaan, yang
menjadi pedoman bagi seluruh guru dalam melakukan pembinaan, serta
buku peraturan siswa yang menjadi landasan memberikan reward atau
punishment. Pembiasaan karakter tersebut juga dilakukan dilingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang
terealisasikan secara nyata bagi peserta didik terlebih pada lingkungan
sekolah melalui budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
92

Perwujudan budaya sekolah harus didukung dan dilaksanakan oleh seluruh


elemen-elemen sekolah untuk memberikan contoh yang baik. Sehingga,
contoh-contoh tersebut dapat diikuti oleh peserta didik dan menjadi suatu
kebiasaan yang mengarah pada pembentukan karakter yang sesuai dengan
lima nilai utama seperti religiuslitas, nasionalisme, gotong royong,
kemandirian dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.
Berdasarkan pembahasan diatas, bahwasannya SMA Al Hasra telah
menerapkan Permendikbud Nomor 20 tahun 2018 tentang Pengembangan
Penidikan Karakter dalam setiap proses belajar mengajar baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, serta sesuai pedoman pembinaan karakter yang
tertuang dalam program keagamaan sekolah.

3. Proses Manajemen Kurikulum Pembinaan Karakter Islami SMA Al


Hasra Depok
Sebuah institusi pendidikan selain sebagai wadah pengembangan
ilmu pengetahuan juga memiliki peran dan tanggungjawab yang besar
terhadap pembentukan kepribadian anak, karena di lembaga pendidikan
itulah anak mendapatkan sebagaian besar faktor-faktor penentu pembentuk
kepribadiannya, baik itu pengetahuan, keterampilan dan perilakunya. Hal
tersebut juga tercermin dalam lembaga pendidikan SMA Al Hasra, seluruh
tenaga pendidik dan kependidikan menjadi figure atau contoh yang baik
bagi peserta didik, sesuai dengan salah satu karakteristik utama Sekolah
yaitu mengedepankan keteladaan yang yang baik dalam membentuk
karakter peserta didik. Untuk menerapkan pembinaan karakter ada tahapan
yang perlu dilakukan mulai dari tingkat tertinggi sampai pada tingkat siswa.
Berikut merupakan penjelasan proses manajemen kurikulum pembinaan
karakter siswa di SMA Al Hasra Depok mulai dari tingkat yayasan sampai
pelaksanaanya pada siswa.
93

Gambar 4.1
Bagan proses manejemn kurikulum pembinaan karakter Islami Siswa
SMA Al Hasra Depok

Yayasan Al Hasra

Direktur Sekolah Koordinator Keagamaan Yayasan

SMP Al Hasra SMA Al Hasra SMP Al Hasra


(Kepala Sekolah)

Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Pembina Osis Koordinator


Keagamaan SMA
Al Hasra

Guru & Karyawan Osis SMA Al Hasra


Siswa
Keterangan
Garis koordiniasi
Garis Instruksi
Proses manajemen kurikulum pembinaan karakter islami di SMA Al
Hasra berdasarkan pengamatan peneliti dimulai dari tingkat Yayasan,
proses pembuatan kebijakan ini memadukan dua pendekatan yaitu top down
dan bottom up. Pendekatan top down digunakan pada proses pembuatan
peraturan dan program kegiatan secara umum dari pemegang kebijakan
tertinggi pada organisasi pendidikan Yayasan Al Hasra, yaitu ketua,
sekretaris, dan bendahara yayasan. Kemudian bottom up digunkan pada saat
mengkaji dari ranah keseharian siswa masalah apa yang berkaitan dengan
karakter islami siswa yang perlu dibuat menjadi acuan pembinaan. Setelah
masalah teridentifikasi, lalu disusun dalam sebuah dokumen yang berisi
kebijakan dan garis besar nilai-nilai karakter islami. kemudian kebijakan
tersebut akan dikaji lebih dalam oleh direktur sekolah 3 lembaga (SMP,
SMA, dan SMK Al Hasra) bersama koordinator keagamaan tingkat
yayasan.
Setelah pembahasan disepakati, program diteruskan ke pimpinan
lembaga SMA Al hasra yaitu kepala sekolah beserta jajarannya untuk
94

dibuat kebijakan secara rinci dibantu oleh Koordinator keagamaan tingkat


lembaga SMA Al Hasra, wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk
pengimplementasian pada mata pelajaran, dan wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan untuk membuat kegiatan siswa bersama pembina OSIS. Salah
satu hasil perencanaan pembinaan karakter islami tersebut adalah buku tata
tertib siswa yang berisi poin bagi siswa. Poin akan berkurang apabila
melakukan pelanggaran, kemudian poin bertambah apabila membuat
prestasi.
Selain buku tata tertib siswa, proses perencanaan tersebut
menghasilkan dokumen program keagamaan yang berisi penjabaran
kegiatan sampai teknis di lapangan. Setelah dokumen program pembinaan
selesai, mulai disosialisasikan kepada seluruh dewan guru dan karyawan
SMA Al Hasra, beserta permintaan pendapat atau masukan jika dalam
program pembinaan ada yang kesalahan atau kekeliruan. Setelah proses
sosialisasi dan pembahasan masukan dari dewan guru dan karyawan maka
program pembinaan karakter islami siswa akan diimplementasikan melalui
berbagai kegiatan baik didalam maupun diluar kelas. Kegiatan di dalam
kelas tentunya di pandu oleh guru mata pelajaran dan wali kelas.
Pembinaan di luar kelas dilaksanakan oleh seluruh guru dan karyawan
dibantu oleh para pengurus OSIS sebagai siswa percontohan bagi siswa
lainnya. Seluruh dewan guru SMA Al Hasra memiliki peran yang sangat
penting sebab terlibat langsung mulai dari proses perencanaan sampai
dengan pelaksanaan pembinaan secara langsung. Proses pelaksanaan
kegiatan pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra dipantau langsung
oleh Kepala Sekolah dan Yayasan Al Hasra.

4. Analisis Implementasi Manajemen Kurikulum dalam Pembinaan


Karakter Islami di SMA Al Hasra Depok
Menurut Zaenul (2013 : 2) manajemen kurikulum adalah usaha
sistematis yang dilakukan seseorang melaluiaktivitas perencanaan,
implementasi dan evaluasi agar pesertadidik dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Kurikulum yang diterapkan oleh
SMA Al Hasra merupakan kurikulum yang diadopsi dari kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu kurikulum 2013 revisi, yang
kemudian dipadukan dengan kurikulum khas sekolah bernuansa islami,
yang tercermin dalam moto sekolah yaitu “Gerbang Kehidupan Islami”.
Dibawah ini merupakan penjelasan bagaimana proses manajemen
95

kurikulum pembinaan karakter di SMA Al Hasra Depok, secara umum


terdapat tiga proses, yaitu, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum yang baik menentukan keberhasilan
dalam pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum dianggap sangat
penting karena kurikulum adalah Ruh dan pedoman dalam proses
pembelajaran dan kegiatan disekolah, yang berisi petunjuk tentang jenis
dan sumber yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang
perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, dan
evaluasi.
a. Proses perencanaan kurikulum khas sekolah SMA Al Hasra Depok
Perencanaan kurikulum di SMA Al Hasra Depok dilakukan
setiap satu tahun sebelum tahun ajaran baru dimulai, kepala sekolah
beserta tim pengembang kurikulum SMA Al Hasra Depok
melaksanakan rapat kerja (Raker) untuk menentukan kegiatan dan
pelaksanaannya serta kebutuhan peserta didik agar visi dan misi dan
tujuan dari SMA Al Hasra Depok dapat tercapai secara optimal.
Proses perencanaan kurikulum pembinaan karakter islami di SMA
Al Hasra Depok berpedoman pada Kurikulum Nasional dan
Kurikulum Kekhasan Sekolah dengan moto “gerbang kehidupan
islami” yang dimaksudkan adalah ketika siswa telah melangkah
masuk gerbang sekolah SMA Al Hasra nuansa dan budaya islami
harus di junjung tinggi dalam berprilaku. Hasil dari rapat kerja ini
adalah rencana strategis sekolah bailk dalam bidang akademis
maupu karakter siswa.
Heny Dyah K, S. T. Wakakur SMA Al Hasra mengatakan
bahwa kurikulum yang dibuat sifatnya harus menyenangkan baik
bagi siswa maupun guru sebagai pelaksana kurikulum, serta mampu
dikembangkan oleh seluruh guru dalam pengalaman belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekolah yaitu membentuk
karakter dan kepribadian islami serta pengetahuan berwawasan
global bagi siswa.
b. Organisasi kurikulum khas SMA Al Hasra
Pada tahap perencanaan ini juga membahas organisasi
kurikulum, yaitu struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Hal ini merupakan suatu dasar yang penting
dalam pembinaan karakter sebab berhubungan erat dengan tujuan
96

program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum


turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.
Kurikulum yang dibuat, terdapat mata pelajaran yang
sifatnya umum seperti Matematika, Bahasa Inggris atau Bahasa
Indonesia. Kemudian ditambah dengan mata pelajaran dari
kurikulum kekhasan sekolah islam seperti Tahsin Quran dan Budi
Pekerti Islam (BPI). Selain pelajaran khusus keislaman terdapat juga
mata pelajaran yang berisi tentang pengembangan diri dan bakat
siswa seperti Speaking English, dan Japanese Club, Literacy Club,
Ilmu dan TeknologiClub, Sains Club, serta kegiatan ekstrakurikuler
luar ruangan seperti Futsal, Basket, Silat, Karate, Ratoe Jaroeh,
Hadroh, Paduan Suara, dan Band. Secara umum kurikulum yang
akan dibuat tentunya berdasarkan Kurikulum Nasional dan
Kurikulum Kekhasan Sekolah bernuansa Islam untuk kemudian
disesuaikan dengan keadaan peserta didik, sarana dan prasarana di
SMA Al Hasra Depok.
c. Pihak yang terlibat dalam perencanaan kurikulum pembinaan
karaker islami siswa di SMA Al Hasra Depok
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Heny Dyah, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum bahwasannya sebelum kurikulum
pembinaan karakter diimplementasikan, Ibu Antik Handayani, S.
Pd. kepala sekolah, Ibu Heny Dyah K., S. T. wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, Ibu Erin, S.Sos, dan koordinator keagaman SMA
Al Hasra yaitu Bapak Zamzam Firdaus, S. Pd. akan berkoordinasi
dengan kordinator keagamaan tingkat yayasan yaitu ibu Evi,S. Pd.
untuk membahas program sesuai dengan visi dan misi, komite
sekolah,serta masyarakat sekitar, yang kemudian dijadikan rencana
strategis dan program keagamaan tingkat sekolah.
Setelah berkoordinasi dengan yayasan akan muncul
pembahasan yang akan dibahas lebih rinci sampai pada tahap teknis
pelaksanaan dengan tim keagamaan yang beranggotakan seluruh
guru agama SMA Al Hasra. Kemudian hasil dari tahap perencanaan
ini adalah program keagamaan dan buku tata tertib siswa yang
menjadi pedaoman pembinaan karakter islami siswa SMA Al Hasra.
Selain buku tata tertib siswa, guru juga dibekali buku kuning yaitu
buku saku yang dibuat untuk mencatat apabila melihat pelanggaran
atau melihat anak membuat prestasi. Apabila anak melakukan
97

pelanggran akan dikenakan sanksi dan pengurangan poin, apabila


siswa melakukan prestasi atau kebaikan maka akan mendapat
tambahan poin.
Bapak Rohim, S. Pd. dalam wawancaranya mengatakan
bahwa kami memiliki pedoman pelaksanaan dalam pembinaan sikap
siswa disekolah yaitu buku tata tertib siswa yang dipegang oleh
siswa dan buku kuning yang dipegang oleh guru. Setelah semua
program pembinaan selesai maka proses selanjutnya adalah
sosialisasi kepada guru dan karyawan. Apabila seluruh rangkaian
diatas sudah dilakukan program dan peraturan akan disosialisasikan
kepada siswa. Sebagai tanda persetujuan dengan aturan pembinaan
karakter islami disekolah siswa diberikan surat yang berisi
persetujuan dari orang tua terhadap aturan dan program pebinaan,
sehingga tidak ada alasan bagi siswa untuk mengelak apabila
kedapatan melangar.
Ibu Heny menyatakan bahwa kegiatan perencanaan ini
dilakukan agar implementasi pembinaan karakter islami siswa dapat
dilaksanakan secara terarah. Ia juga menambahkan bahwa pihak
yayasan sangat mendukung dan proaktif dalam perencanaan ini
sehingga lembaga SMA Al Hasra mendapat banyak masukan dan
dorongan untuk membuat program pembinaan yang lebih baik lagi
setiap tahunnya.

d. Program pembinaan karakter islami siswa SMA Al Hasra


Proses pembuatan program pembinaan karakter islami siswa
SMA Al Hasra berpedoman kepada visi dan misi yang tertuang
dalam rencana strategis sekolah. Berdasarkan analisi dokumen
rencana strategis visi dan misi SMA Al Hasra Depok memiliki
beberaparincian indikator karakter islami siswa yaitu:
1. Memiliki aqidah yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh ajaran
yang bertentangan dengan al qur‟an dan sunah
2. Mampu beribadah baik wajib maupun sunah sesuai dengan
tuntunan syari‟at islam
3. Berakhlak mulia baik kepada Allah maupun makhluk Nya
4. Mampu membaca dan menghafal Al Quran dengan Tajwid yang
benar
98

5. Mampu mengaktualisasikan nilai kepedulian sosial dalam


bentuk zakat, infaq dan shodaqoh (Dokumen Visi dan Misi
SMA Al Hasra)

Inti dari indikator karakter islami dalam visi SMA Al Hasra


Depok yaitumemiliki akidah yang kuat ditambah dengan melakukan
ibadah yang benar. Siswa juga diharapkan memiliki kemampuan
membaca, mengahafal dan memahami Al-Qurandengan baik.
Beberapa indikator karakter ini diperkuat dengan dijadikan sebagai
dasar program pembinaan karakter islami sebagai program unggulan
disekolah ini. Pada pelaksanaannya dibuat pedoman secara teknis
oleh koordinator keagamaan bapak Zam Zam Firdaus, S. Pd. I.,
program tersebut disebut dengan program keagamaan yang
bersinergi denganseluruh program sekolah. Sebagai bukti bahwa
SMA Al Hasra Depok sangat mementingkan pembinaan karakter
islami, pihak sekolah melakukan kegiatan pelatihan atau
workshopkepada seluruh civitas akademik di sekolah secara rutin
seperti Parenting Day, yang berisi kajian dengan pakar pendidikan
anak baik bagi guru, karyawan, maupun wali murid.
Untuk mencapai indikator keislaman tersebut SMA Al Hasra
Depok selalu melakukan pembiasaan, pendampingan dan
keteladanan secara terus menerus, hal tersebut diyakini akan
mempengaruhi pembentukan karakter islami siswa. Demi
menudukung pembinaan karakter islami di sekolah, SMA Al Hasra
menerapkan 4 budaya wajib (Kokurikuler) yang harus
diimplementasikan dalam seluruh kegiatan di sekolah yaitu, budaya
5S, Kepedulian, kedisiplinan, kebersihan, sebagai berikut :

1. Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)


Program pembiasaan yang pertamadan paling mendasar
serta harus dilakukan setiap hari di lingkungan SMA Al yaitu
program 5 S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun.
Program ini menjadi panduan tidak hanya bagi siswa kepada
guru tetapi bagi seluruh warga sekolah dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.
2. Budaya Kepedulian
Selain budaya 5S, siswa juga ditanamkan sikap
kepedulian baik terhadap diri sendiri lingkungan sekolah
99

maupun sekitar. Bentuk progrogram kepedulian ini adalah


diadakannya program G 500, yaitu gerakan 500 rupiah setiap
hari yang akan dimasukan kedalam celengan amal, yang
digunakan salah satunya untuk membiayai keluarga binaan.
Kemudian infaq dan sodaqoh jumat, penggalangan dana
bencana. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh
siswa sampai proses penyaluran.
Keluarga binaan adalah keluarga kurang mampu dalam
hal ekonomi yang dibina oleh yayasan Al Hasra. Pada
pelaksanaannya proses bantuan keluarga binaan ini mulai dari
penggalangan dana sampai penyaluran melibatkan siswa secara
langsung. Setiap bulannya keluarga tersebut diberikan bantuan
oleh Yayasan Al Hasra melalui lembagadi bawahnya, salah
satunya SMA Al Hasra. Kemudian lembaga SMA Al Hasra
mengkoordinir perwakilan siswa untuk menyalurkan langsung
ke rumah keluarga binaan tersebut. Jadi setiap kelas di SMA Al
Hasra memiliki satu keluarga binaan yang setiap bulannya
diberikan bantuan seperti sembako dan uang.
Program kepedulian lainnya adalah „Ismail Muda‟, yaitu
program bagi siswa untuk meneladani sosok Ismail dalam
kehidupanya, yang rela mengorbankan dirinya di jalan Allah
SWT. Sma halnya dengan mengelola keluarga binaan, kegiatan
ini juga melibatkan sisa secara aktif mulai dari proses
berqurban, pemotongan, sampai distribusi.
Pelaku utama pada seluruh kegiatan sosial diatas adalah
siswa, sehingga dengan diadakan program tersebut diharapkan
akan menimbulkan rasa bersyukur dan sikap kepedulian
terhadap sesama.
3. Budaya kedisiplinan
Budaya ketiga adalah kedisiplinan. Budaya disiplin
sekolah berdasarkan buku tata tertib siswa SMA Al Hasra
dibagi kedalam beberapa pembahasan seperti disiplin belajar,
meliputi waktu belajar datang dan pulang, seragam sekolah, dan
aturan ibadah di sekolah.
Selain itu, demi mewujudkan keisiplinan siswa dalam
belajar apabila terlambat sebanyak tiga kali akan diadakan
pemanggilan orang tua, untuk evaluasi mengapa keterlambatan
itu terjadi, dan diberikan surat peringatan pertama. Apabila
100

masih mengulangi keterlambatan akan diberikan surat


peringatan kedua dan skorsing selama tiga hari, selanjutnya
apabila masuk dan mengulangi keterlambatan lagi maka
diadakan pemanggilan orang tua untuk dilakukan perjanjian dan
skorsing selama satu minggu.
4. Budaya Kebersihan
Budaya keempat adalah menjaga kebersihan, dengan
menyediakan tempat sampah di setiap depan kelas, sehinga
tidak ada alasan bagi siswa untuk tidak membuang sampah paa
tempatnya. Tempat sampah terdiri dari dua warna di setiap
depan kelas agar siswa mudah untuk membuang sampah dan
membedakan sampah organik dan non organik.
Terkait dengan program yang dibuat dalam ikhtiar untuk
membentuk karakter siswa selain dalam kegiatan belajar
mengajar,Waka Kesiswaan juga telah membuat beberapa
program seperti dalam kegiatan ekstrakurikuler wajib
(Pramuka), Pembiasaan Ibadah dan Adab Islami, Pembiasaan
5S dan BPI (Budi Pekerti Islam). SMA Al Hasra Depok
membuat beberapa indikator karakteryang harus dicapai bagi
siswadi setiap tingkatanya. Indikator-indikator tersebut dibuat
oleh koordinator keagaamaan yang saat ini dijabat oleh Bapak
Zam Zam Firdaus, S. Pd. I yang membentuk sebuah tim
bersama guru agama SMA Al Hasra untuk menyusun kurikulum
BPI (Budi Pekerti Islam) berdasarkan rapat koordinasi dengan
koordinatir keagamaan tingkat yayasan yang membawahi 3
lembaga SMP, SMK, dan SMA Al Hasra yang kemudian
disesuaikan dengan sarana yang ada di SMA Al Hasra Depok.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan perencanaan


pembinaan karakter islami diintegrasikan ke dalam seluruh kegiatan
pembelajaran mulai dari kegiatan intrakurikuler, ektrakurikuler, dan
kokurikuler.

2. Pelaksanaan
Kurikulum nasional dan kurikulum khas sekolah yang dibuat
digunakan sebagai pedoman seluruh program baik pembelajaran,
pembinaan siswa, maupun pembiasaan ibadah dan adab islami
disekolah. Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu
101

pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Hal tersebut


diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala SMA Al Hasra yang
menyatakan bahwa manajemen kurikulum ditentukan oleh kepala
sekolah beserta tim pengembang kurikulum dalam rapat kerja tahunan
pada awal tahun ajaran baru. Dalam tingkat sekolah, yang berperan
adalah kepala sekolah, tim pengembang kurikulum, koordinator
keagamaan dan seluruh warga sekolah sedangkan pada tingkatan kelas
yang berperan adalah guru.
Alokasi waktu yang digunakan juga disesuaikan dengan waktu
aktif belajar siswa dan siswi SMA Al Hasra Depok. Dengan konsep
fulldayschool, seluruh alokasi waktu yang dibebankan tentu saja cukup
dalam proses belajar disekolah, yaitu siswa dan siswi SMA Al Hasra
Depok masuk pada pukul 07.00 WIB kemudian jam pelajaran selesai
pada pukul 03.00 WIB siswa diperbolehkan pulang setelah salat ashar
berjamaah. Sedangkan pada kegiatan pengembangan diri, dilakukan
diluar kegiatan belajar mengajar. Upacara bendera dilakukan setiap hari
senin. Sementara kegiatan ekstrakurikuler lainnya dilaksanakan pada
hari Sabtudimana sekolah pada hari itu tidak ada kegiatan belajar
mengajar sehingga diisi dengan kegiatan pengembangan diri. Berikut
pembahasan pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter islami SMA
Al Hasra depok.

a. Pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter islami tingkat sekolah


Pelaksanaan pembinaan karakter islami siswa SMA Al Hasra
tingkat sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah bertugas
sebagai penyusun rencana tahunan, membina, mengontrol
pelaksanaan kurikulum dan memimpin setiap rapat. Sedangkan pada
tingkatan kelas, guru melakukan analisa pada dokumen kurikulum
(silabus dan RPP), kemudian menyusun RPP berdasarkan SK dan
KI yang telah dibuat, untuk kemudian digunakan sebagai pedoman
dalam proses belajar mengajar di kelas. Walaupun dibedakan antara
tugas kepala sekolah dan tugas guru tetapi antara kedua tingkatan
tersebut senantiasa berkoordinasi dan bertanggung jawab
melaksanakan proses pelaksanaan kurikulum. Struktur kurikulum
SMA Al Hasra Depok dibuat oleh tim pengembang kurikulum
berpedoman pada kurikulum nasional dan kurikulum kekhasan
sekolah islam.
102

Pada tahap ini, peran dari divisi kegamaan dan koordinator


keagamaan sangat penting, sebab menjadi motor bagi pembinaan
karakter islami siswa. Selain mengawasi siswa, divisi ini juga selalu
memantau guru dan karyawan untuk meningkatkan kualitas
kesilamannya agar dapat menjadi pembimbing dan suri tauladan
yang baik bagi siswa. Bapak Zamzam mengatakan pada
pelaksanaanya kami sebagai guru memiliki cara dan pengembangan
yang berbeda-beda dalam membina karakter islami siwa. Contohnya
dikelas Pak Zam panggilan akrabnya, akan memisahkan tempat
duduk pria dan wanita,hal ini dilakukan untuk menunjukan batasan
iteraksi anatas siswa, setidaknya dikelas mereka memahami batasan
bergaul dengan lawan jenis pungkasnya. Senada dengan Pak Zam,
Pak Rohim yang juga guru Kima selalu menerapkan 5 S dalam
pembelajarannya, dan menyisipkan nilai keislaman pada setiap jam
pelajarannya.
Pada tahap pelaksanaan tingkat sekolah ini peran guru dan
osis juga sangat berpengaruh, sebab guru sebagai pengawas di
lingkungan sekolah, dan OSIS sebagai siswa percontohan dan
penggerak bagi siswa.

b. Pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter islami tingkat kelas


Pelaksanaan pembinaan karakter islami tingkat kelas
tercermin pada kegiatan pendahuluan.Pembinaan karakter
tergambar dari kegiatan kegiatan pembukaan yang selalu di awalai
dengan membaca basmallah dan doa bersama sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Pembiasaan mengawali kegiatan belajar
dengan basmallah dan doa merupakan bentuk dari pendidikan
karakter religius, pada jam pelajaran pertama setelah membaca doa
akan seluruh siswa tadarus dibimbing oleh setiap guru mata
pelajaran jam pertama. Kemudian guru memberikan penjelasan
tentang tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam kegiatan
inti dengan mengajak peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Halini merupakan bentuk penanaman pembiasaan
untuk selalu aktif dalam pembelajaran secara penuh dan bertangung
jawab. Begitu juga dalam kegiatan inti dan penutup, menggunakan
benyak metode belajar yang banyak menanamkan pembinssn
karakter idlsmi pada siswa seperti bekerja sama, bersikap empati
pada teman di kelompoknya yang tidak mampu berekspresi secara
103

optimal, jujur, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Penanaman


nilai-nilai kebaikan tersebut dalam proses belajar baik dalam
kegiatan pendahuluan, inti maupun penutup sangat berpengaruh
bagi pembentukan perilaku dan karakter positif pada siswa.

3. Analisis pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter islami SMA Al


Hasra Depok
Berikut analisis pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter
islami SMA Al Hasra Depok :

1. Tadarus Pagi
Program ini berjalan sesuai dengan semestinya yang mana
semua siswa-siswi SMA Al Hasra membaca al-Qur‟an setiap
hari senin-kamis, pukul 07.00 – 07-15 WIB, selama 1 semester.
a. Hambatan :
1. Masih ada beberapa siswa terkadang yang terlambat
masuk kelas
2. Ada beberapa guru yang dating terlambat sehingga anak-
anak kurang terkontrol tadarusannya
b. Solusi :
1. Sebelum masuk siswa tetap harus membaca surat yang
telah ditentukan pada hari tersebut.
2. Anak-anak tetap melakukan tadarus sambil menunggu
guru masuk kelas
2. T-Qur’ani
Program T-Qur‟ani adalah Time-Qur’ani. Untuk
mewujudkan lulusan yang akrab dengan Al-Qur‟an, maka setiap
hari Senin-Kamis seluruh Peserta Didik membaca Al-Quran, dan
waktunya adalah 15 menit setelah shalat Duha. Teknis
pelaksanaannya Peserta Didik dilakukan pemetaan, setelah itu
Peserta Didik dikelompokkan berdasarkan kemampuannya:
a. Kelompok Awal
b. Kelompok Tsani
c. Kelompok Tahsin
d. Tahfidz
Untuk kelompok-kelompok kategori di atas, maka
ditugaskan guru dan karyawan (ustad/ustazah) untuk menjadi
pembimbing. Untuk Awal‟, rasio ustad/ustazah dengan Peserta
104

Didik bisa 1:5, untuk yang belum lancar, bisa 1:10, untuk
kelompok Tahsin bisa 1:20. Pembimbingan dan penilaian
menjadi tanggung jawab dan kewenangan langsung bagi
ustad/ustazah yang diberi amanah dan tanggung jawab.
Targetnya Tahfidz minimal adalah „Juz 30‟.
Pembimbing T-Qur‟ani:
Penanggung Jawab : Zamzam Firdaus, S.Pd.I
Tabel 4.2 nama-nama pembimbing T Qurani
No Nama Guru Kelompok
1. Ibu Erni Maryani, S.Pd
2. Ibu Eva Rahmi, M.Pd
Awal
3. Ibu Putri Nurhaliza
4. Ibu Siti Rohma, S.Kom
5. Ibu Wahyu Rahma Dila,
S.Pd
6. Ibu Antik Handayani, S.Pd
7. Bpk. Sugeng Budiarjo, S.Pd
Tsani
8. Ibu Dra. Helmidar
9. Ibu Fuzi Novianti, S.Pd
10. Ibu Miryanti, S.Pd
11. Ibu Siti Nurhasanah, S.Pd
12. Bpk. Dedi Santosa, S.Pd
13. Ibu Sri Mulyati, S.Pd
14. Bpk. Arif Rif'at
15. Ibu Yanti, S.Pd
16. Ibu Erin Alifadini, S.Sos
Tahsin
17. Ibu Nur'aini, S.Pd
18. Ibu Rima, S.Pd
19. Ibu Elis Hidayanti, S.Pd
20. Ibu Tika, S.Pd
21. Bpk. Mustofa, S.E
22. Bpk. Abdurrohim, S.Pd
23. Bpk. Zamzam Firdaus,
S.Pd.I
Tahfidz
24. Bpk. Hanura Waldi, S. Ag
25. Ibu Heny Dyah K, ST
26. Ibu Lismaili Amir, S.Pd
105

Program ini berjalan sesuai dengan semestinya yang


mana semua siswa-siswi SMA Al Hasra setiap sehabis sholat
duha siswa-siswi menemui guru pendamping masing-masing
untuk mempelajari membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar
sesuai dengan kelas T Qur‟ani yang telah ditentukan.
a. Hambatan:
1. Guru terkadang ada yang tidak bisa mengajar dikarnakan
ada kesibukan di luar kegiatan T Qur‟ani
b. Solusi :
1. Penanggung jawab T Qur‟ani menggantikan guru yang
tidak hadir pada hari tersebut atau dialihkan k guru yang
ada saat itu

3. ALHSR-Spiritual Camp
Program ALHSR-Spiritual Camp adalah Al-Hasra-Spiritual
Camp.Kegiatannya bermalam baik di dalam sekolah Al-Hasra
maupun di luar lingkungan Al-Hasra sebagai salah satu bentuk
implementasi ajaran Islam.
Tabel 4.3 Pelaksanaan Program ALHSR Spiritual Camp
Tanggal Kegiatan Peserta Keterangan
17 Juli 2019 MPLS Seluruh kelas X dan Terlaksana
pengurus Osis

a. Hambatan:
1. Masih ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan ALHSR-
Spiritual Camp
b. Solusi :
1. Siswa menemui Kordinator Keagamaan dan Guru
Agama yang bersangkutan

4. ALHSR-Muballigh
Program ALHSRA-Mubaligh diantaranya:
1. Kultum Peserta Didik secara bergiliran setelah shalat dhuha
(Terlaksana)
2. Pengajian Kelas (Terlaksana)
Tidak ada hambatan
106

5. ALHSR-ZIS
Program Al-Hasra ZIS (Zakat Infaq Shodaqah) yang sudah
terlaksana diantaranya
1) Penggalangan dana hewan Qur‟ban. Bekerjasama dengan
LAZIS Al Hasra ketika perayaan Idul Adha dengan program
Ismail Muda
2) Infaq Jum‟at. Terelaksana setiap Hari Jum‟at
3) G 500. Terlaksana setiap hari senin-kamis dengan
mengedarkan kaleng ke seriap kelasnya.
Tidak ada hambatan

6. Keputrian
Program kepurtian adalah program yang dilaksanakan untuk
siswi SMA Al Hasra yang dilaksanakan ketika para peserta didik
putra melaksanakan ibadah shalat jum‟at, nantinya peserta didik
putri akan dikumpulkan disebuah ruangan ditemani oleh
pemateri yang nanti seluruh peserta didik mendengarkan
penjelasan dari pemateri.

Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Keputrian


Tanggal
Materi Peserta Keterangan
Pelaksanaan
9 Agustus Menstruasi X, XI, Terlaksana
2019 dalam ilmu dan XII
kesehatan
23 Agustus Menstruasi X, dan Terlaksana
2019 dalam fiqh XI
wanita
13 Empat macam X, dan Terlaksana
September air dan XI
2019 hukumnya
untuk bersuci
20 Tata cara X, dan Terlaksana
September berwudhu XI
2019
11 Oktober Sholat X, dan Terlaksana
2019 berjama‟ah XI
107

18 Oktober Tata cara X, dan Terlaksana


2019 shalat jama‟ XI
1 November Tata cara X, dan Terlaksana
2019 shalat Jama‟ XI
qashar
8 November Adab X, dan Terlaksana
2019 pergaulan XI
remaja muslim
15 Cinta X, dan Terlaksana
November menggenggam XI
2019 surge
22 Tabarruj X, dan Terlaksana
November XI
2019

7. Pengajian Kelas
Program pengajian kelas berjalan denganbaik walaupun masih
ada beberapa kekurangan
Tabel 4.5 Jadwal Pengajian Kelas
NO. TANGGAL KELAS WALI KELAS KETERANGAN
2 Agustus Terlaksana Sesuai
1 XII.IPA.1 Abdurrohim, S.Pd
2019 Tanggal

9 Agustus Elis Hindayanti, Terlaksana Sesuai


2 XII.IPA.2
2019 S.Pd Tanggal

16 Agustus Terlaksana Sesuai


3 XII.IPA.3 Yanti, S.Pd
2019 Tanggal

23 Agustus Erin Alifadini, Terlaksana Tidak


4 XII.IPS.1
2019 S.Sos Sesuai Tanggal

30 Agustus Siti Rohma, S. Terlaksana Sesuai


5 XII.IPS.2
2019 Kom. Tanggal

20 September Erni Maryani, S. Terlaksana Tidak


6 XII.IPS.3
2019 Pd. Sesuai Tanggal
108

27 September Sri Mulyati, S. Terlaksana Tidak


7 XI.IPA.1
2019 Pd. Sesuai Tanggal

4 Oktober Tika Mufrika, S. Terlaksana Sesuai


8 XI.IPA.2
2019 Pd. Tanggal

18 Oktober Randy Maulana, Terlaksana Tidak


9 XI.IPA.3
2019 S. Pd. I. Sesuai Tanggal

25 Oktober Dedi Santosa, S. Terlaksana Sesuai


10 XI.IPS.1
2019 Pd. Tanggal

1 November Rima Setiawati, Terlaksana Tidak


11 XI.IPS.2
2019 S. Pd. Sesuai Tanggal

8 November Terlaksana Tidak


12 X.IPA.1 Miryanti, S. Pd.
2019 Sesuai Tanggal

15 November Hanura Weldy, S. Terlaksana Tidak


13 X.IPA.2
2019 Pd. Sesuai Tanggal

22 November Wahyu Rahma Terlaksana Tidak


14 X.IPA.3
2019 Dilla, S. Pd. Sesuai Tanggal

29 November Primaretha, S. Terlaksana Tidak


15 X.IPS.1
2019 Psi. Sesuai Tanggal

6 Desember Sugeng Budiarjo, Terlaksana Tidak


16 X.IPS.2
2019 M. Pd. Sesuai Tanggal

a. Hambatan:
1. Tidak berjalan sesuai dengan tanggal yang telah di
jadwalkan
b. Solusi :
1. Mengkondisikan jika ada kelas yang berhalangan

4. Analisis peran guru dalam pembinaan karakter islami siswa SMA


Al Hasra Depok
Proses implementasi pembinaan karakter islami di SMA Al
Hasra, guru merupakan sosok yang keberadaanya sangat penting.
Guru merupakan aktor penggerak dengan menciptakan peserta didik
109

yang berkualitas, baik dari sisi akademik, afektif dan psikomotorik.


Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Antik Handayani, S. Pd.
Kepala SMA Al Hasra menyatakan bahwa penerapan kurikulum
pembinaan karakter islami di SMA Al Hasra bertumpu pada guru,
sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, dan dipantau langsung
oleh Ibu Antik, tim keagamaan, dan tim pengembang kurikulum.
Hartatik (2014:50) menguraikan beberapa peran utama guru dalam
pendidikan karakter sebagai birikut:
a. Keteladanan
Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus
dimiliki oleh guru. Dalam pendidikan karakter, keteladanan
yang dibutuhkan oleh guru berupa konsistensi dalam
menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-laranganya,
kepedulian terhadap orang lain, kegigihan meraih prestasi dan
lain sebagainya. Dengan keteladanan yang baik dan juga
konsisten akan membuat siswa lebih mudah mengembangkan
karakternya.
Berdasarkan dokumen visi misi SMA Al Hasra
menyebutkan bahwa sebagai standar pengajar haruslah memiliki
standar guru profesional dan memiliki karkter islami. Ibu Antik
menyatakan secara umum guru dan karyawan SMA Al Hasra
harus se-iman, maksudnya adalah beragama islam, kemudian
bisa membaca quran, berkarakter baik, dan menguasai bidang
studi/biang pekerjaannya. Hal tersebut dikuatkan dengan proses
rekrutmen guru dan karyawan selain tes kemampuan bidang,
juga ada tes kemampuan membaca Al Quran dan wawasan
keislamannya. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Zikry siswa
kelas XII IPS 1 yang sudah hampir tiga tahun bersekolah di
SMA Al Hasra menyatakan bahawa guru-guru selalu
memberikan contoh yang islam ajarkan mulai dari sopan ,baik,
dan friendly.
b. Inspirator
Jika semua guru mampu menjadi sosok inspirator makan
kader-kader bangsa akan muncul sebagai sosok inspirator.
Mereka akan mencurahkan segala daya dan upaya untuk meraih
prestasi. Ia mampu membangkitkan semangat karena sudah
pernah jatuh bangun dalam meraih prestasi dan kesuksesan yang
luar biasa.
110

Peran yang kedua adalah guru sebagai isnpirator juga


terlihat pada setiap guru di SMA Al Hasra dengan berbagai
bidang ilmunya, dibuktikan dengan bebebrapa guru yang sedang
atau telah menempuh jenjang S2, memiliki usaha diluar sekolah
yang cukup sukses, serta gigih memerjuangkan keinginannya
selain profesinya sebgai guru.
c. Motivator
Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru
dalam membangkitkan spirit dan potensi luar biasa dalam diri
peserta didik. Setiap anak adalah jenius, yang mempunyai bakat
spesifik dan berbeda dengan orang lain. Maka tugas guru adalah
melahirkan potensi itu ke permukaan dengan banyak berlatih,
mengasah kemampuan dan mengembangkan potensi
semaksimal mungkin.
Cahya siswa kelas XI IPA 3 mengatakan ia sangat
termotivasi pada sosok Bapak Hanura, guru bidang studi Bahasa
Inggris, yang selalu memberikan motivasi pada setiap
pembelajrannya, baik dalam bidang pelajaran maupun
kehidupan. Selain Pak Hanura juga masih banyak lagi, namun
yang paling berkesan menurutnya adalah Pak Hanura
pungkasnya.
d. Dinamisator
Artinya seorang guru tidak hanya membangkitkan
semangat, tapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar
mendorong gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan,
kecerdasan dan kearifan yang tinggi. Selain itu, menjadi guru
dinamisator harus mempunyai kemampan yang sinergis antara
intelektual, emosional dan spiritual sehingga mampu menahan
setiap serangan yang menghalangi.
Peran ini juga sangat terlihat, dibuktikan dengan hasil
wawancara Bapak Rohim dimana setiap pembelajarannya selalu
disisipkan nilai keislaman walaupun Ia mengajar bidang studi
Kima. Diperkuat hasil wawancara dengan Rahma Siswi kelas
XI IPA 3 menyatakan bahwa guru favorit saya banyak, Pak
Dedi, Bunda, Bu Erin, Pak Sugeng,dan masih banyak lagii,
kenapa? karena mereka punya cara dan gaya masing2 untuk
mengajak saya untuk kebaikan. Dengan kata lain selain isi
materi yang dinamis, cara penyampaiannya pun dinamis.
111

e. Evaluator
Artinya guru harus selalu mengevaluasi metode
pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan
karakter. Selain itu juga harus mampu mengevaluasi sikap
perilaku yang ditampilkan, sepak terjang dan perjuangan yang
direncanakan.
Guru sebagai evaluator berarti guru selalu mengevalusai
perilaku siswa baik di dalam maupun diluarkelas, pun
denganproses pembinaan yang dilakukannya apakah sudah tepat
sesuai program dan efien atau belum . Evaluasi perilaku siswa
secara formal dilaksanakan setiap ujian tengah semester (UTS),
penilaian akhir semester (PAS), dan penilian akhir tahun (PAT)
setiap guru bidang studi memberikan penilaian sikap kepada
koordinator keagamaan untuk di rekap menjadi nilai sikap yang
akan ditulis dalam rapor siswa. Nilai sikap tersebut didapat dari
penilaian di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas telah
tertuang pada penilaian sikap di RPP masing-masing guru
bidang studi. Kemudian penilaian di luar kelas dengan sistem
poin, reward and punishment. Berdasarkan wawancara dengan
Ibu Erin Waka Kesiswaan SMA Al Hasra, dewan guru telah
dibekali dengan buku kuning (buku catatan guru yang
digunakan untuk mencatat apabila guru melihat siswa
melakukan pelenggaran atau melakukan kebaikan/prestasi.
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa,
guru SMA Al Hasra telah menerapkan lima peran tersebut
dalam pembinaan karakter di SMA Al Hasra Depok.
5. Evaluasi
Untuk menilai kebaikan dari suatu kurikulum diadakan evaluasi
kurikulum. Suatu evaluasi yang baikdilakukan secara komprehensif,
mencakup semua langkah kegiatan dan komponen kurikulum, mulai
dari dokumen kurikulum, pelaksanaan, hasil yang telah dicapai,
fasilitas penunjang serta para pelaksana kurikulum. SMA Al Hasra
Depok melakukan evaluasi yang dilakukan setiap dua kali per semester
yaitu pada setiap akhir semester satu dan semester dua serta pada akhir
tahun pelajaran, sebelum memasuki tahun pelajaran baru. Evaluasi ini
dilaksanakan sebelum proses perencanaan kurikulum pembinaan
karkter pada awal tahun pelajaran baru. Tujuan dari evaluasi
pelaksanaan pembelajaran ini yang terutama adalahguna mengetahui
112

apakah strategi pembinaan karakter islami yang dilaksanakan dapat


berhasil dengan baik.
1. Evaluasi pelaksanaan program pembinaan karakter islami
Evaluasi implementasi pembinaan karakter islami siswa
diawasi langsung Ibu Antik Handayani, S. Pd. kepala SMA Al
Hasra Depok, dan dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum yaitu ibu Heny Dyah beserta koordinator keagamaan
Bapak Zamzam. Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan
musyawarah seluruh guru dan karyawan. Kegiatan pertama adalah
laporan pelaksanaan apakah sudah berjalan sesuai dengan program
yang terlaksana, serta tanggapan dari seluruh guru dan karyawan
atas program yang telah dijalankan, apakah seluruh indikator
ketercapaian karakter berapa persen ketercapaiannya. Hasil dari
evaluasi ini kemudian dirapatkan oleh seluruh anggota tim
pengembang kurikulum, koordinator keagamaan bersama kepala
sekolah untuk kemudian dilakukan analisa untuk bahan perbaikan.
Kemudian berdasarkan dokumen laporan keagamaan SMA
Al Hasra yang dikoordinatori oleh Bapak Zamzam firdaus terlihat
bahwa seluruh kegiatan telah terlaksana dengan baik walau ada
beberapa kendala pada teknis pelaksanaan, namun masih bisa diatasi
dan menjadi bahan evaluasi kedepannya.
Tabel 4.6
Laporan Pelaksanaan Program Keagamaan SMA Al Hasra
Jenis Target Target Pelaksanaan
No Sasaran
Kegiatan Kompetensi Waktu

c. 1. Peserta Didik Terlaksana


SMA Al-Hasra dengan baik
Kelas terbiasa membaca
tadarus Al Qur‟an 3
1 Tadarrus Pagi X, XI,d. 2. Peserta Didik Tahun
XII SMA Al-Hasra
dapat
menghatamkan Al
Qur‟an
Kelas e. 1. Peserta Didik 3 Terlaksana
2 T-Qur‟ani SMA Al-Hasra dengan baik
Tahun
X, XI, dapat membaca Al
113

XII Qur‟an dengan baik


dan benar
f. 2. Peserta Didik
SMA Al-Hasra
dapat menghafal Al
Qur‟an
g. 1. Peserta Didik Terlaksana
Kelas terbiasa untuk dengan baik
ALHSR- melakukan 3
3 X, XI,
Spiritual Camp kegiatan Tahun
XII
keagamaan di luar
rumah
h. 1. Peserta Didik Terlaksana
SMA Al-Hasra dengan baik
berani meberikan
Kelas tausiyah di hadapan
ALHSR- umum 3
4 X, XI,
Muballigh i. 2. Peserta Didik Tahun
XII
SMA Al-Hasra
dapat menghargai
orang yang sedang
bicara
j. 1. Peserta Didik Terlaksana
SMA Al-Hasra dengan baik
terbiasa untuk
Kelas berinfaq dan
ALHSR-ZIS 3
5 bersedekah
X, XI, Tahun
(G-500) k. Peserta Didik SMA
XII
Al-Hasra dapat
peduli dengan
lingkungan
sekitarnya
Siswi l. 1. Siswi menguasai 1 Terlaksana 1
Kelas X kesehatan wanita Tahun semester
6 Keputrian Siswi Terlaksana 1
m. 1. Siswi menguasai 2
Kelas X, semester
fiqih kewanitaan Tahun
XI
114

n. 1. Peserta Didik Terlaksana


Pengajian Kelas X, terbiasa untuk 3 dengan baik
7
Kelas XI, XII melakukan Tahun
aktivitas pengajian

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanan program telah dilaksanakan dengan baik, walau terdapat
beberapa kendala yag harus yang menjadi bahan evaluasi bagi tim
pengembang kurikulum.

2. Analisis evaluasi ketercapaian indikator visi dan misi keislaman


SMA Al Hasra Depok
Inti dari indikator karakter islami dalam visi SMA Al Hasra
Depok terbagi menjadi 2 yaitu memiliki akidah yang kuat serta
melakukan ibadah yang benar dan siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan membaca, mengahafal dan memahami Al-Quran
dengan baik. Oleh karena itu pembahasan akan dibagi menjadi dua
hal berdaarkan klasifikasi tersebut.
a. Evaluasi ketercapaian Indikator visi keislaman 1, 2, dan 3
1. Memiliki aqidah yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh
ajaran yang bertentangan dengan al qur‟an dan sunah
2. Mampu beribadah baik wajib maupun sunah sesuai dengan
tuntunan syari‟at islam
3. Berakhlak mulia baik kepada Allah maupun makhluk Nya.
Dapat disimpulkan dari ketiga indikator tersebut adalah
siswa lulusan SMA Al Hasra diharapkan memiliki akidah yang
kuat, berakhlak mulia, serta melakukan ibadah baik wajib
maupun sunnah. Ketiga indikator ini saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan observasi penulis, idikator ini
belum tersusun dokumen secara resmi, namun indikator
ketercapaian tersebut dapat dilihat dan testimoni dan wawancara
siswa maupun lulusan sebagai berikut.
Seperti wawacara ananda Zikry siswa kelas XII IPS 1
SMA Al Hasra yang juga menjabat sebagai ketua OSIS,
menyatakan bahwa ada banyak sekali perubahan dari diri saya
semenjak bersekolah di SMA AL-HASRA, mulai dari
pembiasaan sholat, membaca al quran dan kebiasaan sholat
115

sunah, kemudian program pembinaan yang paling


mempengaruhi perubahannya adalah T qurani, sholat dhuha
bersama, dan semua yang diajarkan di SMA AL-HASRA sangat
mengispirasi, menurutnya pembinaan yang diajarkan di sekolah
dan menjadi terbiasa walaupun awalnya malas atau terpakasa.
Namun faktor penghambat pembinaan karakter islami menurut
Zikry adalah rasa malas, omongan dari teman, dan kurangnya
terbuka hati pribadi seseorang.
Senada dengan Zikri, Rahma siswi kelas XI IPA 3 yang
juga menjabat sebagai wakil ketua OSIS menyatakan bahwa ia
lebih rajin sholat dhuha, dan merasa malu jika malas beribadah
ketika teman-teman yang lain rajin beribadah.ia juga merasa
banyak mendapat perubahan, salah satunya semenjak
mengkikuti OSIS. Faktor pendukung pembinaan karakter islami
di sekolah menurutnya adalah dukungan dari bapak ibu guru
dan peraturan yang ada. Sedangkan hambatannya adalah kurang
terbiasanya siswa dengan pembinaan karakter islami. Sebab
banyak siswa yang berasal bukan dari sekolah berbasis islam
atau negeri.
Kemudian testimoni lulusan SMA Al Hasra Audi
Candra yang saat ini melanjutkan pendidikan di akademi
keopilisan kepolisan menyatakan bahwa ia sangat puas
bersekolah di SMA Al Hasra karena proses pembinaan karakter
islami seperti tadarus,membaca yasin, solat duha membuat ia
lebih bisa mengontol emosinya.
Senada denga Audi, Ginnia Juliawati lulusan SMA Al
Hasra yang melanjutkan studi di jurusan Oseanografi UNDIP
mengatakan kedisiplinan dalam beribadah baik sunah maupun
wajib menjadi karakter yang sampai saat ini dilakukan walau
sudah menginjak bangku kuliah.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa indikator tersebut sudah tercapai pada lulusan SMA Al
Hasra Depok.

b. Mampu membaca dan menghafal Al Quran dengan Tajwid yang


benar
Berdasarkan dokumentasi raport hafalan juz 30 dari 164
siswa lulusan 2020, 124 anak mendapat perdikat baik dan amat
116

baik di seluruh surat hapalan, sisanya masih dalam proses


penyelesaian. Sebab untuk mngambil ijazah wajib
menyelesaikan seluruh hapalan Juz 30.
Sultan Fasha Lulusan SMA Al Hasra yang sekarang
melanjutkan pendidikan di Administrasi Negar UNPAD
mengatakan bahwa hal yang tidak pernah ia lupakan adalah
proses menghapal Al Quran, yang masih ia jaga sampai saat ini.

c. Mampu mengaktualisasikan nilai kepedulian sosial dalam


bentuk zakat, infaq dan shodaqoh
Berdasarkan wawancara dengan lulusan alumni
angkatan 2019, pada awal masa corona mereka mengadakan
bantuan sosial bagi masyarakat sekitar sekolah. Hal tersebut
merupakan inisiatif mereka atas dasar pembinaan karakter
kepedulian sosial selama tiga tahun.
Ade Herman lulusan SMA Al Hasra yang melanjutkan
pendidikan di Jurusan Teknologi Pendidikan UPI, Syukur
alhamdulillah bisa bersekolah di SMA Al Hasra, ada rasa
kekeluargaan antara guru dan siswa, satu hal yang sampai
sekarang tidak pernah dilupakannya adalah rasa kepedulian
sosial yang terus terbawa sampai saat ini.

5. Faktor Pendukung Manajemen Kurikulum Pembinaan Karakter


Islami Siswa SMA Al Hasra Depok
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapa hal
yang menjadi faktor pendukung proses manejemen kurikulum pembinaan
karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok. Adapun faktor-faktor tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Koordinasi yang baik antar lembaga
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, faktor yang
pertama adalah berasal dari koordinasi yang baik antara yayasan,
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru. Keempat elemen
bekerja sama dan saling mendukung, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Sitem saling mengawasi dari atas kebawah, menjadikan
dorongan untuk selalu melakukan yang terbaik. Kemudian semangat
dan loyalitas seluruh civitas akademika bagi sekolah dan peserta didik,
membuat yayasan semakin bersemangan untuk berkontribusi aktif,
117

bukan hanya pada saat pengawasan dan hasil, namun juga pada proses
prencanaan program sampai evaluasi.
2. Lingkungan masyarakat dan suasana sekolah islami
Faktor yang kedua yaitu kondisi lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat sekitar yang mendukung pelaksanaan
kurikulum pembinaan karakter islami. Peneliti akan menggambarkan
keadaan lingkungan di dalam area SMA Al Hasra Depok. Jika kita
memasuki kawasan SMA Al Hasra Depok maka akan terpampang jelas
bahwa sekolah menjadikan karakter sebagai salah satu pilar utama yang
diunggulkan. Terdapatvisi dan misi sekolah yang ditulis dengan cukup
jelas menyatakan bahwa SMA Al Hasra Depok ingin mewujudkan
sekolah dengan hasil atau output yaitu para peserta didik yang memiliki
karakter islami, serta moto sekolah sebagai „Gerbang Kehidupan
Islami‟ terlihat dengan jelas, dengan ini, setidaknya dapat menjadi
pengingat dan pembimbing bagi seluruh warga sekolah bahwa SMA Al
Hasra Depok berusaha mewujudkan karakter islami sebagai dasar
pembinaan bagi siswa dan siswinya. Dengan melihat ini, juga terlihat
seolah-olah Kepala Sekolah ingin menjadikan area sekolah mulai dari
gerbang masuk sebagai gerbang kehidupan islami, ketika menginjakkan
kaki di sekolah segala perilaku, tindak-tanduk seluruh civitasakademika
haruslah bernapaskan nilai-nilai islami. Selain itu, visi misi, dan motto
sekolah mengajak semua orang yang memasuki area sekolah untuk
dapat melakukan pembinaan dan memberikan tauladan yang baik
sehingga dapat ditiru atau mempengaruhi karakter peserta didik.Selain
itu, bagaimana seluruh warga sekolah bersikap didalam lingkungan
sekolah juga mempengaruhi proses pembentukan karakter. Terlihat
bagaimana semua warga sekolah baik pegawai maupun guru selalu
memberikan contoh keteladanan dalam bersikap agar selalu santun.
Kepala sekolah juga sangat menekankan agar tercipta atmosfir sekolah
yang selalu melakukan pembiasaan-pembiasaan adab islami, saling
menghormati dan menyayangi. Kepala sekolah beserta guru selalu
menyambut kehadiran siswa dan siswi di gerbang sekolah juga
melakukan pembiasaan 5S (Senyum,Salam, Sapa, Sopan dan Santun).
Dengan melakukan dengan pembiasaan, pendampingan dan
keteladanan secara terus menerus, tentu saja akan sangat
mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik.
Masyarakat sekitar sekolah selalu dilibatkan dalam kegiatan
pembinaan karakter seperti pada proses perencanaan, dalam perumusan
118

masyarakat tokoh agama diikut sertakan dalam diskusi untuk


merumuskan program yang dapat disinergikan dengan kegiatan
masyarakat. Pada pelaksanaan masyarakat sekitar juga selalu
diikutsertakan terutama pada program pembinaan kepedulian sosial.
Kemduianmasyarakat sekitar juga menjadi agen pengawasan perilaku
siswa di lingkungan luar sekolah.
3. Komunikasi antara sekolah dan wali murid
Faktor ketiga yaitu adanya kerjasama antara pihak sekolah
dengan orang tua terutama komunikasi wali kelas dengan wali murid
yang siap melayani bahkan terkadang diluar waktu belajar.
Kerjasamaantara guru dengan orangtua adalah kunci utama dari
keberhasilan dalam membentuk karakter siswa. Selain dengan
komunikasi yang intens antara guru dengan orang tua siswa, SMA Al
Hasra Depokjuga memiliki sebuah kegiatan rutin dengan orang tua/wali
murid yaitu Parenting Dayyang telah terbentuk dengan
kepengurusannya dan jadwal pertemuan rutin setiap hari sabtu minggu
pertama pada setiap bulan. Perkumpulan tersebut tentu saja dilakukan
sosialisasi tentang pembinaan karakter islami siswa secara intens dan
dikaji secara mendalam dengan mengundang para pakar pendidikan
anak. Kemudian proses komunikasi yang intens melalui wali kelas
kepada wali murid, sehingga setiap perkembangan anak baik di sekolah
maupun di rumah dapat dikomunikasikan dengan baik. selain itu, pihak
sekolah juga bersikap terbuka akan kritik dan saran darisetiap orang tua
guna peningkatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
4. Sarana dan prasarana yang mendukung
Faktor kelima adalah terdapat sarana dan prasarana yang cukup
lengkap sehingga akan sangat menunjang keberhasilan dalam
pembinaan karakter islami baik yang melalui kegiatan belajar mengajar
di kelas maupun melalui kegiatan di luar kelas seperti ekstrakurikuler
dan kegiatan keagamaan lainnya. Dalam kegiatan belajar, sarana
prasarana cukup memadai dengan kondisi ruang kelas yang nyaman
dan memiliki berbagai fasilitas seperti meja kursi yang baik, lemari,
alat-alat belajar, layar proyektor, alquran dan lain sebagainya.
Ditambah pula dengan sarana lainya seperti perpustakaan, laboratorium
komputer, laboratotium sains, masjid dan lain sebagainya. Sementara
itu dalam kegiatan ekstrakurikuler sarana dan prasarana yang
disediakan cukup lengkap seperti alat-alat olahraga, alat panahan,
laboratorium dan lain sebagainya tak kalah pentingnya juga masjid
119

yang cukup luas terdiri dari dua lantai dimana menjadi pusat kegiatan
pembinaan karakter islami siswa.

5. Faktor Penghambat Proses Manajemen Kurikulum Pembinaan


Karakter Islami Siswa SMA Al Hasra Depok
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapa hal
yang menjadi faktor penghambat proses manejemen kurikulum pembinaan
karakter islami siswa SMA Al Hasra Depok. Adapun faktor-faktor tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pembagian tugas dan penanggung jawab peerencanaan kurikulum
pembinaan karakter
Seperti yang diungkapkan oleh Waka Kesiswaan SMA Al
Hasra Depok Heny Dyah bahwa perencanaan kurikulum terpusat pada
koordinator keagamaan yang menjadikan beban yang terlalu besar pada
satu orang untuk merancang dan mengeembangan program pembinaan
dalam kurikulum khas sekolah yang tertuang dalam program
keagamaan. Walau mendapat stimulus dari pimpinan dan yayasan uga
perlu di bentuk tim pengembang kurikulum khas sekolah.
2. Komitmen guru dan karyawan dalam pelaksanaan kurikulum
pembinaan karakter
Faktor yang kedua adalah komitmen guru dan karyawan dalam
pelaksanaan kurikulum pembinaan karakter. Bapak Zamzam Firdaus
sebagai koordinator keagamaan menyatakan masih terdapat masalah
dalam hal pelaksanaan kurikulum atau penegakan aturan itu sendiri.
Terkadang aturan dan program sudah ada, sudah jelas, tapi pelaksanaan
dan penegakan nya yang belum kuat, atau aturan itu sudah ada, sudah
dilaksanakan tetapi belum sempurna. memang masih dalam
peneyesuaian karena biasanya ketika ada kebijakan baru dalam suatu
lembaga atau sekolah ada masa-masa penyesuaian dan itu menjadi
bahan evaluasi kedepannya
3. Evaluasi ketercapaian indikator
Proses analisis ketercapaian hasil indikator belum dimiliki
secara menyeluruh hanya indikator visi keislaman Tahfidz juz 30 yang
memiliki data analisis ketercapaian, sedangkan indikator visi keislaman
lainnya seperti berakhlakul karimah, teguh, dan berjiwa sosial belum
memiliki dokumen analisis ketercapaian yang baku. Namun hasil
ketercapaian indikator tersebut masih dapat dilihat dari proses
wawancara lulusan SMA Al Hasra.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian untuk
menjawab rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya tentang
bagaimana manajemen kurikulum sekolah islam terpadu membentuk
pendidikan karakter siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses Pembinaan karakter islami siswa dimulai dari yayasan dan
berkoordinasi dengan kepala ekolah, tim pengembang kurikulum,
koordinator keagamaan untuk merumuskan kurikulum khas sekolah,
yang diimplementasikan dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler,
dan kokurikuler.
2. SMA Al Hasra Depok telah melaksanakan proses manajemen
kurikulum pembinaan karakter mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai evaluasi dengan koordinasi yang baik antar lembaga sehingga
menghasilkan ketercapaian indikator visi berkepribadian islami pada
siswa.
3. Faktor pendukung manajemen kurikulum pembinaan karakter islami di
SMA Al Hasra Depok, sebagai berikut :
1) faktor yang pertama adalah berasal dari koordinasi yang baik antara
yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru. Keempat
elemen bekerja sama dan saling mendukung, sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
2) kondisi lingkungan sekolah yang bernuansa islami.
3) Adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua.
4) Terdapat sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kegiatan di luar kelas,
ekstrakurikuler, dan masjid yang besar sebagai pusat kegiatan
islami siswa.
4. Faktor penghambat manajemen kurikulum pembinaan karakter islami
siswa SMA Al Hasra Depok, sebagai berikut :
1) Pembagian tugas dan penanggung jawab peerencanaan kurikulum
pembinaan karakter
2) Komitmen guru dan karyawan dalam pelaksanaan kurikulum
pembinaan karakter.
3) Evaluasi ketercapaian indikator.

120
121

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat dberikan
sara-saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
informasi dan perlunya meninjau kembali tentang perlunya
menghadirkan narasumber atau tokoh pendidikan dalam melakukan
penyusunan kurikulum khas sekolah. Hal ini dilakukan agar
pengembangan dan penyusunan kurikulum di SMA Al Hasra Depok
dapat sesuai dengan peraturan pemerintah.
2. Bagi tenaga pendidik dan kependidikan hendaknya selalu berupaya
untuk meningkatkan ketegasan dalam pelaksanaan kurikulum
pembinaan karakter. Juga diharapkan untuk terus memberikan tauladan,
pembiasaan dan pendampingan dengan lebih intensif kepada seluruh
siswa terkait dengan pembinaan karakter islami peserta didik.
3. Bagi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, hendaknya melakukan
analisis evaluasi ketercapaian indikator visi dan misi yang telah dibuat
secara menyeluruh, agar dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
implementasi pembinaan karakter Islami di SMA Al Hasra.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Persepektif Al-Qur‟an, Jakarta:


Amzah. 2007

Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. Curriculum:Foundation, Principles,


AndIssues, FourthEdition. Boston USA: PearsonEducation. 2004

Al-Anwari, Amirul Mukminin. Strategi Pembentukan Karakter Peduli


Lingkungan Di Sekolah Adiwiyata Mandiri. JurnalTa’dib. Volume
XIX. Nomor 2. 2014

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT. Rineka Cipta. 2010

Asmani, Ma‟mur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter diSekolah.


Jogjakarta: Diva Press. 2011

Atmodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT.Ardadizya Jaya.


2000

Dakir. Perencanaan dan Pengembagan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. 2004

Dindin, Jamaluddin. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam,Bandung:


Pustaka Setia. 2013

Dewi, Ernita, AKHLAK DAN KEBAHAGIAAN HIDUP IBNU MASKAWAIH,


Jurnal Substantia, Vol.13, No. 2, Oktober 2011

Gaffar, Mohammad Fakhry. Pendidikan Karakter Berbasis Islam.Yogyakarta.


2010

Hamalik, Oemar. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Remaja RosdaKarya.


2006

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya. 2007

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja


Rosdakarya. 2008

122
123

Hartatik, Yulianti. Implementasi Pendidikan Karakter Di Kantin Kejujuran.


Malang: Penerbit Gunung Samudra. 2014

Hasan, Said Hamid. Evaluasi kurikulum. Bandung : PT RemajaRosdakarya.


2008

Husaini, Adian. Pendidikan Islam Membentuk Siswa Berkarakter dan Beradab.


Jakarta: Cakra Media. 2011

Istiqamah, Nurul. Manajemen Pembinaan Karakter Santri di Pondok


Pesantren Al Luqmaniyyah Yogyakarta. Yogyakarta: Repository UIN
Sunan Kalijaga. 2018

Kesuma D, Triatna C, dan Permana J. Pendidikan Krakter Kajian Teoridan


Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013

Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter; Solusi Yang Tepat UntukMembangun


Bangsa. Bogor: Indonesia HeritageFoundation. 2004

Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.


Universitas Indonesia Press. 1992

Miller, J. P andSeller, W. Curriculum: PerspectivesandPractices. New York:


Longman. 1985

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.Bandung;


Remaja Rosdakarya. 2011

Muhaimin. Rekontruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.


2009

Nasir, Sahilun A., Tinjauan Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlas, 1991

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan, Mengatasi KelemahanPendidikan


Islam di Indonesia. Jakarta. PrenadaPress. 2003

Nawawi, H. dan Martini, M. Penelitian Terapan. Jogyakarta; Gajah Madah


UniversityPress. 1994

Permendikbud No. 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter


Pada Satuan Pendidikan Formal.

Rachman, F. M. Islamic TeenParenting. Jakarta: Erlangga. 2014


124

Robert S. Zais. CurriculumPrinciplesandFoundations. New York:


Harper.&Row Publisher, Inc.1976

Rusman. Manajemen Kurikulum (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja


GrafindoPersada. 2011

Samino. Manajemen Pendidikan spirit keislaman dan


keindonesiaan.Sukoharjo: Fairuz Media. 2010

Saputra, Ade Surya. Manajemen Program Pembinaan Karakter Berbasis


Agama di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitar Negeri Yogya. 2016

Sari, Nurlaela. Manajemen Pembinaan Karakter Peserta Didik Berbasis Masjid


Madrasah Madrasah Aliyah Negeri 3 Tasikmalaya. Bandung:Digital
Library UIN Sunan Gunung Djati. 2019

Shabrina, Nur Putri, dkk. Manajemen Pembinaan Akhlak dalam Penguatan


Pendidikan Karakter Peserta Didik. Malang : Jurnal Administrasi dan
Manajmen Pendidikan (JAMP). 2019

Simanjuntak, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung:


Tarsito. 1990

Sriwilujeng Dyah. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan


Karakter.Jakarta: Erlingga.2017

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif


dan R&D. Bandung; Alfabeta. 2008

Sulistyowati, Endah. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.


Yogyakarta: Citra Aji Parama. 2012

Utami, Tri. Manajemen Pembinaan Karakter Islami Siswa di Sekolah


Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Izhar Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru. Riau : UIN Sultan Syarif Kasim. 2016

Wahyudin, Dinn. Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014

Yustanto, Ismail, dkk. Menggagas Pendidikan Islami, dilengkapiImplementasi


Praktis Pendidikan Islam terpadu TK, SD, SMP, danSMU. Bogor: Al-
azhar Press.2011
125

Zaenul, Agus. Pendidikan Krakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.


Yogyakarta: Ar-Ruz Media. 2012

Zaenul, Agus. Manajemen Kurikulum Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2013

Zaim, Elmubarok. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. 2008


LAMPIRAN
1. Wawancara
Kepala SMA Al Hasra
Antik Handayani, S. Pd.
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
PROFIL SEKOLAH
1 Bagaimana gambaran secara SMA Al Hasra merupakan sekolah
singkat SMA Al Hasra Depok ? bernuansa Islami yang bertujuan
menanamkan nilai-nilai keislaman pada
siswa, sehingga dapat menjadi pola pikir,
dan pola perilaku.
2 Bagaimana sejarah berdirinya SMA Al Hasra telah berumur 35 tahun,
SMA Al Hasra Depok ? di awali dengan berdirinya Yayasan Al
Hasra oleh Pak Maryunis, yang
kemudian di buka lembaga pertama yaitu
SMP Al Hasra kemduian menyusul
SMA Al Hasra 34 tahun yang lalu.
3 Apakah tujuan berdirinya SMA SMA Al Hasra bertujuan menjadi
Al Hasra Depok ? sekolah yang mampu mengantarkan
siswa menggapai cita-citanya, melalui
nilai-nilai keislaman sehingga insya
Allah, dunia dapat akhirat pun dapat.
4 Apa visi dan misi SMA Al Hasra Visi SMA Al Hasra adalah Mewujudkan
Depok ? lulusan yang berkepribadian islami,
berprestasi, dan berwawasan global
5 Bagaimana keadaan tenaga Alhamdulillah, kita memiliki tenaga
pendidik, kependidikan, dan pendidik dan kependidikan yang
karyawan di SMA Al Hasra profesional, baik dalam bidang profesi
Depok ? mapun keislaman.
6 Bagaimana kondisi lingkungan Kondisi lingkungan dan masyarakat
dan masyarakat sekitar SMA Al sangat aktif sebab banyak kegiatan yang
Hasra Depok ? dilakukan tingkat yayasan samapai
lembaga SMA al Hasra sendiri yang
melibatkan masyarakat sekitar. Karena
pada awalnya yayasan Al Hasra berdiri
utuk memenuhi kebutuhan akan
pendidikan lingkungan masyarakat
sekitar bojong sari sawangan, depok.
MAJANEMEN KURIKULUM
7 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Kururikulum yang baik adalah
tentang kurikulum yang baik ? kurikulum yang dapat memaksimalkan
segala potensi siswa, guru, karyawan,
sert masyarakat sekitar.
8 Bagaimana proses manajemen Proses manajemen kurukulum di SMA
kurikulum di sekolah ini ? Al Hasra diawali dengan rapat pimpinan
yayasan beserta kepala lembaga SMA,
kemudian di rumuskan kembali oleh
waka kurikulum beserta tim pengembang
kurikulum. kemudian dibahas kembali
oleh guru sebagai pelaksana, setelah itu
sampai paa tahap sosialisasi oleh waka
kurikulum kepada seluruh warga
sekolah, sampai pada implementasi oleh
guru. Yang terakhir adalah evaluasi
secara berkala yang dilakuakan oleh saya
kepada waka kurkulum dan
timpengembang dalam pelaksanaan
implemtasi.
9 Seberapa penting proses Sangt penting, sebab perencanaan yang
perencanaan kurikulum menurut baik adalah 50% kesuksesan kurikulum.
Bapak/Ibu ?
10 Bagaimana perencanaan Pastinya kami melihat kuikulum
kurikulum yang dilaksnakan di nasional, kemudian di padukan dengan
sekolah ini ? kurikulum khas sekolah melalui diskusi
dengan pimpinan yayasan dan lembaga
SMA Al Hasra itu sendiri (Tim
pengembang kurikulum) melihat
masalah dan kebutuhan siswa.
11 Siapa saja yang terlibat dalam Dalam perencanaan kurikulum tingkat
perencanaan kurikulum ? SMA Al Hasra terdiri dari saya sebagai
kepala SMA Al Hasra dan tim
pengembang yang terdiri dari waka
kirikulum perwakilan guru eksak, non
eksak, pembina ekstrakurikuler, waka
kesiswaan.
12 Bagaimana penerapan yang dilakaukan bertumpu
penerapan/pengimplementasian pada guru sebagai pelaksana kurikulum
kurikulum yang telah dibuat ? dilapangan, dan dipantau langsung oleh
saya dan tim pengembang kurikulum.
13 Siapa saja yang mengawasi Saya, terkadang juga kami meminta
penerapan/implementasi pendapat pengawas sekolah
kurikulum ?
14 Apakah ada evaluasi setelah Ya, kami mengadakan setiapakhir
penerapan/implementasi semester.
kurikulum?
15 Bagaimana proses evaluasi yang Membuat angket dan mengadakan rapat
dilakukan ? dengn tim pengembang dan guru mata
pelajaran.
PEMBINAAN KARAKTER
16 Apa yang Bapak/Ibu ketahui Pembinaan karakter adalah kegiatan
tentang pembinaan karakter ? penanaman nilai-nilai karakter pada
anak, melalui kegiatan yang terukur dan
terencana.
17 Sejauh mana sekolah ini SMA Al Hasra merupakan sekolah
menerapkan pembinaan karakter ? bernuansa islam, yang pada setiap
kegiatannya pasti ada muatan karakter
dan budi pekerti Islam.
18 Pembinaan karakter apa yang Seperti yang saya sampaikan
menjadi ciri khas sekolah ini ? sebelumnya, SMA Al Hasra merupakan
sekolah bernuansa Islam, jadi ciri khas
seolah ini adalah karakter islami.
19 Bagaimana upaya sekolah dalam Kami membuat program yang terencana
mebina karakter islami siswa ? sehingga arah gerak pembinaan akan
teratur, serta masih banyak upaya yang
kita lakukan seperti kerja sama dengan
orang tua muid, dan lingkungan sekitar
sekolah.
20 Menurut bapak/ibu bagaimana Alhamdulillah, semua siwa memiliki
karakter siswa di sekolah ini? karakter yang baik disekolah, ya hanya
bercanda dan celetukan anak remaja
biasa saja yang masih kaang terdengar.
21 Adakah pengaruh program Insya Allah ada, sebab beberapa anak
pembinaan karakter islami di yang tadiny malas beribadah dengan
sekolah ini terhadap perilaku terpaksa disini harus beribadah tadarus,
siswa? duha, sampai solat ashar dan zuhur
berjaaah, sehingga menjadi kebiaaan
dalam dirnya.
22 Siapa saja yang terlibat dalam Seluruh warga sekolah
pembinaan karakter islami siswa ?
23 Apasaja standar tenaga pendidik, Secara umum harus se iman, maksudnya
kependidikan, dan karyawan di adalah beragama islam, kemudian bisa
sekolah ini untuk menjadi teladan membaca quran, berkarakter baik, dan
dalam membina karakter islami menguasai bidang studi/biang
siswa ? pekerjaannya.
24 Apakah tenaga pendidik, Alhamdulillah, jika dipresentasekan 98%
kependidikan, dan karyawan sudah memenuhi kualifikasi.
sudah memenuhi standar dalam
membina karakter islami siswa ?
25 Bagaimana upaya pembinaan Kami mengadakan kajian membaca al
karakter islami di sekolah oleh quran agar guru dan karyawan dapat
kepala sekolah terhadap tenaga menjadi pembimbing yang lebih baik
pendidik, kependidikan, dan lagi bagi siswa dalam mengaji, kemudian
karyawan mengadakan pengajian setiap jumat, ada
juga parenting day yang dilakukan setiap
sabtu awal bulan.
26 Apasaja faktor pendukung Pastinya lingkungan yang bernuansa
pembinaan karakter islami siswa ? islami, dukungan dari yayasan,
kerjasama yang baik dengan orang tua
siswa. Serta sarana dan prasarana yang
lengkap bagi kegiatan siswa.
27 Apa tindak lanjut Bapak/Ibu Terus membina dan merawat semua hal
terhadap faktor pendukung tersebut, sehingga bukan hanya tetap
pembinaan karakter islami siswa ? dapat mendukung bahkan dapat
menimbulkan efek positif lainnya.
28 Apasaja faktor penghambat Faktor penghambat terkadang ada pada
pembinaan karakter islami siswa ? diri sendiri, namun itulah tantangannya
bagaimana memotivasi agar dapat
menjadi lebih baik lagi.
29 Menurut bapak/ibu bagaimana Solusi dari kami mengadakan program
solusi untuk faktor yang atau mapel budi pekerti Islam, dimana
menghambat pembinaan karakter bimbingan personal kepaa siswa
islami siswa ? sehingga mengetahui apa hambatan
siswa tersebut. Tentuya dapat
memberikan solusi yang tepat.

Wawancara waka kurikulum


Heny Dyah. K, S. T.
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Kurikulum yang baik adalah kurikulum
tentang kurikulum yang baik ? yang menyenangkan bagi siswa dan
guru, tentunya hal ini didukung oleh
kemedikbud yang membuat program
merdeka belajar yang menjadikan guru
lebih leluaa dalam membuat program
belajar yang menyenangkan.
2 Bagaimana proses manajemen Untuk kurikulum di SMA Al Hasra
kurikulum pembinaan karakter di melibatkan berbagai personel, mulai dari
sekolah ini ? koordinator sampai ke pimpinan
yayasan, khusus teruntuk program
pembinaan karakter ada koordinator
keagamaan tingkat lembaga SMA dan
yayasan Al Hasra yang selalu
berkoorinasi untuk kegiatan apasaja yang
akan dilakukan dalam pembinaan
karakter islami bagi siswa.
3 Bagaimana perencanaan Kita memiliki satu mapel yaitu BPI,
kurikulum pembinaan karakter Budi Pekerti Islam, yang lebih
yang dilaksanakan di sekolah ini ? menanamkan karkater atau nilai-nilai
keislaman dalam ranah prakteknya.
4 Seberapa penting proses Perencanaan kuikulum sangat penting,
perencanaan kurikulum dalam tanpa perencanan yang baik kurikulum
membina karakter islami siswa tidak akan berjalan dengan baik karena
menurut Bapak/Ibu ? tidak memiliki arah atau dasar. SMA Al
Hasra melakukan perencanaan setiap
sebelum ajaran baru dimulai. Yang
terlibat dalam perencaan kurikulum
pembinaan karakter islami siswa adalah
koordinator keagamaan, waka
kurikulum, pembina osis, dan tentunya
kepala sekolah.
5 Apasaja prinsip yang digunakan Teridiri dari dua prinsip, yang pertama
dalam perencanaan kurikulum prinsip student center yaitu membuat
pembinaan karakter islami di kegiatan berkaitan dengan pembentukan
sekolah ini ? karakter islami siswa yang berifat
praktek, seperti berinfak jumat, gerakan
500 rupiah, mengaji, salat sunah dan
wajib berjamaah. Kemudian prinsip yang
kedua suri tauladan, yaitu menjadikan
guru dan karyawan teladan yang baik
bagi siswa karena pada dasarnya anak
lebih mudah menerima apa yang dilihat
dari pada yang di dengar.
6 Siapa saja yang terlibat dalam koordinator keagamaan, waka
perencanaan kurikulum kurikulum, pembina osis, dan tentunya
pembinaan karakter islami di kepala sekolah, serta seluruh guru dan
sekolah ini ? karyawan
7 Bagaimana kurikulum di sekolah Dimulai dari rancangan yayasan, turun
ini mengatur pembinaan karakter ke direktur sekolah, dan tingkat lembaga
islami siswa ? SMA Al Hasra.
8 Apa saja kebijakan yang Program besarnya dinakaman program
dikeluarkan oleh Ibu/Bapak keagamaan, dengan rincian program, T
dalam pelaksanan pembinaan Qurani (membaca dan memperbaiki
karakter islami siswa ? bacaan, serta hapalan quran), baksos,
kegiatan hari besar islam.
9 Apakah ada perubahan Terlihat dari testimoni lulusan,
karakterkepribadian siswa setelah menyatakan bahwa kebiasaan islami
menerima pembinaan karakter yang mereka ingat. Artinya kebiasaan
islami di sekolah ? islami ini yang sangat melekat bagi
lulusan SMA Al Hasra
Bagaimana pengorganisasian Faktor yang mendukung yang pertama
10 kurikulum pembinaan karakter yaitu Yayasan Al Hasra sebagai
islami di sekolah ini ? pensuport dana dan persetujuan,
kemudian tim yang solid yaitu bidang
keagamaan SMA Al Hasra, serta
pembina OSIS dan OSIS itu sendiri
sebagai pelaksana kegiatan dan
percontohan bagi siswa lainnya.
11 Bagaimana pengimplementasian Faktor penghambat secara garis besar
kurikulum pembinaan karakter tidak ada, namun masih ada yang agak
islami yang telah dibuat di sulit dibina, namun ini menjadi
sekolah ini ? tantangan bagi kami. Kemudian banyak
siswa yang bukan dari sekolah islam
sehingga pembiasaan-pembiasaan
karakter keislaman yang ditanamkan
masih banyak yang canggung/belum
terbiasa.
12 Siapa saja yang mengawasi proses Yang mengawasi implementasi
implementasi kurikulum tersebut kurikulum ini yang pasti kepala sekolah
? dan saya sendiri selaku waka kurikulum
13 Apakah ada evaluasi setelah Ada, kami lakukan setiap satu semester
penerapan/implementasi sekali, melalui laporan koordinator
kurikulum ? agama.
14 Bagaimana proses evaluasi yang Koordinator keagamaan beserta tim,
dilakukan ? melakuakan laporan program yang sudah
teraksana dan bagaimana efek dan
efisisnesinya, kemudian dijadikan
rujukan untuk program selanjutnya, yang
dipantau langsung oleh kepala sekolah.
15 Apa saja hal yang mendukung Faktor yang mendukung yang pertama
proses manajemen kurikulum yaitu Yayasan Al Hasra sebagai
pembinaan karakter islami di pensuport dana dan persetujuan,
sekolah ini ? kemudian tim yang solid yaitu bidang
keagamaan SMA Al Hasra, serta
pembina OSIS dan OSIS itu sendiri
sebagai pelaksana kegiatan dan
percontohan bagi siswa lainnya.
16 Apa saja hal yang menghambat Faktor penghambat secara garis besar
proses manajemen kurikulum tidak ada, namun masih ada yang agak
pembinaan karakter islami di sulit dibina, namun ini menjadi
sekolah ini ? tantangan bagi kami. Kemudian banyak
siswa yang bukan dari sekolah islam
sehingga pembiasaan-pembiasaan
karakter keislaman yang ditanamkan
masih banyak yang canggung/belum
terbiasa.
17 Apa yang Ibu/Bapak lakukan Kami membuat Al Hasra poin (Tata
untuk menanggulangi hambatan Tertib Siswa) yang berisi reward dan
tersebut ? punishment.

Wawancara waka kesiswaan


Erin Alifadini, S. Sos.
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang Bapak/Ibu ketahui Pembinaan karakter adalah proses
tentang pembinaan karakter ? penanaman sifat atau karakter pada anak.
2 Sejauh mana sekolah ini Sekolah sangat memerhatikan
menerapkan pembinaan karakter ? pembinaan karakter tecermin dakam visi
sekolah mewujudkan lulusan yang
berkarakter islami
3 Pembinaan karakter apa yang Tentunya karakter islami, sesuai dengan
menjadi ciri khas sekolah ini ? visi dan misi sekolah
4 Bagaimana upaya sekolah dalam Berdasarkan tugas saya sebagai waka
mebina karakter islami siswa ? kesiswaan, kami mengadakan berbagai
macam kegiatan yang bersifat keislaman,
mulai dari peringatan hari besar islam,
sampai praktik ibadah, seperti baca
quran, sholat sunat dan wajib berjamaah,
5 S (senyum, salam, sapa sopan,
santun).bahkan dalam kegiatan latihan
dasar kepemimpinan siswa, pada siswa
baru kelas sepuluh juga ada materi
keislaman yang merupakan ciri khas
SMA Al Hasra.
5 Menurut bapak/ibu bagaimana Karakter siswa disekolah ini cenderung
karakter siswa di sekolah ini? baik, karena disekolah diawasi ketat oleh
guru dan karyaan sehingga mereka segan
dan mungkin takut untuk melakukan hal
yang aneh-aneh/ melanggar peraturan.
6 Adakah pengaruh program Untuk pengaruh saya kira tidak dapat
pembinaan karakter islami di dilihat saat ini juga, namun dari beberapa
sekolah ini terhadap perilaku sswa yang saya tangani, ada yang
siswa ? berprilaku malas, dan suka membolos
setelah dipanggil dan dilakukan
pembiaan perlahan mereka merubah
perilakunya.
7 Bagaimana peran anda sebagai Peran saya tentunya membuat program
waka kesiswaan dalam membina atau kegiatan sesuai pedoman visi dan
karakter islami siswa ? misi dan kurikulum yang ditetapkan.
8 Kegiatan/program apa yang Ahamdulillah, banyak kegiatan yang
mendukung pembinaan karakter menjadi progra pembinaan keislaman di
islami siswa di sekolah ini ? SMA Al Hasra ini, yang menjadi dasar
utama adalah bimbingan intensif guru
kepada siswa, mulai dari walikelas yang
aktif, sampai guru mata pelajaran. Dan di
dukung juga oleh mata pelajaran budi
pekerti Islam (BPI) yang menjadi dasar
praktik pembiasaan budaya keislaman
setiap harinya.
9 Bagaimana efektifitas kegiatan Sampai saat ini kita memiliki 12 ekskul
ekstra yang menunjang program luar ruangan, seperti pecak silat, futsal,
pembinaan karakter islami siswa ? basket dll, kemudian 5 ekskul dalam
ruangan yang literasi, IT club, english
clup, japanese, sains club. Semua
kegiatan tersebut dtujukan untuk
mewadahi kreatifitas anak diluar kelas.
Juga peanaman karakter tanggung jawab
untuk menyelaraskan kegiatan di dalam
dan di luar kelas.
10 Siapa saja yang terlibat dalam Koordinator keagamaan yag membentuk
pembinaan karakter islami siswa ? tim keagamaan. Teridiri dari koordinator
itu sendiri, waka kurikulum, waka
kesiswaan, perakilan guru mapel,
pembina osis.
11 Bagaimana sikap siswa terhadap Alhamulillah, selama ini sayamelihat
guru dan orang yang lebih tua di siswa SMA Al Hasra mayoritas sopan
sekolah ? dan santun, namun ada beberapa anak
yang masih suka bercanda saja, kadang
kurang pas waktu dan tempatnya, seperti
dalam pembelajaran waktunya
mendengarkan mereka bercanda, itu
masih normal.
12 Apa saja hal yang mendukung Tentunya yayasan, sarana dan prasarana,
proses pembinaan karakter islami kepala sekolah yang selalu memantau
di sekolah ini ? dan mendukung setiap kegiatan.
13 Apa saja hal yang menghambat Kendala kami dalam membina karakter
proses pembinaan karakter islami islami siswa kebanyak berasal dari luar
di sekolah ini ? ? sekolah, kegiatan di rumah yang tidak
terpantau oleh kami dan juga orang tua.
Lingkungan bermain, serta internet, yang
kadang berisikan konten-konten negatif
14 Apa yang Ibu/Bapak lakukan Kami melakukan bimbingan personal
untuk menanggulangi hambatan kepada anak tersebut, jika belum ada
tersebut ? perubahan kamu akan memanggil anak
tersebut beserta orang tuanya, kemudian
kita beri surat peringatan, sebagai
cambuk bagi mereka agar berubah
menjadi lebih baik.
15 Bagaimana proses penilaian Proses penilaian karakter islami tentunya
karakter islami siswa ? ada pada koordinator keagamaan
sekolah. Dikelola oleh seluruh guru
agama, berdasarkan laporan seuruh guru
mata pelajaran.jadi setiap siswa memiliki
nilai karkater dari seluruh guru mata
pelajaran.
16 Bagaimana jika terdapat siswa Kami akan memberikan tugas perbaikan
yang mendapat nilai sikap sesuai dengan karakter apa yang perlu
dibawah KKM ? ditingkatkan.

Wawancara Guru
Pak Zamzam Firdaus, S. Pd.
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang Bapak/Ibu ketahui Khususnya kepada siswa bagaimana
tentang pembinaan karakter ? suatu lembaga membentuk karakter
peserta didik, yang sebelum nya belum
disiplin menjadi disiplin. Mengubah
karakter yang belum baik menjadi
karakter yang lebih baik lagi.

2 Pembinaan karakter apa yang Mengacu pada visi kedepan nya yaitu
menjadi ciri khas sekolah ini ? gerbang kehidupan islami jadi mengarah
pada perilaku yang islami

3 Apakah guru-guru sering Di al-hasra ada kegiatan rutin terutama


diikutkan dalam workshop atau untuk guru-guru yang baru bergabung di
pelatihan mengenai pembinaan al-hasra yaitu tentang pembinaan ke al-
karakter ? hasraan yang di bina langsung sama
Pembina yayasan. Untuk pembinaan
karakter di al-hasra ini juga ada
pengajian-pengajian kelas yang
melibatkan guru.
4 Nilai karakter apa yang karakter disiplin, karakter bertanggung
dikembangkan selama proses jawab yang utama sekali dikembangkan
pembelajaran ? dalam proses pembelajaran, agar ketika
lulus menjadi pribadi yang disipin dan
bertanggung jawab . karakter lain nya
yang mencirikan al-hasra yaitu
pembinaan karakter islami, bisa dilihat
dengan aturan-aturan yang ada.
5 Apakah anda selalu menyisipkan iya pasti, terlebih saya guru pendidikan
pembinaan karakter islami dalam agama islam dan yang jelas proses
setiap pembelajaran ? pembelajaran di sini semaksimal mukin
dilakukan secara islami.
6 Bagaimana cara anda melakukan pembiasaan memulai dengan doa,
pembinaan karakter islami saat mengakhiri dengan doa, dan dalam
mengajar di dalam kelas ? pembelajaran kelas saya, saya
memisahkan tempat duduk antara siswa
laki-laki dan perempuan agar mereka
sadar ketik dalam bergaulpun untuk
menjaga antara yang bukan mahrom nya.
7 Adakah pengaruh implementasi Agak sulit untuk menentukan pembinaan
pembinaan karakter islami karakter islami dengan prestasi. Tetapi
terhadap prestasi belajar siswa ? bisa dilihat dari anak-anak yang sudah
lulus memperlihatkan pribadi-pribadi
yang sopan dan baik di perguruan tinggi
8 Adakah pedoman dari pipinan, jelas ada, tertuang di dalam peraturan,
terhadap pembinaan karakter bagaimana memulai pelajaran,
islami siswa ?, jika ada seperti bagaimana cara membina siswa yang
apa? melakukan kesalahan, mengakhiri
pelajaran dan lain sebagainya. Ada buku
tata tertibnya lengkap dengan poin
prestasi, poin pelanggaran dan lain
sebagainya, yang menjadi sebuah acuan,
selain ada juga aturan atau kode etik
guru itu sendiri.
9 Bagaimana sikap siswa terhadap Idealnya sikap siswa untuk guru dan
guru dan orang yang lebih tua di orang yang lebih tua disekolah, anak-
sekolah ? anak diajarkan untuk sopan,
mengucapkan salam, cium tangan dan
lain sebagainya walaupun dalam
pelaksanaan nya belum semua siswa dan
banyak faktor yang mempengaruhi itu
semua. Istilah kampungnya slonong boy
tidak mengucap salam, tidak tegur sapa
dan lain sebagainya. Faktornya mungkin
kalau dari beberapa lapora guru, misal
nya siswa itu bermasalah dengan guru
tersebut atau bisa jadi siswa itu memang
tidak memiliki karakter untuk tegur sapa,
basa basi, lalu bisa juga dari faktor
lingkungan kelurga dan lain
sebagainya.ada yang brubah da nada
yang tidak. Karena kita tidak bisa
memastikan bahwa pembinaan itu
berhasil seratus persen , saya kira tidak
ada pendidikan di dunia ini yang berhasil
seratus persen apa lagi dalam membina
karakter siswa itu sendiri. Ada contoh
beberapa siswa yang awal masuk yang
belum berkarakter kurang baik , tetapi
setelah adanya pembinaan dari guru-guru
sejak kela sepuluh hinggan kelas dua
belas menjadi lebih santun dari sebelum
nya.
10 Bagaimana perilaku siswa dalam Kalau selama saya megajar,
pembelajaran ? Alhamdulillah normal-normal saja.
Walaupun ada saja yang misialkan tidur.
Tapi bagi saya itu bukan hal yang
belebihan, karena bisa jadi anak tersebut
begadang membantu orang tuanya dan
bagi saya tidur lebih baik dari pada
mengganggu teman nya yang mau
belajar atau ada juga yang bercanda tapi
itu juga saya kira normal saja karena di
setiap sekolah, disetiap kelas, setiap guru
yang mengajar mengalami itu, tetapi
kembali kepada pribadi guru itu sendiri
yang bisa memberikan arahan agar lebih
baik lagi.Idealnya sikap siswa untuk
guru dan orang yang lebih tua disekolah,
anak-anak diajarkan untuk sopan,
mengucapkan salam, cium tangan dan
lain sebagainya walaupun dalam
pelaksanaan nya belum semua siswa dan
banyak faktor yang mempengaruhi itu
semua. Istilah kampungnya slonong boy
tidak mengucap salam, tidak tegur sapa
dan lain sebagainya. Faktornya mungkin
kalau dari beberapa lapora guru, misal
nya siswa itu bermasalah dengan guru
tersebut atau bisa jadi siswa itu memang
tidak memiliki karakter untuk tegur sapa,
basa basi, lalu bisa juga dari faktor
lingkungan kelurga dan lain sebagainya.
11 Jika ada yang kurang baik dalam ada yang berubah ada yang tidak. Karena
perilaku, adakah perubahan kita tidak bisa memastikan bahwa
karakter setelah dibina pembinaan itu berhasil seratus persen ,
dengankarakter islami saya kira tidak ada pendidikan di dunia
ini yang berhasil seratus persen apa lagi
dalam membina karakter siswa itu
sendiri. Ada contoh beberapa siswa yang
awal masuk yang belum berkarakter
kurang baik , tetapi setelah adanya
pembinaan dari guru-guru sejak kela
sepuluh hinggan kelas dua belas menjadi
lebih santun dari sebelum nya.
12 Apa saja faktor pendukung Untuk faktor pendukung mungkin ada
pembinaan karakter islami siswa ? yang bersifat materil dan non materil.
Misalnya ada fasilitas, suasana yang
meemng di bangun oleh lembaga itu
sendiri yang sebelum masuk al-hasra
belum mengenal suasana islami jadi
tahu. Tapi menurut saya yang paling
penting itu faktor non materil yaitu
suri tauladan dari pimpinan, guru-
guru, karyawan.

13 Apa saja faktor penghambat Bisa dari siswa itu sendiri, yang
pembinaan karakter islami siswa ? meemang tidak ada keinginan untuk
berubah, yang kedua faktor dari
keluarga misalnya di sekolah sudah
mendapatkan pembinaan karakter
tetapi kembali lagi seperti semula,
lingkungan bermain offline maupun
online karena itu snagat berpengaruh
untuk pembinaan karakter itu sendiri.

14 Apa yang bapak/ibu lakukan biasanya untuk ke siswa kita


untuk menaggulangi hal tersebut ? melakukan nasihat, pendekatan tetapi
sebelum kita menghadapi suatu
masalah kita harus mengetahui
rumusnya yaitu apa penyebab nya dan
mengapa itu terjadi. Kita tidak bisa
menyelesaikan sebelum kita
mengetahui menyebabnya dan
mengapa itu terjadi. Proses pendekatan
perlu dilakukan kepada siswa, kepada
keluarga, dan teman-temannya agar
kita mengethui solusi untuk mentasi
masalah tersebut.

15 Menurut bapak/ibu bagaimana Lebaga itu bukan tuhan yang


solusi untuk faktor penghambat sempurna, pasti mencari kelemahan
tersebut ? pasti ada. Terpenting bagi lembaga itu
bagaimana bisa memperbaiki
kelemahan yang ada, kesalahan yang
ada, bisa menyesuaikan beradaptasi
dari masa kemasa, karena generasi
yang masuk ini pasti selalu berbeda-
beda dan untuk kelemahan di lembaga
biasanya apa lagi di sekolah swasta
terletak pada ketegasan di dalam
aturan karena sangat diperlukan ya itu
sedikit demi sedikit harus diperbaiki,
ketika sudah ada diaturan kelemahan
nya lagi dalam hal pelaksanaan atau
penegakan aturan itu sendiri terkadang
aturan sudah ada, sudah jelas tapi
penegakan nya yang belum kuat.atau
aturan itu sudah ada, sudah
dilaksanakan tetapi belum sempurna
memang masih dalam peneyesuaian
karena biasanya ketika ada kebijakan
baru dalam suatu lembaga atau sekolah
ada masa-masa penyesuaian dan itu
menjadi bahan evaluasi kedepan nya,
apakah itu sesuai ataukah kesalahan
nya dalam pelaksanaan dan lain
sebagainya tapi untuk di lembaga ini
aturan itu sudah ada, pelaksanaan
sudah maksimal Cuma memang perlu
dimaksimalkan kembali dan bisanya
ada evaluasi setahu sekali dan itu
bisasanya akan tertuang juga disetiap
tahun ada aturan yang direvisi
sekalipun tidak direvisipun berartikan
hanya pelaksanaan nya saja yang
ditingkatkan lagi. Dan ada faktor yang
lebih kuat lagi dari pembntukan
karakter guru itu sendiri, bagaimana
murid bisa mnghormati guru ketika
pribadi guru tersebut tidak pantas
untuk dihormati. Kalau dulu kita
bertemu guru kita snagat menghormati,
ketika melihat guru kita takut ngumpet
karena pribadi guru di hadapan kita
memang pantas untuk dihormati.
Kenapa akhir-akhir ini kok guru
bnyak yang tidak dihormati, bisa jadi
karena pribadi guru tersebut memang
belum pantas untuk dihormati jadi
kembali lagi pada karakter guru dan
bagaimana pimpinan atau lembaga
bisa melakukan pembinaan-pembinaan
karakter baik profesionalnya ataupun
dari ranah akhlaknya supaya bisa
mencerminkan guru-guru yang
professional dan berakhlakulkarimah.
Wawancara guru
Abdurrohim, S. Pd.
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang Bapak/Ibu ketahui Pembinan sikap, perubahan sikap siswa
tentang pembinaan karakter ? yang sebelum nya kurang baik menjadi
lebih baik. Kalau al-hasra ini kan
backgroundnya islami jadi dengan
memasukan karakter-karakter islami
kepada siswa agar tercapai tujuan dari
sekolah terbentuk nya karakter siswa yang
santun, sholeh dan sholehah.

2 Pembinaan karakter apa yang Ciri khas di sini yaitu dengan pembiasaan
menjadi ciri khas sekolah ini ? tadarus quran setiap hari, pembiasaan
sholat dhuha, pembiasaan kultum dan
pembiasaan bersedekah dengan orang-
orang yang kurang mampu. Agar
terbentuk karakter-karakter siswa yang
diharapkan yaitu berkarakter islami.

3 Apakah guru-guru sering Alhamdulillah ada, tetapi tidak terlalu


diikutkan dalam workshop sering. Misal untuk karakter islami itu
atau pelatihan mengenai bisanya ada pelatihan kepada guru-guru
pembinaan karakter ? bidang studi agama, dari guru bidang
studi agama baru mengajarkan juga
kepada guru yang lainnya. Untuk guru
selain guru agama ada juga pelatihan nya
tetapi tidak sesering guru-guru bidang
studi agama.

4 Nilai karakter apa yang Menerapkan


dikembangkan selama proses 5S(senyum,salam,sapa,sopan,santun) jadi
pembelajaran ? siswa harus mengucapsalam kepada guru,
harus senyum, sopan dan santun. Lalu
sebelum pembelajaran membaca doa,
membaca quran terlebih dahulu. Setiap
pembelajaran siswa diharpkan baik setiap
perkataan maupun perbuatan itu baik idak
ada yang melanggar dari aturan kode etik
siswa dan juga guru. Itu menjadi pedoman
guru agar karakter siswa terbentuk dengan
baik.

5 Apakah anda selalu Alhamdulillah itu wajib, walaupun


menyisipkan pembinaan misalnya dengan sederhana, yaitu dengan
karakter islami dalam setiap mengucapkan salam. Lalu dalam
pembelajaran ? pembelajaran juga materi dinjurkan untuk
dihubungkan dengan ayat/hadist yang
terkait dengan materi tersebut.
Pembiasaan karakter islaminya juga tidak
hanya di kelas tetapi diluar pembelajaran
di kelas juga missal, dengan mengajak
siswa untuk sholat dhuha, pada saat
waktunya sholat wajib, mengajak siswa ke
masjid, mengajak siswa untuk mengaji.

6 Bagaimana cara anda Pada saat proses pembelajaran misalnya


melakukan pembinaan dengan melakukan diskusi kelompok
karakter islami saat mengajar harus saling menghargai pendapat
di dalam kelas ? masing-masing, lalu dalam pergaulan
kelompok siswa laki-laki dan perempuan
juga harus mengetahui batasan dan tidak
melebihi batasan, peran guru disini yaitu
menjadi penengah agar siswa-siswi tidak
melanggar dari aturan nya.

7 Adakah pengaruh Ada, tetapi tidak condong terhadap


implementasi pembinaan akademi saja. Misalnya siswa dengan
karakter islami terhadap menambah hafala, itu termasuk prestasi
prestasi belajar siswa ? siswa, misalnya juga yang sebelum nya
belum terlalu pandai membaca al-quran
lalu menjadi pandai membaca quran itu
juaga suatu prestasi beajar siswa. Ada
juga yang menjuarai lomba tahfidz juz 30.

8 Adakah pedoman dari Pedoman itu ada, misalnya dengan kode


pipinan, terhadap pembinaan etik ataupun buku saku siswa. Setiap guru
karakter islami siswa ?, jika wajib punya jadi ketika guru melihat
ada seperti apa? siswa melakukan pelanggaran, prestasi jdi
guru bis alangsung memberikan poin
kepada siswa tersebut.

9 Bagaimana sikap siswa Alhamdulillah sikap siswa kepada yang


terhadap guru dan orang yang lebih tua dan guru sopan, karena di sini
lebih tua di sekolah ? selalu mengajarkan anak-anak untuk
sopan, menghormati, menghargai dengan
yang seumuran nya maupun dengan yang
lebih tua dan juga kepada guru.

10 Bagaimana perilaku siswa Bervariasi, ada yang belajarnya bagus,


dalam pembelajaran ? baik tetapi ada juga yang kurang baik.
Untuk yang sudah bagus pasti diarahkan
lagi untuk menjadi lebih bagus atau lebih
baik lagi. Untuk yang kurang bisanya
dilakukan pembinaan-pembinaan oleh
walikelasnya, guru BK ataupun jika dari
segi agama nya yang kurang di bina juga
oleh guru bidang studi agamanya. Agar
terbentuknya karakter-karakter siswa
menjadi lebih baik.

11 Jika ada yang kurang baik alhamdulillah jika ada siswa yang kurang
dalam perilaku, adakah baik selah dibina berubah menjadi lebih
perubahan karakter setelah baik, bisa dilihat dari perkembangan nya.
dibina dengankarakter islami Misalnya yang sebelumnya malas belajar
menjadi rajin, karena disini guru dan
orang tua murid saling bekerjasama agar
tidak hanya di sekolah saja tetapi di
rumah juga dibina dengan orang tuanya.

12 Apa saja faktor pendukung Meyediakan Fasilitas, pendukung seperti


pembinaan karakter islami kegiatan mengaji menyediakan quran,
siswa ? untuk sholat menyediakan masjid,
memfasilitasi untuk belajar beramal juga
dengan G500 atau gerakan 500 yaitu
beramal minimal 500 rupiah boleh juga
lebih. Sehingga pembentukan karakter
siswa terarah jadi bisa tercipta nya anak-
anak yang sholeh dan sholehaha.

13 Apa saja faktor penghambat Dalam diri masing-masing siswa itu


pembinaan karakter islami sendiri dan dari lingkungan siswa-siswi
siswa ? yang terkadang kurang baik juga
mempengaruhi.

14 Apa yang bapak/ibu lakukan Salah satu program dari sekolah itu home
untuk menaggulangi hal visit. dari awal sebenarnya sudah test
tersebut ? psikotest agar mengetahui bagaimana
anak tersebut, jadi ketika ada maalah
dalam pembelajaran guru bisa mengecek
keadaan anak tersebut sejak awal lalu
menindak lanjuti dengan home visit.

15 Menurut bapak/ibu Seperti yang sudah saya jelaskan


bagaimana solusi untuk faktor sebelumnya yaitu dengan mengadakan
penghambat tersebut ? home visit , yaitu mengunjungi siswa yang
mengalami masalah dalam pembelajaran.

Wawancara siswa
Rahma Maula (XII IPA 3)
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang andaketahui tentang Pembinaan karakter dan pribadi yang
pembinaan karakter islami ? sesuai dengan kaidah islam dalam diri
siswa.
2 Menurut anda apakah warga Ada, tapi mungkin tidak semua terlihat
sekolah memiliki karakter islami ? atau menunjukkan karakter islami yang
ada pada dirinya.
3 Sepertiapa contohnya jika warga Mau melaksanakan sholat dhuha dan
sekolah memiliki karakter islami ? tadarus, sholat wajib dzuhur dan ashar di
sekolah.
4 Apakah anda nyaman dengan Saya nyaman.
program pembinaan karakter
islami di sekolah ?
5 Bagaimana dengan sikap ibu dan Baik, dan menenangkan.
bapak guru ?
6 Apakah ada perubahan perilaku Iya
anda dari sebelum masuk sekolah
ini dan saat ini ? jika tidak
mengapa?
7 Jika iya, seperti apa perubahan itu Hmm,mungkin saya lebih rajin sholat
? dhuha,dan merasa malu jika malas
beribadah ketika teman-teman yang lain
rajin.
8 Program / kegiatan apa yang Sholat Dhuha berjamaah
menadi inspirasi / penggerak
perubahan tersebut ?
9 Menurut anda apa faktor yang Faktor keinginan dan keharusan dari
mendukung siswa dapat sekolah, mungkin awalnya terpaksa,
mengimpplementasikan tetapi lama2 membuat siswa terbiasa
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
10 Menurut anda apa faktor yang Rasa malas, dan kurangnya dorongan
menghambat siswa dapat dalam diri siswa pribadi.
mengimpplementasikan
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
11 Menurut anda apa solusi yang Banyaknya penyuluhan, atau sistem
tepat untuk mengatasi hambatan reward untuk menambah rasa semangat.
tersebut ?
12 Siapa guru favorit anda ? Wah guru favorit saya banyak, Pak Dedi,
mengapa ? Bunda, Bu Erin, Pak Sugeng,dan masih
banyak lagii, kenapa? karena mereka
punya cara dan gaya masing2 untuk
mengajak saya untuk kebaikan, hehehe

Wawancara Siwa
Zikry Aryonika (XII IPS 1/Ketua OSIS SMA Al Hasra)
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang anda ketahui tentang Pembinaan karakter islami menurut saya
pembinaan karakter islami ? adalah pembiasaan kita untuk
memperdalam atau belajar dalam
berpendidikan beragama islam.
2 Menurut anda apakah warga Ya jelas saja, karena memang pada
sekolah memiliki karakter islami dasarnya sekolah saya adalah sekolah
? yang berkarakter islami. Begitupun dari
warga sekolah saya yang menanamkan
karakter islami.
3 Sepertiapa contohnya jika warga Contohnya: selalu mengucapkan salam
sekolah memiliki karakter islami jika ada yang ingin masuk
? kekelas,melaksanakan
3S(senyum,salam,sapa)
4 Apakah anda nyaman dengan Nyaman sekali karena selain bersekolah
program pembinaan karakter kita juga mendapatkan keuntungan yang
islami di sekolah ? berlipat ganda yaitu pahala.
5 Bagaimana dengan sikap ibu dan Sikapnya pasti memberikan contoh yang
bapak guru ? islam ajarkan mulai dari sopan ,baik, dan
friendly.
6 Apakah ada perubahan perilaku Ada banyak sekali perubahan dari diri
anda dari sebelum masuk sekolah saya semenjak bersekolah di SMA AL-
ini dan saat ini ? jika tidak HASRA.
mengapa?
7 Jika iya, seperti apa perubahan itu Mulai dari pembiasaan sholat , membaca
? al quran dan kebiasaan sholat sunah.
8 Program / kegiatan apa yang T qurani,sholat dhuha bersama, dan
menadi inspirasi / penggerak semua yang diajarkan di SMA AL-
perubahan tersebut ? HASRA sangat mengispirasi.
9 Menurut anda apa faktor yang Faktor diajarkan dari sekolah dan
mendukung siswa dapat menjadi terbiasa walaupun awalnya
mengimpplementasikan malas atau terpakasa.
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
10 Menurut anda apa faktor yang Rasa malas,omongan dari teman,dan
menghambat siswa dapat kurangnya terbuka hati pribadi.
mengimpplementasikan
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
11 Menurut anda apa solusi yang Adanya pemberian atau mungkin hadiah
tepat untuk mengatasi hambatan bag isiswa atau siswi yang rajin dalam
tersebut ? berkarakter islami.
12 Siapa guru favorit anda ? Guru favorit banyak sekali, ada Pak
mengapa ? Dedi, Pak Zam, Bu eva , Bu Fuzi, karena
mereka bisa memahami setiap siswa
dengan cara belajarnya masing masing.
Wawancara Siswa : Cahya (XI IPA 3)
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa yang andaketahui tentang Mendekatkan diri kepada agama dan
pembinaan karakter islami ? tuhan dengan moral yang efektif
2 Menurut anda apakah warga Yaa, sebagian
sekolah memiliki karakter islami ?
3 Sepertiapa contohnya jika warga Yang mempunyai keimanan, ketaqwaan,
sekolah memiliki karakter islami ? disiplin, jiwa berintegritas, berprestasi,
empati.
4 Apakah anda nyaman dengan Ibu dan bapak guru sangat ramah
program pembinaan karakter
islami di sekolah ?
5 Bagaimana dengan sikap ibu dan Ada
bapak guru ?
6 Apakah ada perubahan perilaku Lebih membenahi sikap yang kurang
anda dari sebelum masuk sekolah teratur, disiplin, ketaqwaan, dan
ini dan saat ini ? jika tidak menjadikan siswa terbiasa dengan
mengapa? lingkungan islami
7 Jika iya, seperti apa perubahan itu Banyak, salah satunya OSIS
?

8 Program / kegiatan apa yang Dukugan dari bapak ibu guru dan
menadi inspirasi / penggerak peraturan yang ada
perubahan tersebut ?
9 Menurut anda apa faktor yang Kurang terbiasa dengan pembinaan
mendukung siswa dapat karakter islami
mengimpplementasikan
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
10 Menurut anda apa faktor yang Dengan menuntun terus menerus agar
menghambat siswa dapat terbisa
mengimpplementasikan
pembinaan karakter islami di
sekolah ini ?
11 Menurut anda apa solusi yang Pak hanura, dari beliau banyak memberi
tepat untuk mengatasi hambatan pengalaman dan motivasi
tersebut ?
12 Siapa guru favorit anda ? Mendekatkan diri kepada agama dan
mengapa ? tuhan dengan moral yang efektif
2. Foto
a. Lingkugan sekolah
Lapangan sekolah

Taman sekolah

Masjid Al Hasra
b. Kegiatan pembinaan karakter islami
1. Budi Pekerti Islam (BPI)
Mata pelajaran terkait praktik pembinaan karakter islami siswa baik
di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.

2. T – Qurani

Gambar 4.4 Gambar 4.5


Kegiatan membaca, mengkaji, dan menghafal Al Quran dengan
bimbingan langsung dari setiap guru.

3. Tahfidz Juz 30

Gambar 4.6
Program hapalan wajib juz 30, apabila juz 30 sudah hapal maka
akan di tingkatkan ke tingkat selanjutnya
4. Budaya Infaq

Gambar 4.7
Budaya beramal pada hari jumat, dan gerakan 500 rupiah atau lebih
setiap hari, yang hasilnya digunakan untuk bersedekah kepada
orang-orang yang membutuhkan di sekitar lingkungan sekolah.

5. Filantrophi Muda

Gambar 4.8
Program yang membina sifat kedermawanan terhadap sesama.
Setiap kelas memiliki keluarga binaan yang akan di berikan
bantuan setiap bulan oleh yayasan Al Hasra yang berasal dari uang
infaq amal dan sodaqoh siswa kelas terebut. Bantuan tersebut bisa
berupa sembako dan uang, disampaikan secara langsung oleh siswa
ke rumah keluarga binaan.
6. Tadarrus Pagi

Gambar 4.9
Program membaca Al Quran selama 15 menit setiap hari.

7. Al Hasra Peduli

Gambar 4.10 Gambar 4.11


Kegiatan bakti sosial yang melibatkan siswa untuk terjun langsung
ke tempat bencana.
8. Al Hasra Muballigh

Gambar 4.12
Kegiatan siswa untuk berdakwah di lingkungan masyarakat sekitar,
didampingi oleh guru pembimbing.

9. Al Hasra Spiritual Camp

Gambar 4.13
Kegiatan sehari semalam diisi dengan kegiatan ibadah, yang
puncaknya ada pada ibadah kiyamulail pada malam hari.
10. Keputrian

Gambar 4.14
Kegiatan peserta didik putri saat peserta didik putra solat jumat,
dapat berupa bimbingan rohani dari guru maupun praktet soft skill
bagi kehidupan sehari-hari.

11. Jum’at Taqwa

Gambar 4.15
Gambar 4.16
Kegitan tadarus dan mendengarkan kultum bersama di masjid pada
jumat pagi

12. Pengajian Kelas

Gambar 4.17 Gambar 4.18


Kegiatan pengajian kelas yang diadakan di rumah salah satu siswa
setiap hari jumat, bergilir setiap kelas. Dihadiri oleh siswa kelas
tersebut, dewan guru dan karyawan, semua pengisi acara dari, oleh,
dan untuk siswa. selain sebagai wahana penanaman nilai keislaman,
juga sebagai wadah kretifitas untuk berani tampil mengisi acara.
Selain itu juga menjadi sarana slaturahmi antara sekolah dan
keluarga.

13. Parenting Day

Gambar 4.19 Gambar 4.20


Kegiatan kajian mengenai mendidik anak yang diadakan satu bulan
sekali untuk seluruh karyawan, wali murid, dan peserta didik SMA
Al Hasra.

14. Career Day

Gambar 4.21
Gambar 4.22
Kegiatan mendatangkan alumni atau tokoh yang sudah berkarir
profesional di berbagai bidang pekerjaan, bertujuan sebagai motivasi
bagi siswa agar terpacu dan memiliki contoh nyata pekerjaan atau karir
dalam kehidupan setelah sekolah atau kuliah.

3. 4 Budaya Wajib Sekolah


1. Disiplin
2. 5S, Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun
3. Kebersihan
4. Kepedulian
RIWAYAT PENULIS

Dedi Santosa, anak kedua dari dua bersaudara, pasangan


Bapak Pujiyana dan Ibu Kaswati. Lahir di Jakarta pada
Sabtu, 16 Desember 1995.

TK Aisyah Desa Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta


menjadi awal pendidikan penulis pada tahun 2000,
kemudian pada tahun 2001, penulis melanjutkan
pendidikan dasar di SDN Pondok Cabe Udik II, tepat enam
tahun penulis lulus dan melanjutkan ke jenjang sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan,
dan menamatkannya pada tahun 2010. Masih di kota yang
sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.
Setelah lulus SMA pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis aktif di berbagai organisasi intra, ektra serta komuitas kampus. Organisasi
intra kampus antara lain pengurus HMJ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
periode 2014/2015, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan DEMA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan periode 2015/2016. Organisasi ekstra kampus antara
lain, pengurus pusat Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia periode
2014/2015, Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI
Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat periode 2016/2017, dan wakil bendahara
umum HMI Cabang Ciputat periode 2018/2019. Selain berorganisasi, penulis juga
aktif di komunitas olahraga futsal Sastranesia yaitu salah satu komunitas dari
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sasatra Indonesia.

Menyelesaikan S1 selama 5 tahun dan aktif di berbagai organisasi, komunitas, dan


mulai masuk dunia pekerjaan tidak menghalangi penulis untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. tepat satu bulan setelah wisuda pada
Agustus 2018 penulis melanjutkan studi di kampus yang sama, dengan jurusan
yang berbeda yaitu Magister Manajemen Pedidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai