AFRILIA SUSANTI (Watermark) PDF
AFRILIA SUSANTI (Watermark) PDF
Oleh :
AFRILIA SUSANTI
NIM : 21180181000027
NIM : 21180181000027
Prodi : MMIP
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Dr. Maftuhah, M. A
NIP. 197211182005012001
iii
iv
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
ARAB NAMA LATIN KETERANGAN
ا Alif - Tidak dilambangkan
ة Ba‟ B Be
د Ta‟ T Te
س Tsa‟ Ts Te dan es
ط Jim J Je
ػ Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah
ؿ Kha‟ Kha Ka dan Ha
د Dal D De
ر Dzal Dz De dan zet
س Ra‟ R Er
ص Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Shin Sy Es dan ye
ص Saad Ṣ Es dengan titik di bawah
ع Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah
ط Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah
ظ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah
ع „Ain „ Koma terbalik
ؽ Ghani Gah Ge dan ha
ف Fa F Fa
ق Qaaf Q Qi
ن Kaf K Ka
vi
ل Lam L El
و Mim M Em
ٌ Nun N En
ٔ Wau W We
ِ Ha‟ H Ha
ء Hamzah „ Apostrof
٘ Ya‟ Y Ye
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal, vocal rangkap,
dan vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:‟
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
ا Fatha A A
ا Kasrah I I
ا Damah U U
Contoh:
َ نصرنصر: Naṣaara dan َ كتبكتب: Kata ba
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Latin Keterangan
Vokal
Contoh:
َ ليسليس: Leisa حول: haula
3. Vocal Panjang
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
This study aims to find strategies for improving the quality of education
through the roles and duties of school headmaster in managing strategic
plans from planning, implementation and evaluation. This research is a
qualitative research with a qualitative descriptive approach. Data
collection techniques were carried out using the methods of
observation, interviews and document analysis. Data analysis used here
is a flow model with data reduction steps, data presentation and
conclusion drawing.
ix
انًهخض
رٓذف ْزِ انذساسخ إنٗ إٚغبد اسزشارٛغٛبد نزؾس ٍٛعٕدح انزؼهٛى يٍ خالل أدٔاس ٔٔاعجبد
انًذٚش ف ٙإداسح انخطظ اإلسزشارٛغٛخ ثذءاً يٍ انزخطٛظ ٔانزُفٛز ٔانزمٛٛىْ .زا انجؾش ْٕ ثؾش
َٕػ ٙثبسزخذاو يُٓظ ٔطفَٕ ٙػ .ٙاألسبنٛت ٚزى عًغ انجٛبَبد ثبسزخذاو طشق انًشالجخ
ٔانًمبثالد ٔرؾهٛم انٕصبئكٚ .سزخذو رؾهٛم انجٛبَبد ًَٕرط انزذفك يغ خطٕاد رمهٛم انجٛبَبد
ٔػشع انجٛبَبد ٔسسى االسزُزبط.
أسفزت هذه الدراسة عن عدة نتائج.
أٔالً ،ثُب ًء ػهٗ رؾهٛم ثٛئ ٙداخهٚ ، ٙزًزغ يذٚش SMK Mitra Industri MM2100ثمذسح
لٛبدٚخ ٔخجشح ف( DUDI ٙػبنى األػًبل ٔانظُبػخ) ٔرذػى األطٕل انًذسسٛخ األلسبو انسجؼخ
انؾبنٛخٔ .ف ٙانٕلذ َفسّ ،اسزُبدًا إنٗ رؾهٛم انجٛئخ انخبسعٛخ ،رمف SMK Mitra Industri
MM2100ف ٙيٕلغ اسزشارٛغ ٙفٔ ٙسظ انًُطمخ انظُبػٛخ ُْٔ ، MM2100بن يذخالد
يٍ انظُبػخ رزطهت خشٚغ ٍٛرٔ٘ يٓبساد ػبنٛخ ٔ ،ػهٗ اسزؼذاد نهؼًم ٔنذٓٚى يسؤٔنٛخ
ػبنٛخ ٔ اَضجبط .صبًَٛب ،ف ٙرخطٛظ االسزشارٛغٛبد ٔرُفٛزْب ٔاخزٛبسْب َ ،غؾذ انًذاسس فٙ
إَزبط ثشايظ يُبسجخ َٔ ،غؼ يذٚشٔ انًذاسس ف ٙرُسٛك انجشايظ انًذسسٛخ يٍ خالل رؼٍٛٛ
شخض يسؤٔل ٔ ،رزًضم اسزشارٛغٛخ انًذٚش ف ٙرؾس ٍٛعٕدح انزؼهٛى يٍ خالل ثشايظ يُبْظ
ٔ Link and Matchثشايظ انطالة ٔثشايظ انؼاللبد انؼبيخ ٔانجشايظ األخشٖ.رؾس ٍٛعٕدح
انًؼهًٔ ٍٛانؼبيه ٍٛف ٙيغبل انزؼهٛى .صبنضًب :ف ٙيشؽهخ انزمٛٛى رششف انًذسسخ ػهٗ كم ثشَبيظ
يذسس .ٙساثؼًب ،رمٕو انًذسسخ ثزمٛٛى َزبئظ انزؼهى نكم طبنت ٔرغذ ػمجبد أيبو اَضجبط انطالة
ثؾٛش رمذو انًذسسخ َظب ًيب طبس ًيب ف ٙانؾفبظ ػهٗ انُظبو ٔرًُٛخ انشخظٛخ .صى انؼٕائك انزٙ
رؾٕل دٌٔ يٓبساد انهغخ انٛبثبَٛخ ٔ ،خبطخ انطالة انًٓزً ٍٛثبنزذسٚت انذاخه ٙف ٙانٛبثبٌ.
كًب َغؾذ انًذسسخ ف ٙرخشٚظ طالة ٔفمًب الؽزٛبعبد انظُبػخ ثؾٛش ٚزى اسزٛؼبة خشٚغٓٛب
كم ػبو ف ٙانظُبػخ ثُسجخ ٪011
x
KATA PENGANTAR
Penulis sadar sepenuh hati bahwa tesis ini hanya sejentik debu untuk
orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang dikepung
berbagai keterbatasan, tesis ini rasanya sebuah pencapaian monumental
yang membesarkan perasaan penulis serta mengobarkan api semangat
untuk mengejar pencapaian-pencapaian berikutnya.
Terwujudnya tesis ini tidak lepas dari kemuliaan hati berbagai pihak
yang telah memberikan motivasi, bimbingan, kemudian pemikiran, dan
kekuatan yang selama ini telah mendorong penulis untuk mampu
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Maftuhah, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, perhatian dan pengarahan serta nasehat
untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik
penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat.
6. Lispiyatmini, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Mitra Industri
MM2100 dan seluruh guru dan karyawan yang telah membantu
dan memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian tesis.
7. Kedua Orang Tua penulis, yang selalu mendukung dan mendoakan
sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis.
8. Suami penulis Dade Muslich, S.Pd dan anak-anak tercinta Faruq
Athar Mulia dan Kahiyang Abinaya Mulia yang selalu ada untuk
mendoakan, mendukung dan menghibur penulis untuk
menyelesaikan tesis.
xi
9. Kawan seperjuangan di Prodi MMPI B 2018 lainnya yang tidak
disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih telah berbagi
semangat dan cerita selama belajar di kampus.
10. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Terima kasih atas bantuan dan motivasinya kepada penulis dalam
penyusunan tesis.
Penulis
Afrilia Susanti
xii
DAFTAR ISI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Sekolah Bermutu dan Tidak Bermutu ................ 27
Tabel 2.2 Pertanyaan-pertanyaan Proses Perencanaan Strategi ........ 30
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian .......................................... 46
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi ............................................................ 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara ......................................................... 49
Tabel 3.4 Daftar Cek lis .................................................................... 51
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan ................................. 59
Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik Tahun 2020-2021 ........................... 59
Tabel 4.3 Target Treatment Setiap Peminatan Kelas ........................ 76
Tabel 4.4 Contoh Penilaian Evaluasi di SMK Mitra
Industri MM2100 .............................................................................. 93
Tabel 4.5 Bentuk dan Waktu Evaluasi di SMK Mitra
Industri MM2100 .............................................................................. 94
Tabel 4.6 Contoh Bentuk Evaluasi Tata Tertib ................................. 95
Tabel 4.7 Contoh E-Suggestion dari Peserta Didik .......................... 95
Tabel 4.8 Lulusan 2019 – 2020 peminatan kelas di Jepang............... 100
Tabel 4.9 Jumlah Lulusan 2019-2020 Berdasaran Peminatan Kelas . 105
Tabel 5.0 Rangkuman Temuan Hasil Penelitian ............................... 106
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang selalu menjadi topik
pembahasan terpenting dan tidak pernah habis untuk dilakukan
perubahan terus menerus di berbagai negara. Baik dari proses
pelaksanaan pendidikan hingga manajemen pendidikannya.
Peradaban manusia terus berkembang tidak terlepas dari peran
pendidikan yang menjadi bagian pokok dalam pembentuknya.
―Education is the main area of social – economic life of the
country, a cultural phenomenon that server to accumulate
knowledge and skills and to ensure the intellectual development of
a person‖ (Liudmyla, 107: 2020). Usaha pemerintah dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah sebagai langkah strategis
yang patut diperjuangkan dan harus diprioritaskan pelaksanaannya.
Dan Pendidikan akan merubah kehidupan manusia itu sendiri
untuk mengembangkan potensi, meningkatkan kecerdasan
spiritual, intelektual, dan sosial serta mampu menjadikan diri
pribadi yang baik dan bertanggungjawab sehingga bermanfaat,
mampu berkarya dan berdaya saing dalam kehidupan
bermasyarakat selain itu mampu merubah tatanan sosial yang lebih
bermartabat.
Maka bergerak dalam peningkatan mutu pendidikan akan terus
menjadi program prioritas untuk dilaksanakan sesuai dengan
amanat Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dimana bangsa
Indonesia diamanatkan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka bangsa Indonesia akan
membangun system pendidikan yang bermutu sehingga pendidikan
mampu membentuk warga Negara yang cerdas dan sejahtera
sehingga bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa
lainnya.
Menurut mulyadi (2010:71) Dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan atau mutu sekolah setiap lembaga pendidikan akan
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lulusan, merupakan
sesuatu yang mustahil jika pendidikan atau sekolah dapat
menghasilkan lulusan yang bermutu, akan tetapi tidak melalui
proses pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan bersifat
menyeluruh, menyangkut semua komponen pelaksanaan dan
kegiatan pendidikan yang disebut sebagai mutu total (total quality).
Sejalan dengan pembangunan pendidikan di Indonesia, maka
Lembaga Pendidikan formal di Indonesia menjadi wadah yang
1
sangat berpengaruh akan melahirkan generasi – generasi penerus
bangsa ke depan yang lebih berdayaguna. Sehingga sekolah yang
dianggap sebagai tempat gudang ilmu bagi banyak masyarakat
sekitar perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari segi
pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, biaya Pendidikan serta manajemen
pengelolaan sekolah tersebut.
Untuk itu sekolah yang menjadi lembaga pendidikan formal
harus memberikan pelayanan produk pendidikan yang berkualitas
dengan menunjukkan visi dan misi serta tujuan pendidikan yang
akan dicapai. Salah satunya di lembaga pendidikan formal
kejuruan. Agar dapat menjalankan visi, misi dan tujuan pendidikan
tersebut maka memerlukan pemimpin di Sekolah yang hebat dan
inovatif serta kemampuan lebihnya dalam peran, tugas dan
tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan di Lembaga formal penyelenggaraan pendidikan yang
sesuai.
Kepala Sekolah yang merupakan jabatan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, kemajuan sekolah
sangat tergantung pada sosok pimpinannya, yakni Kepala Sekolah.
Sebab, Kepala Sekolah yang berada di garda depan untuk
menggerakkan kegiatan dan menetapkan target sekolah.
Keputusan-keputusan penting yang berdampak besar bagi
organisasi terlahir darinya. Maka, eksistensi dan fungsi Kepala
Sekolah sangat penting untuk dikaji, dirumuskan, dan
dikembangkan guna memenuhi harapan publik dan guna
terwujudnya sekolah yang berdaya saing tinggi.
Sehubungan dengan hal itu, menurut Mulyasa (2005:24-26)
Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala
Sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini
merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus
menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya
diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, pemakai
lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat.
Kepala Sekolah sebagai seorang pimpinan sangat berperan
dalam membangun sistem pendidikan yang mutu di sekolah yang
ia pimpin, sehingga Kepala Sekolah dituntut untuk memiliki
kompetensi sebagai Kepala Sekolah. Dalam Per Mendiknas No.13
Tahun 2017 menyebutkan kompetensi Kepala Sekolah sebagai
berikut: kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
2
kompetensi supervisi, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Hal ini yang menjadi dasar bagi sekolah untuk menentukan
seorang pimpinan yang disebut Kepala Sekolah berdasarkan
kompetensi yang sudah ditetapkan, sehingga Kepala Sekolah dapat
membangun sistem pendidikan yang bermutu sesuai dengan tujuan
pendidikan yang dicita-citakan.
Keberhasilan suatu sekolah tergantung kepada strategi Kepala
Sekolah dalam memimpin sekolah tersebut dan Kepala Sekolah
sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan harus menggunakan
sebuah strategi, demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.
Strategi adalah cara atau kemampuan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan suatu sekolah. Strategi Kepala
Sekolah dalam memahami kondisi suatu sekolah amat sangat
penting yaitu kemampuan melihat secara tajam apa yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan sekolah.
Sehingga upaya menjalankan manajemen strategi yang dilakukan
Kepala Sekolah harus berdasarkan pada proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang tepat.
Selain itu dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan nya
Kepala Sekolah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan
sekolah melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan kepemimpinan
atau manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada
kemampuannya. Sehubungan dengan itu, Kepala Sekolah sebagai
supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengkoreksi
dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Di samping
itu Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi
mewujudkan hubungan manusiawi mengembangkan kerjasama
antar personal, agar secara serempak bergerak ke arah pencapaian
tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing
secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, segala penyelenggaraan
pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu
pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya secara operasional.
Dalam lembaga pendidikan khususnya di sekolah, Kepala
Sekolah adalah manajer di sekolah, untuk itu kompetensi
manajerial Kepala Sekolah merupakan syarat pokok yang harus
dimiliki Kepala Sekolah. Kompetensi manajerial Kepala Sekolah
menjadi sebuah keharusan yang dimiliki Kepala Sekolah, karena
untuk menjalankan dan mengelola proses pendidikan secara
menyeluruh agar berjalan dengan efektif dan efisien dimulai dari
sistem manajemen yang baik.
3
Terlebih dengan adanya persaingan ketat dari pengelolaan antar
Lembaga Pendidikan Kejuruan menjadi hal masalah yang terus
dialami seiring perkembangan zaman, sehingga Kepala Sekolah
dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi khususnya dalam
peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah harus mampu
menyusun strategi baru dan relevan atas perkembangan pendidikan
yang terjadi di luar. Selain itu memahami tugas dan tanggung
jawabnya dalam me manajemen sekolah secara menyeluruh sesuai
dengan standar pendidikan yang berlaku. Kepala Sekolah menjadi
salah satu orang yang berada di depan untuk mengatur,
mengarahkan, mengelola, membuat keputusan atas jalannya
pendidikan di sekolah sesuai visi dan misi sekolahnya.
Termasuk masalah yang sering terjadi pada Pendidikan
Kejuruan yaitu Penerapan Link and Match antara Sekolah dengan
Industri. Kepala Sekolah yang menjadi pemimpin sekolah
diharuskan membangun Link and Match dengan baik. Dan tidak
semua sekolah mampu menjalankan Link and Match dengan
industri, jika bukan dari Kepala Sekolah yang memiliki
pengalaman atau kedekatan dengan Industri untuk melakukan
kerjasama sebagai penghubung antara pendidikan dengan dunia
industri.
Link and match dalam pendidikan kejuruan yang berupa
pengenalan pendidikan sistem ganda, pembentukan majelis
kejuruan, penggalakan unit produksi, penerapan competency-based
curriculum, dan pengenalan broad based curriculum, adalah bukti
nyata praktik – praktik pendidikan kejuruan yang berdasarkan pada
tiga landasan keilmuan tersebut (Murniati dan Nasir, 2009: 15).
Konsep link and match untuk dunia pendidikan memang bukan
merupakan hal yang baru, pada awal abad 20 dikenal adanya teori
atau aliran belajar behavioral yang pada hakekatnya adalah
merupakan pelaksanaan dari konsep link and match yang kemudian
dikenal dengan konsep learning by doing di mana proses belajar
berjalan dengan melakukan sesuatu yang dapat memberikan
pengalaman yang nyata dan aktual (real experience) dalam
kehidupan yang bertujuan untuk mendapatkan kemampuan
mentransfer apa yang sudah didapat (transfer of learning and
transfer of principle) di mana seseorang memiliki kemampuan
untuk mengaplikasikan ilmu, pengetahuan dan keterampilannya
pada dunia nyata yang berbeda kondisinya manakala dia dalam
proses belajar.
Selain itu Kepala Sekolah kurang mendukung pembentukan
karakter industri di Sekolah sebagai usaha meningkatkan mutu
4
pendidikan kejuruan melalui dukungan sekolah terhadap setiap
peserta didik dengan mendorong penilaian akan sikap dan
perbuatan yang baik yang disesuaikan dengan lingkungan industri.
Hal ini menjadi bagian dalam pengelolaan manajemen bagi
pembinaan siswa. Maka sebagai Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang berbeda dengan Sekolah Menengah Umum memiliki
konsep berbeda dalam pembinaan siswa nya. Maka Kepala
Sekolah di Sekolah Kejuruan harus dapat mencari strategi yang
tepat bagi siswa nya sebagai bagian dari peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam menjalani manajerial yang baik secara keseluruhan
seorang pemimpin juga harus merelevansikan jurusan yang ada di
sekolah kejuruan disesuaikan dengan kompetensi tenaga pendidik.
Dengan adanya kesesuaian dari lulusan tenaga pendidik dengan
subjek mata pelajaran yang akan diajarkan maka akan
mempermudah proses mutu pendidikan kejuruan tersebut termasuk
dalam pemberian pengalaman guna peningkatan kompetensi tenaga
pendidik dengan industri. Dalam hal ini juga kerap diabaikan
dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Kemudian masalah lainnya juga nampak di lembaga pendidikan
kejuruan yaitu SMK dituntut untuk menghasilkan lulusan yang
dimana nantinya membentuk sumber daya manusia yang siap
bekerja, memiliki tingkat kesadaran kedisiplinan dan tanggung
jawab tinggi. Hal inilah yang menjadi tantangan yang dihadapi
pada lembaga pendidikan kejuruan saat ini bagaimana memenuhi
kebutuhan dunia kerja dengan bidang – bidang yang beragam.
Sehingga hal ini perlu upaya peningkatan mutu, relevansi dan
revitalisasi pendidikan kejuruan. Di mana lembaga pendidikan
formal kejuruan harus mempersiapkan peserta didik yang terlatih
memiliki keterampilan atau kompetensi yang memadai untuk siap
bekerja di dunia usaha dan dunia industri.
Inilah tantangan terbesar dari Pendidikan kejuruan yang tidak
sejalan dengan kebutuhan di luar. Terjadi banyak para pekerja yang
tidak memiliki latar belakang Pendidikan tidak kesesuaian dengan
permintaan DUDIDunia Usaha dan Industri sehingga penyerapan
SDM (Sumber Daya Manusia) sangat sulit didapatkan termasuk
kesadaran dalam disiplin dan tanggung jawab di industri yang
sangat kurang. Maka dorongan untuk membangun Sekolah
Menengah Kejuruan yang mampu memberikan Pendidikan dengan
kesesuaian pasar kerja sangat diperlukan termasuk membangun
sumber daya manusia yang berdaya tinggi soft skill.
5
Menurut Murniati (2021: 15), Sekolah Menengah Kejuruan
sebagai salah satu satuan unit Pendidikan memiliki tanggung jawab
moral terhadap bangsa Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
Sumber Daya Manusia unggulan yang berkemampuan,
berketerampilan serta berkeahlian sehingga almamater nya dapat
mempraktikkan dan meningkatkan kapabilitas yang dimiliki dalam
dunia kerja dan usaha.
Dengan ekspansi pembangunan pendidikan yang semakin
meningkat dari segi kuantitas dimana dapat dilihat dari jumlah
kelulusan di setiap jenjang pendidikan maka perlu untuk
disinergikan dengan penguatan dari segi kualitas. Kualitas hasil
pendidikan dan kualitas proses pembelajaran sering dijadikan tolak
ukur di masyarakat dalam menilai mutu pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi jika lulusan bermutu
bukan hanya diakui pada tingkat nasional, regional tetapi hingga di
internasional maka berpengaruh pula pada eksistensi lembaga
pendidikan tersebut.
Sekolah Menengah Kejuruan seharusnya bukan sebatas
memberikan pengetahuan dan keterampilan tapi mampu
pengalaman. Untuk itu, perlu kebijakan baru di SMK. Karena jika
sebatas pengembangan kuantitatif itu hanya akan menambah
jumlah pencari kerja. Maka tak heran berapa banyak pengangguran
bertambah serta mempengaruhi tingkat upah yang rendah. Hal ini
dikarenakan sebagian orang rela menerima upah rendah karena
dirinya tidak memiliki keterampilan mumpuni yang terpenting asal
memiliki pekerjaan. Termasuk sumber daya manusia yang
memiliki tingkat tanggung jawab dan kedisiplinan dalam bekerja
perlu ditingkatkan.
Sehingga peran pemerintah untuk memajukan lembaga
pendidikan kejuruan harus dioptimalkan dan serius dalam
pelaksanaannya. Karena itu SMK menjadi lembaga pendidikan
formal yang dirancang untuk lulusan yang mampu berdaya saing di
pasar tenaga kerja karena dipersiapkan untuk dapat memasuki
dunia kerja bahkan dididik untuk memiliki jiwa kewirausahaan
yang tinggi termasuk mengenalkan dengan adanya budaya kerja
industri yang baik. Sedangkan Sekolah Menengah Umum
dirancang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena
cenderung pada penguatan aspek kognitif. Maka dalam hal
peningkatan mutu pendidikan yang dibuat lembaga pendidikan
kejuruan memiliki visi dan misi serta tujuan yang berbeda dengan
lembaga pendidikan umum. Meskipun dalam hal manajemen
peningkatan mutu pendidikan baik di lembaga pendidikan umum
6
ataupun di kejuruan harus sama – sama memiliki komponen yang
saling berkesinambungan yang mencakup input, proses dan output.
Mengkaji relevansi antara tenaga kerja keluaran pendidikan
dengan kebutuhan lapangan kerja pada dasarnya dapat dikatakan
bahwa persediaan tenaga kerja terdidik belum “sepadan” dengan
kebutuhan dunia kerja. Demikian pula salah satu penyebab
terjadinya pengangguran terbuka adalah karena para pekerja sektor
subsistensi belum siap memasuki sektor industri yang
membutuhkan keterampilan dan keahlian. Karena itu, kualitas
pendidikan dan sekolah kejuruan masa depan bergantung pada
komitmen daerah dan sekolah masing - masing untuk merumuskan
visi dan misinya (Murniati dan Usman, 2012: 5).
Maka kepala sekolah punya tanggung jawab besar dalam
pembentukan revitalisasi SMK yang menjadi arahan pemerintah
untuk mempersiapkan diri dalam peningkatan Sumber Daya
Manusia. Kepala sekolah wajib merumuskan strategi di sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan kejuruan ke arah
pendekatan demand-driven agar DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri) semakin aktif terlibat dalam proses pendidikan kejuruan
di SMK. Mulai dari menjalankan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagai bagian
dari pengelolaan Kepala Sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan. termasuk menjalankan hubungan yang baik antar
Stakeholders sehingga memaksimalkan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu pendidikan sekolah. Hal ini sangat erat akan
tugas Kepala Sekolah melaksanakan tugas manajerial yang sesuai
dalam visi dan misi yang telah dibuat sebelumnya.
Seperti pada Sekolah Mitra Industri MM 2100 Cikarang, yang
merupakan sekolah kejuruan yang didirikan pada tanggal 16
Februari 2011 di atas lahan 9 HA yang berlokasi di tengah - tengah
Kawasan Industri Cikarang Barat, Jawa Barat. SMK ini telah
menunjukkan keberhasilannya dalam mengelola pendidikan yang
dapat dilihat dari prestasi akademik dan non akademik serta
lulusan nya telah terserap 100% di DUDI (Dunia Usaha dan
Industri).
Sekolah Mitra Industri MM2100 menjadi penghubung antara
dunia pendidikan dan dunia Industri, dengan menggunakan
kurikulum pendidikan nasional dan disesuaikan dengan kebutuhan
Industri. Prestasi ini dihasilkan dari input pendidikan yang
beraneka ragam di proses dengan baik sehingga menghasilkan
output yang berprestasi, hal ini menjadi ukuran yang
menggambarkan program pendidikan di Sekolah Mitra Industri
7
MM2100 sudah berjalan dengan baik. Adapun prestasi yang telah
dicapai yaitu Juara 1 Pidato Bahasa Jepang Tingkat Nasional, Juara
1 Pidato Bahasa Jepang tingkat JABODETABEK, Juara I Baca
puisi tingkat DKI dan Jawa Barat, Juara 2 LKS Electrical
installation Tingkat Kabupaten Bekasi, Juara 3 Jarvice
Technology, Juara 1 Smart School V1.2 dalam kompetensi
October Digital Creativity 2019. Untuk itu di bulan Agustus 2020
kemarin, SMK Mitra Industri MM2100 telah dikunjungi oleh
Dirjen vakasi Kemendikbud RI sebagai the real vocational school.
Adapun prestasi – prestasi yang dicapai hingga saat ini tidak
terlepas dari peran Kepala Sekolah sebagai pejabat professional
dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua unsur
organisasi dan bekerjasama dengan semua civitas akademik untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dan menjalankan
manajemen strategi yang baik di dalam berjalannya program
sekolah tentunya tidak terlepas dari sebuah perencanaan yang
matang. Kepala Sekolah sebagai seorang manajer harus mampu
dalam pengelolaan kurikulum, pendidik dan tenaga pendidikan,
kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan, penerimaan peserta
didik baru, pengelolaan lingkungan sekolah dan sebagainya. Selain
itu perencanaan yang baik akan berpengaruh pada hasil yang akan
dicapai sudah pasti ada orang yang memikirkan dan membuat
perencanaan tersebut yaitu Kepala Sekolah sebagai otak dan
jantung sekolah. Kemudian pelaksanaan program sekolah agar
dapat dijalankan dengan baik maka Kepala Sekolah berperan
penting untuk menunjuk orang – orang yang tepat untuk masuk
dalam struktur organisasi di sekolah, serta evaluasi yang dilakukan
Kepala Sekolah dalam memperbaiki hal – hal yang perlu
ditindaklanjuti dengan segera. Kemudian hambatan – hambatan
yang terjadi di dalam proses dapat dikaji ulang oleh Kepala
Sekolah sehingga ke depan menjadi bahan perubahan yang lebih
baik.
Dan manajemen strategi ini perlu dimiliki oleh Kepala Sekolah
di SMK Mitra Industri MM2100 agar dapat menjadikan sekolah
kejuruan yang mampu bersaing dengan sekolah kejuruan yang
lainnya dengan menghasilkan mutu lulusan yang berkualitas dan
mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang diharapkan
dan dibutuhkan industri atau pasar kerja selain itu membentuk jiwa
kewirausahaan yang tinggi. Dimana salah satunya program
kurikulum link and match ini dapat dilaksanakan dengan baik
sesuai arahan pemerintah terhadap lembaga pendidikan kejuruan.
Selain itu bagaimana menjalankan visi, misi dan tujuan jangka
pendek dan panjang yang selaras dengan upaya menjadi sekolah
8
menengah kejuruan yang unggul dalam membentuk sumber daya
manusia terbaik nya.
Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini berfokus pada
strategi kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di
SMK Mitra Industri MM2100. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat judul penelitian tentang “STRATEGI KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SMK MITRA INDUSTRI MM2100”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Ketatnya persaingan tata kelola antar lembaga sekolah sehingga
mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan di SMK Mitra
Industri MM2100
2. Pentingnya Penerapan Kurikulum Link and Match agar sekolah
jurusan lebih maksimal dengan Industri
3. Perlu ditingkatkan kompetensi tenaga pendidik dalam mengenal
industri di Sekolah.
4. Perlunya peningkatan Lulusan SMK yang disesuaikan dengan
permintaan dan kebutuhan Industri.
5. Minimnya kesadaran rasa tanggung jawab dan disiplin kerja
pada lulusan sekolah kejuruan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dari itu peneliti
membuat pembatasan masalah agar tidak terlalu meluas
pembahasan yang akan dibahas nantinya sehingga perlu diketahui
manajemen strategi Kepala Sekolah, maka dari itu pembatasan
masalah penelitian ini adalah:
1. Perencanaan Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
2. Pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
3. Evaluasi Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
4. Hambatan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka menarik
bagi peneliti untuk merumuskan suatu masalah.
9
1. Bagaimana perencanaan Strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri
MM2100?
2. Bagaimana pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri
MM2100?
3. Bagaimana evaluasi strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri
MM2100?
4. Bagaimana hambatan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum ditunjukkan untuk menjawab
pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Sesuai
dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan akademik
ditemukan teori manajemen strategi Kepala Sekolah terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi perkembangan
masa depan dan keadaan masyarakat.
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi perencanaan
yang digunakan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi pelaksanaan
yang digunakan kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa evaluasi strategi yang
digunakan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100.
4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa hambatan Kepala
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra
Industri MM2100.
Tujuan secara konsep sebagai referensi bagi pimpinan sekolah
dan menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah mengenai strategi
Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk
menghadapi perkembangan masa depan dan keadaan masyarakat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi lembaga pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajuan untuk
menjadikan sekolah lebih baik lagi ke depannya. Dan juga
untuk membuat kebijakan di lembaga pendidikan.
2. Bagi masyarakat
10
Menambah pengalaman, wawasan dalam mengembangkan
keilmuan di dunia pendidikan serta mengontrol setiap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah khususnya
dinas pendidikan.
3. Bagi universitas
Dapat menambah referensi yang berhubungan dengan
penelitian strategi manajerial Kepala Sekolah terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Strategi
1. Pengertian Strategi
Institusi pendidikan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pertumbuhan dengan peminat pendidikan. Seiring itu pula
tiap-tiap institusi pendidikan terus-menerus melakukan
pembenahan dan peningkatan pelayanan pendidikan termasuk
menghadirkan berbagai program yang semakin sesuai dengan
kebutuhan zaman. Sebab itu, tiap-tiap institusi pendidikan saling
bersaing untuk bisa menghadirkan pelayanan dan program terbaik
bagi tiap anak didik. Di sinilah pentingnya perencanaan strategi.
Bahwa tiap-tiap institusi pendidikan perlu merumuskan langkah
yang tepat dalam memilih strategi yang tepat supaya program yang
dihadirkan berjalan secara efektif, tepat sasaran, dan tercapai sesuai
harapan.
Strategi – yang dalam bahasa Inggris adalah strategy –
memiliki beberapa pengertian. Dalam Merriam-Webster, strategi:
an adaptation or complex of adaptations (as of behavior,
metabolism, or structure) that serves or appears to serve an
important function in achieving evolutionary success
(https://www.merriam-webster.com/dictionary/strategy). Di sini,
juga ditemukan pengertian strategi sebagai: ―a careful plan or
method‖, atau ―a clever strategem‖. Dengan demikian, strategi
berarti: 1) sejumlah (cara) adaptasi yang dilakukan guna
menghadirkan fungsi tertentu yang penting demi mencapai tujuan
tertentu; 2) strategi adalah sebuah perencanaan atau metode yang
diambil secara hati-hati; atau juga 3) „strategem‟ yang cerdik,
yakni sebuah trik atau cara yang jenius.
Selain pengertian di atas, strategi juga bisa ditelusuri
pengertiannya dalam beberapa literatur lain. Umar (2002:31)
menyebut strategi sebagai sebuah tindakan yang bersifat
incremental, yakni meningkat dan terus-menerus serta berpijak
pada sudut pandang yang berorientasi harapan di masa depan. Pada
titik ini, strategi mendasarkan pinjakannya pada pendekatan dan
pertimbangan pada apa yang bisa terjadi (masa depan), bukan pada
apa yang terjadi (masa lalu/kini). Sehingga konsekuensi dari
pengertian ini, strategi di dalam institusi atau organisasi harus
dipilih dengan kesadaran penuh pada masa depan, beradaptasi
dengan inovasi dan kompetensi inti.
12
Pengertian yang lebih sederhana dijelaskan oleh Afif (1984:9),
yakni dengan menyebut strategi sebagai sekumpulan cara (metode)
yang memiliki keterkaitan dengan implementasi atau eksekusi
ide/gagasan, dilaksanakan dengan perencanaan perhitungan waktu
tertentu yang dibutuhkan. Djaramah (2010:5) menghadirkan
pengertian yang lebih umum dengan meletakkan strategi sebagai
garis-garis besar haluan (GBH), acuan bertindak (mengambil
tindakan) dalam rangka mencapai target atau sasaran yang sudah
ditetapkan oleh organisasi atau institusi.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik
beberapa kata kunci dari pengertian strategi, yakni strategi harus
berorientasi masa depan, berpijak pada kesadaran berinovasi,
cara/metode yang berkaitan dengan eksekusi ide, dan strategi
sebagai acuan bertindak. Lalu Salis (2002:119) menambahkan kata
kunci penting lain dari pengertian strategi, yakni dengan
mendasarkan pada kebutuhan pihak eksternal, nasabah. Dalam
kata-kata Salis, strategi itu haruslah didasarkan pada harapan dan
kebutuhan para nasabah. Dengan bertitik tolak pada kebutuhan
mereka (nasabah), maka dirumuskanlah kebijakan dan perencanaan
yang ditujukan demi mencapai visi dan misi.
Ditinjau dari jangka waktunya, strategi dipandang sebagai alat
yang diorientasikan untuk mencapai target atau tujuan yang
bersifat jangka panjang (Nata, 2003:293). Sehingga strategi dapat
berarti tindakan melakukan penyusunan (perancangan) rencana
untuk sebuah tujuan. Strategi juga berarti sebuah rencana yang
cermat terkait dengan agenda kegiatan yang bertujuan mencapai
target/sasaran khusus. Selain itu, strategi juga dapat berarti hal-hal
yang digunakan untuk kebutuhan kecepatan dan ketepatan di
dalam mencapai tujuan (goals).
Pengertian strategi yang secara lebih spesifik dikaitkan dengan
perusahaan disampaikan oleh David (2012:19). Dalam ilustrasi
yang digambarkan oleh David, strategi perusahaan menghadirkan
rencana utama (master plan) yang komprehensif. Master plan
perusahaan berfungsi sebagai acuan bagi tindakan perusahaan
dalam mencapai tujuan atau sasaran. Dengan acuan itu, perusahaan
dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dan mengurangi
kerugian kompetitif. Dalam pengertian yang secara spesifik terkait
dengan pendidikan, strategi diartikan sebagai rencana atau
perencaan (plan), cara atau metode (method), atau serangkaian
aktifitas (series of activities) yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pengertian ini dapat ditemukan di dalam penjelasan
Sanjaya (2006:126).
13
Pengertian yang lebih detail tentang konsep strategi diuraikan
oleh Mintzburg (Heene, dkk, 2010:17). Konsep strategi setidaknya
meliputi lima pengertian yang satu sama lain memiliki keterkaitan:
a) strategi sebagai rencana atau perencanaan yang dilakukan guna
memperjelas arah organisasi secara rasional dalam rangka
mencapai tujuan yang bersifat jangka panjang; b) strategi sebagai
acuan terkait penilaian konsistensi/inkonsistensi perilaku serta
tindakan organisasi; c) strategi sebagai sudut pandang (perspektif)
organisasi dalam menghadirkan agenda aktifitasnya; d) strategi
menyangkut perspektif dalam kaitannya dengan visi yang
terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya; yang
berfungsi pula sebagai tapal batas bagi e) detail langkah taktis
organisasi yang terkandung detail informasi dalam mengelabui
pesaing.
Singkatnya, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan
mengenai implementasi ide, perencanaan (planning), dan aktivitas
(activity) dalam waktu tertentu. Strategi meliputi beberapa:
koordinasi tim kerja (teamwork), adanya tema, identifikasi faktor-
faktor pendukung sesuai prinsip-prinsip implementasi ide secara
rasional, efisiensi dalam pendanaan (budgetting), dan memiliki
taktik demi mencapai target dan tujuan secara efektif. Konsep
strategi dipergunakan guna menunjang kegiatan supaya dapat
terimplementasi dengan baik demi kemajuan perusahaan ke depan.
Penyusunan konsep ini diperlukan dalam rangka menjaga daya
saing dengan perusahaan lain melalui performa kinerja, inovasi
pelayanan, dan keunggulan perusahaan.
Sebagaimana organisasi perusahaan, prinsip-prinsip pengertian
dan penerapan strategi di atas juga berlaku pada institusi atau
organisasi pendidikan (lembaga pendidikan di sekolah). Tujuannya
supaya institusi atau organisasi pendidikan dapat menunjang mutu
layanan pendidikan serta menjaga keberadaan dan
keberlangsungan sekolah di tengah-tengah persaingan antar
lembaga pendidikan.
2. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah konsep yang memiliki keterkaitan dengan
konsep kepemimpinan (leadership) dan pengelolaan
(management). Dalam kamus Meriam Webster, kata manajemen
(management) merujuk kepada beberapa pengertian: manajemen
berarti tindak atau seni mengelola (act or art of managing); atau di
dalam bisnis, kata management merujuk arti melaksanakan atau
mengawasi sesuatu (conducting or supervising of something)
(https://www.merriam-webster.com/dictionary/management).
14
Menurut Ulbert Silalahi (2002:135), kata itu juga berarti „melatih
kuda‟. Dalam pengertian secara harfiah, kata itu berasal dari „to
handle‟ yang memiliki pengertian „mengurus‟, „menangani‟, atau
„mengendalikan‟. Manajemen juga merupakan kata benda yang
punya arti pengelolaan, tata pimpinan atau ketatalaksanaan.
Menurut Effendy (1986:96), kata manajemen berasal dari kata
Inggris, yang setidak-tidaknya merujuk pada beberapa kata kerja to
manage (memiliki kesamaan arti dengan kata kerja to hand) berarti
„mengurus‟, to control (memeriksa, mengawasi, mengendalikan),
dan to guide (memimpin, membimbing, mengarahkan). Sebab itu,
ditinjau dari perspektif etimologis, manajemen berarti meliputi
pengertian „mengendalikan atau pengendalian‟, „kepemimpinan
atau memimpinan‟, atau „membimbing‟. Feidreck Taylor
mengemukakan pengertian manajemen secara terminologi.
Menurutnya, manajemen itu harus dipahami sebagai seni
mengelola (art of management), di mana kamu memahami secara
tepat apa yang ingin dilakukan, disertai dengan pengamatan secara
mendalam bahwa hal itu bisa dilakukan dengan beban pengeluaran
yang sekecil (semurah) mungkin (1974:2).
Dimeck (1954:10) menjelaskan manajemen dengan
penggambaran sebagai berikut: manajemen adalah mengetahui atau
memahami (betul-betul) ke mana kamu – atau sebuah perahu
organisasi yang kamu pimpin – hendak melangkah, memahami
hal-hal yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan semacam apa
yang harus dimiliki, dan tahu cara mengendalikan (memimpin)
perahu (organisasimu), serta orang-orang (kru) secara efektif, di
dalam proses mencapai tujuan. Seperti Dimeck, ada Mondy,
Sharplin, dan Flippo (1988:9), ketiganya menjelaskan manajemen
sebagai sebuah proses demi mencapai suatu tujuan, yang di dalam
prosesnya dilakukan melalui usaha (kerja sama) dengan orang-
orang lain.
Selain pengertian manajemen sebagai tindakan atau seni, ada
juga yang menyebut manajemen sebagai ilmu. Hasibuan (2001:2)
menyebut manajemen sebagai ilmu sekaligus seni mengatur atau
mengelola proses penggunaan atau pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif-efisien, demi
mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian-pengertian di atas, maka
manajemen dapat dibaca ilmu dan sekaligus seni (knowledge and
art) yang dimiliki manusia dalam rangka memanfaatkan SDM
(Sumber Daya Manusia) dan sumber daya lainnya dalam
serangkaian kegiatan perencanaan (to plan), pengorganisasian (to
organize), pelaksanaan (to implement), dan pengawasan (to
15
control). Keseluruhan itu dilakukan secara efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan. Dalam konteks ini, pendidikan
harus melibatkan perencanaan yang matang, dengan
mempertimbangkan sebaik-baiknya sumber daya yang ada, dan
situasi supaya bisa mencapai tujuan yang efektif. Keseluruhan
sumber daya yang tersedia dan pelaksanaan kegiatannya haruslah
terkoordinasi secara baik, kerjasama, dalam mencapai tujuan.
Dengan demikian, manajemen adalah sebuah proses
pengelolaan sumber daya dengan mencakup empat fungsi yakni
merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan dan mengawasi.
Keempat ini bisa ditemukan dalam pandangan George R. Terry
(Sutopo, 1999:14): terdapat empat fungsi dari manajemen:
a. Perencanaan atau merencanakan (planning): di dalamnya
meliputi aktifitas penganggaran (budgetting), pembentukan
program (programming), pengambilan keputusan (decision
making), dan penaksiran (forecasting).
b. Pengorganisasian (organizing) meliputi melakukan
strukturisasi (structuring), perekrutan sumber daya
(assembling resources), dan penyusunan kepegawaian
(staffing).
c. Penggerakan (directing) meliputi: koordinasi (coordinating),
mengarahkan (directing), memberikan instruksi
(commanding), memberikan motivasi/dorongan (motivating),
memimpin (leading).
d. Pengawasan (Controlling) meliputi: Monitoring, Evaluating,
Reporting yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan rangkaian proses yang kompleks
melibatkan pengelolaan (manajemen) dari awal perencanaan
hingga pelaksanaan perencanaan tersebut yang disusul pengawasan
(berupa evaluasi).
3. Pengertian Manajemen Strategi
Strategi tidak bisa dijalankan begitu saja tetapi memerlukan
serangkaian fase yang disusun dengan baik sehingga sesuai
harapan. Sebab itu, dibutuhkan pengelolaan atau manajemen yang
diorientasikan guna membangun pijakan fondasi yang kuat di
dalamnya, yakni manajemen strategi. Senthil Kumar (2014: 22)
menyebut bahwa manajemen strategi merupakan upaya
16
mengidentifikasi dan menggambarkan strategi-strategi yang bisa
dilaksanakan oleh para manajer dalam rangka mencapai performa
kinerja yang lebih baik dan keunggulan kompetitif bagi organisasi.
Sebuah organisasi – melalui manajemen strategis – bisa
menjalankan agenda-agenda aktifitasnya sejalan dan sesuai dengan
langkah secara tepat dan terencana dengan baik. Melalui
manajemen strategis, organisasi juga dapat memperhitungkan
mengenai tantangan dan rintangan di depan. Dengan kata lain,
organisasi telah mempersiapkan dengan baik atas risiko tantangan
tersebut. Demikian pula organisasi – melalui manajemen strategis
– dapat membaca keuntungan dan kekuatan sehingga tetap bisa
berlanjut dan terus berkembang. Arabinda (2013:6) menjelaskan
bahwa manajemen strategis meliputi antara lain: pertama,
pendekatan analitik-formal terhadap organisasi (di antaranya untuk
mengukur tumbuh-kembang organisasi) dan kedua sebagai
pendekatan yang „halus‟, dalam hal ini meliputi aspek-aspek sosial
seperti kebudayaan, kepemimpinan, dan kemampuan untuk
menghadapi berbagai situasi yang tidak menentu.
Dengan pendekatan ini, strategi manajemen di dalam organisasi
merupakan hal yang sangat penting, dipersiapkan untuk kerjasama
baik dengan atau antar stakeholders, adanya gagasan untuk
menyatukan visi, misi dan tujuan. Sebab itu, apapun ancaman baik
yang datang dari luar atau di dalam sehingga dapat meminimalisir
keberadaannya.
Organisasi pendidikan juga memerlukan adanya manajemen
strategi. Dalam rangka ini, manajemen strategi diharapkan dapat
dilaksanakan (atau beroperasi) dalam kaitannya menjaga nama
baik sekolah atau organisasi pendidikan yang ada. Dalam
implementasinya, manajemen strategi dibuat dan diupayakan
supaya seluruh pihak-pihak yang ada di dalamnya dapat ikut
terlibat secara aktif dalam membangun kredibilitas sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang terbaik bagi masyarakat
khususnya peserta didik. David Hunger (2011:3) memberikan
gambaran tentang manajemen strategi, yakni seperangkat
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan performa
jangka panjang perusahaan. Strategi manajemen mencakup
pengamatan (scanning) lingkungan baik internal maupun eksternal,
pembentukan strategi, pelaksanaan, dan evaluasi serta pengawasan.
Kajian manajemen strategi menitikberatkan pada pengamatan dan
pengujian peluang eksternal dan ancaman terhadap kekuatan dan
kelemahan perusahaan sehingga dapat menggerakkan dan
menjalankan arah strategi baru bagi organisasi.
17
4. Model Manajemen Strategi
David Hunger & Thomas L. Wheelen (2003:9) menyebut
bahwa manajemen strategi dalam prosesnya mencakup empat
elemen utama. Keempat elemen tersebut saling memiliki
keterkaitan dan saling berinteraksi, mencakup antara lain
pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi
dan evaluasi serta pengendalian strategi.
Gambar 2.1
Model Manajemen Strategis David Hunger & Thomas L.
Wheelen
Umpan Balik
Sumber: J. David Hunger & Thomas L. Wheelen penerjemah
Julianto Agung (2003:1)
a. Pengamatan Lingkungan
Dalam manajemen strategi, fase pengamatan lingkungan
(environmental scanning) merupakan pijakan utama di dalam
memilih strategi. Fase pengamatan atas lingkungan terbagi ke
dalam dua bagian: lingkungan internal dan eksternal. Pertama,
lingkungan internal. Menurut Hunger dan Wheelen (2003:11-
12), lingkungan internal meliputi seluruh variabel yang terdapat
di dalam organisasi. Variabel tersebut mencakup 1) struktur
(meliputi komunikasi, otoritas (wewenang), arus kerja – disebut
18
juga rantai instruksi – dan digambarkan dalam garis bagan
organisasi); 2) budaya (pola keyakinan, penghargaan, dan nilai-
nilai organisasi); dan 3) sumber daya (resources) yang meliputi
keseluruhan aset milik organisasi (barang baku dan jasa).
Mengenai sumber daya perusahaan, Rahim dan Radjab
(2017:42) mengutip pendapat Peter Wright, menjelaskan: ―a
firm’s resources constitute its strengths and weaknesses. They
include human resources (the experience, capabilities,
knowledge, skills, adjudgment of all the firm’s employees)
organizational resources (the firm’s systems and processes,
including its strategies, structure, culture, purchasing/ materials
management, production/ operations, financial base, research
and development, marketing, information system, and control
systems), and physical resources (plant and equipment,
geographic locations, access to raw materials, distribution
network, and technology)‖.
Kedua, lingkungan eksternal merujuk pada lingkungan
yang ada di luar organisasi. Lingkungan eksternal ini diperlukan
dalam rangka analisis guna menentukan kesempatan dan
ancaman yang dihadapi organisasi. Lingkungan eksternal
mencakup di antaranya: pertama, lingkup kerja atau industri,
yakni kelompok orang yang memiliki pengaruh atas atau
dipengaruhi oleh berbagai operasi utama di dalam organisasi
(meliputi pemegang saham, pemerintah, serikat buruh, dan lain-
lainnya); kedua, lingkup sosial yang mencakup kekuatan yang
tidak ada hubungannya dengan organisasi namun
keberadaannya memberi dampak (pengaruh) terhadap organisasi
untuk jangka yang panjang (teknologi, sosio budaya, politik,
dan lain-lain) (Hunger & Whelen, 2003).
5. Perumusan Strategi (Strategic Formulation)
Strategi dan perencanaan memiliki keterkaitan. Di dalam
konsep strategi, terkandung rencana (perencanaan) sebagai suatu
tindakan adaptif (penyesuaian) atas tuntutan (demand) atau
masalah (problem) termasuk juga perubahan (change) di
lingkungan lembaga (organisasi). Dengan adanya strategi yang
terencana, maka lembaga (organisasi) dapat melakukan tindakan-
tindakan penyesuaian atas berbagai tuntutan perubahan sehingga
organisasi tetap dapat bertahan dan bisa terus berkembang
(Supriyanto, 2007:26).
Dalam pandangan Terry (1992:17), pengertian perencanaan
mencakup usaha atau tindakan penyiapan atas keputusan dan
19
tindakan yang diarahkan atas pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan. Langkah ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan
secara memadai berbagai sumber daya (resources) di dalam
keseluruhan organisasi. Lebih jauh, konsep perencanaan strategi
(strategic planning) disebut berhasil didasarkan pada empat asumsi
yang sangat mendasar. Dengan kata lain, apabila keempat asumsi
dasar tersebut dapat dipenuhi, maka strategi yang dijalankan dapat
dikatakan berhasil secara efektif dan efisien, meliputi:
a. Pemahaman atas visi, misi, dan tujuan, dilanjutkan ke dalam
wujud strategi.
b. Pemahaman terhadap perubahan dan tuntutan yang datang
dari lingkungan eksternal lembaga/organisasi (meliputi
peluang dan ancaman atau tantangan).
c. Pemahaman atas kemampuan sumber daya (resource
capacity) yang dimiliki internal organisasi, dalam hal ini
meliputi kemampuan sumber daya manusia, kemampuan
finansial, teknologi (kekuatan dan kelemahan kemampuan
organisasi) dan asumsi-asumsi yang mendasari.
d. Penguasaan efektifitas manajemen meliputi kemampuan
organisasi dalam perumusan strategi (strategic formulation),
perencanaan strategi (strategic planning), penyusunan
program (program formulation), anggaran (budgetting),
implementasi (implementation) dan pengendalian yang
efektif (effective control). Selain itu, terdapat juga budaya
organisasi (organization culture) meliputi nilai, norma,
komitmen organisasi, kepemimpinan, dan kewirausahaan
(Terry, 1992:19).
Terdapat beberapa sistematika di dalam urutan fase perencanaan
di mana sistematika perencanaan disusun sebagai proses tersendiri
atau perencanaan merupakan bagian dari proses manajemen. Fase-
fase langkah tersebut disusun secara berurutan. Secara umum,
model di dalam perencanaan strategi (strategic planning)
mencakup: pertama, proses perumusan rencana (planning
formulation) yang meliputi analisis atas situasi, menentukan yang
menjadi prioritas, rencana strategi, dan operasional; kedua, proses
implementasi rencana hingga fase evaluasi. Keseluruhan rangkaian
prosedural ini berjalan secara berkesinambungan dengan
berdasarkan dimensi waktu dalam bentuk spiral. Selain itu,
rangkaian prosedural ini juga bersifat dinamis, yang berarti bahwa
tiap saat rangkaian proses tersebut dapat direvisi berdasarkan
tuntutan dari lingkungan (Supriyanto, 2007:31).
Dalam menjalankan rencana strategi pengembangan, diperlukan
adanya penyusunan program yang menghadirkan aktifitas nyata
20
dan jelas guna menentukan tiap-tiap jenis rencana atau
menerjemahkan strategi ke dalam wujud nyata. Sebab itu, perlu
ada program jangka pendek (1 tahun) dan jangka menengah (2-4
tahun). Keduanya berfungsi sebagai jembatan bagi pelaksanaan
program bersifat jangka panjang (long time program). Kemudian
program jangka panjang (5 tahun), sebagai program yang secara
khusus dibuat untuk menjalankan strategi yang bersifat jangka
panjang (Indrajit, 2006:73).
Seperti diuraikan Indrajit di atas, Supriyanto (2007:23) juga
memberikan gambaran atau uraian yang jelas mengenai tahapan
perencanaan berdasarkan pada rangkaian waktu. Di sini dibedakan
ke dalam tiga tingkatan. Pertama, perencanaan jangka pendek.
Program ini diarahkan pada target jangka pendek yang lebih
mudah diwujudkan. Langkah jangka pendek ini diambil
disebabkan alasan proyeksi ekonomi memiliki tingkat akurasi yang
lebih baik dalam menghitung sasaran jangka pendek. Pada
perencanaan jangka pendek ini, faktor ketidakpastian lebih mudah
untuk ditekan hingga pada batas paling rendah. Perencanaan
jangka pendek ini merupakan strategi cash flow atau sapi perah,
yang berarti bahwa keuntungan jangka pendek dapat dicapai.
Kedua, perencanaan jangka menengah, peruntukannya pada
perencanaan program. Perencanaan jangka menengah memuat
pelaksanaan penjabaran perencanaan jangka panjang yang
seterusnya nanti lebih diperinci dalam perencanaan jangka pendek.
Ketiga, perencanaan jangka panjang, yakni perencanaan dari
strategi organisasi. Perencanaan ini dibuat untuk tujuan sebagai
acuan dan pedoman pembuatan perencanaan jangka menengah dan
pendek. Produk dari perencanaan jangka panjang ini disebut
rencana strategi atau renstra.
Selain itu, patut diketahui bahwa pelaksanaan rencana
merupakan fase yang sangat strategis dan menentukan. Pada
tataran ideal, jika terdapat kesalahan dalam penentuan pelaksana
atau tiadanya kemampuan atau kecakapan pada pelaksana yang
dipilih, maka program berpotensi besar mengalami kegagalan.
Sebab itu, diperlukan seleksi yang efektif dan efisien untuk
pelaksana rencana. Kemampuan manajer dalam melaksanakan
seleksi terhadap calon pelaksana rencana sangat menentukan.
Dalam kaitannya organisasi pendidikan, penentuan pelaksana
program sangat menentukan bagi hadirnya pendidikan yang
berkualitas. Sebab itu, perencanaan program pendidikan yang di
dalamnya mencakup perencanaan kurikulum harus bermutu.
Masyarakat – selaku pihak eksternal, di luar organisasi pendidikan
21
– menuntut fasilitas pelayanan pendidikan yang berkualitas.
Tuntutan mereka – pihak eksternal organisasi – yang seiring waktu
terus meningkat menjadi nilai tersendiri yang harus diperhatikan
oleh pihak internal organisasi pendidikan demi meningkatkan
kualitas pendidikan (Akdon, 2009:266-267).
6. Implementasi Strategi (Strategic Implementation)
Taufiqurokhman (2016:44) menjelaskan implementasi strategi
sebagai fase tindakan manajemen strategik. Maksudnya, fase ini
menyangkut mobilisasi karyawan dan manajer dengan tujuan
bagaimana mentransformasikan rencana strategi ke dalam wujud
aksi. Sedikit berbeda, Salusu (1996:409-410) – dengan mengutip
Higgins (1985) – menganggap implementasi strategi sebagai
rangkuman berbagai kegiatan yang menyangkut semua jajaran
manajemen, yang dalam pelaksanaannya melibatkan banyak
sumber daya meliputi sumber daya manusia serta berbagai sumber
daya lain dalam mencapai sasaran strategi. Selain itu, Rahim dan
Radjab (2017:15) menekankan implementasi strategi sebagai
sebuah proses manajemen. Dalam arti ini, implementasi strategi
berarti aktualisasi strategi dan kebijakan yang dilakukan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur yang juga
mencakup perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau
sistem manajemen secara keseluruhan.
Gambar 2.2
Model Sederhana Proses Implementasi Strategi
23
Dalam pengertian ini, dipahami bahwa strategi perusahaan sangat
rentan terpengaruhi banyak faktor (eksternal atau internal
perusahaan). Sehingga perubahan strategi merupakan sangat
mungkin terjadi. Menurut Taufiqurokhman (2016:28), evaluasi
kinerja meliputi kegiatan mencermati strategi perusahaan untuk
menilai sejauhmana strategi yang dipilih telah berjalan dengan baik
atau tidak. Tahap ini sangat penting mengingat strategi perusahaan
harus senantiasa disesuaikan seiring perubahan-perubahan yang
selalu terjadi di lingkungan internal maupun eksternal.
Selain kedua pengertian di atas, David (2012: 22) menguraikan
lebih jauh mengenai evaluasi. Dalam pandangannya, evaluasi dan
pengawasan merupakan sebuah proses di mana produk dari
aktifitas dan performa perusahaan diamati, diawasi, secara seksama
dengan tujuan supaya performa atau kinerja perusahaan sekarang
dapat diperbandingkan dengan kinerja yang diharapkan. David
juga menyebut bahwa para manajer perusahaan pada tiap tingkatan
memanfaatkan informasi hasil tersebut guna melakukan tindakan
korektif (tindakan perbaikan) dan penyelesaian masalah. David
juga menyebutkan bahwa meskipun evaluasi dan pengawasan
merupakan elemen terakhir dari keseluruhan elemen utama strategi
manajemen, namun tahap ini juga berguna untuk menunjukkan
titik kelemahan dari strategi yang dijalankan sebelumnya sehingga
bisa menghadirkan upaya pengulangan keseluruhan proses dari
awal.
Fase evaluasi strategi memiliki beberapa aksi. Rahim dan
Radjab (2017: 134) mengelompokkan tiga macam aktifitas
mendasar dalam fase evaluasi strategi: pertama, upaya peninjauan
atas banyak faktor baik eksternal maupun internal sebagai dasar
strategi sekarang; kedua, melakukan pengukuran atas prestasi, dan
ketiga, melakukan upaya pengambilan tindakan korektif.
Sedangkan bagi Taufiqurokhman (2016:32), evaluasi strategi
meliputi: pertama, melakukan upaya peninjauan atas faktor-faktor
eksternal dan internal sebagai dasar tiap-tiap strategi yang sedang
digunakan; kedua, melakukan pengukuran kinerja, dan ketiga,
pengambilan sebuah tindakan perbaikan (tindakan korektif) apabila
ditemukan ketidaksesuaian.
Selain itu, juga terdapat kriteria penilaian yang digunakan
dalam fase evaluasi strategi. Dalam pandangan Rahim dan Radjab
(2017:138-143), kriteria itu meliputi: pertama, kriteria yang
bersifat kuantitatif. Melalui kriteria ini, prestasi perusahaan
sekarang dengan masa sebelumnya atau dengan perusahaan
pesaing dilakukan perbandingan. Kriteria yang diperbandingkan
24
meliputi laba bersih, harga saham, tingkat deviden, laba per lembar
saham, hasil pengembalian atas modal, hasil pengembalian atas
ekuitas, pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, dan faktor-faktor
lain terkait dengan ukuran keberhasilan suatu perusahaan tersebut.
Kedua, kriteria kualitatif; penilaiannya bersifat subyektif dengan
menyuguhkan pertanyaan untuk mendalami seberapa jauh tujuan,
strategi, dan rencana terpadu serta komprehensif sudah dijalankan
secara konsisten, tepat, dan workable dalam suatu perusahaan.
B. Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan.
Mutu pendidikan memiliki pengertian yang luas. Meskipun
begitu, penulis mencoba menghadirkan beberapa pengertian dari
segelintir yang sesuai dengan untuk tujuan tesis ini. Di antaranya
mengutip pandangan Salis (2012:33), yang menyebut mutu secara
filosofis dan metodologis sangat berguna dalam menunjang
institusi pendidikan dalam rencana perubahan atau penyesuaian
agenda seiring tuntutan eksternal. Selain itu, ada Usman
(2009:510) yang menyebut bahwa kata „mutu‟ berasal dari bahasa
Latin yakni quails (punya arti what kind of). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menyebut „mutu‟ sebagai indikator baik-buruk
suatu benda, tepatnya mengenai kadar, taraf, atau derajat, kualitas
sesuatu. Sebab itu, mutu berarti tolok ukur sesuatu, atau kata lain:
sesuatu dianggap mempunyai derajat atau kualitas tertentu hanya
jika hal itu memiliki mutu. Dalam pandangan Mardia (2014: 187),
mutu dipahami sebagai kumpulan karakteristik produk (atau jasa)
yang memberikan kepuasan bagi kebutuhan konsumen. Dengan
kata lain, mutu dapat dihitung secara kuantitatif dan kualitatif.
Juran memiliki pengertian yang mengaitkan kualitas dengan
hasil. Dalam penjelasannya, Juran (1998: 21) menyebut makna dari
kualitas “…is oriented to income, yakni diorientasikan untuk
memperoleh pendapatan. Juran menegaskan bahwa tujuan dari
kualitas yang lebih tinggi itu demi menyuguhkan kepuasan atau
harapan bagi nasabah yang lebih tinggi (derajat status sosial-
ekonomi, dll), yang tujuannya bagi perusahaan atau organisasi
penyedia layanan atau jasa tersebut adalah demi memperoleh
pemasukan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, produk berkualitas
tinggi dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Selanjutnya
kepuasan pelanggan akibat peningkatan mutu pada akhirnya
berdampak pada bertambahnya pendapatan.
Diakui atau tidak, mutu memang bukan suatu konsep yang
mudah didefinisikan. Engkoswara (2012: 305) menjelaskan mutu
25
dengan mendasarkan pada beberapa rincian kriteria: 1) mutu terkait
dengan soal melampaui keinginan, 2) adanya kecocokan antara
harapan pelanggan dengan pelayanan, 3) merasa cocok pada
pemakaian, 4) adanya penyempurnaan terus menerus, 5) tidak ada
kesalahan dari awal, 6) membahagiakan pelanggan, dan 7) tidak
bercacat. Kriteria ini tentu tidak memuaskan banyak pihak sebab
pada dasarnya tiap orang punya penilaian sendiri terkait soal mutu.
Namun, secara singkat dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu
adalah hasil yang diharapkan bersesuaian dengan yang diperoleh,
senantiasa mengalami perbaikan menuju kesempurnaan.
Dalam kaitan mutu pendidikan, dibutuhkan sosok pemimpin
yang profesional guna bisa meningkatkan mutu pendidikan,
membawa pendidikan ke arah perbaikan sehingga semakin baik.
Alhasil, melalui perbaikan dan peningkatan terus-menerus, kualitas
pendidikan menghadirkan manfaat terhadap lingkungan,
berkontribusi bagi terwujudnya perubahan pada lingkungan baik
dalam skala regional maupun nasional. Kualitas pendidikan
disebutkan dalam permendiknas Nomor 63 Tahun 2009. Di dalam
aturan tersebut, mutu pendidikan (education quality) merujuk pada
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat dicapai melalui
pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Sallis
(2012:50) menjelaskan mutu pendidikan sebagai soal utama yang
dapat menjadi jaminan bagi perkembangan institusi pendidikan
dalam persaingan di dunia pendidikan yang makin kompetitif.
2. Indikator Sekolah Bermutu
Usman (2009:513) menjelaskan bahwa mutu pendidikan
meliputi input, proses, output dan outcome. Masing-masing
memiliki indikator keberhasilan. Mutu input, terletak pada
kemampuan atau keberhasilan sekolah dalam menciptakan suasana
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Menyenangkan dan Bermakna
(disingkat PAKEMB). Mutu output terletak pada keberhasilannya
menyuguhkan hasil belajar akademik dan non akademik siswa
tinggi. Mutu outcome terletak pada banyaknya lulusan yang
terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui
kehebatan lulusan dan merasa puas.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005, disebutkan
beberapa kriteria minimal sistem pendidikan di Indonesia, di
antaranya: a) standar kompetensi lulusan di dalamnya mencakup
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)
yang harus ada pada peserta didik sebagai syarat kelulusan; b)
standar isi yang di dalamnya menyangkut kedalaman dan cakupan
(deepth and scope) materi dalam meraih standar kompetensi
26
lulusan yang tertuang dalam kompetensi materi kajian, kompetensi
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang direncanakan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran; c) standar proses berkaitan
dengan prosedur dan pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai standar kompetensi lulusan; d) standar pendidik dan
tenaga kependidikan berkaitan dengan kualifikasi minimal yang
harus dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan; e)
standar sarana dan prasarana berkaitan dengan persyaratan minimal
tentang fasilitas fisik yang diperlukan untuk mencapai standar
kompetensi lulus; f) standar pengelolaan berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan
kegiatan agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan; g) standar pembiayaan terkait biaya penyelenggaraan
satuan pendidikan; dan h) standar penilaian pendidikan berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
Delapan poin tersebut menjadi acuan bagi lembaga pendidikan
untuk dijadikan acuan dalam proses pendidikannya sehingga
kualitas pendidikan dapat terjaga dan memberikan dampak yang
baik bagi pendidikan Indonesia.
Berikut ini tabel terkait beberapa indikator- indikator mutu dari
sekolah berdasarkan uraian Engkoswara (2012:310):
Tabel 2.1
Indikator Sekolah Bermutu dan Tidak Bermutu
No Sekolah bermutu Sekolah tidak bermutu
1 Masukan yang tepat Masukan yang banyak
2 Semangat kerja yang tinggi Pelaksanaan kerja santai
3 Gairah motivasi belajar tinggi Aktivitas belajar santai
4 Pengguaan biaya, waktu, Boros memakai sumber-
fasilitas, tenaga yang sumber
profesional
5 Kepercayaan berbagai pihak Kurang peduli terhadap
lingkungan
6 Tamatan yang bermutu Lulusan hasil katrol
7 Keluaran yang relevan dengan Keluaran tidak produktif
kebutuhan masyarakat
27
Elemen input yang menopang berlangsungnya proses pendidikan
(belajar dan pembelajaran) meliputi:
(1) Unsur model pendekatan dan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dan lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
(2) Unsur pendayagunaan waktu tersedia secara efisien dan efektif
(3) Unsur orientasi dan wawasan belajar dan pembelajaran yang
disosialisasikan di kelas dan dalam forum belajar mengajar.
(4) Unsur pendayagunaan kurikulum dan ekstra kurikulum di dalam
dan di luar proses belajar mengajar.
(5) Unsur paradigma baru yang diterapkan dalam pendekatan
belajar dalam arti belajar yang lebih inovatif, kreatif, adaptif,
dan generik (Suti, 2011)
Dari pengertian ini, yang termasuk dalam aspek input atau
masukan pendidikan tidak hanya adanya peserta didik baru, tetapi
juga kesiapan tenaga pendidik dalam menjalankan proses
pendidikan, kebijakan (policy) dan manajemen (management)
sekolah. Tersedianya masukan (input) pendidikan memang bukan
faktor utama dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan,
namun keberadaan input sebagai penopang keberlangsungan
pendidikan.
Kedua, bagi Fitrah (2017:33) proses pendidikan berarti
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan
mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu mewujudkan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, termotivasi dan
mendorong minat belajar tinggi. Cakupan proses pendidikan di
antaranya: proses belajar mengajar yang efektif, kepemimpinan yang
kuat di sekolah, efektifitas manajemen tenaga pendidik (dan
kependidikan), budaya berorientasi mutu, kerjasama tim, otonomi
kewenangan sekolah, warga dan masyarakat sekolah turut
berpartisipasi, keterbukaan pengelolaan sekolah, kemampuan ke
arah perubahan, melakukan evaluasi berkelanjutan, responsif dan
antisipatif pada perubahan (Suryadi, 2009:8-13).
Aspek karakteristik proses dijelaskan secara rinci di dalam
Departemen Pendidikan Nasional (2008), meliputi: (a) implementasi
proses belajar mengajar secara efektif, (b) aspek kepemimpinan
yang kuat di sekolah, (c) lingkungan aman dan tertib; (d) tenaga
kependidikan yang terkelola secara efektif, (e) budaya yang
berorientasi pada mutu, (f) adanya kerjasamanya tim yang kompak,
dan dinamis, (g) kewenangan yang bersifat otonom, (h) partisipasi
tinggi warga sekolah (dan masyarakat), (i) keterbukaan
(transparansi) manajemen sekolah, (j) kemauan kuat sekolah pada
perubahan (baik secara psikologis atau pun fisik), (k) sekolah
mengevaluasi dan melakukan perbaikan secara terus-menerus, (l)
28
responsif dan antisipatif pada kebutuhan, (m) komunikasi baik, (n)
akuntabilitas, (o) lingkungan hidup sekolah bagus, (p) mampu
menjaga keberlangsungan (Basri, 2011:115).
Ketiga, output di dalam pendidikan. Fitrah (2017:33)
mendefinisikan output di dalam pendidikan sebagai kinerja sekolah
di mana kualitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, serta moral kerja
dapat diukur. Output di dalam pendidikan itu adalah kinerja dan
prestasi sekolah sebagai hasil dari proses sekolah. Ukuran kinerja
pada sekolah terletak pada mutu, efektivitas, efisiensi, inovasi,
kehidupan dan moral kerja (Suryadi, 2009:8-13). Harapan output
sekolah adalah prestasi yang diraih melalui proses pembelajaran dan
manajemen sekolah (Depdiknas, 2008). Output sekolah terbagi dua:
prestasi akademik dan prestasi non-akademik (Basri, 2011:115)
29
Tabel 2.2
Pertanyaan-Pertanyaan Proses Perencanaan Strategi
Misi dan visi
Apa tujuan kita?
Apa visi, misi dan nilai-nilai kita?
Kebutuhan Pelanggan/Pelajar
Siapakah pelanggan kita?
Apa yang diharapkan pelanggan dari kita?
Apa yang harus kita lakukan untuk memenuhi harapan pelanggan?
Apa yang dibutuhkan para pelajar dan institusi?
Metode apa yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelajar?
Jalan Menuju Sukses
Apa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kita?
Faktor-faktor apa saja yang penting bagi kesuksesan kita?
Bagaimana cara kita mencapai kesuksesan?
Mutu
Apa standar yang akan kita gunakan?
Bagaimana kita menyampaikan mutu?
Biaya apa yang harus kita keluarkan untuk mutu?
Investasi Sumber Daya Manusia
Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap para staf kita?
Apakah kita sudah cukup berinvestasi pada sumber daya staf dan
pengembangan staf?
Mengevaluasi Proses
Apakah kita memiliki proses tertentu dalam menghadapi sesuatu yang
salah?
Bagaimana kita tahu bahwa kita telah suskses?
Dari penjelasan mutu pendidikan di atas, penulis menarik
kesimpulan bahwa di dalam upaya menilai sekolah sebagai sekolah
bermutu, hal itu didasarkan pada input, proses dan output sesuai
dengan delapan standar pendidikan nasional. Hal inilah yang syarat
wajib sekolah dalam menjalankan peningkatan mutu pendidikan
yang disesuaikan dengan visi dan misi. Sehingga dengan demikian
institusi pendidikan mampu menilai diri terkait kelebihan dan
kelemahan termasuk di dalamnya peluang serta ancaman yang
mungkin terjadi ke depan.
30
C. Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Untuk menjelaskan apa itu kepala sekolah, kita dapat mengutip
pendapat Wahjosumidjo (2007: 83) yang menyatakan bahwa
kepala sekolah adalah gabungan kata dari kepala dan sekolah yang
secara makna adalah pimpinan sebuah institusi, dalam arti ini
berarti institusi pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah adalah pimpinan institusi pendidikan di mana proses
pembelajaran dilakukan secara formal.
Berikutnya, Mulyasa (2012: 67) menyebut kepala sekolah
sebagai pemimpin paling tinggi dan paling memiliki pengaruh
dalam hal menentukan kemajuan sebuauh institusi pendidikan.
Sederhananya, kepala sekolah diartikan sebagai pemimpin yang
bisa memberi arahan, bimbingan, pemberdayaan, serta
menggerakan seluruh anggota sekolah untuk menggapai tujuan
pendidikan. Senada dengan ini, Suwardi (2014: 190)
mengartikan kepala sekolah sebagai seseorang yang senantiasa
membimbing kelompoknya dimulai dari diri sendiri. Kepala
sekolah harus memiliki kesadaran penuh bahwa tugasnya adalah
melakukan koordinasi tugas pekerjaan serta menanamkan rasa
tanggung jawab kepada seluruh anggota.
Berikutnya, menurut Ginting (2011: 65), kepala sekolah selaku
pimpinan tertinggi dalam sebuah institusi pendidikan harus
menjadi orang yang paling bertanggung jawab untuk menentukan
rencana pengelolaan pendidikan yang tepat bagi seluruh peserta
didik. Jelas dalam hal ini Ginting menekankan bahwa kepala
sekolah harus memiliki kompetensi yang cukup untuk mengelola
institusi pendidikan.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi sebuah institusi
pendidikan harus mampu mengelola dan memanfaatkan sumber
daya yang ada di sekolah demi tercapainya seluruh tujuan
pendidikan.
Tentang aturan penetapan kepala sekolah sendiri ada dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional atau Nomor 13 tahun 2007.
Disebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus dipenuhi seseorang
agar bisa memenuhi kriteria kepala sekolah, di antaranya: (a)
menempuh pendidikan tinggi kependidikan atau non kependidikan
di perguruan tinggi terakreditasi dengan gelar S1 atau D-IV (b)
dapat diangkat menjadi kepala sekolah dengan usia maksimal 56
tahun (c) pengalaman mengajar minimal lima tahun menurut
31
jenjang di sekolah masing-masing (d) bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) minimal ada di pangkat III/c dan bagi non PNS penyetaraan
pangkat ditetapkan oleh yayasan atau lembaga di tempat mengajar.
Syarat ini diberlakukan agar seseorang yang diangkat menjadi
kelapa sekolah adalah yang berpengalaman di dunia pendidikan.
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Berkaitan dengan kompetensi kepala sekolah, ada beberapa hal
yang dituliskan dalam Peraturan Mendiknas Nomor 13 Tahun
2007, di antaranya: 1) kepribadian, 2) manajerial, 3)
kewirausahaan, 4) supervisi, 5) sosial. Lima hal ini adalah
kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah dalam menghadapi
dinamika institusi pendidikan.
Penulis fokus pada pembahasan kompetensi manajerial pada
kepala sekolah. Di mana kompetensi ini menjadi salah satu faktor
yang bisa mendorong terwujudnya visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolah yang dicapai melalui program yang dilakukan secara
terencana.
Manajemen adalah hal penting yang harus ada dalam sebuah
kepemimpunan. Kepala sekolah dapat memanfaatkan sumber daya
yang ada untuk menjalankan program sekolah dengan kemampuan
manajerial yang dimiki.
Soal kepemimpinan kepala sekolah ini dibahas oleh
Yogaswara (2010:61) yang menyebut salah satu tanda kemampuan
manajerial kepala sekolah adalah pengambilan keputusan yang
tepat, akurat, dan relevan. Kemampuan manajerial kepala sekolah
bisa dilihat dari program kerja yang dirumuskan, koordinasi
program yang dijalankan baik dengan guru maupun anggota
sekolah lainnya, dan adanya evaluasi terhadap seluruh strategi
yang sudah dijalankan bersama. Lebih detail lagi, dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2017 disebutkan
juga beberapa Kompetensi manajerial yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah, di antarnaya 1) kemampuan menyusun rencana
untuk sekolah, 2) kemampuan mengembangkan organisasi, 3)
kemampuan mendapatkan sumber daya yang optimal 4) Mengelola
perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajaran yang efektif, 5) Membangun budaya sekolah yang
kondusif dan inovatif, 6) Mengelola sumber daya manusia (guru
dan karyawan sekolah) secara optimal, 7) Mengelola sarana dan
prasarana sekolah secara optimal, 8) Mengelola hubungan sekolah
dan masyarakat dengan baik, 9) Mengelola penerimaan peserta
didik untuk penempatan dan pengembangan kapasitas peserta
32
didik, 10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, 11) Mengelola keuangan secara akuntabel,
transparan dan efisien, 12) Mengelola administrasi/ ketatausahaan
sekolah, 13) Mengelola unit layanan khusus dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik, 14) Mengelola
sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program
sekolah, 15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah, 16) Melakukan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjut.
Dengan detail fungsi manajerial tadi, sudah jelas bahwa kepala
sekolah harus benar-benar kompeten. Mulai dari perencanaan
program, pemanfaatan sumber daya yang ada, monitoring, serta
evaluasi seluruh strategi yang dilakukan untuk tindak lanjut dari
strategi program tersebut.
Demi bisa memaksimalkan kemampuan manajerialnya,
seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen
waktu. Mulyasa (2012:70) menjelaskan tiga hal yang harus
diperhatikan dalam upaya manajemen waktu, di antaranya: 1)
Penggunaan waktu produktif dan efisien 2) Memberi penghargaan
kepada anggota sekolah yang disiplin terhadap waktu 3)
Mencontohkan cara disiplin serta manajemen waktu dalam
pelaksanaan tugas harian.
3. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah sebagai komponen utama di dalam pendidikan
harus mengetahui tugas dan fungsi Kepala Sekolah. Diantaranya,
tugas utama kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a. Memimpin dan mengatur situasi, mengendalikan kegiatan
kelompok, organisasi atau lembaga, dan menjadi juru bicara
kelompok.
b. Meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju
kondisi yang baik.
c. Mengingatkan tujuan akhir dari perubahan.
d. Membantu kelancaran proses perubahan, khususnya
menyelesaikan masalah dan membina hubungan antar pihak
yang berkaitan.
e. Menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan.
Adapun fungsi Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin
adalah memerhatikan dan mempraktikkan fungsi kepemimpinan
kehidupan sekolah, yaitu sebagai berikut:
33
a. Memperlakukan semua bawahannya dengan cara yang sama
sehingga tidak terjadi diskriminasi. Sebaliknya, dapat
menciptakan semangat kebersamaan diantara mereka, yaitu
guru, staf, dan para siswa.
b. Memberikan sugesti atau saran kepada para bawahan dalam
melaksanakan tugas seperti guru, staf dan siswa dalam rangka
memelihara, bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban,
rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
c. Bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan
dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa baik
berupa dana, peralatan, waktu, maupun suasana yang
mendukung.
d. Katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan
menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
e. Menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah.
f. Memberikan penghargaan dan pengakuan pada setiap
bawahannya yang dapat diwujudkan dalam sebagai bentuk
seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti
pendidikan, dan sebagainya (Hasan Basri, 2014:43-44)
Sedangkan tugas Kepala Sekolah dalam (Muchlas Samani,
2009: 15) mengemukakan tugas Kepala Sekolah sebagai
EMASLIM, yaitu educator (pendidik), manager, administrator,
supervisor, leader (pemimpin), innovator (pencipta), dan motivator
(pendorong). Salah satu tugas Kepala Sekolah yang telah
disebutkan diatas adalah sebagai manajer. Dalam kepemimpinan
antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan.
Karena dua hal ini saling berkaitan karena pemimpin lah yang akan
mengatur dan mengelola sistem sekolah bersama dengan pihak
sekolah. Mengenai manajemen di dalam Islam dijelaskan dalam
QS Ash Shaf: 4, yaitu:
38
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah wujud dari perencanaan yang dibuah
dan menuntut seluruh anggota yang terlibatuntuk bekerja secara
sadar dalam upaya mencapai tujuan (Tuala, 2016: 30)
Sementara itu Kurniawan (2015:13) menyebut actuating
sebagai usaha perwujudan dari rencana dengan pemberian
arahan dan motivasi kepada seluruh anggota agar bisa
menjalankan peran, tugas, dan tanggung jawab yang diampu.
Selanjutnya Kristiawan (2017:29) menyebut penggerakan
(actuating) adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
muncul dari hubungan terhadap bawahan agar bisa memahami
dan megerjakan tugas secara efektif dan efisien.
Selain itu, menurut Harahap (2017:218) proses actuating
adalah proses pemberian perintah, petunjuk, nasihat, serta
adanya keterampilan komunikasi dari atasan terhadap bawahan.
Proses actuating disebut sebagai inti management yang
menekankan bagaimana proses leading, komunikasi efektif, dan
prinsip komunikasi yang baik.
Actuating ini adalah proses penerjemahan dari ide menjadi
perencanaan. Di mana pemimpin diwajibkan bisa memberi
petunjuk dalam upaya staf memenuhi pekerjaannya agar tetap
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh institusi.
d. Evaluasi
Menurut Yacoeb, (2013:82) evaluasi dalam manajemen
adalah tahap di mana kita harus bisa memastikan seluruh
kegiatan terlaksana sesuai dengan perencanaan di awal. Dalam
hal pendidikan, Tuala (2016: 30) menekankan pentingnya
evaluasi untuk mengetahui apakah perencanaan program sesuai
dengan pelaksanaannya. Hasil evaluasi ini nantinya bisa
digunakan untuk perbaikan serta peningkatan prestasi pada
institusi
Dalam melaksakan evaluasi, ada proses pengawasan yang
dilakukan untuk mempertimbangkan pemgambilan keputusan.
Pengawasan dilakukan dengan memberi nilai dan koreksi
terhadap tugas yang dilakukan oleh anggota. Pengawasan ini,
menurut Fahlefi (2008: 38) dilakukan agar semua orang yakin
bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui rencana yang
disusun.
Dalam kaca mata Batlajery, (2016:140) terdapat empat
fungsi pengawasan, di antaranya : a) menentukan standar
39
prestasi, b) mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini, c)
membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar
prestasi, dan d) melakukan perbaikan jika terdapat
penyimpangan dari standar prestasi yang telah ditetapkan
Dalam melaksanakan evaluasi, Chayani (2015: 5)
mempertimbangkan beberapa hal ini: a) Evaluasi dilakukan
sekolah bersama-sama dengan yayasan. b) Yayasan memiliki
kendali terhadap jalannya program yang ada di sekolah. c)
Evaluasi secara rutin dilakukan setiap akhir tahun ajaran baru.
d) Kepala Sekolah melakukan pengawasan secara terus menerus
terhadap jalannya program sekolah. e) Kepala Sekolah
melakukan komunikasi yang baik untuk melakukan koordinasi
dan kontrol terhadap jalannya program sekolah.
Nursalami (2015:9) menegaskan bahwa sebagai tugas dari
kepala sekolah seperti perencanaan serta implementasi program
yang melibatkan guru dapat memudahkan terciptanya iklim
kerja yang kondusif, meningkatkan prestasi kerja guru, serta
membangun sistem organsiasi sekolah yang fungsional dan
tangguh.
Dalam persaingan mutu pendidikan, dijelaskan bahwa
kelangsungan organisasi sangat ditentukan oleh mutu yang ada.
Berkaitan dengan ini, Suyadi (2009: 71-72) menyebutkan
beberapa karakteristik pemimpin yang baik, di antaranya: 1)
Memiliki visi yang kuat, 2) Berorientasi pada kinerja untuk
mutu yang tinggi 3) Menyelaraskan antara kompensasi dengan
tingkat kinerja, 4) Menciptakan ilmik kerja yang kolaboratid
dengan intensitas mutu yang baik 5) Memiliki etika kerja, dan
6) Cermat merencakan sebuah program
Dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah sangatlah
penting demi tercapainya mutu pendidikan yang sesuai visi.
D. Penelitian Yang Relevan
Penulis telah melakukan beberapa penelusuran terhadap
beberapa karya terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara
lain:
1. Tesis “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas
Sekolah di SMP Muhammadiyah 1 dan SMP Negeri 1 Surakarta
Tahun 2016/2017”, disusun oleh Feri Akhyar (2018) pada
Program Magister Pendidikan Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Tesis ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bagaimana strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kualitas sekolah di SMP Muhammadiyah 1
40
Surakarta dan SMP Negeri 1 Surakarta. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (field research) dan data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari
lapangan, dan dalam penelitian ini yang menjadi objek ialah
Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dan SMP
Negeri 1 Surakarta, kegiatan dan sekolah tersebut. Hasil
penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
meningkatkan kualitas sekolah, Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 1 dan SMP Negeri 1 Surakarta mempunyai
strategi masing-masing, mampu melaksanakan tugas
kepemimpinan dan tugas guru yang sesuai dengan peraturan
pemerintah. Dari manajemen dan strategi- strategi yang
digunakan masing Kepala Sekolah tersebut maka dapat
menjadikan sekolah yang berkualitas baik dari segi akademis
maupun dari segi moral keagamaan, hal tersebut ditandai
dengan banyaknya prestasi yang dimiliki, akreditasi yang baik
dan kepercayaan masyarakat.
2. Disertasi berjudul Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah/Madrasah (Studi Kasus di SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung dan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN MODEL)
Bandar Lampung, disusun oleh Riyuzen Praja Tuala (2016),
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Raden Intan Lampung.
Penelitian ini menganalisis perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi 1) standar isi, 2) standar proses, dan 3) standar tenaga
pendidik dan kependidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
I Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-
Kautsar Bandar Lampung.
3. Jurnal berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Pada SMP Negeri 2 Unggul Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar”, yang disusun oleh Sri Banun, Yusrizal,
dan Nasir Usman pada Jurnal Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui program, pelaksanaan program, Evaluasi dan
hambatan-hambatan yang dihadapi Kepala Sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada SMP Negeri 2 Unggul
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek
penelitian Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, komite
sekolah, ketua MGMP, guru dan pengawas. Data dianalisis
dengan cara mereduksi, display, mengambil kesimpulan dan
verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Program
disusun tidak semuanya berdasarkan hasil musyawarah personel
sekolah. Program peningkatan mutu didokumentasikan dalam
41
program tahunan dan program semester untuk dijadikan sebagai
acuan dalam melaksanakan program. (2) Pelaksanaan program
peningkatan mutu diawali dengan pembagian tugas dengan
membentuk panitia pelaksana kegiatan harian sekolah. Program
dilaksanakan tidak seluruhnya berdasarkan jadwal yang telah
ditetapkan. Apabila Kepala Sekolah berhalangan, maka
wewenang pelaksanaan program tersebut diserahkan kepada
wakil Kepala Sekolah atau guru senior. (3) Evaluasi
dilaksanakan oleh panitia atau tim yang telah dibentuk oleh
Kepala Sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, wakil Kepala
Sekolah, pengawas dan guru senior. Sebelum evaluasi
dilaksanakan, panitia pelaksana evaluasi menyusun dan
menyiapkan instrumen terlebih dahulu. Hasil evaluasi akan
dilakukan analisis dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dalam menentukan program pada tahun
berikutnya, dan (4) Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepala
Sekolah adalah kedisiplinan guru masih kurang, sebagian
personel sekolah kurang komitmen dalam menjalankan program
peningkatan mutu, Kepala Sekolah kurang tepat waktu dalam
melaksanakan program peningkatan mutu, sebagian guru
kurang serius ketika senior melakukan pengawasan terhadap
kinerjanya.
4. Tesis berjudul “Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan
Madrasah (Studi Analisis Peningkatan Mutu Pendidikan di MI
Sultan Agung Berbasis Manajemen Madrasah)‖, disusun oleh
M. Maskur (2016) pada Jurusan PGMI Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini
berfokus bagaimana pengaruh manajemen madrasah terhadap
kualitas pendidikan melalui strategi dan program unggulan yang
salah satu hasilnya mengarah pada peningkatan kemampuan dan
penguatan kepribadian peserta didik.
5. Jurnal yang berjudul “The Principal’s Leadership in Improving
the Quality of Education‖ yang disusun oleh Tri Hastuti,
Muhammad Kristiawan, Mulyadi, pada tahun 2020 pada
International Journal of Progressive Sciences and Technologies
(IJPSAT) Fokus penelitian ini untuk mengetahui proses
kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai pemimpin, manajer,
administrator, supervisor, innovator dan motivator dalam
membangun peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan
cara memanfaatkan kesempatan yang dimiliki, cara menghadapi
masalah dan kemampuan dalam membangun hubungan baik
dengan SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di Sekolah.
42
6. Jurnal yang berjudul ―Project Schools as a School-Based
Management Model‖. Yang disusun oleh Ahmet Koc dan
Bastas. International Online Journal of Education and Teaching
(IOJET), 6(4). 923-942 Tahun 2019. Fokus penelitian ini untuk
mengetahui peran dan pengaruh Kepala Sekolah dalam
kemampuan manajerial untuk mencapai sekolah yang efektif.
Sehingga ada beberapa poin yaitu kepuasan atau kebutuhan
guru-guru terpenuhi, tim kerja yang solid dengan
kepemimpinan sekolah yang matang ke tiga adalah gairah
motivasi guru dapat meningkat dengan kesempatan yang luas
untuk peningkatan kompetensi diri.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
1. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Mitra Industri MM2100
Cikarang, Bekasi-Jawa barat.
2. Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2021 hingga
Juli, kemudian melakukan pengumpulan data, mengelola,
penyajian serta penarikan kesimpulan pada bulan Agustus
hingga bulan Maret. Dan di awal April baru pelaksanaan Ujian
Hasil.
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Mar - Agut Nov Feb - Juli
Juli - Okt - Jan Juni
1 Pelaksanaan penelitian
(Observasi, wawancara dan √
studi document)
2 Pengumpulan data √ √ √
3 Mengelola data √ √
4 Penyajian data √ √
5 Penarikan kesimpulan √ √
6 Ujian Hasil dan Ujian
√
Promosi
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, berbentuk
deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan ini, diharapkan diperoleh
konsep dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang
relevan sesuai dengan penelitian deskriptif yang menggambarkan
secara objektif menganalisis data-data yang diperoleh, dan
kemudian memakai studi kasus yang di mana kasus itu sangat
menarik sehingga menekan pada pemahaman secara mendalam.
Menurut Sugiyono (2016:9) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci. Dari pendekatan tersebut maka metode yang digunakan
46
adalah metode kualitatif yang dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara dan studi dokumentasi sebagai alat pengumpulan data
penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha pengumpulan data, penulis menjalankan beberapa
teknik yang meliputi wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Teknik observasi di dalam penelitian kualitatif berguna di
dalam melakukan pengamatan secara mendalam dan
pemerolehan data secara langsung. Teknik dilakukan dengan
menggunakan acuan pengamatan atau pobservasi terhadap
kasus atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, objek
amatan adalah berbagai strategi peningkatan mutu pendidikan,
kegiatan kepala sekolah dalam merencanakan dan merancang
program-program pendidikan, fase pelaksanaannya hingga
tahap akhir berupa evaluasi program.
Teknik ini mengharuskan peneliti berpartisipasi langsung di
lokasi penelitian sehingga memungkinkan peneliti mengetahui
secara mendalam mengenai obyek, penelitian, situasi, konteks
dan makna serta hal-hal lain yang menjadi bagian dari
pengumpulan data. Dalam konteks ini, objek penelitian adalah
program-program sekolah, berbagai hambatan serta jawaban
dari tantangan global yang dihadapi masyarakat, ditelusuri
untuk mengetahui apakah program-program tersebut berdampak
baik bagi siswa dan orang tua, sehingga puas dengan mutu
pendidikan sekolah. Selain itu, peneliti juga mengamati kondisi
infrastruktur sekolah seperti bangunan, kelas, berbagai fasilitas
dan lokasi sekolah, di mana keseluruhan ini merupakan faktor
pendukung demi mendukung mutu pendidikan.
2. Wawancara
Sugiono menyebut teknik wawancara sebagai teknik yang
mendasarkan setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi (154: 2006). Pribadi yang dimaksud adalah
informan yang bersedia berbagi informasi yang diketahui atau
dialaminya. Dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan
oleh peneliti guna mendapatkan data/informasi seluruh strategi
yang dilakukan pihak sekolah dalam upayanya meningkatkan
mutu pendidikan, yang di antaranya: Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, 4 (empat) orang dari pihak
guru dan 2 (dua) pihak orang tua siswa.
47
Demi validias informasi, pada tiap wawancara, peneliti
melakukan pengujian informasi dari informan sebelumnya, dan
juga dilakukan pencarian sumber informasi baru. Langkah ini
dipraktikkan dengan baik seperti saat mewawancarai Kepala
Sekolah dan waka kurikulum. Pada tahap wawancara,
keseluruhan informasi yang dituturkan informa direkam. Tahap
berikutnya, hasil rekaman wawancara dipelajari secara
mendalam dan digunakan sebagai bahan untuk diuji atau
didiskusikan dengan narasumber lain khususnya memiliki
hubungan erat dengan data-data penelitian yang dikumpulkan.
Peneliti juga membuat pedoman wawancara berdasarkan
kebutuhan penelitian. Pedoman tersebut menjadi acuan
sehingga data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari
kebutuhan penelitian.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dibutuhkan peneliti untuk melengkapi data
dari hasil observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono
(2006:270), dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, teknik ini
dipergunakan untuk memperoleh data berupa profil sekolah,
visi, misi, tujuan sekolah, data guru, data sarana prasarana, dan
jadwal kegiatan/program. Dokumen yang terkumpul dapat
menjadi bahan untuk menggambarkan objek penelitian.
D. Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tabel 3.2
Kisi-kisi Observasi
No. Variabel Dimensi Sumber Data
1. Perencanaan strategi Pengamatan langsung Kepala Sekolah, Waka
Kepala Sekolah Profil sekolah kurikulum, Guru
dalam peningkatan Pengamatan Visi, Misi, Kepala Sekolah, Waka
mutu dan Tujuan sekolah kurikulum, Guru
Pengamatan Langkah- Kepala Sekolah, Waka
langkah strategis dalam kurikulum, Guru
peningkatan mutu
2. Pelaksanaan strategi Pengamatan langsung Kepala Sekolah, Waka
Kepala Sekolah bentuk - bentuk kurikulum, Guru
dalam peningkatan pelaksanaan strategi
mutu dalam peningkatan mutu
Pengamatan Peran Waka kurikulum, Guru
48
Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu
Pengamatan Faktor yang Kepala Sekolah, Waka
mempengaruhi kurikulum, Guru
keberhasilan
peningkatan mutu
3. Evaluasi strategi Pengamatan langsung Kepala Sekolah, Waka
Kepala Sekolah sistem Evaluasi yang kurikulum, Guru
dalam peningkatan diterapkan dan waktu
mutu pelaksanaannya.
Pengamatan Laporan Kepala Sekolah, Waka
Evaluasi. kurikulum, Guru
4. Hambatan Kepala Pengamatan Langsung Kepala Sekolah, Waka
Sekolah dalam bentuk Hambatan dan kurikulum, Guru
peningkatan mutu solusi yang dilakukan
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara
Dimensi Butir Pertanyaan Informasi
No Variabel
Profil sekolah 1. Bagaimana Kepala
1 Perencanaan
sejarah Sekolah, Waka
strategi
berdirinya kurikulum,
Kepala
sekolah ini? Guru
Sekolah
2. Sudah berapa
dalam
tahun bapak
peningkatan
memimpin
mutu
lembaga SMK
Mitra Industri
MM2100?
Visi, Misi, dan 1. Apa visi, misi Kepala
Tujuan sekolah dan tujuan SMK Sekolah, Waka
Mitra Industri kurikulum,
MM2100 Guru
selaras dengan
peningkatan
mutu?
50
peningkatan mutu Program
mutu sekolah?
Melakukan evaluasi 1. Siapa saja yang Kepala
dilibatkan Sekolah, Waka
dalam proses kurikulum,
evaluasi? Guru
2. Kapan Evaluasi
dilakukan?
Bentuk Hambatan 1. Apa saja Kepala
4. Hambatan
Strategi solusi Sekolah, Waka
Kepala
dalam kurikulum,
Sekolah
mengatasi dan Guru
dalam
meminimalisir
peningkatan
hambatan?
mutu
Tabel 3.4
Daftar Cek lis
Variabel Sumber Data
No.
Perencanaan strategi 1. Bangunan Sekolah
1.
Kepala Sekolah dalam 2. Struktur Sekolah
peningkatan mutu 3. Profil Sekolah
Pelaksanaan strategi 1. Dokumen dengan narasumber sekolah
2.
Kepala Sekolah dalam 2. Fasilitas penunjang pembelajaran sekolah
peningkatan mutu 3. Tenaga pendidik dan kependidikan sekolah
4. Kurikulum Sekolah
5. Program Kerja Kepala Sekolah
52
F. Teknik Pemeriksaan Uji Keabsahan Data
Uji validitas data dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
keabsahan data-data yang terkumpul melalui teknik pemeriksaan
keabsahan data berdasarkan kriteria. Menurut Moleong (2004:324);
Satoni dan Komariyah, (2014:164) ada empat kriteria yang
digunakan dalam pengujian keabsahan data pada metode penelitian
kualitatif yaitu credibility (derajat keterpercayaan), transferability
(keteralihan), dependability (kebergantungan), dan confirmability
(kepastian). Uraian teknik pemeriksaan uji keabsahan data yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Pemeriksaan Keabsahan Data
53
dengan permasalahan yang diteliti, dengan bermaksud
memperdalam serta lebih terfokus.
c. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber, cara dan waktu yaitu dengan
membandingkan hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan
dokumen, dan membandingkan apa yang dikatakan orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dengan cara
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi dengan pihak terkait.
e. Kecukupan referensi, dengan adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Bahan referensi ini dapat berupa foto-foto, rekaman, dan
dokumen autentik. Buku-buku dan berbagai referensi yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
f. Kajian kasus negatif, hal ini dilakukan dengan cara mencari
informasi dan mengumpulkan contoh kasus atau sesuatu
yang terjadi dengan lembaga yang dianggap ‟tidak baik‟,
kemudian di analisis dan dibandingkan dengan kenyataan di
lapangan ketika penelitian.
g. Pengecekan, merupakan pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan pengecekan adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Hal ini
dilakukan dengan cara memeriksa serta melaporkan data
hasil penelitian kepada sumbernya, agar menyamakan
persepsi antara peneliti dengan pihak yang ditunjuk oleh
sekolah tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara berdiskusi
serta berdialog bersama pihak yang ada di lokasi penelitian.
2. Transferability (keteralihan)
Menurut Moleong (2004:338) keteralihan menuntut peneliti
agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu
dilakukan dengan teliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan.
Cara yang dilakukan dengan melaporkan hasil penelitian yang
menggambarkan konteks penelitian yang dilaksanakan di SMK
Mitra Industri MM2100 Cikarang dalam bentuk uraian
deskriptif rinci dan disusun secermat mungkin pada BAB IV.
54
3. Dependability (kebergantungan)
Dependability disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang
reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/me replikasi
proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji
dependability ditempuh dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Auditing dilakukan oleh auditor
yang independen atau pembimbing. Ada dua kriteria yaitu
kebergantungan, proses ini dilakukan dengan berkonsultasi
kepada auditor (Dosen pembimbing Dr. Maftuhah, MA). Untuk
menentukan apakah penelitian ini dilanjutkan, diperbaiki atau
dihentikan sesuai dengan kelengkapan data yang terkumpul.
Selanjutnya kriteria kepastian, proses auditing ini dilakukan
dengan cara mengklarifikasi/memeriksa data yang telah
terkumpul pada subjek penelitian, dalam hal ini kepada pihak
yang ikut terlibat dalam pelaksanaan penelitian di SMK Mitra
Industri MM2100 Cikarang. Setelah itu, hasil pemeriksaan data
dibuktikan dengan surat pernyataan atau persetujuan yang
dikeluarkan oleh SMK terkait dengan diketahui oleh bapak
Kepala Sekolah bahwa hasil penelitian tersebut sesuai dengan
sebenarnya.
4. Confirmability (kepastian)
Pengujian conformability dalam penelitian kualitatif disebut
juga objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif jika
hasil penelitian telah disepakati banyak orang yang terlibat di
SMK Mitra Industri MM2100 Cikarang dalam strategi Kepala
Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Langkah ini
dilakukan dengan merundingkan hasil data dari wawancara,
dokumentasi serta observasi bersama stake holder yang secara
langsung ikut terlibat.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan dan Letak Sekolah SMK Mitra Industri MM2100
Sekolah Menengah Kejuruan Mitra Industri adalah sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan kelompok Industri.
Didirikan pada tanggal 16 Februari 2011 di atas lahan 9 Ha. Sekolah
ini dalam naungan Yayasan Mitra Industri Mandiri. SMK Mitra
Industri MM2100 merupakan satu - satunya sekolah yang didukung
oleh 300 lebih perusahaan di Kawasan Industri MM2100. Sekolah
ini terdaftar di Dapodik dengan NPSN :69754539 dan memiliki SK
izin operasional: 503.15/116-XX1/SK-SMK/BPP.
Letak SMK ini berada di tengah lingkungan Kawasan MM2100
yang terbilang rapi, bersih dan teratur, di depan SMK Mitra Industri
MM2100 dengan batasan seperti: Depan sekolah terdapat Astra
Honda Motor, disamping kanan kiri sekolah ada PT PPLI Cibitung
Transport, masjid Baitul Mustafa, beberapa ATM bank dan kantin
BM (kantin umum). Sekolah Mitra Industri MM2100 merupakan
salah satu sekolah penghubung antara dunia pendidikan dan dunia
Industri, dengan menggunakan kurikulum pendidikan nasional dan
disesuaikan dengan kebutuhan Industri. Selain itu SMK Mitra
Industri MM2100 merupakan sekolah yang menerapkan budaya
industri di dalam sekolah dengan menekankan nilai kejujuran,
bertanggung jawab, kedisiplinan, kerja sama dan kepedulian. Setelah
itu lulusan akan disalurkan ke industri - industri terutama di
lingkungan Kawasan Industri MM2100. Sebagai Sekolah Kejuruan
Swasta, sekolah ini berdaya saing yang sangat kuat dalam dunia
pendidikan kejuruan dan yang mampu menghasilkan peserta didik
yang mempunyai bekal ilmu dan pengalaman sesuai bidangnya.
Maka tak heran sekolah ini masuk dalam akreditasi A yang terdaftar
di Dapodik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai
sekolah link and match dengan industri, SMK Mitra Industri
MM2100 telah memperoleh penghargaan menjadi salah satu sekolah
kejuruan terbaik dengan predikat “the real vocational school”.
2. Jurusan SMK Mitra Industri MM2100
Adapun jurusan yang tersedia di SMK Mitra Industri MM2100
adalah sebagai berikut:
a. Jurusan Teknik Sepeda Motor yang berdiri pada tahun 2012
dan mendapatkan akreditasi A pada tahun 2015 hingga
sekarang
56
b. Jurusan Teknik Elektronika Industri yang berdiri pada tahun
2012 dan mendapatkan akreditasi A pada tahun 2015 hingga
sekarang
c. Jurusan Teknik Permesinan yang berdiri pada tahun 2014 dan
mendapatkan akreditasi A pada tahun 2017 hingga sekarang
d. Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik berdiri pada tahun
2014 dan mendapatkan akreditasi A pada tahun 2016 hingga
sekarang
e. Jurusan Akuntansi yang berdiri pada tahun 2015 dan
mendapatkan akreditasi A pada tahun 2019 hingga sekarang
f. Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif yang berdiri pada
tahun 2016 dan mendapatkan akreditasi A tahun 2019
g. Jurusan Akomodasi Perhotelan yang berdiri pada tahun 2015
dan mendapatkan akreditasi A pada tahun 2019
Tujuh jurusan yang ada di sekolah ini merupakan daftar dari
jurusan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri dan tidak
menutup kemungkinan akan ada penambahan program jurusan
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, perkembangan
teknologi dan permintaan pasar dari DUDI (Dunia Usaha dan
Dunia Industri).
Gambar 4.1
Macam-macam Jurusan SMK Mitra Industri MM2100
3. Gedung Sekolah
Gedung sekolah di SMK Mitra Industri MM 2100 ada beberapa
gedung yaitu:
a. Gedung A terdiri dari : 6 ruang kelas, resepsionis, ruang BK,
Bar/Coffee shop
b. Gedung B dan C terdiri dari : 24 ruang kelas, 6 toilet, UKS
57
c. Gedung D terdiri dari : Ruang guru, Ruang UNBK,
perpustakaan, aula, toilet, bengkel elektro industri, Lab
Komputer
d. Gedung E terdiri dari : 5 ruang kelas, bengkel jurusan Teknik
Kendaraan Ringan Otomotif dan Jurusan Mesin
e. Gedung F terdiri dari : aula, 3 ruang kelas, gudang, bengkel
Teknik BSM, ruang musik, ruang safety riding
f. Kantin di tempat terpisah
g. Masjid
h. Tempat parkir motor
4. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi dari SMK Mitra Industri MM2100 adalah
sebagai berikut ini.
a. Visi SMK Mitra Industri MM2100
SMK Mitra Industri MM2100 sebagai pusat pendidikan dan
pengembangan yang mencetak siswa sesuai dengan kebutuhan
industri dan berjiwa wirausaha.
b. Misi SMK Mitra Industri MM2100
1.) Membentuk karakter siswa berperilaku positif
2.) Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan
sesuai kebutuhan industri
3.) Membangun jiwa wirausaha yang tangguh
5. 5 Nilai Utama SMK Mitra Industri MM2100 dan slogan
(Tagline)
Ada 5 nilai yang dipegang oleh SMK Mitra Industri MM2100
yaitu:
a. Jujur
b. Tanggung Jawab
c. Disiplin
d. Kerjasama
e. Peduli
Slogan sekolah adalah “Reach Your Success with Strong
Academic Vocational & Social Skill‖. SMK Mitra Industri MM2100
berharap bahwa lulusan nya dapat meraih sukses dengan
keterampilan dan social akademik yang kuat yang berlandaskan
pada lima nilai utama SMK Mitra Industri MM2100.
58
6. Struktur Organisasi
Gambar 4.2
Struktur Organisasi SMK Mitra Industri MM2100
59
Sumber: https://smkind-mm2100.sch.id/
9. Kegiatan Ekstrakulikuler
Untuk menunjang minat dan bakat para siswa, perlu sekiranya
menghadirkan kegiatan yang mengasah kemampuan siswa selain
dari mata pelajaran yang telah ditetapkan. Adapun kegiatan
ekstrakulikuler di SMK Mitra Industri MM2100 adalah sebagai
berikut, data bersumber pada buku panduan tata tertib sekolah:
a. Japanese club k. Badminton
b. English club l. Marching Band
c. Paskibra m. Nasyid
d. PMR n. Rohis
e. Marawis o. Taekwondo
f. Pramuka p. Silat
g. Multimedia q. Karate
h. Futsal r. Seni Musik
i. Basket Ball s. Angklung
j. Volly Ball
61
08.00 saya berada di sekolah selebihnya saya bekerja di PT Jotun.
Untuk itu saya menganggap tugas mulia ini sebagai bagian
volunteer terhadap pendidikan”.
Pemaparan Ibu Lispiyatmini ini dipertegas oleh Bapak Indra
bahwa:
“Visi misi mencetak siswa sesuai kebutuhan industri dan berjiwa
wirausaha. Untuk visi pastinya kita menyiapkan siswa/wi agar
mereka siap terjun di industri serta anak-anak mampu memiliki
jiwa wirausaha, dan untuk misi pastinya kita utamakan sebuah
karakter bagi setiap siswa/wi dan ini merupakan bobot yang
paling penting”.
Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah terbentuknya visi misi
tersebut perlu sekiranya merancang mutu pendidikan yang baik.
Untuk mewujudkannya perlu orang-orang yang berkompeten dalam
merumuskan untuk meningkatkan mutu pendidikan SMK Mitra
Industri MM2100, berikut pemaparan Kepala Sekolah Ibu
Lispiyatmini :
“Seluruh stakeholders di lingkungan sekolah kami berusaha terus
memperbaiki kinerja bersama dalam peningkatan mutu
pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100 baik saya selaku
Kepala Sekolah, ketua Yayasan, Ketua Komite sekolah, guru-
guru untuk terus memberikan pelayanan pendidikan terbaik bagi
putra putri bangsa Indonesia. Dengan tujuan kami untuk
membangun sumber daya manusia yang terampil, berkualitas,
berkompeten di bidangnya. Guru – guru pengajar telah
melakukan proses panjang seleksi sesuai kompetensi dan
merupakan lulusan S1 semua. Dalam hal ini juga guru – guru
yang ada disini disesuaikan juga dengan tujuh jurusan yang kami
miliki, sehingga kesesuaian background pendidikan sangat
mempengaruhi akan penguasaan pendidikan di setiap jurusan
yang kami punya”.
Pak Munandar sebagai wakil kepala sekolah bidang humas
menjelaskan :
“Sebagai bentuk perencanaan yang dilakukan Kepala Sekolah
sudah tentu Kepala Sekolah merancang program sebaik mungkin
bersama orang – orang penting di Sekolah seperti Ketua Yayasan,
Ketua Komite dan beberapa wakil kepala sekolah serta
penanggung jawab setiap jurusan. Hal ini menjadi bahan acuan
dalam membentuk program atau gagasan ke depan yang sesuai
dengan visi dan misi sekolah. terlebih lagi Kepala Sekolah, Ketua
Yayasan dan Ketua Komite kami memang berlatar belakang ahli
62
di bidang industri. Kemudian berdasarkan visi dan misi sekolah
yang dibuat sehingga menjadi dasar dalam perencanaan program
ke depan”.
Hal ini juga diperkuat dengan dokumentasi data dari Profil
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100.
Gambar 4.3
Biodata Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100
63
b. Analisis Eksternal
Selain itu, penulis memperoleh temuan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi untuk melihat pengamatan secara
eksternal. Salah satu yang nampak yaitu letak SMK ini berada di
tengah lingkungan Kawasan MM2100 yang terbilang rapi, bersih
dan teratur. Di depan SMK Mitra Industri MM2100 terdapat Astra
Honda Motor, di samping kanan kiri sekolah ada PT PPLI Cibitung
Transport, masjid Baitul Mustafa, beberapa ATM bank dan kantin
BM (kantin umum).
Di pintu gerbang masuk sekolah nampak pepohonan rindang dan
saat memasuki sekolah terlihat beberapa rambu layaknya memasuki
sebuah industri. Hal ini menjadi salah satu pembeda dengan sekolah
kejuruan lain di mana SMK Mitra Industri MM2100 menerapkan
budaya industri atau budaya horenso di sekolah. Rambu-rambu yang
nampak terlihat jelas diberlakukan sebagai bentuk penertiban jalan
bagi pejalan kaki yang ditandai dengan simbol garis hijau (green
line) kemudian beberapa petunjuk arah lokasi.
Gambar 4.4
Gedung Depan SMK Mitra Industri.
64
industri di dalam sekolah yang menjadikannya sekolah ini
mengikuti aturan yang ada di dalam industri.
Adapun pernyataan Ibu Lispiyatmini mengenai letak geografis
sekolah. Berikut pernyataan beliau:
“SMK Mitra Industri MM2100 memang dirancang dengan baik
sehingga kami pun memiliki lahan kosong tepat berada di
tengah – tengah Kawasan Industri MM2100. Kami mendirikan
sekolah ini dengan dukungan banyak pihak termasuk
diprakarsai oleh beberapa HRD di lingkungan sini.
Alhamdulillah, dengan lahan yang ada kami dapat mendirikan
beberapa sapras yang dapat mendukung dalam pelaksanaan
proses pendidikan dengan baik dan lancar. Lokasi ini pun
menjadi kemudahan bagi kami untuk terus bekerjasama dengan
baik terhadap industri yang berdekatan di sekitar kami untuk
memperoleh informasi lowongan pekerjaan seperti BKK (Bursa
Kerja Khusus), sehingga pelaksanaan program dan kegiatan
sekolah dapat berjalan semaksimal mungkin”.
Pak Indra menerangkan bahwa:
“Dengan memperhatikan lingkungan eksternal maka sekolah
sangat menilai bahwa letak geografis sekolah sangat
berpengaruh pada jalannya program pendidikan di SMK Mitra
Industri MM2100 dan ini juga sebagai dasar dalam perumusan
program. Sehingga apa yang menjadikan visi dan misi sekolah
dapat terlaksana dengan baik. Adapun langkah – langkah
perencanaan program dilanjutkan dengan melakukan rapat
internal dengan menghadirkan orang-orang penting di dalamnya
saja, dari Kepala Sekolah, Ketua Yayasan, Ketua Komite,
seluruh penanggung jawab jurusan, dan seluruh wakil kepala
sekolah”.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai analisis
lingkungan internal dan eksternal maka penulis merangkum bahwa
SMK Mitra Industri MM2100 dalam merumuskan program
sekolah akan berdasarkan pada ini, dan menjadi bahan kelanjutan
pembentukan program bersama beberapa orang penting di dalam
sekolah bukan hanya Kepala Sekolah tetapi Ketua Yayasan, Ketua
Komite, Penanggung Jawab setiap jurusan dan wakil kepala
sekolah di berbagai bidang untuk menentukan program apa saja
yang bisa dijalankan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Selain itu lingkungan sosial ikut berpengaruh dalam mendorong
untuk menetapkan pemilihan strategi sehingga menjadi bahan
acuan yang akan digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
65
yaitu peran besar dunia industri untuk membangun Link and Match
antara sekolah dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).
Peneliti memperoleh temuan wawancara dari Kepala Sekolah SMK
Mitra Industri.
“Pemerintah saat ini menggiatkan bagi sekolah kejuruan untuk
membangun Link and Match, fungsi dari Link and Match ini
pada pendidikan yaitu menyiapkan hasil lulusan dari Sekolah
Kejuruan sesuai dengan permintaan industri saat ini. Sehingga
adanya Feed and back antara sekolah dan dunia industri harus
sejalan sehingga terciptanya lingkungan sosial yang saling
menguntungkan”.
Pak Indra menjelaskan bahwa :
“Secara analisis eksternal peran dari Dunia Industri sangat
berpengaruh pada pendidikan kejuruan, hal ini diketahui
bagaimana masalah besar yang selalu didapatkan di dalam
lulusan kejuruan yaitu hubungan antara sekolah kejuruan tidak
disesuaikan dengan kebutuhan industri. Atas dasar
permasalahan tersebutlah yang menjadi pertimbangan sekolah
untuk menentukan pemilihan strategi dalam peningkatan mutu
pendidikan sekolah”.
Gambar. 4.5
Pengamatan SMK Mitra Industri MM2100 atas Masalah Lulusan
SMK untuk Industri.
67
peningkatan kompetensi guru serta peningkatan mutu melalui
program hubungan masyarakat khususnya dengan industri”.
Selanjutnya Pak Indra Menambahkan:
“Dalam perumusan strategi ini menjadi hal yang sangat penting
untuk membangun peningkatan mutu pendidikan yang
disesuaikan dengan visi dan misi sekolah, Adapun yang
dilakukan sekolah yaitu Program kurikulum Link and Match
dan di dalamnya ada program kurikulum, tiga pilihan pemintaan
kelas yaitu kelas kuliah, kerja dan magang ke Jepang atau
Jerman, program pembinaan siswa, program peningkatan
keterampilan guru – guru serta peningkatan kerjasama dengan
industri yang dilakukan oleh humas”.
Dari hasil wawancara penulis, ada beberapa program unggulan
yang dijalankan sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan.
Seperti program kurikulum yang menggabungkan kurikulum
nasional dengan kurikulum industri, pembinaan siswa disesuaikan
dengan budaya industri, pemilihan program pemintaan baik dari
pemintaan kelas kuliah, kerja dan magang ke Jepang atau jerman,
peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan dan
dalam program hubungan masyarakat khususnya kepada DUDI
(Dunia Usaha dan Dunia Industri).
2. Implementasi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Setelah strategi disusun Kepala Sekolah, yang dilakukan
selanjutnya adalah melaksanakan program ke dalam tindakan.
Pelaksanaan strategi adalah wujud nyata program yang sudah
ditentukan. Ini dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan dan
pelaksanaan program sekolah. Tentu tidak selalu berjalan dengan
baik, peran yang diberikan oleh Kepala Sekolah terhadap
peningkatan mutu sekolah, dan faktor apa saja yang akan
mempengaruhi untuk peningkatan mutu tersebut. Di bawah ini
beberapa strategi Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100
dalam usaha peningkatan mutu Pendidikan yaitu:
a. Implementasi Strategi Program Kurikulum Link and Match.
Temuan ini didapat dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Temuan tersebut di antaranya:
1.) Pengaturan Program Kerja Guru
Kepala Sekolah dalam melaksanakan strategi membutuhkan
koordinasi dengan orang-orang di sekolah, terlebih guru dan
karyawan atau staf. Kecil kemungkinan Kepala Sekolah bisa
68
mengerjakan segala sesuatunya sendiri meski bagaimanapun
kompetensi, dedikasi dan loyalitasnya kepada sekolah sangat tinggi.
Untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan strategi yang sudah
dirumuskan Kepala Sekolah membutuhkan bantuan guru dan
karyawan atau staf.
Pengangkatan dan penempatan orang-orang yang tepat pada
struktur sangat memungkinkan dalam mensukseskan rumusan
perencanaan strategi dalam pelaksanaannya. Selain pembentukan
struktur juga akan mempermudah Kepala Sekolah untuk mengontrol
pelaksanaan program pada tahap evaluasi.
Struktur SMK Mitra Industri MM2100 memanfaatkan sumber
daya manusia yang ada. Struktur SMK Mitra Industri MM2100
dibentuk melalui pembentukan tim formatur terlebih dahulu, yang
tugasnya membahas kebutuhan kepengurusan, personal yang layak
menjabat, dan menyusun tugas pokok dan fungsi dari masing-
masing jabatan.
Berdasarkan hasil yang diberikan tim formatur tersebut Kepala
Sekolah membentuk struktur kepengurusan yang terdiri dari empat
manajerial, yaitu kurikulum, kesiswaan, sarana-prasarana, dan
Hubin. Kemudian beberapa guru dan karyawan diangkat oleh
Kepala Sekolah sebagai manajer HOD (Head of Department) dan
staf di masing-masing manajerial. Pemberdayaan guru dan staf
tersebut memberikan kesempatan kepada masing-masing manajer
untuk menjalankan kegiatan sesuai tugas, pokok, dan fungsi masing-
masing dengan pembinaan dan arahan dari Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah Ibu Lispiyatmini mengatakan bahwa:
“Dalam penyusunan kurikulum agar berjalan dengan maksimal
maka yang perlu pertama kali diberlakukan adalah pemberian
tugas dan tanggung jawab dari setiap tenaga pendidik dan
kependidikan sesuai dengan keahlian dan kompetensi nya. Hal ini
dimaksudkan khususnya guru – guru mampu menjalankan
kegiatan belajar mengajar dengan sesuai kurikulum nasional dan
kurikulum industri yang kami sinkronkan. Sehingga mereka dapat
membuat spp dan silabus, form penilaian dan laporan hasil
belajar dari UTS dan Ujian Semester, termasuk dokumen –
dokumen kelulusan peserta didik. Maka dengan menunjuk dan
Menyusun program kerja guru sangat diperlukan guna
menjalankan proses pembelajaran untuk peningkatan mutu
pendidikan”.
69
Pak Indra juga menambahkan penjelasan yaitu:
“Peran tugas dan tanggung jawab atas program kerja disesuaikan
dengan posisi masing – masing yang telah ditetapkan oleh Kepala
Sekolah. hal ini diterapkan agar saling berkesinambungan untuk
pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan lancar seperti
contoh HOD dari setiap jurusan memiliki peran penting untuk
menghadirkan guru tamu dari luar yaitu menganalisis kompetensi
yang memerlukan guru tamu, merencanakan jadwal guru tamu
bersama kepala bidang kurikulum dan kepala bidang hubungan
industri, membuat surat permohonan guru tamu yang diparaf
kepala bidang kurikulum dan Kepala Sekolah minimal 1 minggu
sebelum pelaksanaan”.
2.) Penerapan Kurikulum Link and Match.
Pelaksanaan kurikulum di SMK Mitra Industri MM2100
mengikuti standar nasional yang berlaku namun sekolah juga
diperbolehkan mengembangkan kurikulum sehingga SMK Mitra
Industri MM2100 dengan berbagai mitra di DUDI (Dunia Usaha dan
Dunia Industri) bersama–sama membuat bahan pengajaran
tambahan berbasis kompetensi industri. Seperti dikatakan oleh Ibu
Lispiyatmini yaitu:
“Sekolah kami berkomitmen pada tiga kompetensi yaitu
knowledge, skill, dan attitude yang dipegang di dalam DUDI
(Dunia Usaha dan Dunia Industri). Tiga hal itu menjadi pondasi
dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah ini. Sehingga pada
praktiknya proses belajar mengajar menyesuaikan kurikulum
nasional dan kurikulum dari DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri). Kurikulum industri yang berasal dari kerjasama dengan
DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri) ini dipakai dan
digunakan langsung di dalam sekolah ini. Sehingga kami sebagai
wadah yang menyerap aspirasi keinginan dari DUDI(Dunia
Usaha dan Dunia Industri) akan permintaan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang dibutuhkan. Kurikulum ini disebut dengan
Kurikulum Link and Match‖.
Disambung juga oleh Munandar selaku Wabid hubungan industri
beliau menjelaskan bahwa:
“Kurikulum sekolah kami yang memang di kolaborasi dengan
kurikulum industri yang berasal dari mitra – mitra di DUDI
(Dunia Usaha dan Dunia Industri), dalam penyusunan validasi
kurikulum melibatkan mereka. Hal inilah yang menjadikan proses
pembelajaran kami kaya akan nilai – nilai industri di dalamnya
termasuk dengan adanya PKL yang wajib diikuti oleh siswa
70
SMK. Untuk itu akan membangun budaya industri atau di dalam
sekolah, itu tujuan visi misi kami”.
Seperti dijalankan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menjelaskan mengenai revitalisasi SMK di mana
salah satunya adalah program kolaborasi antara SMK dengan
Industri. Maka salah satunya adalah SMK Mitra Industri MM2100
membangun kurikulum dengan menyatukan kurikulum nasional
dengan kurikulum dari industri.
Gambar 4.6
Kemitraan dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri)
dalam Pembuatan Kurikulum Link and Match
71
Gambar 4.7
Kompetensi industri yang dibuat Sekolah dengan DUDI (Dunia
Usaha dan Dunia Industri)
72
3.) Pelaksanaan proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran di SMK Mitra Industri MM2100
tersusun dengan baik mulai dari kelas X hingga kelas XII. Hal ini
dilakukan agar mencapai sesuai dengan visi dan misi sekolah dalam
meningkatkan mutu Pendidikan. Proses pembelajaran itu dapat
dilihat pada dokumentasi di bawah ini yaitu:
Gambar 4.9
Alur Proses Pembelajaran Masa Normal
Gambar 4. 10
Alur Proses Pembelajaran Masa Pandemi
73
“Secara keseluruhan proses pembelajaran sama saja hanya ada
proses pembelajaran di kejuruan berbeda dengan menengah
umum hal paling nampak adalah di kejuruan membutuhkan
pembelajaran praktik. Sehingga pada kelas XI diwajibkan untuk
pelaksanaan Prakerin (Praktek Kerja Industri). Sehingga apa yang
diperoleh di sekolah dapat langsung dirasakan ketika langsung di
industri. Disinilah bentuk kedisiplinan, tanggung jawab dan
keahliannya harus ditunjukkan. Selain itu ada juga teaching
factory. Teaching factory adalah proses pembelajaran di sekolah
dengan mendatangkan guru tamu yang berasal dari industri untuk
mempraktikkan proses industri secara sederhana di dalam
sekolah”.
Pak Indra juga menambahkan penjelasan yaitu :
“Dalam proses pembelajaran di sekolah ini yang berbeda adalah
adanya model pembelajaran yang disebut teaching factory,
dimana siswa akan praktik secara sederhana seolah – olah berada
di industri ketika di sekolah bersama dengan guru tamu yang
didatangkan dari industri dengan bahan baku yang juga berasal
dari industri tersebut, kemudian ketika kelas XI siswa akan terjun
langsung ke industri untuk memperoleh pembelajaran PKL
(Praktek Kerja Lapangan) atau Prakerin (Praktek Kerja Industri)”
4.) Pembagian peminatan Kelas
SMK Mitra Industri MM2100 memiliki pembagian peminatan
kelas sebagai bagian dari keunggulan sekolah tersebut. Peminatan
kelas ini bagian dari kurikulum SMK Mitra Industri MM2100 yang
disesuaikan dengan rancangan perencanaan yang dibuat sebelumnya.
Bukan hanya mereka dipisahkan dari tujuh jurusan yang ada di SMK
Mitra Industri M2100, tapi mereka juga diberikan pemilihan kembali
ke dalam tiga program peminatan kelas yaitu kerja, kuliah dan
magang di Jepang atau Jerman.
Dari tiga pilihan tersebut diberikan pembelajaran yang berbeda.
Sehingga kesiapan mereka saat sudah lulus maka terjamin kualitas
kompetensinya. Dalam hal ini turut dijelaskan oleh Kepala Sekolah
bu Ibu Lispiyatmini :
“Sekolah ini memiliki tiga program konsentrasi peminatan saat
selain jurusan yang ada hal ini kita lakukan untuk membentuk
seluruh peserta didik agar siap ketika mereka sudah terjun
langsung ke DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri). Jadi secara
keseluruhan kami benar – benar mengarahkan kelulusan yang
bukan hanya memiliki pengetahuan dan karakter yang baik
namun kesiapan mereka pada bekal yang sudah kami berikan.
74
Sehingga kami memiliki standar penilaian juga yang disesuaikan
dengan peminatan tersebut. Bahkan sekolah kami juga sudah
membuka BKK (Bursa Kerja Khusus) sebelum mereka lulus,
sehingga banyak juga setelah mereka praktek langsung diterima
bekerja oleh industri”.
Dari pengamatan peneliti, program peminatan sesuai dengan
konsentrasi yang dipilih setiap peserta didik, merupakan tanggung
jawab masing-masing untuk dilaksanakan oleh peserta didik dengan
sebaik mungkin. Hal ini karena mereka akan dituntun dan diarahkan
sesuai dengan peminatan konsentrasi yang sudah mereka pilih.
Sehingga pada praktiknya perlu diketahui oleh wali peserta didik,
dimana menjadi seseorang yang bertanggung jawab dan mendorong
penuh akan pilihan dari peserta didik itu sendiri.
Dan program ini juga sangat diterima dengan baik oleh orang tua
peserta didik. Dikarenakan mampu memberikan pengetahuan lebih
serta pengalaman yang berharga ketika mereka sudah lulus dari
sekolah tersebut.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Munandar (2 April
2021) guru SMK Mitra Industri MM2100 dan Kepala Bidang
Hubungan Industri dan Pra kerja SMK MM2100, ia mengatakan
bahwa:
“Sudah sangat dirasakan untuk peningkatan mutu sekolah jauh
lebih baik dari sebelumnya. Dengan banyaknya peserta didik-
peserta didik yang berada di sini dapat bekerja langsung di
perusahaan-perusahaan yang telah bekerja sama dengan SMK
MM2100. Dan ada juga siswa yang bekerja di luar negeri seperti
di Jepang, Jerman, dan mungkin juga masih ada di Negara luar
lainnya saya tidak tau pasti. Dan kemudian ada juga yang kuliah
juga baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini sangat
terlihat bagaimana program yang telah kita rancang bisa
diharapkan ke depannya baik dari pihak sekolah maupun dari
pihak mitra yang telah bekerjasama dengan SMK MM2100 ini”.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa SMK Mitra
Industri MM2100 mempunyai mutu yang cukup mumpuni untuk
menunjang keterampilan para siswa baik di dunia kerja baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, dan juga dapat bersaing di
perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini
dikarenakan banyaknya siswa yang telah membuktikan hal tersebut.
Dan dengan ketiga pilihan yang diberikan tersebut maka
pembelajaran yang didapat juga berbeda dan berpengaruh pada
sebaran lulusan dari SMK Mitra Industri MM2100 menjadi
75
terpetakan dengan baik setiap tahunnya. Sehingga SMK Mitra
Industri MM2100 memiliki data – data dengan rapi, lengkap dan
terbaru akan jenjang karir dari setiap alumni nya.
Lalu apa yang menjadi treatment dari proses pembelajaran kelas
dengan pemilihan peminatan masing – masing adalah sebagai
berikut, yang bersumber pada penjelasan wali kelas saat zoom
meeting secara langsung di SMK Mitra Industri MM2100 bersama
siswa kelas XI:
Tabel 4.3
Target Treatment di setiap peminatan Kelas
No Peminatan Penjelasan
Kelas
1. Peminatan a. Muatan Teori 10% dan Praktek 90%
Kerja b. Tidak ada tatap muka di kelas, siswa full PKL (Praktek
Kerja Lapangan)
c. Pembelajaran di sekolah dipersiapkan antara lain: PBB,
Soft Skill dan produktif, K3
d. Tidak ada penilaian UTS
e. Nilai rapor diambil dari hasil presentasi laporan, nilai
karakter dari industri dan penugasan aplikatif.
2. Peminatan a. Lama PKL (Praktek Kerja Lapangan) 6 bulan
Kuliah b. Penilaian harian, UTS, UAS normal
c. Pembelajaran normal (I know, I can, I do)
d. Membahas kisi – kisi SBMPTN
e. Kelas khusus kuliah sesuai peminatan jurusan produktif.
3. Peminatan ke a. Lama PKL (Praktek Kerja Lapangan) 6 bulan
Jepang b. Nilai rapor diambil dari project mata pelajaran, penilaian
aplikatif di industri sesuai karakter mata pelajaran dan
nilai karakter dari industri
c. Pembelajaran di sekolah dipersiapkan untuk penajaman
penguasaan Bahasa Jepang
d. Target siswa lulus minimal N5
4. Peminatan ke a. Lama PKL (Praktek Kerja Lapangan) 6 bulan
Jerman b. Nilai rapor diambil dari project mata pelajaran, penilaian
aplikatif di industri dan nilai karakter dari industri
c. Pembelajaran di sekolah dipersiapkan untuk penajaman
penguasaan Bahasa Jerman
d. Target siswa lulus minimal B1
Dari program peminatan kelas yang diberikan dari SMK Mitra
Industri MM2100 ini menjadikan hal yang berbeda dari SMK swasta
lainnya. Kepala Sekolah telah menjalankan pembagian dari
76
treatment berbeda sebagai standar penilaian peserta didik dalam
menempuh pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100.
Jika dilihat dari tabel diatas bahwa tiga peminatan kelas yang
dilaksanakan memiliki pola pembelajaran yang berbeda dan
penilaian hasil belajar yang berbeda sesuai dengan setiap peminatan
yang dipilih. Hal inilah yang menjadi bagian yang dibutuhkan oleh
sekolah untuk menjalankan peningkatan mutu pendidikan dengan
melakukan pelaksanaan pembagian tiga peminatan. Sehingga
sekolah mampu mengidentifikasi kesiapan belajar anak dan
memperolah hasil output yang sesuai dengan permintaan Industri.
Kemudian dari hasil observasi yang pernah dilakukan peneliti
diketahui bahwa dalam pelaksanaan tiga peminatan tersebut berjalan
dengan sesuai visi dan misi yang bertujuan untuk menghasilkan
output yang dapat diserap oleh industri dan disesuaikan dengan
permintaan industri.
b. Strategi Program kesiswaan
Temuan penelitian mengenai program kesiswaan didapatkan
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun Data hasil
temuan penelitian untuk program Kesiswaan SMK Mitra Industri
MM2100 yang dilakukan hal pertama dari proses penerimaan siswa
baru dengan beberapa tes yang harus dilalui, kemudian pembinaan
tata tertib ketika sudah menjadi peserta didik SMK Mitra Industri
MM2100, pengenalan OSIS, dan terakhir adalah pemilihan kegiatan
ekstrakulikuler yang menjadi wajib bagi peserta didik di jam luar
sekolah dan pembinaan Pra kerjaan . Seperti yang diutarakan oleh
Kepala Sekolah, Bu Ibu Lispiyatmini yaitu:
“Dalam program kesiswaan, kami selalu mengkontrol anak mulai
dari mereka calon peserta didik kami. Kami memberlakukan
beberapa tahap pencarian bibit unggul dari anak – anak calon
peserta didik yang mau benar – benar serius belajar, membangun
kepribadian baik serta merubah masa depan mereka. Setelah itu
mereka – mereka yang diterima juga memperoleh pembinaan
kembali di dalam sekolah dengan aturan – aturan yang harus
dipatuhi dengan konsekuensi adanya hukuman juga jika
melanggar, kemudian bagaimana peran OSIS sekolah serta
penyelenggaraan ekstrakulikuler untuk membangun keahlian
lebih di luar mata pelajaran sekolah”.
1.) Penerimaan Peserta Didik Baru
Untuk Penerimaan Peserta Didik Baru SMK Mitra Industri
MM2100 dapat dilakukan dengan pendaftaran online atau offline.
Adapun tes seleksi yang diberlakukan dengan dua tahap. Tahap
77
pertama dilakukan dengan tes tertulis dan tes fisik kemudian
tahap kedua tes kesehatan dan tes interview. Setelah itu baru akan
menerima hasil tes seleksi melalui website resmi dari SMK Mitra
Industri MM2100.
Ibu Lispiyatmini menjelaskan bahwa:
“Dalam penerimaan peserta didik baru merupakan langkah
awal kami dalam memperoleh peserta didik yang memiliki
calon terbaik dan sama – sama ingin sukses dan maju ke
depannya bukan hanya sehat fisik, Kesehatan namun kemauan
tinggi untuk menggapai cita – cita masa depan. Pada
penerimaan peserta didik baru inilah salah satu bagian dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Adapun tahapan tes seleksi
yang diberlakukan guna mencari bibit unggul yang siap untuk
bersama – sama membangun dan saling membesarkan. Karena
kami juga men yakini, bahwa kami bukan apa- apa tanpa
kepercayaan mereka khususnya orang tua peserta didik yang
bersedia anak – anaknya menuntut ilmu di sekolah ini. Melalui
beberapa tahapan tes dimulai dari tertulis untuk melihat sejauh
mana kemampuan akademis, tes fisik melihat kemampuan
kebugaran tubuhnya dalam beraktivitas yang bekerjasama
dengan TNI, lalu dilanjutkan dengan tes kesehatan
bekerjasama dengan klinik Kesehatan untuk melihat secara
menyeluruh kesehatannya dan terakhir adalah tes wawancara
di mana peserta didik akan saya wawancara langsung satu
persatu untuk lebih jauh mengenal setiap calon peserta didik”.
Dengan penerimaan Peserta Didik Baru menjadi bagian
terpenting bagi SMK Mitra Industri MM2100 untuk
mempresentasikan serta mempromosikan bahwa Sekolah ini
merupakan Sekolah Kejuruan yang unggul dengan berbagai
prestasi selain itu menjamin dalam penyerapan kelulusan besar
diterima di beberapa DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri).
Kemudian juga ditambahkan penjelasan dari Waka Kurikulum
dalam Penerimaan Peserta Didik Baru, SMK Mitra Industri
MM2100 juga memiliki cara lain dalam promosinya. Seperti
pernyataan Pak Indra yaitu:
“Setiap PPDB sekolah tidak hanya memberikan brosur – brosur
di sekitar sekolah, atau dengan menggunakan media sosial tetapi
kami juga membuat perlombaan bagi SMP – SMP lain untuk
ikut terlibat di dalam pembukaan PPDB yang dapat didaftarkan
secara gratis dengan program COMIC (Competition of Mitra
Industri Creativity) dan dengan hadiah – hadiah yang sangat
menarik. Dengan acara ini diharapkan menjadi sebuah daya
78
tarik yang sangat berbeda, serta menumbuhkan kepercayaan
bagi seluruh calon peserta didik untuk ikut terlibat aktif dalam
ajang perlombaan yang diselenggarakan sekolah”.
2.) Pengenalan Tata Tertib
Membangun budaya kerja diawali dari pengenalan tata tertib di
SMK Mitra Industri MM2100 diberlakukan secara sosialisasi baik
terhadap peserta didik secara langsung maupun dengan orang tua
peserta didik. Hal ini bertujuan agar sama – sama membangun
kedisiplinan peserta didik di dalam lingkungan sekolah. Kemudian
selain itu diberikan buku modul yang isinya memuat tata tertib
yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh peserta didik. Dan di
sekolah ini juga menggunakan perhitungan point terhadap jenis
pelanggaran dan juga memberikan apresiasi terhadap peserta didik
yang mampu menjaga sikap dan mengikuti tata tertib serta mampu
membawa nama baik sekolah dalam ajang perlombaan.
Ibu Lispiyatmini juga menjelaskan bahwa
“Untuk membangun kedisiplinan di dalam sekolah erat
kaitannya dengan memberikan pembelajaran soft skill bagi
peserta didik. Sehingga aturan – aturan yang berlaku tertulis
lengkap dalam modul yang diberikan oleh peserta didik saat
mereka baru diterima di sekolah ini. Mulai dari aturan seragam
yang dipakai setiap hari, penerapan 5 nilai utama, budaya go
green, budaya industri, SOP, dan sanksi pelanggaran yang
berupa point dan selain itu bentuk apresiasi terhadap peserta
didik yang memenuhi kriteria”.
Kemudian diperjelas pula oleh Pak Indra, selaku waka
kurikulum.
“Dalam pembinaan siswa di sekolah ini sangat tegas. Hal itu
dikarenakan dalam pembentukan karakter siswa menjadi
penilaian tertinggi dari yang lain sehingga ada penilaian dalam
bentuk point. Sehingga secara tidak langsung mengajarkan soft
skill kepada mereka menjadi pribadi yang mandiri dan disiplin
itu suatu hal keharusan. Salah satunya seperti dalam tata tertib
berpakaian yang baik dan rapi sesuai seragam kejuruan,
menjalankan 5 S, menjalankan 5 Nilai utama Sekolah dan
menjaga nama baik sekolah”.
Kemudian juga ditemukan bentuk point tata tertib yang
diberlakukan di sekolah yang diabadikan dalam dokumentasi di
bagian lampiran. Sehingga diketahui berjalannya proses
pembelajaran di SMK Mitra Industri ini sangat erat sesuai dengan
tiga kompetensi yang dipegang, khususnya kompetensi penilaian
79
sikap berdasarkan 5 nilai sekolah yang sangat diperhatikan karena
akan berpengaruh pada budaya kerja.
3.) Pembinaan Praktek kerja industri
Hasil temuan yang didapat peneliti mengenai pembinaan
praktek kerja industri secara wawancara dengan Kepala Sekolah
yaitu:
“Praktek kerja industri merupakan hal pembelajaran yang wajib
dilakukan di sekolah kejuruan, hal ini merupakan bentuk
pembelajaran secara langsung di lapangan industri dalam
beberapa waktu yang diperuntukkan untuk memberikan
pengalaman dan pelatihan atas ilmu – ilmu yang didapat di
sekolah untuk dipraktekkan di lapangan”.
Ditambahkan penjelasan dari Pak Munandar, Kabid Hubin
yaitu:
“Pada pelaksanaan praktek kerja industri yang perlu dilakukan
memberikan pembinaan untuk siswa – siswa kelas XI. Dan itu
pun dilakukan dengan beberapa tahap yang harus dilalui dan
perlu diketahui oleh seluruh siswa. Mulai dari seleksi atas
permintaan industri yang diinginkan kemudian, penjelasan
mengenai dasar industri tersebut, pembagian tugas, lama
praktek kerja industri dan lain – lain”.
Gambar. 4. 11
Diagram alur proses Prakerin (Praktek Kerja Industri) atau PKL
(Praktek Kerja Lapangan)
80
Gambar. 4.12
Contoh Surat Pernyataan Kesiapan Mengikuti Prakerin (Praktek
Kerja Industri) Ditandatangani Peserta Didik dan Orang Tua
81
kerja sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yaitu sebagai
pusat pendidikan dan pengembangan yang mencetak siswa
sesuai dengan kebutuhan industri dan berjiwa wirausaha.
Misinya yaitu membuat tim kerja yang mengedapankan 5 Nilai
dan 6 S, menjadi wadah inovasi dan kreasi siswa yang linier
dengan kebutuhan industri, mendorong terciptanya
wirausahawan sekolah yang mampu bersaing pada masa kini”.
Gambar 4.13
Struktur Organisasi OSIS Tahun 2020
5.) Ekstrakulikuler
Untuk pengembangan proses ekstrakurikuler ini bertujuan
untuk memfasilitasi pendidikan lebih diluar jam sekolah dengan
meningkatkan bakat dan minat peserta didik.
Adapun penjelasannya menurut Ibu Lispayatmini yaitu :
“Untuk membentuk seluruh siswa di luar akademisi, kami juga
memiliki ekstrakulikuler yang wajib diikuti. Hal ini juga
mendorong minat dan bakat mereka, sehingga membantu
dalam peningkatan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
Ada 18 jenis ekstrakulikuler yang bisa dipilih oleh setiap siswa
dan dilaksanakan setiap hari Sabtu dimulai pukul 07.00 –
18.00 di sekolah”.
Dari paparan Kepala Sekolah juga dikuatkan dengan beberapa
dokumentasi ekstrakulikuler SMK Mitra Industri MM2100 yaitu:
82
Gambar. 4.14
Berbagai jenis ekstrakulikuler
84
Untuk hubungan Kepala Sekolah dengan orangtua murid, sekolah
melakukan program segitiga emas komunikasi. Dari konsep itu,
diperoleh solusi tepat bukan hanya bagi sekolah, tapi bagi seluruh
peserta didik dan wali peserta didik yang merasakan langsung hasil
kerjasama tersebut. Untuk itu terangkum dalam beberapa syarat
yang menjadi guru ideal, peserta didik ideal dan orangtua ideal yang
juga dijelaskan di dalam dokumentasi.
Pak Indra Menjelaskan lebih lanjut bahwa
87
Gambar 4.17
Piagam Kerjasama MOU (Memorandum of Understanding)
dengan SMK Catur Global Bekasi
90
dari sekolah masing-masing termasuk di SMK Mitra Industri
MM2100.
Hasil temuannya adalah Kepala Sekolah menyupervisi program
sekolah, waktu evaluasi yang teratur, atas proses pembelajaran dan
hasil lulusan. Seperti Ibu Lispiyatmini dalam kesempatannya
mengutarakan bahwa:
“Evaluasi merupakan tahapan penting yang wajib dilakukan oleh
sekolah untuk terus berkembang dalam memberikan pelayanan
pendidikan yang berkualitas dan bermutu, sehingga bukan hanya
saya sebagai Kepala Sekolah mengarahkan dan mengawasi tugas
dan tanggung jawab guru – guru dan staf – staf di sekolah, namun
bagaimana menjalin komunikasi terhadap orangtua peserta didik
dan mitra DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri). Seluruh aspek
yang tergabung dalam pembentukan Pendidikan dan penguatan
karakter seluruh peserta didik perlu disatukan visi dan misi itu.
Sehingga apapun hambatan dan kendala di dalamnya bisa sama –
sama dicari solusi ke depannya. Terlebih lagi saat ini metode
pembelajaran berbasis PJJ sesuai dengan kondisi yang sedang
terjadi saat ini wabah Covid-19. Sehingga menjadi tantangan
kami untuk merubah beberapa proses pembelajaran serta
melakukan evaluasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia
industri”.
a. Penerapan evaluasi supervisi dari program sekolah
Kepala Sekolah menjalankan evaluasi supervisi secara berkala
pada setiap program sekolah, baik program kurikulum Link and
Match, Pembinaan Siswa, Humas dan Peningkatan kualitas
Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
Peneliti diajak untuk berkeliling oleh Kabid Kurikulum untuk
mengamati penerapan evaluasi yang biasa dilakukan Kepala
Sekolah. Di ruang guru-guru, ada kehadiran guru (presensi),
kinerja guru, prestasi dan perkembangan siswa, catatan setiap
kelas yakni tes harian, mingguan, bulanan hingga semesteran,
silabus dan RPP guru. Tersusun rapi dan hal itu menjadi bagian
penerapan evaluasi.
Kemudian Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100
melakukan pengawasan langsung baik dengan jajaran wakil
kepala bidang masing – masing atau ketua koordinator setiap
jurusan yang mewakili. Seperti pernyataan Ibu Lispiyatmini yaitu
“Saya dalam tugas mengawasi program – program sekolah
sangat berterima kasih kepada tim – tim yang saling
bekerjasama dengan baik. Meskipun waktu saya tidak dapat
91
seharian berada di sekolah tetapi saya dapat mengawasi
melalui komunikasi baik dengan wakabid serta ketua
koordinator setiap jurusan, guru – guru kelas yang terus
melaporkan perkembangan seluruh peserta didik di sekolah
kami. Selain itu anak – anak yang sedang magang di industri
juga saya pantau melalui guru penanggung jawabnya atau dari
mitra – mitra DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) kami.
Sehingga dari tugas saya diluar, saya juga masih memiliki
tanggung jawab lebih untuk memantau dari jarak jauh.
Pertama kali dalam melakukan evaluasi kami memetakan
permasalahan yang terjadi dimana tugas dari koordinator
setiap bidang dan perwakilan jurusan telah memiliki
penilaiannya sendiri. Yang kemudian kami melakukan rapat
internal Bersama semua guru. Jika yang berkaitan dengan
tingkah laku siswa ketika berada di sekolah atau di tempat
Prakerin (Praktek Kerja Industri) kami akan langsung
menghadirkan orangtua siswa bersangkutan tetapi jika
berkenaan dengan pelayanan program yang ada di sekolah
kami akan memberikan angket kepada setiap orang tua dan
setiap siswa”.
Pernyataan Kepala Sekolah di atas diperkuat oleh Indra
(2021), bahwa ia mengatakan:
“Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melakukan supervisi
dari program unggulan yang berkaitan mulai dari kurikulum,
kesiswaan, ekstrakulikuler, dan termasuk peningkatan
kompetensi guru – guru, serta menghasilkan output yang
terbaik. Pelaksanaan evaluasi ini melibatkan Stakeholders di
dalamnya yang memiliki pengaruh besar dalam proses belajar
mengajar. Karena saat mengevaluasi tidak hanya
membutuhkan satu atau dua orang saja. Melainkan beberapa
golongan untuk dapat melihat dari semua sudut sisi yang akan
harus dievaluasi nantinya. Sehingga diperlukan oleh Kepala
Sekolah untuk menilai apakah program sekolah berjalan
dengan baik atau tidak. Prosesnya akan dimulai dari evaluasi
secara internal disitu ada guru – guru, walas, HOD setiap
jurusan, Kabid dan termasuk Ketua Yayasan. Lalu jika
evaluasi secara eksternal disitu Kepala Sekolah dapat
melaksanakan evaluasi bersama orangtua siswa atau dengan
pihak industri yang menyangkut Prakerin (Praktek Kerja
Industri) siswa atau perpanjangan atau perubahan MOU
(Memorandum of Understanding)”.
92
Tabel 4.4
Contoh Penilaian untuk Evaluasi Setiap Supervisi yang Menjadi
Laporan ke Kepala Sekolah
94
Tabel. 4.6
Contoh bentuk evaluasi dengan laporan penilaian point untuk tata
tertib baik peserta didik maupun guru.
96
Gambar. 4.19
Contoh proses dan persyaratan penilaian hasil pembelajaran
setiap peserta didik
97
4. Hambatan dan Solusi SMK Mitra Industri MM2100
a. Hambatan di SMK Mitra Industri MM2100.
Hambatan umum yang sering dialami yaitu Pertama,
kesadaran akan menjaga tata tertib yang merupakan bagian dari
bobot penilaian kompetensi pendidikan utama di SMK Mitra
Industri MM2100. Sehingga Kepala Sekolah sebagai pemimpin
bersikap tegas atas aturan yang dibuat dan harus dipatuhi bukan
hanya peserta didik namun seluruh tenaga pendidik dan
kependidikan yang berada di Sekolah. Seperti yang ditemukan
peneliti dalam wawancara dengan Kepala Sekolah dan Kabid
Kurikulum.
98
Gambar 4.20
Diagram Data Mutasi 2012 - 2020
Tabel 4.8
Tabel Lulusan 2019 -2020
100
Gambar. 4.21
Contoh form tertulis bentuk pelanggaran peserta didik
dan pemanggilan BK (Bimbingan Konseling)
Gambar 4.22
Contoh gambaran kunci kesuksesan yang dipegang oleh SMK
Mitra Industri MM2100
102
diperpanjang sesuai permintaan industri. Dokumentasi mengenai
LPK Horenso Indonesia ada di bagian lampiran.
103
Wakabid Kurikulum, Pak Indra menjelaskan
“Jika dari awal sebagai peserta didik di SMK Mitra Industri
sudah dikelompokkan dalam peminatan seperti kerja, kuliah
dan magang ke Jepang atau Jerman. Maka dari sejak saat itu
juga mereka diberikan treatment dan kebutuhan yang
berbeda sehingga saat mereka telah lulus pun sudah memiliki
bekal yang lebih berkualitas sesuai dengan peminatan yang
telah dipilihnya dari awal”.
Gambar 4.23
Diagram Sebaran Lulusan tahun 2015 – 2020
104
Tabel 4.9
Jumlah Lulusan 2019-2020 berdasarkan peminatan kelas
106
Sekolah adalah Letak geografis sekolah yang sangat
menguntungkan bagi kemajuan Sekolah kemudian
penilaian akan keresahan Industri terhadap sumber
daya manusia yang kurang terampil dan minim
kesadaran akan tanggung jawab pekerjaan dan
kedisiplinan.
d. Dari hasil tersebut Kepala Sekolah melakukan
koordinasi dengan stakeholders untuk merumuskan
program – program atau kegiatan sekolah.
e. Strategi yang dipilih SMK Mitra Industri MM2100
adalah melalui strategi peminatan strategi program
kurikulum Link and Match, strategi program
kesiswaan, strategi program humas, strategi
peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan.
2. Pelaksanaan a. Kepala Sekolah melakukan rapat koordinasi dengan
Kepala Sekolah memilih koordinasi penanggung jawab setiap
Dalam program kegiatan.
Meningkatkan b. Program kegiatan setelah dirumuskan akan
Mutu disosialisasikan oleh seluruh pihak terkait termasuk
Pendidikan di dengan orang tua peserta didik.
SMK Mitra c. Program Kurikulum Link and Match memfokuskan
Industri pada pengaturan program kerja guru, penerapan
MM2100 kurikulum Link and Match, Pelaksanaan proses
pembelajaran, pembagian peminatan tiga kelas yaitu
peminatan kerja, peminatan kuliah dan peminatan
magang ke Jepang atau Jerman.
d. Program Kesiswaan ini bertujuan membentuk peserta
didik lebih dari bidang akademik dan non akademik.
Salah satunya mendorong pembentukan karakter yang
lebih baik. Yaitu berawal dari Proses seleksi PPDB,
kemudian pengenalan OSIS, Pengenalan tata tertib,
serta meningkatkan kualitas bakat dan keterampilan
peserta didik melalui ekstrakulikuler serta pembinaan
Prakerin (Praktek Kerja Industri) atau PKL (Praktek
Kerja Lapangan).
e. Program Humas ini erat dalam kerjasama dengan
sekolah lain, DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri)
serta Orang tua peserta didik.
f. Strategi program peningkatan kualitas tenaga pendidik
dan kependidikan ini adalah dengan meningkatkan
kompetensi mereka dengan berbagai kegiatan baik itu
Seminar, workshop, magang di Industri, FGD dengan
DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri), melakukan
107
penyegaran serta pelaksanaan APAR untuk
memberikan edukasi keamanan dan keselamatan.
3 Evaluasi Kepala a. Melaksanakan supervisi Program Sekolah
Sekolah dalam b. Bentuk evaluasi dengan menggunakan instrumen yang
meningkatkan ada dan waktun melakukan evaluasi secara rutin baik
mutu harian, bulanan, semesteran atau tahunan.
Pendidikan di c. Evaluasi Hasil Pembelajaran dari setiap peserta didik.
SMK MM2100
4. Hambatan dan a. Hambatan akan kesadaran menjaga tata tertib serta
Solusi SMK membangun budaya kerja di sekolah yang masih
Mitra Industri kurang
MM2100 b. Hambatan kemampuan bahasa Jepang pada peserta
didik peminatan kelas magang ke Jepang
c. Upaya Kepala Sekolah untuk meminimalisir
pelanggaran itu dengan penerapan point akan tata tertib
berdasarkan lima nilai utama, dan mengadakan
rutinitas webinar softskill dengan mengundang guru
tamu.
d. Mengajak dan mendorong peserta didik peminatan
kelas magang ke Jepang ikut menjadi peserta di LPK
(Lembaga Pelatihan Khusus) Horenso Indonesia yang
dimiliki Yayasan guna meningkatkan kemampuan
bahasa Jepang termasuk kesiapan bekerja di sana.
e. Keberhasilan Kepala Sekolah dalam menghasilkan
lulusan yang unggul dan diserap industri 100% di
Kelas Peminatan Kerja.
109
misi ini juga diperlukan adanya analisis lingkungan internal dan
eksternal yang diperuntukkan dalam mengolah perencanaan strategi
yang terbaik. Sebagai organisasi pelayanan publik di bidang
pendidikan, sekolah juga sangat memerlukan analisis ini. Jadi sudah
menjadi keniscayaan bagi sebuah lembaga publik bersinggungan
dengan banyak pihak, baik di lingkungan internal maupun eksternal
sekolah. Lingkungan internal meliputi: Kepala Sekolah, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan sumber daya
manusia yang dimiliki. Sedangkan lingkungan eksternal adalah
orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah, dan instansi atau
lembaga yang lain.
Jika menurut David Hunger dan Thomas Wheelen (2003: 11 –
12) menjelaskan bagian dari lingkungan internal merupakan bagian
aset dari dalam organisasi itu sendiri. Sedangan bagian dari
lingkungan eksternal merupakan bagian dari luar yang membawa
pengaruh besar untuk dalam lingkungan organisasi. Berikut adalah
analisis yang dilakukan oleh Ibu Lispiyatmini sejak diangkat
menjadi kepala SMK Mitra Industri MM2100 di tahun 2011 hingga
saat ini.
a. Analisis Internal
Adapun yang dilakukan Kepala Sekolah mengawali analisisnya
dengan cara mempelajari unsur dari bagian lingkungan internal yang
menjadi alat kesuksesan dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu
dimulai dari segi kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Mitra
Industri MM2100. Jika diperhatikan biografi dari Kepala Sekolah
Mitra Industri MM2100 telah diketahui bahwa beliau memiliki
pengalaman dan keahlian lebih dalam menilai suatu industri. Ibu
Lispiyatmini, S.Pd telah menjadi kepala sekolah sejak awal
berdirinya sekolah hingga saat ini. Beliau bertugas sebagai
pemimpin sekolah di SMK Mitra Industri MM2100 selain itu
sebelum menjadi kepala sekolah di SMK Mitra Industri MM2100
diluar sekolah beliau bertugas menjadi seorang Head of Master dan
General Manager.Selain itu Kepala Sekolah juga memperhatikan
aset lainnya seperti para tenaga pendidik dan kependidikan yang
kompeten di bidangnya, memiliki sarana dan prasarana yang
memadai dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap kejuruan. Maka
di Pembangunan gedung SMK Mitra Industri MM2100 masih terus
berjalan. Ini merupakan proses pengembangan sarana prasarana
yang harus dilakukan mengingat jumlah peserta didik yang terus
bertambah tiap tahunnya.
Strategi dalam mengelola sumber daya manusia yang
berkompeten dan berkualitas merupakan bentuk dari upaya
110
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah baik dari awal perekrutan
hingga meningkatkan kompetensi keahlian sumber daya manusia
secara maksimal (Yasin, 2011:9).
Dilihat dari sumber daya manusia, saat ini SMK Mitra Industri
MM2100 memiliki 1 Kepala Sekolah, 80 tenaga pendidik dan 6
tenaga kependidikan. Dimana kesemuanya itu mempunyai gelar
sarjana atau sudah S1 yang sesuai dengan bidang masing-masing
yang di ampuh. Artinya SMK Mitra Industri MM2100 sudah dapat
memenuhi kebutuhan guru, yang merupakan standar minimal
pendidik bagi Sekolah Kejuruan yaitu minimal S1. Salah satu faktor
kemajuan sebuah sekolah adalah kualitas sumber daya manusianya
di dalam. Selain itu sekolah memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, kurikulum yang diselaraskan dengan DUDI(Dunia Usaha
dan Dunia Industri), serta budaya sekolah dengan mengadopsi
budaya horenso dimana yang membawa lingkungan industri di
dalam sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah dan telah
memiliki 7 jenis jurusan terbaik.
Jika melihat dari lingkungan internal SMK Mitra Indutri
MM2100 telah memenuhi syarat dalam pelaksanan strategi
perencanaan. Kepala Sekolah pun telah bertindak sesuai perannya
sebagai manajerial mengelola perencanaan sebaik mungkin guna
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Menjamin input yang
berasal dari internal sekolah menjadi bagian yang berpengaruh
dalam penentuan program sekolah.
b. Analisis Eksternal
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 sangat menyadari
bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan terlepas dari
lingkungan yang berada di luar juga, bukan hanya dari unsur internal
sekolah tetapi juga dari unsur eksternal sekolah. Eksternal sekolah
adalah elemen-elemen di luar sekolah yang sangat mempengaruhi
perkembangan sekolah, sekaligus terkena dampak dari keberadaan
sekolah. Salah satu yang nampak adalah letak strategis dari sekolah
yang berada di tengah – tengah kawasan industri MM2100 Cikarang
di kelilingi berbagai jenis industri di dalamnya. Dari faktor luar
seperti ini menjadi salah satu keungtungan besar bagi SMK Mitra
Industri MM2100 dalam membentuk mutu pendidikan yang dapat
menjalankan Link and Match dengan baik bersama DUDI (Dunia
Usaha dan Dunia Industri). Sehingga dari faktor eksternal ini
menjadi bagian yg sangat berpengaruh untuk menyusun langkah
strategi selanjutnya oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan proses
perencanaan yang lebih matang. Kemudian selain itu yang menjadi
faktor analisis lingkungan eksternal sekolah adalah bentuk
111
kepercayaan sekolah yang berasal dari DUDI (Dunia Usaha dan
Dunia Industri) bahwa industri tidak memperoleh sumber daya
manusia dari lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang
sesuai dengan kompetensi yang berada di industri. Seperti temuan
yang didapatkan peneliti. Atas dasar masukan dari DUDI (Dunia
Usaha dan Dunia Industri) tersebut merupakan bagian dari unsur
eksternal yang harus dijadikan salah satu perencanaan SMK Mitra
Industri MM2100 dalam membentuk program – program strategi di
sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan.
Melalui Kepala Sekolah yang berpengalaman dalam industri
maka tidak menjadi kesulitan bagi sekolah memiliki kerjasama baik
dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri). Secara analisis
lingkungan eksternal dua hal tersebut dijadikan bahan kuat atas
pembuatan kebijakan di sekolah untuk membentuk langkah
pemilihan strategi bagi kemajuan mutu pendidikan di SMK Mitra
Industri MM2100.
Kepala Sekolah telah bertindak sesuai perannya dalam
menentukan arah sekolah yang tepat dalam proses perencanaannya
melalui analisis internal dan analisis eksternal. Hal inilah yang
menjadikan sekolah untuk membangun budaya industri di dalam
sekolah serta menjalankan penerapan kurikulum Link and Match
yang baik dengan industri.
Sesuai dengan Terry (1992:17) konsep perencanaan strategi harus
memenuhi 4 kriteria yaitu pemahaman akan visi, misi dan tujuan,
pemahaman akan tuntutan lingkungan eksternal, pemahaman akan
sumber dari internal organisasi serta terakhir penguasaan
manajemen.
Dari hal diatas Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100
melaksanakan proses perencanaan dengan baik mulai dari
memahami visi misi, tujuan serta lima nilai sekolah yang harus
dipegang, mengetahui apa yang menjadi tuntutan dari lingkungan
eksternal dimana disesuaikan dengan permintaan DUDI (Dunia
Usaha dan Industri) untuk memperolah hasil lulusan SMK yang
berkompeten, serta mengetahui apa yang menjadi sumber kekuatan
dari internal mulai dari kepemimpinan kepala sekolah yang
berpengalaman di industri, kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan yang disesuaikan dengan jurusan dan sarana dan
prasarana yang memadai serta kepala sekolah yang mampu
menjalankan perannya dengan baik sebagai pemimpin sekolah untuk
mencari dan menentukan strategi pengelolaan pendidikan yan tepat
melalui arah kebijakan sekolah dengan program – program sekolah
yang akan dilaksanakan.
112
Dari hasil kedua analisis tersebut di atas, kepala sekolah
melakukan penyusunan strategi yang akan digunakan dalam
pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan yang dituangkan
ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMK
Mitra Industri MM2100. Yang dimana merupakan bagian dari
implementasi strategi sekolah agar dapat dijalankan dengan sebaik
mungkin melalui penetapan penanggung jawab koordinator program
terlebih dahulu melalui rapat bersama.
Dalam perumusan strategi merupakan hasil dari kebijakan kepala
sekolah mengambil keputusan yang dianggap tepat untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin di
sekolah, kepala sekolah menjadi seseorang yang harus menjadi ahli
strategi yang siap dan berani dalam keputusan yang dibuat bersama
dengan Stakeholders di sekolah.
Strategists differ as much as organizations do, and these
differences must be considered in the formulation, implementation,
and evaluation of strategies. Strategists differ in their attitudes,
values, ethics, willingness to take risks, concern for social
responsibility, concern for profitability, concern for short-run versus
long-run aims, and management style—some will not even consider
various types of strategies because of their personal philosophies. (
Fred 1997 : 8)
Peran kepala sekolah SMK Mitra Industri MM2100 di dalam
memberikan mutu pendidikan yang baik merupakan tugas yang
tidak mudah. Butuh usaha ekstra dan stategi untuk menghasilkan
ide, gagasan bersama stakeholders dengan menjalin kerjasama baik
dan komunikasi baik. Maka pengambilan keputusan terhadap
kebijakan program yang ada di sekolah, merupakan sesuatu hal yang
sudah matang dalam perencanaan strategi guna mengarahkan dan
menjalankan visi dan misi yang sesuai dengan lima nilai utama
sekolah.
Leadership and strategy are vital for the principal who faces the
challenges of the future. The task of professional principals as
leaders and strategists in creating better and excellent schools never
ends. The words of an Arabic poet are perhaps appropriate here:
"I'm here to watch the new day dawn and not to see it end". (R.J
Botha, 2004 : 242)
Bentuk kepemimpinan dan profesional kepala sekolah SMK
Mitra Industri MM2100 juga sangat diperlukan agar dapat diketahui
bagaimana peran kepala sekolah mampu menghadapi tantangan ke
depan untuk membentuk perencanaan strategi peningkatan mutu
113
pendidikan sehingga dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab terhadap keputusan yang sudah diambil. Adapun perencanaan
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 dalam menyusun
program sekolah untuk mutu pendidikan adalah dengan melakukan
rapat intern yang dihadiri seluruh stakeholders penting baik dari
ketua yayasan, ketua komite dan seluruh kabid (Kepala Bidang)
serta ketua koordinasi jurusan untuk membahas program yang akan
dilaksanakan. Lalu mensosialiasasikan ke seluruh tenaga pendidik
dan kependidikan, setelah itu dilakukan perumusan sasaran sekolah
yang ingin menghasilkan lulusan SMK Mitra Industri yang
kompeten, terlatih, dan siap kerja yang mengacu pada visi, misi
tujuan dan lima nilai utama di sekolah. Kemudian melakukan
analisis lingkungan internal dan eksternal, baru setelah itu
melakukan penyusunan rencana pelaksanaan strategi peningkatan
mutu dengan sasaran hasil lulusan SMK Mitra Industri MM2100
memang disesuaikan dengan permintaan industri sehingga dapat
diserap 100% di industri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soetopo (2009:45) Perencanaan
untuk menyusun program tersebut diantaranya: (1)
mensosialisasikan konsep program penajamin mutu kepada seluruh
warga sekolah, Kepala Sekolah bersama dengan staf dan seluruh
guru dan karyawan bersama-sama untuk membahas program yang
akan dilaksanakan, (2) melakukan analisis sasaran, (3) merumuskan
sasaran didasarkan pada visi, misi, dan tujuan sekolah, dilakukan
kepala Kepala Sekolah bersama guru dengan membuat konsep
pelaksanaan program yang mengacu pada visi, misi, serta tujuan
sekolah, beserta pembagian tugas dan tanggungjawabnya kepada
masing-masing guru yang ditunjuk sebagai koordinator, (4)
melakukan analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threat),
(5) menyusun rencana peningkatan mutu, dan (6) merumuskan
sasaran mutu baru.
Adapun pemilihan strategi tepat yang dilakukan Kepala Sekolah
SMK Mitra Industri MM2100 yaitu strategi program kurikulum Link
and Match, strategi program kesiswaan, strategi program hubungan
masyarakat, dan strategi program peningkatan kualitas tenaga
pendidik dan kependidikan.
Sesuai dengan perencanaan ini, Kepala Sekolah SMK Mitra
Industri telah melakukan analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal yang bertujuan peningkatan mutu pendidikan
kejujuran dengan menghasilkan lulusan kejuruan yang sesuai dengan
permintaan industri, maka dirumuskan pemilihan strategi atau
langkah yang tepat dan akurat agar dapat diimplementasikan dengan
114
serius dalam tindakan. Hal ini juga disesuaikan dengan kemampuan
manajerial kepala sekolah untuk menyusun dan merumuskan
Langkah perencanaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
SMK Mitra Industri MM2100.
117
Langkah ini dilakukan melalui strategi program kesiswaan. 1.)
Dimulai dari masa calon peserta didik, dimana peserta yang telah
terdaftar menjadi calon siswa baru diberikan kesempatan untuk
mengikuti berbagai jenis perlombaan bakat, kemudian ada tes fisik
dan kebugaran bersama TNI AD, mensosialisasikan dan menerapkan
tata tertib sekolah dimana dalam hal penguatan karakter ini menjadi
penilaian bobot tertinggi dalam pembelajaran di SMK Mitra Industri
MM2100. Sehingga dalam membentuk karakter anak diperlukan
kerjasama baik dengan orangtua, murid dan juga memberikan modul
bagi setiap peserta didik untuk dipatuhi dan dijalankan dengan baik
selama berada di sekolah. 2.) Pengenalan Tata Tertib, peneliti
menemukan bahwa tata tertib ini bagian dari penilaian kompetensi
tertinggi penilaian terhadap setiap peserta didik berdasarkan lima
nilai utama sekolah, sehingga dilaksanakan dengan tegas oleh kepala
sekolah untuk dipatuhi seluruh peserta didik termasuk tenaga
pendidik dan kependidikan di dalamnya. Bentuk penilaiannya
berupa skor yang dimana nantinya dijadikan persyaratan kenaikan
kelas atau kelulusan. Tata tertib ini erat kaitannya dalam membentuk
softskill anak menjadi lebih baik dan membangun budaya industri
berdasarkan lima nilai utama. Sehingga nantinya dapat diharapkan
ketika lulus peserta didik memiliki karakter yang bertanggung
jawab, disiplin, jujur, peduli, dan memiliki kerjasama baik ketika di
tempat pekerjaan.
Menurut Dianna (2016: 24) keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (Interpersonal skills) dan
keterampilan dalam mengatur diri sendiri (Intrapersonal skills)
merupakan keterampilan softskill yang dalam hal ini sangat
mempengaruhi pada seseorang untuk mengembangkan unjuk kerja
secara maksimal.
Sehingga dengan meningkatkan diri dalam pembelajaran sofskill
yaitu melalui penerapan tata tertib secara ketat di SMK Mitra
Industri MM2100 dan ini telah menjadi bagian yang sangat penting
guna menghasilkan lulusan SMK yang siap kerja bukan sekedar
mengerti secara praktik mengenai pekerjaannya tetapi diajarkan
bahwa penilaian diri dalam menjaga sikap dan etos kerja sangat
diperhatikan.
3.) Pembinaan Prakerin (Praktek Kerja Industri) dalam menunjang
pembelajaran praktik secara optimal kepala sekolah juga membina
peserta didik untuk siap ketika menghadapi waktunya untuk
Prakerin (Praktek Kerja Industri) biasanya menjelang kelas XI.
Setiap siswa dikumpulkan dan dilakukan sosialisasi tahapan
prosesnya serta persetujuan dari orangtua peserta didik untuk
118
mengizinkan bahwa anaknya dilepas sementara dari sekolah untuk
melaksanakan pembelajaran langsung di lingkungan industri. Selain
itu diberi penjelasan bagaimana pelaporan pelaksanaan selama
Prakerin (Praktek Kerja Industri). 4.) kemudian pengenalan OSIS
Sekolah, dimana OSIS SMK Mitra Industri MM2100 selalu berjalan
baik dan antusias diikuti peserta didik yang ikut mendaftar sebagai
bagian dari OSIS. Kepala Sekolah hanya mendorong untuk
mengajarkan peserta didik akan membangun nilai kepemimpinan
dari lingkungan kecil di sekolah namun OSIS ini bersifat terbuka
tidak memaksakan untuk diikuti oleh semua peserta didik hanya saja
diminta ikut terlibat dalam pemilihan yang berjalan secara
demokratis. 5.) peneliti juga menemukan bahwa SMK Industri
MM2100 juga mengedepankan akan peningkatan bakat dan minat
diluar dari bidang akademik. Hal ini terbukti dari berbagai jenis
ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut. Kepala sekolah juga
menghimbau bahwa seluruh peserta didik diminta mengikuti
ekstakurikuler karena menjadi bagian tambahan penilaian di
sekolah. Sehingga bukannya hanya memperolah ilmu secara
akademik yang diperoleh, namun mereka memperolah penguatan
karakter yang kuat serta peningkatan bakat. Dari hal seperti inilah
mendorong peningkatan mutu yang dapat menghasilkan prestasi
juga bukan hanya bagi diri peserta didik namun membawa nama
baik sekolah. Sebuah keberhasilan yang tinggi ketika kepala sekolah
dapat menunjuk perwakilan sekolah sebagai bagian dari peningkatan
mutu dengan mengikutsertakan peserta didik di ajang perlombaan
baik tingkat kabupaten ataupun nasional.
Menurut Jejen (2017: 42) mengatakan usaha dan menjaga
berperilaku baik sebagai bentuk dari meningkatkan prestasi sehingga
prestasi tidak hanya menuntut pada kecerdasan semata.
Untuk itu, standar penilaian pendidikan yang dibuat Kepala
Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 sudah tepat di mana
pendidikan karakter memiliki bobot 50% lebih tinggi dari
pengetahuan 20% dan keterampilan 30%. Selain itu juga di
dalamnya mendorong peserta didik berperan aktif untuk menjadi
bagian dari OSIS dan kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah
pada luar jam pembelajaran di kelas. Hal ini juga merupakan bagian
dari pengelolaan dalam pemberdayaan peserta didik yang dikukan
Kepala Sekolah.
c. Kepala Sekolah Mitra Industri MM2100 juga menjalankan
strategi Program Hubungan Masyarakat dengan baik dan saling
menguntungkan.
119
Pertama, peneliti menemukan bentuk hubungan dengan
orangtua peserta didik yang disebut setiga emas komunikasi,
dimana membuat koneksi kuat antara sekolah, orangtua dan
peserta didik. Hal ini dibentuk oleh kepala sekolah untuk lebih
mengoptimalkan dalam proses penilaian kompetesi sikap
berdasarkan lima nilai utama sekolah atau pembelajaran softskill
setiap peserta didik berjalan dengan sebaik mungkin. Sehingga
pelaksanaan segitiga emas komunikasi ini harus dilakukan
secara berkala. Kedua, peneliti juga menemukan bentuk
kerjasama baik dengan berbagai DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri) melalui piagam kerjasama atau MOU (Memorandum
of Understanding). Hal ini membuktikan SMK Mitra Industri
MM2100 sangat baik menjalin komunikasi dengan berbagai
industri untuk pencapaian dalam peningkatan mutu pendidikan
kejuruan dan menghasilkan lulusan kejuruan yang disesuaikan
dengan industri. Bentuk kerjasama itu terdapat delapan point
seperti dalam bidang pelaksanaan Prakerin (Praktek Kerja
Industri), pemanfaatan fasilitas praktek dengan kedua belah
pihak, rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan
kebijakan perusahaan, pelatihan instruktur sesuai kebutuhan
bagi program keahlian terkait, pengujian kompetensi dan
sertifikasi, pengembangan pendidikan kejuruan sesuai
perkembangan teknologi di DUDI(Dunia Usaha dan Dunia
Industri), Validasi kurikulum program diklat produktif, dan
kerjasama lainnya yang saling menguntungkan kedua belah
pihak. secara Bukan hanya dengan DUDI(Dunia Usaha dan
Dunia Industri), tetapi dengan pemerintah, dan sekolah kejuruan
lainnya. Hal ini menjadi keseharusan Kepala Sekolah di
lingkungan sosial yang dimana perlu peran penting dari luar
untuk menjalin hubungan simbiosis mutualisme dalam
kesuksesan Sekolah. Kepala Sekolah menjembatani dari luar
eksternal agar dapat berperan penting untuk kualitas dan
kemajuan pendidikan. Ketiga, kemudian hubungan dengan
SMK lain. Temuan ini menjadikan SMK Mitra Industri
MM2100 sebagai salah satu contoh sekolah kejuruan yang
berkualitas dalam menghasilkan lulusan kejuruan yang
kompeten, berkualitas dan siap bekerja penuh kedisiplinan dan
tanggung jawab tinggi. Sehingga Adapun piagam kerjasama
atau MOU (Memorandum of Understanding) yang dilakukan
dengan beberapa point seperti mengkomunikasikan program
praktik kerja di industri, pemberian informasi lowongan kerja,
pertukaran guru dalam upaya peningkatan kualitas mengajar
bagi guru sesuai dengan kompetensi dan keahliannya,
mengembangkan kurikulum dan pengembangan teaching
120
factory. Dari point tersebut menjadi bentuk perhatian dari SMK
Mitra Industri MM2100 untuk saling mendukung mutu
pendidikan kejuruan di sekolah kejuruan lainnya.
d. Menjalankan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan.
Ini merupakan bagian dari strategi Kepala Sekolah SMK Mitra
Industri MM2100 yang sangat penting untuk menghasilkan pengajar
yang bermutu dan berkompeten sehingga pada proses pembelajaran
di kelas juga menghasilkan peserta didik yang unggul, cerdas dan
berakhlak mulia. Guru sebagai ujung tombak yang berhadapan
langsung dengan peserta didik di dalam proses belajar mengajar.
Sehingga menjadi keharusan dari Kepala Sekolah untuk membina,
mengembangkan serta mengarahkan dalam peningkatan kualitas
kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan. Hal ini juga
merupakan kewajiban dari Kepala Sekolah akan memenuhi hak –
hak yang diperlukan oleh mereka. Sehingga ke depan berdampak
pada kinerja dan semangat dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan tenaga pendidik ataupun kependidikan.
Menurut Jejen (2018: 61) Jika sekolah dan guru mampu
bekerjasama dengan baik guna melakukan pembenahan terhadap
sistem pengembangan kompetensi guru, maka tentunya kompetensi
guru akan memenuhi standar yang ada, sehingga nantinya akan
berdampak pada tugas dan tanggung jawab yang dijalankan oleh
guru dan bisa menghasilkan output yang berkualitas.
Dalam hubungannya dengan misi pendidikan, kepemimpinan
dapat diartikan sebagai usaha Kepala Sekolah dalam memimpin,
mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada para personil
pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan dan pengajaran
dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah
direncanakan.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan kompetensi pada guru
dan karyawan di SMK Mitra Industri MM2100, Kepala Sekolah
menjadikan kompetensi lulusan S1 sebagai syarat mutlak bagi setiap
guru. Selanjutnya, Kepala Sekolah juga memberikan fasilitas dan
ruang yang luas bagi guru dan staf lainnya untuk meningkatkan
kompetensinya sesuai dengan bidang masing-masing. Hal ini
diwujudkan oleh kepala sekolah SMK Mitra Industri MM2100
dengan memberikan kesempatan kepada guru dan staf mengikuti
berbagai pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, magang
yang dilaksanakan Bersama DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri)
dan kegiatan peningkatan kompetensi lainnya.
121
Mulyasa (2013:63) Pengembangan guru dan staf merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan Kepala Sekolah dalam manajemen
personalia pendidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal. Sama halnya dengan yang
dilakukan oleh kepala SMK Mitra Industri MM2100, bahwa Kepala
Sekolah aktif mengikutsertakan tenaga pendidik dalam kegiatan
workshop, FGD dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri),
Magang dan Pelatihan. Kepala Sekolah mewadahi kegiatan
pendidikan tersebut guna untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya
Manusia) seluruh guru dan staf di sekolah.
Inovator dari seorang pemimpin sekolah sangat diperlukan, salah
satu yang menandai pergerakan dan kemajuan lembaga pendidikan
adalah seberapa besar dan banyak inovasi yang dilakukan lembaga
pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak inovasi dan
pembaruan yang dilakukan, berarti terdapat kemajuan yang cukup
signifikan. Tetapi sebaliknya, jika tidak banyak inovasi yang
dilakukan, maka lembaga pendidikan itu akan jalan di tempat dan
tidak mengalami banyak kemajuan dan perubahan (Barlian,
2013:50).
Bentuk perhatian Kepala Sekolah terhadap tenaga pendidik
ataupun tenaga pendidik di SMK Mitra Industri MM2100
merupakan usaha yang paling dioptimalkan dengan baik sehingga
khususnya guru – guru memperoleh perkembangan keilmuan
terlebih lagi dalam perkembangan zaman dalam industri.
Dari penjelasan mengenai implementasi kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100.
Dapat diketahui melalui program unggulan sekolah yang
dilaksanakan Kepala Sekolah SMK Mitra Industri mulai dari
program strategi kurikulum Link and Match, program strategi
pembinaan peserta didik, program strategi dalam hubungan
masyarakat dengan orangtua, DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri) dan program strategi peningkatan kualitas tenaga pendidik
dan kependidikan. Dari beberapa program tersebut Kepala Sekolah
SMK Mitra Industri MM2100 berupaya dalam meningkatkan mutu
pendidikan kejuruan untuk menghasilkan lulusan kejuruan yang
disesuaikan dengan permintaan industri yaitu kompeten, terampil,
disiplin tinggi dan tanggung jawab. Dan program sekolah tersebut
tidak dapat terlaksana dengan baik jika kepala sekolah tidak
memiliki kemampuan komunikasi dalam memimpin sekolah dengan
cara menggerakkan hubungan baik dari seluruh stakeholders
khususnya dengan bawahannya yaitu tenaga pendidik dan tenaga
122
pendidikan yang telah ditunjuk sebagai koordinator program masing
– masing. Dengan mengarahkan, memberikan masukan dan perintah
hal ini menjadi bagian dari kepemimpinan kepala sekolah untuk
mengimplementasikan program sebaik mungkin. Kemampuan
manajerial Kepala Sekolah SMK Mitra Industri telah menunjukkan
bagaimana proses peningkatan mutu pendidikan kejuruan ini
berjalan. Meskipun dirinya tidak memiliki banyak waktu di sekolah
tetapi beliau mampu mengatur waktu dan mengatur menejemen
yang baik antara sekolah dengan tugasnya di sebuah perusahaan
industri.
Menurut Anwar (2013:99) Fungsi kepemimpinan pendidikan
menunjuk kepada berbagai aktivitas atau tindakan yang dilakukan
oleh seorang Kepala Sekolah dalam upaya menggerakkan guru-guru,
karyawan, siswa dan anggota masyarakat atau berbuat sesuatu guna
melaksanakan program-program pendidikan di sekolah.
Seperti yang selalu dikatakan beliau yaitu komunikasi. Hal ini
yang dijaga baik – baik dan dilakukan intens tidak memandang
bawahan atau bukan. Kepala Sekolah selalu berupaya menerima
kalaupun mendapatkan masukan dari bawahan hal ini demi kebaikan
dan kemajuan sekolah secara bersama – sama, termasuk di dalamnya
mengambil keputusan.
Untuk keputusan terhadap kebijakan baru Kepala Sekolah SMK
Mitra Industri selalu mengupayakan mengadakan rapat bersama
untuk sama – sama saling memberi masukan jalan terbaik bagi
pelaksanaan pendidikan. Sehingga dengan pengambilan keputusan
itu menjadikan penilaian terhadap kepemimpinan dari kepala
sekolah itu sendiri apakah benar akan membentuk kesuksesan bagi
sekolah. Therefore, unless school leaders feel a sense of ownership
of reform and agree with its purposes it is unlikely that they will
engage their staff and students in externally defined reform
objectives. School reform is more likely to be successful if school
leaders are actively involved in policy development and formulation.
Continuous dialogue and consultation between policy makers those
who lead schools at the front line are thus essential for successful
large-scale reform. (Beatriz, 2008: 20).
Dengan kata lain proses pendidikan di SMK Mitra Industri
MM2100 berjalan efektif dengan proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan kurikulum Link and Match, kepemimpinan
sekolah yang kuat dengan kemampuan manajerial dan pengalaman
di industri yang dimiliki kepala sekolah, memiliki budaya industri
yang berjalan baik, partisipasi masyarakat atau ekternal juga besar
terhadap peningkatan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri
123
MM2100 serta adanya upaya dalam memberikan peningkatan
kompetensi dari setiap tenaga pendidik dan kependidikan termasuk
komunikasi baik dalam pelaksanaan manajemen sehingga sekolah
memberikan keterbukaan akan perubahan.
Seperti yang disesuaikan di dalam Depdiknas (2008) dimana
dijelaskan karakterisktik proses pendidikan meliputi dari proses
belajar mengajar yang efektifitas tinggi, memiliki kepemimpinan
sekolah yang kuat, memiliki budaya mutu, serta tim kerja yang
kompak, dan sekolah memiliki keterbukaan manajemen dan
melakukan evaluasi secara berkelanjutan.
Kemudian jika menurut Rahim dan Radjab (2017: 118-119)
strategi harus diwujudkan dalam tindakan melalui tiga cara yaitu
dengan dijalankan dengan sebaik mungkin dan dilaksanakan oleh
seluruh karyawan perusahaan, kedua harus tercerminkan dalam
pengorganisasian dari nilai dan kenyakinan, ketiga yaitu manajer
mampu memberikan arahan sesuai tujuan perusahaan.
Sesuai dengan diatas Kepala Sekolah SMK Mitra Industri telah
menjalankan strategi yang telah dibuat dan direalisasikan secara
bersama – sama dengan stakeholders, selain itu menanamkan
komitmen bersama bahwa program sekolah tersebut dibuat untuk
merealisasikan akan visi, misi dan tujuan sekolah dan terakhir
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri sebagai pemimpin kepala
sekolah serta sebagai manajer sekolah yang memiliki wewenang
lebih dalam memberikan arahan serta tujuan sekolah untuk
menjalankan bersama akan program – program sekolah yang telah
dirumuskan.
Seperti penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala
Sekolah SMK Mitra MM2100 telah mengimplementasikan program
– program yang ada di sekolah sesuai dengan kemampuan
manajerial yang dimilikinya, hal ini bertujuan pada suatu proses
untuk meningkatkan mutu pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
visi, misi dan tujuan sekolah. Dengan kata lain, pelaksanaan strategi
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri berjalan sesuai dengan rencana
awal yang dibuat dimana Kepala Sekolah menjalankan program –
program tersebut berdasarkan pada analisis lingkungan internal dan
lingkungan eksternal yang mendorong dalam pemilihan strategi agar
dapat dilaksanakan semaksimal mungkin dalam pencapaian. Dimana
tujuan sekolah adalah membentuk peserta didik kejuruan yang
terampil, kompeten, tinggi kedisiplinan dan tanggung jawab serta
siap bekerja sehingga dapat disesusaikan oleh permintaan industri,
seperti bagian dari visi dan misi sekolah.
124
3. Evaluasi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Evaluasi yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Dalam
manajemen dibutuhkan keahlian untuk mengelola dan
mengendalikan berbagai unsur organisasi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dalam manajemen strategik, evaluasi digunakan
untuk mengetahui apakah pelaksanaan rumusan strategi sesuai
dengan perencanaan apa tidak, untuk hal ini dibutuhkan
pengawasan, pembuatan penilaian, saran, dan kritik atau masukan
dari berbagai pihak.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada saat
melakukan penelitian, peneliti melihat kepala sekolah SMK Mitra
Industri MM2100 melakukan evaluasi dengan cara pengamatan
langsung dan lebih mengedepankan musyawarah bersama guru,
tenaga kependidikan dan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).
Selain itu, dalam urusan struktur manajemen Kepala Sekolah
melakukan rolling jabatan dan pengembangan manajemen dengan
membagi kepala program unggulan. Hal ini ditempuh agar semua
permasalahan yang ada bisa ditangani oleh masing-masing
koordinator program tidak langsung ke Kepala Sekolah. Dan di tiap
akhir tahun pelajaran Kepala Sekolah membuat laporan
pertangggungjawaban (LPJ) untuk dilaporkan kepada yayasan yang
akan di evaluasi kembali secara keseluruhan.
a. Penerapan Evaluasi supervisi dari program sekolah
Pengawasan langsung yang dilakukan Kepala Sekolah untuk
memastikan perkembangan program – program dirasakan hal yang
tepat sehingga akan memperlihatkan sejauh mana program –
program itu berkembang termasuk yang perlu mendapatkan
perhatian lebih khusus dan mengetahui kendala – kendala yang
dihadapi. Namun tidak seterusnya Kepala Sekolah dengan
sendirinya melakukan pengawasan secara langsung terlebih lagi
dengan tugas Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 yang
tidak bisa seharian berada di Sekolah tetapi dengan bantuan wali
kelas, perwakilan setiap jurusan, serta wakasek bidang lainnya
sangat membantu dalam tugas dan tanggung jawab Kepala
Sekolah. Sehingga dalam hal kurikulum, kesiswaan, sarana dan
prasarana, humas, kompetensi pendidik dan kependidikan serta
hasil lulusan dapat terlaksana dengan baik. Adapun kendala –
kendala yang paling diperhatikan adalah menjamin proses
pembelajaran setiap peserta didik berjalan lancar sesuai dengan
standar penilaian yang sudah ditetapkan di sekolah. Adapun
125
hambatan dan kendala di dalamnya dapat dievaluasi secara
musyawarah dengan rapat tertutup bisa dengan seluruh
stakeholders dari Ketua Yayasan, Ketua Komite dan seluruh
tenaga pendidik dan kependidikan biasanya ini dilakukan untuk
evaluasi keseluruhan yang menyangkut proses pendidikan di
sekolah, bisa Kepala Sekolah hanya menunjuk kabid tertentu,
perwakilan jurusan sekolah dan Kepala Program hal ini biasanya
untuk mengevaluasi di program masing – masing. Kemudian ada
juga evaluasi terhadap wali kelas yang sifatnya lebih mengevaluasi
secara personal dari setiap peserta didik.
Kemudian selain itu evaluasi dengan lingkungan eksternal
sekolah juga dilakukan baik bersama orang tua, DUDI(Dunia
Usaha dan Dunia Industri), dan Sekolah Kejuruan lainnya.
Berkenaan evaluasi bersama orang tua biasanya membahas
pelayanan sekolah serta evaluasi nilai akademik serta nilai sikap
dari peserta didik yang bersangkutan. Kemudian jika bersama
DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri) biasanya berkenaan
dengan kurikulum dan mata pelajaran industri yang terkait. Setelah
mengidentifikasi dan dicarikan solusi maka akan memperoleh feed
back berikutnya yang sifatnya membangun dalam peningkatan
mutu sekolah.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Murniati
(2008:148), yang perlu diperhatikan dalam evaluasi 1.) evaluasi
dilakukan stakeholders keseluruhan, 2.) Yayasan memiliki
wewenang terhadap jalannya program 3.) evaluasi dilakukan
dengan rutin 4.) Kepala Sekolah terus melakukan pengawasan
secara berkala 5.) Kepala Sekolah berkoordinasi terhadap seluruh
stakeholders dalam melakukan kontrol terhadap program sekolah.
Berdasarkan kutipan di atas, Kepala Sekolah sebagai supervisor
berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengkoreksi dan
mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, Kepala
Sekolah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi mewujudkan
hubungan manusiawi yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak
bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan
melaksanakan tugas masingmasing secara efisien dan efektif.
Selain itu sejalan dengan evaluasi yang dilakukan Kepala
Sekolah, maka perlu adanya pembahasan yang mengarahkan pada
pembenahan, perubahan dan perbaikan atas program yang telah
dilaksanakan selama Kepala Sekolah jalankan. Bagian ini menjadi
tahapan akhir dalam pembahasan untuk menghasilkan masukan
126
yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Mitra
Industri MM2100 ke depan.
Gambar. 4.24
Evaluasi bersama Industri dalam bentuk FGD (Forum Group
Discussion)
127
Selebihnya seperti evaluasi kurikulum, peningkatan kualitas
tenaga pendidik dan kependidikan, humas dapat dilakukan di
setiap akhir tahun dan biasanya juga dihadiri seluruh
stakeholders’ juga sebagai penyegaran di akhir tahun dalam
perbaikan ataupun peningkatan strategi mutu di tahun ke
depannya biasanya dalam bentuk FGD (Forum Group
Discussion) dengan industri.
Sedangkan bentuk evaluasi yang dilakukan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
bisa dalam bentuk Quisioner seperti yang diberikan ke orangtua
peserta didik di setiap semester, ada juga E-Suggestion yang
berasal dari peserta didik di setiap bulan. Dalam hal ini
bentuknya untuk menilai pelayanan pendidikan yang diberikan
sekolah.
Kemudian ada pula dalam bentuk laporan tertulis bisa dalam
bentuk penjelasan rangkuman, daftar ceklis atau sistem point
seperti dalam mengevaluasi tata tertib peserta didik ataupun
tenaga pendidik dan kependidikan, penyusunan laporan kegiatan
ini merupakan tugas dan tanggung jawab setiap guru dan
perwakilan dari setiap jurusan selain itu waka yang terlibat. Yang
dimana kemudian melaporkan ke Kepala Sekolah dan yang
nantinya juga diserahkan kepada Ketua Yayasan. Dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab setiap tenaga pendidik dan
kependidikan maka tugas Kepala Sekolah yaitu pengawas,
pengarah, pembina dan pengambil keputusan dalam
melaksanakan evaluasi. Maka nantinya alat dan acuan dalam
mengukur penilaian itu sebagai bahan untuk memudahkan Kepala
Sekolah menilai hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang
sudah dijalankan sejauh mana apakah telah sesuai dengan tujuan,
visi dan misi suatu program pendidikan yang diinginkan. Adapun
instrument tersebut disesuaikan dalam program apa saja dan siapa
yang memberikan penilaian. Bentuk dari alat ukur di SMK Mitra
Industri yaitu dapat berupa quesioner, angket, skala bertingkat
ataupun daftar cocok.
Menurut Sondang (2012: 260), evaluasi melalui laporan
merupakan salah satu teknis pengawasan secara langsung.
Penyampaian laporan dari seseorang bawahan kepada atasannya
merupakan hal yang bukan hanya biasa terjadi akan tetapi
merupakan keharusan.
Melalui pelaporan secara tertulis menjadi dokumen penting
akan kemajuan Sekolah dalam menghadapi kendala dan
hambatan yang dihadapi di setiap tahunnya. Hal itulah yang
128
mendorong Kepala Sekolah untuk menentukan arah yang tepat
bagi keberlangsungan mutu pendidikan sekolah yang diharapkan.
c. Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi penting untuk meningkatkan kinerja dan motivasi,
dan mengatasi yang menjadi kekurangan dan kelemahan
lembaga, dari berbagai aspek di lingkungan sekolah (Jejen, 2017:
85).
Dalam pelaksanaan evaluasi maka hasilnya akan berisi tentang
kritikan, arahan dan masukan atas hal – hal yang masih menjadi
kekurangan dan menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan.
Sudah tentu setiap sekolah memiliki kelebihan dan kekurangan
termasuk di SMK Mitra Industri MM2100, namun mengelola
teknik evaluasi yang dilakukan atau pengawasan yang dilakukan
Kepala Sekolah itu yang berbeda karena sebagai upaya dari
mencegah kegagalan. Mengingat pelaksanaan ini tidak hanya
mengoreksi pada diri dalam sekolah saja namun aspek eksternal
yang berkenaan langsung ke Sekolah perlu adanya evaluasi
lanjut.
Jika melihat evaluasi pelaksanaan program sekolah yang
dijalankan Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100, Kepala
Sekolah akan mengidentifikasi permasalahan, kendala atau
hambatan dengan melalukan rapat internal bersama guru – guru
dan staf lainnya dan kemudian baru akan dilakukan evaluasi
bersama antara seluruh stakeholders baik internal dan eksternal.
Sehingga bersama – sama saling mendukung dalam perbaikan.
Temuan yang ada pada SMK Mitra Industri MM2100 salah
satunya lagi adalah Kepala Sekiolah mengawasi hasil
pembelajaran setiap peserta didik dengan harian, tengah semester,
semesteran dan yang paling penting saat kenaikan kelas serta
kelulusan. Evaluasi hasil belajar setiap peserta didik ini sangat
erat kaitannya akan reputasi kemajuan sekolah dalam
menghasilkan output terbaik.
Hal ini berguna sebagai bentuk penghargaan lebih pada
sekolah akan prestasi kemajuan mutu pendidikan yang telah
dilakukan Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 dalam
menjalankan program - program yang terdapat di sekolah
sehingga menghasilkan prestasi yang membanggakan. Terlebih
lagi dalam hal ini juga mempengaruhi akan hasil output atau
kelulusan dari SMK Mitra Industri MM2100. Sehingga dalam
evaluasi pembelajaran yang langsung berkenaan terhadap peserta
didik sangat perlu diperhatikan. Sehingga terdapat syarat dari
129
kenaikan kelas ataupun kelulusan peserta didik di dalam evaluasi
hasil pembelajaran peserta didik. Seperti di mana syarat kenaikan
kelas yang disyaratkan yaitu nilai mata pelajaran yang dibawah
KKM maksimal 5, kehadiran rata – rata 75% dan point tata tertib
minimal 75. Sedangkan syarat kelulusan yaitu menyelesaikan
seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal “baik”
pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran dengan
ketentuan rata – rata poin 80, rata-rata kehadiran 75%, tidak
pernah terlibat narkotika dan kriminalitas, dan mengikuti US
(Ujian Sekolah).
Dari evaluasi ini Kepala Sekolah SMK Mitra Industri
MM2100, menunjukan dirinya bahwa peran sebagai pemimpin
dalam meningkatkan mutu pendidikan juga sangat diperlukan
dalam mengawasi, mengontrol, menyemangati, dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan program – program sekolah secara
meluas. Kepala Sekolah SMK Industri MM2100 bersinergi penuh
dengan menggerakkan seluruh guru – guru dan staf – staf yang
berada di sekolah untuk ikut terlibat dalam melakukan
pengawasan sesuai dengan tupoksi tugas yang diberikan dalam
struktur organisasi sekolah. Kemudian mengkomunikasikan
secara kontinu dan terbuka kepada seluruh guru dan staf untuk
mengingatkan akan visi dan misi sekolah sesuai dengan program
yang telah dibuat.
Seperti yang dikatakan Yogaswara (2010:61) Dimana
menjelaskan kemampuan manajerial Kepala Sekolah dapat dilihat
melalui sejauh mana pengambilan keputusannya secara tepat dan
akurat termasuk kemampuan merumuskan program kerja,
berkoordinir terhadap pelaksanaan program termasuk
kemampuan koordinir dalam evaluasi terhadap program dengan
seluruh stakeholders yang bersangkutan.
Dengan adanya evaluasi maka Kepala Sekolah SMK Mitra
Industri MM2100 akan mengetahui sejauh mana berjalannya
program sekolah dapat terlaksanan dengan baik dan memperoleh
kesuksesan serta mengetahui pencapaian yang sudah diraih
terdapat kendal atau hambatannya guna sebagai koreksi ke depan.
Rahim dan Radjab (2017: 133-134) mengartikan evaluasi
strategi yaitu bagian proses manajemen yang diperlukan dalam
menilai serta mengambil keputusan akan strategi yang telah
dipilih berjalan sesuai tujuan seperti sebelumnya atau tidak.
Secara keseluruhan Kepala Sekolah SMK Mitra Industri
MM2100 telah menjalankan perannya dalam pelaksanaan
130
evaluasi strategi untuk pencapaian mutu pendidikan di SMK
Mitra Industri. Hal ini sejalan dengan perannya dalam
kompetensi menejerialnya yang harus melakukan pengawasan,
kontrol dan arahan sehingga langkah pelaksanaan strategi yang
telah diambil memang berhasil sesuai dengan tujuan.
4. Hambatan dan Solusi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
Mutu Pendidikan di SMK Mitra Industri MM2100
a. Hambatan di SMK Mitra Industri MM2100.
1. Peneliti menemukan hambatan yang menjadi fokus utama
dalam perbaikan terus menerus dan berkelanjutan yaitu
kesadaran dalam menjaga tata tertib di SMK Mitra Industri
MM2100. Dengan landasan kompetensi sikap sebagai
bagian penilaian tertinggi di sekolah, maka pembelajaran
ini sangat ditekankan ke seluruh peserta didik dengan
pemberlakuan tata tertib yang tegas dengan instrumen yang
dilakukan adalah penilaian skor atau point. Dari data yang
diperoleh usia remaja peserta didik menengah sangat labil
dan mudah dipengaruhi. Sehingga dari data yang
ditemukan persetanse ketidak disiplinan masih tinggi dari
tahun 2012 – 2020.
2. Peneliti menemukan hambatan selanjutnya ada pada
peminatan kelas magang ke Jepang. Dimana tingkat lulusan
yang diterima magang di Jepang lebih sedikit, hal ini
dikarenakan persyaratan rekrutmen cukup sulit harus
memenuhi standar yang disesuaikan di Jepang. Salah
satunya adalah bahasa Jepang kurang mencapai target
dengan ketentuan mencapai level N5 untuk bahasa Jepang.
Hal ini dapat diliat dari diagram sebaran lulusan data dari
tahun 2015 hingga 2020.
131
diluar jam pelajaran diadakan semacam seminar yang disebut
dengan pembelajaran softskill yang dimana narasumber dapat
berasal dari motivator luar atau dari dalam sekolah sendiri
seperti Kepala Sekolah atau Ketua Yayasan atau Ketua
Komite.
Kedua, Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan
bahasa Jepang mencapai target level N5 bagi peserta didik
peminatan kelas magang ke Jepang maka Kepala Sekolah
mengajak dan mendorong peserta didik setelah lulus untuk
melanjutkan pendidikan di LPK (Lembaga Pelatihan Khusus)
Horenso milik yayasan sekolah agar dapat dibina dan
diarahkan lebih matang sehingga peluangnya lebih besar
diterima, ketika ada rekrutmen magang di sana telah siap dan
telah memenuhi standar DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri) di Jepang. LPK ini berdiri pada tahun 2018 dan
menjadi salah satu peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan
bagi SMK Mitra Industri MM2100 untuk melahirkan lulusan
SMK atau Sumber Daya Manusia yang lebih kompeten dengan
pengalamannya dapat bekerja di Jepang.
Kemudian untuk mengetahui besar keberhasilan strategi
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 dalam
meningkatkan mutu pendidikan dapat diketahui ketika pelaksanaan
evaluasi terhadapat pelaksanaan strategi tersebut. Seperti di SMK
Mitra Industri MM2100, yang dapat diketahui secara jelas adalah
hasil output atau lulusan.
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 telah
membuktikan meningkatkan mutu pendidikan dengan
menghasilkan lulusan 100% diterima di DUDI (Dunia Usaha dan
Dunia Industri) untuk peminatan kerja. Dengan memperhatikan
visi dan misi sekolah yang mencetak siswa sesuai dengan
kebutuhan industri, ini menunjukkan kesesuaian sebagai bentuk
keberhasilan sekolah. Sedangkan bagi peminatan kelas magang ke
Jepang dan Jerman serta peminatan kuliah, Kepala Sekolah
membentuk Lembaga Pelatihan Kerja yang diperuntukkan bagi
pendalaman akan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal
peserta didik Ketika menjalani magang di Jepang atau Jerman.
LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) ini disebut LPK (Lembaga
Pelatihan Kerja) Horenso Indonesia yang sudah didirikan pada
tahun 2018. Kemudian LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) Mitra
Industri Mandiri yang dimana LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) ini
lebih diperuntukkan untuk persiapan dan pematangan peserta
magang untuk di dalam negeri. Namun sebelumnya SMK Mitra
132
Industri MM2100 sudah membangun BKK (Bursa Kerja Khusus)
yang terlebih dahulu ada pada tahun 2014 dan menjadi salah satu
BKK (Bursa Kerja Khusus) terbaik Jawa Barat, sehingga dengan
keterlibatan aktif sekolah dengan industri sangat kuat maka peserta
didik juga dapat memulai magang kerja di industri sebelum mereka
lulus sekolah. Dengan adanya BKK (Bursa Kerja Khusus) dan
LPK (Lembaga Pelatihan Kerja), ini menjelaskan bahwa Kepala
Sekolah benar – benar mempersiapkan bekal yang matang bagi
lulusannya sehingga Kepala Sekolah yakin dengan penuh bahwa
seluruh peserta didiknya akan mudah mendapatkan pekerjaan
setelah mereka lulus.
133
Dari Engkowara memiliki kesesuaian yang ada pada SMK Mitra
Industri MM2100. Maka memang layak SMK Mitra Industri MM2100
memiliki mutu pendidikan unggul, hal ini menjadi bagian kesuksesan
yang berasal dari Kepala Sekolah SMK Mitra Industri MM2100 yang
penuh tanggung jawab dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK
Mitra Industri MM2100.
Sesuai dengan penjelasan diatas bahwa Peneliti mengambil
penelitian yang memfokuskan pada langkah strategi apa saja yang
diambil dan dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan Sekolah Kejuruan khususnya di SMK Mitra Industri
MM2100. Diketahui SMK merupakan Lembaga pendidikan formal
yang menghasilkan lulusan dimana diperuntukkan untuk terjun
langsung bekerja di lapangan. Sehingga dengan pengalaman lama di
bidang industri yang dimiliki Kepala Sekolah maka langkah keputusan
yang diambil guna mencapai tujuan tersebut harus menjalani proses
perencanaan matang, pelaksanaan program yang konsisten dan tim
yang solid kemudian melakukan pengawasan atau evaluasi terhadap
apa yang sudah diputuskan dari awal. Terlebih lagi memahami apa
yang dibutuhkan industri untuk lulusan SMK. Maka dalam
menjalankan strategi itu semua, Kepala Sekolah harus memiliki
kemampuan manajerial yang baik. Dan Kepala Sekolah SMK Mitra
Industri MM2100 telah menjalankannya sesuai dengan prosedur peran
dan tanggung jawabnya terhadap mutu pendidikan di sekolah.
Jika melihat penelitian terdahulu yang relevan di Bab II yang
peneliti temukan dalam meningkatkan mutu pendidikan lebih kepada
usaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik sehingga
meningkatkan gairah motivasi dan kinerja tenaga pendidik dalam
mengajar selain itu peran Kepala Sekolah lebih kepada pemimpin
instruksional tanpa mendorong pada inovasi program unggulan baru
dan kurang menetapkan langkah strategi yang tepat dengan sasaran.
Kemudian Kepala Sekolah kurang menjalin kerjasama dengan tidak
melibatkan pihak luar atau eksternal dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Sehingga hal ini menjadi sebuah cara lain strategi Kepala Sekolah
SMK Mitra Industri MM2100 dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Kejuruan. Dan ini mempengaruhi daya saing terhadap sekolah kejuruan
lain dan mampu menjadi SMK yang diberi predikat The real
Vocational School.
Menurut Ahmad dkk (2016: 95) ada tiga faktor umum yang
mempengaruhi pemilihan sekolah orangtua yaitu kurikulum, metode
pengajaran, dan akses sekolah. Sementara beberapa orang tua yang
memilih sekolah bahasa inggris atau berbasis agama dikarenakan faktor
134
keselamatan, keamanan, kualitas pengajaran dan pendapatan keluarga.
Maka orangtua adalah indikator pasar bagi sekolah untuk
meningkatkan layanan sekolah dan memenuhi kebutuhan dan minat
calon siswa.
Dengan diberinya predikat tersebut maka menjadi gerbang luas
dalam kepercayaan orangtua peserta didik untuk menghantarkan
anaknya mengemban ilmu di SMK Mitra Industri MM2100. Hal ini
dikarekan Kepala Sekolah mampu menunjukkan SMK Mitra Industri
MM2100 merupakan Sekolah Kejuruan yang membentuk lulusan yang
disesuaikan dengan industri harapkan. Maka ini juga menjadi harapan
orangtua peserta didik agar anak – anak mereka ketika lulus mudah
memperoleh pekerjaan.
135
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi Kepala Sekolah SMK Mitra Industri telah menjalankan
proses peningkatan mutu pendidikan mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan yang dilakukan Kepala Sekolah adalah dengan dua
analisis lingkungan internal dan Kepala Sekolah juga
menganalisis lingkungan eksternal. Setelah itu berkoordinir
dengan stakeholders sekolah untuk membahas dalam
merumuskan program – program sekolah guna meningkatan mutu
Pendidikan kejuruan di SMK Mitra Industri MM2100 dan
disesuaikan dengan visi dan misi sekolah yang ditetapkan.
2. Kepala Sekolah melakukan koordinasi pelaksanaan atau
implementasi dalam peningkatan mutu dengan menjalankan
program Kurikulum Link and Match, program Kesiswaan,
program humas dan program peningkatan kualitas tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Kepala Sekolah melakukan evaluasi sebagai bentuk dari penilaian
hasil dari pelaksanaan yang telah dijalankan. pertama yaitu
melakukan supervisi terhadap program sekolah, kemudian
menjadwalkan waktu pelaksanaan evaluasi dilakukan secara rutin
dan kontinu ada yg harian, bulan, semesteran atau setiap tahun
ajaran baru termasuk bentuk evaluasi penilaian dengan instrumen
masing – masing dan terakhir adalah Kepala Sekolah akan
mengawasi hasil pembelajaran setiap peserta didik mulai dari
harian, bulanan, semesteran, kenaikan kelas, dan kelulusan.
4. Hambatan dan solusi meminimalisir hambatan di SMK Mitra
Industri MM2100
a.) Pertama, hambatan yang ditemukan di SMK Mitra Industri
MM2100 lebih pada kurangnya kesadaran dalam menjaga tata
tertib yang diperuntukkan untuk pembelajaran pembetukan
karakter setiap peserta didik dari lima nilai utama sekolah.
Solusi meminimalisir hambatan itu adalah dengan penerapan
ketat tata tertib dengan sistem poin, pelaksanaan segitiga emas
komunikasi secara berkala serta diadakan seminar softskill
secara berkala. Kedua, kurangnya kemampuan peserta didik
dengan bahasa asing khususnya Jepang tidak mencapai level
N5 bagi peminatan kelas magang, untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Jepang maka sekolah mengajak peserta
didik ikut dalam LPK (Lembaga Pelatihan Khusus) Horenso
Indonesia yang dimiliki oleh Yayasan sekolah sehingga
136
tingkat lulusan yang ingin magang di Jepang dapat diterima
lebih banyak oleh perusahaan di Jepang.
b.) Dan kemudian kesuksesan yang tercapai SMK Mitra Industri
MM2100 menghasilkan output atau lulusan dari peminatan
kelas kerja yang dapat diserap 100% oleh DUDI (Dunia Usaha
dan Dunia Industri) setiap tahunnya.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini memberikan implikasi sebagai
berikut:
1. Strategi Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di
SMK Mitra Industri MM2100 telah memberikan dampak besar
bagi pendidikan Kejuruan. Secara umum. Kepala Sekolah telah
menjalankan tugasnya untuk membangun sekolah sebagai
jembatan penghubung antara sekolah dengan DUDI(Dunia
Usaha dan Dunia Industri) sehingga dampak yang sangat
dirasakan adalah lulusan SMK Mitra Industri MM2100 terserap
100% di industri.
2. Implikasi selanjutnya kedisiplinan siswa tinggi hal ini diterapkan
karena Kepala Sekolah menjalankan budaya kerja industri yang
tegas di dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dan
pelaksanaan segitiga emas komunikasi antara sekolah, siswa dan
orangtua.
3. Implikasi yang dapat diambil untuk guru yaitu guru dapat
menemukan ide – ide baru dalam merencanakan pembelajaran
atau kegiatan sekolah berdasarkan pengetahuan lebih dari
DUDI(Dunia Usaha dan Dunia Industri).
C. Saran
Penelitian hanya menganalisa pada peningkatan mutu yang
nampak dengan mudah terlihat dari SMK Mitra Industri MM2100,
sehingga masih banyak kekurangan yang perlu pengamatan lebih
mendalam dan luas dari proses yang dijalankan oleh SMK Mitra
Industri MM2100. Namun adapun beberapa saran yang penulis
tambahkan bagi SMK Mitra Industri MM2100, yaitu :
1. Sekolah Kejuruan selalu dibangun untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang unggul, terampil, kompeten dan siap kerja
dengan kata lain sebagai pekerja dengan kualitas baik. seperti
SMK Mitra Industri MM2100 pun juga dengan penuh
kenyakinan lulusan dari sekolahnya telah diserap 100% oleh
berbagai industri. Namun sayangnya misi untuk menghasilkan
jiwa wirausaha, masih kurang diperhatikan. Jika persiapan dalam
137
membentuk pekerja telah dipersiapkan dengan matang, namun
untuk membentuk jiwa wirausaha perlu usaha ekstra dalam
persiapan strategi ke depannya. Sehingga lulusan dari sekolah
kejuruan bukan hanya membentuk pekerja tetapi juga pembuat
pekerjaan atau menghasilkan para wirausahawan yang kemudian
dapat berjalan seimbang.
2. Terakhir karena Kepala Sekolah hanya memiliki waktu sempit
untuk melakukan pengawasan supervisi secara langsung ke
sekolah sebaiknya memberikan dukungan positif terhadap guru –
guru yang memiliki loyalitas tinggi dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dengan pemberian beasiswa pendidikan
tinggi ke jenjang S2. Hal ini sebagai bentuk apresiasi lebih selain
dari pemberian pelatihan atau magang secara praktik dengan
DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) sehingga dapat
menciptakan performa dan gairah semangat guru lebih baik dalam
memperoleh jenjang pendidikan formal.
138
DAFTAR PUSTAKA
139
Candra, Vivi dkk, Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Yayasan
Kita Menulis, 2021.
Cheng, Yin Cheong dan Wai Ming Tam. A re- engineering framework
for Total Home School. International Journal of Educational
Management volume 11. Issues 6. 1997
Chayani, Intan Dwi Dan Karwanto. Peran Kepala Sekolah Sebagai
Manajer Dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Guru di SMA
Unggula Amanatul Ummah Surabaya. Jurnal Manajemen
Pendidikan Volume. Inspirasi Manajemen Pendidikan 2.2 (Hal.
1-12). 2015.
Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran,
Yogyakarta: Gava Media, 2011.
David, Fred R. dan Forest R David, Strategic management concept and
cases. Edinburgh: Pearson education, 2017.
143
Sallis, Edward. Total Quality Management in education: Manajemen
Mutu Pendidikan terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi Cet.
XVI. Yohyakarta: IRCiSoD, 2012.
Samani, Muchlas. Vocational Education in The Era of Industry 4.0: An
Indonesian Case ADVANCES IN Social Science, Educational
& Humanities Research Volume 201 (pp 45- 47), 2018.
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi
Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta: PT Gramedian
Widiasarana Indonesia, 1996.
Sanjaya, Wina., Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Senthilkumar, Sharmila etc. Business Policy and Strategic
Management. New Delhi. S. Chand & Company PVT. LTD,
2014
Seriyanti, Nela dkk. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan
Peran Komite Sekolah Terhadap Keberhasilan Manajemen
Berbasis Sekolah, Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan
Supervisi Pendidikan, Volume 6, No. 1, Hal. 15 – 33, Januari-Juni
2021
Siagian, Sondang P., Manajemen Stratejik, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Sharma, Neeti. Private Sector in Vocational Education, The Indian
Journal of Industrial Relations Vol. 49 No 3 (pp 409 – 421) 2014.
Silahahi, Ulbert. Studi tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan
Dimensi. Bandung: Sinar Baru Algensino, 2002.
Sinclair, Margaret., Planning education inand after emergencie. Paris:
UNESCO: International Institute for Educational Planning,
Fundamentals of Educational Planning, 73, 2002.
Soetopo, H. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Bunga Rampai Pokok Pikiran Pembaharuan
Pendidikan di Indonesia). Malang: FIP UM. 2009.
Spencer, M. Lyle, Jr and Signe M. Spencer, Competency at work
Models for Superior Performance, New York: John Wiley &
Sons Inc, 1993.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sulistyorini, Balthasar Watunglawar dkk. Supervisi Pendidikan. Riau:
DOTPLUS Publisher. 2021.
Supangat, Handbook: Pengeolalaan Sekolah Islam Berbasis Mutu.
Jakarta: Cinta Buku Media, 2017.
Suti, Marsus. Stategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan.
Jurnal MEDTEK. Volume 3 No 2, 2011.
144
Shulhan, Muwahid dan Soim. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi
Dasar Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Teras. 2013.
Stefanus Supriyanto, Perencanaan Dan Evaluasi, Surabaya: Airlangga
University Press, 2007.
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi. PT
Sarana Panca Karya Nusa, 2009.
Sutopo, Administrasi, Manajemen dan Organisasi. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 1999.
Sutopo, Hendyat, Manajemen Pendidikan, Malang: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2001.
Suwardi., Sawino., Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Kengembangan Lembaga Pendidikan Islam Sekolah Kreatif Sd
Muhammadiyah Kota Madiun. Semarang: Jurnal Manajemen
Pendidikan, Vol. 9, No. 2, 2014.
Syarafuddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat
Press, 2005.
Taufiqurokhman. Manajemen Strategik, (cet. pertama), Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr.
Moestopo Beragama, 2016.
Triton, PB, Manajemen Strategis Terapan Perusahaan dan Bisnis,
Yogyakarta: Tugu Publiser, 2007.
Tuala, Riyizen Praja., Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah/Madrasah (Studi Kasus Di Sma Al-Kautsar Bandar
Lampung Dan Madrasah Aliyah Negeri I (Man Model) Bandar
Lampung. Bandar Lampung: Disertasi – Program Doktor (S3)
Prodi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Raden Intan Lampung,
2016.
Usman, Husaini. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Umar, Husein., Strategic Management in Action, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2002
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
____________, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010.
Wassid, Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran
Bahasa, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2013.
Yacoeb, M., Konsep Manajemen Dalam Perspektif Al-Qur’an: Suatu
Analisis Dalam Bidang Administrasi Pendidikan. Jurnal Ilmiah
Didaktika Vol. XIV, No. 1, 2013.
Yasin, Ahmad Fatah, Pengembangan Sumber Daya Manusia di
Lembaga Pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2011.
145
Yogaswara, Atep., Kontribusi Manajerial Kepala Sekolah Dan Sistem
Informasi Kepegawaian Terhadap Kinerja Mengajar Guru
(Analisis Deskriptif Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di
Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Purwakarta:
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, 2010.
Zulian. Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogyakarta:
Ekonisia, 2004.
Zulkarnain, W. Dinamika Kelompok (Latihan Kepemimpinan
Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. 2013.
Zurqoni, dkk. Strategy and Implementation of Character Education in
Senior High Schools and Vocational High Schools, Journal of
Social Studies Education Research 9 (3), 370-397, 2018.
146
LAMPIRAN
A. Perencanaan Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan
147
Gambar 3. Volunteers SMK Mitra Industri MM2100. Disitu ada Kepala
Sekolah Ibu Lispiyatmini, S.Pd, Ketua Komite Bapak H. Musfir, dan
Kepala Yayasan Bapak H. Darwoto, S. E.
148
B. Pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan
149
150
Gambar 6. Salah satu Contoh pembelajaran khusus untuk Jurusan
Tekhnik Elektronika Industri.
151
152
153
Gambar 7. Salah satu Contoh Mata Pelajaran yang disesuaikan dengan
peminatan kelas Kerja pada program jurusan Teknik Elektronika
Industri. Dimana peminatan kelas kerja, kuliah dan magang
memperoleh mata pelajaran yang berbeda.
154
155
156
Gambar 8. Contoh Mata Pelajaran yang disesuaikan dengan peminatan
kelas kuliah pada program jurusan Teknik Elektronika Industri.
157
158
159
Gambar 9. Contoh Mata Pelajaran yang disesuaikan dengan peminatan
kelas magang pada program jurusan Teknik Elektronika Industri.
160
Gambar 11. Program Kurikulum Link and Match salah satunya
adanya pembelajaran Teaching Factory
161
Gambar 13. Menjalankan budaya Industri di dalam Sekolah untuk
keamanan saat bekerja
Gambar 15. Buku yang menjelaskan secara menyeluruh tata tertib bagi
siswa dan orangtua yang dibagikan untuk setiap siswa.
162
Gambar 16: Penerapan Point 5 Nilai utama dari jujur dan tanggung
Jawab
163
Gambar 17. Penerapan point dari 5 Nilai Utama yaitu Disiplin
164
Gambar 18. Penerapan point dari 5 Nilai utama yaitu Kerjasama dan
Peduli
166
Gambar 22. 5K dalam kegiatan OSIS SMK Mitra Industri MM2100
Gambar 23. Contoh form isian absensi PKL (Praktek Kerja Langsung)
167
Gambar 24. Contoh form isian kegiatan harian selama PKL (Praktek
Kerja Langsung) di industri yang diisi oleh peserta didik.
168
Gambar 26. Sarana dan Prasarana Jurusan Teknik Elektronik Industri
Gambar 30. Sarana dan prasarana Jurusan Teknik & Bisnis Sepeda
Motor
170
Gambar 32. Fasilitas di Ruang Perpustakaan
171
Gambar 35. Kerjasama dengan Tamu dari Dirjen Vokasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI
172
Gambar 38. Kerjasama dengan Tamu Menteri Perindustrian dan Ketua
Umum KADIN Indonesia
173
Gambar 41. Pelatihan Guru – guru dengan mengikuti magang di
Industri Framas
Gambar 42. LPK Mitra Industri Mandiri yang dibentuk untuk wadah
pelatihan khusus untuk bekerja di dalam negeri.
174
Gambar 43. LPK Horenso Indonesia yang dibentuk untuk pelatihan
khusus bagi yang ingin magang bekerja di Jepang.
Gambar 44. BKK milik SMK Mitra Industri yang dibentuk bagi umum
namun pelaksanaannya sudah dilakukan Sekolah bagi seluruh peserta
didik sebelum mereka lulus.
176
Gambar 47. Evaluasi monitoring PKL (Praktik Kerja Langsung)
peserta didik yang di sesuai dengan penilaian yang di dapat dari
industry
Gambar 48. Penilaian PKL yang diisi oleh Industri untuk setiap peserta
didik yang sedang magang.
177
Gambar 49. Rapat kerja evaluasi tahunan bersama seluruh stakeholders
dari Ketua Yayasan, Kepala Sekolah, Ketua Komite, dan seluruh
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Gambar 50. Hasil evaluasi merumuskan siswa ideal, guru ideal dan
orangtua ideal untuk menjamin peningkatan mutu Pendidikan di
Sekolah.
178
179
180
INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA
“STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN DI SMK MITRA INDUSTRI MM2100”
184
INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA
“STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN DI SMK MITRA INDUSTRI MM2100”
187
INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA
“STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN DI SMK MITRA INDUSTRI MM2100”
Nama Responden : Munandar, S.Pd
Status Responden : Kepala bidang Praktek Kerja Industri
dan Humas
Hari/Tanggal : Rabu/ 3 Maret 2021
1. Apa saja program – program yang ada di sekolah?
Jawab:
Program budaya dan karakter industri, program kurikulum link
and match, program guru tamu dari industri, program praktek
kerja industri, program ODC, program sertifikasi guru, dan
lainnya justru sekarang ada program peminatan kelas yang
wajib dipilih siswa selain dari ke jurusan.
2. Bagaimana proses perencanaan program – program Sekolah?
Jawab:
Proses perencanaan berjalan dengan lancar dan disesuaikan
dengan keadaan sekolah yang dimiliki. Karena dirumuskan
dengan matang oleh orang – orang penting di dalamnya. Dan
sekolah akan mengikuti 8 standar pendidikan nasional berlaku
serta disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.
3. Bagaimana proses Pelaksanaan program – program Sekolah?
Jawab:
Alhamdulillah pelaksanaannya selalu berjalan lancar Adapun
hambatan itu hal biasa dan akan dihadapi untuk
penyelesaiannya.
4. Apa tujuan dari program – program tersebut?
Jawab:
Program itu dibuat ya memang karena disesuaikan dengan visi
dan misi sekolah menghasilkan lulusan yang disesuaikan
dengan permintaan industri.
5. Bagaimana peran DUDI dalam proses pembelajaran di Sekolah?
Jawab:
Sangat penting dalam membangun pendidikan kejuruan
khususnya
6. Bagaimana proses evaluasi program – Program Sekolah?
Jawab:
Evaluasi kewajiban untuk menilai pelaksanaan program sekolah
sehingga keharusan untuk dihadiri oleh seluruh stakeholders.
188
Proses selalu berjalan baik dan lancar, hambatan dan kendala
akan menjadi bahan untuk perbaikan yang lebih baik.
7. Bagaimana peran Kepala Sekolah dalam menjalankan seluruh
program – Program Sekolah?
Jawab:
Sangat bertanggung jawab akan program – program sekolah
sehingga beliau selalu mengarahkan, mengawasi, membina dan
memberi masukan.
8. Bagaimana Kepala Sekolah meningkatkan kompetensi SDM?
Jawab:
Kepedulian tinggi Kepala Sekolah terhadap SDM begitu
nampak. Karena beliau mengetahui betul guru dan staf di
sekolah menjadi ukuran penting dalam membentuk peningkatan
mutu pendidikan secara langsung yang terlibat dengan siswa.
9. Bagaimana Kepala Sekolah mengelola sarana dan prasarana?
Jawab:
Dalam prasarana dan prasarana Kepala Sekolah sudah
membentuk yang menjadi penanggung jawab di bidang
tersebut. Sehingga Kepala Sekolah akan memantau melalui
laporan – laporan dari perawatan bahkan kerusakan jika terjadi.
10. Bagaimana cara Kepala Sekolah mengelola hubungan dengan
DUDI?
Jawab:
Kepala Sekolah menjaga hubungan dengan DUDI melalui
kontrak kerjasama yang dilakukan bersama. Terlebih lagi
Kepala Sekolah disini juga memang terlibat di dalam DUDI
sehingga menjadi kemudahan untuk menjaga hubungan itu.
11. Bagaimana cara Kepala Sekolah mengelola hubungan dengan
orangtua peserta didik?
Jawab:
Kepala Sekolah selalu melibatkan kesuksesan setiap siswa
dengan orangtua masing – masing sehingga tanggung jawab
untuk membentuk mutu pendidikan di Sekolah milik bersama.
12. Kurikulum apa yang digunakan di Sekolah?
Jawab:
Kurikulum 13 diselaraskan dengan kurikulum industri
13. Bagaimana proses pengembangan kurikulum dalam
meningkatkan mutu pendidikan?
Jawab:
Prosesnya dengan validasi kurikulum bersama Industri,
sehingga kurikulum 13 tetap dilaksanakan dengan melakukan
perkembangan.
14. Bagaimana proses praktek kerja atau PKL peserta didik?
Jawab:
189
Proses praktek kerja di sekolah kami melalui BKK yang dimana
Industri mencari tenaga kerja di sekolah, bukan sebaliknya
sehingga di Kelas XI siswa telah melaksanakan praktek kerja
dan menjalankan tes penerimaan di industri khususnya industri
yang telah bekerjasama dengan sekolah. Bahkan jika terdapat
penawaran untuk bekerja setelah mereka magang dari industri
itu diperbolehkan oleh sekolah.
15. Bagaimana mutu pendidikan di sekolah?
Jawab:
Mutu pendidikan di sekolah terus mengalami kemajuan dengan
inovasi program – program terbaik.
16. Bagaimana hubungan Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah?
Jawab:
Komite Sekolah salah satu bagian lembaga external sekolah
yang memiliki kedekatan yang sangat dekat. Karena masih
berhubungan dengan mutu pendidikan sekolah bagi siswa-siswa
maka peran komite sekolah memiliki tugas yang strategis untuk
bersama dengan Kepala Sekolah seperti dalam hal perencanaan
anggaran keuangan atau penambahan jurusan sekolah. Dan
biasanya sifatnya program jangka Panjang.
17. Bagaimana proses evaluasi program – program sekolah?
Jawab:
Evaluasi program – program menjadi kewajiban untuk
kesuksesan ke depan, sehingga adapun masalah itu hal yang
wajar tinggal dilakukan perubahan dan perbaikan.
18. Dan siapa saja yang terlibat dalam proses evaluasi?
Jawab:
Seluruh yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan baik
intra maupun external tetap perlu dievaluasi.
19. Dengan cara dan instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi
program Sekolah?
Jawab:
Bisa dengan dokumen berupa questioner, angket, kolom cek lis,
atau jenjang skor atau bisa juga dengan wawancara sehingga
mampu menilai hasil dari evaluasi tersebut.
20. Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat tersebut?
Jawab:
Faktor - faktor penghambat perlu ditindaklanjuti segera dengan
mencari akar permasalahan sehingga dapat ditemukan proses
penyelesaiannya.
190
Biografi Penulis
Afrilia Susanti, yang akrab disapa di dalam kampus dengan nama
Arsya, di dalam keluarga lebih mengenal Santi dan beberapa kerabat
lainnya dikenal dengan sapaan Afril. Meskipun banyak panggilan tetapi
tidak membedakan sikap dan perlakuan Afril kepada siapapun. Lahir di
Kota Kecil Brebes, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1991. Memulai
Pendidikan di Ujung Menteng, Jakarta Timur di SDN 04 Pagi
Percontohan tahun 1997 kemudian lulus SMPN 193 tahun 2006 pindah
ke Kota Tangerang Selatan dan melanjutkan di SMK Swasta Sasmita
Jaya. Dengan semangat dan dukungan orang tua akhirnya dapat
melanjutkan kembali ke Jenjang Pendidikan tinggi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur mandiri, saat itu
diterima pada pilihan ke tiga yaitu jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.
Akhirnya gelar sarjana diperoleh tahun 2014 dengan gelar Sarjana
Sastra (S.S). Selama kuliah mengikuti organisasi HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), Organisasi IMMAN (Ikatan Mutakharijin Madrasah
Aliyah Negeri), Kolekan (Komunitas Lesehan Kebudayaan) dan
perkumpulan Teater Elnama.
Sebelum proses untuk memperoleh gelar, Afril sudah mulai bekerja
sebagai guru les Bahasa Inggris di lingkungan rumah kemudian
mengajar ekstrakulikuler tari tradisional dan kreasi anak SD dan
Playgroup di salah satu Sekolah swasta bertaraf Internasional di
Pondok Cabe. Kemudian setelah wisuda mencoba magang di MPR RI
dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden serta pelantikan
Lembaga legislatif. Kemudian di tahun 2015 diminta untuk menjadi
staf administrasi Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Daerah
Pemilihan Sulawesi Barat dan di tahun 2019 kembali diminta
mendampingi anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Daerah
Pemilihan Jambi sebagai Tenaga Ahli hingga saat ini. Meskipun basic
Pendidikan formal tidak sesuai dengan jurusan di lingkungan
pekerjaan, namun pengalaman dalam berorganisasi sedikit memberikan
pengetahuan akan lingkungan pekerjaan di dalam pemerintahan
khususnya di Lembaga legislatif.
Alhamdulillah tahun 2016 telah menikah dengan laki – laki asal
Karawang, saat ini telah dikaruniai 2 anak, putra dan putri dan menetap
di Tangerang Selatan. Pada tahun 2018 dengan dukungan penuh suami,
191
Afril melanjutkan pendidikan tinggi S2 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah dengan jurusan yang tidak selinier yaitu
Manajemen Pendidikan Islam. Tujuan dari pemilihan jurusan tersebut
dirasa bagi penulis bahwa kontribusi dalam pendidikan sangat penting
terlebih lagi dalam menjalankan proses manajemen pendidikan itu
sendiri yang dapat membawa perubahan pada segala aspek.
Berdasarkan hal itu maka, menjadi hal baru dan menantang bagi
penulis untuk mengetahui lebih jauh. Karena sebenarnya manusia yang
berkualitas adalah manusia yang mau menjadi pembelajar seumur
hidup. Sehingga akan terus mencari dan merasa haus akan segala ilmu
– ilmu yang ada dan mampu mempertanggung jawabkan ilmu tersebut
dalam kehidupan sehari – hari.
192