Anda di halaman 1dari 130

STRATEGI PENYULUH AGAMA DALAM MENCEGAH PERNIKAHAN

DINI DI KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA,


JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Untuk Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh:
RIFKI OKTAVIANTO
NIM. 17.12.2.1.103

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
TRIYONO, S.Sos.I.,M.Si.
DOSEN PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

NOTA PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sdr. Rifki Oktavianto
Lamp : -
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
UIN Raden Mas Said Surakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan
perbaikan seperlunya terhadap skripsi saudara:
Nama : Rifki Oktavianto
NIM : 17.12.2.1.103
Judul : Strategi Penyuluh Agama dalam Mencegah Pernikahan
Dini di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah.
Dengan ini kami menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk
diajukan pada Sidang Munaqosyah Jurusan Bimbingan dan Konseling
Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 30 Januari 2022
Pembimbing Skripsi,

Triyono, S.Sos.I.,M.Si.
NIK. 198210122017011170

II
HALAMAN PENGESAHAN
STRATEGI PENYULUH AGAMA DALAM MENCEGAH PERNIKAHAN
DINI DI KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun Oleh:
RIFKI OKTAVIANTO
NIM. 17.12.2.1.103
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Prodi Bimbingan dan
Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri
Raden Mas Said Surakarta
Pada hari Kamis, tanggal 10 Februari 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial
Surakarta, 10 Februari 2022

Penguji Utama,

Nur Muhlasin., S.Psi., M.A


NIP. 19760525 201101 1 007

Penguji I/ Sekertaris Sidang Penguji I/ Sekertaris Sidang

Dr. Hasanatul Jannah., M.Si. Dr. Hasanatul Jannah., M.Si.


NIP. 19750614 200003 2 002 NIP. 19750614 200003 2 002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Dr. Islah., M. Ag.


NIP. 19730522 2003121001

III
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rifki Oktavianto


NIM : 17.12.2.1.103
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas : Ushuluddin dan Dakwah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi saya yang


berjudul “Strategi Penyuluh Agama dalam Mencegah Pernikahan Dini
di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah”
adalah hasil karya dan penelitian saya sendiri serta bukan plagiasi dari
karya orang lain.
Demikian surat pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.

Surakarta, 30 Januari 2022


Yang Menyatakan,

Rifki Oktavianto
NIM.17.12.2.1.103

IV
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat,
nikmat, dan hidayahnya serta dukungan juga do’a dari orang-orang tersayang,
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa syukur. Saya
persembahkan, khususnya untuk:
1. Kedua orangtua saya tercinta Bapak Eko Sularno dan Ibu Sugini yang telah
berjuang dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kesuksesan saya.
2. Kepada Paman dan Bibi saya Bapak Hadi Paino dan Ibu Paini karena
dengan dukungan dari mereka berdua saya dapat memperoleh kesuksesan
saya.
3. Adik saya Frans Alfin Nur Hasan saudara saya yang menjadi penyemangat
saya, semoga kita bisa menjadi anak yang membanggakan untuk orang tua.
4. Saudara-saudaraku dan seluruh keluarga besarku yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu terimakasih atas doa restunya semoga diridhoi Allah
SWT.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah
mendidik dan membimbing saya selama perkuliahan saya hingga sekarang,
semoga Allah melimpahkan keberkahan hidup kepadanya.
6. Rayna Adzallo Rakhman S.H., yang selalu menemani saya dan selalu
memberi support dalam keadaan apapun.
7. Sahabat-sahabatku di perantauan Anang Syahrir Shidiq, Nur Qhoiriyah,
Titis Nugraha, Affan Rafsanjani, Erni Rakhmawati, Natalia Setiya, dll yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih karena telah memberi
semangat, dukungan, dan bantuannya.
8. Keluarga Bimbingan dan Konseling Islam tahun 2017, khususnya kelas C
yang sudah menjadi keluarga yang telah menemani setiap perjalanan mencari
ilmu, selalu memberi semangat dan dukungan satu sama lain.

V
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang dipakai dalam penulisan skripsi di Fakultas


Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.
Pedoman transliterasi tersebut adalah:

1. Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian
dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf
serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf
latin adalah sebagai berikut :
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ s\a s\ Es (dengan titik di


atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ H}a H} Ha (dengan titik di


bawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ z\al z\ Zet (dengan titik di

VI
atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ S}ad S} Es (dengan titik di


bawah)

‫ض‬ D}ad D} De (dengan titik di


bawah)

‫ط‬ T}a T} Te (dengan titik di


bawah)

‫ظ‬ Z}a Z} Zet (dengan titik di


bawah)

‫ع‬ ‘ain …‘…. Koma terbalik di


atas

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

VII
‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah …’… Apostrop

‫ى‬ Ya Y Ye

2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Lain Nama

َ Fath}ah A A

ِ Kasrah I I

ُ Dammah U U

Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫كتب‬ Kataba

2. ‫ذكر‬ Z}ukira

3. ‫يذهب‬ Yaz}habu

b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf maka trasliterasinya gabungan huruf, yaitu:

VIII
Tanda Dan Nama Gabungan Nama
Huruf Huruf

‫ ى‬......‫أ‬ Fathah dan ya Ai a dan i

‫ و‬...... ‫أ‬ Fathah dan wau Au a dan u

Contoh :
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫كيف‬ Kaifa

2. ‫حول‬ H}aula

3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :
Harakat Nama Huruf dan Nama
Dan Huruf Tanda

‫ ي‬.......‫أ‬ Fathah dan alif atau ya a> A dan garis di atas

‫ ي‬...... ‫أ‬ Kasrah dan ya i> I dan garis di atas

‫ و‬....... ‫أ‬ Dammah dan wau u> U dan garis di atas

Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫قال‬ Qa>la

2. ‫قيل‬ Qi>la

3. ‫يقول‬ Yaqu>lu

4. ‫رمي‬ Rama>

IX
4. Ta Marbutah
Trasliterasi untuk Ta Marbutah ada dua:
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau
dammah trasliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Ta Marbutah itu ditrasliterasikan dengan /h/.
Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫روضة الطفال‬ Raud}ah al-at} fa>l raud}atul atfa>l

2. ‫طلحة‬ T{alhah

5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi
ini tanda Ssyaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫َرّبََا‬ Rabbana

2. ‫نَ بّ َل‬ Nazzala

6. Kata Sambung
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambankan dengan huruf yaitu ‫ ال‬.
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang

X
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh
huruf Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditrasliterasikan sesuai
dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf
yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang
diikuti oleh huruf Qamariyyah ditrasliterasikan sesuai dengan aturan yang
digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik didikuti dengan huruf
Syamsiyyah atau Qomariyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti
dan dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫اَر ُُ ُل‬
‫ب‬ Ar-Rajulu

2. ‫اَالل‬ Al-Jala>lu

7. Hamzah
Sebagaimana telah di sebutkan di depan bahwa Hamzah ditranslitesaikan
denga apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila
terltak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab
berupa huruf alif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫أكل‬ Akala

2. ‫تأخذون‬ Ta’khuz}u>na

3. ‫اََؤ‬ An-Nau’u

8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi
dalam trasliterinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam

XI
EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan
kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis
dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫وما محمد ال رسول‬ Wa ma> Muhaamdun illa> rasu>l

2. ‫ل رب اَعاَمين‬
‫اَحمد ا‬ Al-hamdu lillhi rabbil 'a>lami>na

9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tetentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa
dirangkaikan.
Contoh:
No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫ل َهو خير اَرازقين‬


‫وان ا‬ Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>n/
Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>n

2. ‫فأو فوا اَكيل و اَميّان‬ Fa aufu> al-Kaila wa al-mi>za>na/ Fa


aufulkaila wal mi>za>na

XII
MOTTO

“Yang dibawah kita bimbing, yang sejajar kita ajak kerjasama, yang diatas kita

hormati”

“Teruslah berbuat baik, meskipun dunia tak selalu menghadirkan kebaikan.”

(Rifki Oktavianto)

XIII
ABSTRAK
RIFKI OKTAVIANTO, NIM 17.12.2.1.103 “STRATEGI PENYULUH
AGAMA DALAM MENCEGAH PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN
PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA, JAWA TENGAH”. Skripsi,
Prodi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah,
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta 2022.

Pernikahan dini merupakan suatu permasalahan global yang hampir


dihadapi oleh semua negara. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan
oleh calon pengantin yang masih dibawah 19 tahun sesuai dengan UU No. 16
tahun 2019. Pernikahan dini mempunyai berbagai dampak bagi yang melakukan,
mulai dari dampak psikologis, dampak kekerasan dalam rumah tangga, dan
perceraian. Pernikahan dini juga memiliki faktor penyebab dari mulai faktor
internal seperti kemauan pribadi, dan faktor eksternal seperti, kemauan orang tua,
ekonomi, pendidikan, tradisi, tehnologi. Untuk itu dibutuhkan Strategi penyuluh
yang memiliki tugas mencegah supaya pernikahan dini tidak marak terjadi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui Strategi penyuluh agama dalam mencegah
pernikahan dini di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.


Subjek penelitian ini adalah penyuluh Keluarga Sakinah di KUA Kecamatan
Padamara yang dipilih secara purposive sampling.Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Analisis hasil penelitian
menggunakan analaisis interaktif Miles dan Huberman (2008) berupa reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi yang dilakukan oleh


penyuluh di KUA Kecamatan Padamara dalam mencegah pernikahan dini
memberikan hasil yang baik hal tersebut dibuktkan dengan data tiga tahun
terakhir KUA Kecamatan Padamara hanya mencatat 10 kasus pernikahan dini.
Bentuk upaya yang dilakukan oleh penyuluh dalam mencegah pernikahan dini,
seperti penyuluhan ke sekolah, pengoptimalan program pra nikah, pengajian,
program desa binaan dapat mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara.

Kata Kunci: Pernikahan dini, Strategi Penyuluh Agama, dan Remaja

XIV
ABSTRACT

RIFKI OKTAVIANTO, NIM.17.12.2.1.103 “METHODOLOGY OF


RELIGIOUS EXTENDERS IN PREVENTING EARLY MARRIAGE IN
PADAMARA DISTRICT, PURBALINGGA REGENCY, CENTRAL JAVA”.
Proposal, Islamic Guidance and Counseling Study Program, Faculty of
Ushuluddin and Da’wah, Raden Mas Said state Islamic University Surakarta 2022.

Early Marriage is a worldwide issue looked by practically all nations.


Early marriage is a marriage done by the lady of the hour and husband to be who
are as yet under 19 years of age as per Law no. 16 of 2019. Early marriage has
different effects for the individuals who submit it, going from mental effects, the
effect of abuse behavior at home, and separation. Early marriage likewise has
causative elements going from inside elements like individual will, and outside
variables like the desire of guardians, economy, schooling, custom, innovation.
Hance, a methodology for augmentation labrers who has the errand of keeping
early marriage from happening is required. This study expects to decide the
methodology of strict teachers in forestalling early marriage in Padamara District,
Purbalingga Regency, Central Java.

This examination is a subjective exploration with an enlightening


methodology. The subject of this examination is the Sakinah Family augmentation
at KUA Padamara sub-area which was chosen by purposive inspecting. The
information assortment methods utilizing specialized triangulation and source
triangulation. Examination of exploration results utilizing intelegent investigation
of Miles an Huberman (2008) as information decrease, information show, and
ends or check.

The consequenses of this study demonstrate that the technique did likewise
laborers agt the KUA of Padamara District just recorded 10 instances of early
marriage, like mentoring to schools, improving pre-wedding programs, recitations,
encouraged town projects can forestall early marriage in Padamara District.

Keywords : Early marriage, Methodology of religious extenders, teenager.

XV
KATA PENGANTAR
Bissmillahrrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, kenikmatan, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penlitian skripsi ini dengan judul “Strategi
Penyuluh Agama dalam Mencegah Pernikahan Dini Di Kecamatan
Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah”. Skripsi ini di susun untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh perkuliahan guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi mulai dari sebelum penyusunan skripsi sampai dengan
akhir pengerjaan skripsi, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd., Rektor Universitas Islam Negeri
Raden Mas Said Surakarta yang telah memberikan kesempatan dalam
menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said
Surakarta.
2. Dr. Islah., M. Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas
Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
3. Dr. H. Lukman Harahap, S.Ag., M.Pd., ketua Prodi Bimbingan dan
Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam
Negeri Raden Mas Said Surakarta.
4. Triyono., M.Si., dosen pembimbing Skripsi.
5. Nur Muhlasin, S.Psi, M.A. selaku penguji 1 atau sekertaris sidang dalam
sidang Munaqosah.
6. Dr. Hasanatul Jannah, M.Si. selaku penguji 2 dalam sidang proposal dan
Munaqosah.

XVI
7. Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Purbalingga serta
jajarannya yang sudah mempermudah peneliti dalam proses penelitian.
8. Bapak Abdul Latif., S. Ag. Selaku Kepala KUA Padamara Kabupaten
Purbalingga.
9. Teman-teman mahasiswa BKI C angkatan 17 yang telah menerima saya
serta telah mebersamai saya dari masuk perkuliahan hingga lulus.
Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, dukungan, dan do’anya dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk
keikhlasannya yang telah di berikan serta di mudahkan dalam segala urusannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 30 Januari 2022


Penulis

Rifki Oktavianto
NIM. 17.12.21.103

XVII
DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING........................................................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................III
SURAT PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................IV
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................V
TRANSLITERASI.................................................................................................VI
HALAMAN MOTTO.........................................................................................XIII
ABSTRAK..........................................................................................................XIV
ABSTRACT.........................................................................................................XV
KATA PENGANTAR........................................................................................XVI
DAFTAR ISI....................................................................................................XVIII
DAFTAR TABEL...............................................................................................XXI
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................XXII
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................XXIII
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................9

C. Pembatasan Masalah...................................................................................10

D. Rumusan Masalah.......................................................................................10

E. Tujuan Penelitian........................................................................................ 11

F. Manfaat Penelitian.......................................................................................11

1. Manfaat Teoritis....................................................................................11

2. Manfaat Praktis..................................................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................ 13

A. Kajian Teori................................................................................................13

1. Penyuluh Agama Islam.........................................................................13

XVIII
2. Pernikahan Dini.................................................................................... 16

3.Strategi................................................................................................... 21

B. Penelitian Yang Relevan.............................................................................22

C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................32

A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................32

1. KUA Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.......................... 32

2. Waktu Penelitian...................................................................................33

B. Pendekatan Penelitian................................................................................. 34

C. Subjek Penelitian........................................................................................ 35

D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 36

1. Observasi.............................................................................................. 36

2. Wawancara............................................................................................37

3. Dokumentasi......................................................................................... 38

E. Keabsahan Data...........................................................................................38

F. Teknik Analisis Data...................................................................................39

1. Pengumpulan Data................................................................................39

2. Reduksi Data.........................................................................................40

3. Penyajian Data...................................................................................... 40

4. Kesimpulan atau Verifikasi.................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................41

1. Deskripsi Tempat Penelitian dan Proses Penelitian...............................41

2. Temuan Penelitian..................................................................................47

3. Analisis...................................................................................................59

XIX
BAB V PENUTUP.................................................................................................64
1. Kesimpulan............................................................................................64
2. Saran.......................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 67

XX
DAFTAR TABEL

1.1 Tabel Penyuluh KUA Padamara Kabupaten Purbalingga………………..7

1.2 Tabel Pernikahan dini kabupaten Purbalingga tahun 2019-2021………..8

XXI
DAFTAR GAMBAR

1.1 Gambar Kerangka Berpikir ……………………………………………..30

XXII
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Panduan Observasi ……………………………………………….....72

Lampiran II Panduan Wawancara ……………………………………………....73

Lampiran III Panduan Checklist Dokumentasi …………………………………77

Lampiran IV Jadwal Penelitian …………………………………………………78

Lampiran V Hasil Observasi ……………………………………………………79

Lampiran VI Hasil Wawancara …………………………………………………83

Lampiran VII Dokumentasi …………………………………………...……….101

Lampiran VIII Daftar Riwayat Hidup ………………………………………….108

XXIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pernikahan menurut Mudhiiah & Atabik (2014) adalah ikatan lahir

batin antara seorang laki-laki dan perempuan yang memiliki peran masing-

masing sebagai suami dan istri. Ikatan lahir dan batin itu memiliki tujuan

untuk membentuk keluarga yang sakinah bahagia dunia dan akhirat.

Sedangkan dasar dari ikatan lahir batin dan tujuan membentuk keluarga

bahagia berdasarkan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Esa. Pernikahan

menurut Cahyani (2020) tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan biologis

saja akan tetapi pernikahan mempunyai makna yang lebih dalam yaitu sesuatu

yang sakral, serta memiliki akibat hukum dan diantara kedua pasangan

timbulah hak dan kewajiban antara keduanya. Artinya suami dan istri sama

sama memiliki hak dan kewajiban masing masing yang sudah diatur dalam

undang-undang.

Berangkat dari pengertian itu tujuan pernikahan menurut Cahyani (2020)

adalah seperti yang tertuang di Undang-undang No. 1 Tahun 1974

menciptakan pernikahan yang kekal dan bahagia sesuai dengan ketentuan

Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan tujuan dari pernikahan itu sendiri

membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Menurut Zaini

(2015) Islam memerintahkan umatnya untuk menikah karena terdapat tujuan

berupa memperoleh ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang. Adapun

pendapat Rohman (2015) salah satu tujuan dari pernikahan adalah

mendapatkan keturunan yang sah, karena jika ingin mendapatkan keturunan

1
yang sah harus dengan pernikahan yang sah juga. Selain itu juga sebagai

penyaluran syahwat secara sah dan pemberian kasih sayang berdasarkan

tanggung jawab. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki

syahwat yang harus disalurkan dengan baik melalui pernikahan yang sah, jika

syahwat tersalurkan dengan baik maka akan menghindarkan dari hal yang

mengarah ke mudharatan. Kemudharatan itu berupa kemaksiatan, maka

menikah memiliki tujuan yang sangat mulia bagi yang melakukan.

Menurut Nurhayati (2011) Syarat seseorang yang diperbolehkan untuk

menikah sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan No.1

tahun 1974 disitu dijelaskan bahwa perkawinan antara laki-laki dengan

perempuan diizinkan ketika laki-laki sudah mencapai umur 19 Tahun dan

pihak perempuan ketika sudah mencapai umur 16 Tahun. Akan tetapi dalam

pelaksanaan nya batas menikah perempuan meskipun sudah rendah masih

belum dipatuhi. Untuk mengurangi angka pernikahan di atas batas

terendahnya, terdapat pasal 6 ayat (2) dalam Undang-Undang tersebut

menjelaskan bahwa pernikahan bagi seseorang yang belum mencapai umur 21

tahun harus dengan izin orang tua. Sedangkan menurut Hardani (2015) pasal

tersebut jelas mengatur tentang kedewasaan seseorang menikah yaitu ketika

laki-laki berumur 21 dan perempuan 19 tahun. Hal itu seakan bertentangan

dengan pasal 7 yang seakan memperbolehkan seseorang remaja boleh

melangsungkan pernikahan. Dengan ketidak konsistensian undang-undang

tersebut bisa dengan mudah kondisi itu dimanfaatkan ketika terdapat seorang

remaja yang akan menikah dibawah umur dapat disahkan oleh undang-undang

2
dengan adanya izin tertulis orang tua kepada hakim Pengadilan Agama.

Berarti pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan ketika calon

mempelai baik laki-laki dan perempuan masih dibawah batas umur yang

ditentukan oleh Undang-Undang Perkawinan.

Peta persebaran pernikahan dini di Jawa Tengah sebagaimana dikutip

compas.regional.co.id tanggal 04 Agustus 2021. pada tahun 2020 pernikahan

usia dini di Provinsi Jawa Tengah terjadi kenaikan sebanyak 8.338 kasus atau

kenaikan sebanyak 10,2%. Kenaikan banyak terjadi di daerah Jepara, Pati,

Blora, Grobogan, Cilacap, Brebes, Banjarnegara, dan Purbalingga.

Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan pernikahan dini menurut

Desiyanti (2015) adalah tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendidikan

remaja. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa orang tua sangat berperan

dalam terjadinya pernikahan dini pada remaja. Tingkat pendidikan orang tua

yang rendah lebih cenderung melakukan pernikahan dini pada remaja

dibandingkan dengan orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi. Kemudian

faktor pendidikan remaja yang rendah juga memiliki peran dalam melakukan

pernikahan dini dibandingkan dengan remaja dengan tingkat pendidikan yang

tinggi. Akan tetapi faktor yang memiliki peranan lebih banyak adalah faktor

peranan orang tua. Hal itu juga serupa dengan pendapat menurut Adam (2019)

menjelaskan bahwa keputusan pernikahan yang terjadi pada remaja

disebabkan karena peranan dari orang tua. Selain peranan orang tua,

dijelaskan dalam Redjeki et al. (2016) faktor kemiskinan atau ekonomi juga

menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini. Dorongan ekonomi, harapan

3
terjaminnya kemanan sosial dan finansial membuat orang tua lebih memilih

menikahkan anaknya.

Dampak dari pernikahan dini menurut Rosdiyah & Listya (2019) salah

satunya adalah dampak secara fisik, remaja masih dalam proses menuju

kematangan alat reproduksi sehingga belum siap digunakan, hal itu tentunya

akan menimbulkan dampak buruk terhadap remaja itu sendiri. Adapun resiko

yang mengancam jika remaja dibawah umur sudah hamil di bawah umur 20

tahun seperti, ketika mengandung beresiko mengalami tekanan darah tinggi

karena tubuhnya tidak kuat kondisi itu akan menyebabkan kejang-kejang,

pendarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, kondisi sel telur remaja

dibawah umur 20 belum begitu sempurna sehingga beresiko bayi yang

dilahirkan dalam kondisi cacat secara fisik, resiko mengalami kanker serviks

karena semakin muda umur remaja melakukan hubungan seks maka semakin

besar resiko reproduksinya terkontaminasi virus. Shufiyah (2017) menjelaskan

dampak fisik yang disebabkan pernikahan dini juga rentannya salah satu

anggota keluarga mengalami kekerasan dalam rumah tangga, hal tersebut

lebih rentan terjadi terhadap perempuan karena menjadi pihak yang lebih

lemah. Selain itu menurut Bastomi (2016) laki laki belum cukup mampu

dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan fisik untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi rumah tangganya, dan perempuan akan menghadapi

pekerjaan rumah tangga yang banyak terlebih lagi ketika sudah mempunyai

remaja.

4
Sedangkan secara psikis, menurut Maudina (2019) pasangan secara

mental belum siap menghadapi perubahan peran dan masalah yang terjadi

pada kehidupan rumah tangganya yang menyebabkan rasa penyesalan akan

kehilangan masa bermain dan bersekolahnya. Bagi remaja yang melakukan

pernikahan dini yang disebabkan karena kehamilan yang tidak diinginkan

cenderung akan tidak percaya diri terhadap lingkungannya. Semua hal yang

dialami karena ketidak siapan mental seseorang remaja dalam menjalani

kehidupan rumah tangga. Rifiani (2011) menjelaskan ketika remaja belum

siap dan belum paham tentang berhubungan seks maka akan menimbulkan

trauma psikis terhadap remaja yang melakukan pernikahan dini dan remaja

akan cenderung murung dan menyesali hidupnya yang dia sendiri tidak

mengerti akibat dari keputusan yang sebelumnya ia buat.

Menurut Kiwe (2017) remaja yang melakukan pernikahan dini rentan

mengalami depresi. Karena tingkat emosional mereka masih dalam keadaan

labil. Dengan keadaan tersebut ketika mereka dibenturkan dengan masalah

anak, konflik rumah tangga, dan masalah ekonomi dalam rumah tangga maka

remaja akan mengalami depresi. Sedangkan menurut Setyawan et al. (2016)

Ketidak pastian menjalankan tugas-tugas perkembangan yang muncul setelah

adanya perkawinan dengan tidak didukung kesiapan mental dan kematangan

emosi yang dimiliki. Pada perkembaangan emosional, remaja yang melakukan

pernikahan dini secara emosi belum matang dan cenderung timbul emosi

negatif dan berdampak pada kondisi rumah tangga yang kurang

menyenangkan.

5
Dengan banyaknya dampak yang disebabkan oleh pernikahan dini

untuk itu perlu adanya Strategi penyuluh yang tujuannya mencegah

pernikahan dini sehingga tren yang terjadi menurun. Strategi menurut

Barmawie & Humaira (2018) merupakan sesuatu tahapan-tahapan yang dilalui

demi tujuan yang harus dicapai. Strategi menurut Usman & Raharjo (2013)

merupakan pendekatan yang bersifat umum dengan tujuan mempertahankan

suatu organisasi melalui daya saing yang berkelanjutan. Selain itu menurut

Yunus (2016) Strategi merupakan serangkaian proses pengambilan keputusan

yang menyeluruh dan memungkinkan dapat meperoleh tujuan yang ingin

dicapai oleh organiasasi. Inti dari Strategi adalah suatu alat yang digunakan

untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi apabila dalam lingkup

organisasi. Dalam lingkup penelitian ini adalah penyuluh Agama dan Kantor

Urusan Agama dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pihak yang bertugas sebagai yang

menggunakan Strategi dalam mencegah angka pernikahan dini di Kecamatan

Padamara adalah Penyuluh Agama dan Kantor Urusan Agama. Menurut

Iskandar (2018) penyuluh agama merupakan orang yang melakukan

pemberian bantuan terhadap individu atau masyarakat luas agar mampu hidup

sesuai dengan ketentuan dan petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan menurut Kusnawan

(2011) Penyuluh agama Islam merupakan pembimbing masyarakat dalam

rangka pembinaan baik mental, moral dan ketakwaan kepada Allah SWT,

serta menjabarkan segala aspek kehidupan dengan menggunakan bahasa

6
agama. Adapun menurut Barmawie & Humaira (2018) Penyuluh Agama

merupakan Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab

wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan bimbingan

terhadap masyarakat melalui bahasa agama. Jadi Penyuluh Agama adalah

pejabat formal yang bertugas membimbing masyarakat kepada jalan Allah

SWT dan menjauhi segala larangan dari Allah SWT. Dengan tujuan

memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

NO Nama Penyuluh Keterangan/Jabatan


1 Sarip Bidang Keluarga Sakinah
2 Imron Rosyadi Bidang Zakat
3 Sukirman Bidang Wakaf
4 Siti Ubaidah, S.Sos.I Bidang PBHQ
5 Aziz Fakhrurridlo, S.Sos Bidang Radikalisme
6 Fitriana Pusporini, S.Sy Bidang JPH
7 Novi Anggriawan W Bidang KUB
8 Yeni Nur Asiah, S.Sos Bidang Narkotika/HIV

1.1.Tabel Penyuluh KUA Padamara

Untuk tugas pokok seorang pernyuluh agama Islam menurut Hidayat

(2020) adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan agama

dan pembangunan melalui bahasa agama. Sedangkan menurut Junaidi (2021)

tugas seorang Penyuluh Agama Islam sama dengan fungsi dari Penyuluh

Agama yaitu fungsi edukatif, konsultatif, dan advokatif. Tugas sebagai

Penyuluh Agama secara edukatif adalah memberikan informasi dan

pengajaran terkait pernikahan, meliputi tujuan dari pernikahan, hak-hak dan

kewajiban suami istri, kemudian menjelaskan tentang dampak yang

diakibatkan dari pernikahan dini. Kemudian fungsi penyuluh sebagai fungsi

7
konsultatif adalah menerima konsultasi dan pengaduan dari suami atau istri

berkenaan dengan masalah yang terjadi dalam rumah tangga. Yang terakhir

adalah fungsi advokatif yaitu penyuluh menjadi mediator antar suami dan istri

yang sedang berkonflik. Yang tujuannya sebagai penengah ikut membantu

menyelesaikan masalah yang terjadi antar suami istri. Sedangkan menurut

Syamsuddin (2017) penyuluh agama memiliki tugas dan kewajiban

menerangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan akidah agama,

pernikahan, zakat, keluarga sakinah, kemasjidan dan aspek kehidupan lain.

Dan tujuan akhirnya adalah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki

pemahaman agama.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 28 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB, pada Kantor Kemenag Kabupaten

Purbalingga didapatkan informasi dari Bu Nurdiana Kasi BIMAS Islam

sebagai berikut, Kecamatan yang memiliki jumlah pernikahan dini paling

sedikit pada tiga tahun terakhir adalah Kecamatan Padamara. Data tersebut

juga bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tahun
No Kecamatan
2019 2020 2021 Jumlah
1 Kec. Bobotsari 8 9 15 32
2 Kec. Bojongsari 11 27 49 87
3 Kec. Bukateja 12 5 3 20
4 Kec. Kaligondang 13 23 28 64
5 Kec. Kalimanah 3 3 21 27
6 Kec. Karanganyar 4 31 19 54
7 Kec. Karangjambu 18 19 18 55
8 Kec. Karangmoncol 12 8 16 36
9 Kec. Karangreja 11 16 2 29

8
10 Kec. Kejobong 7 9 27 43
11 Kec. Kemangkon 2 15 5 22
12 Kec. Kertanegara 5 9 11 25
13 Kec. Kutasari 2 13 38 53
14 Kec. Mrebet 4 17 26 47
15 Kec. Padamara 3 5 2 10
16 Kec. Padamara 5 4 5 14
17 Kec. Purbalingga 4 15 7 26
18 Kec. Rembang 2 7 7 16

1.2 Tabel Angka pernikahan dini kabupaten Purbalingga tahun 2019-2021

Alasan saya meneliti tempat tersebut. Pertama, dikarenakan jumlah

pernikahan dini di kecamatan tersebut relatif sedikit dari tahun 2019 sampai

2021. Kedua, dikarenakan belum ada yang meniliti tentang pernikahan dini di

kecamatan Padamara. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah

dikemukakan penulis ingin mengkaji lebih dalam bagaimana Strategi

penyuluh dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara,

Purbalingga. Untuk itu perlu adanya penelitian yang mengkaji tentang upaya

penyuluhan dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara. Oleh

karena itu perlu dikaji mengenai strategi penyuluhan yang dilakukan dalam

mencegah pernikahan dini yang ada di Kecamatan Padamara, Kabupaten

Purbalingga. Hal tersebut mendorong penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Strategi Penyuluh Agama Islam Dalam Mencegah

Pernikahan Dini Di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa

Tengah”.

B. Identifikasi Masalah

9
Dari latar belakang masalah yang telah diurai diatas, maka diambil

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pernikahan dini menimbulkan masalah baru ketika remaja tidak

mempunyai keterampilan dalam bekerja akan kesulitan secara ekonomi.

2. Pernikahan dini akan berdampak terhadap psikis remaja. Ketika

pernikahan dini itu terjadi karena pernikahan diluar nikah maka remaja

akan merasa tidak percaya diri dengan lingkungannya.

3. Pernikahan dini akan berdampak kepada remaja yang mengandung

dalam usia yang masih muda berakibat pada cacatnya bayi yang

dilahirkan dan membahayakan nyawa ibu.

4. Pernikahan dini lebih berpotensi terhadap kekerasan rumah tangga,

dikarenakan kondisi emosional remaja yang masih labil.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti

melakukan pembatasan masalah agar pelebaran pokok permasalahan dapat

terhindari. Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan dapat

mencapai hasil yang sesuai maka peneliti memberikan batasan pada masalah

pada penelitian yaitu mengenai Strategi penyuluh dalam mencegah pernikahan

dini di Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.

D. Rumusan Masalah

10
Bertitik tolak dari latar belakang dan penegasan judul di atas, maka

rumusan masalah yang dikemukakan adalah bagaimana Strategi penyuluh yang

dilakukan dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara, Kabupaten

Purbalingga?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini

adalah untuk mengetahui Strategi Penyuluh agama dalam mencegah pernikahan

dini di Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

ilmu Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya yang berkaitan dengan

bimbingan dan konseling keluarga atau pernikahan.

2. Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dan menambah wawasan mengenai dampak dari pernikahan dini.

Dengan bertambahnya wawasan mengenai dampak pernikahan dini

diharapkan dapat menambah kesadaran diri para remaja sehingga dapat

menghindari pernikahan dini.

b) Manfaat bagi masyarakat

11
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat umum terutama pada orang tua remaja mengenai

pernikahan dini. Sehingga orang tua bisa menjadi pihak utama yang

bisa mencegah terjadinya pernikahan dini.

c) Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi

peneliti-peneliti selanjutnya mengenai Strategi mengurangi angka

pernikahan dini.

12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori

Berdasarkan pada judul penelitian diatas, penulis akan menjelaskan

mengenai pengertian dari kata-kata yang berkaitan dengan judul penelitian

yang penulis lakukan sebagai berikut:

1. Penyuluh Agama Islam

a. Pengertian Penyuluh Agama

Penyuluh Agama menurut Mufidah (2015) adalah

seseorang yang memberikan bantuan kepada seseorang atau

kelompok yang sedang mengalami kesulitan hidup agar individu

atau kelompok tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya

dengan berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang ada pada agama

Islam. Sedangkan menurut Syafriwaldi (2019) penyuluh agama

adalah juru penerang penyampaian pesan bagi masyarakat

mengenai etika dan nilai-nilai keberagamaan yang baik. Lalu

Muslihudin et al. (2017) menjelaskan bahwa penyuluh agama

merupakan seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang

untuk melaksanakan bimbingan atau penyuluhan agama dan

pembangunan.

Kata penyuluh sendiri menurut Syafriwaldi (2019)

mengandung arti kata penerangan, yang menurut Syamsuddin

(2017) memiliki maksud penyuluh melakukan tugas dan kewajiban

13
menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan

keberagamaan. Mulai dari hukum, syarat dan rukun, pernikahan,

zakat, keluarga sakinah, kemasjidan. Sedangkan arti dari

penyuluhan menurut Mufidah (2015) adalah salah satu teknik

dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan merupakan alat yang

paling penting dalam usaha pelayanan bimbingan.

Menurut Syamsuddin (2017) sebagaimana tercantum pada

keputusan menteri Agama RI No. 791 Tahun 1985 penyuluh

agama Islam adalah pembimbing umat beragama dalam rangka

pembinaan mental, moral dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha

Esa. Serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui bahasa

agama. Penyuluh agama Islam menjadi tempat bertanya dan tempat

mengadu bagi masyarakat yang sedang dalam keadaan bingung

maupun dalam masalah dan penyuluh agama menjadi peran

penting dalam memecahkan masalah di masyarakat. Oleh karena

itu penyuluh agama Islam adalah seseorang yang memiliki

pengetahuan yang luas serta menguasai berbagai upaya,

pendekatan dan teknik penyuluhan sehingga kegiatan penyuluhan

dapat dilakukan dengan baik.

Penyuluhan adalah kegiatan pemberian bantuan oleh

seorang penyuluh kepada masyarakat agar mereka dapat melalui

permasalahan yang ada di hidupnya dengan tujuan meraih

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Penyuluh agama Islam

14
khususnya di bidang pernikahan merupakan tenaga profesional

yang memiliki tugas dalam melaksanakan bimbingan keagamaan

dan penyuluhan yang berhubungan dengan tata cara pernikahan

baik pra maupun pasca pernikahan dengan dasar nilai nilai agama.

b. Strategi dan Fungsi Penyuluh Agama Islam

Tugas pokok seorang penyuluh agama adalah melakukan

bimbingan terhadap masyarakat yang memiliki masalah dengan

berpegang teguh pada nilai nilai yang ada pada agama Islam.

Menurut Jaya (2017) Penyuluh agama mempunyai fungsi

yang sangat dominan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.

1) Fungsi Informatif dan Edukatif, sebagai dai yang

berkewajiban dakwah, menyampaikan penerangan dan

mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran

Islam.

2) Fungsi Konsultatif, yaitu terlibat dalam persoalan-persoalan

yang dihadapi masyarakat, pribadi, keluarga maupun sebagai

anggota masyarakat umum.

3) Fungsi Advokatif, yaitu penyuluh mempunyai tanggung

jawab dalam melakukan tugasnya harus memastikan

masyarakat dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan

tantangan yang merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan

merusak akhlak.

15
Sedangkan Strategi menurut Jaya (2017) secara bahasa

tidak jauh berbeda dengan fungsi. Strategi sendiri memiliki arti

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

memiliki kedudukan dalam masyarakat sedangkan fungsi adalah

jabatan (pekerjaan) yang dilakukan. peranan seorang penyuluh

agama dalam memberikan informasi edukatif adalah membina,

memberikan pelajaran, memberikan pesan sesuai dengan ketentuan

yang ada pada Al-Qur’an dan Sunnah. peranan penyuluh sebagai

konsultan adalah ikut serta dalam memikirkan dan memecahkan

masalah baik perorangan maupun kelompok. peranan penyuluh

memiliki fungsi advokatif adalah melakukan kegiatan pembelaan

dan pendampingan masyarakat dari segala bentuk kegiatan yang

melanggar aturan dan ketentuan agama.

2. Pernikahan Dini

a. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan disitu dijelaskan bahwa

perkawinan/pernikahan adalah “ikatan lahir dan batin antara laki-

laki dan perempuan yang terbentuk dari perkawinan yang sah

sesuai hukum yang berlaku dan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga sejahtera yang diliputi rasa kasih sayang,

untuk memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat”. pengertian

di atas hampir sama dengan pengertian yang di jelaskan menurut

16
Triningtyas & Muhayati (2017) bahwa pernikahan (Marriage)

adalah sebuah ikatan yang sakral antara pasangan seseorang laki-

laki dan perempuan yang telah menginjak umur yang dewasa atau

usianya telah memenuhi untuk melangsungkan pernikahan. Dari

definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pernikahan

merupakan suatu tindakan yang mulia dari laki-laki dan perempuan

yang nemiliki tujuan mencapai kebahagiaan berumah tangga yang

tentunya sesuai dengan ketentuan dari Allah SWT.

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh

calon mempelai pernikahan yang masih dibawah umur. Hal itu

diatur dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 diperbolehkan

menikah ketika calon pengantin laki-laki sudah menginjak umur 19

tahun dan untuk perempuan sendiri berumur 16 tahun. Akan tetapi

pemerintah mengubah ketentuan diperbolehkannya menikah

melalui Undang-Undang No 16 tahun 2019 menjadi keduanya baik

calon mempelai laki-laki dan perempuan minimal berumur 19

Tahun. Peraturan itu selara juga dengan peraturan yang dibuat oleh

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tepatnya pada Pasal 81 ayat 2

tentang perlindungan remaja menyatakan bahwa seseorang yang

belum berusia 18 belas tahun masih dikategorikan sebagai remaja,

apabila melangsungkan pernikahan maka dikategorikan sebagai

pernikahan dibawah umur. Dengan diubahnya peraturan itu

pernikahan dini di Indonesia mengalami peningkatan yang

17
signifikan. Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya orang tua

yang mengajukan surat dispensasi ke Pengadilan Agama agar

anaknya bisa melaksanakan pernikahan di bawah umur.

b. Faktor-Faktor Pernikahan Dini

Pernikahan dini bisa terjadi dengan banyak faktor dimulai

dari faktor internal dan faktor eksternal. Wafiq & Santoso (2013)

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Remaja yang tidak mengenyam pendidikan akan lebih besar

kemungkinan untuk menikah, karena ketika ia tidak

bersekolah maka remaja akan memilih bekerja dan

mempunyai uang, dengan latar belakang seperti itu remaja

menganggap dirinya sudah mampu secara finansial untuk

memberi nafkah orang lain maka yang dilakukan selanjutnya

adalah menikah.

b) MBA (Married by Accident)

Ketika remaja tidak bersekolah dan tidak bekerja maka

mereka akan mengalami kekosongan kegiatan maka biasanya

untuk mengisi kegiatan sehari-harinya dengan menjalin

hubungan dengan lawan jenis dan akan berpotensi ke arah

hamil di luar nikah.

2) Faktor Eksternal

a) Melanggar Norma agama

18
Remaja yang menjalin hubungan dengan lawan jenis akan

berpotensi terjerumus ke dalam seks bebas. Banyak dari

orang tua yang takut anaknya terjerumus ke hal tersebut.

Oleh karena itu banyak dari orang tua yang anaknya sedang

menjalin hubungan dengan lawan jenis oleh orang tuanya

dinikahkan agar terhindar dari fitnah dan perzinaan meskipun

masi di bawah umur.

b) Ekonomi

Dengan alasan ekonomi yang lemahnya orang tua

menjadikan anaknya sebagai alat untuk memperkuat ekonomi

orang tuanya dengan menikahkan anaknya dengan orang

yang ekonominya kuat agar menunjang ekonomi keluarganya

sendiri. Hal ini sering terjadi terutama pada perempuan.

c) Teknologi

Kemudahan teknologi memang semakin memudahkan

banyak aspek dikehidupan, akan tetapi banyak juga dampak

yang negatif dari teknologi terutama untuk remaja. Misalnya

remaja menonton tayangan di televisi yang menampilkan

adegan berumah tangga yang tidak seharusnya ditonton oleh

remaja. Hal itu mendorong mereka untuk menikah di bawah

umur karena membayangkan indahnya kehidupan berumah

tangga.

d) Adat Istiadat

19
Pernikahan dini juga bisa terjadi karena kebiasaan

masyarakat atau Adat. Kebanyakan orang tua menjodohkan

anaknya dengan anak dari sodaranya dengan alasan agar

hubungan silaturahmi dengan sodaranya tidak terputus. Di

dalam hukum adat juga tidak menjelaskan seberapa batas

umur seseorang diperbolehkan menikah akan tetapi biasanya

mempunyai sebuah kepercayaan masing masing suku.

Contohnya suku jawa yang mempunyai anggapan bahwa

remaja sudah boleh menikah ketika mereka sudah bisa

bekerja sendiri. Apabila remaja yang belum cukup umur

untuk menikah akan tetapi sudah bekerja dan mencukupi

kebutuhannya maka akan diperbolehkan menikah.

c. Dampak Pernikahan Dini

Selain faktor yang mempengaruhi pernikahan dini, adapun

dampak yang di timbulkan dari pernikahan dini itu sendiri baik

dampak positif dan dampak negatif. Menurut Syamsuddin (2017)

terdapat dampak positif dan dampak negatif.

1) Dampak Positif

Pernikahan dini tidak serta merta hanya mempunyai

pengaruh yang negatif akan tetapi juga memiliki pengaruh yang

positif juga seperti, mencegah adanya perzinaan pada remaja,

karena dengan menikahkan remaja dapat menghindarkan mereka

pada tindakan yang tidak baik seperti melakukan hubungan suami

20
istri sebelum menikah dan tentunya mencegah hamilnya remaja

diluar hubungan pernikahan. Lalu selain itu, pernikahan dini bagi

orang tua mempunyai dampak positif yaitu dengan menikahkan

anaknya dapat mengurangi beban ekonomi orang tua bahkan bisa

membantu ekonomi orang tua apabila anaknya dinikahkan

dengan anak yang ekonomi keluarganya lebih mapan.

2) Dampak Negatif

Secara psikologis remaja yang melakukan pernikahan dini

akan sering mengalami pertengkaran karena remaja yang

melakukan pernikahan dini cenderung memiliki emosi yang

masih belum stabil. Lalu remaja belum mempunyai pemahaman

sosial yang begitu luas akibatnya mereka sulit beradaptasi dengan

lingkungan sekitar. Selain itu ketidaksiapan remaja dalam

memecahkan masalah dalam keluarga karena masih minim

pengetahuan dan pengalaman.

d. Strategi

Menurut Budio (2019) Strategi merupakan suatu rencana

yang disusun oleh manajeman puncak untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Strategi juga memiliki berbagai fungsi yaitu; untuk

mengidentifikasi, memberikaan gambaran objektif tentang

permasalahan, membuat keputusan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi kerja.

Artinya Strategi adalah sebuah satu rangkaian keputusan yang

21
menghasilkan rancangan rencana yang memiliki suatu tujuan

tertentu. Rencana meliputi tujuan, kebijakan, dan tindakan yang

dilakukan.

B. Penelitian Yang Relevan

Ditinjau dari judul skripsi yang penulis teliti, untuk menghindari kesamaan

yang akan penulis laksanakan berikut akan dipaparkan beberapa karya ilmiah

yang relevan dengan judul skripsi yaitu:

No Penulis Metode Keterangan


1 (Ahmad Wafiq, F. Penelitian Kualitatif
upaya yang dilakukan
Setiawan Santoso, 2017) dengan cara
secara yuridis adalah
Upaya Yuridis dan Observasi, dengan memperketat
Sosiologis Kantor Wawancara, dan
peraturan tentang izin
Urusan Agama dalam Dokumentasi. menikah catin pria yang
Pencegahan Pernikahan masih dibawah 21 Tahun
Usia Dini harus disertai dengan
surat keterangan orang
tua dan catin wanita yang
belum cukup umur harus
disertai dengan surat
dispensasi dari
Pengadilan Agama.
2. (Muhammad Julijanto, Penelitian Kualitatif Hasil dari penelitian
2020) dengan pendekatan menunjukan bahwa
Pernikahan Dini Di Sosiologis faktor yang menyebabkan
Lereng Merapi dan pernikahan dini yang
Sumbing terjadi di dua kecamatan
tersebut seperti, dorongan
orang tua, anak dianggap
sebagai beban ekonomi
keluarga, budaya dan
merasa malu jika anaknya
tidak cepat dinikahkan.
Angka pernikahan dini
dapat diturunkan melalui
berbagai kebijakan yang

22
dilakukan oleh
pemerintah setempat
seperti, sosialisasi UU
pernikahan,
tingkat KUA
mengeluarkan edaran
tentang usia minimal
menikah serta sanksi bagi
yang melakukan
pernikahan dini.
3 (Fator Rohman, Moh Penelitian Kualitatif Dampak positif
Ziyadul Haq Anajih, dengan cara bimbingan konseling bagi
2021) Observasi, disharmoni nikah dini
Bimbingan dan Wawancara dan seperti. Mendukung
Konseling Islam dalam Dokumentasi. emosional, keluarga jadi
mengatasi harmonis,Meminimalisir
Disharmonisasi terjadinya KDRT,
Pernikahan Dini Mengurangi tingkat
perceraian. Dampak
negatif bimbingan
konseling bagi
disharmoni nikah dini
sebagai berikut. Enggan
menceritakan masalah,
Terjadi kecemburuan
sosial, tidak percaya diri.
4 (Halimatus Sakdiyah, Penelitian Kualitatif faktor pendorong
Kustiwati Ningsih, dengan cara menikah usia dini adalah
2013) Wawancara faktor ekonomi, faktor
Mencegah Pernikahan sebanyak 50 diri sendiri, faktor
Dini untuk Membentuk Responden dengan pendidikan, dan faktor
Generasi Berkualitas Metode Simple orang tua. Pembinaan dan
Random Sampling. penyuluhan tentang
pembentukan generasi
berkualitas dan dampak
dari pernikahan dini dari
instansi terkait di Desa
Pamoroh sangat
diperlukan. Bentuk
pembinaan yang
diharapkan oleh
masyarakat adalah
program kegiatan
penyuluhan dan diskusi-
diskusi. Strategi aktif
pembinaan dari tokoh

23
masyarakat dan tokoh
agama sangat diperlukan
sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya
pernikahan dini dengan
menggalakkan sosialisasi
tentang UU Perkawinan
No. 1 Tahun 1974.
5 (Ahmad Khoiri, 2020) Penelitian Tulisan ini akan
Pernikahan Dini Ditinjau kualitatif deskriptif mendiskusikan
dari Undang-Undang dengan fenomena pernikahan
dan Psikologi pendekatan studi dini dalam konteks
pustaka. undang-undang dan
psikologis. Namun tak
jarang juga seseorang
yang melakukan
pernikahan dini akan
mengalami tekanan
kejiwaan seperti stress,
mudah marah,
kecemasan dan depresi.
6 (Nabilah Lukman Manu, Penelitian kualitatif Strategi penyuluh agama
Ahmad subekti, dengan dalam memberikan
Fathurrahman Alfa, menggunakan bimbingan kepada calon
2020) observasi, memepelai terdapat
peranan Penyuluh wawancara dan tantangan atau hambatan.
Agama dalam dokumentasi. Pemberian bimbingan
memberikan Bimbingan kepada calon mempelai
terhadap calon mempelai yang akan menikah
di kantor urusan agama menjadi sangat penting
kecamatan klojen kota dikarenakan calon
malang mempelai harus bisa
membangun keluarga
yang harmonis, bertakwa,
serta bahagia di dunia
dan akhirat.
7 ( Ramli Liputo, 2019) Penelitian kualitatif Penyuluh Agama Islam
Eksistensi Penyuluh deskriptif dengan melakukan kegiatan
Agama Islam dalam pengumpulan data dalam menangkal atau
Menangkal Faham menggunakan mencegah faham
Radikalisme di Kec. observasi, radikalisme, melalui
Suwawa Timur Bone wawancara dan gerakan dakwa baik
Bolango dokumentasi. secara langsung maupun
tidak langsung dengan
membentuk majelis-
majelis taklim, taman

24
pengajian, serta bekerja
sama dengan berbagai
lembaga keagamaan dan
pemerintah desa.
Dukungan dan kesadaran
para penyuluh dalam
menjalankan tugasnya
menjadi sangat penting
sebagai sebuah solusi
disetiap hambatan yang
ditemui dalam hal
gerakan dakwah anti
radikalisme di tengah
masyarakat muslim
Kecamatan Suwawa
Timur Kabupaten Bone
Bolango.
8 (Theodora Rahmawati, Penelitian Kualitatif praktik pernikahan dini
Qorry ‘Aina, 2019) deskriptif analitik masih terjadi di wilayah
Efektivitas Pencegahan dengan pendekatan KUA Gondomanan.
Pernikahan Dini Pada normatif dan yuridis Meskipun angka
Kantor Urusan Agama pernikahan dini tahun
Kecamatan 2014-2015 tidak
Gondomanan sebanyak tahun
Yogyakarta Tahun 2014- sebelumnya, namun
2015 dalam hal ini tetap
menjadi catatan tersendiri
KUA Gondomanan untuk
terus melakukan upaya
pencegahan pernikahan
dini ini. Upaya yang
dilakukan oleh KUA
sebagai lembaga yang
berwenang dalam
meminimalisir angka
pernikahan dini sebagai
tindakan yang preventif
di antaranya,
mengadakan sosialisasi
atau penyuluhan-
penyuluhan dengan
konsentrasi terhadap
remaja, melakukan
pembinaan-pembinaan
baik terhadap remaja
maupun orang tua, serta

25
berkerja sama dengan
instansi terkait seperti
BP4, PUSKESMAS
maupun PLKB.
9 (Dian Anugerah, Amir Penelitian kualitatif peran pemerintah daerah
Muhiddin, Adnan dengan teknik dalam menangani
Ma’ruf, 2020) observasi, pernikahan dini di
peranan Pemerintah wawancara dan Kecamatan Sinjai Selatan
Daerah dalam dokumentasi Kabupaten Sinjai ada
Menangani Pernikahan yang tergolong optimal
Dini Kecamatan Sinjai dan belum optimal
Selatan Kabupaten apabila dibahas dari
Sinjai aspek. sosialisai, regulasi,
dan sanksi.
10 (Nurkholis, Istifianah, Penelitian kualitatif Para Penyuluh dalam
A. Syafi’I Rahman, deskriptif mendukung pelaksanaan
2020) DBKS di desa Dlingo
peran Penyuluh Agama tidak bergerak jauh lebih
dalam Program Desa dari sesuai tugas dan
Binaan Keluarga Fungsinya sebagi
Sakinah Di Desa Dlingo penyuluh. peran serta
masyarakat banyak dan
kelompok binaan sangat
diperlukan dalam
penyuluhan penyuluhan
ditingkat masyarakat,
agar terbentuk sebuah
keluarga yang mandiri
dan sejahtera menurut
ajaran Agama islam dan
terbentuk keluarga yang
skainah, mawadah
warahmah.
11 (Pajar Hatma Indra Jaya, Penelitian kualitatif Hasil penelitian
2017) deskriptif menunjukan bahwa
Revitalisasi Peran penyuluh agama tidak
Penyuluh Agama dalam boleh hanya berfungsi
Fungsinya sebagai sebagai agen informatif-
Konselor dan edukatif yang mewujud
Pendamping Masyarakat dalam ceramah agama,
namun penyuluh agama
harus bisa menjadi
pemungkin (enabler)
dalam menyelesaikan
semua persoalan
masyarakat, baik masalah

26
keagamaan ataupun non-
keagaman.Penyuluh
agama dapat memainkan
peran sebagai broker
yang menghubungkan
kebutuhan masyarakat
berkolaborasi dengan
pihak-pihak terkait.
12 (Diana Ariswanti Penelitian Kualitatif Hasil penelitian
Triningtyas, Siti Deskriptif menunjukkan faktor yang
Muhayati, 2017) melatar belakangi
Konseling Pranikah: terjadinya pernikahan
Sebuah Upaya dini di Kecamatan
Mereduksi Budaya Pulung, Kabupaten
Pernikahan Dini di Ponorogo yaitu, faktor
Kecamatan Pulung, kurangnya perhatian dari
Kabupaten Ponorogo orang tua, faktor
pendidikan rendah dan
faktor budaya
masyarakat. Dampak
yang ditimbulkan dari
pernikahan dini adalah
ekonomi, sosial,
psikologis.
13 (Dzurri wahidah, Penelitian Kualitatif Temuan penelitian
Karismawati, Retno dengan Pendekatan menunjukkan bahwa
lukitaningsih, 2013) Studi Kasus faktor yang memotivasi
Studi Tentang Faktor- remaja untuk melakukan
Faktor Yang Mendorong pernikahan dini di
Remaja Melakukan Kecamatan Kemlagi,
Pernikahan Dini Di Kabupaten Mojokerto
Kecamatan Kemlagi, disebabkan oleh faktor
Kabupaten Mojokerto internal yang
berhubungan dengan
Kebutuhan akan cinta,
sedangkan faktor
eksternal berhubungan
dengan faktor ekonomi
dan pendidikan
masyarakat Kecamatan
Kemlagi, Kabupaten
Mojokerto yang rendah,
pengaruh budaya
terhadap pola pikir
masyarakat, pengaruh
teman sebaya, orangtua

27
ingin menghindari aib,
serta keinganan kuat
remaja untuk melakukan
pernikahan dini.
14 (Siti Nur Cholifah, Penelitian Kompetensi guru
Supriyo, Ninik Kuantitatif dengan bimbingan dan konseling
Setyowani, 2013) Pendekatan tergolong tinggi 78,71%.
Meningkatkan Deskriptif Dengan perincian sub
pemahaman orang tua variabel yaitu menguasai
terhadap pernikahan dini konsep dan memahami
melalui layanan kondisi kebutuhan
bimbingan kelompok masalah klien sebesar
77.58%, menguasai
kerangka teoritik 81,4%,
merancang program BK
77,11%,
mengimplementasikan
program BK 79%,
menilai proses dan hasil
BK 76,14%, kesadaran
etika profesional 81,4%.
Dari data tersebut
menunjukkan guru BK
SMP Negeri Sekota
Cilacap dapat menguasai
dan mengaplikasikan
kompetensi
profesionalnya didalam
pelaksanaan pelayanan
BK dengan kriteria
tinggi.
15 (Hamzanwadi, 2020) Penelitian Proses bimbingan dan
Konseling Pranikah Kuantitatif dengan konseling pra-nikah
dengan Pendekatan Pendekatan merupakan salah satu
Islami bagi Remaja Deskriptif cara agar konseli
Menggunakan Al-Qur- memiliki bekal membina
an dalam Meminimalisir rumah tangga. Secara
Perceraian umum memiliki tujuan
agar individu
mempersiapkan dan
mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya
dalam memasuki jenjang
pernikahan,menyesuaikan
diri dengan lingkungan,
keluarga.

28
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti yang

lain adalah peneliti membahas tentang bagaimana strategi penyuluhan untuk

mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara. Sejauh ini untuk

penelitian yang sedang dilakukan, penulis tidak ada yang menyamai

penelitian dari siapapun, adapun kesamaan dengan penelitian orang lain hanya

pada variabel tertentu saja.

C. Kerangka Berfikir

Pernikahan dini disebabkan oleh beberapa faktor, terdapat faktor

internal dan faktor eksternal.faktor internal yang disebabkan oleh pernikahaan

dini itu sendiri seperti, faktor dorongan pribadi, faktor rendahnya pendidikan.

Lalu faktor eksternal dari pernikahan dini seperti, faktor orang tua yang

memaksa anaknya menikah, faktor ekonomi keluarga yang rendah. Dengan

adanya pernikahan dini ini akan menimbulkan masalah dari segi dampak yang

dihasilkan. Dampak dari pernikahan dini itu sendiri terdapat dampak positif

dan dampak negatif. Dampak positif dari pernikahan dini seperti,

meringankan beban ekonomi keluarga dan mencegah remaja melakukan

perzinahan. Lalu dampak negatif yang disebabkan dari pernikahan dini seperti,

kekerasan rumah tangga, tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan

tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada di keluarga. Untuk Kerangka

berpikir merupakan alur berpikir yang digunakan dalam penelitian, sehingga

menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis alur penelitian.

29
Berdasarkan teori yang mendukung penelitian ini, maka dibuatlah suatu

kerangka berpikir sebagai berikut:

30
1.1 Gambar Kerangka Berfikir

Penyuluh Agama KUA Padamara

Strategi Penyuluh KUA Padamara

1. Program desa binaan

2. Pengajian/MAJELIS

3. Pengoptimalan BIMWIN

4. Penyuluhan ke Sekolah

5. Penyuluhan ke IRMAS

Faktor Internal Dampak Positif


1. Pendidikan 1. Meringankan
2. Hamil diluar beban keluarga
nikah 2. Mencegah zina
Pernikahan Dini
di Kecamatan
Padamara

Dampak Negatif
1. Kekerasan rumah
Faktor Eksternal tangga
1. Orang tua 2. Tidak bisa
2. Ekonomi beradaptasi dengan
3. Adat lingkungan
4. Tehnologi 3. Tidak mampu
menyelesaikan
masalah

31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. KUA Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga

a. KUA Kecamatan Padamara

Lokasi Penelitian yaitu Kantor Urusan Agama yang terletak di

Desa Bojanegara Kecamatan Padamara. Kantor Urusan Agama yang

terletak tidak jauh dari Kantor Kecamatan Padamara itu sendiri,

tepatnya berdekatan dengan SMPN 1 Padamara.

b. Kondisi Geografis

Kecamatan padamara sendiri memiliki luas wilayah 1.727 Ha

yang dibagi menjadi 14 bagian desa diantaranya, Bojanegara,

Dawuhan, Gemuruh, Kalitinggar, Kalitinggar kidul, karanggambas,

karangjambe, karangpule, mipiran, padamara, prigi, purbayasa,

Karangsentul dan sokawera. Dengan luas tersebut sebanyak 69,08%

menjadi lahan sawah dan sisanya lahan kering. Desa yang terluas

adalah Desa Gemuruh dan yang terkecil adalah Desa Karangsentul

Batas wilayah dari kecamatan padamara di bagian utara

adalah Kecamatan Bojongsari dan kutasari. Bagian timur berbatasan

dengan Kec-amatan Purbalingga. Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Banyumas karena letak kecamatan padamara berada di

paling ujung barat dari kabupaten Purbalingga. Sedangkan bagian

selatan berbatasan dengan Kecamatan Kalimanah.

32
c. Kondisi Ekonomi

Dengan banyaknya wilayah lahan basah mayoritas penduduk

Padamara bermata pencahariaan sebagai petani, selain itu juga buruh

industri, buruh bangunan, dan ada juga yang menjadi TKI.

d. Kondisi Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Padamara berjumlah 39.998

Orang. Dengan jumlah laki-laki sebanyak 20.374 orang dan 19.624

berjenis kelamin perempuan.

e. Kondisi Pendidikan

Kondisi pendidikan masyarakat Padamara paling banyak

lulusan SD/MI sebanyak 33%, TK/BA sebanyak 29%, SMP sebanyak

22% dan SMA sebanyak 21%. sedangkan jumlah fasilitas pendidikan

dari mulai TK sebanyak 15 unit, SD/MI 24 Unit, SMP sebanyak 3

Unit dan SMA sebanyak 2 Unit.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di mulai dari bulan Mei sampai penelitian ini selesai.

33
B. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif menurut Rukajat (2018) adalah suatu tradisi dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung terhadap

pengamatan manusia dan dilakukan dalam situasi yang wajar atau bisa

disebut “Natural Setting”. Sedangkan menurut Yusuf (2017) penelitian

kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif, peneliti kualitatif mencari

makna, pemahaman, pengertian tentang suatu fenomena yang terjadi pada

kehidupan manusia dilakukan dengan terlibat langsung atau tidak langsung.

Dan tahap demi tahap disimpulkan selama proses berlangsung dari awal

hingga akhir secara naratif dan holistik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Menurut Nilamsari (2014) Penelitian kualitatif merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk mengungkap permasalahan dalam kehidupan

kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan,

perempuan, olah raga, seni dan budaya, dan lain-lain sehingga dapat dijadikan

sebagai suatu kebijakan demi kesejahteraan bersama. Menurut Anggito &

Johan (2018) Penelitian Kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar

alamiah dengan maksud mengartikan fenomena yang terjadi dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang

menggunakan alat pengolah data, penelitian kualitatif melalui penggumpulan

data, data yang kita dapat tersebut kemudian di analisis dan oleh peneliti di

interpretasikan.

34
Adapun tahapan penelitian kualitatif menurut Yusuf (2017) menyajikan

tahapan sebagai berikut, dimulai dari identifikasi masalah yang menyangkut

spesifikasi isu yang sedang dibahas. Kedua, peninjauan pustaka atau

memperkaya refrensi bacaaan. Ketiga, menentukan tujuan dari penelitian.

Keempat, pengumpulan data, menyangkut pula pemilihan dan penentuan

partisipan wawancara yang potensial. Kelima, analisis data. Data yang sudah

didapat oleh peneliti kemudian dianalisis. Data yang begitu luas kemudian

diringkas dan diklasifikasikan. Ide yang sama disatukan, gagasan yang baru

kemudian dikembangkan menjadi tema yang nantinya menghasilkan gagasan

atau teori baru. Terakhir, pelaporan.penelitian kualitatif menghasilkan suatu

laporan yang cukup tebal.

Terdapat ciri -ciri penelitian kualitatif Anggito & Johan (2018) meliputi,

(1) aturan yang alami sebagai sumber langsung dari tanggal, dan peneliti

merupakan kunci dalam penelitian tersebut (2) data dikumpulkan dalam

bentuk kalimat atau gambar bukan angka (3) penelitian kualitatif berfokus

terhadap proses penelitian, (4) penelitian kualitatif proses analisisnya secara

induktif, (5) penelitian kualitatif lebih mementingkan makna atau data yang

bisa teramati.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada dasarnya adalah suatu aspek yang sangat

dibutuhkan dalam penarikan hasil kesimpulan dari penelitian. Posisi

narasumber sebagai sumber data penelitian sangat penting peranannnya

sebagai orang yang memiliki informasi. Subjek dalam penelitian ini

35
ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu beberapa teknik

pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan

tertentu. Pertimbangan subjek peneliti adalah penyuluh sebagai informan.

Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tentang data yang diinginkan

peneliti berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian yaitu penyuluh bagian keluarga sakinah. Penyuluh Agama

adalah salah satu aspek penting yang ada di KUA, penyuluh Agama disini

sebagai subjek untuk mendapatkan data tentang Strategi penyuluh agama

dalam mencegah pernikahan dini.

Dalam penelitian ini mengambil subjek utama yaitu seseorang yang

benar-benar tahu akan permasalahan pernikahan dini di Kecamatan Padamara

yaitu Penyuluh Agama keluarga sakinah yaitu Bapak Sarip. Sehingga peneliti

dapat menggali informasi mengenai Strategi penyuluhan agama dalam

mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi menurut Rukajat (2018) adalah suatu tindakan yang bersifat

sistematis dalam melihat gejala-gejala baik secara fisik maupun mental.

Peneliti dapat melakukan observasi dalam berbagai kondisi apapun. Selain

itu menurut Anggito & Johan (2018) observasi merupakan suatu penelitian

yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan

menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang

langsung dapat di tangkap pada waktu kejadian itu berlangsung. Agar

36
observasi dapat berhasil dengan baik, salah satu hal yang harus dipenuhi

ialah alat indra harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Observasi menurut Rukajat (2018) dibagi menjadi tiga cara. Peneliti

dapat bertindak sebagai partisipan maupun non partisipan. Kemudian

observasi dilakukan secara terus terang dan observasi yang dilakukan

dalam penyamaran dalam keadaan tertentu. Dan menyangkut latar

penelitian. Pada awal observasi menentukan lokasi penelitian dan

diperlukan adanya pra-survey dan pengumpulan data awal.

Kemudian dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan dan

data pendahuluan pernikahan dini di Kabupaten Purbalingga

2. Wawancara

Wawancara menurut Rukajat (2018) adalah pertanyaan-pertanyaan

yang sebelumnya telah disiapkan sesuai dengan permasalahan yang akan

diteliti tujuannya adalah untuk memperoleh informasi secara mendalam

mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu wawancara di bagi

menjadi dua yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.

Adapun kelebihan menurut Rukajat (2018) dari wawancara yaitu: (a)

peneliti melakukan kontak secara langsung dan dapat didapatkan informasi

secara mendalam; (b) hubungan dapat dijalin dengan baik dan diharapkan

responden dapat menjawab pertanyaan secara bebas dan nyaman.; (c) jika

terdapat pertanyaan yang kurang jelas dari kedua belah pihak dapat di

jelaskan kembali. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti adalah (a)

mempersiapkan wawancara; (b) tindakan awal; (c) melakukan wawancara

37
dan memelihara agar wawancaranya tetap produktif; (d) menghentikan

wawancara dan membuat catatan hasil wawancara.

Wawancara ini diajukan kepada Bapak Sarip penyuluh agama

Keluarga Sakinah di KUA Padamara Kabupaten Purbalingga.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi menurut Rahmadi (2011) merupakan teknik

pengumpulan data penelitian melalui sejumlah dokumen (informasi yang

di dokumentasikan) bisa berupa dokumen tertulis maupun dokumen

terekam. Dalam dokumen tertulis bisa berupa catatan harian, daftar tamu,

surat-surat, memorial dan sebagainya.

Data dokumentasi yang diperoleh dari kegiatan penyuluh yang

berupaya mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara Kabupaten

Purbalingga.

E. Keabsahan Data

Keabasahan data di gunakan untuk mendapatkan data-data yang benar-

benar akurat sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan

keabsahannya secara ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya pengecekan data-

data yang sudah dikumpulkan kemudian di periksa kembali akan keabsahan

data tersebut. Terkait dengan pengujian keabsahan data ini menggunakan

teknik triangulasi.

Triangulasi menurut Bachri (2010) adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

38
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang bersangkutan.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan

keabsahan data melalui sumber yang lainnya. Terdapat empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sumber, metode, penyidik, dan teori.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Wijaya (2018) adalah suatu proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang ditemukan oleh peneliti dari hasil

observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Kemudian dipilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, kemudian dibuatlah kesimpulan

dari data tersebut sehingga mudah dipahami oleh orang lain maupun diri

sendiri. Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dibagi menjadi 4

tahapan, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Nilamsari (2014) tahap dimana peneliti

mengumpulkan berbagai macam informasi atau data yang berhubungan

dengan kegiatan penyuluhan di KUA Kecamatan Pangadegan, Kabupaten

Purbalingga. Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian pada

saat bahkan pada akhir penelitian. Herdiansyah (2019) Bahwa peneliti yang

memakai metode kualitatif harus sudah berfikir dan melakukan analisis

ketika penelitian baru dimulai. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini adalah Observasi, wawancara (Interview) dan

dokumentasi.

39
2. Reduksi Data

Menurut Siyoto & Sodik (2015) reduksi data sama halnya merangkum,

memilih, dan menfokuskan hal-hal pokok pada data yang diperoleh.

Reduksi data ini dilakukan melalui proses abstraksi. Abstraksi merupakan

usaha untuk membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-

pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data penelitian.

Dengan kata lain dalam melakukan reduksi data ini peneliti akan mendapat

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah speneliti melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

Dengan demikian dalam melakukan reduksi data ini memiliki tujuan

untuk menyederhanakan data yang di peroleh selama melakukan pengalian

data di lapangan. Karena biasanya data yang diperoleh merupakan data

yang sangat rumit dan juga ada data-data yang tidak seharusnya ada namun

tercampur di dalam data inti tersebut. Maka dengan kondisi seperti itu perlu

adanya penyederhanaan lebih lanjut mengenai data yang diperoleh.

Sehingga tujuan penelitian ini tidak hanya untuk menyederhanakan data

tetapi juga untuk memastikan data yang diolah merupakan data yang

tercakup dalam cakupan penelitian.

3. Penyajian Data

Menurut Siyoto & Sodik (2015) menyatakan bahwa penyajian data

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan untuk menyajikan

kumpulan informasi dalam penelitian dan sudah disusun yang

40
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data ini dilakukan

agar kita dapat melihat gambaran keseluruhan ataupun bagian-bagian

tertentu dari penelitian tersebut. Dalam tahap ini peneliti menyajikan dan

juuga mengklarifikasi data-data agar sesuai dengan pokok-pokok

permasalahan yang ada.

4. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses

menganalisis data. Dalam bagian ini penulis mengungkapkan kesimpulan

mengenai data-data yang sudah diperoleh sebelumnya. Herdiansyah (2019)

Kesimpulan akan menjurus terhadap jawaban dari penelitian yang

dilakukan sebelumnya. Penarikan sebuah kesimpulan atau verifikasi sebuah

data dilakukan untuk mencari makna akan data yang sudah diperoleh

dengan cara membandingkan, menghubungkan, dan membuat persamaan

ataupun perbedaan dalam penyajian sebuah data yang diperoleh.

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian dan Proses Penelitian

1. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Purbalingga

a. Sejarah Singkat Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara

Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara ini bertempat di Jl.

Raya Padamara no. 30, Bojanegara, Padamara, Kabupaten Purbalingga.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara memiliki tugas wilayah

seluas 1.727 Ha dan dibagi menjadi 14 desa di Kecamatan Padamara.

Pada tahun 2021 ini memiliki penyuluh sejumlah 8 orang yang

memiliki tugas di bidang masing-masing.

Urusan Agama yang berdiri sejak tahun 1956 yang memiliki

tujuan untuk membenahi, meningkatkan dan megembangkan mulai dari

perbaikan di bidang sarana dan prasarana maupun di bidang keagamaan

di kehidupan masyarakat khusunya tentang kehidupan seperti

Pernikahan, zakat, wakaf, cerai, rujuk. Kepala KUA Kecaamatan

Padamara dari dulu sampai sekarang selalu ikut andil dalam

menjalankan tugas menjadi pengurus di lembaga semi resmi yang ada

di wilayah Kecamatan Padamara seperti, BAZ, LP2A, BADKO TPQ,

LTPQ dan lainnya.

b. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara

(Terlampir)

42
c. Letak Geografis Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara

Kantor Urusan Agama Kecamatan Padamara terletak di Jl Raya

Padamara berjarak kurang lebih satu setengah kilometer dari pusat Kota

Kabupaten Purbalingga. Di sebelah utara Kantor Urusan Agama

terdapat jalan utama Kecamatan Padamara, di sebelah barat terdapat

STKIP Bina Citra Bangsa Purbalingga, di selatan merupakan Gedung

PPAI Kecamatan Padamara, dan sebelah timur adalah Perumahan Abdi

Negara. Jarak Kantor Urusan Agama dengan Kantor Kecamatan

Padamara sejauh satu kilometer kearah barat.

Berdasarkan peta wilayah, Kantor Urusan Agama Keccamatan

Padamara terletak ditengah tengah Kecamatan Padamara dan berada

persis di jalur utama penghubung antara Purwokerto dan Purbalingga,

dengan batas wilayah sebagai berikut.

a. Sebelah utara : Kecamatan Kutasari

b. Sebelah timur : Kecamatan Purbalingga

c. Sebelah barat : Kecamatan Kalimanah

d. Sebelah selatan: Kecamatan Sumbang, Banyumas

d. Visi dan Misi KUA Kecamatan Padamara

1) Visi

“Terwujudnya masyarakat yang agamis, dinamis dan

harmonis.”

2) Misi

Meningkatkan pelayanan di bidang:

43
a) Administrasi nikah, rujuk, organisasi dan tata laksana.

b) Administrasi kependudukan dan keluarga sakinah.

c) Administrasi kemasjidan, wakaf, dan BAZIS.

3) Motto

Melayani dengan CERIA: Cakap, Efisien, Ramah,

Ikhlas, dan Amanah.

e. Kondisi Pemerintahan

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 1992 dan surat Kepala kantor Departemen Agama

Kabupaten Purbalingga Nomor Kd. 11.03/1Kp.07.6/1731 Tanggal 10

Agustus 2005 Wilayah kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan

Padamara sebanyak 14 desa yaitu (a) Desa Padamara (b) Desa Karang

Sentul (c) Desa Karang Pule (d) Desa Gemuruh (e) Desa Bojanegara (f)

Desa Dawuhan (g) Desa Sokawera (h) Desa Prigi (i) Desa Purbayasa (j)

Desa Karang Jambe (k) Karanggambas (l) Desa Mipiran (m) Desa

Kalitinggar (n) Desa Kalitinggar Kidul.

2. Proses dan Tahapan Penelitian

Pada poin ini peneliti membahas tentang bagaimana proses dan

tahapan penelitian dari awal izin melakukan penelitian hingga memperoleh

data penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

adalah metode observasi dan metode wawancara sebagai metode utama,

serta dokumentasi sebagai metode pendukung. Metode observasi oleh

peneliti digunakan untuk memperoleh data sekilas mengenai pernikahan

44
dini yang terjadi di Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga dan

Strategi Penyuluh Agama dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan

Padamara. Kemudian peneliti menggunakan metode wawancara untuk

menggali lebih dalam mengenai Strategi Penyuluh Agama dalam

mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara, Kabupaten

Purbalingga. Selanjutnya metode dokumentasi digunakan sebagai data

pelengkap dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh oleh peneliti.

a. Izin Penelitian

Pertama saya mengajukan surat ijin penelitian kepada KUA

Kecamatan Pengadegan akan tetapi setelah ujian seminar proposal

saya disetujui dengan catatan harus terlebih dahulu mengetahui

data-data semua kecamatan yang ada di Kabupaten Purbalingga

karena kemungkinan masih terdapat kecamatan yang presentase

pernikahan dini lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Pengadegan.

Alasan awal memilih tempat penelitian di Kecaamatan Pengadegan

dikarenakan lokasi yang dekat dengan rumah peneliti akan tetapi

hal itu bukanlah cara meneliti yang baik oleh sebab itu dengan

masukan dari para penguji seminar serta pembimbing skripsi

tempat penelitian nanti akan didapatkan setelah memperoleh data

pendahuluan yang akan didapatkan dari Kantor Kemenag

Kabupaten Purbalingga dan ternyata setelah dilakukan

pengambilan data pendahuluan tindak lanjut dari Proposal seminar

peneliti didapatkan bahwa Kecamatan Padamara yang memiliki

45
tingkat pernikahan dini yang paling rendah di Kabupaten

Purbalingga.

Awal mula peneliti mengajukan surat observasi terhadap

akademik jurusan yang ditujukan terhadap Kantor Kemenag

Kabupaten Purbalingga dengan tujuan meminta data pendahuluan

terkait data usia pernikahan di Kabupaten Purbalingga. Pada

tanggal 28 Oktober 2021 peneliti menuju ke Kantor kemenag

Kabupaten Purbalingga. Setelah mendapatkan data kemudian

peneliti mengolah data usia pernikahan di Kabupaten Purbalingga

dari jangka waktu 2019 hingga 2021 dan didapatkan bahwa

Kecamatan Padamara menjadi tempat lokasi peneliti melakukan

kegiatan penelitian. Kemudian peneliti meminta dibuatkan surat

tugas yang dapat dijadikan sebagai permohonan izin di semua

KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Purbalingga. Setelah itu

pada tanggal 8 dan 9 November 2021 peneliti melakukan kegiatan

penelitian di KUA Padamara.

b. Proses Mendapatkan Data

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 28 Oktober 2021 tepatnya di Kantor Kemenag Kabupaten

Purbalingga, peneliti mendapat banyak hambatan dalam

memperoleh data pernikahan dini semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Purbalingga, peneliti melakukan observasi 3 hari. Hari

pertama, peneliti belum bisa melakukan observasi karena surat

46
baru masuk dan masihh dalam proses penginputan surat masuk,

kemudian pada hari kedua peneliti mendapatkan data tersebut

karena dari pihak Kasi Bimas Islam yang memiliki data tersebut

belum bisa memberikan dikarenakan didalam surat penyebutan

pihak belum spesifik mengarah ke bagian Kasi Bimas Islam dan di

perihal surat tidak disebutkan bahwa tujuannya untuk meminta data

tentang usia pernikahan di semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Purbalingga, untuk itu peneliti membuat surat kembali

sesuai dengan arahan dari Kasi Bimas Islam. Pada hari ketiga

observasi peneliti memasukan surat observasi dengan tujuan

meminta data usia nikah Kabupaten Purbalingga 3 tahun terakhir

yaitu dari tahun 2019 sampai dengan 2021.

Untuk data yang peneliti ambil adalah data usia pernikahan

yang berada di bawah 19 tahun sesuai dengan perubahan UU No.

16 Tahun 2019 yang mengatur usia pernikahan bagi perempuan

yang sebelumnya 16 tahun menjadi 19 tahun. Akan tetapi untuk

data usia pernikahan tahun 2019 dan 2020 untuk usia nikah pada

jenis kelamin perempuan yang diambil adalah usia dibawah usia 16

tahun dikarenakan dari pihak kemenag hanya terdapat pembagian

data seperti tabel yang sudah peneliti sajikan diatas. Berdasarkan

data dari tahun 2019 sampai tahun 2021 data tentang usia

pernikahan di Kabupaten Purbalingga dapat disederhanakan lagi

47
menjadi data pernikahan dini di Kabupaten Purbalingga Tahun

2019-2021.

Kecamatan Padamara merupakan Kecamatan dengan angka

pernikahan dini dengan jumlah 10 pernikahan dini dari tahun 2019

sampai dengan 2021 dan merupakan yang paling rendah dibanding

dengan daerah yang lain.. Oleh karena itu peneliti memutuskan

Kecamatan Padamara sebagai tempat peneliti melakukan penelitian

dengan tema yang dibawa peneliti tentang bagaimana Strategi

penyuluhan agama dalam mencegah pernikahan dini tepatnya di

Kecamatan Padamara. Kemudian peneliti akan melakukan

observasi sekaligus melaukukan kegiatan wawancara terhadap

penyuluh yang ada di KUA Kecamatan Padamara. Pada tanggal 8

November 2021 peneliti meminta ijin akan melakukan kegiatan

penelitian di KUA Kecamatan Padamara kepada Bapak Abdul

Latif, S.Ag. Selaku Kepala KUA Kecamatan Padamara dan ijin

penelitian tersebut diterima. Pada hari itu saya hanya menanyakan

pertanyaan-pertanyaan pengantar sebelum saya melakukan

wawancara terhadap penyuluh yang ada di KUA tersebut perihal

tentang latar belakang pernikahan di Kecamatan Padamara dan

menanyakan apakah peneliti bisa melakukan kegiatan wawancara

terhadap salah satu penyuluh yang ada di Kecamatan padamara.

Pada tanggal 9 November 2021, peneliti melakukan kegiatan

wawancara dengan salah satu penyuluh yang ada di Kecamatan

48
Padamara yang bernama Sarip. Pak Sarip menjadi salah satu

penyuluh dari 8 penyuluh yang ada di Kecamatan Padamara. Dan

delapan penyuluh memiliki tugasnya masing-masing. Kemudian

berlanjut ke wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh informasi yang dalam terkait pernikahan dini di

Kecamatan Padamara. Setelah selesai peneliti melakukan kegiatan

dokumentasi untuk melengkapi data yang sudah ada. Diakhir

penelitian peneliti meminta izin terhadap Kepala KUA bahwa

penelitian yang dilakukan sudah selesai dan memberikan ucapan

terima kasih karena sudah memberikan bantuan terhadap peneliti.

Dalam melakukan penelitian peneliti menghadapi berbagai

hambatan terkait dengan penelitian akan tetapi peneliti mampu

dalam mengatasi hambatan sampai dengan penelitian yang telah

selesai dilakukan.

B. Temuan Penelitian

1. Jumlah Pernikahan Dini

Masalah pernikahan dini merupakan masalah yang penting untuk

itu membutuhkan tindakan yang perlu ditangani secara sungguh-sungguh

oleh negara. Negara harus melakukan tindakan untuk menekan pernikahan

dini di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan oleh salah satu garda terdepan

yang terjun langsung ke masyarakat yaitu penyuluh. Penyuluh akan

memberikan penyuluhan terhadap masyarakat secara optimal dan

49
profesional terutama dalam penelitian yang dilakukan adalah mengenai

Strategi penyuluh dalam pencegahan pernikahan dini dalam penelitian ini

mengambil salah satu daerah di Kabupaten Purbalingga yaitu Kecamatan

Padamara. Kecamatan yang sesuai dengan data merupakan kecamatan

yang memiliki jumlah pernikahan dini terendah dibanding dengan

Kecamatan lain.

Jumlah pernikahan yang paling sedikit selama tahun 2019-2021

adalah terdapat di Kecamatan Padamara dengan jumlah sebanyak 10 kasus

pernikahan dini. Oleh karena itu peneliti memilih Kecamatan Padamara

sebagai tempat melakukan penelitian terkait pencegahan pernikahan dini

yang dilakukan oleh penyuluh agama di Kecamatan Padamara.

2. Jumlah Penyuluh KUA Kecamatan Padamara

Penyuluhan tak luput dari orang yang melakukan yaitu penyuluh,

penyuluh merupakan tempat yang dijadikan sebagai tempat bertanya di

masyarakat. Di KUA kecamatan Padamara sendiri memiliki penyuluh

yang berkompetensi dibidangnya masing-masing. Jumlah penyuluh yang

ada di sini sebanyak 8 orang. Karena hal tersebut sudah diatur oleh

kementrian Agama bahwa suatu kecamatan harus memiliki 8 penyuluh.

Di KUA Padamara terdapat 8 bidang yang menjadi tugas pokok

para penyuluh yang ada disitu seperti, Keluarga Sakinah, Zakat, Wakaf,

Pemberantasan Buta Huruf Qur’an, Radikalisme, Jaminan Produk Halal,

KUB, dan Narkotika/HIV. Untuk permasalahan pencegahan pernikahan

dini masuk ke-ranah keluarga sakinah artinya orang yang memiliki

50
wewenang terhadap kegiatan yang berkaitan dengan penyuluhan

pencegahan pernikahan dini adalah Bapak Sarip.

3. Faktor Penyebab rendahnya pernikahan dini di Kecamatan

Padamara

Kecamatan Padamara memang merupakan Kecamatan dengan

kasus pernikahan dini paling rendah. Disini peneliti berusaha menjelaskan

faktor yang menjadi penyebab rendahnya pernikahan dini di kecamatan

tersebut. Salah satu penyebab masih adanya pernikahan dini adalah salah

satunya adalah tingkat pendidikan remaja yang sudah tinggi bahkan

banyak yang meneruskan pendidikan ke SMA hingga Perguruan Tinggi.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari Wawancara dari

(S1-W1/baris 76-85) sebagai berikut:

“Yang pertama faktor pendidikan ya mas, karena jika remaja


memiliki motivasi untuk sampai di jenjang pernikahan SMA/SMU
bahkan meneruskan kuliah maka mereka akan cenderung
menghindari pernikahan dini.”
Untuk kondisi tersebut dapat diproyeksikan bahwa tingkat

pendidikan remaja yang sudah banyak mengenyam pendidikan SMA

sampai perguruan tinggi menjadi penyebab rendahnya pernikahan dini di

Kecamatan Padamara. Selain faktor pendidikan juga terdapat faktor tradisi

atau kebiasaan masyarakat disini seperti ketika akan melangsungkan

pernikahan dilakukan persiapan yang matang baik dari calon mempelai

sampai dengan materi yang dibutuhkan.

51
Hal tersebut juga di dukung dengan pendapat dari wawancara (S1-

W1/baris 89-116) mengenai rendahnya terjadinya pernikahan dini adalah:

“faktor kemajuan pemikiran masyarakat, maksud tradisi di sini


orang sekarang itu kalo untuk melangsungkan pernikahan seseorang
yang akan melakukan pernikahan lebih mempersiapkan dahulu atau
mapan terlebih dahulu baru melakukan pernikahan. Orang sekarang
lebih mempersiapkan pernikahannya karena biaya resepsinya
membutuhkan materi yang banyak jadi tidak hanya sekedar
melangsungkan ijab saja.”

Rendahnya pernikahan dini di Kecamatan Padamara adalah karena

faktor pendidikan dan tradisi. Untuk faktor pendidikan karena tingginya

remaja yang melanjutkan ke perguruan tinggi remaja akan terhindah dari

pernikahan dini sesuai dengan penjelasan darisubjek (S1,W1) faktor

pendidikan dapat mencegah pernikahan dini karena setelah remaja

menyelesaikan pendidikannya sampai SMA bahkan perguruan tinggi

remaja sudah siap secara umur yang sudah ditentukan oleh UU No. 16

tahun 2019.

Untuk faktor pikiran yang maju dari masyarakat di Padamara,

maksudnya masyarakat sekarang untuk melangsungkan pernikahan

membutuhkan persiapan yang matang. Dimulai dari seorang yang akan

menikah lebih mengutamakan mapan terlebih dahulu daripada

melangsungkan pernikahan seadanya. Karena tradisi atau resepsi

membutuhkan materi yang banyak karena itulah seseorang mempunyai

motivasi untuk tidak melakukan pernikahan dini.

52
4. Strategi Penyuluh dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan

Padamara.

Peneliti berusaha mengetahui upaya yang dilakukan oleh penyuluh

yang ada di Kecamatan Padamara dalam melakukan penyuluhan

berkaitan dengan pencegahan pernikahan dini. Adapun Strategi yang

dilakukan oleh penyuluh di Kecamatan Padamara dalam mencegah

pernikahan dini.

a. Melakukan kerjasama dengan sekolah

Kegiatan penyuluhan dalam mencegah pernikahan dini di

Kecamatan Padamara salah satu Strateginya dengan menjalin kerja

sama dengan sekolah sekolah yang ada di Kecamatan Padamara.

Alasannya karena sekolah menjadi tempat utama remaja memperoleh

pendidikan oleh karena itu penyuluh bersama sekolah membuat sebuah

program yang bertemakan pencegahan pernikahan dini. Dengan

program tersebut di harapkan bisa mengedukasi remaja akan

pernikahan dini sehingga menjadi paham dan menjauhi praktik

pernikahan dini.

Sesuai dengan wawancara (S1-W1/baris 165-219) yang

menyebutkan bahwa:

“penyuluh bekerja sama dengan sekolah-sekolah dengan


tujuan memberikan penyuluhan tentang pernikahan dini
dengan tujuan preventif memberikan pemahaman bahwa
pernikahan dini mempunyai banyak dampak negatif bagi
remaja.”

53
Oleh karena itu salah satu upaya atau Strategi yang dilakukan

oleh penyuluh agama di Kecamatan Padamara addalah dengan bekerja

sama dengan sekolah yaitu dengan melakukan penyuluhan yang isinya

menyampaikan materi yang berhubungan dengan pernikahan dini dan

dampaknya.

b. Membuat program desa binaan

Program desa binaan ini merupakan program yang ditujukan

untuk penyuluh melaksanakan kegiatan penyuluhan. Jadi para penyuluh

yang ada di Kecamatan Padamara yang jumlahnya 8 dibagi ke 14 desa

yang ada di Kecamatan Padamara terdapat beberapa penyuluh yang

memiliki 2 desa binaan, fungsi dari program desa binaan ini tujuannya

agar masyarakat mendapatkan pembinaan dari penyuluh salah satunya

mengenai pencegahan pernikahan dini, untuk prosedurnya disesuaikan

dengan penanggung jawab desa binaan ada yang dua minggu sekali

atau satu bulan sekali melakukan kegiatan penyuluhan. Hal itu

didukung dengan penjelasan dari narasumber wawancara (S1W1/baris

165-219), beliau menjelaskan sebagai berikut:

“upaya penyuluh adalah dengan membuat desa binaan,


desa binaan maksudnya penyuluh yang jumlahnya 8 dibagi
ke 14 desa yang ada di Padamara, ada yang bertanggung
jawab terhadap satu desa ada yang memegang 2 desa, untuk
bentuk kegiatannya yaitu penyuluhan yang sasarannya adalah
orang tua dan jumlah pertemuan disesuaikan sendiri dengan
kebijakan penanggung jawab desa ada yang 2 kali satu bulan
dan ada yang satu bulan satu kali.”

54
Dari penjelasan tersebut diatas tujuan dibentuknya desa binaan

adalah fungsinya untuk pencegahan pernikahan dini di kecamatan

Padamara. Dan sasarannya orang tua karena orang tua yang paling

banyak memiliki kendali terhadap remaja sehingga selain penyuluhan

dilakukan terhadap remaja penyuluhan dilakukan juga terhadap orang

tua. Jadi meskipun penyuluh di KUA Padamara memiliki tugas pokok

di bidangnya masing masing mereka ditugaskan untuk terjun langsung

ke desa yang ada di Kecamatan Padamara yang jumlahnya 14 desa,

kemudian penyuluh yang jumlahnya sebanyak 8 orang dibagi kedalam

14 desa tersebut dan terdapat penyuluh yang memegang 2 desa binaan.

c. Penyuluhan terhadap IRMAS (Ikatan Remaja Masjid)

Penyuluhan juga dilakukan ke perkumpulan remaja masjid

karena di Ikatan Remaja Masjid yang pesertanya adalah remaja.

Tujuannya agar remaja paham mengenai dampak dari pernikahan dini,

dengan cara tersebut bisa mencegah terjadinya pernikahan dini di

Kecamatan Padamara.

Hal tersebut juga sesuai dengan wawancara (S1-W1/baris

165-219) sebagai berikut:

“penyuluhan yang sasarannya adalah IRMAS


(Ikatan Remaja Masjid), penyuluhan dilakukan di IRMAS
karena agar para remaja itu paham terkait pernikahan dini
yang memiliki dampak buruk.”
Sesuai dengan pernyataan dari (S1-W1) tentang penyuluhaan

dilakukan di IRMAS yang sasarannya adalah remaja. Tujuannya adalah

55
agar remaja memahami bagaimana pernikahan dini itu sehingga mereka

bisa menghindari kegiatan tersebut.

d. Pengoptimalan program BimWin (Bimbingan Kawin)

Program BimWin atau lebih dikenal dengan Bimbingan Pranikah

merupakan program pokok yang sudah ada di KUA akan tetapi dengan

tidak optimalnya program bimbingan kawin tersebut akan membuat

tidak sampainya informasih terhadap calon pengantin maupun orang tua

pengantin. Hal tersebut sesuai dengan wawancara (S1-W1/baris 165-

219) selaku penyuluh yaitu:

“optimalisasi fungsi Bimwin pada orang tua calon


pengantin di KUA, dikarenakan keputusan terbesar remaja
melakukan pernikahan dini ada pada orang tua, untuk itu
selain penyuluhan diberikan kepada calon pengantin juga
akan diberikan pada orang tua calon pengantin.”

Akibatnya akan terjadi pernikahan dini karena kurang pahamnya

orang tua dan calon pengantin mengenai dampak negatif yang didapat

dari pernikahan dini.

e. Pengajian atau majelis

Selain penyuluh terjun langsung ke masyarakat yang ada di

Kecamatan Padamara penyuluh juga melakukan kegiatan penyuluhan

terkait pencegahan pernikahan dini melalui pengajian dan majelis yang

ada di masyarakat. Tujuannya agar mendukung kegiatan penyuluh yang

melakukan kegiatan penyuluhan langsung ke masyarakat dalam

56
pencegahan pernikahan dini. Hal tersebut sesuai dengan wawancara

(S1-W1/baris 165-219) sebagai berikut :

“penyuluh melalui kegiatan pengajian atau ceramah atau


pengajian di masyarakat agar memahami dampak dari
pernikahan dini.”

Sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan (S1,W1)

penyuluhan di pengajian juga perlu dilakukan untuk pencegahan

pernikahan dini, tujuannya agar menambah keefektifan dari program

yang sebelumnya sudah dilakukan yaitu penyuluhan ke desa binaan.

Segala upaya yang dilakukan oleh penyuluh untuk pencegahan

pernikahan dini dilakukan dengan berbagai upaya atau cara yang sudah

dijelaskan di atas, mulai dari bekerja dengan pemerintah daerah yang

hasilnya membentuk desa binaan dan kegiatan penyuluhan yang sudah

dilakukan penyuluhan melalui pengajian atau majelis untuk mendukung

kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh penyuluh mengenai

pernikahan dini, melakukan penyuluhan ke sekolah oleh penyuluh

mengenai pernikahan dini terhadap siswa-siswa sekolah yang ada di

Kecamatan Padamara. Melakukan penyuluhan melalui perkumpulan

IRMAS (Ikatan Remaja Masjid). Selain penyuluhan yang dilakukan

terhadap remaja. Penyuluh melalui program bimbingan perkawinan

(Bimwin) terhadap calon pengantin penyuluhan atau pemahaman

tentang pernikahan dini dilakukan juga terhadap orang tua dari calon

pengantin guna mengoptimalkan fungsi dari program Bimwin tersebut.

57
5. Strategi penyuluh dengan kondisi yang ada di masyarakat.

Upaya yang dilakukan oleh penyuluh di Kecamatan Padamara

dalam melakukan pencegahan pernikahan dini dengan data-data yang

didapat dalam penelitian yaitu pada 2019 jumlah pernikahan dini di

Kecamatan Padamara sebanyak 3 kasus, pada tahun 2020 terjadi sebanyak

5 Kasus dan pada tahun 2021 sebanyak 2 Kasus. Dan jumlah akumulatif

dari tahun 2019 sampai dengan 2021 menjadi 10 kasus dan merupakan

kecamatan dengan tingkat pernikahan dini terendah dibandingkan dengan

Kecamatan yang lainnya. Artinya Strategi dari penyuluh agama dalam

mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara Kabupaten

Purbalingga berjalan dengan lancar. Pendapat itu juga sejalan dengan hasil

wawancara (S1-W1/baris 281-286) Barisi selaku penyuluh agama di

kecamatan Padamara:

“Untuk upaya yang dilakukan penyuluh alhamdulillah


masyarakat disini kerja samanya bagus tidak ada penolakan atau rasa
tidak suka ya, jadi memang sudah sesuai ekspektasi atau harapan
kami.(S1-W1/baris 281-286)”

Dengan keterangan yang sudah dikemukakan oleh Bapak Sarip

upaya yang dilakukan oleh penyuluh di Kecamatan Padamara berhasil

mencegah laju angka pernikahan dini di Kecamatan Padamara.

6. Hambatan yang dialami penyuluh dalam melakukan penyuluhan.

Kegiatan penyuluhan tidak akan terlepas dari hambatan yang

dihadapi oleh para penyuluhan. Penyuluh di Kecamatan Padamara dalam

58
melakukan kegiatan penyuluhan tidak menemukan adanya hambatan yang

dihadapi dalaam melakukan penyuluhan.

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat dari(S1-W1/Baris 292-

303) yaitu:

“Selama bapak menjadi penyuluhan selalu berjalan


dengan lancar belum menemukan hambatan apapun.
Alhamdulillah apabila menemukan hambatan pun kita para
penyuluh dapat meminta bantuan terhadap pihak lain karena pada
dasarnya penyuluh tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan dari
pihak lain”

Sesuai dengan pendapat dari (S1-W1) penyuluh memang tidak

dapat melakukan semua programnya sendiri tentunya ada pihak lain yang

ikut menjalankan program dari penyuluh dalam mencegah pernikahan dini

seperti pihak pemerintah desa, sekolah-sekolah, para orang tua, maupun

puskesmas yang ada di Kecamatan Padamara.

C. Analisis Penelitian

Pernikahan dini adalah suatu ikatan antara seorang laki-laki dan

perempuan menjadi sepasang suami dan istri akan tetapi belum mencapai

minimal umur seseorang menikah yaitu 19 tahun. Haal itu sesuai dengan UU

No. 16 tahun 2019 yang sebelumnya dalam UU No. 01 tahun 1974 seorang

perempuan diperbolehkan menikah jika mencapai minimal 16 tahun, sesudah

diubah umur minimal seorang perempuan boleh menikah adalah sama dengan

umur laki-laki yaitu minimal 19 tahun. Pernikahan dini juga menyimpan

59
segudang dampak yang dihasilkan apabila seseorang melakukannya, seperti

dampak psikologis. Seseorang yang melakukan pernikahan dini cenderung

tidak stabil dengan kondisi psikologisnya dikarenakan ketika seseorang

melakukan pernikahan dini dengan umur yang masi dini akan mengakibatkan

kondisi tertekan dan stress salah satunya akibat hilangnya waktu bermain,

waktu bersekolah seperti sebelum dia menikah. Selain dampak psikologis,

pernikahan dini memiliki dampak kekerasan dalam rumah tangga,

dikarenakan umur seseorang yang masi terlalu muda untuk menikah

mengakibatkan tingkat emosi yang labil atau cenderung kurang memiliki

kontrol terhadap emosi diri, hal tersebut dapat memicu pertengkaran yang

berlebihan dan mengrah kekerasan fisik maka terjadilah (KDRT). Selain

KDRT, pernikahan dini akan mengakibatkan lemahnya ekonomi apabla

ketika menikah pasangan belum siap dalam aspek ekonominya tentunya akan

menyebabkan beban tambahan bagi orang tuanya karena tidak mampu

mencukupi dalam aspek ekonomi.

Pernikahan dini juga memiliki faktor penyebab, faktor internal dan

eksternal. Untuk faktor internal sendiri seperti, Dorongan pribadi, artinya

seseorang yang akan melakukan pernikahan dini karena murni dari kemauan

dirinya sendiri dan tidak terdapat paksaan dari pihak lain baik orang tua

maupun orang lain. Pernikahan dini juga bisa terjadi akibat peristiwa-

peristiwa insidental atau mendesak seperti hamil diluar nikah, karena ketika

seseorang mengalami hamil diluar nikah terlebih masih dibawah umur 19

tahun maka mau tidak mau akan menikahkan nya segera karena bagi

60
masyarakat ketika anaknya hamil diluar nikah maka merupakan sebuah aib

bagi keluarga yang mengalami hal tersebut. Faktor internal lainnya bisa

karena rendahnya pendidikan seseorang, karena ketika seseorang hanya

bersekolah sampai SD ataupun SMP akan cenderung melakukan pernikahan

dini karena ketika seseorang setelah lulus SD atau SMP tidak melanjutkan

sekolah ataupun mempersiapkan karir maka hal yang selanjutnya menjadi

tujuan hidupnya adalah menikah.

Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar seseorang bisa

memalui orang tua maupun pengaruh lingkungan maupun pergaulan. Faktor

yang pertama yaitu terjadinya pernikahan dini karena ada dorongan atau

kemauan dari orang tuanya. Maksudnya remaja diperintahkan oleh orang tua

atau dijodohkan oleh orang tua. Kebanyakan motif orang tua menjodohkan

anaknya karena kondisi ekonomi keluarga yang rendah oleh karena itu orang

tua menjodohkan anaknya dengan orang dengan tingkat ekonomi yang lebih

tinggi. Selanjutnya pernikahan dini bisa terjadi karena tradisi. Maksud dari

tradisi adalah beberapa masyarakat menganggap ketika anaknya yang sudah

dewasa dan tidak kunjung memiliki pasangan akan dianggap sebagai aib

karena menjadi orang yang tidak laku dan ketika anaknya melakukan

pernikahan dini akan bangga. Selain tradisi, pernikahan dini dapat terjadi

karena faktor tehnologi, karena kemudahan informasi yang didapatkan seperti

sekarang ini melalui internet, akan tetapi banyak sekali dampak negatif

internet yang tidak seharusnya di lihat oleh ramaja karena dapat

mempengaruhi yang akhirnya menjerumuskan remaja ke arah yang belum

61
seharusnya dilakukan, oleh karena itu apabila terjadi hamil diluar nikah akan

menyebabkan remaja melakukann pernikahan dini.

Dengan penjelasan mengenai faktor dan dampak dari pernikahan dini

yang sangat merugikan, dibutuhkan pihak yang dapat mencegah pernikahan

dini yaitu penyuluh agama. Karena dengan pengetahuan dari penyuluh agama

mengenai pernikahan dini. Maka diharapkan penyuluh dapat memberikan

pemahaman mengenai dampak pernikahan dini kepada masyarakat agar tidak

melakukannya. Strategi penyuluh sangat dibutuhkan karena didalam

kehidupan bermasyarakat penyuluh agama dijadikan sebagai orang alim,

sebagai tempat bertanya dan mengadu tentang permsalahan-permasalahan

yang dialami oleh masyarakat. Strategi yang dilakukan oleh penyuluh agama

di KUA Kecamatan Padmara dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan

Padamara tergolong sangat efektif, upaya yang dilakukan oleh penyuluh

agama keluarga sakinah seperti yang dijelaskan Bapak Sarip selaku Penyuluh

Agama Keluarga Sakinah.

Yang pertama mengoptimalkan program Pranikah (BIMWIN) dalam

hal ini ketika seseorang calon pengantin yang akan melangsungkan

perkawinan sebelum itu dilakukan bimbingan terlebih dahulu mengenai

pernikahan dini, ketika calon yang akan menikah belum mencukupi umur

maka pihak penyuluh akan menyarankan agar pernikahannya diundur sampai

umur calon pengantin mencukupi dan apabila emang tidak bisa ditunda dapat

mengajukan surat dispensasi menikah ke Pengadilan Agama, hal tersebut

dapat menekan agar tidak maraknya pernikahan dini. Selain penyuluhan

62
dilakukan terhadap calon pengantin tentunya orang tua dari calon pengantin

diberikan pemahaman juga karena memang kebanyakan keputusan remaja

menikah karena persetujuan dari orang tua, makanya apabila ada kasus

pernikahan dini bisa datang karena kemauan dari orang tua remaja.

Yang kedua, program desa binaan, maksud dari diadakannya program

tersebut diaharapkan dapat mencegah pernikahan dini di masyarakat. Proses

dari program desa binaan tersebut. Yang pertama adalah setiap penyuluh yang

berjumlah 8 memiliki desa binaan masing masing satu dan ada penyuluh yang

memiliki dua desa binaan. Untuk pelaksanaan penyuluhan disesesuaikan

dengan ketentuan masing masing penyuluh mempunyai jadwal masing-

masing. Dan program desa binaan juga didukung dengan penyuluhan melalui

pengajian rutin yang diadakan di kecamatan Padamara didalam pengajian

yang memiliki audien dari mulai remaja hingga orang tua, tujuannya adalah

agar mendukung dari program yang sebelumnya sudah dibuat.

Yang ketiga adalah penyuluhsn tentang pernikahan dini dilakukan ke

sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Padamara tujuannya agar siswa-siswi

memahami mengenai pernikahan dini agar tidak melakukan pernikahan dini.

Selain itu juga untuk meneruskan program tersebut bekerja sama dengan

BK(Konselor sekolah) karena konselor yang memiliki kedekatan lebih

terhadap siswa-siswinya dengan dukungan tersebut program penyuluhan yang

dilakukan ke sekolah-sekolah dapat efektif dan saling mendukung.

Dengan berbagai upaya yang sudah dijelaskan diatas dapat mencegah

pernikahan dini di Kecamatan Padamara. Strategi yang dilakukan oleh

63
penyuluh agama terbukti bisa mencegah pernikahan dini. Pernikahan dini di

Kecamatan Padamara dapat dicegah dengan kerjasama dari berbagai pihak

terutama penyuluh agama sendiri, selain itu dari pihak KUA yang selalu

memberikan dukungan penuh terhadap penyuluh., pihak pemerintahan daerah

yang memberikan fasilitas agar terwujudnya desa binaan, dan masyarakat

yang dapat bekerja sama dengan baik. Dengan dukungan dari berbagai pihak

dapat membuktikan bahwa pernikahan dini di Kecamatan Padamara dapat

dicegah.

64
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis penelitian mengenai strategi

penyuluh agama islam dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan

Padamara, Kabupaten Purbalingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi penyuluh di Kecamatan Padamara dalam mencegah pernikahan

dini di Kecamatan tersebut terbilang berhasil. Hal tersebut didasarkan

dengan data yang didapatkan peneliti mengenai Kecamatan Padamara

menempati posisi sebagai Kecamatan yang memiliki jumlah pernikahan

dini terendah yaitu 10 Kasus sejak tahun 2019 sampai dengan 2021. dan

Strategi yang dilakukan oleh penyuluh agama seperti, pengoptimalan

program BimWin (Bimbingan Kawin), penyuluhan ke sekolah untuk

mencegah pernikahan dini, penyuluhan melalui IRMAS (IKatan Remaja

Masjid), melakukan penyuluhan melalui pengajian.

2. Kecamatan Padamara Menempati posisi sebagai kecamatan dengan jumlah

pernikahan dini terendah di Kabupaten Purbalingga. Faktor yang menjadi

penyebab rendahnya pernikahan dini di Kecamatan Padamara adalah

tingkat pendidikan remaja di Kecamatan Padamara banyak mengenyam

pendidikan SMA bahkan ke Perguruan Tinggi dan tingkat pemikiran

masyarakat yang sudah maju membuat seseorang yang akan menikah lebih

mempersiapkan pernikahannya dengan baik.

65
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka terdapat saran dari peneliti terkait

penelitian ini:

1. Bagi Penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan perlu adanya

peningkatan atau pengembangan strategi yang dilakukan dalam mencegah

pernikahan dini di Kecamatan Padamara agar masyarakat mampu menerima

dan memahami informasi yang disampaikan dalam penyuluhan mengenai

pernikahan dini.

2. Bagi orang tua remaja yang akan menikahkan anaknya dalam usia yang

masi dini agar lebih mendalami informasi mengenai pernikahan dini

terutama mengenai dampak negatif yang disebabkan oleh pernikahan dini

bagi remaja. Dikarenakan keputusan terbesar remaja menikah dini atau

tidak dikarenakan keputusan orang tua.

3. Bagi remaja yang akan melakukan pernikahan dini untuk menunda

melakukan pernikahan dini dan mempersiapkan lebih matang lagi dalam

mempersiapkana hal yang diperlukan oleh remaja dalam menjalani

kehidupan berumah tangga dan tentunya untuk menghindari hal-hal negatif

yang mungkin terjadi di kehidupan pernikahan.

4. Bagi pemerintah untuk senantiasa mendukung program yang dilakukan

oleh penyuluh dalam mencegah pernikahan dini karena masalah pernikahan

dini sudah menjadi masalah nasional bukan masalah yang hanya dihadapi

satu tempat saja.

66
5. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama tentang strategi

penyuluhan dalam mencegah pernikahan dini, untuk mempersiapkan

segalanya lebih matang terutama sebelum melakukan penelitian agar

menghindari kurangnya data-data yang dibutuhkan dalam menunjang

kebutuhan skripsi yang dilakukan.

67
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. (2019). Dinamika Pernikahan Dini. Al-Wardah: Jurnal Kajian


Perempuan, Gender Dan Agama, 13(1), 15–24.

Anggito, A., & Johan, S. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Jejak publisher.

Bachri, bahtiar s. (2010). Meyakinkan validitas data melalui Triangulasi pada


penelitian kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10(1), 46–62.

Barmawie, B., & Humaira, F. (2018). Strategi Komunikasi Penyuluh Agama


Islam. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 9(2), 1–14.

Basit, A. (2014). Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam Dan


Pemberdayaannya. Jurnal Dakwah Tahun Jurnal Dakwah, 15(1), 157–178.

Bastomi, H. (2016). Pernikahan Dini dan Dampaknya (Tinjauan Batas Umur


Perkawinan Menurut Hukum Islam dan Hukum Perkawinan Indonesia).
Yudisia, 7(2), 384.

Cahyani, T. D. (2020). Hukum Perkawinan.

Desiyanti, I. W. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan


Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado
Factors Associated With Early Mariage In Couples Of Childbearing Age At
Kecamatan Mapanget Manado City. JIKMU, 5(2), 270–280.

Hardani, S. (2015). AnalisisTentang Batas Umum Untuk Melangsungkan


Perkawinan Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia. An-Nida:Jurnal
Pemikiran Islam, 40(2), 126–139.

Herdiansyah, H. (2019). Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Jakarta: Salemba Humanika, 2019. Salemba Humanika.

Hidayat, N. L. (2020). Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam


Dalam Pembinaan Keluarga Sakinah ( Studi Kasus Di Kampung Sakinah
Kabupaten Jember ) Nurul Laila Hidayat. Indonesian Journal of Islamic
Communication, 3(1), 40–66.

Iskandar, M. R. (2018). Urgensi Bimbingan Pra nikah terhadap tingkat perceraian.


JIGC, 2(1), 63–78.

Jaya, pajar hatma indra. (2017). Revitalisasi Penyuluh agama dalam fungsinya
sebagai konselor dan pendamping masyarakat. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Islam, 8(2), 335–355.

Jaya, P. H. I. (2017). Revitalisasi Peran penyuluh agama dalam fungsinya sebagai

68
konselor dan pendamping masyarakat. Konseling Religi, 8(2).

Junaidi, M. (2021). peran Penyuluh Agama Terhadap Kerukunan Antar Umat


Beragama Di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember.
Falasifa, 12(1), 28–49.

Katu, S. (2015). Penyuluh agama dan Pembinaan ajaran Al-Qur’an. Al-Adyaan,


1(2), 53–74.

Kiwe, L. (2017). Mencegah Pernikahan Dini.

Kusnawan, A. (2011). Urgensi Penyuluhan Agama. Ilmu Dakwah, 5(17), 271–289.

Maudina, lina dina. (2019). Dampak pernikahan dini bagi perempuan.

Mudhiiah, K., & Atabik, A. (2014). Pernikahan dan hikmahnya perspektif hukum
islam. Yudisia, 5(2), 1–314.

Mufidah, F. (2015). Upaya Penyuluh Agama Islam Kementerian agama


kabupaten jember dan bondowoso terhadap pengembangan dakwah. 2(1), 57–82.

Muslihudin, M., Kurniawan, D., & Widyaningrum, I. (2017). Implementasi Model


Fuzzy SAW Dalam Penilaian Kinerja Penyuluh Agama (Studi Kasus:
Kementerian Agama Kabupaten Pringsewu). Jurnal TAM, 8(1), 39–44.

Nilamsari, Natalia. (2014). Memahami studi dokumen dalam penelitian kualitatif.


WACANA, 13(2), 177–181.

Nilamsari, Natalina. (2014). Memahami studi dokumen dalam penelitian kualitatif.


XIII(2), 177–181.

Nurhayati, A. (2011). Pernikahan dalam perspektif alquran. ASAS, 3(1), 1–333.

Rahmadi. (2011). Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, Banjarmasin:


Antasari Press, 2011. Antasari Press.

Redjeki, dwi sogi sri, Hestiyana, N., & Herusanti, R. (2016). Faktor-faktor
penyebab pernikahan dini di kecamatan hampang kabupaten kotabaru.
Dinamika Kesehatan, 7(2).

Rifiani, D. (2011). Pernikahan dini dalam perspektif hukum islam. De Jure:


Jurnal Hukum Dan Syariah, 3(2), 125–134.

Rohman, M. F. (2015). Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang


Perjanjian Perkawinan. Al-Daulah, 7(April 2017), 1–27.

Rosdiyah, E. N., & Listya, A. (2019). Infografis dampak fisik dan psikologis
pernikahan dini bagi remaja perempuan.

69
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif.

Setyawan, J., Marita, rizka hasna, Kharin, I., & Jannah, M. (2016). Perkawinan
Remaja Di Jawa Timur. Penelitian Psikologi, 07(02), 15–39.

Shufiyah, F. (2017). Pernikahan Dini Menurut Hadis dan Dampaknya. Living


Hadis, 3(1), 47–70.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi media
publishing.

Syafriwaldi. (2019). Kerjasama Penyuluh Agama Islam Fungsional Dengan


Aparat Kelurahan Dalam Mengatasi Penyakit Masyakarakat Di Kelurahan
Purus Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Alfuad: Jurnal Sosial
Keagamaan, 2(2), 251.

Syamsuddin. (2017). Evektivitas peran Penyuluh Agama Islam dalam Penerapan


Hukum Perkawinan Islam Di Masyarakat Pedesaan. Al-Risalah, 3(1), 96–112.

Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2017). Konseling Pranikah: Sebuah Upaya


Meredukasi Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1), 28–32.

Usman, H., & Raharjo, nuryadin eko. (2013). Peran Kepemimpinan Pembelajaran
Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan, 1, 1–
13.

Wafiq, A., & Santoso, F. S. (2013). UPAYA YURIDIS DAN SOSIOLOGIS


KANTOR URUSAN AGAMA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN USIA
DINI. 3.

Wijaya, H. (2018). Analisis Data Kualitatif ilmu pendidikan teologi. Sekolah


Tinggi Theologia Jaffray.

Yunus, E. (2016). Manajemen Strategis.

Yusuf, M. (14136 B.C.E.). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan penelitian


gabungan. Kencana.

Zaini, A. (2015). Membentuk Keluarga Sakinah Melalui Bimbingan dan


Konseling Pernikahan. Konseling Religi, 6(1), 89–106.

70
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Observasi

Pedoman Observasi

Dalam pengamatan atau observasi, peneliti melakukan pengamatan

terhadap data-data tentang usia nikah di Kabupaten Purbalingga sehingga didapat

jumlah pernikahan dini yang paling sedikit ada di Kecamatan Padamara, dan

Strategi yang dilakukan penyuluh dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan

Padamara.

a. Tujuan

Untuk memperoleh data informasi mengenai Strategi penyuluh

dalam mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara Kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah.

b. Instrumen observasi

No Indikator Keterangan yang di Observasi Checklist

1 Penyuluh Strategi/upaya pencegahan

pernikahan dini

2 Pernikahan dini Dibawah 19 tahun

3 Jumlah pernikahan Kecamatan yang memiliki

dini pernikahan paling sedikit

5 KUA Padamara Profil lokasi KUA

Catatan profil panti

71
Lampiran II Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

a. Tujuan

Wawancara merupakan salah satu alat untuk memperoleh data

dengan cara memberikan pertanyaan terhadap subjek yang akan digali

informasinya lebih dalam mengenai Strategi penyuluh dalam mencegah

pernikahan dini Di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa

Tengah.

b. Aspek-aspek

Berdasarkan kajian teori dalam proposal penelitian maka

diperoleh aspek yang akan di amati sebagai berikut:

1) Strategi Penyuluh

2) Penyuluh agama

3) Pernikahan dini

4) Pencegahan pernikahan dini

c. Pertanyaan Pendahuluan

1) Namanya siapa?

2) Alamat tinggal?

3) Berapa lama menjadi Penyuluh?

d. Identitas

1) Nama Lengkap :

2) Alamat tinggal :

3) Jabatan :

72
4) Lama menjadi penyuluh :

5) Waktu :

e. Pedoman Wawancara

No Tema Pertanyaan Pertanyaan

1 Pernikahan dini di 1. Apa yang disebut dengan pernikahan dini?

Kecamatan Padamara Lalu

dan Kondisi 2. Bagaimana pernikahan dini itu bisa terjadi?

Masyarakat 3. Apa saja yang menjadi faktor penyebab

terjadinya pernikahan dini?

4. Menurut bapak apa saja akibat yang

ditimbulkan dari pernikahan dini?

5. Di kecamatan padamara rata rata usia

menikah pada umur berapa?

6. Berapa banyak jumlah remaja yang

melakukan pernikahan dini di kecamtan

Padamara?

7. Apakah pandemi Covid-19 menyebabkan

praktik pernikahan dini di daerah bapak

menjadi semakin banyak atau justru

sebaliknya?

8. Bagaimana dengan kondisi pendidikan

remaja di kecamatan padamara?

9. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat

73
kecamatan Padamara?

10. Bagaimana kondisi sosial dari para remaja

di Kec. Padamara?

11. Apakah di kecamatan Padamara masih

terdapat kebiasaan masyarakat yang

menikahkan anaknya yang masi remaja?

2 Startegi penyuluhan 1. Menurut bapak faktor yang menyebabkan

dalam mencegah sedikitnya pernikahan dini di kecamatan

pernikahan dini Padamara?

lalu

2. Menurut bapak upaya apa saja yang

dilakukan dalam mencegah pernikahan dini

yang ada di kecamatan padamara? Dan

jelaskan bagaimana prosesnya

3. Untuk di Kec. Padamara sendiri berapa

banyak penyuluh baik PNS maupun NON-

PNS?

4. Persiapan apa yang dilakukan oleh

bapak?ibu ketika akan melakuka n kegiatan

penyuluhan?

5. Materi apa yang dibawakan oleh bapak/ibu

ketika melakukan penyuluhan pencegahan

pernikahan dini?

74
6. Siapa saja sasaran penyuluhan yang bapak

lakukan guna mencagah adanya pernikahan

dini di kecamatan Padamara?

7. Apakah terdapat program khusus untuk

mencegah adanya pernikahan dini di Kec.

Padamara? Jika ada mohon dijelaskan lebih

dalam mengenai program tersebut?

8. Strategi apa yang diperlukan oleh penyuluh

agar masyarakat memiliki pemahaman

tentang akibat negatif dari pernikahan dini?

9. Bagaimana pendapat bapak mengenai

upaya yang dilakukan oleh pihak KUA dalam

mencagah pernikahan dini sudah sesuai

dengan kenyataan yang ada dimasyarakat?

10. Selama bapak menjadi penyuluh apakah

terdapat hambatan yang dihadapi selama

melakukan penyuluhan? Dan bagaimana

bapak mengatasinya

75
Lampiran III Checklist Dokumentasi

Checklist Dokumentasi

1) Tujuan

Dokumentasi merupakan salah satu alat mencari data yang

digunakan ketika Observasi dan Wawancara sudah dilakukan,

dokumentasi merupakan instrumen pelengkap penelitian.

2) Instrumen Dokumentasi

NO Indikator Checklist

1 Visi Misi KUA Padamara

2 Struktur Organisasi KUA Padamara

3 Penyuluh KUA Padamara

4 Data Data Pernikahan dini

5 Dokumentasi Penelitian

76
Lampiran IV Jadwal Penelitian

Jadwal dalam kegiatan penelitian di KUA Padamara Kabupaten

Purbalingga, Jawa tengah

Bulan Januari 2021-Januari 2022

N Kegiatan Bulan
O Januari Maret- Agustus Septem Novem Desemb Januari
-21 21 -21 ber-21 ber-21 er-21 -22
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Outline

2 Bimbingan
Judul

3 Penyusuna
n Proposal

4 Seminar
Proposal

5 Revisi
Proposal

6 Pengambil
an Data

7 Penyusuna
n Skripsi

77
Lampiran V Hasil Observasi

No Indikator Keterangan yang di Checklist

Observasi

1 Kantor Kementrian Data Usia Pernikahan √

Agama (Kasi Bimas

Islam)

2 Kepala KUA Strategi/upaya pencegahan √

Kecamatan Padamara pernikahan dini

3 Penyuluh Jumlah Penyuluh √

4 Pernikahan dini Dibawah 19 tahun √

5 Jumlah pernikahan KUA Kecamatan Padamara √

dini yang memiliki pernikahan

paling sedikit

6 Faktor Sedikitnya Ekonomi √

pernikahan dini KUA Pendidikan √

Padamara Pemahaman mengenai √

bahaya pernikahan dini

7 KUA Padamara Profil lokasi KUA √

Catatan profil panti √

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan

checklist observasi tersebut.

78
Observasi 1

Lokasi : Kantor kemenag Kabupaten Purbalingga (Kasi Bimas Islam)

Waktu : 28 Oktober 2021

Di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Purbalingga lebih

tepatnya bagian kasi bimas islam memiliki data terkait usia pernikahan

yang ada di Kabupaten Purbalingga. Data diperoleh dari kemenag masi

mentah rentang pernikahan dari usia 10 tahunan - 65 tahun lebih lalu oleh

peneliti diolah dan dianalisis menjadi data yang lebih ringkas lagi yaitu

data mengenai jumlah pernikahan dini di Kabupaten Purbalingga. Dan dari

data tersebut akhirnya peneliti memilih KUA Kecamatan Padamara

sebagai tempat penelitian mengenai Strategi penyuluh agama dalam

mencegah pernikahan dini di Kecamatan Padamara, Kabupaten

Purbalingga, Jawa Tengah.

Observasi 2

Lokasi : KUA Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Waktu : 8-9 November 2021

Di KUA Kecamatan Padamara yang terletak di Desa Bojanegara

tepat berada di jalur utama menuju Kabupaten dan terletak di tengah-

tengah membuat KUA Padamara sangat strategis dan di Ketuai oleh Bapak

Abdul Latif merupakan KUA yang wilayahnya memiliki Pernikahan dini

dengan jumlah paling sedikit di Kabupaten Purbalingga yaitu dari tahun

2019 hingga sekarang hanya memiliki 10 kasus pernikahan dini. Dengan

personil penyuluh agama 8 orang dengan tugas masing-masing. Dalam

79
penelitian ini peneliti memiliki fokus terhadap satu orang penyuluh yaitu

Pak Sarip selaku bagian Keluarga Sakinah yang menangani permasalahan

tentang pencegahan pernikahan dini. Di bawah bimbingan dari Pak Sarip

yang sudah menjadi penyuluh sejak 2006 Kecamatan Padamara memiliki

jumlah pernikahan dini yang paling sedikit di Kabupaten Purbalingga.

Tahun
No Kecamatan Jumlah
2019 2020 2021

1 Kec. Bobotsari 8 9 15 32

2 Kec. Bojongsari 11 27 49 87

3 Kec. Bukateja 12 5 3 20

4 Kec. Kaligondang 13 23 28 64

5 Kec. Kalimanah 3 3 21 27

6 Kec. Karanganyar 4 31 19 54

7 Kec. Karangjambu 18 19 18 55

8 Kec. Karangmoncol 12 8 16 36

9 Kec. Karangreja 11 16 2 29

10 Kec. Kejobong 7 9 27 43

11 Kec. Kemangkon 2 15 5 22

12 Kec. Kertanegara 5 9 11 25

13 Kec. Kutasari 2 13 38 53

14 Kec. Mrebet 4 17 26 47

15 Kec. Padamara 3 5 2 10

16 Kec. Pengadegan 5 4 5 14

80
17 Kec. Purbalingga 4 15 7 26

18 Kec. Rembang 2 7 7 16

JUMLAH 660

NO Nama Penyuluh Keterangan

1 Sarip Bidang Keluarga Sakinah

2 Imron Rosyadi Bidang Zakat

3 Sukirman Bidang Wakaf

4 Siti Ubaidah, S.Sos.I Bidang PBHQ

5 Aziz Fakhrurridlo, S.Sos Bidang Radikalisme

6 Fitriana Pusporini, S.Sy Bidang JPH

7 Novi Anggriawan W Bidang KUB

8 Yeni Nur Asiah, S.Sos Bidang Narkotika/HIV

81
Lampiran VI Transkip Wawancara

Tabel Cara Membaca Transkip Wawancara

Kode Keterangan

P Peneliti

N Narasumber

S1 Subjek 1

S2 Subjek 2

W1 Wawancara 1

W2 Wawancara 2

82
Verbatim Wawancara

(S1,W1)

Narasum ber : Sarip Hidayatullah

Jabatan : Penyuluh Keluarga Sakinah KUA Padamara, Kabupaten

Purbalingga.

Tema : Strategi Penyuluh dalam Pencegahan Pernikahan Dini di

Kecamatan Padamara

Waktu: Kamis, 20 Januari 2022

SUBYEK VERBATIM BARIS KETERANGAN

P “Assalamu’alaikum pak, 1-15 Pembukaan

sebelumnya perkenalkan saya (Opening)

Rifki Oktavianto jurusan BKI

kuliah di UIN Surakarta mau

mewawancarai bapak perihal

Strategi Penyuluh dalam

mencegah pernikahan dini di

Kecamatan Padamara. Karena

berdasarkan data yang saya

peroleh di Kantor kemenag

kemarin dan ternyata Kecamatan

Padamara memiliki jumlah

Pernikahan yang paling sedikit

dibandingkan dengan kecamatan

83
lain.

N “Waalaikum’salam Mas, nggih 16-22

perkenalkan nama saya Sarip

Hidayatullah sebagai salah satu

penyuluh keluarga sakinah yang

ada di KUA Kecamatan

Padamara ini. Wawancaara

tentang apa mas?”

P “Tentang Strategi penyuluh 23-26

agama pak eee.. dalam

mencegah pernikahan dini di

Kecamatan Padamara pak.”

N “Oooo tentang Strategi penyuluh 27-31

nggih mas. Nggih monggo yang

bisa saya bantu nanti saya bantu.

Bentuk wawancaranya lisan atau

nanti ditulis mas?

P “Nggih senyamane bapak 32-35

mawon, nek semisal bapak

nyaman lisan nggih lisan mawon

pak.”

N “Nggih lisan mawon mas.” 36

P “Nggih pak saya mulai 37-41

84
wawancaranya, eee pertama

saya tanya pengertian

pernikahan dini itu apa ya pak

menurut bapak?”

N “Pernikahan dini yaitu 42-68

pernikahan yang dilakukan oleh

pasangan maupun salah satu

pasangan yang masih

dikategorikan anak-anak atau

remaja yang masih dibawah

umur 19 tahun tapi ini setelah

direvisi pada UU No. 16 Tahun

2019, sesuai dengan UU no. 1

tahun 1974 usia nikah antara

laki-laki dan perempuan berbeda

laki-laki 19 tahun dan

perempuan 16 tahun, akan tetapi

pada tahun 2019 usia minimal

nikah perempuan disamakan

yaitu 19 tahun melalui UU no.

16 tahun 2019. dan yang

dibawah umur 21 bisa dengan

surat izin dari orang tua intinya

85
sekarang untuk proses menikah

itu dipermudah mas jika

dibawah umur 19 tahun bisa

dilakukan pernikahan apabila

mengajukan surat permohonan

dispensasi dari Pengadilan

Agama”.

P “Oya pak ada perubahan umur 69-71

minimal perempuan menjadi 19

tahun sama seperti laki-laki.”

N “Nggih bener mas.” 72

P “ Apa saja yang menjadi faktor 73-75

sedikitnya pernikahan dini di

kecamatan Padamara ya Pak?”

N “ kalo untuk faktor sedikitnya 76-85

pernikahan dini disini, yang

pertama faktor pendidikan ya

mas, karena jika remaja

memiliki motivasi untuk sampai

di jenjang pernikahan

SMA/SMU bahkan meneruskan

kuliah maka mereka akan

cenderung menghindari

86
pernikahan dini.

P “Berarti memang pendidikan 86-88

dapat mencegah pernikahan dini

ya pak?”

N “Iya mas, selain itu juga faktor 89-116

tradisi, maksud tradisi di sini

orang sekarang itu kalo untuk

melangsungkan pernikahan

seseorang yang akan melakukan

pernikahan lebih

mempersiapkan dahulu atau

mapan terlebih dahulu baru

melakukan pernikahan. Kalo

dari syariat sendiri mah nikah itu

sangat murah cukup datang ke

KUA syarat-syarat dari mulai

calon mempelai laki-laki dan

perempuan, saksi, dan mahar itu

sudah bisa mas. Akan tetapi kalo

tradisi melangsungkan

pernikahan itu minimal 50 juta

mas yang mahal itu resepsinya

atau kebiasaan masyarakat

87
bahkan sebelum itu lamaran

bawaannya pasti banyak mas.

Nah untuk itu orang sekarang

lebih mempersiapkan

pernikahannya karena biaya

resepsinya membutuhkan materi

yang banyak jadi tidak hanya

sekedar melangsungkan ijab

saja. Menurut saya itu ya mas.”

P “Nggih pak.” 117

P “lalu bagaimana dengan kondisi 118-120

pendidikan remaja di Kecamatan

Padamara Pak?”

N “untuk kondisi pendidikan 120-127

sendiri sudah banyak yang

sampai SMA dan ada juga yang

melanjutkan kuliah akan tetapi

masih ada remaja setelah lulus

SMP yang putus sekolah dan

bekerja di pabrik yang ada

disini.”

P “Kalo untuk kondisi ekonomi 128-130

masyarakat di Kecamatan

88
Padamara bagaimana ya Pak?”

N “ Kondisi ekonomi masyarakat 131-140 Kondisi ekonomi

di Kecamatan Padamara,

memang masi ada yang ekonomi

menengah kebawah, dan mata

pencahariaan paling banyak

adalah menjadi petani, buruh

pabrik dan pedagang.

Sedangkan yang domisili di

kecamatan padamara menjadi

pegawai negeri.”

P “akibat dari pernikahan dini itu 141-142

sendiri apa ya pak?

N “ Salah satunya resiko 143-160 Resiko atau

psikologis. Karena secara umur dampak dari

belum siap maka bisa terjadi pernikahan dini.

depresi, stress dan masalah

psikologis yang lain, ujung

ujungya mengarah ke

perceraian. Resiko selanjutnya

adalah meningkatkan angka

kehamilan. Hal itu dikarenakan

dalam masa remaja atau

89
peralihan menuju dewasa sudah

masuk ke masa produktif di

organ reproduksinya. Selain itu

juga akibat dari pernikahan dini

adalah meningkatkan resiko

kekerasan dalam rumah tangga

dikarenakan emosi dari remaja

tersebut masi labil.

P “ Lalu Strategi apa yang 161-164

dilakukan oleh bapak sebagai

penyuluh dalam mencegah

pernikahan dini di Kecamatan

Padamara?”

N “ Untuk Strategi penyuluh 165-219 Upaya atau

terkait pencegahan pernikahan Strategi penyuluh

dini di kecamatan Padamara

sendiri. Pertama, eeee..

Penyadaran masyarakat terkait

resiko yang berpotensi terjadi

akibat dari pernikahan dini,

maksudnya penyuluh

melakukan penyuluhan terhadap

masyarakat khususnya para

90
orang tua agar memahami resiko

yang diakibatkan dari

pernikahan dini. Kedua,

penyuluh melalui kegiatan

pengajian atau ceramah atau

pengajian di masyarakat agar

memahami dampak dari

pernikahan dini. Ketiga,

penyuluh terjun ke sekolah-

sekolah seperti SMP dan SMA

untuk melakukan kegiatan

penyuluhan terkait pencegahan

pernikahan dini. Keempat,

optimalisasi fungsi Bimwin pada

orang tua calon pengantin di

KUA, dikarenakan keputusan

terbesar remaja melakukan

pernikahan dini ada pada orang

tua, untuk itu selain penyuluhan

diberikan kepada calon

pengantin juga akan diberikan

pada orang tua calon pengantin.

Kelima, upaya penyuluh adalah

91
dengan membuat desa binaan,

desa binaan maksudnya

penyuluh yang jumlahnya 8

dibagi ke 14 desa yang ada di

Padamara, ada yang

bertanggung jawab terhadap satu

desa ada yang memegang 2

desa, untuk bentuk kegiatannya

yaitu penyuluhan sasarannya

adalah orang tua dan jumlah

pertemuan disesuaikan sendiri

dengan kebijakan penanggung

jawab desa ada yang 2 kali satu

bulan dan ada yang satu bulan

satu kali. terakhir adalah

penyuluhan yang sasarannya

adalah IRMAS (Ikatan Remaja

Masjid), penyuluhan dilakukan

di IRMAS karena agar para

remaja itu paham terkait

pernikahan dini yang memiliki

dampak buruk.

P “Di KUA Padamara untuk 220-222

92
jumlah penyuluh sendiri berapa

ya pak?

N “Jumlah penyuluh sendiri di 223-231 Jumlah penyuluh

Kecamatan Padamara ada 8 dan pembagian

yang mempunyai tugas-tugasya tugas pokok

masing-masing. Ada bagian

keluarga sakinah, zakat, wakaf,

pemberantasan buta huruf

qur’an, radikalisme, jaminan

produk halal, KUB, dan

narkotika/HIV.”

P “Persiapan apa saja yang 232-235

dilakukan oleh bapak ketika

akan melakukan kegiatan

penyuluhan?”

N “Persiapan materi tentunya 236-257

sebelumnya saya belajar melalui

kitab-kitab lalu dengan adanya

kemajuan zaman saya mencatat

informasi yang akan saya

sampaikan ke audien apabila

saya lupa saya melihat catatan di

handphone tapi tidak

93
ketergantungan dengan

handphone itu untuk dijadikan

alat bantu saja, selanjutnya yaitu

survey tempat yang akan di

lakukan penyuluhan atau

ceramah, mengetahui

background pendidikan dari

yang akan kita lakukan

penyuluhan, dikarenakan jika

kita mengetahui background

pendidikannya kita bisa

memberikan penjelasan materi

yang mudah dipahami oleh

masyarakat.”

P “Siapa saja sasaran penyuluhan 258-270

yang Bapak lakukan dalam

mencegah pernikahan dini?”

N “Untuk sasaran penyuluhan 271-274

pencegahan pernikahan dini

sendiri adalah remaja dan orang

tua.”

P “Bagaimana pendapat ibu 275-280

mengenai upaya yang dilakukan

94
oleh pihak KUA dalam

mencegah pernikahan dini sudah

sesuai dengan harapan yang

diinginkan?

N “ Untuk upaya yang dilakukan 281-286

penyuluh alhamdulillah

masyarakat disini kerja samanya

bagus tidak ada penolakan atau

rasa tidak suka ya, jadi memang

sudah sesuai ekspektasi atau

harapan kami.”

P “Selama Bapak menjadi 287-291

penyuluh apakah terdapat

hambatan yang dihadapi selama

menjadi penyuluh? Dan

bagaimana Bapak mengatasinya.

N “Selama bapak menjadi 292-303 Hambatan

penyuluh kegiatan yang Penyuluh

dilakukan selalu berjalan dengan

lancar belum menemukan

hambatan apapun.

Alhamdulillah apabila

menemukan hambatan pun kita

95
para penyuluh dapat meminta

bantuan terhadap pihak lain

karena pada dasarnya penyuluh

tidak dapat bekerja sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain.”

Verbatim Wawancara

(S2,W2)

Narasum ber : Abdul Latif , S. Ag

Jabatan : Kepala KUA Kecamatan Padamara

Tema : Izin penelitian, gambaran mengenai pernikahan dini dan penyuluh

di KUA Kecamatan Padamara

Waktu: Kamis, 20 Januari 2022

SUBYEK VERBATIM BARIS KETERANGAN

P “Assalamu’alaikum pak, 1-7 Pembukaan, izin

perkenalkan saya Rifki penelitian

Oktavianto jurusan BKI kuliah

di UIN Surakarta mau izin

melakukan penelitian di KUA

Kecamatan Padamara nggih

pak.”

N “Waalaikum’salam Mas, 8-11 Menerima peneliti

silahkan mas kalau mau dengan baik

96
melakukan penelitian di sini.

Penelitiannya tentang apa mas?”

P “Tentang Strategi penyuluh 12-29

agama yang ada disini pak

dalam mencegah pernikahan dini

di Kecamatan Padamara. Karena

sebelumnya saya sudah ke

Kantor Kemenag Purbalingga

pak untuk minta data tentang

usia pernikahan, naah ternyata

setelah saya analisis di

Kecamatan Padamara memiliki

jumlah pernikahan dini yang

paling sedikit dibanding

kecamatan lain yang ada di

Purbalingga. Makanya saya

pengin mengetahui bagaimana

cara atau Strategi penyuluh di

sini dalam mencegah pernikahan

dini.”

N “Oya mas.” 30

P “ kalo jumlah penyuluh di KUA 31-32

sini ada berapa orang pak.”

97
N “Untuk jumlah penyuluh yang 33-38

ada di KUA sini, ada 8 orang.

Yang punya tugasnya masing-

masing mas. Untuk keluarga

sakinah sendiri ada pak sarip

yang paham di bidang tersebut.”

N “Mau kapan penelitiannya?” 39

P “Dimulai dari besok bisa pak.” 40

N “Oya nanti saya hubungi pak 41-49

sarip ya karena beliau yang

memiliki wewenang tersebut

terkait keluarga sakinah karena

memang pernikahan dini

termasuk dalam wilayahnya

keluarga sakinah. Untuk

waktunya saya nanti kabari lagi

mas.”

P “Ooo kalo begitu saya minta 50-52

nomor wa-nya bapak nggih

pak.”

N “Niki mas nomer wa saya.” 53

P Nanti tinggal chat saya saja ya. 54-57

Saya menghubungi pak sarip

98
dahulu nanti saya kabari

jamnya.”

N “ Baik pak terima kasih banyak 58-62

sudah mengizinkan saya

melakukan penelitian saya

disini. Kalo begitu saya pamit

pulan dulu nggih pak.”

N “Nggih mas, hati hati dijalan.” 63

99
Lampiran VII Dokumentasi

Dokumentasi

NO Indikator Checklist

1 Visi Misi KUA Padamara √

2 Struktur Organisasi KUA Padamara dan √

Penyuluh KUA Padamara

3 Denah Wilayah Kerja KUA Padamara √

4 Data Data Pernikahan dini √

5 Dokumentasi Penelitian √

1. Visi Misi KUA Kecamatan Padamara

100
2. Struktur Organisasi dan Penyuluh KUA Padamara

101
3. Denah Wilayah Kerja KUA Kecamatan Padamara

102
4. Data - data pernikahan dini

103
5. Dokumentasi Penelitian

104
105
106
Lampiran VIII Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama Lengkap : Rifki Oktavianto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 19 Oktober 1999

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Pasunggingan, Rt/Rw: 07/03 Pengadegan,

Purbalingga, Jawa Tengah

Telpon : +6281-233-993-981

Email : rifkioktav@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

NO Jenjang NamaSekolah Jurusan Tahun Lulus

1 TK TK 1 Pangempon - 2005

2 SD SDN 03 Pasunggingan - 2011

3 SMP SMPN 03 Pengadegan - 2014

4 SMA SMAN 01 Kejobong - 2017

107

Anda mungkin juga menyukai