SKRIPSI
Ditujukan Kepada
Fakultas Syariah
Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
2022
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA OUTSORCING
SKRIPSI
Ditujukan Kepada
Fakultas Syariah
Disusun Oleh :
ii
SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI
NIM : 172111020
Apabila kemudian ari diketahui skripsi ini merupakan plagiasi, saya bersedia
mestinya.
Rinaldy Assidiqi A
NIM.17.21.1.020
iii
Desti Widiani, S.Pd.I., M.Pd. I
Dosen Fakultas Syari’ah
Surakarta
Di Surakarta
SYARIAH”
Oleh karena itu kami mohon agar skripsi tersebut segera dimunaqasahkan
dalam waktu dekat.
Demikian, atas dikabulkannya permohonan ini disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sukoharjo, 2021
Dosen pembimbing
iv
PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Rinaldy Assidiqi A
NIM. 17.21.1.1.020
v
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra R Er
س Sin S Es
viii
ص Ṣad Ṣ Es (dengan titik di bawah)
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Ki
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ي Ya Y Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
ix
َ Fathah A A
َ Kasrah I I
َ Dammah U U
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transiterasi
1. كتب Kataba
2. ذكر Żukira
3. يذهب Yażhabu
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu :
Tanda dan
Nama Gabungan Huruf Nama
Huruf
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. كيف Kaifa
2. حول Ḥaula
x
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :
Contoh:
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. قال Qāla
2. قيل Qīla
3. يقول Yaqūlu
4. رمي Ramā
4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu :
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau
dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.
c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. روضة األطفال Rauḍah al-aṭfāl
xi
2. طلحة Ṭalḥah
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. ربّنا Rabbana
2. ّ
نزل Nazzala
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ال.
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh
huruf Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf
yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang
diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan aturan yang
digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf
Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti
dan dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. الرجل
ّ Ar-rajulu
xii
2. الجالل Al-Jalālu
7. Hamzah
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena dalam
tulisan Arab berupa huruf alif.
Perhatikan contoh berikut ini :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. أكل Akala
2. تأخذون Taꞌkhuzūna
3. النوء An-Nauꞌu
8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi
dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam
EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan
kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis
dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
xiii
الحمدهللا رب العالمين Al-ḥamdu lillahi rabbil ꞌālamīna
9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi katakata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua
cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkai.
Contoh :
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
xiv
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karunia dan rahmatnya kepada kita, shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ” PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
TENAGA KERJA OUTSORCING DALAM UU NOMOR 13 TAHUN 2003
PERSPEKTIF MAQASID SYARIAH”
Skripsi ini disusun guna menyelesaikan Program Studi Jenjang Strata1 (S1)
Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat bantuan dari banyak
pihak, melalui kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Mudhofir, S. Ag., M. Pd., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
2. Bapak Dr. Ismail Yahya, S. Ag., M.A selaku Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
3. Bapak H. Masrukhin, S.H., M.H selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana
Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said
Surakarta
4. Bapak Abdullah Tri Wahyudi, S. Ag., S.H.I. selaku Dosen Pendamping
Akademik Program Studi Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
5. Lutfi Rahmatullah, S.TH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan perhatian dan bimbingan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Segenap Civitas Akademika yang telah memberikan bantuan moril maupun
materiil sehingga skripsi ini terselesaikan.
xv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Kritik dan
saran selalu penulis harapkan demi proses perbaikan. Semoga skripsi ini dapat
menjadi wasilah datangnya manfaat Allah SWT kepada pembaca umumnya dan
penulis khususnya. Amin.
Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb
xvi
ABSTRAK
Hasil penelitian ini Perlindungan hukum bagi tenaga kerja outsourcing dalam UU
No.13 Tahun 2003 tentang outsourcing terdapat tiga unsur perlindungan yang
diberikan perusahan kepada tenaga kerja yaitu: perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan perlindungan upah. Dan
perlindungan yang diberikan kepada tenaga kerja dibagi menjadi lima aspek yaitu:
hifdz al-din (menjaga agama), hifz an-nafs (menjaga jiwa), hifdz al-‘aql (menjaga
akal), hifdz al-nas’i (menjaga keturunan), dan hifdz al-maal (menjaga harta).
Dalam praktiknya perspektif maqosid syariah terkait perlindungan hukum tenaga
kerja outsourcing memiliki relevansi dengan perlindungan tenaga kerja
outsourcing dalam UU No. 13 Tahun 2003 terutama dalam aspek hifz an-nafs,
hifdz al-nas’i, dan hifdz al-maal.
xvii
ABSTRACT
The development of advances in technology and information will increase market
demand and will make competition between economic actors increasingly fierce.
Therefore, every company must make something different and respond quickly in
order to survive. This is what makes the company move quickly and efficiently.
The regulation regarding outsourcing is contained in Law Number 13 of 2003
concerning Manpower which is used as a legal basis for companies and workers
through the scope of rights and obligations.
This research belongs to the type of library research, namely research conducted
by reading, studying and reviewing scientific literature or books contained in a
library. Data collection techniques with literature study techniques were carried
out to produce the data needed in this study.
The results of this study that there are three elements of protection provided by the
company to workers, namely: protection of occupational safety and health, social
security of workers, and protection of wages. And the protection provided to
workers is divided into five aspects, namely: hifdz al-din (maintaining religion),
hifz an-nafs (guarding the soul), hifdz al-'aql (maintaining reason), hifdz al-nas'i
(keeping offspring ), and hifdz al-maal (guarding property). In practice, the
maqosid sharia perspective related to the legal protection of outsourcing workers
has relevance to the protection of outsourcing workers in Law no. 13 of 2003,
especially in the aspects of hifz an-nafs, hifdz al-nas'i, and hifdz al-maal
xviii
DAFTAR ISI
xix
BAB III UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 ( SISTEM PEKERJA
OUTSOURCING) .............................................................................................. 22
A. Sistem Tenaga Kerja Outsourcing ........................................................... 22
1. Pengertian Sistem Pekerja Outsourcing ................................................ 22
2. Syarat-Syarat Sistem Tenaga Kerja Outsourcing .................................. 24
3. Jenis Pekerjaan yang Boleh dalam Outsourcing ................................... 26
B. Bentuk Perjanjian dalam Sistem Tenaga Kerja Outsourcing .................... 28
1. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh ........................................................................ 29
2. Perjanjian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan
pekerja/buruh. ............................................................................................. 31
C. Berakhirnya Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Outsourcing......................... 32
D. Dampak Sistem Tenaga Kerja Outsourcing ............................................. 33
1. Dampak Positif .................................................................................... 33
2. Dampak Negatif................................................................................... 34
xx
BAB I
PENDAHULUAN
hal yang sangat vital, karena ketenaga kerjaan itu berkaitan langsung dengan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karna itu ketenaga kerjaan tidak bisa di gabugkan
kebudayaan.
yang dimana disebut dengan pekerja/buruh, dalam hal ini negara mau tidak mau
harus terlibat dan bertanggung jawab terhadap perusahaan atau tenagakerja dmi
dan kedudukan yang sangat penting. Karana tenaga kerja disitu sebgai pelaku dan
perusahaan, patner kerja, aset perusahaan yang mempunyai harga investasi bagi
1
Zainal Asikiat all., Dasar Dasar Kumum Perubahan , (Jakarta: Rujawali Pres, 2001),
hlm. 001
1
2
Setiap manusia berhak mendapat hak dan perlakuan yang sama antar
nasional, tenaga kerja mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting
pembangunan. 4
produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya
produk dan jasa memliki kualitas, yang memiliki daya saing di pasaran. Dalam
iklim persaingan usaha yang makin ketat. Salah satu solusinya dengan sistem
2
Redaksi Sinar Grafika,jaminan sosial tenaga kerja (UU No. 3 Tahun1992). (jakarta:
Sinar Grafika, 1992) hal.15
3
Departemen Agama Islam RI, Al-Qurn, Terjemah, dan Tafsir untuk Wanita. (Bandung:
Marwah, 2009), hlm. 277.
4
Redaksi Sinar Grafika, Jaminan sosial tenaga ( UU NO.3 Tahun 1992) ( Jakarta: Sinar
Grafika, 1992) hlm. 15
3
yang bersangkutan. 5
tenaga kerja, hubungan kerja, hak-hak tenaga kerja, dan sebagainya. Didalam
Undang Ketenaga Kerjaan No. 13 tahun 2003, yang isinya perusahaan dapat
pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerjaan yang dibuat secara tertulis 6
kalangan pekerja/tenaga kerja, puncaknya dalah pada saat Didi Suprijadi yang
(AP2ML) mengajukan permohonan uji materiil terhadap pasal 59, pasal 64, pasal
beserta rekan-rekan yang tergabung dalam Aliansi Petugas Pembaca Meter Listrik
5
Wirawan, Publik Hukum teropong “Apa yang dimaksud dengan sistem outsorcing ?,”
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/31/teropong/komenhukum. Diakses 02 September
2021, hlm 22
6
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 24.
7
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011 tentang syarat-syarat
Penyerahan sebagain Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain
4
Hal itu dapat kita lihat bahwa, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
faktor tenaga kerja harus diperhatikan. Mulai dari pembinaan, pengarahan dan
dan kesejahteraan. Ditambah dengan jumlah penduduk yang sangat besar, itu
hidup tenaga kerja dan hidup layak sebagai manusia. Untuk menjalankan proses
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka hal ini kemudian menjadi dasar
yang mendorong peneliti, untuk membahas dan menulisnya dalam sebuah bentuk
karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul “ Perlindungan Hukum Bagi
Syariah”
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
8
https: //www.bphn.go.id, data dan documents, diakses tanggal 21 September 2021.
5
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Asy- Syariah.
E. Kerangka Teori
perlindungan terhadap hak-hak manusia (HAM) yang berkembang pada abad ke-
19. Adapun arah dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap HAM
9
Tesis hukum, “Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli,”
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/” diakses pada tanggal 5
6
tubrukan antar kepentingan dan dan dapat menikmati semua hak-hak yang diberi
oleh hukum. 10
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
Undang-Undang No. 12 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
melaksankan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara
praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya
kepada suatu perusahaan kepada pihak ketiga. 13 Sebagai mana aslinya outsourcing
April 2021.
10
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,( Bandung: PT. Citra Aditya Bakri, 2000) , hal. 53-54.
11
Subijanto, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan vol. 17 nomor 6 , 2009, hal. 708
12
Sendjun H Manunulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Jakarta:
PT Rineka Citra, 1998), hal. 708
13
Prabhaputra, Budiartha, Seputra Sistem Outshorching dalam hubungan Industri di
Indonesia, jurnal Analogi Hukum Vol.1 nomor 1, 2019, hal 24-25
7
itu dalah jasa yang dimana perusahaan itu sebgai penyedia pekerja untuk
perusahaan lainnya. 14
dua kata maqosid dan asy-syariah. Maqasid yang bermakna seperti suatu arah,
tujuan. Syariah secara terminology bermakna jalan menuju mata air, yang dapat
terminology adalah teks-teks suci dari Al Qur’an dan As Sunnah yang mutawatir
yang sama sekali belum dicampuri oleh pemikiran manusia. Secara terminology,
Maqasid Asy- Syariah. dapat diartikan sebagai nilai dan makna yang di jadikan
tujuan dan hendak direalisasikan oleh pembuat syariah (Allah) dibalik pembuatan
syariah dan hukum, yang diteliti oleh para ulama mujtahid dan teks-teks syariah.15
para ulama.16
14
ibid,.
15
Syamsuri dan Dadang Irsyamuddi, “Negara Kesejahteraan dan Maqosid Syariah”,
Jurnal Ekonomi Syariah. Vol. 4 nomor. 1, 2019, hal. 95
16
Moh. Mukri, Aplikasi Konsep Maslahah Al Ghazali pada Isu-Isu Hukum Islam
Kontemporer di Indonesia ( Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2012) hlm 3
8
F. Tinjauan Pustaka
ilmiah atau skripsi, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang membahas
hasil-hasil karya ilmiah tersebut yang akan berguna memperjelas posisi penulis
dalam penelitian ini dan memperjelas perbedaan obyek kajian yang sedang
Sumatra Utara Medan, Fakultas Hukum, skripsi tahun 2018, pada skripsinya yang
Holiday Berastagi)”.17 Didalam skripnya menjelaskan tentang peran upah dan jam
upaya perlindungan hukum di Micky Holiday agar dapat di lindungi sesuai aturan
yang ada.
Udayana, Fakultas Hukum, Jurnal tahun 2016 pada jurnal yang berjudul “
Pengguna Jasa Pekerja”.18 Penenelitian ini bertujuan mengetahui dasar hukum dan
17
Amirudin, “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Outsourcing Berdasarkan
Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan (Studi Di Micky Holiday
Bersatu)”., (Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 2018).
18
Kadek Agus Sudiarawan, “Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Outsourcing Dari
Sisi Perusahaan Pengguna jasa pekerja”, Jurnal Ilmu Sosial, Bali, Vol. 5 nomor . 2 , 2016.
9
Negri Sunan Kalijaga, Fakultas Syariah dan Hukum, skripsi tahun 2013, pada
Indonesia” didalam jurnal ini menganalis tentang outsourcing yang dimana dalam
terutaman dalam hal ini kurangnya regulasi yang di keluarkan pemerintah maupun
sebagai ketidak adilan dalam pelaksanaan hubungan kerja antar pengusaha dengan
pekerja. 20
G. Metode Penelitian
Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistem dalam
yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan
analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. 22 Untuk mendapatkan kajian
konteks dan latar apa adanya bukan melakukan eksperimen yang dikontrol secara
fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus, antara lain terbagi dalam:
1. Jenis Penelitian
penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, menelaah dan mengkaji literatur
ilmiah atau buku-buku yang terdapat dalam suatu perpustakaan. Library Research
adalah metode penelitian dengan pengumpulan data dari bahan tertulis (teori-
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,
2008), hlm. 42.
22
Diperolehdarihttp://rinawssuriyani.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-metode-dan
metodologi.
dipertanggungjawabkan.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini tidak akan terlepas dari data-data pendukung sesuai
dengan tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder.
24
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1997), hlm 9
12
Asy- Syariah.
ilmiah.
maqosid Syariah dan menelaah UU no.13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja
khusus. Dengan kata lain, penulis menguraikan secara deskriptif tentang teori-
teori yang berkaitan dengan persoalan yang dibahas. Dari data yang umum akan
outsorcing dalam Undang- Undang No.13 Tahun 2003 Perspektif Maqasid Asy-
Syariah.
H. Sistematika Penulisan
BAB I merupakan Bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat; latar
BAB II, ini membahasa tujuan umum konsep Maqasid Asy-Syariah. Yang
isinya terdapat empat Sub Bab antara lain, Definisi Maqasid Asy-Syariah, Sejarah
Syariah.Imam Al Ghazali
pekerja outsourcing) yang isinya Sub Bab antara lain. Pengertian undang-undang
BAB IV, dalam bab ini akan menganalisis mengenai perlindungan hukum
tenaga kerja outsaurcing dalam undang undang No, 13 tahun 2003 prespektif
maqosid syariah. Tentang ketenaga kerja aoutsourcing bagi maqosid syariah dan
analis maqosid syariah terhadap pola dan urgensi UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.
secara khusus yang terangkum dalam kesimpulan dan dilanjutkan dengan saran-
saran.
BAB II
MAQASHID AL-SYARIAH
A. Maqoshid Al-Syariah
Maqashid Al-Syariah secara etimologi terdiri dari dua suku kata, yaitu
maqashid dan Al-Syariah. Menurut dari segi bahasa, maqashid merupakan jama’
dari kata maqshid atau yang diartikan sebagai kesengajaan atau tujuan, keinginan
25
yang kuat, dan berpegang teguh. Sedangkan dalam kamus bahasa arab
Allah yang berupa hukum yang mengikat para mukallaf baik dalam perbuatan,
bahasa berarti المواضع تحدر الي الماءartinya jalan menuju sumber air, jalan menuju
25
Ahsan Lihasanah. “al-Fiqh al-Maqashid ‘Inda al-Imam al-Syatibi”. (Da al-Salam:
Mesir, 2008), h. 11.
26
Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesi”, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuryah,
1990), h. 243
27
Abu Ishaq Al-Syatibi, “al-Muwaafaqat fi Ushul al-Syari’ah, juz I, (Beirut: Dar al-
Ma’rifah), h.88.
28
Fazlur Rahman, Islam, alih bahasa: Ahsin Muhammad, ( Bandung: Pustaka, 1994),
hlm. 140.
14
15
sebagai tujuan atas hukum yang telah disyariaatkan oleh Allah SWT kepada
aturan Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa tujuan hukum syariat Allah SWT semata-mata untuk
nilai atau hikmah yang dalam koridor syariat baik secara terperinci maupun secara
gelobal. Nilai tersebut memuat moderasi, toleran, dan holistic. Ibn Ashur lebih
maqhasid al-Syariah tidak dapat dipisahkan dari sumber hukum Islam yang
utama. 30
Syariah adalah hukum ketetapan yang sudah disyariatkan oleh Allah SWT yang
29
Abu Ishaq Al-Syatibi, “al-Muwaafaqat fi Ushul al-Syari’ah, juz I, (Beirut: Dar al-
Ma’rifah), h.88.
30
Abd al-Rahman Ibrahim al-Kailani, Qawaid al-Maqaid inda al-Imam al-Shatibi: ‘Ardan
wa Dirasatan wa Tahlilan (Damishq: Dar al-Fikr, 2000), h. 46.
16
pemikiran para uluma ushul fiqh seperti imam al-haramayn, dan imam al-Ghazali.
terperinci karena pada masanya kajian tentang maqashid al-Syariah masuk dalam
al-Syariah pertama sekaligus peletak dasar ilmu maqashid, namun bukan berarti
tidak ada ilmu maqashid sebelumnya. 32 Oleh sebab itu, As-Syatibi lebih tepat bila
yang hidp di abad ke-3. Beliau pertama kali yang menjabarkan ilmu maqashid al-
31
Nuruzal Ismail, Maqashid Syariahdalm Ekonomi Islam,(Yogyakarta: Smart WR,
2014), h. 4-5
32
Abu Ishaq Al-Syatibi, “al-Muwaafaqat fi Ushul al-Syari’ah, juz I, (Beirut: Dar al-
Ma’rifah), h.88.
33
Jasser Auda, 2015, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqhasid Syariah,
Terjemahan, Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el Mu’im,(Bandung: Mizan Media Utama) hlm 33
17
’Ilal al- Syariah, ’lal al-‘Ubudiyah dan juga bukunya al-Furuq yang kemudian
Syariah dapat disimpulkan bahwa terori maqoshid al-Syariah sudah ada jauh
merumuskan teori maqoshid al-Syariah secara sistematis dalam desain yang lebih
tertata, komunikatif, dan dapat diterima oleh masyarakat umat Islam. Teori
sebagai kitab karangan yang ditulis sebagai upaya menjembatani titik perbedaan
Maqashid al-Syariah diklasifikasin oleh para ahli ushul fiqh menjadi tiga
bersifat sekunder atau dapat diindari dari kehidupan manusia dari kesulitan. Tidak
34
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000).
35
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hlm
133
36
Dr. Yusuf Muhammad al-Badawiy, Maqashid al-Syariah ‘Inda Ibn Taimiyah,
(Yordania: Dar al-Nafais, t.th), h. 63-66.
18
Tuhanya.37
menjadikan syariat dan aturan agama sebagai dasar berperilaku dan bersikap.
Menjaga agama dalam kepentingannya dibagi menjadi tiga tingkat yaitu: (1)
memelihara kewajiban agama seperti sholah lima waktu dan puasa wajib
seperti melaksanakan shalat jama’ dan qhasar ketika sedang bepergian; (3)
Menjaga jiwa berarti menjaga kondisi diri dalam segi kesehatan fisik dan
diartikan dapat menjaga diri dari makanan halal dengan menerapkan tata cara
37
Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam al-Ghazali: Maslahah Mursalah
dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, hlm.144.
19
Dalam perspektif ini dapat berupa tidak makan dan minum sesuatu yang
diharamkan seperti minuman keras dan sabu-sabu yang dapat merusak otak.
melamun sesuatu yang tidak bermanfaat menjadi upaya dalam menjaga akal.
perbuatan zina yang diharamkan. Selain itu dalam ketika manusia melakukan
akad pernikahan harus sesuai dengan tata cara dan syariat yang mengatur
Menjaga harta diartikan sebagai menjaga perolehan harta yang halal dan tidak
dalam mendapatkannya.
Didalam hal ini ada hubungan antara maqosid syariah dengan beberapa
metode ijtihad atau penetapan hukum yang dapat dikemukakan dalam beberpa
aspek maslahat yang kemudian disandarkan pada maqosid syariah dapat dilihat
dari :
1. Qiyas
menyebutkan hukum dalam nas dengan sesuatu yang disebutkan dalam nash,
20
juga termasuk kategori dalil hukum yang disepakati setalah al-quran hadits
dan ijma’.
2. Maslahah Mursalah
tujuan maslahah adalah untuk menarik manfaat dan menghindari bahaya dan
memelihara hukum isalam untuk agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
beberapa pernyataan, agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar hukum,
sebagai berikut :
38
Totok jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Usul Fiqih , (Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2005), hlm. 270
39
Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam –Ghazali; Maslahah Mursalah dan
Relevensinya Dengan Pembaruan Hukum Islam, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002) hlm. 37
21
3. Saddu Zariah
Saddu zariah disini mempunyai artinya yaitu, jalan yang membawa kepada
sesuatu, secara hissi atau maknawi, baik atau buruk dan menutup jalan untuk
Al-Syariah adalah mengatur cara hidup manusia di dunia. Tujuan tersebut yang
Maqashid Al-Syariah sebagai cara hidup manusia meliputi menjaga agama, jiwa,
...
40
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1999) hlm.
128.
41
Amir Syarifuddin, Usul Fiqih, Jilid II ( Cet. V: Jakarta: Kencana, 2009) hlm. 424.
BAB III
OUTSOURCING)
dikutip oleh Iftida Yasar mendefinisikan outsourcing sebagai tindakan alih daya
lain, dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerja sama. 43
dimana pendelegasian operasional dan manajemen harian daru suatu proses bisnis
42
Iftida Yasar, Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Dihapus, (Jakarta : Pelita Fikir
Indonesia, Cet.I, 2012), 17.
43
Ibid
44
Chandra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia, (Jakarta : Elex Media
Komputindo, Cet. II, 2003), 2-3.
45
Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (t.tt. : Harvarindo, 2008), 11.
22
23
penyedia jasa).
sebagai berikut:
bekerja pada orang lain dengan upah sebagai imbalan pekerjaan yang teiah
dilakukan. 47
1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau yang bukan berbadan hukum,
milik perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
46
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Pasal 64.
47
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :
KEP.101/MEN/VI/2004
tentang tata cara perijinan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, Pasal 1 ayat (1).
24
lain. 48
Pasal 1 ayat (1) penyedia jasa pekerja/buruh atau bisa disebut dengan vendor
tersebut menyebutkan bahwa terdapat empat komponen dalam sistem tenaga kerja
jasa pekerja/buruh.
ketenagakerjaan dapat dipahami bahwa praktik yang dikenal dalam sistem kerja
secara tertulis
48
Ibid., Pasal 1 ayat (3).
49
Ibid.
25
dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; 2) dilakukan atas perintah dari
d. Perlindungan kerja dan syarat kerjaga buruh harus sesuai dengan peraturan
kerja antara buruh dan perusahaan penyedia jasa kerja; 2) perjanjian kerja
50
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan : Suatu Pengantar, hlm.147.
51
Ibid
26
hal ini dipaparkan pada bagian penjelasan UU Pasal 66. Dalam Pasal 66 ayat (1)
Sehingga dari sini dapat dipahami, bahwa pekerjaan yang boleh dioutsource
hanyalah pekerjaan penunjang saja, antara lain yakni cleaning service, catering,
pekerja/buruh.
52
Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus , 40
53
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
Pasal 66 ayat (1).
27
hukum. Ketentuan ini lebih lanjut diatur dengan Pasal 3 Keputusan Menteri
barang.
sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang
perjanjian dalam sistem tenaga kerja outsourcing terdapat 2 (dua) tahapan, yakni
sebagai berikut:
54
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.220/MEN/X/2004
tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, Pasal 3
dan 4.
29
huruf a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh.55
55
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.101/MEN/VI/2004
tentang tata cara perijinan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, Pasal 4.
30
kerja.
56
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.101/MEN/VI/2004
tentang tata cara perijinan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, Pasal 5 dan 6
57
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.220/MEN/X/2004
tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, Pasal 6.
31
pekerja/buruh.
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Pasal yang mengatur tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah Pasal 56 sampai dengan
58
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :
KEP.100/MEN/VI/2004
tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu, Pasal 1ayat (1) dan ayat (2).
32
e. Penempatan kerja. 59
Jika dalam perjanjian kerja tersebut tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa
Secara umum berakhirnya perjanjian kerja diatur dalam Pasal 61 ayat (1)
59
Hadi Setia Tunggal, Pokok-Pokok Outsourcing : Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Dan Transmigrasi No 13/2012 Tentang Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian
Kebutuhan Hidup Layak, 47.
60
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Pasal 61ayat (1).
33
dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.” 61
1. Dampak Positif
ketenagakerjaan.62
Salah satu konsultan sumber daya manusia (SDM) dan alih daya PT.
berikut :63
61
Ibid., Pasal 62.
62
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarata : Rajawalai Pers,
2012), 187.
63
Iftida Yasar, Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Dihapus, 29-30.
34
dan energi perusahaan akan terserap pada hal-hal yang bukan core
lebih ahli maka perusahaan bisa lebih fokus pada bisnis inti.
2. Dampak Negatif
di Kota Batam, Provinsi Jawa Barat di Bekasi dan Karawang serta Provinsi
sama di tempat serta jam kerja yang sama akan tetapi upah yang diterima
kedua kelompok pekerja/buruh ini lebih rendah dari upah yang diterima oleh
35
buruh tetap.64
harian Republika bernama Taufan (bukan nama asli) mencurahkan isi hatinya.
Ia bekerja di salah satu perusahaan plat merah alias Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sebagai penjaga loket Jasa Marga, pemuda berusia 23 tahun ini sama
“Kalau bisa segera dihapusah praktik kerja outsourcing. gaji saya hanya
Rp 1,7 juta per bulan, tetapi tidak sebanding dengan jam kerja dan tenaga
yang saya keluarkan. Saya juga tidak menerima bonus dan tunjangan
layaknya pegawai tetap. Gaji mereka Rp 3 Juta per bulan.”
hak-hak normatif (upah dibayar lebih rendah dari Upah Minimum Kota
(UMK), jam kerja berlebihan, lembur yang tidak dibayar, Tunjangan Hari Raya
64
Indrasari Tjandraningsih, Diskriminatif Eksploratif : Praktek Kerja Kontrak Dan
Outsourcing Buruh Metal Di Indonesia, (t.tt. : AKATIGA-FSPMI-FES, 2010), 8.
65
Citra Listya Rini,”Praktik Outsourcing, Perbudakan Ala Modern ?”, dalam
http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/13/04/12/ml4cvu-praktik-outsourcing-perbudakan-
alamodern (08 Februari 2022).
66
Iqbal Fajar,”Pengaruh Sistem Outsourcing Terhadap Kinerja Karyawan”, dalam
http://belajarnulisserius.blogspot.com/2011/07/pengaruh-sistem-outsourcing-terhadap-
kinerja.html. (08 Februari 2022)
36
diinginkan.
BAB IV
MAQOSHID AL-SYARIAH
perjanjian antar pekerja dan pengusaha yang dilakukan secara lisan atau tertulis,
baik untuk waktu tertentu maupun waktu yang tidak tertentu yang dimana disitu
kontrak adalah suatu karyawan yang bekerja pada satu instansi dengan kerja
waktu yang tertentu yang dimana didasarri atas suatu perjanjian atau kontrak
yang dimana biasanya disebut dengan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT),
yaitu perjanjian yang didasarkan oleh suatu jangka waktu paling lama 3 tahun
68
dan hanya dapat diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu maksimal satu tahun.
formalitas saja tanpa ada penerapan sistem pasti outsourcing yang berlaku dalam
buruh, selalu dalam bentuk tidak tetap atau kontrak, upah lebih rendah, jaminan
67
Salim, HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, ( Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hlm. 04
68
Doni Judian, Tahukah Anda? Tentang Pekerja Tetap, Kontrak, Freelance,
Outsourcing, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2014), hlm.52.
37
38
sosial hanya sebatas minimal, tidak adanya pengamanan kerja serta tidak ada
jaminam pengembangan karir dan lain-lain yang menujang secara pasti dalam
Dalam hal ini penulis mengunkan konsep maqosid syariah dalam penerapan
kerja dengan sistem kontrak (outsorcing), hal ini perlu dilakukan peninjauan dan
evaluasi secara ilmiah agar terwujud hak dan perlindungan karyawan yang
dimasksud dalam konsep maqosid syariah. Agar tujuan penerapan kerja dengan
pemeliharaan agama, jiwa, harta, akal dan keturunan. ini disebabkan, karena
dunia tempat manusia tinggal disandarkan kepada lima pokok tersebut. kelima
Hak-hak adalah sesuatu yang harus diberikan seseorang sebagai akibat dari
kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi
baik berupa benda atau jasa yang dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atas
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.72 hal ini, terdapat pada beberapa
69
Doni Judian, Tahukah Anda? Tentang Pekerja Tetap, Kontrak, Freelance,
Outsourcing, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2014), hlm.52.
70
Muhammad Sa’ad Bin Ahamad Bin Mas’ud Alyubi, Maqosid Al- Syariah Al-Islamiyah
Wa ‘Alaqotuhi Bin Al- Adlilati Al- Syar’iyyati, (Jami’ Al-Huququ Mahfuzhat, 1998) hlm. 179-181.
71
Darwin Prints, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, ( Bandung: Citra Aditiya Bakti,
2000), hlm. 22
72
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
39
setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa deskriminasi
dari perusahaan pasal 11 berbunyi, setiap tenga kerja berhak untuk memperoleh,
ayat 3 yang berbunyi, setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk
ada beberapa pasal lainnya antaranya pasal 31, pasal 79, pasal 80, pasal 86 ayat
(1), pasal 88 ayat (1), pasal 99 ayat (!), pasal 104 ayat (1), pasal 137 dan pasal
156.
itu mempunya hak-hak yang harus dipenuhhi atau yang harus diberikan oleh pihak
dari pemakai jasa tersebut, sehingga tidak ada yang dirugikan serta terpenuhiya
hak hak perkerja tersebut seperti, hak bekerja, hak memperoleh gaji, hak hak cuti
dan keringanan pekerja dan hak memperoleh jaminan dan perlindungan. Menurut
Adrian Sutedi, hanya ada dua cara melindungi pekerja/buruh: Pertama, melalui
(kesehatan, keselamatan kerja, dan upah layak) sampai dengan pemberian jaminan
dan menuntut hak-hak yang semestinya mereka terima. SP/SB juga dapat
sebuah hak hukum. Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga hukum subyektif,
hukum subyektif merupakan hukum utama dari pada hubungan hukum yang
diberikan oleh hukum obyektif yang hukum tersebut menjadi sumber utama dalam
legalitas hukum .
Lingkup perlindungan terhadap pekerja/ buruh yang diberikan dan diatur dalam
73
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 17.
41
Maqosid Al-Syariah
Kontrak kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara
lisan atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu
adalah karyawan yang bekerja pada suatu instansi dengan kerja waktu tertentu
yang didasari atas suatu perjanjian atau kontrak dapat juga disebut dengan
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), yaitu perjanjian kerja yang didasarkan
suatu jangka waktu yang diadakan ntuk paling lama 3 (tiga) tahun dan hanya
74
Labotarium Pusat Data Hukum Fakultas Hukum UAJY, Himpunan Lengkap
UndangUndang Bidang Perburuhan, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006, lihat juga Kartasapoetra,
G dan Rience Indraningsih, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Cet. 1, (Bandung: Armico, 1989),
h. 43-44.
75
Salim, HS, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta:
SinarGrafika, 2004), h. 4.
76
Doni Judian, Tahukah Anda? Tentang Pekerja Tetap, Kontrak, Freelance,Outsourcing,
(Jakarta: Dunia Cerdas, 2014), h. 52.
42
Faktanya praktei kerja kontrak (outsourcing) selama ini diakui lebih banyak
merugikan pekerjadan buruh, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak
tetap, upah lebih rendah, jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas minimal,
tidak adanya pengamanan kerja (job security) serta tidak adanya jaminan
memelihara agama, jiwa, harta, akal dan keturunan. Ini disebabkan, karena dunia
tampat manusia tinggal disandarkan kepada lima pokok tersebut. Kelima pokok
Telaah konsep maqashid Pertama, dilihat dari konsep menjaga agama (hifzh
ad dien). Dalam hal perjanjian kontrak (outsourcing) dalam perjanjian kerja waktu
tertentu apakah telah sesuai dengan aturan syariat islam. Kedua, dilihat dari
konsep menjaga jiwa (hifzh an-nafs), dapat dilihat dari gaji yang diberikan untuk
karyawan kontrak (outsourcing) tersebut. Pemberian gaji yang sesuai dan juga
77
Muhammad Sa‟ad bin Ahmad bin Mas‟ud Alyubi, Maqashid al- Syari‟ah
alIslamiyyah wa „Alaqatuhi bi al- Adillati al- Syar‟iyyati, Jami‟ al- Huququ Mahfuzhat, 1998,
h.,179-181.
78
Muhammad Sa‟ad bin Ahmad bin Mas‟ud Alyubi, Maqashid al- Syari‟ah
alIslamiyyah wa „Alaqatuhi bi al- Adillati al- Syar‟iyyati, Jami‟ al- Huququ Mahfuzhat, 1998,
h.,179-181.
43
Ketiga, dilihat dari konsep menjaga akal (hifzh al aql), dalam praktek kerja
meningkatkan jenjang karir dalam bekerja. Agar pekerja termotivasi untuk bekerja
dilihat status pekerja sebagai pekerja kontrak (outsourcing) maka posisi mereka
maka bagaimana para pekerja tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan pokok
keluarga dari hal-hal yang tidak baik merupakan bagian dari kemaslahatan. 80
Kelima, dilihat dari konsep menjaga harta (hifzh al-maal). Dengan gaji yang
memenuhi kebutuhan pokok pekerja tersebut, Namun jika pemberian gaji tidak
sesuai dengan keadilan maka pekerja akan berusaha mengambil jalan lain agar
tersebut tidak sesuai dengan jalur syariat, maka kesucian harta (hifzh al-maal)
yang dimilikinya dapat rusak karena cara yang salah dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut.81
79
Muhammad Sa‟ad bin Ahmad bin Mas‟ud Alyubi, Maqashid al- Syari‟ah
alIslamiyyah wa „Alaqatuhi bi al- Adillati al- Syar‟iyyati, Jami‟ al- Huququ Mahfuzhat, 1998,
h.,179-181.
80
Muhammad Sa‟ad bin Ahmad bin Mas‟ud Alyubi, Maqashid al- Syari‟ah
alIslamiyyah wa „Alaqatuhi bi al- Adillati al- Syar‟iyyati, Jami‟ al- Huququ Mahfuzhat, 1998,
h.,179-181.
81
Yusuf al- Qardawi, Madkhal li Dirasat al- Syari‟at al- Islamiah, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2001), h., 73.
44
urutan kedua dan memelihara harta pada urutan kelima. Sedangkan dalam bekerja
kewajiban memelihara jiwa adalah hal yang utama karena jiwa itu harus pelihara
dapat dirumuskan bahwa kerja merupakan hak dan kewajiban umat manusia
sebagai realisasi ibadah kepada Allah SWT. Ada 4 hal yang merupakan hak dan
1. Hak bekerja,
jika terpeliharanya lima unsur yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.84
Tujuan utama syariat islam yaitu untuk melindungi lima unsur tersebut. Kelima
82
Muhammad Sa‟ad bin Ahmad bin Mas‟ud Alyubi, Maqashid al- Syari‟ah
alIslamiyyah wa „Alaqatuhi bi al- Adillati al- Syar‟iyyati, Jami‟ al- Huququ Mahfuzhat, 1998,
h.,179-181.
83
Muhammad Syauqi Al Fanjari, seperti dikutip dari Duski Samad, Kerja Sebagai
Ibadah, Pola Relasi Ibadah Vertikal-Horizontal, (Jakarta: Madani, 1999), h. 139.
84
Abdul Kadir dan Ika Yunia. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqoshid Al
Syariah, (Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), hlm. 89
45
pokok unsur tersebut merupakan hal yang harus dijaga dan dipelihara dalam
menjadi sumber kebaikan bagi orang lain, menegakkan keadilan masyarakat, dan
86
merealisasikan kemaslahatan diantara manusia. Dalam memandu hubungan
pengusaha dan buruh, Islam memiliki prinsip dan konsep muswah (kesetaraan)
tenaga kerja pada kedudukan yang sama, yaitu saling membutuhkan satu
merupakan kewajiban dari perusahaan, hal ini sebagaimana diatur dalam Islam.
sehingga perlindungan hukum itu muncul karna adanya suatu perjanjian antara
pihak pekerja dan penggunanya pekerja tersebut, yang dimaksud dalam UU no.13
Batasan waktu kerja bagi yang berumur kurang dari 18 (delapan belas)
Ketenagakerjaan.
85
Abdul Kadir dan Ika Yunia. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqoshid Al
Syariah, (Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), hlm. 89
86
Saipudin Shidiq. Ushul Fiqh. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 223-
225
87
Abdul Kadir dan Ika Yunia. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqoshid Al
Syariah, (Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), hlm. 89
88
Laboratorium Pusat Data Hukum Fakultas Hukum UAJY, Himpunan Lengkap
Undang-Undang Bidang Perburuha, ( Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), hlm. 76
46
jemput bagi yang bekerja antara puku 23.00 sampai dengan pukul 07.00, yaitu
Hal ini sebagaimana diatur dalam islam, anak merupakan anugrah yang
diberikan tuhan. sehingga wanita hamil mau tidak mau harus mendapatkan
pelayanan dan fasilitas sebaik mungkin. hal ini, sebgai upaya dalam menjaga
Dalam pekerja dan buruh anak adalah mereka atau setiap orang yang
terhadap pekerja/buruh anak meliputi halhal atau ketentuan tentang tata cara
mempekerjakan anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 68, 69 ayat (1) dan ayat
Ketenagakerjaan.89
hifdul nasl (menjaga keturunan), dapat dilihat dari status pekerja sebagai
89
Yusuf Al-Qardawi, Madlhal Li Dirasat Al-Syari’at Al-Islamiah, (Kairo:Maktabah
Wahbah, 2001), hlm. 73
47
keluarga dari hal-hal yang tidak baik merupakan bagian dari kemaslahatan. 90
orang yang bekerja yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun, sebagaimana
terhadap pekerja/buruh anak meliputi halhal atau ketentuan tentang tata cara
mempekerjakan anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 68, 69 ayat (1) dan ayat
hal-hal yang diluar materiil, seperti perlindungan bagi penyandang cacat. dengan
memberikan pelayanan jasa ketika karyawan mengalami cacat, yang sesuai dan
juga prinsip keadilan yang diterapkan dalam UU No.3 Tahun 2013. yang dapat
terpenuhinya segala unsur yang dibutuhkan oleh pekerja seperti hal yang diatas
hak dari pekerja atau buruh seperti yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 86
hal ini juga berhubungan dengan hifdul nass yang dimana hal tersut sangat
penting karna untuk keberlangsungan antara pekerja dan pengguna kerja hizlh
nass dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan pekerja harus di perhatikan
Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak dari
pekerja atau buruh seperti yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 86 ayat (1)
diatas. senada dengan UUD 1945 bahwa jaminan sosial merupakan tanggung
pekerja dan buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan dalam Pasal 88 ayat (1)
layak adalah jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja dan buruh dari hasil
pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan buruh dan
upah minimun, sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja
minimum adalah upah bulanan yang terendah, terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap.93
Disisi pelindungan atas upah yang di atur dalam uu diatas maka bisa dilihat
dari konsep menjaga harta hifzh al-maal dengan penghasilan yang di peroleh
karyawan tersebut untuk kebutuhan keluarga. namun jika pemberian upah tidak
sesuai dengan keadilan maka pekerja akan mengambil jalan lain agar kebutuhan
93
Kartasapoetra, G dan Rience Indraningsih, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan Cet. 1, (
Bandung Armico, 1989), hlm. 43-44
50
tersebut dapat terpenuhi. ketika jalan lain itu bisa memenuhi kebbutuhan tersebut
tidak sesuai jalur syariat, maka kesucian harta yang dimiliki pekerja dapat
Ketenagakerjaan
Tableberikut ini akan memberi kemudahan dalam memahami letak persamaan dan
perbedaannya.
Tabel 1
Persamaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja
Unsur Perlindungan Hukum Positif Maqashid Syariah
Berlaku untuk semua
Keselamatan dan Tidak membedakan jenis
jenis hubungan kerja,
Kesehatan Kerja pekerjaan
termasuk outsourcing
Islam memerintahkan
Hukum positif
kepada pemberi kerja
memerintahkan untuk
Jaminan Sosial Tenaga untuk berlaku adil,
berlaku adil kepada setiap
Kerja berbuat baik, dan
tenaga kerja tanpa adanya
dermawan terhadap
diskriminasi apaupun
pekerja
Pengusaha wajib Islam memerintahkan
Perlindungan Upah
membayar upah kepada untuk menyegerakan
51
Tabel 2
Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja
keadilan
Undang-Undang No. 13
Dasar Hukum Tahun 203 tentang Al-Quran dan Hadits
Ketenagakerjaan
Jaminan sosial
untuktenaga kerja
dalahsuatu
perlindunganbagi tenaga
kerjadam bentuk Jaminan sosial kerja
santunanberupa uang menurut islam tidak
sebagaipengganti hanyakeselamatan raga
sebagiandari semata, melainkanjuga
penghasilanyang hilang menganturkeselamatan
Jaminan Sosial
atauberkurang tenagakerja dalam hal-
danpelayanan halyang bersifatabstrak
sebagaiakibat peristiwa yaknimemelihara agama,
ataukeadaan yang jiwa, akal,keturunan dan
dialamioleh tenaga harta.
kerjaberupa
kecelakaankerja, sakit,
hamil,bersalin, hari tua
danmeninggal dunia.
Undang-Undang No.
13Tahun 2003 Pasal
100ayat 1 menyebutkan
Diperoleh dari
untuk
Kesejahteraan upah,jaminan sosial
meningkatkankesejahteraa
danbantuan Negara.
n pekerja,pengusaha
wajibmenyediakan
fasilitasesejahteraan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesehatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan perlindungan upah. Sebab,
ketiga poin tersebut merupakan pilar yang harus dijunjung tinggi dan bagian
dibagi menjadi lima aspek yaitu: hifdz al-din (menjaga agama), hifz an-nafs
No. 13 Tahun 2003 terutama dalam aspek hifz an-nafs, hifdz al-nas’i, dan
hifdz al-maal.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
53
54
yang sangat layak untuk diteladani dan diterapkan dalam menetapkan hukum-
outsourcing.
No.13 Tahun 2003 perspektif maqosid syariah layak dijadikan sebagai objek
memiliki relevansi dan pengaruh terhadap pokok bahasan yang tidak dibahas
DAFTAR PUSTAKA
Subijanto. (2009). Peran negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 708.
Sudiarawan, K. A. (2016). Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Outsourcing
Dari Sisi Perusahaan Pengguna jasa pekerja. Jurnal Ilmu Sosia, 18.
Suratmaputra, A. M. (2009). Filsafat Hukum Islam al-Ghazali. Maslahah
Mursalah dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, 144.
Suratmaputra, A. M. (Jakarta). , Filsafat Hukum Islam –Ghazali; Maslahah
Mursalah dan Relevensinya Dengan Pembaruan Hukum Islam. 2002:
Pustaka Firdaus.
Suwondo, C. (2009). Outsourcing Implementasi di Indonesia. Jakarta: Elex
Media.
wahyu, n. (2021, april rabu). Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para
Ahli. From tesis hukum: http:/tesishukum.com/pengertian-perlindungan-
hukum-menurut-para-ahli/
Wirawan. (2021, September kamis ). From Pikiran Rakyat: http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0504/31/teropong/komenkumham
Yasar, I. (2017). Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Dihapus. Jakarta : Pelita
Fikir.
Yunus, M. (1990). Kamus Arab-Indonesi. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurya.