Anda di halaman 1dari 75

“KONSEP PENDIDIKAN SYEKH NAWAWI

AL-BANTANI DAN IMPLEMENTASINYA DI


SDIT ASY-SYUKRIYAH TANGERANG”
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu syarat
Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)
Dalam Ilmu Agama Islam

Oleh:

Miskah
NIM: 215810144

KONSENTRASI ILMU TARBIYAH


PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438/2017 M
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul "Konsep Pemikiran Pendidikan Syekh Nawawi


Al-Bantani dan Implementasinya di SDIT Asy-S1'ukriyyah Tangerang" yang
disusun oleh Miskah. dengan Nomor Induk Mahasiswa OJIM): 21 581 0144
telah diujikan di sidang munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu A[-
Qur'an (llQ) Jakarta pada hari Senin, 21 Agustus 2017M dan dinyatakan
LIJLUS dengan. yudisium/predikat AMAT BAIK. Tesis ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) pada
Konsentrasi Ilmu Tarbiyah dalam bidang Studi Ilmu Agama Islam.

Direktur Program Pascasarjana


Institut ilmu Al;Qur'an tllQt Jakana

I,'-L)
DR. KH. nnmffi]f suratmaputra. MA.

Panitia U jian

Sidang Munaqasyah Tarlggal

DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra. MA


llfn qa(
Ketua Sidang
2/o )o\).
Dr. U. Vtunammad eziz
Sekretaris
,-G&u' d/;ao7
Prof. Dr. Artani Hasbi. MA
Penguji I

DR. KH. Ahmad Munif SUCmaputrc-M4


Penguj i II

Prof. DR. H.Arma), Arief. MA


Pembimbing I ,l-r/
DR. KH. Abdul Muhaimin Zen. M.As
Pembimbing II

l1
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama : Miskah
Nim :215810144
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis :Konsep Pemikiran Pendidikan Syekh Nawawi
Al-Bantani dan Implementasinya di SDIT
Asy-Syukriyyah Tangerang”

Menyatakan bahwa tesis ini bukan karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar disuatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditampilkan
orang lain kecuali kutipan-kutipan atau ringkasan-ringkasan yang secara
tertulis terdapat dalam naskah dan semuanya telah jelas sumber serta
disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila suatu hari terdapat kesalahan dan kekuarangan di dalam


karya ini, sepenuhnya menjadi tangguang jawab saya. Demikian surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Agustus 2017


Penulis

(Miskah)
Nim. 215810144

ii
Motto

           

           

              

              

  

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.


perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang
tak tembusyang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang
minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S.An-
Nur:{24}35)

iii
‫الرِحْي ِم‬
َّ ‫ح ِن‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم اهلل‬
‫الر ْ م‬
KATA PENGANTAR
ِ ِ ‫السالَم على نَبِيِّ نَا ُُم َّم ٍد وعلَى آلِِه و‬ ِّ ‫احلَ ْم ُد هللِ َر‬
َ ْ ‫ص ْحبِهَ ْْجَع‬
.‫ْي‬ ََ ََ َ َ َ ُ َّ ‫الصالَةُ َو‬
َّ ‫ َو‬، ‫عاملْي‬
َ ْ ْ‫ب ال‬
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
serta kekuatan lahir dan bathin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan paripurna.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW, begitu juga kepada keluarganya,
para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta para umatnya yang
senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya. Amin.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis tidak
sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat
bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak,
akhinya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah TahidoYanggo, MA Rektor Institut Ilmu
Al-Qur’an Jakarta.
2. Prof. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA.Selaku Direktur
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
3. Ibu Dr. Hj. Ade Naelul Huda, Ph, Dselaku KaprodiKonsentrasi
Ilmu Tarbiyah Pascasarjana IIQ Jakarta yang memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas.
4. Dosen Pembimbing Tesis Prof. Dr.H. Armai Arief, MA dan Dr.
KH Muhaimin Zen, MA yang telah menyediakan waktu, pikiran
dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan Tesis ini.
5. Kepada Perpustakaan beserta Staf IIQ Jakarta
6. Segenap IIQ Jakarta yang telah banyak memberikan fasilitas,
kemudahan dalam penyelesaian penulisan Tesis ini.
7. Seluruh Dosen IIQ Jakarta yang telah memberikan Ilmu
Pengetahuan yang tidak ternilai oleh apapun, dan memberikan
fasilitas, kemudahan dalam penyelesaian Tesis ini.
8. Kepala Perpustakaan beserta staf Perpustakaan Umum,
Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, Perpustakaan Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Imam Jama’,
Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah
membantu melengkapi referensi Penulis.

iv
9. Sekolah SDIT Asy-Syukriyyah segenap Kepala Sekolah, wakil
kepala sekolah, dan segenap guru yang membantu dan
memberikan data serta informasi yang penulis butuhkan.
10. Yang telah melahirkan, membesarkan Penulis, Baba (H. Muslan)
dan Mami (Hj. Asenah), yang tiada hentinya menyayangi,
memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu, tanpa kalian
penulis bukanlah siapa-siapa. semoga Allah memberikan
kesehatan, umur panjang kepada kalian semua. Amiin
11. Yang selalu mencintai dan menyangi penulis Teteh dan Abang
yang selalu setia menemani baik suka maupun duka , membantu,
memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, kalian berdua
adalah sumber energi kehidupan adik bungsu mu.
12. Teman-teman kelas IQRO Pascasarjana IIQ Jakarta angkatan 2015
yang penyayang, baik hati yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat untuk penulis.
13. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tesis ini.

Hanya harapan dan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan


yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penulis menyelesaikan tesis ini.
Jakarta, 3Agustus 2017
Penulis

Miskah

v
PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam penulisan tesis ini, transliterasi Arab-Latin mengacu pada


buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta cetakan ke-II, tahun 2011, yang secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Konsonan
‫أ‬ A ‫ط‬ th

‫ب‬ b ‫ظ‬ zh

‫ت‬ T ‫ع‬ ‘

‫ث‬ Ts ‫غ‬ gh

‫ج‬ J ‫ؼ‬ f

‫ح‬ H ‫ؽ‬ q

‫خ‬ Kh ‫ؾ‬ k

‫د‬ D ‫ؿ‬ l

‫ذ‬ Dz ‫ـ‬ m

‫ر‬ R ‫ف‬ n

‫ز‬ Z ‫ك‬ w

‫س‬ S ‫ق‬ h

‫ش‬ Sy ‫ء‬ ’

‫ص‬ Sh ‫ي‬ y

‫ض‬ Dh

B. Vokal
1. Vokal atau bunyi (a), (i), (u) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:

vi
Vokal Pendek Panjang
Fathah a â
Kasrah i î
Dhammah u û

2. VokalRangkap
fathah + ya' mati ai
ditulis
‫بػَْيػنَ ُكم‬ bainakum
fathah + ya' mati au
ditulis
‫قَػ ْوؿ‬ qaulun

3. VokalPendek
‫أأنتم‬ ditulis a'antum

‫أعدت‬ ditulis u‘iddat

‫لئن شكرمت‬ ditulis la'insyakartum

C. Kata sandang
a. Bila diikuti Huruf Qamariyyah
‫الكتاب‬ ditulis al-kitâb

‫القياس‬ ditulis al-qiyâs

b. Bila diikuti Huruf Syamsiyyah


‫السماء‬ Ditulis as-samâ'

‫الشمس‬
ّ Ditulis asy-syams

D. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat


‫ذكي الفركض‬ Ditulis dzawî al-furûdh

‫أهل السنّة‬ Ditulis ahl as-sunnah

vii
E. Syaddah
Syaddah (Tasydîd) untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik Tasydîd yang berada ditengah kata, diakhir
kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf –
huruf syamsiyah.
Contoh:
‫أمنا با هلل‬: âmannâ billâhi ‫إف الذين‬ : inna al-ladzîna
F. Ta Marbûthah
Bila dimatikan ditulish.
‫ِهػبَّة‬ ditulis hibbah

‫ِج ْزيَة‬ ditulis jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah


terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya,
kecuali jika dikehendaki lafal aslinya).
Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
‫َكَر َامة اَْْلَْكلِيَاء‬ ditulis karâmah al-auliyâ`

Bila ta marbuthah hidup atau dengan harkat fathah, kasrah, dan


dhammah, ditulis t.
‫زكػاة الفطر‬ ditulis zakât al-fithri

G. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah di alih aksarakan, maka berlaku ketentuan ejaan yang
telah disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada (EYD) berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) dan cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya.
Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf
yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Khusus
untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-nama surahnya menggunakan
huruf kapital.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................i
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ii
MOTTO ...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................vi
PEDOMAN TRANLITERASI ...............................................................vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................xi
ABSTRAK ..............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................1
B. Permasalahan .................................................................11
1. Identifikasi Masalah .................................................12
2. Pembatasan Masalah.................................................12
3. Perumusan Masalah ..................................................12
C. Tujuan ...........................................................................12
D. Kegunaan Penelitian ......................................................12
E. Kajian Pustaka ...............................................................13
F. Metode Penelitian ..........................................................15
G. Sistematika Penulisan ....................................................16
BAB IIKARANGKA TEORI
A. Pendidik
1. Pengertian Pendidik secara Umum ..................................19
2. Pengertian Pendidik Perspekif Al-Qur’an ......................24
3. Konseptualisasi profil Guru Perspektif Al-Qur’an ..........30
4. Peran dan Tanggung Jawab Guru ....................................33
5. Tugas Guru ......................................................................38
B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik ......................................................40
2. Syarat Menuntut Ilmu ...........................................................41
3. Kebutuhan Peserta Didik ......................................................80
4. Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar ..................................81
5. Ayat Al-Qur’an yang Membahas Pentingnya Seorang
Peserta Didik ........................................................................82
6. Pengembangan Individu Peserta Didik ................................85
7. Krakteristik Peserta Didik ....................................................86
C. Pendidikan Islam .......................................................................89
D. Tujuan Pendidikan Islam ..........................................................93
1. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ........................................95
2. Peran Pendidikan Islam ........................................................96
3. Fungsi pendidikan islam .......................................................96

ix
E. Materi Pembelajaran .................................................................98
1. Pengertian Materi Pembelajaran ..........................................100
2. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran ..........................................101
3. Ragam Bentuk Materi Ajar ..................................................101
4. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar .............................................101
5. Cara Pemilihan Materi Pembelajaran ..................................103
F. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran.......................................104
2. Fungsi Metode Pembelajaran .............................................105
3. Syarat-syarat Pengguna Metode Pembelajaran ..................107
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode ...............................................................................108
5. Macam-macam Metode Pengajaran ...................................110

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


1. Jenis Penelitian...................................................................111
2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................112
3. Sampel dan Sumber Data ...................................................113
4. Sumber dan Jenis Data .......................................................113
5. Tehnik Pengumpulan Data .................................................114
6. Pengecekan dan Keabsahan Data .......................................117
7. Teknis Analisis Data ..........................................................119
BAB IV KONSEP PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI
DAN IMPLEMENTASINYA DI SDIT ASSYUKRIYYAH
TANGERANG
A. Biografi Imam Nawawi
1. Latar Belakang keluarga ................................... .........124
2. Masa pendididikan dan Guru-gurunya.............. .........125
3. Pengajar dan Murid-muridnya .......................... .........125
4. Karya-karyanya ................................................. .........126
B. Konsep Pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani ...............128
C. Implementasi Pemikiran pendidikan Syekh Nawawi
Al-Bantani
1. Pendidik dan Peserta Didik .........................................138
2. Pendidikan Islam .........................................................139
3. Tujuan Pendidikan di SDIT Asy-Syukriyah ..... .........140
4. Materi Pembelajaran di SDIT Asy-Syukriyah .. .........141
5. Metode Mengajar di SDIT Asy-Syukriyah ....... .........141
D. Profil SDIT Asy-Syukriyyah .............................................143
1. Sejarah Berdirinya SDIT Asy-Syukriyyah ...................143
2. VISI-MISI SDIT Asy-Syukriyyah ................................145
3. Tujuan sekolah .............................................................145
x
4. Target Mutu Kelulusan..................................................146
5. Karakteristik Islam Terpadu ..........................................146
a. Saran Prasarana SDIT Asy-Syukriyyah ...................146
b. Daftar Guru-guru SDIT Asy-Syukriyyah ....... .........147
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................151
B. Saran .......................................................................................152
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................153
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Ringkasan ayat-ayat yang memiliki kosa kata yang mengandung
makna guru ....................................................................33
TABEL 2.2 Bagan Tugas Guru ..........................................................53
TABEL 2.3 Kriteria Bahan Ajar ........................................................94
TABEL 4.1 Data Jabatan Pegawai .....................................................121
TABEL 4.2 Kelompok Kelas .............................................................127
TABEL 4.3 Daftar Inventaris Barang Sekolah ..................................130
TABEL 4.4 Data Guru .......................................................................176

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN SURAT IZIN PEMBIMBING
LAMPIRAN SURAT PENELITIAN
LAMPIRAN WAWANCARA
LAMPIRAN PRESTASI PESERTA DIDIK
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN PESERTA DIDIK
LAMPIRAN PROFIL PENULIS

xv
ABSTRAK
MISKAH NIM 215810144: Konsep Pendidikan Syekh Nawawi Al-
Bantany dan Implementasinya di SDIT Asy-Syukriyah Tangerang
Persoalan moral, budi pekerti, dan karakter, masih menjadi persoalan
urgent yang menghambat pembangunan dan tujuan pendidikan bangsa.
Meningkatnya degradasi moral, sopan santun pelajar yang merosot,
ketidakjujuran pelajar, menyontek saat ujian, kurangnya rasa hormat terhadap
orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang harus dihormati. Pdahal
hakikatnya, Pendidikan tidak hanya membentuk insan yang cerdas, tetapi
juga berkpribadian dan berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur
bangsa serta agama.
Secara khusus penelitian ini berkaitan dengan pemikiran pendidikan
sesorang tokoh, yaitu Syekh Nawawî Al-Bantânî. Syekh Nawawî Al-Bantânî
dipilih karena pemikiran pendidikan beliau sangat urgent untuk diterapkan.
Hal itu bisa dilihat dalam kitabnya Nashâ’ihul ‘Ibâd, utamanya dalam
pembahasan ilmu, diantaranya menjelaskan tentang pertama, tentang
pentingnya memuliakan ulama. Kedua, tentang kecintaan kepada ilmu dan
ketiga, tentang pentingnya mempelajari ilmu agama. Adapun SDIT Asy-
Syukriyah dipilih sebagai objek, karena melihat visi dan misi SDIT Asy-
Syukriyah untuk menjadikan sekolah yang terbaik dan terpercaya dalam
membangun genarasi Islam teladan dan berakhlak mulia dan berprestasi serta
misi yang mengedepankan nilai-nilai Islami dalam membentuk karakter sikap
dan perilaku, penulis ingin memadupadankan konsep pendidikan syekh
Nawawî al-Bantânî yang terkenal dengan akhlak mulia dalam lembaga SDIT
Asy-Syukriyyah Tangerang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, ditinjau dari segi
sumber merupakan penelitian kepustakaan (library reaseach) yang bertujuan
untuk mengungkap pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawî Al-Bantânî
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian kualitatif ini
bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, di samping itu, penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan metode induktif analisis. Dan tehnik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan pengumpulan data sekunder yakni dengan
kepustakaan (library reaseach) dan data primer dengan observasi dan
wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan dan
pengajaran dalam Islam menurut Syekh Nawawî Al-Bantânî mencakup term

xiv
Ta’lîm, Tarbiyyah dan Ta’dîb dengan tujuan pendidikan yaitu Mardhatillah
(mencari ridha Allah) dan memajukan pendidikan Islam. Adapun
implementasi pemikiran pendidikan Syekh Nawawî Al-Bantânî tidak
tercantum dalam kurikulum sekolah namun dalam hidden kurikulum SDIT
Asy-Syukriyyah tetap mengadopsi nilai-nilai pemikiran Syekh Nawawî Al-
Bantânî

xv
ABSTRACT
MISKAH NIM 215810144: Concept of Education Sheikh Nawawi Al-
Bantany and Its Implementation in SDIT Asy-Syukriyah Tangerang
Moral issues, character, and character are still urgent issues that
hamper the nation's development and educational goals. Increased moral
degradation, declining student attitudes, student dishonesty, cheating on tests,
lack of respect for parents, teachers, and respectable figures. Pdahal
intrinsically, Education not only form a smart person, but also personality
and character so that birth generation of developing nations with a character
that breathes the noble values of the nation and religion.
Specifically this research is concerned with the educational thinking
of a character, namely Sheikh Nawawî Al-Bantânî. Sheikh Nawawî Al-
Bantânî was chosen because his educational thought was very urgent to
apply. It can be seen in his book Nashâ'ihul 'Ibâd, especially in the discussion
of science, including explaining about the first, about the importance of
glorifying the clergy. Secondly, about the love of science and the third, about
the importance of studying the science of religion. The SDIT Asy-Syukriyah
was chosen as the object, because it saw the vision and mission of SDIT Asy-
Syukriyah to make the best and reliable school in building exemplary Islamic
genarasi and morality and achievement and mission that put forward Islamic
values in shaping the character of attitude and behavior, the author wants to
mix and match the concept of education Sheikh Nawawî al-Bantânî famous
with noble character in the institution of SDIT Asy-Syukriyyah Tangerang.
The method used in this research, from the perspective of the source
is a library research (library reaseach) which aims to reveal the thought of
Islamic education Sheikh Nawawî Al-Bantânî by using qualitative approach
in this qualitative research is holistic and more emphasis on the process, in
addition, this research use descriptive qualitative approach by using inductive
method of analysis. And the technique used in this research is by collecting
secondary data with library (library reaseach) and primary data with
observation and interview.
The conclusion of this study shows that education and teaching in
Islam according to Sheikh Nawawî Al-Bantânî includes the terms Ta'lîm,
Tarbiyyah and Ta'dîb with the aim of education that is Mardhatillah (seeking
Allah's pleasure) and advancing Islamic education. The implementation of
educational thought Sheikh Nawawî Al-Bantânî not listed in the school
curriculum but in the hidden curriculum SDIT Asy-Syukriyyah still adopt the
values of Sheikh Nawawî Al-Bantânî

xvi
‫ُملَخَّصٌ ٌ‬
‫ٌوتَطْبِْي َقاتُهُ ٌفِ ْي ٌال َْم ْد َر َس ِةٌ‬ ‫ِ‬ ‫ٌاْلس ََل ِميَّ ِة ِ‬ ‫ِ‬
‫ٌالش ْي ِخ ٌالنٌَّ َو ِوي ٌالْبَ ْنتَاني َ‬ ‫ٌع ْن َد َّ‬ ‫َم ْف ُه ْو ُم ٌالت َّْربِيَّة ِْ ْ‬
‫ِب‪451058522 :‬‬ ‫ٌالش ْك ِريَِّةٌبِتَانْ ِج ْي َرانْج مشكاة َّ‬
‫الرقْ ُم الطَّلَِ ُّ‬ ‫اْلبْتِ َدائِيَّ ِةٌال ُْم َو َّح َد ِة ُّ‬
‫ِْ‬
‫ضايَا ا ْْلَ َّام ِة الَِِّت بِ ُد ْوِِنَا‬ ‫ِ‬ ‫السلُو ِك والطَّبِي ع ِة ِْ ِ ِ ِ‬
‫اْلنْ َسانيَة ى َي تُ َع ُّد م َن الْ َق َ‬ ‫َخ ََلق َو ُّ ْ َ ْ َ‬
‫ضيَّةُ ْاْل ِ‬
‫ْ‬
‫فَ َق ِ‬
‫ ِ‬ ‫اِ ْاْل ََ ِ‬ ‫ان ََف ِ‬ ‫ف ِمن التَّربِي ِة الْوطَنِي ِة‪ .‬ونَظْرا لِوقُوِع ا ْْلََِل ِك ْاْلَخ ََلقِي و ِْ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫تَتَ َع ْرقَ ُل التَّ ْنميَةُ َوا ْْلَْد ُ َ ْ َ َ َ َ ً ُ ْ‬
‫َساتِْي ِذ‬ ‫ِ ِِِ ِ‬
‫ص ِِف ْاْل ْح َِتام ل ْل ِولْ َدان َو ْاْل َ‬ ‫ان َوالنَّ ْق ِ‬ ‫اْلمتِح ِ‬
‫ْي ْ ْ َ‬
‫الر ْشوةِ ِِف ِح ْ ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫الطلَِِب َوالْك ْذ ِ التِّ ْلمْيذي َو ِّ َ‬
‫َّ‬
‫ك ِِف َح ِقْي َقتِ ِو‪ ،‬فَِإ َّن الت َّْربِيَةَ َْل‬ ‫ِ‬
‫احِ َِت ٍام َوتَ ْك ِرَم ٍة‪َ .‬وَم َع ذَل َ‬
‫والش ِ ِ‬
‫َّخصيَات الَِِّت َْل بُ َّد أَ ْن تُ َعا ََلَ بِ ُك ِّل ْ‬ ‫َ ْ‬
‫ِ‬
‫السلُ ْوكيَةَ‬ ‫ِ‬
‫ك‪ ،‬يَ ْع ِِن تُ َش ِّك ُل النَّ َْفسيَةَ َو ُّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اْلنْسا َن َّ‬ ‫تُ َش ِّكل فَ َح ْس ُ ِ‬
‫ضا َما َج َاوَز َع ْن ذَل َ‬ ‫الذك َّي بَ ْل أَيْ ً‬ ‫ب ْ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َخ ََلق الَِِّت َْلَا قيَ ٌم َعاليَةٌ ل ْل َوطَ ِن َوالدِّيْ ِن‪.‬‬ ‫ت نَاميَةً َم َع ْاْل ْ‬ ‫ال الْ َوطَنيَةَ الَِِّت تَْنبُ ُ‬ ‫إِ ََل أَ ْن يَل َد ْاْل ْ‬
‫َجيَ َ‬
‫صيَ ٍة بَا ِرَزةٍ ُم ْعتَ َرفٍَة‬ ‫ص علَى ْاْلَفْ َكا ِر التَّرب ِوي ِة لِ َشخ ِ‬ ‫ث َعلَى َو ْج ِو ْ‬
‫ْ‬ ‫َْ َ‬ ‫ص ْو ِ َ‬ ‫اْلُ ُ‬ ‫َويَ َِتَك ُز َى َذا الْبَ ْح ُ‬
‫ك ْاْل َََهِّيَةَ الْ َكبِْي َرَة‬ ‫ِ‬ ‫ث يَ َِتَّك ُز َعلَْي ِو ِْل َّ‬ ‫ِ‬
‫َن ْاْلَفْ َك َار الت َّْربَ ِويَةَ لَوُ َيَْتَل ُ‬ ‫َوى َي الشَّْي ُخ الن ََّوِوي الْبَ ْنتَ ِاِن‪َ .‬والْبَ ْح ُ‬
‫ص ِِف‬ ‫ص ْو ِ‬ ‫اْلُ ُ‬ ‫صائِ ُح الْعِبَ ِاَ‪َ ،‬وبِ ْ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫اْلَاض ِر‪َ .‬وَى َذا َك َما َعَرفْ نَاهُ م ْن كتَابو الْ َم ْش ُه ْوِر‪ ،‬نَ َ‬
‫ِِف عص ِرنَا ْ ِ‬
‫َْ‬
‫ات ِِف تَ ْك ِرِْْي الْعُلَ َم ِاِ‪.‬‬ ‫ِ‬
‫ات َوالْ َواجبَ ُ‬ ‫ك‪ْ ،‬اْل ََّو ُل‪ْ ،‬اْل َََهِّيَ ُ‬
‫ضي لَ ِة الْعِْل ِم‪ .‬وِمن ب ِ ِ‬
‫ْي َذل َ‬ ‫َ ْ َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الْبَ ْحث َع ْن فَ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ث َع ْن أ َََهِّيَ ِة الْعُلُ ْوم الدِّيْنِيَ ِة‪َ .‬والْ َم ْد َر َسةُ‬ ‫ث‪ِِ ،‬ف الْبح ِ‬
‫َْ‬ ‫ث َع ِن الْ َم َحبَّ ِة ل ْلعِْل ِم‪َ .‬والثَّال ُ‬ ‫َّاِن‪ ،‬الْبَ ْح ُ‬ ‫والث ِ‬
‫َ‬
‫الش ْك ِريةُ بِتاجنريانج تَ ُكو ُن موضوعةً لِلدِّراس ِة نَظْرا لِ َكو ِن رْؤيتِ ِو وِرسالَتِوِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َْ ُْ َ َ َ ً ْ ُ َ َ َ‬ ‫ْاْلبْت َدائيَةُ الْ ُم َو َّح َدةُ ُّ َ‬
‫َخ ََل ٍق َعالِيَ ٍة ِِف تَ ْش ِكْي ِل ُّ‬
‫السلُ ْو ِك‬ ‫ٍ‬
‫ُس َوة َح َسنَة َوأ ْ‬
‫ْي الَِِّت ِىي تَ ُكو ُن م ْدرس ًة ذُو أ ٍ‬
‫َ ْ َ ََ ْ ْ‬ ‫الْم ِهمتَ ْ ِ‬
‫ُ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك أَ ْن تُ َو َّح َد الْ َم ََفاىْي ُم الت َّْربَ ِويَةُ للشَّْي ِخ النووي البنتاِن‬ ‫َخ ََلق‪َ .‬والْ َكاتبَةُ تُِريْ ُد م ْن خ ََلل َذل َ‬ ‫َو ْاْل ْ‬
‫الش ْك ِريَِّة بتاجنريانج‪.‬‬ ‫اْلبْتِ َدائِيَ ِة الْ ُم َو َّح َد ِة ُّ‬‫َخ ََلقِ ِو الْعالِي ِة ِِف الْم َؤ َّسس ِة لِْلم ْدرس ِة ِْ‬ ‫ِ‬
‫الْ ُم ْعتَ َرف بِأ ْ‬
‫ُ َ َ ََ‬ ‫ََ‬
‫اس ِة ِى َي‬ ‫ِّر َ‬
‫ص َدر الد َ‬
‫الر َسالَِة نَظْرا لِم ْ ِ‬
‫ً َ‬ ‫احثَةُ ِِف َى ِذ ِه ِّ‬ ‫والطَّ ِري َقةُ الْبحثِيَّةُ الَِِّت ستَستَ ع ِملُها الْب ِ‬
‫َ ْ ْ َ َ‬ ‫َ ْ َْ‬
‫اْل ْس ََل ِميَ ِة لِلشَّْي ِخ‬ ‫ف َع ِن ْاْلَفْ َكا ِر الت َّْربَ ِويَِة ِْ‬ ‫طَ ِريْ َقةٌ ََْبثِيةٌ مكْتَبِيةٌ‪ .‬وَى ِذهِ الطَّ ِريْ َقةُ تَرِمي إِ ََل الْ َك ْش ِ‬
‫ْ‬ ‫َ َ َ َ‬
‫اْلسبِي ِة الَِِّت تُ َؤِّك ُد علَى جوانِب َش ََّّت مو َّح َدة‪ٍ.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َُ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫است ْع َمال الْ ُم َق َاربَة الن َّْوعيَة َو َْ ْ َ‬ ‫النووي البنتاِن َم َع ْ‬
‫ص َِفيًا‬ ‫ك‪َ ،‬كا َن ى َذا الْبح ُ ِ‬
‫ث َيُْك ُن أَ ْن يُ َع َّد ََْبثًا َو ْ‬ ‫َ َْ‬
‫الصي رورةِ‪ .‬وِِبانِ ِ ِ‬
‫ب َذل َ‬ ‫ضا َعلَى َّ ْ ُ ْ َ َ َ‬ ‫َوى َي تُ َؤِّك ُد أَيْ ً‬
‫ِ‬
‫احثَةُ ِ ِْف َى َذا‬ ‫اىج الْبحثِيةُ الَِِّت ستَستَ ع ِملُها الْب ِ‬ ‫ِ‬ ‫بِاستِعم ِال الطَّ ِري َق ِة الْبحثِي ِة الْو ِ ِ‬
‫َ ْ ْ َ َ‬ ‫صَفيَة‪َ .‬والْ َمنَ ُ َ ْ َ‬ ‫ْ ََْ َ ْ‬ ‫ْ َْ‬

‫‪xvii‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ث َع ِن‬ ‫ك الْبَ ْح ُ‬ ‫استِ ْع َم ِال الْبَ يَانَات الثَّانَ ِويَِة‪َ .‬وأ َْع ِِن بِ َذل َ‬ ‫ِ‬
‫الْ َم َجال الْبَ ْحث ِّي ُى َو الْ َمنَاى ُج َم َع ْ‬
‫ِ‬
‫اْلِوار ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫الدِّر ِ‬
‫ات‪.‬‬ ‫اسات الْ َمكْتَبيَة َوالْبَ يَانَات الْبَ ْحثيَة ْاْلَْولَ ِويَة َم َع التَّأ َُّم ِل َو َع ْقد ْ َ َ‬ ‫ََ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َن الت َّْربِيَّةَ َوالت َّْعلْي َم عْن َد‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلَامعيَّة ىي أ َّ‬
‫َ‬ ‫الر َسالَة ْ‬‫ت الْبَاحثَةُ إبْ َر َازَىا ِِف َىذه ِّ‬ ‫َوالنَّتَائ ُج الَِِّت َح َاولَ ْ‬
‫ات الت َّْعلِْي ِم والتَّربِيَّ ِة والتَّأْ َِيْ ِ‬‫اْلس ََلِم علَى رأْ ِي الشَّي ِخ النَّووي البنتاِن ي ْشت ِمل علَى مصطَلَح ِ‬
‫ب‪.‬‬ ‫َ ْ َ‬ ‫َ َ ُ َ ُ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ِْ ْ َ َ‬
‫َج ِل الت َّْرقِيَّ ِة الت َّْربَ ِويَِّة‬ ‫ف ْاْل َْعلَى ِمن ى ِذهِ التَّربِيَّ ِة ىو ِمن أَج ِل ابتِغَ ِاِ مر ِ ِ ِ‬
‫ضاة اهلل َوم ْن أ ْ‬ ‫ْ َُ ْ ْ ْ َْ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َوا ْْلَْد ُ‬
‫اج الشَّْي ِخ الن ََّوِوي البنتاِن فَ ََل‬ ‫اْل ْس ََلِم َعلَى ِمْن َه ِ‬ ‫ات التَّ َْف ِك ِْرييَّةُ لِتَ ْربِيَ ِة ِْ‬ ‫ِ‬
‫ل ِْْل ْس ََلِم‪َ .‬وأ ََّما التَّطْبِْي َق ُ‬
‫ا ِ فَنَ ِج ُد أ َّ‬
‫َن‬ ‫اى ِج الدِّر ِاسيَّ ِة ِِف الْم ْدرس ِة ولَ ِكن َكما نَ ْع ِرفُها ِمن ِخ ََل ِل الْ ِكتَ ِ‬
‫َ ْ‬ ‫َ ََ َ ْ َ‬ ‫َ‬
‫تُكْتب تِْلك ِِف الْمن ِ‬
‫ََ‬ ‫َُ َ‬
‫اىْي َم الت َّْربَ ِويَةَ للشيخ النووي‬ ‫الش ْك ِريَّةَ بتاجنريانج تَتب ََّّن الْم ََف ِ‬ ‫ى ِذ ِه الْم ْدرس َة ِْ‬
‫اْلبْتِ َدائِيَةَ الْ ُم َو َّح َد َة ُّ‬
‫ََ َ‬ ‫َ َ ََ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫َّص ِريْ ِح بَ ْل َعلَى َو ْج ِو الت ْ‬
‫َّض ِم ْ ِ‬ ‫ِ‬
‫َولَك ْن َْل َعلَى َو ْجو الت ْ‬
‫ِ‬

‫‪xviii‬‬
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Sejak awal kehadirannya di muka bumi ini, Agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. sangat menaruh perhatian yang
besar terhadap pembinaan sumber daya manusia melalui kegiatan
pendidikan dalam berbagai bentuknya.1 Perintah al-Qur‟an agar orang
mengembangkan kegiatan pendidikan itu dapat dilihat pada ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat potensi untuk
mendidik atau alat untuk berlangsungnya proses pendidikan atau
pengajaran (transfer of knowledge) yaitu berupa panca indra, akal dan
hati sanubari yang disyukuri
          

     


Artinya:”dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”(QS. An-Nahl.{ 16}: 78)

Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf an-


Nawawi ad Dimasyqi, atau lebih dikenal Imam Nawawi, adalah salah
seorang ulama besar mazhab Syafi‟i yang hidup pada zaman klasik 2.
Nawawi adalah ulama sang pemikir yang memiliki pandangan dan

1
Suwito dan Fauzan, Sejarah Para Tokoh Pemikiran Pendidikan, (Bandung:
Angkasa, 2003), hal. 286.
2
Nasution (1995) memetakan Sejarah kebudayaan Islam kedalam tiga periode,
yaitu: periode klasik (650-1250M) yang menggambarkan masa kejayaan, keemasan atau
kemajuan Dunia Islam; periode pertengahan (1250-1800 M) yang menggambarkan masa
kemunduran Dunia Islam; dan periode modern (1800M s.d. sekarang) yang menggambarkan
masa kebangkitan dunia Islam. Ciri-ciri gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari kalangan
ulama pada zaman klasik adalah: (1) melaksanakan ajaran al-Qur‟an untuk banyak
mempergunakan akal; (2) melaksanakan ajaran hadis untuk menuntut ilmu bukan hanya
“ilmu agama” tetapi juga ilmu yang sampai di negeri Cina; (3) mengembangkan ilmu agama
dengan berijtihad dan mengembangkan ilmu pengetahuan (sains) dengan mempelajari dan
menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani yang terdapat di Timur Tengah pada zaman
mereka, sehingga timbullah ulama fiqh, tauhid (kalam) tafsir, hadis, ulama bidang sains
(ilmu kedokteran, matematika, optika, fisika, geografi) dan lain-lain; serta (4) ulama yang
berdiri sendiri.

1
2

pemikiran yang khas, beliau juga seorang pakar hadis, fiqh, bahasa dan
akhlak.
Sebagai salah satu berkah yang diberikan kepada bangsa
Indonesia adalah besarnya potensi sumber daya manusia yang
melimpah. Potensi inilah yang hendaknya mampu diberdayakan guna
meningkatkan kualitas hidup bangsa besar ini. Dan pendidikanlah yang
masih dianggap sebagai satu-satunya lembaga yang mampu
menyiapkan potensi sumber daya manusia yang melimpah ini agar
menjadi suatu rahmah dan bukannya musibah.
Pendidikan sejatinya harus mampu mewujudkan dan menyiapkan
sumber daya manusia agar siap secara lahir dan batin, fisik dan mental
untuk menghadapi masa depan yang semakin bergerak maju. Melalui
pendidikan pula diharapkan mampu mewujudkan generasi muda yang
siap beralih dari bangsa agraris menjadi bangsa industri yang berbasis
teknologi dan informasi. Namun perubahan yang terjadi justru banyak
menimbulkan akses negatif yang melanda hampir semua bangsa di
dunia. Betapa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru
menjauhkan manusia dari sifat kemanusiaannya.
Manusia semakin memuja kekayaan, harta benda, pangkat,
jabatan serta kedudukan. Seolah kebahagiaan hanya diukur dengan
semua hal tersebut. Berbagai perubahan pranata sosial sekaligus
pergeseran sistem nilai inilah yang juga secara sadar atau tidak justru
menjadikan manusia semakin menjauh dari nilai-nilai agama. Nilai
agama hanya dipandang sebagai penghalang atau pembatas manusia
untuk memperoleh kebahagiaan duniawi. Nilai-nilai agama hanya
diajarkan di sekolah dengan beberapa jam pelajaran, ayat-ayat Al-
Qur‟an hanya terdengar indah saat bulan Ramadhan dan media massa
hanya memberitakan kesyahduan dan kekhusyu‟an para artis dan
selebritis saat berbodong-bondong menyerahkan hewan korban dan
membagikannya kepada anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.
Dan setelah itu, semua akan kembali kepada rutinitas duniawi
yang lepas dari nilai-nilai agama, semua kembali kepada kehidupan
materialistis dan hedonis. Idealnya berbagai proses perubahan itu tidak
menimbulkan akses yang tidak perlu, namun kenyataannya kondisi riil
yang terjadi adalah, pertama, terjadinya keterpurukan ekonomi dan
politik suatu bangsa. Kedua, ketertinggalan bangsa itu oleh pesatnya
arus ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, kerapuhan kesatuan suatu
bangsa dalam tatanan sosio-kultural, dan Kekempat, keterlepasan
bangsa itu dari bingkai agama dan moral3

3
Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia.Jakarta:
Lantabora Press.h.18
3

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan


sumber daya manusia. Meskipun pengembangan itu tidak hanya dapat
dilakukan dan menjadi tanggungjawab lembaga pendidikan saja.
Namun, lembaga pendidikan masih diyakini merupakan tempat utama
untuk mengembangkan sumber daya manusia. Kendatipun definisi
tentang pendidikan masih sangat beragam, namun arah yang akan
dituju pada dasarnya memiliki kesamaan. Fatah Syukur “mengatakan
bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda”4
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya secara sadar dari
manusia untuk meningkatkan kualitas seutuhnya, seimbang antara
jasmani dan rohani yang berbudi pekerti luhur, terampil, cerdas dan
bertanggung jawab kepada Islam, masyarakat dan bangsa. 5
Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan
seumur hidup. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, beliau mengatakan bahwa
“Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek) dan jasmani anak didik.” 6 Menurut
Suparlan Suhartono dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menyatakan
bahwa “pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.
Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan
hidup yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada
di dalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu,
individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin
dewasa, cerdas, matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan system
proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pendatangan
diri”.7 Herbert Spencer mengungkapkan bahawa, “pendidikan ialah
menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang
sempurna”.8
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, juga dijelaskan
bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

4
Syukur, Fatah, NC, Dr., H., M.Ag. 2011. Manajemen Pendidikan Berbasis pada
Madrarasah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.h.11
5
Gunawan, Heri.Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi.Bandung : Alfabeta,
2012.h.13
6
Gunawan, Heri.Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi. h.14
7
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 79-80
8
Samani, Muchlas & Hariyant.Konsep dan Model Pendidikan Karakter.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2012, h.16
4

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang


beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.9
Dengan demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan
indonesia yang cerdas, tetapi berkpribadian dan berkarakter sehingga
melahirkan generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter
yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama, namun dari hasil
penelitian dan literatur yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
persoalan moral,budi pekerti, karakter atau watak, masih menjadi
persoalan signifikan yang menghambat pembangunan dan tujuan
pendidikan bangsa. Meningkatnya degrasi moral, etika, sopan santun
pelajar yang merosot, meningkatnya ketidak jujuran pelajar, seringnya
menyontek saat ujian, kurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru,
dan terhadap figure-figure yang harus dihormati.10
Sedangkan kaitannya dengan pendidikan Islam, Musthafa al-
Ghalayini berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan
akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya
dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak
mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam
jiwanya.11Dalam kitab ʹIẓah an-Nāsyiʹīn, al-Ghalayini memberikan
nasehat dan dorongan semangat kepada pemuda agar menjadi
pribadi yang utama. Dalam kitab ini dia mengharapkan agar
pendidikan akhlak itu tertanam dalam jiwa remaja sehingga dapat
membentuk kepribadian remaja yang berakhlakul karimah sesuai
dengan tuntunan al-Qur‟an dan al-Hadis.
Adapun Muhammad Fadhil al-Jamali menyatakan pendidikan
Islam merupakan sebuah upaya mengembangkan, mendorong,
serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan
nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan mulia, sehingga terbentuk
pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal
perasaan maupun perbuatan.12Mendidik berarti menumbuh

9
Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (UU RI No. 20 Th. 2003),
Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 3.
10
Eri Hendro Kusuma, “pendidikan karakter di era globalisasi”, dalam (jurnal
pendidikan dan kebudayaan.vol 20 No 2 juni 2014), h.12
11
Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung : Angkasa, 2003), hlm. 59-
60.
12
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Prenada Media,
2001), hlm. 26.
5

kembangkan potensi manusia menuju kesempurnaan jasmani,


intelektual, emosional, spiritual dan sosialnya.13
Pendapat-pendapat tentang pendidikan di atas, sejak 2500
tahun yang lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan paling
mendasar dari pendidikan adalah membuat seseorang menjadi good
and smart. Dalam sejarah Islam, sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi
Muhammad Saw. Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam juga
menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah
untuk menyempurnakan akhlak dan akhlak yang mulia dan agung
adalah akhlaknya Rasulullah SAW14 dan mengupayakan
pembentukan karakter yang baik (good character).15
Pada Kongres se-Dunia ke II 1980 tentang Pendidikan Islam,
dinyatakan bahwa Tujuan Pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh
dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri
manusia yang rasional; perasaan dan indera. Tujuan terakhir pendidikan
muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.
Syed Naquib al-Attas dalam “Aims and Objectives of Islamic
Education” menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia
yang baik (Shalih).16 Sementara Munir Mursyi dalam “AlmTarbiyah al-
Islamiyyah Ashuluha wa Tathawwuruha fi Bilad al_Arabiyyah”
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia
yang sempurna (insan kamil). Lain halnya dengan Abdul Fattah Jalal
yang menghendaki terwujudnya manusia sebagai hamba Allah („abd
Allah) sebagai proses pendidikan. Sementara ahli pendidikan Indonesia,
memilih rumusan yang tidak kalah idealnya “manusia yang
berkepribadian muslim”.17
Dalam pandangan Hamka, tujuan Pendidikan Islam adalah “
mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk

13
Ramayulis & Samsul Nizar, sebagaimana dalam Novan Ardy Wiyani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 121.
                 
Artinya:” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
15
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Cet. Ke-2(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
16
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam and Secularisme, terjemahan Khalif
Muammar et al(Bandung : Institut pemikiran Islam dan Pembangunan Insan, 2010), h. 191
17
Mohammad Irfan dan Mastuki, Teologi Pendidikan Tauhid sebagai Paradigma
Pendidikan Islam (Jakarta : Friska Agung Insani, 2000) h. 145
6

berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara


layak dan berguna ditengah-tengan komunitas sosialnya. 18 Athiyah al-
Abrasyi menghendaki tujuan tertinggi Pendidikan Islam adalah
manusia yang berakhlak mulia (al-akhlaq al-karimah). Bila kita
melihat kitab-kitab karya para ulama, kita akan menemukan
pembahasan tentang adab dan akhlak baik dalam kitab khusus ataupun
dalam pembahasan tersendiri, secara global maupun secara terperinci.
yang semua menunjukkan bahwa adab19 dan akhlak adalah perkara
yang tidak bisa lepas dari agama. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda:
‫ َعن ابن َع ْجالن عن‬،‫ َحدَّثنا َعبد العزيز‬:‫ قَال‬،‫َحدَّثنا َسعِيد بن منصور‬
:‫صلَّى اللَّوُ َعلَيو َو َسلَّم قال‬ ِ
َ ‫َِّب‬ ِ
ّ ‫ َعن الن‬،‫ َعن أَيب ُىَريرة‬،‫ َعن أيب صاحل‬،‫القعقاع‬
)‫)رواه ابو داود‬.‫إمنا بعثت ألمتم مكارم األخالق‬
Artinya:“dari Abi Hurairoh,dari Abi Sholih, dari Ibnu A‟jlan dari
Qioqiq telah menceritakan „Abdul „Aziz berkata telah
menceritakan Sa‟id bin Mansyur bahwa Rasulullah SAW
bersabda Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik.(H.R Abu Daud)”20

Penulis mengungkapkan akhlak karena penulis melihat betapa


pengembangan ilmu akhlak masa sekarang banyak ditunjang oleh
analisis filsafat. Dengan demikian dalam batas tertentu dapat dikatakan
bahwa ilmu akhlak bersumber pokok pada wahyu, hanya
pengebangannya
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan disebutkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

18
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Lembaga Hidup dalam dalam
Samsul NizarMemperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008) h. 117
19
Didalam kitabnya Madaarijus Saalikiin (II/375-391), Ibnu Qayyim al-Jauziyah
mengatakan: Yang dimaksud dengan adab adalah kumpulan berbagai kriteria kebaikan pada
diri seorang hamba. Ia merupakan ilmu perbaikan lidah, percakapan, dan penempatannya
sesuai dengan sasaran, perbaikan terhadap katakata, serta pemeliharaan dari kesalahan dan
ketergelinciran. Adab ini terdiri dari tiga macam, yaitu: Adab kepada Allah, kepada Rasul-
Nya dan syari‟at-Nya, dan adab sesama makhluk. Lihat Syaikh Salim bin‟ Ied al- Hilali,
Syarah Riyadhush Shalihin, jilid 3 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2005), h. 1
20
HR. Ahmad dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu „anhu) [~Dishahihkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no.45
7

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara21
Penelitian terhadap para pakar pendidikan telah banyak dilakukan
oleh peneliti-peneliti di dalam maupun di luar negeri. Hasil
penelitiannya dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, bahkan
telah dipublikasikan dalam bentuk buku. Tokoh-tokoh pendidikan
Islam yang dijadikan obyek penelitian adalah ulama-ulama hadis, fiqih,
filsafat Islam dan tasawuf Islam. Akan tetapi belum ada penelitian
terhadap pemikiran pendidikan Syekh Nawawi Al-bantani tentang
pemikiran pendidikan, dimana pemikiran pendidkan beliau membahas
tentang pendididik, murid, tujuan pendidikan metode pembelajaran,
materi pembelajaran, Sehubungan dengan permasalahan diatas, penulis
mencoba untuk mengapresiasi pandangan Imam Nawawi tentang
pemikiran pendidikan dengan mengimplementasikan nya di SDIT Asy-
Syukriyyah.
Penulis sekilas mengungkapkan biografi dan karya syekh Imam
Muhammad Nawawi al-Jawi (al-Bantani) Nawawi Bantani sering
disamakan dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi‟i yakni Imam
Nawawi yang wafat pada 676 H atau 1277 M. Hal ini tentunya tidak
mungkin terjadi jika Nawawi Bantani tidak memiliki sesuatu yang luar
biasa. Nama Nawawi Bantani sangat harum sampai sekarang lantaran
banyak dari karya-karya beliau yang menjadi kajian utama di
pesantren-pesantren yang tersebar di Indonesia.22 Karya-karya
monumentalnya juga banyak menghiasi di setiap majelis-majelis ilmu.
Tidak hanya karya-karya beliau yang berbentuk kitab saja, b eliau juga
dikenal sebagai mahaguru sejati karena beliau telah banyak berjasa
membimbing murid-murid yang kelak menjadi tokoh besar di
Indonesia. Jika Kiai Hasyim Asy‟ari sering disebut sebagai tokoh yang
tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syeh
Nawawilah yang menjadi gurunya.
Nawawi Al-Bantani adalah seorang ulama besar dari Desa Tanara
kecamatan Tirtayasa kabupaten Serang, Banten. Dia adalah tokoh
ulama besar, penulis terkenal dan pendidik dari Banten yang lama
bermukim di Mekah. Beliau dilahirkan pada tahun 1813 M atau

21
Syukur, Fatah, NC, Dr., H., M.Ag. 2011. Manajemen Pendidikan Berbasis pada
Madrarasah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.h.11
22
Dahlan, Chaidar. Sejarah Pujangga Islam: Syekh Nawawi al-Bantani.
Jakarta:CV. Sarana Utama, 1987
8

bertepatan dengan 1230 H. Nama aslinya adalah Nawawi bin Umar bin
Arabi. 23Ayah Syeh Nawawi bernama Kiai Umar, seorang pejabat
penghulu yang memimpin masjid. Dari silsilahnya, Syeh Nawawi
merupakan keturunan kesultanan yang ke-12 dari Maulana Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon), yaitu keturunan dari putra
Maulana Hasanudin (Sultan Banten) yang bernama Sunyararas (Tajul
„Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW melalui
Imam Ja‟far As- Shoddiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali-
Zainal Abidin, Sayyidina Husen, dan Fatimah Al-Zahra 24
Sejak kecil Syeh Nawawi yang kemudian terkenal dengan
sebutan Nawawi al Jawi al Bantani telah mendapatkan pendidikan
agama langsung di bawah bimbingan sang ayah yang juga seorang
ulama. Pelajaran yang diterima Syeh Nawawi antara lain bahasa arab,
fiqh, dan ilmu tafsir. Selain kepada ayahnya, Nawawi kecil juga belajar
pada Kiai Sahal di daerah Banten dan Kiai Yusuf di Purwakarta Saat
berusia 15 tahun, Nawawi kecil pergi meninggalkan tanah air guna
menuntut ilmu di Mekah. Di sana beliau belajar dan mengaji kepada
Sayid Ahmad Nahrawi, Sayid Ahmad Dimyati, Sayid Ahmad Zaini
Dahlan, ketiganya berasal dari Mekah dan Syeh Muhammad Khatib al-
Hambaly dari Madinah.
Dan selama bermukim di Mekah, Syeh Nawawi tinggal di
kampung Syi‟ib. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan membuatnya
selalu haus akan majelis ilmu. Hampir sebagian umurnya dihabiskan
untuk menghadiri majelis ilmu, tidak hanya itu, beliau merasa ilmunya
tidak bermanfaat jika tidak disampaikan kepada orang lain. Hal ini
dibuktikannya dengan membuka majelis ilmu untuk orang-orang yang
butuh belajar ilmu-ilmu agama. Berbagai karya tulis beliau juga
menjadi bukti totalitas kecintaan beliau terhadap ilmu pengetahuan.
Dan karya-karya inilah yang sampai sekarang bertebaran tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di negara-negara Islam lainnya.
Karya beliau Syeh Nawawi juga banyak menulis kitab terkenal.
Diantara kitab hasil karyanya adalah, al-Tsamâr al-Yâni‟ah syarah al-
Riyâdl al-Badî‟ah, al-„Aqd al-Tsamîn syarah Fath al-Mubîn, Sullam al-
Munâjah syarah Safînah al-Shalâh, Baĥjah al-Wasâil syarah al-
Risâlah al-Jâmi‟ah bayn al-Usûl wa al-Fiqh wa al-Tasawwuf,
Nashoihul Ibad, al-Tausyîh/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-
Qarîb al-Mujîb, Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-„Ain bi
Muĥimmâh al-Dîn, Marâqi al-„Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-

23
Hamid, Shalahudin, Drs., M.A., dan Drs Iskandar Ahza, M.A. 100 Tokoh Islam
2003. Jakarta: Lantabora Press
24
Martin Murtadhim, S.M., Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.2009
9

Ĥidâyah, Nashâih al-„Ibâd syarah al-Manbaĥâtu „ala al-Isti‟dâd li


yaum al-Mi‟âd, Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-
Azkiyâ΄ Qâmi‟u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu‟bu al-Imân, Al-
Tafsir al-Munîr li al-Mu‟âlim al-Tanzîl al-Mufassir „an wujûĥ mahâsin
al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma‟nâ Qur΄an Majîd,
Kasyf al- Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah, Fath al-Ghâfir al-
Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-Kawâkib al-
Jaliyyah, Nur al-Dhalâm „ala Mandhûmah al-Musammâh bi „Aqîdah
al-„Awwâm, Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts,
Madârij al-Shu‟ûd syarah Maulid al-Barzanji, Targhîb al-Mustâqîn
syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî, Fath al-Shamad al „Âlam
syarah Maulid Syarif al-„Anâm, Fath al-Majîd syarah al-Durr al-
Farîd, Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry, Fath al-Mujîb syarah
Mukhtashar al-Khathîb, Murâqah Shu‟ûd al- Tashdîq syarah Sulam al-
Taufîq, Lubâb al-bayyân fi „Ilmi Bayyân
Secara khusus Syekh Nawawi Al-Bantani tidak memiliki karya
yang berkaitan dengan pendidikan, akan tetapi pemikiran pendidikan
beliau bisa dilihat dalam kitabnya Nashoihul Ibad utamanya dalam
pembahasan ilmu, diantaranya menjelaskan tentang pertama, tentang
pentingnya memuliakan ulama. Kedua, tentang kecintaan kepada ilmu
dan ketiga, tentang pentingnya mempelajari ilmu agama.
Pertama, tentang memul iakan ulama. Sebagai seorang yang
berilmu, ulama wajib untuk dipatuhi segala ucapannya selama yang
diucapkannya mengandung nilai kebenaran dan membawa hikmah.
Bagi seorang penuntut ilmu, keberadaan seorang ulama sangat penting.
Selain sebagai orang yang berilmu, ulama juga ditegaskan sebagai
pewaris para nabi. Sebab dengan mengajarkan ilmu pengetahuan,
seorang ulama juga mempunyai peran membimbing atau mengarahkan
dan membina
Kedua, Kecintaan Syeh Nawawi terhadap ilmu pengetahuan dan
khususnya pengetahuan agama, membawanya untuk menampilkan
pemikiran pendidikan yang menekankan pada pentingnya menuntut
ilmu.
Ketiga, tentang nilai penting ilmu agama. Hal ini penting untuk
diejawantahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Penting karena
kecenderungan saat ini generasi muda lebih bangga dengan sistem nilai
yang datang dari Barat dibandingkan dengan nilai-nilai luhur Islam.
Pendidikan yang dimuati dengan nilai-nilai Islam akan mewujudkan
manusia yang luhur budi serta akhlaknya.
Kaitannya dengan sistem pembelajaran menurut beliau adalah
dengan tadarruj (bertahap) yaitu memulainya dengan materi yang dasar
dan mudah, karena menurut beliau hal ini bisa menumbuhkan minat
10

belajar sehingga memotivasi siswa untuk terus mengembangkan


ilmunya.
Berlanjut lagi penulis mengulas biografi sekolah Yayasan Asy-
syukriyah yang bersiri atas kemauan H. Djaman bin H. Risin untuk
menformalkan kegiatan pendidikan dilakukan melalui upaya
mengirimkan H. Acep Abdul Syukur mengeyam pendidikan agama ke
Madinah sekitar tahun 1975. Padahal kala itu jarang sekali masyarakat
poris plawad yang berfikir jauh ke depan dalam menyekolahkan anak-
anaknya. Tradisi masyarakat kala itu msh sangat sederhana, jangankan
untuk menyekolahkan ke luar negeri bahkan untuk sekolah formal saja
di Indonesia masih sangat terbatas. Lahirnya yayasan pendidikan ini
juga merupakan impian besar dari H. Acep Abdul Syukur dalam
merealisasikan dan mengimplentasikan ilmu agama yang didapatnya
sepulang dari Madinah. Yayasan pendidikan ini pula didirikan atas
keprihatinan beliau atas minimnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
yang berkualitas untuk masyarakat Cipondoh dan sekitarnya. Beliau
prihatin banyak masyarakat urban (pendatang) yang notabene warga
perumahan dengan tingkat ekonomi dan pendidikan tinggi yang
menyekolahkan putra-putrinya pada lembaga pendidikan non Islam di
Tangerang.
H. Acep Abdul Syukur tidak sendirian dalam mengembangkan
yayasan, dukungan dari H. Djaman bin H. Risin dan Hj. Amah binti H.
Atip sangat kuat, ditambah lagi dengan keluarga besar dan tokoh-tokoh
masyarakat bahkan masyarakat sekitar yayasan yang bahu-membahu,
bergotong-royong dalam membangun yayasan agar tetap dalam
menjalankan kegiatan pendidikan bagi masyarakat sekitar. Konon
ceritanya masyarakat membantu membangun dan membiayai
pembangunan dengan cara patungan (plerek : mengumpulkan uang
seikhlasnya melalui kaleng/kotak sumbangan yang diedarkan ke
masyarakat) pada awal-awal berdirinya. Hal ini yang dirasakan sebagai
kepedulian sekaligus kekuatan kekeluargaan dan kegotong royongan
masyarakat akan pentingnya sarana pendidikan.
Yayasan Islam Asy-Syukriyyah Tangerang merupakan sebuah
Yayasan yang ada di provinsi Banten yang sejak tahun 1987 terus
melakukan upaya-upaya mencerdaskan masyarakat Tangerang dan
sekitarnya melalui Pendidikan, Da‟wah Sosial Kemasyarakatan dan
Penelitian Pengembangan. Sebagai bagian dari masyarakat Banten,
Yayasan Islam Asy-Syukriyyah Tangerang melalui Akte Notaris Rony
H. Gunawan SH, Nomor 20 tanggal 14 September 1987, dan
menyesuaikan dengan Undang-undang no. 16 tahun 2001 tentang
Yayasan maka diubah melalui Akte Notaris Sri Rejeki Soendrio SH,
Nomor 5 tanggal 1 Mei 2006, bertanggung jawab dan turut serta
11

berpartisipasi bersama Pemerintah Provinsi Banten untuk melakukan


secara konsisten tugas mulia sesuai amanah Undang-undang Dasar
1945.
Sesuai dengan jati diri Yayasan bahwa segenap komponen di
Yayasan Islam Asy-Syukriyyah Tangerang harus mampu menjadi
pandu kebanggaan bagi pemberadaban lingkungan yang humanis. Hal
ini mengandung makna bahwa setiap manusia Asy-Syukriyyah harus
mampu menjadi pendamping dan pembimbing (pandu), yang
keberadaannya ditujukan untuk memberikan makna bagi lingkungan
teritorial terkecilnya, berupa upaya untuk mendekatkan lingkungan
kepada standar kualitas kemanusiaan kepada masyarakat madani yang
diridhai Allah. Dan untuk itu, manusia Asy-Syukriyyah harus terlebih
dahulu mampu menjadi prioritas pertama dan utama yang dibanggakan
lingkungannya dengan demikian latar belakang yayasan sehingga
dengan latar belakang tersebut banyak sekali orang tua yang
menginginkan anaknya masuk dalam sekolah Asy-syukriyah baik di
tingkat TK, SDIT, MI,SMP, TSNAWIYAH, SMA, DAN STAI.
Penulis melakukan penelitian di SDIT Asy-syukriyan yang
didalamnya terdapat visi dan misi Menjadi Sekolah Dasar Islam
Terbaik dan Terpercaya Dalam Membangun Generasi Islam Teladan
yang Berakhlak Mulia dan Berprestasi dan misi sekolah tersebut adalah
1) Menyelanggarakan pendidikan yang mengedepankan nilai – nilai
Islami dalam pembentukan karakter, sikap dan prilaku. 2) Mewujudkan
semangat berprestasi bagi seluruh warga sekolah. 3) Meningkatkan
mutu layanan pendidikan dari sisi kurikulum, program kegiatan, kinerja
guru dan staf serta sarana dan prasarana yang representatif.
Tentu tidak mudah bagi SDIT Asy-syukriyah dalam
menerapkan, mengembangkan sistem pembelajaran yang berorientasi
kepada pemikiran pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani.
Melihat kenyataan diatas, maka dapat penulis simpulkan konsep
pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantany dan implementasinya di SDIT
Asy-Syukriyah Tangerang terasa sangat menarik, penting dan perlu
diteliti.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah

Berpijak pada latar belakang di atas, serta untuk membatasi


penulisan karya ilmiah ini, maka penulis merumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Mengungkap corak pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi
Al-Bantani
12

2. Posisi Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai seorang pendidik yang


berjasa dalam dunia pendidikan
3. Pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani dan
kontribusinya bagi kemajuan pendidikan Islam dewasa ini
4. Relevansi pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi dengan
pendidikan zaman modern di Indonesia
5. Implementasi konsep pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani di
SDIT As-Syukriyyah

2. Pembatasan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis
membatasi penelitian ini pada masalah mengenai pemikiran pendidikan
Islam Syekh Nawawi Al-Bantany dan implementasinya di SDIT Asy-
Syukriyah Tangerang

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan
masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi
Al-Bantani?
2. Bagaimana implementasi pemikiran pendidikan Syekh Nawawi
Al-Bantany di SDIT Asy-Syukriyah Tangerang?
3. Bagaimana Kontribusi pemikiran pendidikan Islam Syekh
Nawawi Al-Bantany bagi kemajuan pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengkaji secara mendalam tentang konsep pendidikan
Islam Syekh Nawawi Al-Bantani
2. Untuk mengkaji Bagaimana Kontribusi pemikiran pendidikan
Islam Syekh Nawawi Al-Bantani bagi kemajuan pendidikan
Islam?
3. Untuk mengkaji pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi
Al-Bantani dan implementasinya di SDIT Asy-Syukriyah
Tangerang

D. KegunaanPenelitian
Adapun hasil yang diperoleh dari aktifitas penelitian ini
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
13

a. Sebagai sumbangan bagi proses perkembangan keilmuan


pendidikan terutamadalam pengembangan konsep pendidikan
Islam sehingga dapat memperluas cakrawa lain telektual dibidang
pendidikan, baik secara umum maupun pendidikan Islam.
b. Memberikan kontribusi pemahaman konsep pendidikan Islam
Syekh Nawawi Al-Bantani. Terhadap pendidikan baik secara
umum maupun pendidikan Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini secara praktis dapan memberikan manfaat
untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi secara teoritis
terhadap masalah-masalah yang ada di masyarakat
b. Masukan bagi akademisi atau pesantren dan sekolah untuk
dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual
operasional dalam merumuskan penerapan pendidikan di
sekolah.
c. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan
dapat dijadikan bahan acuan pendidikan.
d. Sebagai informasi untuk memperkaya khazanah keilmuan
yang dapat dibaca dan dikaji oleh khalayak umum khususnya
mahasiswa PascasarjanaInstitut Ilmu Al-qur‟an (IIQ) Jakarta
serta dapat dijadikan acuan dasar bagi kajian dan penelitian
lebih lanjut.

E. Kajian Pustaka
Kajian yang dibahas dalam penelitian tesis ini secara spesifik
mengkaji tentang konsep pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani.
Meskipun penelitian tokoh-tokoh pendidikan yang menekankan
pada pendidikan Islam telah banyak dilakukan, namun studi yang
mengkaji pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani. belum
banyak ditemukan. Adapun beberapa karya ilmiah yang membahas
tentang Pendidikan Islam penulis menemukan beberapa diantaranya :
1. Zamakhsyari Dhofir dalam disertasinya yang berjudul, Tradisi
Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, mengungkap
genealogi intelektual para kiai di Indonesia. Imam Nawawi adalah
guru dari para ulama Indonesia yang saat itu belajar di Makkah, dan
karya-karyanya dikenal luas di dunia pesantren, bahkan menjadi kajian
rutin para santri. Dalam pembahasan tesis ini lebih membahas tentang
pengaruh pemikiran pendidikan Syekh Nawawi dalam pembelajaran di
SDIT Asy-Sykriyyah, beda halnya dalam penulisan disertasin
Zamakhsyari Dhofir Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, mengungkap genealogi intelektual para kiai di
Indonesia.
14

2. Ahmad Asnawi dari IAIN Syarif Hidayatullah menulis disertasi yang


berjudul: Pemahaman Syaikh Nawawi tentang Ayat Qadar dan Jabār
dalam Tafsir Marāh Labid, Suatu Studi Teologi. Diungkapnya bahwa
Imam Nawawi dalam pemikiran teologinya mengajak mukmin untuk
berpaham qadariyyah, tidak berpaham jabāriyyah. Persepsi ini
berangkat dari pemahaman Imam Nawawi tentang ayat-ayat qadar
sebagai ayat-ayat muhkamat, sedangkan ayat- ayat jabar sebagai ayat-
ayat mutasyābihat. Yang membedakan dari penelitian tesis ini dengan
tesis Ahmad Asnawi adalah fokus bahasan yang berbeda. Dalam
pembahasan tesis ini lebih membahas tentang pengaruh pemikiran
pendidikan Syekh Nawawi dalam pembelajaran di SDIT Asy-Sykriyyah,
beda halnya dalam penulisan disertasi Ahmad Asnawi Pemahaman
Syaikh Nawawi tentang Ayat Qadar dan Jabār dalam Tafsir Marāh
Labid, Suatu Studi Teologi
3. Sri Naharin dari UIN Sunan Kalijaga dengan judul tesis: Pemikiran
Tasawuf Imam Nawawi al-Bantani dan M. Shaleh Darat al-
Samarani, Telaah atas Kitab Salālīm al- Fudalā‟ dan Minhāj al-
Atqiyā‟ ilā Ma‟rifah Hidāyah al-Azkiyā‟ ilā Tarīq al- Auliyā‟. Sebuah
studi komparasi dengan tinjauan tasawuf dari dua ulama yang pakar
dibidangnya. Tafsir Marāh Labīd karya Imam Nawawi al-Bantani
merupakan kitab yang paling banyak dipilih oleh para peneliti, baik
dari sisi teologi maupun diperbandingkan dengan kitab tafsir lain.
Padahal karyanya begitu banyak dan dalam berbagai cabang ilmu,
sehingga menjadi penting untuk meneliti kitab-kitab tersebut -di
antaranya Qatr al-Gais- agar pemikirannya dapat diketahui oleh
khalayak. Yang membedakan dari penelitian tesis ini dengan tesis Sri
Naharin adalah fokus bahasan yang berbeda. Dalam pembahasan tesis ini
lebih membahas tentang pengaruh pemikiran pendidikan Syekh Nawawi
dalam pembelajaran di SDIT Asy-Sykriyyah, beda halnya dalam penulisan
tesis Sri Naharin yang fokus bahasannya mengenai Pemikiran Tasawuf
Imam Nawawi al-Bantani dan M. Shaleh Darat al-Samarani, Telaah
atas Kitab Salālīm al- Fudalā‟ dan Minhāj al-Atqiyā‟ ilā Ma‟rifah
Hidāyah al-Azkiyā‟ ilā Tarīq al- Auliyā‟
4. Understanding Jews and Cristians in the Qur‟anic Comementary of Syekh
Nawawi Banten (1813-1897). Thesis karya Asep Muhammad Iqbal bisa
membantu memberikan informasi tentang Syekh Nawawi, karena
didalammya banyak membahas tentang riwayat perjalanan hidup Syekh
Nawawi.
5. Karya Abd. Rahman yang tertulis dalam Studi Islamika berjudul Nawawi
al-Bantani, An Intellectual Master of the Pesantren Tradition
menerangkan tentang biografi dan perjalanan hidup serta pendidikan
15

Syekh Nawawi al-Bantani. Tulisan tersebut dapat membantu dalam


pembahasan yang ada dalam bab IV.
6. Selain itu, Tesis yang ditulis oleh Muhammad Hanafi, S.Ag yang berjudul
Pemikiran Kalam Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Qatr al- Gais
(1230-1314 H/1815-1897 M) Tahqiq dan Dirasah, program studi Agama
dan Filsafat Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010.
Thesis ini menjelaskan tentang empat hal yang bermuatan teologis yang
merujuk pada pemahaman Syekh Nawawi al-Bantani yang terdapat pada
kitab Qatr al-Gais. Yang membedakan dari penelitian tesis ini dengan
tesis Muhammad Hanafi adalah fokus bahasan yang berbeda. Dalam
pembahasan tesis ini lebih membahas tentang pengaruh pemikiran
pendidikan Syekh Nawawi dalam pembelajaran di SDIT Asy-Sykriyyah,
beda halnya dalam penulisan tesis Muhammad Hanafi yang fokus
bahasannya mengenai pemikiran kalam Syekh Nawawi dalam Kitab Qatr
al- Gais.
7. Karya Siregar Maragustam, 2007 Pemikiran Pendidikan Syeikh Nawawi
Al-Bantani menerangkan tentang pemikiran pendidikan Syekh Nawawi al-
Bantani. Tulisan tersebut dapat membantu dalam pembahasan yang ada
dalam bab 1 dan IV.
Berdasarkan penelusuran terhadap buku-buku tentang Syekh
Nawawi Al-Bantany tersebut di atas menunjukkan belum adanya tulisan,
kajian atau penelitian secara spesifik tentang konsep dan Etika pendidikan
Islam menurut Syekh Nawawi Al-Bantany. Oleh karenanya, penelitian ini
merupakan sesuatu yang baru sehingga diharapkan dapat mengisi
kekosongan tersebut atau dapat melengkapi kekurangan yang sudah ada.

F. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, ditinjau dari segi


sumber merupakan penelitian kepustakaan (library reaseach) yang
bertujuan untuk mengungkap pemikiran pendidikan khususnya
mengenai pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian kualitatif ini
bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, di samping itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan menggunakan metode induktif analisis.
Metode penelitian yang digunakan dengan beberapa pendekatan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Penelitian tentang pandangan seorang tokoh, berarti
melakukan penelusuran terhadap data yang berbentuk konsep-konsep
yang terformulasi dalam berbagai bentuk tulisan, yakni menelaah
16

karya Imam Nawawi dan tulisan-tulisan lain sebagai sumber rujukan


terutama yang berkaitan dengan metode pembelajaran menurut Imam
Nawawi.
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi antara lain : 1) Al-
Muqoddimah, 2). Konsep pendidikan Imam Nawawi : relevansinya
dengan pendidikan Islam masa kini. Dengan demikian buku
tersebut di atas merupakan sumber data primer dalam penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari karya-karya tulis
yang berkaitan dengan kajian pendidikan Islam Imam Nawawi
yang dapat menjadi sumber sekunder dalam penelitian ini.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Data-data primer dan data-data sekunder dalam penelitian
dikumpulkan dan dihimpun baik dari karya Imam Nawawi mengenai
pendidikan Islam dan dari beberapa karya orang lain yang membahas
tentang pendidikan Islam untuk melengkapi penelitian ini sepenuhnya
merupakan penelitian pustaka yaitu suatu aktifitas penelitian yang
berfokus kepada data-data tersebut berada diperpustakaan atau
ditempat lain.
Setelah ditelusuri dari berbagai literature yang merupakan data-
data primer dan sekunder tersebut, penulis kemudian berusaha
mendeskripsikannya secara detail dan berusaha memahami pandangan
Imam Nawawi mengenai pendidikan Islam.
4. Tehnik Penulisan
Untuk menghindari kesalahan dalam penulisan dan memudahkan
pemahaman terhadap tulisan ini, penulis menggunakan sistem
penulisan yang berpedoman pada buku” Panduan Penulisan Proposal
Tesis dan Tesis Studi Agama Islam Program Pascasarjana Magister
(S2) Institut Ilmu Al-qur‟an (IIQ) Jakarta

G. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari lima bab saling berhubungan satu sama lain:
Bab I : Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian
pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II : Berisi tinjauan umum tentang konsep pendidikan Islam.
Pembahasan ini meliputi, Pengertian Pendidik, Peserta
Didik, Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam,
Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran
17

Bab III: Berisi tinjauan umum tentang Jenis Penelitian, Tempat


dan Waktu Penelitian, Sampel dan Sumber Data, Sumber
dan Jenis Data, Tehnik Pengumpulan Data, Pengecekan
dan Keabsahan Data, Teknis Analisis Data
Bab IV: Menjelaskan tentang analisis a ) Profil Tentang SDIT
Asy-syukriyah Tangerang, b). Biografi Imam Nawawi Al-
Bantany latar belakang keluarga, masa pendidikan dan
pengalaman, latar belakang sosial politik, karya-karyanya,
guru-guru c). Konsep Pendidikan Syekh Nawawi Al-
Bantani d). Implementasi Pemikiran pendidikan Imam
Nawawi , Tujuan Pendidikan di SDIT Asy-syukriyah,
Peserta Didik dan Tenaga KePendidikan, Metode Mengajar
di SDIT Asy-syukriyah
Bab V : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Saran- saran Penulis
dan Rekomendasi
18
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan di SDIT
Asy-Syukriyyah Tangerang terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Dari pemaparan di atas, dapatlah diketahui bahwa ketokohan Syekh.
Nawawi Al-Bantani dikalangan masyarakat dan organisasi Islam
tradisional bukan saja sangat sentral tetapi juga menjadi tipe utama
seorang pemimpin, sebagaimana diketahui dalam sejarah pendidikan
tradisional, khususnya di Banten. Hakekat pendidikan dan
pengajaran dalam Islam menurut Syekh Nawawi mencakup term
ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Sedangkan tujuan memperoleh ilmu
(tujuan pendidikan) ialah mardatillah dan memperoleh kehidupan
ukhrawiyah, memberantas kebodohan, memajukan Islam,
melestarikan Islam dengan kaidah-kaidah ilmu serta sebagai
perwujudan dari rasa syukur karena diberi akal dan tubuh yang
sehat.
2. Implementasi pemikiran pendidikan islam Syekh Nawawi Al-
Bantani di SDIT Asy-Syukriyyah Tangerang tidak tercantum dalam
kurikulum sekolah namun di formatkan di kegiatan belajar mengajar
dan di formatkan keseluruh kegiatan-kegiatan sekolah(hidden
kurikulum) meskipun begitu SDIT Asy-Syukriyyah tetap
mengadopsi nilai-nilai pemikiran pendidikan islam Syekh Nawawi
Al-Bantani dalam proses belajar mengajar san seluruh kegiatannya.
Adapun nilai-nilai pemikiran pendidikan islam Syekh Nawawi Al-
Bantani yang di terapkan di SDIT Asy-Syukriyyah dalam hidden
kurikulum yaitu, Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras,
Kreatif, Mandiri, Syekh Nawawi dengan pemikiran pendidikannya
telah banyak memberikan konseptualisasi pendidikan Islam hingga
saat sekarang ini. Pemikiran pendidikannya masih relevan
diaplikasikan baik yang menyangkut nilai-nilai dasar maupun
aktivitas-aktivitas pendidikan Islam dalam masyarakat Indonesia
yang religius dan majemuk.

3. Kontribusi pemikiran pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantany


bagi kemajuan pendidikan Islam ,Ajaran yang beliau ajarkan dan
kembangkan adalah ajaran yang sudah dipejarinya dari guru dan
ayahnya yaknin NU(Nahdatul ulama), beliau kontribusinya sangat
besar untuk indonesia, ketika beliau sedang dimekkah beliau sangat
khawatir akan ajaran agama ulama terdahulu dirusak oleh para
pendatang dan kaum awam yang dateng, kemudian karena
kekhawatiran beliau yang sangat besar terhadap warga indonesia

151
152

maka beliau mengarang kitab fiqih yang mangacu kepada mazhab


syafi’i yang beliau namakan kitab tersebut yakni nihayatul zein.
Pendekatan yang beliau terapkan dalam berdakwah yakni
dengan pendekatan tasauf yaitu dengan kasih sayang tidak
membedakan adat, suku, bangsa, dan agama, olah karena itu dengan
dakwah beliau yang seperti itu banyak yang terketuk hatinya dengan
sendirinya untuk masuk islam tanpa ada paksaan dari siapapun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai konsep pemikiran
pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani, sebagai sumbangan pemikiran
untuk meningkatkan pendidikan khususnya pendidikan islam, dan
dapat lebih melihat dan menilai bahwa ilmu yang lebih penting adalah
berakhlak karimah dan berakhlak qur’ani, maka saran-saran dapat
diberikan penulis dalam tesis ini adalah:
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer di sekolah perlu
merencanakan dan membuat kebijakan yang berkaitan dengan
peningkatan pendidikan islam peserta didik dan pendidik, dengan
cara membekali dan mendorong tiap guru untuk memperhatikan
aspek emosional pada saat memberikan pelajaran dengan aspek
keagamaan.
2. Guru mesti menjadikan aspek keagamaan sebagai salah satu aspek
prioritas dalam pembelajaran. Dalam menyampaikan meteri
pembelajaran terapkan materi yang menurut peserta didik itu mudah
kemudian lanjut kepada materi yang sedang dan sulit, agar materi
pembelajaran mudah di mengerti oleh peserta didik, dan sebelum
mengajar usahakan perhatikan materi, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik agar tidak salah dalam menggunakan metode
pembelajaran.
3. Orang tua adalah pihak yang paling mengharapkan anaknya
mendapatkan hasil positif dari pendidikan di sekolah. Orang tua
hendaknya melihat hasil pendidikan secara komprehensif, tidak
hanya nilai yang tertera dalam rapor maupun peringkat yang
diperoleh anak, namun juga perlu melihat perubahan tingkah laku
anak berupa kegiatan sehari-hari anak, baik dalam karakter
berbicara, bertingkah laku, dan lebih penting perhatikan ibadah anak
sewaktu dirumah baik sholat maupun membaca Al-Qur’annya.
DAFTAR PUSTAKA
Aat Syafaat & Sohari Sahrani, 2008 Peranan Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Rajawali Pers,
Abd. Mujid dalam Ramayulis, 2004 Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta
Abdul Aziz, Hamka. Dr., Aziz, M.Si. 2012. Karakter Guru Profesional.
Jakarta
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Cet. Ke-2 Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2008 Ilmu Pendidikan Islam, 2008 Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup,
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2010, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta:
Kencana Prenada Media
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : Prenada
Media, 2001
Abdullah, M. Amin, Falsafah Kalam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Abdurrahman an-Nahlawi, 1989 Usul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha
fi al-Baiti wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ Beirut: Dar al-Fikr,
Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Bandung : Angkasa, 2003
Agustian Ari Ginanjar, 2001 Emotional Spiritual Quotient : Berdasarkan 6
Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Arga, Jakarta,
Aksin Muhamad. Falsafah Kalam, Bandung: Pustaka. 1995.
Al-Bantani, Nawawi. 2002. Nashoihul Ibad. terj. Drs. I. Solihin. Jakarta:
Pustaka Amani.
Al-Gazali, 1966. Ihya` ‘Ulum ad-Din,Terj. Maisir Thaib dan A. Thaher
Hamidy Medan: Pustaka Indonesia,
Al-Ghazali, 1994 Mi’raj as-Salikhin, al-saqafat al-islamiyat, kairo,
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, 2005 Fisafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Press,
Arifin H. Muzayyin, 1987 Kapita selekta Umum dan Agama, Semarang:
CV. Toha Putra,
Baharuddin & Moh. Makin, Pendidikan Humanistik Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2009
Bandingkan dengan Afnibar, 2005 Memahami Profesi dan Kinerja Guru,
Jakarta: The Minangkabau Foundation,
Bugin M.Burhan, 2011 penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan
publik, dan ilmu sosial lainnya, Jakarta,;Kencana, Prenada Media
Group,
Dahlan, Chaidar. Sejarah Pujangga Islam: Syekh Nawawi al-Bantani.
Jakarta: CV. Sarana Utama, 1987.
Daradjat Zakiah, 2004 Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

153
154

Departemen Agama RI, 2007 Al-Qur`an dan Terjemahnya, Bandung: CV


Diponegoro,
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung:
Syamil.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Departemen Pendidikan Nasional, 2009 Teasaurus Alfabetis, jakarta: Mizan
Dhofier, Zamakhsyari Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup
Kiyai, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 1985.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000 Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Drs. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, 2006, Ilmu Pendidikan, PT Rineka
Cipta, Jakarta,
E. Mulyasa, 2010 Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,
Eri Hendro Kusuma, “pendidikan karakter di era globalisasi”, dalam (jurnal
pendidikan dan kebudayaan.vol 20 No 2 juni 2014
Fahmi, M. Ulul, Ulama Besar Indonesia: Biografi dan Karyanya, Kendal:
Pustaka Amanah, 2008.
Faisal, Sanafiah 1990 Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi,
Malang: YA,
Fauzan, dan Suwito. Sejarah Para Tokoh Pemikiran Pendidikan. Bandung:
Angkasa, 2003.
Golmen Daniel, 1999 Kecerdasan Emosional Edisi Terjemahan Gramediya,
Jakarta
Gunawan, Heri.Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi.Bandung :
Alfabeta, 2012
Hamalik Oemar, 2002 Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, Jakarta: Bumi Aksara,
Hamid, Shalahudin, Drs., M.A., dan Drs Iskandar Ahza, M.A. 100 Tokoh
Islam 2003. Jakarta: Lantabora Press
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Lembaga Hidup dalam dalam
Samsul Nizar Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan
Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam Jakarta: Kencana, 2008
Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dan Masalah Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Lantabora Press.
Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Islam dan Masalah Sumber Daya
Manusia.Jakarta: Lantabora Press.
155

Hasan, Muhammad Tholhah. tt. Pendidikan Islam Sebagai Upaya Sadar


Penyelamatan dan Pengembangan Fitrah Manusia. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Hasbullah, 2005 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
Hawari, Dadang, Prof. Dr., H. 1998. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan
HR. Ahmad dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu) [~Dishahihkan
oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no.45
Ibrahim dan Nana Syaodih, 1996 Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka
Cipta,
Iqbal, Asep Muhamad, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Teraju, 2004.
j. Moleong Lexy, 2002 MetodePenelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
Jakub, Ismail, T.H. M.A., S.h. 1963. Terjemah Ihya Ulumudin, Jakarta.
Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta Raja Grafindo Persada.
John M. Echols dan Hassan Shadily, 1992 Kamus Inggris-Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia,
Jurnal pendidikan islam IAI Qomaruddin Gresik, Vol. 2 No.1 juni 2015
Jurnal pendidikan islam IAI Sunan Gunung Jati, Vol. 2 No.1 Agustus 2014
Jurnal pendidikan islam IAIN Sunan kalijaga, Vol. 1 No.1 juni 2012
Jurnal pendidikan islam IAIN Sunan Gunung Jati, Vol. 2 No.1 Juli 2013
Jurnal pendidikan islam IAIN Sunan kalijaga, Vol. 2 No.1 Desember 2013
Jurnal Profetika, Vol. 2 No.3 juni 2015
Jurnal Studi Islam,UMS Vol. 16 No.1 juni 2015
Jurnal Tajdida Vol. 2 No.1 Desember 2015
Kiai Muhammad Syafi‟i Hadzami. 2006. Majmu’ah Tsalâtsa Kutub Mufîdah.
Jakarta,
Langgulung Hasan, 1996 Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Citra,
Langgulung, Hasan. Manusia dan Peradaban, Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995.Maktabah al- Arba‟in.
M. Arifin, 1991 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara,
M. Ulul Fahmi Humanisme Religius sebagai Paradigma Islam. Yogyakarta:
Gama Media.
Martin Murtadhim, S.M., Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
2009
Mas‟ud, Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual
Arsitek Pesantren, Jakarta: Kencana, 2006.
Mas‟ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik,
Mawardi Prima.
156

Miller, John, P. 2002. Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian. Terj: Dr. Abdul
Munir Mulkan. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Moh. Uzer Usman, dan Lilis Setiawati, 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan
belajar mengajar, remaja rosdakarya, Bandung
Mohammad Irfan dan Mastuki, Teologi Pendidikan Tauhid sebagai
Paradigma Pendidikan Islam Jakarta : Friska Agung Insani, 2000
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Mulyasa, Dr., E., M.Pdi. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mursi Muhammad Munir, 1982 At-Tarbiyat al-Islamiyah: Usuluha wa
Tatwiruha fi al-Bilad al-’Arabiyah, Kairo: „Alam al-Kutub,
Naharin, Sri. 2006. Pemikiran Tasawuf Imam Nawawi al-Bantani dan M
Sholeh Darat al-Samarani. Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
Nana Sudjana dan ibrahim, 2001 Penelitian dan Penelitian Pendidikan,
Bandung, Sinar Baru Algesindo,
Nasution dkk (ed.), Harun, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jakarta: Dirjen
Binbaga PT Agama Islam, 1987.
Nasution, 2002 Metodologi Research Penelitian ilmiah(Jakarta:Bumi Aksara,
Nata Abudddin, 2012 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media
Nata Abudin, 1997 Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu,
Nazarudin, 2007 Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: Teras,
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, 2012 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Ar-
Ruz Media,
Poerwadarminta WJS, 1996 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Purwanto Ngalim, 1993 Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,
Rahman Fazlur, 1982 Islam dan Modernitas Tentang Transformasi
Intelektual. Yogyakarta: Gama Media
Rahman, Fazlur.1982. Islam dan Modernitas Tentang Transformasi
Intelektual. Terj. Aksin Muhamad. Bandung: Pustaka
Ramayulis & Samsul Nizar, sebagaimana dalam Novan Ardy Wiyani,
Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter Bandung :
Alfabeta, 2013
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009 Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia,
157

Ramayulis, 2004 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,


Ramayulis, 2005 Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam
Mulia,
Ramli, Rafiuddin. Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Nawawi. Banten :
Yayasan Nawawi, 1399 H.
Roestiyah N.K, 1989 Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara,
S Margono, 2003 Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta,
Sabri Alisuf, 1999 Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
Shihab M. Quraish, 2002 Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati,
Siddik Dja‟far, 2006 Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Cita
Pustaka Media,
Siregar Maragustam, 2007 Pemikiran Pendidikan Syeikh Nawawi Al-Bantani
Yogyakarta: Datamedia
Slameto, ,1991 proses belajar mengajar dalam system kredit semester (sks)
Jakarta:Bumi Aksara
Solihin, M. dan Rosihun Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia,
2008.
Steenbrink, Kareel A. Beberapa Aspek Tentang Islam Abad ke-19. Jakarta :
Bulan Bintang, 1984
Sugiono, 2010 Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung
;Alfabeta,
Sugiyono, 2015 Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
Sukadi, 2006 Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu
Sukmadinata Nana Syaodih, 2008 Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,
Sulaiman bin al-Asy‟ats Syidad bin „Amru al-Azdiy Abu Daud al-
Sajastaniy, 1305 Sunan Abi Daud,Juz 11 India: Mathba‟ Naul Kisywar,
Sumardi, Mulyanto 1997 Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang,
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008
Supriono Widodo, 1996 Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat
Pendidikan Islam, Pustaka Belajar, Yogyakarta,
Suwito dan Fauzan, 2003 Sejarah Para Tokoh Pemikiran Pendidikan
Bandung:Angkasa,
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam and Secularisme, terjemahan
Khalif Muammar et al Bandung : Institut pemikiran Islam dan
Pembangunan Insan, 2010
Syekh Nawawi al-Jawi, Syarh Marâq Al-‘Ubûdiyah, Indonesia: Al-
Haramain, t.th.
158

Syukur Fatah . 2011 Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrarasah.


Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
Syukur, Fatah, NC, Dr., H., M.Ag. 2011. Manajemen Pendidikan Berbasis
pada Madrarasah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Uhbiyati Nur, 2001 Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta,.
Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (UU RI No. 20 Th.
2003), Jakarta: Sinar Grafika
Usiono, 2011 Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana
Publishing,
Yunus Mahmud, 1974 Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Al-
Hidayah,
Yunus Mahmud, 2007, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : PT Mahmud Yunus
Wa Dzuriyyah,
Zuhairini, 1983 Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha
Nasional
Zuriah Nurul, 2007 metodologi penelitiansosial dan pendidikan teori
aplikasi, Jakarta, PT. Bumi Aksara,
MISKAH Dilahirkan di Tangerang pada tanggal 02 November 1992.
Merupakan anak dari pasangan Bapak H.Muslan dan Ibu Hj.Asnah. Penulis
adalah Anak ke-9 dari 9 bersaudara. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jl.
KH. Mursan No. 49 Rt 003/005 Kelurahan Belendung Kecamatan Benda
Tangerang. Telah menyelesaikan Pendidikan Formal di MI Al-Mujahidin
Pada Tahun 1998 Sampai Tahun 2004. Menyelesaikan Pendidikan di MTs
Negeri Babakan Sirna pada Tahun 2004 Sampai Tahun 2007. Menyelesaikan
Pendidikan di Madrasah Aliyah Negri Leuwiliang Bogor Pada Tahun 2007
Sampai Tahun 2010. Kemudian Melanjutkan ke Perguruan Tinggi di
IIQ(Institut Ilmu Al-Qur’an ) Jakarta Pada Tahun 2011 sampai 2015, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Program Studi Tarbiyah PAI.
Alhmdullih selama bermula menincakkan kaki di IIQ banyak banget
pelajaran pengalaman yang penulis peroleh, di IIQ lah penulis mengenal
yang namanya MTQ, karena para dosen banyak yang menjadi juri pada ajang
MTQ tersebut, dan keinginan penulis sejak di iiq adalah ingin menambah
ilmu keagamaan seperti dibidang tafsir, tilawah, qiro’at dan lain-lainnya, dan
ingin lebih ahli dalam merangkai kata yang akan dituangkan dalam karya
tulisnya yang berbentuk buku, yang akan menjadi ladang amal penulis ketika
sudah tidak ada dibumi Allah.
.
INSTITUT ILMU AL.QUR'AN JAKARTA
(S2)
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
STUDI ILN,TU AGAMA ISLAM
kFn Dirien Pendidikan lslam No 4077 Tahun 2014
r"r"t r"aii"'i a:iilH-PT Nomor : 463/SK/BAN-PTi Akred/M/xl 2014

Jakarta, 7 Agustus 2017

Kepada Yth.
Nomor c.046.VII/PP S-PA1lv 1l1l 20 | 7
Baotk Kuserin, S.Hi
Lamp. :
Kepalu SeLohh SDIT Asy-Sytrkriyyah
LIal Mohon Dota dan Infornto;i
Di
Taugerang

tl s s a l rntur' al a ikufit ll/r. lVh


AL-
MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU
Direktur PROGRAM PASCASARJANA
menerangkan bahrva:
QUR'AN flIQ) JAKARTA'
Nama : MISKAii
't]'L : Tangerang, 02 November 1992

NI i"-l :215810144

Al-Qur'an (tIQ)
l'tograrrr Pascasarjana Institrrt Ilmr'r
Aclalah benar mahasisrva al<til
Tslafir dan Mahtsiswa
Jakarta Konsentrasi llmu
Tarbivah Prodi Studi Ilmu Agama
tesis dengan judul :
tersebut akan melakukan penelitian

Kitab
S)'ekh Nowttwi al-Bdntoni dalam
"Konsep Pendidikan di sDIT Asy-syukriyalx
Nashoihul lbad dan tnrplinentasinya
Tangertng"
memberi izin
dengan hal tersebr'rt' kami mohon kesediaarl lbu untuk
Schubuugan
hal data dan inlbnnasi yang diperlukan untuk
penelitian tersebut serta dalam
kelcngkapan penelitian tersebut'
kami ucapkan terimakasih'
Demikian atas kerjasamanya'
Was salaamu' ala ikunt W'r' LYb'

*/;' Irr"ir".

Mrnif SttratlraPutra' MA ) 4
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
ASY.SYUKRIYYAH
Jr KH Hasyim AshariKM 3 P6ns PEwad tndah - Cipohdoh Kol6 TanOera.q t5lal A5STgt26O

SURAT KETERANGAN
Nonror : 001/SDIT/YI AlYll2011

Yang bertanda tangan tlibawah ini, kepala SDIT Asy-Syukriyyah:


Nama : Kusedn S.HI

Jabatan : Kepala Sekolah

Alamat Madrasah : JI.KH. Hasyirn Ashari Krn 3 Poris Plawad


Indah Cipondoh Tangerang Banten 15141 .

Menerangkan dengan sesuangguhnya bahwa:


Nama : Miskah

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 2 November 192


NIM : 2 158 10144

Program studi : PAI Tarbiyah

Nama tersebut di atas benar telah rnelakukan penelitian di SDIT


Asy-Syukrilryah mulai tanggal 23 April 2017 sarnpai 2 Agustus 20i7.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk diketahui dan

dipergunakan sebagaimana mestinya.


Tangerang, I I Agustus 2017
Kepala SDIT Asy-Syukrilyah,

Kuserin, SH.I.
HASIL WAWANCARA
A. hasil wawancara dengan keturunan ke 8 Syekh Nawawi Al-Bantani
dari pihak ibu beliau

Nama Narasumber : K.H. Maimun Alie MA.


Jabatan : Pendiri dan Pemimpin Pondok Pesantran Subulussalam
Kresek Tangerang
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017
Jam : 09.10- 13.30

1. Pertanyaan : Bagaimana menurut ustadz menilai sosok ulama krismatik


Syekh Nawawi Al-Bantani dan pemikiran pendidikan apa yang sudah
beliau berikan untuk ummat?
Jawaban : Syekh nawawi al-bantani adalah sosok ulama besar yang
sangat krismatik, beliau adalah orang asli banten yang lahir ditanara, yang
sejak kecil sudah ketahuan pintar dan kecerdasannya beliau, ketika kecil
beliau ingin pesantren, ayahnya beliau kyai umar menanam pohon kelapa,
ayahnya berkata” kamu jangan pulang sebelum pohon kelapa ini tumbuh
menjadi besar dan berbuah. Kurang lebih 5tahun, maka dengan kurung 5
tahun beliau sudah banyak mendapatkan ilmu diantaranya ilmu nahwu
shorof, tafsir dan lain-lainnya, kemudian ketika umur 15 tahun beliau
pergi belajar kemekkah yang pada saat itu kondisi indonesia sedang
dijajah oleh belanda, akan tetapi beliau menuntut ilmu kemekkah bukan
untuk menghidari penjajahan akan tetapi beliau merasa tidak aman
menuntut ilmu di indonesia yang banyak gentaran senjata.
Kemuduan beliau selama dimekkah beliau banyak mensyarah kitab
diantaranya kitab tafsir yang berjudul marah labi, yang beliau syarahkan
menjadi kitab tafisr munir, setelah selesai mensyarah kitab tafsir munir
tersebut beliau ajukan kepada ulama mekkah, dan ketika membaca karya
beliau ulama mekkah sangat kagum dengan karya beliau kemudian beliau
diundang oleh ulama mekkah untuk datang kekediamannya, akan tetapi
ketika beliau datang kesana beliau diantarkan oleh seorang temannya yang
ganteng tinggi bersih, kemudian sampai ulama mekkah salah tebak yang
dikiranya syekh nawawi itu adalah orang yang tinggi bersih, akan tetapi
beliau yang aslinya orang banten beliau kecil dan berkulit coklat sawo,
kemudian ketika ulama mekkah mengetahui kalau yang bernama syekh
nawawi itu adalah orang yang kecil dan hitam, maka semakin bertambah
kagum dan takjubnya para ulama mekkah tersebut, ditambah karyanya
beliau yang sangat bagus dan langka dimana dalam kitab tafsir tersebut
ada keistimewaan nilai huruf yang beliau tambahkan tanggal, bulan dan
tahun kitab tersebut ditulis dengan tersususn rapih, kemudian beliau diberi
gelar sayyidu ulama hijaz.
2. Pertanyaan : Apa sajakah Pemikiran pendidikan yang beliau tuangkan
untuk masyarakat banten?
Jawaban : Ajaran yang beliau ajarkan dan kembangkan adalah ajaran
yang sudah dipejarinya dari guru dan ayahnya yaknin NU(Nahdatul
ulama), beliau kontribusinya sangat besar untuk indonesia, ketika beliau
sedang dimekkah beliau sangat khawatir akan ajaran agama ulama
terdahulu dirusak oleh para pendatang dan kaum awam yang dateng,
kemudian karena kekhawatiran beliau yang sangat besar terhadap warga
indonesia maka beliau mengarang kitab fiqih yang mangacu kepada
mazhab syafi‟i yang beliau namakan kitab tersebut yakni nihayatul zein,
Pendekatan yang beliau terapkan dalam berdakwah yakni dengan
pendekatan tasauf yaitu dengan kasih sayang tidak membedakan adat,
suku, bangsa, dan agama, olah karena itu dengan dakwah beliau yang
seperti itu banyak yang terketuk hatinya dengan sendirinya untuk masuk
islam tanpa ada paksaan dari siapapun.
Dan bisa kita ambil sample zaman dahulu nenk moyang kita beragama
hindu budha, dan sangat senang bermain golek, maka para ulama
berdakwah melalui bermain golek tersebut dimana didalamnya
dimasukkan tasauf dalam berdakwah, yang dahalu disebut adat mereka
dengan skaten yang artinya syahadatain.
Maka kekhawatiran beliau yang sejak beliau dimekkah sekarang sudah
benar adanya, aliran-aliran yang keluar dari ajaran para ulama terdahulu
dan bahkan ajaran yang menyalahkan ajaran para ulama terdahulu sudah
tersebar meluas dinegara indonesia yang disebut dengan (Atta‟ayun
assilmi/ gangguan sosial agama), dimana ajaran tersebut awal mulanya
dari para pemuda yang belajar ditimur tengah seperti dimekkah dan
madinah dan mereka sebelum pergi belajar kemekkah dan madinah tidak
mempunyai bekal ilmu agama yang kuat dan tidak mempunyai keimanan
yang kuat maka ketika belajar disana mereka menelan mentah-mentah
ajaran yang biasa diajarkan dimekkah dan madinah, kemudian setelah
pulang ke indonesia ajaran yang biasa diajarkan dimekkah dan madinah
mereka terapkan dan mengajak orang-orang di sekitar mereka dengan
tidak memperhatikan ajaran yang sudah lama ditanamkan dan diajarkan
oleh para ulama terdahulu bahkan dari sebagian mereka tidak banyak yang
mengatakan ajaran para ulama terdahulu itu salah, contohnya mereka
mengatakan berziarah kubur, tahlilah untuk orang yang sudah meninggal,
membaca sholawat, bertawassuhul kepara ulama itu bid‟ah dan
hukumnya haram.
3. Pertanyaan : Apasajakah ciri khas pemikiran beliau?
Jawaban : Pemikiran beliau yang sangat besar adalah karangan-karangan
kitab beliau atas kekhawatiran beliau terhadap ajaran yang akan merusak
ajaran agama yang sudah diajarkan oleh para ulama terdahulu.
Sebagaimana kitabnya beliau yang berjudul nashoihul ibad dan kasyafatul
kulub dimana dalam kitab tersebut diterangkan agar kita mentadaburi
nasihat para ulama, dan dari zaman dahulu para ulama tidak mangajarkan
adanya perdebatan ketika ada perbedaan pendapat diantara kita, akan
tetapi ketika ada permasalahan atau pendapat yang berbeda agar
bermusyawarah danb bersidkusi agar menemukan kata mufakat
sebagaimana dalam firman-Nya dalam surah alimron ayat 159
               

               

  


Artinya:” Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(Q.S Alimron
{3}159)
Kita harus bangga dengan adanya kiber dunia yakni syekh nawawi
albantani maka kita harus mempelajari dan menteladani beliau, dimana
beliau mengkaji pelajaran dengan mendahulukan hati, yakni hati yang
bersih dan suci dari segala dosa, contohnya dengan mendawamkan wudhu
dan puasa sunnah
Beliau mengatakan mengedepankan kecerdasan speritual baru
diiringi dengan kecerdasan intelektual mangapa demikian karena agar
tidak mengedepankan emosi dalam setiap menghadapi permasalahan yang
terjadi, dan mengedepankan hati. Akan tetapi zaman sekarang banyak para
korupsi yang dilakukan oleh orang-orang pintar karena mereka lebih
mengedepankan kecerdasan intelektual dibanding kecerdasan spiritualnya,
dalam berpikir dan berpendapat lebih mengedepankan nafsunya dan
kurang amaliyahnya, dan harokah syultoniyyah dan harokah
robbaniyyahnya rendah.
Para ulama terdahulu selalu mengadakan perkumpulan ketika banyak
terjadi permasalahan agama diindonesia dan dikenal dengan bastul masail
Karomah yang ada pada diri syekh nawawi al-abantani diantaranya:
1. Beliau adalah sosok orang yang alim selalu dawam wudhu dan puasa
sunnah, kemanapun beliau pergi selalu membawa tongkat, beliau
menuntut ilmu itu dengan berjalan kaki karena pada saat itu sangat
jarang kendaraan, pada suatu ketika beliau sedang dalam perjalanan
ingin menuntut ilmu pergi kerumah gurunya beliau kellahan dan beliau
istirahat disebuah gubuk dan beliau tertidur, dan ternyata beliau itu tidur
di lidah ular yang sedang terbuka mulutnya, mulut ular tersebut tidak
akan tertutup sebalum syekh nawawi bangun dari tidurnya, setelah beliau
bangun dari tidurnya dan ularpun pergi begitu saja, karomah yang
demikian tersebut sesuai dengan perkataan nabi yakni
“kalau orang dalam keadaan tidak berwudhu jika ada ular menyengatmu
jangan lah kau salahkan ular itu maka salahkan lah dirimu”
2. Pada suatu ketika beliau sedang dalam perjalanan menuntut ilmu beliau
lelah dan beristirahat kemudian hati beliau menggebu-gebu untuk menulis
sebuah kitab akann tetapi keadaan saat itu gelap gulita kemudian beliau
berdo‟a kepada Allah untuk dikeluarkan cahaya dari jari beliau, kemudian
keluarlah cahaca dari jari beliau ada juga sebagian pendapat dari jari
beliau keluar khiber (tinta)
3. Pada saat masa penjajahan di indonesia, dan beliau sedang ada dimekkah
beliau bolak balik mekkah-indonesia dengan waktu yang sangat singkat,
bisa dikatakan karomah tersebut yakni („ilmu mukasyafah:melihat
dibelakang tabir)
Semua karomah yang dimiliki beliau tidak keluar dari ketaqwaan beliau
kepada Allah SWT yang sangat tinggi.
HASIL WAWANCARA
A. hasil wawancara dengan keturunan ke 8 Syekh Nawawi Al-Bantani
dari pihak ibu beliau

Nama Narasumber : K.H. Muhammad Thobary Syadzily. MA.


Jabatan : Pendiri dan Pemimpin Pondok Pesantran Al-Husna
Tangerang
Hari/Tanggal : Kamis, 21 September 2017
Jam : 09.10- 13.30
1. Pertanyaan : Bagaimana menurut ustadz menilai sosok ulama krismatik
Syekh Nawawi Al-Bantani dan pemikiran pendidikan apa yang sudah
beliau berikan untuk ummat?
Jawaban : Syekh Nawawi Al-Bantani adalah sosok ulama yang alim dan
krismatik beliau tidak pernah terputus berpuasa dan dawam dalam wudhu,
beliau menuntut ilmu nengan tekad juhud kepada Allah SWT. Sejak kecil
beliau belajar kepada ayahnya yakni syekh Umar, dan beliau menuntut
ilmu ke daerah purwakarta kepada syekh Yusuf bahlawi dan ke lombok
kepada syekh Abdul Ghani, dan ketika umur 15 tahun beliau sudah pergi
kemekkah untuk menuntut ilmu, karena pada saat itu kondisi indonesia
sedang masa penjajahan dan beliau merasa tidak tenang untuk menntut
ilmu dinegaranya sendiri, karena beliau sejakkecil sudah terlihat
kepintaran dan kecerdasannya, dan beliau sangat giat dalam menuntut
ilmu kemudian beliau pergi kemakkah dengan tekad agar negara indonesia
tidak tergoyah imannya dengan masuknya ajaran-ajaran yang masuk.
Syekh Nawawi Al-Bantani mempunyai istri 2 yang pertama adalah
Nasima, seorang jawa, dan Hamdara. Dari isteri pertama Syeikh Nawawi
mempunyai tiga anak perempuan Ruqayyah, Nafisah, dan Maryam.
Sedangkan dari isteri yang kedua mempunyai satu anak perempuan yakni
Zahro.1
2. Pertanyaan : Apa sajakah Pemikiran pendidikan yang beliau tuangkan
untuk masyarakat banten?
Jawaban :Beliau sangat kuat NU (nahdathul ulama) atau yang sekarang
dikenal dengan nama aswaja
Yang menurut beliau aswaja itu dari hasil juhudnya, barang siapa
yang dalam menuntut ilmu harus ada 3 pegangan yakni: fiqih, tauhid dan
tasauf
1. Fiqih yakni dimana kita beribadah harus mempelajari fiqih dan
berpegang kepada 5 mazhab

1
Asep Muhammad Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur’an Hubungan antar
agama menurut Syeikh Nawawi Banten (Bandung: Teraju PT MizanPublika, 2004), hlm. 49.
2. Tauhid yakni harus bertumpuk kepada Rububiyyah yang
bertauhidnya kepada tauhid Asy‟ariyyah danma‟turidiyyah
3. Tasauf harus berpedoman kepada tasauf Imam Ghozali,
Siapa orang yang sedikit ilmunya akan tetapi dia mempunya 4 perkara
maka dia akan senantiasa menjadi orang yang selalu bersyukur 4 perkara
tersebut diantaranya adalah :
a. alilmu‟(orang yang berilmu tp tidak emosi)
sebagaimana diterangkan dalam surah al-furqon ayat 25
       
Artinya:”Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan
kabut putih dan diturunkanlah Malaikat bergelombang-
gelombang.(Q.S Al-Furqon 25)

b. rendah hati(tidak sombong) baik kepada muslim dan non muslim


c. assakhoh(dermawan)
d. husnul khuluq(kebaikan hati)
Keterangan tersebut ada didalam kitab syarahnya kitab ihya
ulumuddin jilid 7 hal 325 terbitat libanon
3. Pertanyaan : Apasajakah ciri khas pemikiran beliau?
Jawaban :Sebagaimana karya-karya beliau yang sangat banyak yang
semua karya beliau tidak luput dari dasar ke khawatiran beliau terhadap
bangsa indonesia agar tidak terpengaruh oleh ajaran yang keluar dari
pemikiran para ulama terdahulu, dimana karangan beliau tidak keluar dari
pemikiran Imam Syafi‟i. beliau dengan ilmu yang berpegang kepada 3
tersebut beliau beribadah dengan khusu dan mendapatkan karomah, dari
semua itu beliau lakukan dengan mujahadah yakni dengan puasa sunnah
tidak pernah terputus dan selalu dawam wudhu, beliau tidak mengisi
waktu dengan mengarang kitab dan perbuatan yang sangat bermanfaat.
Maka dengan itu hendaklah bagi para muslim musliamah harus menuntut
ilmu dengan berpegang kepada 3 perkara tersebut.
Dengan cara kita melakukan ibadah dan melaksanankan ajaran sesuai
dengan yang diajarkan oleh para ulama terdahulu sebagaimana hadits
syarah alhikam Syukur itu terbagi 3:
a. syukur bil lisan(bersyukur dengan lisan) bersyukur kepada manusia
dengan lisan yakni dengan ucapan contohnya”alhmdulillah saya bisa
pergi haji” sebagaimana sesuai dengan firman Allah dalam surah adh-
dhuha ayat 11
    
Artinya:” dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu
siarkan.(Q.S Adh-Dhuha:11)
b. asysyukru bil arkan(mengarahkan badab untuk beribadah kepada Allah)
contohnya dengan tahlilan, Ziarah kubur,
c. asysyukru bilginan awil qolbi (bersyukur dengan hati) yakni dengan
cara meyakinkan hati bahwa nikmat itu datang dari Allah.
Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah yakni orang-orang yang
dirindui syurga adalah orang yang pandai bersyukuur yang sesuai dengan
firman Allah surah al-hajj ayat 32
         
Artinya:”Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan
syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan
hati(Q.S Al-Hajj 32).
Kenapa ciri aswaja itu ada 3 fiqih, tauhid dan tasauf kenapa tidak
diambil dari al-qur‟an dan hadits jawabannya adalah yang 3 itu adalah di
ambil dari al-qur‟an dan hadits dan fiqih tauhid dn tasauf itu sebagai
penjelas dari ayat-ayat yang masih mutasyabihat.
Karomah-karomah beliau yang hanya akan dimiliki hanya orang-
orang yang tinggi ketakwaannya kepada Allah
1. Beliau mempunyai karomah kebenaran adanya yakni Beliau
adalah sosok orang yang alim selalu dawam wudhu dan puasa
sunnah, kemanapun beliau pergi selalu membawa tongkat, beliau
menuntut ilmu itu dengan berjalan kaki karena pada saat itu
sangat jarang kendaraan, pada suatu ketika beliau sedang dalam
perjalanan ingin menuntut ilmu pergi kerumah gurunya al-
asoban(surabaya) beliau kelelahan dan beliau melihat ada sebuah
gubuk bersinar dan ada tikar beliau tertidur diatas tikar akan
tetapi ternyata beliau itu tidur di lidah ular yang sedang terbuka
mulutnya, mulut ular tersebut tidak akan tertutup sebalum syekh
nawawi bangun dari tidurnya, setelah beliau bangun dari tidurnya
dan ularpun pergi begitu saja
2. Karomah yang lain yakni ketika beliau belajar dipurwakarta ke
syekh yusuf beliau di karuniai mukasyafah, pada suatu hari beliau
sedang ngaji dan menerjemahkan kitab beliau seluruh yang
diartikan gurunya beliau terjemahkan artinya,dan temannya
beliau berkata katanya pintar tapi arti yang mudah aja masih
ditulis artinya kemudian karena gurunya mempunyai karomah
mukasyafah (keahlian bathin) lalu syekh yusuf berkata sekarang
kita belajar menerjemahkan kitab melalui bathin karena
kesamaan karomah syekh nawawi dan gurunya syekh yusuf yang
mempunya karomah mukasyafah tersebut, lalu teman-temannya
beliau sangat kebingungan karena mereka ngaji bathin.
3. Kemudian kyai usman bin yahya, ada sebuah masjid kemudian
syekh nawawi sholat disana, kemudian syekh nawawi sholat
dengan menyerong, lalu syekh nawawi mengatakan kalau kiblat
yang benar itu adalah dengan menyerong kekiri, awalnya syekh
usman tidak percaya kemudia kata syekh nawawi
memperlihatkan kita liat kiblat kita yang menganut ke ka‟bah
kemudian syekh nawawi memperlihatkan telunjuknya yang
didalam telunjuknya ada ka‟bah maka syekh usman percaya dan
sangat kagum kemudian beliau dipeluk oleh syekh usman.
HASIL WAWANCARA
A. hasil wawancara dengan muridnya Hasyim Asy’ari yang beliau
adalah murid dari Syekh Nawawi Al-Bantani

Nama Narasumber : Dr.H Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., SH.MH


Jabatan : Pendiri dan Pemimpin Pondok Pesantran Al-Falah
Tangerang, Banten
Hari/Tanggal : Selasa, 19 September 2017
Jam : 09.10- 13.30
1. Pertanyaan : Bagaimana menurut ustadz menilai sosok ulama krismatik
Syekh Nawawi Al-Bantani dan pemikiran pendidikan apa yang sudah
beliau berikan untuk ummat?
Jawaban :Semenjak kecil beliau memang terkenal cerdas. Otaknya
dengan mudah menyerap pelajaran yang telah diberikan ayahnya sejak
umur 5 tahun. Pertanyaanpertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya
bingung. Melihat potensi yang begitu besar pada putranya, pada usia 8
tahun sang ayah mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau
mula-mula mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian
berguru kapada Kyai Sahal, Banten; setelah itu mengaji kepada Kyai
Yusuf, Purwakarta.
Di usia beliau yang belum lagi mencapai 15 tahun, Syaikh Nawawi
telah mengajar banyak orang. Sampai kemudian karena karamahnya yang
telah mengkilap sebelia itu, beliau mencari tempat di pinggir pantai agar
lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak.
Pada usia 15 tahun beliau menunaikan haji dan berguru kepada sejumlah
ulama terkenal di Mekah, seperti Syaikh Khâtib al-Sambasi, Abdul Ghani
Bima, Yusuf Sumbulaweni, „Abdul Hamîd Daghestani, Syaikh Sayyid
Ahmad Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan,
Syaikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syaikh Junaid Al-Betawi. Tapi
guru yang paling berpengaruh adalah Syaikh Sayyid Ahmad Nahrawi,
Syaikh Junaid Al-Betawi dan Syaikh Ahmad Dimyati, ulama terkemuka di
Mekah. Lewat ketiga Syaikh inilah karakter beliau terbentuk. Selain itu
juga ada dua ulama lain yang berperan besar mengubah alam pikirannya,
yaitu Syaikh Muhammad Khâtib dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama
besar di Medinah.
Tiga tahun lamanya Nawawi menggali ilmu dari ulama-ulama
Mekkah. Setelah itu, ia pun kembali ke Indonesia. Lalu, ia mengajar di
pesantren ayahnya. Namun di tanah air, ia tidak dapat mengembangkan
ilmunya karena saat itu negara Indonesia memang sedang dijajah Belanda.
Akhirnya, Nawawi kembali ke Mekkah dan tinggal di daerah Syi‟ab „Ali.
Syaikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/
1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/
1899 M. Makamnya terletak di pekuburan Ma'la di Mekah. Makam beliau
bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar
al-Siddiq, Asma? binti Abû Bakar al-Siddîq.
2. Pertanyaan : Apa sajakah Pemikiran pendidikan yang beliau tuangkan
untuk masyarakat banten?
Jawaban :Pemikiran beliau dituangkan dalam berbagai kitab Syekh
Nawawi juga giat menulis buku. Ia termasuk penulis yang banyak
melahirkan karya. Ia banyak menulis kitab tentang persoalan agama.
Paling tidak, 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam Dictionary of Arabic
Printed Books karya Yusuf. Beberapa kalangan bahkan menyebutkan
bahwa Nawawi telah menulis lebih dari 100 judul buku dari berbagai
disiplin ilmu. Sebagian karya Syekh Nawawi diterbitkan di Timur Tengah.
Dengan karya-karyanya ini, ia ditempatkan sebagai Sayyid Ulama
Hijaz hingga kini. Selanjutnya, kitab-kitabnya itu menjadi bagian dari
kurikulum pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan di
Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga di Timur Tengah.
Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya
berangkat dari Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi
bidang; yakni bidang tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan
retorika. Hampir semua bidang ditulis dalam beberapa kitab kecuali
bidang tafsir yang ditulisnya hanya satu kitab. Dari banyaknya karya yang
ditulisnya ini dapat jadikan bukti bahwa memang Syeikh Nawawi adalah
seorang penulis produktif multidisiplin, beliau banyak mengetahui semua
bidang keilmuan Islam. Luasnya wawasan pengetahuan Nawawi yang
tersebar membuat kesulitan bagi pengamat untuk menjelajah seluruh
pemikirannya secara komprehensif-utuh.
Dalam beberapa tulisannya seringkali Nawawi mengaku dirinya
sebagai penganut teologi Asy‟ari (al-Asyari al-I’tiqodiy). Karya-karyanya
yang banyak dikaji di Indonesia di bidang ini dianranya Fath ai-Majid,
Tijan al-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah, al-Tsumar al-
Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja dan Mirqat al-Su‟ud.
Transkip Wawancara
Nama : Ustadz Kusairin S. H.I
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari, Tanggal : Senin, 5 Juni 2017
1. Menurut bapak kriteria yang seperti apa pendidik yang ada di SDIT
Asy-Syukriyyah?
Pendidk yang di inginkan dan yang akan diciptakan adalah pendidik
yang berakhlak baik, berkpribadian baik, sopan, bertanggung jawab
karena pendidik adalan tauladan untuk para peserta didik. Baru
setelah berkpribadian baik yang kedua berpendidikan yang sesuai
akademik yang dia kuasai, sekolah juga mengadakan kajian-kajian
agama untuk para pegawai dan pendidik.
2. Bagaimana karakter Peserta didik di SDIT Asy-
Syukriyyah?bagaimana cara bapak untuk membentuk karakter qur’ani
dalam diri peserta didik?
Peserta didik yang di inginkan sekolah adalah peserta didik yang
berakhlak baik karena akhlak itu lebih utama dibandingkan akademik
peserta didik, tidak hanya disekolah diperhatikan kelakuan para
peserta didik, di rumah juga sekolah mengawasi dengan adanya buku
mutaba’ah/agenda harian, dimana dibuku tersebut peserta didik
diharuskan menulis kegiatan sehari-harinya dari mulai sholat, ngaji,
dan belajar. Karena didikan yang bagus ketika kecil akan membawa
pembiasaan yang baik dikemudian hari.
3. Pembelajaran apa saja yang dilakukan agar pendidikan islam peserta
didik dapat terbentuk sesuai yang diinginkan sekolah?
Pembelajaran islam yang diajarkan disekolah dimulai dari
membangun kesadaran peserta didik, akan tanggung jawab atas tugas
mereka masing-masing, karena dimulai dari tanggung jawab tersebut
maka dari situlah anak akan sukses dengan pembiasaan dari sejak
sedini mungkin
4. Tujuan pendidikan islam yang seperti apa yang diinginkan sekolah
dalam pembentukan karakter peserta didik?
Tujuan pendidikan islam dari pembelajaran yang sudah diajarkan
yakni ada tiga poins pertama agar peserta didik bertanggung jawab
atas kewajiban dia kepada sang maha pencipta yang kedua atas diri
sendiri, peduli dengan sesama manusia.
5. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Materi pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Materi pembelajaran yang diterapkan di sekolah yakni menyampaikan
materi sesuai tingkatan kemampuan peserta didik itu sendiri
6. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Metode pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Metode yang diterapkan di sekolah disesuaikan dengan materi yang
sedang diajarkan, jika pembelajaran yang sedang berlangsung adalah
pembelajaran yang sifatnya praktek maka pendidik menggunakan
metode demonstrsi, akan tetapi jika materi yang di sampaikan adalah
materi sejarah maka metode yang di gunakan adalah metode cerita.

Mengetahui
Kepala Sekolah SDIT Asy-
Syukriyyah

Kuserin S.H.I

Transkip Wawancara
Nama : Ustadzah Kustanti S. pdi
Jabatan : Waka Kesiswaan dan Kurikulum
Hari, Tanggal : Senin, 5 Juni 2017

1. Menurut ibu kriteria yang seperti apa pendidik yang ada di SDIT Asy-
Syukriyyah?
Dari awal seleksi penerimaan pendidik, seleksinya yng lebih utama
adalah pendidik diwajibkan bisa lancar dalam membaca al-qur’an,
dan berakhlak karimah, karena dari itu semua adalah yang lebih
penting yang dimiliki pendidik karena pendidik adlah tauladan untuk
para peseta didik
2. Bagaimana karakter Peserta didik di SDIT Asy-Syukriyyah?
bagaimana cara bapak untuk membentuk karakter qur’ani dalam diri
peserta didik?
Peserta didik yang di inginkan sekolah yang berakhlak baik, baik
ketika disekolha, dirumah dan dimana pun dia berada.
3. Pembelajaran apa saja yang dilakukan agar pendidikan islam peserta
didik dapat terbentuk sesuai yang diinginkan sekolah?
4. Pembelajaran islam yang diajarkan disekolah dimulai dari
membangun kesadaran peserta didik, akan tanggung jawab atas tugas
mereka masing-masing, karena dimulai dari tanggung jawab tersebut
maka dari situlah anak akan sukses dengan pembiasaan dari sejak
sedini mungkin
5. Tujuan pendidikan islam dari pembelajaran yang sudah diajarkan
yakni ada tiga poins pertama agar peserta didik bertanggung jawab
atas kewajiban dia kepada sang maha pencipta yang kedua atas diri
sendiri, peduli dengan sesama manusia.
6. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Materi pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Materi pembelajaran yang diterapkan di sekolah yakni menyampaikan
materi sesuai tingkatan kemampuan peserta didik itu sendiri
7. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Metode pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Metode yang diterapkan di sekolah disesuaikan dengan materi yang
sedang diajarkan, jika pembelajaran yang sedang berlangsung adalah
pembelajaran yang sifatnya praktek maka pendidik menggunakan
metode demonstrsi, akan tetapi jika materi yang di sampaikan adalah
materi sejarah maka metode yang di gunakan adalah metode cerita.

Mengetahui
Waka Kesiswaan dan Kurikulum

Kustanti S.pdi

Transkip Wawancara
Nama : Ustadz Siti Mukhlishoh S.pd
Jabatan : Guru Kelas
Hari, Tanggal : Senin, 5 Juni 2017

1. Menurut ibu kriteria yang seperti apa pendidik yang ada di SDIT Asy-
Syukriyyah?
Pendidk yang di inginkan dan yang akan diciptakan adalah pendidik
yang berakhlak baik, berkpribadian baik, sopan, bertanggung jawab
karena pendidik adalan tauladan untuk para peserta didik. Baru
setelah berkpribadian baik yang kedua berpendidikan yang sesuai
akademik yang dia kuasai, sekolah juga mengadakan kajian-kajian
agama untuk para pegawai dan pendidik.
2. Bagaimana karakter Peserta didik di SDIT Asy-
Syukriyyah?bagaimana cara bapak untuk membentuk karakter qur’ani
dalam diri peserta didik?
Peserta didik yang di inginkan sekolah adalah peserta didik yang
berakhlak baik karena akhlak itu lebih utama dibandingkan akademik
peserta didik, tidak hanya disekolah diperhatikan kelakuan para
peserta didik, di rumah juga sekolah mengawasi dengan adanya buku
mutaba’ah/agenda harian, dimana dibuku tersebut peserta didik
diharuskan menulis kegiatan sehari-harinya dari mulai sholat, ngaji,
dan belajar. Karena didikan yang bagus ketika kecil akan membawa
pembiasaan yang baik dikemudian hari.
3. Pembelajaran apa saja yang dilakukan agar pendidikan islam peserta
didik dapat terbentuk sesuai yang diinginkan sekolah?
Pembelajaran islam yang diajarkan disekolah dimulai dari
membangun kesadaran peserta didik, akan tanggung jawab atas tugas
mereka masing-masing, karena dimulai dari tanggung jawab tersebut
maka dari situlah anak akan sukses dengan pembiasaan dari sejak
sedini mungkin
4. Tujuan pendidikan islam yang seperti apa yang diinginkan sekolah
dalam pembentukan karakter peserta didik?
Tujuan pendidikan islam dari pembelajaran yang sudah diajarkan
yakni ada tiga poins pertama agar peserta didik bertanggung jawab
atas kewajiban dia kepada sang maha pencipta yang kedua atas diri
sendiri, peduli dengan sesama manusia.
5. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Materi pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Materi pembelajaran yang diterapkan di sekolah yakni menyampaikan
materi sesuai tingkatan kemampuan peserta didik itu sendiri
6. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Metode pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Metode yang diterapkan di sekolah disesuaikan dengan materi yang
sedang diajarkan, jika pembelajaran yang sedang berlangsung adalah
pembelajaran yang sifatnya praktek maka pendidik menggunakan
metode demonstrsi, akan tetapi jika materi yang di sampaikan adalah
materi sejarah maka metode yang di gunakan adalah metode cerita.

Mengetahui
Guru Kelas

Siti Mukhlishoh
Transkip Wawancara
Nama : Ustadzah Nunung S.Pdi
Jabatan : Guru PAI
Hari, Tanggal : Senin, 5 Juni 2017

1. Menurut ibu kriteria yang seperti apa pendidik yang ada di SDIT Asy-
Syukriyyah?
Pendidk yang di inginkan dan yang akan diciptakan adalah pendidik
yang berakhlak baik, berkpribadian baik, sopan, bertanggung jawab
karena pendidik adalan tauladan untuk para peserta didik. Baru
setelah berkpribadian baik yang kedua berpendidikan yang sesuai
akademik yang dia kuasai, sekolah juga mengadakan kajian-kajian
agama untuk para pegawai dan pendidik.
2. Bagaimana karakter Peserta didik di SDIT Asy-
Syukriyyah?bagaimana cara bapak untuk membentuk karakter qur’ani
dalam diri peserta didik?
Peserta didik yang di inginkan sekolah adalah peserta didik yang
berakhlak baik karena akhlak itu lebih utama dibandingkan akademik
peserta didik, tidak hanya disekolah diperhatikan kelakuan para
peserta didik, di rumah juga sekolah mengawasi dengan adanya buku
mutaba’ah/agenda harian, dimana dibuku tersebut peserta didik
diharuskan menulis kegiatan sehari-harinya dari mulai sholat, ngaji,
dan belajar. Karena didikan yang bagus ketika kecil akan membawa
pembiasaan yang baik dikemudian hari.
3. Pembelajaran apa saja yang dilakukan agar pendidikan islam peserta
didik dapat terbentuk sesuai yang diinginkan sekolah?
Pembelajaran islam yang diajarkan disekolah dimulai dari
membangun kesadaran peserta didik, akan tanggung jawab atas tugas
mereka masing-masing, karena dimulai dari tanggung jawab tersebut
maka dari situlah anak akan sukses dengan pembiasaan dari sejak
sedini mungkin
4. Tujuan pendidikan islam yang seperti apa yang diinginkan sekolah
dalam pembentukan karakter peserta didik?
Tujuan pendidikan islam dari pembelajaran yang sudah diajarkan
yakni ada tiga poins pertama agar peserta didik bertanggung jawab
atas kewajiban dia kepada sang maha pencipta yang kedua atas diri
sendiri, peduli dengan sesama manusia.
5. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Materi pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Materi pembelajaran yang diterapkan di sekolah yakni menyampaikan
materi sesuai tingkatan kemampuan peserta didik itu sendiri
6. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Metode pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
Metode yang diterapkan di sekolah disesuaikan dengan materi yang
sedang diajarkan, jika pembelajaran yang sedang berlangsung adalah
pembelajaran yang sifatnya praktek maka pendidik menggunakan
metode demonstrsi, akan tetapi jika materi yang di sampaikan adalah
materi sejarah maka metode yang di gunakan adalah metode cerita.

Mengetahui
Guru PAI

Nunung Nurjanah S.pdi

Transkip Wawancara
Nama : Ustadzah Yati Duriyati S.Pdi
Jabatan : Wali Kelas
Hari, Tanggal : Senin, 5 Juni 2017

1. Menurut bapak kriteria yang seperti apa pendidik yang ada di SDIT
Asy-Syukriyyah
2. Bagaimana karakter Peserta didik di SDIT Asy-
Syukriyyah?bagaimana cara bapak untuk membentuk karakter qur’ani
dalam diri peserta didik?
3. Pembelajaran apa saja yang dilakukan agar pendidikan islam peserta
didik dapat terbentuk sesuai yang diinginkan sekolah?
4. Tujuan pendidikan islam yang seperti apa yang diinginkan sekolah
dalam pembentukan karakter peserta didik?
5. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Materi pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?
6. Bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan Metode pembelajaran
di SDIT Asy-Syukriyyah?

Mengetahui
Guru Kelas

Yati Duriyat
Dekumentasi wawancara dengan kepala sekolah wakasek dan guru
bidang PAI
KEGIATAN TEST HAFALAN AL-QUR’AN DAN WISUDA AL-QUR’AN
KEGIATAN PRAMUKA SDIT ASY-SYUKRIYYAH
ORIENTASI SISWA BARU DAN FOTO PARA GURU SDIIT ASY-SYUKRIYYAH
ACARA MUKHOYYAM AL-QUR’AN UNTUK PARA GURU
KEGIATAN MUROJA’AH HAFALAN DAN SHOLAT DHUHA
KEGIATAN UPACARA DAN PENGARAHAN DARI PARA GURU DAN KEPALA SEKOLAH
UNTUK PARA SISWA
ACARA MABIT(MALAM BINA INSAN TAQWA)
FOTO STRUKTUR SEKOLAH SDIT ASY-SYUKRIYYAH

Anda mungkin juga menyukai