Skripsi
Oleh
Farida
NIM: 107024001451
JURUSAN TARJAMAH
JAKARTA
1433 H/2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Farida
NIM: 107024001451
i
JAMAK TAKSÎR DAN CARA MENERJEMAHKANNYA
(Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh :
Farida
NIM: 107024001451
Pembimbing
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir. Amin
Dalam sekapur sirih ini, izinkanlah Penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarjamah, Dr. H. Ahmad Saehuddin, M.Ag dan Moch.
3. Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, selaku pembimbing skripsi yang telah mengorbankan
Penulis.
4. Seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis beraneka
ragam ilmu pengetahuan bahasa, budaya, sastra, dan terjemah. Di antaranya ialah, Prof.
Dr. Rofi‟i, Dr. Zubair, M.Ag, Dr. Muhammad Yusuf, Ma, Dr. Abdul Chaer, MA, Dr.
Ismakun Ilyas, MA, Drs. Ikhwan Azizi, MA, Ibu Karlina Helmanita, MA, Drs. Ahmad
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Margani (alm) dan Hj. Daroni yang selalu mendoakan
iv
6. Teman-teman seperjuangan Jurusan Tarjamah angkatan 2007, Hani, Sa‟adah, Ismi, Sifa,
Aisyah, Ani, Wati, Syukron, Hilman, Rido, Reza, Anas, Arif, Rozak, Ibnu, Khoas, dan
yang lainnya.
7. Terima kasih juga kepada kedua keponakkanku tersayang, Taufan Aditya dan Reza
Saputra yang telah memberikan doa kepada saya. Terima kasih juga kepada semua
saudaraku yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada saya terutama
iis.
8. Untuk kakak-kakak Hijau Daun yang selalu memberikan doa dan semangat kepada saya.
Aa Izal juga, dengan nasehatnya yang selalu saya ingat “jangan ngeluh kalau ingin
sukses”.
9. Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang kenal dengan
Penulis, termasuk teman-teman KKS di Bogor dari Fakultas Syari‟ah dan Hukum,
Semoga karya ilmiah yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi para
penerjemah. Kritik dan saran dari semua khalayak pembaca sangat dinantikan demi
Penulis,
Farida
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Pernyataan ........................................................................................................ i
Abstrak ...............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
vi
BAB II KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan
1) Pengertian Penerjemahan.....................................................13
B. Reduplikasi
C. Semantik
D. Pembentukkan Jamak
E. Jamak Taksir
vii
a. Jamak Qillah .................................................................. 26
C. Biografi
2) Karya-karya ..................................................................... 41
BAB IV ANALISIS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 72
B. Saran .................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin.
Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan
1. Padanan Aksara
ا A ط T
ب B ظ Z
ت T ع „
ث Ts غ Gh
ج J ف F
ح H ق Q
خ Kh ك K
د D ل L
ذ Dz م M
ر R ن N
ز Z و W
ix
س S ة H
ش Sy ء `
ص S ي Y
ض D
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau
A. Vokal tunggal
----َ A Fathah
----ِ I Kasrah
-----ُ U Dammah
B. Vokal rangkap
ي---َ Ai a dan i
و---َ Au a dan u
x
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال,
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.
4. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda---ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang
5. Ta Marbûtah
Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta
xi
Marbûtah tersebut diikuti oleh (na‟t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta
Marbûtah tersebut diikuti kata benda, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
1 طريقة Tarîqah
6. Huruf kapital
Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan
sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” tidak boleh kapital).
xii
ABSTRAK
Farida.
NIM: 107024001451
Dalam meneliti kajian ini, Penulis menggunakan jenis atau metode riset kualitatif dengan
analisis deskriptif dengan studi kepustakaan. Dalam menghimpun sumber data, Penulis merujuk
sumber primer dan bahan sekunder yang dianggap penting demi pengayaan penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research.
Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer berupa
"Tafsir al-Mishbah " dan data sekunder seperti, buku-buku teori penerjemahan, wawasan
mengenai pola jamak taksir, buku yang berkaitan dengan semantik, dan kamus yang terkait
dengan pembahasan, sampai data-data yang terdapat di internet. Data primer merupakan sasaran
utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data
primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.
Dalam penelitian yang Penulis lakukan ini, terdapat beberapa point yang dapat
dirumuskan; 1) bentuk pola jamak taksir 2) makna dari pola jamak taksir.
Banyak orang awam yang tidak mengetahui perubahan bentuk pola jamak taksir, karena
perubahan bentuk jamak taksir itu bervariasi. Sehingga, sering salah dalam menerjemahkannya.
Penerjemah sering menerjemahkan pola jamak taksir dengan bentuk reduplikasi (pengulangan),
sehingga banyak menimbulkan pemborosan kata (redundansi). Hal ini tidak dibenarkan dalam
bahasa Indonesia. Di samping itu pula, tidak semua bentuk reduplikasi bermakna jamak.
Dalam menerjemahkan pola jamak taksir harus disesuaikan dengan bentuk pola dan
berdasarkan dengan konteks. Konteks sangat mempengaruhi perubahan makna.
Penulis menarik kesimpulan bahwa hasil terjemahan Tafsir al-Mishbah terkait masalah
pola jamak taksir sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa kata yang diterjemahkan
dengan bentuk reduplikasi, sehingga terjadinya redundansi (pemborosan kata).
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Padahal, orang yang mengerti bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran
menjadi jaminan bahwa dia bisa menerjemahkan dengan baik dan handal.1
bakat serta pengetahuan mendalam tentang bahasa Ibu dan bahasa sasaran
bahasa yang lain. Secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua
balik verbal maupun non-verbal, dari informasi asal atau informasi sumber
pengertian dan cakupan yang lebih sempit terjemah bisa diartikan sebagai
suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama
1
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An, Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia,
(Tangerang: Dikara, 2010), h. 7
2
Dr. Achmad Satori, Problematika Menterjemah (Suatu Tinjauan Linguistik Kontrastif), h. 1
1
atau bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau
bahasa sasaran.3
bahasa Indonesia.
Bahasa terdiri dari dua lapisan bentuk dan lapisan arti yang
dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang
3
Suhendra Yusuf, Teori Terjemah, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik, (Bandung: Mandar
Maju,1994), h. 8
4
Rochaya Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 11
5
Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 1994), h. 1
2
disebut dengan gramatikal. Satuan-satuannya itu ialah wacana, kalimat,
perbendaharaan kata menjadi tiga kelas kata yaitu isim (nomina), fi‘il
jamak ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari satu. Sedangkan, jamak
dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari dua atau
banyak.
6
Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA dan Dr. Muhajir, MA, Gramatika Bahasa Arab, (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. I
7
Ibid, h. x
3
sesudahnya.8 Misalnya, ٌ( ُيغْهِىmuslimun) menjadi ٌَْ( ُيغْهًُِىmuslimȗ na)
ketika rafa‘, ٍَْ( ُيغْهِ ًِيmuslimȋ na) ketika nasab dan jar, (2) Jamak
ٌ( يُؤْ ِيَُاخmukminȃ tun). (3) Jamak Taksîr, ialah lafaẕ yang berubah dari
huruf tambahan pada bentuk tunggalnya, (2) mengurangi huruf aslinya, (3)
8
Hifni Bek Dayyad, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bayan, Ma’ani, dan
Bade’), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1991), cet. Ke-3, h. 155
9
Ibid, h. 156
10
K. H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 19
4
Contoh kasus pola jamak yang diterjemahkan dengan bentuk
Jika kamu mendapat luka (pada perang Uhud), maka sungguh kaum (kafir) itu pun
mendapatkan luka yang serupa (pada perang Badar). Dan hari-hari (masa
kemenangan dan kegagalan) itu, Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya
Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan supaya sebagian kamu
5
dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim. (Q.S. Ali
Imran: 140)
ٍالثَح ُكرُة
َ عُْذِي َث
ِ َو
Saya mempunyai tiga buku.
terjemahan akan terasa aneh dan itu juga tidak dibenarkan dalam
6
Dalam menerjemahkan pola jamak taksîr harus sesuai dengan
gramatikal. Maka, skripsi ini Penulis beri judul “Jamak taksîr dan Cara
Tafsir al-Mishbah).
jamak taksîr yang berupa jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat
1. Pola jamak taksir apa saja yang terdapat dalam surah Ali
Imran?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
Pada skripsi ini Penulis menggunakan Tafsir al-Mishbah terjemahan Prof. Dr.
Quraish Shihab sebagai objek utama dalam penelitian ini. Penulis juga
Terjemahan Alfiyyah karya Bahaud Din Abdullah Ibnu „Aqil, Pedoman Bagi
Gramatika Bahasa Arab karya Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA dan Dr. Muhajir,
MA, Tarjim al-An karya Moch Syarif Hidayatullah, dan lain sebagainya.
8
Penulis menemukan satu orang peneliti terdahulu yang membahas
jamak katsrah. Dia membahas semua pola jamak qillah, sedangkan jamak
katsrahnya tidak semua dibahas. Dalam pola jamak katsrah dia hanya
membahas pola yang berbentuk ٌ( فُعُىْلfu‘ûlun), ٌ( فُعَالfu ‘ââlun), ٌفِعَال
E. Metode Penelitian
11
Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),
h. 11
9
taksîr akan dikumpulkan kemudian dideskripsikan sehingga, dapat
sumber yang terkait dengan permasalahan yang ada melalui data primer
yang membahas tentang pola jamak taksîr. Sedangkan, data sekunder yang
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penulis
10
F. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
latar belakang masalah. Dimana penting atau tidaknya judul ini untuk
acuan atau referensi dalam penelitian ini. Selain itu, di dalamnya terdapat
Bab II, merupakan kerangka teori yang terdiri dari lima sub bagian
Bab IV, merupakan hasil analisis dari pola jamak taksîr dan cara
menerjemahkannya.
11
Bab V, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian
12
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan
1. Pengertian
memindahkan makna dan uslûb (gaya ungkapan) dari satu bahasa ke bahasa
yang lain, dimana pembaca yang berbahasa sasaran melihat teks terjemahan
Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory
12
Dr. Achmad Satori, op.cit., h. 4
13
A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 11
13
Newmark memberikan definisi tentang penerjemahan sebagai
mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan apa yang
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk
boleh diubah.15
pada memindahkan pemikiran dan ide dari suatu bahasa (sumber) ke bahasa
yang lain (sasaran), baik bahasa itu dalam bentuk tertulis ataupun dalam
bentuk lisan, baik bahasa itu telah disusun secara ortografi ataupun belum
standar, ataupun baik satu atau dua bahasa itu berdasarkan tanda, seperti
memindahkan pesan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, bukan
14
Dr. Frans Sayogi, M.pd, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7
15
Suhendra Yusuf, op.cit., h. 9
16
Dr. Frans Sayogi, M.pd, op.cit., h. 9
14
Dalam teori penerjemahan, dua teks (bahasa sumber dan bahasa sasaran)
yang sepadan adalah dua teks yang isinya dipahami secara serupa oleh
bahasa sasaran.
2. Metode Penerjemahan
sumber).17
kebahasaan.18
adalah:
dengan bahasa sumber. Dalam penerjemahan jenis ini urutan kata dalam
17
Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 31
18
Dr. Frans Sayogie, M.Pd. op.cit., h. 83
15
menurut makna dasar diluar konteks. Kata-kata bermuatan budaya
memahami bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai
2. Penerjemahan Harfiah
dekat. Namun, kata-kata tetap diterjemahkan dengan satu demi satu tanpa
ضذَايا انضَنْضَال
َ دغَاٌِ إِنًَ يُ ْغيَاكَ ْشذَا نِ ًُغَاعِذَج
ْ إل
ِ جَاءَ َسجُمٌ يٍِْ ِسجَالِ انثِشِ وَ ا
goncangan.21
19
Ibid, h. 84
20
Syihabuddin, M.A, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,
2005), h. 71
21
Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 31
16
3. Penerjemahan Setia
ini berpegang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber, sehingga
terlihat sebagai terjemahan yang kaku. 22 Metode ini berupaya untuk setia
4. Penerjemahan Semantik
masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit
22
Dr. Frans Sayogi, M.pd, op.cit., h. 85
23
Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 32
24
Ibid
17
penerjemahan semantik adalah bahwa penerjemahan semantik lebih
fleksibel.
sasaran adalah:
5. Penerjemahan Adaptasi
dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan jenis ini terutama untuk
drama dan puisi. Tema, karakter, dan alur biasanya tetap dipertahankan.
25
Ibid.
26
Dr. Frans Sayogi, M.pd, op.cit.
27
Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 33
18
6. Penerjemahan Bebas
Dalam metode ini, biasanya berbentuk parafrasa yang dapat lebih panjang
atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering kali digunakan untuk
7. Penerjemahan Idiomatik
keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
28
Ibid, h. 33
29
Ibid
30
Ibid, h. 34
19
ٌإل ِذذَادِ قُىَج
ِ فِي ا
8. Penerjemahan Komunikatif
Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal
daging. (awam)
(terpelajar)32
B. Reduplikasi
1. Pengertian
kebahasaan, yaitu:
31
Moch. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori Dan Permasalahan Penerjemahan, 2007, h. 59
32
Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 34
20
b. Pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya,
2. Bentuk-bentuk Reduplikasi
dan barang-barang.
pertama-tama, perlahan-lahan.33
C. Semantik
1. Pengertian Semantik
„sema‟ (kata benda) yang berarti „tanda‟ atau „lambang‟.34 Kata kerjanya
33
Harimurti Kridalaksana, Pembentukkan Kata Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1996), h. 89
34
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 2
21
adalah „semaino‟ yang berarti „menandai‟ atau „melambangkan‟. Yang
Semantics.35
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya dan ilmu tentang makna atau
arti.
2. Jenis Semantik
35
Prof. Dr. T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 (Pengantar ke Arah Ilmu Makna), (Bandung: PT.
Refika Aditama, 1999), h. 1
36
Abdul Chaer, op.cit.
37
Ibid.
22
a. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata yang berdiri sendiri baik sesuai
dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra,
b. Makna Gramatikal
3 Manfaat Semantik
memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat
akan banyak memberi bekal teoritis yaitu untuk menganalisis bahasa yang
sedang dipelajari.
38
Ibid, h. 60
39
Ibid, h. 62
40
www.google.com
23
Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan
akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan
diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan
D. Pembentukkan Jamak
Jamak adalah bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau
yang bermakna jamak, seperti beberapa, berbagai, para, dan seluruh c.)
dari dua, tetapi tidak banyak).42 Contoh: Arya membeli beberapa buku
cerita.
41
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
455
42
Ibid, h. 119
43
Ibid, h. 85
24
Para ialah kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke
Jamak ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari dua atau banyak.
E. Jamak taksîr
1. Pengertian
Jamak taksîr itu ada dua macam, yaitu jamak qillah dan jamak
dan seterusnya.47 Jamak qillah memiliki empat wazan, yaitu ٌ( أَفْعِهَحaf‘ilah)
seperti, lafaz ٌ( َأعِْهذَحaslihah), wazan ٌ( أَفْعُمaf‘ulun) seperti, lafaz ٌأَفْهُظ
(aflusun), wazan ٌ( فِعْهَحfi‘lah) seperti, lafaz ٌ( ِف ْريَحfityah), dan wazan ٌأَفْعَال
44
Ibid, h. 828
45
Ibid, h. 1024
46
Bahauddin Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006),
h. 855
47
Ibid.
25
(af‘ȃ lun) seperti, lafaz ٌ( أَفْشَاطafrȃ sun). Selain keempat wazan tersebut,
Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua hurufnya
setelah alif jamak taksirnya ( يَفَاعِمmafȃ ‘il), atau ada tiga huruf yang
A. Jamak qillah
(arghifah).
rubȃ ‘ȋ yang muḏ ȃ ‘af atau mu‘tal lam dari wazan fi‘ȃ lun.
26
3. Wazan ٌ( فِعْهَحfi‘lah)
af‘ȃ lun. Seperti lafaẕ ٌ( سُطَةruṯ abun) bentuk jamaknya ٌأَسْطَاب
(arṯ ȃ bun).
B. Jamak katsrah
Bentuk jamak ini berlaku untuk setiap isim rubȃ ‘ȋ, sebelum
akhirnya dan tidak di-muḏ a‘ȃ f-kan lagi. Dalam hal ini tidak ada
27
jamaknya ٌ( غُشَفghurafun) dan ( ُكثْشَيkubrȃ ) bentuk jamaknya ٌُكثَش
(kubarun).
(fȃ ‘il), mu’tal lamnya dan untuk mudzakkar yang berakal, seperti
(fȃ ‘il) yang sahȋ h lamnya, juga untuk mudzakkar yang berakal,
Wazan ini berlaku untuk setiap wasaf yang berwazan ٌفَ ِعيْم
(fa‘ȋ lun) dan menunjukkan makna binasa atau sakit, seperti lafaẕ
Akan tetapi, bagi isim yang berwazan fi‘lun bentuk jamaknya harus
(qiradah).
sahih lamnya, berwazan ٌ( فَاعِمfȃ ‘ilun) atau ٌ( فَاعِهَحfȃ ‘ilah), seperti
jamaknya ٌ( سِقَابriqȃ bun), wazan fi‘lun dan fu‘lun, seperti lafaẕ
ٌ( ِرَْةdzinbun) bentuk jamaknya ٌ( ِرََابdzinȃ bun) dan lafaẕ ٌسُيْخ
29
(rumhun) bentuk jamaknya ٌ( سِيَاحrimȃ h), berlaku untuk sifat yang
jamaknya ٌ‘( عِطَاػitȃ syun) dan lafaẕ ٌ( َذْيَا َحnadmȃ nah) bentuk
jamaknya ٌ( َِذَاوnidȃ mun), dan wazan fu‘lȃ nun atau fu‘lȃ h, seperti
lafaẕ ٌ( خًُْصَاkhumsȃ nun) dan lafaẕ ٌ( خًُْصَا َحkhumsȃ nah)
(kubȗ dun), isim yang berwazan fa‘lun, seperti lafaẕ ٌ( فَهْظfalsun)
lafaẕ ٌ( َأعَذasadun) bentuk jamaknya ٌ( ُأعُىْدusȗ dun). Akan tetapi,
30
11. Wazan ٌٌَ( فِ ْعالfi‘lȃ nun)
berwazan fu‘lun atau fa‘alun, seperti lafaẕ ٌ‘( عُىْدȗ dun) bentuk
Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fa‘ȋ lun yang
u bagi isim yang di-muḏ ȃ ‘af-kan dan mu‟tal, seperti lafaẕ ٌوَِني
af‘ilȃ -u ini dipakai pula untuk wazan fa‘ȋ lun, seperti lafaẕ ٌصيْة
ِ َ
ٌدثَح
ِ ( صَاsȃ hibah) bentuk jamaknya ُ( صَىَادِةsawȃ hibu).
(‘adzȃ rȃ ).
Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua hurufnya
setelah alif jamak taksirnya ُ( يَفَاعِمmafȃ ‘ilu), atau ada tiga huruf yang
33
BAB III
PENERJEMAHAN AL-QURAN
A. Pengertian al-Quran
adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf‘ȗ l, yaitu “maqru’”
yang dibaca.
tidak membaca “al” di depannya adalah nama bagi segala yang dibaca.
48
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2002),
h. 11
49
Teungku M. Hasi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran dan Tafsir, (Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), cet- ke 3, h. 3
34
Bila disebut al-Quran, maka tertujulah kepada kalam Allah yang
nama quran di antara kitab-kitab Allah itu karena kitab ini mencakup inti
.ٍيء
ْ ش
َ ِوََضَنَُْا عَهَ ْيكَ انكِرَابَ ذِثْيَاًَا نِكُم
dan membedakannya dari yang lain, yakni quran ialah kalam atau firman
kondisi.52
50
Ibid, h. 4
51
Ibid, h. 17
52
Quraish, Shihab Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, (Ciputat: Lentera
Hati, 2000), h. viii
35
B. Terjemahan Al-Quran
1. Terjemah Harfiah
lafaẕ yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa, sehingga susunan dan
tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.53
kalimatnya.54
1. Riwayat Hidup
53
Mannā Khalil al-Qattān, op.cit., h. 443
54
Ibid, h. 443
36
Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap
tumbuh.
berbahasa arab. Pada tahun 1958 ia diterima di kelas dua I'dadiyah al-
Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis pada tahun 1967 dan meraih
55
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1994).
37
Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili
sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian
Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab
56
M. Quraish Shihab, Lentera Hati, op.cit., h. 5
38
S3 sampai tahun 1998. Pengabdiannya dibidang pendidikan,
Pada tahun 1998 dipercaya sebagai Menteri Agama RI. Pada tahun
Ulumul Quran, Mimbar Ulama, dan Refleksi Jurnal Kajian Agama dan
Filsafat.
sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan
39
masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid di
dari dua puluh buku telah lahir dari tangannya. Diantaranya, yang
57
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/08/biografi-quraish-shihab.html
40
sekarang adalah Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)
Unesco, 1990).
58
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 13
41
17. Tafsir al-Quran (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997).
1999).
Hati, 2006).
Hati).
29. Al-Lubab; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fatihah dan Juz
42
31. Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia
Lentera Hati).
35. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati).
36. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Quran
37. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati).
43
BAB IV
1.
2.
44
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling, sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (anugerah). (Q.S. Ali Imran: 8)
sepuluh dan seterusnya. Kata قُلُوْبmerupakan jamak dari kata قَهْةyang memiliki
arti hati. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan kata hati, karena jika
maknanya akan berubah menjadi makna adjektif (sifat). Oleh karena itu, kata قُلُوْب
3.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sekali-kali tidak akan berguna bagi mereka
harta benda mereka, tidak juga anak-anak mereka terhadap (siksa) Allah
sedikitpun. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (Q.S. Ali Imran: 10)
Maksud ayat di atas:
menduga bahwa harta benda dan anak-anak mereka dapat menghalangi mereka
dari siksa-Nya. Sebenarnya, sekali-kali tidak akan berguna bagi mereka harta
benda yang Allah serahkan kepada mereka, walau sebanyak apapun, dan demikian
pula anak-anak mereka, walau sebanyak dn sekuat apapun terhadap siksa Allah
45
sedikitpun. Mereka tidak dapat menolak siksa-Nya, bahkan mereka itu dalah
dan ٌوالَد
ْ َ أmerupakan bentuk jamak qillah yakni ٌ أَفْعَالyang menunjukkan makna
tiga hingga sepuluh. Kata ٌ أَيْىَالpada ayat di atas diterjemahkan dengan harta
oleh seseorang. Jadi, tidak perlu diterjemahkan dengan harta-harta, tetapi cukup
Kata ٌوالَد
ْ َ أditerjemahkan dengan reduplikasi yakni anak-anak. Kata
redundansi (pemborosan kata) dan itu tidak dibenarkan dalam gramatika bahasa
Indonesia. Jika dilihat dari ayat di atas, yang dimaksud dengan والَد
ْ َ أdisini ialah
semua anak dari orang-orang kafir. Jadi, alternatif dari terjemahan kata والَد
ْ َأ
59
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, op.cit., h. 20
46
Mereka seperti kebiasaan kaum Fir‟aun dan orang-orang yang sebelum mereka,
mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah telah menyiksa mereka
disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras pembalasan-(Nya). (Q.S.
Ali Imran: 11)
Kata ٌ ُرَُىْبmerupakan bentuk jamak dari kata ٌ َرَْةyang memiliki arti dosa.
ٌ ُرَُىْبmerupakan bentuk jamak katsrah yang memiliki makna di atas sepuluh dan
karena yang dimaksud dengan ayat di atas tentu semua dosa orang-orang kafir
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, sebaiknya kata ٌُرَُىْب
jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata ٌ ُرَُىْبialah semua dosa atau
seluruh dosa.
60
Ibid, h. 21
47
5.
Sesungguhnya telah ada bukti bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan bertemu (berperang) di jalan Allah dan (segolongan)
yang lain kafir. Mereka melihat dengan penglihatan mata (sebanyak) dua kali
jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai pandangan. (Q.S. Ali Imran: 13)
Kata َأتْصَاسmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata َأتْصَاس
atas sudah tepat, karena kata „orang-orang‟ sudah menunjukkan makna jamak,
6.
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka syahwat, yaitu wanita-
wanita, anak-anak lelaki, harta yang tidak terbilang lagi berlipat ganda dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Q.S. Ali Imran:
14)
Maksud ayat di atas:
Kata قَنَاطِيْرadalah bentuk jamak dari ٌ ِقُْطَاس. ada yang memahami kata
qinṯ ȃ r dalam bilangan tertentu, seperti 100 kg, atau uang dengan jumlah
48
tertentu, dan ada juga yang tidak menetapkan jumlah. qinṯ ȃ r menurut pendapat
kedua ini adalah timbangan tanpa batas. Ia adalah sejumlah harta yang
Istilah yang digunakan oleh ayat ini untuk menunjukkan binatang itu
adalah َأَْعَاو. Binatang ternak yang dimaksud ialah sapi, kambing, domba, dan
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Pada ayat di atas, kata ال ِنسَاءdan ال َب ِنيْه
yang tepat dari kata ال ِنسَاءdan ال َب ِنيْهialah para wanita dan para anak lelaki.
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, tidak perlu diterjemahkan dengan
61
Ibid, h. 27
62
Ibid, h. 28
49
Sedangkan, kata َأَْعَاوmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas,
Terjemahan di atas kurang tepat, karena yang dimaksud dengan ayat di atas adalah
berbagai jenis binatang ternak yakni sapi, kambing, domba, dan unta. Jadi,
terjemahan yang tepat dari kata َأَْعَاوialah beberapa binatang ternak atau bisa juga
7.
Katakanlah, “ Inginkah kuberitahukan kepada kamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan merka ada surga
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan
(mereka dianugerahi) pasangan-pasangan yang disucikan serta keridhaan yang
sangat besar bersumber dari Allah. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Q.S.
Ali Imran: 15)
jamakya. Terjemahan di atas kurang tepat, karena jamak qillah itu memiliki
tepat dari kata َأَْهَاسdan أَصْوَاجialah beberapa sungai dan beberapa pasangan.
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Pada ayat di atas, kata ُ ان ِعثَادditerjemahkan
50
dengan bentuk reduplikasi juga. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan
hamba-hamba, karena jika dilihat dari arti sebelumnya yakni Allah Maha Melihat
tentu yang dimaksud ialah Allah Maha Melihat seluruh hamba-Nya, tidak ada
yang luput satupun dari penglihatan Allah swt. Kata ُ ان ِعثَادlebih tepat
8.
Allah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, para malaikat, dan
orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian). Dia yang
menegakkan keadilan (yang memuaskan semua pihak). Tiada Tuhan melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Ali Imran: 18)
Kata الئِكَة
َ الْ َمmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
dengan para malaikat, karena dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan suatu
Hal itu adalah karena mereka berkata: “ Neraka tidak akan menyentuh kami
kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.” Dan apa yang selalu mereka ada-
adakan memperdaya mereka dalam agama mereka. (Q.S. Ali Imran: 24)
Kata ٌ َايَاوmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata ٌَايَاو
10.
Kata wali disini mempunyai banyak arti, antara lain yang berwewenang
makna kedekatan.63
Kata أَوْنِياءmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أَوْنِياء
wali, karena pengertian jamak katsrah itu sendiri ialah jamak yang menunjukkan
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Oleh karena itu, sebaiknya terjemahannya
63
Ibid, h. 62
52
menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat
11.
Dia berkata: “Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman: “Tandanya
bagimu adalah engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali
dengan isyarat. Dan sebutlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari. (Q.S. Ali Imran: 41)
jamak. Terjemahan di atas tepat, karena sebelum kata ٌ َايَاوterdapat kata bilangan
yakni الثَح
َ َث. Oleh karena itu, kata ٌ َايَاوtidak diterjemahkan dengan reduplikasi
karena kata bilangan tiga sudah menunjukkan makna jamak, jadi kata ٌ َايَاوtidak
berbentuk jamak.
12.
53
Kata ٌ أَقْالَمmerupakan bentuk jamak qillah yang ikut pada wazan ٌأَفْعَال.
Pada ayat di atas kata ٌ أَقْالَمditerjemahkan dalam bentuk reduplikasi yakni anak-
anak panah. Jika dilihat dari bentuk jamaknya, kata tersebut kurang tepat
diterjemahkan dengan anak-anak panah. Karena, jamak qillah ialah jamak yang
menyatakan jumlah yang tidak terlalu banyak ialah menggunakan kata beberapa
13.
Serta Rasul kepada Bani Israil (Yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya
aku sungguh telah datang kepada kamu dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kamu yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu
yang) berbentuk seperti burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta
sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; serta aku beritahukan kepada kamu apa yang kamu makan
dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kamu, jika kamu orang-orang
mukmin. (Q.S. Ali Imran: 49)
Kata ًَىذ
ْ َ يmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
54
Kata ٌ ُتيُىْخmerupakan bentuk jamak katsrah yang mengikuti wazan ٌفُعُىْل.
Pada ayat di atas kata ٌ ُتيُىْخditerjemahkan dalam bentuk mufrad yakni rumah.
Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan rumah, karena terdapat damȋ r ْ َأ َْرُىyang
kembali kepada kata Bani Israil. Damȋ r ْ َأ َْرُىmemiliki makna jamak jadi, kata
14.
Maka ketika Isa merasakan dari sebagian mereka keingkaran, berkatalah dia:
“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku menuju kepada Allah?” Para
hawariyyyun menjawab: “Kamilah para penolong (agama) Allah. Kami beriman
kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
muslim (yang berserah diri). (Q.S. Ali Imran: 52)
Kata َأَْصَاسmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata َأَْصَاس
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, karena jika dilihat dari ayat di atas yang
Nabi Isa as. sebaiknya kata tersebut diterjemahkan dengan menggunakan kata
para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata َأَْصَاسialah
para penolongku.
15.
55
Adapun orang-orang yang beriman (dengan benar) dan (membuktikan kebeneran
iman mereka dengan) mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan
menyempurnakan pahala amal-amal mereka. Dan Allah tidak menyukai orang-
orang zalim. (Q.S. Ali Imran: 57)
Pada ayat di atas, kata ٌ ُأجُىْسditerjemahkan dengan kata pahala. Kata tersebut tepat
(redundansi).
16.
Siapa yang membantahmu dalam hal ini sesudah datang kepadamu ilmu, maka
katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak
kamu, isteri-isteri kamu, diri kami, dan diri kamu; kemudian marilah kita ber-
mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada
para pembohong.” (Q.S. Ali Imran: 61)
yakni anak-anak dan isteri-isteri. Terjemahan di atas kurang tepat, karena kata أتُاء
dan َِغاءpada ayat di atas mempunyai makna semua anak dan isterinya Imran.
56
sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata أتُاءdan َِغاء
mufrad yakni diri. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan bentuk mufrad,
17.
Kata ستَاتًا
ْ َ أmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أَ ْستَاتًا
dari kata sebelumnya yakni sebagian yang lain, seharusnya kata ستَاتًا
ْ َ أtidak perlu
yakni tuhan.
57
18.
19.
Kata الئِكَة
َ الْ َمmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
58
para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata الئِكَة
َ الْ َم
Kata ستَاتًا
ْ َ أlihat halaman 48.
20.
Katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang diturunkan atas kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, serta Yakub dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya lah
kami menyerahkan diri.” (Q.S. Ali Imran: 84)
Yang dimaksud dengan anak-anaknya disini ialah cucu-cucu Ishaq.64
Kata سبَاط
ْ َأmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas kata tersebut
tepat diterjemahkan dengan anak-anak, karena yang dimaksud dalam ayat di atas
adalah semua anaknya Nabi Yakub as. Jadi, seharusnya kata tersebut
21.
64
Ibid, h. 140
59
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas
sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengannya. Bagi mereka itulah siksa
yang sangat pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh sedikit penolongpun.
(Q.S. Ali Imran: 91)
22.
karena jika dilihat dari kata sebelumnya yakni kata ْ َأ َْرُىyang berarti jamak. Maka,
23.
Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mengharmoniskan hati kamu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
60
kamu telah berada di tepi jurang api (neraka), lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya
kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imran: 103)
hingga sepuluh. Pada ayat di atas, kata tersebut diterjemahkan dengan bermusuh-
Kata ٌ ِإخْىَاmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata ٌِإخْىَا
diterjemahkan dengan yakni orang-orang yang bersaudara. Jika dilihat dari dari
ayat di atas, terjemahan dari kata ٌ ِإخْىَاkurang tepat diterjemahkan dengan bentuk
24.
Milik Allahlah apa yang di langit dan apa yang di bumi; dan hanya kepada Allah
dikembalikan segala urusan. (Q.S. Ali Imran: 109)
tersebut diterjemahkan dengan segala urusan. Jika dilihat dari bentuk jamaknya,
jamaknya. Karena, masalah atau urusan itu banyak sekali macam dan bentuknya.
61
25.
Mereka diliputi kenistaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) dan tali (perjanjian) dengan manusia. Dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang
demikian itu karena mereka mengkufuri ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi
tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka (selalu) durhaka
dan melampaui batas. (Q.S. Ali Imran: 112)
tersebut diterjemahkan dengan para nabi. Terjemahan di atas tepat, karena dalam
26.
Kata ٌِ أَفْىَاmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata ٌِأَفْىَا
62
mufrad, karena diiringi oleh damȋ r ْ هُىyang menunjukkan makna. Jadi, kata ٌِأَفْىَا
atas, kata tersebut diterjemahkan dengan hati. Kata tersebut tepat diterjemahkan
27.
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu,
dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai
kamu, mereka berkata: “Kami telah beriman” dan apabila mereka menyendiri,
mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu.
Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati. (Q.S. Ali Imran: 119)
28.
63
Dan (ingatlah), ketika engkau berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu
dan menempatkan para mukmin di beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Ali Imran: 119)
َيَفَاعِم. Pada ayat di atas, kata tersebut diterjemahkan dengan beberapa tempat.
29.
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak akan
cukup bagi kamu bahwa Tuhan Pemelihara kamu membantu kamu dengan tiga
ribu malaikat yang diturunkan?” (Q.S. Ali Imran: 121)
Kata الئِكَح
َ َيmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada kata sebelumnya
الئِكَح
َ َيtidak perlu diterjemahkan dengan jamak pula. Jadi, kata ٍَِالثَح ءَاالَفٍ ي
َ َث
ِالئِكَح
َ ًَ ْ انtepat diterjemahkan dengan tiga ribu malaikat.
30.
64
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang
kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu
malaikat yang memakai tanda. (Q.S. Ali Imran: 125)
Kata الئِكَح
َ َيmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada kata sebelumnya
terdapat kata bilangan (jumlah) yakni ٍخَ ًْغَحَ ءَاالَف. Kata الئِكَح
َ َيtidak
Kata ٍ خَ ًْغَحَ ءَاالَفsudah menunjukkan makna jamak oleh karena itu, kata
الئِكَح
َ َيtidak perlu diterjemahkan dengan jamak pula. Jadi, kata ٍَِخَ ًْغَح ءَاالَف ي
ِالئِكَح
َ ًَ ْ انtepat diterjemahkan dengan lima ribu malaikat.
31.
65
Ibid, h. 224
65
Kata ٌٍَُع
ُ merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata ٌٍَُع
ُ
berbagai macam sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata
ٌٍَُع
ُ adalah berbagai macam sunnah.
32.
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh, telah berlalu
sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan member
balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Ali Imran: 144)
Kata ٌسعُم
ُ merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata ٌُسعُم
karena jamak kastrah memiliki makana di atas sepuluh dan seterusnya (tidak
33.
66
Tidak ada ucapan mereka selain ucapan (doa): “Tuhan Pemelihara kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan menangkanlah kami atas
kaum kafir.” (Q.S. Ali Imran: 147)
Kata أَقْذَاوmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata أَقْذَاو
karena setelahnya terdapat damȋ r ٍُْ َذyang berarti kami. Kata kami sudah
menandakan jamak jadi, kata أَقْذَاوtidak perlu diterjemahkan dengan bentuk jamak
pula.
34.
35.
setelahnya terdapat damir ْ هُىyang menunjukkan makna jamak. Jadi, kata ٌِإخْىَا
68
Kata ً غُضmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata tersebut
makna saling.
36.
Kata أَيْىَاخmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أَيْىَاخ
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni orang-orang mati. Jika dilihat dari
kalimat sebelumnya yakni orang-orang yang gugur di jalan Allah, maka kata
kalimat orang-orang yang gugur di sini sudah menunjukkan makna jamak, jadi
Kata ديَاء
ْ َأmerupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata tersebut
makna sifat.
37.
Kata غ ُِيَاء
ْ َ أdan َأ َْ ِثيَاءmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas,
Kata غ ُِيَاء
ْ َ أkurang tepat diterjemahkan dengan orang-orang kaya. Karena
sebelumnya terdapat damȋ r ٍُْ َذyang berarti „kami‟. Kata kami sudah
dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan seseorang dalam jumlah banyak ialah
menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya. Oleh karena itu, terjemahan
38.
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkannya kitab itu kepada manusia, dan
jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu kamu melemparkannya ke belakang
pungung mereka dan mereka membelinya dengan harga yang sedikit. Amatlah
buruk apa yang mereka beli. (Q.S. Ali Imran: 187)
70
setelahnya terdapat damȋ r ْ هُىyang bermakna mereka. Kata mereka sudah
jamak pula.
dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan dengan mudah dan santai
Kata ِتالَدmerupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata ِتالَد
banyak yang tidak terhingga, dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan kata
berbagai sebagai penanda jamaknya, tidak harus dengan pengulangan kata seperti
di atas. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata ِتالَدialah berbagai negeri.
66
Ibid, h. 318
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
daripada dua dengan mengalami perubahan yang jelas. Jamak taksîr itu
ada dua macam, yaitu jamak qillah dan jamak katsrah. Jamak qillah pada
Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua huruf
setelah alif jamak taksirnya atau ada tiga huruf yang huruf tengahnya
sukun.
sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa kata yang kurang tepat
mufrad (8%).
72
Dalam surah Ali Imran Tafsir al-Mishbah ini, terjemahan yang
tepat adalah ayat 7, 8, 13, 18, 24, 41, 49, 57, 91, 99, 103, 109, 112, 118,
berikut:
Contoh: ٌعثَاد
ِ diterjemahkan dengan seluruh hamba.
ٌطيْش
ِ َقَُاditerjemahkan dengan harta.
B. Saran
jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat muntahal jumu‘. Peneliti tidak
membahas pola jamak taksîr yang berupa jam’ul jamak. Mungkin para
peneliti sesudahnya bisa meneliti pola jamak taksir yang berupa jam’ul
jamak tersebut.
74
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa.
2002.
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Aqil, Bahauddin Abdullah Ibnu. Terjemahan Alfiyyah 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2006.
Ash-Shiddieqy ,Teungku M. Hasim. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran dan Tafsir.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2000. Cet.ke-3.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Dayyad, Hifni Bek,dkk. Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bayan, Ma’ani,
dan Bade’). Jakarta: Darul Ulum Press. 1991. Cet. Ke-3.
Dewan Redaksi. Suplemen Ensiklopedi Islam 2. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. 1994. hlm.
110-112.
Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika
Aditama. 1999.
Fahrurrozi, Aziz dan Muhajir. Grametika Bahasa Arab. Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim al-An. Tangerang: Dikara. 2010. Cet. Ke-4
Howard, M. Federspiel. Kajian al-Qura’an di Indoensia: Dari Mahmaud Yunus hingga Quraish
Shihab. Bandung: Mizan. 1996. hlm. 295-299
Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1996.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Ciputat:
Lentera Hati. 2000.
Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora. 2005
Tim Penyusun Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
4. ٌسم
ُ ُر ٌُف ُعم Para rasul
7. ُأَنْبِيَاء ُالء
َ أَ ْف ِع Para nabi
9. ُمَضَاجِع ُعم
ِ مَّفَا Tempat
12. ُشهَدَاء
ُ ُالء
َ ُف َع Menyaksikan
macam sunnah