Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Muhammad Ahya
NIM: 1112034000048
Kata “Baik” merupakan kata yang subjektif. Setiap orang, ingin dikatakan
baik, sekalipun sebenarnya ia tidak baik. Seseorang sering memberikan penilaian
kepada orang lain baik dan tidak baik hanya sekedar dhahir yang dipahami oleh
seseorang. Sangat sulit untuk menjatuhkan penilaian moral terhadap orang lain,
yang dapat dinilai dari seseorang adalah sikap lahiriah saja.
Permasalahan yang ada dalam skripsi ini adalah penggunaan kata al birr di
dalam hadis dan ihsan di dalam al-Qur’an yang mempunyai makna sama yaitu
kebaikan. Adapun pembatasan pada skripsi ini yaitu: Adanya penggunaan kata al
birr di dalam hadis dan ihsan di dalam al-Qur’an yang mempunyai makna sama
yaitu kebaikan. Jadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah Bagaimana makna
al birr dengan pemahaman hadis dalam bingkai al-Qur’an.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan
kajian kepustakaan (library research). Sedangkan dalam pengelolaan data, metode
yang digunakan penulis adalah metode takhrij.
Dari penelitian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Al-Birr yang
mengandung makna begitu luas sebagaimana ditekankan oleh Rasulullah Saw,
bahwasanya yang dimaksud dengan al-Birr ialah husnul khuluq atau akhlak yang
baik. Akhlak yang baik memiliki urgensitas yang sangat penting dalam pribadi
seseorang. Dan segala perbuatan atau sifat yang positif, tidak mengandung unsur
negatif serta tidak melanggar larangan-larangan Allah Swt dan Rasul-Nya. Jadi
kata al birr dalam hadis dan ihsan dalam qur’an itu sama tujuannya yitu
melakukan kebaikan.
Pernyataan tersebut diperoleh dari hasil bacaan hadis birr al Walidain
dengan menggunakan metode Yusuf al-Qardawi. Skripsi ini sekaligus
menunjukan bahwa makna kata al birr dan ihsan itu sama dimana al birr itu
melakukan perbuatan baik sedangan ihsan meningkatkan perbuatan yang sudah
baik ke lebih baik lagi.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat izin dari Allah Swt penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Semoga
QUR’AN” ini tidak akan selesai jika hanya mengandalkan daya yang penulis
miliki. Ada banyak sosok, kerabat, dan orang-orang yang secara langsung maupun
tidak langsung telah banyak membantu penulis. Maka dalam pengantar skripsi ini
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku
ii
nasihat dan kemudahan bagi penulis dalam mengurus administrasi dan
penyelesaian skripsi.
yang telah dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengalaman
6. Kepada almarhum kedua orang tua tercinta Bapak Amin (Alm) dan
penulis.
Sekali lagi penulis haturkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis. Semoga Allah Swt. membalas kebaikan yang berlipat
ganda dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Âmîn yâ Rabb al- Âlamîn.
Muhammad Ahya
iii
DAFTAF ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian
1. Pengertian Al Birr.....................................................17
2. Perbandingan Al Birr, Khair, ma’ruf dan ihsan ...... 18
B. Ayat-ayat tentang baik pada orang tua .......................... 24
C. Tafsir ayat-ayat baik pada orang tua ............................. 27
D. Kedudukan baik pada orang tua .................................... 39
BAB III PEMAHAMAN HADIS TENTANG BIRR AL-WÂLIDAIN
DALAM BINGKAI AL-QUR’AN
A. Kesimpulan ............................................................. 63
B. Saran ........................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 65
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman
a. Padanan Aksara
ب B Be
ت T Te
ث Ts te dan es
ج J Je
خ Kh ka dan ha
د D De
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy es dan ye
غ Gh ge dan ha
ف F Ef
ق Q Ki
ك K Ka
v
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء ̕ Apostrof
ي Y Ye
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vocal
َ I Kasrah
َ U Dammah
berikut:
َو Au a dan u
Vokal Panjang
vi
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
ىا â a dengantopi di atas
Kata Sandang
huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân bukan ad-
diwân.
Syaddah(Tasydîd)
dengan sebuah tanda (ّ), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menja dihuruf /t/
vii
Contoh:
Huruf Kapital
Meski pun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî
dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Hadis1 merupakan salah satu ajaran Islam yang menduduki posisi yang
menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat secara fungsional,
atau al-mutlaq.2
Sehingga hadis mempunyai posisi yang sangat signifikan dan strategis dalam
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih global. Oleh karena itu, sangat
penting untuk menggali butir-butir ajaran Islam yang terdapat dalam hadis-hadis
tersebut.3
Dalam kaitannya fungsi dan kedudukan hadis Nabi terhadap al-Qur’an, Allah Swt
1
Hadis berasal dari bahasa arab; al-Hadis jamaknya al-Ahadis, al-Hadisan dan al-Hutan.
Secara bahasa kata ini memiliki banyak arti, antara lain: al-Jadid (yang baru) dan al-Khabar
(kabar atau berita). Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadis (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), h. 1.
2
Said Agil Husen al-Munawwar, Asbabul Wurud, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002), h.
2.
3
Said Agil Husen al-Munawwar, Studi Hadis Nabi, (Yogyakarts: pustaka pelajar, 2001),
cet. I, h. 8.
1
2
Dilihat dari segi hubungannya dan ditinjau dari latar belakang terjadinya,
hadis terbagi menjadi tiga bagian; (1) Hadis yang tidak mempunyai sebab secara
khusus, (2) Hadis yang mempunyai sebab secara khusus, (3) Hadis yang berkaitan
dengan keadaan yang sedang terjadi.4 Hadis Nabi Saw sebagai penjelas al-Qur’an,
rektualisasi ajaran Islam harus mengacu kepada teks-teks yang menjadi landasan
Salah satu perintah dalam al-Qur’an dan Hadis seorang anak dianjurkan
untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Seorang anak meskipun sudah
berkeluarga, tetapi wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini
tidaklah gugur jika seseorang telah berkeluarga. Akan tetapi sangat disayangkan
realitas sekarang ini, betapa banyaknya seorang anak yang sudah berkeluarga
menggapai riḏa Allah Swt melalui berbakti kepada kedua orang tua, merupakan
4
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi Refleksi Pemikiran
Muhammad Syuhudi Ismail, (jakarta: Renaisan, 2005), h. 188-197.
5
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya,
(jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 14.
3
berbakti kepada kedua orang tua. Seperti firman-Nya dalam surat al ‘isra ayat 23-
24 6:
وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا إ َّما ي ْب لُغ َّن عندك الْكب ر أح ُد ُهمآ أ ْو
ض ل ُهما جناح ْ ( و32) ُف وال ت ْن ه ْرُهما وقُل لَّ ُهما ق ْوال كريما
ْ اخف ّ كل ُهما فال ت ُقل لَّ ُهمآ أ
(34) ب ْارح ْم ُهما كما ربَّياني صغيرا ّ الر ْحمة وقُل َّر ُّ
َّ الذ ّل من
الر ْحمن ع ْنَّ يم بْ ُن س ْعد ع ْن أبيه ع ْن ُحمْيد بْن عْبد ُ حدَّث نا أ ْحم ُد بْ ُن يُونُس حدَّث نا إبْراه
ول اللّه صلَّى اللّهُ علْيه وسلَّم إ َّن م ْن أ ْكبر
ُ عْبد اللّه بْن ع ْمرو رضي اللّهُ عْن ُهما قال قال ر ُس
الر ُج ُل
َّ بُّ الر ُج ُل والديْه قال ي ُس
َّ الر ُج ُل والديْه قيل يا ر ُسول اللّه وكْيف ي ْلع ُن
َّ الْكبائر أ ْن ي ْلعن
ُب أ َُّمه
ُّ ب أباهُ وي ُس
ُّ الر ُجل ف ي ُس
َّ أبا
7
6
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Bandung: Gema Risalah Press,
1989).
7
Imam an-Nawawi, Terjemahan Riyadhus sâlihîn, (Solo: insan kamil, 2011), h. 216.
4
dengan cara ia memaki ayah orang lain, lalu orang itu membalas dengan memaki
orang tuanya itu. Oleh karena itu, ketika dia menjadi penyebab dimakinya kedua
orang tuanya, maka dosa baginya.8 Akan tetapi sekarang ini banyak seorang anak
yang berbicara keras kepada orang tuanya, tidak punya adab atau etika, hal ini
sangat bertentangan dengan makna yang dihadirkan oleh Nabi Muhammad Saw
sedangkan jasa orang tua dan kasih sayangnya tidak bisa di balas oleh perbuatan
apapun. Seorang ibu atau ayah ketika sedang menimang atau menggendong
anaknya yang ada dibenak pikiran dan hatinya adalah kapan engkau membuka
mata agar bisa melihat, setelah mata bisa melihat orang tua berharap kapan
engkau bisa duduk atau merangkak dan seterusnya sampai keinginan orang tua itu
supaya anaknya cepat besar dan bisa berjalan, akan tetapi alangkah banyaknya
seorang anak yang merawat ibu atau ayahnya terlintas di hatinya kapan orang
tuaku meninggal, karena seorang anak merasa lelah disaat merawat orang tuanya.
Anak dari segi bahasa berarti keturunan kedua sebagai hasil dari hubungan
antara pria dan wanita9. Dalam bahasa arab disebut “walad” atau “ibnun”. Kata
walad dipakai untuk anak yang dilahirkan baik oleh manusia maupun binatang,
sedangkan kata ibnun dipakai untuk arti yang luas yaitu dipakai untuk anak
8
An Nawawi, terjemahan Riyadhus sâlihîn, h. 217.
9
Tim. Kamus besar Indonesia, edisi ke-2, (depdikbud;1994), h. 30.
5
kandung, angkat, anak persusuan, anak pungut, anak tiri dan lainnya.10 Dalam
ajaran Islam ada keharusan seorang anak untuk berbuat bakti kepada kedua orang
tuanya atau bisa disebut birr al-Wâlidain. Islam menjadikan berbakti kepada
kedua orang tua sebagai kewajiban yang sangat besar, Rasulullah Saw bersabda
ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia.
kebaikan terletak pada keriḏaan Allah Swt, kemudian keburukan terletak pada
pada interaksi manusia dengan sesama makhluk, dengan kata lain berbuat baik
kepada Allah Swt tidak akan terwujud, kecuali dengan berbuat baik kepada
10
Fuad M. fachruddin, masalah anak dalam hukum islam, (Jakarta;cv. Pedoman ilmu
jaya, 1991), h. 25.
6
makhluk-Nya atau disebut dengan hak antar sesama makhluk. Salah satunya
adalah hak kedua orang tua untuk mendapatkan bakti dari anaknya.11
menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api
neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu, sebenarnya
alangkah dekatnya mereka dengan surga. Surga yang selalu menjadi penggerak
jiwa manusia untuk bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, yang
membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama bagi setiap
mukmin. Semua itu bisa mereka dapatkan dengan berbakti kepada kedua orang
Harus disadari bahwa kedua orang tua adalah jembatan perantara bagi
terdapat keturunan, dan tidak mungkin juga anak ada. Dalam kehidupan sehari-
ayah mencari nafkah untuk biaya hidup, merawat, mengasuh dan mendidik kita,
tidak lain harapan mereka agar anak-anaknya menjadi manusia berguna bagi
manusia lainnya. Jerih payah mereka adalah untuk kepentingan anak-anaknya. Hal
penghormatan dan rasa terimakasih. Orang tua tidak akan meminta ganti rugi,
atau perhitungan atas biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan anaknya, mereka
11
Muhammad Al Fahham, Berbakti Kepada Orang Tua Kunci Sukses dan Kebahagiaan,
Ahmad Hotib, jilid I, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), h. 77.
7
hanya ingin melihat hasil yang baik dari kesuksesan yang diraih oleh anak-
anaknya.12
berbakti kepada kedua orang tua dan beranggapan bahwa hal itu bukan sesuatu
keharusan dan tidak penting bagi seorang anak. Bahkan mereka memutuskan
hubungan sanak keluarga atau kerabat yang telah digariskan oleh Allah Swt untuk
dengan kelakuan kasar dan perkataan yang menyinggung hati kedua orang tua.
Kata “Baik” merupakan kata yang subjektif. Setiap orang, ingin dikatakan
kepada orang lain baik dan tidak baik hanya sekedar zahir yang dipahami oleh
seseorang. Sangat sulit untuk menjatuhkan penilaian moral terhadap orang lain,
di anggap salah atau buruk dan menegur orang yang melakukannya. Akan tetapi
seseorang tidak berhak untuk menarik kesimpulan bahwa orang itu sendiri buruk.
baik.
kedua orang tua menggunakan kata al-Birr yaitu “kebaikan” sebagaimana sabda
12
Drs. Moh. Rifai, Khutbah Jumat, (semarang: Penerbit CV. Toha Putra, 1979), h. 53.
8
Allah Sawt.
وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا إ َّما ي ْب لُغ َّن عندك الْكب ر أح ُد ُهمآ أ ْو
(32) ُف وال ت ْن ه ْرُهما وقُل لَّ ُهما ق ْوال كريما ّ كل ُهما فال ت ُقل لَّ ُهمآ أ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”
(Q.S. al-Isra’ : 23)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul skripsi yang akan di bahasa
1. Identifikasi Masalah
kedua orang tua yang masih hidup maupun yang sudah meninggal di
2) Penggunaan kata al-birr di dalam hadis dan ihsan di dalam al-Qur’an yang
3) Seorang anak yang tidak paham dengan cara berbakti kepada kedua orang
2. Pembatasan Masalah
penelitian ini yaitu: Penggunaan kata al-birr di dalam hadis dan ihsan di
3. Rumusan Masalah
bingkai al-Qur’an?.
10
1. Tujuan
2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
Hidayatullah Jakarta.
11
D. Kajian Pustaka
dikaji oleh beberapa penulis sebelumnya. Karya yang pernah dikaji oleh penulis
sebelumnya adalah:
memohonkan ampunan kepada Allah Swt bagi orang-orang yang telah wafat
terutama keluarganya dan yang terpenting sebagai ajang silaturahim antar warga.
Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah berbakti kepada kedua orang tua
Kedua, artikel jurnal berjudul, “kewajiban anak terhadap orang tua” yang
ditulis oleh Urip Santoso. Artikel ini menjelaskan kerugian seorang anak yang
tidak mentaati kedua orang tuanya, kemudia bagaimana seorang anak menyikapi
kedua orang tuanya yang sudah di perintahkan dalam al-Qur’an dan hadis.14
13
Ahmad Arrofiqi, dengan judul: “Implementasi hadis birrul walidain setelah meninggal
dunia pada masyarakat wonokromo (studi living hadis), (Skripsi S1 fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), h.
14
Urip santoso, Kewajiban anak terhadap orang tua, Jurnal sivitas Akademika.
12
Artikel ini menjelaskan arti kata al birr kemudian al-Qur’an menjelaskan kata al
Keempat, buku yang berjudul “Meraih Surga dengan Bakti Orang tua”
kepada kedua orang tua dan bagaimana hal tersebut dapat menghantarkan
seseorang kepada derajat yang paling tunggi dan menjelaskan hadis-hadis bahaya
orang tua” karya Dr. Khalid ibn Abdurrahman asy-Syayi’. Dr. Khalid
menjelaskan kumpulan hadis, perkataan dan fatwa para ulama besar dalam
menjelaskan wajibnya berbakti kepada kedua orang tua dan memperingatkan dari
penyususn tulispun membahas hadis tentang berbakti kepada kedua orang tua.
E. Metodelogi Penelitian
berupa library Research (penelitian pustaka). yakni data yang penulis perlukan
dalam penelitian ini sumber dari hasil kepustakaan primer yang merupakan
15
M. Nurfatoni, al-birr, pusat kajian tafsir kunci al-Qur’an.
16
Mushthafa al-‘Adawi, Meraih Surga dengan Bakti Orang tua, (Yogyakarta: Pustaka
Fahima, 2007).
17
Ibn Abdurrahman asy-Syayi’, Dr. Khalid, Rahasia dibalik berbakti kepada kedua
orang tua, (Jakarta: darul haq, 2016), h. 1.
13
rujukan utama penulis gunakan. Kemudian data yang dikumpulkan berupa kata-
1. Sumber data
Sumber utama atau disebut naskah primer dalam penelitian ini adalah
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, cet. II, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 399.
19
Ahmad ibn Muhammad ibn Abu Bakr ibn Abdullmalik al-Qastalânî, Irsyâdu al-sari li
Syârhi Sahih al-bukhâri (Mesir: al-Mathba’ah al-kubra, 1323 H), jil. 1, h. 19.
14
sebagai gambaran awal dan setelah itu dianalisis, untuk kemudian ditarik
sebuah kesimpulan.
petunjuk al-Qur’an
diucapkan serta tujuannya () فهم االحاديث في ضوء أسبابه اومال بسا تهاومقاصدها,20
yaitu dengan merujuk pada buku kayfa Nata’âmal ma’a al-Sunnah. Karena
konstitusi dasar yang paling pertama dan utama, yang kepadanya bermuara
penjelasan terinci tentang isi konstitusi tersebut, baik dalam hal-hal yang
20
Yûsuf al-Qardâwî, Kaif Nata’âmal ma’a al-Sunnah Nabawiyah (Al-Qahiroh: Dar al-
Syuruq. 2004), h. 111.
15
mereka”. Maka penjelasan yang bersumber dari Nabi Saw, selalu dan
yang benar dan tepat, haruslah dilakukan pemilahan antara apa yang
bersifat khusus dan yang umum, yang sementara dan yang abadi, serta
serta asbâb al-Nuzûl dan asbâb al-Wurûd, pasti akan mudah mencapai
4. Teknik Penulisan
21
Yûsuf al-Qaradâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, Terjemah dari Kaif
Nata’âmal ma’a al-Sunnah Nabawiyah (Bandung: penerbit Karisma, 1993), h. 92-93.
22
Yûsuf al-Qaradâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, Terjemah dari Kaif
Nata’âmal ma’a Sunnah Nabawiyah (Bandung: penerbit Karisma, 1993), h. 132-133.
23
Hamdan Husein, Hadis Dalam Pandangan Yusuf al-Qardowi, h. 16-51.
24
Matsna HS, Prof. Dr. H. Mohammad, dkk., Pedoman Akademik Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012/2013.
16
F. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan. Dalam sistematika penulisan ini, dibagi menjadi empat bab,
Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
Birr, perbandingan kata al-birr, khayr, ma’ruf dan ihsan, ayat-ayat tentang birr al-
Bab ketiga pemahaman hadis tentang birr al-wâlidain (kajian matan hadis
Bab keempat penutup yang terdiri dari kesimpulan seluruh jawaban dari
A. Pengertian
1. Pengertian al-birr.
Secara bahasa kata al-Birru dalam bahasa Arab merupakan kata benda
birran yang artinya taat berbakti bersikap baik, sopan, benar (tidak berdusta),
Istilah Birr al-wâlidain terdiri dari kata Birru dan al-wâlidain. Birru atau
al-birru artinya kebijakan dan al-wâlidain artinya kedua orang tua atau ibu
bapak. Jadi, Birr al-wâlidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang
Wâlidainî Ihsâna), seperti yang terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 23:
(32) وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا
1
Ahmad warson munawwir, Al Munawwir kamus Arab – Indonesia, (Surabaya: Pustaka
progresif, 1997), h. 73-74.
2
Drs. H. yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlak, (LPPI UMY Yogyakarta, Pustaka:
Pelajar Offset, 2002), h. 147 – 148.
17
18
debunya.”3
a. Kata al-birr
3
Imam Ibn Jauzi, Birrul Walidain, (Dar al-‘ilm al-Munawar al-Syamsiah, Madinatul
Munawarah, 1993), cet. I, h. 31-32.
4
Ahmad warson munawwir, al-Munawwir kamus Arab – Indonesia, (Surabaya: Pustaka
progresif, 1997), h. 73-74.
19
b. Kata ma’ruf
Kata ma’ruf berasal dari bahasa Arab, seakar dengan kata urf (adat
6
اسم لكل فعل يعرف حسنه با لعقل او الشرع
Yang berarti setiap perbuatan yang baik menurut akal atau syara’.
c. Kata khair
Kata khair berasal dari bahasa Arab, yaitu berasal dari kata خير
artinya “baik” lawan dari شر.7 Dalam kamus Idris al-Marbawi disebutkan
memberi definisi tentang khair yaitu suatu yang diinginkan hati demikian
juga akal, misalnya adil, keutamaan dan suatu yang bermanfaat. 9 Jadi
5
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab – Indonesia, h. 988.
6
Jumhur Masrul Arobiyah, Mu’jam al-Wasit, (Maktabah al-Syarugh al-Daulah, 2005), h.
595.
7
Maktabah Syarqiyah, al-Munjid Fi Lugho Wa al-A’lam, (Lebanon: Dar al-Masyriq,
2002), h. 201.
8
Muhammad Idris, kamus Arab – Melayu, (semarang: Maktabah Wa Muthba’ah Usaha
keluarga, tt), h. 192.
9
Al-Raghib al-Asfahani, al-mufradat fi al-Gharib al-Qur’an, (mesir: musthafa al-Rab al-
Ahlab, 1961), h. 176.
20
Kata Ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu dari asal kata ahsana-
sebuah dalil yaitu tentang hadis Jibril yang menyebutkan tingkatan dalam
Agama.
س عْند ر ُس ْول الله صلَّى اللهُ ع ْن ُعمر رضي اللهُ عْنهُ أيْضا قال :ب ْي نما ن ْح ُن ُجلُ ْو ٌ
َّعر, علْيه وسلَّم ذات ي ْوم إ ْذ طلع علْي نا ر ُج ٌل شديْ ُد ب ياض الثّياب شديْ ُد سواد الش ْ
السفر وال ي ْعرفُهُ منَّا أح ٌد ,حتَّى جلس إلى النَّب ّي صلَّى اللهُ علْيه ال يُرى علْيه أث ُر َّ
وسلَّم ,فأ ْسند ُرْكب ت ْيه إلى ُرْكب ت ْيه ,ووضع كفَّْيه على فخذيْه ,و قال :يا ُمح َّم ُد
أ ْخب ْرن ْي عن اإل ْسالم ,ف قال ر ُس ْو ُل الله صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم :اإل ْسال ُم أ ْن ت ْشهد
ص ْوم لصالة ,وتُ ْؤتي َّ
الزكاة ,وت ُ أ ْن الإ له إالَّ اللهُ و أ َّن ُمح َّمدا ر ُس ْو ُل الله ,وتُقْي ُم ا َّ
ت .ف عجْب نا لهُ ي ْسئ لُهُ
استط ْعت إلْيه سبْيال .قال :صدقْ ُ رمضان ,وت ُح َّج الْب ْيت إن ْ
ويُص ّدقُهُ .قال :فأ ْخب ْرن ْي عن اإليْمان ,قال :أ ْن بالله ,ومالئكته ,وُكتُبه ,وُر ُسله,
والْي ْوم اآلخر ,و تُ ْؤمن بالْق ْدر خْيره و شّره .قال :صدقْت .قال :فأ ْخب ْرن ْي عن
اإل ْحسان ,قال :أ ْن ت ْعبُد الله كأنَّك ت راهُ فإ ْن ل ْم ت ُك ْن ت راهُ فإنَّهُ ي راك .قال :
السائل .قال :فأ ْخب ْرن ْي
الساعة قال :ما الْم ْس ُؤْو ُل عْن ها بأ ْعلم من َّ فأ ْخب ْرن ْي عن َّ
ع ْن أماراتها ,قال :أ ْن تلد األمةُ ربَّت ها ,وأ ْن ت رى الْ ُحفاة الْعُراة الْعالة رعاء الشَّاء
ت مليًّا ,ثَُّم قال :يا عُم ُر ,أت ْدر ْي من ي تطاولُْون ف ْي الْبُ ْن يان ,ثم انْطلق ,ف لبثْ ُ
ت :اللهُ و ر ُس ْولُهُ أ ْعل ُم .قال :فإنَّهُ جْبريْ ُل أتا ُك ْم يُعلّ ُم ُك ْم ديْن ُك ْم.
السائل؟ قُ ْل ُ
َّ
)Umar ibn Khatab Ra, berkata: suatu ketika, kami (para sahabat
duduk di dekat Rasulullah Saw, tiba-tiba muncul kepada kamu
seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sangat putih dan
rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan jauh, dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
10
Muhammad Idris, kamus Arab – Melayu, h. 133
21
mencakup iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya trilogi (tiga satuan) ajaran
Islam, yang antara satu dengan yang lain saling terkait. Iman tidak
sempurna tanpa Islam, dan Islam tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya
11
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. ichtiar Baru van Hoeve,
1997), h. 650.
22
Jadi ihsan adalah kebaikan yang bukan dilihat dari apa yang di
lakukan melainkan dilihat dari landasan atau berangkat dari mana hingga
melakukan perbuatan itu. Dan ihsan adalah perbuatan baik yang muncul
seorang anak terhadap orang tua, anak akan selalu berusaha untuk
melakukan kebaikan karena dia tahu orang tuanya selalu mengawasi apa
yang dia lakukan sehingga dia tidak akan berani untuk keluar dari jalur itu.
Serta ihsan adalah kebaikan yang tidak hanya memberi kesenangan fisik
1 Mencakup segala
Akhalak yang baik
macam bentuk
Yang mengandung makna adalah segala
kebaikan dalam
begitu luas, atau husnul perbuatan dan sifat
bermuamalah
khuluq (akhlak yang baik). yang positif, tidak
diantaranta adalah
Al-birr
Akhlak yang baik mengandung unsur
jujur, amanah,
memiliki urgensitas yang negatif serta tidak
menyambung
sangat penting dalam melanggar larangan-
persaudaraan, kasih
pribadi seorang mu’min. laranngan Allah Swt
saying, sabar, dan
dan Rasul-Nya.
lembut.
masyarakat.
Nabi-Nya.
segala perbuatan dan sifat yang positif, tidak mengandung unsur negatif serta
istilah ihsan itu maknanya lebih luas dari sekedar memberi nikmat atau
nafkah, lebih tinggi dari kandungan makna adil. Memperlakukan orang lebih
24
baik dari perlakuan orang terhadapnya, memberi lebih banyak dari pada yang
harus di beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya. Kemudian
istilah ma’ruf itu pada hakekatnya azas kepatutan yang mengacu kepada nilai-
nilai yang berlaku pada masyarakat. Dan Istilah khair yang bervariasi tersebut,
namun juga mencakup hal-hal yang secara sekilas urusan duniawi termasuk di
وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا إ َّما ي ْب لُغ َّن عندك الْكب ر أح ُد ُهمآ أ ْو
(32) ُف وال ت ْن ه ْرُهما وقُل لَّ ُهما ق ْوال كريما ّ كل ُهما فال ت ُقل لَّ ُهمآ أ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik pada ibu bapak dengan
sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara kedunya sampai berumur
lanjat dalam pemeliharaanmu. Maka jangan sekali-kali kamu
mengatakan; “ah”, dan jangan kamu membentak keduanya dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia”.(QS. al Isra: 23)
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota Surabaya,
2004).
25
صْي نااإلنْسان بوالديْه حملْتهُ أ ُُّمهُ وْهنا علي وْهن وفصالُهُ في عامْين أن ا ْش ُك ْرلي
َّ وو
)44( ولوالديْك إل َّي المصْي ُر
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam masa dua
tahun”. (QS. Luqman: 14)
وإ ْن جاهداك على أن تُ ْشرك بي ما لْيس لك به ع ْل ٌم فال تُط ْع ُهما وصاحْب ُهما في الدُّنْيا
)41( م ْع ُروفا واتَّب ْع سبيل م ْن أناب إل َّي ثَُّم إل َّي م ْرجعُ ُك ْم فأُن بّئُ ُكم بما ُكنتُ ْم ت ْعملُون
yang ma’ruf (perbuatan baik) saja. Sedangkan jika orang tua menyuruh kepada
kekafiran, atau kesyirikan, maka tidak boleh taat kepada keduanya. Allah Swt.
ۚ صْي نا ْاإلنْسان بوالديْه ُح ْسنا ۖ وإ ْن جاهداك لتُ ْشرك بي ما لْيس لك به ع ْل ٌم فال تُط ْع ُهما
َّ وو
)8( إل َّي م ْرجعُ ُك ْم فأُن بّئُ ُك ْم بما ُكْن تُ ْم ت ْعملُون
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
26
ُخرج وق ْد خلت الْ ُق ُرو ُن م ْن ق ْبلي وُهما ي ْستغيثان ْ ُف ل ُكما أتعدانني أ ْن أّ والَّذي قال لوالديْه أ
)41( األولين َّ ول ما هذا إال أساط ُير ُ اللَّه ويْلك آم ْن إ َّن و ْعد اللَّه ح ٌّق ف ي ُق
ْ أُولئك الَّذين ح َّق علْيه ُم الْق ْو ُل في أُمم ق ْد خل
ت م ْن ق ْبله ْم من الْج ّن واإلنْس إن َُّه ْم كانُوا
خاسرين
)48(
“ Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi
kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan
kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah!
Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka Itulah orang-
orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat
yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang merugi”. (Qs. al-Ahqaf: 17-18)
Di dalam ayat-ayat al-Qur’an, penyebutan mengenai bertauhid kepada
kedua orang tua, para ulama telah menjelaskan hikmah dari hal ini, yaitu:
1. Allah Swt. yang telah menciptakan manusia dan Allah Swt. yang telah
memberi rezeki kepadanya, maka itu Allah Swt sajalah yang berhak untuk
kewajiban seorang anak untuk beribadah kepada Allah Swt harus diiringi
2. Allah Swt. yang telah memberikan semua nikmat yang diperoleh hamba-
kedua orang tualah yang telah memberikan segala yang kita butuhkan
seperti makan, minum, pakaian, dan lainnya sehingga wajib bagi kita
seorang anak atas nikmat yang diterimanya adalah bersyukur kepada Allah
3. Allah Swt. adalah Rabb yang membina dan mendidik manusia di atas
manhaj-Nya, maka Allah Swt. yang berhak untuk diagungkan dan dicintai.
Demikian juga kedua orang tua yang telah mendidik kita sejak di dalam
kandungan hingga dewasa, maka dari itu kita harus bersikap merendahkan
berbakti kepada-Nya kemudian diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua.13
13
Yazid ibn Abdul Qadir Jawas, Birrul Walidain, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2015), h. 27-28.
28
para ahli qira’at Amsar membacakannya, dengan fathah pada huruf ba.
dari Abu Nuhaik, bahwa: “ia pernah membaca ayat (perkataan Isa as) wa barrân
biwâlidatî “ وب ًّرا بوالدتيDan berbakti kepada ibuku,” Abu Nuhaik berkata: “Aku
diberi wasiat untuk tetap menjaga salat, menunaikan zakat, dan berbakti kepada
kedua orangtua”.
nabi Isa as. dari wasiat Allah Swt kepadanya, sebagaimana wasiat shalat dan zakat
adalah informasi Nabi Isa as dari Allah Swt kepadanya agar melakukan hal itu.
Sesuai dengan pendapat ini, maka lafaz البَرmansub dalam arti mengerjakan wasiat
14
Muhammad ibn Jarir Al-Tabari, Abu Ja’far, Tafsir al-Tabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009), h. 561-562.
29
وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا إ َّما ي ْب لُغ َّن عندك الْكب ر أح ُد ُهمآ أ ْو
ض ل ُهما جناح ْ ) و32) ُف وال ت ْن ه ْرُهما وقُل لَّ ُهما ق ْوال كريما
ْ اخف ّ كل ُهما فال ت ُقل لَّ ُهمآ أ
(34) ب ْارح ْم ُهما كما ربَّياني صغيرا ّ الر ْحمة وقُل َّر ُّ
َّ الذ ّل من
mewajibkan. Ibn Abbas, al-Hasan dan Qatâdah berkata, “ini bukan keputusan
hukum akan tetapi ketentuan perintah”. Di dalam musyhaf Ibn Mas’ud: صى
َّ َو َو
“dan berwasiat”. Ini adalah qirâ’ah para sahabatnya dan qirâ’ah Ibn Abbas, Ali
menjadikan bakti kepada kedua orang tua selalu dibarengkan dengan beribadah
15
Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh Agama Islam apalagi
mengucapkan kata-kata atau memperlakulan mereka dengan lebih kasar dari pada itu.
16
Al-Quthubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurthubi;penerjemah, Sudi Rosadi, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008), h. 586.
30
“aku bertanya kepada Nabi SAW: perbuatan apakah yang paling dicintai oleh
Allah Swt itu?”. Beliau menjawab, “Salat pada waktunya”. Dia berkata,
“kemudian apa lagi?”. Beliau Menjawab, “berbakti kepada kedua orang tua”. Dia
Jadi Nabi Saw. menyampaikan bahwa berbakti kepada kedua orang tua
adalah perbuatan yang paling utama setelah shalat, yang merupakan pilar Islam
Ketiga: termasuk berbakti kepada kedua orang tua adalah Ihsan (berlaku baik)
Keempat: durhaka kepada kedua orang tua adalah menentang maksud keduanya
yang bersifat mubah. Sebagaimana berbakti kepada keduanya adalah menuruti apa
yang menjadi maksud keduanya. Dengan demikian jika keduannya atau salah satu
mentaatinya jika perintah itu bukan suatu kemaksiatan, dan selama yang
diperintahkan itu merupakan hal-hal yang mubah (boleh) dan termasuk yang
mandub (dianjurkan).18
yang merupakan perintah Allah Swt. untuk mengesakan Allah Swt dalam
17
HR. Al-Bukhâri pada pembahasan tentang waktu-waktu shalat, bab: keutamaan Shalat
pada waktunya, h. 102.
18
Al-Qurtubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 590.
31
mendengarkan apa yang diharamkan Allah Swt yang antara lain adalah
kepada kaum muslimin, sehingga kata ( )قضىqaḏâ menetapkan lebih tepat untuk
dipilih, berbeda halnya dengan ayat al-An’am itu yang ditujukan kepada kaum
musyrikin. Dengan demikian tentu saja lebih tepat bagi mereka menyampaikan
kepada-Nya adalah dasar yang padanya bertitik tolak segala kegiatan. Setelah itu,
olehnya. Kewajiban pertama dan utama setelah kewajiban mengesakan Allah Swt
Firman Allah Swt: “ َّربَّ ُك ْم أ َ ْعلَ ُم ِب َمافِى نُفُو ِس ُك ْمtuhanmu lebih mengetahui apa
yang ada dalam hatimu.” Maksudnya, berkenaan dengan keyakinan akan kasih
sayang dan lembut kepada kedua orang tua, atau yang lainnya, yang merupakan
tindakan durhaka. Atau orang yang melakukan kebaikan terhadap kedua orang
Ibn Jabir berkata, “maksudnya gerakan atau isyarat yang terjadi spontan
tanpa sengaja yang dilakukan seseorang terhadap kedua orang tuanya, sementara
19
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera hati, 2002), cet. I, h. 443 -
444.
32
kami orang-orang yang baik”, dengan kata lain: orang-orang yang benar dalam
niat berbakti kepada kedua orang tua maka sesungguhnya Allah Swt mengampuni
gerakan atau isyarat yang muncul spontan. Sedangkan firman Allah Swt, َ َكان,ُفَ ِانَّه
ُ َ“ ِل ْْل َ َّو ِبينmaka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang
ً ُغف
ورا
bertaubat.” Sebuah janji berupa ampunan dengan syarat berbuat baik dan
ُ الله
Penyebab dari segala penyebab wujud dan sumber segala nikmat, disebutnya
wajib disyukuri yakni Ibu dan Bapak. Oleh karena itu, dalam makna melarang
dalam bentuk perintah berbakti, yakni dan berbuatbaiklah secara dekat kepada
20
Al-Qurtubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 612 -
613.
33
kedua orang tua secara khusus dan istimewah dengan berbuat kebaktian yang
banyak lagi mantap atas dorongan rasa kasih sayang kepada kedua orang tua.21
صْي نااإلنْسان بوالديْه حملْتهُ أ ُُّمهُ وْهنا علي وْهن وفصالُهُ في عامْين أن ا ْش ُك ْرلي ولوالديْك
َّ وو
) وإ ْن جاهداك على أن تُ ْشرك بي ما لْيس لك به ع ْل ٌم فال تُط ْع ُهما44( إل َّي المصْي ُر
وصاحْب ُهما في الدُّنْيا م ْع ُروفا واتَّب ْع سبيل م ْن أناب إل َّي ثَُّم إل َّي م ْرجعُ ُك ْم فأُن بّئُ ُكم بما ُكنتُ ْم
)41( ت ْعملُون
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.”
Firman Allah Swt, سنَ بِ َو ِلدَ ْي ِه ِ ْ ص ْينَا
َ اال ْن َّ “ َو َوDan kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua ibu bapaknya”. Dua ayat di atas
merupakan selingan di antara wasiat luqman. Namun ada yang mengatakan bahwa
anaknya yang Allah Swt beritakan. Maksudnya adalah luqman berkata kepada
anaknya, “janganlah kamu menyekutukan Allah Swt dan janganlah kamu taat
kepada kedua orangtuamu dalam hal berbuat syirik. Sebab Allah Swt telah
mewasiatkan taat kepada kedua orangtua selama hal-hal tersebut tidak ada
21
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: lentera hati, 2002) vol. 3, h. 728.
34
berkata kepada anaknya, kami berfirman kepada luqman lewat hikmah yang kami
berikan kepadanya, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
kedua orang tua ibu bapaknya.” Maksudnya adalah kami firmankan kepada
yang benar adalah kedua ayat ini turun pada Sa’ad ibn Abî Waqâs. Inilah pendapat
yang dipegang oleh sejumlah ahli tafsir. Taat kepada kedua ibu bapak tidak
berlaku dalam hal melakukan dosa besar dan tidak berlaku dalam hal
meninggalkan kewajiban yang bersifat individual. Tetap wajib taat dalam hal-hal
mubah (dibolehkan) dan lebih baik tetap taat dalam hal meninggalkan ketaatan
yang bersifat sunnah. Misalkan, jihad kifayah dan memperkenankan panggilan ibu
dalam salat yang masih bisa diulang, karena khawatir ada sesuatu yang mungkin
dapat mencelakai ibu dan hal-hal lain yang membolehkan shalat dihentikan.
Namun Hasan tidak sependapat dengan pernyataan tersebut. Dia berkata, “jika
ibunya melarangnya untuk hadir salat isya berjamaah karena kasihan, maka
derajat, Allah Swt menyebutkan kehamilan dan dengan derajat lain, Allah Swt
22
Al-Qurtubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 153 –
154.
35
sementara ayah hanya satu derajat. Firman Allah Swt, “ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْهنDalam
di dalam perut, sementara dia sendiri hari demi hari kian melemah. Ada yang
kemudian di buat lemah lagi oleh kehamilan. Jumhur Ulama membaca , ُ ص ٰىلُه
َ ِ َوف,
tersebut ada dalam bahasa Arab. Maknanya, dan penyapihannya pada waktu habis
masa dua tahun. Para Ulama sepakat tentang dua tahun masa menyusui bahwa ini
terkait dengan hukum dan nafkah. Sedangkan terkait pengharaman karena ASI,
maka suatu kelompok membatasi satu tahun, tidak lebih dan tidak kurang. Firman
manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, bersyukurlah kepada kedua
orang tuamu.24
Ayat ini dan ayat sebelumnya turun pada Sa’ad ibn Abî Waqâs, Tepatnya
ketika dia telah memeluk agama Islam dan ibunya yang bernama Hamnah binti
Sufyân ibn Umayyah. Firman Allah Swt: اح ْب ُه َما ِفى ٱلدٌّ ْن َيا َم ْع ُروفًا
ِ صَ “ َوDan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik.” Lafaz َم ْع ًروفًاadalah na’at kepada masdar yang
tidak disebutkan, yaitu pergaulan yang baik. Ayat ini merupakan dalil
menyambung hubungan dengan kedua orang tua yang kafir dengan memberikan
harta, jika keduanya fakir, mengucapkan kata-kata yang santun dan mengajak
23
Qira’ah ini disebutkan oleh Ibn Atiyyah dalam al-Muharrar al-Wajiz (13/14).
24
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 155
– 156.
36
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang bertobat kepada-Ku”, adalah wasiat kepada
َ أَن
seluruh alam. Seakan-akan yang diperintahkan adalah manusia. “Anâba” َاب
artinya condong dan kembali kepada sesuatu, inilah jalan para Nabi dan orang-
orang shalih.25
ۚ صْي نا ْاإلنْسان بوالديْه ُح ْسنا ۖ وإ ْن جاهداك لتُ ْشرك بي ما لْيس لك به ع ْل ٌم فال تُط ْع ُهما
َّ وو
)8( إل َّي م ْرجعُ ُك ْم فأُن بّئُ ُك ْم بما ُكْن تُ ْم ت ْعملُون
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Kata ُح ْسنًاmencakup “segala sesuatu yang menggembirakan dan
dan keadaannya. Demikian dirumuskan oleh pakar kosa kata al-Qur’an, al-Râghib
al-Asfahânî. Bakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua adalah bersikap
sopan santun kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat
dalam makna bakti adalah mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan
tidak adanya obyek yang diketahui. Ini berarti tidak terwujudnya sesuatu yang
dapat dipersekutukan dengan Allah Swt. Di sisi lain, kalau sesuatu yang tidak
25
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir al Qurthubi, h. 157.
37
diketahui persoalannya boleh atau tidak dilarang, maka tentu lebih terlarang lagi
apabila telah terbukti adanya larangan atasnya. Bukti-bukti keesaan Allah Swt dan
tiada sekutu bagi-Nya terlalu banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan
penegasan tentang larangan mengikuti siapapun walau kedua orang tua yang
Ibn Abbas berkata ayat ini diturunkan untuk Iyas ibn Abi Rabî’ah saudara
dari Abu jahal. Dari Ibn Abbas juga dikatakan bahwa ayat ini turun untuk seluruh
umat yang tidak sabar dengan cobaan yang diberikan oleh Allah Swt, ُح ْسنًاdengan
dibaca ḏammah huruf ha’ dan dibaca sukun huruf sin. Abu Raja’ dan Abu al
Aliyah serta adh – Dhahhak membaca dengan fathah huruf ha’ dan sin al Jahdari
membacanya, سنًا
َ ْ ِٳحdibaca sebagai mashdar maknanya menjadi, kami wajibkan
َّ َ“ ٳِلHanya
kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. ى َم ْر ِجعُ ُك ْم
ُخرج وق ْد خلت الْ ُق ُرو ُن م ْن ق ْبلي وُهما ْ ُف ل ُكما أتعدانني أ ْن أ ّ والَّذي قال لوالديْه أ
)41( األولين َّ ول ما هذا إال أساط ُير ُ ي ْستغيثان اللَّه ويْلك آم ْن إ َّن و ْعد اللَّه ح ٌّق ف ي ُق
ت م ْن ق ْبله ْم من الْج ّن واإلنْس إن َُّه ْم كانُوا ْ أُولئك الَّذين ح َّق علْيه ُم الْق ْو ُل في أُمم ق ْد خل
خاسرين
)48(
“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi
kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan
26
Shihab, M. Quraish, Tafsir al Mishbah: pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: lentera hati, 2002), cet I, h. 446-447.
27
Al-Qurtubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurtubi, h. 836.
38
Firman Allah Swt: َوٱلَّذِى قَا َل ِل ٰ َو ِلدَ ْي ِه أُف لَّ ُك َم ۤا أَت َ ِعدَانِنِ ۤى أ َ ْن أ ً ْخ َر َجDan orang yang
berkata kepada kedua orang tuanya: ‘Cis’ bagi kamu keduanya, apakah kamu
umat sebelumku?”. Qira’ah Nafi’, Hafsh dan yang lainnya adalah: أَفyakni
dengan kasrah lagi bertanwin huruf fa’-nya. Sementara Ibn Katsir, Ibn
Muhaishin, Ibn Amir dan al Mufadḏal dari Ashim membaca firman Allah Swt itu
dengan fathah dan tanwin. Adapun yang lain, mereka membaca firman Allah Swt
itu dengan kasrah tanpa tanwin (uffi). Ibn Abbas, as-Suddi, Abu al-Aliyah dan
mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan tentang Abdullah ibn Abî bakr
yang diseru oleh kedua orang tuanya untuk memeluk agama Islam, kemudian dia
Allah Swt, Qatadah dan al-Suddi juga mengatakan bahwa sosok tersebut adalah
‘Abdur al-rahman ibn Abî Bakr sebelum memeluk agama Islam. Al-Hasan dan
Qatadah juga mengatakan bahwa ayat di atas merupakan sifat bagi seorang hamba
yang kafir dan durhaka kepada kedua orang tuanya. Al-Zujaj berkata, “bagaimana
Islam, sementara Allah Swt berfirman: “mereka itulah orang-orang yang telah
pasti ketetapan (adzab) atas mereka bersama umat-umat”, yakni siksaan, dimana
39
bahwa ayat tersebut diturunkan tentang seorang hamba yang kafir lagi durhaka
dan telah lewat, نس ِ ْ “ ِم ْن قَ ْب ِل ِهم ِمنَ ْٱل ِج ِن َوsebelum mereka dari jin dan manusia,” yang
ِ ٱْل
kafir, “ ِٳنَّ ُه ْمsesungguhnya” yakni ummat-ummat yang kafir, َ“ كَانُ ْوا ٰ َخ ِسيْنadalah
anak jangan mengecewakan atau menyakiti hati kedua orang tua dengan kata-kata
yang tidak mengenakan di dengar seperti yang di gambarkan ayat di atas yaitu
berkata ‘cis’. Karena orang tua adalah orang yang bersedia mencurahkan
sepanjang masa. Hal itu meliputi pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani.
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Ada beberapa alasan yang
Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah Swt di dalam al-
28
Al-Qurtubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurtubi, h. 510 - 515.
40
“Dan ingatlah ketika kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu: Janganlah kamu
menyembah selain Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada ibu bapak... (QS. al-
Baqarah, 2 : 83)29.
Allah Swt mewajibkan umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak.
Allah Swt berfirman: “Kami wasiatkan (wajibkan) kepada umat manusia supaya
berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, ibunya telah mengandungnya sampai
menyapinya adalah tiga puluh bulan.” (QS. al-Ahqaf, 46 : 15)31.
sesudah salat tepat pada waktunya dan lebih diutamakan dari pada jihad dan
hijrah.
Sudah seharusnya kedua orang tua mendapatkan perlakuan yang baik dari
dengan baik. Islam memandang bagian ini lebih utama (didahulukan dari pada
jihad dan hijrah). Dalam hadis diterangkan “seorang laki-laki datang kepada Nabi
Saw dan meminta ijin untuk berjihad. Rasulullah Saw bertanya kepadanya:
“apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab: “iya” Rasulullah Saw
pentingnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua, berusaha memenuhi
29
Drs. H. yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlak, (LPPI UMY Yogyakarta, Pustaka:
Pelajar Offset, 2002), h. 48.
30
Hamid, KH. A. Abdul, Pedoman Da’wah, (menara kudus, 1977), h. 130.
31
Hamid, Abdul, Pedoman Da’wah, h. 131.
41
oleh al-Quran dan hadis, untuk memaputih atau berbuat baik kepada kedua orang
tua.
BAB III
punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras.1 Matan menurut
ilmu hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad Saw,
yang disebut sesudah habis disebutkan sanad. Matan hadis adalah isi hadis.
sanad hadis.2
dulu dari segi sanad maupun matannya. Tidak ada jaminan, jika sanad
hadis sahih, maka demikian juga redaksi matannya. Kesahihan matan tidak
penulis hanya akan melakukan kritik matan dengan tema hadis Birr al-
1
Ibn Munzir, Lisan al-Arab, (dar al-Ma’arif), juz III, h. 434-435.
2
Bustamin, M.Isa, metodologi kritik hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.
59.
42
43
ع ْن أبي، عن الْحسن بْن عُب ْيد الله، حدَّث نا جر ٌير،حدَّث نا عُثْما ُن بْ ُن أبي شْي بة
«أفْض ُل: عن النَّب ّي صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم قال، ع ْن عْبد الله،ع ْمرو الشَّْي بان ّي
2
» وبُّر الْوالديْن،الصالةُ لوقْتها
َّ ْاأل ْعمال أو الْعمل
“menceritakan kepada kami Ustman Ibn Abi Syaibah,
menceritakan kepada kami Jarir dari al-Hasan Ibn ‘Ubaidillah
dari Abi ‘Amr As-Syaibani dari ‘Abdullah dari Rasulullah Saw,
sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda keutamaan amal
yaitu mengerjakan shalat tepat waktu dan Birr Al-Walidain”
Dalam riwayat Malik ibn Maghlul: “amalan apa yang paling utama
(afdalul a’mal)” begitu juga pada sebagian besar riwayat perawi lainnya,
riwayat lain dengan lafal yang berbeda pada Muslîm, yaitu: “amal-amalan
yang paling disukai oleh Allah Swt?”. dalam hasil takhrij yang ada pun
dalam hadis maksudnya adalah yang paling utama secara mutlak. Ada juga
ulama yang menyatakan bahwa maksudnya adalah: “di antara amalan yang
3
Abu Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (selanjutnya disebut sebagai Muslim), al-
Jami’ al-Sahih (Sahih Muslîm), Indonesia: Maktabat Dahlan, kitab al-Iman, bab Bayân Kaun al-
Iman Billahi Ta’ala Afdol al-A’mal. Juz 1, No hadis 85, h. 90.
4
Al-Nawawi, sahih Muslîm bi syarah al-Nawawi, kitab al-Iman, bab Bayânu kaun al-
Iman billah ta’ala afdal al ‘Amal, (Daar El Hadits, 2001), juz 1, h. 353.
44
waktu lebih utama dari pada mngundur waktunya, atau hanya menunjukan
yang pertama, yakni mengisyaratkan bahwa salat di awal waktu itu lebih
utama.5
utama adalah iman kepada Allah Swt, dan haji. Dalam hadisnya Abu Dzar
yang dimaksud adalah iman dan jihad. Hadis ini dan hadis-hadis serupa
pertanyaan yang sama yakni pertanyaan “amal apa yag paling utama”,
para ulama tentang perbedaan jawaban dari pertanyaan amal apa yang
paling utama, bahwa bisa jadi perbedaan itu sesuai dengan perbedaan para
penanya dan keadaannya sebab Rasulullah Saw tahu apa yang di perlukan
mereka, atau apa yang lebih senang mereka lakukan atau bahkan dengan
apa yang lebih cocok dengan mereka. Bisa juga perbedaan itu sesuai
dengan waktu, yakni amal ini lebih utama dilakukan pada saat itu daripada
yang lainnya.
5
Al-Nawawi, sahih Muslîm bi al-syarah al Nawawi, h. 354.
45
kaidah-kaidah berikut:
amalan yang paling utama yakni salat tepat pada waktunya, berbakti
tiga perkara ini? Karena, tiga perkara ini merupakan poros dari ketaatan-
diwajibkan hingga keluar dari waktunya tanpa ada alasan yang bisa
Orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua padahal begitu banyak
hak mereka atasnya, maka kepada orang lain lebih tidak berbakti lagi.
perkara ini maka untuk perkara lainnya, ia lebih memelihara lagi dan siapa
nyiakan lagi. Tidak diragukan lagi bahwa memelihara salat di awal waktu
itu lebih besar faidahnya, sebab mengandung beberapa hal yang sangat
46
orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surge firdaus.
َ أَ ْفserta menggunakan term yang berbeda ي األ َ ْع َما ِل أَ ْق َربُ اِلَي ْال َجنَّ ِة
ض ُل ُّ َ أdan ي
ُّ أ
hadis riwayat al-Bukhari no. 496, hadis riwayat Muslim no. 120, 121, 122.
Termasuk berbakti kepada kedua orang tua juga, berbuat baik kepada
perbuatan bakti kepada kedua orang tua yang paling utama adalah
Muslim)
Sejak jaman Nabi Saw dan para sahabat, salat dan birr al Walidain
sekarang.
47
berbakti kepada kedua orang tua didahulukan daripada jihad di jalan Allah
karena salat adalah hak Allah Swt yang merupakan kewajiban setiap umat
Islam selama hidupnya, sedangkan berbakti kepada kedua orang tua itu
kewajiban setiap orang selama kedua orang tuanya masih hidup dan ada
kewajiban seperti kewajiban salat dan berbakti kepada kedua orang tua.
berkenaan dengan sabda Nabi tentang amalan yang paling utama adalah
utama. Salat adalah hal yang paling di utamakan, dilanjutkan dengan birr
B. Pemahaman Hadis
yang pasti benarnya. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat al-
An’am ayat 115 “Dan telah sempurnalah kalimat Tuhan mu, dalam
kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
48
secara praktis. Oleh sebab itu, tidaklah mungkin sesuatu yang merupakan
yang bersumber dari Nabi Saw, selalu dan senantiasa berkisar di seputar
berbakti kepada kedua orang tua yang di riwayatkan oleh beberapa ahli
hadis salah satunya adalah sahih Muslim tidak bertentang dengan petunjuk
tentang pentingnya birr al-Wâlidain atau berbakti kepada kedua orang tua,
6
Yûsuf al-Qardâwî, bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, terjemahan dari kaif
Nata’âmal ma’a Sunnah Nabawiyah, h. 92-93.
49
وقضى ربُّك أالَّ ت ْعبُ ُدواْ إالٓ إيَّاهُ وبالْوالديْن إ ْحسانا إ َّما ي ْب لُغ َّن عندك الْكب ر أح ُد ُهمآ أ ْو
ض ل ُهما جناح ْ ( و32) ُف وال ت ْن ه ْرُهما وقُل لَّ ُهما ق ْوال كريما
ْ اخف ّ كل ُهما فال ت ُقل لَّ ُهمآ أ
(34) ب ْارح ْم ُهما كما ربَّياني صغيرا ّ الر ْحمة وقُل َّر ُّ
َّ الذ ّل من
ت أبا
ُ سم ْع: أ ْخب رني قال،يد بْ ُن عْي زار
ُ الول: قال،ُ حدَّث نا ُش ْعبة،حدَّث نا أبُو الوليد
عْبد- وأ ْومأ بيده إلى دار،ب هذه الدَّار ُ صاح- أ ْخب رنا:ول ُ ي ُق،ع ْمرو الشَّْي بان َّي
:ب إلى اللّه؟ قال
ُّ ي العمل أح ُّ أ:ت النَّب َّي صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم ُ ْ سأل: قال،اللّه
:ي؟ قال
ٌّ ثَُّم أ: «بُّر الوالديْن» قال:ي؟ قال ٌّ ثَُّم أ:الصالةُ على وقْتها» قال
َّ «
ْ ولو، حدَّثني به َّن:اد في سبيل اللَّه» قال
1
است زْدتُهُ لزادني ُ «الجه
7
Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim al-Bukhârî (selanjutnya disebut
sebagai al-Bukhâri), al-Jami’ al-Bukhâri (Sahih al-Bukhâri), Bairut: Dar al-Fikr, no. hadis 5970,
h. 2.
50
untuk bersikap baik terhada orang tuanya (birr al-Wâlidain). Naruli dan
akal sehat manusia selalu mengarah demikian, sama dengan adanya orang
Swt.
Saw menjadikannya sebagai salah satu amalan yang penting dan di cintai
oleh Allah Swt secara umum seorang anak diperintahkan dan diwajibkan
sesuatu yang wajib, sunnah, ataupun mubah. Demikian pula jika orang tua
melarang dari perbuatan yang haram, makruh, ataupun yang mubah, maka
wajib menaatinya.
kedua orang tua daripada perbuatan wajib kifayah8 dan sunnah. Terkait hal
tersebut, para ulama telah ber-istinbath dari kisah Juraij yang hidup jauh
8
Sesuatu yang dituntut oleh pembuat hukum melakukannya dari sejumlah mukalaf dan
tidak dari setiap pribadi mukalaf. Hal ini berarti bila sebagian atau beberapa orang mukalaf telah
tampil melaksanakan kewajiban itu dan telah terlaksana apa yang dituntut, maka lepaslah orang
lain dari tuntutan itu. Tetapi bila tidakseorangpun melakukannya hingga apa yang dituntut itu
terlantar, maka berdosa semuannya.
51
sebelum masa Nabi Muhammad Saw. dimana pada waktu itu Juraij yang
Sehingga ibunya marah dan berdoa untuk mencelakainnya dan Allah Swt,
pun mengabulkan doa buruknya itu. Ulama berkata, kisah dalam hadis ini
menjelaskan tentang tiga orang yang bisa berbicara sewaktu kecil, yaitu:
Isa ibn Maryam (yakni Nabi Isa as) yang berbicara ketika masih bayi,
seorang bayi yang akan dilemparkan ke dalam api bersama ibunya pada
kisah Asy-hâbul Ukhdûd yang tercantum dalam surat al-Buruj dan bayi
yang ada pada kisah Juraij. Dan para ulama ber-istinbath dengan hadis
dipenuhi.10
9
An-Nawawi, Imam, Syarah Sahih Muslîm terjemahan dari kitab Syarah Sahih Muslîm,
(Jakarta: Darus Sunnah, 2014), cet. 2 h. 584.
10
Yazid ibn Abdul Qadir jawas, Birrul Wâlidain: berbakti kepada kedua orang tua,
(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i 2015), h. 76.
52
ع ْن أبي، حدَّث نا ُحمْي ُد بْ ُن هالل، حدَّث نا ُسلْيما ُن بْ ُن الْ ُمغيرة،حدَّث نا شْي با ُن بْ ُن ف ُّروخ
: قال ُحمْي ٌد.ُت أ ُُّمهْ فجاء، كان ُجريْ ٌج ي ت عبَّ ُد في ص ْومعة: أنَّهُ قال، ع ْن أبي ُهريْرة،رافع
،ُف وصف لنا أبُو رافع صفة أبي ُهريْرة لصفة ر ُسول الله صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم أ َُّمهُ حين دعْته
يا ُجريْ ُج أنا أ ُُّمك:ت ْ ف قال،ُت رأْسها إلْيه ت ْد ُعوه
ْ ثَُّم رف ع،ت كفَّها ف ْوق حاجبها ْ كْيف جعل
تْ ثَُّم عاد،ت ْ ف رجع،ُاختار صالته ْ ف،الله َّم أ ُّمي وصالتيُ : ف قال،كلّ ْمني فصادف ْتهُ يُصلّي
،ُاختار صالته ْ ف،الله َّم أ ُّمي وصالتي ُ : قال، يا ُجريْ ُج أنا أ ُُّمك فكلّ ْمني:تْ ف قال،في الثَّانية
ُ ، فأبى أ ْن يُكلّمني،ُالله َّم إ َّن هذا ُجريْ ٌج وُهو ابْني وإنّي كلَّ ْمتُه
الله َّم فال تُمْتهُ حتَّى ُ :ت ْ ف قال
وكان راعي ضأْن يأْوي إلى: قال.ت علْيه أ ْن يُ ْفتن ل ُفتن ْ ول ْو دع: قال.تُريهُ الْ ُمومسات
فقيل،ت غُالما ْ ت ف ولد
ْ فحمل،الراعي َّ فخرجت ْامرأةٌ من الْق ْرية ف وقع علْي ها: قال،ديْره
ُ ف ناد ْوه، قال فجاءُوا ب ُفئُوسه ْم ومساحيه ْم، م ْن صاحب هذا الدَّيْر:ت ْ ما هذا؟ قال:لها
، ف ل َّما رأى ذلك ن زل إلْيه ْم،ُ فأخ ُذوا ي ْهد ُمون ديْره: قال، ف ل ْم يُكلّ ْم ُه ْم،فصادفُوهُ يُصلّي
أبي راعي: م ْن أبُوك؟ قال:الصب ّي ف قال َّ ثَُّم مسح رأْس، قال ف ت ب َّسم، س ْل هذه:ُف قالُوا له
، ال: قال،الذهب والْفضَّة َّ ن ْبني ما هد ْمنا م ْن ديْرك ب: ف ل َّما سمعُوا ذلك مْنهُ قالُوا،الضأْن َّ
44
ُ ثَُّم عاله،يدوهُ تُرابا كما كان
ُ ولك ْن أع
11
Abu Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (selanjutnya disebut sebagai Muslim), al-
Jami’ al-Sahih (Sahih Muslîm), Indonesia: Maktabat Dahlan, juz 4 , No. hadis 2550, h. 1976.
53
12
Ibn Hajar al-Asqalanî, Fathul Baari: penjelasan kitab Shahih al-Bukhâri (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008), h. 5.
54
memberi sedekah dari sebagian hartanya kepada kedua orang tuanya akan
م ْن أ ْدرك: م ْن؟ يا ر ُسول الله قال: ثَُّم رغم أنْ ُفهُ قيل،ُ ثَُّم رغم أنْ ُفه،ُرغم أنْ ُفه
44
ثَُّم ل ْم ي ْد ُخل الْجنَّة، أحد ُهما أ ْو كلْيهما،والديْه عْندالْكبر
rendah atau hina. Dan dikatakan juga artinya adalah dibenci dan
13
Lihat kitab al-Mughny jilid 9 h. 190, Bidâyatul Mujtahid jilid 1 h. 368, (Ensiklopedia
Ijmak, Sa’ad Abu Habieb h. 287).
14
Abu Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (selanjutnya disebut sebagai Muslîm), al-
Jami’ al-Sahih (Sahih Muslîm), Indonesia: Maktabat Dahlan, juz 4 , No. hadis 2555, h. 1978.
55
tercampur dengan batu krikil. Ada juga yang mengatakan bahwa arti kata
الر ْغ ُم
ُّ ini adalah, setiap apa saja yang mengenai hidung lalu menyakitinya.15
dan pahalanya sangat besar. Artinya adalah, berbakti kepada kedua orang
tua saat keduanya sudah tua renta dan tak berdaya dengan cara melayani,
penyebab masuk surga. Barang siapa yang tidak melakukan kebaikan ini
maka luput darinya penyebab masuk surga dan dia telah merugi. Ijmak
harta.16
Apabila kedua orang tua sudah berusia lanjut, sikap dan perasaan
dan cepat bersedih hati, karena faktor usia mereka. Maka kepada anak-
tua yang sudah tua renta itu sebagai suatu yang lumrah dan mesti diterima
dengan selalu menampakkan rasa kasih sayang yang tulus sebagai buah
15
Al-Nawawi, Imam, Syarah Sahih Muslîm, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), jil. 11,
h. 589-590.
16
Lihat kitab al-Muhalla dalam masalah no.1933 (dalam hal ini pengarang al-Muhalla
manukil dari sementara ulam), Maratibul Ijmak dalam masalah no.79, al-Mughny jilid 8 h. 184,
188 (dalam hal ini pengarang al-Mughny menukil dari Ibn Mundzir), Nailul Authar jilid 6 h. 322
(dalam hal ini pengarang Nailul Autar menukil dari al-Mahdy).
56
Dalam usia lanjut itu, kedua orang tua sangat mengharapkan kasih
sayang dari anak-anak mereka yang sudah mereka besarkan sejak kecil.
orang tua sebagaimana kasih sayang kedua orang tua mereka ketika
dan sampai seperti sekarang ini, di mana perjalanan hidup anak sangat
bergantung kepada kedua orang tua. Apabila di saat anak masih bayi, pada
saat itu mereka merawat anaknya dengan penuh rasa cinta kasih dan
menjadi gelisah apa bila anaknya dalam keadaan sakit atau dalam keadaan
bahaya.
nafkah dan mengurusi kedua orang tuanya yang sudah berusia lanjut.
Namun Rasulullah Saw menjelaskan bahwa keadaan kedua orang tua yang
pahala dari Allah Swt dimudahkan rizki dan jembatan emas menuju surga.
Orang tua boleh mengambil sesuatu dari harta anaknya tanpa izin.
kembali meskipun tanpa alasan apapun. Perintah kedua orang tua dan
57
larangannya wajib di taati oleh seorang anak selain perintah yang berupa
wajib memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang kesulitan dan
nomor dua terbaik setelah salat tepat waktu dan didahulukan sebelum
Muslim.
ع ْن أبي، عن الْحسن بْن عُب ْيد الله، حدَّث نا جر ٌير،حدَّث نا عُثْما ُن بْ ُن أبي شْي بة
«أفْض ُل: عن النَّب ّي صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم قال، ع ْن عْبد الله،ع ْمرو الشَّْي بان ّي
48
» وبُّر الْوالديْن،الصالةُ لوقْتها
َّ ْاأل ْعمال أو الْعمل
“menceritakan kepada kami Ustman Ibn Abi Syaibah,
menceritakan kepada kami Jarir dari al-Hasan Ibn ‘Ubaidillah
dari Abi ‘Amr As-Syaibani dari ‘Abdullah dari Rasulullah Saw,
sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda keutamaan amal
yaitu mengerjakan shalat tepat waktu dan Birr al-Wâlidain”
waktu yang harus ditepati, jika waktunya habis maka tidak bisa melakukan
shalat.
17
Mabbruri Tholhah Syafi’ah AM. M Abdul Mujieb, kamus istilah fiqih, (Jakarta: PT.
Pustaka Firdaus 1995), h. 255.
18
Abu Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (selanjutnya disebut sebagai Muslîm), al-
Jami’ al-Sahih (Sahih Muslîm), Indonesia: Maktabat Dahlan, kitab al-Iman, bab Bayân Kaun al-
Iman Billahi Ta’ala Afdol al- A’mal. Juz 1, No hadis 85, h. 90.
58
tua”. Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua ini merupakan hal utama
yang harus dilakukan seorang anak, jika anak tidak berbakti kepada kedua
kepada kedua orang tua. Bentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang
a. Berkata kepada kedua orang tua dengan perkataan yang lemah lembut.
kedua orang tua seperti mencemooh dan mencaci maki atau melaknat
denga kedua orang tua, jangan merasa tinggi hati dengan sebab sudah
lahir seorang anak berada dalam keadaan hina dan butuh pertolongan.
yang diharamkan, wajib bagi seorang anak untuk tetap taat kepada
anak untuk berbuat baik selagi keduanya masih diberi umur oleh Allah
Swt.
c. Memberi sedekah kepada kedua orang tua. Jika seorang anak sudah
kali pada kedua orang tuannya. Ada sebagian anak yang telah
yang benar bila seorang anak pernah berbuat durhaka kepada kedua
b. Hadapi mereka dengan ramah dan ceria terutama jika mereka sudah
lanjut usia.
c. Beri mereka nasehat tetapi dengan cara yang santun, jika mereka tidak
Dan temani mereka dengan baik jangan sampai lupa untuk minta doa
restu dari mereka apa yang dilaku kan oleh seorang anak.
yang besar di sisi Allah Swt. Di antara keutamaan berbakti kepada kedua
a. Berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Hal
ini berdasarkan hadis Nabi Saw. yang disepakati oleh al-Bukhari dan
ُالصالة
َّ :ي الْعمل أفْض ُل؟ قال ُّ ت ر ُس ْول الله صلَّى اللهُ علْيه وسلَّم أ ُ ْسأل
اد في
ُ الْجه:ي؟ قال
ٌّ ثَُّم أ: قال. وبُّر الوالديْن:ي؟ قل ٌّ ثَُّم أ:ت
ُ قُ ْل.لوقْتها
.سبيل اللَّه
61
disepakati oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Anas ibn
todak pernah. Padahal saat masih kecil selalu bersama ibu dan
berkumpul atau tidak kenal dengan kedua orang tuanya oleh Allah
Swt.
anak yang berbuat kejahatan atau durhaka pada orang tuanya maka
surga haram baginya dan sebaliknya mereka yang berbakti pada kedua
orang tuanya, Allah Swt menjanjikan surga bagi mereka. Tidak hanya
akan selalu diberikan bagi mereka yang durhaka pada kedua orangtua,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kedua orang tua, mengunjungi kedua orang tua jika tidak tinggal bersama,
merawat kedua orang tua yang telah lanjut usia, dan lain sebagainya. Birr
al-Wâlidain atau berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban bagi
seorang anak. Dalam agama Islam perintah berbakti kepada kedua orang
kedudukan ini.
keluarga sendiri harus tetap untuk berbakti kepada kedua orang tuanya,
karena orang tua mempunyai hak kepada anaknya yaitu hak rasa kasih
sayang. Dan seorang anak jika telah memberi, membagi sebagian rezeki
63
64
atau hartanya kepada orang tuanya yg sudah tidak mampu lagi untuk
B. SARAN
pembahasan dan tema hadis yang perlu dibahas dan diteliti. Dalam skripsi
ini penulis hanya memfokuskan pada hadis berbakti kepada kedua orang
tua yang masih hidup. Maka dari itu saya berharap dikemudian hari ada
Abu habieb, Sa’di. Ensiklopedi Ijmak, terj. Kh. A. Sahal Mahfudz, cet. Ke-4.
2002.
Al-Asqalani, Ibn Hajar. Fathul Bāri: Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari. Jakarta:
orang yang berbakti kepada orang tua. Jakarta: Qisthi Press, 2010.
2014.
65
66
Arrofiqi, Ahmad. Implementasi hadis birul walidain setelah meninggal dunia pada
Azis Dahlan, Abdul. Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 2. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996.
Ibn Abdul Qadir Jawas, Yazid. Birrul Walidain. Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2015.
Bukhâry (al), Muhammad ibn ismāil ibn ibrāhim ibn al Mughirah, abu abdillah.
1989.
Faishal ibn Abdul Aziz, Alu Mubarak. Ringkasan Nailul Authar, jilid 6. Jakarta:
Jauzi, Imam Ibn. Birrul Walidain. Darul Ilmu Al Munawar Asy-Syamsiah, cet.I.
Muhammad ibn Jarir Ath-Thabari, Abu Ja’far. Tafsir Ath Thabari, cet. 1. Jakarta:
Muhammad Fahruddin, Fuad. Masalah Anak Dalam hukum Islam. Jakarta: CV.
H/1989 M.
Nasâ’i (al), Abu Abdi al Raḥman Ahmad ibn Shuib ibn Aly al Khurasāny. Al
1986.
Qudamah, Ibn. Al-Mughni, terj. Sadam Hussaen, Lc. Jakarta: Pustaka Azzam,
2008.
1994.
Rifa’i, Drs. Muhammad. Khatbah Jum’at. Semarang: CV. Toha Putra, 1979.
Rusyd, Ibn. Bidayatul Mujtahid, terj. Abdul Hadi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cet. II.
Tholhah Syafi’ah, Mabruri. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Turmudhy (al), Muhammad ibn Isa ibn Sūrah ibn Mūsa ibn al Ḍaḥak. Sunan al
Halby, 1975.