AL-QUR’AN
Dosen Pengampu :
MUHAMMAD SIDDIK, M.HUM
Disusun Oleh :
Nurainun Putri (0503192083)
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat, hidayah serta inayah –Nya. Sehingga, saya dapat menyelesaikan
Tugas Pribadi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Al-Qur’an. Sholawat serta salam
tak lupa juga kita limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dengan rasa kesungguhan, penyusunan makalah ini dihadapkan pada
pengetahuan dan kemampuan serta waktu terbatas, sehingga saya sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Berhasilnya penyusunan ini tentunya berkat kerja sama dan terima kasih
khususnya kepada bapak Muhammad Siddik selaku dosen Mata Kuliah Al-Qur’an.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, Untuk itu saya dengan senang hati menerima segala saran dan masukkan
yang bersifat membangun. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I.....................................................................................................................................
1. Biografi Pribadi Sederhana................................................................................
2. Tujuan Kuliah.....................................................................................................
3. Tujuan Hidup.............................................................................................
4. Cara Membahagiakan dan Menghormati Orang tua dan Dosen....................
5. Cara Menghargai Dan Menghormati Teman.................................................
BAB II...................................................................................................................................
1. Kisah Perjuangan Saat Belajar di Mata Kuliah Al-qur’an..........................
2. Kisah Proses Perubahan Baik Setelah Belajar di Mata Kuliah Al-qur’an...
3. Cara Merubah Akhlak Menjadi Baik Setelah Belajar Al-qur’an.... ...........
BAB III.................................................................................................................................
1. Motivasi Hidup, Akhlak Baik yang Didapat di Mata Kuliah Al-qur’an.....
2. Amal Kebaikan yang Terus Dijalankan di Mata Kuliah Al-qur’an.............
3. Cara Melatih Amal Kebaikan...........................................................................
BAB IV..................................................................................................................................
1. Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang lain Berbuat Amal Kebaikan......
2. Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang lain Menjalankan Sunnah..........
3. Cara Mengubah Diri Sendiri untuk Hijrah dan Berbuat Baik......................
4. Akhlak Buruk Apa yang Anda Ubah, dan Cara Mengubahnya.................
BAB V........................................................................................................................
1. Adab Sholat........................................................................................................
2. Adab Makan dan Minum...................................................................................
3. Adab Berpakaian................................................................................................
4. Adab Berbicara...................................................................................................
5. Adab Berwudhu..................................................................................................
BAB VI........................................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................
2. Daftar Pustaka............................................................................................
BAB I
Assalamu’alaikum Wr. Wb perkenalkan nama saya adalah Nur’ainun Putri, saya lahir di kota
Medan 18 Mei 2001 saya anak ketiga dari lima bersaudara 4 perempuan 1 laki-laki, buah
pasangan dari alm. Arbai dan Nurhasanah. Putri adalah panggilan akrab saya. Dan saya
terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya
hanya seorang pemilik warung kecil-kecilan di rumah, sejak kecil saya selalu di ajarkan oleh
orang tua saya untuk selalu rajin beribadah, jujur dan baik terhadap sesama. Saya bersekolah
di sd, SDN 014715 Tg. Seri, sewaktu saya sd saya pernah mendapatkan juara 3, saya SMP di
SMP N 1 Sei Suka, SMP tersebut merupakan salah satu SMP terfavorit di kabupaten saya,
saya juga bersekolah di SMA N 1 Sei Suka, selanjutnya saat ini saya sedang menempuh
dunia perkuliahan di Universitas Islam Negeri Medan (UINSU) dengan jurusan yang saya
pilih yaitu jurusan Perbankan Syariah.
2. Tujuan Kuliah
Dalam sebuah hadist shahih, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seseungguhnya segala amal
perbuatan itu diperhitungkan menurut niatnya..” Niat atau motif perbuatan adalah hal
pertama yang harus ditentukan sebelum mengerjakan sesuatu.
Tujuan saya kuliah ingin mencari ilmu sebagimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW
adalah kewajiban sepanjang hayat bagi umat islam, istilahnya dari semenjak dilahirkan
sampai masuk liang lahat. Dan karna ilmu lah orang akan menjadi mulia, bermartabat dan
diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Kuliah yang sebenarnya adalah menuntut ilmu bukan
karna ingin mendapat pekerjaan. Nah, kenapa sarjana sekarang banyak yang menjadi
pengangguran? Karena mereka hanya mengandalkan pengetahuan umumnya saja dan
mengesampingkan llmu agama. Jika seorang sarjana mengkolaborasikan ilmu umum dan
ilmu agamanya, sudah tentu mereka akan dibutukhan masyarakat, karena masyarakat
membutuhkan sarjana yang unggul dalam ilmu umum dan ilmu agama. Maka dari itu saya
memilih masuk ke Universitas Islam Negeri Medan agar saya mendapatkan pengetahuan
umum sekaligus pengetahuan agama agar nantinya dimasa depan bisa saya terapkan
dikehidupan saya.
3. Tujuan Hidup
Kehidupan seorang muslim yang baik amatlah jauh dari gaya hidup orang-orang yang tak
beriman kepada Allah Ta’ala. Kehidupan seorang muslim adalah kehidupan yang bermutu
tinggi. Hidup tak asal hidup. Kehidupannya memiliki arah dan tujuan yang jelas. Allah telah
menetapkan tujuan hidup hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya. Tujuan hidup
tersebut terkandung dalam dua firman Allah Ta’ala berikut ini:
Pada ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menciptakan langit, bumi, dam apa yang
ada di antara keduanya. Allah pun menurunkan perintah-Nya, baik perintah yang syar’i, yaitu
agama-Nya, maupun perintah kauni qodari, yaitu takdir-Nya guna mengatur hamba-hamba-
Nya. Sungguh semua itu bertujuan agar kita mengetahui tentang-Nya, mengetahui bahwa
kekuasaan dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa kita
diciptakan untuk mengenal Rabb kita, mengenal nama, sifat dan perbuatan-Nya.
Inilah tujuan hidup kita terlahir di dunia ini, yaitu ma’rifatullah, mengenal Allah, melalui
nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Atau dikenal dengan Tauhidur Rububiyyah & Tauhidul
Asmaa` wash Shifaat.
ِ س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد
ُون ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو
َ اْل ْن
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku (saja)” (QS.Adz-Dzaariyaat: 56).
Adapun pada ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia
dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya saja, atau dengan kata lain mentauhidkan
Allah dalam peribadatan, yang kemudian dikenal dengan istilah Tauhidul Uluhiyyah.
‘Ibadatullah (Tauhidul Uluhiyyah) adalah tujuan hidup kita. Sedangkan beribadah itu berarti
beramal, dengan demikian tauhid jenis ini hakikatnya adalah amal.
1. Bersikap baik terhadap teman dan tidak boleh memilih teman antara kaya dan
miskin, dan tidak menyombongkan diri.
2. Bersikap jujur dan sopan terhadap teman
3. Menyapa jika bertemu baik disekolah maupun diluar sekolah
4. Tutur kata yang baik, tidak mudah melampiaskan amarah dan saling mengerti
5. Saling menghormati sesama teman
6. Menjenguk jika teman ada yang sakit
7. Bersikap suka menolong terhadap teman yang kesusahan
8. Saling menasehati dalam kebaikan maupun keburukan
9. Menjauhi iri, dengki, dan dendam hati kepada teman
10. Menjaga hubungan baik terhadap teman.
BAB II
Perjuangan saya dalam belajar Al-Qur’an yaitu ketika saya mau ke kampus, masuk mata kuliah Al-
Qur’an ban saya bocor, tetapi saya tetap berjuang dengan cara mendorong kereta saya sampai ketemu
bengkel agar saya bisa mengikuti pelajaran bapak, bukan hanya itu saja tetapi saya juga pernah
kehujananuntuk masuk pelajaran bapak, karena saya tidak ingin ketinggalan satu mata kuliah bapak,
karena saya sangat ingin belajar banyak tentang Al-Qur’an
Kisah saya setelah belajar Qur’an, saya merasa lebih tenang, karena hampir setiap malam
jum’at saya membaca ayat-ayat Al-Qur’an, serta saya menjadi sosok yang lebih sabar dan
selalu berfikir positif dalam segala hal, karena saya selalu banyak belajar dari sosok bapak
yang selama ini telah memberikan arahan serta pelajaran yang sangat penting untuk diri saya
dan orang sekitar saya. Saya juga sangat bersyukur dapat belajar dengan bapak yang menurut
saya sangat baik dalam memahami Al-Qur’an
Cara saya merubah akhlak saya menjadi lebih baik dengan cara mengingat ajaran bapak yang
sangat baik untuk kepribadian saya serta selalu membaca Al-Qur’an ketika selesai shalat,
serta selalu membaca Al-Qur’an beserta artinya agar lebih baik lagi dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Tak lupa saya juga selalu mengontrol diri dari rasa marah dan egois
dalam berbagai hal, karena telah belajar Al-Qur’an, jadi saya bisa brkaca diri agar selalu
belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dengan berpedoman terhadap Al-Qur’an
beserta ajaran bapak yang sangat luar biasa.
BAB III
Motivasi Hidup :
- “Jangan bersedih sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran.” (HR.
Ahmad)
- “Aku percaya takdir Allah pastilah yang terbaik untukku, dan untukmu juga.”
- “Ketika ada sesuatu yang hilang dalam diri kita, bersabarlah. Jika itu memang milik
kita InsyaAllah akan kembali, jika tidak akan Allah ganti dengan yang lebih baik lagi.”
- “Jangan meyerah jika doa-doamu belum terjawab. Jika kamu mampu bersabar, Allah
mampu memberikan lebih dari apa yang kamu minta”
- “Kunci hidup bahagia adalah Jalani, Nikmati, dan Syukuri.”
Amal kebaikan yang terus saya lakukan setelah pelajaran al-qur’an adalah :
1. Saya sekarang sering menjalankan sholat lima waktu, karna bapak selalu
mengingatkan kami untuk melaksanakan sholat lima waktu dan tepat waktu.
InshaAllah sudah saya terapkan dengan baik di kehidupan saya sehari-hari.
2. Saya menjadi mahasiswa yang selalu berprasangka baik kepada semua orang, ada
baiknya kita berprasangka baik terlebih dahulu sebelum kita mengetahui
kebenarannya, itu yang selalu bapak ajarkan kepada kami. Dan inshaallah itupun
sudah saya terapkan sedikit demi sedikit.
3. Rajin bersedekah,bapak selalu mengajarkan kami untuk selalu menyisihkan uang
walaupun sedikit untuk orang yang lebih membutuhkan,karna sebagian dari harta
kita terdapat hak orang lain. Maka dari itu saya pun juga inshaallah menyisihkan
uang saya sedikit demi sedikit untuk disedekahkan kepada yang lebih
membutuhkannya.
4. Bersabar dalam hal apapun, terutama bersabar akan waktu. Karna sesungguhnya
allah selalu bersama dengan orang yang bersabar, dari pelajaran bapak yang
membuat saya selalu menunggu akan kehadiran bapak, membuat saya menjadi
lebih bersabar. Karna nantinya kita akan mendapatkan buah yang baik dari
kesabaran kita tersebut.
5. Saya menjadi lebih sering membaca al-qur’an baik itu di malam jumat maupun
malam malam biasa, saya jadi lebih sering membaca alqur’an disaat saya selesai
sholat. Dan inshaallah saya juga akan terus menjalankannya.
6. Saya menjadi lebih sering bersholawat dan berdzikir disaat waktu
luang,contohnya setelah selesai sholat, saat saya tidak ada kegiatan daripada
bengong gak jelas lebih baik untuk berdzikir dan sholawat untuk nabi besar
Muhammad SAW semoga kelak kita mendapat syafaat nya aamiin ya robbal
alamin.
Cara saya mengajak keluarga, teman dan orang lain berbuat amal kebaikan dengan cara saya merubah
diri saya terlebih dahulu sehingga orang disekitar saya melihat perubahan saya menjadi lebih baik
dengan cara itu secara perlahan saya mengajak mereka untuk belajar bersama-sama dengan
menggunakan Al-Qur’an dan berbuat kebaikan untuk semua orang agar orang disekitar saya dapat
melihat dan tertarik untuk ikut serta dalam berbuat kebaikan. Serta saya berusaha untuk mengajak
teman, keluarga dan orang di sekitar saya untuk ikut pengajian agar lebih terbuka lagi untuk berbuat
amal kebaikan dan selalu menolong sesama serta belajar dan menegur sesuatu yang salah dan dilarang
Allah swt. dengan belajar dari hadist rasul dan Al-Qur’an.
2. Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang lain Menjalankan Sunnah
3. Cara Mengubah Diri Sendiri untuk Hijrah dan Berbuat Baik
4. Akhlak Buruk Apa yang Anda Ubah, dan Cara Mengubahnya
BAB V
1. Adab Sholat
Shalat merupakan ibadah yang sangat mulia. Saat itu seorang muslim menghadap kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan tubuh dan hatinya. Maka sepatutnya seorang muslim
mempersiapkan fisik dan ruhnya dengan baik agar dapat berkonsentrasi dan mendirikan shalat
dengan sempurna. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu memperhatikan beberapa hal
berikut ini:
2- Menyempurnakan wudhu
Yaitu berwudhu dengan sebaik dan sesempurna mungkin. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Maukah
kalian aku tunjukan sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan dan
meninggikan derajat?” Mereka menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Beliau
bersabda, “Menyempurnakan wudhu walaupun di waktu yang sulit [Al-
Makarih artinya kondisi sulit karena cuaca dingin atau semisalnya],
memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat dalam masjid. Itulah
ribath [Ar-ribath artinya mengerjakan ketaatan] ( ketaatan sempurna ) bagi
kalian.” [HR. Muslim]
Maksudnya adalah bersegera keluar rumah menuju ke masjid agar dapat digolongkan
sebagai orang yang menunggu shalat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda,
“Seseorang akan dianggap sedang shalat selama ia menunggu waktu shalat.”
[HR. Al-Bukhari]
4- Berdzikir kepada Allah
Berdoa ketika keluar rumah sambil mengucapkan, “Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada-Nya karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-
Nya [HR. Abu Dawud] . Ya Allah hindarkan aku dari kesesatan dan disesatkan,
menyalahkan dan disalahkan, menzhalimi dan dizhalimi, membodohi dan
dibodohi .” [HR. Abu Dawud]
Berdoa ketika sedang berjalan menuju masjid dengan mengucapkan, “Ya Allah
berikanlah cahaya di hatiku, dan cahaya di lisanku, cahaya di pendengaranku,
cahaya di penglihatanku, berikanlah cahaya di belakangku dan di depanku, di
atasku serta di bawahku, ya Allah limpahkanlah cahaya kepadaku.” [HR. Muslim]
Saat masuk membaca, “Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan
Wajah-Nya yang Mulia, dan kekuasaannya yang luas, dari gangguan setan yang
terkutuk.” [HR. Abu Dawud] “Ya Allah bukakanlah pintu rahmat-Mu untukku.”
[HR. Muslim]
Ketika keluar membaca, “Dengan nama Allah, shalawat dan salam kepada
Rasulullah, ya Allah aku memohon karunia-Mu, ya Allah jagalah aku dari setan
yang terkutuk .” [HR. Ibnu Majah]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, “Jika seseorang dari kalian masuk
masjid hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk.” [HR. Muttafaqun Alaihi]
Dianjurkan untuk senantiasa berdzikir, berdoa atau membaca Al-Qur’an saat sedang
menunggu waktu shalat dengan tetap menjaga ketenangan dan tidak mengganggu
orang lain yang sedang shalat.
Khusyu’ merupakan inti dan ruh shalat. Shalat yang tidak disertai dengan
kekhusyu’an ibarat badan tanpa ruh. Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan, “Makna
dasar khusyu’ adalah kelembutan hati, kerendahan, ketenangan dan ketundukannya.
Jika hati telah merasakan kekhusyuan maka anggota tubuh yang lain akan khusyu’
pula karena ia seperti prajurit yang tunduk pada komandannya .” [Al-Khusyu’, karya Ibnu
Rajab]
Shalat adalah ibadah yang berdasar pada dalil dan contoh dari Rasulullah. Dalam
shalat, Seseorang tidak memiliki kewenangan untuk melakukan atau mengatakan
sesuai dengan keinginannya. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam,
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” [HR. Al-Bukhari]
Makan dan minum juga memerlukan aturan. Makan yang baik itu yang diawali dan
diakhiri dengan do’a. Islam mewajibkan umatnya untuk memakan makanan dan
minuman yang halal. Halal berati diperbolehkan tanpa ada larangan untuk
menikmatinya. Makanan yang baik akan bermanfaat bagi tubuh kalian dan
menghasilkan pikiriran yang baik. Inilah merupakan kebiasaan Rasulullah SAW pada
saat makan dan minum.
Hendaknya pakaian yang digunakan halal bahannya, juga halal cara mendapatkannya serta
halal harta yang digunakan untuk mendapatkan pakaian tersebut. Dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama sebagaimana yang
diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para Rasul, makanlah
makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih’ (QS. Al Mu’min: 51). Alla Ta’ala
berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik yang telah Kami
berikan kepadamu’ (QS. Al Baqarah: 172). Lalu Nabi menyebutkan cerita seorang lelaki
yang telah menempuh perjalanan panjang, hingga sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia
menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’
padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan
dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim no 1015).
Tidak diperbolehkan menyerupai lawan jenis dalam bertingkah-laku, berkata-kata, dan dalam
semua perkara demikian juga dalam hal berpakaian. Laki-laki tidak boleh menyerupai wanita,
demikian juga sebaliknya. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata yang
artinya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan
para wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).
Hendaknya memulai memakai pakaian dari sebelah kanan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha,
ia berkata:
سلَّ َم َكانَ يُ ْع ِجبُهُ الت َّ َي ُّم ُن ِفي تَنَعُّ ِل ِه َوت َ َر ُّج ِل ِه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ صلَّى َ ي َّ أ َ َّن النَّ ِب
ور ِه فِي شَأ ْ ِن ِه ُك ِلِّ ِه ِ ط ُه ُ َو
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam membiasakan diri mendahulukan yang kanan dalam
memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam setiap urusannya” (HR. Bukhari no. 168).
“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud,
4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh Ahmad
Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).
Hendaknya pakaian yang digunakan bukan pakaian yang termasuk libas syuhrah. Dari
Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Alhamdulillahilladzi kasaaniy hadzats tsauba wa rozaqonihi min ghoiri hawlin minniy wa laa
quwwah
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rezeki dari-Nya
tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud no. 4023. Dihasankan Al Albani dalam
Shahih Abi Daud)
Busana wanita Muslimah hendaknya tidak menjadi perhiasan, yang memperindah wanita
yang memakainya di depan para lelaki, sehingga menimbulkan fitnah bagi mereka. Allah
Ta’ala berfirman:
Busana Muslimah hendaknya tebal dan tidak tipis serta tidak memperlihatkan lekuk-lekuk
tubuh. Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :
Wanita tidak boleh memakai parfum atau wewangian yang bisa tercium oleh para lelaki. Dari
Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
4. Adab Berbicara
Orang-orang zaman sekarang makin sembarangan dan serampangan dalam berbicara, karena
melupakan adabnya. Ada yang berbicara kotor, makian, umpatan, dengan mudahnya, dan
menjadi perkataannya sehari-hari, mereka tidak sadar dampak buruk dari perkataan tersebut.
Oleh sebab itulah, adab berbicara amat perlu kita perhatikan dan praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini beberapa adab dalam berbicara yang telah diatur dalam ajaran Islam:
Jika tidak bermanfaat, maka tinggalkanlah. Seseorang yang berbicara hal yang tidak
penting dan tidak bermakna… sesungguhnya menunjukkan kebodohan dirinya sendiri.
“Lisan orang memiliki akal timbul dari hati nuraninya. Maka saat ingin berbicara, lebih
dahulu dia kembalikan kepada nuraninya. Jika ada manfaat bagi dirinya, dia berbicara dan
jika berbahaya, maka dia menahan diri. Sementara itu, hati orang bodoh berada di
mulutnya, dia berbicara sesuai apa saja yang dia mau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Menghina orang tentu tidak boleh, tapi bagaimana dengan memuji? Jika ditujukan untuk
menjilat, atau menyanjung berlebihan, tentu saja tidak diperbolehkan juga. Mari kita
simak haditsnya:
Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di
depan Miqdad bin Aswad dengan berlebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan
menaburkannya di wajah orang tersebut, kemudian berkata: Nabi Shalallaahu ‘alaihi
wassalam memerintahkan kepada kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang suka
memuji.” (HR. Muslim)
Jika ada teman yang cacat fisik, misalnya hidung pesek, tubuh pendek, janganlah
menyebut-nyebut kekurangannya tersebut, itulah yang disebut ghibah, dan dosanya amat
besar.
“Ghibah adalah kamu menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang dibenci.” Orang itu
kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika sesuatu yang
diceritakan tersebut memang benar ada padanya ?” Rasulullah kemudian menjawab,
“Kalau memang benar, itu namanya ghibah. Bila tidak benar, maka engkau telah berbuat
buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)
4. Berdusta
Bahkan pada anak kecil pun kita tidak boleh berbohong, inilah adab yang diajarkan Islam.
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri ini, kemudian tidak
memberi, maka itu bohong.” (HR. Ahmad)
Lagipula berdusta adalah salah satu tanda-tanda orang yang memiliki sifat munafik di
hatinya, Oleh sebab itu, pembicaraan yang dusta harus dijauhi oleh siapapun yang
mengaku beriman pada Allah.
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji
mengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Ada orang yang berbicara dibuat-buat, lebay, difasih-fasihkan, dan banyak bicara dalam
artian… apapun dijadikan bahan obrolan sekalipun tidak penting atau menyerepet privasi
orang lain. Sesungguhnya hal seperti ini dibenci oleh Allah dan RasulNya.
“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan paling jauh dari aku nanti di hari
Kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang pura-pura fasih dan orang yang
mutafaihiqun”. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa itu mutafaihiqun? Nabi
menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Tirmidzi)
6. Menjauhi perdebatan
Sekalipun benar, jangan pernah menceburkan diri dalam perdebatan baik secara lisan
maupun tulisan (online). Karena yang namanya berdebat, kalah jadi abu… menang jadi
arang, tidaklah bermanfaat jika perdebatan itu dimaksudkan untuk berdakwah. Justru
orang akan menjauh karena sifat ego kita yang tidak mau kalah.
“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari berdebat walaupun
dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk yang menghindari dusta
sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di puncak surga untuk yang akhlaknya
baik.” (HR. Abu Daud)
Satu hal lainnya yang menjadi adab dalam berbicara adalah menghindarkan ucapan kotor,
kasar, dusta, demi memancing tertawaan orang lain.
5. Adab Berwudhu
Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maka dari itu, setiap hendak melakukan
macam-macam amal shaleh harus diawali dengan membersihkan diri. Seperti halnya
ketika akan melakukan ibadah sholat maka wajib berwudhu terlebih dahulu.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)
Adapun dalam berwudhu ada beberapa adab yang harus dipenuhi. Apa sajakah itu? Simak
ulasannya berikut ini!
Saat hendak berwudhu, carilah sumber air bersih dan jernih, serta bebas dari pencemaran.
Jika di rumah memiliki sumber mata air sumur, maka gunakanlah air tersebut. Namun,
bila tidak maka berwudhu dapat dilakukan di mushala atau masjid terdekat yang
umumnya menyediakan toilet umum atau tempat khusus berwudhu.
2. Niat
Segala amal perbuatan yang akan dikerjakan, hendaknya diawali dengan niat. Karena niat
menentukan apa yang akan diperoleh dari pengamalan ibadah tersebut.
3. Membaca Basmallah
Setelah berniat, maka lanjutkanlah berwudhu dengan melafalkan kalimat basmallah.
“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi orang
yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah) ketika hendak berwudhu.” (HR. Ibnu
Hibban no. 399, At Tirmidzi no. 26, Abu Dawud no. 101, Al Hakim no. 7000, Ad
Daruquthni no. 232)
Dalam dasar hukum Islam, ada ketentuan dalam berwudhu yang wajib dilakukan yakni
membasuh anggota tubuh yang wajib dibasuh. Sebagaimana dalil di bawah ini.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (QS. Al Maidah : 6)
1. Niat Wudhu
Tentunya sebelum berwudhu kamu diharuskan untuk berniat terlebih dahulu. Niat dalam
berwudhu ini diartikan sebagai kesungguhan hati untuk berwudhu karena melaksanakan
perintah Allah SWT dan mengikuti ajaran dari Rasulullah SAW.
2. Membaca Basmallah
Setelah melakukan niat dengan kesungguhan hati, kemudian bacalah basmallah. Membaca
basmallah ini dilakukan sambil mencuci kedua telapak tangan sebanyak 3 kali hingga ke sela-
sela jari.
3. Berkumur-kumur
Berkumur-kumur sebanyak 3 kali atau memutar air dalam mulut dan mengeluarkannya serta
membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang ada pada gigi.
4. Mencuci lubang hidung
Mencuci lubang hidung sebanyak 3 kali untuk mengeluarkan kotoran yang ada di dalamnya.
Dan disunnahkan pula muncuci lubang hidung dengan cara menghirup air dalam sekali hirup
serta mengeluarkannya dengan memencet hidung.
5. Mencuci muka 3 kali
Mencuci muka 3 kali pada saat berwudhu sebaiknya dilakukan mulai dari ujung kepala
tumbuhnya rambut hingga bawah dagu. Serta membersihkan dari telinga kanan ke telinga
kiri.
6. Mencuci kedua belah tangan hingga siku
Setelah mencuci muka, kemudian cucilah kedua belah tangan hingga siku sebanyak 3 kali.
Sebaiknya lakukan dengan mendahulukan anggota tubuh bagian kanan, membasahi tangan
hingga siku pun sudah tercantum dalam surat Al- Maidah ayat 6 sesuai dengan perintah
Allah SWT.
7. Mengusap kepala
Tata cara wudhu selanjutnya ialah mengusap kepala dari depan hingga ke bagian belakang
kepala sebanyak satu kali. Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku melihat Nabi SAW mengusap
kepalanya satu kali." (HR. Sahih Abu Dawud no.106)
8. Membersihkan kedua telinga
kan telinga dalam tata cara wudhu ini dilakukan dengan memasukan jari telunjuk ke dalam
telinga, kemudian ibu jari mengusapkan kedua daun telinga.
9. Mencuci kedua kaki hingga di atas mata kaki
Dan tata cara wudhu selanjutnya yang benar sesuai dengan sunnah ialah membasuh kedua
kaki hingga di atas mata kaki. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dan dimulai dari kaki bagian
kanan terlebih dahulu.
10. Membaca doa wudhu
Dan saat memanjatkan doa wudhu, sebaiknya berdoa dengan menghadap kiblat dan
mengangkat dua tangan.
BAB VI
1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/28/m6appd-ini-
7-amalan-yang-pahalanya-terus-mengalir
https://www.al-feqh.com/id/adab-adab-dalam-shalat
https://www.rumahzakat.org/adab-makan-dan-minum-dalam-islam/
https://muslim.or.id/47057-adab-adab-berpakaian-bagi-muslim-dan-
muslimah.html
https://belajarislam.com/artikel-baru/adab-berbicara/
https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/adab-berwudhu