Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH STUDI KEISLAMAN

“ALIRAN ISLAM MODERN”

Dosen Pengampu: Dr. Hilmin, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. NURHIDAYAH AL FATAH (210101059)


2. SITI TASYA SEPTIARA (210101086)
3. ANNISA DWI KURNIA (210101008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QUR’AN
AL-ITTIFAQIAH (IAIQI)
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ALIRAN ISLAM MODERN”.
Kami menyadari bawa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam Penyusunan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa Meridhoi segala usaha kita, AAMIIN.

Indralaya, 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam Modern ................................................................ 2
2.2 Aliran-aliran Islam Modern di Indonesia ......................................... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembaharuan dalam islam mengandung adanya tranformasi nilai yang mesti


berubah bahkan adakalahnya di perlukan perombakan–perombakan terhadap
sruktur atau tatanan yang sudah ada dianggap baku, sedangkan nilai tersebut tidak
mempunyai akar yang kuat berdasarkan suber-sumber pokoknya alquran dan
hadist.tanda-tanda perubahan itu terlihat secara trasparan . Titik tekan
pembaharuan dalam istilah gerakan dan reformasi terhadap ajaran-ajaran islam
yang tidak sesuai dengan orisinalitas alquran dan hadist baik dalm interpretasi
tekstual maupun konstektual.
Menegaskan kembali proporsional ijtihat secara riil dengan pemberantasan
terhadap taklid dan mengadakan perombakan sosial umat islam yang terbelakang
kemudian mengiringnya mengadakan pencapaian kemajuan sesuai dengan
tuntutan zaman. Pembaharuan muncul dalam studi-studi modernisme di negara-
negara islam penghujung abad ke 18 abad ke 19 banyak memunculkan tema –
tama sentral tentang perlunya iptek sebagai pengikat perluasan upaya penaikan
citra peradaban umat islam menapaki abad –abad berikutnya. Sehingga ada
kecendrungan lebih bersemangat untuk proses islamisasi sains, yang di barat saat
ini sains seakan bebas nilai dari keikut sertaan agama memberikan masukan
positif di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Islam Modern?


2. Apa saja Aliran Islam Modern di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami pengertian dari Islam Modern.


2. Untuk mengetahui apa saja Aliran Islam Modern di Indonesia.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam Modern

Kata modern yang berada di belakang kata islam, berasal dari bahasa inggris
modernistic yang berarti model baru. Selanjutnya dalam kamus umum bahasa
Indonesia, Kata modern diartikan sebagai yang terbaru secara baru, mutakhir.
Selanjutnya kata modern erat pula kaitannya dengan kata modernisasi yang berarti
pembaharuan atau tajdid dalam bahasa arabnya.
Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata
modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama.
Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran,
aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-
pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan
Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.1 Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti
mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits,
melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.

2.2 Aliran-aliran Islam Modern di Indonesia

Pada awal abad ke – 20 muncul gerakan Wahabi yang dipimpin oleh raja
Abdul Aziz Ibn Saud, ketenangan tanah suci Mekah menjadi terganggu. Dan
hubungan tanah suci Mekah dengan Indonesia kemudian terputus, karena terjadi
Perang Dunia I tahun 1914 – 1918. Maka dalam kondisi yang demikian banyak
ulam-ulama Jawi yang kembali ke Indonesia, dan kemudian menyebarkan
ilmunya ke seluruh Indonesia tahun 1916 .

1
Abudin Nata,Metodologi Studi Islam. (Jakarta : PT. raja Grafindo Persada,2001), h. 41
2
Untuk menampung ulama – ulama itu, sebagai wadahnya pada waktu itu di
Indonesia sudah ada Jam’iyatul Chair yang berpusat di Jakarta dengan cabang –
cabangnya , Ar Robithah Al Alawiyah , Al Irsyad dan SI ( Sarikat Islam ), dan
juga Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta.
Ulama – ulama Jawi pada awalnya menggabungkan diri dengan SI ( Sarikat
Islam ) kemudian setelah SI terpecah menjadi Si Merah yang bercorak komunis
dan SI Putih yang murni, maka ulama – ulama Jawi akhirnya meninggalkan SI
karena Belanda mencurigai seluruh SI akibat SI Merah melakukan kekacauan.
Ulama – ulama Jawi akhirnya membentuk organisasi sendiri. Dan karena Belanda
membatasi gerak Jam’iyatul Choir, maka muncullah organisasi – organisasi Islam
dengan nama yang bermacam – macam di seluruh Indonesia, sebagai perwujudan
lahirnya alam pikiran Islam Modern di Indonesia.
A. Macam – macam Nama Aliran:
1. Jam’iyatul Chair
Didirikan pada tahun 1901 M. Di Jakarta sebagai hasil dari masuknya faham
Syeh Muhammad Abduh ke Indonesia melalui majalah Al ‘Urwatul Wutsqa.
Nama Jam’iyatul Chair disesuaikan dengan Jam’iyah Al Chairiyah, yang didirikan
Syech Muhammad Abduh di Mesir.
Pada tahun 1903 Saiyid Barzandi, Muhammad Al Fachir Al Mansur dan
Idrus ibn Shahab mengurus izin ke Belanda dan izin dapat diperoleh dari Belanda
pada tahun 1905. pada tahun itu juga datang peninjau dari Istanbul yaitu Ahmad
Amin Bey. Organisasi ini kemudian berkembang maju, di antara anggotanya
antara lain: KH. Ahmad Dahlan, dan H.O.S Cokroaminoto.
Pada tahun 1912 organisasi ini mendapat kiriman seorang guru agama dari
Syarif Husein di Mekah, yang bernama Syech Ahmad Surkaty Al Anshary As
Sudany. Selanjutnya Syeh Ahmad Surkaty mengadakan peningkatan usaha dalam
Jam’iyatul Chair dengan melakukan modernisasi dalam empat bidang, yaitu :
- Bahasa Arab
- Pendidikan Agama Islam
- Pelajaran Agama
- Ukhuwah Islamiyah
3
2. Al Irsyad
Jam’iyatul Ishlah wal Irsyad atau disingkat Al Irsyad merupakan organisasi
yang berdiri pada tahun 1914. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi
Jam’iyatul Chair yang terpecah menjadi tiga macam, yaitu Jam’iyatul Chair, ar-
Rabithah al Awaliyah dan Al Irsyad.
Latar belakang berdirinya organisasi ini karena Syech Ahmad Surkaty
dalam suatu dialog tentang sekufu antara golongan Sayid dan bukan Sayid,
memberikan penjelasan tanpa menyinggung madzhab hanya menggunakan
pendapat sendiri, sehingga menimbulkan perpecahan antara golongan Sayid dan
bukan sayid. Pendapat Syech Ahmad Surkaty menimbulkan salah pengertian pada
orang awam, bahwa pendapatnya itulah satu-satunya yang benar, sedangkan
pendapat yang lainnya salah.
Golongan Sayid marah kepada Syech Ahmad Surkaty, lalu mereka
memisahkan diri dari Jam’iyatul Chair dan membentuk organisasi baru yang
bernama Ar Rabithah Al-Alawiyah.
Akibatnya Jam’yatul Chair menjadi sepi. KH. Ahmad Dahlan dan HOS
Cokroaminoto membujuk Syeh Ahmad Surkaty agar tetap melanjutkan usaha
bersama-sama mengadakan modernisasi di Indonesia. Lalu Syech Ahmad Surkaty
membentuk organisasi baru yang diberi nama Jam’iyatul Ishlah wal Irsyad atau Al
Irsyad.
3. Sarikat Islam
Sebagai perwujudan kesepakatan dengan Syeh Ahmad Surkaty, HOS
Cokroaminoto kemudian mendirikan organisasi bernama Sarikat Islam. Pada
awalnya organisasi ini bernama SDI ( Sarikat Dagang Islam ) yang didirikan pada
tahun 1911 di Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi. Kemudian kegiatannya
diperluas dan namanya diganti menjadi Sarikat Islam ( SI ) pada tahun 1912.
Pada tahun 1916 M. Sarikat Islam mulai bergerak di bidang politik.
Menginginkan pemerintahan sendiri, turut merundingkan soal pemerintahan.
Kemudin SI dimasuki oleh orang-orang yang berjiwa Komunis, sehingga SI pecah
menjadi :

4
a. SI putih yang murni
b. SI merah yang berhaluan Komunis.
Untuk menonjolkan unsur politiknya maka SI ditingkatkan namanya
menjadi Partai Sarikat Islam ( PSI ), tetapi adanya SI merah yang berhaluan
Komunis menjadikan keruhnya tanggapan masyarakat terhadap SI. Akhirnya SI
merah keluar dari SI dan membentuk Partai Komunis Indonesia ( PKI ) ,
sedangkan SI putih lalu meningkatkan namanya menjadi Partai Saikat Islam
Indonesia ( PSII ).
Akibat masuknya pengaruh Komunis dalam SI merah, menyebabkan
simpati masyarakat terhadap SI menjadi berkurang. Banyak orang – orang awam
yang menarik diri dan tidak memasuki organisasi SI lagi. Hal ini mendorong
ulama – ulama Jawi membentuk organisasi lokal seperti Nahdlatul Ulama ( NU )
di Surabaya, Musyawaratut Thalibin di Kalimantan, Persatuan Ulama Seluruh
Aceh ( PUSA), Darul Da’wah wal Irsyad di Sulawesi, dan Nahdlatul Wathan di
Nusa Tenggara.
4. Muhammadiyah
Sebagaimana kesepakatan dengan Syeh Ahmad Surkaty, maka bersama –
sama dengan SI yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, KH. A. Dahlan
mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Kalau SI menitik - beratkan pada
bidang ekonomi dan politik, maka Muhammadiyah lebih menitik – beratkan
kepada pendidikan, pembentukan kader yang sanggup ber-ijtihad.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang berasaskan Islam bertujuan untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenarnya.
Untuk mencapai tujuannya maka diadakan usaha – usaha antara lain :
a. Membentuk majlis Tabligh,
b. Mendirikan Sekolah-sekolah
c. Membentuk Majlis Tarjih
d. Mendirikan Panti Asuhan dan PKU untuk mengurusi orang sakit
e. Mendirikan orgnisasi Aisyiyah untuk kaum wanita

5
5. Thawalib
Organisasi ini didirikan pada tahun 1907 oleh H. Abdul Karim Amrullah,
M, Jamil Jambek dan Abdullah Ahmad di Sumatera Barat. Organisasi ini
berusaha mengadakan modernisasi seperti yang telah dilakukan oleh Syeh
Muhamad Abduh di Mesir, dan Jam’iyatul Chair di Jawa. Madrasah Diniyah
didirikan untuk mendidik kader-kader. Didirikan juga madrasah diniyah untuk
putri.
Abdullah Ahmad mendirikan Adabiyah School di Padang . Sebagai sarana
untuk menyiarkan pikiran pembaharuan , maka diterbitkan pula majalah Al Munir
yang antara lain berisi terjemahan Al Urwatul Wutsqo.
H. Abdullah Karim Amrullah kemudian menulis kitab Ushul Fiqh yang
bernama : Sullamul Mushul yang menerangkan tentang umat Islam tidak boleh
puas dengan mengikuti madzhab, tetapi harus berusaha ber- ijtihad sendiri
langsung memetik hukum dari Qur’an dan Hadist, tanpa madzhab. Pendapat ini
tidak disetujui oleh sebagian ulama yang kemudian para ulama berusaha
membentuk organisasi baru yang bernama Tarbiyatul Islamiyah.
6. PERTI
Persatuan Tarbiyatul Islamiyah ( PERTI ) didirikan di Sumatera Barat oleh
ulama yang tidak setuju dengan Thawalib, yang dipimpin oleh Syech Sulaiman Ar
Rasuly. Organisasi PERTI ditetapkan bermadzhab Syafi’i. Usaha-usahanya antara
lain :
- mendirikan Madrasah
- menerbitkan majalah SUARTI ( Suara Tarbiyatul Islamiyah )
- menerbitkan bulletin Al Mizan
Organisasi ini terus berkembang sampai Proklamasi Kemerdekaan RI dan
menjelma menjadi Partai Tarbiyatul Islamiyah dengan singkatan tetap PERTI.
7. PMT
Dengan alasan yang sama terhadap Thawalib, maka di Tapanuli didirikan
Persatuan Muslimin Tapanuli ( PMT ) yang mengadakan kegiatan yang sama
dengan PERTI di daerah Tapanuli. PMT didirikan pada tahun 1930 dibawah
pimpinan Syech Mustofa Husein Purbabaru.
6
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, oraganisasi PMT bergabung dengan
Nahdlatul Ulama ( NU ).
8. NU
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan
Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar nomer 1 di
Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang
pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar
ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai
organisasi pendidikan dan pembebasan.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem
naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an,
sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas
empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan
mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali
sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah.
Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid
Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
7
9. PERSIS
Sebagai akibat pembatasan gerak yang dilakukan oleh Belanda terhadap
Jam’iyatul Chair, maka diadakanlah Persatuan Islam ( PERSIS ) yang didirikan
oleh A. Hasan di Bandung pada tahun 1923. Usahanya untuk meningkatkan
kesadaran beragama dan membentuk kader dengan membuka sekolah dan
madrasah. Dalam perkembangannya organisasi ini menonjol dalam amar makruf
nahi munkar, terutama pemberantasan kemaksiatan.
10. Musyawaratut Thalibin
Organisasi ini lahir di Kalimantan sebagai perkembangan lebih lanjut dari
organisasi Sarikat Islam. Mereka melanjutkan usah- usaha SI dengan mendirikan
sekolah Darus Salam Martapura, merupakan madrasah yang lengkap dengan
asrama dan sawah - ladangnya, sebagai bekal para santri belajar di sana . para
santri tamatan madrasah Darus Salam setelah kembali banyak yang
mengembangkan usaha pendidikan Darus Salam di kampung halaman masing-
masing, sehingga menjadi cabang dari Darus Salam.
Pada tahun 1930, syeh Abdur rasyid Amuntai kembali dari Mesir, lalu
mengadakan modernisasi dengan membuka Ma’had Rasyidiyah, sebagai lembaga
pendidikan yng lengkap dari taman kanak-kanak sampai lanjutan atas. Juga
mendirikan Normal Islam Amuntai, sebagai sekolah guru Islam yang modern ,
serta mendirikan poliklinik untuk anak-anak dan umum yang berada dalam suatu
komplek yang disebut Ma’had Rasyidiyah.
11. Jam’iyatul Washliyah
Diresmikan pada tahun 1930, di Sumatera Utara. Mengutamakan kegiatan di
bidang da’wah hasil usahanya melahirkan organisasi da’wah besar, yaitu Yayasan
Zending Islam Indonesia.
Program kegiatan Jam’iyatul Washliyah antara lain :
a. menetapkan satu madzhab, yaitu Syafi’i
b. memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk beramal menurut
faham masing-masing
c. mengalihkan pemikiran umat Islam yang sedang sibuk mempertentangkan
masalah chilafiyah kepada masalah da’wah yang sebenarnya.
8
12. PUSA
Persatuan Ulama Seluruh Aceh atau PUSA merupakan organisasi yang
melanjutkan usaha dari SI, bertujuan untuk melaksanakan syariat Islam dalam
masyarakat, serta meningkatkan syiar Islam dengan meningkatkan pendidikan.
13. Nahdhatul Wathan
Organisasi ini didirikan di Nusa Tenggara, sebagai kelanjutan dari SI. Usaha
Nahdlatul Wathan adalah meningkatkan kesadaran bergama dengan membuka
sekolah-sekolah.
14. MIAI
Majlis Islam ‘Alaa Indonesia atau MIAI, merupakan organisasi gabungan
dari organisasi yang ada di Indonesia.
15. JZII
Yayasan Zending Islam Indonesia atau JZII adalah suatu badan yang
dibentuk sebagai pelaksana dari hasil keputusan MIAI tentang zending Islam.
Pada awal berdirinya dipakai nama Centraal Zending islam Indonesia, kemudian
di Indonesiakan menjadi Majlis Tinggi Penyiaran Islam Indonesia, yang berpusat
di Medan. Pada tahun 1950 setelah MIAI dibubarkan, badan ini menjadi otonom
di dalam organisasi Al Jam’iyatul Wasliyah.
16. TPI
Taman Pendidikan Islam ( TPI ) didirikan pada tahun 1950 di Medan
dengan ketua H. Riva’i Abd Manaf. Organisasi ini mementingkan pendidikan
meliputi Ilmu, Amal dan Maal, dengan sasaran orang-orang yang bekerja di
perkebunan-perkebunan Belanda.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan penting sebagai berikut:


Pertama, pembaruan Islam (tajdid) merupakan suatu keharusan karena ajaran
Islam yang rahmah li al’alamin serta sebagai agama “pamungkas” menuntut
adanya upaya rasionalisasi dan konteks-tualisasi sesuai dengan semangat jaman.
Hal itu karena pada hakikatnya pembaruan Islam merupakan ikhtiar melakukan
rasionalisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam segala ranah kehidupan.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca


makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik, dan
semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca, dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin,Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2001

https://www.academia.edu/9726784/ALIRAN_modern_DI_INDONESIA diakses
pada 31 Oktober 2022

11

Anda mungkin juga menyukai