Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DARUL AHDI WASY SYAHADAH

DISUSUN OLEH :

ANANTA PUTRA

FIRDA INAYATI

NASYWA LEILANI

NISSA NUR AWALLIYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 ILMU KEPERAWATAN

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat membuat makalah Al-
islam dan kemuhammadiyahan II tersebut. Tidak lupa solawat serta salam tetap tercurah
limpahkan kepada Baginda Rasulullah Saw. Yang telah membimbing kita menuju jalan yang
lurus.

Makalah yang berjudul “darul ahdi wasy syahadah” ditulis untuk memenuhi Al-islam
dan kemuhammadiyahan II. Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima saran dan kritik dari dosen pembimbing atau pembaca yang
lain demi penyempurnaan makalah yang telah kami susun.

Tasikmalaya, 18 Oktober, 2022

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................1

A. Latar belakang ................................................................1


B. Rumusan masalah............................................................1
C. Tujuan penelitian.............................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................2

A. Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.....................2


B. Konsep darul ahli wa syahadah hadiah muhammadiyah
untuk bangsa indonesia...................................................3
C. Darul ahli wasy syahadah sebagai ijtihaj selesaikan
Masalah...........................................................................4

BAB 3 PENUTUP...........................................................................5

A. Kesimpulan....................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................6

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal abad XX gerakan Islam bermunculan seperti berdirinya Sarikat Dagang


Islam(1905), Jami‟at Khair dan Budi Utomo (1908), Sarekat Islam dan
Muhammadiyah (1912), diikuti oleh Persatuan Islam(1923), Nahdatul Ulama (1926),
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1928) dan sebagainya, sebagai upaya membangun
kesadaran nasional.
Diantara sekian banyak gerakan Islam yang muncul pada abad XX adalah
Muhammadiyah. Organisasi ini lahir sebagai alternatif berbagai persoalan yang
dihadapi ummat Islam Indonesia sekitar abad 19 dan awal abad 20. Muhammadiyah
merupakan konsekuensi logis munculnya pertanyaan sederhana seorang muslim
kepada diri dan masyarakatnya tentang bagaimana memahami dan mengamalkan
kebenaran Islam yang telah diimani sehingga pesan global Islam yaitu rahmatan lil
aalamien atau kesejahteran bagi seluruh kehidupan dapat mewujud dalam kehidupan
objektif umat manusia. Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan islam, dakwah
dan tajdid

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memiliki rumusan masalah
yang dijadikan fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah
2. Bagaimana konsep darul ahli wa syahadah hadiah muhammadiyah untuk
bangsa indonesia
3. Bagaimana darul ahli wasy syahadah sebagai ijtihaj selesaikan
Masalah

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas rumusan masalah yang
telah di buat, yakni:
1. Untuk mengetahui pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah
2. Untuk mengetahui konsep darul ahli wa syahadah hadiah muhammadiyah
untuk bangsa indonesia
3. Untuk mengetahui darul ahli wasy syahadah sebagai ijtihaj selesaikan
Masalah

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah

Ilham Ibrahim setelah membaca pernyataan pers PP Muhammadiyah tentang


RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP), saya kembali membuka buku karangan
Haedar Nashir: Memahami Ideologi Muhammadiyah. Saya mencoba untuk mencari
keselarasan antara pernyataan pers PP Muhammadiyah dengan ideologi persyarikatan.
Adakah yang saling tumpang tindih atau justru saling menguatkan?

Dalam bukunya tersebut terutama pada Bab I, Haedar menyadari bahwa


Muhammadiyah saat ini berada dalam pusaran berbagai ideologi dan proses
perubahan demografi besar-besaran. Dalam konteks Indonesia, terutama sejak
terbukanya pintu reformasi, berbagai ideologi bermunculan. Artinya, Muhammadiyah
tidak mengabaikan dengan fakta bahwa begitu banyak arus ideologi yang masuk ke
Indonesia. Bagaimana dengan sikap Muhammadiyah terhadap kemunculan berbagai
ideologi tersebut?

Menurut Haedar, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam mengemban misi dakwah


dengan bi al-hikmah (bijaksana), wa al-mauidhat al-hanasah (pendidikan yang baik),
wa jadilhum bi-llati hiya ahsan (dialog terbaik). Pikiran yang lahir dengan mengutip
QS. Al-Nahl ayat 25 tersebut merupakan cara Muhammadiyah dalam merespon
kemunculan berbagai ideologi.

Muhammadiyah memandang bahwa RUU HIP alih-alih sesuai dengan semangat


kebangsaan justru malah menurunkan derajat Pancasila itu sendiri. Selain itu,
Muhammadiyah berusaha membendung konflik horizontal di tengah masyarakat yang
akan berakibat pada kontra produktif kalau seandainya RUU HIP tetap dipaksa untuk
disahkan menjadi UU.

Protes yang ditunjukkan Muhammadiyah pada RUU HIP bukan sebagai sikap
pembangkangan terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara. Kalau sekiranya ada
netizen yang meragukan kecintaan Muhammadiyah pada NKRI berarti orang tersebut
merupakan contoh paling aktual manusia yang benar-benar kurang piknik. Kepedulian
Muhammadiyah pada bangsa dan negara tidak hanya pada kerja-kerja sosial tetapi
juga pada kritik yang membangun.

Munir Mulkhan dalam bukunya menyebutkan bahwa Muhammadiyah memiliki


konsistensi yang sangat tinggi dalam penerimaan dan pengakuan kepada Pancasila.
Ditunjukkan dengan sikap dan pandangan para tokoh Muhammadiyah sepanjang
sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlibat secara langsung dalam perumusan
Pancasila (UUD 1945), di antaranya: Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimedja,
dan Kahar Muzakkir.

2
B. Konsep Darul Ahdi Wa Syahadah Hadiah Muhammadiyah untuk Bangsa
Indonesia

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar,


Muhammadiyah memposisikan Pancasila sebagai Dar al-Ahdi Wa al-Syahada. Ijtihad
kontemporer Muhammadiyah tersebut berangkat dari situasi terkini di tubuh bangsa
Indonesia sekaligus penegas identitas keislaman dan keindonesiaan. Secara bahasa
Dar al-Ahdi Wa al-Syahadah berarti negara kesepakatan dan persaksian.

“Kenapa tidak dengan darul sulhi atau negara perjanjian? Ternyata darul sulhi itu
konteks historisnya perjanjian oleh karena konteks perang. Sementara darul ahdi,
adalah follow up dari darul sulhi, jadi bukan kesepakatan biasa tapi sudah beranjak ke
yang lebih tinggi yaitu menjadi konsolidasi baik politik, budaya, ekonomi,” terang
Hasnan Bachtiar dalam kajian virtual bersama Santri Cendekia Forum pada Jumat
(26/02).

Konteks historis pemahaman darul ahdi berangkat dari kesepakatan tokoh-tokoh


agama terutama Islam semisal Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimedja, Wahid
Hasyim, dan lain-lain. Mereka berunding mencari titik temu agar konsepsi Pancasila
diterima baik oleh kalangan islam maupun kalangan nasionalis.

Darul ahdi atau negara kesepakatan tidak cukup bila tidak dibarengi dengan al-
syahadah atau persaksian. Hasnan memaknai al-syahadah sebagai keterlibatan
langsung dalam mengatasi berbagai masalah, bekerja keras dalam mewujudkan
kemaslahatan, dan aksi partisipatoris dari kaum muslim secara umum dan
Muhammadiyah secara khusus dalam proses pembangunan bangsa Indonesia.

Suatu saat terutama kaum muslimin akan berbuah manis, buahnya adalah
terwujudnyya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan demikian, maka
peradaban manusia yang mulia juga akan terwujud, akan disaksikan bersama-sama.
Makna persaksian itu adalah kontribusi,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah
Malang ini.

Terdapat dua makna teologis terkait kontribusi bagi bangsa ini yaitu teologi al-Maun
dan teologi al-‘Ashr. Hasnan menerangkan bahwa teologi al-Maun berarti teologi
welas asih sedangkan teologi al-‘Ashr adalah teologi kerja keras dan kerja cerdas.

Karenanya, tujuan utama pengesahan Pancasila sebagai Darul Ahdi wa al-Syahadah


merupakan pedoman bagi kaum muslim saat terjadi pertukaran ideologi dalam skala
global maupun nasional. Selain itu, Muhammadiyah ingin memberikan benteng
ideologi ketika berada di tengah gempuran paham keagamaan yang beragam dan
memiliki kecenderungan ekstrem baik kanan maupun kiri.
“Dengan adanya konsep Darul Ahdi wa al-Syahadah, keberpihakan Muhammadiyah
ada pada semboyan Pancasila dan bhineka tunggal ika. Selain itu, sebagai manifesto
intelektual Muhammadiyah atau ijtihad Muhammadiyah dalam politik,” tutur Hasnan.

3
C. Darul ahdi wasy syahadah sebagai ijtihad selesaikan masalah

Kolaborasi Aliansi Universitas Indonesia Toleran, Jaringan Intelektual


Berkemajuan, Indonesian Diaspora Network Australia, dan Suara Muhammadiyah
berhasil menyelenggarakan bedah buku Ijtihad Kontemporer Muhammadiyah Darul
Ahdi wasy Syahadah: Elaborasi Siyar dan Pancasila pada 28 November 2020. Buku
karya Hasnan Bachtiar ini dibedah oleh mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim
Saifuddin, dosen Unika Widya Mandala Prof Anita Lie, dan Kapordi Magister
Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Prof Amelia Fauzia, serta
dimoderatori Diana Pratiwi.

Buku yang bermula dari penelitian magister di bawah bimbingan Prof James Piscatori
ini mengaktualkan konsep siyar yang mulanya merupakan disiplin tentang hukum
perang dan hubungan internasional dalam kajian Islam yang berkaitan dengan teritori
Islam dan teritori non-Islam. Dalam praktiknya, siyar juga berkaitan dengan relasi
Islam dan non-Muslim, termasuk di dalamnya tentang pembagian wilayah Islam (dal
al-Islam) dan wilayah non-Islam (dar al-harb). Di era negara bangsa, sebagian
kalangan Muslim masih merindukan hadirnya negara Islam yang berimplikasi pada
relasi dengan warga negara lainnya.

Hasnan mengkaji permasalahan tersebut dalam konteks Muhammadiyah yang telah


melahirkan dokumen Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wasy Syahadah pada
Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015. Hasnan mempertanyakan tentang
pemikiran apa yang diproduksi oleh Muhammadiyah dan bagaimana Muhammadiyah
mengkonstruksi pemikirannya. Buku ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah
melakukan ijtihad serius untuk menemukan solusi, dengan berangkat dari doktrin
Islam berkemajuan. “Islam dipandang secara progresif sebagai agama yang
berorientasi menyelesaikan masalah. Muhammadiyah berpendapat bahwa dirinya
harus memberikan solusi bagi masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan
dewasa ini,” tuturnya.

Ijtihad Muhammadiyah tersebut berangkat dari situasi terkini di tubuh bangsa


Indonesia. Pasca reformasi politik, kata Hasnan, tumbuh berbagai kelompok Islamis
yang mengkritik fakta bahwa Indonesia bukan negara Islam dan sistem politiknya
tidak berpijak pada sistem syari’ah, tetapi berpijak pada Pancasila. “Tumbuh suburnya
Islamisme tersebut, menurut Muhammadiyah, adalah ancaman serius yang secara
potensial dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa.”

4
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhammadiyah menetapkan Negara pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.


Muhammadiyah berpendapat bahwa NKRI berdasarkan pancasila adalah bentuk
Negara yang ideal dan karenanya harus dipertahankan, muhammadiyah sebagai
bagian tak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa Indonesia berusaha
mewujudkan Indonesia yang berkemajuan sebagai amanat pembukaan UUD
1945.demi keutuhan dan masa depan indoenesia semua pihak hendaknya berpikir
dan bertindak dalam jiwa dan koridor persatuan Indonesia dengan menjauhi
pertentangan tentang sejarah kelahiran dan perkemabngan rumusan pancasila.
Tugas sejarah bangsa Indonesia adalah bagaimana menjaga dan melaksanakan
pancasila secara sungguhsungguh dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara, semua pihak hendaknya belajar dari sejarah bahwa berbagai usaha
mengubah rumusan dasar Negara pancasila dan pembukaan undang-undang dasar
1945 menimbulkan kekacauan politik yang merusak persatuan bangsa dan Negara
Indonesia.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai