Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Muhammadiyah

Disusun Oleh:
Sani Chairuni Zein (D23132001)
Elsa Agustin (D23132016)

Program Studi DIII Keperawatan


Institut Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah

Kalimantan Barat

2023
Kata Pengantar

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Puji syukur, marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah
dan karunia-Nya kepada kita, sehingga masih diberikan kesehatan, kekuatan dan kemampuan
untuk terus hadir dan berkarya, yang Insya Allah dapat bermanfaat bagi kemajuan manusia
yang akan datang.
Aamin Yarrabbalallamiin.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para-Dosen mata kuliah, yang telah memberikan
kami berdua kesempatan untuk membuat makalah ini.

Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari
Agama Islam agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.

Dengan tersusunnya makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan
saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan. Semoga makalah ini bisa
berguna dan menambah wawasan ke-Islaman untuk semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................6
A. Sejarah Awal Berdirinya Muhammadiyah.....................................................6
B. Faktor-Faktor yang Ada Pada Sejarah Muhammadiyah..............................8
C. Apa Saja Matan Keyakinan Dan Cuta-Cita Muhammdiyah........................9
D. Ciri Khas Dan Pemikiran Muhammadiyah..................................................10
E. Jelaskan Paham Agama Dalam Organisasi Muhammdiyah.......................12
BAB III: PENUTUP.............................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari sejarah dan perkembangan Muhammmadiyah adalah hal yang paling besar
dalam perjalanan perjuangan Islam di Indonesia. Secara garis besar kita membahas Islam di
Indonesia dan umumnya membahas sejarah bangsa di Indonesia. Muhammadiyah merupakan
bagian mata rantai umat Islam di Indonesia. Hal ini juga tidak terlepas karena
Muhammadiyah adalah organisasi Islam pertama kali yang didirikan oleh Muhammad
Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah adalah salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang dimulai
pada permulaan abad ke 20. Dimana pada saat itu, adalah masa di Timur Tengah mengalami
perubahan-perubahan yang dibawakan seperti para tokoh: Ibnu Taimiyah, Muhammad bin
Abdul Wahab, Jamaludin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridho.
Menurut Mukti Ali, Muhammadiyah sering disebut sebagai gerakan modern. Dimana
Muhammadiyah memiliki pemikiran yang berbeda, yakni dengan cara memahami Islam
langsung berpegang pada Al-Qur’an dan Assunnah lewat jalan Ijtihad, dalam permulaan abad
20 dimana pada umumnya umat Islam, memahami ajaran Islam dengan cara taklid serta
mengikuti para imam mazhab. Muhammadiyah lahir pada tanggal 18 November 1912
Miladiyah yang bertepatan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah yang didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Kota Yogyakarta. Hal di atas tidak lepas dari latar belakang sejarah dan
pengalaman keagaman pendiri.
Ada beberapa faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah di Indonesia,
yang dikemukakan oleh Syaifullah dalam tesisnya untuk menempuh gelar master
menyebutkan 4 faktor diantaranya adalah:
1. Aspirasi K.H Ahmad Dahlan.
2. Realitas Sosial Agama di Indonesia.
3. Realitas Sosial dan Pendidikan di Indonesia.
4. Realitas Politik Islam Hindia-Belanda.
K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah mempunyai maksud
dan tujuan yang mulia dimana tertera dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal satu
disebutkan: Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Berasaskan Islam dan Bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Sudah jelas bahwa
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang sudah pasti menjunjung dan menegakkan Islam
di Indonesia dengan pemikiran pembaharuanya dan modernisasinya yang bertujuan jelas
tercantum dalam anggaran dasarnya yang berbunyi:
“Menegakkan dan menjujung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”. Sejak berdirinya Muhammadiyah tahun 1912 hingga tahun 2013
Muhammadiyah sudah melawati se-abad. Didalam perjalanannya Muhammadiyah telah
memberikan konstribusi dan prestasi. Menurut Drs. Zamah Sari dalam artikelnya terdapat 3
hal yang menandai konstribusi dan prestasi Muhammadiyah yakni:
1. Keberhasilan Muhammadiyah dalam mewarnai paham Islam modern dan berkemajuan di
Indonesia.
2. Kemampuanya dalam mengembangkan jaringan organisasi moderen yang meliputi seluruh
wilayah Indonesia.
3. Amal usaha dibidang pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi dengan jumlah terbesar di
Indonesia, bahkan di dunia.
Dalam keberhasilannya di atas tidak kalah penting dari peran sebuah Cabang dan
Ranting. Maka perjuangan semacam ini menarik untuk dibahas dalam penelitian kali ini.
Karena keberadaan Muhammadiyah di Indonesia tidak lepas dengan perkembangannya
hingga sampai kepelosok Nusantara termasuk di Kota Kudus. Dakwah Muhammadiyah yang
dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kauman ini terus berkembang. Dalam perjalananya
hingga tahun 2013 saat ini Muhammadiyah tetap terlihat kokoh dan semakin besar di era
yang global dan kebudayaan yang global. Muhammadiyah tetap memperlihatkan sayapnya
sampai ke ujung pantai utara tidak terlepas hingga organisasi ini tumbuh di Kota Kretek dan
Kota Santri yaitu Kudus. Mengingat berbagai lisensi yang penulis temukan berupa data
dokumentasi dan hasil wawancara kepada Bapak Nuurfan Sunaryo (90) dan Bapak Raden
Asihan (97) serta beberapa tokoh-tokoh Muhammadiyah di Kudus yang masih menyimpan
memori-memori perjuangan Muhammadiyah di Kudus. Muhammadiyah ada di Kudus
dimulai sebelum tahun 1920. Hal ini tidak terlepas dengan adanya Muhammadiyah di Cabang
Kota Kudus yang menjadi pusat gerakan Muhammadiyah hingga sekarang.
Muhammadiyah di Cabang Kota Kudus sebagai cikal bakal pergerakan yang sering
disebut gerakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, hal ini tidak terlepas dengan kultur masyarakat
di kota yang lebih puritan dalam kehidupan sosialnya, mulanya Muhammadiyah terlahir di
Kudus tidak diketahui kapan dimana dan siapa yang membawa paham ini ke Kota Kretek di
Jawa Tengah. Ada beberapa tulisan yang menerangkan awal Muhammadiyah di Kudus
berawal dari kesadaran para pemudanya akan keadaan masyarakat yang mempraktikan Islam
tidak sepenuhnya bahkan tidak sesuai sehingga ia berniat untuk berkonsultasi dengan seorang
ulama setempat sehingga timbul untuk berniat belajar ke Yogyakarta, ada juga buku yang
menjelaskan karena ada perdebatan antara kaum muda yang puritan dengan para ulama di
Kudus yang masih menjalankan kegiatan yang mengandung Bid’ah, Khurofat dan Takhayul.
Namun penjelasan ini tanpa adanya dukungan bukti yang jelas sehingga menjadi kurang
falidnya data.
Perkembangan Muhammadiyah pada saat itu tidaklah begitu pesat dan belum terorganisir
secara baik, mereka hanya mendirikan kelompokkelompok kecil untuk mengkaji ilmu
Agama. Dikarenakan pada saat itu penjajah melarang untuk berkelompok atau mendirikan
organisasi. Mereka belum berani menyebut Ranting dan Cabang Muhammadiyah, sehingga
membuat Muhammadiyah di Cabang Kota Kudus tidak begitu cepat untuk berkembang
hanya dibeberapa tempat yang notabennya para pedagang dan petani yang berkembang
dengan sangat pesat. Muhammadiyah mulai melebarkan sayapnya pada tahun 1920 terhitung
ketika 6 tahun dari berdirinya Sekolah Dasar Muhammadiyah di Kudus pertama kalinya
sebagai bukti sejarah di Kota Kretek dan Kota Santri adanya gerakan yang terilhami oleh
Surat Ali-imran ayat 104.
Di lonceng SD Muhammadiyah Kudus tertulis dengan tahun 1926. Ini menjadi pedoman dan
landasan masyarakat Kudus bahwa Muhammadiyah berkembang di Kota Kretek ini mulai
tahun 1926. terpaut 14 tahun dari berdirinya Muhammadiyah di Yogyakarta. Ini menjadi
dasar yang logis bagi penulis karena berbagai faktor kehidupan kemasyarakatan dan
pemahaman keagamaan di Kota Santri ini yang membuat Muhammadiyah lambat
berkembang. Hal ini terbukti dari awal berkembangnya Muhammadiyah di Kudus berawal
dari pusat kota yakni sekarang disebut Cabang Kota, namun menurut saksi sejarah Bapak
Nurfan Sunaryo sebagai salah satu Pimpinan Muhammadiyah di Kota Kudus yang masih
bertemu dengan orang-orang pertama yang memimpin Muhammadiyah di Kudus,
“bahwasanya Muhammadiyah lahir di Kudus tidak dengan nama daerah namun pergerakan
dari Ranting Kota yakni di Pasuruhan Lor, dan Besito sebagai bukti sejarah bahwa
Muhammadiyah mencetak kader-kadernya dengan lewat rantingranting kecil yang dulunya
belum disebut sebagai Cabang” . Hal ini juga terlihat dari letak geografis SD
Muhammadiyah dan sekolah Muhammadiyah umumnya di Kota Kudus terletak dipusat Kota
Santri, dan perkembangan Muhammadiyah yang seperti pusaran magnet atau gelombang
magnet bahwa intinya ada di tengah. Peneliti sangat tertarik untuk menggambarkan sejarah
dan perkembangan Muhammadiyah di cabang kota, karena cabang kota ini adalah cabang
yang lahir dari adanya Muhammadiyah di Kudus yang para tokohnya adalah dari berbagai
ranting di Kudus hanya saja ruang gerak mereka berada di Kota.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah awal berdirinya Muhammadiyah?
b. Sebutkan faktor-faktor yang ada pada sejarah Muhammadiyah!
c. Apa saja Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah?
d. Sebutkan ciri khas pemikiran dan gerakan organisasi Muhammadiyah!
e. Jelaskan paham agama menurut organisasi Muhammadiyah!

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Sejarah berdirinya Muhammadiyah
b. Untuk mengetahui faktor-faktor sejarah Muhammadiyah
c. Untuk mengetahui Matan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah
d. Untuk mengetahui ciri khas pemikiran dan gerakan organisasi Muhammadiyah
e. Untuk mengetahui paham agama menurut organisasi Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah awal berdirinya Muhammadiyah


Secara etimologis, Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab, dari kata "‫ "دمحم‬yaitu
nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Muhammad itu sendiri berarti "yang terpuji".
Kemudian mendapatkan tambahan yā' nisbah yang berfungsi menjeniskan atau
membangsakan atau bermakna pengikut. Jadi Muhammadiyah berarti sejenis dari
Muhammad. Tegasnya golongan yang berkemauan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad
SAW.1 Secara terminologi, Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan, pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 H., bertepatan dengan tanggal
18 Nopember tahun 1912 M. di Yogyakarta. Muhammadiyah adalah organisasi gerakan
dakwah Islam amar ma‟ruf nahi munkar dan tajdid, berakidah Islam, dan bersumber pada
Al-QurAn dan asSunnah. Nama "Muhammadiyah" pada mulanya diusulkan oleh kerabat,
murid, sekaligus sahabat Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang
Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu
Kraton Yogyakarta, lewat keputusan Ahmad Dahlan setelah melalui shalat istikhārah.
Pemberian nama Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan diharapkan warga Muhammadiyah
dapat mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam segala tindakannya. Sedangkan organisasi
itu merupakan alat atau wadah dalam usaha melancarkan kegiatan sesuai tujuan. Hal ini
dijelaskan Ahmad Dahlan yang terkenal dengan wasiatnya kepada organisasi
Muhammadiyah yaitu bahwa: "Hidup-hiduplah Muhammadi-yah dan Tidak mencari
penghidupan dalam Muhammadiyah”. Artinya ideologi Muhammadiyah yang Beramal
Ma‟ruf Nahi Mungkar harus murni dilakukan. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian
sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah
gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai
Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman
Yogyakarta.Muhammadiyah sebelum tahun 1912 disebut Gerakan sosial agama yang di
pelopori oleh kyai haji ahmad Dahlan di Yogyakarta.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Tengah resmi berdiri pada


tahun 1977 dengan diadakan Muswil I bertempat di gedung Tambun Bungai, dengan
ketua pertama saat itu adalah H. Amberi Lihi dan Imam Mardhani, BA sebagai sekretaris.
Sebelum PWM terbentuk secara resmi, surat-surat dari pusat sudah ada dan dikirimkan ke
alamat H. Amberi Lihi. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah dari masa
ke masa:
1. Periode 1977-1985 : H. Amberi Lihi (ketua) dan Imam Mardhani, BA. (sekretaris).
2. Periode 1985-1990 : H. Dase Durasid (ketua) dan Drs. H. Abubakar HM, M. Ag
(sekretaris).
3. Periode 1990-1995 : H. Darbi Zainullah, BA (ketua) dan Aspirin Hanafi (sekretaris).

4. Periode 1995-2000 : Ir. H. Sjachril Samad (ketua) dan Drs. H. Rimi Safri (sekretaris).

5. Periode 2000-2005 : Drs. H. Saiful Fadhlani (ketua) dan Drs. Rimi Safri (sekretaris).

6. Periode 2005-2010 : Drs. H. Muchtar, M. Si (ketua) dan Drs. H. Bulkani, M. Pd


(sekretaris).

7. Periode 2010-2015 : Dr. H. Ahmad Syar'i, M. Pd dan Dr. H. Mazrur Amberi, M.Pd
(sekretaris), H.M. Syairi Abdullah menggantikan Dr. H. Mazrur Amberi, M.Pd
sebagai sekretaris.

8. Periode 2015-2020 : Drs. H. Muhammad Yamin Mukhtar, Lc., M.. Pd.I (Ketua) dan
H.M. Syairi Abdullah (Sekretaris), HM. Zuhri, S.HI.,M.Pd.I menggantikan HM.
Syairi Abdullah sebagai Sekretaris.

9. Lanjutan periode 2015 - 2020, Dr. H. Ahmad Syar'i, M.Pd kembali diangkat menjadi
Ketua menggantikan Drs. H.M. Yamin Mukhtar, Lc.,M.Pd.I.

Setelah berdirinya PWM, maka pada tahun 1977 berdiri SMP dan SMA Muhammadiyah
di Kota Palangka Raya. Pada tahun 1978 berdiri pula Akademi Sekretaris Manajemen
Indonesia (ASMI). Tahun 1987 di lokasi perguruan Muhammadiyah didirikan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya yang saat itu disetujui secara bersamaan tiga perguruan tinggi
swasta di kota Palangka Raya masing-masing Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
(UMP), Universitas Kristen palangka Raya (UNKRIP), dan Universitas Batang Garing
(sekarang Universitas PGRI Palangka Raya). UMP sejak berdirinya hingga sekarang terus
berkembang dengan pesat, dan merupakan Perguruan Tinggi Swasta terbesar di Kalimantan
Tengah, mempunyai enam fakultas yaitu Fakultas Agama Islam (FAI), Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIK), Fakultas Teknik, dan Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Selain di kota
Palangka Raya, UMP juga membuka Kampus di daerah, yaitu kampus 3 di kota Kasongan
kabupaten Katingan, kampus 4 di Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas. Adapun kampus 2 juga
berada di kota Palangka Raya dan merupakan pengembangan dari kampus 1 (pusat). Selain
Perguruan Tinggi dan Sekolah menengah, pada tahun 2006 berdiri pula SD Muhammadiyah
Palangka Raya yang tempatnya tidak jauh dengan Masjid Mujahiddin yang juga merupakan
salah satu masjid Muhammadiyah di kota Palangka Raya. Walaupun sejak 1977 sudah berdiri
lembaga pendidikan, sejak tahun 1960-an sudah berdiri TK 'Aisyiyah di Palangka Raya.
Selain lembaga pendidikan, sejak tahun 1992 PWM Kalimantan Tengah juga
mengembangkan lembaga kesehatan, pada waktu itu didirikan PKU Muhammadiyah, dan
sekarang berkembang menjadi RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya.
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pergerakan Organisasi Muhammadiyah

1) Faktor Objektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman
kolonial ) Faktor Objektif adalah lemahnya pemahaman umat Islam dalam
mempraktikkan ajaran Islam. Umat Islam masih sangat berpegang kuat pada
tradisi-tradisi peninggalan zaman purba, Hindu, dan Budha serta tidak berani
melakukan pembaharuan (ijtihad). Berpikir jumud (konsevatif), sangat formilistik
dalam beragama, siklus-siklus dalam perjalanan kehidupan manusia; ketika masih
dalam rahim sang ibu, lahir, khitan, nikah, dan mati selalu ditandai dengan ritual-
ritual keagamaan tradisional. Sedangkan kesemarakan keagamaan lebih bersifat
seremonal. Di Yogyakarta itu juga tempat orang yang masih menggunakan jawa
unik (Kejawen).Mayoritas orang Jawa masih belum mengenal Islam dengan baik.
Mereka dekat dengan Islam hanya pada praktik-praktik sunatan, puasa, larangan
makan daging babi, peringatan hari-hari besar Islam dan menganggap orang
kristen sebagai kapir landa. Sinkritisme masih sangat kuat dalam sistem keyakinan
dan budaya Islam Jawa. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat telah
memiliki sistem kepercayaan yang bersifat lokal, selain itu agama Hindu dan
Budha telah masuk dan berkembang serta dipraktikkan dalam tatanan kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu pencampuran (sinkritisme) Islam dengan kepercayaan
lokal, Hindu dan Budha tidak dapat dihindari. Di dalam Muhammadiyah
mempunyai tiga gerakan yaitu:

- Gerakan Purivikasi (pemurnian) Agama Gerakan Purifikasi merupakan upaya


untuk memurnikan akidah dan ibadah dari unsur luar Islam seperti kepercayaan
dan ritual masyarakat lokal atau agama terdahulu.

- Gerakan Sosial
1. Gerakan di bidang Pendidikan Pendidikan yang dirintis oleh
Muhammadiyah merupakan pendidikan yang berorientasi terhadap 2 hal, yakni
perpaduan antara sistem sekolah umum dan madrasah atau pesantren. Dalam
mewujudkan rintisan pendidikan tersebut, Muhammadiyah mendirikan amal usaha,
seperti:
• Sekolah umum modern
• Madrasah/pesantren modern
• Perguruan tinggi

2. Gerakan di bidang Kesehatan Sejak awal berdiri, Muhammadiyah


meletakkan perhatian besar terhadap kesejahteraan masyarakat, terlebih masyarakat
dhuafa. Hal tersebut terbukti, dengan:
• Penyaluran dan pembagian zakat fitrah dan zakat maal kepada fakir miskin atau
golongan lain yang berhak menerima.
• Pendirian panti asuhan, panti miskin, hingga panti jompo
• Pendirian balai kesehatan, poliklinik, rumah sakit umum, hingga rumah sakit ibu dan
anak.
2) Faktor Subjektif ( keprihatian dan keterpanggilan pendiri Muhammadiyah
terhadap umat dan bangsa ) Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan
sbagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KHA. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam
menelaah, membahas dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KHA.
Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah
sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat
Muhammad ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan
mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap
seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan ketika menatap surat Ali Imran
ayat 104 : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ". Memahami seruan diatas,
KHA. Dahlan tergerak hatinya untuk membangan sebuah perkumpulan, organisasi
atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada
melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi Munkar di tengah
masyarakat kita.

C. Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah

1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridloi Allah, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual,
duniawi dan ukhrawi.
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; b) Sunnah Rasul, penjelasan dan
pelaksanaan ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW,
dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang yaitu: a) Aqidah; b) Akhlak; c) Ibadah; d) Muamalah Duniawiyah.
5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila
dan UUD 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil
dan makmur dan diridloi Allah, “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo).
Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup disempurnakan oleh PP
Muhammadiyah, atas kuasa Tanwir 1970 di Yogyakarta dan disesuaikan dengan keputusan
Muktamar ke-41 di Surakarta. Lima angka tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama,
angka 1 dan 2, mengandung pokok-pokok persoalam yang bersifat ideologis. Kedua, angka 3
dan 4, mengandung persoalan mengenai paham agama menurut Muhammadiyah. Ketiga,
angka 5, mengandung persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam Negara
Republik Indonesia. Hidup berasas Islam ini berimplikasi pada kesadaran cita-cita hidup yang
ingin dicapai, berupa terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang baik dan diridhai
Allah. Muhammadiyah menyadari kewajibannya, berjuang dan mengajak segenap lapisan
bangsa melalui jalur kultural untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara
Indonesia.

D. Ciri khas pemikiran dan gerakan organisasi Muhammadiyah


Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah
sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi,
motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya
terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan
Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara
sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam
2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar
3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

A. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam


Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun
oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap
Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau
faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji
ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya
dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini
telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid
dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”,
yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah
dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan
disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif
lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang
dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,
kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak
berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang
dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
B. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah.
Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam
jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor
utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman
KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.
Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi
munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha
yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak
rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti
itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan
dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

C. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid


Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan
Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai
salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana
yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat
yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun
bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan
tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas,
yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat,
bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah
seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya
sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel
pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai
pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin
dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah
sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat
disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi
(reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan
tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan
Reformasi.
E. Paham agama menurut organisasi Muhammadiyah
Apa itu paham agama dan keagamaan?
Bagi Muhammadiyah, paham keagamaan berwatak sistemik, dan tidak parsial, atau
hanya dibatasi pada pembahasan bab-bab dasar dalam menjalankan kewajiban keagamaan
seorang muslim dan mukmin yang selama ini menjadi fokus utama fikih tekstual-klasik.
Adapun yang terkait dengan bab-bab dasar dan fikih atau fatwa telah termuat dalam
Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Selain HPT ada pula putusan-putusan pandangan
keagamaan yang lebih spesifik lagi, misalnya, untuk menyebut beberapa di antaranya, adalah
Tanya-Jawab Agama, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), Fikih Air,
Fikih Kebencanaan, Darul Ahdi Wa Syahadah, dan lain sebagainya.
Wawasan dasar tentang paham keagamaan bagi Muhammadiyah telah termaktub dengan
sangat jelas dalam Anggaran Dasar (statuten), yang di antaranya merumuskan pengertian
Islam dan Tauhid yakni sebagai berikut:
Pertama, tentang apa itu Islam: “[Islam adalah] Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh
sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam
masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.”
“Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai
Nabi Muhammad Saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan
hidup bahagia Dunia dan Akhirat.”
Kedua, tentang apa itu Tauhid: “[Tauhid adalah] ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-
mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah serta tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-satunya
ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.”
Ketiga, tentang mengapa membutuhkan gerakan dakwah: “Syahdan, untuk menciptakan
masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang,
terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti
jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di
Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya
mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di
hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati
menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang
menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah
Yang Maha Kuasa.”
Syamsul Anwar (2018: vi-vii) mengikhtisarkan setidaknya ada 13 poin pengembangan
paham keagamaan Muhammadiyah atau yang disebutnya “fitur Islam Berkemajuan”, yakni
sebagai berikut:
a. Bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Bergerak dinamis melaksanakan usaha membangun masyarakat menuju kehidupan yang
lebih baik berdasarkan perspektif agama Islam.
c. Berorientasi tajdid dalam pemahaman agama (mengembalikan kepada sumber asli untuk
aspek akidah dan ibadah mahdah serta mendinamiskan kehidupan muamalat duniawiyah di
mana apabila diperlukan dapat dilakukan reinterpretasi terhadap teks-teks agama).
d. Berorientasi ke hari depan dengan mempunyai arah yang jelas dalam pengembangan masa
depan.
f. Percaya pada ilmu dan teknologi sebagai salah satu nilai hidup manusia yang sangat
penting dan karena itu perlu dikembangkan dalam rangka membangun masyarakat ilmu.
g. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan mengupayakan terwujudnya Indonesia berkemajuan melalui rekonstruksi
kehidupan kebangsaan yang bermakna.
h. Mengembangkan sikap keberagamaan yang moderat dan toleran.
i. Mendorong gerakan berjamaah melawan korupsi.
j. Tanggap dan tangguh menghadapi bencana.
k. Sadar terhadap bahkan melakukan upaya mengatasi krisis air dan energi serta lingkungan.
l. Membangun budaya hidup bersih dan sehat.
m. Mewujudkan budaya egalitarian dan sistem meritokrasi.
n. Melek teknologi komunikasi dan memanfaatkannya secara positif bagi kemajuan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad yang mengandung pengertian sebagai
sekelompok orang yang berusaha atau pelanjut dakwah rasul dalam mengembangkan tata
kehidupan masyarakat. Dengan demikian, Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi
yang gerak perjuangannya ditujukan; untuk mengembankan suatu tata kehidupan masyarakat
sebagaimana dikehendaki Islam, yang bertujuan untuk menyebarkan agama Islam, baik
melalui pendidikan maupun gerakan sosial. Dengan demikian, tercipta masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Muhammadiyah”, kami dari
kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya
makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Agustang, A., Quraisy, H., & Asrifan, A. (2021). Muhammadiyah Dalam Gerakan Sosial Di
Kabupaten Wajo. Osf.Oi, 1–16. https://osf.io/dpsg9 Asmaria, I. P. (2013). Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Politik UMA Isma Asmaria Purba dan Ponirin*. Jurnal Ilmu
Pemerintahan Dan Sosial Politik, 1(2), 101–111. http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma
Imamul Hakim, & Muslikhati, M. (2022). Model Gerakan Ekonomi Muhammadiyah Pasca
Muktamar ke 47. Jurnal Sinar Manajemen, 9(2),315– 324.
https://doi.org/10.56338/jsm.v9i2.2556 Saguni, M. K. (2018). Muhammadiyah Paradigma
Gerakan Sosial Keagamaan. Nukhbatul ’Ulum, 4(1), 367–378.
https://doi.org/10.36701/nukhbah.v4i1.30 Zarro, M. (2020). Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Islam Dan Pendidikan. FACTUM: Jurnal Sejarah Dan Pendidikan Sejarah, 9(1),
61–66. https://doi.org/10.17509/factum.v9i1.21503

Anda mungkin juga menyukai