Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MUNCULNYA FIRQAH DI MASA KHULAFAURRASYIDIN

DOSEN PENGAJAR: Drs. Ali Ashari, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Yudi Tristiono (21701073060)

Ucha Lady Auliya (21701073127)

Amelia Puji Rahayu (21901073077)

Nurus Sa’adah (21901073082)

Safira Naila Farihah (21901073085)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kelompok 4 yang berjudul
Munculnya Firqoh di Masa Khulafaurrasyidin. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah menunjukan jalan yang benar
dan terang yaitu jalan yang dirahmati dan berkahi oleh Allah SWT.

Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan tugas dan presentasi
kelompok pada mata kuliah Agama 5. Selain itu, pada proses penyampainya juga berfungsi
sebagai bahan diskusi kelas mengenai materi Munculnya Firqoh di Masa Khulafaurrasyidin.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan maupun wawasan bagi
pembaca sehingga bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah memberikan Rahmat-Nya
kepada kita semua. Aamiin.

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….... iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………2
C. Tujuan……………………………………………………………………….….3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Firqah dalam Islam………………………...………………...……...4


B. Macam-macam Firqah……………………………………….…………….........5
C. Penyebab Timbulnya Firqah………………………......……………………......10
D. Munculnya Firqah di Masa Khulafaurrasyidin.… ………………………..…... 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………….………….15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……….………16

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama yang bersifat universal, yaitu agama yang
mengajarkan kepada umat manusia tentang aspek kehidupan, baik duniawi maupun
ukhrawi. Salah satu ajarannya yaitu mewajibkan kepada umat manusia untuk
melaksanakan proses pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan
merupakan kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi demi tercapainya
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat, agama pula menjadi suatu pedoman
hidup manusia, untuk menjalankan kehidupan. Dalam pendidikan Islam, agama
merupakan salah satu aspek yang perlu di tanamkan dalam diri peserta didik. Melalui
pendidikan agama, peserta didik tidak hanya mengembangkan pengetahuan saja,
melainkan dapat membentuk akhlak dan kepribadian yang baik, mulai dari
pengetahuan agama, pembentukan sikap sehari-hari, sikap beragaman dan perilaku
yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan dengan Tuhannya
dan dirinya sendiri, maupun dengan sesama manusia dan dengan lingkungannya.

Tujuan pendidikan Islam menurut Adi Sasono adalah menyadarkan manusia agar
dapat mewujudkan penghambaan diri kepada Allah sang pencipta baik secara sendiri–
sendiri maupun secara bersama–sama.1Hal ini menunjukkan bahwasanya konsep
Pendidikan Islam tidak terlepas dari konsep ke–Tuhanan karena segala sesuatunya di
dasarkan kepada Sang pencipta. Pendidikan Islam diharapkan mampu membentuk
kepribadian seseorang menjadi seorang hamba Allah yang mampu menjalankan
segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Dengan pendidikan
pula anak-anak bangsa akan lebih bijaksana dalam menghadapi problematika di
masyarakat. Karena mereka akan paham asal usul sebab dan akibat dari permasalahan
yang terjadi.

Salah satu permasalahan yang muncul di masyarakat pada saat ini adalah
banyaknya aliran-aliran dalam agama khususnya agama Islam, yang sangat cepat
menyebar di kalangan masyarakat khususnya di Negara Indonesia. Ajaran-ajaran baru
mudah masuk dalam pola pikir masyarakat. Adanya firqah-firqah (golongan) yang di

1 Adi Sasono, Solusi Islam atas Prolematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah). (Jakarta: Gema Insani
Press,1998), hal.87

1
lingkungan ummat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara
tajam yang sulit untuk didamaikan, apalagi untuk dipersatukan. Hal ini sudah menjadi
fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan
yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin. 2
Nabi Muhammad menyuruh ummat Islam ketika melihat perselisihan-perselisihan itu
supaya berpegang teguh dengan Sunnah Nabi dan Sunnah KhalifahRasyidin (Abu
Bakar, Umar, Ustman dan Ali Ra).3

Di era modern ini perkembangan agama begitu pesat. Tumbuhnya firqoh-firqoh


tersebut merupakan efek dari perkembangan agama itu sendiri oleh pemikiran-
pemikiran umat yang menyebabkan tidak sedikitnya perbedaan dan pertentangan
sampai dengan ujung perselisihan. Hal tersebut mengakibatkan pertikaian antar
berbagai firqoh. Sesungguhnya mereka adalah orang Islam yang ingin mencari ridho
Allah, yang membedakan adalah pola pikir yang berbeda. Berbagai macam firqah-
firqah diatas, mempunyai karakter sendiri-sendiri, yang merupakan suatu ciri khas. Di
antaranya meliputi golongan ekstrim kanan (radikal /fundamentalis), ekstrim
kiri(liberal), dan ada pula yang berada di tengah-tengah yakni golongan moderat.

Pemahaman mengenai masalah di atas sangat penting sekali dalam ranah


pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupak bentuk kegiatan manusia yang di
dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi
selanjutnya. Berdasarkan deskripsi diatas penulis tertarik untuk menulis sebuah
makalah yang berjudul Munculnya Firqoh di Masa Khulafaurrasyidin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Firqah dalam Islam?
2. Apa saja macam-macam Firqah?
3. Apa saja sebab-sebab munculnya Firqah?
4. Bagaimana munculnya Firqah di masa khulafaurrasyidin?

2 Ibid,hal. 4
3 Ibid,hal. 5

PAGE \* MERGEFORMAT ii
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian firqah dalam Islam.
2. Mengetahui macam-macam firqah.
3. Mengetahui dan memahami sebab-sebab munculnya firqah.
4. Mengetahui dan memahami munculnya firqah di masa khulafaurrasyidin.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Firqah dalam Islam


Secara etimologi (bahasa), firqah berrti kelompok, rombongan, kumpulan atau
golongan. Kemudin muncul kata furqah berarti cerai atau pisah. Sedangkan Prof. DR.
KH. Said Aqil Siradj MA, dalam bukunya Ahlussunah Waljama'ah dalam lintas
sejarah mengartikan firqah sebagai faksi politik.

Sedangkan secara terminologi (istilah), firqah berarti golongan atau kaum yang
mengikuti pemahaman atau pendapat yang keluar dari pemahaman jama'ah muslimin
atau aswadul a'dham dan mereka kemudian memisahkan diri dari ikatan keutamaan
dalam Islam. Menurut Muhammad Idrus Ramli, firqah adalah orang-orang yang
bercerai-berai dan memisahkan diri dari golongannya.

‫ َأاَل ِإَّن َم ْن َقْبَلُك ْم ِم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب اْفَتَر ُقوا َع َلى ِثْنَتْيِن‬: ‫َأاَل ِإَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَم ِفيَنا َفَقاَل‬
‫ َوِهَي‬،‫ َو َو اِح َد ٌة ِفي اْلَج َّنِة‬،‫ ِثْنَتاِن َو َس ْبُعوَن ِفي الَّناِر‬: ‫ َوِإَّن َهِذِه اْلِم َّلَة َس َتْفَتِر ُق َع َلى َثاَل ٍث َو َس ْبِع يَن‬،‫َو َس ْبِع يَن ِم َّلًة‬
‫اْلَج َم اَع ُة‬

“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari
kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku
akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk
neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597,
dinilai hasan oleh Al-Albani)

Sering timbul pertanyaan apakah Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Ikhwanul


Muslimin dan organisasi-organisasi seperti itu termasuk kedalam firqah atau sekte.
Organisasi-organisasi seperti itu tidak termasuk kedalam firqah atau sekte namun
sekedar jama’ah minal muslimin atau kumpulan kaum muslim atau disebut organisasi
kemasyarakatan yakni mereka yang menerapkan atau merealisasikan atau
mengimplementasikan sholat berjama’ah dalam kehidupan bermasyarakat.

Firqah atau sekte adalah kaum yang mengikuti pemahaman atau pendapat seorang
ulama yang pemahaman atau pendapatnya telah keluar (kharaja) dari pemahaman
jama’ah muslimin atau (as-sawad al a’zham). Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah
dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang

PAGE \* MERGEFORMAT ii
menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah muslimin adalah as-
sawadul a’zham“. Mereka, para pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab boleh
jadi termasuk sekte atau firqoh khawarij.

Pada hakikatnya segala pemahaman yang telah keluar (kharaja) dari pemahaman
jama’ah muslimin (as-sawad al a’zham ) atau pemahaman kaum muslim pada
umumnya maka termasuk kedalam sekte atau firqah khawarij.

B. Macam-Macam Firqah dalam Islam

Hadis Iftiraq al-ummah diriwayatkan dengan berbagai versi salah satu hadisnya
adalah ”Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, orang Nashrani
terpecah belah menjadi tujuh puluh dua firqah (golongan), sementara Umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan” (HR Abi Hurairah).

Ada 73 firqah dalam Islam yang disimpulkan menjadi 9 firqah, yakni:

1. Syi’ah
Menurut bahasa, Syi’ah berasal dari bahasa Arab Sya’a yasyi’u syi’an syi’atan
yang berarti pendukung atau pembela. Sedangkan secara terminology adalah
sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu
merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad Saw, atau orang yang disebut
sebagai ahl-bait. Kelompok pendukung ini bisa terdiri dari dua orang atau lebih,
laki-laki maupun perempuan. Kaum syi’ah kaum yang berlebih-lebihan memuja
sayyidina Ali karamaullah wajhah, mereka tidak mengakui khalifah-khalifah Abu
Bakar, Umar dan Usman. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang
pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak
mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi
jengkel. Kaum syi’ah kemudian terpecah menjadi 22 aliran. Di antara aliran-
aliran Syi’ah itu adalah Aliran Syi’ah Saba’iyah, Aliran Ghurabiyah, Aliran
Kaisaniyah, Aliran Syi’ah Imamiyah, Aliran Syi’ah Zaidiyah, dan lain-lain.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
2. Khawarij
Secara etimologi kata khawārij berasal dari bahasa Arab kha-raja yang berarti
keluar, muncul, timbul atau memberontak. 4 khawarij dalam termi-nologi teologi
adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena tidak sepakat dengan keputusan khalifah
yang menerima arbitrase(tahkim) dari Mu‟awiyah ibn Abi Sufyan,sang
pemberontak (bughat),dalam peristiwa Perang Shiffin yang terjadi pada tahun 37
yang bertepatan dengan tahun 648 M. Syahrastani mengartikan khawarij sebagai
kelompok masyarakat yang memberontak dan tidak mengakui terhadap imam
yang sah dan sudah disepakati oleh kaum muslimin, baik pada masa sahabat, pada
masa tabiin maupun pada masa sesudahnya. Kaum kaum yang berlebih-lebihan
membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di antaranya ada yang
mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat
dosa besar menjadi KAFIR. Kaum khawarij kemudian terpecah menjadi 20
aliran. Al-Syahrastani menjelaskan bahwa firqah-firqah Khawarij yang terpenting
adalah al-Muhakkimah, al-Azariqah, al-Najdiyah, al-Baiha-siah, al-Ajaridah, al-
Tsa’alibah, al-Shufriah dan beberapa kelompok lain sebagai cabangnya.

3. Mu’tazilah
Secara harfiyah kata Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala yang berarti berpisah
atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Kaum
yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh
Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri. Kaum yang
berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat
pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga, orang
yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan mi’raj Nabi
Muhammad SAW hanya dengan roh saja. Mu’tazilah merupakan aliran teologi
yang mengedepankan akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis
Islam.” Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan persoalan
teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dibanding dengan persoalan
persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Kaum mu’tazilah berpecah
menjadi 20 aliran.

4 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Mahmud YunusWa Dzurriyatah,1990),


119.
PAGE \* MERGEFORMAT ii
4. Murji’ah
Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan yang artinya memberi harapan kepada pelaku
dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat dari Allah. Murji’ah
merupakan aliran Theologi Islam yang netral atau menangguhkan dan memberi
pengharapan terhadap ummat yang melakukan dosa besar, munculnya aliran ini
pada mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik kemudian akhirnya berkembang
menjadi persoalan teologis. Kaum murji’ah yaitu kaum yang memfatwakan
bahwa membuat maksiyat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat kalau sudah
beriman sebagai keadaanya membuat kebajikan tidak memberi manfaat kalau
kafir. Kaum murji’ah terbagi menjadi 5 aliran.

5. Najariyah
Kaum Najariyah yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia
adalah mahkluk yakni dijadikan Tuhan tetapi mereka berpendapat bahwa sifat
Tuhan tidak ada. Kaum ini menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah
makhluk, yaitu dijadikan Tuhan. Kaum Najariyah tidak percaya pada sifat Allah
yang 20. Penetapan firqah an-najiyah untuk golongan tertentu merupakan suatu
yang dipaksakan dan pengkafiran terhadap orang yang bersaksi akan keesaan
Allah dan kerasulan Muhammad adalah kesalahan yang sangat fatal. kaum
Najariyah terpecah menjadi 2 aliran.

6. Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskan melakukan sesuatu. AsySyahrastani mengartikan Jabariah sebagai
menolak adanya perbuatan dan menya darkan semua perbuatan kepada Allah
Swt. Kaum yang memfatwakan bahwa manusia “majbur”, artinya tidak berdaya
apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Faham Jabariyah berpendapat
bahwa perbuatan manusia sudah ditentukan Allah, manusia terikat dengan taqdir
Allah. Mereka tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam berkehendak.
Aliran Jabariyah kelihatannya ditonjolkan pertama kali dalam sejarah teologi
Islam oleh al-Ja’dibnu Dirham, tetapi yang menyiarkannya adalah Jaham ibnu
Safwan dari Khurasan. Sebagai sekretaris dari Suraihah ibnu al-Harits, ia turut
PAGE \* MERGEFORMAT ii
dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jaham
sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum mati pada tahun 131 H. 5 Kaum
Jabariyah ini hanya 1 aliran.

7. Qadariyah
Qodariyah berasal dari bahasa Arab ,yaitu kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekutaan. Adapun menurut pengertian
termologi ,qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan
manusia tidak diinvertasi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap
orang adalah pencipta bagi setiap perbuatannya, Ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Kelompok ini memiliki keyakinan
mengingkari takdir, yaitu bahwasanya perbuatan makhluk berada di luar
kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah. Berdasarkan paham tersebut dapat
dipahami bahwa paham qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi
penekanan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam
menentukan perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
Dalam istilah Inggrisnya faham ini dikenal dengan nama free will dan free act.
Menurut keterangan ahli-ahli Teologi Islam, faham Qadariyah kelihatannya
ditimbulkan oleh pertama kali yaitu seorang yang bernama Ma’bad al-Juhani.
Menurut Ibnu Nabatah, Ma’badal-Juhani dan temannya Ghaylan al-Dimasyqi
mengambil faham ini dari seorang Kristen yang masuk Islam di Irak. 6 Dan
menurut al-Zahabi, Ma‟bad adalah seorang tabi‟in yang baik. 7 Tetapi ia
memasuki lapangan politik dan memihak kepada Abdu ar-Rahman Ibnu al-
Asy’as, Gubernur Sajistan dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah dalam
pertempuran dengan al-Hajjaj. Ma’bad mati terbunuh pada tahun 80-an H.
Sementara sahabatnya Ghaylan terus menyiarkan faham Qadariahnya di
Damaskus, walaupun mendapat tantangan dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Setelah Umar wafat, Ghaylan meneruskan kegiatan lamanya, sehingga akhirnya
ia mati dihukum oleh Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Sebelum dijatuhkan
hukuman mati diadakan perdebatan antara Ghaylan dan al-Audha’i yang dihadiri
oleh Hisyam sendiri. Kaum Qadariyah ini hanya 1 aliran.

5 Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai aspeknya, jilid I, UI Press, Jakarta, hal. 58
6 Ahmad Amin, Fajarul Islam, Kairo, An-Nahdhah, tahun 1965, hal. 255.
7 Ibid.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
8. Musyabbihah
Kaum Musyabbihah merupakan yang memfatwakan bahwa ada keserupaan
Tuhan dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun
tangga dll. Golongan ini merupakan golongan orang-orang yang berkeyakinan
bahwa Allah memiliki jasad8 atau memiliki jism dan Orang-orang Musyabbihah
juga menyerupakan Allah dengan makhluk dalam penetapan sifat-sifat Allah.
Dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam,
mereka menelan dengan mentah-mentah tanpa berpegang teguh dengan
penjelasan para salafunassholih. Ada juga orang yang menamakan kaum ini
dengan kaum mujassimah yakni kaum yang menubuhkan karena mereka
menubuhkan Tuhan, mengatakan Tuhan bertubuh, bermuka, bermata, bertangan,
berkaki. Ada juga orang yang menamai mereka dengan kaum Hasyawiyah yang
artinya percakapan omong kosong, percakapan di luar batas, percakapan hina
dina alias kaum “omong kosong”. Kaum Musyabbihah atau Mujassimah ini
berasal dari orang-orang yang semula bermazhab Hanbali, tetapi Imam Ahmad
bin Hanbal tidak berkeyakinan dan tidak beri’tiqod sebagaimana mereka. Kaum
ini hanya 1 aliran.

9. Ahlusunnah Wal Jamaah


Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl as-sunnah dan ahl
al-jama’ah.9 Dalam bahasa Arab, kata ahl berarti “pemeluk aliran/ mazhab”
(ashab al-mazhabi), jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran/madzhab. Kata al-
Sunah sendiri disamping mempunyai arti al-hadits, juga berarti “perilaku”, baik
terpuji maupun tercela. Kata ini berasal dari kata sannan yang artinya “jalan”.10
Ahl al-Sunnah dapat diartikan dengan orang-orang yang mengikuti sunnah dan
berpegang teguh padanya dalam segala perkara yang Rasulullah SAW dan para
shahabatnya berada di atasnya (Ma ana ‘alaihi wa ashabi), dan orang-orang yang
mengikuti mereka sampai hari Qiamat. Adapun al-Jama’ah, berasal dari kata
jama’a dengan derivasi yajma’u jama’atan yang berarti “menyetujui” atau
“bersepakat”. Dalam hal ini, al-jama’ah juga berarti berpegang teguh pada tali

8 Talbis Iblis, hlm. 68.


9 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqih, Cet. 1, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 9
10 Munawir, Kajian Hadits Dua Mazhab, Cet. 1, (Purwokerto: Stain Press, 2013), hlm. 1

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Allah SWT secara berjama’ah, tidak berpecah dan berselisih. Pernyataan ini
sesuai dengan riwayat Ali bin Abi Thalib yang mengatakan: “Tetapkanlah oleh
kamu sekalian sebagaimana yang kamu tetapkan, sesungguhnya aku benci
perselisihan hingga manusia menjadi berjamaa’ah”. 11 Adapun Ahlussunnah wal
Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang
mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi dan sunnah
khulafaurrasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat. Kaum
dalam Ahlusunnah Wal Jamaah ini hanya ada 1 aliran.

C. Penyebab Timbulnya Firqah

Munculnya tiga golongan dalam Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
pada tahun 35 – 41 H / 656 – 661 M di Jazirah Arab tidak dapat dilepaskan dari
beberapa faktor. Faktor – faktor yang menyebabkan munculnya tiga golongan
menjadi dasar tiap – tiap golongan memiliki arah dan pandangan dalam
perkembangannya. Perkembangan Syiah, Khawarij dan Sunni yang terjadi pada masa
awal kemunculannya juga memberikan pengaruh terhadap para pengikutnya. Hal ini
terjadi karena ketiga golongan muncul dengan adanya perubahan dalam hal pola pikir
mengenai kekhalifahan / keimamahan Muslimin. Pada bab ini, akan memaparkan dan
menjabarkan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya 3 golongan dalam Islam
yakni Syiah, Khawarij dan Sunni sebagaimana berikut.
1) Faktor Politik.

Benih-benih propaganda dan fitnah yang mulai dibangun setelah wafatnya


Rasulullah SAW., itu dimulai, namun dapat dipadamkan dan ditekan pada masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar, setelah wafatnya Khalifah Umar
menjadi babak baru bagi kaum munafik yang nantinya akan menjadi embrio dari
lahirnya tiga golongan dalam Islam ini untuk terus tumbuh dan berkembang
dalam peradaban Islam smpai akhir. Tumbuh dan berkembang selanjutnya pada
masa Khalifah Utsman yang pada masa pemerintahannya penuh kontroversial,
dan puncak perkembangannya adalah ketika berhasil membunuh Khalifah
Utsman serta muncul terang-terangan ke permukaan ketika Khalifah Ali menjabat
sampai dengan terbunuhnya Khalifah Ali oleh para pembangkang dalam Islam
yang mengatasnamakan diri sebagai golongan yang paling benar.
11 Munawir, Kajian Hadits Dua Mazhab..., hlm. 1
PAGE \* MERGEFORMAT ii
2) Faktor Sosial.

Kondisi sosial masyarakat Madinah dan wilayah kekuasaan Islam lainnya pada
masa Khalifah Ali sangat tidak menentu karena fitnah bertebaran dimana-mana,
yang salah satunya adalah mengadu domba keluarga Bani Umayyah dengan
Khalifah Ali yang tuntutannya adalah penyelesaian darah Utsman dengan
menangkap dan mengadili para pemberontak yang telah melakukan pembunuhan
terhadap Khalifah Utsman. Sedangkan propoaganda lainnya adalah mengadu
domba Bani Hasyim dengan golongan lainnya masalah hak dan tugas, atau kata
lainnya sikap arogansi kesukuan kembali ditebarkan demi mengadu domba
kekuatan Islam.

3) Faktor Budaya.

Kebebasan berfikir yang tidak diimbangi dengan pemahaman Islam yang Haq
berdampak pada liberalisasi pemikiran dan keagaam Islam. Sehingga kaum
muslim yang berada di wilayah luar kekuasaan Islam dengan sangat mudahnya
dihasut dan diputarbalikkan akan keyakinannya dalam Islam. Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian dari mualaf masih belum bisa masuk Islam
sepenuhnya, masuk Islam pun karena terpaksa dengan wilayah yang sudah
menjadi taklukan wilayah Islam. Sehingga hal tersebut berdampak pada lemahnya
iman mualaf. Lemahnya iman dan lemahnya pemahaman mualaf inilah yang
dijadikan kesempatan bagi kaum munafik untuk menyebarkan propaganda ajaran
Islam yang terbalik dan menyebarkan fitnah kebencian antara wilayah taklukan
dengan pemerintah pusat. Penyebar fitnah dan propaganda inilah yang menjadi
cikal bakal dan embrio dari 3 golongan dalam Islam yang akan muncul dan
memproklamirkan pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sampai pada
puncaknya adalah perang saudara dan terbunuhnya Khalifah Ali.

D. Munculnya Firqah di Masa Khulafaurrasyidin


Pengertian Khulafaurrasyiddin

Pasca Nabi Muhammad SAW. wafat, status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun, akan tetapi kedudukan Rasulullah SAW. sebagai pemimpin

PAGE \* MERGEFORMAT ii
kaum muslimin harus tergantikan, sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa
pengganti tersebut dinamakan “Khulafaur Rasyidin,” yang terdiri dari dua kata, “al-
khulafa’” bentuk jama’ dari “khalifah” yang berarti “pengganti,” dan “ar-Rasyidin”
ialah berarti “benar, halus, arif, pintar, dan bijaksana”.2 Jika digabungkan Khulafaur
Rasyidin ialah berarti para (pemimpin) pengganti Rasulullah SAW. yang arif dan
bijaksana.

Allah SWT. berfirman dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 40:

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Nabi Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih
pemimpin setelah dia meninggal. Secara tidak langsung, Islam memberikan
kebebasan untuk membuat model pemilihan khalifah. Kepemimpinan keempat
Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadi dan situasi
masyarakatnya.
Sejarah Munculnya Firqah-Firqah dalam Islam
Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang
beredar setelah wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran
sebagai kepala Negara digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut
khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman bin Affan mulai timbul
adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh banyaknya fitnah
yang timbul pada masa itu. Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang
timbulkan pada masa itu menyebabkan perpecahan pada umat Islam, dari masalah
politik sampai pada masalah teologis.
Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak kematian Utsman bin Affan r.a.
Ahli sejarah menggambarkan ‘Usman sebagai orang yang lemah dan tak
sanggup menentang ambisi keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu untuk
menjadi gubernur. Tindakan-tindakan yang dijalankan Usman ini mengakibatkan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
reaksi yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Sahabat-sahabat nabi setelah
melihat tindakan Usman ini mulai meninggalkan khalifah yang ketiga ini.
Perasaan tidak senang akan kondisi ini mengakibatkan terjadinya pemberontakan,
seperti adanya lima ratus pemberontak berkumpul dan kemudian bergerak ke
Madinah. Perkembangan suasana di Madinah ini membawa pada pembunuhan
Usman oleh pemuka-pemuka pemberontak di Mesir ini.
Setelah Usman wafat Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah keempat.
Tetapi segera ia mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula
menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang mendapat
sokongan dari Aisyah. Tantangan ini dapat dipatahkan Ali dalam pertempuran
yang terjadi di Irak tahun 656 M. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan Aisyah
dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan keluarga
dekat Usman. Ia menuntut Ali supaya menghukum pembunuh- pembunuh Usman,
bahkan ia menuduh bahwa Ali turut campur dalam soal pembunuhan itu. Dalam
pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di Siffin, tentara Ali
mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut akhir ini bersiap-siap untuk
lari. Tetapi tangan kanan Mu’awiyah Amr Ibn al-’As yang terkenal sebagai orang
licik minta berdamai dengan mengangkat al-Quran keatas. Qurra’ atau syi’ah yang
ada dipihak Ali mendesak Ali untuk mnerima tawaran itu dan dicarilah perdamaian
dengan mengadakan arbitase. Sebagai pengantara diangkat dua orang, yaitu Amr Ibn
al-‘As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al-Asy’ari dari pihak Ali. Dalam
pertemuan mereka, kelicikan Amr mengalahkan perasaan takwa Abu Musa. Sejarah
mengatakan bahwa keduanya terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan kedua
pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah.Tradisi menyebutkan bahwa Abu
Musa terlebih dahulu mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan
kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui,
Amr mengumumkan hanya menyutujui penjatuhan Ali yang telah di umumkan
Abu Musa, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah. Peritiwa ini merugikan bagi Ali
dan menguntungkan bagi Mu’awiyah. Khalifah yang sebenarnya adalah Ali,
sedangkan Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak
mau tunduk kepada Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbitase ini kedudukannya
telah naik menjadi khalifah yang tidak resmi.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Sikap Ali yang menerima dan mengadakan arbitase ini, sungguhpun dalam
keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat
bahwa hal serupa itu idak dapat diputuskan oleh arbitase manusia. Putusan
hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam al-
Quran. La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum dari Allah) atau la hakama
illa Allah (Tidak ada pengantar selain dari hukum Allah), menjadi semboyan mereka.
Mereka memandang Ali telah berbuat salah, oleh karena itu mereka
meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah dalam sejarah islam terkenal
dengan nama al-Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri. Karena
memandang Ali bersalah dan berbuat dosa, mereka melawan Ali. Ali sekarang
menghadapi dua musuh, yaitu Mu’awiyah dan Khawarij.karena selalu mendapat
serangan dari kedua pihak ini Ali terlebih dahulu memusatkan usahanya untuk
menghancurkan Khawarij. Setelah Khawarij kalah Ali terlalu lelah untuk
meneruskan pertempuran dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap berkuasa di
Damaskus dan setelah Ali wafat ia dengan mudah dapat memperoleh pengakuan
sebagai khalifah umat Islam pada tahun 661 M.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika yang timbul dari dalam diri Islam itu sendiri adalah timbulnya
firqah atau golongan yang benihnya sudah mulai dirasakan tatkala nabi Muhammad
saw sudah meninggal. Sejarah Islam telah mencatat tentang banyaknya firqah-firqah
atau golongan-golongan yang ada di dalam tubuh umat Islam. Dan berdasarkan
keterangan dari beberapa hadis, dari kesemua firqah/golongan tersebut semuanya
dikatakan sebagai firqah/golongan yang sesat kecuali hanya satu golongan yakni
Ahlusunnah Wal Jamaah. Penyebab Munculnya Firqah-Firqah dalam Islam secara
garis besar yakni adanya perselisihan faham dalam Islam yang didasari atas dua
macam. Pertama, perselisihan dalam masalah cabang syariat Islam. Kedua,
perselisihan pendapat dalam masalah aqidah/itiqad. Dan kedua hal tersebut
disebabkan pula oleh beberapa faktor, yakni faktor politik, sosial dan budaya.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR PUSTAKA

Sasono, Adi. Solusi Islam atas Prolematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah).
(Jakarta: Gema Insani Press,1998)
https://imamnajibm.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-sebab-munculnya-firqah.html
https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/28/pengertian-firqah/
Badrudin, Firqah Dalam Dunia Islam: Sejarah, Doktrin dan Pemikiran. Serang: Penerbit A-
Empat, 2015
Shaliadi, Ikrom. Khawarij: Arti, Asal-usul, Firqah-Firqah dan Pendapatnya. Pamekasan:
Islamuna Vol.2, 2015
Nurhayat, Muhammad Arpah. Al-Firqah An-Najiah. Juni 2013
Aisyah. Faham Jabariyah dan Faham Qadariyah dalam Perdebatan Mahasiswa pada Mata
Kuliah Ilmu Kalam. Aceh: 2017
Nasution, Harun. Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, UI Press Jakarta
Pakpahan, Elpianti Sahara. Pemikiran Mu’tazilah. Al-Hadi vol.2 no.2. Januari-Juni 2017
Atabik, Ahmad. Melacak Historitas Syi’ah (Asal Usul, Perkembangan dan Aliran-
Alirannya). FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan vol.3., Desember 2015
Sariah. Murji’ah dalam Perspektif Theologis. Riau: 2012
Rubini. Khawarij dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam, Volume 7, Nomor 1, Juni 2018
Swastika, Kayan. Mohammad Fajar., dan Sumardi. 2020. The Emergence of Shia, Khawarij
and Sunni Groups In Islam at the Time the Caliphate of Sayyidina Ali bin Abi Talib of the
Year 35-41 H / 656-661 Ad in the Arabian Peninsula. Jurnal Historica, 4.
https://www.google.com/url?q=https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JHIS/article/download/
10712/8301/&usg=AFQjCNE6E4VErJny52oLOO7_iTtedOxk5Q. ( 18 Desember 2020 )
http://amarfaruqspd.blogspot.com/2017/01/sejarah-munculnya-firqoh-firqoh-dalam.html
(diakses tanggal 17 Desember 2020)
Mubin, Fatkhul. (2019). Khulafaur Rasyidin. Vol. 5. Hal. 2.
Faruq, Amar. (2017). Sejarah Munculnya Firqah-Firqah dalam Islam.

PAGE \* MERGEFORMAT ii

Anda mungkin juga menyukai