Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKIDAH DAN ILMU KALAM


“ALIRAN GERAKAN RAJI AL FARUQI”
Dosen Pengampu : M. Zul Azhar, M.Pd.i

Oleh:
Eka Fatima
NIM.: 202202901200060

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa diungkapkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Atas berkat rahmat Allah SWT, kami, tim penyusun, telah sukses
menulis makalah yang berjudul “Aliran gerakan raji al faruqi”. Tentu, kami
berterimakasih atas bantuan dan kontribusi semua pihak dalam pengerjaan
makalah ini baik itu secara materi, pemikiran, ide, maupun dukungan moral.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kita para pembaca; mahasiswa, dan
dosen. Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang pendidikan yang kami tulis ini
bukan lah sebuah saran kepada pembaca, melainkan hanya sebagai referensi
pengetahuan. Segala hal yang menjadi keputusan para pembaca bukan lah
tanggung jawab kami.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah-makalah kami selanjutnya.

Lembar , 2 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II............................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................3

A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi...........................................................3

B. Filsafat Pendidikan Islam...................................................................6

C. Islamisasi Pengetahuan dan Tauhid...................................................7

BAB III.........................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................10

B. Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah rahmatan lil alamin atau berkah untuk semua alam.
Karena Islam ditujukan untuk semua alam, maka agama Islam mencakup
semua aspek kehidupan dan bahkan di luar kehidupan atau kehidupan setelah
kematian. Agama ini bersifat universal, dapat diaplikasikan bukan hanya
terhadap umat Muslim, namun juga manusia secara umum. Di dalam Al-
Quran, kitab suci penganut ajaran Islam, salah satu aspek kehidupan yang
dibahas adalah pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik. Menurut para pakar pendidikan, pendidikan adalah usaha
atau proses memanusiakan manusia.
Di tengah derasnya arus globalisasi yang tidak terbendung sekarang
ini, adalah suatu kewajiban untuk berpegang teguh terhadap ajaran agama.
Selama globalisasi, pengaruh-pengaruh dari dunia dengan budaya yang
berbeda selalu ada dan sangat masif. Satu hal yang ikut terbawa sekaligus
media perantara globalisasi adalah teknologi. Banyak negara-negara di dunia
yang meniru, mengamati, dan memodifikasi teknologi dari dan ke negara-
negara lain. Salah satu negara yang menjadi rujukan negara-negara,
khususnya negara maju, dalam hal inovasi di bidang teknologi adalah negara-
negara di benua Eropa dan Amerika Serikat. Salah satu hal yang
dikhawatirkan dari globalisasi, khususnya besarnya pengaruh dan perhatian ke
negara-negara tersebut meyakini bahwa ajaran agama seharusnya disingkirkan
dari urusan duniawi atau disebut dengan sekularisme. Jika tidak didukung
oleh pengetahuan agama yang benar, serta nasionalisme-pancasilaisme yang
kuat, maka sekularisme akan dengan mudah mengakar ke dalam diri umat
beragama dan bangsa Indonesia.

1
Oleh karena itu, untuk mengatasi terdisrupsinya umat beragama,
khususnya umat Muslim, dan bangsa Indonesia karena pengaruh ekstrim
globalisasi, konsep dan prinsip pendidikan sebagai modal utama manusia
dalam keberlangsungan hidupnya perlu ditekankan.
Salah satu konsep dan prinsip pendidikan yang datang dari
cendekiawan muslim adalah konsep pendidikan Islam dan islamisasi
pengetahuan oleh Ismail Raji Al-Faruqi. Konsep dan prinsip pendidikan Islam
ini, pada beberapa sub bab, bukan hanya terbatas terhadap umat Muslim,
namun juga semua orang pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa Ismail Raji Al-Faruqi?
2. Bagaimana filsafat pendidikan Islam menurut Ismail Raji Al-Faruqi?
3. Apa yang dimaksud dengan islamisasi pengetahuan?
4. Bagaimana konsep islamisasi pengetahuan?
5. Bagaimana korelasi antara tauhid dan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memperkenalkan Ismail Raji Al-Faruqi
2. Menjelaskan filsafat pendidikan Islam oleh Ismail Raji Al-Faruqi
3. Menjelaskan maksud dan konsep islamisasi pengetahuan
4. Menjelaskan korelasi atau hubungan antara tauhid dan pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi

1. Kehidupan Awal dan Pendidikan


Ismail Raji al-Faruqi lahir pada 1 Januari 1921 M, di Jaffa, Palestina
(Wick; 2014-08-28). Ayahnya adalah Abdul Huda al-Faruqi, seorang
qadhi atau hakim yang terpandang di Palestina dan seorang tokoh agama
yang cukup dikenal di kalangan sarjana muslim. Keluarganya merupakan
keluarga kaya dan terkenal di Palestina. Pertama kali al-Faruqi menjadi
seorang Registrar of Cooperative Societies di bawah mandat pemerintahan
Inggris di Yerusalem pada tahun 1941. Beliau bekerja disana sampai
tahun 1945, akhirnya diangkat sebagai gubernur di provinsi Galilea,
Palestina, pada usia 24 tahun. Namun, jabatan ini tidak lama, karena tahun
1947, provinsi tersebut jatuh ke tangan Israel, sehingga ia hijrah ke
Amerika, setahun kemudian.
Pada tahun 1948, Al-Faruqi pada awalnya beremigrasi ke Beirut,
Lebanon, di mana ia belajar di American University of Beirut, kemudian
mendaftar tahun berikutnya di Universitas Indiana. Sekolah Pascasarjana
Seni dan Ilmu Pengetahuan, memperoleh gelar MA dalam bidang filsafat
pada tahun 1949. Ia kemudian diterima untuk masuk ke departemen
filsafat Universitas Harvard dan dianugerahi gelar MA kedua dalam
bidang filsafat di sana pada bulan Maret 1951, dengan tesis berjudul
Pembenaran yang Baik: Metafisika dan Epistemologi Nilai (1952).
Disertasinya sangat dipengaruhi oleh fenomenologi Max Scheler
(1874–1928), khususnya gagasan yang terakhir tentang intuisionisme
aksiologis. Ia memutuskan untuk kembali ke Universitas Indiana; ia
menyerahkan tesisnya ke Departemen Filsafat dan menerima gelar PhD
pada September 1952. Saat itu ia memiliki latar belakang filsafat klasik
dan pemikiran yang berkembang dari tradisi barat. Pada awal tahun 1953,

3
ia dan istrinya berada di Suriah. Dia kemudian pindah ke Mesir, di mana
dia belajar di Universitas Al-Azhar (1954–1958) lagi dengan maksud
untuk memperoleh gelar PhD lainnya.
Pada tahun 1958, al-Faruqi ditawari posisi sebagai rekan tamu di
Fakultas Ketuhanan di Universitas McGill di Kanada. Selama dua tahun
masa jabatannya di McGill, ia belajar teologi Kristen dan Yudaisme,
dan berkenalan dengan filsuf Muslim Pakistan terkenal Fazlur Rahman.
2. Arabisme ke Islamisme
1963, setelah kembali ke Amerika Serikat, beliau menjadi profesor
tamu di Divinity School di Chicago. Dari tahun 1964 hingga 1968, al-
Faruqi memantapkan dirinya sebagai profesor di Departemen Agama di
Universitas Syracuse, di mana beliau memulai program studi Islam. Pada
tahun 1968, dan menerima posisi di Temple University sebagai guru besar
agama, selain itu juga mendirikan program studi Islam. Beliau memegang
posisi ini sampai kematiannya pada tahun 1986.
Sebagian besar ide awal Al-Faruqi dikaitkan dengan apa yang dia
sebut uruba. Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa uruba menangkap inti
dari kesadaran, nilai, dan keyakinan Muslim yang tidak dapat dipisahkan
dari identitas semua Muslim.
Dia juga berpendapat bahwa uruba adalah satu-satunya konteks di
mana negara-negara Arab Muslim dapat berintegrasi ke dalam masyarakat
mereka yang lebih besar. Menurut al-Faruqi, bahkan orang Arab non-
Muslim dapat mengidentifikasikan diri dengan uruba yang disebutkan
dalam Al Qur'an. Akibatnya, Uruba memiliki orang Arab non-Muslim dan
Muslim non-Arab di bawah pengaruh esensialisme linguistik dan agama
gabungan. Bentuk kesadaran dan identitas lainnya adalah distorsi yang
disebabkan oleh penetrasi kolonial.
Meskipun sedikit yang mempertanyakan pengaruh Arab terhadap iman
dan budaya Muslim non-Arab atau pengaruh Muslim Arab pada orang
Arab non-Muslim, implikasi bahwa keduanya menemukan ekspresi dan
pemenuhan utama mereka dalam interpretasi al-Faruqi tentang Arabisme

4
dapat dilihat oleh beberapa orang. sebagai upaya untuk membangun
hegemoni Islam Arab, budaya Muslim. Baik nasionalis Arab maupun
intelektual Muslim non-Arab menghindari agenda al-Faruqi untuk
menyatukan Muslim non-Arab dan Muslim non-Arab melalui urubah.
Sementara banyak intelektual Muslim, seperti Fazlur Rahman, setuju
dengan klaim al-Faruqi bahwa Al-Qur'an tidak dapat mencapai kefasihan
dan ekspresi yang sama dalam bahasa apa pun selain bahasa Arab, mereka
mengkritik chauvinisme Arab yang mencolok dari al-Faruqi.
3. Pencapaian
Pada awalnya penekanan Al-Faruqi adalah pada Arabisme sebagai
kendaraan Islam dan identitas Muslim. Ia juga salah satu yang
mengajukan gagasan Islamisasi ilmu dan mendirikan International
Institute of Islamic Thought bersama dengan Taha Jabir Al Alwani ,
Abdul Hamid Abu Sulayman , mantan Rektor International Islamic
University Malaysia , dan Anwar Ibrahim , pada tahun 1980. Ia menjabat
sebagai wakil presiden Kolokium Perdamaian Antar-Agama, Konferensi
Muslim-Yahudi-Kristen dan sebagai presiden Perguruan Tinggi Islam
Amerika di Chicago . Al-Faruqi memandang keberadaan Israel sebagai
penghinaan terhadap Yudaisme karena ideologi negaranya Zionisme.
Dia mengatakan bahwa ketidakadilan yang disebabkan oleh Zionisme
sedemikian rupa sehingga memerlukan perang. " The syari'at , hukum
Islam, menuntut semua orang Yahudi untuk menyerahkan diri kepada
ajaran hukum Yahudi sebagaimana ditafsirkan oleh pengadilan rabi, dan
memperlakukan tentangan atau penghinaan pengadilan rabi sebagai
pemberontakan terhadap negara Islam itu sendiri, setara dengan tindakan
serupa di pihak seorang Muslim berhadapan dengan pengadilan Islam." .
Gagasan dan teorinya tentang proyek integrasi ilmu, terangkum dalam
bingkai besar "Islamisasi Ilmu Pengetahuan "yang terpublikasikan di
berbagai media, baik berupa jurnal pemikiran atau buku. Setidaknya ada
20 judul buku dan ratusan artikel yang ia tulis. Beberapa karya penting
Ismail Raji al-Faruqi sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

5
Karya tulisnya fokus pada pembelaan Islam. Di antaranya Islamization of
Knowledge, Tawhid: Its Implications For Thought And Life, dan Islam
and the Problem of Israel.
Ismail Raji al-Faruqi berpandangan, Islamisasi ilmu menekankan
perombakan total atas keilmuan sosial Barat karena dianggap egosentris.
Langkah besar al-Faruqi dan kritiknya terhadap realitas pendidikan Islam
juga merupakan sumbangan besar dan manfaat bagi perombakan sistem
pendidikan Islam.Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan al-Faruqi
menitikberatkan pada tauhid dan mengikis egosentris ala Barat.
B. Filsafat Pendidikan Islam
Ide fundamental akan filsafat atau konsep pendidikan islam yang
diprakarsai oleh Ismail Raji Al-Faruqi pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan pendidikan gratis kepada semua orang yang terus berlangsung
hingga akhir hayat atau yang biasa dikenal dengan long-life learning
(Rahman, et al. 2015). Pendekatan pendidikan Islam Al-Faruqi pada awalnya
mirip dengan pendekatan yang diaplikasikan oleh para cendekiawan Muslim
pada masa keemasan Islam yakni berada di masjid dan merangkul semua
orang pada waktu kapanpun. Tidak terdapat institusi formal pendidikan
seperti SD, SMP, SMA di bawah naungan Dinas Pendidikan seperti di
Indonesia. Pembelajaran, menurut Al-Faruqi, sebaiknya berorientasi kepada
penjelasan-penjelasan oleh guru, pusat dari pembelajaran.
Konsep filsafat pendidikan Islam didesain alFaruqi secara kreatif dan
layak yang ditujukan untuk mengembangkan atau belajar secara holistik dan
komprehensif sehingga seluruh korpora (pusat atau sumber) pengetahuan
dapat diraih. Filsafat pendidikan ini dianggap sesuai dengan tujuan
pembaharuan intelektual dan pemulihan kesadaran umat serta realisasi ilmu
dan pengetahuan Islam (Al-Faruqi, 1981).
Guru memiliki peranan terpenting di dalam konsep pendidikan Al-
Faruqi. Menurutnya, pembelajaran bukan berpusat kepada institusi atau agen
yang mengorganisir pendidikan, melainkan guru. Oleh karena itu, Al-Faruqi
berpendapat bahwa kesuksesan dan kegagalan pembelajaran adalah karena

6
kompetensi pedagogik guru.
Filsafat pendidikan Al-Faruqi melingkupi seluruh bidang studi,
termasuk bidang agama itu sendiri. Filsafat pendidikan ini tidak terlalu
memperdulikan gelar-gelar pendidikan, melainkan pada luaran pembelajaran.
Jika dibandingkan dengan sistem pendidikan konvensional di mana terdapat
spesialisasi-spesialisasi formal dan berfokus terhadap gelar-gelar pendidikan,
filsafat pendidikan Islam oleh Al-Faruqi adalah konsep pendidikan yang lebih
baik dan tidak terdapat batasan-batasan dalam menuntut ilmu pengetahuan
(Al-Faruqi, 1981).
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, pendidikan adalah inti atau the
cornerstone dari manusia dan bangsa yang beradab (Al-Faruqi, 1981).
Pendidikan seperti darah dari hewan dan manusia serta kloroplas yang
dimiliki oleh tumbuhan sehingga jika tidak terdapat unsur penting tersebut,
makhluk hidup akan mati. Oleh karena itu, Al-Faruqi mendorong peradaban
lewat pendidikan atau building the state through education. Visi peradaban
melalui pendidikan ini dapat tercapai dengan mendidik pikiran (educating
mind), menata hati (reforming the heart), dan mengatur tindakan (organizing
the arms) (Al-Faruqi, 1981).
Filsafat pendidikan Islam dari Al-Faruqi mirip dengan konsep
pendidikan klasik masyarakat cendekiawan Muslim di masa islamic golden
age. Untuk membedakan dengan konsep pendidikan konvensional, alFaruqi
mendasarkan filsafat pendidikannya kepada tabyin atau memastikan
seseorang benar-benar paham. Tabyin muncul beberapa kali di Quran - baca
2:160, 118, 187, dll - dan identik dengan memberi penjelasan kepada
manusia tentang kebenaran. Tabyin adalah perintah Allah kepada seluruh
manusia, penghargaan khusus kepada Nabi Muhammad, dan wahyu Allah
yang paling tinggi (Al-Faruqi, 1981).
C. Islamisasi Pengetahuan dan Tauhid
1. Pengertian Islamisasi Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan respon
terhadap kondisi pendidikan Islam yang kritis atau rusak akibat meniru

7
atau menjiplak pendidikan Barat. Menurut struktur katanya dalam kamus
besar bahasa Indonesia, Islamisasi merupakan kegiatan pengislaman.
Dalam hal ini yang diislamkan adalah ilmu pengetahuan. Banyak tokoh
yang mendefinisikan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan ini. Al Faruqi
menyebut istilah Islamisasi ilmu pengetahuan dengan Islamization of
Knowledge (IOK), dan istilah ini yang paling sering disebut. Dalam
bahasa Arab disebut Al-Islamiyat Al-Ma’rifat yang bermakna bahwa
segala disiplin ilmu (baik kontemporer maupun tradisi Islam) mesti
“diislamkan”. Al Faruqi memberikan pengertian Islamisasi ilmu
pengetahuan yaitu memberikan definisi baru, mengatur data-data,
mengevaluasikan kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan
kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga
disiplin-disiplin itu memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi
(cita-cita) Islam. Al Faruqi mencetuskan ide Islamisasi ilmu pengetahuan
dengan dasar Tauhid, merumuskan prinsip-prinsipnya berdasarkan tauhid,
menetapkan tujuan, dan menyusun langkah-langkahnya.
2. Konsep Islamisasi Pengetahuan
Ismail Raji al-Faruqi melihat umat Islam sudah sangat jauh tertinggal
dari barat dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi.
usahanya adalah mengembalikan totalitas dan keutuhan pemahaman dan
makna Islam dan coba untuk menemukan solusi yang tepat dengan
merekonstruksi Paradigma Pemikiran Islam. Upaya populer ini disebut
Islamisasi sains, yang secara positif menerima sains modern menurut
dengan visi Islam. untuk al-Faruqi, muslim tidak boleh ditinggalkan dalam
ketertinggalan terus-menerus, karena ia berharap agar islami ajarannya
harus benar-benar rahmatan lil alamin (hadiah untuk semua alam).

Faruqi telah mencoba merumuskan ide-ide keislamannya dengan


membagi mereka menjadi 3 kelompok besar. Pertama, mendefinisikan
ulang ilmu pengetahuan, menata ulang data, memikirkan kembali argumen
dan rasionalisasi data, menilai kembali kesimpulan dan interpretasi, dan
memproyeksikan kembali tujuan ilmu pengetahuan. Kedua, Ciri-ciri

8
Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Memiliki masalah-masalah yang jelas-jelas
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, memiliki asumsi dasar, dan metode
studi, penelitian metode, metode investigasi, dan memiliki tujuan yang
jelas. Ketiga, prinsip Islamisasi Ilmu: keesaan Tuhan, kesatuan alam
semesta, kesatuan kebenaran dan kesatuan unity pengetahuan, kesatuan
hidup, dan kesatuan umat manusia.
3. Hubungan antara Tauhid dan Pendidikan
Tauhid berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk infinitif dari verba
wahhada yang merupakan turunan dari akar kata wahdah yang
mengandung arti kesatuan, kesatuan. Tauhid adalah Menurut al-Faruqi,
untuk menghilangkan dualisme dengan cara mengislamkan ilmu atau
dengan mengadakan akulturasi ilmu. Begitu apa yang dikandung bahwa
sains adalah barat dan mengandung dualisme bisa digabung dengan ajaran
tauhid dan beberapa normatif dalam Islam. mengkaji konsep tauhid
teologi epistemologi yang merupakan bagian dari konstruksi kajian
keislaman dalam pandangan Ismail Raji' al-Faruqi. Itu prinsip tauhid
menjadi landasan dasar dalam al-Faruqi’s kerangka pendidikan yang
menekankan pada nilai kebenaran dan pengetahuan. Ide mendasar ini
diproyeksikan dalam karyanya karya Tauhid: Implikasinya bagi Pemikiran
dan Kehidupan yang secara luas menguraikan prinsip dan gagasan tauhid
dan set mengedepankan falsafah pendidikan terpadu yang berlandaskan
struktur dan dasar tauhid dan premis-premisnya. Dia berpendapat bahwa
tauhid adalah prinsip dasar dan pemersatu Islam yang terdiri dari lima
prinsip, dualitas; ide kebangsaan; teleologi; kapasitas manusia dan
kelenturan alam; dan tanggung jawab dan penilaian.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan yang telah dijabarkan dalam bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu definisi islamisasi
ilmu menurut al-Faruqi. Islamisasi ilmu berarti usaha untuk merujuk kembali
suatu ilmu yaitu; untuk mendefinisikan kembali, menyusun ulang informasi,
memikir kembali argumen dan rasionalisasi yang berhubung dengan informasi
itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan
melakukannya secara disiplin itu memperkaya visi dan perjuangan Islam.
Program islamisasi ilmu al-Faruqi ini terdiri dari 12 program kerja
yaitu; penguasaan disiplin ilmu modern, survei disiplin ilmu, penguasaan
khazanah Islam, penguasaan khazanah Islam tahap analisa, penentuan
relevansi Islam yang khas terhadap disiplin ilmu, penilaian kritis terhadap
disiplin keilmuan modern dan tingkat perkembangannya di masa kini,
penilaian kritis terhadap khasanah Islam dan tingkat perkembangannya di
masa kini, survei permasalahan yang dihadapi umat Islam, survei
permasalahan yang dihadapi manusia, analisa sintesa kreatif, penuangan
kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam, penyebaran ilmu-
ilmu yang telah diislamkan dan kemudian program kerja tersebut dijadikan 5
landasan objek rencana kerja islamisasi ilmu pengetahuan yaitu Keesaan
Allah, Kesatuan Alam Semesta, Kesatuan Kebenaran dan Pengetahuan,
Kesatuan Hidup serta Kesatuan umat manusia.
Pada era globalisasi manusia juga lebih cenderung terhadap keadaan
ketidakpuasan, dan rasa ingin tahu dalam segi apapun. Oleh karena itu,
adanya realitas atau sejarah manusia, yang mana Al-Faruqi menyatakan
dengan bukunya yaitu tauhid: bahwa manusia pada suatu etika berbuat atau
bertindak yaitu ketika keberhargaan manusia sebagai manusia yang bermoral
diukur dari tingkatan keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi aliran
ruang dan waktu.

10
B. Saran
Pembahasan mengenai Ismail Raji Al-Faruqi ini diharapkan menjadi
kajian-kajian yang dapat dikembangkan dalam tema-tema lainnya baik itu
bersifat historis maupun filosofis. Hal ini akan mencerminkan kekayaan
khazanah keilmuan Islam dan dapat diimplementasikan kepada permasalahan
yang terjadi sesuai realitas masa kini dan para pembaca dapat memperkaya
pengetahuannya dari berbagai referensi yang membahas berkaitan dengan
pendidikan Islam, sehingga tidak terjebak dalam satu pemikiran saja. Hasil
pembahasan ini juga memberikan penegasan bahwa tujuan pendidikan Islam
yang telah dirumuskan saat ini sesuai dengan konsep Islamisasi ilmu
pengetahuan yang dapat juga bertujuan untuk menghilangkan sekularisasi
dalam kehidupan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmansyah. 2002. Sintesis Kreatif Pembaruan Kurikulum Pendidikan
Islam Ismail Raji al-Faruqi. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Al-Faruqi, I.R. 1981. The Hijrah: “The necessity of its Iqamat or
Vergegenwartigung.” Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of
Malaysia.
A.N. Amir, T.A. Rahman, W.S.W. Yusof, and Z.M.. 2015. Rashid Al-Faruqi’s
fundamental ideas and philosophy of education. Dinamika Ilmu. 15(2):
235-247.
Dinamika Ilmu. P-ISSN: 1411-3031; E-ISSN: 2442-9651 2015, Vol. 15 No. 2
Rahman, T. A., Yusof, W. S. W., Rashid, Z. M., Amir, A. N. 2015. Al-Faruqi’s
Fundamental Ideas and Philosophy of Education. Dinamika Ilmu. 15,2:
235-247.
S. Rizal. Examines The Concept of Monotheistic Theology of
Epistemology”which is Part of The Construction of Islamic Studies in
The View of Ismail Raji 'al-Faruqi. Miqot Journal.

12

Anda mungkin juga menyukai