Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Oksidentalisme
Dosen Pengampu : Muzzayin, M.S.I

Disusun oleh :
Fatimatuzzahro

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

INSTITUT AGAMA ISLAM


NAHDLATUL ‘ULAMA IAINU
KEBUMEN
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi”.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita ke jalan yang lurus.
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini baik berupa materi maupun saran yang sangat bermanfaat.
Makalah ini saya susun dalam rangka memunuhi tugas mata kuliah Oksidentalisme yang
diampu Bapak Muzayyin., M.S.I
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan pembaca sekalian, serta dapat
menjadi motifasi dalam belajar ilmu agama dan juga ilmu Al-Qur’an. Dalam penyusunan
makalah ini saya sadar banyaknya kekurangan baik penulisan maupun isinya, maka dari itu
saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar saya
dapat mengoreksi kesalahan tersebut sebagai bahan pembelajaran dimasa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb

19 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. iv
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi ......................................................... iv
B. Latar Belakang Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi............................ v
C. Islamisasi Ismail Raji Al-Faruqi........................................................ vi
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
Kesimpulan…........................................................................................ ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ x

3
BAB 1
Pendahuluan

Dalam sejarahnya, umat Islam telah melintasi perjalanan yang cukup panjang, dan
bahkanmenghasilkan kekayaan pemikiran yang luar biasa terlebih pada masa klasik. Namun
mulai pada abad ke-13 peradaban Islam mengalami kemandegan. Umat Islam cenderung
mengikuti pemahaman para pandahulunya. Umat Islam mengalami stagnasi, jumud. Peradaban
Islam bangkit ketika memasuki abad ke-19. Ulama-ulama Islam seakan tersadar betapa
mundurnya peradaban Islam, terutama setelah terjadi ekspansi barat ke dunia Islam. Harun
Nasution menyebutkan, bahwa kontak antara Islam dan Barat masa modern dan klasik berbeda,
pada periode klasik merupakan kemajuan Islam sehingga yang dilakukan Barat adalah belajar dari
Islam. Sedangkan kontak antara Islam dan Barat pada periode modern merupakan kemajuan
Barat sehingga Islam belajar dari Barat.
Kebangkitan merupakan fenomena sejarah yang menumbuhkan semangat iman, stagnasi
pemikiran dan fiqh serta harakah dan jihad. Kebangkitan juga membawa ujian-ujian bagi umat
Islam sehingga mendorong untuk mencari sebab kejatuhan dan kehinaan yang menimpa. Yang
itu tentunya menimbulkan kesadaran baru yaitu menghidupkan iman, mengaktifkan pemikiran
dan menggairahkan gerakan.
Pada periode kebangkitan Islam, kesadaran tentang keterbatasan akal dan filsafat
materialisme, yang menghasilkan ilmu yang gersang, merupakan landasan kuat bagi perlunya
filsafat islami tentang ditumbuhkannya ilmu, sebagai alternatif dari filsafat ilmu yang ada yang
umumnya sekuler. Usaha untuk memberi tanggapan itu melahirkan pemikiran tentang antara
Islam dan ilmu pengetahuan yang amat beragam. Tanggapan tersebut dapat berarti usaha untuk
menegaskan bahwa ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Barat sebenarnya bersifat “islami”.
Bisa pula merupakan usaha mengakomodasi sebagian nilai dan gagasan ilmu pengetahuan
modern karena dianggap islami, sambil menolak sebagian lain. Salah seorang pemikir dan
cendekiawan muslim, yang menyerukan agar pengembangan sains dikembalikan kepada
induknya, yaitu Islam dan mengkritik pengembangan sains dan teknologi modern yang
dipisahkan dari ajaran agama, adalah Ismail Raji al-Faruqi, melalui pemikirannya islamisasi ilmu.

Makalah ini sedikit menjelaskan bagaimana pemikiran Ismail Raji al-Faruqi mengenai
islamisasi ilmu pengetahuan. Terdapat empat bahasan utama: Pertama, biografi Ismail Raji al-

4
Faruqi. Kedua, latar belakang pemikiran Islamisasi Ismail Raji al-Faruqi. Ketiga, Islamisasi Ismail
Raji al-Faruqi. Keempat, simpulan.

BAB 2
Pembahasan
1. Biografi Ismail Raji Al-faruqi
Ismail Raji Al-Faruqi, lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di (Palestina) dan meninggal dunia
pada tanggal 24 Mei 1986 di rumahnya. Ayahnya bernama Abd al Huda Al-Faruqi adalah seorang
hakim muslim yang sangat patuh pada agamanya. AlFaruqi memperoleh pendidikan agama dari
guru-guru dan madrasah setempat. Pendidikan dasarnya dimulai dari pendidikan di rumah,
masjid, dan madrasah. Lalu pendidikan menengah di College des Ferese, Libanon yang
mengunakan bahasa Prancis sebagai bahasa pengantarnya, kemudian di American University,
Beirut, jurusan Filsafat. Pada 1941, setelah memperoleh gelar Bachelorof Arts (BA), ia bekerja
sebagai pewagai pemerintah (PNS) Palestina di bawah mandat Inggris. Empat tahun kemudian,
karena kepemimpinannya yang menonjol, Al-Faruqi diangkat sebagai Gubernur di provinsi
Galelia, Palestina, pada usia 24 tahun . Namun, jabatan ini tidak lama diembannya, karena tahun
1947, provinsi tersebut jatuh ke tangan Israel sehingga ia hijrah ke Amerika. Setahun di Amerika,
Al-Faruqi melanjutkan studinya di indiana University sampai meraih gelar Master dalam bidang
Filsafat, tahun 1949. Dua tahun kemudian, ia memperoleh gelar Master kedua dalam bidang yang
sama dari Universitas Harvard. Tahun 1952, Al-Faruqi mendapat gelar Ph.D dari Universitas
Indiana, dengan disertasi judul On Justifying the God Metaphysic and Epistemology of Value
(Tentang Pembenaran Tuhan, Metafisika dan Epistemologi Nilai). Namun, karena yang dicapai
tidak memuaskannya, Al-Faruqi pun pergi ke Mesir untuk lebih mendalami ilmu-ilmu keislaman
di Universitas Al-Azhar.

Pada tahun 1959, Al-Faruqi pulang dari Mesir dan mengajar di McGill, Montreal, Kanada,
untuk mempelajari Yudaisme dan Kristen secara intensif. Dua tahun kemudian 1961,ia pindah ke
Karachi, Pakistan, untuk mengambil bagian dalam kegiatan Central Institute for Islamic Research
(CIIR) dan jurnalnya, Islamic Studies. Pada tahun 1963, Al-Faruqi kembali ke Amerika dan
mengajar di School of Devinity, Universitas Chicago, sambil melakukan kajian keIslaman di
Universitas Syracuse, New York. Selanjutnya, pada tahun 1968, Al-Faruqi pindah dan menjadi
guru besar Pemikiran dan Kebudayaan Islam pada Temple University, Philadelphia. Kemudian Al-
Faruqi mendirikan Departemen Islamic Studies sekaligus memimpinnya sampai akhir hayatya, 27
Mei 1986. Selama hidupnya Al-Faruqi juga aktif dalam gerakan-gerakan keIslaman dan
keagamaan bersama istrinya.

5
Selama hidupnya ia menulis sebanyak seratus artikel, yang mencakup berbagai persoalan,
diantaranya, etika, seni, sosiologi, kebudayaan,metafisika, dan politik. Semua dikuasainya dan
kemudian disajikan dalam bentuk yang lebih komprehensif dan saling berkaitan. Kehidupan
akademis Al-Faruqi pada tahun 1962, sangat produktif ia menerbitkan buku pertamanya yaitu:
On Arabism, ‘Urabah and Religions. An Analysis of the DominantIdeas of Arabism and of Islam as
it’s Highest Moment of Conciousness; pada 1964, Usul al-Sahuniyyah fi al-Din al-Yahudi, buku
Historical Atlas of the Religions of the World, The Great Asian Religions, dan The Curtural Atlas of
Islam.

2. Latar Belakang Pemikiran Islamisasi Ismail Raji Al-faruqi


Alasan yang melatar-belakangi pemikiran islamisasi ilmu al-Faruqi adalah bahwa umat Islam
saat itu berada dalam keadaan yang lemah dan telah menjadikan Islam berada pada zaman
kemunduran dan menempatkan umat Islam berada di anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Di
kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan, dan tahayul. Akibatnya, umat
Islam lari kepada keyakinan yang buta, jumud, bersandar kepada literalisme dan legalisme, atau
menyerahkan diri kepada pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh mereka. Dalam kondisi seperti
itu masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan.
Persinggungan Islam dan Barat menyebabkan sebagian kaum muslimin tergoda oleh
kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan jalan westernisasi. Ternyata jalan
yang ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan umat Islam sendiri dari ajaran al-
Qur’an dan hadis.
Sebab berbagai pandangan dari Barat, diterima umat Islam tanpa dibarengi dengan adanya
filter.Menurut al-Faruqi, sebagai efek dari “malaisme” timbulnya dualisme dalam sistem
pendidikan Islam dan kehidupan umat. Namun meskipun kaum muslimin sudah memakai sistem
pendidikan sekuler Barat. Baik kaum muslimin di lingkungan universitas maupun cendekiawan,
tidak mampu menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan kreativitas dan kehebatan Barat. Hal
ini disebabkan karena dunia Islam tidak memiliki ruh wawasan vertikal yaitu wawasan Islam.
Gejala tersebut dirasakan al-Faruqi sebagai apa yang disebut dengan “the lack of vision”.
Kehilangan yang jelas tentang sesuatu yang harus diperjuangkan sampai berhasil.
Dari situlah kemudian al-Faruqi berkeyakinan bahwa untuk mencapai masa depan yang lebih
baik, perlu diadakan reformasi di bidang pemikiran Islam. Artinya, kaum muslimin tidak saja harus
menguasai ilmu-ilmu warisan Islam, namun juga harus menguasai disiplin ilmu modern. Salah
satunya adalah dengan cara islamisasi ilmu atau integrasi pengetahuan-pengetahuan baru
dengan warisan Islam, dengan penghilangan, perubahan, penafsiran kembali dan adaptasi
komponen komponennya sesua idengan pandangan dan nilai-nilai Islam.

6
3. Islamisasi Ismail Raji al-Faruqi
Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti eliminasi,
perubahan, penafsiran kembali dan penyesuaian terhadap komponen-komponennya sebagai
world view Islam (pandangan dunia Islam) dan menetapkan nilai-nilainya. Dengan demikian,
islamisasi ilmu pengetahuan dapat diartikan dengan mengislamkan ilmu pengetahuan modern
dengan cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains ilmu pasti dengan
memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Menuangkan kembali ilmu
pengetahuan sebagaimana dikehendaki Islam, yaitu memberi definisi baru, mengatur data,
mengevaluasi kembali kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya. bagi AI-
Faruqi Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi oleh para ilmuan muslim. Karena menurutnya apa yang telah berkembang di dunia Barat dan
merasuki dunia Islam saat ini sangatlah tidak cocok untuk umat Islam. Ia melihat bahwa ilmu
sosial Barat tidak sempurna dan jelas bercorak Barat dan karena itu tidak berguna sebagai model
untuk pengkaji dari kalangan muslim. Ilmu sosial Barat juga melanggar salah satu syarat krusial
dari metodologi Islam yaitu kesatuan kebenaran.
Untuk merubah paradigma sekulerisme di dunia Islam, al-Faruqi meletakkan prinsip tauhid
sebagai kerangka pemikiran, metodologi dan cara hidup Islam. Prinsip prinsip tauhid itu terdiri
dari lima macam kesatuan:
a. Keesaan (kesatuan) Tuhan, implikasinya dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan,
bahwa sebuah pengetahuan bukan untuk menerangkan dan memahami realitas,
melebihkan melihatnya sebagai bagian yang integral dari eksistensi tuhan. Karena itu,
islamisasi ilmu mengarahkan pengetahuan pada kondisi analisa dan sintesa tentang
hubungan realitas yang dikaji dengan hukum Tuhan.
b. Kesatuan ciptaan, bahwa semesta ini baik yang material psikis spasial (ruang), biologis
maupun etnis adalah kesatuan yang integral. Dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu,
maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai
refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepadanya
c. Kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kebenaran bersumber pada realitas, dan realitas
bersumber dari satu yaitu Tuhan. Maka, apa yang disampaikan lewat wahyu tidak
bertentangan dengan realitas yang ada, karena keduanya diciptakan oleh Tuhan.
d. Kesatuan hidup yang meliputi amanah, khilafah, dan Kaffah (Komprehensif).
e. Kesatuan manusia yang universal mencakup seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Maka, pengembangan sains harus berdasar pada kemaslahatan manusia secara universal.

7
BAB 3
Penutup

Kesimpulan
al-Faruqi adalah salah seorang tokoh yang memiliki gagasan brilian dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi umat Islam. Idenya tidak lepas dari konsep tauhid, karena tauhid adalah
esensi Islam yang mencakup seluruh aktifitas manusia. Begitu pun gagasannya mengenai
islamisasi ilmu, Bagi al-Faruqi, islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan ilmu
pengetahuan modern dengan cara melakukan aktivitas keilmuan seperti eliminasi, perubahan,
penafsiran kembali dan penyesuaian terhadap komponen-komponennya. Untuk mendukung
idenya, al-Faruqi telah menyusun rangkaian kerja yang harus dilakonkan. Meski terdapat pro-
kontra namun tak dipungkiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, 1998, Jakarta: aja
Grafindo Persada
Abd.al-Hamid Abu Sulaiman, Permasalahan Metodologis dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Media
Dakwah, 1994
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003

8
9

Anda mungkin juga menyukai