DALAM PE MIKIR AN
ISMAIL RAJI AL-FAR UQI
TUTIK MURSITI
O100220039
LATAR BELAKANG
Sejak dekade 70-an, diskusi islamisasi mulai mengemuka di
kalangan ilmuan. Pada saat itu, kondisi ilmu pengetahuan Barat
menguasai dunia yang bermuatan tanpa nilai (bebas nilai) dan lebih
cenderung kepada sesuatu yang material saja. Para pemikir
dikalangan ummat Islam menyadari bahwa ilmu pengetahuan
buatan manusia tidak boleh bebas terpakai dan menguasai, dalam
arti produk nilai manusia tetapi harus bernilai produk Tuhan. Oleh
karena itu, lahirlah islamisasi ilmu pengetahuan dari sebuah
korelasi terhadap ilmu-ilmu modern yang cenderung bebas dari
nilai dan terlepas dari tuntunan wahyu.
Pada era perkembangan ilmu pengetahuan atau wawasan yang sangat pesat
itulah membuat beberapa tokoh pemikir Islam mengembangkan pendapatnya,
salah satunya adalah Ismail Raji Al-Faruqi yang turut memikirkan
perkembangan Islam tentang dunia pendidikan yang dinilai kurang diperhatikan.
Akan tetapi, ilmu pengetahuan dari Barat bertolak belakang dengan
kebenaran yang dianut ajaran agama Islam. Akhirnya, Al- Faruqi
mempunyai ide-ide tentang ilmu pengetahuan yang diislamkan. Hal itu
dilakukannya untuk memberikan pemahaman terkait perkembangan ilmu
yang sangat maju dan masih berlandaskan sesuai petunjuk agama Islam,
yakni Al-Qur’an serta Hadist. Al-Faruqi juga berpendapat mengenai
prinsip yang diterapkan dalam pendidikan berdasarkah kebenaran yang
mutlak, yakni tentang ketauhitan.
BIOGRAFI
Ismail Raji Al- Faruqi
APA YANG AKAN KITA
• Prinsip Tauhid atau keesaan Allah (The Unity of Allah). Prinsip ini menyatakan
keesaan Allah, Allah dzat yang satu tiada Tuhan selain- Nya. Konsep tauhid menjadi
prinsip paling dasar dari ajaran Islam dan dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu
pengetahuan (integrasi ilmu), telah menjadi prinsip paling utama dari prinsip-
prinsip epistemologi Islam, sehingga hal tersebut juga mejadi asas pemersatu atau
integrasi manusia.
• Kesatuan Alam Semesta (The Unity of Creation). Kesatuan alam semesta
maksudnya bahwa alam semesta yang diciptakan Allah merupakan sebuah keutuhan
yang integral karena merupakan penciptaan yang maha Tunggal.
• Kesatuan Kebenaran dan kesatuan pengetahuan (The Unity of Truth and
Knowledge). Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Pengetahuan maksudnya bahwa
ilmu pengetahuan yang berkembang memerlukan sebuah nalar kritis untuk
memperoleh kebenaran. Kemampuan nalar tidak serta merta dapat memperoleh
kebenaran jikalau tidak dipandu oleh keberadaan wahyu. Kebenaran wahyu sudah
dapat dipastikan karena wahyu milik Allah.
• Kesatuan Hidup (The Unity of Life). Maksud dari kesatuan hidup adalah kehidupan
manusia pada hakikatnya satu yaitu merupakan penciptaan Allah apapun
golongannya, warna kulit, aliran, suku dan semacamnya. Manusia hidup pada
fitrahnya diberikan kewajiban yaitu untuk beribadah kepada Allah, tidak ada
pengecualian bagi mereka. Semuanya mempunyai kedudukan yang sama disisi- Nya
kecuali tingkat pengabdian tertinggi akan ditempatkan pada posisi kemuliaan.
• Kelima, Kesatuan Umat Manusia (The Unity of
Humanity). Kesatuan umat manusia maksudnya bahwa
manusia diciptakan oleh Allah sebagai umat yang satu,
walaupun dalam realitasnya manusia hidup bersuku-suku
dan berbangsa namun hakikatnya makhluk yang satu.
Paradigma Islamisasi Ilmu Pengetahuan