Anda di halaman 1dari 19

ISLAMISASI IL MU

DALAM PE MIKIR AN
ISMAIL RAJI AL-FAR UQI
TUTIK MURSITI
O100220039
LATAR BELAKANG
Sejak dekade 70-an, diskusi islamisasi mulai mengemuka di
kalangan ilmuan. Pada saat itu, kondisi ilmu pengetahuan Barat
menguasai dunia yang bermuatan tanpa nilai (bebas nilai) dan lebih
cenderung kepada sesuatu yang material saja. Para pemikir
dikalangan ummat Islam menyadari bahwa ilmu pengetahuan
buatan manusia tidak boleh bebas terpakai dan menguasai, dalam
arti produk nilai manusia tetapi harus bernilai produk Tuhan. Oleh
karena itu, lahirlah islamisasi ilmu pengetahuan dari sebuah
korelasi terhadap ilmu-ilmu modern yang cenderung bebas dari
nilai dan terlepas dari tuntunan wahyu.
Pada era perkembangan ilmu pengetahuan atau wawasan yang sangat pesat
itulah membuat beberapa tokoh pemikir Islam mengembangkan pendapatnya,
salah satunya adalah Ismail Raji Al-Faruqi yang turut memikirkan
perkembangan Islam tentang dunia pendidikan yang dinilai kurang diperhatikan.
Akan tetapi, ilmu pengetahuan dari Barat bertolak belakang dengan
kebenaran yang dianut ajaran agama Islam. Akhirnya, Al- Faruqi
mempunyai ide-ide tentang ilmu pengetahuan yang diislamkan. Hal itu
dilakukannya untuk memberikan pemahaman terkait perkembangan ilmu
yang sangat maju dan masih berlandaskan sesuai petunjuk agama Islam,
yakni Al-Qur’an serta Hadist. Al-Faruqi juga berpendapat mengenai
prinsip yang diterapkan dalam pendidikan berdasarkah kebenaran yang
mutlak, yakni tentang ketauhitan.
BIOGRAFI
Ismail Raji Al- Faruqi
APA YANG AKAN KITA

• Ismael Raji Al-Faruqi lahir pada 1 Januari 1921 M, di Jaffa,


Palestina sebelum wilayah ini diduduki Israel.
BAHAS

• Pendidikan awalnya ditempuh di College des Ferese, Libanon,


yang menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa
pengantarnya, kemudian di Amerika yang menggunakan
bahasa Prancis sebagai bahasa pengantarnya, kemudian di
American University, Beirut, jurusan Filsafat. Pada 1941,
setelah meraih Bachelor of Arts (BA).
• Empat tahun kemudian, karena kepemimpinannya yang menonjol,
Al-Faruqi diangkat sebagai Gubernur di provinsi Galelia, Palestina,
pada usia 24 tahun. Namun, jabatan ini tidak lama diembannya,
karena tahun 1947, provinsi tersebut jatuh ke tangan Israel sehingga
ia hijrah ke Amerika.
• Setahun di Amerika, Al Faruqi melanjutkan studinya di Indiana
University sampai meraih gelar Master dalam bidang filsafat tahun
1949. Dua tahun kemudian ia meraih gelar master kedua dalam
bidang yang sama dari Universitas Harvard. Puncaknya, pada tahun
1952, Al Faruqi meraih gelar Ph.D dari Universitas Indiana, dengan
disertasi berjudul On Justifying and Epistemology of Value (Tentang
Pembenaran Tuhan, Metafisika dan Epistemologi Nilai).
• Pada 1959, Al Faruqi pulang dari Mesir dan mengajar di McGill, Montreal, Kanada,
sambil mempelajari Yudaisme dan Kristen secara intensif. Namun, dua tahun
kemudian, tahun 1961, ia pindah ke Karachi, Pakistan, untuk ambil bagian dalam
kegiatan Central Institute for Islamic Research (CIIR) dan jurnalnya, Islamic studies.
Dua tahun di pakistan, tahun 1963, Faruqi kembali ke Amerika dan mengajar di
School of Devinity Universitas Chicago, sambil melakukan kajian keislaman di
Universitas Syracuse, New York. Selanjutnya, tahun 1968, Faruqi pindah dan
menjadi guru besar Pemikiran dan Kebudayaan Islam pada Temple University,
Philadelphia.
• Al Faruqi mendirikan Departemen Islamic Studies sekaligus memimpinnya sampai
akhir hayatnya, 27 Mei 1986. Menurut beberapa sumber, Faruqi meninggal karena
diserang orang tak dikenal yang diidentifikasi sebagai agen Mossad, agen rahasia
Israel. Tragedi ini juga menewaskan istrinya, Dr Louis Lamnya, dan kedua putranya.
Disamping itu kontribusinya yang besar dalam memperkenalkan studi-studi
keislaman di berbagai perguruan tinggi di Amerika dan proyeknya yang terkenal,
“Islamisasi Ilmu Pengetahuan” (Islamization of Knowledge), Faruqi juga aktif
dalam gerakan-gerakan keislaman dan keagamaan. Bersama istrinya, Dr. Louis
Lamnya, ia membentuk kelompok-kelompok kajian Islam, seperti Muslim Students
Association (MSA), American Academy of Religion American Academy of
Religion (AAR), mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Association of
Muslim Social Scientist Association of Muslim Social Scientist-AMMS), Islamic
Society of North America (ISNA), menerbitkan jurnal (ISNA), menerbitkan jurnal
American Journal of Islamic Social Sciences (AJISS), dan yang menumental,
mendirikan Perguruan Tinggi Pemikiran Islam The International Institute of Islamic
Thought (IIIT).
Terminologi Islamisasi Ilmu
Pengetahuan
Islamisasi berasal dari akar kata ‘Islam’ yang secara etimologi berarti
tunduk/pasrah dan patuh, sedangkan dari segi terminologi adalah agama
yang menganjurkan sikap pasrah kepada Tuhan dalam bentuk yang diajarkan
melalui Rasulullah saw. Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah
suatu respon terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena
pendidikan Barat yang bertumpu pada suatu sudut pandangan dunia yang
lebih berdasar pada paham materialisme. Pendidikan Barat menganggap
bahwa pendidikan bukan untuk membuat manusia bijak, tetapi memandang
realitas sebagai suatu yang bermakna secara material bagi manusia.
Pandangan Barat tersebut yang kemudian menjadi salah satu penyebab
munculnya krisis masyarakat modern.
Dari pengertian di atas dimaksudkan bahwa ilmu pengetahuan
yang berkembang bagaimana dapat terkendali disesuaikan
dengan nilai-nilai islam sehingga menjadi ilmu pengetahuan
yang benar, terarah, agamis, dan bermoral, tidak justru
sebaliknya menjadi ilmu pengetahuan yang berimplikasi
sekuleristik, materialistik, dan bertentangan secara diametral
dengan nilai-nilai islam.
Islamisasi ilmu pengetahuan dilakukan dalam upaya
membangun kembali semangat umat Islam dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan
penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional, empirik dan
filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-Quran
dan Sunnah Nabi. Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju
menyusul ketinggalan dari ummat lain khususnya barat
) ) ) ) ) ) ) ) ) ISLAMISASI PERSPEKTIF AL- FARUQI
) ) ) ) ) ) ) ) )
zz
Islamisasi pengetahuan dalam pandangan Isma’il Raji al- Faruqi
adalah suatu upaya mengislamisasikan disiplin- disiplin ilmu,
menghasilkan buku-buku pegangan pada level universitas dengan
menuang kembali disiplin ilmu modern dengan wawasan (vision)
Islam. Dan untuk menuangkan kembali keseluruhan khazanah
pengetahuan umat manusia menurut wawasan Islam, bukanlah tugas
yang ringan yang harus dihadapi oleh intelektual-intelektual dan
pemimipin Islam saat ini. Karena itulah, untuk melandingkan
gagasannya tentang Islamisasi ilmu, al-Faruqi meletakan "prinsip
tauhid" sebagai kerangka pemikiran, metodologi dan cara hidup
Islam
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
AI-Faruqi
zz
meyakini bahwa hanya dengan cara islamisasi ilmu
pengetahuan ini visi tauhid yang telah hilang akan diperoleh
kembali. Al Faruqi meyakini langkah-langkah yang dilakukannya
dapat memberikan pengaruh besar bagi kehidupan peradaban Islam
masa kini dan masa yang akan datang. Generasi yang selalu
menyandarkan berbagai kegiatan pada nafas keislaman adalah
generasi yang diinginkan oleh Al Faruqi sebagai generasi yang kuat
yang dapat berkompetisi dengan siapapun juga dan dalam situasi
bagaimanapun juga.
Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam pandangan Ismail Raji Al- Faruqi
harus mengacu pada beberapa prinsip

• Prinsip Tauhid atau keesaan Allah (The Unity of Allah). Prinsip ini menyatakan
keesaan Allah, Allah dzat yang satu tiada Tuhan selain- Nya. Konsep tauhid menjadi
prinsip paling dasar dari ajaran Islam dan dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu
pengetahuan (integrasi ilmu), telah menjadi prinsip paling utama dari prinsip-
prinsip epistemologi Islam, sehingga hal tersebut juga mejadi asas pemersatu atau
integrasi manusia.
• Kesatuan Alam Semesta (The Unity of Creation). Kesatuan alam semesta
maksudnya bahwa alam semesta yang diciptakan Allah merupakan sebuah keutuhan
yang integral karena merupakan penciptaan yang maha Tunggal.
• Kesatuan Kebenaran dan kesatuan pengetahuan (The Unity of Truth and
Knowledge). Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Pengetahuan maksudnya bahwa
ilmu pengetahuan yang berkembang memerlukan sebuah nalar kritis untuk
memperoleh kebenaran. Kemampuan nalar tidak serta merta dapat memperoleh
kebenaran jikalau tidak dipandu oleh keberadaan wahyu. Kebenaran wahyu sudah
dapat dipastikan karena wahyu milik Allah.
• Kesatuan Hidup (The Unity of Life). Maksud dari kesatuan hidup adalah kehidupan
manusia pada hakikatnya satu yaitu merupakan penciptaan Allah apapun
golongannya, warna kulit, aliran, suku dan semacamnya. Manusia hidup pada
fitrahnya diberikan kewajiban yaitu untuk beribadah kepada Allah, tidak ada
pengecualian bagi mereka. Semuanya mempunyai kedudukan yang sama disisi- Nya
kecuali tingkat pengabdian tertinggi akan ditempatkan pada posisi kemuliaan.
• Kelima, Kesatuan Umat Manusia (The Unity of
Humanity). Kesatuan umat manusia maksudnya bahwa
manusia diciptakan oleh Allah sebagai umat yang satu,
walaupun dalam realitasnya manusia hidup bersuku-suku
dan berbangsa namun hakikatnya makhluk yang satu.
Paradigma Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Menurut Al Faruqi ilmu pengetahuan modern


mengakibatkan lahirnya persengketaan atau pertentangan
antara wahyu dan akal bagi diri umat Islam, memisahkan
pemikiran dari aksi serta adanya dualisme kultural dan
religius. Karena diperlukan upaya islamisasi ilmu
pengetahuan dan upaya itu harus bermula dari tauhid.
untuk mewujudkan pemikiran tersebut, Al Faruqi
menjabarkan langkah-langkah dalam terciptanya sebuah
proses ilmu pengetahuan yang berpedoman dengan
Islam diantara:
1. Penguasaan Disiplin Ilmu Modern.
2.Survei Disiplin Ilmu.
3.Penguasaan Khasanah islam.
4.Penguasaan khasanah ilmiah islam.
5. Penentuan relevansi islam untuk setiap disiplin ilmu.
6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern
7. Penilaian kritis terhadap khazanah islam.
8. Survei permasalahan umat islam.
9. Survei permasalahan umat manusia.
10. Analisis dan sintesis kreatif.
11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam islam.
12. Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamkan .
Kesimpulan
islamisasi ilmu pengetahuan adalah usaha atau upaya yang dilakukan untuk
membebaskan ilmu pengetahuan dari asumsi Barat dan menggantikannya
dengan merujuk kepada kandungan Alquran dan Sunnah Nabi. Islamisasi
ilmu pengetahuan selayaknya tetap diperjuangkan dan dipertahankan.
Upaya tersebut dilakukan dengan tetap mempertahankan nilai ajaran Islam
yang murni tanpa diracuni oleh unsur yang lain. Islamisasi ini sebagai
proses filterisasi ilmu yang tidak sesuai dengan nilai- nilai keislaman
sehingga dengan demikian dapat menjadikan umat muslim bermoral,
beretika dan berakhlak mulia.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai