Anda di halaman 1dari 6

Pemikiran Majelis Mujahidin Indonesia

A. Pandangan Majelis Mujahidin Terhadap HAM

Menurut Majelis Mujahidin, hak asasi manusia tidak bisa dipuaskan dengan
tindakan-tindakan yang tanpa batasan atau aturan. Konvensi PPB tentang HAM,
menyatakan bahwa HAM tidak berlaku dalam sebuah komunitas yang memiliki aturan.
Hak asasi manusia dibatasi oleh agama, konstitusi, kebudayaan dsb. Oleh karena itu
seseorang tidak dibenarkan dalam rangka memuaskan hak asasinya, akan tetapi
bertentangan dengan batasan-batasan tersebut.

Kebebasan beragama dalam Islam berbeda secara prinsipil dengan kebebasan


versi dekralasi Universal HAM PBB. Dalam pasal 18, dinyatakan kebebasan beragama,
termasuk di dalamnya kebebasan berganti agama. Bagi mereka (PBB) kebebasan berganti
agama merupakan bagian dari kebebasan beragama, berbeda dengan pandangan hukum
Islam yang menyatakan keharaman tindakan tersebut. Dalam hukum Islam, berganti
agama (riddah) dan pelakunya disebut murtad adalah sebuah pelanggaran dan dikenakan
sangsi hukuman mati.

Hak Asasi Manusia dalam Islam lebih agung dan sangat dihormati. Hak Asasi
Manusia telah dikaruniakan oleh Allah SWT sesuai dengan fitrah dan untuk kemaslatan
kaum muslimin maupun manusia. Allah SWT telah menurunkan syariatnya untuk
menjaga hak-hak dasar manusia memenuhi kebutuhan naluri tanpa diganggu orang lain,
oleh karena itu dalam Islam tidak boleh memaksa orang kafir mengkonversi agama
menjadi Islam. Selain itu mereka (orang) kafir dilindungi darah, kehormatan, harta
bendanya oleh Islam/ Negara Islam.

B. Pandangan Majelis Mujahidin Terhadap Demokrasi

Majelis Mujahidin memandang demokrasi dari dua sisi, yaitu (1) Demokrasi
sebagai Ideologi dan (2) Demokrasi sebagai mekanisme. Apabila demokrasi digunakan
sebagai ideologi, maka hukumnya musyrik. Namun, bila dijadikan sebagai alat untuk
memenangkan, kepentingan, dan meninggikan Islam, maka hukumnya mubah. Perlu
diingat dalam menggunakan demokrasi sebagai mekanisme, umat Islam harus senantiasa
berkomitmen untuk memenangkan dan meninggikan kepentingan Islam.

Majelis Mujahidin memperbolehkan demokrasi sebagai jalan untuk kepentingan


Islam. Seperti halnya, Majelis Mujahidin tentang memperjuangkan syariat Islam dengan
jalan demokrasi, bahwa perjuangan menerapkan syariah mempunyai landasan historis,
formal, konstusional. Apabila partai-partai Islam berada dalam parlemen, maka harus
memperjuangkan Islam. Dalam hal ini, Majelis Mujahidin sebagai tansiq (aliansi) yang
menjadi wadah Individu dan organisasi, baik berbentuk organisasi masyarakat ataupun
partai politik menyerukan dan mendukung Partai Politik Islam untuk memperjuangkan
penegakan Syariah Islam.

MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) meyakini bahwa ketiadaan hukum islam akan
membawa murka Allah sehingga akan mengirim manusia ke posisi terendah, bencana, dan
pertikaian. Hal ini didasarkan pada ayat Al-Quran dan Hadits

“Maka hendaklah orang-orang yang melanggar perintah Rasul itu takut ditimpa
fitnah(kehancuran) atau azab yang berat”. (Q.S. An-Nur: 63)

“Selama Pemimpin-pemimpin itu menolak mengamalkan apa yang diturunkan Allah dalam
kitab-Nya (Syariat Islam), maka Allah pasti akan menjadikan mereka saling bermusuhan”.
(H.R. Ibn Majah)

MMI menggambarkan kondisi umat islam Indonesia mayoritas dzimmi karena hak
mereke untuk melaksanakan hukum Islam dihalang-halangi oleh minoritas non-Muslim.
Maka dari itu menurut MMI, penerapan hukum Islam adalah kebutuhan semua manusia.
Hukum Islam bisa berlaku secara universal (memberikan perlindungan dan perlakuan adil
kepada siapapun dan apapun agamanya).

Strategi Dasar Majelis Mujahidin

Operasionalisasi dari pendekatan struktural meliputi kegiatan utama, yakni:

1. Membangun dan melakukan konsolidasi, kristalisasi serta pembinaan pada kekuatan


sosial politik yang ada untuk tegaknya Syari’ah Islam.
2. Mengembangkan kemampuan tansiq dalam memberi arahan sosial sesuai dengan
Syari’ah Islam pada pemerintahan yang sedang berjalan.

Terkait dengan kegiatan pertama maka strategi perjuangan Majelis Mujahidin ditekankan
pada:

a. Menyiapkan serta memantapkan konsep pengelolaan pemerintahan yang sesuai


dengan Syari’ah Islam dalam semua bidang kehidupan.
b. Mengajak secara proaktif semua kekuatan sosial politik untuk memahami akan esensi
terjadinya berbagai krisis multi dimensional di dalam negeri; dan meyakinkan mereka
bahwa solusi mendasarnya tidak bisa lain kecuali dengan tegaknya Syari’ah Islam
dalam lingkup sosial kenegaraan.
c. Menjadikan Majelis Mujahidin sebagai fasilitator semua kekuatan sosial politik yang
sejalan dengan Misi Majelis dalam melaksanakan strategi dasarnya untuk penegakan
Syari’ah Islam.

Terkait dengan kegiatan kedua ini, maka kegiatan Majelis Mujahidin meliputi:

a. Konsolidasi organisasi Majelis Mujahidin dari tingkat Pusat sampai ke perwakilan di


daerah agar semua organ majelis hidup menjalankan Misi majelis.
b. Intensif melakukan kaderisasi untuk meneruskan estafeta kepemimpinan Majelis.
c. Menggalang simpati dan kekuatan media massa supaya ikut andil dalam sosialisasi
penegakan Syari’ah Islam.

Karakteristik Majelis Mujahidin Indonesia

1. Persaudaraan Berasas Aqidah Tauhid


Persaudaraan berarti menganggap orang lain seperti dirinya sendiri karena adanya
kesamaan tertentu. Orang-orang yang merasa dirinya terikat oleh kesamaan tertentu,
merasa menjadi satu diri dengan orang lain. Seperti persaudaraan nasional (ukhuwah
wathaniyah) merasa bersaudara karena kesamaan ras, etnis, tanah air dan lain-lainnya.
Demikian pula, persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah) mengikat
kebersamaannya berdasarkan HAM (Hak Asasi Manusia). Namun, persaudaraan
Islam berbeda dengan segala bentuk persaudaraan yang dibangun di atas fondasi
jahiliyahisme itu. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) adalah
persaudaraan yang tegak dan kokoh pada adanya kesamaan aqidah dan manhaj
(metode) perjuangan, sehingga menyatukan dirinya dengan orang lain dalam dasar
pandangan hidup dan tujuan hidupnya.

2. Berterus Terang dengan Kebenaran

Sikap dan metode yang dibalut dengan tipu muslihat di dalam mengibarkan
bendera dakwah, akan merusak aqidah dan menjadikan Islam ini terbelah berpuing-
puing. Antara lain akan menimbulkan sikap menyembunyikan sebagian dari
kebenaran Islam karena takut kemurkaan masyarakat atau penguasa sehingga
menjauhkan kebenaran Islam dari publik. Perilaku semacam ini bukanlah tabi’at
harakah yang benar yang dilandasi oleh aqidah tauhid.

Berbicara terus terang tentang kebenaran tidak sama artinya dengan bertindak
keras, kasar, tanpa perasaan, zalim dan anarkhis sehingga menjauhkan manusia dari
kebenaran. Juga tidak bermakna menggunakan tipu muslihat halus, menyembunyikan
sebagian kebenaran, menyampaikan hanya hal-hal yang menyenangkan penguasa,
atau masyarakat sehingga membuat Islam ini terkotak-kotak antara yang radikal dan
yang moderat, yang militan dan yang pengecut, yang tegas dan yang takut-takut.
Akibat dari sikap tidak mau menanggung resiko dalam memikul dakwah Islam yang
hakiki akan membuat ummat bingung, terpecah belah ke dalam sikap yang saling
berlawanan. Hakekat dari menyampaikan Islam secara terus terang adalah tidak
menyembunyikan kebenaran Islam yang memang memiliki watak kontra terhadap
sistem jahiliyah, berdiri kukuh pada prinsip tauhid Uluhiyah dan Rububiyah,
menentang segala bentuk thaghut dan kehendak masyarakat yang mengikuti hawa
nafsu.

3. Kesediaan Berkorban Jiwa dan Harta di Jalan Allah

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan imbalan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah,
lalu mereka membunuh atau terbunuh. Begitulah janji yang benar dari Allah yang
telah termaktub di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an.” (Qs. at-Taubah, 9: 111)

Allah swt telah menawarkan transaksi kepada setiap orang yang beriman
untuk memenuhi tawaran-Nya ini. Artinya, setiap orang mukmin diperintahkan
untuk mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah swt. Barangsiapa yang
memenuhi tawaran-Nya ini imbalannya adalah surga. Tawaran ini mengikat semua
leher orang Islam. Karena siapapun yang mengaku beriman tetapi menolak
transaksi yang ditawarkan oleh Allah swt ini berarti dia menolak menjadi
golongan ahli surga.
4. Disiplin Menjalankan Dakwah dan Jihad

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan


barisan yang teratur seakan-akan mereka laksana sebuah bangunan yang tersusun
kokoh.” (Qs. ash Shaff, 61: 4)

Dakwah, adalah mengajak manusia untuk mengesakan Allah swt, dan menerapkan
syari’ah-Nya, sebagai satu-satunya way of life (manhajul hayah), ketetapan dan
ketentuan serta aturan hidup manusia. Manusia dilarang menyandingkan tatanan lain
di samping Syari’at Allah swt sebagai tatanan kehidupan di dalam uusan apa saja.
Sedangkan jihad yang dimaksudkan disini adalah, usaha sungguh-sungguh untuk
memperjuangkan dan menerapkan Syari’ah Islam dalam semua segi kehidupan, baik
secara pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara; termasuk perlawanan
(usaha pembelaan diri) ketika mendapat serangan dari musuh Islam.

5. Komitmen dan lstiqamah Menegakkan Syari’ah Islam

Firman Allah swt:

“Katakanlah sesungguhnya Aku memberikan nasihat kepada kalian dengan


satu hal saja, yaitu supaya kamu sekalian menegakkan agama Allah dengan ikhlas,
berdua-dua atau sendiri-sendiri. Kemudian hendaklah kamu sekalian berfikir
(tentang kebenaran Muhammad). Tidak ada penyakit gila sedikitpun pada
kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu
sekalian sebelum datangnya azab yang berat.” (Qs. Saba’, 34: 46)

Rasulullah saw diperintahkan untuk mengajak manusia menegakkan agama


Allah swt dan segenap manusiapun diperintah kan untuk melaksanakan tugas ini
secara bersama-sama atau seorang diri sekalipun, jika tidak ada lagi orang yang
mau diajak. Orang-orang yang tidak mau menerjunkan dirinya dalam aktifitas
dakwah dan jihad, diperingatkan oleh Allah swt agar mereka mau memikirkan
tentang agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad n. Jika mereka mengakui
bahwa Nabi Muhammad n membawa kebenaran dan rahmat kepada seluruh alam,
maka apakah patut bagi orang yang beriman kepadanya untuk berdiam diri
membiarkan agama Allah swt yang dibawa oleh beliau ini lemah dan dikalahkan
oleh golongan thaghut dan kaum jahiliyah.

Anda mungkin juga menyukai