Menurut Majelis Mujahidin, hak asasi manusia tidak bisa dipuaskan dengan
tindakan-tindakan yang tanpa batasan atau aturan. Konvensi PPB tentang HAM,
menyatakan bahwa HAM tidak berlaku dalam sebuah komunitas yang memiliki aturan.
Hak asasi manusia dibatasi oleh agama, konstitusi, kebudayaan dsb. Oleh karena itu
seseorang tidak dibenarkan dalam rangka memuaskan hak asasinya, akan tetapi
bertentangan dengan batasan-batasan tersebut.
Hak Asasi Manusia dalam Islam lebih agung dan sangat dihormati. Hak Asasi
Manusia telah dikaruniakan oleh Allah SWT sesuai dengan fitrah dan untuk kemaslatan
kaum muslimin maupun manusia. Allah SWT telah menurunkan syariatnya untuk
menjaga hak-hak dasar manusia memenuhi kebutuhan naluri tanpa diganggu orang lain,
oleh karena itu dalam Islam tidak boleh memaksa orang kafir mengkonversi agama
menjadi Islam. Selain itu mereka (orang) kafir dilindungi darah, kehormatan, harta
bendanya oleh Islam/ Negara Islam.
Majelis Mujahidin memandang demokrasi dari dua sisi, yaitu (1) Demokrasi
sebagai Ideologi dan (2) Demokrasi sebagai mekanisme. Apabila demokrasi digunakan
sebagai ideologi, maka hukumnya musyrik. Namun, bila dijadikan sebagai alat untuk
memenangkan, kepentingan, dan meninggikan Islam, maka hukumnya mubah. Perlu
diingat dalam menggunakan demokrasi sebagai mekanisme, umat Islam harus senantiasa
berkomitmen untuk memenangkan dan meninggikan kepentingan Islam.
MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) meyakini bahwa ketiadaan hukum islam akan
membawa murka Allah sehingga akan mengirim manusia ke posisi terendah, bencana, dan
pertikaian. Hal ini didasarkan pada ayat Al-Quran dan Hadits
“Maka hendaklah orang-orang yang melanggar perintah Rasul itu takut ditimpa
fitnah(kehancuran) atau azab yang berat”. (Q.S. An-Nur: 63)
“Selama Pemimpin-pemimpin itu menolak mengamalkan apa yang diturunkan Allah dalam
kitab-Nya (Syariat Islam), maka Allah pasti akan menjadikan mereka saling bermusuhan”.
(H.R. Ibn Majah)
MMI menggambarkan kondisi umat islam Indonesia mayoritas dzimmi karena hak
mereke untuk melaksanakan hukum Islam dihalang-halangi oleh minoritas non-Muslim.
Maka dari itu menurut MMI, penerapan hukum Islam adalah kebutuhan semua manusia.
Hukum Islam bisa berlaku secara universal (memberikan perlindungan dan perlakuan adil
kepada siapapun dan apapun agamanya).
Terkait dengan kegiatan pertama maka strategi perjuangan Majelis Mujahidin ditekankan
pada:
Terkait dengan kegiatan kedua ini, maka kegiatan Majelis Mujahidin meliputi:
Sikap dan metode yang dibalut dengan tipu muslihat di dalam mengibarkan
bendera dakwah, akan merusak aqidah dan menjadikan Islam ini terbelah berpuing-
puing. Antara lain akan menimbulkan sikap menyembunyikan sebagian dari
kebenaran Islam karena takut kemurkaan masyarakat atau penguasa sehingga
menjauhkan kebenaran Islam dari publik. Perilaku semacam ini bukanlah tabi’at
harakah yang benar yang dilandasi oleh aqidah tauhid.
Berbicara terus terang tentang kebenaran tidak sama artinya dengan bertindak
keras, kasar, tanpa perasaan, zalim dan anarkhis sehingga menjauhkan manusia dari
kebenaran. Juga tidak bermakna menggunakan tipu muslihat halus, menyembunyikan
sebagian kebenaran, menyampaikan hanya hal-hal yang menyenangkan penguasa,
atau masyarakat sehingga membuat Islam ini terkotak-kotak antara yang radikal dan
yang moderat, yang militan dan yang pengecut, yang tegas dan yang takut-takut.
Akibat dari sikap tidak mau menanggung resiko dalam memikul dakwah Islam yang
hakiki akan membuat ummat bingung, terpecah belah ke dalam sikap yang saling
berlawanan. Hakekat dari menyampaikan Islam secara terus terang adalah tidak
menyembunyikan kebenaran Islam yang memang memiliki watak kontra terhadap
sistem jahiliyah, berdiri kukuh pada prinsip tauhid Uluhiyah dan Rububiyah,
menentang segala bentuk thaghut dan kehendak masyarakat yang mengikuti hawa
nafsu.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan imbalan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah,
lalu mereka membunuh atau terbunuh. Begitulah janji yang benar dari Allah yang
telah termaktub di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an.” (Qs. at-Taubah, 9: 111)
Allah swt telah menawarkan transaksi kepada setiap orang yang beriman
untuk memenuhi tawaran-Nya ini. Artinya, setiap orang mukmin diperintahkan
untuk mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah swt. Barangsiapa yang
memenuhi tawaran-Nya ini imbalannya adalah surga. Tawaran ini mengikat semua
leher orang Islam. Karena siapapun yang mengaku beriman tetapi menolak
transaksi yang ditawarkan oleh Allah swt ini berarti dia menolak menjadi
golongan ahli surga.
4. Disiplin Menjalankan Dakwah dan Jihad
Dakwah, adalah mengajak manusia untuk mengesakan Allah swt, dan menerapkan
syari’ah-Nya, sebagai satu-satunya way of life (manhajul hayah), ketetapan dan
ketentuan serta aturan hidup manusia. Manusia dilarang menyandingkan tatanan lain
di samping Syari’at Allah swt sebagai tatanan kehidupan di dalam uusan apa saja.
Sedangkan jihad yang dimaksudkan disini adalah, usaha sungguh-sungguh untuk
memperjuangkan dan menerapkan Syari’ah Islam dalam semua segi kehidupan, baik
secara pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara; termasuk perlawanan
(usaha pembelaan diri) ketika mendapat serangan dari musuh Islam.