Anda di halaman 1dari 3

22.

Politik Islam adalah pembentukan kekuasaan untuk mengatur sosial, ekonomi, hukum dan
kebudayaan menurut keyakinan (keimanan), jadi bukan menurut ideology.

23. 1.1. Kewajiban Memilih Pemimpin Yang beriman (Islam). Allah SWT. memerintahkan
kepada umat Islam untuk memilih pemimpin yang yang beriman, yang ahli dalam kepemimpinan,
yang adil dan dari golongan umat Islam, sebagaimana dijelaskan Allah Kompetensi Politik dan Ham
dalam Islam Agar mahasiswa mengetahui tentang kosep politik dan Ham dalam Islam, dalam
membentuk kekuasaan dalam pemerintahan masyarakat madani sesuai dengan konsep syari‟aha
Islamiyah, yang didukung oleh aktivitas sosial ekononi islami dalam masyarakat madani dalam
memenuhi kebutuhan hak asasi manusia sesuai dengan konsep syari‟ah Islamiyah. Sehingga
mamasiswa diharapkan mempu menerapkan Politik dan Ham secara islami dalam kehidupannya, baik
dalam kehdupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2 SWT. dalam
Firman-Nya QS. 4, 58-59, Qs.5:51 dan QS: 9:23 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).

1.2. Dilarang Memilih Pemimpin Kafir (Bukan Muslim). Allah SWT. melarang keras umat Islam
memilih pemimpinnya dari golongan non muslim (orang kafir), sebagaimana yang dijelaskan-Nya
dari beberapa firman-Nya berikut ini: Dalam QS. 3:28, QS. 4:144, QS.9:73 QS.5:51 dan QS.60:121
(Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).

24. Politik Islam pada awalnya dilaksanakan Rasulullah SAW. kurun Madinah, ditujukan untuk
mengatur sosial ekonomi masyarakat Muslim yang semakin luas. Di samping itu politik Islam
menghancurkan lawan yang menyerang. Selanjutnya politik Islam itu di samping mengatur ke dalam,
juga menundukkan tantangan dari luar. Dimana terjadi kemacetan dalam menjalankan politik tersebut
lahirlah jihad (perang), menembus kemacetan untuk mencapai tujuan politik

25. Para penulis orientalis barat pada umumnya mengidentikkan jihad dengan perang. Hal itu keliru.
Perang adalah jihad, tapi jihad bukanlah perang saja. Jihad lebih luas dari perang. Contoh, sapi adalah
hewan, tapi tidak sebaliknya dapat dipakai kembali di sini.

26. Imam Ibnu Qasim al-Husain menerangkan bahwa arti kata jihad dijabarkan dari kata jahd atau
juhd. Jihad daya sungguh-sungguh atau tenaga, dan jihad mujahid berarti memusatkan tenaga
sendiri dalam menampik musuh. Selanjutnya ia membagi tiga macam jihad, yaitu:
Melakukan jihad terhadap musuh yang tampak, yaitu perang mengangkat senjata (perlawanan
fisik) menghadapi musuh yang tampak yang menyerang kita, sebahgamana dijelaskan Allah SWT
dalam QS.2:190-192.
Melakukan jihad terhadap musuh yang tidak tampak, yaitu mnejaga diri dari gangguan setan
(iblis dan jin jahat), sebagaimana dalam firman Allah SWT. dalam QS.2:208.
Melakukan jihad terhadap diri sendiri, yaitu hawa nafsu). Nafsu menurut al-Qur‟an terbagi tiga:
1.3.3.1. Nafsu al-muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang, yang berkeinginan menyembah Allah SWT.,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 89:27-30
1.3.3.2. Nafsu Lawwamah ialah nafsu yang cenderung menyesali diri sendiri, maksudnya bila ia
berbuat kebaikan ia juga menyesali kenapa ia tidak berbuat kebaikan ia juga menyesali kenapa 3 ia
tidak berbuat lebih banyak, dan apabila ia berbuat kejahatan ia juga menyesali kenapa ia tidak berbuat
lebih banyak, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 75:2
1.3.3.3. Nafsu Amarah ialah nafsu yang selalu mendorong manusia berbuat dosa/kejahatan atau kafir
terhadap Allah SWT. sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 12:53
27. Pada prinsipnya Islam mencintai damai, dengan membudayakan musyawarah di meja perundingan
dalam segala urusan, apalagi dalam bidang politik, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S.
3:159, 42:38. Sehinga dicapai kesepakatan yang terbaik. Inilah asas demokrasi dalam membangun
masyarakat madani dengan prinsip persamaan di hadapan Allah SWT., sebagaimana dijelaskan Allah
SWT. dalam Q.S. 49:13

28. Manusia diciptakan Allah SWT, dari jenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan
berbangsabangsa di bumi ini, menjalani kehidupan dengan hak yang sama, sebagaimana dalam firman
Allah SWT dalam QS.49:13

29. Ahmad Zaki Yamani, bahwa HAM menurut Syari‟at Islam adalah:
2.1. Persamaan Warga Negara.
2.3 .Kebebasan Berhak Milik
2.4.Kebebasan Tempat tinggal
2.5.Kebebasan Berusaha
2.7. Kebebasan Beragama
2.7.1. Kerukunan Interen Umat Beragama
2.7.2. Kerukunan Antar Umat Beragama
2.7.3. Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah
2.7.4. Kerjasama Interen Umat Islam
2.7.5. Kerjasama Umat Islam dengan Penganut Agama Lain
2.8. Kebebasan Belajar

30. Untuk mewujudkan hak asasi manusia tentang kebebasa beragama, perlu diciptakan toleransi
kehiduapan beragama. Toleransi beasal dari kata tolerance (bahasa Inggris), yang berarti dapat
menerima perbedaan, atau membiarkan perbedaan. Dalam pemakaian sehari-hari toleransi disebut
dengan istilah kerukunan. Rukun artinya saling menghormati di antara yang berbeda paham, berbeda
pendapat dan berbeda agama, kerukunan hidup ialah kehidupan yang harmonis, yang saling
menghagai, saling menghormati perbedaan

31. . Toleransi kehidupan beragama di Indonesia dilaksanakan berdasarkan kepada SK (Surat


Keputusan) Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 70 dan 77 tahun 1978 tentang Tri Kerukunan
Hidup Beragama, yaitu kerukunan Interen Umat beragama, kerukunan Antar Umat Beragama, dan
kerukunan Antar Pemerintah dengan Pemerintah

32. Tri Kerukunan Hidup Beragama, yaitu kerukunan Interen Umat beragama, kerukunan Antar Umat
Beragama, dan kerukunan Antar Pemerintah dengan Pemerintah. 2.7.1. Kerukunan Interen Umat
Beragama 7 Kerukunan interen umat beragama ialah kerukunan interen (di dalam) antar umat dalam
suatu agama yang berbeda-beda organisai perjuangan dalam menegakkan agama Islam, karena
perbedaan faham atau mazhab, seperti antar warga organisasi Muhammadiyah dengan warga
organisasin nahdatul-Ulama (NU) dalam perbedaan menetapkan tanggal satu bulan Ramadhan untk
memulai ibadah puasa dan tanggal satu bulan Sawal untuk melaksnakan hari raya Idul-Fitri dan
menetapkan tanggal satu bulan Zulhijjah untuk menetapkan harir aya Idul-Adha, yang kadangkala
terdapat persamaan dan terkadang terdapat perbedaan, yang saling menghormati dan saling
menghargai. 2.7.2. Kerukunan Antar Umat Beragama Kerukunan antara umat beragama ialah
kerukunan antara penganut agama yang berbeda-beda, saling menghormati, saling menghargai
pelaksanaan ajaran ibadah agama masing-masing, membiarkan, tidak menggangu dan menjaga
keamaanan dan kenyamanan, seperti antar umat Islam, umat Kristen, umat Hindu dan Budah, yang
selalu menjaga kerukunan dan keharmonisan, sehingga dapat bekerja sama dalam membangun
kahidupan dalam berekonomi, bersosial, bermasyaraat dan berbangsa dan berkenagara. 2.7.3.
Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah Kerukunan antara umat beragama dengan
pemerintah ialah terciptanya saling menghormati antara penganut agama yang ada di Indonesia
dengan pemerintah, harus tertata sedemikian rupa, karena pemerintah berkewajiban mengayomi dan
melindungi masyarakatnya yang berbeda keyakinan dan agama yang dianutnya (heterogen).
Pemerintah wajib membina kerukunan antar umat beragama dan kerukunan intern umat beragama.
Permusuhan antar umat beragama dan intern umat beragama antara lain disebabkan oleh fanatisme
berlebihan terhadap agama yang dianut, atau mazhab atau faham yang dianut oleh umat beragama;
sehingga timbul permusuhan antar antar penganut mazhab atau paham yang berbeda dalam suatu
agama dan fanatisme yang berlebihan oleh penganut agama masing-masing terhadap agama yang
mereka anut; sehingga timbul sikap memusuhi dari suatu faham dan mazhab kepada penganut faham
dan mazhab yang lain dalam satu agama, dan antar penganut satu agama terhadap penganut agama
lain. Maka solusinya adalah dengan membina kerukunan dan kerjasma antar seagama yang berbada
faham dan mazhab, dan kerjasama antar yang berbeda agama dengan penganut agama lain dan
kerukunan dengan pemerintah yang bertanggung jawab membina kerukunan itu sendiri.

33. Allah SWT. melarang umat Islam memaksa orang lain untuk menganut Agama Islam, karena
kebenaran ajaran Islam itu dapat diuji oleh akal sehat manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SWT. Q.S. 2:256, Allah SWT. melarang (haram hukumnya) umat Islam bekerjasama dengan
umat agama lain dalam berakidah dan beribadah mahdhah (Hablumminallah), yaitu yang berkaitan
rukun Iman dan rukun Islam, seperti berdo‟a bersama dan menucapkan selamat natal kepada umat
krsiten dan selamat nyepi kepada mat Hindu. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT.
QS.109:1-6, artinya: 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Akan tetapi Allah SWT.
membolehkan umat Islam bekerjasama dengan umat agama lain dalam hal bermu‟amalah seperti
dalam kegiatan sosial, ekonomi, politik, IPTEK dan sebagainya selain bidang akidah dan ibadah.
(hablumminannas) selama tidak bertentangan dengan normanorma „Aqidah Islamiyah, syari‟ah
Islamiyah (hukum Islam) dan Akhlak Islamiyah.

Anda mungkin juga menyukai