Anda di halaman 1dari 3

KH Hasyim Asy’ari Dan Semangat Nasionalisme-nya

Disusun oleh : Nuhayla Muchlishatul Afra dan Nabila Yasmin

1. PENDAHULUAN

K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada hari Selasa 24 Dzulqa’dah 1287 H 1 atau
pada tanggal 14 Februari 1871 M, di Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan putra
ketiga dari sebelas bersaudara. Ayahnya bernama Kiai Asy’ari berasal dari Demak, dan
ibunya bernama Halimah yang merupakan putri Kiai Usman. 2 Ayahnya merupakan pendiri
Pesantren Keras di Jombang, sedangkan kakeknya, Kiai Usman, merupakan seorang kiai
terkenal yang memimpin dan mengasuh Pesantren Gedang. 3 K.H. Hasyim Asy’ari memiliki
sepuluh saudara, yaitu Nafi’ah, Ahmad Shaleh, Radjah, Hasan, Anis, Fathanah, Maimunah,
Maksum, Nahrawi, dan Adnan.4

Sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926, Hasyim Asy'ari
memainkan peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan
Belanda. Pandangannya tentang nasionalisme menekankan kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia di atas perbedaan agama dan etnis, serta mengutamakan semangat kebangsaan
dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hasyim Asy'ari juga menekankan pentingnya
kesetiaan kepada negara dan semangat kebangsaan sebagai bagian integral dari ajaran Islam.

KH. Hasyim Asy’ari mempunyai ciri politik yang unik dalam menghadirkan
kemerdekaan Indonesia. Melalui tangan beliau, NU menjadi organisasi pertama yang
mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Sikap politis ini ditujukan agar harmonisasi paham
kebangsaan dan keagamaan tetap terjaga. Hal ini penting, mengingat sensitifitas keagamaan
dan kebangsaan yang terus menguat di tengah arus politik Indonesia. Pokok pikiran KH.
Hasyim Asy’ari sangat luas dalam meramu kemerdekaan Indonesia. 5 Dari segi politik, corak
pemikiran KH. Hasyim Asy’ari umumnya sejalan dengan doktrin politik Sunni yang
dikembangkan oleh al-Mawardi dan al-Ghazali.6
1
Aminol Rosid Abdullah, Ilmu Pendidikan, hal. 51
2
Muhamad Rifai, KH. Hasyim Asy’ari: Biografi Singkat 1871-1947, hal. 17
3
Muhammad Rijal Fadli dan Ajat Sudrajat, Keislaman dan Kebangsaan:Telaah Pemikiran KH. Hasyim asy’ari, Khazanah, Vol. 18 (1), 2020,
hal. 112
4
Fakturmen dan Muhammad Zaenul Arif, Pengaruh KH. Hasyim Asy’ari dalam Membangun Serta Menjaga Nusantara, Jurnal Indo-
Islamika, Vol. 10, No. 2, 2020, hal. 38
5
Nur Faizi M, Nasionalisme KH Hasyim Asy'ari dalam Historis Kemerdekaan, https://sg.docworkspace.com/d/sICnlyPtSkP-qrgY, diakses
pada tanggal 10 Februari 2024.
6
Seto Galih Pratomo, Nasionalisme Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari, hal. 15
2. Perjuangan KH Hasyim Asy’ari dengan Organisasi Islam

Doktrin yang dikembangkan sangat dapat diterima oleh penguasa karena dirumuskan
pada saat dunia Islam sedang mengalami kemunduran. Oleh karena itu, K.H. Hasyim Asy'ari
dan ulama lainnya juga baik hati terhadap penguasa, baik muslim maupun non muslim, maka
dari itu perjuangan KH. Hasyim Asy'ari mengatur sebagian besar proses diplomasi. Ia
berpartisipasi dalam beberapa organisasi kemerdekaan. Kiprahnya terkenal di masyarakat
sehingga ia dipercaya menjadi pimpinan beberapa organisasi ternama. Ia langsung diklaim
sebagai presiden dan wakil presiden beberapa organisasi politik, antara lain :

1. Shumubu (Kantor Urusan Agama)


Shumubu atau kantor urusan agama tingkat pusat yang didirikan oleh pemerintahan
Jepang di Indonesia dan merupakan departemen independen. 7 Dalam organisasi ini, Jepang
berupaya menaklukan masyarakat Indonesia dengan kebijakan yang bersifat depolitisasi
umat Islam. Beberapa organisasi keagamaan dilarang tampil di depan publik. Pada
awalnya, organisasi ini dipimpin oleh tentara Jepang, namun karena rakyat tidak terlalu
menyukai pemimpin asing, maka digantilah dengan Hoesein Djajadiningrat. Karena
kerjanya tidak maksimal, dipilihlah KH. Hasyim Asy’ari yang mempunyai pengaruh kuat
di masyarakat. Akan tetapi, ia akhirnya harus diganti karena menolak melakukan seikere.
(Menghormat kepada Tokyo)
2. MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia)
Organisasi ini khusus didirikan untuk menyatukan kekuatan dari Muslim modernis dan
muslim tradisionalis. Berdirinya MIAI disebutnya sebagai upaya untuk mengendalikan
Islam.8 Tokoh-tokoh ternama seperti KH. Mas Mansyur dari Muhammadiyah dan
Wodoamiseno dari Serikat Islam sepakat untuk mendirikan organisasi ini. Mereka semua
bergabung menyatukan kekuatan untuk menghadapi ancaman ataupun kepentingan
bersama. Dalam organisasi ini, bergabung 13 organisasi Islam dalam federasi untuk
menghadapi politik Belanda. Dan KH. Hasyim Asy’ari ditunjuk sebagai ketua badan
legislatif, yang harapannya bisa menarik lebih banyak massa Islam dari desa.

7
Khairun Nisa, SEJARAH SHUMUBU (Cikal Bakal Departemen Agama) PADA MASA PERGERAKAN DI INDONESIA 1942-1945,
http://digilib.uin-suka.ac.id/4127/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf, diakses pada tanggal 11 Februari 2024
8
Ma’mun Murod Al-Barbasy, Muhammadiyah dan Politik : Dilema Antara Keep Close dan Keep Distance,
https://repository.umj.ac.id/1162/1/Muhammadiyah%20dan%20Politik%20%28Dilema%20Antara%20Keep%20Closedan%20Keep
%20Distance%29.pdf, diakses pada tanggal 11 Februari 2024
3. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Partai Masyumi merupakan salah satu partai politik yang lahir dari rahim
proklamasi kemerdekaan Indonesia.9 Didirikan pada tanggal 24 Oktober 1943
sebagai pengganti MIAI. Pada waktu itu, Jepang memerlukan organisasi untuk
menggalang dukungan dari masyarakat Islam Indonesia. Zaman pendudukan
Jepang, Masyumi belum sepenuhnya menjadi partai politik. Masyumi merupakan
gabungan dari 4 organisasi besar Islam di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia.
Karena Nahdlatul Ulama pada saat itu memiliki peran besar dalam pembentukan
Masyumi, maka KH. Hasyim Asy’ari diangkat menjadi pemimpin tertinggi
Masyumi saat itu.

Generasi muda tentu bisa meniru gaya diplomasi yang dipraktikkan. Bagaimana
perjuangannya dilakukan secara bijaksana dan melancarkan kolonialisme. Generasi milenial
dapat mendukung tanah airnya melalui gagasan nasional dan advokasi kebijakan luar negeri.
Dengan cara yang cerdas, bisa tampil di pentas nasional Indonesia. Dan tentunya
nasionalisme harus dilestarikan dalam setiap perjuangan. Institusi pendidikan dapat
membantu meningkatkan nasionalisme dengan menceritakan sejarah. Salah satunya yaitu
sikap KH. Hasyim Asy'ari tidak menyetujui tindakan seikere meski jabatannya tinggi.
9
Insan Fahmi Siregar, PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960),
https://media.neliti.com/media/publications/25581-EN-pasang-surut-peran-politik-masyumi-dalam-pemerintahan-1945-1960.pdf, diakses
pada tanggal 11 Februari 2024

Anda mungkin juga menyukai