Anda di halaman 1dari 20

i

PANDANGAN KEAGAMAAN DAN POLITIK KH HASYIM ASYARI DAN


KH AHMAD DAHLAN TERHADAP KEBIJAKAN PEMERNTAH
KOLONIALISME BELANDA PADA TAHUN (1871-1947 dan 1868-1923)

PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melanjutkan
Penelitian dalam rangka penyusunan tesis
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Imam Khoirudin
NIM : 14.MPI.031
NIRM : 014.10.05.1656

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURAKARTA
2019
ii

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM S.2
PROGRAM PASCA SARJANA
Jl. Wahidin 05/VI Surakarta 57141 Telp/Fax. (0271) 717954
Website://www.unu.ac.id Email: unusurakarta@yahoo.com

PENGESAHAN

Proposal Tesis berjudul : PANDANGAN KEAGAMAAN DAN POLITIK


K.H. HASYIM ASY’ARI DAN K.H. AHMAD
DAHLAN TERHADAP KEBIJAKAN
PEMERNTAH KOLONIALISME BELANDA
PADA TAHUN (1871 – 1947 dan 1868-1923)
Oleh : IMAM KHOIRUDIN
NIM : 14.MPI.031
NIRM : 014.10.05.1656
Pembimbing Utama :
Pembimbing Pendamping :
Diajukan Tanggal : 14 September 2019

Telah mengikuti Ujian Proposal Tesis dalam rangka melanjutkan Penelitian Tesis
pada Program Studi Pendidikan Islam S.2 Program Pascasarjana Universitas
Nahdlatul Ulama Surakarta.

Surakarta, 14 September 2019


Direktur

Dr.H.A. Dardiri Hasyim, M.H


1

A. Judul : PANDANGAN KEAGAMAAN DAN POLITIK KH HASYIM


ASYARI DAN KH AHMAD DAHLAN TERHADAP KEBIJAKAN
PEMERNTAH KOLONIALISME BELANDA PADA TAHUN (1871-1947
DAN 1868-1923)

B. Latar Belakang Masalah


KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh
Agama dan Negarawan yang kaya akan ilmu pengetahuan terutama di bidang
agama. Akan tetapi yang jarang diketahui beliau juga memiiki pandangan
politik yang bagus pada saat melawan penjajahan kolonial Belanda. KH
Hasyim Asyari merupakan tokoh agama pendiri organisasi Nahdlatul Ulama
sedangkan KH Ahmad Dahlan adalah pendiri Persyarikatan Muhammadiyah,
kedua organisasi besar ini memiliki corak pandangan terhadap Islam sesuai
dengan pandangan pendirinya.
KH Hasyim Asyari adalah ulama yang nasionalis, beliau hidup pada
awal abad ke 20 M (1871-1947) adalah seorang ulama besar, ahli hadis yang
diakui. Kemuliaan beliau sangat terlihat ketika beliau mendirikan pesantren
Tebuireng Jombang. Pesantren Tebuireng Jombang telah melahirkan ulama-
ulama besar seperti KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Sansuri Jombang,
KH As’ad Syamsul Arifin Situbondo, KH Abbas Buntet Cirebon, KH Abdul
Manaf Kediri, KH Ma’sum Lasem, KH Masykur Malang, KH Syaifudin
Zuhri Jakarta dll.1
KH Hasyim Asyari adalah tokoh yang memiliki pandangan
keagamaan dan politik yang tegas terutama dalam melawan kebijakan
pemerintah Belanda saat itu. Gambaran perlawanan itu antara lain diceritakan
oleh salah seorang murid pesantren Tebuireng, KH Muchit Muzadi. Pada
1930-an, menurut KH Muchit Muzadi yang pernah diajar langsung oleh KH
Hasyim Asyari di Pesantren Tebuireng, para santri dibiasakan menyanyikan

1
KH. Muhammad Tolhah Hasan, Aktualisasi pemikiran dan kejuangan Hadrotussyaikh KH
Muhammad Hasyim Asyari, (Jombang : Tim Pusat kajian pemikiran KH Hasyim Asyari, 2018 ),
hal.18.
2

lagu kebangsaan tiap kamis, setelah mata pelajaran terakhir. Buku-buku yang
dilarang pemerintah belanda juga beredar bebas di pesantren. Selain itu KH
Hasyim Asyari bersama Ulama NU melarang para santri memakai pantalon,
dasi, topi dan sepatu,” apabila niat penyerupaan itu dimaksudkan untuk
keseluruhannya, termasuk kesombongannya, kekafirannya, dan
kegagahannya orang Belanda.
Di bawah komando KH Hasyim Asyari, NU banyak terlibat dalam
perjuangan nasional. Terutama melalui para aktivis muda, seperti Mahfudz
Siddiq dan Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asyari. Ketika pada tahun 1939
sejumlah partai politik membentuk federasi yang diberi nama (GAPI) para
aktivis muda ini tampil di panggung politik sebagai wakil NU di Majlis Islam
A’la Indonesia (MIAI). Mereka mendukung seruan GAPI agar “ Indonesia
Berparlemen”. Selain itu, MIAI melarang pemuda Indonesia ikut serta dalam
pertahanan rakyat yang diorganisasi Belanda atau mendonorkan darah bagi
tentara kolonial. 2
KH Ahmad Dahlan adalah tokoh yang karismatik terutama dalam
pandangannya tentang agama dan politik Islam dalam melawan penjajahan
kolonialisme belanda. KH Ahmad Dahlan adalah seorang ulama sekaligus
sebagai cendikiawan. Beliau seorang tokoh yang dikenal memiliki kemauan
yang keras, bersungguh-sungguh, tidak mengenal lelah dalam mengusahakan
terwujudnya cita-cita, bersikap terbuka, pemberani, dan supel dalam
pergaulan. Pendidikan yang dilaluinya adalah pendidikan model pondok
pesantren, baik di dalam maupun di luar negeri dan sama sekali tidak
mengenal pendidikan formal model Barat. Namun semua itu tidak
mengurangi bobot beliau sebagai seorang yang ‘alim. Bahkan beliau dikenal
secara luas sebagai seorang ulama sekaligus sebagai cendikiawan yang
memiliki wawasan berfikir yang mendalam lagi luas, menjangkau jauh ke
masa depan. Kedua predikat yang disandang KH Ahmad Dahlan ini
dibuktikan secara kongkrit dalam bentuk dibangunnya sebuah Persyarikatan

2
Miftahuddin, KH Hasyim Asyari Membangun, Membela, dan Menegakkan Indonesia (Bandung:
Marja, 2017), hal. 103.
3

yang bercirikan sebagai gerakan pembaharuan dengan dua sasaran utama,


yaitu gerakan pembaharuan dalam bidang pemikiran dengan titik tumpu
pemurnian (purifikasi) pemahaman keagamaan, serta pembaharuan
(reformasi) dalam bidang sosial pendidikan.3
Pada 7 Mei 1921, KH Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah. Permohonan itu pun dikabulkan pada 2 September 1921.
Muhammadiyah pun berkembang pesat hingga saat ini.
Sepak terjang KH Ahmad Dahlan hingga akhirnya mendirikan
Muhammadiyah pada 18 November 1912 menimbulkan kekhawatiran di
kalangan pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda membatasi
setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah.
Belanda hanya mengizinkan Muhammadiyah melakukan kegiatannya
di Yogyakarta saja sesuai dengan surat ketetapan pemerintah Hindia Belanda
nomor 81 tanggal 22 Agustus 1914. Namun, gerakan dakwah
Muhammadiyah tak terbendung.
Tokoh dan masyarakat di beberapa wilayah kemudian mendirikan
cabang Muhammadiyah. Kendati demikian mereka menggunakan nama
samaran. Tujuannya untuk mengelabui pemerintah Belanda agar tidak
terdeteksi.
“KH Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar
cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya
Nurul Islam di Pekalongan, Al Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di
Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh
Fatonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah,”
dalam buku KH Ahmad Dahlan yang diterbitkan Museum Kebangkitan
Nasional. Sementara di dalam kota Yogyakarta, KH Ahmad Dahlan juga
menganjurkan adanya jamaah dan perkumpulan untuk menyelenggarakan
pengajian dan kegiatan dakwah Islam lainnya. Di antara perkumpulan-

3
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, (Yogyakarta:
Citra Karsa Mandiri, 2005), hal. 148.
4

perkumpulan yang mendapat bimbingan dari Muhammadiyah pada waktu itu


yakni Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci,
Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-
Aba, Jamiyatul Muslimin, Syaharatul Mubtadi dan beberapa lainnya.
Seiring perjalanan waktu, Muhammadiyah tumbuh menjadi kekuatan
besar yang ikut dalam perang kemerdekaan melawan penjajah. Melalui
Hizbul Wathan (HW), tepatnya pada tahun 1918. Saat itu Kepanduan HW
menjadi salah satu pasukan Tanah Air milik Muhammadiyah yang gigih
membantu negara melawan penjajah.4
Mengingat luasnya pandangan keagamaan dan politik kedua tokoh
tersebut dalam melawan penjajah Belanda demi kemerdekaan NKRI maka
perlu dilakukan penelitian megenai “Pandangan Keagamaan dan Politik
KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan terhadap Kebijakan
Pemerntah Kolonialisme Belanda pada tahun (1871-1947 dan 1868-
1923).”

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pandangan keagamaan KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad
Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada tahun
1871-1947 dan 1868-1923?
2. Bagaimana pandangan politik KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan
terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada tahun 1871-
1947 dan 1868-1923?
3. Bagaimana keagamaan dan politik politik KH Hasyim Asyari dan KH
Ahmad Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada
tahun 1871-1947 dan 1867-1923?

4
Albar,https://muslimobsession.com/perjuangan-dakwah-ahmad-dahlan-melawan-penjajah-
sampai-disebut-kiai-kafir hal.1
5

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pandangan keagamaan KH Hasyim Asyari dan KH
Ahmad Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada
tahun 1871-1947 dan 1867-1923.
2. Untuk mengetahui pandangan politik KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad
Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada tahun
1871-1947 dan 1867-1923.
3. Untuk mengetahui pandangan keagamaan dan politik politik KH Hasyim
Asyari dan KH Ahmad Dahlan terhadap kebijakan pemerintah
kolonialisme Belanda pada tahun 1871-1947 dan 1867-1923.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini meliputi manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis.
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan sejarah perlawanan KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad
Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda pada
tahun 1871-1947 dan 1867-1923.
b. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran tentang
sejarah berbagai upaya KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan
dalam merebut kemerdekaan NKRI dari penjajahan Belanda.
c. Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca, yaitu dapat memberikan
informasi dan pengetahuan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.

F. Kerangka Teori
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang proses penelitian
maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam tesis ini. Istilah-
istilah tersebut yaitu :
6

1. Biografi KH Hasyim Asyari


KH Hasyim Asyari lahir pada tanggal 10 April 1875, di Desa
Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dan pada
tanggal 25 Juli 1947 (72 tahun) beliau dimakamkan di Tebu Ireng,
Jombang. Beliau merupakan pendiri Nahdhatul Ulama, organisasi massa
Islam terbesar di Indonesia serta putra dari Kyai Asyari. Beliau adalah
ulama sekaligus pemimpin dari Pondok Pesantren Keras, berada di selatan
Jombang. Sementara ibunda beliau bernama Halimah, memiliki silsilah
keturunan dari Raja Brawijaya VI, yang dikenal dengan Lembung Peteng,
ayahanda dari Jaka Tingkir (Raja Pajang). Sedangkan keturunan ke
delapan dari Jaka Tingkir adalah kakeknya, Kyai Ustman yang memimpin
Pondok Pesantren Gedang, dengan seluruh santri berasal dari Jawa pada
akhir abad 19. Ayah dari kakek beliau yaitu Kyai Sihah yang merupakan
pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang. Di kalangan
Nahdliyyin dan ulama pesantren KH Hasyim Asyari dijuluki Hadratus
Syeikh yang berarti maha guru.
KH Hasyim merupakan putra ketiga dari sebelas bersaudara. Sejak
beliau berumur 14 tahun telah banyak mendapat wejangan serta
pengajaran tentang ilmu agama langsung dari ayah dan kakek beliau.
Berbagai motivasi besar yang beliau dapatkan dari kalangan keluarga,
serta minat besar dalam menuntut ilmu yang beliau miliki, membuat KH
Hasyim Asyari muda tumbuh menjadi seorang yang pandai. Beliau juga
pernah mendapat sebuah kesempatan yang diberikan sang ayah untuk
membantu mengajar di pesantrennya, karena kepandaian beliau.5
2. Biografi KH Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1869 di Kauman
Yogyakarta dengan nama Muhamad Darwis. Ayahnya bernama Kyai Haji
Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, seorang khatib tetap di masjid Sultan di
kota tersebut. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, adalah anak
seorang penghulu di Kraton Yogyakarta, Haji Ibrahim. KH Ahmad Dahlan

5
http://sosok-tokoh.blogspot.com/2016/05/biografi-singkat-kh-hasyim-asyari.html
7

adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara. Adapun saudara Muhammad


Darwis menurut urutannya adalah: (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai
Muhsinah (Nyai Nur), (3) Nyai H. Sholeh, (4) M. Darwis (K.H.A.
Dahlan), (5) Nyai Abdurrahman, (6) Nyai H. Muhammad Fekih (Ibu H.
Ahmad Badawi), dan (7) Muhammad Basir.6
K.H. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga berpengaruh dan terkenal
di lingkungan kesultanan Yogyakarta, yang secara biografis silsilahnya
dapat ditelusuri sampai pada Maulana Malik Ibrahim. Dengan terdapatnya
nama Maulana Ibrahim dalam garis keturunannya maka dapat dikatakan
bahwa ia lahir dalam suatu lingkungan keislaman yang kukuh. Silsilah KH
Ahmad Dahlan hingga Maulana Malik Ibrahim melalui 12 keturunan, yaitu
Muhammad Darwis putra H Abu Bakar, putra KH Muhammad Sulaiman,
putra Kyai Murtadla, putra Kyai Ilyas, putra Demang Jurang Juru
Kapindo, putra Jurang Juru Sapisan, putra Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig, putra Maulana Muhammad Fadlullah (prapen), putra Maulana
‘Ainul Jaqin, putra Maulana Ishaq, dan putra Maulana Ibrahim.7
3. Pandangan Keagamaan dan Politik KH Hasyim Asyari
Kerasnya politik kolonial dan semakin suramnya kondisi politik,
ekonomi, sosial dan budaya menyebabkan kebangkitan Islam di
Nusantara. Ini mendorong penduduk pribumi untuk mengubah perjuangan
melawan Belanda dari strategi militer ke perlawanan yang damai dan
terorganisir. Terbentuklah berbagai organisasi yang bertujuan
meningkatkan kondisi ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat luas.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh kebangkitan Islam.
Semangat pejuangan dengan pemikiran pembaruan menimbulkan
polemik yaitu perpecahan antara umat Islam di Indonesia menjadi dua
kelompok yaitu modernis dan tradisionalis. Kelompok pertama berusaha

6
Muhammad Soedja’, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1993 ),
hlm. 202.
7
Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhamadiyah, (Jakarta : Pustaka Antara,
1989), hlm. 53-54.
8

meremajakan Islam agar dapat menyerap kemajuan Barat dalam sains dan
pengajaran, di samping itu tetap mencoba memurnikan ajarannya dan
meningkatkan kesadaran beragama pemeluknya. Gerakan ini
membahayakan muslim tradisionalis yang memilih corak mazhab Islam
yang terdapat di Jawa. Menurut Dahm ada dua kelompok gerakan Islam
nasional di Indonesia, yaitu menolak ajaran empat mazhab sunni dan yang
berusaha meningkatkan peran Islam dan pemikiran Islam dengan tetap
berpegang pada ajaran empat mazhab. KH Hasyim Asyari (1871-1947)
termasuk kelompok yang terakhir, sedangkan H.O.C. (Haji Oemar Said)
Cokroaminoto (1822-1934), pemimpin besar Syarekat Islam (SI), KH
Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah, dan Ahmad Hassan
(1887-1958), pendiri Persatuan Islam (PERSIS) termasuk kelompok
pertama. Dalam waktu yang sama kelompok nasionalis sekuler juga
muncul, mereka menganggap Islam hanya memiliki sedikit nilai dalam
usaha memerdekakan Indonesia dari cengkraman penjajah. Diantara
mereka adalah Dr. Ciptomangunkusumo (1885-1943) dan Dr. Wahidin
Sudiro Husodo (1857-1917) yang membentuk Budi Utomo pada 1908
yang diresmikan sebagai awal Pergerakan Nasional Indonesia.
Dalam periode inilah tepatnya pada 1926, KH Hasyim Asyari
bersama muridnya KH Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971), mendirikan
Nahdlatul Ulama, suatu organisasi tradisionalis. Di dalam organisasi ini
KH Hasyim Asyari mampu mengaktualisasikan padangannya tentang
kegaaman, politik, sosial dan budaya sebagai sarana utuk memajukan
pemikiran keislaman dan untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.8
a. Pemikiran keagamaan KH Hasyim Asyari
KH Hasyim Asyari memilki pandangan luas dan menarik
tentang pemikiran keagamaan diantaranya pandangannya tentang:
1) Teologi (Tauhid)
2) Ahlussunnah Waljmaah

8
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH Hasyim Ayari, (Yogyakarta : Lkis 2013
cet VI), hal. 4-6.
9

3) Sufisme (Tasawuf)
4) Fiqih
5) KH Hasyim Asyari Pejuang Hak Asasi Mnusia
b. Pandangan Politik KH Hasyim Asyari
Ide-ide politik KH Hasyim Asyari umumnya sejalan dengan
doktrin politik sunni sebagaimana yang dikembangkan oleh al-
Mawardi dan al-Ghazali, pada dasarnya doktrin ini adalah sangat
akomodatif terhadap penguasa. Hal ini dikarenakan doktrin ini
dirumuskan ketika dunia politik Islam mengalami kemunduran yang
pada gilirannya akan memunculkan anggapan bahwa posisi rakyat
sangat lemah, mereka harus tunduk pada penguasa , sejalan dengan ini
KH Hasyim Asyari bersama tokoh NU lainnya juga akomodatif
terhadap penguasa baik yang muslim maupun non muslim.
Sikap politik KH Hasyim Asyari yang terpenting adalah ajakan
beliau kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dalam aksi bersama.
Ajakan persatuan ini disampaikan beliau dalam berbagai kesempatan
mengingat kondisi umat yang terpecah-pecah ketika itu dan kebutuhan
akan persatuan yang sangat mendesak bagi bangsa Indonesia.9
c. Resolusi Jihad menuju Indonesia Merdeka
d. Aksi Politik Kaum Santri
4. Pandangan Keagamaan dan Politik KH Ahmad Dahlan
Didirikannya Muhammadiyah oleh KH Aahmad Dahlan mewakili
sebuah kesadaran teosentrik, yakni kesadaran baru terhadap nilai-nilai
keagamaan (Islam). Kesadaran ini terbentuk pada diri KH Ahmad Dahlan
setelah mengalami pergaulan pemikiran dengan gagasan pembaruan Islam.
Selain itu, ditopang pula oleh keprihatinan beliau terhadap kondisi
obyektif umat muslim Indonesia yang ditandai oleh pengalaman ritual
keagamaan yang tercampur baur dengan praktik-praktik TBKh (Takhayul

9
Ibid hal. 80-81
10

sebagai produk Islam sinkritisme dengan budaya Jawa, serta Bid’ah dan
Khurafat sebagai produk Islam tradisionalis). 10
a. Pandangan Keagamaan KH Ahmad Dahlan
1) Teologi Al Ma’un11
2) Pokok-pokok Ajaran Islam Murni12
3) Mendirikan Gerakan Islam Persyarikatan Muhammadiyah
b. Pandangan Politik KH Ahmad Dahlan
Pemikiran politik KH Ahmad Dahlan pertama kali muncul
pada kongres Islam Indonesia pertama kali (1922) di Cirebon yang
diseponsori oleh KH Ahamad Dahlan (Muhammadiyah) dan HOS
Cokroaminoto (Syarikat Islam). KH Ahmad Dahlan menggulirkan
gagasan-gagasan politik berkaitan pentingnya persatuan dan kesatuan
dunia Islam dan kepemimpinan dunia Islam.
Dalam kongres tersebut Ahmad Dahlan menyampaikan prasaran
“ Persatuan Dunia Islam” Ahmad Dahlan melihat adanya tanda-tanda
kebangkitan dunia Islam dan momentum ini harus terus dibangun
dengan memberi arah yang tepat sesuai dengan kesejatian ajaran
Islam.13
5. Kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1867-1947
a. Realitas Politik Islam Hindia Belanda
Di Indonesia Belanda menghadapi kenyataan bahwa sebagian
besar penduduk yang dijajahnya beragama Islam. Aneka perlawanan
penduduknya yang timbul, seperti perang Paderi (1821-1827), Perang
Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1903), dan lain-lain
tidak terlepas dari ajaran Islam. Islam sering tampil sebagai simbol
perlawanan terhadap pemerintah asing yang dinilainya kafir.
Pemerintah kolonial Belanda melihat bahwa keberhasilan menguasai
10
Suwarno, Relasi Muhammadiyah Islam dan Negara kontribusi Muhammadiyah dalam
perspektif sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, cet I), hal. 28
11
Ibid hal 28
12
Abdul Munir Mulkhan, Marhaenis Muhammadiyah,( Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013), hal.64
13
Syaifullah, Pergeseran Politik Muhammadiyah,(yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal.67-68
11

masalah Islam merupakan faktor kunci untuk tetap bisa bercokol


sebagai penguasa di Nusantara ini. Demi mempertahankan
kekuasaannya, pemerintah kolonial Belanda berusaha memahami hal
ihwal penduduk pribumi yang dikuasainya. Politik Inlandsche
(pribumi) adalah suatu kebijakan untuk memahami dan menguasai
pribumi. Politik ini sangat besar artinya dalam menjamin kelestarian
kekuasaan tersebut. Kecakapan pemerintah kolonial Belanda dalam
mengemudikan jajahannya cukup mengagumkan Inggris dan Prancis,
terutama sejak kedatangan Hurgronje di Indonesia pada 1889.14
b. Bentuk-bentuk perlawanan masyarakat Muslim terhadap kebijakan
pemerintah kolonial Belanda.
Adapun bentuk-bentuk dan perlawanan masyarkat Islam
Indonesia dalam melawan pemerintah kolonial Belanda sebagai
beikut:
1) Menjadikan pemikiran-pemikiran tokoh timur tengah sebagai
mentor, yang dilakukan oleh para penggagas reformasi Islam di
Indonesia. Jamaludin al-Afghani adalah salah satunya pada tahun
1839 dan meninggal dunia di Istambul Turki pada tahun 1897.
Tokoh ini sangat berkeinginan menyatukan masyarakat muslim di
seluruh dunia. Jika hal ini mampu terealisasikan, menurutnya,
maka dengan mudah masyarakat muslim mampu mengusir
kolonialisme dan imperialisme yang mencengkeram daerah-daerah
mereka. Oleh karena itu al-Afghani mendirikan orgaisasi Pan-
Islamisme. Dengan gagsannya ini al-Afghani mampu menyadarkan
masyarakat muslim, termasuk Indonesia tentang urgensi persatuan
dan kesatuan untuk melawan kolonialisme dan imperialisme,
disamping sebagai upaya untuk mempertahankan identitas mereka
sendiri.

14
Ibid hal. 130-131
12

2) Melalui penyebarluasan majalah mingguan al-Manar yang


diterbitkan di Cairo sejak tahun 1896 dengan pengasuh Rasyid
Ridho.
3) Dengan menjadikan penduduk Indonesia menjadi mahasiswa di Al
Azhar, Cairo, Mesir.15

G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang
dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang
berhubungan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang
bersifat kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan
mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Karena Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau
Library Research, maka penelitian ini dilkukan di perpustakaan UNU
Surakarta, di perpustakaan IAIN Surakarta, di kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan di tempat tinggal penulis. Sedangkan
waktu untuk melakukan penelitian ini adalah pada tanggal 01, Oktober
2019.
3. Variable Penelitian
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memaknai dan
memahami beberapa variable yang digunakan dalam penelitian ini, maka
akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa variable yang digunakan dalam
penelitian ini. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Pandangan keagamaan KH Hasyim Asyari, Pandangan politik KH Hasyim
Asyari, pandangan keagamaan KH Ahmad Dahlan, Pandangan Politik KH

15
Mukani, Berguru ke sang Kyai Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asyari,( Yogyakarta:
Kalimedia, 2016), hal. 38-39
13

Ahmad Dahlan, Kebijakan Pemerintah Kolomial Belanda pada tahun


1871-1947.
4. Metode pengumpulan data
Karena penelitian ini merupakan penelitian library research, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan
pustaka yang berkesinambungan (koheren) dengan objek pembahasan
yang diteliti. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan
diolah dengan cara:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan koherensi
makna antara yang satu dengan yang lain.
b. Organizing yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah ditentukan.
c. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan terhadap
hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan
metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan
(inferensi) tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan
masalah.
5. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunkan metode analisis isi (content analysis).
Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat kesimpulan-
kesimpulan (inferensi) yang dapat ditiru (replicabel) dan dengan data yang
valid, dengan memperhatikan konteksnya. Metode ini dimaksudkan untuk
menganalisis seluruh pembahasan mengenai pandangan keagamaan dan
politik KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan terhadap kebijakan
politik pemerintah kolonial Belanda secara lebih mendalam dan menggali
makna dibalik pemikirannya yang bersifat perjuangan membela tanah air,
yang dalam penelitian ini, penulis memulainya dari tahapan merumuskan
masalah, membuat kerangka berpikir, menentukan metode operasionalisasi
14

konsep, menentukan metode pengumpulan data, mengumpulkan metode


analisis data yang kemudian sampai pada tahap interpretasi makna.

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bab yang masing-
masing menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan
yang saling mendukung dan melengkapi.
Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari
keseluruhan pola berpikir dan dituangkan dalam konteks yang jelas serta
padat. Atas dasar itu deskripsi tesis diawali dengan latar belakang masalah
yang terangkum di dalamnya tentang apa yang menjadi alasan memilih judul,
dan bagaimana pokok permasalahannya. Dengan penggambaran secara
sekilas sudah dapat ditangkap substansi tesis. Selanjutnya untuk lebih
memperjelas maka dikemukakan pula tujuan penelitian baik ditinjau secara
teoritis maupun praktis. Penjelasan ini akan mengungkap seberapa jauh
signifikansi tulisan ini. Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan
penjiplakan maka dibentangkan pula berbagai hasil penelitian terdahulu yang
dituangkan dalam tinjauan pustaka. Demikian pula metode penulisan
diungkap apa adanya dengan harapan dapat diketahui apa yang menjadi jenis
penelitian, pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis
data. Pengembangannya kemudian tampak dalam sistematika penulisan.
Dengan demikian, dalam bab pertama ini tampak penggambaran isi skripsi
secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna
16
menjadi pedoman untuk bab kedua, ketiga, bab keempat, dan bab kelima.
Bab kedua berisi Biografi KH Hayim Asyari dan KH Ahmad Dahlan
serta riwayat hidupnya. Pada bab dua ini juga mencakup hasil karya KH
Hayim Asyari dan KH Ahmad Dahlan. Bab ketiga berisi Pemikiran
Keagamaan dan Politik KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan terhadap

16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 1998, Cet. Kesebelas 11), hal. 247
15

kebijakan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1871-1947 dan 1867-1923


serta peran mereka terhadap perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bab keempat berisi analisis pandangan KH Hasyim
Asyari dan KH Ahmad Dahlan terhadap kebijakan pemerintah kolonial
belanda pada tahun 1871-1947 dan 1867-1923 serta peranannya terhadap
kemerdekaan negara Indonesia dari penjajahan Belanda. Bab kelima berisi
penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan penutup.

I. Time Schedule
Adapun rencana penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jadwal Penelitian
Waktu
Agustus September Oktober November
NO Aktivitas
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Penelitian
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Pengajuan Proposal
5 Revisi Proposal
6 Seminar Proposal
7 Penyusunan Tesis
8 Revisi-revisi
9 Sidang Tesis
10 Revisi-revisi

J. Kerangka Isi Tesis


BAB I : PENDAHULUAN
A. Judul Tesis
B. Latar Belakang Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
16

BAB II : MENGENAL TOKOH KH HASYIM ASYARI DAN


KH AHMAD DAHLAN
A. Biografi KH Hasyim Asyari
B. Karya-karya KH Hasyim Asyari
C. Biografi KH Ahmad Dahlan
D. Karya-karya KH Ahmad Dahlan
BAB III : PANDANGAN KEAGAMAAN DAN POLITIK KH
HASYIM ASYARI DAN KH AHMAD DAHLAN
A. Pemikiran Keagamaan dan Politik KH Hasyim Asyari
B. Pemikiran Keagamaan dan Politik KH Ahmad Dahlan
C. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda
Pada Tahun 1871-1947 dan 1867-1923
BAB IV : ANALISIS
A. Analisis Pemikiran Keagamaan dan Politik KH
Hasyim Asyari.
B. Analisis Pemikiran Keagamaan dan politik KH
Ahmad Dahlan.
C. Analisis Pandangan Keagamaan dan Politik KH
Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan terhadap
Kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda
Pada Tahun 1871-1947 dan 1867-1923
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

K. Daftar Pustaka
KH. Muhammad Tolhah Hasan, Aktualisasi pemikiran dan kejuangan

Hadrotussyaikh KH Muhammad Hasyim Asyari, Jombang : Tim Pusat

kajian pemikiran KH Hasyim Asyari, 2018


17

Miftahuddin, KH Hasyim Asyari Membangun, Membela, dan Menegakkan

Indonesia. Bandung: Marja, 2017

Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby, Muhammadiyah sebagai gerakan

Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005

Albar, https://muslimobsession.com/perjuangan-dakwah-ahmad-dahlan-

melawan-penjajah-sampai-disebut-kiai-kafir

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH Hasyim Ayari,

Yogyakarta : Lkis 2013 cet VI

Suwarno, Relasi Muhammadiyah Islam dan Negara kontribusi

Muhammadiyah dalam perspektif sejarah Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010

Syaifullah, Pergeseran Politik Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998, Cet. Kesebelas 11

http://sosok-tokoh.blogspot.com/2016/05/biografi-singkat-kh-hasyim-

asyari.html

Muhammad Soedja’, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, Jakarta:

Rhineka Cipta, 1993

Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhamadiyah, Jakarta :

Pustaka Antara, 1989

Mukani, Berguru ke sang Kyai Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asyari,

Yogyakarta: Kalimedia, 2016


18

L. Identitas Peneliti/Riwayat Hidup

Nama : IMAM KHOIRUDIN

Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 15 September 1985

No. Pokok/ NIRM : 14.MPI.031 / 014.10.05.1656

Alamat : Bulu, Punduhsari, Manyaran, Wonogiri

Riwayat Pendidikan :

a. MI Negeri Kwangen, Gemolong, Sragen, tahun 1997

b. MTs Negeri Gemolong, Sragen, tahun 2000

c. SMA Wahid Hasyim Tebuireng, Jombang tahun 2004

d. STAIN Surakarta tahun 2009

e. Pascasarjana UNU (masih berlangsung)

Demikian, Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 10 September 2019


Penulis,

Imam Khoirudin

Anda mungkin juga menyukai