Anda di halaman 1dari 3

Syekh sulaiman RRI

Oleh Muhammad Kosim (FTK UIN Padang)


- lahir pada petang Ahad malam Senin tanggal 10 Desember 1871 M di Pakan
Kamis, Nagari Canduang Koto Laweh, Kabupaten Agam, provinsi Sumatera
Barat.
- Syekh Sulaiman ar-Rasuli (1871-1970 M) atau dikenal “Inyiak Canduang”,
adalah pendiri utama dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang merupakan ormas
Islam yang lahir dari Ranah Minang dan berkiprah hingga ke pentas nasional.
- Beliau seorang ulama kharismatik dan keilumannya luas dan mendalam. Beliau
pernah belajar ke Mekah dan salah satu gurunya adalah Syeikh Ahmad Khatih
al Minangkabawi, imam masjidil haram sekaligus guru besar pada mazhab
Syafii.
- Inyiak Canduang sejaman dengan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari.
Meski tidak ada data yang menunjukkan mereka bernah bertemu, tetapi
ketiganya adalah murid dari Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Ketika
Kembali ke tanah air, mendirikan ormas Islam yang bertahan hingga saat ini.
KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, KH Hasyim Asyari
mendirikan NU, sedangkan Syekh SUliamn Arrasuli mendirikan Persatuan
Tarbiyah Islamiyah, untuk memperjuangkan dakwah Islam di tengah-tengah
umat.
- Syekh Sulaiman ar-Rasuli adalah ulama yang istiqamah mempertahankan
i’tiqad ahl al-sunnah wa al-jama’ah dan bermazahab Syafi’i dalam persoalan
ibadah. Beliau juga pengamal dan pembela thariqat Naqsyabandiyah.
- Ranah Minang berbangga memiliki tokoh seperti Syeikh Sulaiman Arrasuli.
Semasa hidupnya, banyak peran yang ia lakukan, mulai dari guru, dai, qadhi,
penulis, organisatoris, ahli adat, hingga politisi.

Sebagai Ulama yang Alim dan Faqih


- Di Minangkabau, dikenal istilah ulama kaum Tuo dan kaum mudo. Beliau
adalah ulama kaum Tuo yang dikenal moderat dan lunak.
- Inyiak Canduan lebih dikenal sebagai ahli fiqh. ia pernah diangkat sebagai
Qadhi yang berwenang mengurusi masalah nikah, talak, dan ruju’ (NTR) sejak
tahun 1917.
- Beliau juga disebut sebagai penggagas berdirinya Mahkamah Syar’iah di
Sumatera Tengah. Gagasan itu ia sampaikan kepada Jawatan Agama Sumatera
Tengah, H. Nasruddin Thaha. Lalu diperkuat oleh keputusan dari ulama-ulama
ranah Minang yang diadakan melalui referendum.
- Maka tahun 1947 berdirilah Mahkamah Syariah di Sumatera Tengah secara
resmi dan beliau diangkat menjadi ketua pertama oleh Menteri Agama RI pada
tanggal 17 Juni 1947 dan berakhir pada tahun 1960 M.
- Banyak kitab yang beliau tulis, seperti Al-Jawāhir al-Kalāmiyah fi Bayān
‘Aqā’id al-Īmāniyah, Al-Aqwālu al-Mardhīyyah fi al-‘Aqaid al-Diniyyah,
Tablīgh al-Amānāt, Al-Qaul al-Bayān fī Tafsīr al-Qur'ān, dsb.

Sebagai Ahli Adat


- Di samping itu, ia juga piawai dalam persoalan adat Minangkabau.
- Pada masa penjajahan Jepang, tahun 1943, Syekh Sulaiman ar-Rasuli terpilih
menjadi Ketua Umum Majelis Islam Tinggi Minangkabau (MITM).
- Melalui MITM pula, ia berjuang untuk memperkokoh kerukunan interen
ulama dan umat Islam Sumatera Barat dari adanya pertentangan antara kaum
tua dan kaum muda.
- Hasilnya, tokoh ulama dari kalangan “kaum Tua” dengan “kaum Muda”
bersepakat bahwa: masalah-masalah khilafiyah bukan bid’ah; bertaqlid kepada
Imam Mazhab dibiarkan, tidak boleh diganggu; dan sedapat mungkin
menghindarkan diri dari cela-mencela antara satu sama lain. Bahkan,
pemerintah Jepang menginginkan agar Muhammadiyah dan PERTI
dibubarkan dengan alasan MITM telah terbentuk, tetapi dengan kecerdasan
diplomasinya usaha itu dapat ia gagalkan.
- Karya tulisnya: Asal Pangkat Penghulu dan Pendiriannya, Pertalian Adat dan
Syarak yang Terpakai di Alam Minangkabau Lareh Nan Duo Luhan Nan
Tigo, Mari Bersatu dengan Adat dan Syarak
- Syekh Sulaiman ar-Rasuli sangat bersemangat menyebarluaskan gagasan
tentang keterpaduan adat dan Syarak. Ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah yang dewasa ini populer merupakan hasil “sosialisasi” dari
ulama besar ini dalam berbagai kesempatan sepanjang dasawarsa 1950-an.

Sebagai Politisi

- Ia juga berkiprah di bidang politik hingga ke pentas nasional. Ia terpilih


menjadi anggota Konstituante berdasarkan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)
pertama pada tahun 1955. Sidang pertama dibuka pada tanggal 10 Nopember
1956 di Kota Bandung dan beliau terpilih menjadi ketua sidang pertama
konstituante tersebut. Dalam memimpin sidang, ia tetap mengenakan sarung
dan sorban, pakaian yang biasa dipakainya.
Sebagai Ulama Pendidik

- Ia adalah tokoh kunci perubahan sistem pembelajaran dari surau menjadi


klasikal di kalangan ulama syafi’iyyah dengan mendirikan Madrasah Tarbiyah
Islamiyah (MTI) Canduang. Maka ia disebut sebagai pendiri utama sekaligus
pemimpin pertama Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI) yang
terbentuk pada tanggal 5 Mei 1928 M/15 Zulkaedah 1346 H. Organisasi ini
merupakan wadah untuk mempersatukan Madrasah Tarbiyah Islamiyah
(MTI).
- Dalam perkembangan selanjutnya, MTI tumbuh dan berkembang pesat.
Dalam catatan Siradjuddin Abbas tahun 1955 jumlahnya tidak kurang dari 300
MTI, sebanyak 216 di antaranya berada di Minangkabau, lebihnya di luar
daerah. Di antara MTI di luar Minangkabau adalah: MTI di Curup dan Fajar
Sainam (Bengkulu), Pulau Sangkar Kerinci, Padang Guci (Manna, Bengkulu),
Balambangan Palembang, Sri Bandung, Rantau Panjang Sekayu (Palembang),
Baruga (Sulawesi Selatan) dan Larantuka Lamakera (Flores).
- Dalam salah satu karyanya yang terkenal: “Pedoman Hidup di Alam
Minangkabau: Menutur Garis Adat dan Syarak”, ia menulis: “Sungguah pun
anak basekolah, salamo nyawo di kanduang badan, agamo jangan anak
gadaikan, adat jangan anak jual, kapandaian buliah kito cari, asal manfaat
pado kito, tapi pandirian tatap-tatap, jangan bapaham bak ujuang batuang,
kama angin nan kares ka kiyun rabah ujuangnyo”.
- Tepat pada hari Sabtu, tanggal 28 Rabi’ul Akhir 1390 H/1 Agustus 1970, ia
wafat dalam usia 99 tahun. Tidak kurang dari enam ribu pelayat yang
mengantarkan jenazahnya ke pemakaman di halaman madrasah induk yang
asli dari MTI Canduang. Gubernur Sumatera Barat, Harun Zein, Panglima
Kodam II/17 Agustus dan pejabat pemerintah lainnya, sipil dan militer, kaum
muslimin dari berbagai penjuru, hadir pada pemakaman itu, karena radio telah
menyiarkannya. Bahkan Gubernur Sumatera Barat, Harun Zein,
memerintahkan agar pemerintah dan rakyat mengibarkan bendera setengah
tiang (Bahruddin Rusli menyebutnya selama 8 hari, sumber lain menyebutnya
3 hari), sebagai tanda belasungkawa yang dalam.
- ”Teroeskan Membina Tarbijah Islamijah Ini Sesoeai dengan Peladjaran yang
Koe Berikan”, dan rumusan pesan itu kini terukir di atas pusaranya. Semoga
kita mampu meneladani perjuangannya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai