Anda di halaman 1dari 7

HAJI ABDURRAHMAN SYIHAB (1910-1955), 

adalah anak ketiga dari H. Syihabuddin, Kadhi


Kerajaan Serdang di Kampung Paku-Galang,Kabupaten  Deli Serdang, Sumatera Utara.

Beliau lahir pada 1910 Masehi di Kampung Paku tersebut. Sejak kecil bakatnya sebagai seorang
pemimpin telah terlihat. Pada tahun 1918-1922, beliau  belajar pada sekolah Gubernement dan
pada Maktab Sairussulaiman di Simpang tiga Perbaungan, Sumatera Utara. Sesudah itu beliau
melanjutkan pelajarannya ke Medan di Maktab Islamiyah Tapanuli, yang ketika itu di pimpin oleh
Syekh Mohammad Yunus dan H. Mohammad.

Kemudian beliau pun sempat menjadi guru di maktab tersebut dan terus melanjutkan pelajarannya
ke Maktab Hasaniyah yang dipimpin Syekh Hasan Ma’sum.

Abdurrahman Syihab, adalah orang pertama yang mendirikan Madrasah Al Washliyah dengan
waktu belajar sore hari di Jl. Sinagar Petisah Medan pada tahun 1932. Beliau pun sempat menjabat
kepala madrasah di beberapa tingkatan yaitu menjadi direktur madrasah tsanawiyah, direktur
madrasah muallimin dan muallimat.
Pada 1940 ketika Tarbiyah Umumi membuka Madrasah Al Qismul Ali,  beliau menjabat direktur
Madrasah Qismul Ali.

Pada 1939, beliau berangkat menunaikan ibadah haji  ke Mekkah Al-Mukarromah. Di sana,
Abdurrahman Syihab menyempatkan diri belajar kepada Syekh Alie Al Maliky, Umar Hamdan,
Hassan Masysath,  Amin Al Kutuby dan M. Alwy.

Selain aktif di perkumpulan pelajar, Abdurahman Syihab termasuk pendiri Al Jam’iyatul Washliyah 
(Al Washliyah) dan terus menerus terpilih menjadi pimpinan organisasi sampai akhir hayatnya.

Ketika tahun 1934,organisasi Ahmadiyah Kadian hendak meluaskan sayapnya ke Kota Medan
(Sumatera Timur, ketika itu), beliau langsung merapatkan barisan umat Islam dan membentuk
panitia penentang gerakan tersebut.  Dan terakhir beliau  menjabat Ketua Komite Pemberantas
I’tikad Ahmadiyah Kadian pada tahun 1935.

Selanjutnya pada tahun 1945-1946 menjadi anggota PB Majelis Tinggi Sumatera, Ketua Pimpinan
Daerah Majelis Islam Tinggi Sumatera Timur,Wakil Ketua Masyumi Sumatera, Ketua Komite Aksi
Pemilihan Umum (KAPU) dan anggota pengurus Folks Front (Pesatuan Perjuangan Sumatera).

Tahun 1939 menjadi utusan Muslimin Indonesia dalam rapat khusus dengan Raja Ibnu Saud di
Mekkah, Arab Saudi.

Pada tahun 1941 mewakili PB Al Washliyah ke Kongres Muslimin Indonesia di Solo, Jawa Tengah. 
Dan pernah menjadi utusan dari Sumatera Timur ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, ketika
menyambut kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang dan mewakili Sumatera Timur pada
Kongres Islam se Sumatera di Bukti Tinggi.

Ketika Kongres Masyumi yang ke enam pada tahun 1954, beliau diangkat sebagai Ketua Masyumi
Pusat di Jakarta.
Pendiri Al Washliyah ini pernah menjadi anggota DPR Sumatera Utara, Anggota Eksekutif DPR
Sumatera Timur. Pada 1947 ia diangkat menjadi anggota KNIP, lalu menjadi anggota Penasehat
PPNKST dan tahun 1954 menjadi anggota parlemen.

Pada akhir 1954 ketika beliau tengah bertugas sebagai anggota parlemen di Jakarta, Abdurrahman
Syihab terserang penyakit dan harus beristirahat. Beliau sempat kembali ke Medan dan dirawat di
RS Umum Kota Medan. Kurang lebih satu bulan setengah dirawat di rumah sakit tersebut, dengan
takdir Allah SWT beliau berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin 7 Februari 1955 pada usia 45
tahun.

Al jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) kehilangan seorang pemimpin yang luhur lagi bijaksana serta
cekatan dalam memimpin. Kepergian beliau bukan saja dirasakan oleh keluarga Al Washliyah
khususnya,tetapi turut dirasakan oleh  seluruh pergerakan dan ogansiasi Islam dan masyarakat
umum lainnya.

Abdurrahman Syihab meninggalkan seorang isteri dan 10 orang anak (lima laki-laki dan lima wanita)
dan kebanyakan masih di bawah umur, saat beliau meninggal dunia. Bahkan anaknya yang kecil
belum sempat dilihatnya karena baru berumur 20 hari.

Sumber: kabarwashliyah.com
Editing:
H. Syamsir Bastian Munthe
Ketua Majelis Amal Sosial PB Al Washliyah

HAJI ABDURRAHMAN SYIHAB (1910-1955),  adalah anak ketiga dari H. Syihabuddin, Kadhi
Kerajaan Serdang di Kampung Paku-Galang,Kabupaten  Deli Serdang, Sumatera Utara.

Beliau lahir pada 1910 Masehi di Kampung Paku tersebut. Sejak kecil bakatnya sebagai seorang
pemimpin telah terlihat. Pada tahun 1918-1922, beliau  belajar pada sekolah Gubernement dan
pada Maktab Sairussulaiman di Simpang tiga Perbaungan, Sumatera Utara. Sesudah itu beliau
melanjutkan pelajarannya ke Medan di Maktab Islamiyah Tapanuli, yang ketika itu di pimpin oleh
Syekh Mohammad Yunus dan H. Mohammad.

Kemudian beliau pun sempat menjadi guru di maktab tersebut dan terus melanjutkan pelajarannya
ke Maktab Hasaniyah yang dipimpin Syekh Hasan Ma’sum.

Abdurrahman Syihab, adalah orang pertama yang mendirikan Madrasah Al Washliyah dengan
waktu belajar sore hari di Jl. Sinagar Petisah Medan pada tahun 1932. Beliau pun sempat menjabat
kepala madrasah di beberapa tingkatan yaitu menjadi direktur madrasah tsanawiyah, direktur
madrasah muallimin dan muallimat.
Pada 1940 ketika Tarbiyah Umumi membuka Madrasah Al Qismul Ali,  beliau menjabat direktur
Madrasah Qismul Ali.

Pada 1939, beliau berangkat menunaikan ibadah haji  ke Mekkah Al-Mukarromah. Di sana,
Abdurrahman Syihab menyempatkan diri belajar kepada Syekh Alie Al Maliky, Umar Hamdan,
Hassan Masysath,  Amin Al Kutuby dan M. Alwy.

Selain aktif di perkumpulan pelajar, Abdurahman Syihab termasuk pendiri Al Jam’iyatul Washliyah 
(Al Washliyah) dan terus menerus terpilih menjadi pimpinan organisasi sampai akhir hayatnya.

Ketika tahun 1934,organisasi Ahmadiyah Kadian hendak meluaskan sayapnya ke Kota Medan
(Sumatera Timur, ketika itu), beliau langsung merapatkan barisan umat Islam dan membentuk
panitia penentang gerakan tersebut.  Dan terakhir beliau  menjabat Ketua Komite Pemberantas
I’tikad Ahmadiyah Kadian pada tahun 1935.

Selanjutnya pada tahun 1945-1946 menjadi anggota PB Majelis Tinggi Sumatera, Ketua Pimpinan
Daerah Majelis Islam Tinggi Sumatera Timur,Wakil Ketua Masyumi Sumatera, Ketua Komite Aksi
Pemilihan Umum (KAPU) dan anggota pengurus Folks Front (Pesatuan Perjuangan Sumatera).
Tahun 1939 menjadi utusan Muslimin Indonesia dalam rapat khusus dengan Raja Ibnu Saud di
Mekkah, Arab Saudi.

Pada tahun 1941 mewakili PB Al Washliyah ke Kongres Muslimin Indonesia di Solo, Jawa Tengah. 
Dan pernah menjadi utusan dari Sumatera Timur ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, ketika
menyambut kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang dan mewakili Sumatera Timur pada
Kongres Islam se Sumatera di Bukti Tinggi.

Ketika Kongres Masyumi yang ke enam pada tahun 1954, beliau diangkat sebagai Ketua Masyumi
Pusat di Jakarta.
Pendiri Al Washliyah ini pernah menjadi anggota DPR Sumatera Utara, Anggota Eksekutif DPR
Sumatera Timur. Pada 1947 ia diangkat menjadi anggota KNIP, lalu menjadi anggota Penasehat
PPNKST dan tahun 1954 menjadi anggota parlemen.

Pada akhir 1954 ketika beliau tengah bertugas sebagai anggota parlemen di Jakarta, Abdurrahman
Syihab terserang penyakit dan harus beristirahat. Beliau sempat kembali ke Medan dan dirawat di
RS Umum Kota Medan. Kurang lebih satu bulan setengah dirawat di rumah sakit tersebut, dengan
takdir Allah SWT beliau berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin 7 Februari 1955 pada usia 45
tahun.

Al jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) kehilangan seorang pemimpin yang luhur lagi bijaksana serta
cekatan dalam memimpin. Kepergian beliau bukan saja dirasakan oleh keluarga Al Washliyah
khususnya,tetapi turut dirasakan oleh  seluruh pergerakan dan ogansiasi Islam dan masyarakat
umum lainnya.

Abdurrahman Syihab meninggalkan seorang isteri dan 10 orang anak (lima laki-laki dan lima wanita)
dan kebanyakan masih di bawah umur, saat beliau meninggal dunia. Bahkan anaknya yang kecil
belum sempat dilihatnya karena baru berumur 20 hari

Abdurrahman Syihab lahir di Kampung Paku Galang, Deli Serdang


tahun 1910. Ia anak ketiga dari H. Syihabuddin, Seorang Khadi Kerajaan
Deli Serdang, Perantauan Mandailing, bermarga Rangkuti.

ORGANISASI
 Ketua umum PB Al Washliyah, 1932.
 Ketua Komite Pemberantas Ahmadiyah Kadian, Sumatera.
 Anggota PB Majelis Tinggi, Sumatera Timur.
 Ketua Majelis Islam Tinggi, Sumatera Timur.
 Wakil Ketua Masyumi, Sumatera.
 Ketua KAPU (Komite Aksi Pemilihan Umum).
 Anggota Folks Front Sumatera.
 Ketua Masyumi pusat Jakarta.
 Anggota KNIP.
 Anggota penasehat PPNKST.

Beliau berasal dari keturunan ulama, ayahnya Haji Syihabuddin adalah salah seorang
ulama dan qadhi di wilayah Deli Serdang Medan. Semenjak kecil Haji Abdurrahman Syihab
telah dididik dalam dua iklim keilmuan. Beliau belajar di sekolah umum, namun pada waktu
yang sama juga memperdalam ilmu agamanya di Maktab Sairussulaiman Simpangtiga
Perbaungan. Dalam usia delapan tahun beliau telah mulai mengaji berbagai macam ilmu
keislaman. Setelah mantap dasar-dasar ilmu agamanya, selain belajar kepada
orangtuanya, beliau juga menjadi murid di MIT Madrasah Islamiyah Tapanuli pada tahun
1922.

Madrasah ini dibangun oleh seorang ulama lulusan Mekkah Syekh Muhammad Yunus yang
merupakan murid dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dan Pernah berguru kepada
Syekh Hasan Maksum Mufti Kerajaan Deli yang bergelar Tuan Imam Paduka. Di MIT Syekh
Muhammad Yunus, Haji Abdurrahman Syihab mulai menghafal dan mendalami Kitab-kitab
seperti; Alfiyah, Matan Zubad, Matan Jauharah dan Jauhar Maknun. Karena cerdas dan
terang hatinya, lima tahun berikutnya beliau telah menjadi asisten Syekh di Madrasah
tersebut.

Haji Abdurrahman Syihab adalah ulama muda yang sangat aktif dalam berbagai even
keagamaan di Medan. Beliau membangun Madrasah, menginisiasi kelompok-kelompok
diskusi keagamaan, bahkan beliau salah satu pendiri Al Washliyah Medan. Sebuah
organisasi Ahlussunnah Waljama’ah yang mengutamakan Mazhab Syafi’i. Semenjak
berdirinya organisasi Al Washliyah tahun 1930, beliau di tahun 1931 sampai 1955
dipercaya sebagai Pimpinan Al Washliyah bersama sahabat-sahabatnya Haji Ismail
Banda, al Ustadz Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Al Ustadz Adnan Lubis dan para
ulama lainnya.
Adapun Syekh Hasan Maksum dan Syekh Muhammad Yunus berada pada jajaran
penasehat Al Washliyah. Selain belajar dari Syekh Muhammad Yunus, dalam rentang
waktu 1931-1936 Ulama besar Medan Syekh Hasan Maksum membuka pengajian dengan
Kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi’i. Maka Kiyai Abdurrahman Syihab juga belajar
secara tekun kepada Syekh Hasan Maksum sehingga mengantarkan Kiyai Abdurrahman
Syihab menjadi ulama yang mendalam ilmunya di Sumatera Utara, bahkan beliau termasuk
dalam jajaran ulama terkemuka Sumatera Utara.

Setelah menjadi alim, Kiyai Abdurrahman Syihab terlibat aktif dalam berbagai pergerakan
keagamaan dan kemasyarakatan. Beliau juga salah seorang ulama yang membentengi
ummat dari berbagai paham yang keliru dan sesat. Beliau dan Kiyai Muhammad Arsyad
Thalib Lubis yang berdiri di garda terdepan menolak pemahaman Ahmadiyah dan
menfatwakan bahwa aliran tersebut sesat dan menyesatkan. Kiyai Abdurrahman Syihab
melalui Organisasi Al Washliyahnya juga  menggagas berbagai terobosan pendidikan
seperti mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang berafiliasi di bawah komando Al
Washliyah. Sehingga hampir semua ulama Medan hari ini umumnya berorganisasi
Washliyah atau simpatisan darinya.

Alwashliyah mirip dengan PERTI di Padang berhaluan sama. Sehingga Kiyai Besar PERTI
Haji Siradjuddin Abbas merupakan sahabat dekat Haji Abdurrahman Syihab baik dari sisi
konsep keislaman maupun  sudut pandang dalam berpolitik karena kedua-duanya adalah
termasuk tokoh nasional yang diperhitungkan kiprahnya dan pernah menjadi anggota
parlemen. Dalam tahun 1954 pada puncak kariernya, Kiyai Abdurrahman Syihab mulai
digerogoti oleh berbagai penyakit, karena kurang istirahat dan bekerja tanpa henti pada
tahun 1955 wafatlah ulama besar tersebut di Medan. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
Beliau berasal dari keturunan ulama, ayahnya Haji Syihabuddin adalah salah seorang
ulama dan qadhi di wilayah Deli Serdang Medan. Semenjak kecil Haji Abdurrahman Syihab
telah dididik dalam dua iklim keilmuan. Beliau belajar di sekolah umum, namun pada waktu
yang sama juga memperdalam ilmu agamanya di Maktab Sairussulaiman Simpangtiga
Perbaungan. Dalam usia delapan tahun beliau telah mulai mengaji berbagai macam ilmu
keislaman. Setelah mantap dasar-dasar ilmu agamanya, selain belajar kepada
orangtuanya, beliau juga menjadi murid di MIT Madrasah Islamiyah Tapanuli pada tahun
1922.

Madrasah ini dibangun oleh seorang ulama lulusan Mekkah Syekh Muhammad Yunus yang
merupakan murid dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dan Pernah berguru kepada
Syekh Hasan Maksum Mufti Kerajaan Deli yang bergelar Tuan Imam Paduka. Di MIT Syekh
Muhammad Yunus, Haji Abdurrahman Syihab mulai menghafal dan mendalami Kitab-kitab
seperti; Alfiyah, Matan Zubad, Matan Jauharah dan Jauhar Maknun. Karena cerdas dan
terang hatinya, lima tahun berikutnya beliau telah menjadi asisten Syekh di Madrasah
tersebut.

Haji Abdurrahman Syihab adalah ulama muda yang sangat aktif dalam berbagai even
keagamaan di Medan. Beliau membangun Madrasah, menginisiasi kelompok-kelompok
diskusi keagamaan, bahkan beliau salah satu pendiri Al Washliyah Medan. Sebuah
organisasi Ahlussunnah Waljama’ah yang mengutamakan Mazhab Syafi’i. Semenjak
berdirinya organisasi Al Washliyah tahun 1930, beliau di tahun 1931 sampai 1955
dipercaya sebagai Pimpinan Al Washliyah bersama sahabat-sahabatnya Haji Ismail
Banda, al Ustadz Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Al Ustadz Adnan Lubis dan para
ulama lainnya.
Adapun Syekh Hasan Maksum dan Syekh Muhammad Yunus berada pada jajaran
penasehat Al Washliyah. Selain belajar dari Syekh Muhammad Yunus, dalam rentang
waktu 1931-1936 Ulama besar Medan Syekh Hasan Maksum membuka pengajian dengan
Kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi’i. Maka Kiyai Abdurrahman Syihab juga belajar
secara tekun kepada Syekh Hasan Maksum sehingga mengantarkan Kiyai Abdurrahman
Syihab menjadi ulama yang mendalam ilmunya di Sumatera Utara, bahkan beliau termasuk
dalam jajaran ulama terkemuka Sumatera Utara.

Setelah menjadi alim, Kiyai Abdurrahman Syihab terlibat aktif dalam berbagai pergerakan
keagamaan dan kemasyarakatan. Beliau juga salah seorang ulama yang membentengi
ummat dari berbagai paham yang keliru dan sesat. Beliau dan Kiyai Muhammad Arsyad
Thalib Lubis yang berdiri di garda terdepan menolak pemahaman Ahmadiyah dan
menfatwakan bahwa aliran tersebut sesat dan menyesatkan. Kiyai Abdurrahman Syihab
melalui Organisasi Al Washliyahnya juga  menggagas berbagai terobosan pendidikan
seperti mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang berafiliasi di bawah komando Al
Washliyah. Sehingga hampir semua ulama Medan hari ini umumnya berorganisasi
Washliyah atau simpatisan darinya.

Alwashliyah mirip dengan PERTI di Padang berhaluan sama. Sehingga Kiyai Besar PERTI
Haji Siradjuddin Abbas merupakan sahabat dekat Haji Abdurrahman Syihab baik dari sisi
konsep keislaman maupun  sudut pandang dalam berpolitik karena kedua-duanya adalah
termasuk tokoh nasional yang diperhitungkan kiprahnya dan pernah menjadi anggota
parlemen. Dalam tahun 1954 pada puncak kariernya, Kiyai Abdurrahman Syihab mulai
digerogoti oleh berbagai penyakit, karena kurang istirahat dan bekerja tanpa henti pada
tahun 1955 wafatlah ulama besar tersebut di Medan. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
Beliau berasal dari keturunan ulama, ayahnya Haji Syihabuddin adalah salah seorang
ulama dan qadhi di wilayah Deli Serdang Medan. Semenjak kecil Haji Abdurrahman Syihab
telah dididik dalam dua iklim keilmuan. Beliau belajar di sekolah umum, namun pada waktu
yang sama juga memperdalam ilmu agamanya di Maktab Sairussulaiman Simpangtiga
Perbaungan. Dalam usia delapan tahun beliau telah mulai mengaji berbagai macam ilmu
keislaman. Setelah mantap dasar-dasar ilmu agamanya, selain belajar kepada
orangtuanya, beliau juga menjadi murid di MIT Madrasah Islamiyah Tapanuli pada tahun
1922.

Madrasah ini dibangun oleh seorang ulama lulusan Mekkah Syekh Muhammad Yunus yang
merupakan murid dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dan Pernah berguru kepada
Syekh Hasan Maksum Mufti Kerajaan Deli yang bergelar Tuan Imam Paduka. Di MIT Syekh
Muhammad Yunus, Haji Abdurrahman Syihab mulai menghafal dan mendalami Kitab-kitab
seperti; Alfiyah, Matan Zubad, Matan Jauharah dan Jauhar Maknun. Karena cerdas dan
terang hatinya, lima tahun berikutnya beliau telah menjadi asisten Syekh di Madrasah
tersebut.

Haji Abdurrahman Syihab adalah ulama muda yang sangat aktif dalam berbagai even
keagamaan di Medan. Beliau membangun Madrasah, menginisiasi kelompok-kelompok
diskusi keagamaan, bahkan beliau salah satu pendiri Al Washliyah Medan. Sebuah
organisasi Ahlussunnah Waljama’ah yang mengutamakan Mazhab Syafi’i. Semenjak
berdirinya organisasi Al Washliyah tahun 1930, beliau di tahun 1931 sampai 1955
dipercaya sebagai Pimpinan Al Washliyah bersama sahabat-sahabatnya Haji Ismail
Banda, al Ustadz Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Al Ustadz Adnan Lubis dan para
ulama lainnya.
Adapun Syekh Hasan Maksum dan Syekh Muhammad Yunus berada pada jajaran
penasehat Al Washliyah. Selain belajar dari Syekh Muhammad Yunus, dalam rentang
waktu 1931-1936 Ulama besar Medan Syekh Hasan Maksum membuka pengajian dengan
Kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi’i. Maka Kiyai Abdurrahman Syihab juga belajar
secara tekun kepada Syekh Hasan Maksum sehingga mengantarkan Kiyai Abdurrahman
Syihab menjadi ulama yang mendalam ilmunya di Sumatera Utara, bahkan beliau termasuk
dalam jajaran ulama terkemuka Sumatera Utara.

Setelah menjadi alim, Kiyai Abdurrahman Syihab terlibat aktif dalam berbagai pergerakan
keagamaan dan kemasyarakatan. Beliau juga salah seorang ulama yang membentengi
ummat dari berbagai paham yang keliru dan sesat. Beliau dan Kiyai Muhammad Arsyad
Thalib Lubis yang berdiri di garda terdepan menolak pemahaman Ahmadiyah dan
menfatwakan bahwa aliran tersebut sesat dan menyesatkan. Kiyai Abdurrahman Syihab
melalui Organisasi Al Washliyahnya juga  menggagas berbagai terobosan pendidikan
seperti mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang berafiliasi di bawah komando Al
Washliyah. Sehingga hampir semua ulama Medan hari ini umumnya berorganisasi
Washliyah atau simpatisan darinya.

Alwashliyah mirip dengan PERTI di Padang berhaluan sama. Sehingga Kiyai Besar PERTI
Haji Siradjuddin Abbas merupakan sahabat dekat Haji Abdurrahman Syihab baik dari sisi
konsep keislaman maupun  sudut pandang dalam berpolitik karena kedua-duanya adalah
termasuk tokoh nasional yang diperhitungkan kiprahnya dan pernah menjadi anggota
parlemen. Dalam tahun 1954 pada puncak kariernya, Kiyai Abdurrahman Syihab mulai
digerogoti oleh berbagai penyakit, karena kurang istirahat dan bekerja tanpa henti pada
tahun 1955 wafatlah ulama besar tersebut di Medan. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.

Anda mungkin juga menyukai