Demikian juga, konferensi dunia tentang Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan oleh
UNESCO di Paris pada Tahun 1998 menyepakati pula antara lain bahwa perubahan pendidikan
tinggi masa depan bertolak dari pandangan bahwa tanggung jawab pendidikan tinggi
adalah:
1. Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni,
tetapi juga melahirkan warga negara yang berkesadaran tinggi tentang bangsa dan
kemanusiaan.
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang dinamis.
3. Mengubah cara berfikir, sikap hidup, dan prilaku berkarya individu maupun kelompok
masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan sosial yang diperlukan serta
mendorong perubahan kearah kemajuan yang adil dan bebas.
Berdasarkan latar belakang penyusunan paradigma pendidikan tinggi nasional (pandangan
dari kesepakatan internasional/UNESCO), pengertian dan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan tinggi, dan setelah melalui beberapa kali kajian dalam berbagai
forum Seminar dan lokakarya yang dilakukan oleh Tim Pembina MPK dan MBB Ditjen
Dikti, dirumuskan bahwa: Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan meliputi 4 materi
pokok, yaitu: (a). identitas nasional, (b) Hak dan kewajiban warga negara Indonesia, (c)
demokrasi dan HAM; dan (d) Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Selanjutnya dijabarkan ke
dalam beberapa materi yang menjadi pokok kajian, yaitu:
1. Ideologi Pancasila
2. Identitas nasional
3. Bangsa, Negara dan Pemerintahan
4. Hak dan kewajiban Warganegara Indonesia
5. Demokrasi, HAM dan Rule Of Law
6. Geopolitik Indonesia/Wawasan Nusantara.
7. Geostrategi Indonesia.
Referensi
Anonim, 2003 : Undang — Undang Republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas.
Azyumardi Azra, 2003; Pendidikan Kewarganegaan (Civic Education), Demokrasi, Hak asasi
manusia, Masyarakat Madani, Jakarta, Prenada Media.
Barorah, 1985; Pendidikan Kewarganegaraan, Surakarta, Universitas Sebelas Maret.