Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

ALAT DAN BAHAN


4.1

TINJAUAN UMUM
Peralatan dan bahan merupakan bagian

penting dalam sebuah proyek.

Pemilihan peralatan yang tepat serta bahan yang tepat akan menguntungkan
pelaksana proyek dalam menjalankan proyeknya. Pertimbangan aksesibilitas dan
volume menjadi bagian penting dalam pemilihan alat. Pada pekerjaan besar seperti
proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI maka dibutuhkan berbagai
peralatan yang menunjang pekerjaan dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas.
Bahan yang memiliki kepekaan terhadap pengaruh cuaca menjadi tanggung
jawab logistik.

Bahan-bahan seperti ini disimpan di dalam gudang dengan

pengadaan yang berkala menyesuaikan kebutuhan. Hal ini disesuaikan dengan


kapasitas gudang penyimpanan.
Penggunaan dan perawatan peralatan proyek juga menjadi perhatian
penting. Penggunaan peralatan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki
kompetensi dalam penggunaan peralatan tersebut. Semua komponen peralatan dan
bahan perlu dikelola dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal.
4.2

PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Pekerjaan pada proyek skala besar tidak bisa dilakukan oleh manusia
sendiri, melainkan membutuhakan alat bantu yang bersifat manual atau mekanis.
Alat mekanis dapat berupa alat ringan ataupun alat berat. Pemilihan alat dan
jumlahnya perlu diperhitungkan dengan tepat. Hal ini diperhitungkan berdasarkan
waktu yang tersedia dan anggaran yang ada. Selain itu dalam penggunaannya perlu
dipikirkan apakah alat tersebut dibeli atau disewa. Pertimbangan ini didapat dari
analisa usia kegunaan, nilai guna dan keuntungan yang diperoleh.
Secara umum pemilihan peralatan didasarkan pada :
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
2. Anggaran dana
3. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan
IV-1

4. Kapasitas produksi alat


5. Kemampuan SDA yang ada
Alat-alat yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung
Mahkamah Agung RI antara lain :
4.2.1 Tower Crane
Tower crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang
memiliki mekanisme gerakan antara lain mengangkat muatan (lifting), menggeser
(trolleying), menahan dan membawa ke tempat yang ditentukan (slewing dan
traveling). Tower crane yang digunakan pada proyek ini adalah tower crane jenis
free standing crane (berdiri bebas).
Tower crane digerakan oleh seorang operator yang berada di bagian atas.
Pada proyek ini terdapat 2 orang operator dimana mereka saling bergantian setelah
24 jam. Seorang operator naik ke atas pada pukul 08.00 dan akan turun pada jam
yang sama keesokan harinya. Untuk berkomunikasi dengan pekerja yang lain,
operator menggunakan radio HT. Tower crane yang digunakan adalah Potain MC
310 dengan kapasitas beban maksimum 3,2 ton dan panjang lengan maksimum 70
m.

Gambar 4.1 Tower Crane

IV-2

4.2.2 Concrete Mixer Truck


Concrete Truck Mixer atau yang biasa disebut kebanyak orang Truck Mixer
(TM) merupakan truk yang dilengkapi dengan concrete mixer pada bagian
belakangnya (Gambar 4.2). TM berfungsi mengangkut ready mix concrete dari
batching plant. Ready mix concrete yang digunakan pada proyek ini dipesan dari
PT. Adhimix Precast Indonesia. Setiap truk memiliki kapasitas 7 m3. Mixer pada
truk berputar dengan kecepatan 8 12 putaran per menit selama perjalanan dari
batching plant ke lokasi proyek dengan tujuan ready mix yang dibawa tidak
mengalami pengerasan.
Bagian dalam dari mixer ini berupa bilah-bilah baja. Pada saat transportasi
dari batching plant ke proyek, mixer berputar berlawanan arah jarum jam, sehingga
ready mix concrete mengarah ke dalam. Sedangkan pada saat mengeluarkan ready
mix concrete dari mixer, mixer akan berputar searah jarum jam dengan kecepatan
yang lebih tinggi.
Pengiriman ready mix concrete dipertimbangkan oleh jarak antara batching
plant dan proyek, kondisi lalu lintas, dan cuaca. Jeda antara kedatangan truck mixer
satu dengan yang lainnya juga dipertimbangkan dengan kemampuan sumber daya
manusia di proyek dan concrete pump. Selain itu pengaturan waktu dilakukan agar
truck mixer tidak menumpuk di lingkungan proyek.

Gambar 4.2 Truck Mixer

IV-3

4.2.3 Conrete Pump


Concrete Pump atau yang biasa disebut pompa kodok merupakan alat untuk
memompa ready mix concrete dari truck mixer ke lokasi pengecoran. Penggunaan
concrete pump sangat dibutuhkan terutama pada proyek bangunan tinggi untuk
menaikkan ready mix concrete dari bawah ke lokasi pengecoran yang berada di
atas.
Prinsip kerja dari concrete pump hampir sama dengan pompa air yang biasa
kita temukan di perumahan, hanya saja pada concrete pump yang dipompa adalah
ready mix concrete. Sebelum pompa dipakai, maka pipa-pipa galvanis harus
dilapisi dengan mortar dengan cara mengalirkan mortar sepanjang pipa yang
dibutuhkan. Pada ujung pipa, mortar tadi ditampung pada suatu bucket agar tidak
jatuh pada area pengecoran. Pelapisan dengan mortar berfungsi agar pipa-pipa
galvanis dapat dengan lancar mengalirkan ready mix concrete. Pada proyek ini
digunakan Concrete Pump Schwing BP 3000 dengan kapasitas 40 m3/jam dan
tekanan hidrolik 250 bar. Concrete pump ini bisa menjangkau bangunan hingga
lantai 22. (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Concrete Pump

IV-4

4.2.4 Air Compressor


Air compressor merupakan mesin kompresi udara yang menggunakan
motor listrik atau engine sebagai penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari air
compressor ini bertekanan tinggi sehingga dapat membersihkan kotoran-kotoran
seperti debu, serbuk kayu, potongan kawat bendrat atau kotoran kecil lainnya yang
dapat mengurangi daya lekat tulangan pada beton. Area pengecoran akan
dibersihkan terlebih dahulu dengan air compressor sebelum pengecoran. Air
compressor yang digunakan adalah bermerek LG dengan kapasitas 6 m3/menit
(Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Air Compressor


4.2.5 Concrete Vibrator
Concrete vibrator merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan
kandungan udara yang terjebak dalam beton yang bertujan untuk memadatkan
beton di dalam bekisting. Getaran yang dihasilkan dari kepala concrete vibrator ini
akan menggetarkan beton dan mengeluarkan gelembung udara dari beton. Selain itu
dengan digetarkannya beton, maka beton akan tersebar merata ke seluruh bagian
bekisting.
Concrete vibrator memiliki tiga bagian utama :
1. Mesin sebagai alat penghasil getaran
2. Selang penghantar
IV-5

3. Kepala vibrator, terbuat dari silinder baja seukuran gagang tongkat


bisbol.
Kepala vibrator digetarkan pada beton yang baru dituangkan ke dalam
bekisting. Pada satu area, vibrator digetarkan selama 10 detik dengan syarat kepala
vibrator tidak boleh bersinggungan dengan bekisting, jarak dijaga sekitar 10 12
cm. Vibrator dipindahkan ke titik lainnya yang berjarak 30 40 cm dari titik
semula. Concrete vibrator yang digunakan pada proyek ini adalah Mikasa tipe FC
3N (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Concrete Vibrator


4.2.6 Bar Bender
Bar bender merupakan suatu alat yang berfungsi untuk membengkokkan
tulangan sesuai dengan sudut yang direncanakan. Masing-masing bar bender
memiliki kapasitas besar diameter tulangan maksimal yang bisa dibengkokkan. Bar
bender mampu membengkokkan beberapa tulangan diameter kecil dalam sekali
pembengkokan.
Tulangan yang akan dibengkongkan dimasukan ke antara poros tekan dan
poros pembengkok. Sudut pembengkokan dan panjang pembengkokan diatur sesuai
dengan perencanaan. Ujung tulangan dikunci dengan pembengkok. Kemudian
pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar sesuai dengan sudut
pembengkokan.

IV-6

Bar bender yang digunakan pada proyek ini adalah Takeda TB 32 dengan
kemampuan maksimal diameter yang bisa dibengkokkan adalah tulangan diameter
25 mm (Gambar 4.6).

Gambar 4.6 Bar Bender


4.2.7 Bar Cutter
Bar Cutter merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memotong tulangan.
Secara umum bar cutter dibagi dua dari segi tenaganya yaitu secara manual dan
dengan tenaga listrik. Dalam proyek ini digunakan keduanya, baik yang manual
maupun yang listrik. Selain lebih efisien, bar cutter listrik mampu memotong
tulangan dengan diameter yang besar dibandingkan dengan bar cutter manual.
Pada bar cutter listrik, tulangan dimasukkan pada gigi bar cutter. Setelah
itu pedal ditekan oleh operator dan secara otomatis bar cutter akan memotong
tulangan. Sedangkan pada bar cutter manual, tenaga berasal dari manusia yang
memotong tulangan menggunakan bantuan tuas.
Bar cutter listrik yang digunakan pada proyek ini adalah Takeda TK 32
dengan kemampuan maksimal diameter yang dapat dipotong adalah tulangan
berdiameter 25 mm (Gambar 4.7).

IV-7

Gambar 4.7 Bar Cutter


4.2.8 Cutting Wheel Machine
Cutting wheel machine merupakan alat untuk memotong material konstruksi
yang terbuat dari besi, baja tulangan berdiameter maks 10 mm, besi siku dan
material besi lainnya. Cutting wheel machine biasanya digunakan dalam pekerjaan
penulangan plat lantai. Cutting wheel machine yang digunakan adalah Makita HM
G810 (Gambar 4.8).

Gambar 4.8 Cutting Wheel Machine


4.2.9 Las
Las digunakan untuk memotong atau menyambung material besi/baja. Pada
proyek ini digunakan las gas untuk menyambung dan las listrik untuk memotong
(Gambar 4.9).

IV-8

(a)

(b)
Gambar 4.9 Las gas (a), Las Listrik (b)

4.2.10 Gerinda
Gerinda merupakan alat yang digunakan untuk meratakan permukaan hasil
pengecoran, baik pada dinding, kolom maupun hasil cor sambungan pada plat
lantai. Gerinda yang digunakan adalah Makita 9005 N dengan diameter 5 (Gambar
4.10).

Gambar 4.10 Gerinda

IV-9

4.2.11 Waterpass dan Bak Ukur


Waterpass digunakan untuk menentukan ketinggian dari suatu titik
berdasarkan tinggi suatu titik yang diketahui lebih dahulu. Waterpass ini digunakan
untuk menentukan tinggi balok, plat dan kolom sebelum dilakukan pengecoran.
Waterpass yang digunakan dalam proyek ini adalah Leica (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Waterpass dan Bak Ukur


4.2.13 PCH
PCH (Perth Construction Hire) merupakan salah satu bentuk lain dari
perancah yang sudah banyak digunakan di proyek Indonesia. Fungsinya sama
seperti scaffolding yaitu menjadi penahan plat dan balok yang akan dicor dan
pekerjaan di ketinggian, hanya saja pemasangannya lebih mudah dan lebih kokoh
(Gambar 4.12)

Gambar 4.12 Pemasangan PCH


IV-10

Bagian-bagian dari PCH dijelaskan pada tabel 4.1.


Tabel 4.1 Bagian-bagian PCH
No.
1.

Bagian

Gambar

Standart
Spesifikasi : Bahan galvanis
tebal 4 mm, kekuatan 4 ton
Fungsi : Komponen utama
penopang formwork,
dipasang vertikal di atas base
jack
(Gambar 4.13)

Gambar 4.13 Standart


2.

Ledger
Spesifikasi : Bahan galvanis
tebal 3,2 mm, tidak untuk
dibebani
Fungsi

Pengait

antara

standart satu dengan standart


lainnya,

dipasang

secara

Gambar 4.14 Ledger

horizontal
(Gambar 4.14)
3.

Jack Base
Spesifikasi : Kekuatan 5,5
ton
Fungsi : Dudukan standar,
beam bracket dan cantilever
serta

mengatur

level

(adjustable)
(Gambar 4.15)
Gambar 4.15 Jack Base

IV-11

4.

U-Head
Spesifikasi : Kekuatan 1,8
ton
Fungsi : Dudukan primary
(gelagar) dan mengatur level
(adjustable)
(Gambar 4.16)
Gambar 4.16 U-Head

5.

Props
Spesifikasi : Bahan steel
galvanis

tebal

mm,

Support

beton

kekuatan 3 ton
Fungsi

setelah formwork dibongkar


sampai umur beton mencapai
21-28 hari
Gambar 4.17 Props

(Gambar 4.17)
6.

Couplers / Swivle
Fungsi : Pengikat antar tube
dan

standart

pada

posisi

tegak lurus (couplers) dan


miring (swivle)
(Gambar 4.18)
Gambar 4.18 Couplers/Swivle
7.

Quickshore Beam Bracket


Spesifikasi : Bahan galvanis
tebal 4 mm, kekuatan 1,8 ton
Fungsi : Support beam
(Gambar 4.19)

Gambar 4.19 Quickshore Beam Bracket


IV-12

8.

Base Plate
Spesifikasi : Bahan galvanis
tebal 6 mm
Fungsi : Dudukan standart,
beam bracket dan cantilever
(Gambar 4.20)
Gambar 4.20 Base Plate

9.

Trigger Brace
Spesifikasi : Bahan galvanis
tebal 4 mm
Fungsi : Pengaku (bracing)
pada rangkaian
(Gambar 4.21)

Gambar 4.21 Trigger Brace


10.

Kantilever
Spesifikasi : Bahan steel
galvanis

tebal

mm,

kekuatan 1,25 ton


Fungsi : support formwork
pada area perimeter (tepi
bangunan)
(Gambar 4.22)

Gambar 4.22 Kantilever

IV-13

4.2.14 Concrete Bucket


Concrete bucket merupakan sebuah alat seperti ember besar untuk
menempatkan beton segar dari tempat pembuatan beton atau dari truck mixer.
Selanjutnya concrete bucket ini dapat diangkut menggunakan tower crane ke
tempat pengecoran. Di bagian bawah terdapat katup yang dapat dibuka dan ditutup
untuk mengalirkan beton ke bagian pengecoran. Sedangkan disampingnya terdapat
tempat untuk operator yang bisa mengatur katupnya. Concrete bucket yang
digunakan dalam proyek ini memiliki kapasitas 1 m3 (Gambar 4.23).

Gambar 4.23 Concrete Bucket


4.2.15 Peralatan Tambahan
Selain peralatan-peralatan yang sudah disebutkan di atas, masih terdapat
banyak peralatan kecil yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan pelaksanaan
proyek. Peralatan penunjang lain adalah lampu halogen, selang, tang, gergaji
tangan, ember, sekop, cetok, cangkul, tali tambang, katrol, paku, palu, pahat,
unting-unting, sipatan, meteran dan peralatan kecil lainnya.
4.3

BAHAN YANG DIGUNAKAN

4.3.1 Beton Ready Mix


Beton ready mix adalah beton siap pakai yang dibuat di batching plant yang
mutunya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Beton yang digunakan dalam
proyek ini adalah beton ready mix yang berasal dari PT. Adhimix Precast
Indonesia. Batching plant beton ready mix ini terdapat di daerah Tanah Abang yang
tidak jauh dari proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI.
IV-14

Penggunaan beton ready mix lebih mudah karena tidak perlu menyediakan
tempat dan peralatan untuk membuat beton. Hal ini dimaksudkan agar lebih efisien
dari segi waktu, biaya dan tenaga kerja.
Beton ready mix diangkut dari batching plant dengan menggunakan mixer
truck dari pihak Adhimix Precast Indonesia. Setelah itu beton disalurkan ke tempat
pengecoran menggunakan concrete pump. Syarat ready mix agar bisa dipompa
dengan concrete pump adalah :

Memiliki workability yang cukup agar dengan mudah mengikuti perubahan


bentuk dan arah selama melewati pipa dengan tekanan kecil pada concrete
pump.

Pasta Portland cement harus cukup sehingga dapat melapisi permukaan


beton dan mengurangi gesekan terhadap pipa concrete pump.
Sebelum beton ready mix dituangkan ke tempat pengecoran, beton harus

diuji dengan slump test terlebih dahulu. Jika memenuhi maka bisa langsung dibawa
ke tempat pengecoran. Namun jika tidak memenuhi (misalnya terlalu encer), maka
kontraktor dapat memutuskan apakah mixer ditunggu beberapa waktu untuk dites
kembali atau dikembalikan ke batching plant.
Keuntungan pemakaian beton ready mix antara lain :

Pekerjaan pengecoran lebih cepat

Mengurangi penimbunan material di proyek

Lingkungan proyek lebih bersih

Mengurangi jumlah pekerja

Mutu beton lebih terjamin

Kerugian pemakaian beton ready mix antara lain :

Kelebihan pemesanan menjadi tanggung jawab kontraktor sebagai pihak


yang memesan.

Beton yang terlalu lama disimpan di dalam mixer (melebihi waktu yang
ditentukan) akibat penudaan pengecoran dikarenakan cuaca dan masalah
teknis lainnya

harus dibuang karena akan mengalami setting. Hal ini

menjadi tanggung jawab kontraktor.


IV-15

4.3.2 Semen (Portland Cement/PC)


Semen digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, seperti
pembuatan beton untuk kolom praktis dan pekerjaan kecil lainnya. Semen yang
digunakan dalam proyek ini adalah semen tipe I (Ordinary Portland Cement) untuk
penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan apapun (Gambar 4.24).

Gambar 4.24 Semen Tipe 1


Cara penyimpanan semen adalah sebagai berikut :

Semen terlindung dari hujan dan tempat yang lembab.

Semen ditumpuk dengan tinggi minimum 30 cm dari lantai, tidak


menempel/melekat pada dinding ruangan dan tinggi timbunan maksimum 8
sak semen.

Tumpukan sak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi


perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa.

Semen dari berbagai jenis/merek disimpan secara terpisah.

Semen yang baru datang tidak boleh ditumpuk di atas semen lama.
Penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman.

4.3.3 Pasir
Pasir yang digunakan merupakan pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
batuan atau berupa pasir hasil dari pemecah batu. Pasir yang digunakan harus
memenuhi berbagai syarat, antara lain :

Terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Tidak mudah lapuk oleh pengaruh
hujan dan terik matahari.
IV-16

Kandungan lumpur kurang dari 5%. Lumpur sendiri adalah bagian-bagian


yang lolos saringan 0,063 mm. Jika tidak memenuhi maka harus dicuci
terlebih dahulu.

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang
diakui.
(Sumber : PBBI 1971, N.I 2)

4.3.4 Agregat Kasar


Agregat kasar yang digunakan untuk membuat beton dalam pekerjaan
kolom praktis. Karena dimensi kolom praktis yang kecil, maka ukuran agregat
kasar yang digunakan juga menyesuaikan, sehingga campuran beton bisa merata.
Agregat kasar yang digunakan adalah agregat kasar dengan ukuran .
Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat, antara lain :

Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.

Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.

Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar
lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.
(Sumber : PBBI 1971, N.I 2)

4.3.5 Air
Air digunakan untuk media campuran beton, plesteran, acian dan
penyiraman untuk pemeliharaan beton (curing). Syarat air yang digunakan adalah
air tawar bersih, tidak mengandung minyak, garam dan zat organik lainnya yang
dibuktikan dengan uji kelayakan melalui uji laboratorium.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung bahan
organik yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya digunakan air
bersih yang memenuhi syarat sebagai air minum.

IV-17

Syarat air yang bisa dugunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk
beton antara lain :

Air harus bersih

Tidak mengandung lumpur

Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton seperti asam,


zat organik

Tidak mengandung minyak dan alkali

Tidak mengandung senyawa asam


(Sumber : PBBI 1971, N.I 2)

4.3.6

Baja Tulangan
Baja tulangan digunakan pada konstruksi beton bertulang. Baja tulangan
berfungsi sebagai penahan tegangan tarik (Gambar 4.25). Adanya baja tulangan
sebagai pelengkap beton yang memiliki kuat tekan yang sangat tinggi, namun
lemah dalam menahan tegangan tarik. Beton dan baja tulangan saling melengkapi
dalam konstruksi beton bertulang.
Berdasarkan bentuknya baja tulangan terdiri dari dua jenis yaitu :

Baja Tulangan Polos


Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak
bersirip

Baja Tulangan Ulir (Deform)


Baja tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk
memanjang. Berdasarkan daya lekatnya, baja tulangan ulir lebih baik jika
dibandingkan baja tulangan polos.

Baja yang digunakan pada proyek ini adalah :


Ulir : 25, 22, 13, 10

Polos : 8

Mutu baja yang digunakan adalah :


- Baja tulangan polos (plain bar), BJTP 24 (fy = 240 Mpa)

IV-18

- Baja tulangan ulir (deformed bar), BJTD 40 (fy = 400 Mpa)

Gambar 4.25 Baja Tulangan


4.3.7 Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat besi beton dengan besi beton
lainnya baik untuk kolom, balok, shearwall ataupun rangkaian tulangan lainnya
sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.
Selain itu kawat bendrat juga dapat digunakan untuk hal lainnya, seperti mengikat
beton decking pada tulangan serta mengikat material lainnya.
Kawat bendrat ini memiliki diameter 1 mm (Gambar 4.26). Kawat bendrat
digunakan empat lapis agar lebih kuat. Dengan pengikatan ini diharapkan struktur
tulangan tidak bergeser dan tidak berubah ketika pengecoran dan pemadatan
dengan vibrator.

Gambar 4.26 Kawat Bendrat

IV-19

4.3.8 Beton Decking


Beton decking (beton tahu) merupakan sejenis mortar dengan perbadingan
semen : pasir 1 : 2. Beton decking berbentuk silinder kecil dengan diameter 10 cm.
dan ketebalan 5 cm (Gambar 4.27). Beton decking digunakan sebagai pengatur
selimut beton antara bekisting dan tulangan pada struktur plat, balok, kolom dan
shearwall.

Gambar 4.27 Beton Decking


4.3.9 Kayu dan Multipleks (Plywood)
Kayu
Kayu digunakan sebagai perkuatan / pengaku pada bekisting plat. Pengaku
ini digunakan agar multipleks tidak melendut serta menyalurkan beban dari atas
multipleks ke balok pemikul. Kayu yang digunakan adalah kayu kaso (Gambar
4.28).

Gambar 4.28 Kayu

IV-20

Multipleks
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting. Multipleks adalah kayu lapis
yang permukaannya dilapisi laminated plastic dengan ketebalan 18 mm dan
ukuran 244 cm x 122 cm (Gambar 4.29).

Gambar 4.29 Multipleks


4.3.10 Bata Ringan (Hebel/Celcon)
Bata ringan merupakan sejenis batako konvensional yang memiliki massa
jenis yang lebih rendah. Bata ringan ini digunakan untuk meringankan struktur
gedung dalam menahan beban di atasnya, sehingga perencanaan strukturnya dapat
lebih diefisiensikan.
Kelebihan Bata Ringan :

Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam

Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan


perekat

Lebih ringan dari bata biasa sehingga memperkecil beban struktur dengan
berat jenis 600 kg/m3

Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya hanya 2,5 cm saja

Kedap air

Mempunyai kekedapan suara yang baik

Lebih aman terhadap gempa


Kekurangan Bata Ringan :

Untuk ukuran tanggung menyisakan sisa yang cukup banyak karena


ukurannya yang besar
IV-21

Perekatnnya khusus

Diperlukan keahlian khusus dalam pemasangannya

Jika terkena air, dibutuhkan waktu yang lebih lama hingga kering
dibandingkan bata biasa

Harga relatif mahal

Dimensi Bata Ringan (Gambar 4.30) :


Panjang

: 600 mm; Lebar

: 200 mm; Tebal

: 75 mm

Gambar 4.30 Bata Ringan


4.3.11 Concrete Bonding Agent
Bonding agent (Gambar 4.31) sejenis cairan kimia yang digunakan untuk
melekatkan sambuungan antara beton lama dan beton baru agar menjadi satu
kesatuan (monolith). Penggunaan bonding agent adalah dengan menyiramkannya
ke permukaan beton lama yang akan dilanjutkan dengan pengecoran beton baru.

Gambar 4.31 Concrete Bonding Agent


4.3.12 Mortar Siap Pakai
Dry Mix (Gambar 4.32) adalah salah satu semen instan yang digunakan
pada proyek ini. Penggunaan Dry Mix ini disesuaikan dengan jenisnya. Beberapa
jenis mortar siap pakai produksi Dry Mix antara lain :
IV-22

Produk

Fungsi

Drymix Plester

Plesteran dinding bata, batako dan celcon

Drymix Acian

Acian pada dinding plesteran

Drymix Skimcoat

Melapisi/finishing

permukaan

beton,

baik

untuk

exposed atau tidak


Drymix Thinbed

Perekat pada pemasangan dinding hebel

(a)

(b)

Gambar 4.32 Mortar Siap Pakai (a) Thinbed (b) Skimcoat


4.3.13 Tulangan Kolom Praktis
Tulangan untuk kolom praktis pada proyek ini tidak diproduksi sendiri,
melainkan memakai fabrikasi dari pabrik. Selain lebih mudah, waktu yang
dibutuhkan juga lebih cepat karena tidak perlu membuatnya sendiri. Kolom praktis
(Gambar 4.33) digunakan untuk pekerjaan non-struktural seperti pemasangan
dinding hebel.

Gambar 4.33 Tulangan Kolom Praktis

IV-23

4.3.14 Baja IWF


Baja IWF pada proyek ini tidak berfungsi sebagai elemen struktur dari
bangunan. Baja IWF (Gambar 4.34) digunakan untuk menumpu perancah pada
lantai 5 dimana pada lantai 6 terdapat plat kantilever.

Gambar 4.34 Baja IWF

IV-24

Anda mungkin juga menyukai