Anda di halaman 1dari 63

Analisis Struktur Statis Tak Tentu

Pertemuan 2
Topik Bahasan
A. Momen Ujung Terjepit (Fixed End Moment/FEM)
B. Metode Slope Deflection (Aplikasi pada Balok
Menerus)
A. Momen Ujung Terjepit
(Fixed End Moment/FEM)
Sub Topik Bahasan
• FEM pada batang jepit-jepit dengan beban
terpusat dan beban merata
• FEM pada batang jepit-sendi dengan beban
terpusat dan beban merata
Fixed End Moment (FEM)

FEM adalah momen- Pada kenyataannya ujung-


ujung batang tersebut
momen pada setiap tidaklah bersifat jepit
ujung batang yang sempurna karena titik kumpul
dapat berotasi . Akibat
berupa jepit sempurna adanya rotasi inilah maka
terjadi pendistribusian dari
(tidak ada rotasi). jumlah momen-momen
primernya (momen
ketidakseimbangan).
Balok AB dibebani seperti gambar dibawah Jika ujung-ujung A dan B dicegah terhadap
rotasi, berarti di A dan B kita berikan
momen perlawanan (Restraint Moment)
MAB dan MBA sehingga putaran sudut di A
dan B menjadi lebih kecil dari semula ’A <
A dan ’B < B

Akibatnya batang AB melentur, timbul A


dan B (gambar a.) Bila harga MAB dan MBA sedemikian
sehingga A = 0 dan B = 0 maka disebut
sebagai Fixed End Momen (FEM) atau
Momen Primer.
• Besarnya FEM sama dengan
momen jepit (momen reaksi)
dengan tanda atau arah yang
berlawanan. Dengan kata lain,
momen jepit atau momen reaksi
merupakan kebalikan dari FEM.
• FEM biasanya digambarkan
melengkung ke luar pada bagian
dalam ujung batang dengan arah
tertentu sesuai dengan
pembebanan.
• Arah FEM ditentukan berdasarkan
kecenderungan melenturnya
batang, seolah-olah batang akan
patah akibat momen yang bekerja
di ujung batang.
• Di lain pihak, momen jepit (momen
reaksi) merupakan kebalikan dari
FEM, disebut juga sebagai momen Pada tumpuan jepit akibat beban luar menimbulkan
perlawanan FEM, sedangkan pada tumpuan sendi tidak
menimbulkan FEM (karakteristik perletakan sendi).
PERJANJIAN TANDA
• Tanda Positif : menyebabkan batang berputar searah jarum jam.
• Tanda Negatif : menyebabkan batang berputar berlawanan arah
jarum jam.
a b

a 

P  b  L2  b 2  a 
1  M 1L 2 M 2 L 1 
  L  L
6EIL EIL  2 3 2 3 

M 1L M 2 L
a  
3EI 6 EI

b 

P  a  L2  a 2  b 
M 1L M 2 L

6EIL 6 EI 3EI
 a  a 
 
P  b  L2  b 2 M1L M 2 L
  (1)
6EIL 3EI 6EI

 b  b 
 
P  a  L2  a 2 M1L M 2 L
  (2)
a b 6EIL 6EI 3EI

Pers. 1 - ½ Pers.2
  
3M1L P  b  L2  b 2 P  a  L2  a 2
 

12 6L 12L
3M 1L P  a  b  L  b  P  a  bL  a 
 
12 6L 12 L
3M 1L P  a  b
 2L  2b  L  a   P  a  b 2b  L  a 
12 12 L 12 L

P  a  b2
M1  2
L
Rangkuman Momen Ujung Terjepit (FEM)
P1 P2
M1 P  a b P  b  a2
M2   2
2
M2
M1  
L2 L
a1 b1
a2 b2

q x2
M q 1 2 2 1 4
M 2
Lx  x
2L 2 4 x1
a b
3E I 
∆ M
L2
M
L
FEM Balok akibat beban terpusat
FEM Balok akibat beban terbagi merata
B. Metode Slope Deflection
(Aplikasi pada Balok Menerus)
Sub Topik Bahasan
• Analisis balok statis tak tentu dengan metode
slope deflection
• Reaksi yang timbul pada balok statis tak tentu
akibat penurunan perletakan dengan metode
slope deflection
Suatu struktur dengan kelebihan reaksi Deflections in Beams
disebut sebagai struktur statis tak tentu.
Derajat ketidaktentuan statis ditunjukkan
dengan jumlah kelebihan reaksi pada
struktur.

Karena jumlah persamaan statika pada Perhitungan deformasi elastis dari


struktur statis tak tentu lebih sedikit dari struktur-struktur, baik deformasi linier
jumlah reaksi perletakan yang harus dicari dari titik-titik maupun deformasi
maka reaksi perletakan pada struktur rotasional dari garis (lereng) dari
statis tak tentu tak dapat hanya kedudukan semula sangat penting
diselesaikan dengan persamaan statika. dalam analisis, perencanaan dan
konstruksi dari struktur-stuktur

Yang terpenting , analisis tegangan


untuk struktur statis tak tentu
Untuk ini diperlukan persamaan sebagian besar didasarkan pada
tambahan utk penyelesaiannya yaitu : suatu evaluasi dari deformasi
“Persamaan Deformasi” baik pada elastisnya di bawah pembebanan.
tumpuan maupun pada sambungan
Persamaan Deformasi pada Tumpuan
Persamaan Deformasi pada Tumpuan

θBA
θBC
C
A B

θBA = θBC
Diagram Lendutan dan Kurva Elastis
• Contoh kurva elastis:

26
Diagram Lendutan dan Kurva Elastis
Degrees of Fredom (DOF)

Perpindahan (displacement) merupakan variabel utama yang tak diketahui, disebut


pula sebagai derajat kebebasan (degree of freedom)
Jumlah Degree of Freedom yang dimiliki suatu struktur sering juga disebutkan
sebagai derajat ketidaktentuan kinematik
Perpindahan yang dimaksud selain lendutan dapat pula berupa sudut rotasi pada
suatu titik
Selanjutnya disusun pula
persamaan kompatibilitas
untuk mendapatkan
perpindahan dari titik-titik
kumpul, dan kemudian
dapat digunakan untuk
menghitung reaksi
tumpuan
Pada metode Slope Deflection,
persamaan simultan akan disusun
dengan variabel deformasi ujung.

Untuk itu, momen ujung dinyatakan


dalam deformasi ujung dengan
persamaan Slope Deflection.

Jika bentang IJ merupakan jepit sempurna pada


ujung-ujungnya, maka perputaran sudut / slope
garis elastis pada kedua ujungnya sama dengan
nol.

Beban luar yang ada menghasilkan “Fixed End


Moment (FEM) / Momen Primer “

Joint “I” dan “J” pada kenyataannya tidak “Fixed”


atau tidak sepernuhnya jepit, tetapi akan berputar Slope Deflection merupakan sebuah persamaan
akibat adanya beban luar dan secara umum akan yang menghubungkan antara sudut rotasi (slope)
berbentuk seperti gambar disamping dan lendutan (deflection) dengan beban yang
bekerja pada struktur
Perhatikan balok IJ yang merupakan
bagian dari struktur balok menerus
dengan beban sembarang sebesar w dan
P. dan memiliki kekakuan seragam
sebesar EI.
Selanjutnya akan dicari hubungan antara
momen ujung MIJ dan MJI dengan sudut
rotasi θi dan θj serta lendutan ∆ yang
mengakibatkan penurunan pada tumpuan
J.
Sesuai dengan perjanjian tanda yang
dipakai, maka momen dan sudut rotasi
bernilai positif apabila memiliki arah putar
searah jarum jam, bernilai negatif apabila
memiliki arah putar berlawanan arah
jarum jam
Lendutan ∆ dianggap bernilai positif
apabila mengakibatkan balok berputar
sebesar sudut y searah jarum jam.
1  M ij  L  2 L  1  M ji  L  1 L
2  EI  3 2  EI  3
i 
L

i 
L
2M ij  M ji 
6 EI
θj
θi 1  M ji  L  2 L  1  M ij  L  1 L
2  EI  3 2  EI  3
j 
L
j 
L
2M ji  M ij 
6 EI

Jika terdapat perpindahan relatif pada ujung-


ujungnya (Δ), maka :

i 
L
2M ij  M ji  
6 EI Dengan: 
L
j 
L
2M ji  M ij 
6 EI
Penyelesaian persamaan diatas menghasilkan :

M ij  2 EK 2i   j  3  I
K
M ji  2 EK i  2 j  3 
Dengan:
L

Momen diatas akibat adanya perputaran sudut / slope (θ) dan


adanya perpindahan relatif pada ujung-ujungnya (ψ)

Pada kenyataannya perpindahan yang terjadi, baik berupa sudut


rotasi maupun lendutan pada balok terjadi bukan disebabkan
θj oleh momen pada titik tersebut, namun disebabkan oleh beban
luar yang bekerja pada bentangan balok.
θi
Supaya beban luar tersebut dapat diakomodasi dalam
persamaan slope – deflection, maka beban luar tersebut harus
ditransformasi menjadi momen ekuivalen yang bekerja pada
titik ujung balok.

Momen akhir adalah momen akibat “slope” dan


“deflection” ditambah momen primer (FEM)

M ij  2 EK 2i   j  3   FEM ij

M ji  2 EK i  2 j  3   FEM ji
Langkah – langkah Penyelesaian dengan Metode Slope Deflection

1. Tentukan derajat kinematis struktur, yaitu jumlah deformasi titik


buhul yang mungkin terjadi (n)
2. Hitung momen primer (FEM) tiap batang akibat beban luar
3. Terapkan persamaan slope deflection pada tiap batang untuk
menyatakan momen ujung
4. Dengan memperhatikan pertemuan titik buhul, susun n–buah
persamaan keseimbangan dengan variabel deformasi titik buhul
5. Selesaikan persamaan simultan dengan solusi semua variabel titik
buhul
6. Hitung kembali momen ujung batang dengan persamaan slope
deflection dalam variabel yang telah didapat
7. Cari reaksi balok sederhana tiap batang akibat beban dan momen
ujung
8. Hitung dan gambar diagram momen dan gaya lintang tiap batang
9. Gabung diagram momen dan gaya lintang tiap batang menjadi
diagram momen dan gaya lintang struktur
Contoh Soal

10 T Gambarkan BMD, SFD, dan


4 t/m Deformasi pada struktur
disamping
A B C
A 5m 2m 2m

Penyelesaian :
Deformasi yang variabel adalah rotasi di B (satu derajat ketidaktentuan kinematis)

FEM pada batang


1 10.2.22
FEM AB    4  52  8,33 t.m FEM BC    5 tm
12 4 2
1 10.2.22
FEM BA    4  52  8,33 t.m FEM CB    5 tm
12 4 2
 A  C    0

Persamaan Slope Deflection pada batang

M AB  2 EK 2 A   B  3   FEM AB  2.0   B  0  8,33   B  8,33


2 EI 2 EI
5 5

M BA  2 EK  A  2 B  3   FEM BA  0  2. B  0  8,33  4EI  B  8,33


2 EI
5 5

M BC  2 EK 2 B  C  3   FEM BC  2. B  0  0  5  4EI  B  5


2 EI
4 4

M CB  2 EK  B  2C  3   FEM CB   B  2.0  0  5  2EI  B  5


2 EI
4 4
Persamaan keseimbangan momen di B

M B  M BA  M BC  0  4 EI
  B  8,33
  4 EI

   B  5

0
 5   4 
EI B  1,85
Momen Akhir / momen ujung :
2 EI 2(1,85)
M AB   B  8,33   8,33  9,07 tm
5 5
4 EI 4 1,85
M BA   B  8,33   8,33  6,85 tm
5 5
4 EI 4(1,85)
M BC  B  5   5  6,85 tm
4 4
2 EI 2(1,85)
M CB  B  5   5  4,075 tm
4 4
Reaksi BALOK
Balok AB
MAB MBA  5   9,07  6,85 
VAB   4      10,444 T
2   5 
 5   9,07  6,85 
VAB VBA VBA   4      9,556 T
2   5 

Persamaan momen AB 10,444


SFD
m  10,444  x  9,07  2  x 2
+
x = 2,61 -
Maksimum , untuk x = 2,61 m, maka m
9,556
= 4,55 tm

-9,07
-6,85
-
+ BMD
4,55
Reaksi BALOK
Balok BC
MBC 10 T MCB  6,85  4,075 
VBC  5     5,693 T
 4 
 6,85  4,075 
VBC VCB VCB  5     4,307 T
 4 

Momen maksimum = 6,85 - (5,693 .2)= 4,538 tm

5,693 -6,85

+ SFD

- + BMD
4,307
4,538
10,60
5,693
+ + SFD
-
x = 2,66 - 4,307
9,396

-9,87 -6,85

- BMD
+ +
4,185 4,538

NFD
P
q

B C
A L1 L2 L3

MAB = 0

M AB  2EK 2 A  B  3   FEM AB Pers. 1

M BA  2EK  A  2B  3   FEMBA Pers. 2

0  2EK 2 A  B  3   FEM AB


2M BA  2EK 2 A  4B  6   2FEM BA

2M BA  2EK 3B  3   2FEM BA  FEM AB

M BA  EK 3 B  3   FEM BA  FEM AB


1
2

M BA  3EK  B    FEM BA  FEM AB


1
Pers. 3
2
Jika pada ujung batang ditumpu oleh
Sendi atau Rol, maka persamaan momen
akhir dapat menggunakan :
P
q

B C
A L1 L2 L3

MAB = 0

  1
M BA  3EK  B   FEM BA  FEM AB Rumus disamping digunakan dengan anggapan
balok AB dianggap tumpuannya jepit-jepit
2

M BA  3EK B    FEM BA Rumus disamping digunakan dengan anggapan


balok AB dianggap tumpuan di A adalah sendi
& tumpuan di B adalah JEPIT

1
M1  M 2  q  L2
12
Contoh Soal

20 K
2 k/ft
A B C D
25 ft 25 ft 15 ft 10 ft

EI Konstan

Gambarkan BMD, SFD, dan Deformasi pada struktur diatas

Penyelesaian :
Deformasi yang variabel adalah rotasi di B dan C (dua derajat ketidaktentuan
kinematis) .
FEM pada batang

1 Anggapan balok AB ditumpu jepit di B dan


FEM BA    2  252  156 ,25 k. ft
8 sendi di A
1
FEM BC    2  252  104,17 k. ft
12 Anggapan balok BC ditumpu jepit-jepit
1
FEM CB    2  252  104,17 k. ft
12

FEM CD  

20 10  252  102 84 k. ft
Anggapan balok CD ditumpu jepit di C
2  25 2 dan ROL di D
 0
Persamaan Slope Deflection pada batang
Dalam soal ini, L untuk semua batang mempunyai panjang yang sama
Nilai EI konstan, sehingga nilai EK dapat dihilangkan.

M AB  0 dan M DC  0

M BA  3EK B    FEMBA  3 B 156,25 k. ft


Anggapan balok AB ditumpu jepit di
B dan sendi di A

M BC  2EK 2 B  C  3   FEM BC  4. B  2.C  104,17 k. ft

M CB  2EK  B  2C  3   FEMCB  2 B  4.C   104,17 k. ft


M CD  3EK C    FEM CD  3C  84 k. ft
Anggapan balok CD ditumpu jepit di
C dan rol di D

M DC  0
Persamaan keseimbangan momen di B

M B  M BA  M BC  0 3 B  156,25  4 B  2C 104,17  0


7 B  2C  52,08 Pers. 1

Persamaan keseimbangan momen di C

M C  M CB  M CD  0 2 B  4C  104,17  3C  84  0


2 B  7C  20,17 Pers. 2
Dari Pers. 1 dan 2 diperoleh : B  7,2
C  0,8
Momen Akhir / momen ujung :

M AB  0
M BA  3 B 156,25  3  7,2 156,25  134,65 k. ft
M BC  4. B  2.C  104,17  4.  7,2  2.  0,8 104,17  134,57 k. ft
M CB  2 B  4.C   104,17  2  7,2  4.  0,8  104,17  86,57 k. ft
M CD  3  0,8  84  86,4 k. ft
M DC  0
Reaksi BALOK
Balok AB

1   0  134,65 
MAB = 0 VAB   2  25      19,614 Kip
MBA 2   25 
1   0  134,65 
VBA   2  25      30,386 Kip
VAB VBA 2   25 

Persamaan momen AB 19,614


SFD
+
m  19,614  x  x 2
x -
Maksimum , untuk x = 9,807 ft, maka
m = 96,177 k.ft 30,386

-134,65
-
+ BMD
96,177
Reaksi BALOK
Balok BC

1   134,57  86,57 
MBC VBC   2  25      26,92 Kip
MCB 2   25 
1   134,57  86,57 
VCB   2  25      23,08 Kip
VBC VCB 2   25 

26,92
Persamaan momen CB SFD
+
m  26,92  x  134,57  x 2
x -
Maksimum , untuk x = 13,46 ft, maka 23,08
m = 46,6016 k.ft
-134,57
-86,57
-
+ BMD
46,6016
Reaksi BALOK
Balok CD
 86,4  0 
VCD  8     11,456 Kip
MCD 20 K MDC =0  25 
 86,4  0 
VDC  12     8,544 Kip
 25 
VCD VDC
11,456

Momen maksimum = + SFD


(11,456 .15) – 86,4 = 85,44 k.ft
-
8,544

-86,4

+ BMD
85,44
SFD
11,456
19,614 26,92
+ +
+
- - -
x x
23,08 8,544
30,386

BMD
-134,65
-134,57 -86,57 -86,4
- -
+ + +
85,44
96,177 46,6016
NFD

DEFORMASI

θB θC
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Alam Nasyrah: 5-6)

Anda mungkin juga menyukai