Anda di halaman 1dari 29

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PERENCANAAN TURAP

PENGAMAN TEBING SUNGAI


BELAKANG MESJID BAITUL RIDWAN DESA PABAUNGAN HILIR
KABUPATEN TAPIN

Disusun oleh :
NOOR AZIZAH
NPM. 17640057

Dosen Pembimbing :
HENDRA CAHYADI, ST.,MT
NIP/NIK. 197710112005011001

PROGRAM STUDI (S1) TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb .

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan ini yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “PENGENDALIAN BIAYA
DAN WAKTU PERENCANAAN TURAP PENGAMAN TEBING SUGAI BELAKANG
MESJID BAITUL RIDWAN DESA PABAUNGAN HILIR KABUPATEN TAPIN”. Tak
lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah
berhasil memperjuangkan agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para
sahabatnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Prof.


Abd. Malik, S.Pt, M.Si, Ph.D
2. Bapak Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjari, Dr. Ir. Muhammad Marsudi, M.Sc
3. Ibu Ketua Program Studi (S-1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam
Muhammad Arsyad Al Banjari, Eka Purnamasari,ST, MT
4. Bapak Sekretaris Program Studi (S-1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam
Muhammad Arsyad Al Banjari, Hendra Cahyadi, ST, MT
5. Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Metode Penelitian Hendra Cahyadi, ST, MT
6. Ayah, Ibu, dan Istri tercinta yang telah memberikan dukungan moril, doa dan kasih
sayang.
7. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, mungkin masih terdapat banyak kekurangan dalam Laporan Proposal ini .
Karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat saya. Semoga Laporan
Proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya

Wassalamualaikum Wr, Wb .

ii
Banjarmasin, Januari 2021

Noor Azizah
17640057

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tinjauan Penelitian..............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Turap.....................................................................................................
2.2.1 Fungsi Turap..............................................................................................
2.2.2 Jenis-Jenis Turap........................................................................................
2.2 Proyek dan Manajemen Proyek..........................................................................
2.3 Pengendalian Biaya.............................................................................................
2.4 Pengendalian Waktu...........................................................................................
2.5 Laporan Kemajuan Pekerjaan.............................................................................
2.6 Kurva Pengendalian (Kurva S)...........................................................................
2.7 Bar Charts...........................................................................................................
2.8 Perkiraan Kurun Waktu......................................................................................
2.9 Perhitungan Crashing Program...........................................................................
2.9.1 Penambahan 4 Jam Kerja (Lembur)...........................................................
2.9.2 Penambahan 7 Jam Kerja (Lembur)...........................................................
2.10 Penjadwalan Proyek...........................................................................................
2.11 CPM ( Critical Path Method).............................................................................
2.12 PERT..................................................................................................................
2.13 Penelitian Terdahulu..........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................................

iv
3.1.1 Variabel Penelitian.....................................................................................
3.1.2 Definisi Operasional..................................................................................
3.2 Lokasi Penelitian..................................................................................................
3.2.1 Tahap Persiapan.........................................................................................
3.3 Jenis dan Sumber Data.........................................................................................
3.3.1 Jenis Data...................................................................................................
3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................................
3.4.1 Metode Analisis.........................................................................................
3.4.2 Metode PERT.............................................................................................
3.4.3 Metode CPM..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterlambatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dapat diatasi dengan melakukan
percepatan dalam pelaksanaannya agar dapat mencapai target rencana. Namun dalam
mempercepat pelaksanaan pekerjaan harus memperhatikan faktor pembiayaan sehingga hasil
yang diharapkan yaitu biaya minimum tanpa mengabaikan mutu sesuai standar yang
diinginkan. Hal yang dilakukan untuk mengatasi keterlambatan waktu proyek yaitu dengan
melakukan penambahan tenaga kerja, penambahan shift pekerjaan, penambahan jam kerja,
ataupun penggunaan alat bantu yang lebih produktif. Dalam mengatasi keterlambatan proyek
tersebut adalah waktu penyelesaian proyek dan biaya pekerja pada proyek dan aktivitas
pendukungnya mempunyai hubungan yang erat karena hal tersebut sangat menentukan
keberhasilan suatu proyek.
Percepatan durasi memang perlu dilakukan, mengingat ada beberapa proyek yang
tidak boleh terlambat dan tidak bisa ditunda. Agar proyek tersebut dapat segera digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Dalam pelaksanaan percepatan durasi, biaya yang harus
dikeluarkan terlampau mahal. Misalnya bangunan yang akan segera digunakan untuk
pembangunan sekolah/universitas, gedung olahraga, pembangunan mall, perbaikan jalan atau
pembuatan jalan menjelang Hari Raya/Tahun Baru.
Penambahan peralatan dan perubahan metode pelaksanaan dapat memperpendek
waktu pelaksanaan proyek, akan tetapi dilain sisi biaya pelaksanaan proyek akan meningkat.
Dengan adanya keterbatasan tenaga kerja maka solusi yang biasa digunakan untuk
menunjang percepatan aktivitas adalah dengan penambahan jam kerja dan penambahan
tenaga kerja sehingga berpengaruh pada biaya total proyek. Dalam hal ini perlu dipelajari
tentang jaringan kerja yang ada serta hubungan antara waktu dan biaya. Hal tersebut disebut
sebagai analisis pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off analysis) (Rani, 2014, p.2).
Turap adalah banguan sipil penahan tanah yang berfungsi untuk menjaga kestabilan
tanah di sungai atau lereng agar tidak terjadi longsor pada daerah tersebut. Bangunan turap
selain di gunakan untuk menjaga kestabilan tanah juga sebagai perlindungan dari bencana
tanah longsor dan dapat dijadikan nilai estetika untuk memperindah lingkungan sekitar.
Pelaksanaan pembangunan turap, perhitungan kestabilan dan factor keselamatan harus
benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan fatal yaitu kerugian materi dan bahkan

1
2

korban jiwa. Pembangunan turap diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya bencana
alam seperti tanah longsor yang terjadi dimusim penghujan.
Pada penelitian ini, saya melakukan penelitian pada proyek Pembuatan Turap
Pengaman Tebing Sungai Belakang Mesjid Baitul Ridwan yang bertempat di Desa
Pabaungan Hilir Kecamatan Candi Laras Selatan Kabupaten Tapin. Dengan anggran biaya
Rp. 2.976.691.000,00 dengan masa pelaksanaan 105 hari kalender.
Permasalahan pada proyek tersebut dipilih karena pada proyek turap tersebut
memiliki kendala keterlambatan dalam pelaksanaannya, karena sering nya terjadi hujan besar
di daerah tersebut rata-rata hampir setiap hari terjadinya hujan. Yang mengakibatkan air
sungai naik dan terjadinya longsor pada turap menghambat dan memperlambat
pengerjaannya.
Berdasarkan hal tersebut saya mengambil judul :
Pengendalian Biaya Dan Waktu Perencanaan Turap Pengaman Tebing Sungai Belakang
Mesjid Baitul Ridwan Desa Pabaungan Hilir Kabupaten Tapin.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Berapa waktu optimal dalam percepatan durasi proyek Turap Pengaman Tebing
Sungai Belakang Mesjid Baitul Ridwan Desa Pabaungan Hilir Kabupaten Tapin?
2. Berapa biaya yang dibutuhkan akibat percepatan durasi Turap Pengaman Tebing
Sungai Belakang Mesjid Baitul Ridwan Desa Pabaungan Hilir Kabupaten Tapin?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mendapatkan waktu optimal setelah dilakukan percepatan durasi proyek Turap
Pengaman Tebing Sungai Belakang Mesjid Baitul Ridwan Desa Pabaungan Hilir
Kabupaten Tapin
2. Mendapatkan biaya yang dibutuhkan akibat percepatan durasi Turap Pengaman
Tebing Sungai Belakang Mesjid Baitul Ridwan Desa Pabaungan Hilir Kabupaten
Tapin

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis perbandingan percepatan proyek dengan penambahan jam kerja.
2. Digunakan sebagai salah satu bahan pembelajaran yang memberikan tambahan
pengetahuan mengenai analisis pertukaran waktu dan biaya bagi yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUTAKA

2.1. Definisi Turap


Turap adalah konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah untuk mencegah
terjadinya kelongsoran dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya. Konstruksi
dinding turap terdiri dari beberapa lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, serta
membentuk formasi dinding menerus vertikal yang berguna untuk menahan timbunan tanah
atau tanah yang berlereng. Turap terdiri dari bagian yang dibuat terlebih dahulu
(prefabricated) atau dicetak terlebih dahulu (pre-cast). (Sri Respati, 1995)

2.1.1 Fungsi Turap


Fungsi turap adalah ;
a. Struktur penahan tanah, misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
b. Struktur penahan tanah pada galian
c. Struktur penahan tanah yang berlereng atau curam agar tanah tersebut tidak longsor
d. Konstruksi bangunan yang ringan, saat kondisi tanah kurang mampu untuk
mendukung dinding penahan tanah

2.1.2 Jenis – jenis Turap


a. Turap Kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi, karena
tidak kuat menahan beban lateral yang besar. Turap ini tidak cocok digunakan pada
tanah berkerikil, karena turap cenderung pecah bila dipancang. Bila turap kayu
digunakan untuk bangunan permanen yang berada di atas muka air, maka perlu
diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk. Turap kayu banyak digunakan
pada pekerjaaan-pekerjaan sementara, misalnya untuk penahan tebing galian.
b. Turap Beton
Turap beton merupakan balok-balok yang telah di cetak sebelum dipasang dengan
bentuk tertentu. Balok-balok turap dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing-
masing balok, kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang bekerja pada turap,
juga terhadap bebanbeban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung
bawah turap biasanya dibentuk meruncing untuk memudahkan pemancangan. Turap
beton biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada detaildetail konstruksi
yang agak sulit

3
4

c. Turap Baja
Turap baja adalah jenis paling umum yang digunakan, baik digunakan untuk
bangunan permanen atau ssementara karena beberapa sifatsifatnya sebagai berikut:
1. Tahan terhadap tegangan dorong tinggi yang dikembangkan di dalam bahan
keras atau bahan batuan
2. Mempunyai berat relatif yang tinggi
3. Dapat dipakai berulang-ulang
4. Umur pemakaiannya cukup panjang baik di atas maupun di bawah air dengan
perlindungan sederhana menurut NBS (1962) yang meringkaskan data tentang
sejumlah tiang pancang yang diperiksa setelah pemakaian yang berlangsung
lama
5. Mudah menambah panjag tiang pancang dengan mengelas maupun dengan
memasang baut
6. Sambungan-sambungan sangat sedikit mengalami deformasi bila di desak
penuh dengan tanah dan batuan selama pemancangan.

2.2 Proyek dan Manajemen Proyek


Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat sementara yang sudah ditetapkan
awal pekerjaannya dan waktu selesainya. Menurut Nurhayati (2010), sebuah proyek
merupakan suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi dengan waktu, anggara,
resources, dan spesifikasi performasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahun (knowledges), keterampilan (skills), alat
(tools), dan teknik (techniques) dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan
proyek. Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integritas tahapan proses
manajemen proyek yaitu initialling, planning, executing, monitoring, dan controlling serta
akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek
dibatasi oleh kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut dengan segitiga
project constraint yaitu biaya, waktu dan mutu. Dimana keseimbangan ketiga konstrain
tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu factor tersebut akan
mempengaruhinya setidaknya satu factor lainnya. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan
yang baik sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan (Santosa,
2013).
Manajemen proyek dianggap sukses jika bias mencapai tujuan yang diinginkan dengan
memenuhi syarat berikut :

4
5

a. Dalam waktu yang dialokasikan


b. Dalam biaya yang digunakan
c. Pada performasi atau spesifikasi yang ditentukan
d. Diterima customer
e. Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui
f. Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
g. Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan
Proyek yang digunakan sebagai objek penelitian juga merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber daya yang tersedia.
Sehingga dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan jadwal, waktu, dan anggaran yang telah
ditetapkan.

2.3 Pengendalian Biaya


Pegendalian biaya merupakan akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu agar
penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah
ditetapkan. Dengan ini, aspek dan objek pengendalian biaya akan sama dengan perencanaan
biaya, sehingga kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan
agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan. Agar suatu
pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai
masalah teknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan yang
bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain :
1. Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari
dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya.
2. Selalu mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan biaya.
Proses pengendalian biaya proyek dimulai pada saat membuat RAPK (Rencana
Anggaran Proyek Pengendali ) dan contract review ( Kaji Ulang Kontrak ) hingga proses fisik
proyek mencapai akhir pelaksanaan. Sebagai salah satu alat pengendalian adalah berupa
laporan keuangan proyek atau Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek (EBPP). EBPP ini memuat
informasi atau laporan tentang anggaran biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan
anggaran biaya dilapangan sampai kemajuan pekerjaan tetentu dan proyeksi biaya sampai
penyelesaian proyek atau disebut Projected Final Cost ( PFC ).

5
6

2.4 Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk mengetahui waktu pelaksanaan sesuai
dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini bertujuan
agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan
untuk mengetahui kemajuan pekerjaan. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu jadwal pelaksanaan seperti Bar Chat Schedule,
kurva S sebagai indikator terlambat tidaknya proyek dan formulir – formulir pengendalian
jadwal yang lebih rinci, masing – masing untuk bahan, alat maupun subkontraktor.

2.5 Laporan Kemajuan Pekerjaan


Seiring dengan adanya kemajuan ( progress ) pada setiap pekerjaan, untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dibuat dalam suatu laporan.
Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan,
termasuk didalamnya :
1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama.
2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.
3. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.
4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian
sasaran proyek.
Sistem informasi ( laporan ) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan
dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil dari kegiatan perencanaan,
pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada
bulan yang bersangkutan.

2.6 Kurva Pengendalian (Kurva S)


Kurva Pengendalian Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan mudah dalam
penggunaannya untuk berbagai tujuan, termasuk pembandingan visual antara dan kemajuan
aktual. Kurva S dipakai untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya
serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja, pembandingan kinerja
aktual atau anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan. Kurva
kemajuan secara grafis dapat memberikan berbagai macam ukuran kemajuan pada sumbu
tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Tolak ukur kemajuan dapat
berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan,
jumlah kuantitas atau volume pekerjaan. Kurva S rangkap ini membentuk semacam

6
7

pembungkus. Jika pelaksanaan yang sebenarnya berada dalam daerah pembungkus, maka
sasaran proyek besar kemungkinannya dapat tercapai. Jika pelaksanaan sebenarnya berada
dalam lingkungan pembungkus itu maka sasaran proyek besar kemungkinan akan dapat
tercapai. Bila pelaksanaan sebenarnya berada di bawah rencana memulai lambat maka proyek
umumnya tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya jika tidak diadakan revisi.
Untuk mencegah sampai adanya kurva pelaksanaan berada di bawah rencana mulai paling
lambat maka pada setiap unit waktu tertentu disajikan kecenderungan arah kemiringan kurva
(trend). Pada kurun waktu tertentu, bila trend kurva naik berarti kinerja pelaksanaan proyek
baik. Kondisi yang demikian berakibat hasil yang dicapai lebih besar dari yang direncanakan.
Tetapi ada kalanya trend kurva mendatar atau bahkan turun. Gejala ini jika terus berlanjut
berakibat kurva berada di bawah mulai paling lambat. Ini berarti prestasi kerja yang dicapai
lebih rendah dari yang direncanakan.
Dengan mengetahui trend kurva pengendalian pihak pengawas dapat memberikan saran
atau peringatan kepada pihak pelaksana proyek. Penggunaan grafik ‘S’ dilihat dalam hal-hal
berikut :
1. Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan.
2. Penggunaan sama dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit pekerjaan atau
elemen- elemennya.
3. Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis prosentase (%)
penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-orang untuk menyiapkan rancangan, produksi
gambar, menyusun pengajuan pembelian terhadap waktu.
4. Pada kegiatan kontruksi, yaitu untuk menganalisa pemakaian tenaga kerja atau jam-
orang dan untuk menganalisa prosentase (%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang
diukur dalam unit versus waktu. Grafik “S” sangat berfaedah untuk dipakai sebagai
bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek maupun pimpinan perusahaan karena
grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek maupun pimpinan
perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek.

2.7 Bar Charts


Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram batang (bar
charts) atau Gant charts. Bar charts digunakan dalam proyek konstruksi karena sederhana,
mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Bar charts adalah serangkaian daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal.
Kolom horizontal menunjukan skala waktu, saat mulai dan akhir sebuah kegiatan dapat

7
8

terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram
batang. Proses Penyusunan Diagram Batang :
 Daftar Item Kegiatan
Yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana pelaksanaan
pembangunan.
 Urutan Pekerjaan
Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, dan tidak
mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang
dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan berakhir. Waktu
pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap item kegiatan.

2.8 Perkiraan Kurun Waktu (Durasi)


Setelah terbentuk jaringan kerja, tiap-tiap komponen kegiatan diberikan perkiraan
kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, juga
perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.
Durasi suatu aktifitas adalah panjangnya waktu pekerjaan mulai dari start sampai finis.
Ada 2 pendekatan dalam menentukan durasi aktifitas, yaitu :
1. Pendekatan Teknik, meliputi memeriksa persediaan sumber daya (a), mancatat
produktivitas sumber daya (b), memeriksa kuantitas pekerjaan (c), kemudian
menentukan durasi [(c/a)xb].
2. Pendekatan praktek, meliputi pengalamandan keputusan.

2.9 Perhitungan Crashing Program


Perhitungan Crashing Program Untuk mempercepat durasi penyelesaian proyek, maka
diadakan percepatan pekerjaan pada kegiatan kritis. Pada tugas akhir ini dilakukan percepatan
durasi proyek dengan menggunakan penambahan jam kerja (lembur) ,dengan dua shif yaitu 4
jam kerja (lembur) dan 7 jam keja (lembur).

2.9.1 Penambahan 4 Jam Kerja (Lembur)


Rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan
dengan alternatif penambahan jam kerja (lembur) adalah :

8
9

1. Waktu kerja normal adalah 8 jam kerja per hari (08.00 – 17.00) dengan 1 jam
istirahat (12.00 – 13.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu
kerja normal selama 4 jam per hari (18.30 – 22.30). Dalam seminggu hanya
dilakukan 6 hari kerja, yaitu Senin – Sabtu.
2. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 11 (Anonim, 2004)
diperhitungkan sebagai berikut :
a. Untuk 1 jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah kerja lembur
sebesar 1,5 kali upah sejam.
b. Untuk setiap jam kerja berikutnya, harus dibayar upah kerja lembur
sebesar 2 kali upah sejam.
3. Produktifitas untuk 4 jam kerja lembur diperhitungkan sebesar 60% dari
produktifitas normal (Soeharto, Iman, 1999).

a. Crash Duration
Langkah-langkah dalam menghitung crash duration :
a. Menghitung produktifitas harian
Volume pekerjaan
produktifitas harian =
Durasi Normal

b. Menghitung produktifitas per jam

produktifitas per jam = ∏ .harian


Jam Kerja Normal Harian
Di mana :
Jam kerja normal harian = 8 jam

c. Menghitung produktifitas lembur


produktifitas lembur = jam kerja lembur x koef. Produktifitas x prod. Per jam
Di mana :
Jam kerja lembur per hari = 4 jam
Koefisien produktifitas = 60%

d. Menghitung produktifitas harian setelah di-crash


produktifitas harian setelah crash = prod.harian + prod.lembur

9
10

e. Menghitung crash duration


volume pekerjan
crash duration =
∏ . harian setelah crash

Hasil perhitungan produktifitas harian, produktifitas per jam, produktifitas


harian setelah di-crash dan crash duration.

b. Crash Cost

Upah tenaga kerja dalam proyek Penyelesaian Gedung Perawatan Obsgyn Dan
Anak (Dua Lantai) di kabupaten Morowali Utara:

 Mandor : Rp 97.600,00 /OH


 Kepala Tukang : Rp 117.100,00 /OH
 Tukang (kayu/besi/batu/cat/listrik/pipa) : Rp 97.600,00 /OH
 Pekerja : Rp 87.800,00 /OH

Langkah-langkah dalam menghitung Crash Cost:

a. Menghitung upah kerja harian normal

Upah kerja Harian Normal = Prod. Harian x Harga satuan upah kerja

b. Menghitung upah kerja per jam normal

Upah kerja per jam normal = Prod. Per jam x Harga satuan upah kerja

c. Menghitung upah kerja lembur per hari (4 jam kerja)

Upah kerja lembur per hari (4 jam) = (1,5 x upah sejam normal) + 3 x (2 x upah
sejam normal)

d. Menghitung Crash Cost tenaga kerja per hari

Crash cost tenaga kerja per hari = Upah harian + upah kerja lembur per hari
10
11

e. Menghitung Crash cost total

Crash cost total = Crash cost per hari x crash duration

c. Cost Slope

Cost slope dirumuskan sebagai berikut :

crash cost−normal cost


Cost slop =
normal duration−crash duration

2.9.2. Penambahan 7 Jam Kerja (Lembur)


Rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan
dengan alternatif penambahan jam kerja (lembur) adalah :
1. Waktu kerja normal adalah 8 jam kerja per hari (08.00 – 17.00) dengan 1 jam
istirahat (12.00 – 13.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu
kerja normal selama 7 jam per hari (18.30 – 01.30). Dalam seminggu hanya
dilakukan 6 hari kerja, yaitu Senin – Sabtu.
2. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 11 (Anonim, 2004)
diperhitungkan sebagai berikut : a. Untuk 1 jam kerja lembur pertama, harus
dibayar upah kerja lembur sebesar 1,5 kali upah sejam. b. Untuk setiap jam
kerja berikutnya, harus dibayar upah kerja lembur sebesar 2 kali upah sejam.
3. Produktifitas untuk 7 jam kerja lembur diperhitungkan sebesar 30% dari
produktifitas normal (Soeharto, Iman, 1999)

a. Crash Duration
Langkah-langkah dalam menghitung crash duration :
a. Menghitung produktifitas harian
Volume pekerjaan
produktifitas harian =
Durasi Normal

b. Menghitung produktifitas per jam

produktifitas per jam = ∏ .harian


Jam Kerja Normal Harian

11
12

Di mana :
Jam kerja normal harian = 8 jam

c. Menghitung produktifitas lembur


produktifitas lembur = jam kerja lembur x koef. Produktifitas x prod. Per jam
Di mana :
Jam kerja lembur per hari = 4 jam
Koefisien produktifitas = 60%

d. Menghitung produktifitas harian setelah di-crash


produktifitas harian setelah crash = prod.harian + prod.lembur

e. Menghitung crash duration


volume pekerjan
crash duration =
∏ . harian setelah crash

Hasil perhitungan produktifitas harian, produktifitas per jam, produktifitas


harian setelah di-crash dan crash duration.

b. Crash Cost

Upah tenaga kerja dalam proyek Penyelesaian Gedung Perawatan Obsgyn Dan
Anak (Dua Lantai) di kabupaten Morowali Utara:

 Mandor : Rp 97.600,00 /OH


 Kepala Tukang : Rp 117.100,00 /OH
 Tukang (kayu/besi/batu/cat/listrik/pipa) : Rp 97.600,00 /OH
 Pekerja : Rp 87.800,00 /OH

Langkah-langkah dalam menghitung Crash Cost:

f. Menghitung upah kerja harian normal

Upah kerja Harian Normal = Prod. Harian x Harga satuan upah kerja

g. Menghitung upah kerja per jam normal


12
13

Upah kerja per jam normal = Prod. Per jam x Harga satuan upah kerja

h. Menghitung upah kerja lembur per hari (4 jam kerja)

Upah kerja lembur per hari (4 jam) = (1,5 x upah sejam normal) + 3 x (2 x upah
sejam normal)

i. Menghitung Crash Cost tenaga kerja per hari

Crash cost tenaga kerja per hari = Upah harian + upah kerja lembur per hari

j. Menghitung Crash cost total

Crash cost total = Crash cost per hari x crash duration

c. Cost Slope

Cost slope dirumuskan sebagai berikut :

crash cost−normal cost


Cost slop =
normal duration−crash duration

2.10 Penjadwalan Proyek


Penjadalan proyek merupakan salah satu hasil perencanaan yang dapat memberikan
informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya
berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan program
waktu untuk penyelesaian proyek. Penjadwalan atau schedulling adalah pengalokasian waktu
yang tersedia untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek
hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada
( Husen,2011).

2.11 Penelitian Terdahulu

Judul dan Nama Masalah Metode Hasil

Pengendalian Biaya Penyebab Salah satu metode Mempercepat waktu

13
14

Dan Waktu Pada keterlambatan yang percepatan durasi pelaksanaan proyek


Proyek Penyelesaian sering terjadi adalah yang dapat dan menganalisis
Gedung Perawatan akibat pengaruh digunakan adalah pengaruh waktu
Obsgyn Dan Anak cuaca, kurang metode pertukaran dapat dipersingkat
(Dua Lantai) memadainya waktu dan biaya atau dengan penambahan
kebutuhan pekerja, time cost trade off. biaya sehingga dapat
material ataupun diketahui percepatan
peralatan, kesalahan yang paling
perencana atau maksimum dan biaya
spesifikasi. yang paling
minimum.

2.12 CPM (Critical Path Method)


Dikutip dari Sandyavitri (2008, hal. 4), menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode
Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yaitu metode untuk merencanakan dan mengawasi
proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang
memakai prinsip pembentukan jaringan. CPM merupakan analisa jaringan kerja yang
berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu
penyelesaian total proyek yang bersangkutan.
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method -
CPM), yaitu metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek merupakan sistem yang
paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan
jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap
suatu proyek diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan
dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM adalah model manajemen
proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM
merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui
pengurangan atau percepatan waktu
penyelesaian total proyek yang bersangkutan.

2.13 PERT
PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah model
Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek
(Siswanto, 2007).

14
15

Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) adalah suatu metode yang
bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta
mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat
selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali
dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan.
Bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan
deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa
untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek
kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999).
Levin dan Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah perkiraan waktu
yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat dicapai, kemungkinan
terjadinya hanya satu kali dari 100, waktu pesimis adalah suatu perkiraan waktu yang lain
yang mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk dapat direalisasikan, kemungkinan
terjadinya juga hanya satu kali dalam 100, sedangkan waktu realistis atau waktu yang paling
mungkin adalah waktu yang berdasarkan pikiran estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya
dinyatakan oleh huruf a, waktu realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis dinyatakan oleh
huruf b.
Menurut Heizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi peluang
berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis , waktu
pesimis , dan waktu realistis.
Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka-angka a, m, dan b
dalam metode PERT, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam
menentukan angka estimasi, diantaranya :
a. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam hubungannya dengan
perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT.
b. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m, dan b bagi masing-masing kegiatan,
jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target kurun waktu penyelesaian
proyek.
c. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka data demikian
akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak membantu mendapatkan hasil
yang lebih meyakinkan.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Metode Penelitian merupakan cara yang dilakukan dalam proses penelitian yaitu
memperoleh fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati , dan matematis untuk mewujudkan
kebenaran (Ferdinand, 2006).

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel secara umum dibagi menjadi dua, yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen merupakan tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel dependen adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel waktu optimal proyek
sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya, yaitu durasi proyek,
hubungan ketergantungan antar kegiatan proyek, dan rencana

anggaran biaya.

3.1.2 Definisi Operasional

Dalam mempermudah proses penganalisaan maka tiap variabel akan didefinisikan


secara operasional. Definisi operasional merupakan sutu penjabaran variabel penelitian ke
dalam indikator yang terperinci.

Definisi operasional dari variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Waktu optimal proyek

16
Waktu dalam hal ini adalah lamanya sutu rangkaian ketika proses berlangsung. Waktu
optimal proyek adalah jumlah waktu penyelesaian proyek yang terbaik atau waktu
yang relatif singkat.
b. Durasi proyek
Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan proyek.
c. Hubungan ketergantungan antar kegiatan proyek
Hubungan ketergantungan antar kegiatan proyek terkait dengan kegiatan mana yang
harus didahulukan atau dikerjakan dan dapat dilihat pula bahwa suatu kegiatan belum
dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
d. Rencana anggaran biaya proyek

17
18

Biaya proyek adalah anggaran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek, dalam hal
ini merupakan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu
tertentu. Dalam mengerjakan suatu proyek, aspek biaya diperhitungkan dengan
membuat hubungan biaya dan waktu (duration). Biaya dalam hal ini hanya biaya
langsung saja, tidak termasuk biaya administrasi, supervisi dan lain-lain.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Turap Pengaman Tebing Sungai
Belakang Mesjid Baitul Ridwan Ds. Pabaungan Hilir Kec. Candi Laras Selatan.

3.2.1 Tahap Persiapan


Sebelum melakukan penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu maksud dan tujuan serta
ruang lingkup topik atau masalah yang akan dibahas. Adapun yang menjadi objek penelitian
dalam skripsi ini adalah Proyek Pembangunan Turap Pengaman Tebing Sungai Belakang
Mesjid Baitul Ridwan Ds. Pabaungan Hilir Kec. Candi Laras Selatan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini berupa :
a. Data Kualitatif, merupakan data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung, data
tidak dinyatakan dalam bentuk angka, tetapi diuraikan dengan cara memberikan
pengertian, penerangan, dan menafsirkan data yang diperoleh (Hadi, 1994).
Dalam penelitian ini diperlukan data mengenai kegiatan proyek dan hubungan
ketergantungan antar kegiatan. Hubungan ketergantungan sangat diperlukan karena
dengan diketahuinya hubungan ketergantungan ini maka kegiatan yang harus
didahulukan dapat dikerjakan dan dapat dijadikan dasar untuk melakukan kegiatan
selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu kegiatan belum dapat dimulai apabila
kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
b. Data Kuantitatif, yaitu data dengan menggunakan pengukuran-pengukuran dan
pembuktian-pembuktian, khususnya pengujian hipotesis yang dirumuskan
sebelumnya dengan menggunakan metode statistika untuk mengukur dan
membuktikan penelitian (Sugiyono, 1999).
19

Dalam penelitian data yang diperlukan adalah data mengenai waktu kegiatan,
jadwal pelaksanaan proyek, biaya proyek, data perkiraan kebutuhan tenaga kerja
proyek, dan data lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3.3.2 Sumber Data


Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan pada proyek pembangunan Pembuatan
Turap Pengaman Tebing Sungai Belakang Mesjid Bitul Ridwan ini mengambil bahan
penelitian dari schedule (jadwal) pelaksanaan proyek dan rencana anggaran biaya (RAB)
proyek. Data tersebut diperoleh dari kontraktor pelaksana.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, data yang dikumpulkan akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan
akurat. Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan terpercaya.
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara sebagai tehnik pencarian dan pengumpulan informasi dilakukan dengan
mendatangi secara langsung kepada para responden untuk dimintai keterangan
mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu kejadian, fakta, maupun
pendapat responden) (Subiyanto, 2000).
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas gejala-
gejala (fenomena) yang sedang diteliti (Soeratno dan Arsyad, 2008)
c. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, jurnal-
jurnal, internet, majalah, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
yang sedang dilakukan.

3.4.1 Metode Analisis


Keadaan yang dihadapi adalah adanya perbedaan umur pelaksanaan proyek dengan
umur rencana proyek yang telah ditetapkan. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek
daripada umur pelaksanaan proyek. Optimalisasi waktu dan biaya yang akan dilakukan
adalah mempercepat durasi proyek dengan penambahan biaya yang seminimal mungkin.
Salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dalam istilah asingnya adalah crashing.
Menurut Kusumah dan Wardhani (2008), terminologi proses crashing adalah dengan
20

mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian
proyek. Proses crashing dipusatkan pada kegiatan yang berada pada lintasan kritis.
Percepatan durasi dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang dilalui oleh lintasan
kritis. Ada beberapa cara untuk mempercepat suatu kegiatan, sehingga didapat alternatif
terbaik sesuai dengan kondisi kontraktor pelaksana.
Cara-cara tersebut misalnya :
a. Perubahan hubungan logika ketergantungan antar kegiatan
b. Menambah sumber daya manusia
c. Melaksanakan kerja lembur
d. Menambah atau mengganti peralatan
e. Menambah ketersediaan material
Hal tersebut tentunya akan menambah biaya. Penambahan biaya ini akan memberikan
suatu besaran perbedaan biaya akibat percepatan waktu sesuai dengan banyak waktu
percepatannya.
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan PERT dan CPM. Estimasi waktu penyelesaian suatu proyek dapat diketahui
dengan cara :
a. Single duration estimate atau perkiraan waktu (durasi) tunggal untuk setiap kegiatan
(pendekatan CPM)
b. Triple duration estimate, yaitu cara perkiraan waktu yang didasarkan atas tiga jenis
durasi waktu, yaitu waktu optimis (a), waktu pesimis (b), dan waktu realistis (m)
(pendekatan PERT).
Menurut Agustini dan Rahmadi (2004), prinsip penyusunan jaringan kerja pada
metode PERT dan CPM adalah sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara keduanya,
yaitu terletak pada konsep biaya yang dikandung CPM yang tidak ada di dalam metode
PERT.

3.4.2 Metode PERT


Dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan merupakan salah
satu kegiatan awal yang sangat penting karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar
bagi penyusunan jadwal, anggaran, kebutuhan sumber daya manusia, dan sumber organisasi
lainnya, serta dasar bagi proses pengendalian (Siswanto, 2007). Oleh karena itu, penentuan
waktu yang tidak akurat akan dapat mengganggu proses manajemen selanjutnya. Metode
PERT digunakan dalam penelitian ini karena PERT memegang peranan yang sangat penting
21

bukan hanya dalam hal peningkatan akurasi penentuan waktu kegiatan, tetapi juga dalam hal
pengkoordinasian dan pengendalian kegiatan-kegiatan. Digunakan asumsi bahwa waktu
penyelesaian kegiatan bervariasi dan bergantung pada banyak faktor. Dalam Heizer dan
Render (2006), PERT mengatasi masalah variabilitas waktu aktivitas saat melakukan
penjadwalan proyek. Menurut Handoko (1999), PERT bukan hanya berguna untuk proyek-
proyek raksasa yang memerlukan waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan
untuk memperbaiki efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran.

3.4.3 Metode CPM


Menurut Heizer dan render (2006), CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan
diketahui pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk tiap kegiatan. Pada CPM
dipakai cara “deterministik”, yaitu memakai satu angka estimasi. Jadi, disini kurun waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan dianggap diketahui, kemudian pada tahap berikutnya,
diadakan pengkajian lebih lanjut untuk memperpendek kurun waktu, misalnya dengan
menambah biaya atau time cost trade-off atau crash program. Menurut Soeharto (1999),
dalam menganalisis proses crashing digunakan asumsi berikut :
a. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam
menganalisis program mempersingkat waktu, alternatif yang akan dipilih tidak
dibatasi oleh tersedianya sumber daya.
b. Bila diinginkan waktu penyelesaian lebih cepat, maka sumber daya akan bertambah.
Sumber daya ini dapat berupa tenaga kerja, material peralatan, atau bentuk lainnya
yang dapat dinyatakan dalam sejumlah dana.
Sistematika dari proses penyusunan jaringan kerja (network) adalah
sebagai berikut (Soeharto, 1999) :
a. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan, memecahkannya
menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen
proyek.
b. Menyusun kembali komponen-komponen pada butir 1, menjadi mata rantai dengan
urutan yang sesuai logika ketergantungan.
c. Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan
dari penguraian lingkup proyek.
d. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja.
Untuk menentukan waktu penyelesaian proyek, maka harus diidentifikasi apa yang
disebut jalur kritis. Jalur ( path ) merupakan serangkaian aktivitas berhubungan yang bermula
22

dari node awal ke node penyelesaian/ akhir. Untuk menyelesaikan proyek, semua jalur harus
dilewati. Oleh karena itu, harus ditentukan jumlah waktu yang dibutuhkan berbagai jalur
tersebut. Jalur terpanjang yang melewati, menentukan total watu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek. Jika aktivitas pada jalur terpanjang itu ditunda, maka seluruh proyek
akan mengalami keterlambatan. Aktivitas jalur terpanjang merupakan aktivitas jalur kritis,
dan jalur terpanjang itu disebut jalur kritis.
Setelah jalur kritis diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan percepatan proyek.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan waktu percepatan dan menghitung biaya tambahan untuk percepatan
setiap kegiatan.
b. Mempercepat waktu penyelesaian proyek dengan mengutamakan kegiatan kritis yang
memiliki slope biaya terendah. Apabila upaya percepatan dilakukan pada aktivitas-
aktivitas yang tidak berada pada lintasan kritis, maka waktu penyelesaian keseluruhan
tidak akan berkurang.
c. Susun kembali jaringan kerjanya.
d. Ulangi langkah kedua dan berhenti melakukan upaya percepatan apabila terjadi
pertambahan lintasan kritis. Apabila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka
upaya percepatan dilakukan serentak pada semua aktivitas yang berada pada lintasan
kritis. Usahakan agar tidak terjadi penambahan atau pemindahan jalur kritis apabila
diadakan percepatan durasi pada salah satu kegiatan.
e. Upaya percepatan dihentikan apabila aktivitas-aktivitas pada lintasan kritis telah
jenuh seluruhnya (tidak mungkin ditekan lagi).
f. Hitung biaya keseluruhan akibat percepatan untuk mengetahui total biaya proyek
yang dikeluarkan.
Aspek biaya dalam penjadwalan proyek diperhitungkan karena adanya hubungan
ketergantungan antara durasi waktu dengan biaya. Biaya yang dihitung adalah biaya
langsung.
23

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/1722/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf

file:///E:/tugas/OPTIMALISASI_PELAKSANAAN_PROYEK_DENGAN_METODE_PER
T-CPM.pdf

file:///E:/tugas/MTcyODhjZGU1NDdmMTYwN2MzMGEzOTM3YzA5ZDM0ZjUzMGFlM
mU0YQ==.pdf

Anda mungkin juga menyukai