Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN DEPAN

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat memenuhi tugas mata kuliah
unit operasi. Makalah yang berjudul “Sedimentasi”, memaparkan
pengertian, penerapan, proses, dan aplikasi sedimentasi dalam industri.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah juga untuk menambah wawasan penulis terkait materi
sedimentasi.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bpk M. Iman


Darmawan, M.Si., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah unit operasi
yang telah memberikan bimbangan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat penulis
harapkan dari semua pihak demi kelengkapan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak terutama pembaca.

Pancor, 21 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II ISI........................................................................................................................3
2.1 Sedimentasi........................................................................................................3
2.2 Prinsip Hukum Sedimentasi...............................................................................4
2.3 Bentuk-Bentuk Bak Sedimentasi........................................................................5
2.4 Bagian-Bagian Bak Sedimentasi........................................................................7
2.5 Pelaksanaan/Operasi...........................................................................................8
2.6 Pemeliharaan....................................................................................................14
2.7 Kriteria Desain.................................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bak sedimentasi bentuk segi empat ................................................5

Gambar 2.2 Bak sedimentasi bentuk lingkaran - center feed ...........................6

Gambar 2.3 Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed .......................6

Gambar 2.4 Bagian-bagian bak sedimentasi.......................................................

Gambar 2.5 Settler pada bak sedimentasi...........................................................

Gambar 2.6 Flok melayang: dari atas (kiri), dari dalam air (kanan)...................

Gambar 2.7 Reaksi pembentukan koagulan........................................................9

Gambar 2.8 Flok ringan yang naik ke permukaan seimentasi (ALT tinggi)....10

Gambar 2.9 Laju alur rendah (kiri), laju alir tinggi (kanan).............................11

Gambar 2.10 Kondisi air tanpa flok melayang pada laju alir yang ideal.........11

Gambar 2.11 Kemiringan plat yang mesti diperbaiki.......................................12

Gambar 2.12 Kemiringan plat yang normal.....................................................12

Gambar 2.13 Palung ..........................................................................................12

Gambar 2.14 Percobaan sirkulasi flok akibat cahaya matahari .......................13

Gambar 2.15 Hamburan flok ............................................................................13

Gambar 2.16 Pembuangan lumpur ...................................................................14

Gambar 2.17 Pembersihan.................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik
menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan
konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian cairan yang bening.
Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi
hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).

Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan padatan


yang tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa turunya partikel
– partikel padat yang semula tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena adanya
gaya berat atau gaya grafitasi, tetapi selama proses sedimentasi ini berlangsung,
terdapat tiga gaya yang berpengaruh yaitu gaya grafitasi, gaya apung dan gaya
dorong (Warren. L. Mc cabe, dkk, 1993).
Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan, misalnya pada
proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment), dan
proses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Water treatment adalah sebuah system yang difungsikan untuk
memperoleh air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang
diinginkan/ditentukan atau siap untuk dikonsumsi. Water treatment merupakan
bagian dari unit utilitas yang sangat vital, yaitu sebagai unit yang berfungsi dalam
pengolahan air yang digunakan untuk mendukung kegiatan dari produksi itu
sendiri.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami pengertian sedimentasi
2. Memahami prinsip hukum sedimentasi
3. Memahami bentuk bak sedimentasi

1
4. Memahami bagian-bagian bak sedimentasi
5. Memahami proses pelaksanaan/operasi sedimentasi
6. Memahami pemeliharaan bak sedimentasi
7. Memahami kriteria desain bak sedimentasi

2
BAB II
ISI
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan
cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry) yang lebih pekat
konsentrasinya, Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang
terjadi pada butiran tersebut. Proses sedimentasi dalam industry kimia banyak
digunakan misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur
selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water
treatment), dan proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.

Proses sedimentasi dalam dunia industry dilakukan secara sinambung


dengan menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener, sedangkan untuk
skala laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip
sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.

Di industry aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain:

1. Pada unit pemisahan, misalnya untuk mengambil senyawa magnesium dari


air laut.
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya
pada pabrik gula.
3. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water.
4. Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan
prinsip perbedaan terminal velocity.

Sedimentasi dimaksudkan untuk menyisihkan partikel/suspended solid


dalam air dengan cara mengendapkannya secara gravitasi. Jenis partikel yang
diendapkan adalah partikel flokulen, yaitu partikel yang dihasilkan dari proses
koagulasi-flokulasi.

3
Ciri partikel flokulen adalah partikel yang selalu mengalami perubahan
ukuran dan bentuk selama proses pengendapan berlangsung. Mekanisme
sedimentasi adalah sebagai berikut.

1. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.


2. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran
yang makin besar, sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
3. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka
aliran air dalam bak harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator
bilangan Reynold (NRe) dan bilangan Froud (N).
4. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak Fr
mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall / perforated
baffle untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan kecepatan yang
rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air dari outlet bak
flokulator.
5. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak
mengganggu flok yang telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir)
dengan tinggi air di atas weir yang cukup tipis (1,5 cm).

2.2 Prinsip Hukum Sedimentasi


Pada saat sedimen diendapkan maka hukum alam berlaku yaitu material
yang berat akan terendapkan terlebih dahulu dibandingkan yang ringan sesuai
dengan kecepatan atau energi medium pembawanya. Mekanisme dan kondisi
lingkungan pengendapan suatu sedimen dapat diketahui meskipun telah
mengalami perubahan menjadi batuan sedimen. Sedimentasi telah terjadi sejak
bumi terbentuk dan hingga saat ini mekanismenya selalu sama. 

Dalam sedimentasi dikenal hukum The present is the key to the past yang


artinya kondisi lingkungan masa lampau dapat diketahui dari struktur geologi
yang muncul saat ini. Pada pertengahan abad ke 17 Nicolaus Steno
memperhatikan bawah suatu sedimen terakumulasi melalui proses pengendapan
oleh media air atau angin. Endapan tersebut membentuk lapisan-lapisan mendatar

4
atau horisontal dimana yang terendapkan terlebih dahulu di bawah dan yang
selanjutnya di atas.

Setelah itu pada tahun 1969 ia mengeluarkan tiga prinsip dasar dalam
sedimentasi yang dikenal dengan Hukum Steno:

1. Hukum Superposisi:
Menyatakan bahwa dalam urutan batuan yang belum mengalami
perubahan maka batuan yang lebih tua akan berada di bagian bawah
sedangkan yang tua akan berada di bagian atas.
2. Hukum Horizontalitas:
Menyatakan bahwa pada awalnya suatu sedimen diendapkan sebagai
lapisan-lapisan mendatar. Bila dijumpai lapisan yang miring berarti sudah
mengalami deformasi, terlipat atau tersesarkan oleh gaya tektonik
3. Hukum Kemenerusan Lateral (Lateral Continuity):
Menyatakan bahwa pengendapan lapisan sedimen menyebar secara
mendatar sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia
diendapkan.

Ketiga hukum diatas membantu manusia dalam mengetahui umur suatu


perlapisan batuan sedimen. 
2.3 Bentuk-Bentuk Bak Sedimentasi

1. Segi empat (rectangular)

Pada bak ini, air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet,
sementara partikel mengendap ke bawah.

Gambar 2.1 Bak sedimentasi bentuk segi


empat: denah (a), potongan memanjang (b)

5
2. Lingkaran (circular) - center feed.

Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian
tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet di
sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 2.2).
Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 –
3 : 1.

Gambar 2.2 Bak sedimentasi bentuk lingkaran


- center feed: denah (a), potongan melintang
(b)

3. Lingkaran (circular) - periferal feed.

Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara
horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran,
sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 2.3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed


menghasilkan short circuit yang lebih kecil dibandingkan tipe center
feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola
aliran pada bak lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak
pengendap persegi panjang. Meskipun demikian, bak lingkaran lebih
sering digunakan karena penggunaan peralatan pengumpul lumpurnya
lebih sederhana.

6
Gambar 2.3 Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed:denah (a),
potongan melintang (b)
2.4 Bagian-Bagian Bak Sedimentasi

1. Zona Inlet atau struktrur influent: tempat air masuk ke dalam bak.

Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak


sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua
fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati
kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik.

Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan


circular. Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun
menjadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan
dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi. Disain dinding
pemisah sangat penting, karena kemampuan bak sedimentasi tergantung pada
kualitas flok.

2. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.


Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dalam
zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada
besarnya kecepatan pengendapan.

3. Zona lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Kadang
dilengkapi dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini lumpur
terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap disana.

4. Zona Outlet atau struktur efluen: tempat di mana air akan meninggalkan bak,
biasanya berbentuk pelimpah (weir). Seperti zona inlet, zona outlet mempunyai
pengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan karakteristik
pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah dan bak
penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak
sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya
juga dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena
memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari

7
bak sedimentasi menuju filtrasi.

Gambar 2.4 Bagian-bagian bak sedimentasi

Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi


dengan settler. Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 9.5) dengan
tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengendapan.

Gambar 2.5 settler pada bak sedimentasi

2.5 Pelaksanaan/Operasi
Sedimentasi adalah proses dimana terjadi pemisahan fase padat-cair. Flok
akan tumbuh menjadi lebih besar pada proses flokulasi dan akan terendapkan
pada proses sedimentasi. Oleh karena itu, hal yang paling penting pada
sedimentasi adalah floc-carry-over (flok melayang). Flok melayang bukanlah
masalah kritis karena masih ada proses filtrasi, tetapi setidaknya hal ini adalah
indikator kurang berfungsinya sistem sedimentasi.

8
Gambar 2.6 Flok melayang: dari atas (kiri), dari dalam air
(kanan)

Flok melayang dapat terjadi karena kondisi berikut:

1. Laju ALT yang tinggi


Alum bereaksi dengan alkali untuk menjadi koagulan. Koagulan
yang terbentuk disebut aluminium hidroksida yang berat jenisnya sangat
kecil sehingga tidak bisa mengendap dengan sendirinya. Aluminium
hidroksida berguna sebagai koagulan tetapi karena ringan dan lemah
sehingga pengaturan dosis merupakan hal yang peka. Jika dosis aluminium
hidroksida berlebih, flok menjadi ringan dan naik ke atas. Fenomena ini
bisa diatur dengan mengatur indikator ALT yang berarti tingkat
“Aluminium-Turbiditas”.

Alu
Too
Coagul
much

Alka

Adequate

Gambar 2.7 Reaksi pembentukan koagulan

9
Tingkat ALT bisa dihitung sebagai “dosis aluminium
(ppm)/turbiditas(ppm)”. Untuk turbiditas, ppm bisa diambil dari NTU.
Larutan alum mengandung Al2(SO4)318H2O (Mr = 474) dan massa atom
(Ar) Al = 27.

Contoh:

 dosis Alum = 30 ppm


 turbiditas air baku 50 NTU
 Al2 / Al2(SO4)318H2O = 27x2 / 474 = 0.11 (Alum
mengandung 11% Aluminum)
 Jadi, 30 x 0.11 / 50 = 0.07 (tingkat ALT)
Dari hasil tersebut bisa dikatakan bahwa kisaran Tingkat ALT adalah
0,05-0,2. Jika kekeruhan naik, tingkat ALT turun. Ini menjadi alasan
mengapa air dengan kekeruhan tinggi lebih gampang diolah.
ALT yang tinggi dapat menyebabkan flok melayang, menyumbat
filter, meningkatkan volume lumpur, meningkatkan beban kerja,
meningkatkan biaya, dan sebagainya. Dengan demikian, tingkat ALT yang
tinggi menyebabkan apapun menjadi tidak baik. Menurunkan tingkat ALT
harus selalu difikirkan dan terus menerus diatur.

Gambar 2.8 Flok ringan yang naik ke permukaan seimentasi (ALT


tinggi)

2. Laju alir tinggi

10
Flok akan naik ke atas jika laju alir yang tinggi. Memperlambat
pengolahan air dapat mengatasi hal ini, tetapi dapat menurunkan produksi
air. Oleh karena itu, berdasarkan manajemen filter (efisiensi backwash),
laju alir harus tetap. Secara khusus, laju alir minimum ditetapkan
berdasarkan oleh kebutuhan air. Selanjutnya, backwash dilakukan sesering
mungkin sehingga kualitas air dapat dipertahankan. Dalam rangka
memanfaatkan waktu antara tiap backwash, pengukuran kekeruhan air
filter dianjurkan.

Gambar 2.9 laju alur rendah (kiri), laju alir tinggi (kanan)
Gambar 2.10 Kondisi air tanpa flok melayang pada laju alir yang ideal

3. Distribusi aliran yang tidak merata

11
Ruang yang tidak merata antara plat, jarak antar plat dan dinding
luar serta penyumbatan oleh lumpur dapat menyebabkan aliran tidak
merata.

Gambar 2.11 kemiringan plat yang mesti diperbaiki


Plat harus ditempatkan secara merata tanpa jarak dengan dinding.

Gambar 2.12 Kemiringan plat yang normal

Palung yang salah juga dapat menyebabkan aliran tidak merata


(keduanya pada kolam yang sama).

12
Gambar 2.13 Palung

13
4. Cahaya matahari
Telah dibuktikan bahwa sinar matahari memanaskan flok dan meyebabkannya
tersirkulasi. Hal ini dilakukan dengan mengamati perbedaan antara air dengan (air 1)
atau tanpa (air 2) sinar matahari. Namun, masalah di tempat pertama (air 1) adalah
bahwa ada flok dimana sinar matahari dapat mencapai flok tersebut. Oleh karena itu,
sumber masalahnya adalah tingkat ALT flok yang tinggi sehingga dapat naik ke atas
plat. Jadi, menurunkan tingkat ALT merupakan hal yang penting.

Gambar 2.14 Percobaan sirkulasi flok akibat cahaya matahari


5. Mikro flok
Mikro flok yang dihasilkan oleh mikro-flokulasi atau oleh flok yang rusak dapat
menyebabkan flok melayang.
6. Hamburan flok
Proses tiba-tiba atau arus cepat di dasar bak sedimentasi dapat menyebabkan
flok terhambur. Masalah ini dapat terjadi pada saat membuang lumpur sedimen.

Bak sedimentasi

Hamburan flok

Pembuangan cepat

Gambar 2.15 Hamburan flok

14
2.6 Pemeliharaan
1) Pembuangan lumpur

Buka atau tutup keran pipa lumpur dengan perlahan sehingga lumpur tidak
menggumpal. Selesaikan pembersihan sebelum pipa lumpur menjadi jernih sehingga
sejumlah lumpur tetap berada di dalam karena lumpur tua dapat menangkap lumpur baru
dari flokulasi.

Gambar 2.16 Pembuangan lumpur

2) Pembersihan

Cuci kolam untuk menghilangkan lumpur di dalamnya. Jika sulit untuk mengosongkan
kolam, gunakan metode sedotan untuk menghilangkan flok yang ada di atas plat untuk
mengurangi flok melayang.

Gambar 2.17 Pembersihan

15
2.7 Kriteria Desain
Tabel 2.1 Kriteria desain bak sedimentasi

16
CONTOH DESAIN BAK

Q = 100 l/det

V flok = Vo = 0.08 cm/det

Ditentukan performance n 1/3 dan removal 80 %

Dari “Performance Curve” untuk n =1/3 dan y/yo = 80


% Didapatkan  t/td = Vo/(Q/A) = 2,15

Vo/(Q/A) = 2,15

0,08/(Q/A) = 2,15

Q/A= Vs =0.08/2.15 cm/det = 0.037 cm/det (kecepatan pengendapan nyata)

= 0,037 cm/det x L/103 cm3 x 104 cm2/m2

= 0.37 l/det/m2

Direncanakan dibuat 2 bak jadi Q/bak = 50 L/det


As = (50L/det) /( 0.37 L/det/M2 ) = 135
M2
Vh =10 Vs =10 x 0.037 cm/det = 0.37 cm/det

Across = Q/Vh = (50 L/det/0.37 cm/det) = 13.50

M2 Dimensi Bak :
Diambil Kedalaman Bak H = 2.50 m

Lebar =L = Across/H = 13.50 /2.50 = 5.40


Panjang = As/L = 135 : 5.40 = 25.00 m
= Zona pengendapan

Zona Inlet (0.5-1) H = 0.5 x 2.50 = 1.25 m

Zona outlet = H = 2.50 m

Panjang Bak Total 25 +1.25+ 2.50 = 28.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu proses pengolahan air minum adalah sedimentasi, sedimentasi merupakan
tahap awal dalam proses pengolahan air minum dari serangkaian prosesnya. Prinsip proses
sedimentasi memisahkan partikel/suspended solid dalam air dengan cara mengendapkannya
secara gravitasi. Jenis partikel yang diendapkan adalah partikel flokulen. Pemeliharaan bak
sedimentasi dilakukan dengan cara pembuangan lumpur dan pembersihan kolam/bak untuk
menghilangkan lumpur didalamnya. Jika sulit untuk mengosongkan kolam, gunakan metode
sedotan untuk menghilangkan flok yang ada di atas plat untuk mengurangi flok melayang.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibahas, maka penulis mengajukan saran kepada
masyarakat yaitu untuk menghemat pengunaan air, karena kita tahu bahwa untuk
menghasilkan satu tetes air minum membutuhkan proses pengolahan panjang dan rumit.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Pelatihan Kesehatan and Cikarang (2013) ‘Penjernihan Air Dengan Metode Sedimentasi’,
Penjernihan Air Dengan Metode Sedimentasi, pp. 1–15.
Direktorat Pembinaan Jalan Kota (1990) Tata Cara Perencanaan Pemisah, Pupr.
Ii, B. A. B. and Pustaka, T. (2002) ‘BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1’,
pp. 1–64.
Indrawati (2022). Prinsip Hukum Sedimentasi. [online] MATERI KULIAH. Available at:
https://www.materikuliah.my.id/2022/01/prinsip-hukum-sedimentasi.html [Accessed 1 May 2022].

Priambodo Eko Ary and Indaryanto Hariwiko (2017) ‘Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air
Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember’, Jurnal Teknik ITS, 6(1), pp. 51–56. Available
at: https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/21998/3614.
SNI 6774:2008 (2008) ‘Standar Nasional Indonesia 6774 : 2008 - Tata Cara Perencanaan Unit Paket
Instalasi Pengolahan Air’, pp. 1–24.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774: 2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi
pengolahan air, Badan Standarisasi Nasional
Yuniarti, N. and Aji, I. W. (2019) ‘Modul Pembelajaran Pembangkit Tenaga Listrik’, Jurusan
Penidikan Teknik Elektro FT. Universitas Negeri Yogyakarta, pp. 26–39.

Anda mungkin juga menyukai