DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Kajian Masalah ............................................................................................................... 1
1.2 Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 2
1.2.1 Distilasi .................................................................................................................... 2
1.2.2 Distilasi Multi Komponen........................................................................................ 3
1.2.5 Fenske Equation ....................................................................................................... 6
1.2.6 Underwood’s Method .............................................................................................. 7
1.2.7 Gilliland’s Method ................................................................................................... 8
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 9
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 10
2.1 Penentuan Kondisi Umpan dan Neraca Massa ............................................................. 10
2.1.1 Neraca Massa ......................................................................................................... 11
2.1.2 Neraca Mol............................................................................................................. 11
2.1.3 Penentuan Kondisi Umpan, Distilat dan Bottom ................................................... 12
2.2 Penentuan N minimum ................................................................................................. 15
2.3 Penentuan R minimum .................................................................................................. 18
2.4 Penentuan R operasi dan N teoritis ............................................................................... 21
2.5 Efisiensi Tray ................................................................................................................ 22
2.6 Penentuan Tinggi Kolom dan letak Feed ...................................................................... 24
2.7 Analisis Neraca Energi ................................................................................................. 26
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................................... 29
3.1 Worksheet ..................................................................................................................... 29
3.2 Kesimpulan dan Saran .................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 34
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan tugas Distilasi Multikomponen ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Distilasi multikomponen merupakan salah satu alat proses dalam pemisahan campuran
senyawa kompleks. Tugas ini didedikasikan untuk menganalisis distilasi multikomponen.
Selain itu, tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Operasi Pemisahan Bertingkat. Laporan ini merinci berbagai aspek distilasi multikomponen,
mulai dari prinsip dasar, perhitungan hingga aplikasi praktisnya dalam industri kimia,
diharapkan pembaca dapat menggali potensi teknologi ini dalam meningkatkan efisiensi
operasional dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Pengembangan laporan ini tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak, baik itu sumber
daya manusia maupun literatur yang menjadi pijakan utama. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Asful Hariyadi, S.T., M.Eng yang telah memberikan bimbingan, serta
rekan-rekan yang turut berpartisipasi dalam diskusi terkait tugas ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang berharga dan menjadi sumber
referensi yang bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat
dihargai dan dibutuhkan, sehingga penulis dapat menyusun laporan dengan lebih baik
kedepanya.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada permasalahan kali ini komponen yang ingin dipisahkan, yaitu HBr (Hidrogen
Bromida), Mn-Ac (Manganese Acetate), Co-Ac (Cobalt Acetate), H2O (Water), CH3COOH
(Acetic Acid), C8H10 (p-Xylene), C8H6O4 (Terephthalic Acid), C8H6O3 (4-
Carboxybenzaldehyde), C8H8O2 (p-Toluic Acid). Pemisahan komponen-komponen tersebut
dengan prinsip distilasi, di mana pada kasus ini yang menjadi Light Key-nya adalah Acetic
Acid. Sementara itu, komponen yang menjadi Heavy Key adalah p-Xylene. Sehingga
komponen yang memiliki titik didih yang lebih rendah dari Light Key akan menjadi Distillate,
sedangkan komponen yang memiliki titik didih yang lebih tinggi dari Heavy Key akan menjadi
Bottom. Adapun aliran umpan pada kolom distilasi ini berasal dari centrifuge yang mana
tekanan dan temperatur dari umpan sebesar 1 bar dan 30 C. Sementara itu, pada kolom distilasi
memiliki kondisi operasi berupa tekanan 1 bar dan temperatur 113.91 C. Karena hal tersebut
sebelum feed masuk ke dalam kolom distilasi, temperatur umpan perlu dinaikkan hingga
mendekati temperatur operasi kolom distilasi. Hal ini diperlukan untuk mengurangi beban dari
kolom distilasi. Dengan begitu efisiensi kolom distilasi meningkat dan cost dapat dikurangi.
Pada kasus ini bukan hanya perlu menentukan kondisi umpan, tetapi juga perlu
mengetahui kondisi Distillate dan Bottom. Kondisi pada aliran tersebut perlu diketahui agar
komposisi komponen, temperatur, dan tekanan pada tiap aliran dapat diketahui. Setelah itu,
perhitungan dapat dilanjutkan dengan menentukan jumlah tray mínimum dengan
menggunakan Fenske Equation, yang mana dari tray mínimum tersebut nantinya pada
perhitungan selanjutnya akan diketahui jumlah tray yang sebenarnya. Pada Fenske Equation
juga dapat diperoleh neraca mol yang mana pada komposisinya sudah terkoreksi. Berdasarkan
neraca mol tersebut, perhitungan dapat dilanjutkan dengan mencari rasio refluks minimum dan
yang sebenarnya (actual) dengan menggunakan persamaan Underwood, dengan begitu dapat
diketahui seberapa besar rasio produk atas dari kolom yang dikembalikan dan yang dijadikan
Distillate. Apabila jumlah tray dan rasio refluks actual diketahui, perhitungan dapat
dilanjutkan dengan mencari jumlah tray actual dan letak feed dengan menggunakan persamaan
1
Gilliland. Pada laporan ini akan dibahas satu per satu terkait penentuan jumlah tray mínimum
hingga tray actual dan juga peletakan feed tray, stripping zone dan rectifying zone beserta
analisisnya secara mendalam.
1.2.1 Distilasi
Distilasi merupakan salah satu proses pemisahan senyawa-senyawa atau komponen-
komponen dari suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pemisahan secara
distilasi juga berdasarkan perbedaan kecepatan penguapan dan kondensasi dari komponen-
komponen yang dipisahkan. Pada distilasi, sebuah umpan yang mengandung dua atau lebih
komponen dipisahkan menjadi dua atau lebih produk. Umpan ini umumnya merupakan
campuran liquid ataupun campuran vapor-liquid. Produk dari distilasi memiliki komposisi
komponen yang berbeda dengan komposisi komponen pada feed. Produk tersebut dibagi
menjadi dua bagian, yakni Distillate dan Bottom. Distillate merupakan produk atas, yang mana
pada Distillate terdapat senyawa yang menguap secara lebih mudah. Pada Distillate, terdapat
liquid, vapor, ataupun keduanya. Sementara itu, Bottom merupakan produk bawah yang
mengandung senyawa yang lebih sulit menguap selalu berfase liquid. Pemisahan secara
distilasi memerlukan fasa yang lebih dari satu. Fasa liquid dan vapor dibutuhkan agar
komponen dapat terpisah. Pada distilasi fasa kedua akan terbentuk sehingga liquid dan vapor
dapat berkontak selama mengalir secara berlawanan arah melalui tray ataupun packed column.
Selain itu, pemisahan secara distilasi juga memerlukan komponen yang memiliki perbedaan
volatilitas atau kemudahan menguap yang cukup jauh, sehingga dapat lebih mudah untuk
dipisahkan. Pada distilasi, pemisahan antara vapor dan liquid dapat terjadi karena adanya
gravitasi, di mana liquid tentunya akan ke bawah, sedangkan vapor akan ke atas [5], [6].
2
1.2.2 Distilasi Multi Komponen
Distilasi multikomponen adalah suatu proses pemisahan secara distilasi yang
melibatkan lebih dari dua komponen dalam campuran. Proses ini digunakan ketika campuran
mengandung beberapa senyawa dengan titik didih yang berdekatan atau terdistribusi secara
luas ingin dipisahkan dengan metode pemisahan secara distilasi. Distilasi multikomponen
sangat umum diaplikasikan pada Industri kimia. Pada Industri kimia, terdapat banyak sekali
komponen pada suatu campuran. Untuk itu, distilasi multikomponen sangat sering
diaplikasikan untuk memisahkan komponen-komponen pada campuran tersebut. Perbedaan
yang sangat terlihat antara distilasi biner dan multikomponen adalah pada jumlah komponen
dari umpannya. Selain itu, pada perhitungan terkait distilasi tersebut tentunya juga akan sangat
berbeda. Pada distilasi multikomponen akan terdapat dua komponen kunci yang dijadikan
acuan pada perhitungan. Kedua komponen tersebut adalah Light Key dan Heavy Key.
Penentuan keduanya berdasarkan komposisi pada neraca mol ataupun neraca massanya,
keduanya merupakan komponen dengan fraksi tertinggi atau dengan kata lain memiliki
komposisi terbanyak pada aliran. Hal ini didasarkan sebab utamanya diinginkan pemisahan
yang optimal. Oleh sebab itu, pada distilasi sudah seharusnya yang akan dipisahkan adalah
komponen yang memiliki komposisi yang banyak. Adapun Light Key merupakan komponen
diantara dua komponen dengan fraksi terbesar, yang mana memiliki volatilitas yang lebih besar
diantara keduanya. Artinya komponen ini memiliki titik didih yang lebih rendah. Sementara
itu, pada Heavy Key komponen memiliki volatilitas yang lebih kecil. Itu artinya pada Heavy
Key memiliki titik didih yang lebih tinggi. Adapun pada komponen selain komponen kunci
tersebut akan mengikuti aturan yang serupa, yang mana apabila komponen memiliki titik didih
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan titik didih pada Light Key maka akan terikut
dengan Light Key pada aliran Distillate. Sementara itu, pada komponen yang memiliki titik
didih yang jauh lebih tinggi dari pada Heavy Key maka akan terikut dengan Heavy Key pada
aliran Bottom. Distilasi pada multikomponen juga akan melibatkan persamaan-persamaan
yang berbeda dari distilasi biner, seperti adanya persamaan Fenske, Underwood ,dan Gilliland
[2], [5], [6].
Perhitungan neraca massa menggunakan teori hukum kekekalan massa dengan asumsi
steady state. Dalam keadaan steady state akumulasi diasumsikan bernilai 0 dan karena tidak
ada reaksi yang terjadi, maka tidak ada produk baru yang dihasilkan dan tidak ada feed yang
di konsumsi. Maka persamaan neraca massa menjadi [4]:
Untuk menentukan neraca massa kolom distilasi digunakan persamaan sebagai berikut
4
digunakan sebagai penentu kebutuhan utilitas (listrik dan air pendingin) untuk proses dalam
pabrik [2], [5], [6].
Hukum Kekekalan Energi “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,
energi hanya dapat berubah” dari bentuk ke bentuk yang lain [2].
Accumulation = Input-Output…………………………….(4)
a. Energi kinetik (Ek), energi yang diakibatkan adanya perubahan percepatan molekul,
energi dari sebuah perpindahan benda bermassa ṁ (kg/s) yang bergerak dengan
kecepatan V (m/s) sehingga [2]:
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑢2 …..…………………………….(5)
2
b. Energi Potensial (Ep), energi yang diakibatkan adanya perbedaan ketinggian sehingga
gravitasi berperan dalam perpindahan energi sehingga [2]:
𝐸𝑝 = 𝑚𝑔𝑧………………………………...…...(6)
c. Energi Dalam (U), Semua energi yang dimiliki oleh suatu sistem selain energi kinetik
dan potensial, seperti energi akibat gerak molekul relatif terhadap pusat massa sistem,
gerak rotasi dan vibrasi serta interaksi elektromagnetik molekul, dan gerak dan
interaksi konstituen atom dan subatomik dari molekul. Jika tidak perubahan suhu,
perubahan fasa, atau reaksi kimia terjadi dalam sistem tertutup dan jika perubahan
tekanan kurang dari beberapa atmosfer, maka ΔU≈0 [2].
Suatu sistem disebut terbuka atau tertutup ditentukan dari apakah ada massa melintasi
batas sistem atau tidak, dalam sistem tertutup dapat dikatakan bahwa tidak ada laju alir massa
yang melewati sebuah sistem, namun tidak dengan energi, sehingga
5
(Final System Energy) - (initial System Energy) = Rate Transfer Energy………………..(8)
Dalam Closed System, massa diasumsikan tidak melewati batas system sehingga yang
berpindah hanya panas. Panas berpindah dalam konveksi dan konduksi, sehingga
Dalam sistem terbuka, massa dan panas diasumsikan dapat keluar masuk melewati
boundary, dalam sistem terbuka, kerja dibagi menjadi dua
𝑊 = 𝑊𝑠 + 𝑊𝑓𝑙……………..…………...………..(10)
Shaft Work, laju dari kerja diakibatkan adanya perpindahan molekul yang dibantu oleh
penambahan kerja dari eksternal sistem seperti pompa, steam, blower. Work Shaft, laju kerja
dimana dibawa oleh fluida pada titik akhir dikurangi dengan titik awal, maka
6
b. Mencari nilai alpha rata-rata (α average) digunakan persamaan:
𝛼𝐿𝐾.𝑎𝑣𝑔 = √𝛼𝐿𝐾 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑙𝑎𝑡𝑒 × 𝛼𝐿𝐾 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 ……….....................………..(15)
a. Persamaan Class 1 ketika zona umpan dan zona pinch point identik
(𝐿∞ )𝒎𝒊𝒏
=
𝐹
(𝐿𝐹 /𝐹)[(𝐷𝑋𝐿𝐾,𝐷 )/(𝐿𝐹𝑋𝐿𝐾,𝐹 )−(𝛼𝐿𝐾,𝐻𝐾 )𝐹 (𝐷𝑋𝐿𝐾,𝐷 /𝐿𝐹𝑋𝐿𝐾,𝐹 )]
………………….…….(19)
(𝛼𝐿𝐾,𝐻𝐾 )𝐹 −1
Untuk pemisahan Class 2, satu atau lebih komponen hanya muncul di salah satu
produk. Jika baik produk distilat maupun produk bawah tidak mengandung semua komponen
umpan, maka akan terjadi dua titik pinch point yang jauh dari tahap umpan. Tahapan antara
tahap umpan dan pinch point bagian rectifying menghilangkan komponen-komponen berat
yang tidak muncul dalam distilat. Komponen ringan yang tidak muncul di bagian bawah
dihilangkan dengan tahapan antara tahap umpan dan titik pinch point. Namun, jika semua
komponen umpan muncul di bagian bawah pinch point bagian rectifying bergerak ke umpan.
Adapun persamaan yang digunakan pada pemisahan Class 2 antara lain:
7
(𝛼𝑖,𝐻𝐾 )∞ 𝑑𝑖
∑𝑖 = 𝐷 + (𝐿∞ )𝑚𝑖𝑛 ……………….……………(20)
(𝛼𝑖,𝐻𝐾 )∞ −𝜃
(𝛼𝑖,𝐻𝐾 )∞ 𝑓𝑖
∑𝑖 = 𝐹(1 − 𝑞) ……………………………………. (21)
(𝛼𝑖,𝐻𝐾 )∞ −𝜃
dimana,
𝑅−𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑋= ……………………….………..(27)
𝑅+1
Kemudian, untuk menghitung tray teoritis digunakan persamaan,
𝑌−𝑁𝑚𝑖𝑛
𝑁= ………………………………..(28)
1−𝑌
8
Penentuan letak feed dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan empiris
Kirkbride yang dapat dituliskan sebagai berikut:
0.206
𝑁𝑅 𝑧𝐻𝐾.𝐹 𝑥𝐿𝐾.𝐵 2 𝐵
= [( 𝑧 )( ) (𝐷)] ………………….(31)
𝑁𝑆 𝐿𝐾,𝐹 𝑧𝐻𝐾.𝐷
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Problem Basic Learning adalah sebagai berikut
1. Menghitung dan menganalisis neraca massa
2. Menghitung serta menentukan kondisi feed atau umpan
3. Menghitung serta menentukan jumlah tray minimum
4. Menghitung serta menentukan R minimum
5. Menghitung serta menentukan R operasi dan N aktual
6. Menghitung serta mengevaluasi efisiensi tray
7. Menghitung serta menentukan tinggi kolom
8. Menghitung Neraca Energi
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
Langkah langkah Untuk menentukan Light Key dan Heavy key yang pertama adalah
ditinjau dari urutan titik didih antara senyawanya, Titik didih yang rendah akan keluar melalui
distilat, sedangkan titik didih yang tinggi akan keluar melalui bottom, setelah itu ditinjau dari
flow rate nya [5], [6].
Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menjadi produk pada distilat,
sedangkan senyawa yang memiliki titik didih lebih tinggi akan keluar melalui bottom, senyawa
Light Key dan Heavy Key akan keluar dari distilasi melalui distilat dan bottom tetapi senyawa
Light Key banyak keluar melalui distilat dan sedikit keluar melalui bottom, begitu pula
sebaliknya, senyawa Heavy Key sedikit keluar melalui distilat dan banyak keluar melalui
bottom.
11
Tabel 2.3 Neraca Mol
Berikut ini adalah beberapa persamaan yang akan digunakan untuk menentukan
kondisi Feed, Distilat dan Bottom.
𝑧
𝑥𝑖 = 1+(𝐾 𝑖−1)𝑓 ………………………………(33)
𝑖
𝑦𝑖 = 𝐾𝑖 𝑥𝑖 ………………………………(34)
12
𝑃𝑖𝑠𝑎𝑡
𝐾𝑖 = ………………………………(35)
𝑃
pada Feed memiliki tekanan sebesar 1 bar atau 0,986923 atm dan didapatkan suhu dari
hasil trial goal seek sebesar 387,65K atau 114,50 C. Berikut adalah tabel hasil perhitungan
kondisi feed.
log Pi Pi Ki xi yi
Komponen Pi (bar)
(mmHg) (mmHg)
HBr 4.96716 92716.297 123.62173 123,61184 0,00046 0,10899
H2O 3.09559 1246.2025 1.66160 1,661470 0,02227 0,03719
Mn-Ac 2.83105 677.71721 0.90362 0,903551 0,00009 0,00008
Co-Ac 2.83105 677.71721 0.90362 0,903551 0,00010 0,00009
CH3COOH 2.83105 677.71721 0.90362 0,903551 0,90808 0,81990
C8H10 2.58452 384.1611 0.51222 0,512277 0,06574 0,03355
C8H6O4 -7.58969 2.57E-08 3.156E-11 3,43E-11 0,00275 9,37E-14
C8H6O3 -7.58969 2.57E-08 3.156E-11 3,43E-11 0,00019 6,55E-15
C8H8O2 0.25050 1.78034 0.00237 0,002374 0,00071 1,67E-06
Total 1
Didapatkan f (komponen uap feed) dari hasil trial goal seek sebesar 0,0075
13
2.1.3.2 Penentuan Kondisi Distilat
Setelah mendapatkan informasi mengenai kondisi feed, perhitungan dapat dilanjutkan
untuk menentukan kondisi operasi pada distilat. Adapun pada Distilat memiliki tekanan
sebesar 1 bar atau 1,0197 atm atau 14,9955 psi dan didapatkan suhu dari hasil trial goal seek
sebesar 386,21K atau 113,06 C Berikut adalah tabel hasil perhitungan Bubble pada distilat.
Ki yD = Ki.xi
Komponen log Pi (mmHg) Pi (mmHg) Pi (bar)
Ki yB = Ki.xi
Komponen log Pi (mmHg) Pi (mmHg) Pi (bar)
14
2.1.4 Flash Calculation
Setelah mendapatkan fraksi mol di feed, jumlah komponen yang cair dan gas dapat
ditentukan. Penentuan ini dilakukan agar fraksi uap dan cair pada aliran distilat dan bottom
dapat diketahui. Berikut merupakan hasil perhitungannya dengan menggunakan asumsi fraksi
uap pada feed adalah 0,75%
Ff L V
Komponen zF xF yF Ʃzi.ki
(kmol/hr) (kmol/hr) (kmol/hr)
HBr 0,00088 0,006 0,00046 0,003 0,10899 0,005 0,05675
H2O 0,02239 0,150 0,02227 0,148 0,03719 0,002 0,03701
Mn-Ac 0,00009 0,001 0,00009 0,001 0,00008 3,92E-06 0,00008
Co-Ac 0,00010 0,001 0,00010 0,001 0,00009 4,64E-06 0,00009
CH3COOH 0,90742 6,085 0,90808 6,044 0,81990 0,041 0,82050
C8H10 0,06550 0,004 0,06574 0,438 0,03355 0,002 0,03367
C8H6O4 0,00273 0,018 0,00275 0,018 9,37E-14 4,71E-15 9,44E-14
C8H6O3 0,00019 0,001 0,00019 0,001 6,55E-15 3,29E-16 6,60E-15
C8H8O2 0,00070 0,005 0,00071 0,005 1,67E-06 8,41E-08 1,68E-06
Total 1 6,706 1 6,666 1 0,050 1
Kondisi distilat dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan Bubble. Adapun Asumsi
Pressure Drop yang digunakan adalah
Pressure Drop
distillate/condenser 2 psi
top column 2,5 psi
Asumsi bottom column 2,5 psi
total column 5 psi
bottom/reboiler 2 psi
Komponen zi Fi (kmol/hr) Ki αF
16
Tabel 2.11 Mole Balance (Distillat) - Fenske Equation
Komponen Xi Di (kmol/hr) Ki αD
Komponen Xi Bi (kmol/hr) Ki αB
Setelah mendapatkan nilai alfa (α) semua komponen pada seluruh aliran, dapat dilihat
bahwa nilai alfa (α) dari Light Key pada Distillate (αLK,distillate) adalah sebesar 1.762.
Sementara itu, nilai alfa (α) dari Light Key pada Bottom (αLK,bottom) adalah sebesar 1.787.
Dengan menggunakan persamaan (15) diperoleh nilai alfa (α) rata-rata (αLK,avg) sebesar
1.775. Nilai alfa (α) rata-rata ini akan digunakan untuk mencari nilai N min pada persamaan
Fenske. Namun, sebelum itu perlu diketahui nilai dari perbandingan mol Light Key dan Heavy
17
Key pada Distillate (dLK/dHK) dan perbandingan Heavy Key dan Light Key pada Bottom
(bHK/bLK). Setelah dilakukan perhitungan pada perbandingan tersebut diperoleh secara
berturut-turut nilai dLK/dHK dan bHK/bLK sebesar 263.979 dan 1.367. Dengan demikian,
nilai dari N min dapat ditentukan. Nilai N min dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan Fenske seperti yang tertera pada persamaan (17). Berdasarkan persamaan tersebut
diperoleh nilai N min atau jumlah tray minimum sebesar 10.268.
Dikarenakan nilai N min telah diperoleh, neraca mol pada aliran Bottom dapat
diketahui, sehingga akan diperoleh corrected mole balance. Untuk mendapatkan neraca mol
yang terkoreksi tersebut, mula-mula perlu untuk menentukan nilai dari perbandingan antara
komponen Heavy Key pada Distillate dan Bottom. Berdasarkan perbandingan tersebut
diperoleh nilai dHk/bHK yaitu 0.052468. Dengan begitu nilai dari neraca mol untuk tiap-tiap
komponen pada Bottom dapat ditentukan dengan persamaan (18). Berdasarkan corrected mole
balance ternyata komponen yang awalnya diasumsikan semua keluar di distilat, pada
kenyataannya masih ada komposisinya yaitu sangat sangat sedikit terikut di bottom.
F 6,705787 Kmol/hr
L atau F(1-f) 6,655451 Kmol/hr
f 0,0075506 vap frac
q 0,992494 liq frac
V atau F (1-q) 0,050336 Kmol/hr
18
Gambar 2.2 Skema Refluks pada distilasi
Shiras, Hanson dan Gibson mengklasifikasikan sistem distilasi multikomponen pada
perpotongan salah satu garis operasi dengan garis kesetimbangan atau yang disebut sebagai
pinch point menjadi class 1 dan class 2. Pada perhitungan kali ini digunakan tahapan class 2
dengan persamaan (21)
Perhitungan dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan persamaan (21).
berdasarkan persamaan tersebut, perhitungan dapat dibagi menjadi dua, yakni pada ruas kanan
dan kiri dari persamaan. Dari kedua ruas tersebut perlu untuk disamakan nilainya, dengan
begitu terdapat sebuah variabel yang dapat ditentukan. Variabel tersebut ialah theta(ϴ).
19
Tabel 2.16 Trial theta (ϴ)
Trial 1 Trial 2
Pada perhitungan ini, dilakukan dua kali validasi nilai theta(ϴ) seperti pada tabel 2.16.
yang mana nilai yang akan diambil adalah nilai yang paling mendekati nilai alfa 1. Sebab nilai
alfa (α) pada Heavy Key adalah 1. Nilai theta(ϴ) tersebut akan dicari dengan menggunakan
goal seek, yang mana untuk theta 1(ϴ1) memiliki rentang diantara 1 sampai 1.775, yang mana
itu merupakan rentang antara αHK,LKmean dan αHK,HK,mean. kemudian untuk nilai
perhitungan nilai error dihitung dari total penjumlahan menggunakan ruas kiri dari persamaan
yang dikurang dengan total laju alir mol dari feed. Apabila nilai eror semakin mendekati 0,
maka nilai theta(ϴ) semakin akurat. Sementara itu, untuk theta 2(ϴ2) memiliki rentang
diantara 1.775 sampai 0.0054, yang mana itu merupakan rentang antara αHK,HKmean dan
αHK,NK,mean. Berdasarkan nilai theta(ϴ) yang diperoleh dari kedua percobaan tersebut,
didapatkan bahwa theta 1(ϴ1) memiliki nilai yang lebih akurat. Nilai tersebut adalah sebesar
1.0299 yang mana cukup dekat dengan nilai alfa pada komponen Heavy Key.
Di
Komponen αHK,mean Σ1 Σ2
(kmol/hr)
HBr 0,005913 219,203 0,006 0,006
H2O 0,150111 3,290 0,219 7,685
Mn-Ac 0,00578 1,775 0,001 -0,001
Co-Ac 0,000684 1,775 0,002 -0,001
CH3COOH 5,779776 1,775 13,774 -7,070
C8H10 0,021895 1,000 -0,732 -0,010
C8H6O4 0 1,31E-10 0 0
C8H6O3 0 1,31E-10 0 0
C8H8O2 0 0,005 0 0
Total 5,959 13,270 0,611
L∞min 7,311 -5,348
Rmin 1,2269
R minActual 1,8403
Setelah mendapatkan nilai theta yang akurat, nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam
persamaan (21) untuk menentukan penjumlahan dari nilai ruas kiri pada tiap-tiap komponen
pada Distillate. Seperti yang diperoleh pada tabel 2.17 , didapatkan penjumlahan atau total dari
ruas kiri dari persamaan sebesar 13.270 jika menggunakan theta 1(ϴ1) dan 0.611 jika
20
menggunakan theta 2(ϴ2). Dikarenakan sebelumnya telah ditentukan bahwa perhitungan
diteruskan dengan menggunakan theta 1(ϴ1), maka nilai dari L∞min diambil dari selisih antara
total dari ruas kiri persamaan dengan laju alir mol pada Distillate. Dengan cara demikian
didapatkan nilai dari L∞min adalah sebesar 7.311. Selanjutnya, dengan persamaan (23)
diperoleh R min sebesar 1.2269. Adapun nilai R min ini menyatakan rasio refluks paling
optimal dengan memerlukan banyak tray. Dengan demikian, diperoleh R minimum sebesar
1.2269, itu artinya akan ada 1.2269 satuan untuk kondensat yang dikembalikan ke kolom tiap
1 satuan untuk kondensat yang menjadi Distillate.
21
kondisi operasional lainnya. Untuk itu penentuan jumlah tray actual (N actual) perlu untuk
dilakukan.
Tabel 2.18 Penentuan N teoritis
X Y N teoritis
Terdapat banyak cara untuk menentukan nilai tray teoritis seperti menggunakan
metode Gilliland. Metode ini menggunakan persamaan Molokanov, Ruschee, dan Eduljee.
Ketiga persamaan ini menggunakan variabel X dan Y dalam menentukan jumlah Ntheo sebab
didasari perhitungan secara teoritis. Pada metode ini, variabel X dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (27), yang mana sudah dapat digunakan karena variabel seperti R
min dan R operasi sebelumnya sudah dihitung. Berdasarkan persamaan (27), diperoleh nilai
dari variabel X sebesar 0.0993. Variabel ini digunakan pada ketiga persamaan untuk
menentukan nilai N teoritis. Selanjutnya, dengan serangkaian manipulasi aljabar, diperoleh
persamaan (28) yang mana dapat digunakan untuk menentukan N teoritis dengan
mengkalkulasikan variabel Y dan N min, yang mana N min telah didapatkan pada persamaan
Fenske. Adapun variabel Y pada masing-masing persamaan memiliki cara tersendiri untuk
mendapatkannya. Pada setiap persamaan terdapat masing-masing persamaan untuk
mendapatkan nilai dari variabel Y. Seperti yang tertera pada tabel 2.18 berdasarkan persamaan
Molokanov dengan menggunakan persamaan (24) diperoleh nilai Y sebesar 0.5544. Adapun
berdasarkan persamaan Eduljee dengan persamaan (25) diperoleh nilai Y sebesar 0.5475.
Selain itu, berdasarkan persamaan Ruschee dengan persamaan (26) diperoleh nilai Y sebesar
0.5424. Dengan begitu, jika dikalkulasikan menggunakan persamaan (27) akan diperoleh nilai
N teoritis dengan persamaan Molokaov, Ruschee, dan Eduljee secara berturut-turut adalah
sebesar 24,2884; 23.9010; 23.6222, yang mana jika disamakan dengan literatur dan dibulatkan
menjadi 25 tray. Adapun pada penentuan tersebut diasumsikan menggunakan tipe kondensor
berupa total condenser dan type reboiler berupa total reboiler, sehingga tidak ada penambahan
tray pada kolom. Oleh karena itu, didapatkan jumlah tray teoritis atau N teoritis sebanyak 25
tray dengan rasio refluks operasi sebesar 1,4723.
22
produk yang dihasilkan. Sebaliknya, tray yang kurang efisien dapat memerlukan lebih banyak
energi untuk mencapai pemisahan yang diinginkan atau dapat menghasilkan produk
sampingan yang memerlukan pengolahan tambahan. Sehingga jumlah tray perlu
diperhitungkan kembali untuk mencapai kemurnian yang diinginkan dan dengan
mempertimbangkan terkait efisiensi biaya dan energi pada tray tersebut [5], [6].
Efisiensi dari tray dapat ditentukan berdasarkan tiga metode, diataranya metode
korelasi O’Connel, Kessler and Wankat, dan Seader. Ketiga metode ini memerlukan data E0
untuk dapat menentukan N actual. Berdasarkan nilai E0 dapat ditentukan nilai N actual dengan
cara membaginya dengan N teoritis, yang mana sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya.
Sebelum menghitung kebutuhan tray, alangkah baiknya terlebih dahulu menghitung nilai
viskositas. Viskositas perlu untuk diperhitungkan karena feed yang masuk dalam keadaan
saturated liquid. Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu cairan. Viskositas erat
kaitannya dengan volatilitas, yang mana merupakan suatu faktor yang memengaruhi
pemisahan komponen melalui metode distilasi. Hubungan antara viskositas dan volatilitas
ialah jika suatu cairan memiliki viskositas yang rendah, maka kemungkinan besar juga
memiliki volatilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel-partikel dalam cairan tersebut
lebih mudah untuk bergerak dan meninggalkan fase cairnya. Sebaliknya, cairan dengan
viskositas tinggi cenderung memiliki volatilitas yang rendah karena partikelnya sulit untuk
bergerak dan meninggalkan fase cairnya.
Dikarenakan alasan tersebut, viskositas masing-masing komponen pada feed perlu
untuk diperhitungkan. Viskositas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (30).
Adapun data penunjang seperti data konstanta viskositas berupa A, B, C, dan D pada masing-
masing liquid dapat ditemukan pada buku yaws. Meskipun Appendix pada perhitungan ini
telah tersedia, konstanta viskositas beberapa senyawa seperti Mn-Ac, Co-Ac, dan lainnya tidak
dapat ditemukan. Tentunya, hal tersebut membuat nilai viskositas dari senyawa tersebut tidak
dihitung. Adapun dikarenakan hal tersebut, perbedaan antara tray actual dengan tray
theoritical tidak terlalu berbeda jauh, yang mana pada tray theoritical memiliki jumlah tray
sebanyak 25. Sementara itu, pada tray actual memiliki jumlah tray sebanyak 31. Seperti pada
tabel 2.19, dapat dilihat bahwa nilai N actual untuk metode korelasi O’Connel, Kessler and
Wankat, dan metode Seader secara berturut-turut sebanyak 29.3205; 29.5947; 30.3606. Dari
ketiga persamaan tersebut N actual diambil hasil yang paling tinggi dengan tujuan untuk
memaksimalkan desain distilasi, karena hal tersebut didapatkanlah jumlah tray aktual
sebanyak 31 tray yang didapat dari pembulatan hasil perhitungan menggunakan persamaan
seader. Adapun dengan diperolehnya nilai tray actual dan tray theoritical, dapat dikatakan
dengan adanya perhitungan viskositas dapat membuat jumlah tray meningkat. Sebagaimana
yang telah disinggung sebelumnya bahwa viskositas memengaruhi volatilitas, yang mana jika
suatu cairan memiliki viskositas yang rendah, maka kemungkinan besar juga memiliki
volatilitas yang tinggi, begitupula sebaliknya. Dengan hadirnya viskositas dan dengan nilai
viskositas yang dimiliki tiap komponen, volatilitas bertambah. Ini artinya akan semakin
banyak cairan yang sulit diuapkan. Semakin sulit diuapkannya cairan, maka akan menambah
beban kolom distilasi dengan bertambahnya tray pada kolom tersebut. Tray ditambahkan untuk
dapat memisahkan komponen walau dengan adanya nilai viskositas yang cukup berpengaruh.
Dengan demikian, jumlah tray pada tray actual akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tray theoritical sebab pada perhitungan tray actual mempertimbangkan viskositas, yang mana
23
memiliki impact pada jumlah tray tersebut, seperti pada kasus ini yang mana N theoritical-nya
berjumlah 25 sedangkan N actual-nya berjumlah 31.
Metode E0 Nactual
24
dan analisis beserta penentuan yang akurat perlu untuk dilakukan. Penentuan terkait jumlah
tray yang tepat dapat dilakukan dengan menggunakan fitur goal seek pada microsoft excel.
fitur ini digunakan untuk mencari nilai eror yang paling sedikit atau mendekati nol dengan
mencari atau mengubah nilai pada jumlah tray pada pada rectifying zone yang sebelumnya
merupakan asumsi. Pencarian nilai tersebut dilakukan dengan memanfaatkan persamaan (23).
Persamaan tersebut dibagi menjadi dua ruas, yakni ruas kiri dan kanan, yang mana pada kedua
ruas tersebut akan memiliki nilai yang sama. Ruas kanan berisi formula yang melibatkan
variabel-variabel yang telah diketahui sebelumnya. Sementara itu, ruas kiri pada persamaan
ini berisi perbandingan antara jumlah tray pada rectifying zone dengan stripping zone. Dari
kedua ruas tersebut yang dapat menjadi acuan pada penentuan jumlah tray pada masing-
masing zona ialah ruas kiri. Untuk mengetahui nilai ruas kiri, perhitungan pada ruas kanan
perlu diperhitungkan. Lalu, dengan mendapatkan kesamaan nilai tersebut, jumlah tray pada
rectifying zone dapat ditentukan dengan memanfaatkan fitur goal seek. Adapun kesamaan nilai
pada kedua ruas persamaan (23) inilah yang menjadi acuan dari nilai eror yang dihasilkan.
Nilai eror yang dihasilkan merupakan selisih antara nilai pada ruas kanan dengan nilai yang
ada pada ruas kiri.
Seperti yang ditampilkan pada tabel 2.21, telah diperoleh bahwa jumlah tray pada
rectifying zone adalah se-banyak 8 tray. Sementara itu, pada stripping zone memiliki 22 tray.
Dengan nilai ini dapat ditentukan peletakan feed. Sebelumnya, telah disinggung bahwa
penomoran tray dilakukan dari bawah kolom. Itulah mengapa didapatkan bahwa stripping zone
diletakkan pada tray nomor 1 sampai 22, sebab zona tersebut memiliki tray sebanyak 22.
Sementara itu, feed diletakkan pada tray ke-23, sebab tray feed tentunya berada di antara
rectifying zone dan stripping zone. Adapun rectifying zone diletakkan pada tray nomor 24
sampai 31, sebab jumlah tray pada kasus ini hanya sampai 31 tray.
Dikarenakan jumlah tray telah ditentukan, perhitungan dapat dilanjutkan dengan
menentukan tinggi kolom. Tinggi kolom distilasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (33), yang mana dengan persamaan tersebut diperoleh tinggi kolom distilasi
setinggi 17 meter. Adapun ke dalam persamaan tersebut diasumsikan tutup atas dan bawah
kolom berdiameter 1.5 meter dan dengan lebar tray 0.45 meter. Adapun secara lebih
terstruktur, asumsi dan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.20.
25
Tabel 2.21 Penentuan Letak Feed
B 0,74908
kmol/hr
D 5,95887
𝒁𝑯𝑲,𝑭 0,065
𝒁𝑳𝑲,𝑭 0,907
mol frac
𝑿𝑯𝑲,𝑫 0,004
𝑿𝑳𝑲,𝑩 0,409
N theoretical 25 Tray
N Actual 31 Tray
𝑵𝑹𝒆𝒄𝒕𝒊𝒇𝒚𝒊𝒏𝒈 22 Tray
𝑵𝑺𝒕𝒓𝒊𝒑𝒑𝒊𝒏𝒈 8 Tray
26
memastikan optimalitas desain dan operasi sistem dalam mencapai keseimbangan yang efisien
antara kualitas produk dan penggunaan energi.
m.λ = Q
m (Hv-Hl) = Q
m = Q/(Hv-Hl)
m = 65 Kg/Jam
ΔH Feed didapatkan dari penjumlahan ΔH pada komponen di Feed. Begitu pula dengan ΔH
Distilat dan ΔH Bottom yang didapatkan dari penjumlahan entalpi pada masing masing
komponen di Distilat dan Bottom. ΔH Liquid Reflux didapatkan dari penjumlahan entalpi pada
masing masing komponen pada liquid reflux. Qvapor total didapatkan dari penjumlahan Q
(panas sensibel) dan Q (Panas Latent)
Setelah mendapatkan QReboiler, m steam dapat dicari dengan cara pada Tabel 2.22, dan
didapatkan 65 kg/jam
27
Tabel 2.23 Mencari massa Dowtherm A
Tin 30 C 303,15 K
P 1 Bar
Nilai Cp 1,558 didapatkan dari tabel Saturated Liquid Properties of Downtherm A Fluid (SI
units) dan didapatkan massa Downtherm A 116,85
m = Q/(Cp.dt)
m = 832 kg/jam
dari perhitungan pada tabel Tabel 2.24 didapatkan massa fluida pendingin sebesar 832 kg/jam
28
BAB IV
KESIMPULAN
3.1 Worksheet
Berikut merupakan tabel worksheet yang berisi hasil data perhitungan yang telah
dilakukan.
29
3.2 Kesimpulan dan Saran
3.2.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
seperti berikut.
1. Neraca massa pada perhitungan distilasi multikomponen sangat diperlukan, sebab dari
neraca massa akan diketahui fraksi-fraksi neraca massa komponen, neraca mol dan
fraksi pada neraca mol dan lainnya. Pada distilasi digunakan neraca mol dan fraksinya.
Berdasarkan fraksi mol untuk komponen-komponen pada feed, ditemukan bahwa
komponen yang menjadi Light Key adalah Asam Asetat. Sementara itu, komponen
yang menjadi Heavy Key adalah p-Xylene. Penentuan tersebut berdasarkan nilai fraksi
mol terbesar dari seluruh komponen. Dipilihnya komponen dengan fraksi terbesar
sebagai komponen kunci adalah karena untuk mengoptimalkan proses pemisahan pada
kolom distilasi. Pemisahan menggunakan metode ini membutuhkan cost yang besar,
oleh sebab itu, untuk dapat membuat pemisahan pada distilasi ini lebih optimal,
komponen yang paling banyak di dalam campuran perlu untuk dijadikan acuan, dalam
hal ini dijadikan sebagai komponen kunci. Komponen tersebut yang akan menjadi
penentu bagaimana komponen lainnya dapat terpisahkan. Adapun komponen selain
komponen kunci akan menjadi komponen Light non-Key dan Heavy non-Key, yang
mana ini bergantung dari titik didih pada tiap-tiap komponen tersebut. Pada komponen
yang memiliki titik didih dibawah titik didih dari komponen Light Key akan menjadi
komponen Light non-Key. Begitupula pada komponen yang memiliki titik didih diatas
titik didih dari komponen Heavy Key akan menjadi komponen Heavy non-Key.
Tentunya, pengelompokan komponen berdasarkan titik didih tersebut juga menentukan
ke arah apa komponen tersebut dikeluarkan dari kolom. Untuk komponen Light Key
dan Light non-Key akan menjadi produk atas atau Distillate Product. Sementara itu,
komponen Heavy Key dan Heavy non-Key akan menjadi produk bawah Bottom
Distillate Product.
2. Feed pada distilasi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada perhitungan
distilasi multikomponen ini. Komponen dan fraksi dari Feed tersebut perlu diketahui
dengan jelas. Pada kasus ini, diketahui bahwa feed kolom distilasi berasal dari alat
centrifuge, yang mana pada proses sebelumnya memiliki kondisi operasi berupa
temperatur 30 c dan tekanan 1 bar. Adapun neraca mol beserta fraksi dan juga
pengelompokan jenis umpan berdasarkan titik didihnya telah diketahui. Oleh sebab itu,
penentuan kondisi feed dapat dilakukan, Penentuan kondisi feed dilakukan dengan
menghitung dew point dan bubble point. Pada perhitungan dew point, diperoleh kondisi
temperatur feed sebesar 114.5 C dan tekanan sebesar 1 bar. Adapun untuk komposisi
vapor di dalamnya berdasarkan goal seek pada bubble point hanya 0.0075. Dengan
begitu, jelas bahwa umpan berupa saturated liquid, sehingga perhitungan diutamakan
pada perhitungan bubble point. Adapun pada perhitungan ini digunakan konstanta yang
didapatkan dari buku Yaws, dan dengan konstanta tersebut dapat ditentukan nilai Pi
sampai penentuan temperatur dengan memanfaatkan fitur goal seek. Dengan demikian,
Pada perhitungan dew point, diperoleh kondisi umpan pada kasus ini adalah dengan
temperatur feed sebesar 114.5 C dan tekanan sebesar 1 bar.
3. N minimum atau jumlah tray minimum merupakan salah satu langkah dari perhitungan
pada distilasi multikomponen. Jumlah tray menentukan seberapa banyak stage pada
sebuah kolom distilasi. Dengan menentukan jumlah tray minimum, kolom distilasi
30
dapat dirancang sedemikian rupa dengan meminimalkan konsumsi energi dalam
prosesnya. Jumlah tray minimum dapat ditentukan dengan menggunakan Fenske
Equation. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai N min atau jumlah tray
minimum sebesar 10.268. Dikarenakan nilai N min telah diperoleh, neraca mol pada
aliran Bottom dapat diketahui, sehingga akan diperoleh corrected mole balance. Untuk
mendapatkan neraca mol yang terkoreksi tersebut, mula-mula perlu untuk menentukan
nilai dari perbandingan antara komponen Heavy Key pada Distillate dan Bottom.
Berdasarkan perbandingan tersebut diperoleh nilai dHk/bHK yaitu 0.052468. Dengan
begitu nilai dari neraca mol untuk tiap-tiap komponen pada Bottom dapat ditentukan
dengan persamaan (18). Berdasarkan corrected mole balance ternyata komponen yang
awalnya diasumsikan semua keluar di distilat, pada kenyataannya masih ada
komposisinya yaitu sangat sangat sedikit terikut di bottom.
4. R min atau minimum reflux ratio merupakan jumlah minimum kondensat yang harus
direfluks-kan (dikembalikan ke dalam kolom distilasi) untuk memastikan pemisahan
yang efisien antara komponen-komponen dalam campuran cair. R min menunjukkan
rasio refluks yang memerlukan tray dengan jumlah yang tak terbatas. Nilai R min ini
dapat ditentukan menggunakan persamaan Underwood. Pada perhitungan ini,
dilakukan dua kali validasi nilai theta(ϴ), yakni theta 1(ϴ1) dan theta 2(ϴ2).
Berdasarkan kedua nilai theta(ϴ) tersebut, didapatkan bahwa theta 1(ϴ1)
memiliki nilai yang lebih akurat. Nilai tersebut adalah sebesar 1.0299 yang mana
cukup dekat dengan nilai alfa pada komponen Heavy Key, yakni 1. Setelah
mendapatkan nilai theta yang akurat, nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam
persamaan (21) untuk menentukan penjumlahan dari nilai ruas kiri pada tiap-tiap
komponen pada Distillate.Dengan cara demikian didapatkan nilai dari L∞min adalah
sebesar 7.311. Selanjutnya, dengan persamaan (23) diperoleh R min sebesar 1.2269.
Adapun nilai R min ini menyatakan rasio refluks paling optimal dengan memerlukan
banyak tray. Dengan demikian, diperoleh R minimum sebesar 1.2269, itu artinya akan
ada 1.2269 satuan untuk kondensat yang dikembalikan ke kolom tiap 1 satuan untuk
kondensat yang menjadi Distillate.
5. Berdasarkan Separation Process Principles Third Edition yang ditulis oleh Seader,
dkk, diketahui bahwa nilai dari rasio refluks operasi yang disarankan adalah sebesar
1.2-1.5 Rmin. Adapun pada kasus ini dipilih rasio antara R operasi dan R min sebesar
1.2. Sehingga R op = 1.2 R min. Berdasarkan hal tersebut, diperoleh bahwa R operasi
yang digunakan adalah sebesar 1.4723. Nilai ini tentunya lebih besar dari nilai R min.
Nilai R op lebih besar dari R min karena semakin besar rasio refluks, maka semakin
banyak produk atas kolom yang dikembalikan. Akibatnya, produk atas tersebut
semakin murni dan pemisahan lebih optimal meski dengan jumlah tray yang lebih
sedikit daripada yang sebelumnya. Dengan adanya refluks, beban kolom distilasi,
seperti jumlah tray menjadi berkurang. Adanya refluks tersebut membuat kebutuhan
tray dapat dikurangi, sebab semakin besar rasio refluksnya maka akan semakin sedikit
tray yang dibutuhkan, begitu pula sebaliknya. Nilai N min yang sebelumnya telah
didapatkan merupakan jumlah tray minimum dari kolom untuk dapat memisahkan
komponen-komponen pada umpan. Adapun pada kondisi real, diperlukan jumlah tray
yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan N min. Hal ini diperlukan sebab
diharapkannya produk dengan kualitas sebaik mungkin, sehingga pemisahannya perlu
dioptimalkan. Semakin banyak tray maka semakin banyak kontak antara fasa uap dan
cair. Tray memungkinkan terjadinya banyak kontak antara fasa uap dan cair sebab pada
setiap tray, uap naik dari bawah kolom dan bersentuhan dengan cairan yang mengalir
dari atas. Kontak antara fasa uap dan cair ini memungkinkan transfer massa, di mana
komponen-komponen yang lebih mudah teruap akan menguap dari cairan. Selain itu,
31
dengan adanya tray akan membantu dalam mengoptimalkan tingkat refluks dan kondisi
operasional lainnya. Untuk itu penentuan jumlah tray actual (N actual) perlu untuk
dilakukan. Terdapat banyak cara untuk menentukan nilai tray teoritis seperti
menggunakan metode Gilliland. Metode ini menggunakan persamaan Molokanov,
Ruschee, dan Eduljee. Dengan begitu, jika dikalkulasikan menggunakan persamaan
(27) akan diperoleh nilai N teoritis dengan persamaan Molokaov, Ruschee, dan Eduljee
secara berturut-turut adalah sebesar 24,2884; 23.9010; 23.6222, yang mana jika
disamakan dengan literatur dan dibulatkan menjadi 25 tray. Adapun pada penentuan
tersebut diasumsikan menggunakan tipe kondensor berupa total condenser dan type
reboiler berupa total reboiler, sehingga tidak ada penambahan tray pada kolom. Oleh
karena itu, didapatkan jumlah tray teoritis atau N teoritis sebanyak 25 tray dengan rasio
refluks operasi sebesar 1,4723.
6. Efisiensi tray pada distilasi mengacu pada kemampuan tray dalam kolom distilasi
untuk melakukan pemisahan yang efisien antara komponen-komponen dalam
campuran Efisiensi dari tray dapat ditentukan berdasarkan tiga metode, diantaranya
metode korelasi O’Connel, Kessler and Wankat, dan Seader. Sebelum menghitung
kebutuhan tray, alangkah baiknya terlebih dahulu menghitung nilai viskositas.
Viskositas perlu untuk diperhitungkan karena feed yang masuk dalam keadaan
saturated liquid. Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu cairan. Viskositas erat
kaitannya dengan volatilitas, yang mana merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
pemisahan komponen melalui metode distilasi. Hubungan antara viskositas dan
volatilitas ialah jika suatu cairan memiliki viskositas yang rendah, maka kemungkinan
besar juga memiliki volatilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel-partikel dalam
cairan tersebut lebih mudah untuk bergerak dan meninggalkan fase cairnya.
Sebaliknya, cairan dengan viskositas tinggi cenderung memiliki volatilitas yang rendah
karena partikelnya sulit untuk bergerak dan meninggalkan fase cairnya. Adapun
dengan diperolehnya nilai tray actual dan tray theoritical, dapat dikatakan dengan
adanya perhitungan viskositas dapat membuat jumlah tray meningkat. Tray
ditambahkan untuk dapat memisahkan komponen walau dengan adanya nilai viskositas
yang cukup berpengaruh. Dengan demikian, jumlah tray pada tray actual akan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tray theoritical sebab pada perhitungan tray actual
mempertimbangkan viskositas, yang mana memiliki impact pada jumlah tray tersebut,
seperti pada kasus ini yang mana N theoritical-nya berjumlah 25 sedangkan N actual-
nya berjumlah 31.
7. Tinggi kolom distilasi merupakan ukuran jarak tray teoritis dalam sebuah kolom
distilasi. Pada dasarnya, tinggi kolom distilasi ini mengacu pada jumlah tray teoritis
atau tray di dalam kolom distilasi yang dibutuhkan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan dalam proses distilasi. Penentuan ini perlu dilakukan untuk mencapai
pemisahan yang optimal. Setiap tray menambah tingkat pemisahan, dan tinggi kolom
distilasi harus cukup untuk memenuhi persyaratan pemisahan yang diinginkan. Selain
itu, untuk efisiensi energi dan biaya, Penentuan tinggi kolom distilasi yang tepat dapat
membantu mengoptimalkan efisiensi energi dalam proses distilasi.Pada kasus ini,
sebelum menentukan tinggi kolom, alangkah baiknya ditentukan letak feed terlebih
dahulu. Letak feed dapat ditentukan setelah mengetahui letak rectifying zone dan
stripping zone. Pada perhitungannya, untuk menentukan letak rectifying zone dan
stripping zone dapat menggunakan persamaan (31), diperoleh bahwa jumlah tray pada
rectifying zone adalah se-banyak 8 tray. Sementara itu, pada stripping zone memiliki
22 tray. Dengan nilai ini dapat ditentukan peletakan feed. Sebelumnya, telah
disinggung bahwa penomoran tray dilakukan dari bawah kolom. Itulah mengapa
didapatkan bahwa stripping zone diletakkan pada tray nomor 1 sampai 22, sebab zona
32
tersebut memiliki tray sebanyak 22. Sementara itu, feed diletakkan pada tray ke-23,
sebab tray feed tentunya berada di antara rectifying zone dan stripping zone. Adapun
rectifying zone diletakkan pada tray nomor 24 sampai 31, sebab jumlah tray pada kasus
ini hanya sampai 31 tray. Adapun tinggi kolom distilasi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (33), yang mana dengan persamaan tersebut diperoleh tinggi
kolom distilasi setinggi 17 meter. Adapun ke dalam persamaan tersebut diasumsikan
tutup atas dan bawah kolom berdiameter 1.5 meter dan dengan lebar tray 0.45 meter.
8. Analisis neraca energi pada distilasi multikomponen merupakan suatu pendekatan
krusial dalam memahami transformasi energi yang terjadi selama proses pemisahan
campuran cair. Pada kasus ini analisi tersebut digunakan untuk menentukan jenis
kondenser dan reboiler, serta fluida pemanas dan pendinginnya. Pada reboiler dengan
jenis Kettle Reboiler (STHE), fluida pemanas yang digunakan adalah saturated steam
dengan laju alir massa 65 kg/jam. Sementara itu pada kondenser dengan jenis Total
Condenser (STHE), fluida pendingin yang digunakan ialah Downterm A dengan laju
alir massa 832,2338 kg/jam.
3.2.2 Saran
Saran kami untuk tugas serupa ialah agar menghindari waktu mendekati libur. Sebab
sangat sulit untuk mengatur waktu seperti saat ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
[2] Felder & Rosseau (2005) Elementary Principles of Chemical Processes 3ed
[3] Fenske, M. R. (1932). "Distillation and Vapor Pressure in Binary Mixtures." Industrial
……. & Engineering Chemistry, 24(4), 482-486.
[5] McCabe, W. L., Smith, E. J., & Harriott, P. (2005). "Unit Operations of Chemical
……..,Engineering." McGraw-Hill.
[6] Seader, J. D., & Henley, E. J. (1998). "Separation Process Principles". Wiley.
34