Anda di halaman 1dari 13

MODUL 4

PESAWAT ATWOOD

Nama Praktikan/NIM : Axel Matthew Tan/101322126


Anggota Kelompok/NIM : 1. Daffa Alfariza Rahman/101322121
2. Christopher Marshello Eljata
Simanungkalit/101322122
3. Aisyah Iffatussilmi Nugraha/101322123
4. Teuku Riski Aldiansyah/101322124
5. Raditya Demas Pratama/101322125
Kelas : PE1C
Tanggal Praktikum : Selasa, 20 Desember 2022
Tanggal laporan : Selasa, 27 Desember 2022
Pimpinan/Asisten Praktikum : Isna Rizkydianita Septrima
I. INTISARI
Pada praktikum modul 4 ini kita mempelajar tentang Pesawat Atwood. Yang
mempelajari cara kerja dengan menggunakan pesawar atwood yang tersusun dari seutas
tali yang dihubungkan dengan katrol dan pada masing-masing ujung tali dikaitkan
dengan massa beban M1 dan M2 dibantu oleh mesin pencacah waktu. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara kerja GLB (Gerak Lurus Beraturan) dan GLBB
(Gerak Lurus Berubah Beraturan) yang berhubungan erat dengan rumus hukum
sekarang yang dikenal dengan Hukum Newton.
Dalam Praktikum ini juga akan membuktikan “Prinsip Inersia” yang diusulkan
Galileo dan mempelajari cara kerja menggunakan mesin pencacah waktu dengan mode
Timing 1 dan 2. Pada GLB (Gerak Lurus Beraturan) saat jarak (s) nya bertambah, maka
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut juga bertambah. Jadi kecepatan
(v) nya berubah-ubah tergantung jarak dan waktu tempuhnya. Jika berbeda maka
perbedaannya tidak jauh atau sedikit.

Kata Kunci : Berhubungan , GLB (Gerak lurus Beraturan, Pesawat Atwood, Prinsip
Inersia

II. PENDAHULUAN
2.1.Tujuan
1. Menghitung kecepatan gerak benda pada GLB (Gerak Lurus Beraturan).
2. Menentukan kecepatan gerak benda pada GLBB (Gerak Lurus Berubah
Beraturan).
3. Menghitung momen inersia sebuah katrol.

2.2. Dasar Teori


Gaya memiliki arah dan besar, sehingga merupakan vektor yang mengikuti
penjumlahan vektor. Kita dapat menandai setiap gaya dalam diagram dengan panah.
Arah panah adalah arah dorongan atau tarikan dan panjangnya digambarkan dalam
kaitannya dengan besarnya gaya (Giancoli, 2001:90-91).

Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati


hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai dikembangkan sekitar
abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi g. Dalam kehiduapan
sehari-hari kita bias menemui penerapan pesawat Atwood pada cara kerja lift.
Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah katrol,
dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Jika massa
benda m1 dan m2 sama (m1 = m2), maka keduanya akan diam. Akan tetapi jika massa
benda m2 lebih besar dari pada massa benda m1 (m2 > m1), maka massa m1 akan tertarik
oleh massa benda m2.
Adapun gerak yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya:
1. Gerak Lurus Beraturan
Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya benda bergerak lurus
tanpa ada percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
S= v/t keterangan
S = jarak tempuh benda
v = kelajuan
t = waktu tempuh

2. Gerak lurus Berubah Beraturan


Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan
percepatan a adalah konstan.
S= S0+v0t +1/2 at2 keterangan S = jarak yang ditempuh
S0= jarak awal
v0= kecepatan awal
t = waktu

Hukum-hukum yang terjadi pada pesawat Atwood diantaranya:


Hukum I Newton berbunyi “jika sebuah benda atau system tibak dipengaruhi
oleh gaya luar, maka benda atau system benda itu akan selalu dalam keadaan
setimbang”.[1] Jika semula benda diam, maka selamanya benda itu akan diam. Dan
jika benda semula bergerak maka benda akan bergerak lurus beraturan. Secara
matematis hukum I Newton dirumuskan sebagai
∑F = O
Yang diturunkan dari persamaan ∑F = dp/dt dimana p adalah momentum linier.

Hukum II Newton berbunyi “jika suatu benda atau system benda diberikan
gaya luar, maka percepatan yang ditimbulkan besarnya berbanding lurus dengan
resultan gaya itu, dan searah dengan arah gaya tersebut”.[2] Semakin besar resultan
gaya F maka percepatan a akan semakin besar. Secara matematis Hukum II Newton
dapat dituliskan dengan persamaan:
∑F = ma

Hokum III Newton menyatakan bahwa “gaya-gaya selalu terjadi dalam


pasangan aksi-reaksi, dan bahwa gaya reaksi adalah sama besar dan berlawanan arah
dengan gaya aksi”.[3]
Faksi = -Freaksi

Jika kita tinjau dari gaya-gaya yang bekerja dan gerak yang terjadi pada pesawa
atwood, maka kita akan membaginya menjadi beberapa gerak, yaitu:

Gerakan dari C ke A
Benda m1 bergerak dipercepat beraturan ke atas, dan benda m2 bergerak
dipercepat ke bawah. Jika gesekan katrol FK diperhitungkan, maka akan diperoleh
gaya-gaya sebagai berikut:
∑F = ma
W2 - W1 – Fk = m tota
(m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + mk) a
(m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + I/R2) a
a= (m2 - m1)g –
Fk
(m1 + m2 + I/R2)
Jika m2 = m1 + m, maka akan dipeoleh nilai a
a= mg – Fk
(m1 + m2 + I/R2)

Gerakan dari A ke B
Jika waktu dari A ke B adalah tAB dan jarak tempuhnya adalah SAB, maka akan
diperoleh hubungan
SAB = vtAB
Gerakan dari A ke B merupakan gerak beraturan, jadi benda tidak mengalami
penambahan kelajuan, sehingga percepatannya sama dengan nol (a=0).
2.3. Daftar Peralatan
Tabel 2. Alat-alat percobaan

No. Alat dan Bahan Fungsi

Atwood bertiang
1 Untuk mengamati kinematika gerak.
ganda

2 Tali nilon. Menghubungkan 2 beban silinder.

3 Silinder kuningan Penambah beban.

Beban tambahan
4 Penambah beban.
bercelah

Pengheneti beban Menahan beban bercelah di percobaan


5
dengan lubang GLB.

Penghenti beban tanpa


6 Menahan beban silinder.
lubang

Pemegang beban
7 Menahan dan melepaskan beban silinder.
dengan pegas

Pewaktu Pencacah Menghitung waktu perpindahan beban


8
(Time Counter) AT-01 silinder.

Sebagai sensor yang digunaan bersamaan


9 Gerbang cahaya
dengan Pewaktu Pencacah.

Gambar 2.1. Pesawat Atwood


2.4. Prosedur Percobaan
2.4.1. Gerak Lurus Beraturan

TIMING I

1. Panjang beban silinder diukur dan dicatat.


2. Gerbang cahaya 1 dan 2 dihubungkan dengan panel bagian belakang
pencacah waktu AT-01.
3. Pencacah waktu dinyalakan dan fungsi diatur pada TIMING I.
4. Jarak objek-objek berikut diatur:
- Penghenti beban berlubang berada pada skala 30 cm (10 cm dari
𝑀2 )
- Gerbang cahaya 1 pada skala 100 cm.
- Gerbang cahaya 2 pada skala 120 cm.
5. 5 beban tambahan (m) bercelah ditambahkan pada 𝑀2 .
6. 𝑀1 dilepaskan dengan menekan pegas sehingga 𝑀1 bergerak ke atas,
sedangkan 𝑀2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh
penghenti beban tanpa lubang.
7. Nilai waktu yang ditampilkan di layar pencacah waktu dicatat pada
Tabel 3.1.
8. Posisi 𝑀1 dan 𝑀2 dikembalikan seperti semula, yaitu 𝑀1 pada
pemegang beban, kemudian tekan tombol FUNCTION untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka 0 (reset to zero).
9. Langkah 5-8 diulangi sebanyak 5 kali.

TIMING II

1. Fungsi pencacah waktu diatur pada TIMING II dengan cara menekan


tombol FUNCTION sampai lampu indikator merah berada pada
TIMING II.
2. Jarak objek-objek berikut diatur ulang:
- Gerbang cahaya 1 pada skala 80 cm.
- Gerbang cahaya 2 pada skala 100 cm.
3. 5 beban tambahan (m) bercelah ditambahkan pada 𝑀2 .
4. 𝑀1 dilepaskan dengan menekan pegas sehingga 𝑀1 akan bergerak ke
atas, sedangkan 𝑀2 akan bergerak ke bawah dan berhanti saat
menyentuh penghenti beban tanpa lubang.
5. Dengan fungsi TIMING II akan diperoleh 1 data waktu. Nilai waktu
yang diitampilkan di layar pencacah waktu dicatat pada Tabel 3.2.
6. Posisi 𝑀1 dan 𝑀2 dikembalikan seperti semula, dengan 𝑀1 pada
penegang beban, kemudian tekan tombol FUNCTION pada pencacah
waktu untuk mengembalikan nilai waktu ke angka 0 (reset to zero).
7. Posisi gerbang cahaya 2 diubah dengan penambahan skala 5 cm.
8. Langkah 4-8 diulangi hingga jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2
sebesar 50 cm. Ccatat nilai jarak tersebut sebagai s.
2.4.2. Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Penahan beban dilepas dari tiang.
2. Gerbang cahaya 1 dipasang tepat di bawah beban silinder 𝑀2 .
3. Posisi gerbang cahaya 2 diatur agar berjarak 20 cm dari gerbang cahaya
1.
4. 5 buah beban bercelah (m=25 gram) ditambahkan pada beban silinder
𝑀2 .
5. Fungsi pencacah waktu diatur pada TIMING II dengan cara menekan
tombol FUNCTION sampai lampu indikator merah berada pada
TIMING II.
6. 𝑀1 dilepas dengan menekan pegas sehingga 𝑀1 akan bergerak ke atas,
sedangkan 𝑀2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh
penghenti beban tanpa lubang.
7. Nilai waktu yang ditampilkan pada layar pencacah waktu dicatat di
Tabel 3.3.
8. Beban 𝑀1 ditahan kembali menggunakan pemegang beban sehingga
𝑀2 berada di posisi semula, kemudian tekan tombol FUNCTION pada
Pewaktu Pencacah untnuk mengembalikan nilai waktu ke angka 0.
9. Posisi gerbang cahaya 2 diubah dengan penambahan skala 5 cm
sehinigga jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2 menjadi 25 cm.
10. Langkah 4-7 diulangi dengan penambahan jarak 5 cm dari posisi
terakhir hingga jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2 sebesar 65cm
(terdapat 10 data).

III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


3.1. Gerak Lurus Beraturan
a. TIMING I
Tabel 3.1 Data dan hasil perhitungan timing I percobaan gerak lurus beraturan
Panjang Silinder 𝑬𝟏 (s) 𝑬𝟐 (s) 𝑽𝟏 (m/s) 𝑽𝟐 (m/s)
(m)
0.05 81.68 68.71 6.1𝑥10−4 7.2𝑥10−4
87.85 71.93 5.6𝑥10−4 6.9𝑥10−4
87.28 70.83 5.7𝑥10−4 7.0𝑥10−4
Rata-Rata 85.603 70,49 5.8𝑥10−4 7.03𝑥10−4
*Panjang Silinder = 5 cm = 0.05m *E = waktu (t)

𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 (𝑚)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑣) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡)

1. Sampel data 1 (𝐸1 )


𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 (𝑚) 0.05
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑣) = = 81.68 = 0.00061 𝑚⁄𝑠 = 6.1𝑥10−4 𝑚⁄𝑠
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡)

2. Sampel data 2 (𝐸2 )


𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 (𝑚) 0.05
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑣) = = = 0,00072 𝑚⁄𝑠 = 7.2𝑥10−4 𝑚⁄𝑠
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡) 68.71

b. TIMING II
Tabel 3.2 Data dan hasil perhitungan timing II percobaan gerak lurus
beraturan
𝑺 (𝒎) 𝒕 (𝒔) 𝒗 (𝒎/𝒔)
0.20 0.4859 0.411
0.25 0.5463 0.457
0.30 0.7475 0.401
0.35 0.7871 0.444
0.40 1.293 0.309
0.45 1.306 0.344
0.50 1.772 0.282
*S: Jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2 *Waktu dalam ms diubah ke s
Sampel data :
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 (𝑚) 0.20
𝑣= = 0.48 = 0,41 𝑚⁄𝑠
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡)

3.2.Gerak Lurus Berubah Beraturan


Tabel 3.3 data dan hasil perhitungan percobaan gerak lurus berubah beraturan
𝑺𝒕 (𝒎) 𝒕 (𝒔) 𝒕𝟐 (𝑺𝟐 ) 𝒗 (𝒎/𝒔)
0.20 0.5885 0.3464 0.3398
0.25 0.6597 0.4352 0.3789
0.30 0.7925 0.6280 0.3785
0.35 0.7932 0.6291 0.4412
0.40 0.8575 0.7353 0.4664
0.45 0.9285 0.8621 0.4846
0.50 0.9923 0.9846 0.5038

3.3.Momen Inersia Katrol

Regresi linear

Tabel 3.4 Data pengamatan untuk perhitungan momen inersia katrol


𝑴𝟏 (𝒌𝒈) 0.1
𝑴𝟐 (𝒌𝒈) 0.1
𝑹 (𝒎) 0.06
𝒎 (𝒌𝒈) 0.025

Sampel data :
(𝑀2 + 𝑚 − 𝑀1 )𝑔
𝐼=[ − (𝑀2 + 𝑚 + 𝑀1 )] 𝑅2
𝑎
(0.1 +0.025 − 0.1) 9.8
=[ − (0.1 + 0.025 + 0.1)] 0.062
0.9496

= 0.000118812 𝐾𝑔. 𝑚2

IV. PEMBAHASAN
4.1.GERAK LURUS BERATURAN
Pada percobaan TIMING I, rata-rata antara vl dan v2 hanya memiliki satu
perbedaan, namun sangat kecil. Pada percobaan TIMING II nilai bervariasi dengan
bertambahnya nilai s (jarak) dan nilai t (waktu) bertambah. juga penentuan jarak
bertambah, sehingga v berubah. Perubahan dihasilkan dari jarak dan waktu tempuh Ada
perbedaan antara hasil nilai-nilai ini, tetapi hanya kecil. Dalam percobaan TIMING I
diputuskan bahwa mempercepat vl dan waktu tempuh. v2 berbeda karena waktu yang
ditempuh kedua benda berbeda walaupun jaraknya tetap. tanpa membuang waktu. Alat
yang kita gunakan dalam latihan ini adalah katrol yang ideal, jika ada gesekan udara
tetap tidak akan jatuh. Sebaliknya, pada WAKTU H, jarak bertambah dengan
percepatan, waktu bertambah, sehingga kecepatan v memiliki nilai yang berbeda

4.2.GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN(GLBB)


Perubahan kecepatan dari waktu ke waktu, ketika waktu lebih besar, itu juga
dipengaruhi oleh kecepatan yang lebih besar. Suatu benda dapat dikatakan mengalami
kurva yang terus berubah ketika suatu benda memiliki kecepatan variabel dan
kecepatan konstan. dengan perubahan kecepatan dari waktu ke waktu.

4.3.MOMEN INERSIA
Momen inersia dari hasil percobaan adalah 0.000118812 𝐾𝑔. 𝑚2 .Variabel
yang mempengaruhi momen inersia benda adalah massa benda,dan percepatan
benda,jari-jari katrol dan massa beban tambahan tidak mengalami pengaruh terhadap
percepatan dikarenakan konstan.

V. KESIMPULAN
1. Menghitung kecepatan gerak benda pada GLB (Gerak Lurus Beraturan) dapat dilihat
di tabel 3.1 dan tabel 3.2
2. Menentukan kecepatan gerak benda pada GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan)
di tabel 3.3.
3. Menghitung momen inersia sebuah katrol dapat dilihat di tabel 3.4.

VI. REFRENSI

Giancolli Douglas C. 1998. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Erlangga: Jakarta.

Tippler. 1991. Fisika Untuk Sains dan Tehnik. Erlangga:Jakarta.

Supiyanto. 2006. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Phiβeta: Jakarta.

Arsini, S.Si., M.Sc.2012. Panduan Praktikum Fisika Dasar 1. IAIN Walisongo: Semarang.
VII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai