Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA KLASIK

PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktikum Mekanika Klasik
Yang Dibimbing oleh Bapak Joko Utomo, S,Si, M.Sc.

Disusun oleh :

Nama : Puan Az Zahra Adha Wahyudi


NIM : 220322604060
Offering :N
Kelompok :4

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN S1 FISIKA
DESEMBER 2023
PESAWAT ATWOOD
A. TUJUAN
1. Memverifikasi Hukum II Newton.
2. Dapat menentukan momen inersia benda.

B. DASAR TEORI
Pesawat Atwood pertama kali ditemukan pada tahun 1746 – 1807 oleh George
Atwood dan digunakan untuk menjelaskan hubungan Hukum II Newton, tegangan,
kecepatan, percepatan, energi potensial, energi kinetic yang mana alat ini menggunakan dua
beban/pemberat yang sama besar yang dihubungan dengan tali pada sebuah katrol (Wasino,
2013). Mesin Pesawat Atwood merupakan suatu alat fisika yang mulai dikembangkan pada
abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi yang bekerja berdasarkan prinsip
Hukum Newton. Alat ini terdiri dari dua sistem beban yang mula-mula diam diikatkan pada
tali ringan yang melalui sebuah katrol licin (Tipler, 2001).
Griffith (1995), telah berhasil membuat suatu alat yang dapat dengan mudah
menghitung waktu benda jatuh dari ketinggian tertentu dengan menggunakan alat yang
disebut Free Fall Timer. Berdasarkan hal tersebut, dapat dirancang suatu sistem otomatisasi
yang dapat digunakan dalam pengoperasian mesin pesawat Atwood sehingga data yang
diperoleh lebih akurat. Sistem ini diharapkan dapat dengan otomatis mengaktifkan stopwatch
ketika beban mulai bergerak dan menon-aktifkan stopwatch ketika beban berhenti bergerak.
Setiap benda yang berputar atau berotasi akan memiliki kelembaman rotasi benda, terhadap
suatu sumbu rotasi tertentu. Kelembaman rotasi benda tergantung pada sumbu rotasi. tertentu
yang dikitarinya dan juga pada bentuk benda dan cara massa tersebar dalam benda tersebut
(Halliday, 1999: 348).
Pesawat Atwood adalah alat percobaan fisika untuk penerapan hukum tentang gerak
yang terdiri dari dua beban dengan massa yang sama M1 dan M2 yang bisa disebut sebagai
m (m1 = m2 = M) dihubungkan dengan tali yang memiliki gaya tegangan T melalui sebuah
katrol dan digunakan untuk menentukan nilai kecepatan, percepatan, dan momen inersia
(Wasino, 2013). Pesawat Atwood merupakan salah satu eksperimen fisika yang sering
digunakan dalam memahami konsep mekanika gerak, yakni gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada eksperimen pesawat Atwood, peserta didik
dapat mengamati langsung prinsip hukum I Newton dan hukum II Newton. Dalam
pelaksanaan eksperimen pesawat Atwood, umumnya pengukuran parameter gerak benda
dilakukan secara manual. Pengukuran jarak tempuh menggunakan mistar atau meteran
sedangkan pengukuran waktu tempuh benda dengan menggunakan stopwatch. Kedua proses
pengukuran ini sangat rentan akan kesalahan, baik kesalahan dari faktor sensitivitas alat ukur
ataupun kesalahan pada waktu pembacaan data. Salah satu solusi untuk mengurangi
kesalahan pengukuran adalah dengan menggunakan aplikasi Tracker. Tracker merupakan
perangkat lunak untuk menganalisis gerak benda melalui video. Selanjutnya dengan aplikasi
Tracker, video dipecah menjadi kumpulan frame sehingga dihasilkan parameter pengukuran
yang lebih akurat. (Richardo, 2018)
Gambar 1. Gaya-gaya yang bekerja pada M1 dan M2.

Dengan mengabaikan massa tali dan momen inersia katrol, maka resultan gaya (ΣF) pada
beban silinder M1
T – (M1 + m1)g = (M1 + m1) a.........(1)
sedangkan pada beban silinder M2
(M1 + m1) g − T = (M1 + m1) a.........(2)
Dengan T adalah tegangan tali dan g adalah percepatan gravitasi.
Jika persamaan (1) dan (2) dijumlahkan untuk mengeliminasi tegangan
tali T, maka akan diperoleh
[(M2 + m2) − (M1 + m1)]g = (M1 + m1 + M2 + m2)
[(M2 + m2) − (M1 + m1)]
a = g
(M1+m1+M2+m2)

Untuk memverifikasi Hukum II Newton dilakukan 2 tahap percobaan. Yang pertama


adalah mengubah selisih massa M1, dan M2 dengan massa total tetap. Perubahan selisih
massa tujuannya untuk menunjukkan hubungan antara percepatan dengan fungsi gaya.
Sedangkan yang kedua adalah mengubah total massa M1 dan M2 dengan selisih massa tetap.
Perubahan massa total bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara percepatan dengan
fungsi massa. Beban bercelah digunakan untuk memvariasikan massa M1 dan M2 (Tim
Praktikum Mekanika Klasik, 2023).
C. ALAT DAN BAHAN
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan pesawat atwood, sebagai
berikut :
No Nama alat Gambar
1 Gunting

2 Mesin pencacah waktu

3 Neraca digital

4 Benang

5 Beban penggantung
6 Beban (M1 dan M2)

7 Penggaris

8 Gerbang Cahaya

9 Katrol

10 Set alat percobaan pesawat atwood


D. SKEMA PERCOBAAN
Berikut adalah set alat percobaan pesawat atwood:

Gambar 2. Skema percobaan pesawat atwood

Gambar 3. Set alat rangkaian pesawat atwood


E. PROSEDUR PERCOBAAN
𝑴𝟏 dan 𝑴𝟐: Selisih Massa Berubah, Massa Total tetap.
1. Menghubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 dengan panel bagianbelakang
Pewaktu Pencacah AT-01.
2. Menyalakan Pewaktu Pencacah dan mengatur fungsi pada
TIMING 1.
3. Menambahkan 5 beban tambahan bercelah pada 𝑀2, (masing- masing
beban bermassa 5 gram). Mencatat massa tambahan sebagai 𝑚2.
4. Mengukur panjang 𝑀2 setelah menambah beban. Kemudian mencatat nilai
pada kolom 𝑠 pada tabel 1.
5. Melepaskan 𝑀1 dengan menekan pegas sehingga 𝑀1 akan bergerak ke
atas, sedangkan 𝑀2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh
penghenti beban tanpa lubang.
6. Dengan fungsi TIMING 1 akan diperoleh 2 data waktu: E1 dan E2.
Kemudian menekan CH OVER untuk melihat nilai E1 dan E2 secara
bergantian dan mencatat nilai waktu yang ditampilkan di layar Pewaktu
Pencacah pada kolom 𝑡1 dan 𝑡2, di Tabel 1.
7. Mengembalikan posisi 𝑀1 dan 𝑀1 seperti semula, yaitu 𝑀1 pada
pemegang beban, kemudian menekan tombol FUNCTION untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka 0(reset to zero).
8. Memindahkan 1 beban tambahan dari 𝑀2 ke 𝑀1 sehingga selisih massa
antara 𝑀1 dan 𝑀2 menjadi 15 𝑔𝑟𝑎𝑚 denganmassa total tetap. Kemudian
mencatat beban tambahan 𝑚1 pada kolom 𝑚1 di Tabel 1.
9. Mengulangi langkah 4 – 7.
10. Memindahkan 1 beban tambahan dari 𝑀2 ke 𝑀1, sehinggaselisih massa
antara 𝑀1 dan 𝑀2 menjadi 5 gram, kemudian mengulang kembali langkah
4 – 7.
𝑴𝟏 dan 𝑴𝟐: Selisih Massa Berubah, Massa Total berubah.
1. Menghubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 dengan panel bagianbelakang
Pewaktu Pencacah AT-01.
2. Menyalakan Pewaktu Pencacah dan mengatur fungsi pada
TIMING 1.
3. Menambahkan 1 beban tambahan bercelah pada 𝑀2. Kemudianmencatat
massa tambahan sebagai 𝑚2 pada Tabel 2
4. Mengukur panjang M setelah menambah beban, lalu mencatatnilai
tersebut pada kolom 𝑠 di Tabel 2.

5. Melepaskan 𝑀1 dengan menekan pegas sehingga 𝑀1 akan bergerak ke


atas, sedangkan 𝑀2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh
penghenti beban tanpa lubang.
6. Dengan fungsi TIMING I akan memperoleh 2 data waktu: E1 dan E2.
Kemudian menekan CH. OVER untuk melihat nilai E1 dan E2 secara
bergantian, lalu mencatat nilai waktu yang ditampilkan di layar Pewaktu
Pencacah pada kolom 𝑡1 dan 𝑡2 di Tabel 2.
7. Mengembalikan posisi 𝑀1 dan 𝑀2 seperti semula, yaitu 𝑀1 pada
pemegang beban, kemudian menekan tombol FUNCTION untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka o(reset to zero).
8. Menambahkan 1 beban tambahan pada 𝑀1 dan 𝑀2 sehingga massa total
menjadi 15 𝑔𝑟𝑎𝑚 dan selisih massa tetap 5 gram.
9. Mengulangi langkah 4 – 7.
10. Menambahkan 1 beban tambahan pada 𝑀1 dan 𝑀2 sehingga massa total
menjadi 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 kemudian melakukan langkah 4
– 7.
F. DATA PENGAMATAN
M1 = (0,065 ± 0,0005) kg
M2 = (0,065 ± 0,0005) kg
h = (0,40 ± 0,0005) m

Tabel 1. M1 dan M2 : Selisih Massa Berubah, Massa Total Tetap


𝐦𝟏 (kg) 0 ± 0,0005 0,005 ± 0,0005 0,01 ± 0,0005
𝐦𝟐 (kg) 0,025 ± 0,0005 0,02 ± 0,0005 0,015 ± 0,0005
[(𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) – (𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 )] (kg) 0,025 ± 0,0005 0,015 ± 0,0005 0,005 ± 0,0005
(𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 + 𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) (kg) 0,155 ± 0,0005 0,155 ± 0,0005 0,155 ± 0,0005
s (m) 0,035 ± 0,0005 0,034 ± 0,0005 0,033 ± 0,0005
𝐭 𝟏 (s) 0,0890 0,1657 0,2059
𝐭 𝟐 (s) 0,0244 0,0400 0,1007
𝐯𝟏 (m/s) 0,3930 0,2050 0,1600
𝐯𝟐 (m/s) 1,4370 0,8520 0,3280
𝐚 (m/s )2 0,3820 0,1360 0,0160

M1 = (0,065 ± 0,0005) kg
M2 = (0,065 ± 0,0005) kg
h = (0, ± 0,0005) m

Tabel 2. M1 dan M2 : Selisih Massa Tetap, Massa Total Berubah.

𝐦𝟏 (kg) 0 ± 0,0005 0,005 ± 0,0005 0,01 ± 0,0005


𝐦𝟐 (kg) 0,005 ± 0,0005 0,01 ± 0,0005 0,015 ± 0,0005
[(𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) – (𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 )] (kg) 0,005 ± 0,0005 0,005 ± 0,0005 0,005 ± 0,0005
(𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 + 𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) (kg) 0,135 ± 0,0005 0,145 ± 0,0005 0,155 ± 0,0005
s (m) 0,031 ± 0,0005 0,032 ± 0,0005 0,033 ± 0,0005
𝐭 𝟏 (s) 0,1222 0,1471 0,0529
𝐭 𝟐 (s) 0,0119 0,0159 0,0337
𝐯𝟏 (m/s) 0,2540 0,2180 0,6240
𝐯𝟐 (m/s) 2,6030 2,0100 0,9790
𝐚 (m/s2) 1,342 0,7990 0,1140

• Variabel bebas : m1, m2


• Variabel control :M1, M2, h
• Variabel terikat : t, v, a
• NST neraca : 0,0005 kg
• NST penggaris : 0,01 m

G. ANALISIS DATA
Metode Analisis
Nilai v1 dan v2 diperoleh dengan persamaan:

s s
v1 = v2 =
t1 t2
v1 dan v2 adalah kecepatan benda saat melewati gerbang cahaya pertama dan kedua,
dimana persamaannya dapat ditulis seperti persamaan diatas, s adalah panjang M2
setelah ditambah beban, sedangkan t1 dan t 2 adalah waktu yang diperlukan benda saat
melewati gerbang cahaya pertama dan kedua.
Selanjutnya didapatkan persamaan percepatan yaitu:

v22 = v12 + 2ah


v22 − v12
a=
2ah

a = percepatan benda (m/s2)


v1 = kecepatan benda saat melewati gerbang cahaya 1 (m/s)
v2 = kecepatan benda saat melewati gerbang cahaya 2 (m/s)
h = jarak gerbang cahaya 1 ke gerbang cahaya 2 (m/s)

Pada praktikum ini juga akan dicari grafik hubungan antara selisih massa dengan
percepatan dan massa total dengan percepatan. Dalam membuat grafik, digunakan ralat
kuadrat terkecil untuk mencari persamaannya, yaitu:

y = a + bx
(∑y)(∑x 2 ) − (∑x)(∑xy)
a=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

n(∑xy) − (∑x)(∑y)
b=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

1 (∑y 2 )(∑y)2 − 2(∑x)(∑xy)(∑y) + n(∑xy)2


sy = √|∑y 2 − |
n−2 n(∑x 2 ) − (∑x)2

(∑x 2 )
sa = sy √
n(∑x 2 ) − (∑x)2

n
sb = sy √
n(∑x 2 ) − (∑x)2

sa
R a = | | × 100%
a
sb
R b = | | × 100%
b
1. Hasil Perhitungan
a. Membuat grafik hubungan antara selisih massa [(M2 + m2 ) – (M1 + m1 )] dengan
percepatan a , sesuai dengan tabel di bawah ini:
No. 𝐱 = [(𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) y=a x2 y2 xy
−(𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 )]
1. 0,025 0,382 0,000625 0,146125 0,009557
2. 0,015 0,136 0,000225 0,018616 0,002047
3. 0,005 0,016 0,000025 0,000267 8,17E-05
∑ 0,045 0,535045 0,000875 0,165008 0,011685
∑2 0,002025 0,286273 7,66E-07 0,027228 0,000137
Selanjutnya menghitung 𝐯𝟏 , 𝐯𝟐 𝐝𝐚𝐧 𝐚
Percobaan 1
▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,035
v1 =
0,0890
v1 = 0,3930 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,035
v2 =
0,0244
v2 = 1,4370 m/s
▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
2h
1,43702 − 0,39302
a=
2(0,4)
a = 0,382 m/s2

Percobaan 2
▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,034
v1 =
0,1657
v1 = 0,2050 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,034
v2 =
0,0400
v2 = 0,8570 m/s
▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
2h
0,85702 − 0,20502
a=
2(0,4)
a = 0,136 m/s2

Percobaan 3
▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,033
v1 =
0,2059
v1 = 0,1600 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,033
v2 =
0,1007
v2 = 0,3280 m/s
▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
h
0,32802 − 0,16002
a=
2(0,4)
a = 0,016 m/s2
Selanjutnya melakukan perhitungan dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil untuk mencari nilai persamaan grafik atau y = a + bx.

a) melakukan perhitungan dengan metode ralat kuadrat terkecil untuk mencari


persamaan grafik

y = a + bx

1 (∑y2 )(∑y)2 −2(∑x)(∑xy)(∑y)+n(∑xy)2


sy = n−2 √|∑y 2 − |
n(∑x2 )−(∑x)2

1 (0,000875)(0,286273)−2(0,045)(0,11685)(0,535045)+3(0,000137)
sy = 3−2 √|0,165008 − |
3(0,000875)−(0,002025)

sy = 0,0513255

Mencari koefisien variabel x


(∑y)(∑x2 )−(∑x)(∑xy)
a= n(∑x2 )−(∑x)2

(0,535045)(0,000875)−(0,045)(0,011685)
a= 3(0,000875)−(0,002025)

a = −0,0960933

(∑x2 )
sa = sy √n(∑x2)−(∑x)2

(0,000875)
sa = 0,0513255√3(0,000875)−(0,002025)

sa = 0,06198143

s
R a = | aa | × 100%

0,0513255
R a = |−0,0960933| × 100%

R a = 64 % (2 AP)

Mencari konstanta b
n(∑xy)−(∑x)(∑y)
b= n(∑x2 )−(∑x)2

3(0,011685)−(0,045)(0,535045)
b= 3(0,000875)−(0,002025)
b = 18,2961142

n
sb = sy √n(∑x2)−(∑x)2

3
sb = 0,0513255√3(0,000875)−(0,002025)

sb = 3,62926076

s
R b = | bb | × 100%

3,62926076
R b = |18,2961142| × 100%

R b = 19 % (2 AP)

Didapatkan grafik sebagai berikut:


Persamaan grafik y = 18,296x – 0,0961 dan R² = 0,9621

Grafik 1. Hubungan antara selisih massa dengan percepatan

Pada grafik yang diperoleh, selisih massa sebagai fungsi gaya semakin besar
maka percepatan yang dialami benda juga semakin besar, sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih massa sebagai fungsi gaya berbanding lurus dengan
percepatan benda. Hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana ketika selisih massa
benda semakin besar, maka gaya tarik dari benda juga akan semakin besar,
sehingga percepatan gerak benda juga akan semakin besarr.
b) Membuat grafik hubungan antara selisih massa [(M2 + m2 ) + (M1 + m1 )] dengan
percepatan a , sesuai dengan tabel di bawah ini:

No. 𝐱 = [(𝐌𝟐 + 𝐦𝟐 ) y=a x2 y2 xy


+(𝐌𝟏 + 𝐦𝟏 )]

1. 0,135 1,342 0,018225 1,801231 0,181183


2. 0,145 0,799 0,021025 0,637755 0,115796
3. 0,155 0,114 0,024025 0,012957 0,017644
∑ 0,435 2,255 0,063275 2,451944 10,314623
∑2 0,189225 5,083 0,004004 6,012028 0,098988

Menghitung 𝐯𝟏 , 𝐯𝟐 𝐝𝐚𝐧 𝐚

▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,031
v1 =
0,1222
v1 = 0,254 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,031
v2 =
0,01191
v2 = 2,603 m/s
▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
2h
2,6032 − 0,2542
a=
2(0,4)
a = 1,342 m/s 2

Percobaan 2
▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,032
v1 =
0,1471
v1 = 0,218 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,032
v2 =
0,0159
v2 = 2,010 m/s
▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
2h
2,0102 − 0,2182
a=
2(0,4)
a = 0,799 m/s 2

Percobaan 3
▪ Kecepatan 1 (v1 )
s
v1 =
t1
0,033
v1 =
0,0529
v1 = 0,624 m/s
▪ Kecepatan 2 (v2 )
s
v2 =
t2
0,033
v2 =
0,0337
v2 = 0,979 m/s

▪ Percepatan (a)
v2 2 − v1 2
a=
2h
0,9792 − 0,6242
a=
2(0,4)
a = 0,114 m/s 2

Selanjutnya melakukan perhitungan dengan menggunakan metode kuadrat


terkecil untuk mencari nilai persamaan grafik atau y = a + bx.

1 (∑y 2 )(∑y)2 − 2(∑x)(∑xy)(∑y) + n(∑xy)2


sy = 2
√|∑y − |
n−2 n(∑x 2 ) − (∑x)2

(383,1162)(0,063275) − 2(435)(0,314623)(2,254525) +
1 3(0,98988)
sy = √|2,451944 − |
3−2 3(0,063275) − (0,189225)

sy = 0,05767

➢ Mencari koefisien variabel x

(∑y)(∑x 2 ) − (∑x)(∑xy)
a=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

(2,254525)(0,063275) − (0,435)(0,314623)
a=
3(0,063275) − (189225)

a = 9,656463

(∑x 2 )
sa = sy √
n(∑x 2 ) − (∑x)2

(0,063275)
sa = 0,05767√
3(0,063275) − (189225)

sa = 0,59223

sa
R a = | | × 100%
a

0,59223
Ra = | | × 100%
9,656463

R a = 6,13 % (3AP
➢ Mencari konstanta b

n(∑xy) − (∑x)(∑y)
b=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

3(0,314623) − (0,435)(2,254525)
b=
3(0,063275) − (0,189225)

b = −61,4135

n
sb = sy √
n(∑x 2 ) − (∑x)2

3
sb = 0,05767√
3(0,063275) − (0,189225)

sb = 4,077882

sb
R b = | | × 100%
b

4,077882
Rb = | | × 100%
−0,61,4135

R b = 6,64% (3AP)

Didapatkan grafik sebagai berikut, y =-61,418x + 9,6565 dan R² = 0,9956

Chart Title
1,600
1,342 y = -61,413x + 9,6565
1,400
R² = 0,9956
1,200
Axis Title

1,000 0,799
0,800
0,600
0,400
0,114
0,200
0,000
0,13 0,135 0,14 0,145 0,15 0,155 0,16
Axis Title

Grafik 2. Hubungan antara jumlah massa total dengan percepatan


Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa massa total berbanding terbalik
dengan percepatan. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besar massa total benda maka
percepatan yang dialami akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori, dimana massa
total berbanding terbalik dengan percepatan. Data yang kami dapatkan menghasilkan
grafik yang linear sempurna.

H. PEMBAHASAN
Pesawat atwood adalah set alat sederhana yang digunakan untuk eksperimen
fisikaagar dapat memahami hukum gerak newton. Pesawat ini terdiri dari dua massa
yang tergantung pada seutas tali yang melalui sebuah katrol. Dalam praktikum ini,
perbedaan massa antara dua benda yang tergantung menciptakan gaya netto yang
mendorong sistem ke arah tertentu. Hukum kedua newton yang menyatakan bahwa
gaya pada sebuah benda sama dengan massa benda tersebut dikalikan dengan
percepatannya, dapat diamati dan diukur dengan pesawat Atwood. Dengan mengatur
massa awal dan merilis sistem sehingga dapat diamati percepatan relatif antara kedua
massa dan membandingkannya dengan prediksi secara teoritis.
Pada percobaan pertama menggunakan massa 0 kg (M1) dan 0,025 kg (M2)
didapatkan hasil percepatan sebesar 4,778 m/s2, sedangkan pada percobaan M1 sebesar
0,005 kg dan M2 sebesar 0,02 kg didapatkan percepatan sebesar 1,706 m/s2, dan pada
saat M1 0,01 kg dan M2 0,015 kg didapatkan percepatan sebesar 0,204 m/s2. Apabila
dihitung, didapatkan ralat a sebesar 64% dan ralat b sebesar 19%. Pada percobaan kedua
dengan M1 0kg dan M2 0,005 kg didapatkan percepatan sebesar 16,776 m/s2,
kemudian M1 dan M2 diberi beban tambahan masing-masing sebanyak 0,005 kg dan
M2 sebanyak 0,01 kg sehingga didapatkan percepatan 9,982 m/s2, selanjutnya pada M1
dan M2 yang ditambahkan lagi dengan masing-masing 0,005 kg didapatkan percepatan
sebesar 1,423 m/s2 dengan besar ralat a 6,13% dan b sebesar 6,64%.

Chart Title
1,600
1,342 y = -61,413x + 9,6565
1,400
R² = 0,9956
1,200
Axis Title

1,000 0,799
0,800
0,600
0,400
0,114
0,200
0,000
0,13 0,135 0,14 0,145 0,15 0,155 0,16
Axis Title

Pada grafik terlihat sumbu x adalah massa dan y adalah percepatan. Dapat
dikatakan bahwa hubungan semakin besar selisih massa dari benda maka percepatan
akan semakin besar sehingga persamaannya berbanding lurus antara massa dan
percepatan sesuai dengan hukum II newton.
I. KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang telah di lakukan maka dapat disimpulkan bahwa terbukti
teori hukum II Newton yang mana benda yang awalnya diam lalu bergerak
dengan kecepatan tertentu, bertambah cepat maupun semakin lambat benda
karena pengaruh gaya F yaitu beban tambahan. Pengaruh percepatan gerak
terjadi pada massa beban yang digantungkan dan diberi beban tambahan
bercelah. Jadi, semakin besar massa pada benda maka akan semakin besar pula
nilai dari percepatannya. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa massa
benda berbanding lurus dengan percepatan gerak.
2. Pesawat Atwood dapat digunakan untuk mengukur percepatan gravitasi bumi
g. Percepatan Gravitasi tersebut dapat ditentukan dari persamaan pada Hukum
II Newton.
∑F = m. a
Hukum II Newton menyatakan bahwa bila sebuah benda yang mempunyai
massa m diberi gaya luar sebesar F maka akan terjadi percepatan sebesar a
sesuai dengan persamaan tersebut. Pesawat Atwood dapat digunakan untuk
memverifikasi Hukum II Newton. Gaya luar diperoleh dari tambahan massa
(beban bercelah) pada M2 sebesar m2 dan beban tambahan m1 pada M1
dengan syarat massa m2 lebih besar daripada m1, kemudian waktu tempuh
beban silinder M2 saat melewati gerbang cahaya akan diukur dengan fungsi
TIMING I. Pada percobaan ini massa dan momen inersia katrol diabaikan
karena massa katrol dianggap jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa
beban silinder.
J. DAFTAR PUSTAKA
Halliday, 1999. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Griffith. 1995. Instruction manual and Experiment Guide for the PASCO Scientific
Model ME9202C Free Fall Timer. PASCO Scientific: USA.
Richardo, dkk. 2018. Penentuan Momen Inersia Katrol pada Pesawat Atwood dengan
Metode Video Tracking. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Tim Praktikum Mekanika Klasik. 2023. Modul Praktikum Mekanika Klasik. Malang:
Universitas Negeri Malang
Tipler. 2001. Fisika untuk Sains Griffith. 1995. Instruction manual and Experiment
Guide for the PASCO Scientific Model ME9202C Free Fall Timer. PASCO
Scientific: USA. Tipler. 2001. Fisika untuk Sains
Wasino, A. M. (2013). Pengembangan Pesawat Atwood Berbasis Sensor LDR (Light
Dependent Resistor). Radiasi.Vol.3.No.2

K. LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Laporan sementara
3. Cek plagiasi
4. Tugas
1. Selisih massa merupakan bagian dari fungsi gaya 𝐹 = [(M2 + m2 ) –
(M1 + m1 )] (kg). Berdasarkan Gambar 2, bagaimanakah hubungan
antara percepatan 𝑎 dan gaya 𝐹 untuk total massa tetap?
Hubungan selisih massa sebagai fungsi gaya 𝐹 = [(M2 + m2 ) – (M1 +
m1 )] (kg) dengan percepatan adalah berbanding lurus. Yaitu jika
selisih massa semakin besar, maka percepatan akan semakin besar
pula.
2. Berdasarkan Gambar 3, bagaimana hubungan antara percepatan 𝑎
dengan massa total untuk gaya tetap?
Hubungan anatara percepatan 𝑎 dengan massa total untuk gaya tetap
adalah berbanding terbalik. Yaitu jika massa total semakin besar, maka
percepatan semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai