Anda di halaman 1dari 10

Topik Percobaan : Hukum Archimedes

Tujuan Percobaan : Menentukan massa jenis suatu benda dan massa jenis suatu zat
cair.
Pendahuluan : Saat kita menimbang benda di udara dan di dalam zat cair,
timbangan menunjukkan angka yang lebih kecil saat benda di
dalam zat cair. Ini menunjukkan ada suatu gaya yang membantu
mendorong mengangkat benda ke atas, sehingga berat benda
seolah-olah menjadi lebih kecil, gaya tersebut disebut dengan
gaya Archimedes.
Menurut Archimedes, " Bila sebuah benda dicelupkan ke dalam
zat cair sebagian ataupun keseluruhannya, maka benda akan
mengalami gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan
oleh benda tersebut." dirumuskan: FA = pc x Vc x g
Alat dan Bahan : 1. Gelas kimia 2 buah
2. Beban 1 buah
3. Neraca pegas 1 buah
4. Air
5. Minyak goreng
Persiapan : Siapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar, masukkan air pada
gelas kimia pertama dan masukkan minyak goreng pada gelas
kimia kedua.
Langkah-langkah : 1. Kaitkan beban pada neraca pegas, timbang dan baca pada
Percobaan skala angka yang ditunjukkan. Besarnya disebut W
U
= ..... N.
2. Masukkan beban pada air, timbang dan baca pada skala angka
yang ditunjukkan. Besarnya disebut W
A
= ..... N.
3. Lap beban dengan tisue, kemudian masukkan beban pada
minyak goreng, timbang dan baca pada skala angka yang di
tunjukkan. Besarnya disebut W
F
= ..... N.
4. Lap kembali beban tersebut dengan tisue.
Hasil Pengamatan : 1. Berat beban di udara W
U
= 1.5 N
Berat beban di dalam air W
A
= 1.25 N
Gaya ke atas F
A
= W
U
- W
A
= 1.5 - 1.25 = 0.25 N
dan gaya ke atas F
A
=
air
x g x V, maka besar V =



V =


= 0.025 m
3

W
U
=
beban
x g x V, maka besar
beban
=


= 6 kg m
3
2. Berat beban di udara W
U
= 1.5 N
Berat beban di dalam minyak goreng W
f
= 1.3 N
Gaya ke atas F
A
= W
U
- W
f
= 1.5 - 1.3 = 0.2 N
dan gaya ke atas F
A
=
minyak goreng
x g x V, maka besar

minyak goreng
=


= 0.8 kg m
3

Komentar dan : Dari percobaan di atas ternyata massa jenis zat cair sangat
Kesimpulan berpengaruh pada gaya ke atas suatu benda.


Topik Percobaan : Gerak Harmonik pada Pegas
Tujuan Percobaan : Menentukan hubungan antara perioda terhadap massa beban.
Pendahuluan : Bila suatu benda bergerak bolak-balik terhadap titik tertentu, maka
gerak benda itu dikatakan bergetar. Contoh:
1. Pegas berada dalam keadaan setimbang, tidak ada gaya yang
bekerja pada pegas, sehingga pegas diam.
2. Pegas ditarik ke bawah dengan gaya F sehingga simpangannya
y, kemudian di lepaskan sehingga pegas bergerak ke atas
dengan kecepatan awal nol (v = 0).
3. Beban pada pegas melewati keadaan ke setimbangan dengan
kecepatan v arah ke atas dan terus bergerak ke atas.
4. Beban mencapai titik tertinggi dengan simpangan y, selanjutnya
beban berhenti sesaat (v = 0), kemudian bergerak lagi ke
bawah, demikian seterusnya, pegas melakukan gerak bolak-
balik.
Gerak bolak-balik yang periodik seperti di atas disebut gerak
harmonik pegas. Besar gaya pegas sehingga menyimpang sejauh
y adalah : F = ky karena k = m
2
dan =

maka T
2
= 4
2


atau k = 4
2


Keterangan : T = Perioda
F = Gaya
k = Konstanta
m = Massa
y = Jarak terhadap titik setimbang
Alat dan Bahan : 1. Dasar Statif 6. Beban (50gr) @4
2. Kaki Statif 7. Jepitan Penahan
3. Batang Statif Pendek 8. Pegas Spiral
4. Batang Statif Panjang 9. Stopwatch
5. Balok Pendukung 10. Mistar
Persiapan Percobaan : Setelah alat dan bahan disiapkan sesuai dengan daftar di atas,
maka
1. Rakit statif sesuai gambar.
2. Pasang balok pendukung pada batang statif.
3. Pasang pegas spiral dengan jepitan penahan pada balok
pendukung
Langkah-langkah : 1. Tarik beban ke bawah sejauh 2 cm (0.02 m).
2. Lepaskan beban dan bersamaan dengan itu hidupkan
stopwatch, hitung 10 getaran dan tepat pada hitungan ke 10
matikan stopwatch.
3. Ulangi langkah 2 tetapi dengan jumlah beban yang berbeda-
beda, yaitu 2, 3 dan 4.
4. Isikan data pengamatan pada tabel.
5. Ulangi langkah 2 s.d. 4 untuk beban ditarik ke bawah sejauh 3
cm (0.03 m).
Hasil Pengamatan :
1. Tabel Hasil Pengamatan

Simpangan 2 cm (0.02 m)
No.
Massa Beban
(m)
Waktu 10 Getaran
(s)
Perioda
(T)
T
2
4
2
m/T
2

1. 0.05 kg 4.30 0.43 0.18 10.96
2. 0.10 kg 7.76 0.78 0.61 6.46
3. 0.15 kg 9.29 0.93 0.86 6.88
4. 0.20 kg 10.69 1.07 1.14 6.92
Rata-rata 7.80

Simpangan 3 cm (0.03 m)
No.
Massa Beban
(m)
Waktu 10 Getaran
(s)
Perioda
(T)
T
2
4
2
m/T
2

1. 0.05 kg 4.50 0.45 0.20 9.86
2. 0.10 kg 7.81 0.78 0.61 6.46
3. 0.15 kg 9.61 0.96 0.92 6.43
4. 0.20 kg 11.20 1.12 1.44 6.51
Rata-rata 7.32

2. Gambar Grafik hubungan T
2
terhadap massa beban (m)

0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
T
2

m
Simpangan 0.02 m


3. Konstanta Pegas Spiral

Komentar dan :
Kesimpulan


0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
T
2
m
Simpangan 0.03 m
Topik Percobaan : Gerak Harmonik pada Ayunan Sederhana
Tujuan Percobaan : Menentukan hubungan antara perioda terhadap panjang tali.
Pendahuluan : Gambar di samping menunjukkan sebuah ayunan sederhana yang
bergerak harmonik. adalah sudut simpangan, l adalah panjang
tali dan y adalah simpangan yang besarnya l sin .
Pada saat ayunan bergerak maka pada ayunan bekerja gaya
yang besarnya mg sin .
Waktu yang diperlukan bandul untuk melakukan satu kali getaran
dari O ke A dan O ke A' dan O kembali dapat di nyatakan dalam
persamaan :
T =

atau T
2
=


Alat dan Bahan : 1. Dasar Statif 6. Beban (50 gr) @2
2. Kaki Statif 7. Jepitan Penahan
3. Batang Statif Pendek 8. Benang
4. Batang Statif Panjang 9. Stopwatch
5. Balok Pendukung 10. Mistar
Persiapan : Setelah alat dan bahan disiapkan sesuai dengan daftar di atas,
maka:
1. Rakit statif sesuai gambar.
2. Pasang Balok pendukung pada batang statif.
3. Pasang pegas spiral dengan jepitan penahan pada balok
pendukung.
4. Ikat beban oleh tali, kemudian gantungkan pada steker poros
dengan panjang tali 1 meter. Panjang tali diukur dari titik simpul
atas sampai dengan titik lengan beban.
5. Siapkan stopwatch di tangan.
Langkah-langkah : 1. Simpangkan beban 3 cm (0.03 m).
2. Lepaskan beban, dan bersamaan dengan itu hidupkan
stopwatch, hitung 10 ayunan/getaran dan tepat pada hitungan
ke 10 matikan stopwatch.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 tetapi dengan panjang tali yg berbeda-
beda, yaitu 0.9 m, 0.8 m, 0.6 m, dan 0.25 m.
4. Ulangi langkah 1 s.d. 3 dengan penambahan 1 beban.
5. Isikan data pengamatan pada tabel.
Hasil Pengamatan :
1. Tabel Hasil Pengamatan
Dengan menggunakan 1 beban (0.05 kg)
No. Panjang Tali (l)
Waktu 10 Ayunan
(s)
Perioda
(T)
T
2
4
2
l/T
2

1. 0.25 m 10.26 1.03 1.06 9.30
2. 0.60 m 15.25 1.52 2.31 10.24
3. 0.80 m 17.55 1.76 3.10 10.18
4. 0.90 m 18.72 1.87 3.50 10.14
5. 1.00 m 19.64 1.96 3.84 10.27
Rata-rata 10.03
Dengan menggunakan 2 beban (0.10 kg)
No. Panjang Tali (l)
Waktu 10 Ayunan
(s)
Perioda
(T)
T
2
4
2
l/T
2

1. 0.25 m 10.48 1.04 1.08 9.13
2. 0.60 m 15.41 1.54 2.37 9.98
3. 0.80 m 18.04 1.80 3.24 9.74
4. 0.90 m 18.83 1.90 3.61 9.83
5. 1.00 m 19.98 2.00 4.00 9.86
Rata-rata 9.71

2. Gambar Grafik hubungan T
2
terhadap panjang tali (l)



0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
T
2

l
Massa Beban 0.05 kg
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
T
2

l
Massa Beban 0.10 kg

3. Percepatan Gravitasi di Tempat Percobaan
Komentar dan :
Kesimpulan


Topik Percobaan : Pengukuran dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
Konsep : Besaran dalam fisika terdari dari besaran pokok dan besaran
turunan yang umumnya mempunyai satuan.
Sub. Konsep : Ketelitian pengukuran dinyatakan oleh banyaknya angka penting.
Tujuan : - Dapat menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup.
- Menentukan volume benda dengan teori ralat.
Pendahuluan : Mengukur artinya membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yg sudah ditentukan satuannya.
Kegiatan mengukur akan menghasilkan suatu angka tertentu.
Mengukur suatu benda yang sama dengan alat ukur yang berbeda
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda.
Angka hasil pengukuran disebut angka penting, angka yang
didapat dari hasil pengukuran terdiri dari semua angka pasti dan
hanya satu angka taksiran.
Suatu pengukuran selalu dihinggapi ketidak pastian. Adapun
sebab-sebabnya antara lain adalah :
1. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan alat ukur tersebut.
2. Adanya ketidakpastian bersistem, diantaranya :
- Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai pada skala waktu alat
diproduksi ternyata kurang tepat).
- Kesalahan titik nol (sebelum digunakan untuk mengukur alat
telah menunjuk pada suatu harga skala tertentu atau jarum
tidak mau kembali pada titik nol secara tepat).
- Kesalahan pegas : setelah sekian lama berfungsi, pegas
melembek atau mengeras dari keadaan semula.
- Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
- Paralaks (arah pandang) dalam hal membaca skala.
Kesalahan bersistem menyebabkan hasil pengukuran agak
menyimpang dari harga yang benar, dan simpangan ini
mempunyai arah tertentu. Misalnya menghasilkan nilai-nilai
yang secara konsisten lebih besar (atau lebih kecil) dari harga
yang semestinya.
3. Adanya ketidakpastian acak, diantaranya :
- Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat menggangu
penunjukkan jarum alat yang sangat halus.
- Fluktuasi tegangan jaringan listrik, menggangu operasional
alat-alat listrik.
- Bising elektronik, berupa gangguan pada alat ukur elektronik.
Sumber kesalahan acak sering berada di luar kendali kita, dan
dapat menghasilkan simpangan positif maupun negatif secara
acak, terhadap nilai yang dicari.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
Alat ukur dewasa ini tidak jarang merupakan alat ukur yang
sangat kompleks pemakaiannya, sehingga menuntut
keterampilan yang tidak sedikit dari si pemakai. Misalnya :
Mikroskop, osiloskop, spekrometer, pencacah partikel, dll.
Dengan demikian akan timbul masalah-masalah seperti : apa
saja yang harus diatur sebelumnya, bagaimana cara
operasinya, bagaimana cara membaca skala dan sebagainya.
Alat dan Bahan : 1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Sekrup
3. Beban
4. Balok Alumunium
Persiapan : 1. Persiapkan alat/komponen yang sesuai dengan daftar alat dan
bahan
2. Periksa apakah jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat
berfungsi dengan baik.
Pembelajaran dan : 1. Ukur panjang sisi (p), lebar sisi (l) dan tinggi (t) dari balok
Diskusi alumunium dengan menggunakan jangka sorong sebanyak 2
kali.
2. Isikan data hasil pengamatan pada tabel pengamatan. di bawah
ini.
:
No. Panjang balok (p
n
) dalam cm p
n
- p ( p
n
- p)
2

1. 5.332 0.032 0.001024
2. 5.351 0.051 0.002601
3. 5.315 0.015 0.000225
4. 5.343 0.043 0.001849
5. 5.341 0.041 0.001618
n = banyaknya pengukuran
p
n
= hasil pengukuran panjang pada tiap-tiap pengukuran
p = harga panjang sebenarnya
No. Lebar balok (l
n
) dalam cm l
n
- l ( l
n
- l)
2

1. 2.129 0.029 0.000841
2. 2.143 0.043 0.001849
3. 2.151 0.051 0.002601
4. 2.135 0.035 0.001225
5. 2.122 0.022 0.000484
l
n
= hasil pengukuran lebar pada tiap-tiap pengukuran
l = harga lebar sebenarnya
No. Lebar tinggi (t
n
) dalam cm t
n
- t ( t
n
- t)
2

1. 2.129 0.029 0.000841
2. 2.131 0.031 0.000961
3. 2.145 0.045 0.002025
4. 2.135 0.035 0.001225
5. 2.123 0.023 0.000529
t
n
= hasil pengukuran tinggi pada tiap-tiap pengukuran
t = harga tinggi sebenarnya

3. Hitung volume balok dengan menggunakan teori ralat.
4. Ukur diameter beban (D) dan tebal (t) dengan menggunakan mikrometer skrup
sebanyak 5 kali.
5. Isikan data hasil pengamatan pada tabel pengamatan di bawah ini.

No. Diameter beban (D
n
) dalam mm D
n
- D ( D
n
- D)
2

1. 25.50 0.5 0.25
2. 25.19 0.19 0.0361
3. 25.46 0.46 0.2116
4. 25.36 0.36 0.1296
5. 25.24 0.24 0.0576
D
n
= hasil pengukuran diameter pada tiap-tiap pengukuran
D = harga diameter sebenarnya
No. Tebal beban (t
n
) dalam mm t
n
- t ( t
n
- t)
2

1. 6.21 0.21 0.0441
2. 6.14 0.14 0.0196
3. 6.32 0.32 0.1024
4. 6.29 0.29 0.0841
5. 6.19 0.19 0.0361
t
n
= hasil pengukuran tebal pada tiap-tiap pengukuran
t = harga tebal sebenarnya

6. Hitung volume beban dengan menggunakan teori ralat.

Anda mungkin juga menyukai