Anda di halaman 1dari 12

MODUL 3

PESAWAT ATWOOD

Nama Praktikan : Aurel Tedja Oktaviare


NIM : 105120006
Kelas : CH 1
Tanggal Praktikum : 23 November 2020
Pimpinan Praktikum : Isna Septrima
I. INTISARI
Praktikum modul 3 ini berjudul pesawat atwood yang betujuan untuk menghitung
kecepatan gerak benda pada gerak lurus beraturan dengan TIMING I dan TIMING
II; Menentukan percepatan gerak benda pada gerak gerak lurus berubah beraturan;
Menentukan momen inersia katrol. Pada percobaan kali ini metode yang
digunakan yaitu, GLB TIMING I dan II, GLBB TIMING II, dan momen inersia.
Adapun data yang diperleh dari percobaan ini yaitu percepatan sebesar 0.996
dan momen inersia sebesar Dari percoban dapat
disimpulkan bahwa setiap perubahan kecepatan begantung pada waktu tempuh
dan jarak tempuh.
Kata Kunci : GLB, GLBB, Momen Inersia, Pesawat Atwood

II. PENDAHULUAN
2.1 Tujuan Praktikum
1. Menentukan kecepatan gerak benda pada gerak lurus beraturan
2. Menentukan percepatan gerak benda pada gerak lurus berubah beraturan
3. Menentukan momen inersia katrol

2.2 Dasar Teori


Pesawat Atwood adalah alat eksperimental yang sering digunakan untuk
mengamati hukum-hukum mekanik tentang gerak akselerasi secara teratur. Dalam
percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB)[1]. GLB adalah gerak lurus pada arah mendatar
dengan kecepatan tetap dengan percepatan nol, sehingga jarak yang
ditempuh hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap dalam waktu tertentu.
Sedangkan GLBB adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan yang
berubah setiap saat karena hanya percepatan yang tetap[2].

Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu objek, dimana dalam
gerak ini kecepatannya tetap atau tapa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh
adalah kelajuan kali waktu. Secara matematis dapat ditulis :
(2.1)

Keterangan : s = jarak tempuh benda (m)


v = kelajuan benda (m/s)
t = waktu tempuh (s)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak suatu objek, dimana
kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Pada
umumnya GLBB didasarkan pada Hukum II Newton, yaitu :

(2.2)

(2.3)

⁄ (2.4)

[3]

Keterangan : kecepatan awal (m/s)

kecepatan akhir (m/s)

percepatan tetap

waktu tempuh (s)

jarak tempuh (m)

Pada pesawat atwood terdapat momen gaya yang bekerja antara katrol dan
tali yang menyebabkan katrol berotasi dengan pecepatan sudut tertentu. Hubungan
antara momen gaya τ, momen inersia I, dan percepatan sudut a dinyatakan dalam
persamaan berikut:
∑ (2.5)

Persamaan ini identik dengan Hukum II Newton yang telah dibahas pada
percobaan sebelumnya.

Gambar 2.1 Gaya gaya yang bekerja pada M1 dan M2


Gaya yang bekerja pada M1 :
∑ (2.6)

Sedangkan beban silinder M2 :


∑ ( ) ( ) ( ) ( )

(2.7)

Resultan momen gaya system adalah selisih gaya tegangan tali T2 dan T1
dikali jari-jari katrol :
( ) (2.8)
[( ) ( ) ] (2.9)

Percepatan sudut α dapat didefiisikan dengan :

(2.10)

Maka :

( ) ( ) (2.11)

Sehingga percepatan menjadi :

( )
(2.12)
( )

[4]
2.3 Alat dan Bahan

1. Atwood bertiang ganda. Tinggi tiang : 150 cm Katrol : diameter 12 cm; bahan
plexiglass.
2. Tali penggantung berbahan nilon yang digunakan untuk menghubungkan 2 buah
beban silinder, panjang 185 cm.
3. Dua buah beban berbentuk silinder M1 dan M2 yang massanya sama (100 gram)
diikatkan pada ujung-ujung tali penggantung; terbuat dari bahan kuningan.
4. Beban tambahan bercelah berjumlah 5 buah, masing-masing memiliki massa 5 gram.
Beban dapat diletakkan di atas beban sislinder. Bahan aluminium.
5. Penghenti beban dengan lubang (diameter 3,64 cm), digunakan untuk menahan beban
bercelah untuk percobaan GLB. Bahan baja.
6. Penghenti beban tanpa lubang, digunakan untuk menahan beban silinder. Bahan baja.
Posisi penghenti beban dengan dan tanpa lubang dapat diatur dengan mudah
disepanjang tiang.
7. Pemegang beban dengan pegas (pelepas beban) yang digunakan untuk menahan dan
melepas beban silinder.
8. Pewaktu Pencacah (Time Counter) AT-01 yang digunakan untuk menghitung waktu
perpindahan beban silinder.
9. Gerbang cahaya.

Pesawat Atwood dan pelengkapnya ditunjukkan pada Gambar 3. 1.


2.4 Prosedur Percobaan
GLB (TIMING I)

1. Dinyalakan pencacah waktu dengan mode TIMING I.


2. Diatur beban silinder M2 pada skala 20 cm.
3. Lalu diatur penahan beban berlubang dengan jarak 10 cm dari ujung beban
silinder M2.
4. Ditambahkan beban keping tambahan sebanyak 5 keping.
5. Diatur gerbang cahaya 1 pada skala 100 cm, diatur gerbang cahaya 2 pada
skala 120 cm.
6. Dilepaskan beban M1 sehingga bergerak keatas dan beban M2 bergerak
kebawah, namun pastikan untuk menahan beban silinder M2 agar tidak
kembali bergerak keatas dan mengubah nilai yang dihasilkan.
7. Dicacat hasil yang tertera dipencacah waktu dengan nilai E1 dan E2.
8. Dikembalikan ke posisi semula, setelah itu dengan langkah yang sama
dilakukan percobaan sebanyak 5 kali.
GLB (TIMING II)
1. Dinyalakn pencacah waktu dengan mode TIMING II.
2. Diatur beban silinder M2 pada skala 20 cm.
3. Lalu diatur beban penahan berlubang dengan jarak 10 cm dari ujung bebna
silinder M2.
4. Ditambahkan beba tambahan sebanyak 5 keping.
5. Lalu diatur gerbang cahaya 1 dengan skala 80 cm dan atur gerbang cahaya
2 pada skala 100 cm.
6. Kemudian dilepaskan beban M1 sehinggan beban M1 bergerak keatas dan
beban M2 bergerak kebawah, namun pastikan untuk menahan beban
silinder M2 agar tidak kembali bergerak keatas dan mengubah nilai yang
dihasilkan..
7. Dicatat hasil nilai di pencacah waktu sebagai besaran nilai t atau waktu.
8. Dikembalikan ke posisi semula, setelah itu diubah gerbang posisi gerbang
cahaya 2 dengan penambahan skala sebesar 5 cm dari posisi semula
gerbang cahaya 2 sehingga akan terdapat jarak antara gerbang cahaya1 dan
gerbang cahaya 2 sebanyak 50 cm.
GLBB

1. Dinyalakn pencacah waktu dengan mode TIMING II.


2. Diatur beban silinder M2 pada skala 20 cm.
3. Lalu diatur posisi gerbang cahaya 1 tepat dibawah beban silinder M2,
namun pastikan tidak mengenai sensor.
4. Diatur posisi gerbang cahaya 2 sejauh 20 cm dari skala gerbang cahaya 1.
5. Kemudian tambahkan beban keping tambahan sebanyak 5 keping pada
beban M2.
6. Kemudian dilepaskan beban silinder M1 sehingga beban silinder M1 akan
bergerak keatas dan beban silinder M2 akan bergerak kebawah, namun
pastikan untuk menahan beban silinder M2 agar tidak kembali keatas dan
mengubah nilai yang dihasilkan.
7. Dicatat hasil yang tertera di pencacah waktu sebagai besaran t atau waktu,
8. Dengan langkah yang sama diubah posisi gerbang cahaya 2 dengan
penambahan skala sebanyak 5 cm dari posisi semula gerbang cahaya 2,
sehingga terdapat jarak antara gerbang cahaya 1 dan gerbang cahaya 2
sebanyak 65 cm.

III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Gerak Lurus Beraturan
a. TIMING I
Tabel 3.1 Data dan hasil perhitungan timing I percobaan gerak lurus beraturan

Panjang Silinder (m) E1 (s) E2 (s) v1 (m/s) v2 (m/s)

0,09623 0,09969 0,436 0,421

0,09807 0,1006 0,428 0,417

0.042 0,09623 0,09873 0,436 0,425

0,09593 0,09842 0,437 0,426

0,09788 0,1004 0,429 0,418

Rata - rata 0,096868 0,099568 0,433 0,421

Sampel E1 dan E2
( )
V1 = = = 0,436 m/s

( )
V2 = = = 0,421 m/s
b. TIMING II
Tabel 3.2. Data dan hasil perhitungan timing II percobaan gerak lurus beraturan

s (m) t (s) v (m/s)

0.20 0,4245 0,471

0.25 0,5187 0,481

0.30 0,6251 0,479

0.35 0,7399 0,473

0.40 0,8454 0,473

0.45 0,9639 0,466

0.50 1,058 0,472

s: jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2


Sampel 1

V= = = 0,471 m/s

3.2. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Tabel 3.3. Data dan hasil perhitungan percobaan gerak lurus berubah beraturan

st (m) t (s) t2 (s2) v (m/s)

0.20 0,5875 0,345 0,585

0.25 0,6599 0,435 0,657

0.30 0,7923 0,627 0,789

0.35 0,793 0,628 0,789

0.40 0,8573 0,734 0,852

0.45 0,9283 0,861 0,924

0.50 0,9921 0,984 0,988

0.55 1,019 1,038 1,014

0.60 1,079 1,164 1,074


0.65 1,114 1,240 1,109

Sampel 1
V=a×t
V = 0,996 × 0,5875 = 0,585 m/s

Perbandingan antara s dan t^2


0,7
y = 0,4977x + 0,0238
0,6
R² = 0,99
0,5
St (m)

0,4

0,3 St (m)

0,2 Linear (St (m))

0,1

0
0 0,5 1 1,5
t^2 (s^2)

Gambar 3.1 Grafik pebandingan antara S dan

A = 0,0238 Y = A + BX
B = 0,4977
Sehingga persamaan liniernya adalah Y = 0,0238 + 0,4977X

, maka

= 2 (0.498) = 0.996
3.3 MOMEN INERSIA KATROL
Tabel 3.4 Data pengamatan untuk perhitungan momen inersia katrol

M1 (kg) 100 Gr = 0,1 Kg

M2 (kg) 100 Gr = 0,1 kg

m 25 Gr = 0,025 Kg

R 6 gr = 0,006 kg

Perhitungan momen inersia katrol (I)


( )
[ ( )]

( )
[ ( )] ( )

( )( )

( )(3,6 x )

IV. PEMBAHASAN
GLB
Pada percobaan TIMING I, terdapat perbedaan antara nilai rata-rata V1 dan
V2 yaitu dengan hasil V1 = 0,436 m/s dan V2 = 0,421 m/s. Perbedaan antara V1
dan V2 tidak terlalu besar. Terdapat perbedaan nilai rata-rata v sebesar 1,03%.
Pada percobaan TIMING II terdapat perbedaan nilai kecepatan v yang
dihasilkan, hal itu disebabkan oleh adanya perubahan jarak tempuh.

Perbedaan V1 dan V2 pada percobaan TIMING I disebabkan oleh perbedaan


E1 dan E2 pada alat pencacah waktu. Sedangkan pada percobaan TIMING II
perbedaan disebabkan karena adanya perbedaan jarak tempuh, semakin besar
jarak maka semakin besar pula waktu tempuhnya. Hal ini menyebabkan adanya
perubahan pada kecepatan.

GLBB
Pada GLBB dapat diketahui bahwa jarak berbanding lurus terhadap waktu,
jadi semakin besar nilai jaraknya atau semakin jauh jarak tempuhnya, maka
semakin lama waktu tempuhnya.
Perubahan kecepatan akan semakin besar nilainya yang disebabkan dari
waktu tempuh yang lama, dikarenakan kecepatan selalu berbanding lurus dengan
percepatan dan waktu tempuhnya.

Sebuah benda dapat dikatakan mengalami gerak lurus berubah beraturan


jika benda tersebut bergerak dengan kecepatan yang berubah secara beraturan
namun percepatan nya konstan atau sama dengan 0.
Gerak beban silinder M2 pada percobaan ini tidak dapat dikatakan mengalami
gerak lurus berubah beraturan, karena dari informasi data yang didapatkan tentang
massa benda, tidak diketahui tentang panjang silinder dan waktu tempuh yang
dibutuhkan oleh silinder.

MOMEN INERSIA
Nilai momen inersia yang diperoleh dalam percobaan ini adalah

Jika katrol yang digunakan memiliki massa lebih besar, maka hal tersebut
akan mempengaruhi percepatan rotasi katrol karena semakin besar massa katrol
akan membuat percepatan pada sistem katrol tersebut semakin kecil.
Variabel – variabel yang mempengaruhi nilai momen inersia katrol yaitu massa
silinder 1 (M1), massa silinder 2 (M2), massa katrol (m), percepatan gravitasi (g),
percepatan benda ( ), dan jari-jari katrol (R).

V. KESIMPULAN
1. Kecepatan gerak benda pada gerak lurus beraturan TIMING I dan TIMING
II dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2
2. Percepatan yang dihasilkan pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
adalah 0,996 m/s2
3. Momen inersia katrol yang dihasilkan pada percobaan ini adalah

VI. REFERENSI
[1] Mulyadi Abdul Wahid, Fitria Rahmadhani (2020). Eksperimen
Menghitung Momen Inersia dalam Pesawat Atwood Menggunakan Katrol
dengan Penambahan Massa Beban. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Terapan 2020.
[2] Imas Ratna Ermawaty, Y. Soenarto, Felicianda (2017) ANALISIS
DOUBLE INTEGRAL PADA MOMEN INERSIA DALAM PESAWAT
ATWOOD MENGGUNAKAN KATROL DENGAN PENAMBAHAN MASSA
BEBAN.

[3] Wasino, Maftukhin, A., & Kurniawan, E.S. (2013). Pengembangan Pesawat
Atwood Berbasis Sensor LDR (Light Dependent Resistor) sebagai Alat Peraga
GLB dan GLBB. Jurnal Radiasi Vol.3

[4] Ahmad, D., & dkk. (2019). Modul 3 Praktikum Fisika Dasar I 2020/2021.
Jakarta: Universitas Pertamina

Anda mungkin juga menyukai